• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Student Team Achievement Division (STAD) TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA OLEH SISWA (Studi Eksperimen Semu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Mathla’ul Anwar Bandar Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Student Team Achievement Division (STAD) TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA OLEH SISWA (Studi Eksperimen Semu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Mathla’ul Anwar Bandar Lampung"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam memecahkan masalah bersama. “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja sama

berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama(Trianto, 2010 : 58)”.

Pembelajaran berpusat pada siswa, siswa berkesempatan untuk dapat saling bekerjasama dalam kelompok dan guru tidak mendominasi kegiatan

pembelajaran. Slavin (1997: 284) mengatakan bahwa:

“Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa belajar dalam kelompok kecil, dimana mereka saling membantu dalam memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar semua siswa dalam kelompok tersebut memperoleh hasil belajar yang tinggi.”Pengkondisian siswa dalam kelompok-kelompok kecil dimaksudkan agar maksimalnya aktivitas dan hasil belajar siswa.

(2)

Accelerated Instruction(TAI),Group Investigation(GI), danThink-Pair-Share (TPS) (Trianto,2010 : 67).

Pernyataan Johnson dan Johnson (dalam Trianto, 2010 : 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam satu kelompok, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah. Zamroni (dalam Trianto, 2010 : 57) menyatakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individu.

Anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen, terutama dari segi kemampuannya dan keberagaman sifat untuk saling mendukung satu dengan yang lain. Menurut Slavin (1995 : 16) ada dua aspek yang melandasi keberhasilan pembelajaran kooperatif, yaitu:

a. Aspek motivasi

Pada dasarnya aspek motivasi ada di dalam konteks pemberian

penghargaan kepada kelompok. Adanya penilaian yang didasarkan atas keberhasilan kelompok mampu menciptakan situasi dimana satu-satunya cara bagi setiap kelompok untuk mencapai tujuannya adalah dengan mengupayakan agar tujuan kelompoknya tercapai lebih dahulu. Hal ini mengakibatkan setiap anggota kelompok terdorong menyelesaikan tugas dengan baik.

b. Aspek kognitif

(3)

Menurut Johnson dan Johnson (dalam Trianto, 2010 : 60-61) terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu

1) Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa

Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.

2) Interaksi antara siswa yang semakin meningkat.

Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan

berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajarai bersama.

3) Tanggung jawab individual

Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan siswa tidak dapat hanya sekedar ”membonceng” pada hasil kerja teman sekelompoknya.

4) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil

Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.

5) Proses kelompok

Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan semangat belajar siswa (Slavin, 1997:17). Dalam pembelajaran kooperatif, siswa yang berkemampuan rendah mendapat kesempatan untuk belajar dari temannya yang lebih

memahami materi yang akan diajarkan. Siswa yang menguasai materi dengan baik berkesempatan untuk menjadi tutor bagi temannya sehingga

(4)

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran koopertif tipe STAD dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin. Model pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama siswa dalam kelompok kecil yang heterogen dengan anggota 4-5 orang setiap kelompoknya untuk menyelesaikan tugas pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini terdiri dari lima komponen yaitu presentasi kelas, kegiatan kelompok (belajar kelompok), tes individu, penentuan poin peningkatan individu dan kelompok, dan pemberian penghargaan.

“STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para

guru baru menggunakan pendekatan kooperatif “(Slavin, 2010: 143).

Hal tersebut merupakan keunggulan dari model kooperatif tipe STAD. Dengan karakteristik guru dan siswa yang belum pernah melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih cocok diterapkan daripada model kooperatif lainnya.

Tahap-tahap dalam pembelajaan koopertif tipe STAD menurut Slavin (1995: 71) meliputi presentasi kelas, belajar kelompok, pemberian tes, pemberian poin peningkatan individu dan penghargaan kelompok.

a. Presentasi kelas

(5)

kelompok. Hal ini penting karena akan membantu siswa dalam melaksanakan tes. Selanjutnya skor tes mereka akan dihitung untuk memperoleh poin kelompok.

b. Belajar kelompok

Kelompok siswa yang akan dibentuk terdiri dari 4 sampai 5 orang.

Kelompok ini bersifat heterogen baik dari tingkat prestasi akademik, jenis kelamin, ras dan suku. Fungsi utama dari kelompok adalah untuk membuat semua anggota kelompok belajar dan lebih spesifik lagi untuk

mempersiapkan setiap anggota untuk mengerjakan tes dengan baik. Siswa belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Setiap anggota kelompok harus saling membantu dan

bertanggungjawab atas keberhasilan kelompoknya. c. Tes

Setelah 1–2 periode penjelasan guru dan 1-2 periode kerja kelompok, siswa diberikan tes individu. Siswa tidak diperkenankan untuk saling membantu selama tes. Dengan ini setiap siswa bertanggung jawab secara pribadi untuk memahami materi.

d. Poin peningkatan individu

(6)

skor terdahulu (skor tes dasar dengan skor terakhir). Tujuan dari skor dasar dan poin peningkatan individu adalah untuk meyakinkan siswa bahwa setiap siswa dapat memberikan poin maksimal pada kelompoknya (Tabel 1).

Sistem dari poin peningkatan individu:

1. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan skor awal pada setiap orang untuk berusaha, berjuang, dan meningkatkan skor mereka yang lalu sehingga setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk sukses jika mereka melakukan yang terbaik.

2. Siswa harus menyadari bahwa skor setiap anggota kelompok adalah penting dan setiap anggota kelompok dapat memberikan poin peningkatan individu yang maksimum jika mereka melakukan yang terbaik.

3. Sistem poin peningkatan individu merupakan sistem yang adil karena setiap orang berkompetisi hanya dengan dirinya sendiri.

Tabel 1. Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu

Skor Tes Skor

Perkembangan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10 poin hingga 1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal hingga 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30 Sumber : Slavin (1995: 80)

e. Penghargaan kelompok

(7)

Pk =

Pk = Poin Keseluruhan

Tabel kriteria penghargaan kelompok mengikuti tabel dari Slavin (1995 : 80) yang telah dimodifikasi, berikut ini.

Tabel 2. Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria Predikat Kelompok

Nk < 15 Baik

15 Nk 25 Hebat

Nk > 25 Super

Sumber : Slavin (1995: 80)

Menurut beberapa penelitian mengatakan bahwa penerapan pendekatan kooperatif learning dengan tipe STAD menunjukkan hasil belajar yang lebih baik. Nurmaladewi (2005:42) dalam hasil penelitiannya menemukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi siswa sebesar 80,97 % yang termasuk kategori sangat baik dan hasil belajar yang dilihat dari banyaknya siswa yang mendapat nilai≥ 6,5 meningkat sebesar 56,41%. Peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan ini

menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran koopertif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan menggunakan tipe STAD memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar biologi siswa.

(8)

C. Penguasaan Materi

Penguasaan materi merupakan aspek dalam ranah kognitif dari tujuan kegiatan belajar mengajar. Ranah kognitif meliputi beberapa tingkatan, dari tingkatan terendah sampai tertinggi yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,, analisis, sintesis dan evaluasi. Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajarai (Oktaviani, 2008:21). Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang dipelajari, tetapi menguasai lebih dari itu yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2003:115).

Menurut Sanjaya (2010:141): “Bahan atau materi pelajaran (learning materials) adalah segalah sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu”.

Materi pokok adalah bahan ajar utama minimal yang harus dipelajarai oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang sudah dirumuskan dalam kurikulum berbasis kompetensi dasar yang sudah dirumuskan oleh kurikulum berbasis kompetensi. Materi pelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran. Menurutsubject centered teachingkeberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh seberapa banyak siswa dapat menguasai materi kurikulum (Trianto, 2010 : 142).

(9)

penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan (Sanjaya, 2010 : 244). Sasaran evaluasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kongnitif, afektif dan psikomotor secara seimbang (Suryosubroto, 2002 : 55).

Untuk mengevaluasi suatu kegiatan pembelajaran menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu instrument atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah dan petunjuk yang ditunjukkan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu (Thoha, 1994 : 43). Fungsi tes adalah untuk menilai sampai dimana para siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan yang telah kita rumuskan dalam tujuan-tujuan tersebut (Suryosubroto, 2002 : 60).

Melalui hasil tes tersebut maka dapat diketahui sejauh mana tingkat

penguasaan materi siswa. Tingkat penguasaan materi siswa dapat diketahui melalui pedoman penilaian. Bila nilai siswa ≥ 66 maka dikategorikan baik, bila 55≤ nilai siswa < 66 maka dikategorikan cukup baik dan bila nilai siswa < 50 maka dikategorikan kurang baik (Arikunto, 2001: 245)

D. Sistem Peredaran Darah Pada Manusia

Sistem peredaran darah pada manusia memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Hal tersebut karena melalui sistem

(10)

malalui sistem peredaran darah zat-zat yang sudah tidak berguna (sisa oksidasi) diambil dan diangkut untuk dikeluarkan dari tubuh. Komponen tubuh yang berperan dalam proses peredaran darah meliputi: darah, jantung dan pembuluh darah.

1. Jantung

Jantung terletak di dalam rongga dada sebelah kiri. Jantung memiliki otot yang sangat kuat karena kerja jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh. Rongga jantung manusia terdiri atas empat rungan, yakni serambi (atrium) kanan, serambi kiri, bilik (ventrikel) kiri dan ventrikel kanan. Jantung bagian kanan dan kiri dibatasi oleh sekat rongga jantung (Kadaryanto dkk, 2006 : 116).

2. Darah

Darah berguna untuk mengedarkan oksigen dan zat makanan ke seluruh sel-sel tubuh serta mengangkut karbon dioksida dan zat-zat sisa organ

pengeluaran. Menurut Kadaryanto dkk (2006 : 112) komponen penyusun darah terdiri dariplasma darahdansel darah(Sel darah merah, sel darah putih dan keping-keping darah).

Plasma Darah

(11)

 Sel Darah Merah (Eritrosit)

Hemoglobin (Hb) adalah senyawa protein yang mengandung zat besi (Fe) pada sel darah merah. Hemoglobin mempunyai kemampuan untuk mengikat oksigen, membentuk oksihemoglobin. Bersama aliran darah, oksihemoglobin beredar keseluruh tubuh. Selanjutnya, oksigen tersebut dilepas pada sel-sel tubuh untuk proses oksidasi biologi sehingga Hb bebas kembali. Akhirnya, Hb dalam keadaan bebas kembali ke paru-paru untuk mengikat oksigen lagi begitu seterusnya (Kadaryanto dkk, 2006 : 113).

 Sel Darah Putih (Leukosit)

Fungsi utama sel darah putih adalah untuk membunuh bibit penyakit. Dilihat dari bentuknya, terdapat lima macam sel darah putih di dalam tubuh kita, antara lain:basofil,Eosinofil,neutrofil,monositdanlimfosit (Kadaryanto dkk, 2006 : 114).

 Keping Darah (Trombosit)

(12)

3. Golongan Darah

Penggolongan darah pertama kali dilakukan pada tahun 1900 olehKarl LandsteinerdanDonath, berkebangsaan Austria, yang mengadakan penelitian terhadap darah manusia.menurut sistem ABO, golongan darah manusia di golongkan menjadi empat, yakni A, B, AB dan O. Dalam penelitiannya diketahui bahwa di dalam sel darah merah terdapat

aglutinogen A dan aglutinogen B. Di dalam plasma darah, tepatnya di dalam serum, terdapat aglutinin a dan aglutinin b. Dasar penggolongan darah ABO adalah keberadaan aglutinogen pada permukaan sel darah merah

(Kadaryanto dkk, 2006 : 121). Golongan darah sangat penting untuk transfusi darah. Seseorang yang kekurangan darah karena banyak darah yang keluar dari dalam tubuhnya dapat menerima donor darah dari orang lain yang memiliki golongan darah yang sama.

4. Pembuluh Darah

Dalam sistem peredaran darah, selain jantung dan darah juga diperlukan pembuluh darah. Pembuluh darah berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui darah pada saat mengedarkan sari-sari makanan dan zat-zat lain keseluruh tubuh. Dalam Campbell (2004 : 44) pembuluh darah dibedakan menjadi tiga yaitu :

a. Pembuluh nadi (arteri), merupakan pembuluh membawa darah meninggalkan jantung menuju organ-organ di seluruh tubuh.

(13)

c. Pembuluh kapiler, merupakan pembuluh tempat pertukaran zat antara darah dan cairan intertisial.

5. Proses Peredaran Darah pada Manusia

Peredaran darah pada manusia disebut peredaran darah rangkap karena setiap satu kali beredar ke seluruh tubuh darah melewati jantung sebanyak dua kali. Peredaran darah rangkap atau peredaran darah ganda terdiri atas peredaran darah besar dan peredaran darah kecil.

Skema peredaran darah besar

Skema peredaran darah kecil di bawah ini!

6. Sistem Peredaran Getah Bening

Susunan getah bening hampir sama dengan plasma darah, yakni berwarna kekuning-kuningan dan banyak mengandung sel darah putih, trombosit serta fibrinogen. Di dalam getah bening terdapat sel darah putih sehingga dapat berfungsi untuk membunuh bibit penyakit. Selain itu juga berfungsi untuk mengangkut lemak.

Pembuluh getah bening terdiri atas dinding-dinding yang tipis. Dinding pembuluh tersebut lebih tipis daripada dinding vena. Pada pembuluh getah bening semua ujung-ujung pembuluh dalam keadan terbuka. Melalui ujung pembuluh itulah getah bening dapat measuk dari sela-sela jaringan. Dalam

Jantung Seluruh Tubuh Jantung

(Bilik kiri) (Serambi Kanan)

Jantung Paru - paru Jantung

(14)

Kadaryanto (2006 : 123) pembuluh getah bening atau pembuluh limfa yang besar dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut:

a. Pembuluh Limfa Kiri

Pembuluh limfa kiri menampung cairan limfa yang atau getah bening dari tubuh bagian bawah serta tubuh bagian atas sebelah kiri, yakni kepala dan leher bagian kiri, dada kiri dan lengan kiri. Pembuluh limfa kiri bermuara ke dalam vena subklavia (di bawah tulang selangka) sebelah kiri.

b. Pembuluh Limfa Kanan

Pembuluh limfa kanan menampung cairan limfa yang berasal dari sisi kanan kepala. Leher bagian kanan, dada kanan dan lengan kanan.

Pembuluh limfa kanan tersebut bermuara ke dalam vena subklavia kanan. 7. Gangguan pada sistem peredaran darah

Banyak penyakit dan kelainan yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia, mulai dari kelainan pada cairan darah, saluran pembuluh darah dan jantung, serta kelain-kelainan yang berkaitan dengan masing-masing

(15)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Mathla’ul Anwar Bandar Lampung di kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2011/1012.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMP

Mathla’ul AnwarBandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012. Terdiri dari 2 kelas

dengan jumlah siswa adalah 71 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikcluster random sampling. Sampel tersebut adalah siswa-siswi kelas VIIIB yang berjumlah 36 siswa sebagai kelompok eksperimen dan siswa-siswi kelas VIIIAyang berjumlah 35 siswa sebagai kelompok kontrol.

C. Desai Penelitian

(16)

Kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan kelas kontrol tidak menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Struktur desain penelitian sebagai berikut:

Keterangan: I = kelas eksperimen; II = kelas kontrol; O1 = pretes; O2 = postes; X = perlakuan eksperimen (dengan menggunakan model

Pembelajaran kooperatif tipe STAD); C = perlakuan kontrol (modifikasi dari Riyanto, 2009 : 116).

Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok non-equivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Tahap prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah :

a) Membuat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah.

b) Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakan penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c) Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. d) Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana

Pelaksaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

I O1 X O2

(17)

e) Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretest/postes untuk mengukur penguasaan materi oleh siswa.

f) Menguji validitas instrument evaluasi dengan melakukan uji ahli. g) Membentuk kelompok diskusi pada kelas eksperimen secara heterogen

berdasarkan kemampuan akademik siswa, kemampuan akademik diperoleh dari nilai ujuan semester genap TP 2010/2011. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa yang terdiri dari 2 siswa dengan nilai tinggi, 1 siswa dengan nilai sedang dan 2 siswa dengan nilai yang rendah (Lie, 2004 : 42).

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menarapkan model kooperatif tipe STAD untuk kelompok eksperimen dan tanpa model pembelajaran tipe STAD yaitu dengan menggunakan metode ceramah untuk kelompok kontrol.

Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan.Pertemuan I membahas submateri komponen darah dan golongan darah sistem ABO, pertemuan IIalat peredaran darah dan mekanisme peredaran darah,

pertemuan IIISistem peredaran getah bening dan kelainan/gangguan pada sistem peredaran darah manusia.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

Kelas Eksperimen a. Kegiatan Awal

(18)

2. Guru menuliskan atau membacakan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Tujuan Pembelajaran.

3. Guru memberikan Apersepsi :

Pertemuan Imengajukan pertanyaan”Makanan yang telah kalian cerna, akan diubah menjadi sari-sari makanan yang kemudian

diedarkan ke seluruh tubuh. Bagaimanakah sari-sari makanan tersebut

diedarkan ke seluruh tubuh?”(Sari-sari makanan diedarkan ke seluruh tubuh melalui peranan komponen darah, yaitu plasma darah)?”

Pertemuan IImemerintahkan seorang siswa berdiri di depan kelas. Kemudian guru meminta siswa tersebut untuk menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan. Lalu guru bertanya kepada

siswa yang lainnya. “Apakah oksigen yang kalian hirup, nantinya

akan diedarkan oleh darah ke seluruh bagian tubuh?”.

“Bagaimanakah darah melakukannya?”(Oksigen dalam darah akan

diikat oleh hemoglobin sel darah merah, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh melalui organ-organ peredaran darah (jantung dan pembuluh darah).

Pertemuan III mengajukan pertanyaan”Minggu lalu kita sudah belajar tentang komponen darah, terdiri dari apa saja komponen penyusun darah? Menurut kalian apakah komponen penyusun darah sama dengan komponen penyusun getah bening?”

(19)

Pertemuan Imengajukan pertanyaan “Apasajakah komponen– komponen penyusun darah manusia?”.

Pertemuan II“meminta siswa untuk memegang dada bagian kiri, lalu

bertanya “apa yang kalian rasakan?” (Guru menjelaskan bahwa yang

berdetak tersebut adalah jantung sebagai salah satu alat peredaran darah)?”

Pertemuan III mengajukan pertanyaan“Apakah kalian pernah

mendengar tentang penyakit anemia?” Apakah penyebab dari penyakit

tersebut, dan bagaimanakah cara mengatasinya?”(Penyakit anemia disebabkan karena kekurangan zat besi sehingga hemoglobin darah berkurang. Penyakit ini dapat diatasi dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi, seperti daun papaya dan bayam. Apabila keadaannya sudah parah, perlu dilakukan transfusi darah)”

b. Kegiatan Inti

1. Guru menyajikan materi secara singkat meliputi garis besar dari materi pokok Sistem Peredaran Darah Pada Manusia.

2. Setelah penyajian materi kemudian siswa mengelompok dalam kelompok–kelompok kecil yang telah ditentukan oleh guru.

3. Guru memberikan LKS pada setiap siswa. Lalu setiap kelompok akan membahas LKS yang berisi permasalahan dan harus dijawab oleh siswa dengan cara bekerja sama serta berdiskusi dalam kelompok. 4. Guru memberikan waktu kepada setiap kelompok untuk berdiskusi

(20)

5. Guru menjadi fasilisator kelompok belajar yang mengalami kesulitan. 6. Guru meminta setiap kelompok mengumpulkan LKSnya.

7. Guru memilih kelompok secara acak untuk mempersentasikan hasil kerjanya.

8. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya kepada kelompok yang sedang persentasi.

9. Guru membahas kembali dan membenahi hasil diskusi LKS yang telah dipersentasikan oleh siswa.

c. Kegiatan Penutup

1. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2. Guru memberikan postest dengan soal esay sebanyak 12 soal tentang

materi sistem peredaran darah pada manusia.

Kelas Kontrol a. Kegiatan Awal

1. Guru memberikan pretest dengan soal esay sebanyak 12 soal tentang tentang materi sistem peredaran darah pada manusia.

2. Guru menuliskan atau membacakan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran.

3. Guru memberikan Apersepsi:

(21)

ke seluruh tubuh?”(Sari-sari makanan diedarkan ke seluruh tubuh melalui peranan komponen darah, yaitu plasma darah)?”

Pertemuan IImemerintahkan seorang siswa berdiri di depan kelas. Kemudian guru meminta siswa tersebut untuk menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan. Lalu guru bertanya kepada siswa

yang lainnya. “Apakah oksigen yang kalian hirup, nantinya akan

diedarkan oleh darah ke seluruh bagian tubuh?”. “Bagaimanakah darah

melakukannya?”Oksigen dalam darah akan diikat oleh hemoglobin sel

darah merah, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh melalui organ-organ peredaran darah (jantung dan pembuluh darah).

Pertemuan IIImengajukan pertanyaan”Minggu lalu kita sudah belajar tentang komponen darah, terdiri dari apa saja komponen penyusun darah? Menurut kalian apakah komponen penyusun darah sama dengan komponen penyusun getah bening?”

4. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara:

Pertemuan Idengan cara mengajukan pertanyaan “Apasajakah komponen– komponen penyusun darah manusia?”.

Pertemuan IIdengan cara meminta siswa untuk memegang dada

bagian kiri, lalu bertanya “apa yang kalian rasakan?”(Guru menjelaskan bahwa yang berdetak tersebut adalah jantung sebagai salah satu alat peredaran darah)

(22)

tersebut, dan bagaimanakah cara mengatasinya?”(Penyakit anemia disebabkan karena kekurangan zat besi sehingga hemoglobin darah berkurang. Penyakit ini dapat diatasi dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi, seperti daun papaya dan bayam. Apabila keadaannya sudah parah, perlu dilkukan transfuse darah) b. Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan materi pelajaran tentang sitem peredaran darah pada manusia

2. Guru meminta kepada siswa untuk mencatat materi yang sudah dijelaskan.

4. Guru memberikan tugas di rumah (PR) c. Kegiatan Penutup

1. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari materi pelajaran yang telah disampaikan.

2. Guru memberikan postest dengan soal esay sebanyak 12 soal tentang materi sistem peredaran darah pada manusia.

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

(23)

2. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melaluipretestdanpostest.Pretest dilakukan di awal pertemuan I, danpostestdilakukan di akhir pertemuan III. Pretestdanpostestdilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan bentuk dan jumlah soal yang sama. Bentuk soal adalah soal essay.Pretestyang diberikan pada awal pertemuan I mempunyai bentuk dan jumlah yang sama denganpostestyang diberikan di akhir pertemuan III.

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dihitung menggunakan ujiLillieforsdengan menggunakan softwareSPSS versi 17. Untuk mendapat N-gainyakni dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

N-Gain = ×100

Keterangan : X = Nilaipretestper siswa

Y = Nilaipostestper siswa(dimodifikasi dari Loranz, 2008:3) a. Hipotesis

Ho = Sampel berdistribusi normal. H1= Sampel tidak berdistrbusi normal. b. Kriteria Pengujian

(24)

2. Kesamaan Dua Varians

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan Uji Barllet melalui program SPSS 17.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 :Kedua sampel mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji

- Jikaχ2hit<χ2tab sehingga Ho diterima

- Jikaχ2hit>χ2tab sehingga Ho ditolak (Pratisto, 2004: 63). 3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji

perbedaan dua rata-rata dengan menggunakanuji-tmelalui program SPSS 17.

• Uji kesamaan Dua Rata-rata a. Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata skor gain kedua sampel. H1: Ada perbedaan rata-rata skor gain kedua sampel. b. Kriteria uji

Tolak Ho jika p-Value < 0,05 dan terima H1jika p-value > 0,05 (Pratisto, 2004: 18).

• Uji Perbedaan Dua Rata-rata a. Hipotesis

Ho : Rata-rata skor gain pada kelas eksperimen sama dengan kelas konrol.

H1: Rata-rata skor gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

b. Kriteria Uji

(25)
(26)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penilitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Mathla’ul Anwar Bandar

Lampung mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan materi sistem peredaran darah pada manusia oleh siswa, diperoleh data hasil belajar siswa dari hasil pretes dan postes serta N-gain. Data hasil belajar kognitif siswa dari pretes dan postes serta N-gain pada materi sistem peredaran darah pada manusia untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3:

Tabel 3. Hasil uji normalitas, homogenitas, nilaipretest, postestdan N-gain oleh siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Data hasil belajar kognitif siswa

Eksperimen Kontrol

Pretes Postes N-gain Pretes Postes N-gain

Rata-rata 43,25 68,33 45,19 41,06 56,49 26,06

St. Deviasi 8,99 11,18 15,42 9,18 8,17 9,12

Uji Normalitas Lhit(0,128) < Ltab(0,147) Lhit(0,076) < Ltab(0,162) Uji Homogenitas χ2hit(9.10)< χ2tab(89,39)

(27)

karena hasil uji homogenitas menyatakan bahwa Ho diterima berartikedua data N-gaintersebut memiliki varians yang sama (homogen). Hasil uji t selengkapnya di sajikan dalam tabel 4.

Tabel 4. Hasil uji tN-gainpenguasaan materi biologi oleh siswa

Ngain X ± Sd Uji t1 Uji t2

Eksperimen 45.19 ± 15.42

thitung (6,384)> ttabel (1,66724)

thitung (18,973)> ttabel (1,66724) Kontrol 26.06 ±

9.13

Keterangan : Uji t1= Uji t kesamaan dua rat-rata, Uji t2= Uji t perbedaan dua rata-rata.

Berdasarkan tabel 4. Diketahui hasil uji t1(kesamaan dua rata-rata) untuk N-gain yaitu thitung> ttabelsehingga Ho ditolak, artinya rata-rata N-gain

penguasaan materi oleh siswa kelas eksperimen berbeda secara signifikan dengan N-gain penguasaan materi oleh siswa kelas kontrol. Sedangkan uji t2 (uji perbedaan dua rata-rata) menunjukkan bahwa thitung> ttabelsehingga Ho ditolak, artinya rata-rata N-gain penguasaan materi oleh siswa kelas

eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.

B. Pembahasan

(28)

Gambar 3. Diagram rata-rata pretest, postest dan N-gainpenguasaan materi biologi oleh siswa

Dari grafik di atas terlihat bahwa penguasaan materi biologi oleh siswa pada kedua kelas sama-sama mengalami peningkatan, namun penguasaan materi biologi oleh siswa pada kelas eksperimen mengalami peningkatan lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Perbedaan peningkatan penguasaan materi biologi oleh siswa pada kedua kelas tersebut dikarenakan terdapat perbedaan perlakuan pada proses pembelajaran di kelas, yaitu pada kelas eksperimen proses

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Berdasarkan hasil pretes diketahui bahwa, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menghasilkan rata-rata nilai pretes yang tidak berbeda secara signifikan, sedangkan rata-rata nilai postes kelompok

eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan materi pokok sistem peredaran darah pada manusia setelah kedua kelas mendapat perlakuan yang berbeda.

Penguasaan materi pada kelas eksperimen yang menggunakan model

(29)

tidak menggunakan model pembelajaran kooperatip tipe STAD. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2007:48) bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran koperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar siswa diajar dengan metode ceramah STAD. Hal ini didukung oleh pernyataan Slavin (1995:71) dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa belajar dalam kelompok yang heterogen untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dan untuk lebih memantapkan pemahaman terhadap materi yang telah diberikan oleh guru.

Selanjutnya merujuk pada hasil uji t2(tabel 4) diketahui bahwa rata-rata N-gain penguasaan materi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, artinya bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan materi biologi oleh siswa pada materi pokok sistem peredaran darah pada manusia.

Hal tersebut diduga karena penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan efektivitas yang baik dalam meningkatkan penguasaan materi oleh siswa. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa harus bekerja sama dengan kelompoknya yang terdiri dari 5-6 anggota dan

(30)

menanggapi pertanyaan yang diajukan. Siswa akan lebih mudah mengerjakan tugas dari guru jika dikerjakan secara berkelompok. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibrahim (200:17) bahwa melalui model pembelajaran kooperatif siswa lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam kelompok daripada siswa yang bekerja secara individual sehingga materi yang dipelajari siswa akan melekat dalam waktu yang lebih lama.

Berdasarkan hasil observasi catatan lapangan pada kelas eksperimen

menunjukkan pada saat kegiatan kelompok semua anggota kelompok berperan aktif pada saat diskusi membahas LKS. Dampak dari aktifnya seluruh anggota kelompok mengakibatkan peningkatan hasil belajar kognitif siswa dari pretes ke postes. Dibuktikan dengan peningkatan ketuntasan siswa yang mencapai 75% siswa mendapatkan nilai postes≥ 60 (tabel5). Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (dalam Isjoni, 2010 : 20) belajar kelompok itu efektif bila setiap individu merasa bertanggung jawab terhadap kelompok, anak turut berpartisipasi dan bekerja sama dengan individu lain secara efektif.

Pada kelas kontrol dengan metode ceramah peningkatan penguasaan materi siswa lebih rendah, hal ini dikarenakan dengan pembelajaran metode ceramah pengetahuan siswa hanya terbatas pada pembelajaran yang diberikan oleh guru atau berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif dalam proses

(31)

antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka maka perhatian siswa terhadap penjelasan guru menjadi teralihkan, dan pembelajaran akan terhambat. Guru-guru sering beranggapan bahwa siswa-siswa yang diam dan mendengarkan penjelasannya sedang belajar. Akibatnya guru tidak mengetahui siswa mana yang belum memahami penjelasannya. Kelemahan yang lain yaitu jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, metode ceramah tidak dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk cukup memproses dan memahami informasi yang disampaikan.

Metode ceramah ini dapat dikatakan sukses apabila dalam proses pembelajaran di kelas guru mampu mengajak siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung .Jika dalam menggunakan metode ceramah guru tidak mampu mengajak siswa untuk banyak melibatkan diri dalam proses pembelajaran, maka siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi dari materi yang telah

(32)

Meskipun penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok sistem peredaran darah pada manusia selama pembelajaran baik yang menggunakan model kooperatif tipe STAD maupun metode ceramah sama-sama mengalami peningkatan, bukan berarti kedua pembelajaran tersebut memiliki efektivitas yang sama pula. Dibandingkan dengan metode ceramah, pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menyebabkan pembelajaran menjadi lebih bermakna, sehingga siswa dapat memahami materi dengan lebih baik. Terbukti dari lebih tingginya peningkatan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok sistem peredaran darah pada manusia pada kelompok eksperimen, sehingga kedua kelas memiliki penguasaan materi yang berbeda secara signifikan sesuai dengan hasil analisis statistik yang telah dilakukan.

(33)
(34)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penilitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Mathla’ul Anwar Bandar

Lampung mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan materi sistem peredaran darah pada manusia oleh siswa, diperoleh data hasil belajar siswa dari hasil pretes dan postes serta N-gain. Data hasil belajar kognitif siswa dari pretes dan postes serta N-gain pada materi sistem peredaran darah pada manusia untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3:

Tabel 3. Hasil uji normalitas, homogenitas, nilaipretest, postestdan N-gain oleh siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Data hasil belajar kognitif siswa

Eksperimen Kontrol

Pretes Postes N-gain Pretes Postes N-gain

Rata-rata 43,25 68,33 45,19 41,06 56,49 26,06

St. Deviasi 8,99 11,18 15,42 9,18 8,17 9,12

Uji Normalitas Lhit(0,128) < Ltab(0,147) Lhit(0,076) < Ltab(0,162) Uji Homogenitas χ2hit(9.10)< χ2tab(89,39)

(35)

karena hasil uji homogenitas menyatakan bahwa Ho diterima berartikedua data N-gaintersebut memiliki varians yang sama (homogen). Hasil uji t selengkapnya di sajikan dalam tabel 4.

Tabel 4. Hasil uji tN-gainpenguasaan materi biologi oleh siswa

N_Gain X ± Sd Uji t1 Uji t2

Eksperimen 45.19 ± 15.42

thitung (6,384)> ttabel (1,66724)

thitung (18,973)> ttabel (1,66724) Kontrol 26.06 ±

9.13

Keterangan : Uji t1= Uji t kesamaan dua rat-rata, Uji t2= Uji t perbedaan dua rata-rata.

Berdasarkan tabel 4. Diketahui hasil uji t1(kesamaan dua rata-rata) untuk N-gain yaitu thitung> ttabelsehingga Ho ditolak, artinya rata-rata N-gain

penguasaan materi oleh siswa kelas eksperimen berbeda secara signifikan dengan N-gain penguasaan materi oleh siswa kelas kontrol. Sedangkan uji t2 (uji perbedaan dua rata-rata) menunjukkan bahwa thitung> ttabelsehingga Ho ditolak, artinya rata-rata N-gain penguasaan materi oleh siswa kelas

eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.

B. Pembahasan

(36)

Gambar 3. Diagram rata-rata pretest, postest dan N-gainpenguasaan materi biologi oleh siswa

Dari grafik di atas terlihat bahwa penguasaan materi biologi oleh siswa pada kedua kelas sama-sama mengalami peningkatan, namun penguasaan materi biologi oleh siswa pada kelas eksperimen mengalami peningkatan lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Perbedaan peningkatan penguasaan materi biologi oleh siswa pada kedua kelas tersebut dikarenakan terdapat perbedaan perlakuan pada proses pembelajaran di kelas, yaitu pada kelas eksperimen proses

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Berdasarkan hasil pretes diketahui bahwa, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menghasilkan rata-rata nilai pretes yang tidak berbeda secara signifikan, sedangkan rata-rata nilai postes kelompok

eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan materi pokok sistem peredaran darah pada manusia setelah kedua kelas mendapat perlakuan yang berbeda.

Penguasaan materi pada kelas eksperimen yang menggunakan model

(37)

tidak menggunakan model pembelajaran kooperatip tipe STAD. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2007:48) bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran koperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar siswa diajar dengan metode ceramah STAD. Hal ini didukung oleh pernyataan Slavin (1995:71) dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa belajar dalam kelompok yang heterogen untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dan untuk lebih memantapkan pemahaman terhadap materi yang telah diberikan oleh guru.

Selanjutnya merujuk pada hasil uji t2(tabel 4) diketahui bahwa rata-rata N-gain penguasaan materi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, artinya bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan materi biologi oleh siswa pada materi pokok sistem peredaran darah pada manusia.

Hal tersebut membuktikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan efektivitas yang baik dalam meningkatkan penguasaan materi oleh siswa. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa harus bekerja sama dengan kelompoknya yang terdiri dari 5-6 anggota dan

(38)

menanggapi pertanyaan yang diajukan. Siswa akan lebih mudah mengerjakan tugas dari guru jika dikerjakan secara berkelompok. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibrahim (200:17) bahwa melalui model pembelajaran kooperatif siswa lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam kelompok daripada siswa yang bekerja secara individual sehingga materi yang dipelajari siswa akan melekat dalam waktu yang lebih lama.

Berdasarkan hasil observasi catatan lapangan pada kelas eksperimen

menunjukkan pada saat kegiatan kelompok semua anggota kelompok berperan aktif pada saat diskusi membahas LKS. Dampak dari aktifnya seluruh anggota kelompok mengakibatkan peningkatan hasil belajar kognitif siswa dari pretes ke postes. Dibuktikan dengan peningkatan ketuntasan siswa yang mencapai 75% siswa mendapatkan nilai postes≥ 60 (tabel5). Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (dalam Isjoni, 2010 : 20) belajar kelompok itu efektif bila setiap individu merasa bertanggung jawab terhadap kelompok, anak turut berpartisipasi dan bekerja sama dengan individu lain secara efektif.

Pada kelas kontrol dengan metode ceramah peningkatan penguasaan materi siswa lebih rendah, hal ini dikarenakan dengan pembelajaran metode ceramah pengetahuan siswa hanya terbatas pada pembelajaran yang diberikan oleh guru atau berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif dalam proses

(39)

memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka maka perhatian siswa terhadap penjelasan guru menjadi teralihkan, dan pembelajaran akan terhambat. Guru-guru sering beranggapan bahwa siswa-siswa yang diam dan mendengarkan penjelasannya sedang belajar. Akibatnya guru tidak mengetahui siswa mana yang belum memahami penjelasannya. Kelemahan yang lain yaitu jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, metode ceramah tidak dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk cukup memproses dan memahami informasi yang disampaikan.

Metode ceramah ini dapat dikatakan sukses apabila dalam proses pembelajaran di kelas guru mampu mengajak siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung .Jika dalam menggunakan metode ceramah guru tidak mampu mengajak siswa untuk banyak melibatkan diri dalam proses pembelajaran, maka siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi dari materi yang telah

disampaikan oleh guru, metode ceramah ini juga akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Dan hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab pada diri siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kelemahan-kelemahan metode inilah yang menyebabkan penguasaan materi pada kelas kontrol lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(40)

kooperatif tipe STAD maupun metode ceramah sama-sama mengalami peningkatan, bukan berarti kedua pembelajaran tersebut memiliki efektivitas yang sama pula. Dibandingkan dengan metode ceramah, pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menyebabkan pembelajaran menjadi lebih bermakna, sehingga siswa dapat memahami materi dengan lebih baik. Terbukti dari lebih tingginya peningkatan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok sistem peredaran darah pada manusia pada kelompok eksperimen, sehingga kedua kelas memiliki penguasaan materi yang berbeda secara signifikan sesuai dengan hasil analisis statistik yang telah dilakukan.

(41)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: penggunaan model pembelajaran kooperatif tipeStudent Team

Achievement Division(STAD) dapat meningkatkan penguasaan materi pokok Sistem Peredaran Darah Pada Manusia oleh siswa kelas VIII SMPMathla’ul

Anwar Bandar Lampung T.P 2011/2012.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis menyampaikan saran yaitu sebaiknya :

1. Memperhatikan pembagian waktu yang tepat dalam kegiatan inti khususnya pada kegiatan diskusi kelompok, agar pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diterapkan dengan baik.

2. Jika ingin melakukan penelitian sebaiknya aktivitas diamati juga, karena aktivitas mempengaruhi penguasaan materi oleh siswa.

(42)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia yang memberikan bekal untuk menjalani kehidupan dan untuk menyiapkan kehidupan mendatang yang lebih baik. Untuk mewujudkan itu semua maka pendidikan seharusnya mempersiapkan bekal yang baik dalam mengolah akal pikiran manusia melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan siswa menuju pada

perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial (Sudjana dan Rivai, 2010:1).

(43)

penguasaan materi oleh siswa pun tidak optimal. Efektivitas proses pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Berdasarkan bukti empirik di lapangan, mutu pendidikan di Indonesia belum beranjak naik. LaporanHuman Developmen Report(HDR) yang disusun setiap tahun oleh UNDP. Dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yaitu tahun 1997 Indonesia pada peringkat 99, tahun 2000 peringkat 109, tahun 2001 peringkat 102 (Hanafiah dan Suhana, 2009:1). Hal ini karena sekolah belum optimal menyiapkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas bagi siswa. Hasil pendidikan yang bermutu dapat dicapai dengan kegiatan pembelajaran yang bermutu (Hanafiah dan Suhana, 2009:91).

(44)

Di dalam kegiatan pembelajaran diperlukan partisipasi siswa agar siswa aktif dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak terasa membosankan. Kegiatan belajar yang terfokus kepada guru, sehingga terjadi komunikasi satu arah, maka anak didik menjadi pasif, sehingga menimbulkan rasa jenuh dan bosan siswa dalam belajar, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai tidak tercapai (Asrofudin, 2011:1).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Biologi kelas VIII di SMP

Mathla’ul AnwarBandar Lampung, diketahui bahwa mata pelajaran biologi

terutama materi pokok Sistem Peredaran Darah Pada Manusia ini disampaikan dengan menggunakan metode ceramah. Padahal materi ini mempunyai

karakteristik khusus yaitu membahas mekanisme proses yang rumit sehingga sulit untuk dipahami serta melibatkan berbagai organ lain dalam menjalankan fungsinya. Sehingga dengan penggunaan metode ceramah, pemahaman siswa hanya terbatas pada materi yang terajarkan dan lebih banyak sebagai sesuatu yang diingat dan tidak terapresiasi secara mendalam. Kondisi seperti ini mengakibatkan suasana pembelajaran kurang interaktif, siswa hanya

menunggu instruksi dari guru tentang apaapa yang harus dipelajari dan apa yang harus dilakukan. Siswa tidak banyak dilibatkan dalam proses

(45)

rata-rata ini belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah adalah 60.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu alternatif model

pembelajaran yang menarik, sehingga siswa tidak bosan dan sekaligus dapat meningkatkan penguasaan materi siswa tersebut. Dengan tujuan agar materi yang disampaikan dapat diterima, dipahami dan dikuasai oleh siswa secara optimal. Berkaitan hal ini, berarti guru harus merancang model kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan materi siswa. Model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan penguasaan materi adalah model pembelajaran kooperatif, salah satu tipe pembelajarannya adalah Student Team Achievement Division(STAD). Pada umumnya guru di SMP

Mathla’ul Anwar Bandar Lampung belum menggunakan model pembelajaran

kooperatif, maka untuk pemula peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena STAD merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan tipe yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin, 2010:143).

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model

(46)

mereka saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi secara berkelompok, setelah itu siswa diberi tes. Tes diberi skor dan skor tes tersebut digunakan untuk menentukan skor perkembangan tiap individu.

Pada materi pokok sistem peredaran darah pada manusia, siswa dituntut untuk mendiskripsikan Sistem Peredaran Darah Pada Manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai salah satu alternatif model pembelajaran pada materi pokok sistem peredaran darah pada manusia diharapkan dapat

meningkatkan penguasaan materi oleh siswa. Tipe STAD dalam model pembelajaran kooperatif, siswa diberi kesempatan bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menyelesaikan dan memecahkan masalah secara bersama.

Hasil penelitian Hartatik (2006 : 31) menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA semester ganjil SMA N 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2005/2006, sebesar 18,1%.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian di SMP

Mathla’ul Anwar Bandar Lampung dengan menggunakan model

(47)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan materi pokok Sistem peredaran darah pada manusia kelas VIII di SMPMathla’ul AnwarBandar Lampung T.P 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan materi pokok Sistem peredaran darah pada manusia kelas VIII SMPMathla’ul AnwarBandar Lampung T.P 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi siswa

Memberikan suasana belajar yang dapat mendorong peningkatan penguasaan materi oleh siswa.

b. Bagi guru

Memberikan sumbangan pemikiran dan menjadi alternatif yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan penguasaan materi biologi oleh siswa

c. Bagi sekolah

(48)

d. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman yang sangat berharga sebagai calon guru.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah yang akan dikemukakan, maka perlu adanya batasan ruang lingkup yaitu:

a. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah proses pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang terdiri atas lima komponen utama yaitu

persentasi kelas, kelompok, tes, poin peningkatan individu dan kelompok serta penghargaan kelompok (Slavin, 2010 : 143).

b. Penguasaan materi adalah pemahaman pada materi Sistem Peredaran Darah Pada Manusia yang dapat dilihat dari hasil pretest dan postest.

c. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII semester ganjil SMP

Mathla’ul Anwar Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

F. Kerangka Pikir

(49)

fungsi organ menggunakan bahasa latin yang sulit untuk diingat; cakupan materinya yang luas, membahas tentang mekanisme proses yang rumit sehingga sulit untuk dipahami; serta melibatkan berbagai fungsi sistem organ yang lain dalam menjalankan fungsinya. Sehingga menyebabkan siswa sulit untuk menguasai materi ini dengan baik.

Tujuan pembelajaran sangat berkaitan erat dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru di sekolah. Oleh karena itu, penerapan model

pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi penguasaan materi oleh siswa. Model pembelajaran yang tepat akan menciptakan proses pembelajaran yang kondusif, karena siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses

pembelajaran. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe STAD. Terdapat lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu persentasi kelas, kelompok, tes, peningkatan individu dan kelompok serta penghargaan kelompok. Dalam kelompok kooperatif siswa berkemampuan tinggi membantu teman-temannya yang berkemampuan rendah maupun sedang. Jelas dalam kondisi ini siswa yang berkemampuan rendah maupun sedang memperoleh keuntungan dalam kegiatan belajar. Sedangkan siswa yang berkemampuan tinggi dapat lebih memahami dan menguasai materi yang diajarkan pada teman satu kelompok. Dengan adanya interaksi dalam

(50)

Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, setelah belajar kelompok siswa kemudian diberi tes secara individual, skor hasil tes selain untuk menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan skor kelompok. Setelah perhitungan skor dilakukan maka diberi penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor tinggi.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan variabel terikatnya adalah penguasaan materi oleh siswa. Hubungan antara kedua variable tersebut adalah :

Gambar 1. Desain Kerangka Pikir

Keterangan: X : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD,

Y : Penguasaan materi sistem peredaran darah oleh siswa.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0: Model pmebelajaran kooperatif tipe STAD tidak dapat meningkatkan penguasaan materi pokok sistem peredaran darah pada manusia oleh siswa

SMP Mathla’ul Anwar Bandar Lampung secara signifikan.

H1: Model pmebelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan materi pokok sistem peredaran darah pada manusia oleh siswa SMP

Mathla’ul AnwarBandar Lampung secara signifikan.

(51)

MANUSIA OLEH SISWA

(Studi Eksperimen Semu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Mathla’ul Anwar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

ANITA NURYULIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(52)

ix

Persembahan

Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji untuk Mu Ya Rabb

atas segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau berikan selama ini.

Teriring doa ,rasa syukur dan segala kerendahan hati

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini

untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku :

Kedua Orang tuaku terkasih Bapak Dan umak (Alm)

Sosok mulia yang telah membesarkanku, mendidik serta mendo akanku

dengan penuh kasih sayang yang tercurah tanpa batas.

Kak Herman Hasan, S.E, Kak Karmidin S.T, Kak Jon Hananudin, A.Md, Yuk

Rismawana, Kak Muhammad Yadi, Kak Salman Hadi, S. Kom

dan Kak Arif Rahman Hakim.

Atas bantuan, do a, semangat dan motivasi untuk tetap terus maju dan bertahan.

Insan pilihan ALLAH SWT yang menjadi Imanku

(Agus Mara, S. Pd)

Yang selalu menemaniku baik suka maupun duka dan memberiku semangat.

Para pendidik ku (guru-guruku)

Atas bimbingan dan ajarannya hingga aku dapat melihat dunia dengan ilmu

(53)

ii

Team Achievement Division(STAD) TERHADAP PENGUASAAN

MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA OLEH SISWA

(Studi Eksperimen Semu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Mathla’ul Anwar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

ANITA NURYULIA

Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan materi pokok Sistem peredaran darah pada manusia oleh siswa kelas VIII SMPMathla’ul Anwar

Bandar Lampung T.P 2011/2012.Desain penelitian adalahpretest-postest tak ekuivalen. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIIBsebagai kelas eksperimen dan VIIIAsebagai kelas kontrol yang dipilih secara acak dengan teknikcluster random sampling. Data penguasaan materi diperoleh dari pretes dan postes selanjutnya dihitung N- Gain. Analisis data menggunakan ujit pada taraf kepercayan 5% dengan menggunakan program SPSS 17.

(54)

iii

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan materi pokok Sistem Peredaran Darah Pada Manusia oleh siswa kelas VIII SMP

Mathla’ul AnwarBandar Lampung T.P 2011/2012.

(55)

MANUSIA OLEH SISWA

(Studi Eksperimen Semu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Mathla’ul Anwar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

ANITA NURYULIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(56)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Arwin Achmad, M.Si.

Sekretaris : Rini Rita T Marpaung, S.Pd., M.Pd

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Tri Jalmo, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 1985031 003

(57)

vii Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Anita Nuryulia

Nomor Pokok Mahasiswa : 0643024011 Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang pernah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, April 2012 Yang menyatakan

(58)

x

Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya

kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan

(Q.S Al Fatihah : 5)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu

kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.

( Q.S Ar-Ra d : 11)

Aku masih bisa terus berjalan menikmati hidup... meskipun

sulit menjadi mudah... Jadikan cobaan itu anugerah yang

bisa mengubah ruang yang gelap menjadi indah ( ST 12)

Menyendiri beberapa saat guna merenungkan persoalan hidup

yang dihadapi, mengintropeksi diri, memikirkan akhirat dan

(59)

xi

Puji Syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Unila. Skripsi ini berjudul“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEStudent Team Achievement Division(STAD)

TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA OLEH SISWA (Studi Eksperimen Semu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPMathla’ul Anwar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila

3. Neni Hasnunidah, S.Pd.,M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

4. Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing ke I atas bimbingan, saran dan motivasinya.

5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd, selaku Pembimbing ke II atas kesabaran, saran dan motivasinya.

(60)

xii dan bantuan selama penelitian.

8. Teristimewa untuk Bapak dan Umak tercinta yang selalu mendoakan, menyayangi dan menjadi penyemangatku.

9. Kakak-kakakku tercinta yang telah mendukung semua perjuanganku.

10. Agus Mara, S. Pd., sahabat hati yang selalu menemaniku baik suka maupun duka, terima kasih atas kesabaran dan kasih sayangnya.

11. Keponakan-keponakanku yang menjadikan semangatku lebih tinggi untuk memberikan contoh kepada kalian semua.

12.Sahabat seperjuangan Pendidikan Biologi ‘06: Suwanti, Winarni, Alvia Kartina, Nani Sugiarta, Lista Leni, Anggraeni Melizawati S.Pd., Dwi Anita, Nurleni Kurniawati, Adetia Ferdiana, Febriana Siska S.Pd., Riang Budi Susanti S.Pd, Yuniarti Purnama Sari S,Pd., Melia Eka Putri S.Pd., Eliya Sukmadewi S.Pd., Ana Puspita, Ana Mardiana, serta Rekan-rekan Pendidikan Biologi’05 dan’07, terima kasih banyak untuk persaudaraan, pengertian, semangat, motivasi, nasihat, dan kritikannya. Terima kasih banyak untuk persaudaraan, pengertian, semangat, motivasi, nasihat, dan kritikannya. 13. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amien.

Bandar Lampung, April 2012 Penulis

(61)

xiii

Halaman

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... .. 1

B. Rumusan Masalah ... .. 6

C. Tujuan Penelitian ... .. 6

D. Manfaat Penelitian ... .. 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... .. 7

F. Kerangka Pikir ... .. 7

G. Hipotesis Penelitian ... .. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif... .. 10

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... .. 13

C. Penguasaan Materi ... .. 17

D. Sistem Peredaran Darah Pada Manusia... 18

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 24

B. Populasi dan Sampel ... 24

C. Desain penelitian ... 24

D. Prosedur penelitian... 25

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis Data... 31

2. Tekhnik Pengambilan Data. ... 32

F. Teknik Analisis data... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

(62)

xiv

DAFTAR PUSTAKA... 42

LAMPIRAN... 44

1. Perangkat Pembelajaran... 46

2. Data Hasil Penelitian... 93

3. Analisis Statistik Hasil Penelitian... 108

4. Foto - Foto Penelitian... 113

(63)

xv

Tabel Halaman

1. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas N-gain siswa pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol ... 108 2. Hasil uji t - Ngian, pretes dan postes siswa pada kelompok eksperimen

(64)

xv

Tabel Halaman

1. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas N-gain siswa pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol ... 108 2. Hasil uji t - Ngian, pretes dan postes siswa pada kelompok eksperimen

(65)

xvi

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ... 9 2. Desainpretest-postesttak ekuivalen ... 25 3. Diagram rata-rata pretes, postes dan Ngain penguasaan materi oleh

(66)

xvi

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ... 9 2. Desainpretest-postesttak ekuivalen ... 25 3. Diagram rata-rata pretes, postes dan N–gain penguasaan materi oleh

Gambar

Tabel kriteria penghargaan kelompok mengikuti tabel dari Slavin (1995 :
Tabel 3. Hasil uji normalitas, homogenitas, nilai pretest, postest dan N- gainoleh siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 4. Hasil uji t N-gain penguasaan materi biologi oleh siswa
Gambar 3. Diagram rata-rata pretest, postest dan N-gain penguasaan materibiologi oleh siswa
+4

Referensi

Dokumen terkait

Ditetapkan di Marabahan Pada tanggal 5 Oktober 2016

[r]

[r]

Pada bab ini berisi tentang : latar belakang masalah yang merupakan uraian tentang aspek-aspek yang diungkapkan berupa fenomena- fenomena yang menjadi masalah penelitian;

Berdasarkan hasil penelitian penulis melalui angket yang telah dibagikan kepada mahasiswa fakultas hukum UMS tahun angkatan 2003 s/d 2006 selaku responden, sebanyak 100 angket,

penelitian yang berjudul “ Dampak Relokasi Pasar Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Sentral Sebelum Dan Sesudah Relokasi Ke Pasar Induk Di Kota Medan ”. 1.2

Pada Mega Electronik Store, pengolahan data dalam hal pemesanan barang electronik masih dilakukan secara manual, dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas tentang pembuatan

Sarana prasarana berfungsi menyediakan pelayanan untuk mendukung aktifitas wilayah dengan substansi yang berbeda contohnya jaringan jalan, air bersih, listrik, sarana