KAJIAN PENGETAHUAN, PERSEPSI, SIKAP TERHADAP KELESTARIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG
ANTARA MASYARAKAT DAN SISWA SMP DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
NILA ZUSMITA WASNI 8146173016
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
NILA ZUSMITA WASNI, Kajian Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Terhadap Kelestarian Ekosistem Terumbu Karang Antara Masyarakat Dan Siswa SMP di Kabupaten Tapanuli Tengah. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, persepsi, sikap siswa SMP dan masyarakat terhadap ekosistem terumbu karang. Penelitian dilaksanakan pantai Binasi, Sorkam Tapanuli Tengah. Data diproleh dengan bantuan instrumen tes dan intrumen kuesioner. Teknik analisis yang digunakan yaitu deskripsi kuantitatif dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan siswa terhadap ekosistem terumbu karang diperoleh skor 31,79 ± 9.44. Persepsi siswa diperoleh skor 31,81 ± 3.57. Sikap siswa diperoleh skor 30,97 ± 4.53. Skor pengetahuan siswa laki-laki diperoleh skor rata-rata 31,73 ± 8.67. Skor pengetahuan siswa perempuan diperoleh skor rata-rata 31,84 ±10.22. Skor persepsi siswa laki-laki diperoleh skor rata-rata 32,05 ±2.88. Skor persepsi siswa perempuan diperoleh skor rata-rata 31,58 ±4.14. Skor sikap siswa laki-laki diperoleh skor rata-rata 30,57 ± 4.52. Skor sikap siswa perempuan diperoleh skor rata-rata 31,37 ± 4.55. Pengetahuan masyarakat terhadap ekosistem terumbu karang diperoleh skor rata-rata 43,33 ±6.87. Persepsi masyarakat diperoleh skor rata-rata 32,27 ± 2.30. Sikap masyarakat diperoleh skor rata-rata 34,17 ± 5.20.Tidak terdapat perbedaan pengetahuan siswa laki-laki dan perempuan tentang ekosistem terumbu karang (t= 0,066; P= 0,947). Tidak terdapat perbedaan persepsi siswa laki-laki dan perempuan tentang ekosistem terumbu karang (U=1.660,000; P= 0,712). Tidak terdapat perbedaan sikap siswa laki-laki dan perempuan tentang ekosistem terumbu karang (t= 0,933; P= 0,353). Pengetahuan dengan persepsi siswa tentang ekosistem terumbu karang terdapat hubungan yang sedang dan positif (0,295). Pengetahuan dengan persepsi siswa tentang ekosistem terumbu karang terdapat hubungan yang sedang dan positif (0,251). Persepsi dengan sikap siswa terrhadap ekosistem terumbu karang terdapat hubungan yang sedang dan positif (0,394). Pengetahuan dengan persepsi masyarakat terhadap ekosistem terumbu karang terdapat hubungan yang sedang dan positif (0,259). Pengetahuan dengan sikap masyarakat terdapat hubungan yang lemah dan positif (0,101). Persepsi dengan Sikap masyarakat terdapat hubungan yang sedang dan positif (0,204). Selain itu, ditemukan juga bahwa terdapat perbedaan pengetahuan tentang terumbu karang yang signifikan antara siswa dengan masyarakat (t= -6.262; P= 0.00). Terdapat perbedaan persepsi terhadap terumbu karang yang signifikan antara siswa dengan masyarakat (U=1.749,000; P= 0,788). Terdapat perbedaan sikap terhadap ekosistem terumbu karang yang signifikan antara siswa dengan masyarakat (U= 2.533,000; P= 0,000).
ii ABSTRACT
NILA ZUSMITA WASNI, Assessment of Knowledge, Perceptions, and Attitudes towards Coral Reef Conservation between Community and Junior High School Students in Tapanuli Tengah. Thesis: Graduate School, State University of Medan.
This research was aimed to Determine The Relationship of Knowledge, Perception, and Attitude about Coral Reef Conservation between Community and Junior High School Students. The experiment was conducted at Binasi beach, Sorkam Tapanuli Tengah. Data obtained with the aid of test instruments and instrument questionnaire. The analysis technique used was quantitative description and correlation. The results showed students' knowledge of coral reef ecosystems earned a score of 31.79 ± 9.44. Perceptions of students obtained a score of 31.81 ± 3.57. The attitude of the students obtained a score of 30.97 ± 4.53. Knowledge score of male students obtained an average of 31.73 ± 8.67. Scores of female students knowledge gained an average score of 31.84 ±10.22. Score of perceptions of male students obtained an average score of 32.05 ± 2.88 while female students obtained an average score of 31.58 ± 4.14. Scores of attitude of male students obtained an average score of 30.57 ± 4.52, while female students obtained an average score of 31.37 ± 4.55. Knowledge of the community about coral reef ecosystems obtained an average score of 43.33 ± 6.87. Community perception obtained an average score of 32.27 ± 2.30. The attitude of community obtained an average score 34,17 ± 5.20.There was no significant differences in students' knowledge about coral reef ecosystem among gender (t = 0.066; P = 0.947). There were also no significant difference in students' perceptions among gender towards coral reef ecosystems (U = 1660.000; P = 0.712). There was no significant difference in student attitude of among gender on coral reef ecosystems (t = 0.933; P = 0.353). The correlation between student knowledge and perception towards coral reef ecosystem was moderrate and positive (0.295). Correlation between student knowledge and attitude towards coral reef ecosystems was also moderrate and positive (0.251). Correlation between student perception and attitudes towards coral reef ecosystems was also moderrate and positive (0.394). The correlation between community knowledge and perception, community knowledge and attitude, and community perception and attitude were positive but moderrate, weak and modderate, respectively (0.259); (0.101); (0.204). There was significant differences in knowledge about coral reefs between students and the community (t= -6.262; P= 0.00). There was also significant differences in the perception towards coral reefs between students and the community (U = 1749.000; P = 0.788). There was also significant difference in attitudes toward coral reef ecosystems between students and the community (U = 2533.000; P = 0.000).
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan ridho-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Kajian
Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Terhadap Kelestarian Ekosistem Terumbu
Karang Antara Masyarakat Dan Siswa SMP di Kabupaten Tapanuli Tengah.”
yang disusun untuk memenihi syarat untuk memperoleh gelas Magister
Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Serta
shalawat dan berangkaikan salam kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa
kita dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang seperti saat ini.
Teristimewa penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ayahanda H. Sakiruddin SE, MM, Ibunda Hj. Mawarni Ritonga SE atas
dorongan, semangat, nasihat dan doa dalam setiap langkah penulis, beserta
seluruh keluarga besar Terutama Atok ayah dan Nenek Mami (niza, kk eka, kk
epi, bang amat, bang encik) yang telah memberikan doa dan dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada Bapak Syarifuddin, M.Sc., Ph.D selaku dosen
pembimbing I dan kepada Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si, selaku pembimbing
II, yang selalu memotivasi, memberikan arahan dan bimbingan serta keikhlasan
waktu yang diberikan kepada penulis sejak awal penulisan proposal penelitian
iv
Dengan segenap kerendahan hati penulis menyampaikan rasa homat dan terima
makasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian tesis ini. rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED
beserta para Asisten Direktur.
2. Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si, selaku Ketua Prodi Pendidikan Biologi Pascasarjana dan
Ibu Dr. Tumiur gultom, M.P selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Biologi Pascasarjana.
3. Bapak Prof. Dr. rer.nat. Binari Manurung, M.Si, Bapak Dr. Mufti Sudibyo, M.Si, Bapak
Dr. Hasruddin, M.Pd, selaku narasumber dan penguji yang telah banyak memberikan saran
serta masukan untuk kesempurnaan tesis ini.
4. Bapak Drs. Zulkifli Simatupang M.Pd. Ibu Prof. Dr. Sri Milfayetti, M.S.Kons, S. Psi
selaku validator.
5. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai yang berada dilingkungan Program Studi Pendidikan
Biologi yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi dan ilmu pengetahuan yang
bermakna bagi penulis.
6. Ibu Ana sebagai tata usaha Program Studi Pendidikan Biologi yang telah banyak
membantu pengurusan surat-menyurat di Pascasarjana.
7. Sahabat-sahabat pejuang tesis (Fitria Nurhandayani, Fitriana Sr, Natalia, Latifah, Ivan,
Dian, Putri, Elisa, vero).
8. Rekan-rekan seperjuangan DIK BIO 2014 Reg A, yang telah berpartisipasi dalam
penyelesaian tesis penulis.
9. Kepada Bapak kepala Desa yang telah memerikan izin penelitian di Sorkam, Pantai
v
10. Kepala Sekolah beserta guru SMPN2 dan Sekolah Swasta NU yang telah
memberikan izin penelitian.
Penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang dimiliki dalam
penyusunan tesis ini, sehingga tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran, kritik, dan masukkan demi membangun
kesempurnaan tesis. sehingga dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa Pendidikan
Biologi khususnya dan masyarakat umumnya dalam menambah khazanah ilmu
pengetahuan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT
membalas kebaikan kita dan senantiasa dilimpahi rahmat dalam berjuang menggapai
cita-cita. Aamin Ya Rabb.
Medan, Februari 2017
vi
1.2. Identifikasi Masalah ... 6
1.3. Batasan Masalah... 7
1.4. Rumusan Masalah ... 9
1.5. Tujuan Penelitian ... 11
1.6. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
2.1Konteks Masyarakat Nelayan ... 14
2.1.1 Pengertian dan Penggolongan Nelayan ... 15
2.1.2 Budaya Pesisir ... 16
2.2Kearifan Lokal ... 18
2.3Pendidikan Informal (Pendidikan Luas Sekolah) ... 19
2.3.1 Pengertian Pendidikan Luar sekolah ... 19
2.3.2 Peran Pendidikan Luar Sekolah ... 21
2.4Kearifan Lokal Sebagai Sarana Pendidikan ... 22
2.5Konsep Pengetahuan ... 24
2.5.1 Pengertian Pengetahuan ... 24
2.5.2 Cara Memperoleh Pengetahuan ... 24
2.5.2.1 Cara Kuno/ Non Ilmiah ... 24
2.5.2.2 Cara Modern... 25
2.5.3 Tingkat Pengetahuan ... 25
2.5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 27
2.5.4.1 Faktor Internal ... 27
2.5.4.2 Faktor Eksternal ... 28
2.6Persepsi ... 29
2.6.1 Pengertian Persepsi ... 29
2.6.2 Persepsi dan Prilaku ... 29
2.6.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 30
2.6.4 Proses Terjadinya Persepsi... 32
2.7Sikap ... 32
vii
2.7.2 Komponen Pokok Sikap ... 33
2.7.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukkan Sikap ... 33
2.8 Ekosistem ... 36
2.8.1 Pengertian Ekosistem ... 36
2.8.2 Komponen Ekosistem ... 37
2.8.2.1 Komponen Abiotik ... 37
2.8.2.2 Komponen Biotik ... 37
2.9. Terumbu Karang ... 37
2.9.1 Pengertian Terumbu Karang ... 37
2.9.2 Fungsi Terumbu Karang ... 38
2.9.3 Syarat Hidup Terumbu Karang ... 40
2.9.3.1 Suhu Air ... 41
2.9.3.2 Salinitas ... 41
2.9.3.3 Kecerahan ... 42
2.9.4 Faktor-Faktor Penyebab Terumbu Karang ... 43
2.10 Kerangka Berfikir... 45
2.11 Penelitian yang Relevan ... 47
2.12 Hipotesis ... 49
2.12.1 Hipotesis Verbal ... 49
BAB III METODE PENELITIAN ... 53
3.1 Lokasi danWaktuPenelitian ... 53
3.2 Populasi danTeknik Sampling... 53
3.3 Jenisdan Rancangan Penelitian ... 53
3.4 Prosedur Penelitian... 54
3.4.1 Tahapan Prosedur Penelitian ... 54
3.4.1.1 Tahap Pra Penelitian ... 54
3.4.1.2 Tahap Penelitian ... 55
3.4.2 Tahapan Pasca Penelitian ... 56
3.5 Jenis Data ... 56
3.6 Variabel Penelitian ... 57
3.7 Defenisi Operasional ... 57
3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 58
3.8.1 Tes ... 58
3.8.2 Wawancara (Interview) ... 59
3.8.3 Kuesioner ... 59
3.8.4 Metode Dokumentasi ... 60
3.9 Teknik Analisis Data ... 61
3.9.1 Uji Prasyarat ... 61
3.9.1.1 Uji Normalitas Data ... 61
3.9.1.2 Uji Homogenitas Data ... 61
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 65
4.2 Deskripsi Hasil ... 66
4.2.1 Deskripsi Pengetahuan Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 66
4.2.2 Deskripsi Persepsi Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 80
4.2.3 Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 90
4.2.4 Deskripsi Pengetahuan Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Berdasarkan Jenis Kelamin ... 100
4.2.5 Deskripsi Persepsi Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Berdasarkan Jenis Kelamin ... 101
4.2.6 Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Berdasarkan Jenis Kelamin ... 102
4.2.7 Deskripsi Hubungan Pengetahuan Dengan Persepsi Siswa ... 102
4.2.8 Deskripsi Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa ... 103
4.2.9 Deskripsi Hubungan Persepsi Dengan Sikap Siswa... 103
4.2.10 Deskripsi Pengetahuan Masyarakat Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 104
4.2.11 Deskripsi Persepsi Masyarakat Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 117
4.2.12 Deskripsi Sikap Masyarakat Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 127
4.2.13 Deskripsi Hubungan Pengetahuan Dengan Persepsi Masyarakat ... 137
4.2.14 Deskripsi Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Masyarakat ... 138
4.2.15 Deskripsi Hubungan Persepsi Dengan Sikap Masyarakat ... 138
4.3 Uji Hipotesis ... 139
4.3.1 Perbedaan Pengetahuan Siswa Laki-Laki Dan Perempuan Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 139
4.3.2 Perbedaan Persepsi Siswa Laki-Laki Dan Perempuan Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 140
4.3.3 Perbedaan Sikap Siswa Laki-Laki Dan Perempuan Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 140
4.3.4 Hubungan Pengetahuan Dengan Persepsi Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 141
4.3.5 Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 142
4.3.6 Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 143
4.3.7 Hubungan Pengetahuan Dengan Persepsi Masyarakat Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 144
ix
4.3.9 Hubungan Persepsi dan Sikap Masyarakat Terhadap Ekosistem
Terumbu Karang ... 146
4.3.10 Perbandingan Pengetahuan Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Antara Siswa Dengan Pengetahuan Masyarakat ... 147
4.3.11 Perbandingan Persepsi Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Antara Siswa Dengan Persepsi Masyarakat ... 148
4.3.12 Perbandingan Sikap Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Antara Siswa Dengan Sikap Masyarakat ... 149
4.4 Pembahasan ... 150
4.4.1 Pengetahuan Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Pada Setiap Item Soal ... 150
4.4.2 Pengetahuan Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Berdasarkan Jenis Kelamin ... 153
4.4.3 Persepsi dan Sikap Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Berdasarkan Jenis Kelamin ... 154
4.4.4 Hubungan Pengetahuan Dan Persepsi Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 155
4.4.5 Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Terhadap Kelestarian Ekosistem Terumbu Karang ... 156
4.4.6 Hubungan Persepsi Dan Sikap Siswa Terhadap Kelestarian Ekosistem Terumbu Karang ... 157
4.4.7 Pengetahuan, Persepsi, Dan Sikap Masyarakat Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 158
4.4.8 Hubungan Pengetahuan Dan Persepsi Masyarakat Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 159
4.4.9 Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap Kelestarian Ekosistem Terumbu Karang ... 159
4.4.10 Hubungan Persepsi Dan Sikap Masyarakat Terhadap Kelestarian Ekosistem Terumbu Karang ... 161
4.3.11 Perbandingan Pengetahuan Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Antara Siswa Dengan Pengetahuan Masyarakat ... 161
4.3.12 Perbandingan Persepsi Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Antara Siswa Dengan Persepsi Masyarakat ... 162
4.3.13 Perbandingan Sikap Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Antara Siswa Dengan Sikap Masyarakat ... 164
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 165
5.1 Simpulan ... 165
5.2 Saran ... 168
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 KuesionerPengetahuanTerhadap Ekosistem
Terumbu Karang ... 175
Lampiran 2 Rubrik Pengetahuan Masyarakat dan Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 178
Lampiran 3 Kuisioner Persepsi Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 186
Lampiran 4 Kuisioner Sikap Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 188
Lampiran 5 Deskripsi Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 190
Lampiran 6 Deskripsi Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Berdasarkan Jenis Kelamin ... 191
Lampiran 7 Deskripsi Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Siswa Dan Masyarakat Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Berdasarkan Item Soal ... 192
Lampiran 8 Deskripsi Pengetahuan Masyarakat ... 196
Lampiran 9 Persepsi Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 200
Lampiran 10 Persepsi Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Per Item . 203 Lampiran 11 Persepsi Masyarakat Terhadap Ekosistem Terumbu karang ... 206
Lampiran 12 Sikap Masyarakat Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 209
Lampiran 13 Uji Normalitas Pengetahuan, Persepsi, Dan Sikap Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 212
Lampiran 14 Uji Homogenitas Pengetahuan, Persepsi, Dan Sikap Siswa Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 213
Lampiran 15 Hubungan Pengetahuan, Persepsi, Sikap Siswa Dan Masyarakat ... 214
Lampiran 16 Perbedaan Jenis Kelamin Pengetahuan, Persepsi, Dan Sikap Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ... 215
Lampiran 17 Perbandingan Pengetahuan Siswa Dengan Pengetahuan Masyarakat Tentang Ekosistem Terumbu Karang ... 216
Lampiran 18 Perbandingan Persepsi Siswa Dengan Persepsi Masyarakat Tentang Ekosistem Terumbu Karang ... 217
Lampiran 19 Perbandingan Sikap Siswa Dengan Sikap Masyarakat Tentang Ekosistem Terumbu Karang ... 218
Lampiran 20 Peta Tapanuli Tengah ... 219
Lampiran 21 Peta Kecamatan Sorkam Barat ... 220
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem pantai yang khas di
daerah tropis dan mempunyai produktivitas primer serta keragaman biota yang
tinggi. Terumbu karang hidup di kawasan tropis yang memerlukan intensitas
cahaya matahari. Kondisi yang paling baik untuk pertumbuhan karang di suatu
perairan adalah yang mempunyai kedalaman 15 – 20 meter, bahkan ia juga dapat
hidup pada kedalaman 60 – 70 meter dengan perkembangan yang tidak sempurna
(Miswar, 2006).
Luas terumbu karang Indonesia saat ini adalah 42.000 km2 1 atau 16,5 %
dari luasan terumbu karang dunia, yaitu seluas 255.300 km2. Dari 1184 jumlah
lokasi terumbu karang yang ada di Indonesia, Indonesia bagian barat memiliki
536 lokasi terumbu karang dimana, 5,22% lokasi terumbu karang masih sangat
baik, 29,29% lokasi terumbu karang baik. 35,26% lokasi terumbu karang cukup
baik dan 30,22% lokasi terumbu karang kurang baik. Indonesia bagian tengah
memiliki 327 lokasi terumbu karang diantara 5,81% lokasi terumbu karang sangat
baik. 29,66% lokasi terumbu karang baik. 43,73% lokasi terumbu karang cukup
baik dan 20,80 % lokasi terumbu karang kurang baik.Sedangkan untuk Indonesia
bagian Timur memilikik 321 lokasi terumbu karang diantaranya 4,94% lokasi
terumbu karang sangat baik. 21,18% lokasi terumbu karang baik. 34,58% lokasi
terumbu karang cukup baik dan 39,25 lokasi terumbu karang kurang baik
(Coremap, 2014).
Indonesia bagian barat mempunyai lokasi terumbu karang tepatnya di Pantai
2
Saat ini kondisi terumbu karang telah mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh
tingkah laku manusia itu sendiri, pemanfaatan sumber daya alam cendrung
bersifat merusak dan tidak mempertimbangkan aspek keseimbangan
ekosistemnya. Menurut Westmacott (2000), degradasi terhadap kondisi terumbu
karang di sejumlah wilayah Indonesia terjadi akibat perbuatan manusia dan karena
bencana alam seperti coral bleaching, angin topan dan tsunami. Terjadinya
degradasi ekosistem terumbu karang ini dikhawatirkan akan menurunkan
keragaman semua spesies organisme yang hidup tergantung dengannya
(Westmacott, 2000).
Terumbu karang berperan penting sebagai habitat, memijah bagi ikan-ikan
(spawning ground), tempat mencari makan (feeding ground), asuhan dan
pembesaran bagi telur serta anak-anak ikan (nursery ground), dan sebagai tempat
bersembunyi (sheltering ground) bagi biota yang ada di terumbu itu sendiri
maupun biota dari perairan di sekitarnya. yang bertujuan untuk memulihkan
ketersedian (stok) sumberdaya ikan (Miswar, 2006).
Salah satu peran dari terumbu karang yaitu dapat mengurangi dampak dari
pemanasan global. Terumbu karang dengan kondisi yang baik memiliki fungsi
yang cukup luas, yaitu memecah ombak dan mengurangi erosi. Terumbu karang
juga berfungsi mengurangi karbon yang lepas ke atmosfer sehingga dapat
mengurangi kerusakan ozon. Tetapi pada terumbu karang dengan kondisi kurang
baik terjadi pengurangan kapur yang mengakibatkan turunnya permukaan
terumbu karang. Sehingga gelombang laut tidak dapat lagi dipecah oleh terumbu
karang yang letaknya menjadi jauh di bawah permukaan laut. Lambat laun,
terjangan gelombang laut mengeruk dataran rendah menjadi laut (Yogaswara,
3
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sering bertentangan dengan
keseimbangan ekosistem laut khususnya terumbu karang. Penangkapan ikan yang
berlebihan dengan menggunakan pukat/trawl harimau, bom, racun sianida,
pencemaran limbah industri, limbah rumah tangga, pembukaan tambak,
pengerukan pasir dilaut dan tumpahan minyak dilaut (Amir, 2011), semuanya
akan berdampak pada kelestarian terumbu karang. Bila Terumbu karang
mengalami kerusakan atau terjadi kerusakan maka akan mempengaruhi
keseimbangan ekosistem laut.
Berdasarkan permasalahan yang disebutkan diatas, konservasi atau
pelestarian terumbu karang dapat dijadikan salah satu alternatif untuk
memperbaiki keseimbangan ekosistem terumbu karang. Menurut Chair (2003)
beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam melindungi ekosistem terumbu
karang yaitu dengan adanya konservasi dalam pengolaan perikanan tropis
terutama di daerah-daerah pantai. Dan konservasi biasanya dilakukan ketika stok
atau sampel tidak runtuh atau habis, akan lebih baik jika konservasi dilakukan
dengan mengkombinasikan dengan tindakan-tindakan pengolaan lainnya.
Dalam melakukan konservasi terumbu karang selain dari pemerintah,
partisipasi siswa dan masyarakat dalam pelestarian ekosistem terumbu karang.
Yang juga mempunyai peranan yang tidak kalah penting, baik secara individual
maupun kelompok. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No.2/2009) Pasal 6 ayat (1) yang
berbunyi, “setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta
dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup”. Dalam penjelasannya ditegaskan
bahwa hak dan kewajiban setiap orang sebagai anggota masyarakat untuk
4
terhadap perencanaan maupun tahap-tahap perencanaan dan penilaian (Yudia,
2013).
Kearifan lokal, sistem kepercayaan masyarakat, pengetahuan-pengetahuan
tradisional, hukum adat yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya
perikanan dan kelautan tampak belum menjadi perhatian yang serius. Kekurangan
dalam mengintegrasikan kekayaan lokal (setempat) juga menyebabkan kegagalan
dalam upaya pengelolaan sumberdaya alam pesisir. Di beberapa tempat/daerah di
Indonesia terdapat kebiasaan adat istiadat yang selalu menjunjung tinggi
nilai-nilai kearifan lokal/tradisional untuk menjaga keberlangsungan hidup sumberdaya
alam pesisir dan tentunya dalam hal ini masyarakat memegang peranan yang
penting sebagai pengelola sumberdaya alam. Tradisi dan hukum adat yang
mempunyai kaitan dan bermanfaat terhadap upaya pengelolaan sumberdaya
pesisir dan laut (Stefanus, 2007).
Sebagai masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai, mereka
beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan berupa hutan bakau dan terumbu
karang secara intensif. Hal itu akan menimbulkan pola untuk bertahan hidup dan
pemanfaatan lingkungan alam secara maksimal. Daerah pesisir yang terdiri atas
lingkungan kelautan menyediakan berjuta hasil alam yang melimpah untuk
dimanfaatkan oleh masyarakat. Tidak hanya bisa mengambil hasil alam, namun
masyarakat juga harus bisa menjaga, mengelola, dan melestarikan kawasan
tersebut demi kepentingan semua orang.
Perilaku masyarakat sebagai sebuah kearifan lokal dalam pelestarian
lingkungan yang sesuai dengan pola pikir dan tradisi setempat, yang diharapkan
mampu memunculkan konsep dan cara menjaga keseimbangan pelestarian
5
dan berbagai tradisi lainnya dapat mengungkapkan beberapa pesan yang memiliki
makna sangat besar bagi pelestarian lingkungan khususnya sumberdaya pesisir
(Zulkarnain, 2008).
Dengan demikian membangun pendidikan diluar sekolah melalui kearifan
lokal sangatlah tepat. Hal ini dikarenakan pendidikan berbasis kearifan lokal
adalah pendidikan yang mengajarkan anak untuk selalu dekat dengan situasi
konkrit yang mereka hadapi sehari-hari. Pendidikan berbasis kearifan lokal
merupakan sebuah contoh pendidikan yang mempunyai relevansi tinggi bagi
kecakapan pengembangan hidup, dengan berpijak pada pemberdayaan
keterampilan serta potensi lokal pada tiap-tiap daerah (Retno, 2011).
Penurunan kearifan lokal dengan anak-anak pesisir sangatlah penting,
dikarenakan seiring berjalannya zaman kearifan lokal hampir dilupakan oleh
kalangan muda, pemanfaatannya agar para anak-anak ataupun kalangan muda
tahu mana yang boleh dilakukan dan mana yang dilarang dalam pelestarian
Ekosistem Terumbu Karang. Pendidikan sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan persepsi dan sikap masyarakat terutama remaja sebagai penerus
dalam menjaga dan melestarikan ekosistem wilayah pesisir (Siaila, 2013)
Pembentukkan persepsi dan sikap generasi muda tidak hanya didapatkan
dari pendidikan informal atau hanya pndidikan keluarga saja, melainkan,
memerlukan pendidikan yang tersistematis melalui pendidikan Formal (Saiala,
2013).
Sebagian besar masyarakat di kawasan pantai Binasi, Kabupaten Tapanuli
Tengah berprofesi sebagai nelayan dan berinteraksi dengan terumbu karang yang
terdapat di daerah tersebut. Meningkatnya aktivitas masyarakat di daerah ini
6
di sekitarnya seperti terumbu karang. Dalam hal ini untuk menjaga keseimbangan
ekosistem sangat diperlukannya pengetahuan, perspsi dan sikap dari tiap
masyarakat dan siswa sekitar mengenai pentingnya peranan terumbu karang dan
pemanfaatan terumbu karang.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditentukan Identifikasi
Masalahnya yaitu:
1. Banyak masyarakat yang kurang mengintegrasikan kekayaan lokal
(setempat) juga menyebabkan kegagalalan dalam upaya pengelolaan
sumberdaya ekosistem terumbu karang.
2. Pengetahuan terhadap kelestarian terumbu karang yang didapat siswa masih
sangat rendah.
3. Persepsi siswa dalam kelestarian ekosistem terumbu karang.masih kurang.
4. Kurangnya sikap kepedulian siswa dalam kelestarian terumbu karang.
5. Kurangnya pembelajaran kearifan lokal dalam menjaga kelestarian
lingkungan laut khususnya terumbu karang.
6. Pengetahuan masyarakat terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang
masyarakat yang masih rendah.
7. Persepsi masyarakat dalam kelestarian ekosistem terumbu karang.masih
kurang.
8. Sikap masyarakat dalam kelestarian ekosistem terumbu karang yang masih
7
9. Dalam pendidikan formal disekolah masih kurangnya pengintegrasian
potensi lokal dengan bahan ajar disekolah khususnya terumbu karang.
10. Kurangnya sosialisasi terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang
dipantai Binasi, Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah.
11. Tidak semua bahan aja yang digunakan disekolah pada topik ekologi
mencakup isu-isu disekitar kehidupan siswa khususnya terumbu karang.
1.3Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas Maka peneliti ini dibatasi
pada:
1. Pengetahuan siswa SMP terhadap ekosistem terumbu karang di pantai Binasi,
Sorkam, Tapanuli Tengah
2. Persepsi siswa SMP terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang di pantai
Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
3. Sikap siswa SMP terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang di pantai
Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
4. Pengetahuan siswa SMP terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang
berdasarkan jenis kelamin di pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
5. Persepsi siswa SMP terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang
berdasarkan jenis kelamin di pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
6. Sikap siswa SMP terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang berdasarkan
jenis kelamin di pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
7. Hubungan pengetahuan dengan persepsi siswa SMP terhadap ekosistem
terumbu karang pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
8. Hubungan pengetahuan dengan sikap siswa SMP terhadap ekosistem terumbu
8
9. Hubungan persepsi dengan sikap siswa SMP terhadap ekosistem terumbu
karang pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
10. Pengaruh jenis kelamin terhadap tingkat pengetahuan, persepsi, dan sikap
siswa SMP di pantai Binasi?
11. Pengetahuan masyarakat terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang di
pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah
12. Persepsi masyarakat terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang di pantai
Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
13. Sikap masyarakat terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang di pantai
Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
14. Hubungan pengetahuan dengan persepsi siswa SMP terhadap ekosistem
terumbu karang pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
15. Hubungan pengetahuan dengan sikap siswa SMP terhadap ekosistem terumbu
karang pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
16. Hubungan persepsi dengan sikap siswa SMP terhadap ekosistem terumbu
karang pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
17. Perbandingan pengetahuan terhadap ekosistem terumbu karang antara siswa
SMP dengan masyarakat pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah
18. Perbandingan persepsi terhadap ekosistem terumbu karang antara siswa SMP
dengan masyarakat pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah
19. Perbandingan sikap terhadap ekosistem terumbu karang antara siswa SMP
9
1.4Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengetahuan siswa tentang ekosistem terumbu karang di pantai
Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah?
2. Bagaimana persepsi siswa terhadap kelestarian terumbu karang di pantai
Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah?
3. Bagaimana sikap siswa terhadap kelestarian terumbu karang di pantai Binasi,
Sorkam, Tapanuli Tengah?
4. Bagaimana pengetahuan siswa SMP terhadap kelestarian ekosistem terumbu
karang berdasarkan jenis kelamin di pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah?
5. Bagaimana persepsi siswa SMP terhadap kelestarian ekosistem terumbu
karang berdasarkan jenis kelamin di pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah?
6. Bagaimana sikap siswa SMP terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang
berdasarkan jenis kelamin di pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah?
7. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan persepsi siswa SMP
terhadap ekosistem terumbu karang pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah?
8. Apakah terdapat hubungan pengetahuan dengan sikap siswa SMP terhadap
ekosistem terumbu karang pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah?
9. Apakah terdapat hubungan persepsi dengan sikap siswa SMP terhadap
ekosistem terumbu karang pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah?
10. Apakah terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap tingkat pengetahuan,
persepsi, dan sikap siswa SMP di pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah?
11. Bagaimana pengetahuan masyarakat tentang terumbu karang di pantai
10
12. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kelestarian terumbu karang di
pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah?
13. Bagaimanaa sikap masyarakat terhadap kelestarian terumbu karang di pantai
Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah?
14. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat
terhadap ekosistem terumbu karang di pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli
Tengah?
15. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap masyarakat
terhadap ekosistem terumbu karang di pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli
Tengah?
16. Apakah terdapat hubungan antara persepsi dengan sikap masyarakat terhadap
ekosistem terumbu karang di pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah?
17. Apakah terdapat Perbandingan pengetahuan terhadap ekosistem terumbu
karang antara siswa SMP dengan masyarakat pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli
Tengah?
18. Apakah terdapat Perbandingan persepsi terhadap ekosistem terumbu karang
antara siswa SMP dengan masyarakat pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli
Tengah?
19. Apakah terdapat Perbandingan sikap terhadap ekosistem terumbu karang
antara siswa SMP dengan masyarakat pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli
11
1.5Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengetahuan siswa SMP terhadap ekosistem terumbu karang di pantai Binasi,
Sorkam, Tapanuli Tengah.
2. Persepsi siswa SMP terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang di pantai
Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
3. Sikap siswa SMP terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang di pantai
Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
4. Pengetahuan siswa SMP terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang
berdasarkan jenis kelamin di pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
5. Persepsi siswa SMP terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang
berdasarkan jenis kelamin di pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
6. Sikap siswa SMP terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang berdasarkan
jenis kelamin di pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
7. Hubungan pengetahuan dengan persepsi siswa SMP terhadap ekosistem
terumbu karang pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
8. Hubungan pengetahuan dengan sikap siswa SMP terhadap ekosistem terumbu
karang pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
9. Hubungan persepsi dengan sikap siswa SMP terhadap ekosistem terumbu
karang pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
10. Pengaruh jenis kelamin terhadap tingkat pengetahuan, persepsi, dan sikap
siswa SMP di pantai Binasi?
11. Pengetahuan masyarakat terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang di
12
12. Persepsi masyarakat terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang di pantai
Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
13. Sikap masyarakat terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang di pantai
Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
14. Hubungan pengetahuan dengan persepsi siswa SMP terhadap ekosistem
terumbu karang pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
15. Hubungan pengetahuan dengan sikap siswa SMP terhadap ekosistem terumbu
karang pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
16. Hubungan persepsi dengan sikap siswa SMP terhadap ekosistem terumbu
karang pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah.
17. Perbandingan pengetahuan terhadap ekosistem terumbu karang antara siswa
SMP dengan masyarakat pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah
18. Perbandingan persepsi terhadap ekosistem terumbu karang antara siswa SMP
dengan masyarakat pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah
19. Perbandingan sikap terhadap ekosistem terumbu karang antara siswa SMP
dengan masyarakat pantai Binasi, Sorkam, Tapanuli Tengah
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan:
1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbngan dalam pembuatan kurikulum
yang baik dalam pendidikan Formal, non Formal, dan kurikulum muatan
lokal siswa tentang kelestarian terumbu karang.
2. Diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya mengetahui
13
3. Diharap dapat menambah pengetahuan bagaimana melestarikan Ekosistem
Terumbu Karang.
4. Diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pendidikan luar
sekolah.
166 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
1. Pengetahuan siswa terhadap ekosistem terumbu karang pada setiap item soal :
mereka memahami apa itu karang dan bagai mana jenis karang, hanya saja
mereka tidak memahami benar mengenai arti dari karang tersebut, siswa hanya
mengetahui manfaat dan bagaimana cara menjaga karang agar tetap baik
hampir rata-rata siswa tahu bagaimana menjaga karang apa yang boleh dan apa
yang tidak boleh diperbuat untuk karang itu sendiri.
2. Pengetahuan siswa terhadap ekosistem terumbu karang berdasarkan per item
dan jenis kelamin: skor siswa perempuan memiliki skor tertinggi dibandingkan
dengan skor siswa laki-laki. Walaupun siswa perempuan tidak dapat
mengetahui langsung namun sedikit banyaknya siswa mendapatkan pelajaran
mengenai terumbu karang dari sekolah. Biasanya siswa perempuan hanya
terpaku pada apa yang didapat dari sekolah dibandingkan siswa laki-laki.
3. Persepsi dan sikap siswa terhadap ekosistem terumbu karang berdasarkan jenis
kelamin : skor persepsi mengenai terumbu karang siswa laki-laki lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan, hal ini dikarenakan siswa laki-laki lebih
memahami ekosistem terumbu karang. Persepsi yang dimiliki siswa dapat
didapat dibentuk dengan keterlibatan siswa secara aktif baik berupa pikiran,
emosional, fisik, kemauandan tindakan serta bersama-sama dengan anggota
masyarakat lainnya untukbertanggung jawab dalam melestarikan lingkungan
pesisir dan lautan. Skor sikap siswa laki-laki lebih rendah dibandingkan sikap
167
perduli dengan lingkungan sekitarnya mereka hanya memahaminya dan tanpa
memperdulikan kelestariannya. Berbeda dengan siswa perempuan, biasanya
anak perempuan lebih perduli dengan lingkungan skitar dan bagaimana cara
menjaga agar tetap terjaga kelestariannya.
4. Hubungan pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem terumbu
karang :antara pengetahuan dan persepsi memiliki hubungan yang sedang dan
positif, dengan kata lain semakin tinggi tingkat pengetahuan siswa maka
semakin tinggi juga persepsi siswa. Hal ini dikarenakan tingkat persepsi
siswa dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan siswa.
5. Hubungan pengetahuan dan sikap siswa terhadap kelestarian ekosistem
terumbu karang: pengetahuan siswa terdapat hubungan yang sedang dan
positif dengan sikap siswa terhadap ekosistem terumbu karang. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan siswa maka
semakin tinggi juga sikap siswa terhadap ekosistem terumbu karang. Semakin
tinggi tingkat pengetahuan siswa dalam pelestarian ekosistem terumbu karang
maka siswa tersebut akan berpikir bagaimana cara menjaga agar ekosistem
terumbu karang dapat terjaga kelestariaannya.
6. Hubungan persepsi dan sikap siswa terhadap kelestarian ekosistem terumbu
karang : persepsi siswa terdapat hubungan yang sedang dan positif dengan
sikap siswa terhadap ekosistem terumbu karang. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat persepsi siswa maka semakin tinggi juga sikap siswa
terhadap ekosistem terumbu karang. Persepsi yang baik dari siswa maka
dapat merubah sikap siswa untuk untuk menjaga kelestarian ekosistem
168
memperoleh sikap yang mendukung tidak hanya diperukan pengetahuan saja,
tetapi dipengaruhi oleh faktor emosional, pengalaman pribadi, media masa
dan pengaruh orang lain yang dianggap penting.
7. Hubungan pengetahuan dengan persepsi masyarakat terhadap ekosistem
terumbu karang: terdapat hubungan yang sedang dan positif antara
pengetahuan dengan persepsi masyarakat, hal ini ddikarenakan tingkat
pengetahuan mempengaruhi tingkat persepsi.
8. Hubungan pengtahuan dengan sikap masyarakat terhadap kelestarian
ekosistem terumbu karang: terdapat hubungan yang lemah dan positif antara
hubungan pengetahuan dengan sikap masyarakat terhadap kelstarian terumbu
karang, sikap pengetahuan dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang.
Pengetahuan akan meningkatkan kesadaran dan sikap selanjutnya akan
melahirkan individu yang memiliki perilaku yang lebih positif terhadap
lingkungan.
9. Hubungan persepsi dengan sikap masyarakat terhadap kelestarian ekosistem
terumbu karang: memiliki hubungan yang sedang dan positif. Masyarakat
yang memiliki persepsi yang tinggi maka tingkat keperdulian mereka juga
akan meningkat.
10. Perbandingan pengetahuan terhadap ekosistem terumbu karang antara siswa
smp dengan masyarakat: tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
pengetahuan siswa smp dengan masyarakat dipantai binasi.
11. Perbandingan persepsi terhadap ekosistem terumbu karang antara siswa smp
dengan masyarakat: tidak terdapat perbandingan yang signifikan antara
169
sekita baik yang secara langsung maupun tidak. Persepsi masyarakat didapat
secara langsung, hal ini dikarenakan masyarakat sekitar berkecimpung secara
langsung dengan lingkungan sekitar sehingga menimbulkan persepsi.
12. Perbandingan sikap terhadap ekosistem terumbu karang antara siswa smp
dengan masyarakat: terdapat perbandingan yang signifikan antara sikap siswa
smp dengan sikap masyarakat
5.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, saran-saran yang daapat diberikan
sebagai berikut:
1. Bagi para pendidik, diupayakan memberikan materi Pendidikan Lingkungan
Hidup (PLH) khususnya tentang ekosistem terumbu karang
denganmenggunakan metode yang bervariasi dan proses belajar mengajar
sebaiknya dilakukan dengan pendekatan lingkunganalam sekitar sehingga
siswa dapat lebih megenaal lingkungan sekitar mereka.
2. Pihak sekolah sebaiknya berkerjasama dengan Dinas Perikanan stempat,
masyarakat nelayan, pemerhati lingkungan atau organisisasi untuk
memberikan pengalaman dan pengetahuan.
3. Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) sebaiknya diajarkan mulai
dari jenjang pendidikan yang paling rendah, yaitu Sekolah Dasar (SD),
kemudian dilanjutkan lagi kesekolah menengah dan lanjutan untuk itu,
pemerintah Dinas Pendidikan menyediakan sarana penunjang pembelajaran
170
4. Untuk pihak masyarakat sebaiknya dilakukan sosialisasi mengenai
lingkungan hidup khususnya terumbu karang sosialisasi yang dilaukan untuk
menjaga, merawat dan memelihara agar tetap terjaga dengan baik.
5. Penelitian ini merupakan penelitian awal dalam mencari informasi-informasi
yang dibutuhkan dalam mengetahui pengetahuan, persepsi dan sikap siswa
dan masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya. Perlu dilakukan penelitian
lanjutan yang lebih spesifik didahului observasi yang lebih baik.
6. Penelitian berulang berupa survei maupun ekperimen untuk mengetahui
informasi yang lebih rinci, dengan menggunakan instrumen yang lebih baik
171
DAFTAR PUSTAKA
ACDP Indonesia. 2013. Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG)
Adhian, Djoko S., Frida P,. 2014. Persepsi Dan Partisipasi Nelayan Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang Diponegoro Journal Of Maquares. 3(3) 28-33
Anderson, L.W., Karthwohl, D,R,. 2010. Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen, Yogyakarta, Pustaka Belajar
Amir, A. 2011. Kearifan Lokal Nelayan Torani Dalam Dinamika Modernisasi Perikanan Di Kabupaten Takalar (Studi Kasus Desa Pa’lalakang Kecamatan Galesong), Universitas Hasanuddin
Amirulloh, S. 2014. Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga, Jakarta, Elex Media Komputindo
Azwar. 2008. Sikap manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik., 2012. Kecamatan Sorkam Barat Dalam Angka
Bengen, D.G,. 2002. Sinopsis Ekosistem Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya. Bogor, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
Burke L., Selig E., Spalding M., 2002. Terumbu Karang Yang Terancam Di Asia Tenggara (Ringkasan untuk Indonesia), World Resources Institute, Amerika Serikat.
Bradley, J.C., Waliczek, T. M., & Waliczek, J. M,. 1999. Knowledge and environmental attitude of high school students. Journal of Environmental Education, 30(3), 17-23.
172
Chair. 2003. Perikanan Dan Terumbu Karang Yang Rusak Bagaimana mengelolanya? Jurnal: Jurnal Bionatura, 5 (2).
Coremap. 2014. Kondisi Terumbu Karang Indonesia. Indonesia. Indonesia
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman hayati laut: Aset pembangunan berkelanjutan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pusat Utama
Ferdinan. 2010. Pengelolaan Pesisir dan Laut Secara Terpadu, Bogor Pusdiklat Kehutanan
Fachrurrazi. 2013. Pola Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian Hutan Mangrove, Universitas Sumatera Utara
Fitriana., H. 2012. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Siswa Boarding School Pondok Pesantren Modern As- Salaam Dan Siswa Sma Negeri Di Wilayah Kecamatan Kartasura Naskah Publikasi Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hayati, S. 2010. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata di Pangandaran-Jawa Barat. Universitas Pendidikan Indonesia. 24 (1): 12-27
A, Jamilah Hj., Mustafa., Hamid dan Juliana. 2011. Pengetahuan, Sikap dan Amalan Masyarakat Malaysia terhadap Isu Alam Sekitar. Jurnal Akademia 81(3), 103-115
Jannah. 2013. Hubungan Antara Persepsi Masyarakat Tentang Bencana Abrasi Dengan Penanggulangannya Di Desa Bulakbaru Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara Jurnal Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) 2(2)
Juliani. 2015. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Berbasis Kearifan Lokal Di Wilayah Pesisir Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Ziraa’ah, 40(1).
173
Kuhlemeier, H., van den Bergh, H., & Lagerweij, N. 1999. Environmental knowledge, attitudes, and behaviour in Dutch secondary education. The Journal of Environmental Education, 30(2), 4-11.
Kumurmur, V., 2008. Pengetahuan, Sikap dan Kepedulian Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Lingkungan Terhadap Lingkungan Hidup Kota Jakarta. Jurnal EKOTON, 8(2) 1-24
Kurniarum, M., Prihanta, W., dan Wahyuni, S. 2015. Pengetahuan Dan Sikap
Masyarakat Terhadap Konservasi Penyu Dan Ekowisata Di Desa Hadiwarno Kabupaten Pacitan Sebagai Sumber Belajar Biologi . Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia 1 (2).
Lorsbach, A & Tobin, K. 1992. Constructivism as a Referent for Science Teaching. NARST Research Matters – to the Science Teacher, No. 30.
Mangas, V.J., & Martinez, P. 1997. Analysis of environmental concepts and attitudes among biology degree students. Journal of Environmental Education, 29(1), 28-34.
Miswar, B. 2006. Kondisi Terumbu Karang Hidup Berdasarkan Persen Tutupan Di Pulau Karang Provinsi Sumatera Utara Dan Hubungannya Dengan Kualitas Perairan, Jurnal: Komunikasi Penelitian 18 (2)
Mulyadi S. 2007. Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Nurdin. 2005. Persepsi Dan Sikap Siswa Smun 69 Pulau Pramuka Terhadap Pelestarian Pemanfaatan Ekosistem Sumberdaya Pesisir Dan Laut. Makalah Individu Semester Ganjil 2004 Pengantar Falsafah Sains (PPS 702) /S3
Norlita, W., 2005. “Efektivitas Metode Simulasi dan Metode Brainstorming
Dalam Peningkatan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di SMPN Pekanbaru”. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada.
Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
174
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pratiwi. 2010. Pemanfaatan Secara Lestari Kawasan Perairan Pantai Krakal Sebagai Sarana Pembelajaran Jurnal : Jurnal Pendidikan Biologi 1 (2)
Ramli, dan Alwiah. 2008. Bapongka: Studi Nilai Pendidikan Pelestarian Ekosistem Laut dan Pesisir pada Masyarakat Bajo. Journal Matsains. 12.(3) 108-120
Retno. 2011. Membangun Pendidikan Karakter di Sekolah melalui Kearifan Lokal, Disampaikan pada Persidangan Dwitahunan FSUA-PPIK USM pada tanggal 26 s/d 27 Oktober 2011 di Fakultas Sastra Unand, Padang.
Sabaruddin. 2008. Hubungan Antara Penyebaran Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Nelayan Dalam Pelestarian Terumbu Karang Di Kabupaten Pangkep. Makasar. Universitas Hasanuddin
Salm, R.V., J. Clark, and E. Siirila. 2000. Marine and Coastal Protected Areas: A Guide for Planners and Managers. IUCN. Washington DC.
Siaila, P. 2013. Persepsi Dan Sikap Generasi Muda Terhadap Pelestarian Ekosistem Pesisir Danlautan Di Kabupaten Maluku Tenggara. Jakarta Universitas Terbuka
Sipahelut, M. 2010. Analisis Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Di Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara. Universitas Institut Pertanian Bogor.
Soemarwoto, O. 2004. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta, Penerbit Djambatan.
Sudjana, 2013. Pendidikan Luar Sekolah, Bandung, Falah Production
Sudijono, A. 2015. Pengantar Evaluasi Pendidikan . Jakarta. Rajawali Press
175
Sunaryo. 2003. Peranan Pengetahuan Ekologi Lokal Dalam Sistem Agroforesti. Bahan Ajar World Agroforestry Centre (ICRAF)
Supriharyono. 2002. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Djambatan. Jakarta.
Suryani, N., Rahayuwati, L., dan Kosasih, C. 2006. Hubungan antara pengetahuan tentang pencegahan HIV/AIDS dengan sikap remaja terhadap pencegahan HIV/AIDS di SMU Pasundan Bandung . Jurnal Keperawatan Unpad. 8 ( XIV).
Stanis, S. 2005. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Laut Melalui Pemberdayaan Kearifan Lokal Di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur. Semarang. Universitas Diponegoro
Stefanus. 2007. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Laut Melalui Pemberdayaan Kearifan Lokal Di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur Jurnal Pasir Laut, 69 (2)
Von Glasersfeld, E. 1996. Introduction: Aspects of Constructivism (in) C. Coscot (Ed.), Constructivism: Theory, Perspectives, and Practice. New York: Longman.
Walgito, B. 2005. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta, Penerbit Andi
Westmacott S, Teleki K, Wells S, West J. 2000. Pengelolaan terumbu karang yang telah memutih dan rusak. IUCN, Switzerland and Cambridge
Widodo J dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 252 hlm
Yudia, A. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Konservasi Tanaman Bakau Dan Motivasi Siswa Dalam Memelihara Tanaman Bakau Dengan Partisipasi Siswa Dalam Konservasi Tanaman Bakau Di Desa Cikawungading Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya
176
Zelesny. 2000. Elaborating on Gender Different in Environmentalism. Journal Of Issue 56 (3)