• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Pada Industri Perasuransian Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Pada Industri Perasuransian Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

USAHA PERASURANSIAN MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

A. Usaha Perasuransian Sebagai Lembaga Keuangan Menurut Hukum Positif di Indonesia

1. Pengertian asuransi

Verzekering (bahasa Belanda) disebut pula dengan asuransi atau juga

berarti pertanggungan. Ada 2 pihak terlibat di dalam asuranis yaitu: yang satu

sanggup menanggung atau menjamin, bahwa pihak lain akan mendapat

penggantian suatu kerugian yang mungkin akan ia derita sebagai akibat dari suatu

peristiwa yang belum tentu akan terjadi. Suatu kontrak prestasi dari

pertanggungan ini, pihak yang ditanggung itu, diwajibkan membayar sejumlah

uang kepada pihak yang menanggung. Uang tersebut akan tetap menjadi milik

pihak yang menanggung, apabila kemudian ternyata peristiwa yang dimaksudkan

itu tidak terjadi. 15

Menurut Mehr dan Cammack asuransi merupakan suatu alat untuk

mengurangi resiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit dalam jumlah

yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan.

Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang

tergabung.Sedangkan menurut Mark R. Green asuransi adalah suatu lembaga

ekonomi yang bertujuan mengurangi risiko, dengan jalan mengkombinasikan

(2)

dalam suatu pengelolaan sejumlah obyek yang cukup besar jumlahnya, sehingga

kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu.

C. Arthur William Jr dan Richard M. Heins mendefinisikan asuransi

berdasarkan dua sudut pandang, yaitu:

a. Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian finansial yang

dilakukan oleh seorang penanggung.

b. Asuransi adalah suatu persetujuan dengan dua atau lebih orang atau badan

mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulakan bahwa

asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat pada

perekonomian, dengan cara manggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena

risiko yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar

probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan

terjadiakan dibagi secara proposional oleh semua pihak dalam gabungan itu.16

Pengertian dan ketentuan tentang asuransi di Indonesia telah dimuat dalam

beberapa dokumen, antara lain Burgerlijke Wetboek atau sering di singkat BW,

yang kemudian dikenal menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (untuk

selanjutnya disebut KUHPerdata). Dalam Pasal 1774 KUHPerdata, pengertian

asuransi dinyatakan sebagai berikut:

“Suatu persetujuan untung–untungan (kansovereenkomst) adalah suatu

perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak

maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu kejadian yang

belum tentu”.

(3)

Selanjutnya pengertian asuransi juga termuat dalam Pasal 246 Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disebut KUHD) yang berbunyi:

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung

mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk

memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat

dari suatu evenemen (peristiwa tidak pasti)”.

Tahun 1992 usaha perasuransian telah memiliki ketentuan sendiri dengan

disahkannya UU Usaha Perasuransian dan sejumlah peraturan pendukungnya,

yakni Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri, serta peraturan-peraturan

lainnya yang sifatnya teknis. Pengertian asuransi dalam UU Usaha Perasuransian

terdapat dalam Pasal 1 angka 1, berbunyi sebagai berikut:

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau

lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan

penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum

kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul

dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang

yang dipertanggungkan”.

Tanggal 17 Oktober 2014 Pemerintah mengesahkan UU Perasuransian

untuk menggantikan UU Usaha Perasuransian mengingat undang-undang ini

(4)

perasuransian yang sudah berkembang. Pengertian asuransi menurut UU

Perasuransian terdapat pada Pasal 1 angka 1, berbunyi sebagai berikut:

“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi

dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh

perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

a. memberi penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena

kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita

tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang

tidak pasti; atau

b. memberikan pembayaran yang didasarkan kepada meninggalnya

tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung

dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada

hasil pengelolaan dana”.

Definisi-definisi asuransi diatas dapat dilihat bahwa asuransi memiliki

empat unsur, yaitu:

a. Pihak tertanggung, yang berjanji akan membayar premi kepada

penanggung, karena bersedia memberikan ganti rugi bila peristiwa

terjadinya risiko yang tidak pasti, benar-benar terjadi.

b. Pihak penanggung, yang berjanji akan memberikan ganti rugi yang timbul

dari suatu peristiwa yang tidak pasti, yang akan diderita oleh tertanggung.

c. Obyek pertanggungan, berupa harta benda, hidup dan meninggalnya

(5)

d. Peristiwa terjadinya risiko, yang tidak pasti, dimana, kapan dan besarnya,

dampak kerugian yang timbul, yang sebenarnya juga tidak diharapkan oleh

tertanggung dan penanggung.17

2. Perkembangan perasuransian

a. Sebelum masehi

Pada jaman kebesaran Yunani di bawah kekuasaan Alexander The Great

seorang pembantunya yang bernama Antimenes memerlukan banyak uang untuk

guna membiayai pemerintahan pada waktu itu. Untuk mendapatkan uang tersebut

Antimenes mengumumkan kepada para pemilik budak supaya mendaftarkan

budak-budaknya dan membayar sejumlah uang tiap tahun kepada Antimenes.

Sebagai imbalanya, Antimenes menjanjikan kepada mereka jika ada budak yang

melarikan diri, maka dia akan memerintahkan supaya budak itu di tangkap, atau

jika tidak ditangkap akan dibayar dengan uang sebagai gantinya.18

Apabila ditelaah dan diteliti, uang yang diterima oleh Antimenes dari

pemilik budak adalah semacam premi yang di terima dari tertanggung, sedangkan

kesanggupan Antimenes untuk menangkap budak yang melarikan diri atau

membayar ganti kerugian karena karena budak yang hilang adalah semacam

resiko yang dipikul oleh penanggung. Perjanjian ini dengan Asuransi Kerugian.19

Scheltema menjelaskan bahwa pada zaman Yunani banyak juga orang

yang meminjamkan sejumlah uang kepada Pemerintah Kotapraja dengan janji

bahwa pemilik uang tersebut diberi bunga setiap bulan sampai wafatnya dan

bahkan setelah wafat diberi bantuan biaya penguburan.Jadi, perjanjian ini mirip

17

Mulyadi Nitisusastro, Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 131-132.

(6)

dengan asuransi jiwa.Apabila ditelaah dengan teliti, maka dapat dipahami bahwa

perjanjian-perjanjian tersebut merupakan peristiwa hukum permulaan dari

perkembangan asuransi kerugian dan asuransi jiwa.20

b. Abad pertengahan

Peristiwa-peristiwa hukum yang telah diuraikan diatas terus berkembang

pada abad pertengahan.Di Inggris sekelompok orang yang mempunyai profesi

sejenis membentuk satu perkumpulan yang disebut gilde. Pekumpulan ini

mengurus kepentingan anggota-anggotanya dengan berjanji apabila ada anggota

yang kebakaran rumah, gilde akan memberikan sejumlah uang yang diambil dari

dana gilde yang terkumpul dari anggota-anggota. Perjanjian ini banyak terjadi

pada ke-9 dan mirip dengan Asuransi Kebakaran.

Bentuk perjanjian seperti ini lebih lanjut berkembang di Denmark, Jerman

dan negara-negara Eropa lainnya sampai pada abad ke-12.Pada abad ke-13 dan

pertengahan abad ke-14 perdagangan melalui laut mulai berkembang pesat.Akan

tetapi, tidak sedikit bahaya yang mengancam dalam perjalanan perdagangan

melalui laut.Keadaan ini untuk mencari upaya yang dapat mengatasi kemungkinan

kerugian yang timbul melalui laut.Inilah perkembangan asuransi kerugia laut.21

c. Sesudah abad pertengahan

Sesudah abad pertengahan, bidang asuransi laut dan kebakaran mengalami

perkembangan yang sangat pesat terutama di negara-negara Eropa Barat, seperti

Inggris pada abad ke-17 dan prancis abad ke-18 serta sampai ke

20Ibid., hlm 1-2.

(7)

Belanda.Perkembangan pesat asuransi ini sampai ke negara-negara seberang laut

terutama daerah-derah jajahan mereka.22

Pada waktu pembentukan Code de Commerce Prancis awal abad ke-19,

asuransi laut dimasukkan dalam kodifikasi. Pada waktu pembentukan Wetboek

van Koophandel Nederland, disamping asuransi laut dimasukan juga asuransi

kebakaran, asuransi hasil panen, dan asuransi jiwa. Sementara di Inggris, asuransi

laut diatur secara khusus dalam Undang-Undang Asuransi Laut (Marine

Insurance Act) yang dibentuk pada tahun 1906. Berdasarkan asas konkordansi, Wetboek van Koophandel Nederland diberlakukan pula di Hindia Belanda melalui

Staatsblad Nomor 23 Tahun 1947.23

d. Abad ilmu dan teknologi

Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat pada abad ke-20 berdampak

positif pada perkembangan usaha bidang perasuransian.Kegiatan usaha tidak

hanya bidang perasuransian, tetapi juga bidang penunjang asuransi. Pembangunan

bidang prasarana transportasi sampai daerah pelosok mendorong perkembangan

sarana tranformasi darat, laut dan udara serta meningkatkan mobilitas penumpang

dari suatu daerah ke daerah bahkan ke negara lain. Ancaman bahaya lalu lintas

juga makin meningkat, sehingga kebutuhan perlindungan terhadap barang muatan

dan jiwa penumpang juga meningkat.Keadaan ini mendorong perkembangan

perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa serta asuransi sosial.24

Perkembangan usaha perasuransian mengikuti perkembangan ekonomi

masyarakat.Makin tinggi pendapatan per kapita masyarakat, makin mampu

masyarakat memiliki harta kekayaan dan makin dibutuhkan pula perlindungan

22Ibid.,hlm. 4.

(8)

keselamatannya dari ancaman bahaya.Karena pendapatan masyarakat meningkat,

maka kemampuan membayar premi asuransi juga meningkat.Dengan demikian,

usaha perasuransian juga berkembang.25

B. Prinsip, Jenis dan Fungsi Asuransi

1. Prinsip Asuransi

Terdapat 6 (enam) macam prinsip dasar dalam dunia asuransi yang harus

dipenuhi, yaitu insurable interest, utmost good faith, proximate cause, indemnity,

subrogation dan contribution.26

a. Kepentingan yang diasuransikan (Insurable Interest)

Pemahaman tertanggung tentang kepentingan yang dapat diasuransikan

(insurable interest) merupakan prinsip yang harus ditegakkan sejak awal

perjanjian asuransi.Asuransi atas kehidupan seseorang tidak sah apabila

tertanggung/pemegang polis tidak mempunyai insurable interest atau hidup atau

kehidupan dari orang yang menjadi obyek pertanggungan, demikian juga terhadap

harta benda yang diasuransikan. Tertanggung akan menderita kerugian apabila

terjadi kerusakan atau kehilangan, atau menghadapi kemungkinan tuntutan ganti

rugi dari pihak ketiga. Insurable interest dapat timbul sesuai ketentuan yang diatur

dalam Pasal 250 KUHD, berbunyi:

“Apabila seseorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk

diri sendiri, atau apabila seorang, yang untuknya telah diadakan suatu

pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak

25Ibid.,hlm. 5.

(9)

mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu

maka sipenanggung tidaklah wajib memberikan ganti rugi.”

b. Itikad baik (Utmost good faith)

Prinsip medasar yang harus dimiliki adalah prinsip adanya itikad baik atau

utmost good faith atau uberrimai fides. Sedangkan dalam jual beli produk nyata

(tangible product) berlaku prinsip caveat emptor atau let the buyer beware yaitu

bahwa pembelilah yang harus berhati-hati sebelum melakukan pembelian atas

suatu barang dan jasa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa penanggung

sebagai penjual polis perlu dilindungi terhadap kemungkinan adanya kesalahan

informasi yang diberikan oleh calon tertanggung mengenai obyek pertanggungan,

sehingga jika penanggung mengetahuinya ia tidak akan menerima pertanggungan

tersebut atau menerimanya tetapi dengan kondisi yang berbeda. Untuk melindungi

kepentingan tersebut, Pasal 251 KUHD mengaturnya yaitu:

“Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak

memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapaun

itikad baik ada padanya. Yang demikian sifatnya, sehingga seandainya si

penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu

tidak akan ditutup, atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama,

mengakibatkan batalnya pertanggungan.”

c. Proximate cause

Prinsip proksima dalam asuransi adalah penyebab utama terjadinya risiko

(proximate cause).Sering juga timbul perselisihan karena kesalahan dalam

(10)

tercantum penyebab-penyebab apa saja yang dijamin. Pernyataan ini mengandung

arti bahwa perusahaan akan membayar ganti rugi terhadap kerugian obyek yang

dipertanggungkan apabila kerugian tersebut timbul akibat salah satu sebab yang

dijamin.

Sebelum tertanggung dapat mengklaim kerugian yang dideritanya dari

penanggung terlebih dahulu harus ditetapkan apa penyebab kerugian tersebut.

Artinya tertanggung dapat mengklaim hanya jika kerugian yang dideritanya

disebabkan oleh suatu risiko yang dijamin polis.Penyebab yang dijamin itu

haruslah “penyebab terdekat” (proximate cause). Kausa yang membawa suatu

akibat tanpa intervensi sesuatu penyebab lain yang bekerja secara aktif dan yang

datang dari suatu sumber baru dan independen.

Doktrin ini menyatakan bahwa agar seseorang tertanggung dapat

mengklaim, maka rantai peristiwa sejak penyebab yang dijamin polis hingga

kerugian finansial yang diderita tertanggung tidak boleh terputus.Jika rantai

peristiwa itu terputus oleh suatu penyebab baru yang dikecualikan dari polis maka

kerugian yang dijamin hanyalah kerugian yang diderita hingga penyebab baru itu

mulai bekerja.Kerugian yang diderita setelah terjadinya risiko yang tidak dijamin

tidak dapat diklaim.

d. Ganti Rugi Indemnitas (Indemnity)

Prinsip ganti-rugi (indemnity) adalah prinsip yang memberikan ganti rugi

atas kerugian yang sebenarnya, artinya tidak akan terjadi pembayaran suatu

kerugian atas risiko yang direncanakan. Bahwa prinsip indemnity merupakan

suatu mekanisme yang akan menempatkan kembali tertanggung kepada posisi

(11)

rugi dari penanggung setelah terjadinya suatu kerugian. Besarnya ganti rugi yang

diberikan tidak boleh melebihi kerugian yang sebenarnya diderita (atau tidak

boleh melebihi jumlah penggantian penuh/jumlah uang pertanggungan).

Prinsip ganti-rugi ini diatur dalam Pasal 253, 273 dan 275 KUHD, yang

dapat diketahui bahwa:

1) Jumlah uang pertanggunagn (UP) harus sama dengan jumlah harga

yang sebenarnya dari obyek pertanggungan.

2) Bila terjadi kerugian, maka jumlah pemberian ganti rugi akan

dilakukan sepenuhnya (sesuai dengan kerugian yang diderita) sampai

jumlah yang dipertanggungkan.

Menghitung atau menakar besaran ganti-rugi (indemnity) selalu menjadi

berdebatan, perbedaan perhitungan, dan bahkan akhirnya menjadi pertentangan

atau perselisihan atau sengketa. Akan tetapi dalam perjanjian asuransi yang

tertuang dalam polis akan ditentukan lembaga independen dan imparsial yang

akan ditunjuk untuk melakukan besarnya perhitungan suatu kerugian yang disebut

lembaga Loss Adjuster. Demikian juga dalam polis asuransi kesehatan yang

menetapkan besarnya biaya perawatan kesehatan yang dapat dijamin perusahaan

asuransi sesuai penilaian provider kesehatan yang ditunjuk.Khusus untuk kerugian

yang diakibatkan oleh suatu kecelakaan sehingga berakibat pada ketidakmampuan

seseorang, pada umumnya ditentukan besarannya sejak awal.

e. Subrogasi (Subrogation)

Subrogaasi (to subrogate) yang berarti menggantikan atau menempatkan

diri pada tempat orang lain. Dalam asuransi, subrogasi berarti bahwa penanggung

(12)

memperoleh/menuntut ganti kerugian dari pihak ketiga atas kerugian yang

diderita oleh tertanggung.

Pasal 1382 KUHPerdata, disebutkan bahwa kemungkinan pembayaran

yang dilakukan oleh pihak ketiga-kepada kreditur atas nama debitur

mengakibatkan terjadinya penggantian kedudukan debitur disebut subrogasi.

Subrogasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu, yang terjadi karena perjanjian

(Pasal 1401 KUHPerdata) dan karena undang-undang (Pasal 1402 KUHPerdata).

Subrogasi dapat dikatakan sebagai penyerahan hak dari tertanggung

kepada penanggung untuk menggantikannya memperoleh/menuntut pembayaran

ganti kerugian yang dideritanya dari pihak ketiga yang menimbulkan kerugian

tersebut.Dengan demikian, seakan-akan penanggung ditempatkan pada posisi

tertanggung.Bahwa prinsip subrogasi sangat erat hubungannya dengan prinsip

indemnitas, jika pada prinsip indemnitas dikatakan bahwa tertanggung berhak

untuk memperoleh ganti rugi, tetapi tidak boleh melebihi jumlah kerugian yang

sebenarnya diderita oleh tertanggung tersebut.

Prinsip subrogasi, yaitu prinsip apabila kerugian yang timbul diakibatkan

oleh perbuatan kelalaian orang lain. Pasal 1365 KUHPerdata menetapkan bahwa,

tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti

kerugian tersebut.Setelah penanggung membayar ganti rugi kepada tertanggung,

hak tertanggung untuk menuntut ganti rugi dari orang yang lalai itu, secara

otomatis, berpindah kepada penanggung.

Adapun prinsip subrogasi diatur dalam Pasal 284 KUHD, yang

(13)

barang yang dipertanggungkan, menggantikan si tertanggung dalam segala hak

yang diperolehnya terhadap orng-orang ketiga berhubung dengan penerbitan

kerugian tersebut dan si tertanggung itu adalah bertanggung-jawab untuk setiap

perbuatan yang dapat merugikan hak si penanggung terhadap orang-orang ketiga

itu.

Ketentuan KUHD diatas, dapat diketahui bahwa penanggung yang

membayar kerugian atas sesuatu “obyek pertanggungan” berhak menggantikan

tertanggung untuk menuntut penggantian kerugian dari pihak ketiga tertanggung

wajib membantu penanggung dalam rangka merealisasikan hak tersebut, dan

tertanggung tidak akan melkukan sesuatu perbuatan apapun yang merugikan hak

penanggung tersebut.

f. Kontribusi (Contribution)

Kontribusi adalah hak penanggung untuk “menagih” bagian yang menjadi

tanggungjawab penanggung lain atas ganti rugi yang telah dibayarkan kepada

tertanggung. Dalam prakterk perasuransian, kita melihat bahwa kontribusi

tidaklah selamanya dilakukan sesuai dengan cara “bayar dulu” kepada

tertanggung “baru tagih” kepada penanggung lainnya, hal ini tergantung dari

bagaimana cara penutupan asuransi dilakukan. Pada umumnya, kita mengenal

beberapa cara penutupan asuransi yang dengan sendirinya mempengaruhi cara

kontribusi dalam pembayaran klaim. Prinsip kontribusi diatur dalam Pasal 252

KUHD, yang diketahui bahwa:

“Kecuali dalam hal-hal yang disebutkan dalam ketentuan undang-undang,

maka tak bolehlah suatu pertanggungkan harga sepenuhnya, maka

(14)

menurut tertib waktu ditutupnya pertanggungan-pertanggungan berikut

ini.”

Untuk tidak membingungkan penerapan dari prinsip kontribusi dan prinsip

subrogasi berikut ini akan dijabarkan perbedaan dan persamaan dari

masing-masing prinsip tersebut antara lain:

Persamaannya:

1) Kedua azas tersebut bertjujan agar pemberian ganti rugi (indemnitas)

kepada tertanggung tidak melebihi insurable interest atau tidak

melebihi ganti rugi penuh (full value).

2) Untuk melindungi penanggung dari kemungkinan usaha-usaha

tertanggung untuk mencari keuntungan dari berasuransi.

3) Kedua prinsip tersebut diterapkan pada waktu atau setelah terjadinya

klaim.

4) Sama-sama tidak berlaku untuk asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan

diri.

Perbedaannya:

1) Subrogasi ditujukan terhadap pihak ketiga yang karena telah

menimbulkan kerugian terhadap tertanggung. Sedangkan kontribusi

ditujukan terhadap sesame penaggung, agar secara bersama-sama

memberikan ganti rugi atas kerugian yang diderita tertanggung.

2) Hak subrogasi pada umumnya timbul setelah dilakukan pembayaran

(15)

3) Hak subrogasi “asalnya” adalah dari tertanggung yang diserahkan

kepada penanggung dengan menandatangani loss subrogation receipt.

Hak kontribusi adalah hak “asli” penanggung.

4) Kontribusi timbul karena adanya lebih dari satu penanggung atas obyek

pertanggungan yang sama. Subrogasi biasanya hanya melibatkan satu

penanggung.

2. Jenis asuransi

Pada dasarnya asuransi terdiri dari 3 jenis yaitu, asuransi umum, asuransi

jiwa dan asuransi syariah.Pada setiap jenis asuransi didalamnya berkembang

bermacam-macam jenis asuransi yang dikelompokkan sesuai dengan fokus dan

resiko.Fokus dan resiko inilah yang menentukan ukuran keseragaman dalam

resiko yang ditanggung sesuai jenis kebijakan. Hal ini akan digunakan perusahaan

asuransi untuk mengantisipasi potensi kerugian serta menetapkan tingkat premi

yang ditawarkan sesuai dengan jenis asuransi masing-masing.27

a. Asuransi umum (kerugian)

Asuransi umum (kerugian) adalah usaha jasa pertanggungan risiko yang

memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena

kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung

jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau

pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.28

Asuransi

umum terdiri dari berbagai jenis atau cabang pertanggungan, yaitu, asuransi harta

benda (property insurance), asuransi rekayasa (engineering insurance), asuransi

kendaraan bermotor, asuransi kelautan, asuransi tanggung gugat (liability),

(diakses 06 Februari 2016).

(16)

asuransi professionalliability, asuransi aneka (miscellaneous), asuransi pesawat

dan satelit, asuransi energi, asuransi kerdit dan jaminan29

b. Asuransi jiwa

Asuransi jiwa adalah usaha yang menyelenggarakan jasa penanggungan

risiko yang memberikan pembayaran kepada pemegang polis, tertanggung, atau

pihak lain yang berhak dalam hal tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup,

atau pembayaran lain kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang

berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah

ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelola dana.30Dalam perkembangan

industry perasuransian akhir-akhir ini, asuransi jiwa dan kesehatan dikelompokan

ke dalam 3 golongan besar yaitu, asuransi jiwa (produk asuransi: term life

insurance, cash value life insurance dan endowment insurance), kontrak annuitas,

asuransi kesehatan (produk asuransi: medical expense coverage dan disability

income coverage).31

c. Asuransi syariah

Usaha pengelola risiko berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong

dan melindungi dengan memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang

polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau

pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti. Asuransi

syariah juga bergerak dibidang asuransi umum dan asuransi jiwa.32

3. Fungsi asuransi

(diakses 06

Februari 2016).

30Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, Pasal 1 angka 6.

(17)

Fungsi asuransi dapat digolongkan dalam 3 fungsi, yaitu:33

a. Fungsi primer (primary function)

1) Risk Transfer (Pengalihan Risiko)

Asuransi adalah mekanisme pengalihan risiko, dimana perorangan

atau badan usaha dapat mengalihkan sesuatu yang tidak pasti kepada

pihak lain, dengan sejumlah premi yang relatif kecil dibandingkan

dengan kemungkinan kerugian, ketidakpastian kerugian itu dialihkan

kepada asuransi.

2) Common Pool (Penghimpun Dana)

Pada awal timbulnya asuransi laut, para pedagang waktu itu

bersepakat untuk memberikan kontribusi terhadap kerugian (karena

risiko laut) yang dialami oleh seseorang diantara mereka.Praktik

demikian tidak sepenuhnya mengalihkan risiko tetapi hanya

mengurangi risiko. Dalam perkembangannya kontribusi itu ditetapkan

pada awal sebelum timbul kerugian, sehingga masing-masing sudah

bias mengetahui pasti beban kontribusi, yaitu membayar apa yang

disebut premi. Premi tersebut diterima dan dikumpulkan dalam satu

fund atau pool serta dikembangkan untuk mengulangi klim yang

terjadi.

3) Equitable Premiums (Premi Seimbang)

Dengan asumsi bahwa pengalihan risiko telah dilakukan melalui

penghimpun dana, fungsi utama yang ketiga adalah kontribusi yang

harus dibayar oleh masing-masing peserta harus adil. Tingkat risiko

(18)

yang dialami setiap peserta bisa berbeda, misalnya untuk bangunan

yang terbuat dari kayu memiliki tingkat risiko lebih tinggi

dibandingan dengan bangunan dari batu.Pengemudi yang berumur 18

tahun lebih tinggi risikonya dibandingkan dengan pengemudi yang

berumur 50 tahun. Demikian juga nilai barang tang dipertanggungkan

tidak selalu sama. Perbedaaan mengenai tingkat hazard dan nilai itu

akan membawa konsekuensi besarnya premi yang dibebankan.

Hal-hal semacam ini yang sekarang menjadi dasar para underwriter dalam

menetapkan tingkat premi.

b. Fungsi subsider (subsidiary function)

1) Stimulus to business enterprise

Fungsi sebagai pendorong usaha tergambar dalam kegiatan asuransi

melakukan investasi yang berasal dari dana asuransi. Selain itu dengan

asuransi dapat memberikan keberanian para investor untuk

membangun usaha baru atau mengembangkan usahanya.

2) Loss prevention

Tenaga surveyor asuransi banyak memperoleh pelatihan dan

pengalaman dalam melakukan identifikasi suatu risiko menjadikan

dirinya memiliki kemampuan untuk memberikan saran pencegahan

kerugian.Fungsi sebagai loss prevention tergambar dalam saran

direkomendir oleh surveyor asuransi untuk melakukan hal-hal yang

dapat mencegah terjadinya kerugian.Surveyor asuransi pencurian

dapat memberikan saran adanya pemasangan alat detektor yang dapat

(19)

3) Loss control

Rekomendasi dari surveyor asuransi bukan saja terbatas pada

pencegahan kerugian tetapi juga memberikan rekomendasi cara untuk

mengurangi kerugian. Saran memenuhi persyaratan konstruksi

bangunan, pemasangan sprinkler, alarm, merupakan upaya untuk

mengendalikan kerugian apabila risiko terjadi.

4) Manfaat sosial (social benefits)

Klaim yang dibayarkan oleh asuransi memungkinkan pengusaha dapat

membangun kembali pabrik/usahanya, sehingga dapat menghindari

adanya pemutusan hubungan kerja akibat pabrik terbakar.Kegiatan

asuransi itu sesuai menciptakan lapangan kerja. Melalui asuransi,

dapat disediakan dana untuk mengatasi masalah sosial, misalnya

satuan orang cacat, janda dan yatim.

5) Tabungan (savings)

Dalam produk asuransi jiwa khususnya endowment insurance

menjamin pembayaran baik meninggal atau hidup diakhir kontrak,

pembayaran yang diterima tertanggung pada akhir kontrak pada

dasarnya merupakan akumulasi premi ditambah dengan bunga.

c. Other related function34

1) Dana investasi (investment of funds)

Himpunan dana asuransi (premi) yang disediakan untuk membayar

klaim, merupakan sumber dana investasi yang menimbulkan kegiatan

investasi dalam pasar uang dan pasar modal.

(20)

2) Pendapatan jasa (invisible earnings)

Transaksi asuransi dan reasuransi terjadi dalam jangkauan yang luas

antar negara. Suatu negara yang banyak menerima pendapatan premi

dari negara lain merupakan penghasilan negara yang bersangkutan

dari perdagangan jasa. Di Indonesia yang terjadi adalah sebaliknya,

perusahaan asuransi di Indonesia banyak yang menempatkan

reasuransi di luar negeri, sehingga neraca perdagangan kita defisit

karena pembayaran premi merupakan penerimaan bagi luar negeri dan

pengeluaran bagi Indonesia. Sebabnya anatara lain:

a) Kurangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

b) Tidak adanya integritas pengusaha asuransi

Perusahaan asuransi di Indonesia membayar klaim dari hasil

reasuransi di luar negeri sehingga fungsi perusahaan asuransi hanya

sebagai agen/broker saja.

c) Konsumen masih berpikir luar negeri, sehingga memilih

perusahaan asuransi luar negeri.

C. Ruang Lingkup Usaha Perasuransian

Perusahaan perasuransian hanya dapat melakukan usaha sesuai dengan

ruang lingkup yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang

berlaku.Di bidang perasuransian pada dasarnya dianut prinsip spesialisasi

usaha.Dengan adanya spesialisasi usaha tersebut sebuah perusahaan asuransi tidak

dimungkinkan menjalankan usaha asuransi kerugian dan usaha asuransi jiwa

(21)

bahwa usaha perasuransian merupakan usaha yang memerlukan keahlian serta

ketrampilan teknis dan khusus dalam penyelenggaraannya.Selain pengelompokan

menurut jenis usahanya, usaha perasuransian dapat pula dibedakan menurut sifat

usahanya, yaitu sifat sosial dan bersifat komersil.

Perusahaan asuransi umum hanya dapat menyelenggarakan:

1. Usaha asuransi umum, termasuk lini usaha asuransi kesehatan dan lini usaha

asuransi kecelakaan diri

2. Usaha reasuransi untuk risiko perusahaan asuransi umum lain.

Perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan usaha asuransi

jiwa termasuk lini usaha anuitas, lini usaha asuransi kesehatan, dan lini usaha

asuransi kecelakaan diri.Perusahaan reasuransi hanya dapat menyelenggarakan

usaha reasuransi.Berdasarkan mekanisme pengelolaan risikonya, lini usaha

asuransi kesehatan dan lini usaha asuransi kecelakaan diri lebih tepat digolongkan

sebagai usaha asuransi umum.Namun, mengingat objek asuransi yang

dipertanggungkan dalam kedua lini usaha dimaksud menyangkut diri manusia, lini

usaha asuransi kesehatan dan lini usaha asuransi kecelakaan diri juga dapat

digolongkan sebagai usaha asuransi jiwa.Dalam praktiknya, kedua lini usaha

asuransi tersebut telah diselenggarakan, baik oleh perusahaan asuransi umum

maupun oleh perusahaan asuransi jiwa.35

Usaha asuransi syariah dan usaha reasuransi syariah berbeda dari usaha

asuransi konvensional dan usaha reasuransi konvensional. Usaha asuransi dan

usaha reasuransi yang dikelola secara konvensional menerapkan konsep transfer

risiko, sedangkan usaha asuransi syariah dan usaha reasuransi syariah merupakan

(22)

penerapan konsep berbagi risiko (risk sharing). Mengingat perbedaan konsepsi

yang mendasari penyelenggaraan usahanya, usaha asuransi syariah dan usaha

reasuransi syariah yang saat ini diperkenankan dalam bentuk unit di dalam

perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi konvensional akan didorong untuk

diselenggarakan oleh entitas yang terpisah. Perusahaan asuransi umum syariah

hanya dapat menyelenggarakan:

1. Usaha asuransi umum syariah, termasuk lini usaha asuransi kesehatan

berdasarkan prinsip syariah dan lini usaha asuransi kecelakaan diri

berdasarkan prinsip syariah

2. Usaha reasuransi syariah untuk risiko perusahaan asuransi umum syariah lain.

Perusahaan asuransi jiwa syariah hanya dapat menyelenggarakan usaha

asuransi jiwa syariah termasuk lini usaha anuitas berdasarkan prinsip syariah, lini

usaha asuransi kesehatan berdasarkan prinsip syariah, dan lini usaha asuransi

kecelakaan diri berdasarkan prinsip syariah.Perusahaan reasuransi syariah hanya

dapat menyelenggarakan usaha reasuransi syariah.36

Perusahaan pialang asuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha pialang

asuransi.Perusahaan pialang reasuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha

pialang reasuransi.perusahaan penilai kerugian asuransi hanya dapat

menyelenggarakan usaha penilai kerugian asuransi.37

Ruang lingkup usaha perasuransian diatas dapat diperluas sesuai dengan

kebutuhan masyarakat. Perluasan ruang lingkup usaha perasuransian dapat berupa

penambahan manfaat yang besarnya didasarkan pada hasil pengelolaan dana.38

36Ibid.,Pasal 3.

(23)

Mengenai bentuk badan usaha perasuransian, pada umumnya ada 5 (lima)

yaitu: Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Perseroan Terbatas (PT), Mutual

Company, Reciprocal, Lloyds Association.39

1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) adalah badan

usaha badan usaha yang seluruh atau sebagaian besar modalnya dimiliki oleh

negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara

yang dipisahkan.Kekayaan Negara yang dipisahkan adalah pemisahan kekayaan

negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (selanjutnya disebut

APBN) untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN.Selanjutnya,

pembinaan dan pengelolaan tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun

pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang

sehat.40

2. Perseroan Terbatas

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UU PT), perseroan terbatas

adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya

terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU PT

serta peraturan pelaksananya. Mayoritas perusahaan asuransi di Indonesia

berbentuk badan usaha perseroan terbatas.

3. Mutual Company

(diakses

tanggal 06 Februari 2016).

40Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia (Ciawi, Ghalia

(24)

Badan asuransi yang didirikan dan dimiliki oleh para pemegang polis.

Badan usaha ini tidak bertujuan untuk mencari keuntungantapi bertujuan untuk

menanggulangi risiko (yang sama) secara bersama-sama, karena dengan demikian

probabilitas terjadinya risiko menjadi lebih kecil.41

4. Reciprocal

Reciprocal dikenal dengan istilah interinsurance exchange dalam reciprocal pemilik perusahaan atau pemegang polis memilih dewan direktur

untuk mengelola perusahaan, dalam mutual bentuk perusahaan asuransi dengan

jumlah modal tertentu, sedangkan reciprocal tidak demikian halnya.42

5. Lloyds Association

Lloyds Association adalah suatu organisasi dari individu-individu yang

bersatu untuk underwriter risiko atas dasar kerja sama (cooperative basis). Ciri

terpenting dari Lloyds Association bahwa masing masing individu menanggung

risiko atas namanya sendiri dan tidak mengikat atas segala kewajibannya.

Masing-masing underwriter bertanggung jawab atas segala kerugian kerugian yang sudah

bersedia ditanggungnya dengan keseluruhan harta pribadinya kecuali menyatakan

bahwa kerugian yang akan ditanggungnya sampai jumlah tertentu.43

a. London Lloyds Yaitu salah satu perusahaan asuransi terkenal di dunia dan

pada dasarnya salah satu bentuk pertama dari aktivitas perasuransian. Ada

3600 anggota Lloyds of London yang beroperasi melalui kelompok ini. Ada 2 bentuk Lloyds Association yaitu:

42Ibid.

(25)

b. American Lloyds Yaitu beroperasi disebagian besar Amerika Serikat,

hanya jenis jenis aasuransi tertentu yang ditangani Lloyd’s ini yaitu:

Kebakaran, ocean marine, pengangkutan darat, dan asuransi mobil.44

Badan usaha perasuransian di Indonesia berdasarkan Pasal 6 UU

Perasuransian hanya ada 3 (tiga) yang di atur yaitu, perseroan terbatas, koperasi

dan usaha bersama yang telah ada pada saat undang-undang perasuransian

diundangkan. Pada ayat (2) Pasal 6 dinyatakan bahwa bentuk usaha bersama

dinyatakan sebagai badan hukum berdasarkan undang-undang. Dalam penjelasan

Pasal 6 ayat (1) huruf c pihak yang akan menyelenggarakan usaha asuransi

dengan bentuk usaha bersama didorong untuk menjadi berbentuk koperasi dengan

pertimbangan kejelasan tata kelola dan prinsip usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan.

Terkait izin usaha, merupakan hal yang mendasar dari setiap perusahaan

asuransi. Untuk mendapatkan izin usaha dari OJK perusahaan perasuransian harus

mengajukan permohonan izin usahanya dengan memenuhi persyaran dan tata cara

yang telah ditentukan. Persyaratan untuk mengajukan permohonan izin kepada

OJK maka hurus memenuhi persyaratan yang terdapat dalma Pasal 8 ayat (2) UU

Perasuransian sebagai berikut:

1. Anggaran dasar.

2. Susunan organisasi.

3. Modal disetor.

4. Dana jaminan.

5. Kepemilikan.

(26)

6. Kelayakan dan kepatutan pemegang saham dan pengendali.

7. Kemampuan dan kepatutan direksi dan dewan komisaris, atau yang setara

dengan direksi dan dewan komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi

atau usaha bersama.

8. Tenaga ahli.

9. Kelayakan rencana kerja.

10. Kelayakan sistem manajemen risiko.

11. Produk yang akan dipasarkan.

12. Perikatan dengan pihak terafiliasi apabila ada dan kebijakan pengalihan

sebagai fungsi dalam penyelenggaraan usaha.

13. Infrastruktur penyiapan dan penyampaian laporan kepada Otoritas Jasa

Keuangan.

14. Konfirmasi dari otoritas pengawas di negara asal pihak asing, dalam hal

terdapat penyertaan langsung pihak asing.

15. Hal lain yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan usaha yang sehat.

Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan atas

permohonan izin usaha perasuransian dalam jangka waktu paling lama 10

(sepuluh) hari kerja sejak permohonan izin usaha diterima secara lengkap. Dalam

rangka memberikan persetujuan atau penolakan OJK melakukan:

1. penelitian atas kelengkapan dokumen;

2. analisis kelayakan atas rencana kerja;

3. penilaian kemampuan dan kepatutan terhadap calon pihak utama; dan

4. analisis pemenuhan ketentuan peraturan ketentuan peraturan

(27)

Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan peninjauan ke kantor perusahaan

untuk memastikan kesiapan operasional perusahaan. Dalam hal permohonan izin

usaha yang disampaikan tidak lengkap, OJK menyampaikan kepada pemohon

untuk melengkapi persyaratan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah

permohonan diterima.

Apabila dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal surat

permintaan kelengkapan dokumen, OJK belum menerima kelengkapan dokumen

dimaksud, pemohon dianggap membatalkan permohonan izin usaha. Penolakan

atas permohonan izin dilakukan secara tertulis dan disertai dengan alasan

penolakan.Apabila permohonan izin usaha disetujui, OJK menetapkanOJK

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan dalam pemilihan guru pengajar bidang studi komputer dengan metode Simple Additive Weighting (SAW) untuk sistem pendukung

[r]

Perseroan Nama Perseroan Nama Perseroan Perseroan didirikan diganti menjadi kembali diubah berganti nama dengan nama PT Gunungcermai menjadi menjadi PT Desa Dekalb Inti PT Lippocity

Selain rambu yang harus diperhatikan adalah kelengkapan pengendara yaitu helm, apabila terjadi pelanggaran dalam arti melanggar rambu atau tidak memakai helm maka

Penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa metode sobel sudah sesuai untuk pendeteksian tepi tetapi masih ada beberapa noise yang tidak terproses, dengan hasil pengujian citra mri

Penelitian ini membahas tentang pengelompokan jumlah daerah yang terjangkit demam berdarah dengue (DBD) berdasarkan provinsi. Metode yang digunakan adalah Data mining K-

\V adalah le bar kontainer dalam sagittal plane dan V adalah lokasi vertikal tangan dari lantai. 2) Pernbata san Horizontal (Horizontal Restriction). Meskipun objck