ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap MA
Al-Hikmah Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh IIS SUMAESIH
Hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi yang mengajar di kelas X MA Al-Hikmah Bandar Lampung, diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini dikarenakan guru masih sering menggunakan metode ceramah akibatnya kurang merangsang aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas Xb dan Xc yang dipilih dari populasi secara cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data
iii
Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi (eksperimen = 77.2; kontrol = 71.1). Rata-rata persentase aktivitas siswa semua aspek kelas eksperimen juga menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi (eksperimen = 83.6; kontrol = 63.6). Selain itu, semua siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model pembelajaran Make A Match. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
xiii
B. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Model Pembelajaran... 12
2. Pembelajaran Kooperatif ... 13
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match ... 15
C. Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Aktivitas Belajar... 19
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42
xiv
B. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 61
LAMPIRAN 1. Silabus ... 64
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 73
3. Lembar Kerja Siswa ... 88
4. Kartu Soal dan Jawaban ... 110
5. Soal Pretes dan Postes ... 118
6. Foto-Foto Penelitian ... 131
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud antara lain seperti tujuan untuk mencerdaskan siswa, mengembangkan potensi siswa, dan menghasilkan perubahan yang baik untuk siswa. Tujuan pendidikan dalam pasal 26 ayat 1 disebutkan pendidikan bertujuan untuk meletakkan dasar: (1) kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)
keterampilan untuk hidup mandiri, (6) mengikuti pendidikan lebih lanjut (Pidarta, 2007: 12).
menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007: 3).
Hasil observasi awal di MA Al-Hikmah Bandar Lampung diketahui bahwa pencapaian hasil belajar Biologi untuk materi pokok Keanekaragaman Hayati selama ini masih rendah. Ini ditunjukkan dari nilai rata-rata kelas X untuk materi Keanekaragaman Hayati semester genap tahun pelajaran 2011/2012 adalah 6,0. Rata-rata tersebut belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Standar yang ditentukan sekolah untuk pelajaran biologi adalah ≥70. Rendahnya nilai rata-rata ketuntasan belajar siswa pada materi pokok Keanekaragaman Hayati tersebut diduga karena beberapa masalah dalam pembelajaran diantaranya adalah guru belum pernah menggunakan model-model pembelajaran yang membuat aktivitas belajar siswa menjadi lebih aktif. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran perlu digunakan model pembelajaran yang dapat membuat aktivitas belajar siswa lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang digunakan diharapkan dapat membuat guru tidak lagi menjadi sumber informasi yang menyebabkan aktivitas belajar siswa dalam proses
pembelajaran menjadi pasif dan tidak menguasai materi dengan baik.
kemampuan untuk menggali dan mencari tahu sendiri suatu informasi, sehingga hasil belajar rendah.
Sehingga dibutuhkan solusi model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif Make A Match (membuat pasangan). Model pembelajaran Make A Match adalah model pembelajaran kooperatif yang membagi siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif (cooperative group), selanjutnya setiap anggota kelompok mendapat soal/pertanyaan dan jawaban pada kertas yang berbeda. Teknik belajar mencari pasangan (Make A Match) dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Model ini dapat membangkitkan semangat siswa dengan mengikutsertakan peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran (Irmawati, 2011: 33).
Huda (2011: 135) menyatakan bahwa salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
jawaban diambil kembali, kemudian siswa harus mencocokkan kartu soal dan jawaban mereka. Setelah mereka menemukan pasangan kartu soal dan
jawaban, mereka harus mengemukakan alasan mereka mencocokkan kartu soal dan jawaban tersebut. (Sardiman: 1994).
Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ika Fitriani pendidikan matematika (2012: 42) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa mencapai rata-rata sebesar 78,47. Dalam penelitiannya juga disebutkan bahwa model
pembelajaran Make A Match menghasilkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uraian di atas, penulis akan melakukan penelitian dengan judul
“Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Keanekaragaman Hayati. (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X semester genap MA Al-Hikmah Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Bagaimanakah efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok
Keanekaragaman Hayati?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap aktifitas belajar siswa.
2. Efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Keanekaragaman Hayati.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi guru, sebagai masukan bagi para guru untuk mendesain pembelajaran biologi yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep, sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan.
2. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar berbeda dan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar di kelas.
3. Bagi sekolah, yaitu dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menjaga agar masalah ini lebih terarah dan lebih jelas sehingga tidak terjadi kesalahpahaman, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian yaitu :
1. Efektivitas pembelajaran merupakan ketepatgunaan model pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran ini ditinjau dari aspek hasil tes siswa setelah diterapkan model pembelajaran.
2. Model pembelajaran Make A Match atau mencari pasangan merupakan model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran ini, siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemegang masalah dan pemegang jawaban. Pada pembelajaran Make A Match, siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang mereka dapatkan yang kemudian mereka harus
mencocokkannya dengan jawaban atau soal yang sesuai dengan kartu mereka.
3. Hasil belajar aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni: pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan kreasi.
4. Materi Pokok yang diteliti adalah Keanekaragaman Hayati dengan Standar Kompetensi (SK) memahami manfaat keanekaragaman hayati dan
Kompetensi Dasar (KD) adalah Mengkomunikasikan keanekaragaman hayati Indonesia dan usaha pelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam.
F. Kerangka Pikir
Pelajaran Biologi termasuk salah satu mata pelajaran IPA yang kurang dipahami oleh siswa SMA karena materi Biologi banyak yang bersifat hapalan.
Di MA Al-Hikmah Bandar Lampung nilai Biologi pada materi pokok Keanekaragaman Hayati masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh pembelajaran yang masih menggunakan metode ceramah tanpa memperhatikan aktivitas belajar yang berpusat pada siswanya.
Pembelajaran dengan metode ceramah cenderung berjalan satu arah dari guru ke siswa, menyebabkan pembelajaran terkesan hanya mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa saja. Pembelajaran dengan metode ceramah yang menghasilkan nilai yang masih rendah perlu diperbaiki dengan cara menerapkan model, pendekatan, dan strategi pembelajaran yang
menyenangkan. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match merupakan model pembelajaran pencocokkan jawaban dan soal, sehingga menarik dan hampir menyerupai permainan dengan menggunakan kecepatan dan ketepatan waktu.
secara mandiri dan untuk memperdalam pemahaman konsep biologi akan digunakan model pembelajaran Make A Match.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat. Dimana variabel bebas adalah pembelajaran dengan menggunakan model Make A Match dan variabel terikat adalah aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok Keanekaragaman Hayati.
Model hubungan variabel bebas dengan variabel terikat :
Keterangan : X = Variabel bebas dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match ; Y1 = Variabel terikat yaitu aktivitas belajar
siswa ; Y2 = Variabel terikat yaitu hasil belajar siswa terhadap
materi keanekaragaman hayati
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Penggunaan model Make A Match efektif meningkatkan aktivitas belajar
siswa pada materi pokok keanekaragaman hayati di MA Al-Hikmah
Bandar Lampung.
2. H0 = Penggunaan model pembelajara Make A Match tidak efektif meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok
Keanekaragaman Hayati kelas X di MA Al-Hikmah Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.
Y2
X
H1 = Penggunaan model pembelajaran Make A Match efektif meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Efektivitas Pembelajaran
Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan
perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Menurut
”Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, serta tingkat daya fungsi unsur atau komponen. (Sambas: 2010).
Efektivitas dapat dicapai apabila semua unsur dan komponen yang terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Efektivitas pembelajaran dapat dicapai apabila rancangan pada persiapan, implementasi, dan evaluasi dapat dijalankan sesuai prosedur serta sesuai dengan fungsinya masing-masing (Sambas: 2010).
Sedangkan pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman (Driscoll, 2000, dalam buku Slavin, 2008: 179). Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari (Suprijono, 2011: 15). Pembelajaran juga
diartikan sebagai komunikasi dua arah, dimana kegiatan guru sebagai pendidik harus mengajar dan murid sebagai terdidik yang belajar, dapat ditemukan adanya perbedaan dan persamaan.
Pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta didik merasa senang dengan hasil pembelajaran, fasilitas memadai materi dan metode yang digunakan. Tujuan utama efektivitas pembelajaran adalah outputnya, yaitu kompetensi siswa.
Jadi yang dimaksud dengan Efektivitas pembelajaran ialah ketepatgunaan memilih suatu strategi dalam desain, penyajian informasi, aktivitas yang diarahkan untuk terjadi perubahan yang lebih baik. Intinya, efektivitas
pembelajaran ialah ketepatgunaan memilih strategi dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Efektivitas pembelajaran dapat diukur dengan mengadaptasi pengukuran efektivitas pelatihan yaitu melalui validasi dan evaluasi (Rae, 2001: 3).
B. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Model
Menurut pemikiran Joyce, fungsi model adalah”each model guides us as we
design instruction to help students achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapat informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Suprijono, 2011: 46).
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
kontekstual. Sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Terdapat empat unsur pokok yang termasuk dalam belajar terstruktur, yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal dan keahlian bekerjasama (Amri dan Ahmadi, 2010: 90).
Pada pembelajaran kooperatif yang diajarkan adalah keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan. Kosasih (dalam Isjoni, 2010: 19) menyebutkan pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar siswa yang sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan
lingkungan belajarnya. Dengan demikian, maka pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik di kelas maupun di sekolah. Lingkungan belajarnya juga membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi diri siswa sekaligus memberikan pelatihan hidup senyatanya. Jadi, pembelajaran kooperatif dapat dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif, efisien, kearah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan saling membantu (sharing) sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif (survive) (Isjoni, 2010: 14-19).
Tabel 1. langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Langkah Indikator Tingkah laku guru Langkah 1 Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pem-belajaran dan
mengomunikasikan kompetensi dasar yang akan di-capai serta memotivasi siswa.
Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
Langkah 3 Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
Guru menginformasikan pengelompokan siswa
Langkah 4 Membimbing belajar kelompok
Guru memotivasi serta
memfasilitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Langkah 6 Pemberian
Penghargaan
Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
Sumber: Dimodifikasi dari Arends, dalam Suyatna (2008: 96)
Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai tipe, diantaranya ialah Student Teams Achievement Divisions (STAD), Numbered Heads Together (NHT), Team Game Tournament (TGT), JIGSAW, Think Pair Share (TPS), Make A match dan masih banyak yang lainnya. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa ialah tipe Make A Match.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
jawaban pada kertas yang berbeda. Teknik belajar mencari pasangan (Make A Match) dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Model ini dapat membangkitkan semangat siswa dengan mengikutsertakan peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran (Irmawati, 2011: 33).
Huda (2011: 135) menyatakan bahwa salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Agus Suprijono (2011: 95) menyatakan bahwa “hal-hal yang harus dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make A Match adalah kartu-kartu”. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu-kartu pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan tersebut.
Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan yang memiliki kartu yang merupakan jawaban/soal dari kartu yang dimilikinya sebelum batas waktu yang disepakati selesai, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Model Make A Match ini bertujuan untuk memperluas wawasan serta kecermatan siswa dalam menyelami suatu konsep. Sebelum permainan dimulai, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, motivasi belajar, pokok bahasan mengorganisasikan siswa, menyampaikan langkah-langkah
Menurut Suprijono penggunaan model pembelajaran ini mengikuti langkah-langkah seperti berikut (Irnawati,2011: 34):
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes). Kartu yang disiapkan sebagian berisi pertanyaan tentang materi yang ajarkan dan sebagian lagi berisi jawaban dari pertanyaan tersebut.
b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu, guru mengocok semua kartu hingga tercampur antara soal dan jawaban.
c. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Setiap kelompok menganalisis atau memikirkan pasangan dari kartu yang didapatkan. Setelah selesai, setiap kelompok mencari pasangan kartunya dalam waktu yang telah disepakati. Bagi kelompok yang dapat mencocokkan kartunya dengan memberikan alasan cocoknya soal dan jawaban yang mereka pegang sebelum batas waktu berakhir akan mendapatkan poin.
d. Siswa bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok. Setelah menemukan pasangannya setiap kelompok
Menurut Suprijono (Irnawati, 2011: 35) model pembelajaran Make A Match mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan model Make A Match yaitu :
1. Dapat melatih ketelitian, kecermatan, serta kecepatan.
Diketahui bahwa model ini adalah siswa mencari pasangan dari kartu yang diperolehnya dalam waktu yang ditetapkan sehingga siswa harus cermat, tepat dan tepat dalam mencari pasangannya.
2. Lebih banyak ide muncul
Karena dalam skripsi ini model Make A Match disertai dengan metode kerja kelompok maka dalam melaksanakan tugasnya siswa bersama siswa lain bekerja sama dan mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya masing-masing.
3. Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan
Siswa bekerja sama dengan siswa lain sehingga tugas yang diperoleh dari guru dapat dibagi-bagi sehingga tugas yang banyakpun dapat di selesaikan.
4. Guru mudah memonitor
Menurut Suprijono (Irnawati, 2011: 35) kelemahan model pembelajaran mencari pasangan (Make A Match) adalah waktu yang cepat dapat meng-akibatkan kurangnya konsentrasi sehingga waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran, selain itu juga dapat menimbulkan kegaduhan di kelas.
Dengan menggunakan model Make A Match guru dapat melatih ketelitian, kecermatan, dan kecepatan siswa. Selain itu, siswa dapat mengerjakan lebih banyak soal. Guru mudah mengontrol kelas karena siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Namun guru juga harus pandai mengatur waktu agar siswa tidak banyak bermain.
C. Aktivitas dan Hasil Belajar
1. Aktivitas Belajar
Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar agar kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2004: 171). Melalui aktivitas, siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
lain yang dilakukan oleh siswa. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2007: 100-101) membuat suatu data yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:
1. ”Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin.
5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram.
6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.
Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik (Slameto, 2003: 36).
Dalam suatu proses pembelajaran, penting bagi siswa untuk melakukan berbagai aktivitas yang relevan. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 40) menyatakan bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental, aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi, tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak didik hanya pasif. Karena anak didiklah yang belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.
fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah, jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Rohani, 2004: 6).
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan hasil tindak mengajar yang dilihat dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyati, 2002: 3).
Hasil belajar akan baik jika siswa memperoleh banyak pengetahuan dari materi pelajaran. Hasil belajar siswa juga sangat ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Hal tersebut sesuai dengan pandangan menurut Sardiman (1994), yaitu Hasil belajar merupakan keluaran dari suatu sistem pemprosesan berbagai masukan yang berupa informasi, dimana masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja. Perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi.
3. Pengukuran Ranah Kognitif
prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep.
Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 1991: 131).
Hasil belajar aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan kreasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 23-28) aspek kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :
1. Remember, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
2. Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.
3. Apply, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
5. Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
6. Create, mencakup kemampuan menbentuk suatu pola baru.
Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa terutama hasil belajar kognitif dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Dalam hubungan dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling utama. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom dalam Daryanto, 2007: 101-116 yang meliputi:
1. Pengetahuan (C1)
Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom Seringkali disebut juga aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.
2. Pemahaman (C2)
Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar-mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.
3. Penerapan (C3)
baru dan konkret. Situasi dimana ide, metode dan lain-lain yang dipakai itu harus baru, karena apabila tidak demikian, maka kemampuan yang diukur bukan lagi penerapan tetapi ingatan semata-mata.
4. Analisis (C4)
Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu kedalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya. Dengan jalan ini situasi atau keadaan tersebut menjadi lebih jelas.
5. Sintesis (C5)
Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada. Hasil yang diperoleh dari penggabungan ini dapat berupa tulisan dan rencana atau mekanisme.
6. Penilaian (C6)
Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di MA Al-Hikmah Bandar Lampung pada 5-12 April 2013.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MA Al-Hikmah Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013, yang terdiri dari 3 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas Xb sebagai kelas kontrol dan siswa kelas Xc sebagai kelas eksperimen. Pengambilan sampel dipilih dengan teknik Cluster random sampling atau pemilihan sampel bukan didasarkan pada individual, melainkan lebih didasarkan pada kelompok, daerah, atau kelompok subjek yang secara alami berkumpul bersama (Noor, 2011: 153).
C. Desain Penelitian
kedua kelas subyek dibandingkan. Sehingga struktur desain penelitiannya adalah sebagai berikut:
Kelompok pretest perlakuan posttest
I O1 X O2
II O1 C O2
Keterangan : I = Kelas eksperimen (kelas Xc); II = Kelas kontrol (kelas Xb); O1 = Pretest, O2 = Posttest; X = Perlakuan eksperimen
(Pembelajaran menggunakan model Make A Match); C = Perlakuan kontrol (Pembelajaran menggunakan metode diskusi) (modifikasi Hadjar, 1999: 336).
Gambar 2. Desain pretest-posttestnon-equivalen
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:
a. Membuat dan menyampaikan surat izin penelitian ke sekolah.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah dan kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang akan
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan soal pretes/postes berupa soal uraian.
f. Membuat lembar observasi aktivitas siswa.
g. Membuat angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajarankooperatif tipe Make A Match.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
2.1Kelas eksperimen ( pembelajaran model Make A Match )
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Siswa mengerjakan soal pretes pada pertemuan I 2. Siswa diberi apersepsi:
(Pertemuan I) : ”Apa yang kalian ketahui tentang keragaman dan
keanekaragaman? Apa yang dimaksud dengan
keanekaragaman hayati?”.
(Pertemuan II): “Aktivitas apa saja yang dapat merusak
3. Siswa diberi motivasi:
(Pertemuan I) : ”Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi, bahkan tercatat pada urutan ketiga di dunia. Keanekaragaman hayati ini sangat bermanfaat bagi kita sehingga kita harus menjaganya sebaik mungkin.
(Pertemuan II): ”Apa yang kalian ketahui tentang terumbu
karang? Bagaimana jika terumbu karang rusak?”.
b. Kegiatan Inti
1. Siswa mendengarkan penjelasan materi sebagai pengantar. 2. Siswa dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok
pemegang kartu soal dan pemegang kartu jawaban, kemudian dua kelompok tersebut dibagi lagi masing-masing menjadi delapan kelompok, yang beranggotakan dua orang.
3. Masing-masing kelompok mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
4. Siswa dalam kelompok diminta mengerjakan kegiatan pada LKS I. Guru mengarahkan siswa, memperhatikan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan.
5. Guru meminta perwakilan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi.
7. Masing-masing kelompok dibagikan soal untuk kelompok pemegang kartu soal dan dibagikan jawaban untuk kelompok pemegang kartu jawaban.
8. Siswa mendiskusikan mengenai soal atau jawaban yang mereka dapatkan. Untuk kelompok pemegang kartu soal, mereka mendiskusikan jawabannya. Sedangkan untuk kelompok
pemegang kartu jawaban, diberikan soal dan jawaban, kemudian mereka mendiskusikannya. Soal yang diberikan pada kelompok pemegang jawaban sama dengan soal kelompok pemegang kartu soal, tetapi tanpa memberi tahu bahwa soal tersebut sama. Guru memperhatikan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan.
9. Setelah waktu berdiskusi habis, masing-masing kelompok mencocokkan soal atau jawaban dengan kelompok lain.
10.Siswa bersama kelompoknya mendiskusikan dan mencari solusi dari soal dan jawaban yang telah mereka cocokkan, kemudian menuliskannya di lembar yang telah disediakan. Guru
memperhatikan dengan seksama, memotivasi jika ada siswa yang tidak terlibat diskusi.
11.Siswa mengumpulkan hasil diskusi pada Lembar Pencocokan Kartu.
c. Kegiatan Penutup
1. Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan pelajaran. 2. Siswa mengerjakan tes akhir (posttest) (Pertemuan 2).
3. Siswa menerima tugas membaca dan mempersiapkan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
2.2 Kelas Kontrol (pembelajaran menggunakan metode diskusi) a. Pendahuluan
1. Siswa mengerjakan soal pretes pada pertemuan I berupa soal uraian mengenai Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Usaha
Pelestarian Serta Pemanfaatan Sumber Daya Alam.
2. Siswa mendengarkan penjelasan tentang tujuan pembelajaran. 3. Siswa diberi apersepsi:
Pertemuan I: ”Apa yang kalian ketahui tentang keragaman dan
keanekaragaman? Apa yang dimaksud dengan
keanekaragaman hayati?”.
Pertemuan II: “Aktivitas apa saja yang dapat merusak
keanekaragaman hayati?”
4. Siswa diberi motivasi:
Pertemuan II: “Apa yang kalian ketahui tentang terumbu karang?
Bagaimana jika terumbu karang rusak?”.
b. Kegiatan inti
1. Siswa mendengarkan penjelasan materi sebagai pengantar. 2. Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari empat orang yang heterogen. 3. Setiap kelompok menerima Lembar KerjaSiswa (LKS)
Keanekaragaman Hayati Indonesia, dan Usaha Pelestarian Serta Pemanfaatan Sumber Daya Alam.
4. Siswa membahas tentang cara mengerjakan LKS. 5. Siswa dibimbing dalam mengerjakan LKS.
6. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain bertanya atau menanggapi.
7. Siswa bertanya dan mendengarkan penjelasan tentang materi yang belum dipahami.
c. Penutup
1. Siswa mendengarkan ulasan materi yang dipelajari. 2. Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
1. Jenis Data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data aktivitas siswa yang relevan pada model pembelajaran Make A Match dan angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Make A Match.
b.Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa hasil belajar siswa pada materi
keanekaragaman hayati yang diperoleh dari nilai pretest dan postest. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dengan postest. Nilai selisih tersebut disebut sebagai skor N-gain lalu dianalisis secara statistik.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasi aktivitas siswa yang berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi
tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah
b. Pretes dan Postes
Data hasil belajar berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada awal pertemuan setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran pada pertemuan setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu:
S = R x 100
N
Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto dalam Aini, 2011: 40).
c. Angket Tanggapan Siswa
Angket ini berisi pendapat siswa tentang model pembelajaran Make A Match yang telah dilaksanakan. Angket ini berupa 10 pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Setiap siswa memilih jawaban yang menurut mereka sesuai dengan pendapat mereka pada lembar angket yang telah diberikan. Angket tanggapan siswa ini memiliki 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju.
F. Teknik Analisis Data
a)Analisis Data Kualitatif
1. Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Langkah–langkah yang dilakukan yaitu: 1)Mengisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Berilah tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai (dimodifikasi dari Arikunto, 2009: 183)
Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa: A. Kemampuan Bertanya
0. Tidak mengajukan pertanyaan
1. Mengajukan pertanyaan tetapi tidak relevan dengan materi 2. Mengajukan pertanyaan yang relevan dengan materi B. Menjawab Pertanyaan
0. Tidak berkomunikasi secara lisan/tulisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja)
1. Berkomunikasi secara lisan/tulisan dengan anggota kelompok tetapi tidak relevan dengan materi
2. Berkomunikasi secara lisan/tulisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok yang relavan dengan materi
C. Mengemukakan pendapat
0. Tidak mengemukakan pendapat/ide (diam saja).
1. Mengemukakan pendapat/ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi keanekaragaman hayatti.
2. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan pada materi keanekaragaman hayati
2)Menghitung rata-rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:
Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh n = Jumlah skor aktivitas maksimum (10)
(Sudjana, 2005: 69)
3)Menafsirkan atau menetukan kategori Persentase Aktivitas Siswa sesuai kriteria pada tabel 3
Tabel 3. Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Siswa
Persentase (%) Kriteria
87,50 – 100
Sumber: Dimodifikasi dari Hidayati dalam Trisila (2012: 32) 2. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan
Model Pembelajaran Make A Match
a) Membuat Pernyataan Angket Tanggapan Siswa
Table 5. Pernyataan Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Make A Match
No Pertanyaan S TS
1 Saya senang mempelajari materi pokok keanekaragaman hayati melalui media dan model pembelajaran yang diberikan oleh guru
2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui media dan model yang dilakukan oleh guru
3 Media dan model pembelajaran yang digunakan menjadikan saya lebih aktif dalam diskusi kelas dan kelompok
4 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS dengan media dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru
5 Saya termotivasi untuk mencari data/ informasi dari berbagai sumber (buku, internet, dan sebagainya) untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS
6 Pembelajaran yang saya ikuti tidak berpengaruh terhadap hasil belajar saya
7 Pembelajaran yang saya ikuti tidak menjadikan saya lebih aktif dalam diskusi kelompok dan kelas
8 Saya merasa bosan dalam proses belajar dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru
9 Pembelajaran yang diberikan guru menjadikan saya berani untuk mempresentasikan laporan akhir kelompok
10 Pembelajaran yang diberikan guru kepada saya tidak berpengaruh terhadap aktivitas belajar saya.
b) Membuat Skor Angket
Tiap pernyataan memiliki skor sebagai berikut:
Tabel 5. Skor Tiap Pernyataan Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Make A Match
No. Item Soal Sifat Pertanyaan Skor
1 0
Keterangan :S=Setuju; TS= Tidak Setuju (dimodifikasi dari Sukarsih, 2012: 30)
c) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut: jawaban; Smaks= Skor maksimum yang diharapkan (10) (Sudjana, 2002: 69).
Tabel 5. Tabulasi Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Make A Match
No. Pertanyaan
b). Analisis Data Kuantitatif
Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, kemudian di hitung selisih antara nilaipretes dan nilai postes. Nilai tersebut disebut N-gain lalu dianalisis secara statistika. Untuk mendapatkan N-gain dapat dihitung dengan menggunakan Hake (1999: 1) yaitu :
Keterangan:
N-gain = average normalized gain = rata-rata N-gain
Spost = postscore class averages = rata-rataskor postes
Spre = prescore class averages = rata-rataskor pretes
Smax = maximum score = skor maksimum
Nilai pretes, postest, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol selanjutnya dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan kesamaan dua varians (homogenitas) data:
1. Uji Normalitas Data (Uji Lilliefors) Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan
program SPSS versi 17. a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Sudjana, 2005: 466).
2. Kesamaan Dua Varians
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.
a. Hipotesis yang digunakan yaitu :
Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama
H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda
b. Dengan Kriteria Uji yaitu:
- Jika Fhit < F tab atau probabilitasnya> 0,05 maka H0 diterima - Jika F hit > F tab atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak.
(Pratisto, 2004: 71).
3. Pengujian Hipotesis
kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan mengunakan program SPSS 17.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1. Hipotesis
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1. Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.
H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.
2. Kriteria Uji :
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 10).
c. Uji Mann-Whitney U
Apabila data yang didapatkan tidak berdistribusi normal, maka dilakukan Uji Mann-Whitney U
1. Hipotesis
Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
2. Kriteria Uji
- Jika p-value > 0,05 maka terima Ho
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X MA Al-Hikmah Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 pada materi keanekaragaman hayati.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MA Al-Hikmah Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 pada materi keanekaragaman hayati.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian berikutnya, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Amri, dan Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Arsyad, A. 2008. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Dalyono. 1996. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Rineka cipta. Jakarta.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S. B dan A, Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. PT Asdi
Mahasatya. Jakarta.
Fitriani, I. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif TipeMake A Match Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswapada SMPN 19 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 (Skripsi). FKIP UNILA. Bandar Lampung.
Hadjar, I. 1999. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan. PT Grafindo Persada. Jakarta.
Hake, R. R. 1999. Analyzing Changed/Gain Scores. Indiana University USA. (Online) http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf (15 November 2012: 15.32 WIB).
Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.
Irmawati. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match dengan Strategi Pencocokan Kartu Indeks dan Model Pembelajaran NHT dengan Strategi Bertukar Tempat Berbantu Kartu Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester II Pokok Bahasan Prisma dan Limas MTsN 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. [On Line]. Tersedia: Andynuriman.files.word- press.com/2011/10/skripsi1.pdf .(diakses pada tanggal 20 September 2012).
Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.
Murdin, A. S. 2010. Konsep Efekitivias Pembelajaran. [On line]. Tersedia: http://sambasalim.com/pendidikan/konsep-efektivitas-pembelajaran.html (diakses pada tanggal 21 September 2012).
Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Pidarta, M. 2007. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. PT Gramedia. Jakarta.
Purwanto, M. 2011. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rohani, A. 2004. Media Instruksional Edukatif. Jakarta. Rineka Cipta. Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana. Jakarta.
Sardiman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Rajawali Press. Yogyakarta.
Siska, F. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase (Lc5e) Terhadap Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Keanekaragaman Hayati. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Slameto. 2003. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta.
Sukarsih, W. S. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Aktivitas Belajar Dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Peranan Manusia Dalam Keseimbangan Ekosistem. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Susanti, D. 2012. Penggunaan Media Kartu Bergambar Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Pokok Keanekaragaman Hayati. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Suyatna, A. 2008. Modul Model-Model pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Lampung. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Tim MPKBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
JICA-UPI. Bandung.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.