• Tidak ada hasil yang ditemukan

prosiding seminar nasional pembelajaran ipa ke-2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2025

Membagikan "prosiding seminar nasional pembelajaran ipa ke-2"

Copied!
388
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-2 TAHUN 2017

“INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MEWUJUDKAN GENERASI

CERDAS DAN BERBUDI”

Malang, Sabtu 7 Oktober 2017 di Aula FMIPA Universitas Negeri Malang

Jl. Semarang No. 5 Malang

Reviewer:

Dr. Munzil, M.Si Sugiyanto, S.Pd., M.Si

Editor:

Vita Ria Mustikasari, S.Pd., M.Pd

ISBN 978-602-52715-0-2

Penerbit:

Prodi Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5 Gedung O3

Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia, 65145 Telp.: 0341-562-180

Website : http://ipa.fmipa.um.ac.id/

e-mail: [email protected]

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan cara apapun tanpa ijin tertulis dari p

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya terlaksana Seminar Nasional Pembelajaran IPA ke-2 Tahun 2017 oleh Program Studi Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang. Seminar Nasional Pembelajaran IPA ini mengambil tema “Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPA untuk

Mewujudkan Generasi Cerdas dan Berbudi” yang mengkaji bidang Strategi

Pembelajaran IPA, Media Pembelajaran IPA, Assessment Pembelajaran IPA, serta Kajian IPA dan Pembelajarannya.

Seminar ini diadakan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas karya ilmiah dan pengembangan inovasi keilmuan dalam atmosfer perguruan tinggi sebagai

center of knowledge

bagi kalangan tenaga pendidik (dosen dan guru) serta mahasiswa dalam mengimplementasikan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan berbudi. Melalui kegiatan Seminar ini pula diharapkan dapat menyebarluaskan hasil-hasil penelitian di bidang pendidikan IPA serta meningkatkan minat dan potensi penelitian keilmuan bagi kalangan akademisi di lingkungan pendidikan yang lebih luas.

Penyelenggaraan Seminar ini dapat terwujud dengan baik dan lancar berkat dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua peserta dan panitia Seminar. Tak lupa kami sampaikan terima kasih pula kepada pembicara utama serta pimpinan FMIPA Universitas Negeri Malang. Akhir kata, semoga kegiatan Seminar Nasional Pembelajaran IPA ke-2 Tahun 2017 ini memberikan manfaat bagi kemajuan Pendidikan IPA di Indonesia.

Panitia

(4)

SAMBUTAN KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG, 7 OKTOBER 2017

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb

Semoga damai dan sejahtera senatiasa memenuhi ruang kesadaran kita, sehingga meresap dan mewarnai seluruh sendi-sendi kehidupan kita bersama. Ibu, Bapak, dan Saudara hadirin yang berbahagia, pertama-tama saya ucapkan terimakasih dan selamat bergabung dalam acara seminar nasional pembelajaran IPA tahun 2017 di Program Studi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang. Tema seminar kita kali ini adalah Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPA untuk Mewujudkan Generasi Cerdas dan Berbudi.Seminar nasional kita kali ini diikuti oleh kurang lebih 246 orang peserta, yang terdiri dari guru-guru IPA, mahasiswa calon guru IPA baik program S1 maupun S2, serta para ahli dan praktisi pendidikan IPA. Mereka semua bergabung dalam kegiatan kita ini adalah dalam rangka untuk bisa turut serta berbagi permasalahan serta solusi, kreativitas dan inovasi, serta perkembangan kurikulum pembelajaran IPA.

Seminar Nasional Pembelejaran IPA ke-2 Tahun 2018 ini mengambil tema

Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPA untuk Mewujudkan Generasi Cerdas dan Berbudi”.

Tema tersebut selaras dengan hakikat pendidikan dan perwujudan pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Pendidikan yang diterapkan di sekolah juga menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognitif.

Pendidikan dan pembelajaran IPA merupakan satu kesatuan yang utuh sebagai pembangun karakter peserta didik. Pendidikan karakter penting untuk diintegrasikan dalam pembelajaran IPA sebagai konsekuensi dalam mewujudkan generasi yang berkarakter.

Untuk mewujudkan hal tersebut, seminar ini diharapkan menjadi sarana bagi pendidik dan pemerhati pendidikan dalam nemanbah pengetahuan dalam aplikasi integrasi karakter dalam pembelajaran IPA untuk mewujudkan generasi cerdas dan berbudi.

IPA sebagai salah satu cabang ilmu mewarisi dasar-dasar pendidikan IPA yang

meliputi bagaimana metode belajar IPA (epistimologi), apa saja yang dipelajari dalam IPA

(ontologi), dan bagaimana implementasi IPA dalam kehidupan (aksiologi). Pembelajaran

IPA memerlukan kegiatan penyelidikan, baik melalui observasi maupun eksperimen,

sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap

ilmiah. Selain itu, pembelajaran IPA mengembangkan rasa ingin tahu melalui penemuan

berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah. Melalui kerja

ilmiah, peserta didik dilatih untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori

sebagai dasar untuk berpikir kreatif, kritis, analitis, dan divergen. Pembelajaran IPA

(5)

diharapkan dapat membentuk sikap peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka akhirnya menyadari keindahan, keteraturan alam, dan meningkatkan keyakinannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Mudah-mudahan niatan baik dan kesungguhan Ibu, Bapak dan Saudara hadirin dalam seminar nasional ini, bersambut dengan pencerahan dan hasil yang lebih baik, sehingga bisa mengsinspirasi kita untuk lebih memacu dalam menghasilkan karya kreatif dan inovatif demi terwujudnya pembelajaran IPA yang lebih baik dan lebih berkualitas.

Demikian sambutan saya, teriring doa dan harapan semoga Ibu, Bapak, dan Saudara hadirin dapat mengikutinta hingga akhir acara. Selamat berseminar.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Ketua Panitia

(6)

SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-2 TAHUN 2017

“INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MEWUJUDKAN GENERASI CERDAS DAN BERBUDI”

Susunan Panitia Seminar Nasional Pendidikan IPA ke-2 Tahun 2017

Tugas Nama

Penanggung Jawab Dr. Munzil, M.Si

(Koordinator Program Studi) Ketua Sugiyanto, S.Pd., M.Si

Sekretaris Vita Ria Mustikasari, S.Pd., M.Pd Bendahara Erni Yulianti, S.Pd., M.Pd

Anggota: Rodhiallah Mertiarti, Rohmatul Ifani

Sie Review Artikel Dr. Munzil, M.Si

Sie Acara Metri Dian Insani, S.Si., M.Pd

Anggota:Nila Efrida Permatasari, Marta Refila Malik, Dian Febriyati, Ayu Kamala Prakasiwi, Aulia Rosidatul Ilma

Sie Humas Dr. Muhardjito, M.S

Anggota: Aulia Rosidatul Ilma, Oktaviani Dina, Adelia Regita Cahyani

Sie Publikasi dan Konsumsi Safwatun Nida, S.Si., M.Pd

Anggota: Lilis Eka Herdiana, Arini Catur Lina, M. Agung Laksono Gempur, Diana Rahma Ayunita

Sie Perlengkapan Novida Pratiwi, S.Si., M.Si

Anggota: M. Andik Rohmatullah, Zahrotun Nafi’ah, Nurhadi Muhlisin, Moneyta Kurnia

Sie Makalah Vita Ria Mustikasari, S.Pd., M.Pd

Anggota: Muhammad Farras Syauqi, Nunuk

Ika Lestari, Wuni Nila Cahyani

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

... 2

SAMBUTAN KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN IPA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI ... 3 SUSUNAN PANITIA ... 5 PENGARUH

THINKING MAPS

PADA PEMBELAJARAN

INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENGUASAAN KONSEP IPA

Dian Nur Cahyanti, Lia Yuliati, Safwatun Nida ... 12

PENGARUH

THINKING MAPS PADA PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

TERHADAP PENGUASAAN KONSEP IPA

Rahma Amalia Pramudika, Lia Yuliati, Metri Dian Insani ... 21

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

GROUP INVESTIGATION TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA KELAS VIII SMPN 4 MALANG DALAM MENGANALISIS SISTEM PEREDARAN DARAH, GANGGUAN, DAN UPAYA MENJAGA KESEHATAN SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA

Annafi Rhomadhiyana, Metri Dian Insani, Sugiyanto ... 30

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU UNTUK KEGIATAN BELAJAR SISWA MENGANALISIS INTERAKSI ANTARA MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP DINAMIKA POPULASI

Anggraeni Dwi Puspita, Sugiyanto, Metri Dian Insani ... 36

CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN DISCOVERY LEARNING SEBAGAI INOVASI

PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

Dewi Mustikasari, Metri Dian Insani, Sugiyanto ... 41

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IX-C SMPN 2 WINONGAN

Indarijanti ... 46

PENERAPAN

DISCOVERY LEARNING DIPADU METODE SCRAMBLE UNTUK

MENINGKATKAN PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP

Sukmawanti Heriyani ... 54

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN “PERMAINAN MALES” PADA SISWA KELAS IX SMP

Mas Amah ... 60

PENERAPAN GILE (GALI ILMU LEWAT EKSPERIMEN) UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BANGSA DAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP

Yunik Nuramidah ... 66

(8)

PENERAPAN

DISCOVERY LEARNING DIPADU METODE KATA UMPET UNTUK

MENINGKATKAN PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP

Ely Hanifah ... 72

PEMBELAJARAN DENGAN PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GETARAN PADA SISWA KELAS VIII

Wahyulia Diah Arum Trisnawati, Sutopo, dan Erni Yulianti ... 79

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TATA SURYA DI KELAS IX-G SMP NEGERI 1 BEJI

Zunnurin Isnaini ... 87

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PERAN KALOR DALAM MENGUBAH WUJUD ZAT DAN SUHU SUATU BENDA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM, MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

EXAMPLES NON EXAMPLES SISWA KELAS VII B SMP N 1 GONDANGWETAN SEMESTER 1

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Anik Sulistyowati ... 94

UPAYA MENINGKATKAN PENALARAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MATERI GETARAN DAN GELOMBANG PADA SISWA KELAS VIII A MTsN MALANG III DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Nur Faridah ... 110

PENERAPAN

DISCOVERY LEARNING DIPADU MEDIA GAMBAR UNTUK

MENINGKATKAN PENGUATAN KARAKTER DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP

Nur Kholifah ... 114

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII SMPN 7 KEDIRI

Titik Sulistyaningsih... 119

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VII A SMP PAWYATAN DAHA 1 KEDIRI

Emy Rachmawati ... 126

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI ZAT ADITIF DAN ZAT ADIKTIF UNTUK SISWA SMP/MTs KELAS VIII

Kirara Lena Siswanti, Safwatun Nida, dan Sugiyanto... 129

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA MATERI TEKANAN ZAT CAIR UNTUK SISWA SMP KELAS VIII

Vindyastika Inke Rohana, Winarto, Safwatun Nida ... 137

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA BERPENDEKATAN SETS (SCIENCE,

ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, SOCIETY) UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR
(9)

TINGKAT TINGGI DENGAN TEMA TEKANAN PADA SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA UNTUK SISWA SMP/MTS KELAS VIII

Hesa Indraswari K N, Parno, Metri Dian Insani ... 144

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA UNTUK SISWA SMP KELAS VIII

Citra Larasati, Munzil, Novida Pratiwi ... 153

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS

Faudina Permatasari , Winarto, Novida Pratiwi ... 158

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU KELAS VII SMP UNTUK KEGIATAN BELAJAR SISWA MENGANALISIS INTERAKSI ANTARA MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP DINAMIKA POPULASI

Ira Khusnul Romadhoni, Sugiyanto, Novida Pratiwi ... 162

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK KEGIATAN BELAJAR MEMAHAMI GETARAN, GELOMBANG DAN SISTEM SONAR KELAS VIII SMP/MTs

Siti Nofita Sari, Susriyati Mahanal, Vita Ria Mustikasari ... 168

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK SISWA SMP KELAS VII

Lailatul Nuronia, Parno, dan Novida Pratiwi ... 176

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA DENGAN MENGEKSPLISITKAN HAKIKAT SAINS (NOS) DAN BERPIKIR KRITIS PADA TOPIK LAPISAN BUMI

Ella Putri Artifasari, Sri Rahayu, Vita Ria Mustikasari ... 182

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU TEMA SISTEM GERAK MANUSIA DI SMP

Lestiana Devi Safitri, Susilowati, dan Vita Ria Mustikasari ... 188

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DIGITAL PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA UNTUK SISWA SMP KELAS VIII

Arini Roichatul Jannah, Munzil, dan Novida Pratiwi ... 196

METODE PENGEMBANGAN PAKET IPA TERPADU BERBASIS LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VII SMP

Lilik Zuliatul Husna, Supriyono Koes .H, Novida Pratiwi ... 204

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA DENGAN PENDEKATAN SETS (SCIENCE,

ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, SOCIETY) UNTUK SISWA SMP KELAS VII PADA

MATERI ENERGI DALAM SISTEM KEHIDUPAN

Suci Nurhayati, Kadim Masjkur, Safwatun Nida ... 213

PENTINGNYA MENGEKSPLISITKAN

NATURE OF SCIENCE (NOS) DAN

BERPIKIR KRITIS PADA BAHAN AJAR IPA TOPIK SUHU DAN KALOR UNTUK SISWA SMP

Rifka Amilia, Sri Rahayu, dan Erni Yulianti ... 219

(10)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DENGAN MEMUAT NATURE OF SCIENCE (NOS) DAN BERPIKIR KRITIS SECARA EKSPLISIT

Debby Novian Esti Rahardita, Sri Rahayu, Metri Dian Insani ... 224

PENGEMBANGAN PAKET IPA TERPADU BERBASIS

LEARNING CYCLE (LC) 5E

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP/MTs KELAS VII TEMA PEMANASAN GLOBAL

Hana Naqiyya Nada, Supriyono Koes H, Safwatun Nida ... 230

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS ANDROID PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN UNTUK SISWA SMP KELAS VIII

Ervina Mega Silvia, Ibrohim, Safwatun Nida ... 238

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LABORATORIUM UNTUK KEGIATAN SISWA MEMAHAMI TEKANAN ZAT KELAS VIII SMP/ MTs

Adinda, Kadim, Sugiyanto ... 246

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DIGITAL MATERI SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA UNTUK SISWA KELAS IX SMP/MTs

Nurul KhomariLYulizar, Munzil, Susilowati ... 252

MEDIA RESONANSI UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BANGSA DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP

Sri Mixgayanti ... 258

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA BERBASIS SIKLUS BELAJAR 5E BERBANTUAN

MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS SISWA SMP KELAS VII TEMA ENERGI DALAM SISTEM KEHIDUPAN

Ahshaina Ramadhaningtiyas, Arif Hidayat, Novida Pratiwi ... 263

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU BEBRBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA TEMA PEMANASAN GLOBAL UNTUK SISWA SMP/MTs KELAS VII

Ghufron Nur Patriya Krisna, Munzil, dan Erni Yulianti ... 267

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA BERBASIS

LEARNING CYCLE 5E PADA

POKOK BAHASAN KLASIFIKASI MATERI DAN PERUBAHANNYA

Siti Ai’syah, Safwatun Nida, Novida Pratiwi ... 275

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN TES OBJEKTIF

TRUE-FALSE

TENTANG INTERAKSI ANTARA MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGANNYA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP DINAMIKA POPULASI SMP

Ridha Dwi Ma’rufah, Sugiyanto, Vita Ria Mustikasari ... 281

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TENTANG SUHU DAN KALOR

Safitri, Vita Ria Mustikasari, Safwatun Nida ... 289

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH TENTANG TEKANAN

Vita Fatimah, Vita Ria Mustikasari, Metri Dian Insani ... 297

(11)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK

TWO-TIER

UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMP KELAS VIII TENTANG GAYA

Afifah Yuha Isara, Ibrohim, Vita Ria Mustikasari ... 303

PENGEMBANGAN ASESMEN PORTOFOLIO UNTUK MENILAI PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENGANALISIS INTERAKSI ANTARA MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA SERTA DAMPAKNYA PADA DINAMIKA POPULASI

Wahyu Agus Selvianti Jamal, Sugiyanto, Susilowati ... 310

ANALISIS KEBUTUHAN MULTIMEDIA INTERAKTIF

SCIENCE-EDUTAINMENT

PADA TEMA BUMI UNTUK SISWA SMP

Mahmudah, Munzil, dan Erni Yulianti ... 315

PERBEDAAN PENERAPAN PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA

Adelia Chandra W, Metri Dian Insani, Vita Ria Mustikasari ... 320

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)

DAN

DISCOVERY LEARNING (DL)

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

Andina Dewi Rizkia, Metri Dian Insani,Munzil ... 328

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK SISWA SMP KELAS VII

Bintang Prayoga Pradnya, Kadim Masjkur, Susilowati ... 334

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY TERHADAP BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP MATA PELAJARAN IPA

Dian Puji Lestari, Susriyati Mahanal, dan Erni Yulianti ... 340

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS VIII B SMPN 2 WONOREJO KABUPATEN PASURUAN MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

Izatul Laela ... 349

PENGEMBANGAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK

THREE-TIER

UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMP PADA KONSEP CAHAYA

Laili Mufidatu Salamah,Erni Yulianti, Arif Hidayat ... 356

ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN AJAR IPA DIGITAL MATERI LISTRIK STATIS DAN KELISTRIKAN PADA MAKHLUK HIDUP UNTUK SISWA SMP KELAS IX

Nur Fuaidah, Munzil, Erni Yulianti... 361

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MOLLICA (

MOVE, LOOK, LISTEN, AND CAUGHT) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA TEMA LISTRIK

DINAMIS UNTUK MEMFASILITASI PEMAHAMAN SISWA SMP/MTS KELAS IX

Raudatul Jannah, Winarto, dan Erni Yulianti ... 367

PENGARUH

THINKING MAPS PADA PEMBELAJARAN INQUIRY LESSON

TERHADAP PENGUASAAN KONSEP

Yeni Pratiwi, Lia Yuliati, Metri Dian Insani ... 372

(12)

PENGEMBANGAN ANIMASI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA MENGGUNAKAN

MOVIE CLIP DALAM PROGRAM APLIKASI SWISHMAX

UNTUK PEMBELAJARAN IPA

Winarto, Safwatun Nida, Novida Pratiwi ... 380

(13)

PENGARUH THINKING MAPS PADA PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENGUASAAN KONSEP IPA

Dian Nur Cahyanti, Lia Yuliati, Safwatun Nida Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam- Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang, E-mail: [email protected]

Abstrak

Pembelajaran inquiry adalah salah satu pembelajaran yang menekankan pembelajaran bermakna bagi siswa. Model pembelajaran inovatif sangat diperlukan untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. Melalui model pembelajaran interactive demonstration berbantuan thinking maps siswa dapat membangun konsep IPA dengan mengobservasi fenomena kemudian membuat rencana untuk mengumpulkan informasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh thinking maps dalam pembelajaran interactive demonstration terhadap penguasaan konsep IPA siswa kelas VIII SMPN 1 Singosari tahun ajaran 2016-2017 pada materi Tekanan Zat. Desain penelitian yang digunakan adalah posttest-only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Singosari Tahun Ajaran 2016-2017. Sampel yang digunakan adalah kelas VIII-H dan kelas VIII-I. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Teknik analisis data menggunakan uji-t dan Cohen’s d-effect size. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran interactive demonstration berbantuan thinking maps dan interactive demonstration. Hasil uji-t diperoleh hasil thitung (3,00) > ttabel (2,00). Rerata skor posttest yang diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Dengan menggunakan perhitungan Cohen’s d-effect size diperoleh bahwa pengaruh thinking maps pada interactive demonstration berpengaruh terhadap penguasaan konsep siswa.

Kata Kunci: level of inquiry, interactive demonstration, thinking maps, penguasaan konsep IPA PENDAHULUAN

Hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi (Wisudawati & Sulistyowati, 2014:

24). Keempat unsur tersebut diharapkan muncul dalam proses pembelajaran IPA sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh dan menggunakan rasa ingin tahunya untuk memahami fenomena alam (Wisudawati & Sulistyowati, 2014: 24). Proses pembelajaran IPA yang diperoleh di bangku sekolah/kuliah belum menyentuh pada ranah kebermaknaan dan konsep. Berdasarkan fakta yang ada di lapangan, proses pembelajaran IPA masih berorientasi pada hasil (Wisudawati &

Sulistyowati 2014: 4).

Permasalahan besar dalam proses pembelajaran saat ini adalah kurangnya usaha pengembangan berpikir yang menuntun siswa untuk menguasai konsep (Sirait &

Sahyar, 2013). Salah satu materi SMP kelas VIII yang dianggap sulit adalah materi

tekanan zat (Setyorini, dkk. 2015). Menurut Fitriani, dkk (2015) kesulitan siswa dalam memahami dan menganalisis konsep materi tekanan zat karena banyaknya rumus-rumus fisika yang rumit di dalamnya. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu 1) pembelajaran IPA di SMP saat ini lebih cenderung bersifat pembelajaran terpusat pada guru; 2) guru pada umumnya masih berfokus pada penyerapan konten pembelajaran melalui menghafal, bukan melalui proses berpikir dan menganalisis masalah; 3) siswa kurang diajak untuk mengamati gejala fisis IPA dan bereksperimen (Yuliati, 2008).

Berdasarkan pernyataan di atas, pengalaman belajar yang diperoleh siswa di kelas menjadi tidak utuh, tidak tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar serta siswa hanya mempelajari IPA pada domain kognitif terendah sehingga siswa kurang dalam menguasai konsep dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA di

(14)

sekolah hendaknya lebih banyak kegiatan aktif bertindak secara fisik (hands-on activity) seperti eksperimen atau demonstrasi.

Pemilihan model pembelajaran merupakan salah satu solusi untuk membuat siswa terlibat aktif dalam membangun konsep sendiri (Intan, dkk. 2015). Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan pembelajaran belajar bermakna bagi siswa, penguasaan konsep dan pemahaman siswa yang baik adalah dengan pembelajaran inkuiri (Dumbrajs, dkk: 2011). Menurut Yuliati (2008: 6), pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Penelitian ini menggunakan satu tingkatan levels of inquiry yaitu interactive demonstration. Interactive demonstration merupakan sebuah model pembelajaran yang melatih siswa untuk membuat/memprediksi terhadap hasil eksperimen, mengamati, mendiskusikan dan memberi penjelasan terhadap prediksi yang telah dibuat (Zimrot

& Ashkenazi, 2007:197). Berdasarkan penelitian Miller dkk (2013), pembelajaran dengan demonstrasi dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuannya.

Pembelajaran interactive demonstration memberikan kesempatan pada siswa untuk mengamati secara cermat, memberi gambaran secara langsung dan dapat menumbuhkan sikap ilmiah sehingga efektif membuat siswa mengubah konsep yang salah menuju konsep ilmiah yaitu perubahan konsep (Fitriani, dkk. 2015).

Pembelajaran interactive demonstration terbukti lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa (Fitriani, dkk.

2015). Selain itu, demonstrasi merupakan cara terbaik untuk menyampaikan lebih banyak konsep dalam konteks baru (Sethi, 2005).

Model interactive demonstration hendaknya menggunakan perangkat yang dapat memproses kognitif untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa.

Salah satu media yang dapat digunakan adalah thinking maps. Thinking maps adalah salah satu proses berpikir yang digunakan oleh otak (Hyerle & Alper, 2012: 10-11).

Thinking maps menggambarkan bagaimana siswa menghubungkan ide-ide dan konsep,

juga dapat menunjukkan proses berpikir siswa, akibatnya konsep yang dimiliki tertanam dalam pikiran (Long & Carson, 2011). Thinking maps juga dapat membantu memudahkan proses penerapan model interactive demonstration sehingga memudahkan cara belajar.

Levels of inquiry- interactive demonstration adalah model yang dipilih untuk dikolaborasikan dengan thinking maps.

Fungsinya sebagai sarana pembelajaran yang diharapkan dapat mendukung model pembelajaran interactive demonstration untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh terhadap penguasaan konsep siswa. Melalui model pembelajaran interactive demonstration berbantuan thinking maps siswa dapat membangun sendiri konsep pengetahuan ditinjau dari materi dan proses pembelajaran.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah quasy experimental design atau eksperimen semu. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang mengacu pada postest-only control design. Penelitian dilakukan di SMPN 1 Singosari. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-H dan VIII-I SMPN 1 Singosari tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 60 orang.

Instrumen penelitian yang digunakan terdiri atas instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakukan ini meliputi silabus, RPP, dan LKS yang sudah disesuaikan dengan model pembelajaran interactive demonstration kemudian instrumen pengukuran berupa MAPPER, lembar keterlaksanaan pembelajaran, dan soal uraian yang merupakan tes penguasaan konsep sebanyak 15 butir soal.

Teknik analisis data dalam penelitian yakni dengan menguji hipotesis menggunakan uji-t dan cohen’s effect size.

Uji-t digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan penguasaan konsep siswa yang belajar dengan model pembelajaran interactive demonstration berbantuan thinking maps dan interactive demonstration di SMPN 1 Singosari. Selanjutnya dilakukan uji lanjut dan Cohen’s d-effect size (Becker, 2002) untuk mengetahui apakah thinking

(15)

maps berpengaruh dan besar pengaruh thinking maps pada pembelajaran interactive demonstration terhadap penguasaan konsep siswa. Namun terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov (Suliyanto, 2014) dan uji homogenitas menggunakan uji Harley (Sugiyono, 2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil perhitungan analisis uji-t penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisis Uji-t Penguasaan Konsep Siswa Kelas Eksperiman dan Kelas Kontrol

Kelas N Xrata- rata

Sd thit ung

ttab el Eksperi

men

30 81,73 7,74 3,00 2,00

Kontrol 30 73,23 10,32

Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil uji-t data posttest penguasaan konsep siswa bahwa nilai thitung = 3,00> ttabel = 2,00, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau “terdapat perbedaan penguasaan konsep siswa yang belajar dengan model pembelajaran interactive demonstration berbantuan thinking maps dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran interactive demonstration di SMPN 1 Singosari”. Jika terdapat perbedaan penguasaan konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol akan diuji lanjut, sedangkan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa akan dianalisis menggunakan Cohen’s d-effect size.

Uji lanjut dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh signifikan antara skor dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji lanjut didasarkan pada nilai rata- rata dari hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari Tabel 1 diketahui bahwa Rerata eksperimen = 81,73 > Rerata control = 73,23 artinya terdapat pengaruh penguasaan konsep siswa yang belajar dengan model pembelajaran interactive demonstration berbantuan thinking maps dan interactive demonstration di SMPN 1 Singosari.

Cohen’s d-effect size dihitung dengan mengurangkan rata-rata dari posttest

dan membaginya dengan standar deviasi data tersebut. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Cohen’s d-effect size sebesar 0,94.

Interprestasi dari nilai Cohen’s d-effect size adalah tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh thinking maps pada pembelajaran interactive demonstration terhadap penguasaan konsep IPA siswa.

Pada pembelajaran interactive demonstration berbantuan thinking maps di awal pembelajaran siswa diminta untuk membuat thinking maps berdasarkan pengetahuan awal siswa. Pada akhir pembelajaran, siswa diminta untuk membuat thinking maps dengan kemampuan dan sesuai kreasi sendiri. Untuk jenis thinking maps yang dibuat disesuaikan dengan karakteristik materi.

Berdasarkan 5 pertemuan, terkumpul thinking maps sebanyak 166. Berikut merupakan sebaran thinking maps yang dibuat oleh siswa dalam bentuk diagram pie pada Gambar 1.

Gambar 1. SebaranThinking Maps Siswa Berdasarkan hasil sebaran thinking maps yang telah dibuat, terlihat 46% siswa memilih circle map dimungkinkan karena circle map adalah bentuk yang paling sederhana dan yang sering digunakan guru untuk memetakan dan merencanakan pembelajaran di kelas. Sebanyak 31% siswa membuat thinking maps jenis bubble map, dan terdapat 1 jenis thinking maps yang tidak dipilih oleh siswa yaitu brige map.

Berdasarkan hasil analisis thinking maps yang dibuat oleh siswa, hampir sebagian hasil thinking maps tidak diberi kerangka referensi yaitu kotak yang melingkupi daerah gambar thinking maps.

(16)

Beberapa siswa ternyata ada yang salah menuliskan konsep fisika dalam thinking maps buatan siswa. Contoh kesalahan konsep thinking maps ditunjukkan seperti Gambar 4.

Gambar 4. Kesalahan Konsep Siswa Materi Osmosis

Thinking maps yang dibuat oleh siswa pada tingkat C2 masih menggunakan satu jenis thinking maps yang biasanya digunakan oleh guru dan tidak ada pengembangan konsep dari pengetahuan yang didapatkan. Gambar 2 (sisi kanan) memperlihatkan jenis circle maps yang dibuat oleh siswa. Informasi yang ditulis merupakan informasi yang disampaikan oleh guru dan masih belum ada informasi baru yang ditampilkan. Informasi yang dituliskan masih belum terorganisir, dan terdapat informasi yang tidak relevan.

Gambar 2. Thinking Maps yang Ditampilkan Guru (sisi kiri) dan siswa (sisi kanan)

Thinking maps yang dibuat oleh siswa pada tingkat C3 mampu membuat lebih dari dua thinking maps yang berbeda dan terdapat pengembangan konsep umum dari pengetahuan yang didapat meskipun tidak terlalu kompleks. Gambar 3, memperlihatkan jenis bubble maps yang dibuat oleh siswa.

Informasi yang dituliskan merupakan pengembangan dari informasi yang diberikan oleh guru. Siswa mampu menyajikan thinking maps yang berbeda dengan guru dan mengembangkannya seperti menuliskan secara rinci rumusan-rumusan pada konsep tekanan hidrostatis.

Gambar 3. Bubble Maps yang Dibuat Siswa C3

Thinking maps yang dibuat oleh siswa pada tingkat C4 mampu membuat thinking maps yang berbeda tiap pertemuan dan telah mengembangkan konsep umum dari pengetahuan menjadi konsep khusus yang lebih rinci. siswa mampu untuk membuat thinking maps yang berbeda-beda di setiap subbabnya, mulai dari circle map, brace map, bubble map, tree map, dan multi flow-map. Penggunaan thinking maps sebagai alat pembelajaran meningkatkan penguasaan konsep siswa. Hal ini terbukti dengan nilai yang diperoleh oleh siswa nomor 1, 5, 10, 11, 19, 27, 28 berturut turut mendapatkan nilai 87, 90, 92, 96, 90, 90 dan 85 siswa yang tergolong bagus dan diatas KKM. Berdasarkan hasil analisis M.A.PP.E.R , thinking maps yang dibuat siswa pada tingkatan C2 sebesar 13,3%, tingkatan C3 sebesar 63,3%, dan tingkatan C4 sebesar 23,3% siswa.

Pembahasan

Tahap awal Levels of Inquiry- interactive demonstration berbantuan thinking maps guru menampilkan contoh thinking maps yang berhubungan dengan materi, guna mengetahui pemahaman awal siswa sebelum menerima materi pembelajaran. Setelah itu tahap observation yakni, siswa diminta untuk mengamati kegiatan apersepsi yang disajikan oleh guru baik berupa demonstrasi, video atau fenomena. Interactive demonstration secara umum berisi manipulasi (demonstrasi) yang

(17)

dilakukan oleh guru dengan menggunakan alat peraga, kemudian guru mengajukan pertanyaan untuk menyelidiki tentang apa yang akan terjadi, bagaimana atau mengapa sesuatu dapat terjadi (Wenning, 2010). Pada kegiatan ini siswa diminta untuk mendeskripsikan apersepsi yang diamatinya baik secara tertulis maupun lisan.

Pada kegiatan observation, siswa diminta memberi pertanyaan untuk diarahkan ke kegiatan penyelidikan. Pertanyaan yang diberikan dapat berupa pertanyaan yang memiliki jawaban “ya” dan “tidak”. Awalnya siswa merasa kesulitan dalam membuat pertanyaan. Setelah beberapa pertemuan siswa belajar bahwa pertanyaan yang dibuat berasarkan pengamatan demonstrasi.

Menurut Yuliati (2008) dalam belajar konstruktivisme, siswa belajar secara aktif membangun makna dan pemahamannya secara langsung melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan belajar.

Tahap kedua yakni manipulation, siswa membuat prediksi dengan bantuan pertanyaan yang siswa ajukan kemudian membuktikan prediksi dengan percobaan.

Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk memudahkan siswa dalam pemecahan masalah dan menghubungkan hipotesis pada data yang ada untuk memeriksa apakah hipotesis diterima. Tahap ketiga yakni generalization, siswa membangun prinsip atau hukum baru yang dibutuhkan berdasarkan demonstrasi yang diamati. Siswa mendiskusikan dengan kelompok untuk ditulis dalam LKS, membuat kesimpulan.

Kemudian siswa memberikan penjelasan dengan melakukan presentasi yang logis dari demonstrasi yang dibahas.

Tahap keempat yakni verification, siswa membandingkan prediksi yang telah dibuat dengan hasil demonstrasi, guru mendemonstrasikan ulang percobaan guna memberikan penguatan materi pada siswa.

Tahap kelima yakni application, siswa menjawab pertanyaan aplikasi yang tertera di dalam LKS mengenai contoh aplikasi materi dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini, diakhir pembelajaran guru membagikan thinking maps yang telah dikerjakan siswa di awal untuk diperbaiki. Pada bagian kegiatan penutup pembelajaran siswa bersama guru membuat kesimpulkan berdasarkan materi yang telah diterima.

Secara keseluruhan, proses pembelajaran Loi-interactive demonstration berbantuan thinking maps dan Loi-interactive demonstration tanpa thinking maps pada materi tekanan zat sudah terlaksana dengan baik. Keterlaksanaan pembelajaran tersebut ditunjukkan oleh hasil lembar keterlaksanaan pembelajaran mencapai 94% pada Loi- interactive demonstration berbantuan thinking maps dan 93% pada Loi-interactive demonstration tanpa thinking maps. Hasil perhitungan keterlaksanaan pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan baik di kelas eksperimen maupun kontrol sesuai dengan RPP yang dibuat.

Penggunaan thinking maps sangat berpengaruh dalam pembelajaran IPA. Siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran IPA. Siswa lebih mudah memahami dan menghubungkan konsep-konsep yang dipelajari. Berdasarkan indikator pembelajaran yang dibuat oleh peneliti, semua jenis thinking maps dapat digunakan untuk menuangkan ide –ide pemikiran karena thinking maps merupakan peta pemikiran tanpa batas (Hyerle, 2012). Berdasarkan sebaran thinking maps, terdapat 7 jenis peta pemikiran yang dibuat siswa yakni circle map, bubble map, doubel bubble maps, tree map, brace map, flow map, dan muti flow map. Semua siswa tidak membuat bridge map. Berdasarkan indikator pembelajaran yang disusun jenis thinking maps yang paling dominan digunakan adalah jenis peta lingakaran (circle maps) dan peta jenis gelembung (bubble maps). Hasil thinking maps siswa relevan dengan indikator pembelajaran yang disusun oleh guru serta dengan karakteristik thinking maps itu sendiri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan loi-interactive demonstration berbantuan thinking maps berpengaruh signifikan terhadap penguasaan konsep siswa. Dari hasil analisis uji hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung

= 3,00 > ttabel= 2,00 dengan nilai signifikasi sebesar 0,05. Artinya ada perbedaan penguasaan konsep siswa yang belajar dengan model pembelajaran interactive demonstration berbantuan thinking maps dan interactive demonstration.

(18)

Berdasarkan hasil posttest siswa kedua kelas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara model pembelajaran loi- interactive demonstration yang diintergrasikan dengan thinking maps terhadap penguasaan konsep siswa. Dilihat dari rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa kelas kontrol.

Hasil perhitungan menggunakan Ms.Excel didapatkan nilai Cohen’s d-effect size (d) sebesar 0,94 dengan interpretasi tinggi, itu artinya pengaruh thinking maps pada pembelajaran interactive demonstration terhadap penguasaan konsep adalah tinggi.

Penelitian Mona & Khalik menunjukkan peta pikiran adalah cara yang sangat berguna untuk membatu siswa agar lebih mudah membangun pemahaman konten konseptual dan meningkatkan prestasi (Long

& Carlson, 2011). Thinking maps

memungkinkan siswa untuk

mengekspresikan pemikiran dan gagasan mereka secara umum, sehingga guru dapat melihat representasi grafis dari proses berpikir siswa (Holzman, 2005). Penggunaan peta pemikiran akan melatih kemampuan kognitif dan metakognisi siswa dalam pembelajaran penemuan dan akan menumbuhkan sikap ilmiah. Oleh karena itu, ditemukan interaksi antara model interactive demonstration berbantuan thinking maps terhadap penguasaan konsep siswa.

Penguasaan konsep siswa rata-rata berada pada tingkat C3. Hal ini berarti bahwa kelas 8I telah mampu mengerjakan tugas dengan baik serta telah menunjukkan pemahaman dasar tentang konten dan informasi yang disampaikan oleh guru (Long

& Carlson, 2011). Kemampuan ini ditunjukkan siswa melalui thinking maps yang dibuat. Jenis yang banyak digunakan oleh siswa C3 yaitu bubble map dan circle maps. Hampir seluruh siswa memilih circle maps untuk menuliskan kembali materi yang diterimanya. Sesuai dengan karakteristik circle maps yaitu menjelaskan detail suatu konsep utama secara luas (Hyerle, 2012: 38).

Menurut Hyerle (2012: 38), siswa lebih banyak memilih jenis circle maps, dikarenakan siswa memikirkan tentang gambaran besar dan menggunakan beragam bentuk kognisi. Pada tingkat dasar, siswa menggunakan otak secara keseluruhan tentang konteks yang dipelajari.

Thinking maps jenis bubble map, menunjukkan bahwa pemikiran siswa masih memiliki pemikiran yang sederhana yaitu menunjukkan karakteristik pada suatu konsep (Hyerle, 2012). Bubble map yang dibuat siswa merespon pemikiran secara emosional.

Kegunaan sebenarnya dari peta gelembung mencakup hubungan emosional karena siswa membuat sendiri materi, membuat hubungan pribadi ketika mereka berinteraksi dengan materi itu, dan akan mampu mengingat informasi itu kelak (Hyerle, 2012: 30).

Hubungan ke emosi meningkatkan memori jangka panjang sehingga siswa dapat menunjukkan pemahaman yang baik sesuai tingkat C3 (Hyerle, 2012).

Hasil penguasaan konsep siswa yang masih dalam tingkatan C2 menunjukkan tingkat pemahaman konsep yang sederhana atau upaya belajar yang kurang (Hyerle, 2012).Siswa yang memiliki tingkatan penguasaan konsep IPA atau pola berpikir pada tingkat C2 hanya membuat satu jenis model thinking maps yaitu circle maps.

Siswa yang memiliki penguasaan konsep fisika C2 dalam membuat thinking maps menunjukkan informasi yang diulang (hafalan), informasi yang tidak terorganisir, dan tidak relevan serta poin-poin yang meragukan.

Siswa yang menunjukkan penguasaan konsep fisika pada tingkatan C3 berarti mampu mengerjakan tugas dengan baik dan mampu menunjukkan pemahaman dasar tentang konten dan informasi (Hyerle, 2012). Pada tingkatan ini siswa mulai menunjukkan variasi dalam pemilihan jenis thinking maps. Informasi yang dituliskan merupakan pengembangan dari informasi yang diberikan oleh guru. Terdapat beberapa informasi yang tidak relevan dan poin-poin meragukan. Siswa nomor 7, 14, 15, 18, 20, 22, 23, dan 26 dapat menjawab soal hingga tingkatan C3. Siswa dapat menerapkan persamaan tekanan hidrostatis, hukum Archimedes, dan hukum Pascal. Beberapa dari mereka daat menjawab sebagian soal tipe C4, namun informasi yang diberikan masih meragukan. Siswa dengan tingkatan

C3 dapat menjalankan,

mengimplementasikan prosedur yang dipelajarinya (Anderson & Krathwohl, 2002).

Siswa yang menunjukkan penguasaan konsep fisika pada tingkatan C4

(19)

telah aktif dalam kegiatan berpikir tentang konten dan mulai terintegrasi, serta telah mampu memunculkan ide-ide baru (Hyerle, 2012). Selain itu, siswa juga mampu menunjukkan kemampuan menganalisis yang baikdengan menambahkan ide-ide baru pada thinking maps jenis multi flow maps, brace maps, dan tree maps yang dibuatnya. Siswa nomor 1, 6, 10, 11, 19, 27 dan 28 dapat menjawab soal dengan tingkatan C4. Siswa tersebut dapat menganalisis bagaimana cara air dapat masuk sampai ke daun pada sistem transportasi tumbuhan, menganalisis faktor besarnya tekanan hidrostatis, dan menganalisis penerapan hukum Archimedes dalam kehidupan sehari-hari.

Pada tingkatan C4 siswa mampu membuat thinking maps dengan model brace map untuk menggambarkan hubungan keseluruhan-bagian dan bagian-subbabnya pada sub materi transportasi tumbuhan.

Selain itu siswa juga mampu menunjukkan kemampuan menganalisis yang baik dengan menambahkan ide-ide baru yang relevan pada thinking maps jenis tree maps dan multi flow maps. Peta aliran atau urutan(multi flow maps) adalah cara berpikir yang baik untuk menemukan informasi (Gallagher, 2011).

Pembelajaran interactive demonstration berpengaruh terhadap perubahan konsep siswa kelas VIII SMP 14 Palu materi tekanan zat cair (Fitriani, dkk, 2015). Penelitian tentang thinking maps yang dilakukan oleh Puspitasari dkk (2014) menyimpulkan bahwa thinking maps memudahkan siswa dalam belajar khususnya penggunaan thinking maps dalam merangkum materi. Thinking maps sangat berpengaruh positif terhadap pola kemampuan berpikir dan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran metakognisi berbantuan thinking maps (Puspitasari, dkk, 2014).

Penelitian Long & Carlson (2011) tentang thinking maps menunjukkan bahwa ada pengaruh thinking maps terhadap penguasaan konsep siswa, karena dengan menggunakan thinking maps siswa diajarkan untuk berpikir secara kritis terhadap ilmu yang dipelajari sehingga kemampuan mereka dalam memecahkan masalah meningkat.

Thinking maps memungkinkan siswa untuk membuat catatan yang jelas dan ringkas, sehingga mereka mendapatkan pemahaman

yang lebih dalam tentang konsep yang disajikan (Long & Carlson, 2011).

Pembelajaran LoI-interactive demonstration dengan thinking maps berpusat pada siswa. Siswa diminta untuk memprediksi, mengamati dan membahas hasilnya (Zimrot & Ashkenazi, 2007).

Menurut Long & Carlson (2011), thinking maps dapat digunakan siswa untuk menghubungkan informasi materi sebelum mempelajarinya dan menghubungkan suatu konsep sehingga dapat membantu siswa memeperbaiki dan meningkatkan penguasaan konsep. Pemberian thinking maps selama pembelajaran memfasilitasi siswa dalam mengembangkan pikiran. Selain itu, thinking maps mengajak siswa untuk menuangkan konsep yang dipelajari kedalam bentuk yang berbeda. Hal ini membuat siswa lebih mengingat konsep yang dipelajari (Hyerle, 2012). Dengan demikian LoI-interactive demonstration dengan thinking maps dapat melatih penguasaan konsep siswa.

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, terdapat pengaruh thinking maps pada model pembelajaran interactive demonstration terhadap penguasaan konsep siswa di SMPN 1 Singosari pada materi tekanan zat. Besar pengaruh thinking maps dianalisis dengan menggunakan Cohen’s d-effect size, dan didapatkan nilai d sebesar 0,94 dengan interpretasi tinggi. Penguasaan konsep siswa kelas VIII SMPN 1 Singosari tahun ajaran 2016-2017 dengan pembelajaran menggunakan model interactive demonstration berbantuan thinking maps berbeda dibandingkan model interactive demonstration tanpa thinking maps. Hal tersebut ditunjukkan oleh rerata skor posttest yang diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol setelah diberi perlakuan yang berbeda.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, perlu pengoptimalan penggunaan thinking maps dalam kegiatan pembelajaran, tidak hanya membuat thinking maps di awal dan di akhir pembelajaran.

Thinking maps dapat dimasukkan dalam setiap sintaks interactive demontration,

(20)

seperti pada sintaks manipulation dan verification, sehingga siswa dapat menulis hasil percobaan dan mempresentasikan hasil diskusinya dalam bentuk thinking maps.

Selain itu Thinking maps yang ditampilkan di awal pembelajaran harus lebih variatif.

DAFTAR RUJUKAN

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. 2002.

A Revision of Bloom's Taxonomy: An Overview. Vol (41), No (4): 212-218, (http://dx.doi.org/10.1207/s15430421ti p4104_2), diakses 16 Mei 2017

Becker, L. 2000. Effect Size (ES), (Online), (http://www.bwgriffin.com/gsu/course s/edur9131/content/EffectSizeBecker.p df), diakses 02 Mei 2017

Dahar, R. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta:

Erlangga

Dumbrajs, S., Helin, P., Karkkainen, H dan Keinonen, T. 2011. Toward Meaningful Learning Through Inquiry.

Eurasian Journal Physichs Chemistry Education, Vol 3(1): 39-50

Fitriani,. Mansyur, J,. Ali, M,. 2015.

Pengaruh Interactive Demonstration terhadap Perubahan Konsep Siswa tentang Tekanan Zat Cair pada Kelas VIII SMP Negeri 14 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol(3) No (3) :17-23, diakses 01 November 2016

Ghallagher, M.L. 2011. Using Thinking Map to facilitate Research Writing in Upper Level Undergraduateds Classes.

Journal of Family and Sciences Education, 29 (2): 53-56

Holzman, Stefanie, 2005. Thinking Maps:

Strategy-Based Learning for English Language Learners (and Others!).

Santa Rosa: Sonoma County

Hyerle, D.N & Alper, L. 2012. Peta pemikiran. Jakarta: PT Indeks

Intan, A., Wartono,. Sulur,. 2015.

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning dan Interactive Demonstration.Jurnal Online Fisika.

FMIPA: Universitas Negeri Malang

Long, D., dan Carlson, D. 2011. Mind The Map: How Thinking Map Affect Student Achievement. Networks, vol 2, no. 13, 2011, pp. 1-7.

Miller, K,. Nathaniel L,.Kelvin C,. Eric Mazur,. 2013. Role of Physics Lecture Demonstration in Conceptual

Learning. Journal of

PhysicsTeacherEducationOnline, 9 (2):

1-5.

Puspitasari, R.P, Yuliati, L. & Kusairi, S.

2014. Keterkaitan antara Pola Keterampilan Berpikir dengan Penguasaan Konsep pada Pembelajaran Stategi Metakognisi Berbantuan Thinking Maps.

Indonesian Journal Of Applied Physics, (online), 4(2) : 142

Sirait, R dan Sahyar. 2013. Analisis Penguasaan Konsep Awal Fisika dan Hasil Belajar Fisika pada Pembelajaran Menggunakan Model Inquiry Training pada Materi Listrik Dinamis. Jurnal OnlinePendidikan Fisika, 2 (1).

Medan: Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Sethi, R,. 2005. Using virtual laboratories and online instruction to enhance physics education.Journal of PhysicsTeacherEducationOnline, 2(3):

22-26.

Setyorini, E,. Karyanto, P,. Masykuri M,.

2015. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Model Inkuiri Terbimbing dengan Tema Tekanan Zat Alir dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-Hari untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP/ Mts. Jurnal Inkuiri, (Online), Vol(4) No (4): 1-9, (http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/s ains), diakses 08 September 2016 Sugiyono. 2016. Metode Penelitian

Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung:

Alfabeta.

Suliyanto, 2014. Statistika Non Parametik.

Yogyakarta. CV ANDI OFFSET Wisudawati, A.W. &Sulistyowati, E.

2015.Metodologi Pembelajaran IPA.

Jakarta: Bumi Aksara.

(21)

Yuliati, L.2008. Model-model Pembelajaran Fisika “Teori dan Praktek”. Malang:

LP3 Universitas Negeri Malang.

Zimrot, R. & Ashkenazi, G. 2007. Interactive Lecture Demonstrations: A Tool for Exploring and Enhancing Conceptual Change.Chemistry Education Research and Practice, (Online),8 (2): 197-211

(22)

PENGARUH THINKING MAPS PADA PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP IPA

Rahma Amalia Pramudika, Lia Yuliati, Metri Dian Insani Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Malang

e-mail: [email protected]; [email protected]; [email protected] Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh thinking maps pada pembelajaran discovery learning terhadap penguasaan konsep IPA siswa SMPN 1 Singosari tahun pelajaran 2016-2017.

Desain penelitian yang digunakan adalah posttest-only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa VIII SMPN 1 Singosari tahun pelajaran 2016-2017. Sampel yang digunakan adalah kelas VIII-A dan kelas VIII-D. Teknik pengambilan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Pada kelas eksperimen yaitu siswa yang belajar dengan discovery learning berbantuan thinking maps sedangkan pada kelas kontrol siswa belajar dengan discovery learning tanpa thinking maps. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t, uji lanjut, dan cohen’s d effect size. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep siswa kelas VIII yang belajar dengan model pembelajaran discovery learning berbantuan thinking maps dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran discovery learning tanpa thinking maps. Hasil uji-t diperoleh hasil thitung(5,70) > ttabel (1,67). Rata-rata nilai posttest yang diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai d sebesar 1,5 dengan interpretasi tinggi, artinya pengaruh thinking maps pada pembelajaran discovery learning terhadap penguasaan konsep adalah tinggi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa model pembelajaran discovery learning berpengaruh terhadap penguasaan konsep IPA.

Kata kunci: thinking maps, discovery learning, penguasaan konsep PENDAHULUAN

Pembelajaran IPA merupakan instruksi yang bertujuan untuk mengarahkan siswa dalam mengembangkan pemahaman secara epistemologis tentang pengetahuan IPA dan hakikat IPA (Khalick, 2013).

Pembelajaran IPA seharusnya dilaksanakan dengan melibatkan empat unsur yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi (Yuliati, 2008:

4). IPA tidak hanya berupa kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan (Yuliati, 2008: 3).

Keempat unsur tersebut diharapkan muncul dalam proses pembelajaran IPA sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh dan menggunakan rasa ingin tahunya untuk memahami fenomena alam (Wisudawati & Sulistyowati, 2014: 24). Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung supaya memperoleh pemahaman dan pengalaman tentang alam sekitar.

Pembelajaran IPA seharusnya dilakukan

dengan penyelidikan untuk mencapai pembelajaran yang efektif (Wenning, 2005).

Berdasarkan hasil observasi di salah satu SMP Negeri di Kota Malang, menunjukkan proses pembelajaran IPA terkadang masih berpusat pada guru, siswa hanya menghapal materi bukan melalui proses berpikir dan menganalisis masalah, selain itu siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran, dan guru hanya berfokus pada hasil belajar sebagai indikator ketuntasan belajar, terkadang siswa hanya belajar dengan mengandalkan catatan dari guru. Hal itu berakibat pada hasil belajar siswa yang kurang optimal karena penguasaan konsep siswa yang rendah.

Penguasaan konsep dalam mata pelajaran IPA SMP menjadi kompetensi yang penting dicapai oleh siswa. Pembelajaran yang dilakukan pada materi IPA hendaknya meningkatkan penguasaan konsep siswa. Hal ini penting karena diharapkan siswa dapat mengaplikasikan konsep yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.

Penguasaan konsep dalam pelajaran IPA

(23)

merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep IPA setelah proses pembelajaran.

Sesuai dengan kurikulum 2013 salah satu model pembelajaran adalah pembelajaran inkuiri ilmiah (scientific inquiry). Pembelajaran yang mengutamakan keterlibatan siswa dalam membangun pengetahuannya dapat dilaksanakan dengan mengikuti model pembelajaran inkuiri/penyelidikan (Hermawati, 2012).

Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang dicapai melalui proses pencarian informasi, pengetahuan, kebenaran, dan pertanyaan (Yuliati, 2008). Strategi pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan kegiatan belajar secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Anggareni dkk, 2013). Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk membantu siswa memperoleh pemahaman yang mendalam tentang alam sekitar, menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup (Yuliati, 2008: 6).

Model pembelajaran yang dibutuhkan untuk mewujudkan peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar yaitu model yang mengubah peran guru dari seorang pembimbing dan pengajar menjadi fasilitator belajar siswa. Model pembelajaran discovery mengajarkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (Wenning, 2006).

Penerapan model pembelajaran discovery learning lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa SMA (Pamungkas, 2014).

Penggunaan discovery learning bertujuan untuk mengubah kondisi belajar siswa yang pasif menjadi aktif dan kreatif sehingga siswa menemukan informasi sendiri. Menurut Sadia (2014), siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan siswa menemukan konsep dan prinsip sendiri.

Menurut Wenning (2011) pembelajaran inkuiri terdiri atas enam tingkatan yaitu discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry labs (guided, bounded, dan free), real-world application dan hypothetical inquiry yang semuanya ada pada levels of inquiry. Tingkatan tersebut dipadukan dengan tahapan pembelajaran yang sistematis mulai dari obseration, manipulation, generalization, verification, dan application (Wenning, 2012).

Model pembelajaran discovery learning adalah model pembelajaran yang memiliki tingkatan paling rendah atau dasar pada levels of inquiry (Wenning, 2005).

Tujuan dari discovery learning bukan menemukan aplikasi untuk pengetahuan, tapi lebih kepada membangun pengetahuan dari pengalaman (Wenning, 2005). Model pembelajaran ini memiliki tingkat intelektual paling rendah dan kontrol dari guru sangat tinggi dibandingkan model pembelajaran lain dari levels of inquiry.

Model pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu proses belajar mengajar, guru memperkenalkan siswanya untuk menemukan sendiri, mencari sendiri, menyelidiki sendiri konsep dan prinsip dari pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku siswa. Model pembelajaran ini menekankan pada pengalaman siswa untuk membantu menemukan suatu proses. Guru memberikan pengalaman dan menggunakan pertanyaan untuk membimbing siswa untuk merumuskan kesimpulan tertentu. Pertanyaan dari siswa difokuskan pada masalah yang dihadapi, sehingga siswa dapat membangun hubungan atau prinsip.

Pada proses penemuan konsep dan prinsip dalam kegiatan pembelajaran IPA diperlukan media pembelajaran yang bias menuntun siswa. Salah satunya adalah dengan menggunakan pola thinking maps sebagai metode pencatatan siswa. Thinking maps merupakan media pembelajaran yang dapat digunakan siswa dalam mengungkapkan pikiran ide-ide mereka (Holzman, 2005). Ghallagher (2011) menyatakan bahwa thinking maps adalah alat yang menghubungkan proses berpikir untuk menolong siswa mengatur pola dan dalam jangka panjang membantu siswa untuk

(24)

membaca, menulis dan berpikir lebih baik.

Thinking maps adalah cara yang sangat berguna untuk membantu siswa agar lebih mudah membangun pemahaman konten konseptual dan meningkatkan prestasi belajar (Long & Carlson, 2011).

Pembelajaran discovery learning berbantuan thinking maps merupakan model pembelajaran inovatif yang menggabungkan proses aktif siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri dengan bantuan bahasa pola yaitu pemetaan pemikiran.

Dengan menggunakan thinking maps siswa lebih paham dengan materi yang sudah diajarkan karena siswa langsung memetakan apa yang sudah dipelajari (Hyerle, 2012).

Amalia (2013) menyatakan pemetaan pikiran menekankan cara mencatat yang efektif untuk membantu meningkatkan pemahaman dan daya ingat. Dikuatkan dengan hasil penelitian Puspitasari (2014) menyatakan bahwa ada keterkaitan pola keterampilan berpikir siswa dengan penguasaan konsep fisika siswa pada pembelajaran dengan strategi metakognisi berbantuan thinking maps.

Model pembelajaran discovery learning berbantuan thinking maps dapat membantu siswa dalam menemukan konsep baru melalui pengamatan, eksperimen, dan diskusi.. Berdasarkan hasil penelitian dan kajian teori yang telah diuraikan, tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh thinking maps pada discovery learning terhadap penguasaan konsep IPA siswa kelas VIII SMPN 1 Singosari Tahun Ajaran 2016-2017 pada materi Tekanan Zat.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experimental design atau eksperimen semu.

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang mengacu pada postest-only control design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A dan VIII-D SMPN 1 Singosari tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 62 orang.

Instrumen penelitian yang digunakan terdiri atas instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen penelitian ini meliputi silabus, RPP, dan LKS yang

sudah disesuaikan dengan model pembelajaran discovery learning serta lembar keterlaksanaan pembelajaran, kemudian instrumen pengukuran berupa soal uraian yang merupakan tes penguasaan konsep dilakukan dengan caraposttest. Teknik analisis data dalam penelitian pengaruh pembelajaran discovery learning terhadap penguasaan konsep yakni dengan menguji hipotesis menggunakan uji-t, uji lanjut dan cohen’s effect size. Namun terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dan uji homogenitas dengan uji F.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Hasil uji hipotesis dengan analisis menggunakan uji t dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji-t untuk Data Posttest Penguasaan Konsep Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.

Berdasarkan tabel 4 hasil uji hipotesis data penguasaan konsep diperoleh thitung = 5,70 >

ttabel = 1,67 dengan α = 0,05. Dapat

disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima maka terdapat perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning berbantuan thinking maps dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran discovery learning. Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan, kemudian data penguasaan konsep tersebut diuji dengan uji lanjut dan Cohen’s d-effect size yang bertujuan untuk mengetahui apakah thinking maps seberapa besar pengaruh thinking maps pada model pembelajaran discovery learning terhadap penguasaan konsep siswa.

Uji lanjut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara nilai dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji lanjut dilakukan dengan melihat nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilihatdari tabel diatas bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol. Cohen’s d-effect size dihitung dengan mengurangkan

Kelas N Rata-

rata

thitung ttabel

Eksperimen 30 79,37 5,70 1,67 Kontrol 32 65,06

(25)

rata-rata dari postest dan membaginya dengan standar deviasi data tersebut. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Cohen’s d- effect size sebesar 1,5. Interprestasi dari nilai Cohen’s d-effect size adalah tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh thinking maps pada pembelajaran discovery learning terhadap penguasaan konsep siswa.

Pada pembelajaran discovery learning berbantuan thinking maps disetiap awal pembelajaran siswa membuat thinking maps setelah itu thinking maps dikumpulkan.

Disetiap akhir pembelajaran thinking maps yang sudah dibuat akan dibagikan lagi untuk diperbaiki berdasarkan materi yang diajarkan. Pada akhir pembelajaran pada materi tekanan zat siswa membuat thinking maps secara keseluruan berdasarkan sub

materi yang sudah diajarkan. Jenis thinking maps ada delapan, yaitu circle map, tree map, brace map, flow map, multi-flowmap, bubble map, dan bridge map.

Gambar 1.Sebaran Thinking Maps Siswa Siswa membuat thinking maps-nya sendiri dengan pemahaman dan kreasinya sendiri diawal dan diakhir pembelajaran. Untuk jenis thinking maps yang dibuat dibebaskan sesuai dengan pemahaman konsep yang dimiliki siswa dan disesuaikan dengan karakteristik materi serta jumlah thinking maps yang dibuat pun dibebaskan jumlahnya. thinking maps yang banyak dipakai oleh siswa adalah jenis circle map dengan persentase sebesar 78% hampir semua siswa menggunakan jenis tersebut di semua materi karena jenis tersebut adalah jenis yang paling sederhana.

Gamba r 2. Thinking Maps yang dibuat oleh Guru

Gambar 3. Circle Map yang dibuat Siswa Gambar 4. menunjukkan bahwa thinking maps yang sudah dibuat oleh siswa. Thinking maps yang sudah dibuat siswa hanya menunjukkan pemahaman konsep yang sederhana, hanya menambah beberapa ide pada aspek pengertian dan contoh.

Gambar 4. Bubble map yang dibuat Siswa C3

(26)

Gambar 4. Menunjukkan bahwa thinking maps yang telah dibuat siswa pada tingkat C3. Informasi yang disajikan beragam dan konsep umum ditunjukkan secara rinci.

Siswa mampu mengembangkan konsep umum yang didapatkan meskipun tidak kompleks. Siswa menyajikan thinking maps

berbeda dengan guru dan

mengembangkannya seperti menuliskan secara rinci.

Gambar 5. Thinking Maps yang dibuat Siswa C4

Gambar 5. menunjukkan bahwa thinking maps yang telah dibuat siswa pada tingkat C4. Beberapa konsep sudah rinci dan menggunakan beberapa jenis thinking maps.

Rincian thinking maps yang dibuat peserta didik sudah runtut. Siswa mampu membuat thinking maps yang berbeda-beda.

Penggunaan thinking maps sebagai alat bantu pembelajaran meningkatkan penguasaan konsep siswa. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian nilai posttest yang diperoleh salah satu peserta didik yaitu 95 yang tergolong nilai bagus dan di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 80.

Siswa mampu memperbaiki thinking maps yang dibuat sebelum pembelajaran.

Thinking maps yang sudah diperbaiki jauh lebih baik dari thinking maps awal karena konsep yang dituliskan lebih rinci.

Berdasarkan hasil analisis M.A.PP.E.R, thinking maps yang dibuat siswa menunjukkan bahwa siswa pada tingkatan C2 menunjukkan belum menguasai konsep.

Penguasaan konsep yang diperoleh masih sederhana dan upaya belajar masih kurang,

pada tingkatan C3 siswa sudah menunjukkan penguasaan konsep, dan pada tingkatan C4 siswa telah aktif dalam kegiatan berpikir tentang konten dan mulai terintegrasi serta telah mampu memunculkan ide dalam penguasaan konsepnya.

B. Pembahasan

Model pembelajaran discovery learning berbantuan thinking maps diterapkan pada setiap tahapan pembelajaran secara sistematis. Tahapan discovery learning berbantuan thinking maps mencakup observation, manipulation, generalization, verification, dan application (Wenning, 2011). Pelaksanaan discovery learning berbantuan thinking maps yang dilakukan dalam pembelajaran sudah melibatkan peran aktif siswa.

Pada model pembelajaran discovery learning berbantuan thinking maps ada beberapa tahapan, pada tahap awal pembelajaran guru menampilkan thinking maps yang berhubungan dengan submateri yang diajarkan, untuk memudahkan siswa dalam pembuatan thinking maps. Setelah itu siswa diminta untuk membuat thinking maps ses

Gambar

Gambar 2. Thinking Maps yang Ditampilkan  Guru (sisi kiri) dan siswa (sisi kanan)
Tabel 2 Persentase Keterlaksanaan Proses  Pembelajaran  Model  Group  Investigation  dan  Discovery  Learning  yang  Dilakukan  Guru
Tabel 2  Validitas Kelayakan (Kesesuaian)  Program Pembelajaran IPA
Tabel  3  Nilai  Rata-Rata  Hasil  Uji  Kepraktisan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis data yang dijaring yaitu data kualitatif berupa saran/komentar validator dan respon siswa terhadap media, serta data kuantitatif berupa skor isian angket minat,

2 Data Kualitatif Berikut adalah data kualitatif yang peneliti peroleh dari uji coba pada guru matematika kelas IV berupa kritik dan saran yang akan disajikan dalam bentuk tabel

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Model pembelajaran Co-op Co-op memberikan prestasi belajar matematika

Evaluasi performa validasi sama dengan evaluasi performa kalibrasi hanya saja parameter yang sudah terkalibrasi digunakan untuk running model SWAT menggunakan data tahun 2012

Pembelajaran STEM memberikan kesempatan kepada guru untuk menunjukkan kepada siswa mengenai konsep, prinsip, dan teknik sains, teknologi, teknik, dan matematika yang diintegrasikan

1 Data kuantitatif Data kuantitatif validasi yang dilakukan oleh ahli pendidik guru adalah sebagai berikut : Tabel 3.6 Hasil Validasi Ahli Media Kriteria Skor Presentase

Pembahasan hasil kevalidan dan kepraktisan alat peraga pesawat sederhana jenis tuas golongan pertama adalah sebagai berikut: Kevalidan Alat Peraga Validator yang memberikan penilaian

88 Hasil evaluasi dari ahli materi berupa komentar dan saran terhadap pengembangan media E-Torso berbasis aplikasi android materi sistem gerak pada tubuh manusia kelas VIII SMP sebagai