• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS VII"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS VII

Muhamad Syarwani IAIN Palangka Raya

E-mail: [email protected] Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 7 Parenggean dengan tujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas VII.A melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi memahami makna Asmaul husna Al-Alim, Al-Khabir, As-Sami’ dan Al-Bashir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa PAI kelas VII.A di SMPN 7 Parenggean. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Penelitian dilaksanakan di SMPN 7 Parenggean, Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 7 Parenggean kelas VII.A yang berjumlah 24 siswa, terdiri dari 12 laki-laki dan 12 perempuan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi dan tes hasil belajar. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas. Hal ini terlihat dari hasil penelitian keaktifan belajar siswa, sebelum menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning ketuntasan belajar siswa sebesar 20,83% dan setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning mengalami peningkatan menjadi 74,58%.

Kata kunci: model, problem based learning, keaktifan, pembelajaran.

Pendahuluan

Hasil keaktifan pembelajaran siswa yang masih rendah berdampak pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Situasi dimana sebagian siswa tidak berada dalam kondisi yang diharapkan, membuat pembelajaran akan tidak bermakna bagi siswa. Mereka seolah-olah sedang mengantuk dan perhatiannya tıdak tertuju pada pelajaran. Dalam kondisı ini guru perlu menggerakkan / menggugah perhatian dan minat mereka. Guru berupaya menciptakan lingkungan yang merangsang agar siswa memberikan sambutan terhadap pelajaran dan guru, sehingga disinilah diperlukannya model pembelajaran yang tepat.

Dalam mengajarkan suatu materi tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memililiki pertimbangan- pertimbangan tertentu misalnya materi pelajaran, tujuan yang akan dicapai, dan fasillitas yang tersedia. Arends sebagaimana dikutip (Hanafiah, 2022)

(2)

menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah suatu prosedur sebagai pedoman guru untuk merencanakan pembelajaran di kelas dalam rangka mencapai suatu tujuan. Menurut (Adri, 2015) bahwa pelaksanaan pembelajaran telah berubah, dan siswa tidak hanya dilihat sebagai objek pembelajaran, tetapi harus berperan aktif dalam proses pembelajaran, menjadi tim dalam proses pembelajaran, dan memungkinkan siswa menjadi pembelajar yang aktif dan guru menjadi fasilitator yang kreatif.

Hasil observasi Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas VII.A SMPN 7 Parenggean pada mata pelajaran PAI materi memahami makna Asmaul husna Al-Alim, Al-Khabir, As-Sami’ dan Al-Bashir menunjukan siswa kurang aktif dan kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran serta tidak memperhatikan penjelasan guru, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar, hanya 11 dari 26 kelas VII.A atau sekitar 42,30% siswa yang tuntas hasil belajarnya sesuai dengan Kriteria KKM PAI yaitu 70. Sedangkan siswa yang lainnya yakni 57,70% belum tuntas. Hasil belajar siswa yang rendah menunjukan bahwa tujuan pembelajaran tidak tercapai. Hal tersebut dikarenakan mata pelajaran PAI pada materi Memahami makna Asmaul husna Al-Alim, Al-Khabir, As-Sami’ dan Al-Bashir dianggap susah dan membosankan.

Oleh karena itu, peneliti bermaksud mengadakan perbaikan dalam permasalahan pembelajaran di SMPN 7 Parenggean. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan siswa dan guru tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran agar dapat mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model pembelajaran yang akan diterapkan adalah Problem Based Learning.

Metode/Metodologi

Jenis penelitian ini adalah Research Action atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Sanjaya (2012), Penelitian Tindakan Kelas dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalamsituasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh perlakuan tersebut. Tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas, ada tujuan penyerta yang dapat dicapai sekaligus berupa terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses PTK berlangsung.

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMPN 7 Parenggean, kecamatan Parenggean yang terletak di Jalan SP.4 H Desa Bandar Agung, Kecamatan Parenggean Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah pada bulan juli sampai dengan Agustus 2023. Adapun yang menjadi Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII.A SMPN 7 Parenggean tahun pelajaran 2023/2024 dengan jumlah siswa 24 anak, 12 laki-

(3)

laki dan 12 perempuan. untuk kevalidan data yang diperlukan. Prosedur yang dipakai dalam pengumpulan data adalah observasi dan tes hasil belajar.

Tehnik Analisis data menggunakan nilai Tes Formatif, dimana peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, dan selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa keseluruhan yang ada dalam kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif. Analisis data tes formatif menggunakan rumus sebagai berikut.

Untuk menghitung rata-rata hasil tes digunakan rumus berikut : ΣX

X = --- ΣN keterangan:

X = Nilai rata-rata siswa ΣX = Jumlah semua nilai siswa ΣN = Jumlah semua siswa

Sedangkan Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus sebagai berikut:

Presentase Tiap Indikator keaktifan (%) = Σ siswa yang terlibat x100 Σ siswa

Dengan kriteria sebagai berikut:

≥85% = Tercapai

≤84% = Belum Tercapai

Rancangan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran problem based learnig dalam meningkatkan keaktifan belajar PAI siswa materi memahami makna Asmaul husna Al-Alim, Al-Khabir, As-Sami’ dan Al-Bashir.

1. Pra Siklus

Berdasarkan data hasil belajar sebelum melakukan tindakan / prasiklus diperoleh hasil yang masih jauh dari harapan, karena masih banyak siswa yang hasilnya dibawah KKM. Ketuntasan yang harus dicapai siswa yaitu 70. Hasil tes formatif prasiklus dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Data Hasil Pretest Belajar Pra Siklus

No Kriteria Ketuntasan Siswa Persentase

1 Tuntas 5 20,83%

2 Tidak Tuntas 19 79,16%

Jumlah 24 100%

Rata-Rata Nilai 55,83

(4)

Berdasarkan tabel 1 diatas atas dapat diketahui bahwa hasil belajar pada prasiklus jumlah yang tuntas hanya 5 siswa dan yang tidak tuntas berjumlah 19 anak dengan rata-rata nilai yang dicapai adalah 55,83, artinya persentase ketuntasan klasikal hanya 20,83%, sehingga perlu adanya tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi memahami makna Asmaul husna Al-Alim, Al-Khabir, As-Sami’ dan Al-Bashir. Adapun Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Prasiklus dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini :

Gambar 1. Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Prasiklus 2. Siklus I

Hasil dari pelaksanaan prasiklus digunakan untuk melaksanakan tindakan perbaikan pada siklus I. Kegiatan penelitian pada siklus I terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada tahap perencanaan peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut: (1) Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Modul Ajar dan media pembelajaran. Materi yang disampaikan yaitu tentang memahami makna Asmaul husna Al-Alim, Al- Khabir, As-Sami’ dan Al-Bashir guru menyusun instrumen sebagai pengumpul data yaitu berupa lembar observasi pembelajaran, dan tes hasil belajar.

menyusun Lembar Kerja Kelompok (LKK) berupa tugas menelaah dan mengidentifikasi asmaul husna yang terkandung dalam cerita, setiap kelompok menelaah dan mengidentifikasi satu asmaul husna yang terkandung dalam cerita, dengan penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan menyusun alat evaluasi. Pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah dibuat, kegiatan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran PAI dilaksanakan dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Jumlah siswa yang hadir adalah sebanyak 24 orang siswa. guru akan mengamati dan mencatat apa saja yang terjadi saat proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan poin-poin yang telah tersedia di lembar observasi. Hasil pengamatan proses pembelajaran akan terekam dalam lembar observasi pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning. Hasil pengamatan ini, akan dijadikan dasar dalam tahap refleksi.

(1) Pendahuluan, guru memulai pembelajaran dengan salam,doa absensi serta apersepsi mengenai materi memahami makna Asmaul husna Al-Alim, Al- Khabir, As-Sami’ dan Al-Bashir.

0 20 40 60 80

Tuntas Tidak Tuntas

Tuntas Tidak Tuntas

(5)

(2) Kegiatan Inti, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dilanjutkan guru menjelaskan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning kepada siswa, dan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa saat pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning berlangsung.

Setelah siswa paham kemudian guru membagi siswa dalam 4 kelompok dari 24 siswa, dengan masing-masing kelompok berjumlah 6 siswa berdasarkan nilai awal siswa. Pembagian kelompok berdasarkan tingkat prestasi siswa, jadi dalam satu kelompok terdapat siswa dengan tingkat prestasi tinggi, sedang dan rendah. Dilanjutkan menyampaikan materi, guru menjelaskan materi makna Asmaul husna Al-Alim, Al-Khabir, As-Sami’ dan Al-Bashir dengan power point agar siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Siswa memperhatikan dengan seksama tetapi ketika menjelaskan 10 menit siswa menjadi ramai dan guru menegur siswa dan keadaan kelas kembali diam.

Setelah penjelasan meninjau kegiatan siswa sehari-hari dan menghubungkan dengan materi yang akan dipelajari selesai, siswa diberi kesempatan untuk bertanya, tetapi hanya beberapa siswa yang bertanya. Pada kegiatan belajar guru memberikan tugas untuk didiskusikan dan dikerjakan oleh masing- masing kelompok. Setiap kelompok diberikan lembar kegiatan untuk menganalisis dan mengidentifikasi asmaul husna yang ada pada cerita. Tiap- tiap kelompok, menelaah 1 asmaul husna yang ada pada cerita. Saat belajar kelompok guru berkeliling kelas sambil memantau pekerjaan kelompok dan membantu jika ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya, akan tetapi kegiatan belajar kelompok masih belum berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan sebagian siswa kurang memperhatikan penjelasan materi pelajaran dari guru. Ketika waktu diskusi kelompok sudah hampir selesai, guru memberikan peringatan kepada siswa agar untuk segera menyelesaikan tugas diskusinya. Kemudian guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas, pada saat presentasi masih terdapat beberapa siswa yang malu untuk maju kedepan sehingga pembelajaran berlangsung sedikit lambat. Dilanjutkan pelaksanaan tes, yang diberikan berupa kuis individu. Soal tes terdiri dari 10 soal berbentuk pilihan ganda. saat pelaksanaan tes, guru berkeliling memantau siswa dan selalu mengingatkan agar siswa tidak bekerja sama dalam mengerjakan tes.

kemudian penghargaan kelompok, setelah tes dilaksanakan selanjutnya guru dan siswa mengetahui hasil postest. Nilai postest ini kemudian dibandingkan dengan nilai awal/pretest siswa sehingga diketahui nilai peningkatannya. Nilai peningkatan ini digunakan untuk menentukan dua tingkatan kelompok yang akan memperoleh penghargaan kelompok tersebut.

(3) Penutup, guru dan siswa secara bersama-sama menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa dan salam penutup. Dalam Pengamatan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi memahami makna Asmaul husna Al-Alim,

(6)

Al-Khabir, As-Sami’ dan Al-Bashir, guru mendapatkan hasil belajar siswa pada tabel berikut:

Tabel 2

Data Hasil Pretest Belajar Siklus I

No Kriteria Ketuntasan Siswa Persentase

1 Tuntas 17 70,83%

2 Tidak Tuntas 7 29,16%

Jumlah 24 100%

Rata-Rata Nilai 69,68

Berdasarkan tabel 2 diatas atas dapat diketahui bahwa hasil belajar pada Siklus I jumlah siswa yang tuntas 17 anak dan yang tidak tuntas berjumlah 7 anak dengan rata-rata nilai yang dicapai adalah 69,68, artinya persentase ketuntasan klasikalnya adalah 70,83%, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal untuk siklus I belum tercapai. Adapun Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Siklus I dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Siklus I

Refleksi, setelah peneliti melaksanakan penelitian melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan, peneliti menemukan beberapa evaluasi dan refleksi sebagai bahan perbaikan untuk siklus selanjutnya, diantaranya:

Kegiatan pembelajaran belum berjalan lancar karena kondisi kelas masih belum kondusif dan masih ada beberapa siswa yang kurang memahami model pembelajaran ini. Pada saat melakukan diskusi kelompok terlihat dalam satu kelompok tidak semua siswa mendiskusikan permasalahan dan menyelesaikan tugas yang diberikan guru, ada sebagian siswa masih sibuk bermain sendiri.

Hal tersebut disebabkan karena siswa masih tergantung dengan teman satu kelompoknya dan cenderung mengandalkan yang lain. Siswa terlihat masih malu-malu dalam memberikan saran dan pendapat saat berdiskusi kelompok, dan juga siswa terlihat ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Oleh

(7)

karenanya guru harus aktif mengecek hasil pekerjaan siswa, menunjuk siswa yang berbeda untuk mengemukakan pendapatnya kepada teman yang lainya.

Dari hasil refleksi siklus I, maka perbaikan yang diperlukan adalah: Guru memperingatkan siswa untuk lebih memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa diharapkan benar-benar paham terhadap materi yang baru saja selesai dibahas agar dapat mengerjakan tes dengan nilai yang memuaskan. Untuk mengatasi masih adanya siswa yang kurang aktif dan individual, guru mengingatkan dan membimbing kembali betapa pentingnya anggota kelompok untuk saling bekerja sama. Guru memberikan motivasi dan semangat kepada siswa agar berani bertanya dan memberikan argumen saat pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan hasil pengamatan, hasil tes yang diperoleh dan refleksi yang telah dilakukan, hasil belajar siswa belum maksimal perlu dilanjutkan ke siklus II karena ketuntasan belajar klasikal masih 70,83% dan belum mencapai ≥85 % sesuai ketentuan.

3. Siklus II

Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus I, terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Data yang diperoleh setelah pembelajaran adalah sebagai berikut:

Tabel 3

Data Hasil Postest Belajar Pada Siklus II

No Kriteria Ketuntasan Siswa Persentase

1 Tuntas 21 87,50%

2 Tidak Tuntas 3 12,50%

Jumlah 24 100%

Rata-Rata Nilai 74,58%

Berdasarkan tabel 3 diatas atas dapat diketahui bahwa hasil belajar pada Siklus II jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan menjadi 21 anak dan yang tidak tuntas berjumlah 3 anak dengan rata-rata nilai yang dicapai adalah 74,58, artinya persentase ketuntasan klasikalnya adalah 87,50%, oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar siswa melalui penerapan model Problem Based Learning pada materi memahami makna Asmaul husna Al-Alim, Al-Khabir, As-Sami’ dan Al-Bashir. sudah mencapai ketuntasan secara klasikal. Adapun Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Siklus II dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini:

(8)

Gambar 3. Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Siklus II

Refleksi Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dalam materi memahami makna Asmaul husna Al-Alim, Al-Khabir, As-Sami’ dan Al- Bashir pada siklus II telah terlaksana secara optimal. Hal tersebut dapat diketahui dengan memperhatikan semua siswa sudah terbiasa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Seluruh siswa dapat menjaga kekompakan dan kerjasama seluruh anggota kelompok pada proses pembelajaran. Hal itu juga dapat dibuktikan dengan hasil tes pada akhir siklus II yang mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil tes siklus I.

Upaya perbaikan pada siklus II secara umum dapat dikatakan berhasil karena kriteria keberhasilan pada penelitian ini yaitu Pada siklus II ini terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan ketuntasan belajar 87,50%, sudah mencapai ketuntasan secara klasikal yaitu 85%.

Tabel 4

Hasil Belajar Siswa Siklus I, Siklus II No Keterangan Tuntas Persentase Tidak

Tuntas

Persentase Rata-Rata Nilai

1 Siklus I 17 70,83% 7 29,16% 69,58%

2 Siklus II 21 87,50% 3 12,50% 74,58%

Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II. hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar siswa sebanyak 17 dari 24 siswa dinyatakan tuntas dan 7 siswa dinyatakan belum tuntas sehingga persentase ketuntasan pada siklus I sebesar 70,83% dan nilai rata-rata kelas sebesar 69,58. Berdasarkan hasil pengamatan, siswa terlihat senang dan antusias mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Sedangkan hasil penelitian pada siklus II menunjukkan adanya kenaikan hasil belajar siswa. Jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I maka hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 21 siswa dan 3 siswa belum tuntas sehingga persentase ketuntasan pada siklus II sebesar 87,50% dan nilai rata-rata kelas mencapai 74,58. Berdasarkan uraian diatas, dapat di simpulkan bahwa keaktifan siswa sesudah pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) mengalami perubahan yang tadinya rendah menjadi baik.

Penggunaan project Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan pembelajaran, dimana saat pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

(9)

model Problem Based Learning (PBL) terdapat hasil yang signifikan saat pengerjaan soal memahami makna Asmaul husna Al-Alim, Al-Khabir, As- Sami’ dan Al-Bashir, dari setiap kelompok dapat menjawab soal tersebut dan ketika kurang paham aktif bertanya. Hal ini sejalan dengan (Tanjung, 2021) yang mengemukakan bahwa pemilihan model pembelajaran yang tepat oleh guru dapat mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Adapun Grafik Persentase Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini:

Gambar 4. Grafik Persentase Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada Siklus I dan Siklus II dapat dilihat peningkatan aktivitas pada proses pembelajaran yang diamati, seperti bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat mengerjakan tugas, presentasi dan membuat kesimpulan dalam bentuk kelompok atau berdiskusi memecahkan masalah yang diberikan oleh guru pada saat proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian keaktifan siswa dalam materi memahami makna Asmaul husna Al-Alim, Al-Khabir, As-Sami’ dan Al-Bashir kelas VII SMPN 7 Parenggean, sebelum menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning ketuntasan belajar siswa sebesar 20,83% dan setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning mengalami peningkatan menjadi 74,58%.

Referensi

Adri. (2015). Pengaruh Media Pembelajaran Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar. Jurnal: Of Physical Education and Sports, 4(1), 1–10.

Hanafiah, H. (2022). Penanggulangan Dampak Learning Loss dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran pada Sekolah Menengah Atas. JIIP- Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(6), 1816–1823.

Sanjaya, Wina. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

(10)

Tanjung, R. (2021). Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 4(4), 291–296.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Persentase ketuntasan secara individual meningkat dari 26 siswa yang tuntas pada siklus I, 29 siswa tuntas pada siklus II, dan 31 siswa

Hasil penelitian menunjukkan (1) Persentase ketuntasan individual meningkat pada siklus I 30 siswa tuntas, siklus II 33 siswa tuntas, dan siklus III 35 siswa tuntas

Hasil penelitian membuktikan bahwa (1) Persentase ketuntasan individual meningkat dari 23 siswa yang tuntas pada siklus I, 27 siswa tuntas pada siklus II dan 29 tuntas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Persentase ketuntasan secara individual meningkat dari 17 siswa yang tuntas pada siklus I, dan 23 siswa tuntas pada siklus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Persentase ketuntasan secara individual meningkat dari 14 siswa yang tuntas pada siklus I, 16 siswa tuntas pada siklus II, dan 19 tuntas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persentase ketuntasan secara individual meningkat dari 18 siswa yang tuntas pada siklus I dan 24 siswa tuntas pada siklus II,

Hasil penelitian membuktikan bahwa (1) Persentase ketuntasan individual meningkat dari 17 siswa yang tuntas pada siklus I, 19 siswa tuntas di siklus II, dan 21

Rekap Prestasi Pembelajaran Kimia Pada Siklus II Nilai Jml % Kategori 88 - 100 17 50% Tuntas 75 - 87 15 44,1% Tuntas 67 -74 2 5,9% Tuntas < 67 - - Belum Jumlah 34 100 % Dari hasil