• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

Melia Mega Astuti

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton Lampung Tengah. Salah satu alternatif mengatasi masalah tersebut digunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL), dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V B.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes formatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan persentase aktivitas siswa dan rata-rata hasil belajar siswa setiap siklusnya. Persentase aktivitas siswa siklus I sebesar 49,08%, meningkat pada siklus II menjadi 62,37% dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 80,08%. Begitu pula pada rata-rata hasil belajar siswa yang selalu meningkat dari 59,38 pada siklus I, menjadi 70,79 pada siklus II, dan 84,08 pada siklus III.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan tiga siklus dapat disimpulkan bahwa penggunaan model CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V B SDN 1 Totokaton.

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah Republik Indonesia saat ini terus berusaha memajukan kualitas pendidikan di negara ini sesuai dengan perubahan zaman dan kemajuan teknologi yang semakin berkembang. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat 2 tentang (SISDIKNAS) menyatakan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Depdiknas, 2008: 3). Perubahan zaman berpengaruh pada dunia pendidikan yang cukup signifikan, sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan. Untuk itu, pendidik diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan mandiri, serta memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.

(3)

pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi para peserta didik. Pendidikan yang dilakukan di sekolah adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang diselenggarakan guna membentuk manusia yang unggul karena pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas suatu bangsa. Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar (TK dan SD), pendidikan menengah (SMP dan SMA), dan pendidikan tinggi.

Salah satu mata pelajaran wajib yang ada di Sekolah Dasar (SD) adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan salah satu program yang menyiapkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik. Pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan IPS merupakan hasil seleksi, adaptasi dan modifikasi dari hubungan interdisipliner antara disiplin ilmu pendidikan dan disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis (Supriatna, dkk., 2007: 5).

(4)

mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (panduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu.

Penyederhanaan pendidikan IPS harus diorganisir dan disiapkan sedemikian rupa dan didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai. Materi pendidikan IPS yang akan dipelajari siswa harus didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu, pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut:

1) Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiry, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sehari-hari (sosial)

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, maupun global.

(5)

mendengarkan penjelasan guru saja, siswa menjadi tidak terangsang untuk aktif dalam pembelajaran dan media yang digunakan juga tidak menarik. Aktivitas belajar siswa jadi terhambat dan hasil belajar pun jauh dari target yang diharapkan.

Salah satu cara untuk memperbaiki pembelajaran IPS adalah dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran dengan model ini merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Sardiman, 2011: 222). Dari konsepsi ini diharapkan hasil pembelajaran yang diperoleh bukanlah sesuatu yang abstrak, hanya mentransfer pengetahuan saja dan mengutamakan tingkat hafalan dari berbagai materi yang diberikan tetapi lebih pada proses pembelajaran yang berjalan alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa untuk mencapai tujuannya, guru hanya mengelola kelas agar kelas menjadi kondusif untuk belajar siswa. Jadi, pengetahuan akan ditemukan oleh siswa sendiri.

(6)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton pada mata pelajaran IPS.

2. Rendahnya hasil belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton pada mata pelajaran IPS.

3. Pembelajaran IPS masih berpusat pada guru (teacher center). 4. Media yang digunakan tidak menarik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran IPS dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton Tahun pelajaran 2011/2012?

2. Apakah pembelajaran IPS dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa

(7)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas yang ingin dicapai adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton pada mata pelajaran IPS melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL).

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton pada mata pelajaran IPS melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL).

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Siswa

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) .

2. Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan wawasan dan kemampuan guru terhadap penguasaan penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) secara tepat.

3. Sekolah

(8)

4. Peneliti

(9)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Aktivitas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (2007: 23) aktivitas adalah keaktifan atau kegiatan. Nasution (http://id.shvoong.com) aktivitas adalah keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan.

Sriyono (http://ivonyerniwaty.wordpress.com) mendefinisikan aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Sardiman (2011: 96) menyatakan bahwa aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Interaksi belajar-mengajar antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa maupun sebaliknya antara siswa dengan guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

(10)

2. Pengertian Belajar

Belajar adalah berubah. Belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Belajar akan membuat seseorang dari tidak tahu menjadi tahu. Sardiman (2011: 38) belajar menurut teori konstruktivisme, adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.

Bower dan Hilgurd (dalam Hernawan, dkk., 2007: 2) mengatakan bahwa belajar diartikan sebagai usaha memperoleh dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan. Hamalik (2001: 28) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Komalasari (2010: 2) mendefinisikan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal.

Rakhmat, dkk., (2006: 50) menjelaskan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan perilaku seperti pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, sikap, persepsi dan tingkah laku efektif lainnya sebagai hasil dari pengalaman.

(11)

dari belajar dapat membentuk suatu perubahan prilaku seperti kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyusuaian diri yang diperoleh dari hasil pengalaman dan interaksi.

3. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sifat, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kunandar, 2011: 277). Abdurrahman (2006: 34) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar.

Junaidi (http://wawan-junaidi.blogspot.com) aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyak perubahan. Dimyati dan Mudjiono (2002: 236) aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses yaitu proses belajar sesuatu.

Sardiman (2011: 97) bahwa dalam kegiatan belajar, subjek didik/siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.

(12)

dan keterampilan menjadi lebih baik yang diperoleh dalam jangka waktu yang panjang.

4. Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran karena, dari hasil belajar siswa tersebut, guru dapat menilai apakah siswa telah menguasai materi atau belum dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Suprijono (2009: 7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Hasil belajar tersebut tidak hanya dilihat secara fragmentaris atau terpisah melainkan komprehensif.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak belajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Nasution (dalam Kunandar, 2011: 276) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.

(13)

B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah sosial studies dalam kurikulum persekolah di negara lain. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berperan memfungsionalkan dan merealisasikan ilmu-ilmu sosial yang bersifat teoritik kedalam dunia kehidupan nyata dimasyarakat.

Winataputra, dkk., (2008: 1.40) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki tiga istilah yaitu pengetahuan sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan sosial yang diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah sosial yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar masalah-masalah sosial itu dapat dipahami siswa. Djahiri (dalam Sapriya, dkk., 2006: 7) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.

(14)

Pendidikan IPS sebagai bidang yang terkait dengan kenyataan sosial perlu mengembangkan proses pembelajaran yang lebih humanis dan dinamis bagi pengembangan tujuan pembentukan warga negara yang baik. Sardjiyo, dkk., (2009: 1.27) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu kegiatan yang membelajarkan berbagai aspek pengetahuan yang dikaitkan dengan pengalaman nyata yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial di masyarakat untuk membentuk karakter siswa yang baik.

2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

(15)

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut:

1) Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiry, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sehari-hari (sosial)

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, maupun global.

Hasan (dalam Supriatna, dkk., 2007: 5) tujuan IPS dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah agar siswa mengembangkan kemampuan yang dimilikinya kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan, berguna bagi pribadi dan masyarakat

C. Model Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Model Pembelajaran

(16)

model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Isjoni dan Mohd. Arif (2008 : 146) model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Arends (dalam Suprijono, 2009: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

(17)

dapat lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan dan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas-kelas Amerika pertama-tama diusulkan oleh Dewey. Pada tahun 1961, Dewey (dalam Sumiati dan Asra, 2009: 14) mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang berkaitan dengan minat dan pengalaman siswa, sehingga muncullah berbagai teori mengenai model Contextual Teaching and Learning (CTL).

Jhonson (2006: 65) Contextual Teaching and Learning (CTL)adalah sebuah sistem yang menyeluruh. Contextual Teaching and Learning (CTL) terdiri dari bagian yang saling berhubungan. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Komalasari (2010: 7) mendefinisikan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.

(18)

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar (Nurhadi dalam Muslich, 2011:41).

Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa, dan tenaga kerja (University of Washington dalam Trianto, 2009: 105). Sanjaya (2006: 109) Contextual Teaching and Learning (CTL)adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Hull`s dan Sounders (dalam Komalasari, 2010: 6) menjelaskan bahwa:

(19)

baik di kelas, laboratorium tempat bekerja maupun bank. Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar yang merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan antara materi dengan situasi dunia nyata yang saling terhubung dan terjadi disekitar siswa sehingga, siswa lebih mudah dalam memahami materi yang dipelajari dan mengambil manfaatnya serta dapat menerapkannya dalam kehidupan.

3. Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang khas yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran lain.

Pembelajaran kontekstual mengembangkan level kognitif tingkat tinggi yang melatih peserta didik untuk berfikir kritis dan kreatif.

Fellows (dalam Komalasari, 2010: 10), Advanced Technology Environmental and Energy Center (ATEEC), menjelaskan terdapat 6 karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai berikut:

1) Problem-based (berbasis masalah), pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah nyata yang berkaitan dengan kehidupan siswa untuk memudahkan siswa dalam memecahkan permasalahan.

2) Using multiple contexts (penggunaan berbagai konteks), pengetahuan di dapat dengan pengalaman yang diperkaya ketika para siswa belajar keterampilan di dalam berbagai konteks baik di sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar.

(20)

4) Supporting self regulated learning (pendukung pembelajaran pengaturan diri). Siswa selalu memiliki keinginan mencari, meneliti, dan menggunakan informasi yang didapatnya sehingga, memerlukan cukup dukungan yang membantu siswa pindah dari ketergantungan belajar mandiri.

5) Using interdependent learning groups (penggunaan kelompok belajar yang saling ketergantungan). Belajar kelompok dilakukan untuk saling berbagi pengetahuan, memusatkan pada tujuan, dan memberi kesempatan semua anggota untuk saling bertukar pikiran.

6) Employing authentic assessment (memanfaatkan penilaian asli). penilaian autentik ini digunakan untuk memonitoring kemajuan siswa dan umpan balik keberhasilan guru dalam pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan masalah nyata di sekitar siswa, akan mempermudah pemahaman siswa, kemudian pengalaman dan pengetahuan siswa diperkaya dengan belajar baik di keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Dengan kemampuan siswa yang berbeda-beda, siswa harus lebih sadar bagaimana mereka memproses informasi, memecahkan masalah yang ada menggunakan pengetahuan mereka sendiri. Belajar kelompok memberi kesempatan siswa untuk mempermudah pengembangan pengetahuan sepanjang proses pembelajaran dan memanfaatkan penilaian autentik untuk memonitoring aktivitas dan hasil belajar siswa.

4. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)

(21)

(modelling), refleksi, dan penilaian autentik (authentic assessment) berikut penjelasannya:

1) Konstruktivisme (contructivism)

Pengetahuan yang dibangun dan ditemukan oleh siswa itu sendiri melalui pengalaman nyata untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.

2) Menemukan (inquiry)

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.

3) Bertanya (question)

Bertanya dalam pembelajaran adalah kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa dan bagi siswa bertanya penting untuk menggali dan mengkonfirmasikan informasi yang sudah diketahui, serta mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. 4) Masyarakat belajar (learning community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari berkolaborasi sharing antar teman, antar kelompok, mendatangkan ahli disuatu ruangan, di kelas maupun di luar ruangan, semuanya adalah anggota masyarakat belajar. 5) Pemodelan (modeling)

Model dalam hal ini dapat berupa cara mengerjakan sesuatu atau memperagaan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Model juga dapat dirancang dengan melibatkan siswa untuk mendemonstrasikan keahliannya.

6) Refleksi

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.

7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)

Upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

(22)

5. Langkah-Langkah Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apapun dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pembelajaran kontekstual dalam kelas cukup mudah. Suyatna (2010: 95) secara garis besar, memaparkan langkah-langkah Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai berikut:

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan masyarakat belajar.

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual di atas, membentuk kelas yang memiliki ciri-ciri seperti pembelajaran dikaitkan dengan pengalaman nyata siswa, kerja sama, saling menunjang, gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif dan kritis, pembelajaran menyenangkan, tidak membosankan, sharing dengan teman dan guru yang kreatif. (http://www.duniapembelajaran.com).

(23)

Learning (CTL) itu sendiri yaitu mengaitkan pembelajaran dengan dunia nyata siswa.

6. Kelebihan dan Kelemahan Contextual Teaching and Learning (CTL) Model Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki kelebihan sebagai berikut:

1) Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa sehingga, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

2) Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah serta menjadikan guru lebih kreatif.

3) Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

4) Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.

5) Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan. 6) Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok.

7) Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok. (http://buning_pap.staff.uns.ac.id)

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu:

(24)

2) Dalam proses pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL) akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan yang kurang.

3) Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan.

4) Tidak semua siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) ini.

5) Peran guru dalam pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL) hanya sebagai pengarah dan pembimbing.

Sumber: (http://buning_pap.staff.uns.ac.id).

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model Contextual Teaching and Learning (CTL) tidak hanya memiliki kelebihan tetapi juga memiliki kekurangan. Oleh karena itu, sebelum diterapkan di kelas perlu terlebih dahulu dipelajari dan dipahami agar dalam proses pelaksanaannya dapat berjalan dengan efektif.

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran IPS Kelas V B SDN 1 Totokaton menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan langkah-langkah yang tepat, maka aktivitas dan hasil belajar

(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action

Research. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh

guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk

memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

meningkat (Wardani, dkk., 2007: 1.3). PTK berfokus pada kelas atau pada

program belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas

(silabus, meteri, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus

tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas (Arikunto, dkk.,

2006: 57). Selain itu, Kunandar (2011: 44) mendefinisikan penelitian

tindakan kelas sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang

dilakukan sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan

orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan

merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan

untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran

(26)

Sanjaya (2009: 57) setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yang

dirangkai menjadi satu kesatuan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi dan refleksi. Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan guru

kelas V B SDN 1 Totokaton.

B. Setting Penelitian

1. Lokasi penelitian : Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Totokaton,

Kec. Punggur, Lampung Tengah.

2. Lama Penelitian : 6 bulan (Desember 2011-Mei 2012)

Dimulai dari persiapan (penyusunan proposal,

seminar proposal, dan perbaikan proposal) sampai

penyusunan laporan hasil penelitian.

3. Waktu penelitian : Penelitian dilaksanakan pada semester genap

Tahun Pelajaran 2011/2012

4. Subjek Penelitian : Seorang guru dan siswa kelas V B SDN 1

Totokaton dengan jumlah 24 orang terdiri dari 11

orang laki-laki dan 13 orang perempuan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan.

Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpul data.

1. Observasi, dilaksanakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas

siswa dan kinerja guru selama berlangsungnya penelitian tindakan kelas,

(27)

2. Tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa,

guna mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan model

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada kelas V B SDN 1

Totokaton.

D. Alat Pengumpulan Data

1. Lembar observasi, instrumen ini dirancang sebagai alat kolaborasi penulis

dengan guru. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data

mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian

tindakan kelas dalam pembelajaran dengan menggunakan model

Contextual Teaching and Learning (CTL).

2. Soal-soal tes, instrumen ini digunakan untuk memperoleh data mengenai

hasil belajar siswa khususnya terhadap materi yang telah diajarkan dengan

menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Tes

tertulis berupa soal-soal latihan dalam bentuk essay. Dari hasil analisis tes

tersebut dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik analisis data

secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan kedua jenis data yang diperoleh

tersebut, maka teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah

teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data dilakukan

(28)

hasil belajar siswa. Sedangkan hasil observasi menggunakan metode

kualitatif. Berikut ini dijelaskan penerapan kedua teknik tersebut.

1. Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari data nontes yaitu observasi. Dari data

observasi dapat diketahui, kesulitan siswa selama proses pembelajaran

IPS dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning

(CTL).

Analisis dilakukan dengan cara memadukan data secara

keseluruhan. Analisis dan pendeskripsian data nontes ini bertujuan untuk

mengungkapkan semua perilaku siswa dan perubahannya selama proses

pembelajaran dari siklus I, siklus II, dan siklus III.

Persentase aktivitas belajar setiap siswa dan analisis kinerja guru

diperoleh dengan rumus:

= × 100

Keterangan:

NP : nilai persen yang dicari atau diharapkan

R : skor mentah yang diperoleh siswa

SM : skor maksimum dari tes yang ditentukan

100 : bilangan tetap

(29)

Setelah diperoleh persentase hasil kegiatan siswa, kemudian

dikategorikan sesuai dengan kriteria hasil observasi pada tabel berikut

[image:29.612.184.420.170.285.2]

ini:

Tabel 1. Kriteria Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru Tingkat Keberhasilan (%) Arti

> 80% Sangat tinggi

60-79% Tinggi

40-59% Sedang

20-39% Rendah

<20% Sangat rendah

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

2. Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data dari hasil tes pelajaran IPS

menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

siklus I, siklus II, dan silklus III. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes

yang dikerjakan siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III.

Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai

rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:

1) Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara

individual digunakan rumus

= × 100

Keterangan:

S : nilai diharapkan

(30)

N : skor maksimum dari tes

100 : bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2008:112)

2) Nilai rata-rata seluruh siswa diperoleh dengan rumus:

x

=∑

Keterangan:

x

: rata-rata hitung nilai XI : nilai siswa

N : banyaknya siswa

(Herrhyanto, dkk., 2009: 4.2)

3) Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa secara klasikal

digunakan rumus:

= × 100%

Keterangan:

Ketuntasan individual : jika siswa mencapai ketuntasan ≥

75%

Ketuntasan klasikal : jika ≥ 60% dari seluruh siswa

Mencapai ketuntasan ≥ 75%

(31)

Adapun klasifikasi tingkat keberhasilan belajar siswa dapat dilihat

[image:31.612.173.448.146.259.2]

pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam Persen . Rentang Nilai Tingkat Hasil Belajar Siswa

> 80% Sangat tinggi

60-79% Tinggi

40-59% Sedang

20-39% Rendah

<20% Sangat rendah

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

F. Indikator Keberhasilan

Penerapan pembelajaran IPS dengan menggunakan model Contextual

Teaching and Learning (CTL) dapat dikatakan berhasil apabila:

1. Adanya peningkatan aktivitas pada mata pelajaran IPS dari siklus I, II, dan

III.

2. Adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPS dari siklus I, II

dan III.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Siklus ini tidak

hanya berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang

diharapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas V B

SDN 1 Totokaton. Dalam setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu

perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi

(32)

1. Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang akan

dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam

pembelajaran IPS.

2. Tindakan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai

upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS.

3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa dan guru

selama pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi (reflecting) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan

hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi

terhadap proses belajar selanjutnya.

[image:32.612.180.448.362.659.2]

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1: Alur siklus PTK

Sumber: Modifikasi dari Wardani, dkk., (2007: 2.4). Perencanaan I

SIKLUS I

Pengamatan I

Perencanaan II

SIKLUS II

SIKLUS III

Pengamatan III

Pelaksanaan I I Refleksi I

Pelaksanaan III Refleksi III

Refleksi II Pelaksanaan II

I Pengamatan II

(33)

H. Urutan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus

pertama, peneliti mempersiapkan proses pembelajaran IPS menggunakan

model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi

pokok yang diajarkan.

2) Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang

kegiatan pembelajaran IPS dengan model Contextual Teaching and

Learning (CTL) .

3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4) Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal

(berupa LKS, soal pre test dan post test) dan penilaiannya. Instrumen

nontes berupa lembar observasi.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana

pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang

dilakukan dalam pembelajaran IPS dengan model Contextual Teaching

(34)

dan Perumusan Dasar Negara” pada siklus I sesuai dengan perencanaan

yang telah disusun sebagai berikut:

Kegiatan Awal

1) Mengkondisikan kelas

2) Apersepsi

Kegiatan menggali kembali pengetahuan siswa dapat berupa tanya

jawab dengan materi sebelumnya ataupun materi yang akan dipelajari.

3) Orientasi

Menjelaskan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan.

4) Motivasi

Timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

5) Pemberian pre test (diberikan pada pertemuan pertama sebelum

pembelajaran dimulai).

Kegiatan Inti

1) Guru menerapkan kegiatan belajar dengan model Contextual Teaching

and Learning (CTL) dengan merujuk pada kegiatan menemukan

(inquiry) agar pengetahuan dan keterampilan bukan hasil mengingat

saja tetapi hasil menemukan sendiri.

2) Guru membawa siswa masuk kedalam pengalaman-pengalaman yang

menantang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka.

3) Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa

berdiskusi satu sama lain.

4) Guru membiarkan mereka berpikir setelah mereka disuguhi beragam

(35)

5) Guru menggunakan istilah-istilah kognitif seperti: klasifikasikan,

analisislah ketika merancang tugas-tugas.

6) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok

terdiri dari 4-5 orang yang anggotanya heterogen.

7) Tiap kelompok diminta menganalisis, menemukan jawaban dari

lembar kerja yang disiapkan oleh guru.

8) Perwakilan salah satu kelompok maju ke depan kelas membacakan

hasil diskusinya.

9) Kelompok yang lain diminta memberi tanggapan terhadap kelompok

yang maju.

10)Guru mengusahakan siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman

mereka karena dengan begitu mereka benar-benar sudah belajar.

11)Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum

dipahami.

12)Pemberian post test (diberikan pada pertemuan terakhir setiap siklus).

Kegiatan Akhir

1) Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

2) Siswa diberi pekerjaan rumah, agar siswa lebih paham mengenai

materi yang sudah dipelajari.

3. Observasi (Observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

(36)

bantu berupa lembar observasi, meliputi lembar observasi aktivitas siswa

dan kinerja guru. Aktivitas siswa dan kinerja guru diamati oleh observer

selama proses pembelajaran dengan cara membubuhkan tanda ceklis pada

lembar observasi.

4. Refleksi (Reflecting)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil

belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa

mengikuti pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan

pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan

rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan

pada siklus kedua.

Siklus II

Siklus kedua ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan

siswa dalam pembelajaran IPS dengan model Contextual Teaching and

Learning (CTL). Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik

dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Siklus II ini juga melalui

langkah-langkah yang sama dengan siklus I yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang

untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS dengan model Contextual

(37)

mempersiapkan proses pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi

pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD).

2) Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang

kegiatan pembelajaran IPS dengan model Contextual Teaching and

Learning (CTL).

3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4) Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal

(berupa LKS, soal pre test dan post test) beserta penilaiannya.

Instrumen nontes berupa lembar observasi.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana

pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang

dilakukan dalam pembelajaran IPS melalui model Contextual Teaching

and Learning (CTL) dengan materi “Tokoh-Tokoh Persiapan

Kemerdekaan Indonesia” pada siklus II sesuai dengan perencanaan yang

telah disusun sebagai berikut:

Kegiatan Awal

1) Mengkondisikan kelas

2) Apersepsi

Kegiatan menggali kembali pengetahuan siswa dapat berupa tanya

(38)

3) Orientasi

Menjelaskan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan.

4) Motivasi

Timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

5) Pemberian pre test (diberikan pada pertemuan pertama sebelum

pembelajaran dimulai).

Kegiatan Inti

1) Guru menerapkan kegiatan belajar dengan model Contextual Teaching

and Learning (CTL) dengan merujuk pada kegiatan menemukan

(inquiry) agar pengetahuan dan keterampilan bukan hasil mengingat

saja tetapi hasil menemukan sendiri.

2) Guru membawa siswa masuk kedalam pengalaman-pengalaman yang

menantang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka.

3) Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa

berdiskusi satu sama lain.

4) Guru membiarkan mereka berpikir setelah mereka disuguhi beragam

pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu siswa.

5) Guru menggunakan istilah-istilah kognitif seperti: klasifikasikan,

analisislah ketika merancang tugas-tugas.

6) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok

terdiri dari 4-5 orang yang anggotanya heterogen.

7) Tiap kelompok diminta menganalisis, menemukan jawaban dari

(39)

8) Perwakilan salah satu kelompok maju ke depan kelas membacakan

hasil diskusinya.

9) Kelompok yang lain diminta memberi tanggapan terhadap kelompok

yang maju.

10)Guru mengusahakan siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman

mereka karena dengan begitu mereka benar-banar sudah belajar.

11)Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum

dipahami.

12)Pemberian post test (diberikan pada pertemuan terakhir setiap siklus).

Kegiatan Akhir

1) Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

2) Siswa diberi pekerjaan rumah, agar siswa lebih paham mengenai

materi yang sudah dipelajari.

3. Observasi (Observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan menggunakan alat

bantu berupa lembar observasi, meliputi lembar observasi aktivitas siswa

dan kinerja guru. Aktivitas siswa dan kinerja guru diamati oleh observer

selama proses pembelajaran dengan cara membubuhkan tanda ceklis pada

(40)

4. Refleksi (Reflecting)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan

hasil belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa

aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias

terhadap kegiatan pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa dilakukan

dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai

bahan perencanaan pada siklus ketiga.

Siklus III

Pembelajaran siklus ketiga ini diharapkan lebih baik dibanding dengan

hasil pembelajaran pada siklus pertama dan kedua. Siklus ketiga ini juga

melalui langkah-langkah yang sama dengan siklus pertama dan kedua yaitu

sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan oleh peneliti.

Dalam siklus ketiga ini peneliti mempersiapkan pembelajaran IPS melalui

model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi

pokok yang diajarkan.

2) Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang

kegiatan pembelajaran IPS melalui model Contextual Teaching and

(41)

3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4) Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal

(berupa LKS, soal pre test dan pos test) beserta penilaiannya.

Instrumen nontes berupa lembar observasi.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana

pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang

dilakukan dalam pembelajaran IPS melalui model Contextual Teaching

and Learning (CTL) dengan materi “Peristiwa Sekitar Proklamasi” pada

siklus III sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

Kegiatan Awal

1) Mengkondisikan kelas

2) Apersepsi

Kegiatan menggali kembali pengetahuan siswa dapat berupa tanya

jawab dengan materi sebelumnya ataupun materi yang akan

dipelajari.

3) Orientasi

Menjelaskan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan.

4) Motivasi

Timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

5) Pemberian pre test (diberikan pada pertemuan pertama sebelum

(42)

Kegiatan Inti

1) Guru menerapkan kegiatan belajar dengan model Contextual

Teaching and Learning (CTL) dengan merujuk pada kegiatan

menemukan (inquiry) agar pengetahuan dan keterampilan bukan hasil

mengingat saja tetapi hasil menemukan sendiri.

2) Guru membawa siswa masuk kedalam pengalaman-pengalaman yang

menantang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka.

3) Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa

berdiskusi satu sama lain.

4) Guru membiarkan mereka berpikir setelah mereka disuguhi beragam

pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu siswa.

5) Guru menggunakan istilah-istilah kognitif seperti: klasifikasikan,

analisislah ketika merancang tugas-tugas.

6) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok

terdiri dari 4-5 orang yang anggotanya heterogen.

7) Tiap kelompok diminta menganalisis, menemukan jawaban dari

lembar kerja yang disiapkan oleh guru.

8) Perwakilan salah satu kelompok maju ke depan kelas membacakan

hasil diskusinya.

9) Kelompok yang lain diminta memberi tanggapan terhadap kelompok

yang maju.

10)Guru mengusahakan siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman

(43)

11)Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum

dipahami.

12)Pemberian post test (diberikan pada pertemuan terakhir setiap siklus).

Kegiatan Akhir

1) Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

2) Siswa diberi pekerjaan rumah, agar siswa lebih paham mengenai

materi yang sudah dipelajari.

3. Observasi (Observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan menggunakan alat

bantu berupa lembar observasi, meliputi lembar observasi aktivitas siswa

dan kinerja guru. Aktivitas siswa dan kinerja guru diamati oleh observer

selama proses pembelajaran dengan cara membubuhkan tanda ceklis

pada lembar observasi. Selain itu observer juga bertanya langsung

kepada beberapa siswa apakah mereka lebih menyukai pembelajaran IPS

pada siklus ketiga dibandingkan dengan siklus pertama dan kedua

beserta alasan-alasannya. Hasil kerja (pada lembar jawaban) juga

diobservasi dengan cara yang sama dengan siklus pertama dan kedua.

4. Refleksi (Reflection)

Pada siklus ketiga ini peneliti menganalisis hasil pengamatan

(44)

meliputi sejauh mana siswa aktif dan antusias dalam kegiatan

pembelajaran IPS menggunakan model Contextual Teaching and

Learning (CTL) dan menbandingkannya dengan hasil pengamatan pada

siklus I, apakah ada peningkatan atau tidak. Peneliti juga menganalisis

hasil belajar siswa dengan cara menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil

analisis dipergunakan sebagai bahan kajian dan bahan pembanding

terhadap hasil penilaian siklus I dan siklus II dalam bentuk prosentase,

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan

terhadap siswa kelas V B SDN 1 Totokaton, Kec. Punggur, Lampung Tengah

Tahun Pelajaran 2011/ 2012 pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

pembelajaran IPS terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa

kelas V B SDN 1 Totokaton, Kec. Punggur, Lampung Tengah Tahun

Pelajaran 2011/ 2012. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan terhadap

aktivitas belajar siswa yang telah dilakukan dari siklus I, II dan III terjadi

peningkatan di setiap siklusnya. Aktivitas siswa terdiri dari empat aspek

(partisipasi, sikap, perhatian dan presentasi) dan setiap aspeknya terdiri

dari empat indikator, jadi total keseluruhan aktivitas belajar ada 16

indikator. Aktivitas pada siklus I sebesar 49,08% kemudian pada siklus II

sebesar 62,37% dan pada siklus III sebesar 80,08%, dengan demikian

terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 13,29% dan dari siklus

(46)

2. Penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

pembelajaran IPS terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V

B SDN 1 Totokaton, Kec. Punggur, Lampung Tengah Tahun Pelajaran

2011/ 2012. Hal ini sesuai dengan nilai hasil belajar yang telah diperoleh

siswa pada siklus I, II dan III. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar

siswa sebesar 59,38, kemudian pada siklus II nilai rata-rata sebesar 70,79

dan pada siklus III sebesar 84,08. Dengan demikian, terjadi peningkatan

dari siklus I ke siklus II sebesar 11,41 dan dari siklus II ke siklus III

sebesar 13,29. Bila dilihat dari persentase ketuntasan hasil belajar siswa,

dari 24 orang siswa pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa

sebanyak 10 orang siswa (41,67%), pada siklus II meningkat menjadi 17

orang siswa (70,83%) dan pada siklus III meningkat menjadi 20 orang

siswa (83,33%).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut ini

saran-saran dalam menerapkan model Contextual Teaching and Learning (CTL),

yaitu:

1. Siswa

Siswa diharapkan untuk selalu aktif dalam mengikuti pembelajaran

dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan guru sehingga,

dapat mempermudah siswa memahami materi pelajaran dan dapat

(47)

2. Guru

Dalam melaksanakan pembelajaran, guru sebaiknya lebih kreatif

mengaitkan antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa

sehari-hari, agar siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan serta

menggunakan buku-buku yang relevan dengan materi.

3. Sekolah

Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai serta

dapat memotivasi guru-guru untuk kreatif dalam melaksanakan

pembelajaran.

4. Peneliti

Memahami tugas seorang guru sekolah dasar dan dapat menerapkan

dan mengembangkan ilmu yang diperoleh saat kuliah dengan

(48)

TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Skripsi

Oleh

MELIA MEGA ASTUTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(49)

PENGGUNAAN MODEL

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

(CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1

TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

Melia Mega Astuti

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahya aktivitas dan hasil belajar

siswa kelas V B SDN 1 Totokaton Lampung Tengah. Salah satu alternatif

mengatasi masalah tersebut digunakan model

Contextual Teaching and Learning

(CTL), dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran IPS kelas V B.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas

dengan tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan,

yaitu perencanaan (

planning

), tindakan (

acting

), pengamatan (

observing

), dan

refleksi (

reflecting

). Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes formatif.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model CTL

dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hal

ini terbukti dari adanya peningkatan persentase aktivitas siswa dan rata-rata hasil

belajar siswa setiap siklusnya. Persentase aktivitas siswa siklus I sebesar 49,08%,

meningkat pada siklus II menjadi 62,37% dan pada siklus III meningkat lagi

menjadi 80,08%. Begitu pula pada rata-rata hasil belajar siswa yang selalu

meningkat dari 59,38 pada siklus I, menjadi 70,79 pada siklus II, dan 84,08 pada

siklus III.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan tiga

siklus dapat disimpulkan bahwa penggunaan model CTL dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V B SDN 1 Totokaton.

(50)

TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

MELIA MEGA ASTUTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(51)

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa

: Melia Mega Astuti

Nomor Pokok Mahasiswa

: 0813053044

Program Studi

: S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan (KIP)

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Dra. Asmaul Khair, M. Pd.

Drs. A. Sudirman, M. H.

NIP 19520919 197803 2 002

NIP 19540505 198303 1 003

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd.

(52)

1. Tim Penguji:

Ketua

: Dra. Asmaul Khair, M. Pd. ...

Sekretaris

: Drs. A. Sudirman, M. H.

...

Penguji Utama

: Dr. Hi. Darsono, M. Pd.

...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 198503 1 003

Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 9 Juli 2012

(53)

NPM

: 0813053044

jurusan

: Ilmu Pendidikan

program studi

: S1 PGSD

fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul

Penggunaan Model

Contextual Teaching and Learning

(CTL) untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas

-benar hasil

karya saya sendiri.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya,

dan apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya

besedia dituntut berdasarkan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku.

Metro, Juni 2012

Yang membuat pernyataan,

Melia Mega Astuti

NPM 0813053044

(54)

Siti Maymuri.

Pendidikan formal yang pernah penulis tempuh adalah Taman Kanak-Kanak

(TK) Aisyah Bustanul Atfal selesai pada tahun 1996 dilanjutkan dengan

menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 5 Metro yang selesai pada

tahun 2002. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 5 Metro yang selesai

pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Metro

diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Program Studi S-1 Pendidikan Guru

Sekolah Dasar (PGSD) melalui jalur SNMPTN.

MOTTO

(55)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

(Q.S. Alam Nasyrah : 6)

Jadikanlah hari kemarin sebagai pelajaran terindah

Gambar

Tabel 1. Kriteria Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam Persen .
Gambar 1: Alur siklus PTK

Referensi

Dokumen terkait

The PhET sims are designed to allow students to construct their own conceptual understanding of physics through exploration.. This makes the sims useful learning tools for

Dalam menyusun konfigurasi suatu elektron, maka susunan keempat bilangan kuantum harus digunakan, mulai dari tingkat energi yang rendah ke yang lebih tinggi (Aturan Aufbau), dan

Banyuasin Tahun Anggaran 2014, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor.. 10.07/PP.I/Disbun-01/2014 Tanggal 4 Juli 2014 dan Surat Penetapan Penyedia

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : BA/53/IV/2015/ULP, tanggal 1 April 2015, sehubungan dengan pengadaan pekerjaan tersebut di atas, kami Unit Layanan Pengadaan (ULP)

Waktu penelitian pengembangan (Development research) ini dilakukan pada bulan Februari-Mei Tahun Ajaran 2019- 2020 pada semester genap. Subjek penelitian yang dimaksud

Tujuan khusus tahun II adalah untuk merumuskan model pendidikan karakter yang aktif dan menyenangkan di lingkungan peserta didik Sekolah Dasar berbudaya Jawa kemudian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kombinasi serutan kayu meranti dan batang kelapa sawit terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel dan untuk

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh lama penyimpanan dan konsentrasi natrium benzoat pada suhu berbeda terhadap kadar vitamin C cabai