• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN JIGSAW DI SMA CERDAS MURNI TEMBUNG PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS T.A 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN JIGSAW DI SMA CERDAS MURNI TEMBUNG PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS T.A 2015/2016."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NHT

DAN JIGSAW DI SMA CERDAS MURNI TEMBUNG PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS T.A 2015/2016

Oleh :

Auliya Rahma Lola Rajana Harahap NIM 4123111008

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Skripsi yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran NHT dan Jigsaw di SMA Cerdas Murni Tembung pada Materi Persamaan Garis Lurus T.A 2015/2016”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. M. Manullang, M.Pd. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal rencana penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. M. Panjaitan M.Pd, Bapak Denny Haris,S.Si,M.Pd. dan Ibu Erlinawaty Simanjuntak, S.Pd, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd. selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si., selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Matematika FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis dan memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.

(5)

v

ibu Senja Utari, S.Pd., seluruh Bapak/ Ibu guru beserta Staf Pegawai SMA CERDAS MURNI Tembung dan adik-adik kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 tahun ajaran 2015/2016 yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Umi tercinta Hj. Emmae Aprilla Muliaty Siregar, S.Pdi. dan Buya tercinta Alm. Drs. H. Romsil Harahap yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, dan pengorbanan yang tak ternilai harganya. Untuk Abang penulis tersayang Muhammad Raja Perkasa Alam Harahap, S.H. yang membantu dalam finansial dan semangat walaupun jauh di Jakarta. Serta adik-adik penulis Syarif Hidayahtullah Agung Raja Dermawan Harahap yang menemani penulis selama penyusunan skripsi dan Ahmad Pangeran Putra Raja Aloban Harahap yang memberikan motivasi dan semangat untuk memperoleh gelar S.Pd. dan segera menikah. Untuk sepupu penulis Hilda Hamidah Dewi Harahap yang sempat meminjamkan printer dan menemani penulis sebagai penyemangat dalam penyusunan skripsi ini serta seluruh keluarga besar penulis ”Keluarga Tomson” yang tak hentinya memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan studi dan untuk melanjukan studi ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Terima kasih juga buat sahabat penulis yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan semangat dan dukungan yaitu Anggi, Dwi, Desi, Mila, Dara dan Armi yang tergabung dalam 7upgirls. Untuk teman sesama pembimbing skripsi dengan penulis Juniar Ginting yang selalu setia bersama penulis dalam menjumpai dosen pembimbing dan semua teman–teman sekelas Matematika Reguler Dik A’12 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka, dalam tangis maupun tawa. Terima kasih juga kepada teman-teman PPLT Unimed 2015 di SMP Negeri 1 Sei Rampah Nur, Siska, Nopi, Lia, Ummu, Kodri, Imam, Miko dan ke kesepuluh teman yang lain yang selalu memberi dukungan dan berbagi pengalaman bersama penulis.

(6)

vi

segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Penulis berharap isi skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan, Juni 2016 Penulis

(7)

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NHT

DAN JIGSAW DI SMA CERDAS MURNI TEMBUNG PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS

T.A 2015/2016

Auliya Rahma Lola Rajana Harahap (4123111008) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran tipe kooperatif NHT dengan model pembelajaran tipe kooperatif Jigsaw di SMA CERDAS MURNI Tembung pada materi Persamaan Garis Lurus T.A 2015/2016 dan apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran tipe kooperatif NHT lebih baik dari pada kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran tipe kooperatif Jigsaw di SMA CERDAS MURNI Tembung pada materi Persamaan Garis Lurus T.A 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMA CERDAS MURNI Tembung yang terdiri dari 3 kelas dan yang menjadi sampel penelitian adalah 2 kelas yang telah dipilih secara acak yaitu kelas XI IPA 2 menjadi kelas eksperimen 1 dengan menggunakan model pembelajaran NHT dan kelas XI IPA 1 menjadi kelas eksperimen 2 dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw dengan masing-masing kelas berjumlah 38 orang siswa. Objek penelitian ini adalah perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dan Jigsaw. Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu pretest dan posttest yang telah divalidasi dalam bentuk soal uraian. Pada kelas eksperimen 1 NHT, nilai rata-rata pretest adalah 63.11 dan nilai rata-rata posttest adalah 87.78 dengan selisih rata-rata adalah 24.67 sedangkan pada kelas eksperimen 2 Jigsaw, nilai rata-rata pretest adalah 59.26 dan nilai rata-rata posttest adalah 79.23 dengan selisih rata-rata adalah 19.97. Dari hasil analisis data pretest dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal dan uji homogenitas untuk mengetahui apakah data homogen. Setelah diuji terbukti data berdistribusi normal dan homogen. Setelah data pretest terbukti berdistribusi normal dan homogen dilakukan uji hipotesis untuk menjawab hipotesis penelitian dengan menggunakan uji t pihak kanan. Dari hasil uji hipotesis diperoleh thitung (4.112) > (1.667). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dan Jigsaw dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT lebih baik daripada Jigsaw.

(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vii

Daftar Gambar x

Daftar Tabel xi

Daftar Diagram xii

Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 9

1.3. Batasan Masalah 9

1.4. Rumusan Masalah 9

1.5. Tujuan Penelitian 10

1.6. Manfaat Penelitian 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi 11

2.2. Komunikasi Matematika 12

2.2.1. Aspek-Aspek Komunikasi Matematika 13 2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi 15 2.2.3. Indikator dan Penilaian Komunikasi Matematis Siswa 17

2.3. Model Pembelajaran 21

2.3.1. Belajar Melalui Model Pembelajaran 24

2.4. Model Pembelajaran Kooperatif 25

2.4.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 29

(9)

viii

2.5.1. Langkah-Langkah Pembelajaran NHT 30 2.5.2. Kelebihan Model Pembelajaran NHT 31 2.6. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Tim Ahli (Jigsaw) 32 2.6.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Jigsaw 32

2.6.2. Komponen Pembelajaran Jigsaw 35

2.6.3. Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw 35

2.7. Materi Persamaan Garis Lurus 36

2.7.1. Pengertian Persamaan Garis Lurus 36

2.7.2. Gradien Garis Lurus 37

2.7.3. Hubungan antara Gradien dan Persamaan Garis Lurus 38

2.7.4. Garis Garis Sejajar 39

2.7.5. Garis-Garis Berimpit 40

2.7.6. Garis-Garis Tegak Lurus 41

2.7.7. Garis-Garis Berpotongan 43

2.8. Penelitian Yang Relevan 44

2.9. Kerangka Konseptual 45

2.10. Hipotesis 47

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 48

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 49

3.2.1. Populasi Penelitian 49

3.2.2. Sampel Penelitian 49

3.3. Variabel Penelitian 49

3.4. Jenis dan Desain Penelitian 50

3.5. Definisi Operasional 51

3.6. Prosedur Penelitian 52

3.7. Instrumen Penelitian 55

3.7.1. Tes Kemampuan Komunikasi 55

3.7.2. Penilaian Komunikasi 55

(10)

ix

3.8. Teknik Analisis Data 59

3.8.1. Menghitung Rata-Rata Skor 59

3.8.2. Menghitung Standar Deviasi 59

3.8.3. Uji Normalitas 60

3.8.4. Uji Homogenitas 60

3.8.5. Uji Hipotesis 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 63

4.1.1. Selisih Nilai Komunikasi Matematis Siswa (posttest-pretest) kelas

eksperimen 1 63

4.1.2. Selisih Nilai Komunikasi Matematis Siswa (posttest-pretest) kelas

eksperimen 2 65

4.2. Uji Persyaratan Analisis Data 66

4.2.1. Uji Normalitas 66

4.2.2. Uji Homogenitas 67

4.2.3. Pengujian Hipotesis 67

4.3. Analisis Proses Penyelesaian Jawaban Siswa 68

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian 77

4.4.1 Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran NHT lebih baik daripada yang diajar dengan

Model Pembelajaran Jigsaw 77

4.5. Keterbatasan Penelitian 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 80

5.2. Saran 80

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kriteria Pemberian Skor Komunikasi Matematis 18 Tabel 2.2. Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi Matematis 18 Tabel 2.3. Ikhtisar dan Perbandingan Model Pembelajaran langsung dan

Kooperatif 22

Tabel 2.4. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dan Kelompok Belajar

Konvensional 27

Tabel 2.5. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 29 Tabel 2.6. Perhitungan Gradien Garis AB,BC,BD,BE 43 Tabel 3.1. Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 48

Tabel 3.2. Perincian Jumlah Siswa 49

Tabel 3.3. Desain Penelitian two group pretest and posttest design 51 Tabel 3.4. Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi Matematis 55 Tabel 3.5. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa 58 Tabel 4.1. Selisih Nilai Komunikasi Matematis Siswa (posttest-pretest) kelas

eksperimen 1 63

Tabel 4.2. Selisih Nilai Komunikasi Matematis Siswa (posttest-pretest) kelas

eksperimen 2 65

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas pretest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 67 Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas pretest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas

Eksperimen 2 dengan Uji F 67

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Ilustrasi yang Menunjukkan Tim Jigsaw 34

Gambar 2.2. Grafik Fungsi f(x) = 2x+1 36

Gambar 2.3. Menentukan Gradien 38

Gambar 2.4. Titik-titik di Bidang Cartesius 39

Gambar 2.5. Garis-Garis Sejajar 41

Gambar 2.6. Garis I1 dan I2 Berpotongan Secara Tegak Lurus 42

Gambar 2.7. Garis-Garis Berpotongan 43

Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian 54

Gambar 4.1. Jawaban nomor 1 Siswa Kelas Eksperimen 1 NHT 69 Gambar 4.2. Jawaban nomor 1 Siswa Kelas Eksperimen 2 Jigsaw 69 Gambar 4.3. Jawaban nomor 2 Siswa Kelas Eksperimen 1 NHT 71 Gambar 4.4. Jawaban nomor 2 Siswa Kelas Eksperimen 2 Jigsaw 71 Gambar 4.5. Jawaban nomor 3 Siswa Kelas Eksperimen 1 NHT 73 Gambar 4.6. Jawaban nomor 3 Siswa Kelas Eksperimen 2 Jigsaw 73 Gambar 4.7. Jawaban nomor 4 Siswa Kelas Eksperimen 1 NHT 74 Gambar 4.8. Jawaban nomor 4 Siswa Kelas Eksperimen 2 Jigsaw 74 Gambar 4.9. Jawaban nomor 5 Siswa Kelas Eksperimen 1 NHT 76 Gambar 4.10. Jawaban nomor 5 Siswa Kelas Eksperimen 2 Jigsaw 76

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan Nasional, dijadikan andalan utama yang berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia. Pendidikan yang dimiliki oleh manusia harus selaras dengan perkembangan IPTEK pada saat ini. Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memudahkan kita untuk berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai belahan dunia, namun disisi lain untuk mempelajari keseluruhan informasi mengenai IPTEK tersebut diperlukan kemampuan yang memadai bahkan lebih. Untuk merealisasikan kenyataan tersebut, diperlukan SDM yang handal dan mampu bersaing secara global. Untuk itu diperlukan kemampuan tingkat tinggi (high order thingking) yaitu berpikir logis, kritis, kreatif dan kemampuan bekerjasama

secara proaktif.

Mengembangkan cara berpikir logis, kritis, kreatif dan kemampuan bekerjasama seperti yang dipaparkan diatas memungkinkan dengan mempelajari matematika karena hakekat pendidikan matematika adalah membantu siswa agar berpikir kritis, bernalar efektif, efisien, bersikap ilmiah, disiplin, bertanggung jawab, percaya diri disertai dengan iman dan taqwa. Matematika memiliki struktur keterkaitan yang kuat dan jelas satu sama lain serta pola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Selain itu matematika merupakan alat bantu yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi yang sifatnya abstrak menjadi konkrit melalui bahasan dan ide matematika serta generalisasi, untuk memudahkan pemecahan masalah. Salah satu isu penting yang menjadi fokus perhatian dalam matematika adalah pengembangan aspek komunikasi dalam pembelajaran matematika.

(14)

2

matematika dalam fenomena dunia nyata melalui grafik/gambar, tabel, persamaan aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari (Ansari,2009:11). Komunikasi dalam matematika berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Standar evaluasi untuk mengukur kemampuan ini adalah : (1) menyatakan ide matematika dengan berbicara, menulis, demonstrasi dan menggambarkannya dalam bentuk visual, (2) memahami, menginterpretasi dan menilai ide matematis yang disajikan dalam tulisan, lisan atau bentuk visual, (3) menggunakan kosa kata/bahasa, notasi dan struktur matematis untuk menyatakan ide, menggambarkan hubungan dan pembuatan model (Ansari,2009:10). Baroody dalam Ansari (2009:4) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuh kembangkan dikalangan siswa:

Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thingking) , alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai alat bantu yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity artinya sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa dan juga komunikasi antara guru dan siswa. Hal ini merupakan bagian terpenting untuk mempercepat pemahaman matematik siswa.

Pendapat lain NCTM dalam jurnal Syafrina (2012:29):

When children think, respond, discuss, elaborate, write, read, listen, and inquire about mathematical concepts, they reap dual benefits: they communicate to learn mathematics, and they learn to communicate mathematically. Ketika siswa berpikir, merespon, berdiskusi, mengelaborasi, menulis, membaca, mendengarkan, dan menemukan konsep-konsep matematika, mereka mempunyai berbagai keuntungan, yaitu berkomunikasi untuk belajar matematika dan belajar untuk berkomunikasi secara matematik.

Sisi lain dari ini, Grenes dan Schulman dalam Ansari (2009:4) mengatakan: Komunikasi matematik merupakan : (1) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik; (2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematik; (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan,curah pendapat, menilai dan mempertajam ide.

(15)

3

komunikasi merupakan wahana interaksi antara guru dan siswa untuk memperoleh informasi matematika sehingga dapat mempercepat pemahaman matematis siswa.

Kenyataan di lapangan mengenai hasil pembelajaran matematika di Indonesia dalam aspek komunikasi matematis ternyata masih rendah. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis ditunjukkan dalam studi Rohaeti (2003) bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa berada dalam kualifikasi kurang. Demikian juga Purniati (2003) menyebutkan bahwa respons siswa terhadap soal-soal komunikasi matematis umumnya kurang. Hal ini dikarenakan soal-soal pemecahan masalah dan komunikasi matematis masih merupakan hal-hal yang baru, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Sementara itu pada laporan TIMSS (2003), siswa Indonesia berada pada posisi 34 dari 45 negara yang disurvei. Prestasi Indonesia jauh di bawah Negara-negara Asia lainnya. Dari kisaran rata-rata skor yang diperoleh oleh setiap Negara 400-625 dengan skor ideal 1.000, nilai matematika Indonesia berada pada skor 411. Khususnya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia, laporan TIMSS (2005) menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam komunikasi matematika sangat jauh di bawah negara-negara lain. Sebagai contoh, untuk permasalahan matematika yang menyangkut kemampuan komunikasi matematis, siswa Indonesia yang berhasil benar hanya 5% dan jauh di bawah negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mencapai lebih dari 50%. (Fachrurazi,2001:78).

(16)

4

Peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu guru matematika di kelas XI IPA SMA Cerdas Murni Tembung yaitu Senja Utari, S.Pd. Beliau berkata pernah menggunakan model pembelajaran Jigsaw namun belum pernah menggunakan model pembelajaran NHT. Dalam mengajar matematika, beliau lebih banyak berorientasi pada model pembelajaran konvensional, hal itu dikarenakan susahnya mencocokkan antara materi dalam pembelajaran matematika dengan model-model pembelajaran yang ada, karena tidak semua materi pembelajaran matematika cocok jika diterapkan dengan model-model pembelajaran yang ada selain konvensional. Selain itu beliau juga berkata diperlukan waktu yang lama dan persiapan yang matang bagi beliau untuk menerapkan model-model pembelajaran yang ada sehingga akan menghabiskan waktu dan tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik.

(17)

5

Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan matematika di Indonesia. Namun demikian, sampai saat ini hasilnya belum menggembirakan. Di pihak lain tidak sedikit pula guru yang masih menganut paradigma : transfer of knowledge dalam pembelajaran matematika masa kini. Paradigma ini beranggapan bahwa siswa merupakan objek atau sasaran belajar, sehingga dalam proses pembelajaran berbagai usaha lebih banyak dilakukan oleh guru, mulai dari mencari, mengumpulkan, memecahkan dan menyampaikan informasi ditujukan agar peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan. Fenomena diatas juga diungkapkan oleh Ruseffendi dalam Ansari (2009:02) bahwa:

Bagian terbesar matematika yang dipelajari siswa di sekolah tidak diperoleh melalui eksplorasi matematik, tetapi melalui pemberitahuan. Kenyataan di lapangan juga menunjukkan demikian, bahwa kondisi pembelajaran yang berlangsung dalam kelas membuat siswa pasif (product oriented education).

Komentar tentang kondisi persekolahan juga datang dari berbagi praktisi yang umunya mengemukakan bahwa merosotnya pemahaman matematik siswa di kelas antara lain karena : (a) dalam mengajar guru sering mencontohkan pada siswa bagaimana menyelesaikan soal; (b) siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton guru melakukan matematik; dan (c) pada saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari dilanjutkan dengan pemberian contoh dan soal bentuk latihan (Ansari,2009:02).

(18)

6

Pembelajaran matematika seperti yang dikemukakan diatas dan yang didapati peneliti dalam observasi tidak memberikan kebebasan berpikir pada siswa melainkan belajar hanya untuk tujuan yang singkat. Ansari (2009:3) mengatakan bahwa:

Tugas dan peran guru bukan sebagai pemberi informasi (transfer of knowledge), tetapi sebagai pendorong siswa belajar (stimulation of learning) agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah, penalaran dan berkomunikasi sebagai wahana berpikir kritis dan kreatif.

Jadi diperlukan beberapa cara untuk meningkatkan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika diantaranya dengan cara memberikan peluang lebih banyak kepada siswa untuk berinteraksi dengan sesama teman seperti yang peneliti paparkan diatas. Maka untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan model pembelajaran yang melibatkan siswa lebih banyak bekerja sama dengan siswa lain atau kerja kelompok. Model pembelajaran tersebut disebut sebagai model pembelajaran cooperative learning.

(19)

7

Dimana kerja kelompok merupakan cerminan dari model pembelajaran Cooperative Learning. Karena itu model pembelajaran kooperatif baik jika

diaplikasikan dalam mengajar matematika dan dapat diaplikasikan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Beberapa tipe model pembelajaran Cooperative Learning yang dapat diaplikasikan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah model pembelajaran NHT dan Jigsaw.

Ansari (2009:58) menyebutkan bahwa model pembelajaran Jigsaw dapat diterapkan dalam mendukung kemampuan komunikasi matematis siswa. Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru membagi kelas menjadi kelompok kecil. Kelompok ini disebut kelompok asal (home teams). Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi kepada

tiap-tiap kelompok. Setiap-tiap orang dalam kelompok bertanggungjawab mempelajari materi yang diterimanya dari guru. Seri berikutnya, membentuk kelompok ahli (expert teams). Setiap kelompok ahli diberikan kesempatan untuk berdiskusi. Setelah kelompok ahli berdiskusi, kelompok ahli kembali ke kelompok asal . Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari hasil diskusi bersama di kelompok ahli (Istarani,2011:25).

(20)

8

menemukan jawaban pertanyaan tersebut sebagai pengetahuan yang utuh (Istarani,2011:12).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa NHT dan Jigsaw memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaannya diantaranya dalam pembelajaran untuk kedua model siswa diberikan penomoran dan materi yang dapat diterapkan berupa materi matematika per sub-bab yang tidak memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan perbedaannya yaitu pada NHT hanya terjadi pembentukan kelompok dan diskusi sebanyak 1 kali sedangkan pada Jigsaw terjadi pembentukan kelompok dan diskusi sebanyak 2 kali (kelompok asal dan kelompok ahli). Sehingga dari pernyataan ini didapat bahwa model pembelajaran NHT dan Jigsaw merupakan model yang dapat dibedakan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Beberapa mata pelajaran yang dapat diaplikasikan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa yaitu Aljabar, Trigonometri, Geometri dan Tiga Dimensi (Ansari,2009:83). Persamaan Garis Lurus merupakan aplikasi dari geometri dalam 2 dimensi. Maka persamaan garis lurus merupakan materi yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Persamaan garis lurus juga memiliki materi per sub-bab yang tidak memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat dipelajari dengan mengaplikasikan model pembelajaran NHT dan Jigsaw.

Dengan model pembelajaran NHT dan Jigsaw yang lebih menekankan kepada kerja kelompok artinya siswa akan lebih aktif daripada guru dan model tersebut diaplikasikan dalam mempelajari materi persamaan garis lurus akan terjadi komunikasi matematis pada siswa sehingga penerapan model pembelajaran NHT dan Jigsaw pada materi persamaan garis lurus diharapkan dapat memperbaiki kemampuan komunikasi matematis siswa.

(21)

9

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah. 2. Model pembelajaran NHT dan Jigsaw jarang diterapkan. 3. Pembelajaran matematika di sekolah siswa masih bersifat pasif.

4. Model pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional. 5. Model pembelajaran kurang bervariasi.

6. Guru masih berperan sebagai pemberi informasi.

7. Terdapat kesan bahwa matematika adalah pelajaran untuk dihafal.

8. Siswa melihat matematika sebagai suatu kumpulan aturan dan latihan yang mendatangkan rasa bosan.

1.2. Batasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada: perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model NHT dan Jigsaw.

1.3. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran NHT dan Jigsaw di SMA CERDAS MURNI Tembung pada materi Persamaan Garis Lurus T.A 2015/2016?

(22)

10

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui adanya Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran NHT dan Jigsaw di SMA CERDAS MURNI Tembung pada materi Persamaan Garis Lurus T.A 2015/2016.

2. Untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan Jigsaw di SMA CERDAS MURNI Tembung pada materi Persamaan Garis Lurus T.A 2015/2016.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Guru : sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi matematika dalam menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Bagi Siswa : dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa sehingga dapat lebih memahami dan menguasai konsep demi mencapai prestasi yang lebih baik.

3. Bagi Sekolah : sebagai bahan pertimbangan atau masukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika.

4. Bagi Peneliti : sebagai bahan acuan dan bekal ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam mengajar matematika dimasa yang akan datang.

(23)

80 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kelas eksperimen 1 dengan model pembelajaran NHT memiliki rata-rata nilai pretest 63.11 dan posttest 87.78 dan selisih sebesar 24.67, kelas eksperimen 2

dengan model pembelajaran Jigsaw memiliki rata-rata nilai pretest 59.26 dan posttest 79.23 dan selisih sebesar 19.97 sehingga terdapat perbedaan antara

kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT dan yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw.

2. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran NHT lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan Jigsaw di SMA CERDAS MURNI Tembung pada materi Persamaan Garis Lurus T.A 2015/2016.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah : 1. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran NHT mampu

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa khususnya pada pokok bahasan persamaan garis lurus sehingga model pembelajaran tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam megajar matematika.

2. Bagi pihak terkait lainnya seperti pihak sekolah diharapka lebih memperhatikan kelengkapan sarana dan prasarana dalam melancarkan proses pembelajaran. 3. Bagi peneliti lanjutan, hendaknya penelitian dapat dilengkapi dengan meneliti

(24)

81

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, Bansu I. 2009. Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi). Penerbit Pena : Banda Aceh

Depdiknas. 2006. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Depdiknas: Jakarta

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Matematika. Forum Penelitian Edisi Khusus No. 1: 76-89

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. 2012. Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan. FMIPA Unimed

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Alfabetha : Bandung

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Media Persada : Medan

Mahmudi, Ali. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal MIPMIPA UNHALU. Volume 8 No 1 ISSN 1412-2318:1-9

Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta

Pendidikan dan Kebudayaan, Kementrian. 2014. Matematika. Kemdikbud : Jakarta

Sakti, Sonni Permana. 2014. Pemecahan Masalah (Problem Solving) Dalam

Setting Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) Ditinjau dari Peningkatan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi. FMIPA. UNY. Yogyakarta

Slameto, 1999. Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara : Jakarta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito : Bandung

(25)

82

Syafrina, Mia, dkk. 2012. Implementasi Strategi Learning Start With A Question Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMAN 1 Padang. Jurnal Pendidikan Matematika : 29-34

Referensi

Dokumen terkait

Albendazole merupakan jenis antelmintik dari golongan benzimidazole sehingga pemberian antelmintik ini menghasilkan efikasi yang rendah karena jenis kelompok cacing nematoda yang

Puji syukur ke hadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan barokahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ Sistem Informasi

dari graf. Nilai gen yang bersesuaian dengan sisi yang dihilangkan dari graf adalah “0”. Proses evolusi akan melakukan pencarian pada ruang solusi untuk menemukan kromosom

Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwasistem informasi monitoring tugas akhir dibuat dengan menggunakan php

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu ekstraksi maka konsentrasi flavonoid yang diperoleh semakin meningkat dan dalam waktu tertentu konsentrasi

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN GURU KIMIA DALAM MERANCANG PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI MELALUI PELATIHAN GURU TIPE SCAFFOLDING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA Universitas

Berdasarkan perbedaan bendi di Kota Pariaman dengan delman di Yogyakarta dapat diketahui bahwa bendi Kota Pariaman belum membuat penumpang nyaman dan dilihat

5 alat MSL-M untuk percobaan mengolah limbah Cair Domestik (a,b,c) dengan tenaga Gravitasi.. Model alat MSL-M untuk Laboratorium dengan