PEMBUATAN DAN PENGUKURAN DAYA MENGGUNAKAN SENSOR ARUS SERI ACS 712 BERBASIS MIKROKONTROLLER ATM 8535
TUGAS AKHIR
ASTRIANA CHRISTY BANGUN 112411038
PROGRAM STUDI D-3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEMBUATAN DAN PENGUKURAN DAYA MENGGUNAKAN SENSOR ARUS SERI ACS 712 BERBASIS MIKROKONTROLLER ATM 8535
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
ASTRIANA CHRISTY BANGUN 112411038
PROGRAM STUDI D-3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PEMBUATAN DAN PENGUKURAN WATT
DENGAN SENSOR ARUS SERI ACS 712
MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER ATM
8535
Kategori : Tugas Akhir
Nama : ASTRIANA CHRISTY BANGUN
Nomor Induk Mahasiswa : 112411038
Program Studi : D3 Metrologi dan Instrumentasi
Departemen : Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Sumatera Utara
Diluluskan di
Medan, Juli 2014
Diketahui Oleh :
Ketua Jurusan D3 Metrologi dan Instrumentasi Pembimbing
Dr.Diana Alemina Barus,M.Sc Dr.KeristaTarigan,M.Eng.Sc.
PERNYATAAN
PEMBUATAN DAN PENGUKURAN WATT DENGAN ARUS SERI ACS 712 MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER ATM 8535
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2014
Astriana Christy Bangun
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan, kekuatan, kesempatan serta limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini
dengan baik dan selesai pada waktunya.
Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Program Studi Metrologi dan Instrumentasi Departemen
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Medan dengan judul : “PEMBUATAN DAN PENGUKURAN WATT DENGAN
SENSOR ARUS SERI ACS 712 MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER ATM
8535”.
Dalam melaksanakan dan penyusunan Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan
banyak terima kasih atas dukungan dan bantuan dari semua pihak. Penulis diberikan
dukungan, bimbingan, pengalaman serta pengetahuan yang dapat membantu penulis,
terutama kepada :
1. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang, selaku Ketua Departemen Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Diana Alemina Barus, M.Sc., selaku Ketua Program Studi D-3 Metrologi
4. Kedua orang tua penulis yang selalu mengarahkan, mendukung serta mendo’akan penulis. Semoga mereka diberikan kesehatan dan kemurahan rezeki serta umur
yang panjang, sehingga penulis dapat membalas jasa mereka berdua nantinya.
5. Bapak Dr. Kerista Tarigan, M.Eng.Sc, selaku Dosen Pembimbing Penulis selama
melakukan Penulisan Tugas Akhir.
6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Matemaika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh mahasiswa/i khususnya stambuk 2011 yang saling membantu dan
mendukung dalam Penulisan Tugas Akhir.
8. Teman – teman yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir diantaranya Ardilla Charolus Sitepu, Stefiana
Karina Tarigan, Iche, Angela, Rika, Annisayyubbi Izzati Ferdian.
Penulis menyadari masih banyak bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat
penulis ucapkan. Namun atas bantuannya kiranya Tuhanlah yang akan membalasnya.
Penulis juga menyadari ketidaksempurnaan Tugas Akhir ini, baik dari isi maupun
penyusunan kalimatnya. Oleh karena itu setiap kritik dan saran guna perbaikan di
masa depan sangat diperlukan. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya
Medan, Juli 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
Kata pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1LatarBelakang ... 1
1.2TujuanPenulisan ... 1
1.3BatasanMasalah ... 2
1.4SistemPenulisanLaporan ... 2
BAB 2 LandasanTeori... ... 4
2.1 Watt Meter ... 5
2.2HukumDasarKelistrikan 2.2.1Hukum Ohm ... .5
2.2.2 DayaListrik ... 5
2.3 Sensor Suhu ... 6
2.3.1 Hall Effect Allegro ACS 712 ... 6
2.3.2 Karakteristik Dan FiturPenting ACS 712 ... 7
2.4 MikrokontrolerATmega 8535 ... 8
2.4.1 Fitur-FiturMikrokontroller ATMega8535 ... 10
2.4.2 Diagram Blok ATMega 8535 ... 11
2.4.4 Karakteristik ADC Internal MikrokontrollerATMega 8535 ... 13
2.5 LCD ... 13
2.6 Pemrograman C ... 13
2.6.1 StrukturPenulisanBahasa C ... 14
2.6.2 DeklarasiVariabeldanKonstanta ... 14
2.6.3 OperasiLogikadanBilanganBiner ... 15
BAB 3 RancanganSistem ... 16
3.1 Diagram Blok rancangan ... 16
3.2 Cara KerjaRangkaian... 17
3.3 AlurKerjaRangkaian ... 17
3.4 RangkaianPengkondisi Sensor Arus... 18
3.5 Rangkaian LCD ... 19
3.6 Listing Program ... 20
BAB 4 Pengujian,Kalibrasi,DanAnalisisRangkaian ... 21
4.1 PengujianRangkaian Sensor Arus ACS 712... 21
4.2 PengujianMikrokontrol ATM 8535 ... 22
4.3 KalibrasiTegangan ... 23
4.4 Analisis Data ... 24
4.4.1Analisis Hasil Data Sensor ... 39
BAB 5 Kesimpulan Dan Saran ... 42
5.1 Kesimpulan ... 42
5.2 Saran ... 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rangkaian Dasar Wattmeter Analog ... 5
Gambar 2.2 IC Sensor ACS 712 ... 7
Gambar 3.1 Gambar Karakteristik Tegangan Vs Arus IC ACS 712 ... 8
Gambar 3.2 Beberapa Seri Mikrokontroller AVR Buatan Atmel ... 9
Gambar 3.3 Blok Diagram ATMega 8535 ... 11
Gambar 3.4 Pin Mikrokontroller ATMega 8535 ... 12
Gambar 3.5 Rangkaian Blok Rangkaian Pengukuran Watt ... 16
Gambar 3.6 Alur Proses Kerja Rangkaian ... 18
Gambar 3.7 Rangkaian Driver ACS 712 ... 19
Gambar 3.8 Rangkaian Interface LCD Dengan Mikrokontrol ... 20
Gambar 4.1 Rangkaian Uji Mikrokontroller ATM 8535 ... 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Umumnya wattmeter banyak dipergunakan untuk mengukur atau untuk menentukan
seberapa besar suatu komponen atau beban memerlukan energi dalam suatu satuan
waktu tertentu. Peralatan seperti kwh meter dapat dipergunakan untuk mengukur watt
dengan arus yang sedang hingga besar, puluhan Ampere.
Untuk megukur daya yang lebih kecil dan dapat dikalibrasi serta lebih presisi
maka kwh meter tidaklah efisien. Hal ini disebabkan oleh penggunaan kwh meter
sudah dispesifikasi secara khusus untuk penggunaan daya listrik dari PLN yang
berdaya 450 W hingga ribuan Watt.
Wattmeter adalah instrument atau alat penguk uran daya listrik
khususnya daya listrik nyata yang pembacaannya diberikan dalam satuan Watt.
Wattmeter berfungsi sebagai alat yangmengukur daya listrik pada beban - beban yang
sedang beroperasi dalam suatu sistem kelistrikandengan beberapa kondisi beban,
seperti beban dc, beban AC satu phase serta beban AC tiga phase.
digunakan sebagai alat peraga untuk mengetahui daya yang dipakai dalam suatu
rangkaian beban. Sebelum mempelajari alat ini l ebih lanjut, ada baiknya kita
pelajari sedikit mengenai parameter yang diukur oleh alat ini. Daya listrik
dalam pengertiannya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok sesuai dengan
catu tenaga listriknya, yaitu daya listrik DC dan daya listrik AC. Daya listrik DC
dirumuskan sebagai :P = V . I dimana : P = daya (Watt)V = tegangan (Volt)I = arus
(Amper) Daya listrik AC ada 2 macam yaitu: daya untuk satu phase dan
daya untuk tiga phase
Wattmeter analog yang paling sederhana adalah wattmeter jenis elektrodinamis,
dimana terdiri dari sepasang kumparan tetap yang disebut kumparan arus
dan kumparan bergerak yang disebut kumparan potensial . K u m p a r a n a r u s
d i h u b u n g k a n s e c a r a s e r i d e n g a n r a n g k a i a n , s e d a n g k a n k u m p a r a n
p o t e n s i a l d i h u b u n g k a n s e c a r a p a r a l e l . S e l a i n i t u p a d a w a t t m e t e r
i n i , k u m p a r a n p o t e n s i a l m e m b a w a j a r u m y a n g b e r g e r a k d i
a t a s s k a l a u n t u k m e n u n j u k k a n p e n g u k u r a n . S e b u a h a r u s
y a n g m e n g a l i r m e l a l u i a r u s k u m p a r a n m e n g h a s i l k a n m e d a n
elektromagnetik di sekitar kumparan. Kekuatan bidang ini adalah sebanding dengan
baris saat inidan di fase dengan itu. sebuah resistor bernilai tinggi
dihubungkan secara seri dengan alat ini u n t u k m e n g u r a n g i a r u s y a n g
m e n g a l i r m e l e w a t i n y a . K u m p a r a n p o t e n s i a l p a d a w a t t m e t e r
Rangkaian dari alat pengukur watt bias rusak oleh arus berlebih. Berbeda dengan
voltmeter. Jika voltmeter kelebihan beban, pointer akan menunjukkan melampaui
batas atas skala. Tetapi pada wattmeter tidak bias seperti voltmeter. Hal ini karena
posisi pointer tergantung pada factor daya tegangan dan arus. Dengan demikian,
rangkaian dengan factor daya yang rendah akan memberikan pembacaan alat
pengukur watt rendah, bahkan ketika kedua sirkuit yang dimuat ke batas
keamanan maksimum. Oleh karena itu, sebuah alat pengukur watt dinilai
tidak hanya dalam watt, tetapi juga dalam volt dan ampere.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka pada proyek ini, penulis
membuat proyek dengan judul
“PEMBUATAN DAN PENGUKURAN WATT DENGAN SENSOR ARUS SERI
ACS 712 MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER ATM 8535”
Yaitu, suatu rangkaian alat yang dapat difungsikan sebagai pengukur Watt sederhana
secara digital untuk dapat digunakan secara portabel.
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dalam proyek ini hanya mencakup beberapa point utama,
diantaranya adalah sebagai berikut :
2. Mikrokontrol yang digunakan adalah ATmega 8535 yang hanya difungsikan
sebagai pembaca arus dan menghitung besaran daya.
3. Display LCD yang digunakan hanya difungsikan sebagai penampil hasil
proses input dan output.
4. Pengujian sistem dilakukan dengan beban yang rendah.
5. Kalibrasi alat hanya dengan teknik regulator.
1.4. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah :
1. Pengembangan kreatifitas mahasiswa dalam bidang alat Metrologian,
Instrumentasi, dan Kalibrasi.
2. Untuk memperdalam konsep maupun cara kerja sensor Arus dan
merangkainya dengan komponen lain sehingga menjadi suatu alat ukur Watt.
3. Membuat suatu alat yang tepat guna dan berkualitas dalam pengukuran
sampai ketelitian yang diperkecil atau mendekati benar.
4. Memenuhi syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Projek Akhir dan
menyelesaikan pendidikan di program studi D-III Metrologi dan
Instrumentasi FMIPA USU.
1.5. Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
Mencari data-data yang berkaitan dengan alat yang akan dibuat, dari literatur
buku -buku, jurnal - jurnal, majalah - majalah elektronika dan situs-situs
internet untuk mempelajari hal-hal sebagai berikut :
1. Karakterisitik mikrokontroler ATmega 8535 termasuk cara pemrograman dan
interface-nya.
2. Karakterisitik sensor arus ACS 712
b. Metode perencanaan dan pembuatan alat
Untuk membuat alat ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mencoba-coba alat atau rangkaian sesuai dengan data-data yang telah
diperoleh sesuai spesifikasi alat yang diinginkan.
2. Melaksanakan perencanaan tiap-tiap blokdiagram dari hasil coba-coba yang
dianggap rangkaian paling efektif yang kemudian digabungkan sehingga
menjadi satu sistem.
c. Mempersiapkan komponen yang diperlukan antara lain sebagai berikut :
1. Mikrokontroler ATmega 8535 sebagai pengendali sistem. Komponen ini
dipakai karena mudah diperoleh dipasaran dengan harga yang relatif murah,
bisa digunakan untuk berbagai macam keperluan serta mudah memrogramnya
karena memiliki fitur ISP (In-System Programming).
2. Sensor arus, banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur kuat arus
listrik, diantaranya adalah dengan metode shunt resistif, tranformer arus, dan
sensor magnetik. Dengan metode tersebut maka telah dikembangkan beberapa
teknologi dalam perealisasian dalam bentuk kemasaan yang telah dikenal
3. LCD sebagai penampil hasil pengujian kualitas udara yang terdapat pada suatu
tempat.
d. Pembuatan alat
Perakitan tiap-tiap blok dan penggabungan tiap-tiap blok menjadi satu sistem.
e. Pengujian alat
Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang dibuat telah
bekerja dengan baik. Pengujian dilakukan pada tiap-tiap blok, kemudian
dilakukan pengujian sistem secara keseluruhan.
f. Kalibrasi alat
Membandingkan hasil pengukuran dengan alat ukur standar melalui beberapa
tahap.
g. Konsultasi dengan dosen pembimbing serta mencari sumber informasi
yang berhubungan dengan pembuatan tugas akhir.
1.6. Tinjauan Pustaka
Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan landasan teori, data-data atau
informasi sebagai bahan acuan dalam melakukan perencanaan, percobaan, pembuatan
Agar lebih mudah untuk dibaca penulis berusaha untuk menyusun laporan ini
dengan urutan yang sistematis. Untuk itu penulis membaginya ke dalam beberapa bab
agar lebih mudah dimengerti dan dipahami dan lebih mudah dipahami dan lebih
tersetruktur.
Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Pada bab ini dijelaskan tentang teori dasar yang melandasi tentang
komponen yang terlibat pada pembuatan alat pengukur watt.
BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Pada rancangan sistem dijelaskan sistem kerja dalam diagram blok.
BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM
Rangkaian sensor Arus diuji sedemikian rupa sehingga dapat
dipergunakan sebagaimana semestinya.
Pada bagian bab 5 tersebut akan disimpulkan beberapa point sebagai
kesimpulan rancangan alat dan memberikan saran pada penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengukuran daya pada suatu sirkit pada umumnya dapat dibedakan dengan dua tipe,
yaitu tipe daya resistif dan induktif. Namun pada tulisan ini hanya daya resistif yang
akan dibicarakan. Hal ini dibuat untuk mempermudah baik dalam pembuatan,
pengukuran, dan pengkalibrasian Wattmeter Digital yang waktunya dapat diprogram.
Untuk merealisasikan pembuatan dan pengkalibrasian alat ukur tersebut maka
di bawah ini akan dijelaskan terlebih dahulu beberapa konsep atau teori dasar yang
melatarbelakanginya. Diantaranya adalah, konsep dasar Wattmeter, hukum Ohm, daya
listrik, sensor arus, mikrokontroller, penampil LCD, beberapa komponen dasar
sebagai pendukung, dan pemrograman dengan Code Vision AVR.
2.1. Watt meter
Wattmeter adalah instrument atau alat pengukuran daya listrik khususnya daya
listrik nyata yang pembacaannya diberikan dalam satuan Watt. Wattmeter berfungsi
sebagai alat yangmengukur daya listrik pada beban - beban yang sedang beroperasi
dalam suatu sistem kelistrikandengan beberapa kondisi beban, seperti beban dc, beban
AC satu phase serta beban AC tiga phase. Wattmeter biasanya digunakan pada lab – lab fisika dimana alat ini digunakan sebagai alat peraga untuk mengetahui daya yang
baiknya kita pelajari sedikit mengenai parameter yang diukur oleh alat ini. Daya listrik
dalam pengertiannya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok sesuai dengan catu
tenaga listriknya, yaitu daya listrik DC dan daya listrik AC. Daya listrik DC
dirumuskan sebagai :P = V . I dimana : P = daya (Watt)V = tegangan (Volt)I = arus
(Amper) Daya listrik AC ada 2 macam yaitu: daya untuk satu phase dan daya untuk
tiga phase.
Wattmeter analog yang paling sederhana adalah wattmeter jenis elektrodinamis,
dimana terdiri dari sepasang kumparan tetap yang disebut kumparan arus dan
kumparan bergerak yang disebut kumparan potensial. Kumparan arus dihubungkan
secara seri dengan rangkaian, sedangkan kumparan potensial dihubungkan secara
paralel. Selain itu pada wattmeter ini, kumparan potensial membawa jarum yang
bergerak di atas skala untuk menunjukkan pengukuran. Sebuah arus yang mengalir
melalui arus kumparan menghasilkan medan elektromagnetik di sekitar kumparan.
Kekuatan bidang ini adalah sebanding dengan baris saat inidan di fase dengan itu.
sebuah resistor bernilai tinggi dihubungkan secara seri dengan alat ini untuk
mengurangi arus yang mengalir melewatinya. Kumparan potensial pada wattmeter
umumnya memiliki resistansi yang tinggi.
Umumnya, daya dalam rangkaian listrik adalah merupakan hasil kali dari
tegangan dan arus dengan satuan Watt. Secara khusus, pengukuran daya dibuat
berdasarkan pergerakan jarum meter yang disebut pergerakan dynamometer yang
gerakannya sama dengan meter D’Arsonval.
Rangkaian dasar dari Wattmeter analog dikenal sebagai Pergerakan jarum pada
Gambar 2.1. Rangkaian Dasar Wattmeter Analog.
2.2. Hukum Dasar Kelistrikan
2.2.1. Hukum Ohm
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang
diterapkan kepadanya atau juga menyatakan bahwa besar arus yang mengalir pada
suatu konduktor pada suhu tetap sebanding dengan beda potensial antara kedua
ujung-ujung konduktor.
Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila
nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang
dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua
jenis penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah.
dimana I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam
satuan Ampere, Vadalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar
dalam satuan volt, dan Radalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada
suatu penghantar dalam satuanohm.
Hukum ini dicetuskan oleh George Simon Ohm, seorang fisikawan dari
Jerman pada tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The
Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827.
ada 2 bunyi hukum Ohm yaitu :
1) Besarnya arus listrik yang mengalir sebanding dengan besarnya beda potensial
(Tegangan). Untuk sementara tegangan dan beda potensial dianggap sama walau
sebenarnya kedua secara konsep berbeda. Secara matematika di tuliskan I ∞ V atau V
∞ I, Untuk menghilangkan kesebandingan ini maka perlu ditambahkan sebuah
konstanta yang kemudian di kenal dengan Hambatan (R) sehingga persamaannya
menjadi V = I.R. Dimana V adalah tegangan (volt), I adalah kuat arus (A) dan R
adalah hambatan (Ohm).
2) Perbandingan antara tegangan dengan kuat arus merupakan suatu bilangan konstan
yang disebut hambatan listrik. Secara matematika di tuliskan V/I = R atau dituliskan
V = I.R.
Fungsi utama hukum Ohm adalah digunakan untuk mengetahui hubungan
tegangan dan kuat arus serta dapat digunakan untuk menentukan suatu hambatan
beban listrik tanpa menggunakan Ohmmeter. Kesimpulan akhir hukum Ohm adalah
tegangan dan arus listrik. Konsep ini salah, besar kecilnya hambatan listrik tidak
dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus listrik tetapi dipengaruhi oleh panjang
penampang, luas penampang dan jenis bahan.
Hukum dasar tentang arus listrik adalah mengacu terhadap hukum Ohm, yang
menyatakan bahwa:
I = V/R
Dimana, I adalah arus dalam satuan Ampere, V adalah tegangan dalam satuan
Volt, dan R adalah hambatan dalam satuan Ohm.
2.2.2. Daya Listrik
Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam sirkuit
listrik. Satuan SI daya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya tenaga
listrik yang mengalir per satuan waktu (joule/detik).
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian dengan hambatan listrik
menimbulkan kerja. Peranti mengkonversi kerja ini ke dalam berbagai bentuk yang
berguna, seperti panas (seperti pada pemanas listrik), cahaya (seperti pada bola
lampu), energi kinetik (motor listrik), dan suara (loudspeaker). Listrik dapat diperoleh
Daya adalah hasil kali antara arus listrik I dan tengangan V dengan satuan
Watt. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
P = VxI
atau
P = V2R
Dalam hal ini, daya yang dimaksud adalah daya resistif saja.
Sedangkan daya dalam selang waktu tertentu adalah perkalian antara daya dengan
waktu dalam satuan watt jam.
2.3. Sensor Arus
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur kuat arus listrik,
diantaranya adalah dengan metode shunt resistif, tranformer arus, dan sensor
magnetik. Dengan metode tersebut maka telah dikembangkan beberapa teknologi
dalam perealisasian dalam bentuk kemasaan yang telah dikenal sebagai sensor
magnetic fluxgate, digital clamp ampere meter, dan efek Hall.
2.3.1. Hall Effect Allegro ACS 712
tegangan. Tegangan tersebut biasanya diumpankan ke current transformer terlebih
dahulu sebelum masuk ke pengkondisi signal.
Teknologi Hall Effect yang diterapkan oleh Allegro menggantikan fungsi
resistor shunt dan current transformer menjadi sebuah sensor dengan ukuran yang
relative jauh lebih kecil. Aliran arus listrik yang mengakibatkan medan magnet yang
menginduksi bagian dynamic offset cancellation dari ACS 712. Bagian ini akan
dikuatkan oleh amplifier dan melalui filter sebelum dikeluarkan melalui kaki 6 dan 7,
modul tersebut membantu penggunaan untuk mempermudah instalasi arus ini ke
dalam system. ACS 712 adalah Hall Effect current sensor. Hall effect allegro ACS
712 merupakan sensor yang presisi sebagai sensor arus AC atau DC dalam pembacaan
arus dalam dunia industry, otomitif, komersil dan system – system komunikasi.
Pada umumnya aplikasi sensor ini digunakan untuk mangontrol motor, deteksi
beban listrik, switched-mode power supplies dan proteksi beban berlebih. Sensor ini
memiliki pembacaan dengan ketepatan yang tinggi, karena didalamnya terdapat
rangkaian low-offset linear Hall dengan satu lintasan yang terbuat dari tembaga. Cara
kerja sensor ini adalah arus yang dibaca mengalir melalui kabel tembaga yang terdapat
didalamnya yang menghasilkan medan magnet yang ditangkap oleh integratet Hall IC
dan diubah menjadi tegangan proporsional.
Ketelitian dalam pembacaan sensor dioptimalkan dengan cara pemasangan
komponen yang ada didalamnya antara penghantar yang menghasilkan medan magnet
rendah akan menstabilkan Bi CMOS Hall IC yang didalamnya yang telah dibuat untuk
ketelitian yang tinggi oleh pabrik.
Sensor arus yang telah dikemas dalam bentuk IC seperti Hall effect buatan
Allegro dengan tipe ACS 712 adalah merupakan sensor arus yang menggunakan
prinsip mengukur/ merespon medan magnet disekitar kawat berarus.
Prinsip kerja IC tersebut adalah mengkombinasikan fungsi resistor shunt dan
current transformer sehingga dapat difungsikan sebagai sensor arus ac maupun dc
yang mempunyai pembacaan dengan ketepatan tinggi.
Agar supaya medan magnetnya cukup kuat dan terukur oleh sensor efek Hall
maka telah dilengkapi dengan lilitan dengan inti ferit. Isyarat dari sensor efek Hall ini
pada umumnya dikalibrasi pada medan sama dengan Nol pada tegangan 2,5 V.
Bentuk komponen ACS 712 tersebut adalah seperti pada Gambar 2.1 berikut.
2.3.2. Karakteristik Dan Fitur Penting ACS 712
Beberapa fitur penting dari sensor arus ACS 712 adalah sebagai berikut.
- Response time : 5 µs
- Bandwith : 50 kHz
- Resistansi internal : 1,2 mΩ - Operasi catu daya : 5.0 V
- Sensitivitas out : 66 – 185 mV/A - Tegangan out : ac atau dc
- Total error out : 1,5 % pada TA = 25 °C, dan 4 % pada -40 °C
sampai 85 °C.
- Akurasi : aturan pabrik
Karakteristik Tegangan terhadap arus dari komponen tersebut, diperlihatkan
pada Gambar 2.3. berikut :
2.4. Mikrokontroler ATmega-8535
Banyak komponen mikrokontrol yang telah beredar di pasaran elektronik
sekarang ini, diantaranya adalah mikrokontroller ATmega seri 8535. Mikrokontroller,
sesuai namanya adalah suatu komponen pengontrol atau pengendali yang berukuran
mikro. Mikrokontroller suatu sistem elektronika yang terdiri dari beberapa bagian,
diantaranya adalah bagian mikroprosesor, memori, sistem input/output, dan beberapa
fasilitas seperti timer, pulsa modulasi dan sebagainya yang telah dikemas menjadi
suatu IC. Mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s RISC processor) standar memiliki
arsitektur 8-bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16- bit dan sebagian
besar instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock.
Mikrokontroler merupakan sebuah sistem komputer yang seluruh atau
sebagian besar elemennya dikemas dalam satu chip IC, sehingga sering disebut single
chip microcomputer. Lebih lanjut, mikrokontroler merupakan sistem komputer yang
mempunyai satu atau beberapa tugas yang sangat spesifik, berbeda dangan PC
(Personal Computer) yang memiliki beragam fungsi. Perbedaan lainnya adalah
perbandingan RAM dan ROM yang sangat berbeda antara komputer dengan
mikrokontroler.
Mikrokontroler adalah sebuah system microprocessor dimana didalamnya
sudah terdapat CPU, ROM, RAM, I/O, Clock dan peralatan internal lainnya yang
sudah saling terhubung dan terorganisasi (teralamati) dengan baik oleh pabrik
memprogram isi ROM sesuai aturan penggunaan oleh pabrik yang membuatnya
menurut Winoto (2008:3).
Teknologi yang digunakan pada mikrokontroler AVR berbeda dengan
mikrokontroler seri MCS-51. AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set
Computer), sedangkan seri MCS-51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set
Computer). Mikrokontroler AVR dapat dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu
keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega, dan keluarga AT89RFxx.
Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, kelengkapan
periperal dan fungsi-fungsi tambahan yang dimiliki.
ATMega8535 adalah mikrokontroler CMOS 8 bit daya rendah berbasis
arsitektur RISC. Instruksi dikerjakan pada satu siklus clock, ATMega8535
mempunyai throughput mendekati 1 MIPS per MHz, hal ini membuat ATMega8535
dapat bekerja dengan kecepatan tinggi walaupun dengan penggunaan daya rendah.
Mikrokontroler ATmega8535 memiliki beberapa fitur atau spesifikasi yang
menjadikannya sebuah solusi pengendali yang efektif untuk berbagai keperluan.
Berikut adalah tabel perbandingan beberapa seri mikrokontroler AVR buatan
Atmel.
Tabel 3.2 Beberapa Seri Mikrokontroller AVR buatan Atmel
ATmega8 8 1024 0.5 23 1 1 1 3 6/8 1 Ya
ATmega853
5
8 512 0.5 32 2 2 1 4 8 1 Ya
ATmega16 16 1024 0.5 32 1 2 1 4 8 1 Ya
ATmega162 16 1024 0.5 35 2 2 2 6 8 1 Ya
ATmega32 32 2048 1 32 1 2 1 4 8 1 Ya
ATmega128 128 4096 4 53 2 2 2 8 8 1 Ya
ATtiny12 1 - 0.0625 6 - 1 - - - - Ya
ATtiny2313 2 128 0.125 18 1 1 1 4 - 1 Ya
ATtiny44 4 256 0.25 12 1 1 - 4 8 1 Ya
ATtiny84 8 512 0.5 12 1 1 - 4 8 1 Ya
Keterangan:
Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan
program hasil buatan manusia yang harus dijalankan oleh mikrokontroler.
RAM (Random Acces Memory) merupakan memori yang membantu CPU
untuk penyimpanan data sementara dan pengolahan data ketika program
sedang running.
EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) adalah
memori untuk penyimpanan data secara permanen oleh program yang sedang
running.
Timer adalah modul dalam hardware yang bekerja untuk menghitung
waktu/pulsa .
UART (Universal Asynchronous Receive Transmit) adalah jalur komunikasi
data khusus secara serial asynchronous.
PWM (Pulse Width Modulation) adalah fasilitas untuk membuat modulasi
pulsa.
ADC (Analog to Digital Converter) adalah fasilitas untuk dapat menerima
sinyal analog dalam range tertentu untuk kemudian dikonversi menjadi suatu
nilai digital dalam range tertentu.
SPI (Serial Peripheral Interface) adalah jalur komunikasi data khusus secara
serial secara serial synchronous.
ISP (In System Programming) adalah kemampuan khusus mikrokontroler
untuk dapat diprogram langsung dalam sistem rangkaiannya dengan
membutuhkan jumlah pin yang minimal.
2.4.1 Fitur – Fitur Mikrokontroller ATmega8535
Adapun fitur-fitur dari mikrokontroller ATmega8535 adalah sebagai berikut :
1. Saluran I/O Sebanyak 32 buah, yaitu port A sampai port D (Port A, B, C dan
D)
2. ADC (Analog to Digital Converter) 10 bit sebanyak 8 chanel.
3. Tiga buah timer/ counter dengan kemampuan perbandingan, yaitu 2 buah
timer/ counter 8 bit dan 1 buah timer/ counter 16 bit.
5. 131 instruksi yang hanya membutuhkan 1 siklus clock.
6. Watchdog timer dengan osilator internal.
7. Tegangan operasi 2,7 V – 5,5 V. 8. Internal SRAM sebesar 512 byte.
9. Memori flash sebesar 8 KB dengan kemampuan Read While Write.
10.Unit interupsi internal dan eksternal.
11.Port antarmuka SPI (Serial Pheripheral Interface).
12.Kecepatan hampir mencapai 16 MPIS pada kristal 16 MHz.
13.Internal downloader USB AVR (In-system Programming dilengkapi LED
programming indicator).
14.Tidak membutuhkan power tambahan saat melakukan downloader proram.
15.EEPROM (Electrically Erasble Programmable Read Only Memory), sebesar
512 byte yang dapat doprogram saat operasi.
16.Antarmuka komparator analog.
17.Port USART untuk komunikasi serial.
2.4.2. Diagram Blok ATmega 8535
Pada diagram blok ATMega8535 digambarkan 32 general purpose Working
register yang dihubungkan secara langsung dengan Arithmetic Logic Unit (ALU).
Sehingga memungkinkan dua register yang berbeda dapat diakses dalam satu
siklus clock.
:
Gambar 3.3 Blok Diagram ATmega8535
Dari diagram blok tersebut dapat dilihat bahwa ATmega 8535 memiliki
bagian-bagian antara lain adalah sebagai berikut:
1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C dan Port D.
3. Tiga buah timer/counter dengan kemampuan pembanding.
4. CPU yang terdiri dari 32 buah register.
5. Watchdog timer dengan osilator internal.
6. SRAM sebesar 512 byte.
7. Memori flash sebesar 8KB dengan kemampuan Reead While Write.
8. Intterupt internal dan eksternal.
9. Port antarmuka SPI (Serial Pheripheral Interface).
10.EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.
11.Antarmuka komparator analog.
12.Port USART untuk komunikasi serial.
2.4.3.Konfigurasi Pin Mikrokontroller AVR ATmega 8535
Konfigurasi pin mikrokontrol ATmega 8535 tersebut adalah seperti pada
[image:34.595.213.413.502.721.2]Gambar 2.5.
Konfigurasi pin ATmega 8535 dapat dilihat pada gambar di atas. Dari Gambar
dapat dijelaskan secara fungisional konfigurasi pin ATmega 8535 sebagai berikut :
1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin input catu daya.
2. GND sebagai pin ground.
3. Port A (PA0-PA7) merupakan pin I/O dua arah dan input ADC.
4. Port B (PB0-PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu
Timer/Counter, komparator analog dan SPI.
5. Port C (PC0-PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu
TWI, komparator analog dan timer osilator.
6. Port D (PD0-PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu
komparator analog, interupsi eksternal dan komunikasi serial.
7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroller.
8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin input clock eksternal.
9. AVCC merupakan pin input tegangan untuk ADC.
10.AREF merupakan pin input tegangan referensi ADC.
2.4.4. Karakteristik ADC Internal Mikrokontroller ATmega 8535
Karakteristik ADC internal mikrokontroller ATmega 8535 adalah:
1. Medan dalam pengoperasian.
2. Resolusi 10 bit.
3. Memiliki 8 masukan analog.
4. Konversi pada saat CPU sleep.
2.5. LCD
Banyak model dan tipe LCD sebagai penampil hasil suatu proses, baik tampilan
karakter maupun grafis. Salah satu penampil karakter adalah model H1602B dengan
karakter 16 x 2. Artinya, mempunyai dua baris penampil yang masing-masing 16
karakter. Keterangan lebih lanjut tentang LCD dari tipe H1602B dapat dilihat pada
Lampiran I.
2.6. Pemrograman C
Banyak pemrograman yang dapat digunakan untuk memprogram mikrokontrol
khususnya seri AVR dari Atmel diantaranya adalah dengan pemrograman bahasa C.
2.6.1. Struktur Penulisan Bahasa C
Umumnya penulisan pada pemrograman bahasa c didahului dengan tanda pagar
seperti berikut ini.
#include<[library1.h]> // optional
#define [nama1] [nilai]; // optional
[global variables] // optional
[functions] // optional
Int main (void) // optional
{
}
Keterangan
- Opsional artinya boleh ditulis atau tidak, sesuaikan dengan kebutuhan
- Penulisan variabel di awal agar supaya dapat digunakan pada sepanjang
program dan dengan deklarasi fungsi-fungsi yang terlibat.
2.6.2. Deklarasi Variabel dan Konstanta
Variabel adalah merupakan suatu memori penyimpan data yang nilainya dapat
di ubah-ubah.
Penulisannya adalah sebagai berikut :
[tipe data] [nama] = [nilai];
Konstanta adalah merupakan suatu memori penyimpan data yang nilainya tidak
dapat di ubah-ubah.
Penulisannya adalah sebagai berikut :
const [nama] = [nilai];
pernyataan atau statement adalah setiap operasi dalam pemrograman yang harus
diikuti dengan tanda [;] atau [}].
Contoh suatu pernyataan:
2.6.3. Operasi Logika dan Bilangan Biner
Operator Logika : AND &&
NOT !
OR ||
Biner : AND &
OR |
XOR ˆ
Shift right ˃˃
BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1. Diagram Blok Rancangan
Rancangan sistem pengukur watt listrik berikut ini terdiri dari beberapa bagian,
yaitu: bagian sensor arus (ACS 712), bagian pengolah dengan mikrokontroler (ATM
8535), display LCD H1602B (16x2), dan bagian beban resistif seperti bohlam.
Penggunaan regulator pada bagian masukan berfungsi sebagai penstabil tegangan.
Rancangan rangkaian alat pembaca watt digital secara diagram blok dapat
Gambar 3.1. Diagram Blok Rangkaian Pengukur Watt
3.2. Cara Kerja Rangkaian
Cara kerja rangkaian seperti pada diagram blok pada Gambar 3.1 adalah sebagai
berikut. Jika beban terpasang maka sensor arus ACS 712 mengesan arus yang lewat
dan sekaligus membaca tegangan yang telah disearahkan telebih dahulu.
Selanjutnya, jika besaran arus dan tegangan dikalikan melalui pemrograman C
maka hasil dayanya dapat di tampilkan pada layar LCD.
Fungsi regulator dalam diagram blok tersebut adalah unuk penstabil tegangan jala Mikrokontrol
ATM 8535 Sensor I,V
Display
Watt Beban
(Resistif)
Regulator
3.3. Alur Kerja Rangkaian
Untuk menyederhanakan proses perhitungan dan pembacaan sistem ditunjukkan
[image:41.595.298.471.197.712.2]seperti pada Gambar 3.2 berikut ini.
Gambar 3.2. Alur proses kerja rangkaian
Mulai
Inisialisasi Port
Reset Komunikasi
Kirim Perintah Membaca I,V, t
Baca I, V, t
Tampilkan I, t, dan P
Stop
3.4. Rangkaian Pengkondisi Sensor Arus
Rangkaian sensor arus yang dipergunakan pada rancangan ini adalah sensor arus
buatan Allegro dengan metode Hall Effect dari tipe ACS 712, dikenal sebagai IC Hall
effect tipe ACS 712. Sensor ini adalah merupakan sensor arus yang menggunakan
prinsip mengukur/ merespon medan magnet disekitar kawat berarus. Rancangan
rangkaian pengkondisi sinyal dan driver sensor ke bagian interface ke mikrokontrol
[image:42.595.134.527.369.609.2]ditunjukkan seperti pada Gambar 3.3 berikut :
3.5. Rangkaian LCD
Rangkaian interface penampil LCD tipe H1602B, dua baris dengan
masing-masing baris terdiri dari 16 karakter, dengan mikrokontrol adalah seperti pada Gambar
[image:43.595.227.455.247.436.2]3.4 berikut ini.
Gambar 3.4. Rangkaian interface LCD dengan Mikrokontrol.
3.6. Listing Program
Program Watt meter pada tulisan ini dibuat dengan program AVR seperti Listing
berikut ini.
BAB IV
IMPLEMENTASI SISTEM
Sebelum dilakukan pengukuran watt dengan berbagai beban resistif pada alat
maka terlebih dahulu dilakukan beberapa prosedur pengujian yang penting,
diantaranya adalah pengujian dan kalibrasi terhadap :
1. Pengujian Sensor Arus ACS 712
2. Pengujian Mikrokontroller ATM 8535
3. Kalibrasi Tegangan
4.1. Pengujian Rangkaian Sensor Arus ACS 712
Pengujian sensor arus ACS 712 dilakukan dengan rangkaian seperti pada
Gambar 3.3 dengan hasil data yang diperoleh adalah seperti pada Tabel 4.1 sebagai
berikut.
Tabel 4.1. Tabel Pengujian Sensor ACS 712
Kondisi Tegangan PLN : Rata-rata 205 Volt
Ampere meter : AVO Meter Sunwa 360 TYR
No. Beban Bohlam, W Arus I rerata (Pengujian),
Ma
Arus I (Teori), mA
1. 25 121 114
2. 40 195 182
3. 75 365 341
4. 100 488 455
4.2. Pengujian Mikrokontrol ATM 8535
Pengujian mikrokontrol ATM 8535 dengan menggunakan suatu program sesuai
[image:45.595.161.503.415.735.2]dengan rangkaian seperti pada Gambar 4.1 adalah sebagai berikut.
Pengujian pada rangkaian mikrokontroler ATmega8535 ini dilakukan dengan
menghubungkan rangkaian tersebut terhadap power supply sebagai sumber tegangan.
Kaki 10 dihubungkan dengan sumber tegangan 5 volt, sedangkan kaki 11
dihubungkan dengan ground. Kemudian tegangan pada kaki 10 diukur dengan
menggunakan Voltmeter. Dari hasil pengujian didapatkan tegangan pada kaki 10
sebesar 4,9 volt.
Langkah selanjutnya adalah memberikan program pengujian pada
mikrokontroler ATmega 8535 yaitu seperti listing program sebagai berikut:
Listing Program Pengujian Mikrokontrol
#include <mega8535.h>
#include <delay.h>
#include <stdio.h>
while (1)
{
// Place your code here
PORTA=0xFF;
DDRA=0xFF;
{
delay_us(100);
PORTA=0x00;
4.3. Kalibrasi Tegangan
Umumnya tegangan jala PLN tidaklah stabil, oleh karena itu maka dilakukan
dengan penstabil tegangan menggunakan Stabilisator. Pengkalibrasian dilakukan
seperti pada diagram blok pada Gambar 3.1.
Hasil kalibrasi dengan regulator tegangan tersebut, maka diperoleh data
pengukuran besar arus terhadap beberapa beban resistif seperti pada Tabel 4.2
[image:47.595.101.531.551.723.2]berikut ini.
Tabel 4.2. Tabel arus hasil kalibrasi tegangan
Kondisi Tegangan PLN : Rata-rata 220 Volt
Ampere meter : AVO Meter Sunwa 360 TYR
Regulator : Stabilator 5000 VA
Percobaan : Masing-masing 5X
No. Beban Bohlam, W Arus I rerata (Pengujian),
mA
Arus I (Teori), mA
1. 25 118 114
2. 40 188 182
3. 75 350 341
4.4. Analisis Data
4.4.1. Analisis Hasil Data Sensor
Berdasarkan hasil data pengujian terhadap sensor arus ACS 712 yang sesuai
dengan data pada Tabel 4.1 maka diperoleh suatu hasil yang kurang sesuai bila
dibandingkan terhadap nilai secara hitungan teoritis. Dengan demikian, jika dihitung
daya sesaatnya maka diperoleh daya yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh karena
tegangan tidak mencapai 220 Volt.
Persentasi ralat akibat tegangan jala PLN yang kurang normal, 205 V pada
pengukuran pada Tabel 4.1 diatas, maka dapat ditentukan ralat rata-rata arus pada
beban masing-masing bohlam adalah: 94,21+93,33+93,42+93,23 / 5 = 374,19/4 =
93,55 %.
Kemudian, persentasi ralat setelah tegangan dikalibrasi dengan regulator, maka
sesuai dengan data pada Tabel 4.2 dan dengan cara perhitungan yang sama dengan
diatas, maka diperoleh besar rata-rata arus adalah: 0,966+0,968+0,974+0,978 / 4 =
96,89 %. Hal ini diperkuat dengan karakteristik sensor antara tegangandan arus, yaitu
[image:48.595.214.452.591.726.2]seperti pada Gambar 4.2 berikut.
Jadi, berdasarkan perhitungan dengan dan tanpa regulator terjadi kenaikan daya
yang direpresentasikan dengan arus adalah sebesar:96,89 % - 93,55 = 3,34 %. Artinya,
jika tegangan stabil maka alat ukur daya yang telah dibuat akan menunjukkan hasil
yang cukup akurat. Dan, jika dibandingkan dengan nilai setelah dikalibrasi dengan
nilai teoritisnya maka diperoleh hasil sebesar 100 % - 96,89 % = 3,11 %.
4.4.2. Analisis Hasil Pengujian Mikrokontroller
Sesuai dengan Gambar rangkaian 4.1 dan dengan Listring program tersebut,
maka jika dijalankan program listing tersebut maka diperoleh hasilnya yaitu nyala
lampu LED berkedip. Hal ini membuktikan bahwa rangkaian telah bekerja dengan
baik, dan dapat disambungkan ke bagian input sensor arus dan output pada penampil
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan kalibrasi alat ukur Watt yang telah dibuat maka
dapat dilaporkan hasilnya sebagai berikut :
1. Sensor arus ACS 712 bekerja dengan persentasi kesalahan umum sebesar 3,34
% dibandingkan terhadap nilai hasil perhitungan teoritisnya.
2. Secara keselurukan sistem alat ukur daya dalam Watt bekerja dengan baik,
yaitu persentasi ralat daya terukur sebesar 3,34 %.
3. Persentasi ralat daya hasil kalibrasi untuk beban resistif terhadap nilai
teoritisnya diperoleh sebesar 3,11 %.
5.2Saran
Alat yang telah dibuat dapat dipergunakan untuk mempelajari sistem pengukur
daya secara umum, beban resistif, namun jika dipakai untuk alat ukur yang real
tentunya perlu dikaji lebih dalam khususnya pada pensinkronisasian sensor arus
DAFTAR PUSTAKA
Halawa, Edward E.H dan Setyawan P. Sakti. 1995. Pemrograman Dengan C/C++ Dan
Aplikasi Numerik. Jakarta: Erlangga
Malvino, Albert paul. 2003. Prinsip-prinsip Elektronika. Jilid 1 & 2. Edisi Pertama.
Jakarta: Salemba Teknika.
Malvino, Albert paul. 2004 . Prinsip-prinsip Elektronika. Jilid 1 & 2, Edisi Keempat,
Jakarta : Salemba Teknika.
Naimah F Nasution. 2008. Perancangan Alat Bantu Pengukur Jarak Bagi Penyandang
Tuna Netra Dengan Menggunakan Sensor Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler
A8T9S51.TugasAkhir. Medan, Indonesia: Universitas Sumatera Utara
Opim S. Sitompul. 1995. Prinsip Dasar Pemrograman C. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bhisop, Owen. 2004. Dasar – dasarElektronika. Surabaya: Erlangga
Petruzella, Frank D. 2001. Elektronik Industri. Terjemahan sumanto. Edisi kedua.
Yogyakarta: Andi
Pitowarno, Endra. 2005. Mikrokontroller& Interfacing. Yogyakarta: Andi
Pratamo, Andi. 2005. Panduan Praktis Pemograman AVR Mikrokontroler.
Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Widodo, Budiharto. 2004. Elektronika Digital Dan Mikrokontroller. Yogyakarta: Andi
Offset
Bejo,Agus. 2008. C dan AVR Rahasia Kemudahan Bahasa C dalam Mikrokontroller
ATMEGA8535 Edisi I. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Linga,Wardana. 2006. Belajar Sendiri Mikrokontroller AVR Seri ATMega8535