• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEMILIH TERHADAP CALON BUPATI PEREMPUAN PADA PILKADA PRINGSEWU 2011 (Studi Pada Pekon Mataram Kecamatan Gading Rejo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEMILIH TERHADAP CALON BUPATI PEREMPUAN PADA PILKADA PRINGSEWU 2011 (Studi Pada Pekon Mataram Kecamatan Gading Rejo)"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACK

AFFECTING DETERMINANTS VOTING BEHAVIOR TOWARD WOMAN CANDIDATE IN PRINGSEWU GENERAL ELECTION 2011

(Study case Pekon Mataram Gading Rejo District)

By Nadya Karina

Voting Behavior is the act of participation in choosing a candidate in general election. The voting behavior of Pekon Mataram communities is high on the local election of Pringsewu 2011. The recapitulation of vote counting results for the candidate of woman regent in Pekon Mataram on the local election of Pringsewu 2011 is superior compared to the number of votes for the man candidate is 65.55%.

The aims of the researchis perceiving and explaining determinants affecting of sex, ethnic, persona, and vision and mission oriented toward voting behavior at Pekon Mataran Pringsewu election 2011. The method is applied quantitative with the explanatory. Data collecting technique is a questionnaire in 94 respondents, interviewing, and documentation. Data analyzing technique is applied calculation of proportions, chi square test and test partially.

(2)

Nadya Kirana

candidate. Based on the calculations performed, for the gender variable there is no significant proportion differences on the cause factor of the voting behaviour of Pekon Mataram communities and for the ethnicity variable there is a significant proportion differences on the cause factor of the voting behaviour of Pekon Mataram communities on the local election of pringsewu 2011.

(3)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEMILIH

TERHADAP CALON BUPATI PEREMPUAN

PADA PILKADA PRINGSEWU 2011

(Studi Pada Pekon Mataram

Kecamatan Gading Rejo)

Oleh Nadya Kirana

Perilaku memilih adalah tindakan seseorang ikut serta dalam memilih orang/kandidat tertentu dalam sebuah pemilihan umum. Perilaku memilih masyarakat Pekon Mataram terhadap calon bupati perempuan terhitung tinggi pada pelaksanaan Pilkada Pringsewu 2011. Rekapitulasi hasil perhitungan suara untuk calon bupati perempuan di Pekon Mataram pada Pilkada Pringsewu 2011 lebih unggul dibandingkan dengan perolehan suara untuk calon bupati laki-laki yakni 65,55%.

(4)

Nadya Kirana

dokumentasi. Teknis analisis data yang digunakan adalah perhitungan proporsi, uji chi square dan pengujian secara parsial.

Hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa faktor ketokohan calon bupati perempuan lebih dominan mempengaruhi perilaku memilih masyarakat Pekon Mataram terhadap calon bupati perempuan, dan untuk faktor visi dan misi juga mempengaruhi perilaku memilih masyarakat terhadap calon bupati perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa ketokohan dan visi misi calon bupati perempuan menjadi pertimbangan masyarakat Pekon Mataram dalam memutuskan pilihannya untuk memilih calon bupati perempuan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, untuk variabel jenis kelamin tidak terdapat perbedaan proporsi yang signifikan pada faktor penyebab perilaku memilih mayarakat Pekon Mataram dan untuk variabel etnis terdapat perbedaan proporsi yang signifikan pada faktor yang mempengaruhi perilaku memilih terhadap calon bupati perempuan pada Pilkada Pringsewu 2011.

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah, pada pasal 6 ayat 2 mengalami perubahan yaitu pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan sehingga setiap orang memiliki hak yang sama untuk dipilih maupun memilih walaupun tidak termasuk dalam partai politik karena adanya sistem peseorangan atau independen.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan

Daerah, “kepala daerah dan wakil daerah dipilih dalam satu pasangan calon

(6)

mereka, serta menentukan segala bentuk kebijakan yang menyangkut hajat hidup rakyat daerah.

Pilkada tidak hanya sekedar untuk memilih kepala daerah tetapi harus diikuti dengan upaya pembelajaran dan pendidikan politik bagi seluruh lapisan masyarakat sehingga dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung masyarakat berperan aktif dalam menentukan kepala daerahnya. Peran aktif tersebut sangat dirasakan yaitu pada proses pelaksanaan untuk memilih kepala daerahnya sendiri, karena masyarakat dilibatkaan secara

langsung dan mempunyai ”hak pilih” guna menyalurkan aspirasinya untuk

pemilihan kepala daerah.

Pemilihan kepala daerah di Lampung pada tahun 2011, ada tiga daerah otonomi baru (DOB) yang secara serentak mengadakan pemilihan kepala daerah, yaitu Kabupaten Mesuji, Tulang Bawang Barat, dan Pringsewu. Ada fenomena menarik dalam pilkada tahun 2011, karena munculnya sosok perempuan guna bertarung memperebutkan posisi sebagai kepala daerah. Calon bupati perempuan tersebut terdapat di Kabupaten Pringsewu, dimana merupakan satu-satunya perempuan yang mencalonkan diri sebagai calon bupati pada Pilkada tahun 2011. Sosok perempuan tersebut yaitu Hi. Ririn Kuswantari yang merupakan isteri dari mantan bupati Lampung Selatan Wendy Melfa.

(7)

bupati. Peserta pilkada Kabupaten Pringsewu dapat dilihat pada tabel 1 yaitu sebagai berikut :

Tabel 1. Daftar Nama Calon Bupati dan Wakil Bupati dan Partai Politik Yang Mengusungnya Pada Pilkada Pringsewu 2011

No Nama Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati

Berdasarkan perhitungan suara pada Pilkada Kabupaten Pringsewu 2011, ditetapkanlah Sujadi Sadat sebagai Bupati Kabupaten Pringsewu dan Handitya Narapati sebagai Wakil Bupati Pringsewu. Perolehan suara tersebut dapat dilihat pada tabel 2 yaitu :

Tabel 2. Hasil Perolehan Suara Pilkada Pringsewu 2011 No Nama Pasangan Calon Bupati

(8)

Berdasarkan data di atas, dimana calon bupati perempuan berada di posisi ke dua, menunjukkan bahwa adanya peluang calon bupati perempuan untuk menang dan hal ini menunjukan bahwa perempuan dapat bersaing dalam pemilihan kepala daerah, walaupun pada hasil akhir dimenangkan oleh Sujadi Sadat.

Hanya adanya satu calon bupati perempuan pada pemilihan kepala daerah di tiga daerah otonomi baru (DOB) tersebut, yakni hanya terdapat di Kabupaten Pringsewu, menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam politik masih terbilang rendah. Namun, kehadiran sosok perempuan yang ikut bertarung dalam Pilkada perlu diapresiasi mengingat rendahnya tingkat partisipasi perempuan dalam bidang politik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Krisna Mici (2009) mengenai

pencalonan perempuan dalam Pilkada dengan judul ”Persepsi Mahasiswa UNDIP Tentang Keterlibatan Perempuan Dalam Pilkada Jawa Tengah”,

munculnya tokoh-tokoh perempuan dalam bursa pencalonan pemilihan kepala daerah memang menjadi warna tersendiri perkembangan dunia politik. Keterlibatan perempuan ini menimbulkan banyak persepsi dalam masyarakat tak terkecuali kaum akademis termasuk juga mahasiswa. Banyak yang mengangap keterlibatan perempuan sebagai kandidat dalam pilkada hanya sebagai vote keeper, yang kapasitas dan kapabilitasnya dalam politik masih dipertanyakan. Banyak diantaranya dianggap sebagai politikus karbitan yang

(9)

banyak juga perempuan yang terlibat dalam pilkada memang orang-orang yang kompeten untuk menjadi pemimpin di daerah pencalonannya.

(10)

Selain dari adanya penelitian di atas, dalam buku Perihal Ilmu Politik karangan Leo Agustino (2007:233), kendala perempuan dalam mewujudkan partisipasinya dalam politik salah satunya yaitu dikarenakan politik kaum pria yang terlalu dominatif, bahwa pria secara luas mendominasi arena ruang publik politik. Pria sangat mendominasi dalam memformulasi aturan-aturan permainan politik dan pria pulalah yang sering mendefinisikan standar untuk evaluasi dalam ruang publik tersebut, sehingga pada akhirnya kehidupan politik sering diatur sesuai dengan norma, nilai, dan ketentuan yang dimiliki kaum pria.

Selain itu, dibanyak negara termasuk di Indonesia, masih terdapat budaya

patriarki yang kurang mendukung partisipasi perempuan dalam sistem politik dan kebijakan publik sehingga memberi pengaruh terhadap kaum perempuan untuk mencapai peran setara dengan laki-laki dalam ranah publik khususnya politik. Dalam kontruksi budaya tersebut, perempuan masih dianggap

subordinat, mendapat stereotipe lemah, tidak kuat, manja dan menganggap urusan perempuan hanya mengurusi rumah tangga dan peran domestik lainnya. Stereotipe dan mitos tersebut sangat menghambat perempuan terjun ke ranah publik, khususnya dalam peran politiknya. Perempuan juga mendapat banyak hambatan sebelum berkarier politik, perempuan dibenturkan oleh peran domestik dan biologisnya. Sebut saja dalam partisipasi perempuan dalam politik masih sebatas mobilized partisipation

(11)

Penelitian ini mengambil fokus kajian perilaku memilih terhadap calon bupati perempuan pada pemilihan kepala daerah Kabupaten Pringsewu 2011 dengan fokus masyarakat Pekon Mataram Kecamatan Gadingrejo. Berdasarkan perhitungan suara, dapat diketahui bahwa perolehan suara calon bupati perempuan lebih unggul daripada calon yang lain. Hal ini menunjukan bahwa banyak masyarakat di Pekon Mataram mendukung calon bupati perempuan dalam Pilkada. Hasil perolehan suara tersebut dapat dilihat pada tabel 3,

2 Hi. Ririn Kuswantari S.Sos Subhan Efendi, S.H

Golkar, PPP 1559 65,55% 3 Hi. Abdullah Fadri Auli,S.H

Hi. Tri Prawoto, M.M

Total Suara Sah 2378 suara

Sumber : hasil Rekapitulasi PPS Pekon Mataram tahun 2011

(12)

Tabel 4. Hasil Perolehan Suara per TPS di Pekon Mataram Kecamatan Gading Rejo

No Nama Perolehan Suara per TPS Jumlah

1 2 3 4 5 6 7

1 Untung & Purwanto 9 7 1 0 2 3 3 25

2 Ririn & Subhan 205 144 184 191 273 261 301 1.559

3 Abdullah & Tri .P 29 52 15 27 20 10 10 163

4 Sinung & Mat Alfi 44 16 10 8 22 33 14 147

5 Sujadi & Handitya 58 110 45 61 70 90 50 484

Sumber : hasil Rekapitulasi PPS Pekon Mataram tahun 2011

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa perolehan suara untuk calon bupati perempuan di tiap TPS sangat unggul dibandingkan dengan calon bupati laki-laki. Hal ini menunjukan bahwa di Pekon Mataram banyak yang mendukung calon bupati perempuan untuk menjadi kepala daerah dan percaya akan pemimpin perempuan.

(13)

Berdasarkan fenomena di atas, dimana sebagian masyarakat di Indonesia masih

memberikan penilaian minor terhadap perempuan yang terlibat pada pilkada,

namun di Pekon Mataran Kecamatan Gadingrejo jumlah pemilih yang memilih

calon bupati perempuan sangat banyak dan perolehan suara yang didapat sangat

unggul dan terdapat perbedaan yang signifikan daripada calon bupati laki-laki,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku memilih terhadap calon bupati perempuan pada pilkada

Pringsewu 2011.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah ”Faktor-Faktor Apakah Yang Mempengaruhi Perilaku Memilih Masyarakat Pekon Mataram Terhadap Calon Bupati Perempuan Pada

Pilkada Pringsewu 2011?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku memilih terhadap calon bupati perempuan pada pilkada Pringsewu 2011.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

(14)
(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Perilaku Pemilih

1. Perilaku Memilih

Ramlan Surbakti (2010:185) memandang perilaku memilih sebagai keikutsertaan warga negara dalam pemilu yang juga menjadi serangkaian kegiatan membuat keputusaan yakni memilih atau tidak, dan jika memilih apakah memilih kandidit X atau kandidat Y.

(16)

Menurut Mahendra (2005:75) konsep perilaku memilih adalah tindakan seseorang ikut serta dalam memilih orang, partai politik, atau isu publik tertentu. Perilaku memilih merupakan tindakan seseorang dalam memberikan pilihan pada calon elit politik, partai politik atau isu politik tertentu.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa perilaku memilih merupakan suatu tindakan seseorang untuk memberikan suara dalam pemilihan umum, dimana yang menjadi perhatian adalah mengapa seorang pemilih memilih partai tertentu atau kandidat tertentu dan bukan partai lain atau kandidat lainnya.

2. Perilaku Tidak Memilih (Golput)

Perilaku pemilih merupakan tindakan pemilih terkait pemilihan langsung, salah satu perwujudan dari perilaku pemilih adalah konsep perilaku memilih. Berbeda dengan konsep tersebut, terdapat sebuah pandangan yang bertolak belakang dengan konsep perilaku memilih, yaitu konsep perilaku tidak memilih yang dalam kondisi tertentu dikenal dengan istilah golongan putih (golput).

(17)

awal ada sekelompok orang yang tidak mau didaftarkan sebagai pemilih sehingga tahapan pemilu tidak diikutinya. Selain itu ada juga sekelompok orang yang terdaftar sebagai pemilih, tetapi tidak menggunakan hak pilihnya pada hari pemungutan suara. Golput juga merupakan bentuk ketidakpuasan masyarakat terhadap objek politik, hal ini seperti yang dikemukakan Arief Budiman dalam Joko J. Prihatmoko (2003:150) yang mengatakan bahwa:

“Golput bukan organisasi, tanpa pengurus, dan hanya merupakan

pertemuan solidaritas. Golput adalah sebuah identifikasi bagi mereka yang tidak puas dengan keadaan dan aturan main demokrasi yang diinjak-injak oleh partai politik dan pemerintah demi memenangkan pemiliu dengan menggunakan aparat negara melalui cara di luar batas aturan main demokratis. Keberadaan golput mengindikasikan bahwa proses politik yang sedang berlangsung tidak benar. Kendati memiliki kekuatan politik,

golput melakukan gerakkannya dengan diam.”

(18)

3. Pendekatan Perilaku Pemilih

Ramlan Surbakti (2010:145) menyatakan bahwa terdapat beberapa pendekatan dalam mengkaji alasan pemilih memilih kontestan tertentu dalam pemilihan diantaranya:

a. Pendekatan Struktural yang melihat kegiatan memilih sebagai sebagai produk dari kontes struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial (struktur sosial yang menjadi sumber kemajemukan politik dapat berupa kelas sosial, agama, bahasa dan nasionalisme), sistem partai, sistem pemilihan umum, permasalahan, dan program yang ditawarkan oleh setiap partai.

b. Pendekatan Sosiologis yang cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. dimana pilihan seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi oleh latar belakang demografi dan sosial ekonomi seperti jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan kelas, pendapatan dan agama.

c. Pendekatan Ekologis yang hanya relevan jika dalam suatu daerah pemilihan terdapat perbedaan karakteristik pemilih berdasarkan unit teritorial.

d. Pendekatan Psikologi Sosial berupa identifikasi partai dimana partai yang secara emosional dirasakan sangat dekat yang selalu dipilih tanpa terpengaruh oleh faktor lain.

(19)

Pengklasifikasian pendekatan untuk melihat perilaku pemilih juga dikemukakan oleh Adman Nursal (2004:54), secara umum terbagi atas empat pendekatan yakni pendekatan sosiologis disebut sebagai Mazhab Columbia (The Columbia of Electoral Behavioral), pendekatan psikologis disebut sebagai Mazhab Michigan (The Michigan Survey Research Center) dan pendekatan rasional serta pendekatan domain kognitif (pendekatan marketing)

a. Pendekatan Sosiologis

Mengenal mashab sosiologis, Marbawi (Litbang Media Group), seperti yang dikutip oleh A.A Oka Mahendra (2005:75), menyatakan bahwa

“latar belakang pilihan atas partai, calon dan isu, ditentukan oleh

karakteristik sosial pemilih. Misalkan, agama, etnik atau kedaerahan. Seseorang akan memilih partai atau figur tertentu karena ada kesamaan karakteristik sosial antara si pemilih dan karakteristik sosial figur atau partai.

Menurut Muhammad Asfar dalam Adman Nursal (2004:55):

"Pendekatan sosiologis pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Pengelompokan sosial seperti umur (tua, muda), jenis kelamin, agama dan semacamnya, dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam

membentuk perilaku pemilih”.

(20)

karakteristik sosial tokoh atau partai yang dipilih atau pemilih memiliki orientasi tertentu terkait karakteristik dan pengelompokan sosialnya dengan pilihan atau partai atau calon tertentu.

Oleh karena itu pada pendekatan sosiologis akan menekankan pada dua aspek yaitu :

a) Pengelompokan sosial dilihat dari pola hubungan sosial seperti hubungan pertemanan, kekeluargaan dan kekerabatan serta kelompok sosial lainnya seperti profesi dan organisasi yang diikuti. b) Karakteristik sosial yang dilihat orientasi pemilih terhadap karakteristik sosial kandidat seperti usia, jenis kelamin, agama, etnis dan lain-lain.

b. Pendekatan Psikologis

Pendekatan psikologis atau yang sering disebut juga mazhab michigan sebagaimana diungkapkan oleh A.A. Oka Mahendra (2005:76) bahwa,

“faktor-faktor sosiologis seperti kesamaan agama atau etnik tidak akan fungsional mempengaruhi keputusan pemilih, jika sejak awal belum terbentuk persepsi dan sikap pribadi pemilih terhadap faktor-faktor sosial, maupun terhadap faktor sosial yang dilekatkan pada partai atau calon tertentu. Harus sudah terbentuk dalam diri pemilih bahwa dirinya termasuk dalam satu golongan atau segmen sosial tertentu, sekaligus terbentuk persepsi dari diri yang bersangkutan bahwa partai atau figur tertentu juga diidentikkan dengan kelompok atau segmen sosial yang sama dengan diri mereka”.

(21)

politiknya. Terbentuknya persepsi dan sikap ini diawali dengan proses sosialisasi yang panjang yang membentuk ikatan yang kuat dengan partai politik dan menimbulkan identifikasi tanpa didasari.

Pendekatan psikologis ini menggunakan konsep kunci yakni identifikasi partai yang mana proses sosialisasi yang dijalani akan membentuk ikatan psikologis seseorang dengan partai politik atau kandidat tertentu. Identifikasi partai merupakan rasa keterikatan individu terhadap partai sekalipun ia bukan anggota. Perasaan ini tumbuh sejak kecil di pengaruhi oleh orang tua dan lingkungan keluarga. Dengan demikian pendekatan ini saling terkait dengan pendekatan sosiologis dimana identifikasi partai berkaitan dengan pengelompokkan sosial.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa Pendekatan Psikologis yaitu pendekatan yang melihat perilaku pemilih sebagai bentukan dari proses sosialisasi yang melahirkan ikatan emosional (identifikasi) yang mengarahkan tindakan politik seseorang dalam suatu pemilihan. Indikator yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh pendekatan ini adalah sebagai berikut :

(22)

2. Identifikasi Partai, yang dilihat dari kesamaan pandangan responden dengan anggota keluarganya terhadap pilihan tertentu serta adanya kesamaan antara partai yang dipilih dengan partai yang dikagumi.

c. Pendekatan Rasional

Adman Nursal (2004:64) menyebutkan bahwa :

”pendekatan rasional terutama berkaitan dengan orientasi

utama pemilih, yakni orientasi kandidat. Perilaku pemilih berorientasi isu berpusat pada pertanyaan : apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah dalam memecahkan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan negara. Sementara orientasi kandidat mengacu pada sikap seseorang terhadap pribadi kandidat tanpa memperdulikan

label partai”.

Pendekatan rasional berkaitan dengan pola perilaku pemilih masyarakat, yakni orientasi isu dan orientasi kandidat. Orientasi isu berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sosial, ekonomi dan politik tertentu yang kontekstual dengan pemilu bersangkutan terutama peristiwa dramatis, sementara itu pendekatan rasional terhadap kandidat dapat didasarkan pada kedudukan informasi, prestasi dan popularitas pribadi bersangkutan dalam berbagai bidang kehidupan seperti organisasi, kesenian, olahraga dan politik.

(23)

motivasi, prinsip, pengetahuan dan mendapat informasi yang cukup, tindakan mereka bukanlah karena faktor kebetulan atau kebiasaan, bukan untuk diri sendiri melainkan untuk kepentingan umum menurut pikiran dan pertimbangan logis.

Pendekatan rasional merupakan pendekatan yang melihat bahwa pilihan pemilih adalah keputusan rasional pemilih dimana yang dipertimbangkan adalah sebagai berikut :

1. Orientasi visi misi yang diukur dari pengetahuan dan pemahaman serta ketertarikan pemilih terhadap program yang ditawarkan calon.

2. Orientasi kandidat yang diukur dari kualitas kandidat meliputi kedudukan, informasi, prestasi dan popularitas pribadi bersangkutan dalam berbagai bidang kehidupan terkait kompetensinya dalam merealisasikan program yang ditawarkan.

d. Pendekatan Marketing

Dalam Adman Nursal (2004:69-71) menurut pendekatan yang dikembangkan oleh Newman dan Sheth ini terdapat tujuh domain kognitif terpisah dan berbeda yang mempengaruhi perilaku pemilih yakni :

a. Isu dan kebijakan politik (issues and policies), merepresentasikan kebijakan atau program yang diperjuangkan dan dijanjikan oleh partai atau kandidat politik jika menang kelak.

(24)

pemilih dengan menciptakan asosiasi antara kandidat atau partai dengan segmen-segmen tertentu dalam masyarakat.

c. Perasaan emosional (emotional feelings), dimensi emosional yang terpancar dari kontestan yang ditunjukkan oleh kebijakan politik yang ditawarkan.

d. Citra kandidat (candidate personality), mengacu pada sifat-sifat pribadi yang penting yang dianggap sebagai karakter kandidat. e. Peristiwa mutakhir (current events), mengacu pada himpunan

peristiwa, isu, dan kebijakan yang berkembang menjelang dan selama kampanye.

f. Peristiwa personal (personal events), mengacu pada kehidupan peribadi dan peristiwa yang pernah dialami secara pribadi oleh seorang kandidat.

g. Faktor-faktor epistemic (epistemic issues), isu-isu pemilihan yang spesifik yang dapat memicu keingintahuan para pemilih tentang hal-hal baru.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga model atau pendekatan perilaku pemilih yaitu pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan rasional, kemudian akan di ukur besarnya pengaruh dari ketiga pendekatan ini dalam faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku memilih terhadap calon bupati perempuan pada pilkada Pringsewu 2011.

B. Tinjauan Perempuan Dalam Politik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian perempuan adalah orang/manusia yang mempunyai hak, mensturasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui.

(25)

ikut serta dalam menjalankan kepentingan umum baik secara langsung maupun melalui wakil-wakil yang mereka pilih secara bebas. Ia pun berhak untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan-pemilihan berkala dan umum.

Konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap

perempuan dalam pasal 7 memuat bahwa ”Negara-negara peserta wajib

membuat peraturan-peraturan yang tepat untuk penghapusan diskriminasi terhadap perempuan dalam kehidupan politik dan kehidupan kemasyarakatan negaranya, khususnya menjamin bagi perempuan atas dasar persamaan dengan laki-laki”. Adapun hak-hak tersebut adalah :

a. Untuk memilih dan dipilih

b. Untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijaksanaan pemerintah dan melaksanakan segala fungsi pemerintahan di semua tingkat.

c. Untuk berpartisipasi dalam organisasi-organisasi dan perkumpulan-perkumpulan non pemerintah yang berhubungan dengan pemerintah dan kehidupan masyarakat.

Dalam buku Perihal Ilmu Politik karangan Leo Agustino (2007: 231-235), dibahas beberapa kendala peran perempuan dalam politik yang masih belum dioptimalkan, hal ini bisa dikarenakan beberapa faktor antara lain :

1. Kendala politik

(26)

a. Politik kaum pria yang dominatif.

Pria sangat dominan dalam memformulasi aturan-aturan permainan politik dan pria pulalah yang sering mendefinisi standar untuk evaluasi dalam ruang publik tersebut sehingga pada akhirnya kehidupan politik sering diatur sesuai dengan norma, nilai, ketentuan yang dimiliki kaum pria.

b. Kurangnya dukungan partai

Seperti yang diketahui bahwa perempuan memainkan peran penting dalam kampanye dan memobilisasi dukungan di partai-partai politik dukungannya, tetapi mereka tidak memperoleh keuntungan dari kegiatan yang mereka lakukan.

2. Kendala ideologi

Salah satu jargon ideologis yang mengekang aktivitas perempuan adalah

adanya ungkapan yang mengatakan, ”ketika perempuan menjadi politis, ia berhenti menjadi seorang ”ibu”. Kendala-kendala ideologis dan psikologis

bagi perempuan dalam memasuki ruang publik bukan hanya berupa jargon semata, tetapi juga ialah sebagai berikut :

a. Kondisi sosio-kultur yang mengekang. Di banyak negara termasuk di Indonesia terlalu mengagungkan sistem patriarki.

(27)

ditelusuri penyebabnya, antara lain yaitu pertama, argumen yang menyatakan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan harus dilindungi. Oleh karena lemahnya perempuan, maka pekerjaan yang cocok bagi mereka adalah pekerjaan diranah domestik-rumahtangga,

kedua, Adanya persepsi bahwa ”politik” sama dengan ”permainan

kotor”. Anggapan ini telah mengendurkan rasa percaya diri perempuan

atas kemampuannya untuk berhadapan dengan proses politik. Persoalan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dan maacam sebagainya menjadi permainan kotor yang inheren dalam domain politik.

c. Peran media massa yang masih kurang mendorong peran perempuan dalam konteks ruang publik politik.

d.

3. Kendala Sosio-Ekonomi

(28)

C. Tinjauan Pemilihan Kepala Daerah

1. Pemilihan Kepala Daerah

Seperti yang diungkapkan oleh Abdul A. Harahap (2005:122), mengatakan bahwa :

”Pilkada langsung merupakan tonggak demokrasi terpenting di daerah, tidak hanya terbatas pada mekanisme pemilihannya yang lebih demokratis dan berbeda dengan sebelumnya, tetapi merupakan ajangpembelajaran politik terbaik dari perwujudan dari kedaulatan rakyat. Melalui pilkada langsung rakyat semakin bergulat, dibandingkan dengan mekanisme sebelumnya dimana kepala daerah ditentukan sejumlah anggota DPRD. Sekarang seluruh rakyat yang mempunyai hak pilih dapat menggunakan hak suaranya secara langsung dan terbuka untuk memilih kepala daerahnya sendiri. Inilah esensi dari demokrasi dimana kedaulatan sepenuhnya ada di tangan rakyat, sehingga berbagai

distorsi demokrasi dapat ditekan seminimal mungkin”.

Pilkada langsung seperti yang diatur dalam UU Nomor 32 tahun 2004 pada pasal 56 diayat-ayatnya berbunyi :

1. Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

2. Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan paartai politik.

2. Proses Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

(29)

penetapan pemilih, pendaftaran dan penetapan pasangan calon, kampanye, pemungutan dan perhitungan suara serta penetapan, pengesahan, pengangkatan dan pelantikan pasangan calon terpilih.

D. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah konsep yang terjadi dari hubungan antara sebab akibat atau kausal hipotesa antar variabel terikat atau tidak bebas dalam rangka memberikan jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang diselidiki (Sukardi, 2005:97).

Sebagai salah satu instrumen demokrasi, pilkada merupakan sarana untuk mengukur kualitas dan kuantitas partisipasi masyarakat dalam memberikan haknya, sehingga keterlibatan setiap elemen masyarakat menjadi syarat mutlak bagi keberlangsungan demokrasi dan pembangunan di Indonesia khususnya di Kabupaten Pringsewu.

Pada Pilkada Kabupaten Pringsewu tahun 2011, terdapat satu calon bupati perempuan yang mencalonkan diri, yaitu Hi. Ririn Kuswantari S.Sos. Pencalonan Hi. Ririn Kuswantari S.Sos ini, merupakan satu-satunya perempuan yang mencalonkan diri sebagai calon bupati pada Pilkada tahun 2011.

(30)

atau 65,55% dari 2.378 orang yang menggunakan suaranya pada Pilkada Pringsewu 2011.

Pada penelitian ini penulis mengggunakan konsep perilaku pemilih yang terdiri atas pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan rasional untuk memudahkan penulis dalam mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku memilih terhadap calon bupati perempuan dalam Pilkada Pringsewu 2011. Ketiga pendekatan ini kemudian diturunkan dalam beberapa variabel yang digunakan untuk mengukur penyebab perilaku memilih masyarakat Pekon Mataram terhadap calon bupati perempuan yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendekatan Sosiologis yang diukur berdasarkan jenis kelamin dan kesamaan etnis

2. Pendekatan Psikologis yang diukur berdasarkan faktor ketokohan calon bupati perempuan

3. Pendekatan Rasional yang diukur berdasarkan faktor orientasi visi dan misi calon bupati perempuan

(31)

Bagan Kerangka Pikir

Gambar 1. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Perilaku Memilih (X)

1. Pendekatan Sosiologis a. Jenis Kelamin

b. Etnis

2. Pendekatan Psikologis c. Ketokohan

3. Pendekatan Rasional d. Orientasi visi dan misi

Perilaku Memilih terhadap Calon Bupati

Perempuan Pekon Mataram pada Pilkada

(32)

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, peneliti mencoba merumuskan hipotesis bahwa diduga faktor jenis kelamin, faktor etnis, faktor ketokohan, dan faktor orientasi visi dan misi calon bupati perempuan berpengaruh dalam perilaku memilih masyarakat terhadap calon bupati perempuan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat perbedaan proporsi yang signifikan pada faktor yang mempengaruhi perilaku memilih terhadap calon bupati perempuan pada Pilkada Pringsewu 2011 dilihat dari variabel jenis kelamin.

Ha : Terdapat perbedaan proporsi yang signifikan pada faktor yang mempengaruhi perilaku memilih masyarakat Pekon Mataram pada Pilkada Pringsewu 2011 dilihat dari variabel jenis kelamin.

Ho : Tidak terdapat perbedaan proporsi yang signifikan pada faktor yang mempengaruhi perilaku memilih masyarakat Pekon Mataram pada Pilkada Pringsewu 2011 dilihat dari variabel etnis (suku).

(33)

Ho : Faktor ketokohan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku memilih masyarakat pada Pilkada Pringsewu 2011.

Ha : Faktor ketokohan mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku memilih masyarakat Pekon Mataram pada Pilkada Pringsewu 2011.

Ho : Faktor Visi dan Misi tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku memilih masyarakat Pekon Mataram pada Pilkada Pringsewu 2011.

(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Metode penelitian menurut M. Nazir (1999:51) adalah urutan kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian, termasuk alat yang digunakan untuk mengukur maupun mengumpulkan data, serta bagaimana melakukan penelitian di lapangan. Penelitian ini bertujuan menjelaskan atau menggambarkan hubungan sebab akibat sehingga menggunakan metode eksplanatori kuantitatif.

(35)

perilaku pemilih (faktor jenis kelamin, faktor etnis, faktor ketokohan, dan faktor orientasi visi dan misi calon bupati perempuan).

Metode kuantitatif digunakan dalam pengolahan dan penyajian data dalam penelitian ini, dimana menurut Arikunto (2002:10), Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan hasilnya. Oleh sebab itu, pemahaman akan kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila disertai tabel, grafik, dan bagan. Dalam penelitian ini, kuesioner merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku memilih terhadap calon bupati perempuan pada Pilkada Pringsewu 2011, sehingga penelitian ini menggunakan metode eksplanatori kuantitatif.

B. Variabel Penelitian

Adapun variabel pada penelitian ini adalah : 1. Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependen. Variabel independen dari penelitian ini adalah :

Variabel X1 : Faktor Jenis Kelamin Variabel X2 : Faktor Etnis

Variabel X3 : Faktor Ketokohan

(36)

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah perilaku memilih masyarakat Pekon Mataram terhadap calon bupati perempuan pada Pilkada Pringsewu 2011.

Bagan Hubungan Antar Variabel

Variabel Bebas (X1) X1

X2 Variabel Terikat (Y)

X3

X4

Gambar 2. Faktor Jenis Kelamin

Faktor Etnis

Faktor Ketokohan

Faktor Orientasi Visi Misi

(37)

C. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan definisi akademik atau yang mengandung pengertian universal untuk suatu kata atau kelompok kata. Pemaknaan dari konsep yang digunakan sehingga mempermudah peneliti untuk mengoperasionalkan konsep tersebut di lapangan.

Berikut konsep utama dalam penelitian ini adalah :

1. Perilaku Memilih

Perilaku memilih dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai suatu tindakan seseorang ikut serta dalam memilih orang/kandidat tertentu dalam sebuah pemilihan umum.

2. Pendekatan Sosiologis

Merupakan pendekatan yang melihat latar belakang pilihan tertentu yang ditentukan oleh karakteristik atau pengelompokan sosial pemilih, dengan indikator karakteristik sosial pada aspek jenis kelamin dan etnis (suku).

3. Pendekatan Psikologis

Merupakan pendekatan yang melihat perilaku memilih ditentukan oleh adanya ikatan emosional (identifikasi) yang kemudian mengarahkan tindakan politik seseorang, dengan indikator ketokohan.

4. Pendekatan Rasional

(38)

dan misi kandidat yang diukur dari pengetahuan dan pemahaman serta ketertarikan pemilih terhadap program yang ditawarkan calon.

D. Definisi Operasional

M. Nazir (1999: 152) menyatakan bahwa, “definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang

diperlukan untuk mengukur variabel tersebut”. Definisi operasional digunakan

sebagai petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Oleh karena itu, dengan membaca definisi operasioanl dalam suatu penelitian, maka akan mengetahui indikator-indikator variabel tersebut

Penelitian ini akan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku memilih terhadap calon bupati perempuan pada pemilihan kepala daerah Kabupaten Pringsewu tahun 2011 dilihat dari tolak ukur sebagai berikut :

1. Faktor Psikologis

a. Jenis kelamin, diukur dari jenis kelamin laki-laki atau jenis kelamin perempuan.

b. Etnis, diukur dari kesamaan/ketertarikan terhadap etnis calon bupati perempuan yakni etnis Jawa.

2. Faktor Psikologis

(39)

3. Faktor Rasional

d. Orientasi visi dan misi calon kandidat, diukur dari pengetahuan dan pemahaman, serta ketertarikan pemilih terhadap program yang ditawarkan calon bupati perempuan.

4. Perilaku Memilih

Perilaku memilih yang diukur dari pertimbangan-pertimbangan pemilih terhadap faktor sosiologis, faktor psikologis, dan faktor rasional.

E. Lokasi Penelitian

(40)

F. Populasi Penelitian

Populasi dalam buku karangan Burhan Bungin (2010:99) adalah berasal dari kata bahasa Inggris population, yang berarti jumlah penduduk. Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008:24) “populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran daripada karakteristik

tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas”. Populasi

dapat dikatakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sopiah, 2010:185).

Dari hasil penghitungan suara, jumlah perolehan suara untuk calon bupati perempuan (Hi. Ririn Kuswantari S.Sos) yaitu sebanyak 1.559 orang. Hasil perolehan ini menjadikan Hi. Ririn Kuswantari unggul di Pekon Mataram tersebut.

(41)

G. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sopiah, 2010:186). Untuk menghitung jumlah sampel dalam penelitian ini digunakan rumus perhitungan sampel yang dikemukakan oleh Slovin dalam Sopiah (2010:189) yaitu sebagai berikut :

2

Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah populasi yang berdasarkan jumlah perolehan suara terbanyak yang artinya jumlah tersebut merupakan jumlah pemilih untuk calon bupati perempuan yaitu sebanyak 1.559 orang.

Berikut adalah perhitungan sampel : N = 1.559 orang

Populasi 1.559 orang pemilih merupakan jumlah perolehan suara yang banyak memilih untuk calon bupati perempuan di Pekon Mataram Kecamatan Gadingrejo pada pilkada Kab. Pringsewu tahun 2011.

e = Ditetapkan 0,1 yaitu penyimpangan dalam pemakaian sampel sebesar 10%

(42)

Demikian dapat diketahui besarnya sampel sebagai berikut : 1.559

n =

1+ (1.559).(0,1) 2

1.559 n =

1+ 15,59 1.559 n =

16,59

n = 93,97 dibulatkan menjadi 94

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa responden yang akan diteliti sebanyak 94 orang yang telah memiliki hak pilih dan menggunakan hak pilihnya dengan memilih calon bupati perempuan pada Pilkada Kabupaten Pringsewu tahun 2011. Selanjutnya teknik pengambilan sampel atau proses penyebaran sampel menggunakan

snowball random sampling.

H. Jenis Data

Penelitian ini perlu didukung dengan adanya data yang akurat dan lengkap. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan sumbernya yaitu data primer dan data sekunder sebagai berikut :

1. Data Primer

(43)

masyarakat Pekon Mataram Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Sopiah,2010:44).

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu dapat berupa data-data yang berasal dari artikel-artikel dan karya ilmiah yang dipublikasikan di internet serta berbagai literatur yang mendukung permasalahan seperti buku, majalah, undang-undang, artikel dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, wawancara dan dokumentasi.

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang terdiri dari item-item pertanyaan secara terstruktur yang berkaitaan dengan penelitian. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang disertai dengan pilihan jawaban.

(44)

terhadap pencalonan bupati perempuan pada pemilihan kepala daerah Kabupaten Pringsewu tahun 2011.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui percakapan secara langsung dengan bertatap muka dengan responden. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur. Peneliti mencoba menggali permasalahan mengenai alasan masyarakat memilih calon bupati perempuan pada Pilkada Pringsewu 2011

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan dokumentasi dalam penelitian ini berupa catatan, buku monografi, data pendudukm literatur, jurnal atau skripsi, undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, agenda dan sebagainya. Dokumentasi dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder dan merupakan teknik bantu dalam pengumpulan data.

J. Teknik Pengolahan Data

Setelah data yang diperoleh terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah dengan mengolah data tersebut. Teknik pengolahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Editing

(45)

dipersiapkaan ke tahap selanjutnya yaitu memeriksa hasil kuisioner yang telah diisi oleh responden.

2. Koding

Tahap koding adalah tahap dimana jawaban dari responden diklasifikasikan menurut jenis pertanyaan untuk kemudian diberi kode dan dipindahkan dalam tabel kode atau buku kode.

3. Tabulating

Tahap tabulasi adalah tahap mengelompokan jawaban-jawaban yang serupa secara teratur dan sistematis. Tahap ini dilakukan dengan cara mengelompokkan jawaban-jawaban responden yang serupa. Melalui tabulasi data akan tampak ringkas dan bersifat merangkum. Pada penelitian ini data-data yang telah diperoleh dari lapangan kemudian disusun ke dalam bentuk tabel, sehingga pembaca dapat melihat dan memahaminya dengan mudah.

4. Interpretasi data

Tahap interpretasi data yaitu tahap untuk memberikan penafsiran atau penjabaran dari data yang ada pada tabel untuk dicari maknanya yang lebih luas dengan menghubungkan jawaban dari responden dengan hasil yang lain, serta dari dokumentasi yang ada.

(46)

Penelitian ini menggunakan dua jenis data yakni data nominal dan data ordinal. Data nominal diperoleh melalui kuesioner dengan tipe pertanyaan demografi yang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik respondenn seperti umur, jenis kelamin, penghasilan, pendidikan, dan lainnya (Erwan dan Dyah, 2007:66).

Data ordinal dalam penelitian ini diperoleh melalui Skala Likert yang dipergunakan untuk mengukur persepsi, pendapat, sikap serta penilaian seseorang tentang fenomena sosial (Erwan dan Dyah, 2007:63). Teknik ini berdasarkan pada data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner serta dokumentasi yang diinterpretasikan dan kemudian ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian. Penskoran menggunakan penilaian dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Skor Metode Skala Likert

No Pernyataan dengan memilih jawaban Skor

1 Setuju 3

2 Kurang Setuju 2

3 Tidak Setuju 1

Sumber: (Erwan dan Dyah, 2007:63)

I. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Uji Validitas Instrumen

(47)

menguak data sehingga mampu menjawab pemasalahan hingga tujuan penelitian tercapai.

Menurut Arikunto (2002:144), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu alat dikatakan valid apabila memberikan data ukurnya dan gambaran yang cermat sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran. Uji validitas adalah untuk menguji kualitas item yang akan dipergunakan dalam penelitian ini. Dengan mempergunakan instrumen penelitian yang memiliki validitas yang tinggi, hasil penelitian mampu menjelaskan masalah penelitian sesuai dengan keadaan atau kejadian yang sebenarnya. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 17.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen menurut Arikunto (2002:154) adalah suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat ukur data karena intrumen tersebut sudah baik. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbachs. Pengolahan data dibantu dengan program aplikasi SPSS 17.

Rumus :

Keterangan :

K = Jumlah item/belahan (k) (1 -  S2

y1

α =

(48)

 S2

y1 = Jumlah varian belahan dalam tes Sx – tot = Varian skor total

Nilai hitung yang diperoleh kemudian melalui rumus alpha Cronbachs

dengan bantuan apilkasi SPSS 17 kemudian diinterpretasikan dengan nilai interpretasi reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 6. Nilai Interpretasi Reliabel

Besarnya Nilai r Interpretasi

Antara 0.800 sampai dengan 1.00 Tinggi Antara 0.600 sampai dengan 0.800 Cukup Antara 0.400 sampai dengan 0.600 Agak Rendah Antara 0.200 sampai dengan 0.400 Rendah

Antara 0.000 sampai dengan 0.200 Sangat Rendah (Tidak berkorelasi) Sumber: Suharsimi Arikunto, 2002 : 155

M. Teknik Analisis Data

Menurut Chris Manning dalam Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (2000: 263) analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis data yakni menggunakan perhitungan proposisi dan pengujian secara parsial, hal ini dikarenakan kuesioner dalam penelitian ini memiliki dua jenis data yakni data nominal dan data ordinal. Analisis data ordinal dibantu dengan aplikasi SPSS 17. Adapun teknik analisis data sebagai berikut:

1. Perhitungan Proporsi (Analisis Data Nominal)

(49)

dalam penelitian ini dilakukan terhadap jenis data nominal, yakni faktor jenis kelamin (X1) dan faktor etnis (X2). Rumus dasar yang digunakan adalah perhitungan menurut Erwan dan Dyah (2007:110) sebagai berikut:

2. Uji Parsial (Analisis Data Ordinal)

Uji parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel X terhadap variabel Y. Dalam penelitian ini variabel X dengan data berjenis ordinal ditunjukkan oleh faktor ketokohan (X1) dan orientasi visi dan misi calon bupati perempuan (X2) yang kemudian diukur pengaruhnya terhadap perilaku memilih (Y) yang dilakukan secara terpisah.

a. Uji Korelasi

(50)

r xy = nilai koefisien korelasi

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap nilai koefisien yang diperoleh, maka digunakan pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi pada tabel 7 sebagai berikut:

(51)

n = jumlah sampel

Adapun taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95% sehingga tingkat signifikansinya sebesar 5%.

b. Uji Regresi

Regresi digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel X dengan variabel Y. Adapun rumus regresi linier sederhana (Sugiyono, 2009:188) sebagai berikut:

Keterangan:

Y = Nilai variabel bebas yang diramalkan a = Konstanta bila harga X = 0

b = Koefisien regresi

x = Nilai variabel independen

N. Uji Hipotesis

Untuk menguji apakah hipotesis diterima atau ditolak, maka digunakan uji hipotesis T-test dengan rumus :

Taraf signifikan 5% maka :

- Apabila thitung > ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) .

- Apabila thitung < ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).

(52)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEMILIH TERHADAP CALON BUPATI PEREMPUAN

PADA PILKADA PRINGSEWU 2011 (Studi Pada Pekon Mataram

Kecamatan Gading Rejo)

Oleh

Nadya Kirana

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(53)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEMILIH TERHADAP CALON BUPATI PEREMPUAN

PADA PILKADA PRINGSEWU 2011 (Studi Pada Pekon Mataram

Kecamatan Gadingrejo)

(Skripsi)

Oleh

NADYA KIRANA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(54)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(55)

DAFTAR ISI

(56)

M. Teknik Analisis Data... ... 44 N. Uji Hipoteis ... ... 47

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Pekon Mataram... 48 B. Kondisi Geografis ... ... 49 C. Kondisi Demograsi... ... 51

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Identitas Responden ... ... 56 B. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian... 59 C. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Memilih terhadap Calon Bupati

Perempuan... 61 1. Deskripsi Data tentang Pendekatan Sosiologis ... 62 2. Deskripsi Data tentang Pendekatan Psikologis ... 64 3. Deskripsi Data tentang Pendekatan Rasional ... 68 4. Deskripsi Data tentang Perilaku Memilih ... 71 D. Analisis Data Hasil Penelitian... 77 E. Pembahasan ... 89 V1. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... ... 103 B. Saran ... ... 104

(57)
(58)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Mataram Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yang telah menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan Kepala Daerah Pringsewu tahun 2011 yang memilih calon bupati perempuan. Adapun jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 94 orang. Berdasarkan kuesioner yang telah disebar dapat diketahui identitas responden sebagai informasi untuk mengetahui karakteristik responden yang mengisi kuesioner. Karakteristis responden dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan kelompok jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

(59)

Tabel 15 . Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)

1 Laki-Laki 50 53,19

2 Perempuan 44 46,81

Jumlah 94 100,00

Sumber : Data Diolah dari Hasil Kuesioner, 2012

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 94 orang responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 50 orang atau 53,19% dan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 44 orang atau 46,18%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada responden perempuan.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini beragam yaitu berkisar 17 sampai 60 tahun berdasarkan data responden yang didapat melalui kuesioner. Jumlah responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 16. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur (Tahun) Jumlah Responden Persentase (%)

1 17-35 50 53,19

2 36-54 38 40,43

3 55 tahun ke atas 6 6,38

Jumlah 94 100,00

Sumber : Data Diolah dari Hasil Kuesioner, 2012

(60)

sebanyak 38 orang responden atau 40,43% berusia antara 36-54 tahun, dan sisanya sebanyak 6 orang responden atau 6,38% berusia di atas 55 tahun.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Responden

Identitas responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat diketahui berdasarkan tabel berikut:

Tabel 17 . Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)

1 SD 29 30,85

2 SLTP/Sederajat 10 10,64

3 SLTA/Sederajat 39 41,49

4 Diploma 9 9,57

5 SI 7 7,45

Jumlah 94 100,00

Sumber : Data Diolah dari Hasil Kuesioner, 2012

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan atau tamatan SLTA/sederajat yaitu sebanyak 39 orang atau 41,49%, 29 orang responden atau 30,85% tamatan SD, 10 orang atau 10,64% tamatan SLTP/sederajat, responden yang berpendidikan tamatan diploma sebanyak 9 orang atau 9,57%, dan responden yang berpendidikan SI sebanyak 7 orang responden atau 7,45%.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden

(61)

Tabel 18 . Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Responden Persentase (%)

1 Petani 47 50,00

2 Buruh/Swasta 19 20,21

3 Pedagang 21 22,34

4 Pelajar 7 7,45

Jumlah 94 100,00

Sumber : Data Diolah dari Hasil Kuesioner, 2012

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden yang memiliki pekerjaan sebagai petani yaitu sebanyak 47 orang responden atau 50%. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk Pekon Mataram bermata pencaharian sebagai petani, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 19 orang responden atau 20,21% bermata pencaharian sebagai buruh/swasta, sebanyak 21 orang 22,34% merupakan pedagang, dan sebanyak 7 orang atau 7,45% berstatus pelajar SMA/Sederajat.

B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

(62)

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Uji validitas pada penelitian ini dilakukan terhadap data yang sifatnya ordinal, sehingga pengujian validitas ini hanya dilakukan terhadap item pertanyaan faktor ketokohan dan faktor orientasi visi dan misi, serta item pertanyaan terkait perilaku memilih. Hasil uji validitas instrumen penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Memilih Terhadap Calon Bupati Perempuan Pada Pilkada Pringsewu 2011 (Studi Pada Pekon Mataram Kecamatan Gading Rejo) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 19. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Variabel Nomor Item Validitas Keterangan

r-hitung r-tabel

Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner 2012

(63)

tertinggi adalah 0,599 dan nilai rhitung terendah adalah 0,375 dan rtabel untuk taraf signifikan 5% adalah 0,312.

2. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Hasil uji reliabilitas dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 20. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No Variabel Nilai

Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner 2012

Berdasarkan nilai interpretasi reliabilitas (tabel 6), diketahui bahwa seluruh item pertanyaan berada dalam kategori cukup (0,600-0,800) yang artinya instrumen penelitian reliabel atau dapat dipercaya untuk digunakan dalam penelitian ini. Dengan demikian item-item pertanyaan X3, X4 dan Y dinyatakan valid dan realibel untuk dijadikan intrumen penelitian dalam rangka mengumpulkan data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku memilih terhadap calon bupati perempuan pada Pilkada Pringsewu 2011.

C. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Memilih Terhadap Calon Bupati Perempuan

(64)

perempuan dalam Pilkada Pringsewu 2011 yang meliputi Faktor Jenis kelamin, Faktor Etnis, Faktor Ketokohan, dan Faktor Orientasi Visi Misi Kandidat. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Deskripsi Data tentang Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis merupakan aspek yang menjelaskan bahwa karakteristik sosial, pengelompokan sosial pemilih, dan karakteristik sosial tokoh atau partai yang dipilih atau pemilih memiliki orientasi tertentu terkait karakteristik dan pengelompokan sosialnya dengan pilihan atau partai atau calon tertentu.

Pendekatan sosiologis yang digunakan dalam penelitian ini menekankan kepada karakteristik sosial yang terdiri dari dua aspek, yaitu jenis kelamin dan etnis (suku) voter. Alasan tersebut didasarkan bahwa jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi perilaku memilih terhadap seorang calon dalam sebuah pemilihan. Etnis (suku) pemilih juga mengambil posisi penting terhadap perilaku memilih sesorang terhadap seorang calon/kandidat, karena biasanya pemilih memilih calon/kandidat yang memiliki latarbelakang etnis (suku) yang sama dengan pemilih.

(65)

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan bagian dari karakteristik sosial yang dapat mempengaruhi perilaku memilih seseorang terhadap seorang calon/kandidat yang disukai. Adanya kesamaan atau ketertarikan terhadap jenis kelamin seorang calon/kandidat dapat juga mempengaruhi terhadap pilihannya. Untuk mengetahui frekuensi mengenai jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 21. Pernyataan Jenis Kelamin Responden Jawaban

Responden

Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 50 53,19

Perempuan 44 46,81

Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner, 2012

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 50 orang responden atau 53,19% berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 44 orang responden atau 46,81% berjenis kelamin perempuan. Tabel menunjukkan bahwa responden laki-laki juga banyak yang memilih calon bupati perempuan.

b. Etnis/Suku (X2)

(66)

menunjukkan bahwa responden didominasi oleh masyarakat yang beretnis Jawa. Untuk mengetahui frekuensi mengenai etnis responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 22. Pernyataan bahwa Responden Beretnis Jawa Jawaban

Responden

Frekuensi Persentase(%)

Ya 80 85,11

Tidak 14 14,89

Jumlah 94 100,00

Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 80 orang responden atau 85,11% menyatakan bahwa responden beretnis Jawa dan sebanyak 14 orang responden atau 14,89% menyatakan bahwa mereka bukan beretnis Jawa. Tabel menunjukkan bahwa sebagian responden beretnis Jawa.

Data kuesioner yang diperoleh dari jenis kelamin dan etnis yang telah dipaparkan merupakan data berjenis nominal.

2. Deskripsi Data tentang Pendekatan Psikologis

(67)

Berikut tanggapan 94 orang responden mengenai pendekatan psikologis dengan tolak ukur ketokohan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 23. Pernyataan Responden bahwa Calon Bupati Perempuan Berpenampilan Menarik dan Cantik

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase(%)

1 Setuju 84 89,36

2 Kurang Setuju 0 0

3 Tidak Setuju 10 10,63

Jumlah 94 100,00

Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner 2012

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 84 orang responden atau 89,36% menyatakan setuju bahwa calon bupati perempuan berpenampilan menarik dan cantik dan 10 orang responden atau 10,63% menyatakan bahwa calon bupati perempuan dari penampilan fisik biasa saja. Persentase menunjukan bahwa calon bupati perempuan memang memiliki penampilan fisik yang menarik. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi perilaku memilih masyarakat Pekon Mataram karena adanya ketertarikan terhadap penampilan calon bupati perempuan.

Tabel 24. Pernyataan Responden bahwa Calon Bupati Perempuan Membangun Kedekatan (emosional) Dengan Masyarakat No Jawaban Responden Frekuensi Persentase(%)

1 Setuju 73 77,66

2 Kurang Setuju 0 0

3 Tidak Setuju 21 22,34

Jumlah 94 100,00

Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner 2012

(68)

sebanyak 21 orang atau 22,34% orang responden yang menyatakan bahwa calon bupati perempuan masih kurang membangun kedekatan (emosional) dengan masyarakat. Persentase menunjukkan bahwa calon bupati perempuan dapat membangun kedekatan (emosional) dengan masyarakat. Hal ini terlihat dari jawaban responden yang dominan menyatakan bahwa calon bupati perempuan telah mampu membangun kedekatan dengan masyarakat, sebab calon bupati perempuan lebih dapat membaur dengan masyarakat di pekon dan datang tanpa pengawalan yang ketat.

Tabel 25. Penyataan Responden bahwa Calon Bupati Perempuan Memiliki Kemampuan Berkomunikasi yang Baik dengan Masyarakat No Jawaban Responden Frekuensi Persentase(%)

1 Setuju 74 78,72%

2 Kurang Setuju 0 0

3 Tidak Setuju 20 21,28%

Jumlah 94 100,00

Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner 2012

(69)

Tabel 26 . Pernyataan Responden bahwa lebih Menghormati Calon Bupati Perempuan dan Tim Pemenangnya

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase(%)

1 Setuju 71 75,53

2 Kurang Setuju 0 0

3 Tidak Setuju 23 24,47%

Jumlah 94 100,00

Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 71 orang responden atau 75,53% menyatakan bahwa lebih menghormati calon bupati perempuan dan tim pemenangnya dan sisanya sebanyak 23 orang responden atau 24,47% menyatakan tidak setuju lebih menghormati calon bupati perempuan dan tim pemenangnya, artinya responden sama-sama menghormati semua calon yang lainnya. Persentase menunjukkan bahwa sebagian besar responden menghormati calon bupati perempuan dan tim pemenangnya. Hal ini dikarenakan tim pemenangnya juga merupakan orang yang termasuk aktif pada kegiatan yang ada di pekon.

Tabel 27. Penyataan Responden bahwa Calon Bupati Perempuan Aktif Dalam Kegiatan di Pekon

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase(%)

1 Setuju 71 75,53

2 Kurang Setuju 0 0

3 Tidak Setuju 23 24,46

Jumlah 94 100,00

Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner 2012

(70)

di pekon. Persentase menunjukkan bahwa calon bupati perempuan aktif dalam kegiatan di pekon.

3. Deskripsi Data tentang Pendekatan Rasional

Pendekatan rasional melihat aktivitas memilih merupakan tindakan rasional individu. Dimana setiap individu menjatuhkan pilihannya bukanlah dikarenakan solidaritas kelompok sosial, ketertarikan karakteristik sosial ataupun karena ketokohan calon atau tokoh dibelakang calon, akan tetapi yang mendasari pilihan adalah orientasi pemilih mengenai visi dan misi yang ditawarkan kandidat dan kualitas kandidat. Namun, pada penelitian ini pendekatan rasional yang peneliti pilih lebih ke orientasi faktor visi dan misi yang ditawarkan.

Para pemilih melakukan penilaian yang valid terhadap tawaran kandidat atau calon. Pendekatan rasional melihat bahwa pemilih memiliki motivasi, prinsip, pengetahuan dan berusaha mendapatkan informasi yang cukup terkait calon. Tindakan mereka bukanlah faktor kebetulan dan kebiasaan, bukan untuk kepentingan sendiri melainkan untuk kepentingan umum menurut pikiran dan pertimbangan logis.

(71)

Tabel 28. Pernyataan Responden bahwa Visi dan Misi Calon Bupati Perempuan Relevan dengan Harapan Masyarakat

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase(%)

1 Setuju 75 79,79

2 Kurang Setuju 0 0

3 Tidak Setuju 19 20,21

Jumlah 94 100,00

Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner 2012

Berdasarkan tebel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 75 orang responden atau 79,79% menyatakan setuju bahwa visi misi calon bupati perempuan relevan dengan harapan masyarakat, sedangkan 19 orang responden atau 20,21% menyatakan bahwa visi dan misi calon bupati perempuan belum cukup relevan dengan harapan masyarakat. Persentase menunjukan bahwa responden beranggapan bahwa visi dan misi calon bupati perempuan sudah relevan dengan harapan masyarakat.

Tabel 29. Pernyataan Responden bahwa Visi dan Misi Calon Bupati Perempuan Relevan dengan Permasalahan di Masyarakat No Jawaban Responden Frekuensi Persentase(%)

1 Setuju 74 78,72

2 Kurang Setuju 0 0

3 Tidak Setuju 20 21,28

Jumlah 94 100,00

Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner 2012

(72)

yang ditawarkan calon bupati perempuan relevan dengan permasalahan yang dialami masyarakat.

Tabel 30. Pernyataan Responden bahwa Visi dan Misi Calon Bupati Perempuan Disukai Masyarakat

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase(%)

1 Setuju 74 78,72

2 Kurang Setuju 0 0

3 Tidak Setuju 20 21,28

Jumlah 94 100,00

Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 74 orang responden atau 78,72% menyatakan setuju bahwa visi misi yang ditawarkan calon bupati perempuan disukai pemilih dan sebanyak 20 orang responden atau 21,28% menyatakan bahwa visi dan misi yang ditawarkan calon bupati perempuan kurang disukai. Persentase menunjukkan bahwa visi dan misi yang ditawarkan oleh calon bupati perempuan disukai oleh sebagian besar responden.

Tabel 31. Pernyataan Responden bahwa Program Kerja yang ditawarkan Calon Bupati Perempuan Relevan dengan Harapan Masyarakat No Jawaban Responden Frekuensi Persentase(%)

1 Setuju 75 79,79

2 Kurang Setuju 0 0

3 Tidak Setuju 19 20,21

Jumlah 94 100,00

Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner 2012

Gambar

Gambar 1.
Gambar 2.
Tabel 5. Skor Metode Skala Likert
Tabel 7. Nilai Koefisien
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh

Perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 6 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 2 bps