• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Penanaman Modal Pada Bidang Usaha Perkebunan Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Penanaman Modal Pada Bidang Usaha Perkebunan Di Indonesia"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAMAN MODAL PADA BIDANG USAHA PERKEBUNAN DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh: M. Andi Firdaus NIM. 109048000064

KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi ini berjudul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAMAN MODAL PADA BIDANG USAHA PERKEBUNAN DI INDONESIA telah diujikan dalam Sidang Munaqosah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) pada Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, 5 Mei 2014 Mengesahkan Dekan

Dr. JM. Muslimin, M.A. NIP. 196808121999031014 PANITIA UJIAN:

Ketua : Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H. NIP. 195510151979031002

Sekretaris : Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum. NIP. 196509081995031001

Pembimbing : Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H. NIP. 195510151979031002

Penguji 1 : H. Syafrudin Makmur, S.H., M.H. Penguji 2 : Nahrowi, S.H., M.H.

(4)

iv

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil plagiat karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 April 2014

(5)

v ABSTRAK

M. ANDI FIRDAUS, NIM: 109048000064, Perlindungan Hukum terhadap Penanaman Modal Pada Bidang Usaha Perkebunan di Indonesia, Strata satu (S1), Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 1435 H / 2014 M. x + 91 Halaman.

Penelitian ini dilakukan karena banyaknya permasalahan yang menghambat terciptanya penanaman modal di Indonesia. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut, (1) Untuk mengetahui substansi hukum penanam modal asing maupun dalam negeri. (2) Untuk mengetahui perlindungan hukum penanaman modal asing maupun dalam negeri. (3) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat terhadap penanaman modal asing dan dalam negeri di bidang usaha perkebunan di Indonesia.

Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kepustakaan bersifat yuridis normatif. Yuridis normatif artinya penelitian yang dilakukan mengacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat atau juga yang menyangkut kebiasaan yang berlaku di masyarakat.

Kesimpulan dari analisis yang dilakukan adalah bahwa kurangnya kepastian hukum bagi penanaman modal adalah sumber dari kekhawatiran penanaman modal selama ini. Adapun selain itu, korupsi pada lingkungan pengadilan dan pemerintahan, aparatur penagak hukum yang tidak berkualitas, demonstrasi yang anarkis, dan belum terciptanya clean business system yang bebas dari perilaku KKN juga merupakan sumber lain dari kekhawatiran penanaman modal di Indonesia.

(6)

vi

Segala puji bagi Allah dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAMAN MODAL PADA BIDANG USAHA PERKEBUNAN DI INDONESIA. Sholawat dan salam tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita kepada jalan yang lurus dan diridhai oleh Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa terdapat masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun demikian penulis tetap berusaha menyelesaikannya dengan kesungguhan dan kerja keras. Selanjutnya, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. H. JM. Muslimin M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H., selaku ketua prodi Ilmu Hukum dan telah bersedia menjadi pembimbing penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran, perhatian, dan ketelitian memberikan masukan positif penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai dan sesuai dengan arahan penelitian.

(7)

vii

5. Abdurrauf L.c., M.A., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan masukannya selama beberapa tahun kepada penulis. Semoga apa yang telah bapak arahkan kepada penulis dapat bermanfaat dan dibalas oleh Allah SWT.

6. Segenap Dosen beserta Staf Karyawan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah baik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis, serta memberikan perhatian dan kasih sayang kepada penulis sehingga meninggalkan kesan bahagia selama masa studi di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Terima kasih sebesar-besarnya kepada ayahanda Almaruhum Muhammad Mundzir dan Ibunda Hartati Soeparno yang telah memberikan doa untuk penulis menyelesaikan skripsi ini, nafkah dan kasih sayang selama ini, serta pengorbanan kepentingannya untuk mendahulukan studi penulis.

8. Terima kasih sebesar-besarnya kepada saudara-saudara kandung penulis, Sany Asy’ari S.Kom, dan Lukman Arifin S.E., beserta pakde, bude, om, tante, dan saudara-saudara sepupu dari keluarga besar Muhammad Said dan keluarga besar Soeparno yang telah memberikan dorongan berbentuk motifasi, inspirasi, maupun finansial untuk penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Kawan-kawan Ilmu Hukum angkatan 2009 yang telah saling bantu-membantu selama proses perkuliahan sehingga tugas-tugas dan penulisan skripsi ini dapat selesai sebagaimana mustinya.

(8)

viii sejahtera di masa yang akan datang.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas semua kebaikan.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan segenap civitas akademika dan masyarakat pada umumnya.

Jakarta, 1 April 2014

(9)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……….i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI………..………ii

LEMBAR PERNYATAAN……….……….iii

ABSTRAK………iv

KATA PENGANTAR………...v

DAFTAR ISI………..viii

BAB I PENDAHULUAN…..……….1

A. Latar Belakang Masalah……….1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..6

D. Tinjauan (Review)Terdahulu dan Buku yang Diterbitkan…7 E. Kerangka Konseptual……….……8

F. Metode Penelitian………13

G. Sistematika Penelitian………..…16

BAB II LANDASAN TEORI………19

A. Pengertian Perlindungan Hukum……….19

B. Bentuk Perlindungan Hukum………...27

C. Hak dan Kewajiban Penanam Modal………...30

BAB III PENANAMAN MODAL DI INDONESIA………..……39

(10)

x

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAMAN

MODAL PADA BIDANG USAHA PERKEBUNAN DI

INDONESIA………...…….58

A. Substansi Hukum Penanaman Modal di Indonesia………58

B. Perlindungan Hukum bagi Penanaman Modal di Indonesia……….65

C. Faktor yang Menghambat Penanaman Modal pada Bidang Usaha Perkebunan di Indonesia……….…70

D. Analisis Penulis………..…79

BAB V PENUTUP………..84

A. Kesimpulan……….84

B. Saran………...…86

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara ekonomi berkembang. Untuk membangun perekonomian, diperlukan adanya modal atau investasi yang besar. Kegiatan investasi di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1967, yaitu sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Keberadaan kedua dasar hukum atau bisa disebut instrumen hukum ini diharapkan agar investor, baik investor asing maupun investor dalam negeri, dapat menanamkan modalnya dengan mudah di Indonesia.

(12)

Amerika yang memiliki 11% dari warganegaranya yang menjadi pengusaha atau investor.1

Kendala yang terjadi dalam penanaman modal di Indonesia sejak reformasi adalah jumlah investasi baik domestik maupun asing mengalami penurunan yang sangat drastis. Hal ini dapat terlihat pada data BKPM, bahwa pada periode Januari hingga Oktober 2004, jumlah investasi asing sebanyak 8,85 miliar dollar AS, dengan jumlah proyek sebanyak 969 proyek, sedangkan sebelum reformasi yaitu pada tahun 1995, jumlah investasi asing yang ditanamkan di Indonesia sebanyak 39.891 miliar dollar AS, dengan jumlah proyek sebanyak 783 proyek.

Pada masa Orde Baru, jumlah investasi di Indonesia berjalan meningkat. Hal ini disebabkan pulihnya stabilitas politik, ekonomi, keamanan dan pertahanan, sosial dan kemasyarakatan dalam keadaan membaik dan terkendali sehingga para investor domestik mendapat perlindungan dan jaminan keamanan dalam berusaha di Indonesia. Namun tidak untuk jumlah investor asing yang di menginvestasikan modalnya di Indonesia, sebaliknya malah mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan sering terjadi konflik di dalam masyarakat, sehingga mengakibatkan investor asing menghindar berinvestasi di Indonesia.

1

(13)

3

Ada dua hambatan atau kendala yang dihadapi dalam menggerakan investasi di Indonesia, yaitu kendala internal dan eksternal. Kendala internal meliputi kesulitan perusahaan mendapatkan lahan atau lokasi proyek yang sesuai, kesulitan mendapatkan bahan baku, kesulitan dana, kesulitan pemasaran, dan adanya sengketa atau perselisihan di antara pemegang saham di perusahaan tertentu. Sedangkan kendala eksternal meliputi faktor lingkungan bisnis yang tidak mendukung serta kurang menariknya insentif yang diberikan pemerintah, ketidak pastiaan hukum, ketidak amanan dan instabilitas politik.

Sumber dari kekhawatiran investor terletak pada kurangnya kepastian hukum bagi investor, terutama investor asing. Kurangnya perlindungan hukum sudah tidak lagi pada tahapan nasionalisasi oleh pemerintah, melainkan pada paling tidak ada enam hal. Pertama, banyak kontrak jangka panjang sebagai perlindungan investasi antara pihak asing dengan pihak Indonesia dibatalkan oleh pengadilan. Kedua, aparatur penegak hukum dianggap kurang mampu meredam demonstrasi para buruh yang mengarah pada anarkisme. Ketiga, investor asing menjadi bulan-bulanan oleh para pejabat pemerintah baik di pusat maupun di daerah untuk hal-hal yang terkait dengan uang sehingga tidak ada ketenangan investor asing berinvestasi di Indonesia.

(14)

berbagai peraturan perundang-undangan di bidang hak kekayaaan intelektual tidak berfungsi sebagaimana diharapkan oleh para investor asing. Akibatnya, keuntungan yang diharapkan tidak kunjung terwujud dengan maraknya pembajakan. Keenam, peraturan perundang-undangan penanaman modal tidak dapat melindungi investor karena implementasinya tidak seindah seperti yang tertulis. Akibatnya, para pengamat ekonomi berpendapat tidak nyaman berinvestasi di Indonesia oleh investor asing.

Penanaman modal asing merupakan transfer modal, baik yang nyata maupun yang tidak nyata dari suatu negara ke negara lain. Penanaman modal asing dikonstruksikan sebagai pemindahan modal asing dari negara yang satu ke negara yang lain, tujuannya ialah mendapatkan keuntungan. Unsur penanaman modal asing yaitu: dilakukan secara langsung, menurut undang-undang, dan digunakan untuk menjalankan usaha di Indonesia.

Perusahaan swasta nasional merupakan perusahaan yang seluruh modalnya dimiliki oleh pihak swasta. Perusahaan asing merupakan perusahaan yang seluruh modalnya berasal dari asing atau merupakan kerjasama antara modal asing dengan modal domestik. Pemilikan modal domestik minimal 5%, sedangkan orang asing maksimal 95%.

(15)

5

dan menuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAMAN MODAL PADA BIDANG USAHA PERKEBUNAN DIINDONESIA”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi penelitian ini hanya pada perlindungan dan kepastian hukum penanaman modal asing maupun dalam negeri terutama pada bidang usaha perkebunan di Indonesia. Pembahasan skripsi ini akan menitik beratkan pada bagaimana penjelasan hukum penanaman modal yang menjadi pacuan perlindungan penanaman modal, baik penanam modal asing maupun penanam modal dalam negeri yang menanamkan modal pada bidang usaha perkebunan di Indonesia. Hukum investasi yang dibahas pada umumnya adalah hukum investasi yang berkaitan dengan investasi asing maupun investasi dalam negeri.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang diuraikan di atas, maka beberapa masalah pokok yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana substansi hukum tentang penanaman modal?

(16)

c. Faktor apa saja yang menghambat terhadap penanaman modal asing dan dalam negeri di bidang usaha perkebunan di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang ada, maka tujuan penulisan penelitian adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui substansi hukum penanam modal asing maupun dalam negeri.

b. Untuk mengetahui perlindungan hukum penanaman modal asing maupun dalam negeri.

c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat terhadap penanaman modal asing dan dalam negeri di bidang usaha perkebunan di Indonesia. 2. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang ada, maka manfaat dari penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Manfaat Teoritis

(17)

7

2) Menerakan teori-teori yang diperoleh dari bangku perkuliahan dan menghubungkannya dengan praktik di lapangan.

3) Untuk memperoleh manfaat ilmu pengetahuan di bidang hukum pada umumnya maupun di bidang hukum bisnis pada khususnya yaitu dengan mempelajari litelatur yang ada di kombinasikan dengan perkembangan yang terjadi di lapangan.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini sangat diharapkan dapat memberikan sebuah masukan bagi perkembangan hukum tentang perlindungan hukum penanaman modal di Indonesia dan untuk mengetahui penerapan asas-asas yang dilakukan dalam menangani kasus divestasi di Indonesia.

D. Tinjauan (Review) Terdahulu dan Buku yang Diterbitkan

Dalam pembuatan skripsi ini penulis menjumpai berbagai penelitian yang juga membahas bidang penanaman modal terutama menyangkut penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing, di antaranya sebagai berikut.

(18)

dengan penulis yaitu pada pembahasan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri, namun yang membedakan dengan penulis adalah bahwa penulis lebih menekankan perlindungan hukum pada penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri. 2. Skripsi yang ditulis oleh Dikki Ryandi S mahasiswa program studi Ilmu

Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta tahun 2010, yang berjudul Ketidakpastian Hukum Penanaman Modal di Bidang Usaha Pertambangan. Dari judul yang disebutkan dapat dilihat bahwa skripsi tersebut judulnya lebih spesifik kepada bidang usaha pertambangan danketidakpastian hukum, sedangkan penulis lebih spesifik kepada perlindungan hukum terhadap penanaman modal asing dan dalam negeri di bidang usaha perkebunan di Indonesia.

3. Buku yang ditulis oleh H. Salim HS., S.H., M.S. yang berjudul Hukum Divestasi di Indonesia. Buku tersebut memiliki isi mengenai istilah, pengertian, teori mengenai divestasi, kajian normatif terhadap divestasi pemerintah, dll yang digunakan sebagai bahan untuk mengisi bab dan subbab yang ada pada skripsi ini.

E. Kerangka Konseptual

(19)

9

1. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.

2. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

3. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

4. Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.

5. Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.

(20)

7. Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia.

8. Arbitrase adalah cara menyelesaikan suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.

9. Pengadilan Negeri adalah pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal termohon.

10. Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh pengadilan negeri atau lembaga arbitrase, untuk memberi keputusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase.

11. Putusan Arbitrase Internasional adalah putusan yang dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan di luar wilayah hukum Republik Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan yang menurut ketentuan hukum Republik Indonesia dianggap suatu putusan arbitrase Internasional.

12. Perlindungan hukum adalah suatu pemberian jaminan atau kepastian bahwa seseorang akan mendapatkan apa yang telah menjadi hak dan kewajibannya, sehingga yang bersangkutan merasa aman.

(21)

11

peran dari penanam modal dalam negeri, yang kemudian mereka menanamkan modalnya ataupun menginvestasikan uangnya bersama-sama dengan tunduk kepada hukum yang berlaku di Indonesia.

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan modal dalam negeri.

Dengan demikian, menurut Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk menguatkan daya saing perekonomian nasional dan mempercepat peningkatan penanaman modal. Menurut Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, penanaman modal yang dilakukan tersebut juga bertujuan untuk:

1. Meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional

2. Menciptakan lapangan kerja

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan

(22)

5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional

6. Mendorong perkembangan ekonomi kerakyatan

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Untuk penanaman modal asing tersebut diperlukan pengaturan pemerintah dalam memberikan arah terhadap penanaman modal asing yang dilaksanakan di Indonesia agar dapat berperan dalam pembangunan nasional. Kebijaksanaan penanaman modal asing di Indonesia, ditetapkan berdasarkan pemikiran bahwa penanaman modal asing harus dapat memberikan kontribusi untuk memperkuat dan memperkukuh struktur perekonomian nasional. Dengan adanya berbagai pengaturan terhadap penanaman modal asing tidak lain dimaksudkan untuk lebih memberikan peluang kepada penanam modal asing yang lebih luas dalam melaksanakan kegiatan penanaman modalnya di Indonesia melalui dukungan iklim penanaman modal asing yang kondusif.2

Hukum penanaman modal di Indonesia itu sendiri sudah diatur pada Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang di dalamnya telah ditentukan 10 asas dalam penanaman modal. Kesepuluh asas itu antara lain:

2

(23)

13

1. kepastian hukum 2. keterbukaan 3. akuntabilitas

4. perlakuan yang sama dan tidak membeda-bedakan asal negara 5. kebersamaan

6. efisiensi berkeadilan 7. berkelanjutan

8. berwawasan lingkungan 9. kemandirian

10. keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional

Bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia harus mengukuti prosedur-prosedur dan syarat-syarat yang sudah ditentukan, dalam hal ini yang berurusan dengan penanaman modal secara terpadu adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Untuk melaksanakan bidang usahanya, investor juga memerlukan tenaga kerja dari masyarakat yang ada di negara tempat tujuan investor menanamkan modalnya maupun tenaga kerja asing yang keseluruhannya terkait dengan ketenagakerjaan di Indonesia.

F. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian

(24)

penelitian yang dilakukan mengacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat atau juga yang menyangkut kebiasaan yang berlaku di masyarakat.3

2. Pendekatan Masalah

Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yakni yuridis normatif, maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan analisis (analytical approach), dan pendekatan historis (historical approach). Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturan-aturan yang penormaan justru kondusif bagi terselenggaranya perlindunganpenanam modaldi Indonesia. Pendekatan analisis berguna mengetahui makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang digunakan dalam aturan perundang-undangan. Pendekatan historis dilakukan untuk mengetahui sejarah perjalanan perlindungan penanaman modal di Indonesia.

3. Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

3

(25)

15

a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat kepada masyarakat berupa peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan perlindungan penanam modal asing maupun penanam modal dalam negeri di Indonesia. Bahan hukum primer meliputi peraturan perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan peraturan perundang-undangan, dan putusan-putusan hakim.4

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan kejelasan mengenai bahan hukum primer berupa buku-buku yang berkaitan dengan penanaman modal, surat kabar, majalah, serta artikel. c. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, berupa kamus bahasa Indonesia, kamus ekonomi, ensiklopedi, bibliografi, website resmi dalam internet, dan wawancara.

4. Pengumpulan Data

Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier yang telah didapatkan itu kemudian dikumpulkan berdasarkan rumusan masalah dan diklasifikasikan menurut sumber hierarkinya.

4

(26)

5. Analisis Data

Karena pendekatan data utama penelitian ini adalah normatif, maka akan dilakukan dengan analisis isi (content analisis). Teknik analisis ini diawali dengan mengkompilasi berbagai dokumen termasuk peraturan perundang-undangan ataupun referensi-referensi hukum yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap penanaman modal pada bidang usaha perkebunan di Indonesia. Kemudian hasil dari riset tersebut, selanjutnya dikaji isi (content), baik terkait kata-kata (word), makna (meaning), simbol, ide, tema-tema, dan berbagai pesan lainnya.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis tersebut adalah: Pertama, semua bahan hukum yang diperoleh melalui normatif disistematiskan dan diklasifikasikan menurut masing-masing objek bahasannya; Kedua, setelah disistematiskan dan diklasifikasikan kemudian dilakukan eksplikasi, yakni diuraikan dan dijelaskan sesuai objek yang diteliti berdasarkan teori;Ketiga, bahan yang telah dilakukan evaluasi, dinilai dengan menggunakan ukuran ketentuan hukum yang berlaku.

6. Teknik Penulisan

(27)

17

pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.”

G. Sistematika Penelitian

Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Petunjuk Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012” dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas beberapa subbab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun perinciannya sebagai berikut:

BAB I : Merupakan pendahuluan, memuat: Latar Belakang Masalah, dilanjutkan dengan Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Merupakan bab mengenai landasan teori. Bab ini membahas mengenai pengertian perlindungan hukum, bentuk perlindungan hukum, danhak dan kewajiban penanaman modal.

(28)

BAB IV : Merupakan bab analisis Perlindungan Hukum bagi Penanam Modal. Dalam bab ini hasil dari penelitian yang kemudian digunakan untuk menjawab rumusan masalah dan dianalisis menurut hukum oleh penulis. Adapun bab ini menjawab permasalahan tentang substansi hukum penanaman modal di Indonesia, perlindungan hukum bagi penanaman modal di Indonesia, faktor yang menghambat penanaman modal di bidang usaha perkebunan di Indonesia, dan analisis penulis.

(29)

19 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Perlindungan Hukum

Kehadiran hukum dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang biasa bertentangan antara satu sama lain. Maka dari itu, hukum harus bisa mengintegrasikannya sehingga benturan-benturan kepentingan itu dapat ditekan seminimal mungkin.

Istilah “hukum” dalam bahasa Inggris dapat disebut sebagai law atau

legal. Dalam subbab ini akan dibahas pengertian hukum ditinjau dari sisi terminologi kebahasaan yang merujuk pada pengertian dalam beberapa kamus serta pengertian hukum yang merujuk pada beberapa pendapat ataupun teori yang disampaikan oleh pakar. Pembahasan mengenai hukum disini tidak bermaksud untuk membuat suatu batasan yang pasti mengenai arti hukum karena menurut Immanuel Kant pengertian atau arti hukum adalah hal yang masih sulit dicari karena luasnya ruang lingkup dan berbagai macam bidang yang dijadikan sumber ditemukannya hukum.

(30)

tentang peristiwa alam tertentu, keputusan atau pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim dalam pengadilan, atau vonis.

Pendapat mengenai pengertian untuk memahami arti hukum yang dinyatakan oleh R. Soeroso, S.H. bahwa hukum adalah himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melanggarnya.

Menurut Mochtar Kusumaatmadja pengertian hukum yang memadai harus tidak hanya memandang hukum itu sebagai suatu perangkat kaedah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tetapi harus pula mencakup lembaga atau institusi dalam proses yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan.

(31)

21

Menurut Soedjono Dirdjosisworo bahwa pengertian hukum dapat dilihat dari delapan arti1, yaitu hukum dalam arti penguasa, hukum dalam arti para petugas, hukum dalam arti sikap tindakan, hukum dalam arti sistem kaidah, hukum dalam arti jalinan nilai, hukum dalam arti tata hukum, hukum dalam arti ilmu hukum, hukum dalam arti disiplin hukum. Beberapa arti hukum dari berbagai macam sudut pandang yang dikemukakan oleh Soedjono Dirdjosisworo menggambarkan bahwa hukum tidak semata-mata peraturan perundang-undangan tertulis dan aparat penegak hukum seperti yang selama ini dipahami oleh masyarakat umum yang tidak tahu tentang hukum. Tetapi hukum juga meliputi hal-hal yang sebenarnya sudah hidup dalam pergaulan masyarakat.

Dalam hal memahami hukum ada konsep konstruksi hukum. terdapat tiga jenis atau tiga macam konstruksi hukum yaitu, pertama, konstruksi hukum dengan cara memperlawankan. Maksudnya adalah menafsirkan hukum antara aturan-aturan dalam peraturan perundang-undangan dengan kasus atau masalah yang dihadapi. Kedua, konstruksi hukum yang mempersempit adalah membatasi proses penafsiran hukum yang ada di peraturan perundang-undangan dengan keadaan yang sebenarnya. Ketiga, konstruksi hukum yang memperluas yaitu konstruksi yang menafsirkan hukum dengan cara

1

(32)

memperluas makna yang dihadapi sehingga suatu masalah dapat dijerat dalam suatu peraturan perundang-undangan.

Menurut Hans Kelsen, hukum adalah ilmu pengetahuan normatif dan bukan ilmu alam2. Lebih lanjut Hans Kelsen menjelaskan bahwa hukum merupakan teknik sosial untuk mengatur perilaku masyarakat.3

Secara kebahasaan, kata perlindungan dalam bahas Inggris disebut

denganprotection. Istilah perlindungan menurut KBBI dapat disamakan dengan

istilah proteksi, yang artinya adalah proses atau perbuatan memperlindungi,

sedangkan menurut Black’s Law Dictionary, protection adalah the act of

protecting.4

Secara umum, perlindungan berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa kepentingan maupun benda atau barang. Selain itu perlindungan juga mengandung makna pengayoman yang diberikan oleh seseorang terhadap orang yang lebih lemah. Dengan demikian, perlindungan hukum dapat diartikan dengan segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada warga negaranya agar hak-haknya sebagai seorang warganegara tidak dilanggar, dan

2

Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at,Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MK RI, 2006), h. 12.

3

Hans Kelsen,Dasar-Dasar Hukum Normatif, (Jakarta: Nusamedia, 2009), h. 343.

4

(33)

23

bagi yang melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.5

Pengertian perlindungan adalah tempat berlindung, hal (perbuatan dan sebagainya) memperlindungi. Dalam KBBI yang dimaksud dengan perlindungan adalah cara, proses, dan perbuatan melindungi. Sedangkan hukum adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah atau yang data berlaku bagi semua orang dalam masyarakat (negara).

Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukun dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.6

Adapun pendapat yang dikutip dari bebearpa ahli mengenai perlindungan hukum sebagai berikut:

1. Menurut Satjito Rahardjo perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu

5

“Pemegang Paten Perlu Perlindungan Hukum”,Republika, 24 Mei 2004.

6

(34)

kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.7

2. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.8

3. Menurut Muchsin perlindungan hukum adalah kegiatan untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antara sesama manusia.9

4. Menurut Hetty Hasanah perlindungan hukum yaitu merupakan segala upaya yang dapat menjamin adanya kepastian hukum, sehingga dapat memberikan perlindungan hukum kepada pihak-pihak yang bersangkutan atau yang melakukan tindakan hukum.10

7

Satjipro Rahardjo,Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2003), h. 121.

8

Setiono,“Rule of Law”, (Surakarta: Disertasi S2 Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, 2004), h.3.

9

Muchsin,Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta: Disertasi S2 Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, 2003), h. 14.

10

Hetty Hasanah, “Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen

atas Kendaraan Bermotor dengan Fidusia”, artikel diakses pada 3 Februari 2014 dari

(35)

25

Menurut Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, perlindungan hukum adalah jaminan perlindungan pemerintah dan atau

masyarakat kepada warganegara dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban,

dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga, perlindungan hukum adalah segala upaya

yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan

oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan,

pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan

pengadilan. Sedangkan perlindungan hukum yang tertuang dalam Peraturan

Pemerintah No.2 Tahun 2002 tentang Tatacara Perlindungan Terhadap Korban

dan Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat, perlindungan

hukum adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat

penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman baik fisik

maupun mental, kepada korban dan saksi, dari ancaman, gangguan, teror, dan

kekerasan dari pihak manapun, yang diberikan pada tahap penyelidikan,

penyidikan, penuntutan, dan atau pemeriksaan di sidang pengadilan.

Suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

(36)

3. Berkaitan dengan hak-hak warganegara.

4. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya.

Esensi perlindungan hukum terhadap penanam modal adalah suatu perlindungan yang memberikan jaminan bagi seorang penanam modal , bahwa ia akan dapat menanamkan modalnya dengan situasi yang fair terhadap para pihak yang terkait dengan hukum, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya, terutama dalam hal mendapatkan akses informasi mengenai situasi pasar, situasi politik dan masyarakat, asset yang dikelola oleh penanam modal, peraturan perundang-undangan, dan lain sebagainya.

Dalam Islam hak memperoleh perlindungan terdapat dalam Al-Quran (Q.S. Al-Balad/90: 12-17)11

melepaskan budak dari perbudakan. Atau memberi makan pada hari

kelaparan. Kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat. Atau kepada orang

11

Dari Deklarasi Kairo atau Tim Penyusun PUSLIT IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

(37)

27

miskin yang sangat fakir. Dan dia tidak pula termasuk orang-orang yang

beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk

berkasih sayang”(Q.S. Al-Balad/90: 12-17).

Menurut Q.S. Al-Balad/90: 12-17 bahwa jalan yang berat ditempuh bagi seorang muslim yang berkaitan dengan perlindungan hukum terdapat dalam akhir ayat 17 yaitu saling berpesan untuk bersabar dan berkasih sayang. Kasih sayang yang dimaksud ialah saling memberikan perlindungan hukum antara pemerintah dengan penanam modal asing maupun domestik.

Kemudian, dalam ayat lain yaitu Al-Quran (Q.S. At-Taubah/9: 6)12 Allah berfirman bahwa:

ۚ

6:9

(

Artinya:

Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar

firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya.

Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui” (Q.S. At-Taubah/9: 6).

(38)

Menurut Q.S. At-Taubah/9: 6 bahwa kewajiban seorang muslim untuk memberikan perlindungan kepada setiap manusia. Seorang muslim harus memberikan perlindungan hukum terhadap sesama muslim, sebangsa, dengan orang non-muslim dan warga negara asing.

Adapun hadits yang menyebutkan mengenai perlindungan hukum dan pemberian hak keamanan yaitu:

Artinya:

Perlindungan kaum muslimin terhadap orang kafir adalah sama walaupun jaminan itu diberikan oleh kaum muslimin yang paling rendah (HR. Muslim Nomor 2344).

(39)

29

B. Bentuk Perlindungan Hukum

Menurut R. La Porta dalam Jurnal of Financial Economics, bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara memiliki dua sifat, yaitu bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman (sanction).13 Bentuk perlindungan hukum yang paling nyata adalah adanya institusi-institusi penegak hukum seperti pengadilan, kejaksaan, kepolisian, dan lembaga-lembaga penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non-litigasi) lainnya. Hal ini sejalan dengan pengertian hukum menurut Soedjono Dirdjosisworo yang menyatakan bahwa hukum memiliki pengertian beragam dalam masyarakat dan salah satunya yang paling nyata dari pengertian tentang hukum adalah adanya institusi-institusi penegak hukum.

Perlindungan hukum sangat erat kaitannya dengan aspek keadilan. Menurut Soedirman Kartohadiprodjo, pada hakikatnya tujuan hukum adalah mencapai keadilan. Maka dari itu, adanya perlindungan hukum merupakan salah satu medium untuk menegakkan keadilan salah satunya penegakan keadilan di bidang ekonomi khususnya penanaman modal.

Penegakan hukum dalam bentuk perlindungan hukum dalam kegiatan ekonomi khususnya penanaman modal tidak bisa dilepaskan dari aspek hukum

13

(40)

perusahaan14 khususnya mengenai perseroan terbatas karena perlindungan hukum dalam penanaman modal melibatkan beberapa pihak pelaku usaha turutama pihak penanam modal, direktur, komisaris, pemberi izin dan pemegang kekuasaan, serta pihak-pihak penunjang terjadinya kegiatan penanaman modal seperti notaris yang mana para pihak tersebut didominasi oleh subjek hukum berupa badan hukum berbentuk perseroan terbatas.

Subjek hukum dalam hukum perdata terdapat dua subjek hukum, yaitu subjek hukum orang pribadi dan subjek hukum berupa badan hukum. subjek hukum orang pribadi atau natuurlijkepersoon adalah orang atau manusia yang telah dianggap cakap menurut hukum. orang sebagai subjek hukum merupakan pendukung atau pembawa hak sejak dia dilahirkan hidup hingga dia mati.15 Walaupun ada pengecualian bahwa bayi yang masih ada di dalam kandungan ibunya dianggap telah menjadi sebagai subjek hukum sepanjang kepentingannya mendukung untuk itu.

Selanjutnya, subjek hukum dalam hukum perdata adalah badan hukum atau rechtspersoon. Badan hukum merupakan kumpulan manusia pribadi atau

14

Hukum perusahaan merupakan lapangan hukum yang berada dalam sistem hukum perdata. Dalam hukum perdata terdapat enam bidang hukum yaitu hukum perorangan, hukum keluarga, hukum waris, hukum harta kekayaan yang didalamnya meliputi hukum kebendaan dan hukum perikatan. Hukum perusahaan adalah hukum perikatan yang muncul dari lapangan perusahaan. Kedudukan hukum perusahaan terletak pada lapangan Hukum Dagang

(pengkhususan hukum perdata), Hukum Administrasi Negara, dan Hukum Ekonomi. Lihar RT Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro,Pengertian Pokok Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Perusahaan yang berlaku di Indonesia, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1996), h. 5-8.

15

(41)

31

dapat pula merupakan kumpulan dari badan hukum. Menurut Satjipto Rahardjo, hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya secara terukur. Kepentingan merupakan sasaran dari hak karena hak mengandung unsur perlindungan dan pengakuan.16

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum atau legal protection merupakan kegiatan untuk menjaga atau memelihara masyarakat demi mencapai keadilan.17 Kemudian perlindungan hukum dikonstruksikan sebagai bentuk pelayanan, dan subjek yang dilindungi.18

C. Hak dan Kewajiban Perlindungan Hukum

Hak adalah sesuatu yang harus kita dapatkan sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus kita kerjakan. Lahirnya suatu kontrak menimbulkan suatu hubungan hukum perikatan yang mengakibatkan timbulnya hak dan kewajiban. Pemenuhan hak dan kewajiban itulah yang menjadi akibat hukum dari suatu kontrak. Dengan kata lain, akibat hukum kontrak sebenarnya adalah pelaksanaan dari isi kontrak itu sendiri. Pasal 1339 KUHPer menyatakan bahwa suatu kontrak tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas

16

Satjipto Rahardjo,Ilmu Hukum, cet. VI (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), h. 54.

17

Hilda Hilmiah Diniyati, “Perlindungan Hukum bagi Investor dalam Pasar Modal (Studi pada Gangguan SistemTransaksi di Bursa Efek Indonesia)”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 19.

18

(42)

dinyatakan dalam kontrak tersebut, tetapi juga segala sesuatu yang menurut sifat kontrak diharuskan atau diwajibkan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-undang. Tentang hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak tertuang dalam isi perjanjian yang disepakati kedua belah pihak.19

Hak dan kewajiban penanam modal asing telah ditentukan dalam pasal 10, pasal 12, pasal 14, pasal 19, pasal 26, pasal 27 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Kewajiban perusahaan penanam modal asing antara lain:

1. Memenuhi kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warga negara Indonesia, kecuali dalam hal yang diatur dalam pasal 11.

2. Melakukan kerja sama antara penanam modal asing dengan penanam modal Indonesia.

3. Mengurus dan mengendalikan perusahaannya sesuai dengan asas-asas ekonomi perusahaan dengan tidak merugikan kepentingan negara. 4. Memberikan kesempatan partisipasi bagi modal nasional secara efektif

setelah jangka waktu tertentu dan menurut pertimbangan yang ditetapkan pemerintah.

5. Wajib menyelenggarakan dan atau menyediakan fasilitas latihan dan pendidikan di dalam dan atau di luar negeri secara teratur dan terarah

19

“Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum dan Kontrak “Franchise”, artikel diakses pada 3 Maret 2013 dari

(43)

33

bagi warga negara Indonesia. Tujuannya adalah agar berangsur-angsur tenaga kerja warga negara asing dapat digantikan oleh tenaga kerja warga negara Indonesia.

Sedangkan hak penanam modal asing adalah:

1. pemakaian atas tanah seperti hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai.

2. Hak untuk mendatangkan atau menggunakan tenaga pimpinan dan tenaga kerja ahli warga negara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat diisi dengan tenaga kerja warga negara Indonesia.

3. Hak transfer dalam valuasi asli dari modal atas dasar nilai tukar yang berlaku untuk:

a. Keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak dan kewajiban pembayaran lain di Indonesia.

b. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja asing yang dipekerjakan di Indonesia.

c. Biaya-biaya lain yang ditentukan lebih lanjut. d. Penyusutan atas alat-alat perlengkapan tetap. e. Kompensasi dalam hal nasionalisasi.

(44)

pasal 18 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Hak penanam modal asing meliputi:

1. Mengalihkan asset yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkan. 2. Melakukan transfer dan repatriasi (pengiriman) dalam valuta asing. 3. Menggunakan tenaga ahli warga negara asing untuk jabatan dan

keahlian tertentu.

4. Mendapat kepastian hak, hukum, dan perlindungan.

5. Mendapat informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya.

6. Hak pelayanan.

7. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan.

Hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal telah ditentukan dalam pasal 14, 15, dan 16 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab itu meliputi:

1. Setiap penanaman modal berhak mendapatkan: a. Kepastian hak, hukum, dan perlindungan.

b. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya.

(45)

35

d. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Setiap penanam modal berkewajiban:

a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi penanaman Modal. d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan

usaha penanaman modal.

e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Setiap penanam modal bertanggung jawab:

a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara.

(46)

e. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja.

f. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan artinya bahwa penanam modal tidak hanya mematuhi peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal, tetapi juga di bidang lainnya seperti bidang lingkungan hidup, kehutanan, perpajakan, pertanahan, dan lain-lain. Apabila penanam modal melanggar peraturan perundang-undangan maka dapat dikenakan sanksi berupa sanksi pidana, administratif, denda, dan perdata.

Peran kepolisian sebagai penegak hukum dituntut untuk mampu melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap setiap bentuk tindak pidana, termasuk upaya pembuktian secara ilmiah dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi guna melindungi hak-hak penanaman modal. Aktualisasi dari peran sebagai penegak hukum ini adalah:

1. Menguasai dan mahir dalam hukum acara pidana maupun perdata sehingga mampu menghadapi setiap permasalahan hukum dengan tepat dan dapat mengatasi kasus-kasus pelanggaran hak pada tingkat pra peradilan.

(47)

37

3. Mempunyai semangat dan tekad yang kuat untuk menjadi “Crime Hunter”dengan motto “Walaupun langit esok akan runtuh namun hukum harus tetap ditegakkan.”

4. Mampu memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membantu mengungkapkan pembuktian secara ilmiah dalam kasus-kasus yang terjadi.

5. Mampu melakukan koordinasi dengan segenap instansi terkait dalam usahanya menegakan hukum menurut sistem peradilan pidana khususnya dan serta mengkoordinasikan dan mengawasi penyidik pegawai negeri sipil dalam rangka perlindungan hak-hak penanaman modal.

(48)

dari penanam modal yang dapat juga dinamakan kesadaran Hukum Yang Rendah.20

Dalam bekerjanya sistem peradilan pidana garis koordinasi dan interkoneksi antar lembaga penegak hukurn untuk melaksanakan tahapan acara pidana menunjukkan diferensiasi fungsional dari masing-masing lembaga. Pada titik ini terdapat kerentanan terjadinya ego sektoral dari masing-masing lembaga. Terdapat kecenderungan dalam praktik selama ini Pemasyarakatan kurang memiliki kekuatan tawar yang kuat terhadap tiga institusi penegak hukum yaitu, kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan.21

20

Syamsiar Julia, “Pelanggaran HAM dan Peran POLRI dalam Penegakan Hukum di Indonesia”, Jurnal Akademik Universitas Sumatera Utara.

21

(49)

39 BAB III

PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

A. Definisi Penanaman Modal

Istilah penanaman modal berasal dari bahasa latin, yaitu investire yang artinya memakai, sedangkan dalam bahasa inggris disebut dengan investment. Dalam definisi penanaman modal dikonstruksikan sebagai sebuah kegiatan untuk penaikan sumber dana yang digunakan untuk pembelian barang modal, dan barang modal itu akan dihasilkan produk baru.

Wikipedia Indonesia mengartikan investor atau penanam modal adalah orang perorangan atau lembaga baik domestik atau non domestik yang melakukan suatu investasi (bentuk penanaman modal sesuai dengan jenis investasi yang dipilihnya) baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Terkadang istilah penanam modal ini juga digunakan untuk menyebutkan seseorang yang melakukan pembelian properti, mata uang asing, komoditi, derivatif, saham perusahaan, atau asset-aset lainnya dengan suatu tujuan untuk memperoleh keuntungan dan bukan merupakan profesinya serta hanya untuk jangka waktu tertentu.

(50)

dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang. Kamaruddin Ahmad mengartikan penanaman modal adalah penempatan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut.

Penanaman modal menurut Sunariyah adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian, dan produksi, dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang. Contohnya adalah membangun infrastruktur atau pabrik.

(51)

41

Pakar lain yang berasal dari luar negeri, pada tahun 1993, yaitu Sharpe, mendefinisikan penanaman modal merupakan mengorbankan aset yang dimiliki sekarang guna mendapatkan aset pada masa mendatang yang tentu saja dengan jumlah yang lebih besar. Lalu Jones, pada tahun 2004 mendefinisikan penanaman modal adalah komitmen menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode pada masa mendatang. Menurut Reilly and Brown penanaman modal adalah komitmen mengikatkan aset saat ini untuk beberapa periode waktu ke masa depan guna mendapatkan penghasilan yang mampu mengkompensasi pengorbanan investor yang serupa: keterikatan aset pada waktu tertentu, tingkat inflasi, dan ketidaktentuan penghasilan pada masa mendatang.

Muhammad Syakir Sula mendefinisikan penanaman modal adalah menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya di masa mendatang. Lalu, menurut Joko Salim, penanaman modal adalah mengelola kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan dan yang lebih besar lagi, syarat utama untuk melakukan investasi adalah terlebih dahulu memiliki kelebihan dana.1

1

(52)

Dalam Ensiklopedia Indonesia, penanaman modal diartikan sebagai penanaman uang atau modal untuk proses produksi dengan membeli gedung-gedung, permesinan, bahan cadangan, penyelengaraan uang kas, serta perkembangannya. Dengan demikian, cadangan modal barang diperbesar sejauh tidak ada modal barang yang harus diganti.

Para ekonom mengemukakan pengertian yang berbeda-beda tentang investasi. Yogianto mengemukakan bahwa investasi adalah penundaan konsumsi saat ini untuk digunakan produksi yang efisien selama periode tertentu. Tandelilin mendefinisikan investasi sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang.

(53)

43

Ada hal lain yang turut berperan dalam berinvestasi syariah. Investasi syariah tidak selalu membicarkan persoalan duniawi sebagaimana yang dikemukakan oleh para ekonom sekuler. Ada unsur lain yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu investasi di masa depan, yaitu ketentuan dan kehendak Allah. Sebagaimana terdapat pada Al-Qur’an (Q.S. Lukman/31: 34):

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang

Hari Kiamat. dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang

ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti)

apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat

mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal.

(54)

Islam memandang semua perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari, termasuk aktivitas ekonominya sebagai investasi yang akan mendapatkan hasil (return). Investasi yang melanggar syariah akan mendapatkan balasan yang setimpal, begitu pula investasi yang sesuai dengan syariah. Return

investasi dalam Islam sesuai dengan besarnya sumber daya yang dikorbankan. Hasil yang akan didapatkan manusia dari investasinya di dunia bisa berlipat-lipat ganda.

B. Sejarah Perkembangan Penanaman Modal

Pembicaraan tentang sejarah perkembangan penanaman modal tidak lepas dari pembicaraan tentang gelombang atau periodisasi penanaman modal, yaitu periode kolonialisme kuno, dan pasca-kemerdekaan.

Periode kolonialisme kuno dimulai pada abad ke-17 dan abad ke-18. Melalui kebijaksanaan pemerintah Hindia-Belanda yang memperkenankan masuknya modal asing dari Eropa untuk menanamkan modalnya dalam bidang perkebunan.2 Kemudian adanya pengambilalihan kewajiban badan usaha VOC oleh pemerintah Belanda pada tahun 1799 sehingga memungkinkan pemerintah Belanda mulai terjun langsung dalam pencarian dan perdagangan rempah-rempah seperti: kopi, pala, cengkeh, dan tebu serta memungkinkan pula

2

(55)

45

dilakukannya penanaman modal lainnya di daerah-daerah jajahan seperti Hindia-Belanda.

Di samping itu, pemerintah Belanda juga mulai membuka tanah-tanah pertanian di Indonesia dengan mengeluarkan aturan pertanahan yang dikenal dengan “Agrarische Wet” pada tahun 1870. Dengan adanya peraturana ini, maka penanaman modal asing yang khususnya datang dari swasta Eropa dan mempunyai hubungan dekat dengan pemerintah Belanda diizikna untuk melakukan usahanya di Indonesia, namun masih terbatas pada daerah-daerah pertanian tertentu yang tidak diusahakan oleh pemerintah Belanda untuk usaha perkebunan dengan pengawasan yang sangat ketat oleh pemerintah daerah jajahan. Sedangkan bidang usaha lain seperti pertambangan, perdagangan, dan sebagainya tetap dikuasai dan dijalankan oleh pemerintah Belanda.

(56)

dimana kondisi kerja buruh sangat memprihatinkan. Para buruh dipandang sebagai hewan kerja yang malas, lamban, dan pembohong.3

Pesatnya penanaman modal asing yang dilakukan oleh swasta Eropa di Hindia-Belanda menunjukan bahwa perekonomian Hindia-Belanda sudah mulai diperkenalkan dengan modal asing, oleh Boeke dalam buku Economics and Economic policy of Dual Societies disebut sebagai ekonomi yang bersifat dualistis.

Pada periode pasca kemerdekaan secara yuridis Indonesia telah memulai babak baru dalam mengelola secara mandiri perekonomian negara guna melaksanakan pembangunan nasional, meskipun penanaman modal tetap mengalami kemandekan karena penjajahan Belanda dan lebih parah lagi pada masa penjajahan Jepang. Bahkan selama 17 tahun berikutnya Indonesia hanya menjadi negara pengimpor barang modal dan teknologi, tidak satupun dalam bentuk penanaman modal asing secara langsung. Sampai dengan tahun 1949 setelah Indonesia mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Belanda, keadaan penanaman modal terutama asing yang masuk ke Indonesia masih tetap mengalami kemandekan dan hanya penanaman modal asing warisan pemerintah Belanda saja yang sudah mulai kembali beroperasi.

Pada tahun 1953 pemerintah menyusun suatu rencana Undang-Undang Penanaman Modal Asing (PMA) yang dirancang untuk berbagai persyaratan

3

(57)

47

minimum sambil mendorong penanaman modal asing pada beberapa bidang usaha tertentu. Oleh Pauw4 dikemukakan bahwa undang-undang tersebut tidak banyak memberikan kemudahan, membatasi para penanam modal asing untuk bergerak pada beberapa bidang usaha tertentu diantaranya jasa pelayanan umum dan pertambangan, namun menguntungkan penanam modal dalam negeri pada beberapa bidang usaha yang biasanya dijalankan oleh orang Indonesia.

Belum cukup dua tahun setelah berlakunya undang-undang tersebut, prospek masuknya penanaman modal asing dengan dibentuknya undang-undang tersebut menjadi sirna setelah pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda pada Desember tahun 1957. Sudah dapat diduga setelah tahun 1957 industri mengami stagnan seperti halnya seluruh sektor perekonomian nasional.

Tanggal 5 Juli 1959 Presiden mengeluarkan dekrit untuk kembali kepada UUD 1945 setelah terjadinya krisis politik dunia, mengakhiri sistem demokrasi parlemen, mencabut UUDS 1950, menciptakan demokrasi terpimpin, dan ekonomi terpimpin. Banyak proyek-proyek baru yang dilahirkan seperti pembangunan pabrik baja di Cilegon Jawa Barat, pabrik superfosfat di Cilacap Jawa Tengah, dan pekerjaan awal PLTA dan pabrik peleburan alumunium di Asahan Sumatera Utara.

(58)

Menjelang akhir tahun 1965 proyek-proyek ini tidak satupun dapat diselesaikan sehingga kemerosotan ekonomi semakin parah, laju inflasi mencapai 20-30 % perbulan. Pernyataan Hamengku Buwono IX selaku menteri perekonomian pada saat itu mengatakan bahwa pada tahun 1965 harga-harga pada umumnya naik lebih dari 500 %, bahkan haga beras melonjak dengan lebih dari 900 %.5

Pada tahun 1966 tepatnya tanggal 11 Maret 1966 peralihan kekuasaan terjadi dari rezim Orde Lama kepada Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto selaku pengemban Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang mewarisi keadaan politik dan ekonomi yang sudah hampir ambruk dari pemerintahan sebelumnya. Upaya yang paling awal dilaksanakan pada masa orde baru adalah dengan menggunakan cara pendekatan pragmatis sebagai konsep utama dalam melakukan perbaikan ekonomi yakni dengan mengatur kembali jadwal pelunasan utang luar negeri yang jumlahnya sudah melebihi $2.400 juta. Kemudian menciptakan mekanisme untuk menanggulangi inflasi, merehabilitasi infrastruktur, mendorong pertumbuhan perbaikan sarana dan prasarana ekonomi, dan memperbaiki hubungan dengan luar negeri. Oleh Muhammad Sadli6 disebut sebagai pendekatan yang sepenuhnya onpelitik atau sebagai suatu versi teknoratis.

5

Ibid, h. 51.

6

(59)

49

Model pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dianut oleh pemerintah Orde Baru dengan dukungan elit angkatan darat menekankan pada pembentukan modal yang harus melebihi pertumbuhan penduduk dengan jalan mengadakan pinjaman atau utang luar negeri ataupun mendorong penanaman modal asing. Yahya A. Muhaimin7 menguraikan bahwa dengan menggunakan satu versi yang dinamis dari model tersebut, maka pertumbuhan ekonomi akan dipercepat jika pertumbuhan modal dipercepat melalui berbagai jenis program tabungan dan investasi atau penanaman modal asing langsung dalam lingkup negara ataupun swasta melebihi hasil produksi dan pertumbuhan penduduk. Model itu juga menekankan pentingnya pengendalian pertumbuhan penduduk dengan jalan menekan angka kelahiran.

Muhammad Sadli8 salah seorang penasihat ekonomi pemerintahan Orde Baru menegaskan bahwa keberadaan perusahaan-perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Indonesia akan mempunyai efek katalisator atas pertumbuhan selanjutnya dari perekonomian nasional. Tuduhan yang sering sekali terdengar dalam perekonomian bekas kolonial bahwa perusahaan penanaman modal asing menghambat pertumbuhan perusahaan-perusahaan pribumi akan dapat dihindarkan. Beliau juga mengemukakan bahwa

7

Ibid., hal. 19.

8

(60)

proses pembangunan ekonomi pada akhirnya akan menuju kepada industrialisasi, dimana industrialisasi merupakan hasil pembangunan.9

Pada masa orde baru juga ditandai dengan diundangkannya Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Pada masa ini menghasilkan arus investasi meningkat, terbukti bahwa pada tahun 1996 FDI mengalami pertumbuhan positif dan mencapai puncaknya sebesar US$ 6,2 miliar.

Pada masa Orde Reformasi tahun 1998-2004 arus penanaman modal di Indonesia mengalami penurunan. Tahun 1997 menjadi awal bagi pertumbuhan negatif investasi terutama asing. Kemudian pada tahun 1999 menorehkan catatan buruk bagi investasi dengan terjadinya defisit investasi yang terus berlanjut hingga tahun 2003. Defisit FDI tahun 2002 tercatat sebesar –US$ 1,5 miliar.

Berdasarkan data BKPM, laporan persetujuan investasi menunjukan data yang besar. Akan tetapi, hanya sedikit dari persetujuan itu yang terealisasi. Data BKPM menunjukan pada tahun 2001 persetujuan investasi asing mencapai 1334 proyek, namun yang direalisasikan hanya 376 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 2,79 miliar. Sedangkan realisasi investasi dalam negeri

9

(61)

51

hanya sebanyak 145 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp 7,54 triliun. Pada tahun 2002, persetujuan investasi asing menurun menjadi 1151 proyek, sedangkan proyek yang terealisasi naik menjadi 425 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 9,25 miliar. Persetujuan investasi dalam negeri sebesar 188 proyek dan realisasi sebesar 105 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp 11,04 triliun. Pada tahun 2003, persetujuan investasi asing hanya mencapai 773 proyek, sedangkan realisasinya hanya mencapai 338 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 2,03 miliar. Persetujuan investasi dalam negeri sebesar 143 proyek dan realisasi 76 proyek senilai Rp 5,64 triliun.

Faktor penyebab utama rendahnya investasi yang masuk ke Indonesia adalah adanya anggapan dari para penanam modal bahwa Indonesia merupakan negara yang belum aman dalam menanamkan investasinya karena belum stabilnya seluruh ruang lingkup kehidupan bangsa Indonesia.

C. Manfaat Penanaman Modal

Keberadaan penanaman modal ternyata memberikan dampak positif di dalam pembangunan. Adi Harsono mengemukakan dampak dari adanya penanaman modal asing atau perusahaan asing dan penanaman modal dalam negeri atau perusahaan dalam negeri di berbagai negara berdasarkan bukti-bukti dari keberadaan investasi asing sebagai berikut:

(62)

Perusahaan asing membayar gaji pegawainya lebih tinggi dibandingkan gaji rata-rata nasional. Di Amerika misalnya, perusahaan asing membayar gaji 4% lebih tinggi pada tahun 1989 dan 6% lebih tinggi pada tahun 1996 dibandingkan perusahaan-perusahaan domestik.

2. Lapangan Pekerjaan

Perusahaan menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan domestik sejenis. Di Amerika misalnya, jumlah lapangan pekerjaan yang diciptakan perusahaan asing mencapai 1,4% pertahun dari 1989 sampai 1996, sedangkan perusahaan domestik Amerika hanya menciptakan 0,8%. Di Inggris dan Prancis, lapangan pekerjaan yang diciptakan oleh perusahaan asing naik 1,7% pertahun, sebaliknya lapangan pekerjaan yang diciptakan perusahaan domestik menyusut 2,7%. Hanya di Jerman dan di Belanda yang perusahaan asing tidak banyak berbeda menciptakan lapangan pekerjaan dengan perusahaan domestik karena majunya perusahaan domestik di negara tersebut.

3. Corporate Social Responsibility(CSR)

(63)

53

4. Ekspor

Perusahaan asing cenderung mengekspor lebih banyak dibandingkan perusahaan domestik. Tahun 1996 di Irlandia, perusahaan asing mengekspor 89% dari produksinya dibandingkan dengan 34% yang dilakukan perusahaan domestik. Di Belanda perusahaan asing mengekspor 64% lebih banyak di bandingkan dengan perusahaan domestik yang mengekspor 37% dari hasil usahanya. Di prancis yaitu 35,2% yang diekspor oleh perusahaan asing dan 33,6% yang diekspor oleh perusahaan domestik. Dan di Jepang yaitu 13,1% oleh perusahaan asing, sedangkan 10,6% oleh perusahaan domestik.

Negara-negara miskin OECD menerima berkah lebih besar dari adanya investasi asing. Contohnya negara Turki, gaji pekerja perusahaan asing adalah 124% di atas rata-rata domestik nasional. Jumlah pekerja juga meningkat 11,5% pertahun dibandingkan dengan perusahaan domestik yang menciptakan 0,6% pertahun.

Selain itu, Adi Harsono juga mengungkapkan tentang dampak positif investasi asing terutama di bidang industri migas yang menggunakan sistem

Production Sharing Contract(PSC) adalah sebagai berikut:

(64)

terus meningkat, sedangkan produksi minyak perusahaan nasional Pertamina justru menurun.

2. Jumlah pegawai perusahaan asing dan perusahaan jasa penunjang perusahaan asing terus meningkat.

3. Gaji dan fasilitas yang diberikan perusahaan asing juga lebih baik dibandingkan gaji dan fasilitas yang diberikan perusahaan domestik. 4. Perusahaan asing mulai meningkatkan investasi di bidang pendidikan,

pelatihan, dan penelitian.

5. Secara tidak langsung, perusahaan asing juga membawa pengetahuan, managemen, dan etika bisnis yang lebih profesional.

John W. Head juga mengemukakan bahwa keuntungan penanaman modal asing adalah menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tujuan investasi hingga mereka dapat saling berbagi dan mendapatkan peluang membuat perusahaan dan industri kecil yang menunjang kegiatan perusahaan dan industri besar atau lainnya.

(65)

55

D. Definisi Hukum Penanaman Modal

Istilah hukum penanaman modal berasal dari bahasa inggris, yaitu

investment of law. Dalam peraturan perundang-undangan tidak ditemukan pengertian hukum penaman modal. Untuk mengetahui pengertian hukum penanaman modal, kita harus mencari dari berbagai pandangan para ahli dan kamus hukum.

Ida Bagus Wyasa Putra, dkk., mengemukakan pengertian hukum penanaman modal adalah norma-norma hukum mengenai kemungkinan-kemungkinan dapat dilakukannnya penanaman modal, syarat-syarat penanaman modal, perlindungan dan yang terpenting mengarahkan agar penanaman modal dapat mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat.

T. Mulya Lubis mengemukakan bahwa hukum penanaman modal tidak hanya terdapat dalam undang-undang, tetapi dalam hukum dan aturan lain yang diberlakukan berikutnya yang terkait dengan masalah-masalah penanaman modal asing.

Referensi

Dokumen terkait

Kumpulan BP tidak akan bertanggungjawab untuk sebarang kerosakan atau kecederaan akibat daripada penggunaan, selain daripada kegunaan produk bahan yang dinyatakan, kegagalan

Seberapa sering Bapak/Ibu merasakan pelaksanaan prosedur audit tertentu dalam batas anggaran waktu merupakan hal yang sangat. penting untuk dipatuhi

Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang

Dalam pembuatan komponen mesin penggerak kapal tentu melibatkan banyak mesin perkakas, salah satunya adalah mesin gerinda.Proses gerinda adalah suatu proses manufaktur yang penting

Setelah dilakukan penghematan yaitu dengan rekomendasi pergantian lampu hemat energi atau LED didapatkan IKE baru dan hasil dari IKE baru rata – rata untuk seluruh stasiun

Sebagai contoh, gending yang selalu digunakan dalam pertunjukan wayang pada bagian Pathet Nem adalah Playon Lasem Patet Nem seperti berikut.. 16

Peneliti terlebih dahulu menghitung jumlah kodingan atau poin-poin kekerasan verbal yang terdapat dalam film Perjaka Terakhir dan untuk kehandalan, selanjutnya meminta orang

Dari teori episteme dalam filsafat Michel Foucault yang digunakan untuk mengkaji penafsiran Engineer ini, dapat diketahui konteks pemikirannya untuk menafsirkan ayat-ayat