• Tidak ada hasil yang ditemukan

nn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "nn"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paradigma belajar sains merupakan suatu proses pembelajaran yang melibatkan fenomena-fenomena di alam untuk membangun suatu konsep. Proses ini menuntut siswa untuk berfikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang

dimilikinya, atau lebih dikenal dengan keterampilan generik sains. Oleh sebab itu, pembelajaran sains perlu diubah modusnya agar dapat membekali setiap siswa dengan keterampilan berfikir, dari mempelajari sains menjadi berfikir melalui sains.

Untuk memperdalam penguasaan konsep sains sebaiknya siswa dilatih untuk dapat menggunakan keterampilan generik sainsnya. Salah satu pengetahuan sains yang diharapkan dikuasi konsepnya adalah materi pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia. Materi pokok ini merupakan suatu materi yang dapat diberikan kepada siswa dengan mengajak siswa berfikir melalui pengetahuan sains yang telah dimiliki oleh siswa serta melatih keterampilan generik sains siswa. Sebagai contoh melatih siswa melihat sebab dan akibat, misalnya saat kita lapar atau kekurangan energi, dengan memakan sepiring nasi setelah beberapa menit

(2)

bahan makanan yang ia makan serta fungsinya bagi tubuh, dan siswapun dapat mengetahui alat-alat pencernaan apa saja yang digunakan pada saat melakukan proses pencernaan makanan tersebut.

Mariam (2008 : 28) didalam skripsinya menyimpulkan bahwa berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menerapkan pembelajaran Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan menggunakan metode pemetaan konsep, diketahui bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan (p<0,05) antara kelas yang menggunakan metode pemetaan konsep dengan kelas tanpa menggunakan metode pemetaan konsep. Pada kelas yang menggunakan metode pemetaan konsep memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas yang pembelajarannya tanpa metode pemetaan konsep yaitu menggunakan metode diskusi. Dengan demikian, penggunaan metode pemetaan konsep berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa pada Materi Pokok Sistem

(3)

Salah satu pembelajaran yang dapat menciptakan keaktifan siswa saat proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode discovery dalam pembelajaran berbasis keterampilan generik sains. Menurut Gellagher (dalam Iksanuddin 2007:16) belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan pengetahuan sains tersebut. Dengan demikian hasil belajar sains yang di harapkan siswa memiliki kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang di milikinya, atau lebih di kenal dengan keterampilan generik sains.

Penelitian ini akan mengkaji pengaruh penggunaan metode Discovery terhadap kemampuan generik sains siswa. Dengan memunculkan kemampuan generik sains dalam proses pembelajaran diharapkan siswa dapat berpikir maju sesuai dengan kemampuannya sendiri berdasarkan pengalamannya sendiri. Dalam generik sains biologi, khususnya pada materi pokok sistem pencernaan, pembelajaran dapat berlangsung menggunakan 4 indikator generik sains yaitu pengamatan tidak langsung, inferensia logika, hukum sebab akibat dan membangun konsep. Dengan menggunakan metode discovery diharapkan dapat tercapai ke 4 indikator tersebut sehingga dapat terungkap keterampilan generik sains pada setiap siswa, untuk mengungkap keterampilan generik sains siswa peneliti menggunakan metode discovery.

(4)

dianggap sebagai pelajaran yang sulit untuk dipahami siswa. Selain itu proses pembelajaran biologi yang berlangsung di SMA AL Kautsar masih menggunakan metode sederhana atau konvensional yaitu dengan cara ceramah dan tanya jawab, sehingga siswa terpaksa harus menghafal dan menerima materi pelajaran tersebut dengan serta merta walaupun tidak dapat membuktikan. Anak-anak cenderung berpikir dari konkret ke abstrak, hal ini menyebabkan kemampuan generik sains siswa rendah karena cara pembelajaran seperti ini justru menyebabkan siswa hanya mengenal peristilahan sains secara hafalan tanpa makna, kemampuan generik sains siswa yang muncul pada saat pembelajaran biologi di SMA AL Kautsar hanya mencapai 40%.

Kenyataan seperti di mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Penggunaan Metode Discovery terhadap Kemampuan Generik Sains Siswa pada Materi Pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia Siswa Kelas XI SMA Al Kautsar Bandar Lampung TP 2009/2010.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana pengaruh penggunaan metode Discovery terhadap kemampuan

generik sains pada materi pokok sistem pencernaan pada manusia?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk ”Mengetahui pengaruh penggunaan metode

(5)

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut :

1. Siswa, agar mempermudah siswa memahami konsep pencernaan makanan pada manusia dan mendorong siswa untuk berpikir dengan inisiatifnya atau kemampuanya sendiri

2. Bagi guru biologi sebagai, bahan informasi tentang efektivitas model pembelajaran berbasis keterampilan generik sains, dan alternatif model pembelajaran biologi

3. Bagi peneliti : (1) penelitian ini akan memberikan manfaat yang besar

berupa pengalaman untuk menjadi calon guru, (2) memberikan wawasan kepada peneliti sebagai landasan teoritis mengembangkan pembelajaran

berbasis keterampilan generik sains.

4. Bagi sekolah, diharapkan dapat dijadikan masukan dalam usaha

meningkatkan mutu proses dan hasil belajar dalam mata pelajaran biologi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran tentang hal-hal yang diteliti baik bagi peneliti maupun pembaca, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI SMA Al Kautsar Bandar

(6)

2. Kemampuan generik sains adalah kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimiliki oleh siswa jadi didalam proses pembelajaran siswa dituntut dapat menggunakan pengetahuan sains yang telah ia miliki (Liliasari, dkk. 2007 : 13).

3. Metode penemuan (Discovery Method) menurut Suryosubroto (2002: 192) diartikan sebagai suatu komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.

4. Parameter kemampuan generik sains yang diamati dalam penelitian ini adalah (1) pengamatan tak langsung, (2) hukum sebab akibat, (3) membangun konsep dan (4) inferensia logika yang akan diukur melalui soal, LKS dan lembar observasi siswa.

5. Materi pokok pada penelitian ini adalah Sistem Pencernaan yang terdiri dari submateri : Zat-zat makanan dan zat aditif makanan, Sistem pencernaan

pada manusia dan hewan ruminansia, serta penyakit dan kelainan yang terjadi pada sistem pencernaan.

F. Kerangka Pikir

(7)

Dalam kegiatan pembelajaran seringkali siswa dihadapkan pada materi-materi yang penyampaiannya hanya didominasi oleh guru, tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri hal-hal baru berdasarkan pengalaman dan pengetahuan siswa yang dimilikinya., sehingga materi tersebut sulit dipahami oleh siswa. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan metode penemuan (discovery method) dengan berlandaskan pada kemampuan generik sains yang dimiliki oleh siswa.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan generik sains biologi di sekolah siswa perlu didorong untuk secara aktif melakukan kegiatan agar dapat menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.

Metode penemuan (discovery method) diduga cocok untuk materi pokok sistem pencernaan, karena pada metode ini siswa dibimbing agar selalu aktif untuk menemukan sendiri sesuatu yang baru, sehingga diharapkan siswa dapat mempunyai pemahaman yang lebih baik dan dapat meningkatkan kemampuan generik sains.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel terikat ditunjukkan dengan penggunaan pembelajaran berbasis

(8)

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan varisbel terikat

Keterangan : X: Variabel bebas (pembelajaran melalui metode discovery). Y : Variabel terikat ( kemampuan generik sains ).

G. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

H0 = Tidak ada pengaruh penggunaan metode discovery terhadap

kemampuan generik sains biologi siswa kelas XI SMA AL Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010 pada materi pokok sistem pencernaan pada manusia.

H1 = Ada pengaruh penggunaan metode discovery (metode penemuan)

terhadap kemampuan generik sains biologi siswa kelas XI SMA AL Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010 pada materi pokok sistem pencernaan pada manusia.

(9)
(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Generik Sains

Sains berasal dari natural science atau science saja yang sering disebut dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sains meliputi Kimia, Biologi, Fisika, dan Astronomi. Belajar sains sarat akan kegiatan berpikir sehingga pembelajaran sains perlu diubah modusnya agar dapat membekali setiap siswa dengan keterampilan berpikir dari mempelajari sains menjadi berpikir melalui sains. Oleh sebab itu, diharapkan siswa memiliki kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya yang disebut dengan keterampilan generik sains. Jadi, pembelajaran dengan keterampilan generik sains adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa berpikir melalui sains dalam kehidupannya (Liliasari. 2007: 13).

Menurut Beny Suprapto dalam Darliana (2008: 1) bahwa pada dasarnya cara berpikir dan berbuat dalam mempelajari berbagai konsep sains dan

menyelesaikan masalah, serta belajar secara teoritis di kelas maupun dalam praktik adalah sama (mengikuti Prinsip Segitiga Pengkajian Alam) karena itu ada kompetensi generik. Kompetensi generik adalah kompetensi yang

(11)

keterampilan itu dengan komponen-komponen alam yang dipelajari dalam sains yang terdapat pada Struktur Konsep atau Prinsip Segitiga Pengkajian Alam. Oleh karena itu, kompetensi generik lebih mudah dipahami dan dilaksanakan daripada keterampilan proses, serta penilaiannya pun lebih mudah. Kompetensi generik kurang berlaku umum dibandingkan dengan keterampilan proses, tetapi lebih berlaku umum dibandingkan dengan kompetensi dasar.

Dalam mengembangkan sains untuk meningkatkan kompetensi siswa, perlu diperhatikan keterampilan dasar siswa. Selama ini pembelajaran sains kurang berhasil meningkatkan kompetensi siswa karena guru belum mengetahui di mana kelemahan pembelajaran sains yang harus diatasi. Materi sains, praktik, dan model pembelajaran telah banyak dipelajari secara mendalam, tetapi belum ada satu pun yang berhasil meningkatkan

kompetensi siswa. Adapun alur komponen-komponen pada Kompetensi Ilmiah adalah sebagai berikut :

(12)

Kemampuan/keterampilan dasar siswa merupakan kemampuan yang dibawanya dari sejak lahir yang terdiri dari berpikir, berbuat, dan bersikap. Pengembangan dan peningkatan kemampuan dasar siswa bergantung pada pengalamannya. Pengalaman belajar siswa di sekolah menentukan keluasan pengembangan dan tahap peningkatan kemampuan dasar siswa. Karena itu di negara-negara maju, pembelajaran dilakukan dengan berbagai macam pengalaman belajar, antara lain inkuiri di laboratorium dan pembelajaran di lingkungan.

Pengetahuan sains antara lain adalah konsep, prinsip, dan teori. Sedangkan pengetahuan mengenai sains adalah pengetahuan mengenai cara memperoleh pengetahuan sains yang terdiri dari metodologi dan epistemologi.

Metodologi adalah ilmu yang diperoleh secara empiris mengenai cara memperoleh pengetahuan. Epistemologi hampir sama dengan metodologi, perbedaannya epistemologi diperoleh secara nalar. Karena itu epistemologi merupakan bagian dari filsafat ilmu. Contoh cara memperoleh pengetahuan dari metodologi sains adalah metode ilmiah, sedangkan contoh dari

epistemologi adalah berpikir induksi dan deduksi. Konteks sains adalah situasi atau area aplikasi kompetensi. Konteks sains banyak jenisnya

(13)

Kemampuan dasar siswa merupakan kemampuan yang sangat luas yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menggunakan berbagai konsep dari berbagai disiplin ilmu. Jika kemampuan dasar siswa ini diintegrasikan dengan pengetahuan mengenai sains akan menjadi kompetensi luas (kompetensi generik) yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menggunakan berbagai pengetahuan sains dalam berbagai konteks sains untuk memenuhi kebutuhan hidup siswa di berbagai situasi hidupnya (misalnya untuk belajar di sekolah yang lebih lanjut dan memecahkan masalah di masyarakat).

Pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan literasi sains

mengutamakan peningkatan kompetensi luas ini yang dapat ditunjukkan dengan peningkatan keterampilan generik. Jika kemampuan dasar siswa diintegrasikan dengan pengetahuan mengenai sains dan pengetahuan sains akan menjadi kompetensi spesifik yang khusus untuk memahami dan menggunakan pengetahuan sains tertentu. Karena keterikatannya dengan pengetahuan sains tertentu, kompetensi spesifik tidak dapat digunakan secara luas seperti kompetensi luas. Pengintegrasian kemampuan dasar siswa, pengetahuan mengenai sains, pengetahuan sains, dan konteks sains akan menjadi kompetensi sangat spesifik yang khusus menggunakan pengetahuan sains tertentu dalam konteks sains yang tertentu pula (Darliana, 2009: 1).

Menurut Gagne (dalam Dimiyati dan Moedjiono, 2009: 2) mengamati

(14)

menggunakan semua indera yang harus dimiliki oleh setiap orang. Dalam kegiatan ilmiah mengamati berarti menseleksi fakta-fakta yang relevan dengan tugas-tugas tertentu dari hal-hal yang diamati atau menyeleksi fakta-fakta untuk menafsirkan peristiwa tertentu. Dengan membandingkan hal-hal yang diamati, berkembang kemampuan untuk mencari persamaan dan perbedaan yang merupakan kemampuan diskriminasi. Diskriminasi merupakan hal penting untuk mampu berpikir kompleks. Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu dari mengamati langsung mencatat hasil pengamatan, lalu

menghubung-hubungkan hasil pengamatan itu, lalu mungkin ditemukan pola-pola tertentu dalam suatu seri pengamatan. Penemuan pola itu merupakan dasar dari dibuatnya generalisasi-generalisasi atau kesimpulan.

Menurut Brotosiswoyo (dalam Sunyono, 2009: 6) kemampuan generik sains dalam pembelajaran IPA dapat dikategorikan menjadi 9 indikator, tetapi dalam penelitian ini indikator yang digunakan hanya 4 yaitu: (1) pengamatan tak langsung; (2) inferensi logika; (3) hukum sebab akibat; (4) membangun konsep.

Makna dari setiap keterampilan generik sains yang diamati dalam penelitian ini menurut Liliasari (2007: 14-15) adalah sebagai berikut .

1. Pengamatan Tak Langsung

(15)

juga terlalu berbahaya jika kontak langsung dengan tubuh manusia seperti arus listrik, zat-zat kimia beracun, untuk mengenalnya diperlukan alat bantu seperti ampermeter, indikator, dan lain-lain. Cara ini dikenal dengan pengamatan tak langsung.

2. Inferensi Logika

Logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum sains. Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan melalui inferensia logika dari konsekuensi-konsekuensi logis hasil pemikiran dalam belajar sains. Misalnya titik nol derajat Kelvin sampai saat ini belum dapat direalisasikan keberadaannya, tetapi orang yakin bahwa itu benar. 3. Hukum Sebab Akibat

Rangkaian hubungan antara berbagai faktor dari gejala yang diamati diyakini sains selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagai hukum sebab akibat.

4. Membangun Konsep

Tidak semua fenomena alam dapat dipahami dengan bahasa sehari-hari, karena itu diperlukan bahasa khusus ini yang dapat disebut konsep. Jadi belajar sains memerlukan kemampuan untuk membangun konsep , agar bisa ditelaah lebih lanjut untuk memerlukan pemahaman yang lebih lanjut, konsep-konsep inilah diuji keterapannya.

(16)

B. Keterkaitan Keterampilan Generik Sains dan Konsep- Konsep Sains

Pesatnya perkembangan pengetahuan sains menuntut pertambahan konsep- konsep sains yang harus dipelajari siswa. Sebagai akibatnya, perlu ada pemilihan konsep-konsep essensial yang dipelajari siswa. Konsep-konsep essensial ini dipilih berdasarkan pada pentingnya konsep tersebut untuk kehidupan siswa dan pentingnya memberikan pengalaman belajar tertentu kepada siswa agar memperoleh bekal keterampilan generik sains yang memadai. Untuk menentukan pengetahuan sains yang perlu dipelajari siswa, pengajar perlu terlebih dahulu melakukan analisis konsep-konsep sains yang ingin dipelajari. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk menunjukkan

hubungan antara jenis konsep-konsep sains dengan keterampilan generik sains yang dapat dikembangkan (Liliasari, 2007: 16).

C. Metode Penemuan (Discovery Method)

1. Latar Belakang Berkembangnya Metode Penemuan (Discovery Method)

(17)

dalam hal ini John Dewey sebagai tokohnya. Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan disekolah-sekolah yang sudah terstandarisasi adalah “metode penemuan.” Hal ini disebakan karena

metode penemuan itu :

1. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.

2. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan anak.

3. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betu betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain.

4. Dengan menggunakan strategi penemuan anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya.

5. Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yangdihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransferdalam kehidupan masyarakat.

(18)

2. Pengertian Metode Penemuan (DiscoveryMethod)

Metode Penemuan (Discovery Method) menurut Suryosubroto (2002: 192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.

Metode Penemuan (Discovery Method) merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif.

Menurut Encylopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan.

3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Penemuan (Discovery Method)

Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan (discovery method) menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002: 199) adalah :

1. identifikasi kebutuhan siswa,

2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari,

(19)

4. membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa,

5. mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan,

6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa,

7. memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, 8. membantu siswa dengan informasi dan data, jika diperlukan oleh

siswa,

9. memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses,

10.merangsang terjadinya interaksi antarsiswa dengan siswa, 11.memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses

penemuan, dan

12.membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Penemuan (Discovery Method)

Metode penemuan, menurut Gilstrap (dalam Moedjiono dan Moh.

Dimyati, 2006: 87), memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain. Beberapa keunggulan dalam metode penemuan adalah sebagai berikut.

(20)

2. Pengetahuan sebagai pengetahuan yang melekat erat pada diri siswa. 3. Metode penemuan dapat menimbulkan gairah pada diri siswa karena

siswa merasakan jerih payahnya membuahkan hasil.

4. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan sesusai dengan kemampuannya sendiri.

5. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan belajarnya sendiri, sehingga lebih termotivasi untuk belajar.

6. Metode ini membantu siswa memperkuat konsep siswa dengan bertambahnya rasa percaya diri selama proses kegiatan penemuan. 7. Metode ini terpusat pada siswa, guru sebagai fasilitator dan

pendinamisator dari penemuan.

8. Metode ini membantu perkembangan siswa menuju ke skeptisme (perasaan meragukan) yang sehat untuk mencapai kebenaran akhir dan mutlak.

Selain memiliki kelebihan, metode penemuan juga memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan metode penemuan adalah sebagai berikut.

1. Metode ini mempersyaratkan suatu persiapan kemampuan berpikir yang dapat dipercaya.

2. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas yang jumlahnya besar.

(21)

4. Mengajar dengan pengetahuan akan dipandang sebagai metode yang telalu menekankan pada penguasaan pengetahuan dan kurang memperhatikan perolehan sikap.

(22)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2009/2010, di SMA AL Kautsar Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Al Kautsar Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010 terkecuali kelas XI A1 sebagai kelas unggulan. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI A2

dan XI A3 yang masing-masing kelas berjumlah 42 dan 36 siswa. Sampel

dipilih dari populasi dengan teknik cluster random sampling, selanjutnya siswa-siswi pada kelas XI A3 terpilih sebagai kelompok eksperimen dan

siswa-siswi pada kelas XI A2 sebagai kelompok kontrol.

C. Rancangan Penelitian

(23)

discovery. Hasil pretes dan postes pada kedua subyek dibandingkan. Struktur desainnya adalah sebagai berikut:

Kelompok pretes perlakuan postes I O1 X O2

II O1 O2

Gambar 3. Desain pretes postes tak ekuivalen

Keterangan : I = Kelas eksperimen, II = Kelas kontrol, O1 =

Pretes, O2 = Postes, X = Perlakuan metode discovery

(Dimodifikasi dari Nazir, 2005 : 233).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut : a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya

penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti. c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dengan

menggunakan metode discovery dan kelas kontrol tanpa menggunakan metode discovery.

(24)

e. Membuat instrumen evaluasi yaitu lembar observasi untuk pengamatan kemampuan generik sains, serta membuat angket tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang berlangsung, serta angket kemampuan discovery siswa.

f. Membentuk kelompok diskusi pada masing-masing kelas eksperimen yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa atau nilai kognitifnya, 2 siswa dengan nilai tinggi, 2 siswa dengan nilai sedang, dan 1 siswa dengan nilai yang rendah. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa (Lie, 2004:42). Nilai diperoleh dari dokumentasi pada guru kelas.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode

penemuan (discovery method) yang berbasis keterampilan generik sains. Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas zat-zat makanan dan peranannya didalam tubuh serta zat aditif makanan, pertemuan kedua membahas submateri sistem

pencernaan pada manusia dan hewan ruminansia, pertemuan ketiga membahas submateri kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :

a. Pendahuluan

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa.

(25)

makanan (Pertemuan I) ; sistem pencernaan pada manusia dan hewan ruminansia (Pertemuan II) ; penyakit dan kelainan pada sistem pencernaan (Pertemuan III).

3) Guru membacakan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pembelajaran.

4) Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang.

5) Guru menjelaskan tentang proses pembelajaran yang akan

dilakukan. Setiap kelompok akan memperoleh lembar kerja siswa yang berisi kegiatan siswa, kemudian siswa mempresentasikan hasil percobaan dan diskusi di depan kelas.

6) Guru memberikan motivasi dengan cara : Apersepsi : Apa yang kalian santap saat sarapan tadi pagi? Tahukah kalian zat-zat apa saja yang terdapat dalam menu sarapan kalian tadi pagi dan apa saja fungsinya bagi tubuh kita.? Motivasi : Guru memberikan penegasan, zat-zat makanan serta fungsinya bagi tubuh, salah satunya berfungsi untuk menghasilkan energi (Pertemuan I).

(26)

hewan, apakah sama seperti yang terjadi pada manusia? (Pertemuan III).

b. Kegiatan inti

1) Guru meminta siswa duduk dalam kelompoknya masing- masing. Guru menjelaskan materi tentang zat-zat makanan serta

kegunaannya bagi tubuh manusia?

2) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi permasalahan kepada setiap kelompok yang akan diuji dan di diskusikan.

3) Guru meminta siswa melakukan percobaan tentang zat-zat makanan serta kandungan beserta fungsinya bagi tubuh, dan mengidentifikasi zat-zat aditif apa saja yang terkandung dalam beberapa produk makanan yang diamati.

4) Guru meminta siswa mengamati prosesnya, mengamati perubahan- perubahan yang terjadi pada masing-masing zat makanan dan menuliskanya ke dalam tabel hasil pengamatan, serta zat-zat aditif yang terkandung dalam beberapa produk makanan.

5) Guru meminta siswa mendiskusikan hasil percobaan yang mereka lakukan.

6) Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam mengerjakan LKS.

(27)

8) Guru membahas (mengevaluasi) masalah-masalah yang ada di dalam LKS yang belum dapat dipecahkan oleh siswa.

9) Guru meminta siswa mengungkapkan konsep dari materi yang telah diuji dan didiskusikan sesuai dengan pemahaman masing- masing siswa.

10)Guru meminta siswa membuat rangkuman dari materi yang telah dipelajari.

11)Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan. c. Penutup

1) Guru mengadakan tes akhir (post test) berupa soal pilihan jamak tentang zat-zat makanan, kandungan, serta fungsinya bagi tubuh manusia, serta zat aditif yang terkandung dalam bahan makanan. (Pertemuan I); sistem pencernaan pada manusia dan hewan ruminansia.(Pertemuan II); penyakit dan kelainan pada sistem pencernaan.(Pertemuan III).

2) Guru meminta siswa untuk membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

3) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

E. Instrumen Penelitian

(28)

1. Lembar observasi siswa digunakan untuk mengukur keterampilan generik sains yang dimiliki siswa.

2. Catatan lapangan, dimaksudkan untuk memperoleh data secara objektif yang tidak terekam dalam lembar observasi, mengenai hal-hal yang terjadi selama pemberian tindakan maupun masalah yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan berikutnya.

3. Angket siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang berlangsung, serta kemampuan discovery siswa.

4. Lembar Kerja Siswa (LKS), dikerjakakan oleh siswa dalam berkelompok, LKS yang dibuat dirancang sedemikian rupa sehingga membentuk LKS yang produktif yang mengacu pada aspek generik sains dan discovery. 5. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal generik sains

siswa, yang dikerjakan di awal proses pembelajaran. Sedangkan postest digunakan untuk mengetahui kemampuan generik sains siswa setelah proses pembelajaran yang diberikan di akhir proses pembelajaran.

F. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

(29)

selisih antara nilai pretes dengan postes. Selisih tersebut disebut sebagai skor gain.

Untuk mendapatkan skor gain pada setiap pertemuan menggunakan formula Rulon (dalam Loranz, 2008: 3) sebagai berikut:

% a. Teknik observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi

untuk mencatat kemampuan generik sains siswa. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap

kemampuan generik sains siswa selama kegiatan pembelajaran dan memberikan skor pada setiap aspek yang diamati oleh observer. b. Pemberian skor menggunakan skala pengukuran Rating-scale, data

mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

c. Untuk setiap aspek Kemampuan Generik Sains diberi skor:

Skor 4 bila kemampuan sangat baik (4 atau semua indikator setiap aspek dilaksanakan)

Skor 3 bila keterampilan cukup baik (3 indikator setiap aspek dilaksanakan)

Skor 2 bila keterampilan kurang baik (1 indikator setiap aspek dilaksanakan)

(30)

Tabel 1. Format Lembar Observasi Kemampuan Generik Sains Siswa

N o

Nama

siswa Aspek yang diamati (Kemampuan Generik sains)

1 2 3 4 5

Tabel 2. Aspek dan Indikator Kemampuan Generik Sains Siswa

No Aspek Kemampuan Generik Sains Siswa

Indikator

1. Pengamatan Tak Langsung

a. Siswa menggunakan alat pada saat penelitian.

b. Siswa memilih alat yang tepat. c. Siswa menggunakan peralatan pendukung penelitian yang dapat memberikan informasi berupa data pengamatan.

d. Siswa dapat menggunakan alat dengan baik.

2. Inferensi Logika

a. Siswa mengkaji informasi. b. Siswa membuat kesimpulan

sementara hasil percobaan dengan teori yang berkaitan dengan objek pengamatan

c. Siswa mengadakan pengujian

terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta atau konsep.

d. Siswa membuat hipotesis/ dugaan yang berhubungan dengan logika

3. Hukum Sebab Akibat

(31)

b. Siswa dapat menghubungkan-hubungkan hasil percobaan dengan teori yang ada.

c. Siswa mencari hubungan sebab akibat sesuatu dapat terjadi berdasarkan percobaan yang dilakukan. d. Siswa menemukan pola hubungan

sebab akibat dalam percobaan.

4. Membangun Konsep

a. Siswa mendiskusikan hasil percobaan dan jawaban pertanyaan yang ada dalam LKS.

b. Siswa mengisi LKS.

c. Siswa mempresentasikan hasil percobaan yang telah dilakukan di depan kelas.

d. Siswa membuat kesimpulan mengenai materi pokok sistem pencernaan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan

Dimodifikasi dari Dimyati dan Mujiono (2002:141-150).

d. Angket siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan serta

keterlaksanaan metode discovery siswa terhadap proses pembelajaran yang berlangsung, dimana angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran diberikan diakhir pertemuan.

e. Untuk mengetahui keterlaksanaan metode discovery pada siswa dilakukan dengan menggunakan angket yang diberikan diakhir pembelajaran disetiap pertemuan. Pemberian skor menggunakan skala pengukuran Rating-scale, data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. f. Data penguasaan konsep berupa nilai pretes dan post tes diambil pada

(32)

eksperimen. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal pilihan jamak, dengan jumlah sebanyak sepuluh soal pada setiap pertemuan. Soal pretes maupun soal post tes berupa soal yang sama dengan jumlah lima alternatif jawaban.

G. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji t menggunakan program SPSS versi 12 sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa :

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data digunakan uji Liliefors menggunakan program SPSS versi 12.

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga

yang lainnya (Nurgiantoro, 2002:118) 2. Kesamaan Dua Varians (Uji Barlett)

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 12.

a. Hipotesis

(33)

b. Kriteria Uji

- Jika χ2hit < χ2 tab sehingga Ho diterima

- Jika χ2hit > χ2 tab sehingga Ho ditolak

(Pratisto, 2004:71). 3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS 12. a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1. Hipotesis

H0 = Kedua sampel memiliki nilai rata-rata yang sama

H1 = Kedua sampel memiliki nilai rata-rata yang tidak sama

2. Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004:13)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1. Hipotesis

H0 = Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan

kelas kontrol

H1 = Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. 2. Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak

(34)

5. Analisis data kemampun generik sains siswa dihitung dengan

%Gi : Persentase kemampuan generik sains siswa pada aspek-i

Gi : Jumlah skor kemampuan generik sains siswa pada aspek-i

N : Jumlah siswa dari kelas ekperimen (Dimodifikasi dari Sudjana 2002:67).

6. Analisis data angket tanggapan siswa

Data tanggapan terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 10 pernyataan terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Skor paling tinggi adalah 5, bila siswa menjawab sangat setuju. Skor 4, bila siswa memilih jawaban setuju. Skor 3, bila siswa memilih jawaban netral. Skor 2, bila siswa memilih jawaban tidak setuju dan skor paling rendah adalah 1, bila siswa memilih jawaban sangat tidak setuju.

Jumlah skor setiap angket di hitung untuk mengetahui persentase tanggapan siswa dengan menggunakan rumus :

% 

100%

(35)

7. Analisis data angket kemampuan discovery siswa

Data kemampuan discovery siswa dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket discovery berisi 7 pertanyaan , adapun penilaiannya yaitu : pertanyaan no 1 dan 2 masing-masing di beri skor 30, no 3 dan 4 masing-masing di beri skor 5, dan no 5, 6, dan 7 di beri skor 10. Data selanjutnya ditabulasi berdasarkan kriteria berikut :

Tabel 3. Kategori kemampuan discovery siswa

No. Kriteria Angket Kategori

1. 80 - 100 Baik sekali

2. 66 - 79 Baik

3. 56 – 65 Cukup

4. 40 – 55 Kurang

5. 30 - 39 Gagal

(36)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh penggunaan metode discovery terhadap kemampuan generik sains siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia kelas XI SMA AL Kautsar Bandar

Lampung. Data dalam penelitian ini diperoleh dari lembar observasi, soal pretes dan postest, serta angket, yang terdiri dari 2 buah angket yaitu angket tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran, serta angket kemampuan discovery siswa.

1. Data Lembar Observasi KGS Siswa

Pengambilan data kemampuan generik sains siswa dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, adapun data hasil observasi kemampuan generik sains siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam tabel 4 dan tabel 5 berikut, dan data selengkapnya ada pada lampiran 3 (tabel 35-42).

(37)

Tabel 4. Data Skor KGS siswa kelas eksperimen

Pertemuan Ke- Aspek KGS

1 2 3 4

Berdasarkan hasil analisis data di atas diketahui bahwa rata-rata total

persentase aspek KGS terbesar dari tiga pertemuan adalah aspek membangun konsep yaitu sebesar 94,81%, sedangkan aspek KGS terendah yaitu aspek hukum sebab akibat sebesar 20,56%.

Tabel 5. Data Skor KGS siswa kelas kontrol

Pertemuan Ke- Aspek KGS

1 2 3 4

Berdasarkan hasil analisis data di atas diketahui bahwa rata-rata total

persentase aspek KGS terbesar dari tiga pertemuan adalah aspek membangun konsep yaitu sebesar 55.1%, sedangkan aspek KGS terendah yaitu aspek hukum sebab akibat sebesar 0%.

(38)

yaitu sebesar 39,7%, dan aspek KGS hukum sebab akibat sebesar 20,55%, (persentase tersebut diperoleh dari selisih aspek KGS kelas eksperimen dengan kelas kontrol).

2. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data

Pada penelitian ini sebelum dilakukan uji t, dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu yaitu uji normalitas (uji Lilliefors), untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. dan uji homogenitas (uji Barleth), untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memiliki varians yang sama

(homogen) atau tidak homogen. Hasil analisis statistik skor gain menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil uji normalitas dan homogenitas hasil tessiswa pada kelas

Berdasarkan tabel 6 di atas, diketahui bahwa uji normalitas pretest siswa pada kelas eksperimen diperoleh L hit (0,096) < L tab (0,139) dan kelas kontrol L hit (0,021) < L tab (0,136) sehingga Ho diterima. Artinya pretestsiswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal. Sedangkan postes pada kelas eksperimen diperoleh L hit(0,051) < L tab(0,139) dan kelas kontrol L hit (0,021) < L tab (0,136) ,

(39)

kontrol χ2hit(0,08) < χ2 tab(100.7486) sehingga Ho diterima. Artinya kedua data

pretest dan postest tersebut memiliki varians yang sama (homogen).

Tabel 7. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas skor gainsiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Kelas Uji Normalitas Uji Homogenitas

Eksperimen L hit (0,093) < L tab (0,139) χ 2

hit(0,03) < χ2 tab(100.7486)

Kontrol L hit (0,108) < L tad (0,136) χ 2

hit(0,94) < χ2 tab(97,35097)

Berdasarkan tabel 7 di atas, diketahui bahwa uji normalitas skor gain siswa pada kelas eksperimen diperoleh L hit (0,093) < L tab (0,139) dan kelas kontrol L hit (0,108) < L tab (0,136) sehingga Ho diterima.Artinya skor gainsiswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji homogenitas skor gain pada kelas eksperimen diperoleh χ2hit(0,03) < χ2 tab(100.7486) dan kelas

kontrol χ2hit(0,94) < χ2 tab(97,35097) sehingga Ho diterima. Artinya kedua data

skor gain tersebut memiliki varians yang sama (homogen).

3. Hasil Uji Hipotesis

(40)

Tabel 8. Hasil uji t nilai pretes, postes, dan skor gain siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Kelas Pretest Postest Skor Gain

X ± Sd X ± Sd X ± Sd

Eksperimen 54,86± 6,19 80,733± 5,75 56,85± 13,80

Kontrol 46,94± 4,69 72,30± 5,68 52,22 ± 13,42

Uji t Uji t Uji t1 Uji t2 thit (4,720)>ttab(1,99) thit (6,58) >ttab (1,99) thit(5,29)>ttab(1,99) thit(7,05)>ttab(2,03) Keterangan : t1 = uji t kesamaan dua rata-rata

t2 = uji t perbedaan dua rata-rata

Pada tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa uji t pada nilai pretes siswa dari kedua kelas diperoleh thit (4,720) > ttab (1,99) sehingga Ho ditolak. Artinya

rata-rata nilai pretes siswa kedua kelas berbeda secara signifikan. Sedangkan uji t pada nilai postes siswa dari kedua kelas diperoleh thit (6,58) > ttab (1,99)

sehingga Ho ditolak.Artinya rata-rata nilai postes siswa pada kelas eksperimen berbeda secara signifikan dengan kelas kontrol.

Berdasarkan tabel 8 tersebut juga dapat diketahui bahwa rata-rata nilai postes siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, sehingga dapat dinyatakan tingkat kemampuan generik sains siswa pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode discovery lebih tinggi jika dibandingkan tanpa menggunakan metode discovery.

Berdasarkan tabel 8 di atas juga menunjukkan bahwa dari uji t1 (kesamaan dua

rata-rata) diperoleh thit (5,29) > ttab (1,99) sehingga Ho ditolak. Artinya rata-rata

skor gainsiswa pada kelas eksperimen memiliki perbedaan yang signifikan dengan rata-rata skor gain siswa pada kelas kontrol. Kemudian uji t2

(41)

tolak. Artinya rata-rata skor gainsiswapada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata skor gain siswa pada kelas kontrol.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel 8, diketahui bahwa rata-rata skor gain siswa pada kelas eksperimen memiliki perbedaan yang signifikan dengan rata-rata skor gain siswa pada kelas kontrol. Adanya perbedaan rata-rata skor gain antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol disebabkan karena adanya pengaruh penggunaan metode pembelajaran yang diberikan oleh guru. Pada kelas eksperimen proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode discovery sedangkan pada kelas kontrol proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode diskusi, hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan rata-rata skor gain siswa pada kelas eksperimen berbeda dengan rata-rata skor gain kelas kontrol. Skor gain merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui kemampuan generik sains siswa.

(42)

masuk ke dalam memorinya lebih tahan lama dan mudah untuk di ingat saat informasi itu di perlukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryosubroto (2002:191) bahwa dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, dan tak mudah dilupakan oleh anak. Selain itu berdasarkan hasil analisis angket kemampuan discovery siswa (merujuk pada lampiran 4, tabel 46) diperoleh hasil bahwa siswa pada kelas eksperimen memiliki kemampuan discovery dalam kriteria baik sekali yaitu dengan rata-rata persentase sebesar 87,86%. Dari kenyataan tersebut dapat diartikan bahwa siswa kelas eksperimen mampu melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode discovery, sehingga diharapkan dapat mempengaruhi KGS siswa. Besarnya persentase kemampuan discovery siswa ini juga didukung oleh hasil analisis angket tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang berlangsung, dimana diperoleh rata-rata persentase siswa yang menjawab senang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode discovery sebesar 82,67% (merujuk pada lampiran 4, tabel 47).

Pada kelompok kontrol, diterapkan metode pembelajaran diskusi.

Penggunaan metode ini diduga menyebabkan kemampuan generik sains siswa pada kelompok kontrol lebih rendah daripada kelompok eksperimen. Hal ini dapat dilihat pada tabel 8 rata-rata nilai postes kelompok kontrol yaitu (72,30) lebih rendah dibandingkan rata-rata nilai postes kelompok eksperimen (80,73). Pembelajaran menggunakan metode diskusi akan mengakibatkan siswa

(43)

keaktifan siswa sehingga penggunaan metode discovery diduga akan lebih efektif. Metode discovery ini dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA yang sulit serta menumbuhkan kemampuan kerjasama dalam proses pembelajaran. Metode discovery ini merupakan sebuah usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dan bekerjasama dengan siswa yang berbeda latar belakang dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sejalan dengan beberapa keunggulan metode discovery yang diungkapkan oleh Gilstrap (dalam Moedjiono dan Dimyati, 2006:87) yakni, pertama : metode ini memungkinkan siswa memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif. Hal ini secara tidak sadar telah dilakukan siswa, yakni pada saat praktikum siswa akan memperluas penguasaan

langkah-langkah discovery, karena pada saat melakukan percobaaan, misalnya pada pertemuan pertama, siswa melakukan percobaan uji bahan makanan, dalam percobaan ini siswa dituntut untuk dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap percobaan yang dilakukan, menganalisis perubahan yang terjadi pada masing-masing bahan yang digunakan,

mengumpulkan data hasil percobaan, membuat kesimpulan, kemudian setelah melakukan percobaan siswa dituntut untuk dapat mengerjakan soal-soal yang ada di dalam LKS dan soal tes yang pertanyaannya mengacu kepada aspek KGS yang membutuhkan keterampilan generik sains, data dapat dirujuk pada lampiran 4 yaitu pada tabel 14 dan 43. Kedua, metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk maju berkelanjutan sesuai dengan

(44)

pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data, yakni nilai rata-rata skor gain siswa yang belajar mengguakan metode discovery (kelas

eksperimen) lebih tinggi dibandingkan siswa yang tidak menggunakan metode discovery (kelas kontrol), data dapat dilihat pada tabel 8. Ketiga, metode penemuan dapat menimbulkan gairah pada diri siswa karena siswa merasakan jerih payahnya membuahkan hasil. Terbukti ketika guru meminta wakil dari kelompok yang terpilih mempresentasikan hasil discovery meraka sangat antusias. Sedangkan pada kelas yang tidak menggunakan metode discovery lebih membutuhkan waktu lebih lama untuk sekedar maju kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil kerjanya, hal ini mungkin dikarenakan siswa terbiasa belajar hanya dengan menerima apa yang diberikan oleh guru,

sehingga banyak siswa yang kurang berani mempresentasikan hasil diskusinya (Suryosubroto,2002:186).

(45)

membangun konsep sebesar 83,3% dan yang terendah adalah aspek hukum sebab akibat yaitu 0%.

Adapun data hasil observasi kemampuan generik sains siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam gambar 4 berikut, dan data selengkapnya ada pada lampiran 4 tabel 35-40.

Grafik Kemampuan Generik Sains Siswa

Pertemuan 1

Grafik Kemampuan Generik Sains Siswa

(46)

Berdasarkan gambar 4 dan 5 diatas dapat diketahui bahwa persentase aspek KGS yang terbesar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah aspek membangun konsep. Pada kelas eksperimen berdasarkan gambar 4 diketahui bahwa rata-rat persentase aspek membangun konsep dari 3 pertemuan adalah sebesar 94,81% lebih besar dari aspek membangun konsep pada kelas kontrol yaitu sebesar 83,42%. Adanya perbedaan persentase aspek membangun konsep ini, disebabkan karena adanya perbedaan metode yang diberikan, dimana pada kelas eksperimen digunakan metode discovery, sedangkan kelas kontrol dengan metode diskusi. Besarnya persentase aspek membangun konsep ini baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, karena

berdasarkan hasil observasi, rata-rata setiap siswa mampu mendiskusikan hasil percobaan dan jawaban pertanyaan yang ada dalam LKS, kemudian setiap siswa mengisi LKS, siswa juga mempresentasikan hasil percobaan yang telah dilakukan serta membuat kesimpulan mengenai materi pokok sistem

pencernaan pada manusia berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Besarnya persentase aspek membangun konsep ini juga disebabkan karena setelah mereka menemukan sendiri melalui pengamatan dan menganalisis hasil percobaan pengetahuan yang mereka peroleh langsung bisa diaplikasikan saat mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di soal tes maupun LKS, sehingga hal inilah yang diduga menyebabkan persentase KGS aspek membangun konsep lebih tinggi dibandingkan aspek KGS yang lain.

(47)

hasil observasi, ternyata banyak siswa yang tidak dapat menggunakan alat percobaan dengan baik, misalnya pada saat mengambil larutan Lugol dengan menggunakan pipet tetes, kebanyakan siswa tidak dapat melakukannya, begitupun saat meneteskan larutan Lugol tersebut kedalam tabung reaksi, rata-rata siswa tidak dapat melalukaknnya dengan baik, selain itu saat

memadamkan lampu bunsen, rata-rata siswa belum tahu bagaimana cara memadamkan lampu bunsen tersebut, dari setiap kelompok berdasarkan hasil observasi mereka memadamkan lampu bunsen tersebut dengan cara

meniupnya.

Berdasarkan gambar 4 dan 5, dapat diketahui bahwa, besarnya rata-rata persentase aspek inferensia logika pada kelas eksperimen sebesar 39,63%, sedangkan kelas kontrol sebesar 25%. Dari persentase tersebut diketahui bahwa KGS siswa pada aspek inferensia logika kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol, hal ini karena pada indikator b dan d, sesuai dengan langkah-langkah yang diakukan dalam metode discovery, yaitu siswa dituntut dapat membuat hipoteseis dan kesimpulan, sehingga siswa kelas eksperimen lebih banyak dapat melakukan indikator b dan d dibandingkan siswa kelas kontrol, data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 35-40. Sedangkan dari ke-4 indikator yang ada pada aspek inferensia logika,

(48)

yang ada membutuhkan waktu yang lama, dan alat dan bahan yang menunjang untuk melakukan pengujian tersebut.

(49)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan metode discovery berpengaruh positif terhadap Kemampuan Generik Sains (KGS) siswa pada Materi Pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Pada proses pembelajaran guru harus bisa mengatur alokasi waktu

pembelajaran dan harus menjelaskan dengan jelas tata cara melakukan suatu percobaan, sehingga tidak membingungkan siswa dan dapat memperoleh hasil yang maksimal.

(50)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paradigma belajar sains merupakan suatu proses pembelajaran yang melibatkan fenomena-fenomena di alam untuk membangun suatu konsep. Proses ini menuntut siswa untuk berfikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang

dimilikinya, atau lebih dikenal dengan keterampilan generik sains. Oleh sebab itu, pembelajaran sains perlu diubah modusnya agar dapat membekali setiap siswa dengan keterampilan berfikir, dari mempelajari sains menjadi berfikir melalui sains.

Untuk memperdalam penguasaan konsep sains sebaiknya siswa dilatih untuk dapat menggunakan keterampilan generik sainsnya. Salah satu pengetahuan sains yang diharapkan dikuasi konsepnya adalah materi pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia. Materi pokok ini merupakan suatu materi yang dapat diberikan kepada siswa dengan mengajak siswa berfikir melalui pengetahuan sains yang telah dimiliki oleh siswa serta melatih keterampilan generik sains siswa. Sebagai contoh melatih siswa melihat sebab dan akibat, misalnya saat kita lapar atau kekurangan energi, dengan memakan sepiring nasi setelah beberapa menit

(51)

bahan makanan yang ia makan serta fungsinya bagi tubuh, dan siswapun dapat mengetahui alat-alat pencernaan apa saja yang digunakan pada saat melakukan proses pencernaan makanan tersebut.

Mariam (2008 : 28) didalam skripsinya menyimpulkan bahwa berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menerapkan pembelajaran Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan menggunakan metode pemetaan konsep, diketahui bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan (p<0,05) antara kelas yang menggunakan metode pemetaan konsep dengan kelas tanpa menggunakan metode pemetaan konsep. Pada kelas yang menggunakan metode pemetaan konsep memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas yang pembelajarannya tanpa metode pemetaan konsep yaitu menggunakan metode diskusi. Dengan demikian, penggunaan metode pemetaan konsep berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa pada Materi Pokok Sistem

(52)

Salah satu pembelajaran yang dapat menciptakan keaktifan siswa saat proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode discovery dalam pembelajaran berbasis keterampilan generik sains. Menurut Gellagher (dalam Iksanuddin 2007:16) belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan pengetahuan sains tersebut. Dengan demikian hasil belajar sains yang di harapkan siswa memiliki kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang di milikinya, atau lebih di kenal dengan keterampilan generik sains.

Penelitian ini akan mengkaji pengaruh penggunaan metode Discovery terhadap kemampuan generik sains siswa. Dengan memunculkan kemampuan generik sains dalam proses pembelajaran diharapkan siswa dapat berpikir maju sesuai dengan kemampuannya sendiri berdasarkan pengalamannya sendiri. Dalam generik sains biologi, khususnya pada materi pokok sistem pencernaan, pembelajaran dapat berlangsung menggunakan 4 indikator generik sains yaitu pengamatan tidak langsung, inferensia logika, hukum sebab akibat dan membangun konsep. Dengan menggunakan metode discovery diharapkan dapat tercapai ke 4 indikator tersebut sehingga dapat terungkap keterampilan generik sains pada setiap siswa, untuk mengungkap keterampilan generik sains siswa peneliti menggunakan metode discovery.

(53)

dianggap sebagai pelajaran yang sulit untuk dipahami siswa. Selain itu proses pembelajaran biologi yang berlangsung di SMA AL Kautsar masih menggunakan metode sederhana atau konvensional yaitu dengan cara ceramah dan tanya jawab, sehingga siswa terpaksa harus menghafal dan menerima materi pelajaran tersebut dengan serta merta walaupun tidak dapat membuktikan. Anak-anak cenderung berpikir dari konkret ke abstrak, hal ini menyebabkan kemampuan generik sains siswa rendah karena cara pembelajaran seperti ini justru menyebabkan siswa hanya mengenal peristilahan sains secara hafalan tanpa makna, kemampuan generik sains siswa yang muncul pada saat pembelajaran biologi di SMA AL Kautsar hanya mencapai 40%.

Kenyataan seperti di mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Penggunaan Metode Discovery terhadap Kemampuan Generik Sains Siswa pada Materi Pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia Siswa Kelas XI SMA Al Kautsar Bandar Lampung TP 2009/2010.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana pengaruh penggunaan metode Discovery terhadap kemampuan

generik sains pada materi pokok sistem pencernaan pada manusia?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk ”Mengetahui pengaruh penggunaan metode

(54)

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut :

1. Siswa, agar mempermudah siswa memahami konsep pencernaan makanan pada manusia dan mendorong siswa untuk berpikir dengan inisiatifnya atau kemampuanya sendiri

2. Bagi guru biologi sebagai, bahan informasi tentang efektivitas model pembelajaran berbasis keterampilan generik sains, dan alternatif model pembelajaran biologi

3. Bagi peneliti : (1) penelitian ini akan memberikan manfaat yang besar

berupa pengalaman untuk menjadi calon guru, (2) memberikan wawasan kepada peneliti sebagai landasan teoritis mengembangkan pembelajaran

berbasis keterampilan generik sains.

4. Bagi sekolah, diharapkan dapat dijadikan masukan dalam usaha

meningkatkan mutu proses dan hasil belajar dalam mata pelajaran biologi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran tentang hal-hal yang diteliti baik bagi peneliti maupun pembaca, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI SMA Al Kautsar Bandar

(55)

2. Kemampuan generik sains adalah kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimiliki oleh siswa jadi didalam proses pembelajaran siswa dituntut dapat menggunakan pengetahuan sains yang telah ia miliki (Liliasari, dkk. 2007 : 13).

3. Metode penemuan (Discovery Method) menurut Suryosubroto (2002: 192) diartikan sebagai suatu komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.

4. Parameter kemampuan generik sains yang diamati dalam penelitian ini adalah (1) pengamatan tak langsung, (2) hukum sebab akibat, (3) membangun konsep dan (4) inferensia logika yang akan diukur melalui soal, LKS dan lembar observasi siswa.

5. Materi pokok pada penelitian ini adalah Sistem Pencernaan yang terdiri dari submateri : Zat-zat makanan dan zat aditif makanan, Sistem pencernaan

pada manusia dan hewan ruminansia, serta penyakit dan kelainan yang terjadi pada sistem pencernaan.

F. Kerangka Pikir

(56)

Dalam kegiatan pembelajaran seringkali siswa dihadapkan pada materi-materi yang penyampaiannya hanya didominasi oleh guru, tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri hal-hal baru berdasarkan pengalaman dan pengetahuan siswa yang dimilikinya., sehingga materi tersebut sulit dipahami oleh siswa. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan metode penemuan (discovery method) dengan berlandaskan pada kemampuan generik sains yang dimiliki oleh siswa.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan generik sains biologi di sekolah siswa perlu didorong untuk secara aktif melakukan kegiatan agar dapat menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.

Metode penemuan (discovery method) diduga cocok untuk materi pokok sistem pencernaan, karena pada metode ini siswa dibimbing agar selalu aktif untuk menemukan sendiri sesuatu yang baru, sehingga diharapkan siswa dapat mempunyai pemahaman yang lebih baik dan dapat meningkatkan kemampuan generik sains.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel terikat ditunjukkan dengan penggunaan pembelajaran berbasis

(57)

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan varisbel terikat

Keterangan : X: Variabel bebas (pembelajaran melalui metode discovery). Y : Variabel terikat ( kemampuan generik sains ).

G. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

H0 = Tidak ada pengaruh penggunaan metode discovery terhadap

kemampuan generik sains biologi siswa kelas XI SMA AL Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010 pada materi pokok sistem pencernaan pada manusia.

H1 = Ada pengaruh penggunaan metode discovery (metode penemuan)

terhadap kemampuan generik sains biologi siswa kelas XI SMA AL Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010 pada materi pokok sistem pencernaan pada manusia.

(58)

Gambar

Gambar 2. Diagram komponen-komponen kompetensi ilmiah   (Darliana, 2009: 1)
Gambar 3. Desain pretes postes tak ekuivalen
Tabel 3.  Kategori kemampuan discovery siswa
tabel 8.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa sistem cerdas berbasis CBR mampu memberikan hasil diagnosa dengan sangat baik ketika sistem cerdas pernah menyelesaikan permasalahan yang

(3) Secara vertikal dalam sistem gugus usaha, UKM bisa menjadikan diri komplemen-komplemen usaha bagi industri perusahaan produsen utama. Maka diperlukan suatu strategi

Selang waktu antara usulan kegiatan, maka diperlukan data aktual tentang potensi dan pesaing yang ada di Kota Padang yang menjalankan bisnis Percetakan digital.. Persiapan

jumlah sudut bias dengan sudut datang adalah 90 o yang termuat dalam bentuk. garafik

Dengan memahami esensi dan makna dari pengaruh faktor sosial budaya bagi kehidupan klien kanker payudara, maka hasil review ini akan memberikan pemahaman kepada

Dengan dibentuknya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Ciamis berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 8 Tahun 2016 tentang

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya oleh Ari Gunawan, I Putu dan I Ketut Jati (2014) mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap return

Pendekatan dengan menggunakan Kaidah ushul merupakan suatu cara untuk memahami suatu masalah yang dilihat dari sudut manfaat, sehingga dengan cara ini akan