• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pembiayaan Murabahah Pada BMT Nurul Falah Sawangan Depok ( Mekanisme & Keberhasilan dalam Membangun Masyarakat )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pembiayaan Murabahah Pada BMT Nurul Falah Sawangan Depok ( Mekanisme & Keberhasilan dalam Membangun Masyarakat )"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

RIFKI FAJRI SANI

NIM 109046100037

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Oktober 2015

(5)

BMT Nurul Falah Sawangan Depok ( Mekanisme & Keberhasilan Dalam

Membangun Masyarakat).” Strata 1, Program Studi Muamalat, Konsentrasi

Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.

Saat ini pembiayaan murabahah bisa dibangun dalam bentuk kerjasama dimana BMT sebagai shohibul maal menyaluran dananya ke nasabah sebagai

mudharib dalam bentuk modal kerja yang mana keuntungannya didasarkan pada prinsip bagi hasil sehingga baik nasabah atau bank sama – sama mendapatkan keuntungan. lahirnya pembiayaan murabahah merupakan manifestasi dari akad

(6)

literature tertulis.

Dalam Menganalisa efektifitas pembiayaan murabahah pada BMT Nurul Falah Sawangan Depok menerapkan strategi dalam penyaluran dana pembiayaan

murabahah yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi umat Islam dengan akad syariah. Disinilah pembiayaan murabahah mempunyai peranan sebagai salah satu sumber pendanaan alternative untuk program peningkatkan kesejerahterakan umat Islam di Indonesia.

Kata Kunci : Efektifitas, Pembiayaan Murabahah, Faktor Pendukung dan Penghambat Pembiayaan Murabahah, dan Kinerja dan

(7)

dan karunia-nya yang telah diberikan, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat dan salam selalu senantiasa tercurah kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad SWT, berserta keluarga dan para sahabat-Nya.

Dengan rahmat kasih sayang-Nya juga penulis skripsi ini terselesaikan sebagai melengkapi syarat untuk memperoleh gelas S1 Sarjana Ekonomi Syariah (S.E. Sy), yang berjudul: “ EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN MURABAHAH

PADA BMT NURUL FALAH SAWANGAN DEPOK (MEKANISME &

KEBERHASILAN DALAM MEMBANGUN MASYARAKAT)”.

Penulis menyadari bahwa penelitian untuk penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa ada bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk mengucapkan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada:

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. AM. Hasan Ali, MA., Ketua Jurusan Muamalat Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Nahrowi. SH., MH. Dosen Pembimbing Akademik yang juga senantiasa memberikan nasihat dan mengarahkan penulis semasa mengikuti perkuliahan hingga akhir menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(8)

perkuliahan.

6. Segenap pihak lembaga BMT Nurul Falah Sawangan Depok yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan wawancara, memberikan data yang diperlukan serta banyak membantu dalam penulisan skripsi ini khususnya Bapak dan Ibu yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanaan penelitian.

7. Ayahanda tercinta Achmad Sani dan Ibunda Iroh Bahyuroh tercinta yang telah mencurahkan doa, kasih sayang, kesabaran dan dorongan spirit maupun materi serta pengorbanan yang tidak dapat diucapkan oleh kata-kata. Serta adik tercinta Rizki Amelia Sani dan Qori Salsabila Sani yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis mohon maaf atas segala hal yang penulis lakukan disengaja maupun tidak disengaja. Terima kasih banyak atas dukungan dan doa yang diberikan serta semangat kepada penulis. Kalian adalah keluarga yang berharga yang penulis miliki selama penulis hidup.

8. Kepada Rizka Karenina Alawiyah yang telah menjadi motivator penulis selama 10 (sepuluh) tahun, serta dapat menjadi kakak, saudara, sahabat dan teman. Terima kasih atas do’a, semangat, motivasi kepada penulis.

(9)

11.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah memberikan bantuan dan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani perkuliahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga kontribusi dan amal baik dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang melimpah. Dan penulis tidak akan melupakan semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Dan juga penulis menyadari akan kekurangan dari skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran kepada penulis yang sifatnya membangun demi kebaikan skripsi ini dimasa mendatang.

Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak, semoga Allah SWT memberikan kemudahan atas semuanya.

Amin Ya Robbal Alamin

Jakarta, 15 Oktober 2015

(10)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI viii

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Pembahasan Dan Perumusan Masalah 6

1. Pembatasan Masalah 6

2. Perumusan Masalah 6

3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 7

C. Review Studi Terdahulu 8

D. Metode Penelitian 10

1. Jenis Penelitian 11

2. Pendekatan Penelitian 11

3. Sumber Data 12

4. Teknik Pengumpulan Data 13

5. Teknik Analisis Data 15

6. Objek Penelitian 16

7. Teknis Penulisan 16

(11)

3. Rukun dan Syarat Murabahah 23

4. Jenis – Jenis Murabahah 27

5. Penerapan dan Skema Murabahah 30

B. Efektifitas 34

1. Pengertian Efektifitas 34

2. Pendekatan Efektifitas 35

BAB III: MEKANISME PEMBIAYAAN MURABAHAH

DI BMT NURUL FALAH 38

A. Profil BMT Nurul Falah 38

1. Sejarah Perkembangan BMT Nurul Falah 38

2. Nama dan Kedudukan 39

3. Visi dan Misi 40

4. Tujuan 41

5. Usaha 41

6. Struktur Manajemen 42

7. Jenis Simpanan 43

B. Mekanisme Pembiayaan Murabahah di BMT Nurul Falah 46 1. Pengertian Pembiayaan Murabahah 46 2. Syarat dan Ketenyuan Pembiayaan di BMT Nurul Falah 53 3. Mekanisme Pembiayaan Murabahah di BMT Nurul Falah 54

BAB IV: Efektifitas Pembiayaan Murabahah di BMT Nurul Falah 58 A. Analisis Terhadap Praktek Pembiayaan Murabahah

di BMT Nurul Falah 58

B. Faktor Pendukung dan Penghambat 70

1. Faktor Pendukung 70

2. Faktor Penghambat 72

(12)

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan 90

B. Saran 91

DAFTAR PUSTAKA 93

(13)
[image:13.612.114.521.106.468.2]
(14)

:

2012

2014

Tabel 4.2

:

Target dan Realisasi Pembiayaan Murabahah Th.

2102

75

Tabel 4.3

:

Target dan Realisasi Pembiayaan Murabahah Th.

2103

78

Tabel 4.4

:

Target dan Realisasi Pembiayaan Murabahah Th.

2104

81

Tabel 4.5

:

Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah

Tahun 2012

85

Tabel 4.6

:

Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah

Tahun 2013

86

Tabel 4.7

:

Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah

Tahun 2014

[image:14.612.114.510.113.429.2]
(15)

Lampiran 2

: Surat Keterangan Observasi dari BMT Nurul Falah.

Lampiran 3

: Data Neraca Keuangan 2012 BMT Nurul Falah.

Lampiran 4

: Data Neraca Keuangan 2013 BMT Nurul Falah.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara semakin meningkat pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai proyek pembangunan, namun dana pemerintah yang bersumber dari APBN sangat terbatas, untuk menutupi kebutuhan tersebut, pemerintah menggandeng dan mendorong pihak swasta untuk ikut serta berperan aktif dalam membiayai pembangunan potensi ekonomi bangsa. Pihak swasta baik individual maupun kelembagaan memiliki pendanaan terbatas untuk memenuhi operasional dan pengembangan usahanya.

Terbatasnya kemampuan finansial lembaga negara dan swasta tersebut, maka perbankan nasional memegang peran penting dan strategis dalam kaitannya dengan persediaan permodalaan pengembangan sektor produktif. Bank sebagai lembaga perantara jasa keuangan yang tugas pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat, diharapkan dengan dana tersebut dapat memenuhi kebutuhan dana pembiayaan yang tidak disediakan dari lembaga yang sebelumnya.

(17)

mendambakan lembaga keuangan yang bukan hanya finansial semata melainkan baik dari segi moralitas, hal tersebut tercermin pada Bank Syariah yang tidak menggunakan prinsip bunga (riba) dalam operasionalnya melainkan dengan sistem bagi hasil dari suatu usaha.

Bank Syariah atau Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.1 Bank Syariah atau Bank Islam juga berfungsi sebagai lembaga intermediasi yakni menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Selain bank syariah yang akhir-akhir ini banyak bermunculan di Indonesia, banyak pula bermunculan lembaga - lembaga keuangan sejenis yang berprinsip syariah. Diantaranya adalah Asuransi, Pegadaian, Koperasi, Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), lembaga keuangan lainnya termasuk didalamnya adalah lembaga keuangan non bank atau lembaga pembiayaan (multifinance) dan Baitul Maal wa Tamwil (BMT).

1

(18)

Baitul Maal Wat Tamwil di Indonesia mulai dikenal masyarakat sebagai sebuah lembaga Keuangan Mikro Syariah. Tidak salah kalau kemudian masyarakat Indonesia lebih mengenal “BMT” sebagai “Bank Mikro Syariah” yang beroperasi

disekitar lingkungan masyarakat seperti di pasar – pasar, kawasan pedesaan, pinggiran kota, atau bahkan ada yang berkantor disebuah masjid.

Baitul Maal Wat Tamwil adalah konsep industri Perbankan Syariah yang menekankan adanya konsentrasi usaha perbankan yang tidak hanya mengelola unit bisnis saja, namun juga mengelola unit sosial yang memiliki fungsi intermediary unit antara yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana.2 Keberadaan

Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan suatu usaha untuk memenuhi keinginan, khususnya sebagian umat islam yang menginginkan jasa layanan Lembaga Keuangan Syariah dalam mengelola perekonomiannya.

Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga ribuan BMT, yang bergerak di kalangan masyarakat ekonomi bawah dan berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan ekonomi bagi pengusaha kecil yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang kemudian disalurkan melalui pembiayaan-pembiayaan.3

2

Muhammad Rifqi, Akuntansi Keuangan Syariah dan Implementasi PSAK Syariah, Yogyakarta: P3EI Press, 2008 halm 41.

3

(19)

Pembiayaan atau Financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.

Pembiayaan yang sering digunakan dalam lembaga keuangan syariah diantaranya menggunakan sistem pembiayaan murabahah, yakni guna memperlancar roda perekonomian umat, sebab dianggap mampu menekan terjadinya inflasi karena tidak adanya ketetapan bunga yang harus dibayarkan ke bank, selain itu juga dapat merubah haluan kaum muslimin dalam setiap transaksi perdagangan dan keuangan yang sejalan dengan ajaran syariah Islam.

Dalam hal ini pembiayaan murabahah bisa dibangun dalam bentuk kerjasama dimana BMT sebagai shohibul maal menyaluran dananya ke nasabah sebagai mudharib dalam bentuk modal kerja yang mana keuntungannya didasarkan pada prinsip bagi hasil sehingga baik nasabah atau bank sama – sama mendapatkan keuntungan.

Dimana pada hubungan kontak bisnis seperti ini diperlukan saling keterbukaan antara kedua belah pihak dalam hal untung dan rugi terhadap bisnis yang dijalankan.

(20)

sebagai akad pembiyaan dalam kegiatan penyaluran dana. BMT pada umumnya, banyak menerapkan murabahah sebagai metode pembiayaan mereka yang utama, meliputi kurang lebih tujuh puluh lima persen (75%) dari total kekayaan mereka. Menurut Choudury, dominannya pembiayaan murabahah terjadi karena pembiayaan ini cenderung memiliki risiko yang lebih kecil dan lebih mengamankan bagi shareholder. 4

Padahal sesungguhnya BMT memiliki core product pembiayaan berupa produk bagi hasil, yang dikembangkan dalam produk pembiayaan musyarakah dan

mudharabah. Meski jenis produk pembiayaan dengan akad jual beli (murabahah, salam dan istishna) dan sewa (ijarah dan ijarah muntahia bittamlik) juga dapat dioperasionalkan. Namun kenyataannya, BMT dengan produk pembiayaannya masih didominasi oleh produk pembiayaan dengan akad jual beli (tijarah) yang berbentuk murabahah.

Fungsi BMT dalam pembiayaan murabahah ini adalah sebagai penjual barang untuk kepentingan nasabah. BMT membeli barang dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga jual yang setara dengan harga beli ditambah keuntungan. BMT harus memberitahukan secara jujurharga pokok barang berikut biaya yang diperlukan. BMT juga harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian barang kepadanasabah.

4

(21)

Adapun BMT Nurul Falah merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang berperan dalam pemberdayaan ekonomi umat dengan memberikan pinjaman pembiayaan kepada masyarakat ekonomi lemah untuk berusaha dalam mensejahterakan kehidupannya.

Dari keterangan di atas, menyimpulkan bahwa pembiayaan murabahah

merupakan wahana utama bagi lembaga keuangan syariah (termasuk Baitul Maal Wat Tamwil) untuk memobilisasi dana masyarakat dalam jumlah besar dan untuk menyediakan fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan bagi masyarakat luas.5

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN MURABAHAH

PADA BMT NURUL FALAH SAWANGAN DEPOK (MEKANISME &

KEBERHASILAN DALAM MEMBANGUN MASYARAKAT)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembahasan Masalah

Pembatasan Masalah bermula dari uraian yang telah dipaparkan di atas, topik yang dibahas dalam skripsi ini hanya pada persoalan efektifitas pembiayaan murabahah pada BMT Nurul Falah.

2. Untuk mengarahkan pembahasan, maka penulis merumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana praktek pembiayaan murabahah di BMT Nurul Falah dalam

Pandangan Hukum Islam?

b. Apakah factor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi kinerja BMT Nurul Falah ?

5

(22)

c. Apakah kinerja dan realisasi pembiayaan murabahah di BMT Nurul Falah dapat meningkatkan efektifitas pembiayaan murabahah yang ditinjau dari menganalisa laporan keuangan periode 2012 - 2014 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, penulis berusaha untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu:

a. Untuk mengetahui praktek pembiayaan murabahah di BMT Nurul Falah dalam Pandangan Hukum Islam.

b. Untuk mengetahui factor pendukung dan penghambat di BMT Nurul Falah. c. Untuk mengetahui efektifitas pembiayaan murabahah di BMT Nurul Falah

dengan menganalisa laporan keuangan periode 2012 – 2014.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat penelitian ini dari segi akademis atau teoritis adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pembaca skripsi ini dan bagi pribadi peneliti.

(23)

b. Manfaat penelitian ini dari segi praktis adalah:

1. Memberikan masukan kepada BMT Nurul Falah Depok mengenai program pembiayaan khususnya pembiayaan murabahah yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pembiayaan murabahah pada lembaga keuangan tersebut.

2. Menambah informasi bagi masyarakat tentang pembiayaan – pembiayaan yang ada di BMT.

D. Review Studi Terdahulu

Skripsi Fadlurrachman Hakim, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014 yang berjudul “Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah Dan Penanganan Risiko Kredit Pada Kendaraan Bermotor” penelitian ini membahas tentang bagaimana kelayakan pembiayaan Murabahah dan penanganan risiko kredit pada kendaraan bermotor di Bank Muamalat, jenis penilitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu jenis metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Adapun hasil dari penelitian dapat disimpulkan pertama mengetahui system perhitungan dari akad

(24)

Skripsi Andi Hamzah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2011 yang berjudul “Analisis Penyaluran Pembiayaan Murabahah di BMT Al-Fath IKMT Pamulang” penelitian ini membahas tentang seberapa besar pengaruh penyaluran

murabahah yang dilaksanakan di BMT Al-Fath IKMT Pamulang. Adapun hasil dari penelitian dapat disimpulkan pembiayaan dengan akad murabahah

sebaiknya dilakukan hanya pada saat penjual (Bank/BMT) telah mengetahui atau memiliki barang tersebut pada saat negosiasi terjadi atau ketika malakukan kontrak.

Skripsi Syifa Fauziah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014 yang berjudul “Efektifitas Pembiayaan Mikro BMT Nurul Falah Dalam Pemberdayaan

(25)

Hal yang membedakan dengan penelitian ini adalah pembahasan dalam penelitian ini lebih memokuskan analisa efektifitas yang di tinjau dari laporan keuangan 2012 - 2014 BMT Nurul Falah di Depok sehingga dapat terlihat sejauh mana rencana kerja penyaluran pembiayaan murabahah dengan realisasi penyaluran murabahah mencapai efektifitas, sehingga sasaran pembiayaan

murabahah tepat sasaran dan dapat menimbulkan kesejahteraan terhadap masyarakat yang mengunakan akad pembiayaan secara syariah di BMT Nurul Falah.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Langkah – langkah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata.6 Penelitian kualitatif datanya dapat penulis dari lapangan, baik data lisan maupun data tertulis.

6

(26)

2. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dan satu variabel.7

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data yang dipakai pada penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber yang dapat memberikan informasi secara langsung, serta sumber data tersebut memiliki hubungan dengan masalah pokok

7

(27)

penelitian sebagai bahan informasi yang dicari.8 Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.

Dengan demikian, data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari sumber yang pertama berupa hasil dari wawancara langsung dengan manajer operasional BMT Nurul Falah Depok beserta anggota - anggotanya yang terkait tentang pembiayaan - pembiayaan yang terdapat pada BMT. Sedangkan data yang menjadi obyek informan adalah seluruh data-data yang ada pada BMT baik tertulis maupun berupa dokumen - dokumen.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.

Sedangkan data yang termasuk data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari dokumen-dokumen yang berkenaan dengan pembiayaan di lembaga keuangan syariah (BMT) seperti buku-buku yang

8

(28)

relevan dengan pembahasan tentang akad - akad pembiayaan, serta sumber yang lain berupa hasil laporan penelitian yang masih ada hubungannya dengan tema yang dibahas sebagai pelengkap yang dapat dikorelasikan dengan data primer. Data tersebut adalah bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis yang dapat dibagi atas sumber majalah ilmiah.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal - hal tertentu yang diamati.9

b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi langsung dari responden atau metode pengumpulan data dengan tanya jawab yang dikerjakan berdasarkan pada tujuan penelitian dengan menggunakan panduan wawancara.10Wawancara dilakukan oleh peneliti, kepada Direktur BMT Nurul Falah Bapak Bahrudin Ibnu Aziz dan dengan Ellawati selaku Admin & Keuangan BMT.

9

http://www.bloggerlombok.com/2011/11/metode-observasi.html, tanggal 23-05- 2015 10

(29)

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau dukomen tertulis seperti data laporan keuangan, arsip, database, surat-surat, rekaman, gambar, benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu peristiwa. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa diteliti dan dipahami atas dasar dokumen atau arsip.11

Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pembiayaan-pembiayaan pada BMT tersebut dan data-data tentang sejarah lembaga keuangan itu sendiri serta data-data lain yang berhubungan dengan pokok penelitian. Adapun sifat dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dokumen resmi internal, yaitu dokumen yang dikeluarkan dan dimiliki oleh pihak lembaga itu sendiri.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data ialah suatu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan

11

(30)

kepada orang lain. Guna untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam memberikan, menyajikan, dan menyimpulkan data, maka dalam penelitian ini digunakan metode analisa deskritif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.12

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Metode ini merupakan metode analisa data dengan cara menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisah menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat itu adalah memecahkan masalah penelitian serta memberikan deskripsi yang berkaitan dengan objek penelitian. Sebagai langkah penutup adalah pengambilan kesimpulan, yang mana pengambilan kesimpulan itu merupakan akhir proses dari sebuah penelitian, dari pengambilan kesimpulan ini akhirnya akan terjawab pertanyaan ada dalam rumusan masalah di dalam latar belakang masalah.

12

(31)

6. Objek Penelitian

BMT yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Baitul Maal Wat Tamwil ( BMT ) Nurul Falah Depok yang berlokasi di Graha Nurul Falah Jl. Jambu No.29 Kedaung Sawangan Depok 16516 Telp. : (021) 749 3581 - 7062 2902 Fax. : (021) 749 3581.

7. Teknis Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2009”. Dengan beberapa pengecualian sebagai berikut:

a. Dalam daftar pustaka, Al – Quran ditulis pada urutan pertama sebagai tanda penghormatan.

b. Terjemahan dari ayat – ayat tersebut berpedoman pada Al-Quran ditulis pada urutan pertama sebagai tanda penghormatan.

(32)

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar memudahkan penulisan skripsi maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Bab ini memuat tentang efektifitas pembiayaan murabahah yang didalamnya membahas tentang: pengertian murabahah, landasan syariah

(33)

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG BMT NURUL FALAH

SAWANGAN DEPOK

Bab ini memuat tentang mekanisme pembiayaan murabahah di BMT Nurul Falah yang didalamnya membahas tentang:profil BMT Nurul Falah, mekanisme pembiayaan murabahah pada BMT Nurul Falah

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang praktek murabahah pada BMT Nurul Falah, factor pendukung dan penghambat, rencana kerja dan realisasi penyaluran pembiayaan

murabahah pada BMT Nurul Falah.

BAB V : PENUTUP

(34)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Murabahah

1. Pengertian Murabahah

Murabahah dalam perspektif fiqh merupakan salah satu dari bentuk jual beli yang bersifat amanah (ba‟i al-amanah)13. Jual beli ini berbeda dengan jual beli

musawwamah / tawar menawar. Murabahah terlaksana antara penjual dan pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian penjual yang diketahui oleh pembeli dan keuntungan yang diambil oleh penjual pun diberitahukan kepada pembeli, sedangkan musawwamah adalah transaksi yang terlaksana antara penjual dan pembeli dengan suatu harga tanpa melihat harga asli barang. Jual beli yang juga termasuk dalam jual beli bersifat amanah adalah jual beli wadhi‟ah, yaitu menjual kembali dengan harga rendah (lebih kecil dari harga asli pembelian), dan jual beli tauliyah, yaitu menjual dengan harga yang sama dengan harga pembelian.14

Secara etimologis, murabahah berasal berasal dari kata al-ribh atau al-rabh

yang memiliki arti kelebihan atau pertambahan dalam perdagangan. Dengan kata lain, al-ribh tersebut dapat diartikan sebagai “keuntungan, laba, faedah”. 15 Di

13

Sayyid Sabiq, Op Cit, ,h. 126

14

Wiroso, Jual Beli Murabahah, Yogyakarta : UII Prees, 2005, h. 14.

15

(35)

dalam al-Qur’an kata ribh dengan makna keuntungan dapat ditemukan pada surat al-Baqarah [2] ayat 16 berikut:

نيدت م ن ك م م ت جت تحب مف د ل ب ةلاضل تش ني ل ك ل أ

Artinya : “ Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah : 16).

Murabahah dalam konsep perbankan syariah merupakan jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam jual beli

murabahah penjual atau bank harus memberitahukan bahwa harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Aplikasi pembiayaan murabahah pada bank syariah maupun Baitul Mal Wa Tamwil dapat digunakan untuk pembelian barang konsumsi maupun barang dagangan (pembiayaan tambah modal) yang pembayarannya dapat dilakukan secara tangguh (jatuh tempo/angsuran).16

Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Dalam teknis perbankan syariah, akad ini merupakan salah satu bentuk

16Moh. Rifa’I,

(36)

natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan require rate of profitnya (keuntungan yang ingin diperoleh).17

2. Landasan Syariah Murabahah

Secara syar'iy, keabsahan transaksi murabahah didasarkan pada beberapa

nash al Qur'an dan Sunnah. Landasan umumnya, termasuk jenis jual beli lainnya, terdapat dalam surat al-Baqarah (2) ayat 275:

س ط ّ ط

ق ك اإ

ق ا

كأ

أ ك

ء ج ف

ح ع حأ

ث ع إ ق

ك أف ع

إ أ ف س ف

ف ظع

خ ف

حصأ

Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”. (QS. Al-Baqarah : 275).18

17

Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya, seperti 10% atau 20%. Lihat Ir. Adiwarman Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007, h.113.

18

(37)

Dalam ayat ini, Allah swt mempertegas legalitas dan keabsahan jual beli, serta menolak dan melarang konsep ribawi. Berdasarkan ketentuan ini, jual beli murabahah

mendapat pengakuan dan legalitas dari syara, dan sah untuk dioperasionalkan dalam praktik pembiayaan di bank syariah dan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) karena ia merupakan salah satu bentuk jual beli dan tidak mengandung unsur ribawi.

Kemudian di dalam surat An-Nisa ayat 29, yang berbunyi:

جت

ت أ إ ط

أ كأت آ

أ

ض ت ع

ح ك إ سف أ قت

Artinya : “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka di antara kamu…...”. (QS. An-Nisa : 29)19.

Dalam literatur fiqh klasik, murabahah mengacu pada suatu penjualan yang pembayarannya ditangguhkan. Justru elemen pokok yang membedakannya dengan penjualan normal lainnya adalah penangguhan pembayaran itu. Pembayaran dilakukan dalam suatu jangka waktu yang disepakati, baik secara tunai maupun secara angsuran.20

19

Ibid, h. 122.

20

Dr. Sami' Hamud menamai transaksi seperti ini dengan bay' al-murâbahah li al-amr bi al-syirâ`

(38)

Oleh karena itu, keberadaan murabahah juga didasarkan pada hadis yang menegaskan bahwa murabahah termasuk dalam ketegori perbuatan dianjurkan (diberkati). Hadis tersebut berbunyi:

، جأ إ ع : ك ف اث : ق س آ ع ه ص

أ

ط خ ، ض ق

عّ

)

ص ع ج

( ع ا ت

Artinya : “Dari Shalih bin Shuhayb dari ayahnya, ia berkata: "Rasulullah SAW bersabda: "Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqâradhah (mudhârabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan

rumah, bukan untuk dijual”. (HR. Ibn Mâjah).

3. Rukun dan Syarat Murabahah

a. Rukun Murabahah

Sebagai bagian dari jual beli, maka pada dasarnya rukun dan syarat jual beli

murabahah juga sama dengan rukun dan syarat jual beli secara umum. Rukun jual beli menurut mazhab Hanafi adalah ijab dan qabul yang menunjukkan adanya pertukaran atau kegiatan saling memberi yang menempati kedudukan

ijab dan qobul itu.21 Sedangkan menurut jumhur ulama ada 4 rukun dalam jual beli itu, yaitu penjual, pembeli, sighat, serta barang atau sesuatu yang diakadkan.

21

(39)

Adapun untuk rukun jual beli murabahah itu sendiri antara lain:22 - Penjual (Ba’i)

Adalah pihak bank atau BMT yang membiayai pembelian barang yang diperlukan oleh nasabah pemohon pembiayaan dengan system pembayaran yang ditangguhkan. Biasanya di dalam teknis aplikasinya bank atau BMT membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank atau BMT itu sendiri.23 Walaupun terkadang bank atau BMT menggunakan media akad wakalah dalam pembelian barang, dimana si nasabah sendiri yang membeli barang yang diinginkan atas nama bank. - Pembeli (Musytari)

Pembeli dalam pembiayaan murabahah adalah nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan ke bank atau BMT.

- Objek jual beli (Mabi’)

Yang sering dilakukan dalam permohonan pembiayaan murabahah

oleh sebagian besar nasabah adalah terhadap barang-barang yang bersifat konsumtif untuk pemenuhan kebutuhan produksi, seperti rumah, tanah, mobil, motor dan sebagainya.24

22

Muhammad, Op Cit, hal. 58

23

Warkum Sumitro, Asas-asas Perbaknan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BUMI dan Takaful), Jakarta : PT Grafindo Persada, cet. Ke-1, 1996, h. 93.

24

Karnaen A. Perwata Atmadja dan M. Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,

(40)

Walaupun demikian, ada rambu-rambu yang harus diperhatikan juga, bahwa benda atau barang yeng menjadi obyek akad mempunyai syarat syarat yang harus dipenuhi menurut hukum Islam, antara lain :

1. Suci, maka tidak sah penjualan terhadap benda-benda najis seperti anjing, babi, dan sebagainya yang termasuk dalam kategori najis. 2. Manfaat menurut syara’, dari ketentuan ini, maka tidak boleh jual

beli yang tidak diambil manfaatnya menurut syara’.

3. Jangan ditaklikan, dalam hal apabila dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal lain, seperti : ”jika Bapakku pergi, Ku jual kendaraan ini kepadamu”.

4. Tidak dibatasi waktu, dalam hal perkataan, ”saya jual kendaraan ini

kepada Tuan selama satu tahun”. Maka penjualan tersebut tidak sah,

sebab jual beli adalah salah satu sebab pemilikan secara penuh yang tidak dibatasi ketentuan syara’.

(41)

6. Milik sendiri, tidak dihalalkan menjual barang milik orang lain dengan tidak seizin dari pemilik barang tersebut. Sama halnya juga terhadap barang-barang yang baru akan menjadi miliknya.

7. Diketahui (dilihat), barang yang menjadi obyek jual beli harus diketahui spesifikasinya seperti banyaknya (kuantitas), ukurannya, modelnya, warnanya dan hal-hal lain yang terkait. Maka tidak sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.25

- Harga (Tsaman)

Harga dalam pembiayaan murabahah dianalogikan dengan pricing

atau plafond pembiayaan. - Ijab qobul.

Dalam perbankan syariah ataupun Lembaga Keuangan Syariah (BMT), dimana segala operasionalnya mengacu pada hukum Islam, maka akad yang dilakukannya juga memilki konsekuensi duniawi dan ukhrawi. Dalam akad biasanya memuat tentang spesifikasi barang yang diinginkan nasabah, kesediaan pihak bank syariah atau BMT dalam pengadaan barang, juga pihak bank syariah atau BMT harus memberitahukan harga pokok pembelian dan jumlah keuntungan yang ditawarkan kepada nasabah (terjadi penawaran), kemudian penentuan lama angsuran apabila terdapat kesepakatan murababah.

25

(42)

b. Syarat Murabahah

Selain ada rukun dalam pembiayaan murabahah, juga terdapat syarat-syarat yang sekiranya menjadi pedoman dalam pembiayaan sekaligus sebagai identitas suatu produk dalam bank syariah atau BMT dengan perbankan konvensional. Syarat dari jual beli murabahah tersebut antara lain :

- Penjual memberi tahu harga pokok kepada calon pembeli. Hal ini adalah logis, karena harga yang akan dibayar pembeli kedua atau nasabah didasarkan pada modal si pembeli awal / Bank atau BMT.

- Akad pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. - Akad harus bebas dari riba.

- Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.

- Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara hutang.

4. Jenis-jenis Murabahah

Dalam konsep di perbankan syariah maupun di Lembaga Keuangan Syariah (BMT), jual beli murabahah dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:26

26

(43)

a. Murabahah tanpa pesanan

Murabahah tanpa pesanan adalah jenis jual beli murabahah yang dilakukan dengan tidak melihat adanya nasabah yang memesan (mengajukan pembiayaan) atau tidak, sehingga penyediaan barang dilakukan oleh bank atau BMT sendiri dan dilakukan tidak terkait dengan jual beli murabahah sendiri.

Dengan kata lain, dalam murabahah tanpa pesanan, bank syariah atau BMT menyediakan barang atau persediaan barang yang akan diperjualbelikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah yang membeli atau tidak.27 Sehingga proses pengadaan barang dilakukan sebelum transaksi / akad jual beli

murabahah dilakukan. Pengadaan barang yang dilakukan bank syariah atau BMT ini dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

- Membeli barang jadi kepada produsen (prinsip murabahah).

- Memesan kepada pembuat barang / produsen dengan pembayaran dilakukan secara keseluruhan setelah akad (Prinsip salam).

- Memesan kepada pembuat barang / produsen dengan pembayaran yang dilakukan di depan, selama dalam masa pembuatan, atau setelah penyerahan barang (prinsip isthisna).

- Merupakan barang-barang dari persediaan mudharabah atau musyarakah. Alur transaksi murabahah tanpa pesanan dapat dilihat dalam skema berikut

27

(44)

GAMBAR 1.1

Alur Murabahah Tanpa Pesanan

Sumber : Wiroso, Jual Beli Murabahah

b. Murabahah berdasarkan pesanan

Sedangkan yang dimaksud dengan murabahah berdasarkan pesanan adalah jual beli murabahah yang dilakukan setelah ada pesanan dari pemesan atau nasabah yang mengajukan pembiayaan murabahah.28 Jadi dalam murabahah

berdasarkan pesanan, bank syariah atau BMT melakukan pengadaan barang dan melakukan transaksi jual beli setelah ada nasabah yang memesan untuk dibelikan barang atau asset sesuai dengan apa yang diinginkan nasabah tersebut. Alur transaksi murabahah berdasarkan pesanan dapat dilihat dari skema berikut

28

[image:44.612.91.526.114.348.2]
(45)

GAMBAR 1.2

Alur Murabahah Berdasarkan Pesanan

Sumber : Wiroso, Jual Beli Murabahah

5. Penerapan dan Skema Murabahah

Murabahah merupakan skema fiqh yang paling populer diterapkan dalam perbankan syariah/BMT. Murabahah dalam perbankan syariah/BMT didefinisikan sebagai jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaski jual beli barangantara bank dengan nasabah dengan cara pembayaran angsuran. Dalam perjanjian

[image:45.612.124.514.103.405.2]
(46)

menjualnya kepada nasabah tersebut dengan menambahkan suatu mark-up atau margin keuntungan.29

Murabahah sebagaimana yang diterapkan dalam perbankan syariah/BMT, pada prinsipnya didasarkan pada 2 (dua) elemen pokok, yaitu harga beli serta biaya yang terkait dan kesepakatan atas mark-up. Ciri dasar kontrak pembiayaan

murabahah adalah sebagai berikut:30

a. Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan harga pokok barang dan batas mark-up harus ditetapkan dalam bentuk persentase dari total harga plus biaya-biayanya.

b. Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang.

c. Apa yang diperjual-belikan harus ada dan dimiliki oleh penjual atau wakilnya dan harus mampu menyerahkan barang itu kepada pembeli.

d. Pembayarannya ditangguhkan.

Bank-bank syariah umumnya mengadopsi murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian barang meskipun mungkin nasabah tidak memiliki uang untuk membayar. Kemudian Dalam prakteknya di perbankan Islam, sebagian besar kontrak murabahah yang dilakukan adalah dengan menggunakan sistem murabahah kepada pemesan pembelian (KPP).

29

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan,

Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1999, h. 64

30

(47)

Hal ini dinamakan demikian karena pihak bank syariah semata-mata mengadakan barang atau asset untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang memesannya.31 Jadi secara umum, skema dari aplikasi murabahah ini sama dengan murabahah

berdasarakan pesanan.

Bank atau Lembaga Keuangan Syariah (BMT) bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari produsen (supplier) ditambah keuntungan. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual tersebut dan jangka waktu pembayaran. Harga jual ini dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati, tidak dapat berubah selama berlaku akad. Barang atau objek harus diserahkan segera kepada nasabah, dan pembayarannya dilakukan secara tangguh.32 Terdapat juga pengembangan dari aplikasi pembiayaan murabahah dalam bank syariah atau BMT, yaitu dalam hal pengadaan barang. Dalam hal ini bank atau BMT menggunakan media akad

wakalah untuk memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang atas nama bank kepada supplier atau pabrik. Skema pengembangan dengan akad wakalah dari pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut :

31Muhammad Syafi’i Antonio, Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari‟ah dari teori

dan praktik, Cetakan 1, Gema Insani Press, Jakarta 2001, h. 103.

32

(48)
[image:48.612.86.527.109.403.2]

GAMBAR 1.3

Skema Pengembangan Murabahah

Sumber : Penjelasan Fatwa DSN-MUI

Dalam hal ini, apabila pihak bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga (supplier), maka kedua pihak harus menandatangani kesepakatan agency (agency contract), dimana pihak bank memberi otoritas kepada nasabah untuk menjadi agennya untuk membeli komoditas dari pihak ketiga atas nama bank, dengan kata lain nasabah menjadi wakil bank untuk membeli barang.

(49)

kontrak jual beli. Sehingga barang pun beralih kepemilikan menjadi milik nasabah dengan segala resikonya.33

B. Efektifitas

1. Pengertian Efektifitas

Kata efektifitas berasal dari kata efektif, termasuk adjektiva, yaitu kelas kata yang menjelaskan nominal atau pronominal, yang bermakna: 1) ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), 2) manjur atau mujarab (tentang obat), 3) dapat membawa hasil, berhasil berguna (tentang usaha, tindakan), 4) mulai berlaku (tentang undang – undang peraturan).34

Secara sederhana efektifitas dari kata efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesamaannya, atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna).35 Efesiensi dan efektifitas menurut Peter Dructer adalah melakukan pekerjaan yang benar sedangkan efesiensi adalah melakukan pekerjaan dengan benar.36 Sebab efektifitas pada umumnya terkait dengan keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran.

33

Penjelasan Fatwa DSN MUI No.4/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah.

34

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Ed 2, Cet 9, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, h 250.

35Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, “Kamus Bahas Indonesia” Jakarta

: Balai Pustaka, 2001, cet edisi III, h 289

36

(50)

Oleh karna itu, efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih rencana yang tepat atau strategi yang tepat untuk mencapai target yang telah ditetapkan ataupun kosistensi kerja yang tinggi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.37

Berdasarkan pengertian efektifitas diatas, maka dapat disimpulkan efektifitas adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan dengan melihat ketetapan penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik atau tidak sangat tergantung, apakah tugas ini diselesaikan atau tidak, terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.

2. Pendekatan Terhadap Efektivitas

Pendekatan terhadap efektivitas dilakukan dengan bagian yang berbeda, dimana perusahaan mendapatkan input berupa berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam perusahaan mengubah input menjadi output atau program yang kemudian dilemparkan kembali kepada lingkungannya. Pendekatan terhadap efektifitas terdiri dari:38

37Richard H. Hall. “Organitation Structure, proses dan out come”

, New Jersey Prantice hall, inc, 1991, h. 259

38 http://noebangetz.blogspot.com/2009/07/definisi-atau-pengertian-efektivitas.html

(51)

a. Pendekatan Sasaran

Pendekatan ini mencoba mengatur sejauh mana suatu perusahaan berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Sasaran yang perlu di perhatikan dalam pengukuran efektifitas ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkan, dan memusatkan perhatian terhadap asperk output, yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat output. Pendekatan sasaran dapat direalisasikan apabila organisasi mampu melakukan pendekatan kepada warga binaaan sosial dalam mengarahkan kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu semua warga binaan sosial dapat berfungsi sosial.

b. Pendekatan Sumber

(52)

output yang dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya. Sementara itu sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan sering kali bersifat langka dan bernilai tinggi. Pendekatan sumber dalam organisasi dapat di ukur dari seberapa jauh hubungan antara warga binaan sosial dengan lingkungan sekitarnya.

c. Pendekatan Proses

(53)

BAB III

MEKANISME PEMBIAYAAN MURABAHAH

DI BMT NURUL FALAH

A. Profil BMT Nurul Falah

1. Sejarah Perkembangan BMT Nurul Falah

Eksistensi usaha mikro dan kecil telah membuktikan dirinya menjadi penopang yang tangguh dalam perkembangan ekonomi makro di Indonesia. ketika krisis ekonomi melanda bangsa ini yang berakibat kepada banyaknya perusahaan besar yang gulung tikar serta bank konvensional yang dilikuidasi, ternyata disektor usaha mikro dan kecil masih mampu bertahan. Padahal seperti yang kita ketahui bersama, perkembangan usaha mikro dan kecil belum mendapatkan perhatian yang cukup signifikan dari pihak perbankan untuk mendapatkan akses pembiayaan. Hal ini tentu saja menjadi problem tersendiri bagi kalangan pengusaha mikro dan kecil untuk mengembangkan dirinya.

(54)

pembiyaan sebesar 3,6 triliun, dengan jumlah pengelola lebih dari 40.000 orang, yang telah melayani lebih dari 3,5 juta penabung, dan memberikan pinjaman kepada lebih dari 3 juta pengusaha mikro dan kecil.39

Yayasan Nurul Falah yang berada di lingkungan Kecamatan Sawangan Kota Depok Jawa Barat sebagai wilayah penyangga Ibu Kota Negara, ingin mengambil peran dalam membantu pengembangan usaha mikro dan kecil. Keinginan ini dituangkan dalam sebuah komitmen beberapa pengurusnya untuk mendirikan BMT. Maka pada tanggal 27 Januari 2007 bertepatan dengan tanggal 14 Muharram 1429 H berdirilah BMT Nurul Falah. Dengan semangat yang tinggi untuk berkidmat kepada masyarakat lemah serta sekaligus memberikan pembelajaran tentang pentingnya ekonomi syariah, para pendiri telah melakukan upaya – upaya kearah beroperasinya BMT Nurul Falah yang dikelola secara amanah dan propesional.40

2. Nama Dan Kedudukan BMT Nurul Falah

Nama lembaga keuangan syariah ini adalah Baitul Maal Wat Tamwil Nurul Falah yang disebut secara singkat BMT Nurul Falah. BMT Nurul Falah didirikan berdasarkan badan hukum koperasi. Departemen Koperasi No.518/77/BH/KPTS/KUKM/1.2/X1/2007 dengan Akte Notaris Sri Purwaningsih Soemarno, SH No. 04/N/X1/2007.

39

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/15/03/22/

40

(55)

Kantor pusat BMT Nurul Falah berada dijalan Ciputat Parung No. 29 Kel. Kedaung Sawangan Kota Depok dan dapat membuka perwakilan (Kantor Kas) di Ibu Kota Propinsi/Kabupaten diseluruh Indonesia.

3. Visi dan Misi41

Visi : Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Ekonomi Syariah yang profesional, Maju dan berkembang dalam upaya memberikan akses kemudahan kepada masyarakat ekonomi lemah dalam berusaha sebagai langkah membangun kekuatan ekonomi menuju kesejahteraan bersama.

Misi :

1. Melakukan akses pembiayaan dan simpanan

2. Memberikan advokasi ( pembelaan ) bagi masyarakat ekonomi lemah.

3. Memberikan edukasi ( pembelajaraan ) bagi masyarakat tentang hidup hemat, berpikir kedepan menuju arah lebih baik sesuai dengan tuntunan syariah.

4. Membangun kekuatan ekonomi sesuai dengan prinsip syariah.

5. membangun dan mengembangan pola hidup saling tolong menolong dalam berekonomi.

6. Menghimpun dana untuk bersatu memberikan akses permodalan untuk menggerakan potensi ekonomi Umat Islam.

41

(56)

4. Tujuan

BMT Nurul Falah didirikan dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:42

1. Menyebarluaskan nilai – nilai ekonomi syariah sebagai system perilaku ekonomi masyarakat.

2. Memberdayakan potensi ekonomi masyarakat dengan memberikan akses pembiayaan yang cepat dan mudah.

3. Memberikan pembelajaran pada masyarakat luas tentang arti penting ekonomi syariah.

4. Turut mengambil peran dan membangun ekonomi masyarakat Islam secara syariah.

5. Menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

5. Usaha

1. Mengembangkan kegiatan simpan pinjam dengan prinsip bagi hasil/syariah

2. Mengembangankan lembaga dan bisnis Kelompok Usaha Muamalat yaitu kelompok simpan pinjam yang khas binaan BMT Nurul Falah.

3. Menerbitkan sertifikat penyertaan modal yang ditujukan bagi kaum aghnia dan pemilik perusahaan diwilayah sekitar BMT Nurul Falah.

42

(57)

4. Jika BMT telah berkembang cukup mapan, memprakarsai pengembangan badan usaha sector riil ( UBUSRI ) dari Pokusma – Pokusma sebagai badan usaha pendamping menggerakan ekonomi riil rakyat kecil di wilayah kerja BMT Nurul Falah yang manajemennya terpisah sama sekali dari BMT Nurul Falah.

5. Mengembangkan jaringan kerja dan jaringan BMT Nurul Falah dan sector riil ( BUSRIL ) mitranya sehingga menjadi barisan semut yang tangguh sehingga mampu mendongkrak kekuatan ekonomi bangsa Indonesia.

6. Struktur Manajemen BMT Nurul Falah

Dewan Pengurus:

1. Ketua : Drs. Bahrudin Ibnu Aziz

2. Sekretaris : Drs. Marcelly Irawan 3. Bendahara : Jojo Sutarjo SE

Dewan Pengelola

1. Manajer : Drs. Marcelly Irawan

2. Adm & Keuangan : Ellawati

3. Teller : Desi Ratnasari

(58)

7. Jenis Simpanan43

a. Jenis Simpanan

Sebelum membuka sebuah simpanan, calon peserta BMT diminta untuk memenuhi syarat – syarat sebagai berikut:

- Mengisi formulir tabungan

- menyerahkan fotocopy KTP / bukti identitas diri - biaya administrasi / buku tabungan

Setelah semua syarat terpenuhi, peserta bisa memilih layanan yang ada di BMT Nurul Falah yaitu:

1. Simpanan Amanah

- Merupakan simpanan yang dapat digunakan oleh BMT dengan mendapat bagi hasil yang Menguntungkan

- Dapat ditarik kapan saja setelah 1 (satu) bulan mengendap - Setoran awal minimal Rp. 10.000,-

- Setoran selanjutnya minimal Rp. 1.000,- - Saldo minimal setiap penarikan Rp. 10.000,- - Penarikan maksimal Rp. 500.000,- per hari.

43

(59)

2. Simpanan Qurban

- Dapat memberikan dorongan untuk melaksanakan ibadah qurban - Hanya dapat ditarik pada saat akan melaksanakan qurban

- Dapat ditarik dalam bentuk dana tunai atau hewan qurban

- BMT membantu menyalurkan hewan qurban kepada para mustahik

- Pembukaan simpanan dapat dilakukan secara pribadi atau bersama oleh 7 orang dengan satu buku simpanan.

- Penarikan hanya dibenarkan bila dilakukan oleh minimal 2 orang di antara mereka.

- Setoran awal minimal Rp. 50.000,- - Setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,- - Saldo minimal setiap penarikan Rp. 10.000,-

3. Simpanan Pendidikan

- Merupakan simpanan yang dapat dilakukan atas nama orang tua anak atau atas nama anak itu sendiri.

- Penarikan hanya dapat dilakukan 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) tahun, sebelum tahun ajaran baru/EHB Cawu.

(60)

- Saldo minimal setiap penarikan minimal Rp. 10.000,- - Penarikan maksimal Rp. 500.000,- perhari

4. Simpanan Walimah

- Merupakan simpanan persiapan untuk menuju ke pelaminan

- Pembukaan simpanan minimal 3 (tiga) bulan sebelum walimah/nikah - Penarikan hanya dapat dilakukan satu bulan menjelang walimah - Setoran awal minimal Rp. 25.000,-

- Setoran selanjutnya minimal Rp. 10.000,-

- Saldo minimal setiap penarikan minimal Rp. 10.000,-

5. Simpanan Idul Fitri

- Pembukaan simpanan minimal 3 (tiga) bulan sebelum Hari Raya Idul Fitri - Penarikan hanya dapat dilakukan 2 (dua) pekan sebelum Hari Raya Idul Fitri - Setoran awal minimal Rp. 10.000,

(61)

6. Simpanan Haji

- Merupakan simpanan yang diperuntukkan untuk menunaikan Ibadah Haji / Umroh

- Setoran dapat dijemput ke rumah / kantor - Setoran awal minimal Rp. 100.000,- - Setoran selanjutnya minimal Rp. 50.000,-

- Saldo minimal setiap penarikan minimal Rp. 10.000,-

B. Mekanisme Pembiayaan Murabahah di BMT Nurul Falah

1. Pengertian Pembiayaan Murabahah.

Pembiayaan murabahah adalah salah satu produk unggulan yang ada di

BMT Nurul Falah dalam lending product. Prinsip dasar BMT adalah menghimpun

dana dari masyarakat dan menyalurkan dana dari dan untuk masyarakat. Untuk itu,

BMT sebagai lembaga keuangan dalam bentuk koperasi simpan pinjam unit

syari’ah tidak lepas dari prinsip operasional tersebut, diantaranya melalui

pembiayaan Murabahah, sebagailangkah untuk menyalurkan dana yang dihimpun

oleh BMT.

Pembiayaan Murabahah merupakan interpretasi dari pembiayaan

berdasarkan prinsip jual beli, hal ini dimungkinkan untuk menghindari praktek

sistem bunga yang di praktekkan di bank konvensional. BMT Nurul Falah

(62)

yang disepakati bersama antara pihak BMT dengan pihak nasabah,44dalam hal ini

pihak BMT diartikan sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, yang mana

dalam pengadaan barang yang akan dibeli oleh nasabah pihak BMT mewakilkan

kepada nasabah untuk membeli barang dari suplaier yang dikehendaki dengan

penuh tanggung jawab. Dalam akad Murabahah tertuang berapa pembiayaan yang

akan disetujui, besarnya angsuran dan mark up yang diambil oleh pihak BMT.

Syarat utama dalam pembiayaan Murabahah adalah mengetahui harga dasar

dan keuntungan yang disepakati. Dalam mengartikan harga dasar BMT Nurul

Falah mengartikan sebagai harga yang sesungguhnya dari suplaier, hal ini tentunya

dibuktikan dengan menunjukkan kwitansi dari pihak suplaier. Adapun mengenai

rincian biaya-biaya yang terkait dengan pengadaan barang tersebut seperti biaya

tranportasi, akomodasi dan administrasi merupakan tanggungan dari pihak BMT

Nurul Falah yang mana biaya tersebut tidak ditambahkan menjadi harga dasar dari

suatu barang.

Dalam pembebanan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh BMT terkait dengan

pengadaan barang yang diinginkaan oleh nasabah tersebut tidak ditambahkan

dalam harga dasar suatu barang akan tetapi dimasukkan dalam biaya administrasi

yang besarnya 2% dari total pembiayaan yang dikeluarkan oleh BMT Nurul Falah,

biaya administrasi tersebut dibayarkan ketika nasabah sudah disetujui permohonan

pembiayaannya dan sudah dapat dicairkan oleh nasabah.

44

(63)

Biaya administrasi tersebut diambil oleh manajemen BMT dengan

mengasumsikan biaya apa saja yang akan dikeluarkan oleh pihak BMT dalam

setiap tahunnya untuk keperluan administrasi BMT dan biaya yang harus

ditanggung oleh BMT dalam menjalani bisnis ini, dengan asumsi tersebut maka

tidak adanya standar yang menyatakan tentang biaya-biaya yang terkait dengan

pembiayaan suatu nasabah. Selain itu hal ini juga ditempuh untuk menutupi dari

pengeluaran yang dikeluarkan oleh BMT kepada nasabah yang permohonan

pembiayaannya tidak disetujui oleh BMT.

Keuntungan yang disepakati dalam pembiayaan Murabahah adalah hasil dari

pembicaraan dari pihak nasabah dengan pihak BMT Nurul Falah dimana dalam

pembicaraan tersebut menentukan berapa besar keuntungan yang akan diambil

oleh pihak BMT, hal ini dikarenakan Murabahah merupakan pembiayaan dengan

prinsip jual beli. Akan tetapi, setiap lembaga keuangan pastilah mempunyai batas

limit dari keuntungan yang harus mereka peroleh kerena lembaga keuangan

tentunya membutuhkan dana yang cukup untuk menggaji karyawan dan

operasionaal kantor. Adapun batas limit yang diterapkan di BMT Nurul Falah

yaitu sebanding dengan 2% perbulan dari harga dasar suatu barang tersebut.

Dalam pembiayaan Murabahah terutama yang bertujuan untuk pembelian

kendaraan bermotor nasabah dapat memberikan uang muka kepada BMT dalam

pembelian kendaraan bermotor, dan besarnya uang muka yaitu 30% dari harga

(64)

menggunakan prinsip jual beli dalam operasionalnya, maka dari itu pihak BMT

hanya memberikan pembiayaan menurut besarnya kekurangan dari pembelian

kendaraan bermotor tersebut. Mark up dari pembiayaan yang menggunakan uang

muka adalah disesuaikan dengan besarnya kekurangan dari pembelian tersebut.

Dalam pembebanan mark up kepada nasabah tentunya setiap lembaga

keuangan mempunyai standarisasi yang berbeda-beda. Demikian pula yang ada di

BMT Nurul Falah dimana standarisari mark up mengalami perubahan dari

semenjak berdiri BMT ini. Standarisasi mark up BMT dari semenjak berdiri

sampai tahun 2015 sebesar sebanding dengan 2,3% perbulan dari pembiayaan

yang disetujui. Akan tetapi ketika tahun 2014 sampai sekarang pihak BMT

memberikan standar sebesar sebanding dengan 2% perbulan dari pembiayaan yang

disetujui. Turunnya standarisasi tersebut tidak lepas dari turunnya SBI pada waktu

itu.45

Sebuah lembaga keuangan yang beroperasi dengan sistem syari’ah BMT

Nurul Falah dalam mengucurkan dana kepada masyarakat berupa pembiayaan juga

berprinsip syari’ah. Seperti kita ketahui pembiayaan Murabahah adalah

pembiayaan yang berprinsip sesuai dengan jual beli, maka dari itu dalam

pelaksanaannya pun haruslah demikian. Dalam jual beli adanya tawar menawar

dari pihak penjual dan pembeli, ini juga berlaku di BMT Nurul Falah yang

45

(65)

menggunakan pembiayaan ini dimana pihak nasabah diberikan hak untuk menawar

mark up yang akan ditentukan oleh pihak BMT.

Sistem pembayaran dari pembiayaan Murabahah dapat dilakuakan secara

tunai dan angsuran. Secara tunai yaitu ketika nasabah pesan barang dan barang

sudah ada maka pihak nasabah dapat langsung membayarnya dengan kontan,

adapun secara angsuran yaitu nasabah dapat mengangsur setiap bulannya sampai

batas waktu pembayaran yang disepakati selesai. Adapun untuk jatuh tempo

pembayaran pihak BMT memberikan batas maksimal jatuh tempo adalah dua

tahun, karena pembiayaan ini adalah pembiayaan kepemilikan barang yang mana

sifat dari pembiayaan ini rata-rata untuk kepentingan konsumtif.

Untuk perhitungan angsuran dibedakan antara angsuran pokok dan angsuran

mark up, angsuran pokok adalah angsuran dari kekurangan untuk pembelian

barang, adapun angsuran mark up adalah angsuran keuntungan yang diterima oleh

BMT sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Khusus untuk pembiayaan

dengan tujuan pembelian sepeda motor dengan menggunakan uang muka terjadi

perbedaan dalam angsuran, akan tetapi perbedaan tersebut tidak pada mark up

akan tetapi dikarenakan jatuh tempo yang disepakati berbeda.

Jaminan merupakan sesuatu yang harus ada dalam suatu pembiayaan.

Karena, jaminan merupakan suatu bentuk keterikatan antara pihak lembaga

penyedia dana dengan pihak pemuhon dana. Hal ini juga yang berlaku di BMT

(66)

melampirkan jaminan yang akan dijaminkan kepada pihak BMT. BMT Nurul

Falah dalam mengartikan jaminan adalah segala sesuatu yang dapat dinominalkan,

adapun besarnya jaminan adalah sesuai dengan batas limit dari pengajuan

pembiayaan oleh pemohon pembiayaan.

Bentuk dari jaminan yang biasa digunakan oleh pemohon dalam mengajukan

pembiayaan bisa berupa BPKB ataupun sertifikat tanah dari pemohon, selain dari

jaminan tersebut pihak pemohon juga bisa menjaminkan barang seperti TV, kulkas

dll. Akan tetapi, untuk jaminan yang berupa TV atau kulkas tersebut hanya

dibolehkan untuk jenis pembiayaan yang nominalnya tidak lebih dari Rp.500.000.

hal ini dikarenakan nilai jaminan haruslah sesuai dengan batas limit dari

permohonan pembiayaan.46

Apabila nantinya terjadi kemacetan dalam pengangsuran maka posisi

jaminan akan tetap, akan tetapi, ketika waktu jatuh tempo belum dapat

melunasinya dan dilakukan proses rescuduling maka nilai dari jaminan tersebut

akan ditaksir ulang sesuai dengan sisa dari angsuran yang harus dibayarkan oleh

nasabah tersebut. Apakah masih sesuai dengan batas limit dari pembiayaan atau

tidak sesuai dan diperlukan tambahan jaminan lagi.

Penyitaan atau penarikan jaminan oleh pihak BMT dapat dilakukan apabila

setelah dilakukan penelitian pihak nasabah dianggap tidak adanya suatu niatan

untuk melunasinya. Adapun jaminan yang berupa kendaraan bermotor proses

46

(67)

rescuduling hanya boleh dilakukan sebanyak dua kali, setelah dua kali maka

nasabah diwajibkan untuk membayar kekurangan dari angsuran atau akan ada

penarikan dari jaminan, hal ini dikarenakan nilai dari motor tersebut semakin tahun

maka akan semakin turun dan hal itu tidak sesuai lagi dengan batas limit jaminan

yang ditetapkan. Adapun yang menggunakan jaminan berupa sertifikat tanah maka

proses rescuduling dapat dilakukan sampai tiga kali dan dari pihak nasabah

ataupun dari keluarga diwajibkan untuk menebus apa yang menjadi jaminan.

Adapun besarnnya tebusan yaitu sesuai dengan kekurangan dari angsuran nasabah.

Di BMT Nurul Falah aplikasi Murabahah di terapkan pada dua macam

pembiayaan:

a. Pembiayaan Modal Usaha.

Pembiayaan Modal Usaha di berikan kepada mereka yang ingin

memperoleh barang yang digunakan untuk menunjang usaha mereka atau

untuk berwirausaha. Seperti untuk pembelian motor yang nantinya

digunakan untuk bekerja sebagai tukang ojek atau untuk pembelian

alat-alat kantor yang mana digunakan untuk memperluas dan mempernyaman

kantor yang digunakan untuk usaha dan juga pembelian komputer untuk

mendirikan usaha rental komputer. Adapun mekanismenya sama dengan

pembiayaan yang lain hanya di tambah dengan anggunan yang akan di

jaminkan kepada pihak BMT.

(68)

Pembiayaan Pemilikan Barang diberikan kepada mereka yang

membutuhkan barang untuk kepentingan konsumtif seperti pembelian

sepeda motor untuk digunakan sendiri dan renovasi rumah baik dari segi

bahan bangunannya atau perabotnya. Adapun mekanismenya sama

dengan pembiayaan yang diberikan dengan akad lainnya, hanya kalau itu

di lakukan oleh kelompok atau perusahan maka harus menyertakan data

kelompoknya dan slip gaji mereka serta akta pendirian suatu perusahaan

tersebut.

2. Syarat dan Ketentuan Pembiayaan di BMT Nurul Falah47 1. Syarat Pembiayaan

- Sumber pendapatan tetap

- Mengisi formulir pembiayaan yang lengkap - Mengisi surat pernyataan

- Fotocopy KTP/SIM/pengenal lain suami/istri - Fotocopy kartu keluarga

- Dapat dipercaya - Ada agunan

- Membayar ad

Gambar

Gambar 1.1 : Alur Murabahah Tanpa Pesanan
Tabel 4.1
Alur GAMBAR 1.1 Murabahah Tanpa Pesanan
Alur GAMBAR 1.2 Murabahah Berdasarkan Pesanan
+7

Referensi

Dokumen terkait