Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Komunikasi Pernyiaran Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Andina Vanda Marsista
109051000005
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
JAKARTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam
jenjang Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Januari 2015
AndinaVanda Marsista
i Andina Vanda Marsista
109051000005
Analisis Semiotika Kepedulian terhadap Anak Jalanan dalam Film Rumah Tanpa Jendela
Rumah Tanpa Jendela, merupakan sebuah film drama musikal yang diadaptasi dari cerpen karya Asma Nadia, mengisahkan tentang persahabatan dua orang anak yang berbeda status sosial. Anak yang terlahir sebagai anak orang kaya sangat peduli pada sahabatnya yang terlahir kurang beruntung, ia hanya anak seorang penjual ikan dan sol sepatu. Keinginannya hanya satu, yaitu memiliki rumah dengan jendela. Film yang disutradarai oleh Aditya Gumay ini berhasil meraih penghargaan Pemeran Utama Pria Terbaik di Festival Film Indonesia (2011). Emir Mahira sebagai pemeran utama pria mampu memerankan tokoh Aldo dengan baik sehingga film ini menjadi menarik. Dan Emir Mahira adalah anak kecil pertama yang mampu meraih penghargaan tersebut.
Banyaknya adegan tentang kepedulian dalam Film Rumah Tanpa Jendela membuat peneliti tertarik menggunakan Analisis Semiotika dalam penelitian ini untuk menggambarkan pentinganya kepedulian dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna judul film Rumah Tanpa Jendela, mengetahui makna ikon, indeks, dan simbol dalam Film Rumah Tanpa Jendela, dan mengetahui bagaimana kepedulian terhadap anak jalanan dalam Film Rumah Tanpa Jendela.
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Subjek penelitian adalah film Rumah Tanpa Jendela, sedangkan unit analisisnya adalah potongan-potongan gambar atau visual yang terdapat dalam film Rumah Tanpa Jendela, juga dialog yang ada pada film yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang dianalisis menggunakan teori Charles Sanders Peirce.
Charles Sanders Peirce melihat tanda melalui ikon, indeks dan simbol, sehingga peneliti dapat lebih memahami makna atau simbol yang terkandung dalam dialog, gambar dan gerak pemain film Rumah Tanpa Jendela. Pesan kepedulian yang ingin disampaikan oleh Aditya Gumay tergambarkan dengan baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jendela dimaknai sebagai jendela hati, yaitu tempat seseorang menggunakan jendela dan mata hatinya untuk melihat sekitar dan lebih peka terhadap orang lain yang saling membutuhkan.
ii
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, hidayah serta taufiq-Nya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Semiotika Kepedulian Terhadap Anak Jalanan dalam Film
“Rumah Tanpa Jendela”
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan kita sebagai umatnya hingga akhir
zaman.
Pada penyusunan Skripsi ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan
dan kemampuan peneliti. Oleh sebab itu dengan hati terbuka peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga peneliti dapat
mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dikemudian hari.
Adapun dalam penyusunan skripsi ini tidak semata-mata hasil kerja
sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak yang telah membantu, baik secara morilmaupunmateril. Maka dari itu peneliti ingin
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
iii dan Penyiaran Islam.
3. Ibu Fita Fathurakhmah, M. Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Wati Nilam Sari, M. Si Sisebagai Dosen Pembimbing yang selalu sabar dan menyempatkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat membantu dan berguna untuk penelitian skripsi ini.
5. Orang Tua tercinta, Dudi Hermansyah Sukmana dan Rustantina Kartikawati, yang selalu memberikan doa, kasih sayang dan semangat. Tidak ada lagi yang bisa Peneliti lakukan untuk membalas semua doa dan kasih sayang kedua orang tua selain mendoakan dan membanggakan mereka.
6. Adik tercinta, Muhammad Ivandrian Sukmana yang sering mengejek Peneliti karena tak kunjung lulus. Namun Peneliti tahu, itu adalah bentuk motivasi untuk Peneliti. Semoga kelak kita menjadi anak yang sukses dan selalu membanggakan kedua orang tua dan keluarga besar. Amin.
7. Aditya Gumay dan Adenin Adlan selaku Sutradara dan Produser Film “Rumah Tanpa Jendela” yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi.
iv
yang sudah meluangkan waktunya untuk tetap memberikan semangat, motivasi dan tidak bosan mendengarkan keluh-kesah Peneliti.
10.Bapak Harry Roseno dan Bapak Edwin Farid serta teman-teman KOI Digitalyang sudah memberikan kesempatan kepada Peneliti untuk belajar dan mendapat pengalaman kerja yang luar biasa. Serta telah memberikan Peneliti kelonggaran waktu untuk bisa mengerjakan skripsi disela-sela hari kerja. Semoga setelah Peneliti menyelesaikan kuliah, Peneliti bisa memberikan yang lebih baik lagi untuk KOI Digital. Amin..
11.Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu jalannya penelitian ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, namun sama sekali tidak
mengurangi rasa terima kasih peneliti kepada kalian. Semoga Allah SWT membalassemuakebaikan yang telah kalian
berikanuntukpeneliti.Pada akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi rekan-rekan pembaca.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Jakarta, Oktober 2014
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Tinjauan Pustaka ... 6
E. Metodologi Penelitian ... 8
F. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Umum Semiotika ... 12
1. Konsep Dasar Semiotika ... 12
2. Konsep Semiotika Charles Sanders Peirce ... 15
3. Tipologi Tanda Versi Charles Sanders Peirce... 17
B. Tinjauan Umum Kepedulian ... 19
C. Tinjauan Umum Film ... 23
1. Pengertian Film ... 23
2. Sejarah Film di Indonesia ... 24
3. Fungsi Film ... 25
4. Jenis-jenis Film ... .25
5. Teknik Pengambilan Gambar ... 27
vi
B. Sinopsis Rumah Tanpa Jendela ... 36
C. Tim Produksi Rumah Tanpa Jendela ... 37
D. Profil Aditya Gumay (Sutradara Film Rumah Tanpa Jendela) ... 39
E. Profil Para Pemain Film Rumah Tanpa Jendela ... 41
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Interpretasi ... 72
B. Kepedulian dalam Film Rumah Tanpa Jendela Ditinjau Dari Teori Segi Tiga Makna (Triangle Meaning) Charles Sanders Peirce ... 74
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
viii
1. Gambar Rambu Tanah Longsor ... 21
2. Gambar Rambu Dilarang Berputar ... 22
3. Gambar Jenis Tanda dan Cara Kerja Ikon, Indeks dan Simbol ... 23
4. Profile Aditya Gumay Sutradara Film Rumah Tanpa Jendela ... 41
5. Gambar Emir Mahira ... 43
6. Gambar Dwi Tasya ... 44
7. Gambar Raffi Ahmad ... 45
8. Gambar Inggrid Widjanarko ... 47
9. Gambar Yuni Shara ... 48
10.Gambar Aswin Fabanyo... 49
11.Gambar Alicia Djohar ... 50
12.Gambar Aty Cancer ... 51
13.Gambar Varissa Camelia ... 52
14.Gambar Maudy Ayunda ... 53
15. Gambar Ozan Ruz ... 54 16. Gambar
17. Gambar Adegan 2 Adegan 1
ixi
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan film di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Film merupakan rangkaian gambar bergerak dalam komunikasi massa
visual. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop.Industri film
adalah industri bisnis, predikat ini telah menggeser anggapan orang yang
masih meyakini bahwa film adalah karya seni yang diproduksi secara kreatif
dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika
yang sempurna1
Film selain berfungsi sebagai hiburan, juga memiliki fungsi informatif
maupun edukatif, bahkan persuasif.
. Namun, film sebagai industri juga mampu memberikan
manfaat.
2
Film adalah medium komunikasi massa
yang ampuh sekali, dalam ceramah-ceramah penerangan atau pendidikan kini
banyak digunakan film sebagai alat bantu untuk memberikan penjelasan.Film
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap manusia.Pengaruh film
bergantung dari cerita film itu sendiri. Film yang memiliki cerita baik sudah
tentu akan berpengaruh baik kepada penontonnya.3
Di tengah perkembangannya, film di Indonesia menawarkan berbagai
warna yang sesuai dengan bermacam-macam fenomena yang banyak terjadi di
1
Elvinaro Ardianto, dkk.,KomunikasiMassa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007),h. 143.
2
Elvinaro Ardianto, dkk.,KomunikasiMassa: Suatu Pengantar, h. 145 3
masyarakat. Diantaranya, film yang menyajikan pesan dakwah yang
terinspirasi dari kejadian di tengah masyarakat.
Kenyataannya yang sedang terjadi di masyarakat kita sekarang adalah
globalisasi yang ditandai dengan percepatan arus komunikasi dan informasi
serta berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan dan
persoalan masyarakat menjadi semakin kompleks. Akibatnya, kondisi ini
secara perlahan tetapi pasti membawa masyarakat untuk berpikir pragmatis
dan hanya memiliki sedikit waktu untuk beribadah atau menghadiri
majelis-majelis ta’lim dan semacamnya karena hampir sebagian waktunya digunakan
untuk bekerja.Sisa waktu yang ada digunakan untuk beristirahat dan mencari
hiburan seperti menonton televisi ataupun bioskop.Oleh karena itu, dakwah
melalui film menjadi salah satu pilihan tepat.4
4
Zaenal Arifin, Dakwah Melalui Film dan Sinetron, (Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press dan Unggun Religi, 2006), h. 66 dan 92
Berdakwah dilakukan bukan hanya sebatas pada teori saja namun juga
praktik.Salah satunya adalah peduli kepada sesama. Peduli kepada sesama
adalah berbagi nikmat. Berbagi rezeki yang kita miliki, apa yang kita punya
kepada orang yang membutuhkan. Yang tampak kasat mata adalah mereka
yang hidup dalam keberlimpahan harta tetapi masih bersikap individualistik,
mengutamakan kepentingan dirinya dan kelompoknya. Kegiatan sosial
kemasyarakatan, apalagi di perkotaan, sudah menjadi barang asing.
Masing-masing orang tampak sibuk dan memikirkan urusannya sendiri-sendiri.
Akhirnya setiap orang nyaris tak mempedulikan orang lain di sekitar tempat
Dalam Islam, wujud berbagi itu bisa berupa sedekah dan zakat. Jika
bersedekah itu bersifat anjuran, sedangkan zakat itu wajib sebagai tanda
menyucikan hartanya. Berbagi harus dilandasi dengan keikhlasan untuk
membantu orang lain yang membutuhkan. Tak boleh ada keberatan dalam hati
saat menyalurkan pemberian tersebut, kecuali hanya mengharap ridha Allah
semata. Jika yang diutamakan adalah hal demikian, maka Allah SWT telah
menjanjikan pahala yang berlipat ganda.5
Sebagai bentuk apresiasi didunia perfilman, film Rumah Tanpa
Jendelatelah meraih beberapa penghargaan, di antaranya yaitu Pemeran Utama
Pria Terbaik di Festival Film Indonesia (2011), menjadi Unggulan dalam
kategori Penata Musik Terbaik di Festival Film Indonesia (2011).
Seperti dalam firman Allah SWT: “Perumpamaan orang-orang yang
menafkahkan harta mereka di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh butir dan setiap butir membuahkan lagi 100 biji.
Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang dikehendaki-Nya.Allah
Maha Luas karunia-Nya dan lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 261).
Dari gagasan diatas, baiknya perfilman di Indonesia lebih sering mengangkat
tema tentang peduli sesama seperti film “Rumah Tanpa Jendela”.
6
Film ini diadaptasi dari cerpen karya Asma Nadia. Film ini penting
untuk diteliti karena film ini bisa menjadi motivator dan inspirasi bagi anak
jalanan dalam berjuang hidup dalam kerasnya arus globalisasi. Film ini juga
mengingatkan kepada kita untuk peduli dengan lingkungan sekitar dengan
saling berbagi. Seperti firman Allah SWT yang terkandung dalam surat
Al-Ma’un ayat 1-3, yang artinya:
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (Q.S. Al-Ma’un: 1-3)
Allah menyebutkan bahwa para pendusta agama adalah orang-orang
yang menolak dan menghardik anak yatim, dan mereka tidak menganjurkan
kepada orang lain untuk memberi makan kepada anak yatim dan kaum fakir
miskin. Maka setiap Muslim hendaknya memiliki sifat peduli terhadap
sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Semiotika Kepedulian
terhadap Anak Jalanan dalam Film Rumah Tanpa Jendela”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan oleh Peneliti di atas,
maka Peneliti membatasi penelitian pada adegan-adegan dalam film Rumah
Tanpa Jendela yang memiliki pesan moral dan simbol untuk mewakili tentang
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana makna ikon, indeks dan simbol dalam film Rumah Tanpa
Jendela?
2. BagaimanaKepedulian terhadap Anak Jalanan dalam Film Rumah Tanpa
Jendela ditinjau dari segi tiga makna (triangle meaning) Charles Sander
Peirce?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui makna ikon, indeks, dan simbol dalam Film Rumah
Tanpa Jendela.
b. Mengetahui bagaimana Kepedulian terhadap Anak Jalanan dalam
Film Rumah Tanpa Jendela.
2. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini:
a. Kegunaan Akademis
Penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan kontribusi yang
positif dalam berbagai analisis studi tentang komunikasi, khususnya
analisis semiotika pada film.Serta menjadi tambahan referensi bahan
b. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan bagi para
akademisi yang mengambil bidang komunikasi, khususnya yang
berminat di dunia perfiilman.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah terlebih dahulu
melakukan tinjauan pustakayang berkaitan dengan “Analisis
SemiotikaKepedulian terhadap Anak Jalanan dalam Film Rumah Tanpa
Jendela”, diantaranya:
Kajian mengenai Rumah Tanpa Jendela telah dilakukan oleh beberapa
orang dengan beberapa bentuk karya ilmiah.Salah satunya adalah Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastrayang berjudul “Novel Rumah Tanpa Jendela
Karya Asma Nadia: Kajian Sosiologi Sastra, Resepsi Pembaca dan Nilai
Pendidikan” yang disusun oleh Herlina, Herman J Waluyo, Nugraheni Eko
mahasiswa Pascasarjana UNS tahun 2013. Jurnal ini membahas tentang latar
belakang sosial budaya masyarakat pinggiran dalam Novel Rumah Tanpa
Jendela, pengaruh latar belakang sosial pengarang terhadap proses penciptaan
novel, resepsi pembaca novel, dan nilai pendidikan yang terkandung dalam
novel.Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap pembaca novel
tersebut ditemukan bahwa novel karya Asma Nadia ini membawa pengaruh
baik bagi pembacanya.Latar belakang sosial budaya dalam novel ini
dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan, perilaku serta pendidikan dan keadaan
terkandung dalam novel ini adalah agar selalu senantiasa meminta pertolongan
kepada Allah dan selalu ergotong royong, peduli dengan sesama.7
Selain itu, ada pula penelitian yang berjudul “Analisis Struktural Dan
Kajian Religiusitas Tokoh Dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma
Nadia” yang disusun oleh Kusumaning Dwi Susanti, mahasiswi Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro tahun 2013. Jurnal
skipsi ini mengungkap kaitan antarunsur struktur dan unsur religiusitas dalam
karya sastra.Dalam penelitian ini, dijelaskan keseluruhan struktur novel, mulai
dari penokohan, alur dan latar.Serta unsur religiusitas yang saling
berkaitan.Nilai religiusitas yang disuguhkan dalam Novel RTJ ini adalah
seseorang dipandang sebagai manusia religius itu tidak hanya terbatas dengan
teori agama yang diketahui saja, melainkan dengan tingkah laku baik yang
menandakan bahwa orang itu berlaku religius.Manusia diciptakan oleh Tuhan
bukan untuk memahami teori keagamaan saja tetapi untuk bisa menerapkan
ajaran agama yang diterimanya dalam masyarakat. Seseorang yang tidak
mengaku beragama apapun tetapi ia mempercayai Tuhan dan menerapkan
prinsip kebenaran di lingkungan sekitarnya, maka ia bisa dikatakan berlaku
religius.8
Kemudian ada penelitian sejenis mengenai kajian semiotika, salah
satunya adalah skrispsi yang berjudul “Analisis Semiotik Film Animasi Upin
dan Ipin” yang disusun oleh Akhmad Bayhaki, mahasiswa KOmunkasi dan
7
Herlina, Herman J. Waluyo, Nugraheni Eko, “Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia: Kajian Sosiologi Sastra, Resepsi Pembaca dan Nilai Pendidikan”, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra (Pascasarjana UNS, 2013)
8
Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah tahun 2009.9
E. Metodologi Penelitian
Pisau analisis yang
digunakan dan wacana yang teliti berbeda dengan penelitian ini. Pada skripsi
ini digunakan pisau analisis Roland Barthes dan wacana yang ditelitipun
merupakan sebuah film animasi.Film animasi Upin dan Ipin lebih banyak
menyajikanpesan dakwah dalam dunia Islam.Semua itu tercermin dalam
simbol-simbol serta perilaku tokoh menjalankan puasa, sahur, tarawih serta
ibadah-ibadah lain yang terdapat di bulan Ramadhan dan hari raya Idul
Fitri.Semiotika film animasi tidak jauh berbeda dengan semiotika film cerita
atau fiksi.Hanya saja gambar atau visualisasiya yang terlihat berbeda.
1. Metode dan Paradigma Penelitian
Pendekatanyang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan menggambarkan pesan-pesan secara simbolis dalam
filmRumah Tanpa Jendela menggunakan Analisis Semiotika.Penelitian ini
menggunakan model Charles Sanders Peirce, yang membagi tanda atas ikon,
indeks dan simbol.Ikon adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai
penanda yang serupa dengan bentuk objeknya.Sedangkan indeks merupakan
sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan
petandanya.Dan simbol merupakan sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai
penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam
masyarakat.10
9
Akhmad Bayhaki, “Analisis Semiotik Film Animasi Upin dan Ipin”, Skripsi S1 (Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009)
10
2. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah film Rumah Tanpa Jendela
produksi Smardhana Production. Sedangkan objek penelitiannya adalah
potongan gambar atau visual dan suara yang terdapat dalam film Rumah
Tanpa Jendela yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.
3. Tahapan Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah data primer dan
sekunder.
1) Data Primer :
Data yang diperoleh dari video film Rumah Tanpa
Jendela, kemudian dipilih gambar dari adegan-adegan
yang berkaitan dengan penelitian.
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh dari literatur yang mendukung data
primer, seperti buku-buku, internet, artikel yang
berhubungan dengan penelitian.
b. Teknik Analisis Data
Setelah data primer dan sekunder terkumpul, kemudian
diklarifikasikan sesuai pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah.Lalu
dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisis semiotika
Pierce.Charles Sanders Peircemengembangkan teori segi tiga makna (triangle
(interpretant). Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata, sedangkan
objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Dan interpretan merupakan tanda
yang ada dalam benak sesorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.11
c. Teknik Penulisan
Penelitian ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang ditulis oleh: Hamid Nasuhi, dkk.
Yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.12
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah tahap demi tahap pembatasan karya ilmiah ini,
maka peneliti menyusun ke dalam lima bab, dimana setiap bab terdiri dari
beberapa sub bab. Bab-bab yang ada secara umum dan keseluruhannya saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yang diawali dari bab I yaitu
pendahuluan sampai bab V yaitu penutupan yang berupa kesimpulan dan
saran-saran, sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan: Yang memuat latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Kerangka Teori: Bab ini menerangkan tentang tinjauan umum
semiotika, kepedulian terhadap sesama, tinjauan umum film, yaitu
pengertian film, sejarah film di Indonesia, fungsi film, jenis-jenis
11
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, h. 114-115.
12
film, teknik pengambilan gambar, tinjauan umum dakwah, serta
film sebagai media dakwah.
Bab III: Gambaran Umum: Pada bab ini menerangkan tentang
sekilastentang film Rumah Tanpa Jendela,sinopsis Rumah Tanpa
Jendela, tim produksi,profil sutradara film Rumah Tanpa Jendela,
danprofil pemainfilm Rumah Tanpa Jendela.
Bab IV: Temuan dan Analisa Lapangan: Penjelasan tentang temuan
data dan analisis makna ikon, indeks dan simbol yang terdapat
pada film Rumah Tanpa Jendela. Dan juga makna dari judul film
Rumah Tanpa Jendela.
Bab V: Penutup:Berisi kesimpulan dan saran-saran yang bersifat
12 BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Umum Semiotika
1. Konsep Dasar Semiotika
Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan
‘tanda’.Dengan demikian, semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda.1
Secara etimologi, istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion
yang berarti “tanda”.Secara terminologis, Eco mendefinisikan semiotik
sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek,
peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.2
Sebagai bagian dari lmu sosial, semiotika komunikasi massa (media massa) lebih banyak memfokuskan kajiannya pada simbol. Menurut Van
Zoest, metode analisis semiotik pada dasarnya lebih menekankan perhatian mengenai apa yang disebut lambang-lambang yang mengalami “retak teks”.
Yang dimaksud dengan retak teks adalah bagian (kata, istilah, kalimat, paragraf) dari teks yang ingin dipertanyakan lebih lanjut dicari tahu artinya atau maknanya.3
1
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 87
2
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, h. 95
3
Menurut Pateda, sekurang-kurangnya ada sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang4
a. Semiotik analitik, yaitusemiotik yang menganalisis sistem
tanda. Peirce menyatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna.
Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah sebagai beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu kepada objek tertentu.
, yaitu:
b. Semiotik deskriptif, yaitu semiotik yang memperhatikan
sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada
tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan
bahwa hujan tidak lama lagi akan turun, dari dahulu hingga sekarang tetap saja seperti itu. Namun, dengan majunya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni telah banyak tanda
yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
c. Semiotik faunal (zoosemiotic), yaitu semiotik yang khusus
memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda untuk berkomunikasi
antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda yang dapat ditafsirkan oleh manusia. Misalnya seseorang
yang menunda waktu keberangkatannya beberapa saat,
4
Karena mendengar bunyi cicak yang ada dihadapannya. Tanda-tanda yang dihasilkan oleh hewan seperti ini
menjadi perhatian orang yang bererak dalam bidang semiotik faunal.
d. Semiotik kultural, yaitu semiotik yang khusus menelaah
sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai
makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun-temurun dipertahankan dan dihormati. Budaya yang terdapat dalam masyarakat yang juga merupakan sebuah
sistem, menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakannya dengan masyarakat yang lain.
e. Semiotik naratif,yaitu semiotik yang menelaah sistem
tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore). Mitos dan cerita lisan, ada di antaranya yang
memiliki nilai kultural yang tinggi.
f. Semiotik natural, yaitu semiotik yang khusus menelaah
sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Alam yang tidak bersahabat dengan manusia seperti banjir atau tanah longsor, sebenarnya memberikan tanda kepada manusia
bahwa manusia telah merusak alam.
g. Semiotik normatif, yaitu semiotik yang khusus menelaah
h. Semiotik sosial, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud
lambang, baik lambang yang berwujud kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Dengan kata lain semiotik sosial menelah sistem tanda yang
terdapat dalam bahasa.
i. Semiotik struktural, yaitu semiotik yang khusus menelaah
sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa. Dalam perkembangannya, semiotika memiliki beberapa tokoh yang terkenal, diantaranya adalah Ferdinand de Saussure (1857-1913).Saussure
adalah seorang ahli bahasa Swiss yang mengemukakan pandangan bahwa linguistik hendaknya menjadi bagian suatu ilmu pengetahuan umum tentang tanda, yang disebutnya semiologi.Kemudian ada seorang filsuf Amerika,
Charles Sanders Peirce (1839-1914).Teori Peirce menjadi Grand Theorydalam semiotik.Gagasan yang bersifat menyeluruh, deskripsistruktural dari semua
sistem penandaan.Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal.5
2. Konsep Semiotika Charles Sanders Peirce
Peirce lahir dalam sebuah keluarga intelektual pada tahun 1839.Ayahnya, Benyamin adalah seorang profesor matematika pada
Universitas Harvard.Peirce berkembang pesat dalam pendidikannya di Harvard. Pada tahun 1859 dia menerima gelar BA, kemudian pada tahun 1862
5
dan 1863 secara berturut-turut ia menerima gelar M.A dan B.Sc dari Universitas Harvard6
Charles Sanders Peirce memiliki teori segi tiga makna (triangle
meaning)yang terdiri atas sign (tanda) atau representamen, object (objek), dan
interpretant (interpretan).Sebuah tanda atau representamen (representamen),
menurut Chales S. Peirce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu dinamakan sebagai interpretan (interpretant) dari tanda yang pertama, pada
gilirannya akan mengacu pada Object tertentu. Dengan demikian, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi triadik langsung dengan interpretan
dan objeknya.Apa yang disebut sebagai proses simiosis merupakan suatu proses yang memadukan entitas yang disebut sebagai representamen tadi
dengan entitas lain yang disebut sebagai objek. Proses simiosis ini sering disebut sebagai signifikasi (signification)
.
7
Interpretant
Representamen Object
. Jadi, yang dikupas teori segi tiga
makna ini adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda
ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.
6
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h.13
7
3. Tipologi Tanda Versi Charles Sanders Peirce
Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Peirce terhadap tanda memiliki
kekhasan meski tidak bisa dibilang sederhana. Peirce membedakan tipe-tipe tanda menjadi :Ikon(icon),Indeks(index) dan Simbol(symbol) yang didasarkan atas relasi di antara representamen dan objeknya8
a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah dikenal oleh para pemakaiannya. Di dalam ikon,
hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. Contoh: sebagian besar rambu lalu lintas merupakan tanda yang ikonik karena ‘menggambarkan’
bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya. Gambar rambu terpampang tebing yang sedang runtuh atau longsor
yang dapat membahayakan pengguna jalan, jelas tanda ini bersifat ikonik karena ia “meniru” atau menggambarkan dengan objek yang diacunya.
.
Rambu Tanah Longsor
Gambar 2.19
8
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, h. 20-23
9
Sumber gambar dari
b. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam
indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkrit, aktual, dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal (mengisyaratkan). Contoh: jejak telapak kaki di atas permukaan
tanah, indeks dari kehadiran seseorang atau binatang yang telah dilewat disana. Ketukan pintu merupakan indeks dari kehadiran
seorang tamu di rumah kita.
c. Simbol adalah jenis tanda yang bersifat arbitrer dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat
yang sudah lazim digunakan. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. Tidak sedikit dari rambu lalu
lintas yang bersifat simbolik. Salah satu contohnya adalah rambu lalu lintas yang sangat sederhana ini. Rambu ini menyatakan larangan berputar arah bagi semua kendaraan.
Rambu Dilarang Berputar
Gambar 2.210
10
Jenis Tanda dan Cara Kerja Ikon, Indeks dan Simbol
Gambar 2.111
Jenis Tanda Ditandai dengan Contoh Proses Kerja
Ikon -persamaan
Indeks -hubungan sebab
akibat
-keterkaitan
-asap---api
-gejala---penyakit
-diperkirakan
Simbol -konvensi atau
-kesepakatan social
-kata-kata
-isyarat
-dipelajari
Dari sudut pandang Peirce, proses signifikasi bisa saja menghasilkan rangkaian hubungan yang tidak berkesudahan, sehingga pada gilirannya sebuah interpretan akan menjadi representamen, menjadi interpretan lagi, jadi
representamen lagidan seterusnya.
B. Tinjauan Umum Kepedulian
1. Pengertian Kepedulian
Kata pedulidalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan. Sedangkan kepedulian berarti
sikap mengindahkan.Jadi kepedulian sosial menurut Kamus Besar Bahasa
11
Indonesia adalah sikap mengindahan sesuatu yang terjadi di masyarakat12. Menaruh peduli berarti menaruh perhatian atau menghiraukan sesuatu.
Kepedulian berarti memerhatikan sesuatu13. Sikap peduli adalah sikap keterpanggilan untuk membantu mereka yang lemah, miskin, membantu mengatasi penderitaan, dan kesulitan yang dihadapi orang lain. Orang-orang
peduli adalah orang-orang yang tidak bisa tinggal diam menyaksikan penderitaan orang lain. Sikap peduli adalah sikap kesediaan untuk memberi
solusi terhadap persoalan masyarakat.Agar masyarakat dapat mau berdonasi, agar masyarakat mau menyumbang, agar masyarakat memilih kerelawanan sehingga mau membantu kesulitan saudara-saudara kita. Peduli adalah sikap
untuk memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, selalu tergerak membantu kesulitan manusia lainnya. Sikap peduli adalah sikap untuk berusaha
membangkitkan kemandirian yang ada di masyarakat14
Dalam Islam sendiri disebutkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Dimana mereka harus menjalin hubungan bermasyarakat dengan baik.
Saling membantu dan gotong royong jika salah satu diantaranya mengalami kesulitan. Tidak hanya itu, kita juga harus mempedulikan mereka yang kurang mampu dalam urusan dunia. Mengeluarkan sedekah untuk mereka dengan rasa
ikhlas tanpa mengharap imbalan dan ingin dipuji merupakan perbuatan baik .
13
H. Darsono-Ibrahim, PemahamanAl-Qur’an dan Hadist, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), h. 25
sebagai dasar kepedulian. Beban mereka juga akan terasa berkurang. Menolong mereka semata-mata hanya karena Allah SWT15
2. Jenis-jenis Kepedulian Sosial
.
Kepedulian sosial dibagi menjadi 3, yaitu16
a. Kepedulian yang berlangsung saat suka maupun duka :
Kepedulian sosial merupakan keterlibatan pihak yang satu kepada pihak yang lain dalam turut merasakan apa yang sedang dirasakan
atau dialami oleh orang lain. b. Kepedulian pribadi dan bersama
Kepedulian bersifat pribadi, namun ada kalanya kepedulian itu
dilakukan bersama. Cara ini penting apabila bantuan yang dibutuhkan cukup besar atau berlangsung secara berkelanjutan. c. Kepedulian yang sering lebih mendesak
Kepedulian akan kepentingan bersama merupakan hal yang sering mendesak untuk kita lakukan. Caranya dengan melakukan sesuatu
atau justru menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu demi kepentingan bersama.
Menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lain adalah sebuah kebaikan, hal ini bisa diwujudkan dengan saling peduli. Seperti peduli terhadap anak-anak jalanan. Mereka juga membutuhkan pendidikan dan
kehidupan yang layak seperti anak-anak yang lain. Hanya saja mereka kurang
beruntung, mereka hanya mengandalkan jerih-payah sendiri dengan mengamen atau menjadi ojek payung.Terkadang ada beberapa orang baik
yang mau menyumbangkan hartanya untuk mereka.Namun, tidak sedikit orang yang menghardik mereka dan tidak mau peduli.Hal ini terjadi karena ada hambatan dari dalam diri dan pengaruh lingkungan.
3. Hambatan Dalam Mewujudkan Kepedulian Sosial
Ada beberapa hal yang merupakan hambatan kepedulian sosial,
diantaranya adalah sebagai berikut17 a. Egoisme
:
Egoisme merupakan doktrin bahwa semua tindakan seseorang terarah
atau harus terarah pada diri sendiri. b. Materialistis
Merupakan sikap perilaku manusia yang sangat mengutamakan materi
sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidupnya. Demi mewujudkan itu mereka umumnya tidak terlalu mementingkan cara untuk
mendapatkannya.
Menurut Deaux, Dane, Wrightsman, orang yang tinggal di daerah
pedesaan cenderung lebih penolong daripada orang yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini dapat dijelaskan melalui urban-overload hypothesis, yaitu orang-orang yang tinggal di perkotaan terlalu banyak mendapat stimulasi dari
lingkungan, terlalu sibuk sering tidak peduli dengan kesulitan orang lain
17
karena sudah overload dengan beban tugasnya sehari-hari18
Menjadi anak jalanan bukanlah sebuah pilihan hidup mereka, melainkan sebuah tuntutan hidup. Keberadaan anak jalanan di setiap
persimpangan jalan, stasiun, terminal adalah fenomena, gejala tentang gambaran nyata kondisi kemiskinan suatu kota dan gambaran kemiskinan
bangsa kita
, sehingga sikap egois dan mementingkan materi tidak dapat di lepaskan dari kehidupan orang
perkotaan.
19
4. Tinjauan Umum Film
. Oleh karena itu, kepedulian terhadap anak jalanan maupun orang yang tidak mampu lainnya menjadi tanggung jawab bersama.
Sudah menjadi keharusan kita bagi setiap orang muslim memiliki
sikap peduli. Kepedulian bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti sikap tolong menolong.
1. Pengertian Film
Secara harfiah, film (sinema) adalah cinematographie yang berasal
dari kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau graph (tulisan, gambar, citra). Jadi film adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar
dapat melukis gerak dengan cahaya, harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut kamera.20
18
Tim Penulis Fakultas Psikologi UI, Psikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 136
Ada juga pengertian lain, yaitu film berasal dari kata filmen, yang berarti lapisan tipis pada permukaan susu setelah
dipanasi.Awalnya kata film mengacu pada bahan ke bentuk karya seni audio-visual, namun setelah ada perkembangan teknologi media penyimpanan ini
telah mengubah pengertian film.Film kini diartikan sebagai suatu genre seni bercerita berbasis audio-visual, atau cerita yang dituturkan pada penonton melalui rangkaian gambar bergerak.21
2. Sejarah Film di Indonesia
Di Indonesia, bioskop pertama kali muncul di Batavia (Jakarta),
tepatnya di Tanah Abang Kebonjae, pada 5 Desember 1900. Namun, kehadiran bioskop ini tidak dapat dikatakan sebagai tonggak awal sejarah film Indonesia. Alasannya, film-filmnya saat itu masih impor dari luar negeri.22
Indonesia pertama kali memutar film bisu pada tahun 1926 dengan judul Lady Van Java yang diproduksi di Bandung. Dan pada tahun 1930, masyarakat disuguhi film Lutung Kasarung, Si Conat dan Pareh. Film-film
terebut merupakan film bisu yang diusahakan oleh orang-orang Belanda dan Cina.Film bicara yang pertama berjudul Terang Bulan.Pada saat perang Asia
Timur Raya di penghujung tahun 1941, perusahaan perfilman yang diusahakan oleh orang Belanda dan Cina itu berpindah tangan kepada pemerintah Jepang diubah namanya dari NV. Multi Film menjadi Nippon Eiga
Sha, namun ketika Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya,
maka pada tanggal 6 Oktober 1945 Nippon Eiga Sha diserahkan secara resmi
kepada pemerintah Indonesia. Sejak saat itu, lahirlah Berita Film Indonesia
(BFI). Bersamaan dengan pindahnya Pemerintah RI dari Yogyakarta ke Jakarta, BFI pun pindah dan bergabung dengan Perusahaan Film Negara yang
pada akhirnya berganti nama menjadi Perusahaan Film Nasional.23 3. Fungsi Film
Film bertujuan untuk memberikan hiburan kepada publik.Akan tetapi,
dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif.Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi
film-film sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.24
4. Jenis-jenis Film
Film dapat dikelompokan pada beberapa jenis, yaitu film cerita, film, berita, film dokumenter dan film kartun.25
a. Film Cerita
Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan
bintang film tenar dan didistribusikan sebagai barang dagangan (bisnis).Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa
cerita fiktif atau berdasarkan cerita nyata yang dikemas secara menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambarnya.Film cerita merupakan karya yang terstruktur dalam
tiga tahap.Pertama adalah tahap pra-produksi merupakan
23
Elvinaro Ardianto, dkk.,KomunikasiMassa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 144-145
24
Elvinaro Ardianto, dkk.,KomunikasiMassa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, h. 145
25
periode ketika skenario diperoleh.Skenario bisa berupa adaptasi dari novel atau cerita pendek atau memang certa yang sengaja
dibuat untuk keperluan pembuatan film.Kedua adalah tahap produksi yaitu masa berlangsungnya pembuatan film berdasarkan skenario. Terakhir adalah tahap post-produksi,
yaitu proses editing, dimana ketika bagian film yang pengambilan gambarnya tidak sesuai dengan urutan cerita yang
kemudian disusun menjadi satu26
Film cerita merupakan film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita yang harus mengandung unsur-unsur yang dapat
menyentuh rasa manusia.
.
27
b. Film Berita
Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa
yang benar-benar terjadi.Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita.
Sebenarnya, jika dibandingkan dengan media lainnya seperti surat kabar dan radio, sifat newsyfact-nya film berita tidak ada.
Sebab suatu berita harus aktual, sedangkan berita yang disajikan oleh film berita tidak pernah aktual karena proses pembuatannya yang cukup lama. Akan tetapi dengan adanya
televisi yang juga sifatnya auditif visual seperti film, maka berita yang difilmkan dapat disajikan kepada publik melalui
26
Marcel Danesi, Pengantar Memahami: Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 134
27
televisi lebih cepat.Film berita sudah tua usianya, lebih tua daripada film cerita.Bahkan, film cerita yang pertama
dipertunjukan kepada publik kebanyakan berdasarkan film berita.28
c. Film Dokumenter
Film dokumenter didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan” (creative treatment of activity).Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman
kenyataan, maka film dokumenter merupakan hasil interpretasi pibadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut.
d. Film Kartun
Gagasan film kartun tercipta adalah dari para seniman
lukis.Ditemukannya cinematography telah menimbulkan gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambar-gambar yang mereka buat. Dan gambar-gambar itu bias menimbulkan
hal yang lucu dan menarik. Tokoh dalam film kartun dapat dibuat menjadi ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi
besar, kecil secara tiba-tiba dan lain-lain.Rangkaian lukisan atau gambar tersebut dirangkai setiap detiknya dan diputar dalam proyektor film.29
28
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, h. 212
29
5. Teknik Pengambilan Gambar
Dalam film, teknik pengambilan gambar sangatlah diperhatikan karena
setiap sudut pengambilan gambar memiliki makna masing-masing.Hal ini berpengaruh terhadap tanda-tanda atau simbol yang ingin disampaikan dalam film.Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan gambar, yaitu:
1. Camera angle (sudut pengambilan gambar), yakni posisi
kamera pada saat pengambilan gambar. Masing-masing angle punya makna tertentu.
2. Frame size (ukuran gambar), yakni ukuran shot untuk
memperlihatkan situasi objek bersangkutan.
3. Gerakan kamera, yakni posisi kamera bergerak, sementara
objek bidikan diam.
4. Gerakan objek, yakni posisi kamera diam, sementara objek bidikan bergerak.
5. Komposisi, yakni seni menempatkan gambar pada posisi yang baik dan enak dilihat.
Berikut mengenai camera angle dan frame size: 1. Camera Angle
Dalam urusan sudut pengambilan gambar dibagi menjadi lima sudut pengambilan gambar. Masing-masing mmpunyai fungsi yang berbeda
b. Bird Eye View
Suatu teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan posisi kamera diatas ketinggian objek yang direkam.Tujuan sudut pengambilan gambar ini adalah
untuk memperlihatkan objek-objek yang lemah dan tak berdaya.
c. High Angle
Pengambilan gambar dari atas objek.Selama kamera berada diatas objek maka sudah dianggap high angle.
Kesan yang ditimbulkan dari pengambilan gambar ini adalah kesan lemah, tak berdaya, kesendirian, dan kesan
lain yang mengandung konotasi dilemahkan atau dikerdilkan.
d. Low Angle
Sudut ini membangun kesan berkuasa, baik dalam sosial maupun ekonomi, politik, sosial, dan lainnya.Seseorang
yang ditampilkan dengan sudut iniakan mempunyai kesan dominan.
e. Eye Level
Teknk pengambilan gambar yang sejajar dengan objek.Sudut pengambilan gambar ini standar digunakan.
ketinggian tubuh yang sama dengan objek. Sudut pengambilan ini tidak mengandung kesan
tertentu.Meskipun demikian, dalam sudut ini tetap harus diperhatikan aspek komposisinya.
f. Frog Eye
Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar kedudukan objek
atau dengan ketinggian yang lebih rendah dari dasar kedudukan objek.Sudut pengambilan ini mempunyai kesan dramatis untuk memperlihatkan suatu
pemandangan yang aneh, ganjil, atau sesuatu yang menarik tetapi dambil dengan variasi tidak biasa.
Itulah kelima camera angle yang harus dikuasai. Setiap sudut
pengambilan mempunyai fungsi dan maksud yang berbeda sehingga hasilnya lebih variatif.30
2. Frame Size
Frame size akan menjadi kekuatan sebuah gambar. Berikut macam-macam frame size31
30
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 120-124
31
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, h. 124-128
a. Extreme Close-up (ECU)
Memiliki ukuran sangat dekat sekali, misalnya hidungnya,
matanya atau telinganya saja. Berfungsi menunjukan detail suatu objek.
b. Big Close-up (BCU)
Memiliki ukuran dari batas kepala hingga dagu objek.Untuk menonjolkan objek dan menimbulkan ekspresi tertentu.
c. Close-up (CU)
Memiliki ukuran dari batas kepala sampai leher bagian bawah.Untuk memberi gambaran objek secara jelas.
d. Medium Close-up (MCU)
Memiliki ukuran dari batas kepala hingga dada atas.Berfungsi
menegaskan profil seseorang. e. Mid Shot (MS)
Memiliki ukuran dari batas kepala sampai pinggang (perut
bagian bawah).Untuk memperlihatkan seseorang dengan sosoknya.
f. Knee Shot (KS)
Memiliki ukuran dari batas kepala hingga lutut. Untuk memperlihatkan sosok objek (sama dengan MS).
g. Full Shot (FS)
Memiliki ukuran dari batas kepala hingga kaki.Berfungsi untuk
h. Long Shot (LS)
Memiliki ukuran objek penuh dengan latar belakangnya.Dan
berfungsi untuk memperlihatkan objek dengan latar belakangnya.
i. One Shot (1S)
Memiliki ukuran dengan pengambilan gambar satu objek. Dan berfungsi untuk memperlihatkan seseorang dalam frame.
j. Two Shot (2S)
Memiliki ukuran dengan pengambilan gambar dua objek.Memiliki fungsi untuk adegan dua objek sedang
berinteraksi. k. Three Shot (3S)
Memiliki ukuran dengan pengambilan gambar tiga objek.Berfungsi untuk menunjukan tiga orang berinteraksi.
l. Group Shot (GS)
Memiliki ukuran dengan pengambilan gambar dengan memperlihatkan objek lebih dari tiga orang.
5. Film Sebagai Media Dakwah
Dalam perkembangannya, film menjadi salah satu media yang efektif
untuk menyampaikan pesan.Sedangkan dakwah sangat erat kaitannya dengan pesan yang disampaikan.Dakwah memiliki beberapa unsur, yang salah
pesan dakwahnya.Sedangkan media adalah alat yang dipakai untuk menunjang metode tersebut.
Adapun secara aplikatif, dakwah dapat dilakukan dengan beberapa cara atau metode termasuk juga media yang digunakan. Dakwah bisa dengan kekuasaan (bil-Quwah), dengan lisan (bil-Lisan), tulisan (bil-Qalam),
perbuatan (bil-Hal), dengan menggunakan media massa baik cetak maupun elektronik, tergantung pada selera, kemampuan dan kebutuhan akan suksesnya
kegiatan dakwah itu sendiri.
Definisi singkat dakwah adalah mengajak orang lain kepada kebaikan sesuai dengan perintah Allah. Dalam berdakwah, semestinya dapat berdialog
dengan kebudayaan modern secara aktif mengisinya dengan substansi dan nuansa-nuansa Islami.Namun, hal ini hanya bisa dilakukan bila kita
memahami arus globalisasi secara benar dan tidak tertinggal dengan informasi-informasi aktual dari mancanegara. Seperti yang dikatakan futurology John Naisbitt:
“We are moving toward the capability to communicate anything to anyone, anywhere, anyform-voice, data, textor imae at the speed of light”.32
Kata kunci untuk mengantisipasi perubahan kini dan mendatang adalah informasi dan ilmu pengetahuan.Pada era globalisasi sekarang ini, tentu
banyak yang harus dibenahi tentang aktivitas dakwah, termasuk penggunaan (Kita sedang bergerak ke arah kemampuan berkomunikasi apa saja kepada siapa pun, dimana pun, berbentuk apa pun (baik itu) suara, data, tulisan atau gambar (citra) dengan (menggunakan) kecepatan suara).
32
berbagai dimensi untuk keperluan dakwah.Salah satunya dengan media mutakhir seperti film.33
Dakwah melalui film akan lebih mudah diterima karena media yang digunakan adalah media audiovisual. Di samping secara verbal, pesan dakwah juga didukung oleh visualisasi gambar yang memiliki efek yang sangat
kuat.Film merupakan karya seni peran yang bersifat imajinatif untuk menggambarkan suatu objek atau sebuah realitas khidupan dan mnegandung
misi atau tujuan tertentu ari pihak yang memproduksi.34
33
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008), h. xii
34
35
A. Sekilas Tentang Film Rumah Tanpa Jendela
Film Rumah Tanpa Jendela diadaptasi dari cerpen Asma Nadia yang
berjudul Jendela Rara. Cerpen tersebut dikembangkan menjadi novel Rumah
Tanpa Jendela.Awalnya, Aditya Gumay sebagai sutradara kurang tertarik
untuk membuat cerpen tersebut menjadi sebuah film.Karena menurutnya,
cerpen tersebut terlalu “gelap” untuk dijadikan film keluarga, dengan adanya
cerita yang mengangkat profil seorang preman hingga profil seorang
pelacur.Namun, akhirnya Aditya Gumay memutuskan untuk mengambil
intisari dari cerpen tersebut, yaitu seorang anak perempuan miskin yang hanya
ingin memiliki jendela di rumahnya.Selebihnya, mulai skenario dan alur cerita
sudah jauh berbeda dari cerpen Asma Nadia.1
Digarap sebagai sebuah drama musikal,Rumah Tanpa
Jendela
Sebagai seseorang yang memimpin sekaligus mengelola sanggar,
Aditya Gumay mampu mengeluarkan potensi akting terbaik dari para aktor
muda.Terlebih mereka masih belum banyak pengalaman berakting dalam
film.Film ini juga mampu menggugah perasaan setiap orang yang
menontonnya agar senantiasa ingin berbagi, peduli dan selalu sebenarnya memiliki jalan cerita yang sederhana.Awalnya penonton
dikenalkan pada dua karakter utama yang memiliki strata sosial berbeda.Dan
diakhiri dengan begitu banyak pesan moral yang terkandung didalamnya.
Salah satunya adalah pesan tentang saling peduli dan membantu sama lain.
1
bersyukur.Mampu membuat penonton film ini terbawa suasana sampai
menangis namun tidak terlihat berlebihan, setiap adegan dibuat sealami
mungkin.
B. Sinopsis Rumah Tanpa Jendela
Rumah Tanpa Jendela merupakan sebuah film drama musikal yang
mengambil setting di kampung kumuh kawasan Menteng Pulo
Jakarta.Rara,gadis kecil 8 tahun yang sangat memimpikan sebuah jendela di
rumahnya, agar tiap malam ia dapat melihat cantiknya rembulan, dan matahari
di pagi hari. Namun sang ayah, Raga, yang hanya seorang penjual ikan hias
dan sol sepatu, terlalu miskin untuk sekadar membelikan daun jendela dan
kusennya.
Berawal dari kecelakaan kecil, membuat Rara akrab dengan Aldo
(Emir Mahira), putra bungsu pengusaha kaya, Pak Syahri dan Nyonya
Ratna.Aldo, Nenek Aisyah dan kak Adam pun sering berkunjung ke sekolah
rara untuk sekedar berbagi buku bacaan.Dari semua anggota keluarga Aldo
hanya nenek dan kakaknya lah yang sepenuhnya mendukung kegatan
Aldo.Suatu hari, Aldo mengajak Rara dan teman-temanya untuk datang ke
acara pesta ultah kakak Aldo, Andini, yang ke-17. Aldo, Nenek Aisyah, dan
kak Adam, memberikan kejutan dengan menyumbangkan sebuah lagu
bersama Rara dan teman-temanya. Namun, bukan pujian yang didapat, tapi
justru murka dan amarah dari Andini dan ibunya.Iamalu. Sampai-sampai ia
untuk menemui Rara. Karena ia merasa tak ada yang menyayanginya
lagi.Aldo justru merasa lebih nyaman dengan kehidupan Rara.
Betapa terkejutnya Rara saat pulang.Rumahnya telah
terbakar.Kebakaran itu berlangsung bersamaan dengan pesta Ulang tahun tadi.
Kejadian ini membuat Simbok koma, dan Rara harus kehilangan Ayah
tercintanya. Padahal saat itu Ayahnya tengah pulang membawa daun jendela
dan kusen untuk Rara, jendela yang selama ini diimpikannya.Tak berapa lama
Aldo dan Nenek Aisyah datang, mereka terkejut, dan segera membawa
simbok ke Rumah Sakit.
Nenek Aisyah yang sangat baik hati itu bersedia menanggung semua
biaya perawatan simbok selama di RS.Rara sangat bersyukur.Dia setiap hari
selalu menemani simbok. Aldo, kak Adam, Nenek Aisyah, dan teman
temannya juga sering kali datang menemaninya. Ini membuat persahabatan
Rara dan Aldo semakin akrab.Akhirnya, Rara dan Si Mbok pun hidup di villa
keluarga Aldo.
C. Tim Produksi Rumah Tanpa Jendela (Pemain dan Crew)
Berikut adalah orang-orang dibalik pembuatan Film Rumah Tanpa
Produser Eksekutif:
Penata Kamera: Halaston Pakpahan
Departemen Artistik
Penata Artistik:
Penata Rias:
Ferry Farhani
Dita Helena
Departemen Suara dan Musik
Penata Suara:
Penata Gambar: Aziz Natandra
Produksi
Produksi: Smardhana Production
Sanggar Ananda
Pemain Emir Mahira sebagai Aldo
Dwi Tasya sebagai Rara
Inggrid Widjanarko sebagai Si Mbok
Yuni Shara sebagai Bude Asih
Aswin Fabanyo sebagai Pak Syahri
Alicia Djohar sebagai Nyonya Ratna
Atie Kanser sebagai Nenek Aisyah
Varissa Camelia sebagai Bu Alya
Maudy Ayunda sebagai Andhini
Ozan Ruz sebagai Adam
D. Profile Aditya GumaySutradara Film Rumah Tanpa Jendela
Aditya Gumay
Gambar 1.3.3
Aditya Gumay, pria yang lahir pada hari Selasa, 04 Oktober 1966
3
Sumber gambar dari
dikenal sebagai pimpinan Teater Kawula Muda dan Sanggar Ananda yang
didirikannya pada tahun 1986 dan 1989. Pria kelahiran Jambi ini identik
dengan Sanggar Ananda yang sejak 1989 dikenal lewat berbagai tayangan
televisi serial anak-anak dan berjaya di era 1990an. Banyak artis televisi dan
film yang lahir dari dua sanggarnya tersebut.Ia pernah mendapat pendidikan
tinggi di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta dan menimba
diakses pada
ilmu film lewat Kursus Pendidikan Umum (KPU) Sinematografi yang
diselenggarakan oleh Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail.4
Aditya Gumay sudah menulis skenario sejak usia 14 tahun. Dan
berbagai program TV dan sinetron serta film telah diproduksi PT. Smaradhana
Pro, sejak tahun 1988. Tidak hanya menulis skenario dan menyutradarai film serta
sinetron, Aditya Gumay juga aktif di berbagai bidang, seperti menjadi Executive
Produser album musik, menciptakan puluhan lagu untuk album, soundtrack
film/sinetron dan operet off air, sampai mengajar akting dan presenter di berbagai
tempat dan memberikan workshop di kampus-kampus. Aditya Gumay juga beberapa
kali jadi panitia dan juri festival film5
.Dan setelah lebih dari 15 tahun malang
melintang di dunia broadcast, Aditya memulai debutnya di film sebagai
sutradara melalui film
Karya-karyanya juga sudah mewarnai perfilman Indonesia, berikut
beberapa karya Aditya Gumay6
1. Serial ‘The Nani’ (Indosiar) :
2. Serial Rumah Pelangi (RCTI)
3. Serial Canda (RCTI)
4. Serial ‘Anak Betawi Gedongan’ (SCTV)
5. Serial O’seram (ANTV)
6. Serial Ftv “New Misteri” (ANTV)
7. Film 'Tina Toon& Lenong Bocah’ (Layar Lebar35 Mm, Tahun 2003),
25 Januari 2013
5
Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela, tanggal 26 September 2014, 3:48 PM. 6
8. Film Emak Ingin Naik Haji (2009), Rumah Tanpa Jendela (2011) & Ummi
Aminah (2012).
E. Profil Para Pemain Film Rumah Tanpa Jendela
1. Emir Mahira Salim sebagai Aldo
Gambar 2.3.7
Emir Mahira adalah anak yang lahir di Jakarta 19 September 1997.Ia
memulai karirnya di Film Garuda Didadaku. Rumah Tanpa Jendela adalah
film keduanya, sekaligus film yang menjadikannya sebagai Pemeran Utama
Pria Terbaik Anugerah Piala Citra FFI 2011 mengalahkan Alex Komang
dalam film Surat Kecil untuk Tuhan, Ferdy Tahierdalam film Masih Bukan
Cinta Biasa, Oka Antaradalam film Sang Penari, dan Tio Pakusadewodalam
film Tebus
Emir Mahira
8
. Menurut Aditya Gumay, Emir Mahira mencatatkan sejarah,
bahwa Emir Mahira adalah anak yang mampu mengalahkan orang dewasa
dalam kategori pemeran utama pria terbaik FFI 2011, mengalahkan
aktor-aktor senior dalam kategori pemeran utama pria9
Emir berperan sebagai Aldo, anak seorang pengusaha yang serba
berkecukupan, namun ia merupakan penderita Down Syndrome yang .
7
Sumber gambar dari pada tanggal 11 Juni 2013
9
seharusnya mendapat perhatian lebih, bukan dihindari atau dijauhi. Dalam
film ini, ia menjadi sahabat Rara. Aldo adalah anak yang peduli terhadap
sesama, yang mau berteman dan berbagi dengan anak-anak jalanan.Aldo tidak
segan mengajak seluruh keluarganya untuk menyumbangkan buku untuk
anak-anak disekolah Rara.
Aldo divisualisasikan dengan cukup baik oleh Aditya Gumay.Emir
berhasil memerankan tokoh Aldo dengan sangat baik, ia mampu mendalami
bagaimana cara bicara, cara bersikap sebagai anak Down Syndrome.
2. Dwi Tasya sebagai Rara
Gambar 3.3.10
Anak perempuan yang lahir pada tanggal 25 September 2000 ini
memiliki nama lengkap Dwi Anastasya Septianni. Dia berperan sebagai Rara
dalam film ini.Rara adalah anak miskin yang hidup di perkampungan
kumuh.Ia ingin sekali memiliki jendela di rumahnya, namun karena
keterbatasan ekonomi, impian itu harus ia kubur dalam-dalam. Walaupun
sebenarnya, keinginan itu tak pernah hilang seutuhnya.Rara merupakan anak Dwi Tasya
10
Sumber gambar http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/profile/profile.php?pid=3518631296d5, diakses pada
yang baik hati.Setelah sekolah, Rara membantu ayahnya, dengan mengojek
payung.Keinginan Rara untuk belajar pun cukup tinggi.
Tasya mampu mendeskripsikan anak yang riang, namun rona
wajahnya berubah ketika keinginan memiliki jendela mulai menggelayuti
hatinya lagi. Dengan berteman dengan Aldo, membuat Rara merasa senang
karena bisa berkunjung kerumah Aldo yang memiliki jendela banyak dan
besar sekaligus kadang Rara merasa sedih ketika kembali kerumahnya yang
sama sekali tidak memiliki jendela. Rumahnya saja hanya terbuat dari kardus
dan tripeks bekas.
Tasya merupakan salah satu tokoh utama dalam film ini.Walaupun
usianya yang terbilang masih sangat muda, Tasya sukses memainkan peran
sebagai Rara11
3. Raffi Ahmad sebagai Raga .
Gambar 4.3.12
Raffi Faridz Ahmadlahir d Raffi Ahmad
seora
Raffi Ahmad juga sedang belajar menjadi seorang sutradara. Terbukti ia mulai
memproduksi beberapa film pendek dan beberapa judul FTV. Kiprahnya di
11
Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela 12
pertelevisian Indonesia sudah tidak diragukan lagi.Tidak kalah, dalam dunia
perfilman Raffi juga sudah beberapa kali bermain film layar lebar.Salah
satunya adalah di Rumah Tanpa Jendela.
Raffi berperan sebagai Raga, ayah dari Rara.Raga hanya berprofesi
sebagai penjual ikan dan sol sepatu. Hal inilah yang membuatnya kadang
merasa sedih, dengan pekerjaan seperti itu ia hanya mampu menghidupi anak
dan ibunya di tempat kumuh. Namun Raga selalu mengajarkan kepada
anaknya untuk selalu bersyukur.Raga berusaha untuk mewujudkan impian
anaknya, yaitu memiliki jendela. Namun disaat ia sudah memiliki jendela
untuk diberikan kepada Rara, Raga malah meninggal dunia karena
menyelamatkan ibunya dar kebakaran dirumahnya.
Raga sukses diperankan oleh Raffi Ahmad.Walaupun Raffi belom
menikah apalagi menjadi seorang ayah, Raffi mampu memainkan tokoh ini
dengan baik.Bahkan banyak adegan Raffi yang membuat orang menangis
karena melihat perjuangan seorang ayah membesarkan anak perempuan
satu-satunya13
13
Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela
4. Inggrid Widjanarko sebagai si mbok
Gambar 5.3.14
Lahir di
Inggrid Widjarnako
Indonesia.Kemampuan aktingnya pun sudah teruji, terbukti lewat film Rumah
Tanpa Jendela. Inggrid berperan sebagai si Mbok yaitu ibu dari Raga yang
pastinya nenek dari Rara.Si Mbok merupakan orang yang sabar dengan
keadaan.Inggrid memerankan seorang perempuan setengah baya dengan
penyakit paru-paru yang menggerogoti hidupnya. Selain Raga, Si Mbok juga
memiliki anak perempuan, yaitu Asih. Namun, keadaan membuat Asih
melakukan hal yang tidak disukai Si Mbok.
Inggrid memang tidak menjadi peran utama, tetapi tokoh Si Mbok ini
mampu menyempurnakan pendeskripsian warga ditempat kumuh15
14
Sumber gambar dari http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/ingrid-widjanarko-kintamani-jadi-tempat-inspirasi.html, diakses pada tanggal 1 Mei 2013
15
Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela
5. Yuni Shara sebagai Bude Asih
Gambar 6.3.16
Aditya Gumay mengemas tokoh Asih ini dengan sangat halus. Tanpa
harus mepertontonkan adegan yang kurang mendidik, Aditya lebih memilih Yuni Shara
Yuni Sharalahir dengan namaWahyu Setyaning Budi di Malang, 3 Juni
1972. Yuni adalah seorang penyanyi.Sebelumnya, Raffi Ahmad mengajaknya
bermain di film pendek, namun Yuni pertama kali bermain di film layar lebar
adalah dalam film Rumah Tanpa Jendela ini.
Walaupun dalam film ini Yuni hanya menjadi seorang figuran, namun
perannya cukup menyadarkan kita bahwa diluar sana banyak hal sama yang
terjadi seperti apa yang diperankan oleh Yuni. Yuni berperan sebagai Asih
atau Bude Asih.Asih adalah saudara Raga.Tetapi karena keadaan ekonomi
yang tidak kunjung membaik, Asih mengambil keputusan terberat dalam
hidupnya.Menjadi seorang Pekerja Seks Komersial.Hal tersebut sangat
mengejutkan Si Mbok dan tentunya Raga.Walaupun keputusan itu menentang
keluarganya, Asih tetap menjalankan profesinya itu.Dengan berat Asih harus
keluar dari rumah mereka dan tidak tinggal bersama mereka lagi, karena diusir
Si Mbok.Terkadang Asih juga menyisihkan sebagian uangnya untuk Si Mbok,
Raga dan Rara.Namun mereka menolak keras pemberian Asih.
16
menggambarkan sosok PSK Asih dari cara berpakaiannya yang agak terbuka
dan cara penolakan dari anggota keluarganya. Aditya Gumay melakukan ini
karena ia sadar bahwa film ini ditujukan untuk anak-anak dan keluarga17
6. Aswin Fabanyo sebagai Pak Syahri
.
Gambar 7.3.18
Cukup sulit untuk mendapatkan informasi mengenai Aswin Fabnyo.
Pada intinya, dalam film ini ia memerankan tokoh sebagai Pak Syahri. Pak
Syahri merupakan kepala keluarga yang bijaksana.Ia seorang pengusaha kaya,
ia senang melihat Aldo mau peduli dan berbagi rezeki kepada anak-anak di
perkampungan kumuh. Namun Syahri bingung mencari cara agar istrinya mau
mengerti yang dilakukan Aldo. Aswin mungkin tidak terlalu sulit memerankan
tokoh Pak Syahri, karena tokoh ini memiliki usia dan kehidupan yang hampir
sama dengan kehidupan nyatanya
Aswin Fabanyo
19
17
Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela 18
Sumber gambar dari vlcsnap-2013-05-03-13h43m49s242 19
Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela
7. Alicia Djohar sebagai Nyonya Ratna
Gambar 8.3.20
Alicia Djohar yang sering dipanggil Itje.Ialahir di Alicia Djohar
Bogor pada tahun
Ratna, ibu dari Aldo.
Ratna memiliki sifat dasar yang baik sebenarnya.Namun, kecintaannya
pada hal-hal yang berbau duniawi membuatnya tidak peka pada keadaan
sekitar.Ratna digambarkan sebagai wanita sosialita.Memiliki banyak
perhiasan dan kurang peduli pada anaknya sendiri, terutama Aldo apalagi pada
masyakarat kecil.Bahkan cenderung mendeskrimnasi orang miskin.Dari awal
sesungguhnya Ratna tidak suka jika Aldo berteman dengan Rara.Namun
karena suami, mertua dan anaknya mendukung Aldo, Ratna tidak bisa
apa-apa.Sampai pada akhirnya Ratna mencurigai Rara dan anak-anak pemulung
mengambil salah satu perhiasannya.Ratna semakin tidak suka pada mereka
20
Sumber gambar dari