• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEKERABATAN BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA L. AGGREGATUM GROUP) BERDASARKAN MARKA MOLEKULAR RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEKERABATAN BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA L. AGGREGATUM GROUP) BERDASARKAN MARKA MOLEKULAR RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD)."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEKERABATAN BAWANG MERAH (Allium cepa L. Aggregatum Group) BERDASARKAN MARKA MOLEKULAR

RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD)

Oleh: Agus Handoko NIM 4123220001 Program Studi Biologi

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Medan provinsi Sumatera Utara, pada tanggal

17 Agustus 1994, yang bernama Agus Handoko. Ibu bernama Suriaty dan ayah

bernama Rachmad, dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun

2000 penulis memulai pendidikan pertamanya di SD PAB 6 Medan, dan lulus

pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan ke MTS

Negeri 3 di Medan, dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis

melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 15 Medan, dan lulus pada tahun 2012.

Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Biologi Jurusan Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan dan

lulus ujian pada tahun 2012. Selama kuliah penulis pernah aktif di Komunitas

Ilmuan Muda Biologi dan pernah turut serta dalam berbagai kegiatan Himpunan

(4)

iii

ANALISIS KEKERABATAN BAWANG MERAH (Allium cepa L. Aggregatum Group) BERDASARKAN MARKA MOLEKULAR

RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD)

Agus Handoko (4123220001) Email : AgusHandoko400@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa variasi marka molekular RAPD, untuk dapat dijadikan sebagai landasan dalam menganalisis kekerabatan bawang merah introduksi dan lokal. Bawang merah varietas introduksi (Peking, India dan Birma) dan lokal (Samosir, Biru, Tiron dan Crok Kuning). Ekstraksi DNA menggunakan metode CTAB (Cetyltrimethylammonium Bromide). Analisis RAPD dilihat ada atau tidak adanya pita DNA dengan melakukan skoring yaitu bila ada pita diberi skor 1, bila tidak ada pita diberi skor 0 dari setiap individu tanaman pada ukuran tertentu untuk setiap primer, sehingga diketahui jumlah dan presentase lokus polimorfik. Hubungan kekerabatan genetik antar varietas dapat dianalisis dengan perangkat lunak Numerical Taxonomy and Mulivariate Analysis System (NTSYS) 2.02 dengan hasil akhir berupa dendogram. Seleksi primer yang dilakukan memilih tujuh primer yang menghasilkan pita DNA yang polimorfis, yaitu OPA 4, 5, 7, 8, 10, 11, dan 13. Persentase lokus polimorfis masing-masing primer berkisar antara 80 – 100%. Keragaman gen tertinggi ditunjukkan oleh primer OPA 4, dengan nilai 0,412. Sedangkan keragaman gen terendah ditunjukkan oleh primer OPA 11 dengan nilai 0,300. Bawang merah introduksi (India, Birma dan Peking) berkerabat jauh dengan bawang merah lokal (Samosir, Biru dan Tiron). Bawang merah introduksi (Peking) berkerabat dekat dengan bawang merah lokal (Crok Kuning). Kekerabatan paling dekat adalah varietas India dan Birma dengan koefisien kemiripan 0,72.

(5)

iv

SHALLOT (Allium cepa L. Aggregatum Group) RELATIONSHIP ANALYSIS BY MOLECULAR MARKERS RANDOM AMPLIFIED

POLYMORPHIC DNA (RAPD)

Agus Handoko (4123220001) Email: AgusHandoko400@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to analyze the variation of RAPD molecular markers, to be used as a foundation in analyzing relationship of local and introduction shallot. The shallot consist of introduction varieties (Peking, India and Burma) and local varieties (Samosir, Biru, Tiron and Crok Kuning). DNA extraction using CTAB (Cetyltrimethylammonium Bromide) method. RAPD analysis views the presence or absence of DNA bands by scoring that if there is tape was given a score of 1, if there isn’t tape is given a score of 0 on each individual of plant at a specific size for each primer, so that be known the number and percentage of polymorphic loci. The genetic relationship between varieties can be analyzed with the software Numerical Taxonomy and Mulivariate Analysis System (NTSYS) 2.02 with the final result is dendogram. The primary selection conducted choose seven primary produce polymorphic DNA bands, it’s namely OPA 4, 5, 7, 8, 10, 11, and 13. The percentage of polymorphic loci each primer ranged between 80-100%. The highest gene diversity shown by primer OPA 4, with a value of 0.412. While the diversity shown by the lowest gene primer OPA 11 with a value of 0.300. The introduction shallot (India, Burma and Peking) distantly related to the local shallot (Samosir, Biru and Tiron). The introduction shallot (Peking) is closely related to the local shallot (Crok Kuning). The closest relationship are varieties of India and Burma by the similarity coefficient of 0.72.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

tepat pada waktunya.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang berjudul “Analisis Kekerabatan Bawang Merah (Allium cepa L. Aggregatum Group) berdasarkan

Marka Molekular Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD).” Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2016 di Laboratorium Penelitian

Genetika dan Pemuliaan Tanaman Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis telah memperoleh banyak

kritik, saran, dan motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Dr. Tumiur Gultom, S.P., M.P.

selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membantu dari segi material dan

non material terhadap penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu

Dr. Fauziyah Harahap, M.Si., Ibu Dr. Melva Silitonga, M.S., Ibu Endang

Sulistyarini Gultom, S.Si., M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan banyak saran dan masukan dalam perbaikan skripsi ini. Terimakasih

kepada Bapak Drs. Lazuardi, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama masa

perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H.

Hasruddin, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Biologi, Ibu Dr. Melva Silitonga, M.S.,

selaku Ketua Program Studi Biologi Non Kependidikan, serta kepada seluruh

Bapak dan Ibu Dosen, beserta para pegawai di Jurusan Biologi yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Teristimewa ucapan terimakasih untuk keluarga besar penulis yang selalu

memberikan doa dan dukungan baik material maupun non material, yaitu

Ayahanda Rachmad dan Ibunda Suriaty, Nenek Siti Asmah, Nenek Wasila, dan

kakek Paidi serta seluruh keluarga besar penulis.

Terimakasih juga kepada teman-teman terkasih penulis di Biologi

Nondik A dan B 2012, untuk kebersamaan yang terjalin hingga saat ini, terkhusus

(7)

vi

Diniandra yang telah memberi bantuan dan motivasi kepada penulis. Terimakasih

kepada Bapak Dr. Ir. Aziz Purwantoro, M.Sc., Pak Sumbogo, dan seluruh

teman-teman di Laboratorium Penelitian Genetika dan Pemuliaan Tanaman Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta.

Penulis berharap kesediaan pembaca untuk memberikan kritik dan saran

yang membangun bagi penyempurnaan skripsi ini, dan semoga bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta aplikasi dalam kehidupan

bermasyarakat.

Medan, 29 Maret 2016

Penulis

(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Abstract iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi vii

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Identifikasi Masalah 3

1.3.Batasan Masalah 3

1.4.Rumusan Masalah 4

1.5.Tujuan Penelitian 4

1.6.Manfaat Penelitian 4

1.7.Definisi Operasional 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1.Tanaman Bawang Merah 6

2.2.Kekerabatan Genetika 7

2.3.PCR (Polymerase Chain Reaction) 9

2.4.RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) 11

2.5.Ekstraksi DNA 13

BAB III METODE PENELITIAN 14

3.1.Tempat dan Waktu 14

3.2.Alat dan Bahan 14

3.3.Tahapan Penelitian 15

3.4.Pengumpulan Data 19

3.5.Analisis Data 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21

4.1. Kondisi PCR dan Seleksi Primer 21

4.2. Hasil Amplifikasi 23

(9)

viii

4.4. Jarak Genetik 29

4.5. Analisis Kekerabatan 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 32

5.1. Kesimpulan 32

5.2. Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Bagan Proses Polymerase Chain Reaction 10

Gambar 4.1. Hasil Running Genome terhadap 21 Sampel 21

Gambar 4.2. Hasil Seleksi Primer 22

Gambar 4.3. Hasil Amplifikasi DNA Bawang Merah menggunakan

Primer OPA 4 24

Gambar 4.4. Hasil Amplifikasi DNA Bawang Merah menggunakan

Primer OPA 5 24

Gambar 4.5. Hasil Amplifikasi DNA Bawang Merah menggunakan

Primer OPA 7 25

Gambar 4.6. Hasil Amplifikasi DNA Bawang Merah menggunakan

Primer OPA 8 25

Gambar 4.7. Hasil Amplifikasi DNA Bawang Merah menggunakan

Primer OPA 10 26

Gambar 4.8. Hasil Amplifikasi DNA Bawang Merah menggunakan

Primer OPA 11 26

Gambar 4.9. Hasil Amplifikasi DNA Bawang Merah menggunakan

Primer OPA 13 27

(11)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Varietas Bawang Merah yang Digunakan 14

Tabel 3.2. Primer yang Digunakan dalam Seleksi 19

Tabel 4.1. Primer yang Digunakan dalam PCR 23

Tabel 4.2. Persentasi Lokus Polimorfik dan Keragaman Gen tiap Primer 27

Tabel 4.3. Keragaman Gen tiap Primer 28

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Uraian Kegiatan 36

Lampiran 2. Desain Isolasi DNA 37

Lampiran 3. Data Biner Hasil RAPD 38

Lampiran 4. Data Keragaman Genetik (h) tiap Primer berdasarkan

Hasil dari POPGENE 3.2 41

Lampiran 5. Dokumentasi 7 Varietas Bawang Merah 43

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) merupakan salah

satu tanaman sayuran yang umbinya menjadi menu pokok pada hampir semua

jenis masakan dengan fungsi sebagai penyedap masakan. Selain sebagai bumbu

penyedap masakan, bawang merah juga sering digunakan sebagai bahan

obat-obatan untuk penyakit kolestrol (Samadi dan Cahyono, 2005).

Umbi bawang merah sebagian besar terdiri atas air yang jumlahnya dapat

mencapai 80 – 85%. Pada setiap 100 g, kandungan protein sekitar 15%, lemak

0,3%, karbohidrat 9,2%, β-karoten 50 IU, thiamin 30 mg, niasin 20 mg, riboflavin

0,04 mg, asam karbonat 9 mg, kalium 334 mg, zat besi 0,8 mg dan fosfor 40 mg

(Wibowo, 2006). Dalam umbi bawang merah terdapat senyawa kimia asam amino

yang dikenal sebagai alliin yang karena pengaruh enzim lain dapat berubah

menjadi zat yang mengandung belerang disebut allicin. Dengan vitamin B1

(thiamin), allicin membentuk ikatan kimia allithiamine sehingga lebih mudah

diserap oleh sel tubuh manusia. Senyawa-senyawa lain yang terdapat dalam

minyak atsiri bawang merah diduga dapat bersifat desinfektan terhadap bakteri

dan jamur tertentu (Samadi dan Cahyono, 2005).

Provinsi penghasil utama bawang merah di Indonesia (luas panen >1.000

ha/tahun) adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY,

Jawa Timur, NTB dan Sulawesi Selatan.

Produksi bawang merah tahun 2014 sebesar 1,234 juta ton, mengalami

peningkatan sebanyak 223,22 ribu ton (22,08%) dibandingkan tahun 2013.

Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh meningkatnya luas panen di Pulau

Jawa sebesar 15,815 ribu hektar atau sebesar 21,06% dan di luar Pulau Jawa

sebesar 5,952 ribu hektar atau sebesar 24,97% (Badan Pusat Statistik, 2015).

Varietas bawang merah yang ditanam di Indonesia cukup banyak

macamnya, tetapi umur produksi varietas tersebut masih rendah (kurang dari 10

(14)

2

didasarkan pada bentuk, ukuran, warna, kekenyalan, aroma umbi, umur tanam,

ketahanan terhadap penyakit serta hujan, dan lain-lain. Varietas bawang merah

yang ada di Indonesia yaitu Varietas Bima Brebes, Samosir, Maja Cipanas, Keling

(Majalengka), Ampenan (Bali), Sumenap (Madura), Kuning, Timor, Lampung,

Banteng (Tangerang), dan lain-lain (Anonim, 2012).

Bawang merah yang sudah terkenal di Sumatera Utara adalah bawang

Samosir. Ukuran umbi bawang merah Samosir yang kecil merupakan salah satu

kekurangan dari bawang tersebut. Benih bawang merah yang diimpor dari

Philiphina, Thailand, Birma, Srilanka, Vietnam, India dan Malaysia memiliki

ukuran umbi yang lebih besar dari bawang Samosir dan diharapkan dapat menjadi

sumber gen untuk ukuran umbi.

Analisis kekerabatan bawang merah sangat perlu dilakukan untuk

melihat jarak genetiknya. Jarak genetik sangat penting diketahui, karena dengan

mengetahuinya akan menentukan keberhasilan dalam persilangan. Persilangan

antar individu yang berkerabat dekat pada tanaman yang menyerbuk silang

cenderung menghasilkan keturunan yang lemah, ukuran lebih kecil, kurang subur,

dan banyak individu yang cacat (Allard, 1960). Persilangan antar individu yang

berkerabat jauh biasanya sulit dilakukan dan sering menghasilkan hibrida yang

sukar berkecambah atau steril, karena adanya pembatas internal dan eksternal

(Hadley dan Openshaw, 1980 dalam Sriyadi et al., 2001). Dengan melakukan

analisis kekerabatan genetik, maka akan diketahui kekerabatan antar varietas

bawang merah yang sesuai untuk menghindari hal tersebut. Dari hal ini perlu

dicari marka yang berhubungan dengan karakter agronomik, tetapi tidak

dipengaruhi lingkungan, seperti marka molekular. Menurut Prana dan Hartati

(2003) dalam Farid et al (2011), marka RAPD memiliki kelebihan yaitu lebih

sederhana, DNA yang dibutuhkan sedikit, mampu menghasilkan polimorfisme

lebih cepat. Kekurangan metoda RAPD adalah tingkat pengulangan yang rendah,

tetapi dapat dijaga dengan konsistensi kondisi PCR. Oleh sebab itu digunakan

marka molekular RAPD.

Ada beberapa penelitian mengenai marka RAPD, seperti yang telah

(15)

3

fragmen DNA 400 bp hasil amplifikasi dengan primer OPP-08 (OPP-08400) dapat

digunakan sebagai penanda jenis kelamin untuk membedakan tanaman salak

jantan dan betina pada fase bibit (vegetatif), khususnya pada tanaman salak asal

biji (seedling). Selanjutnya penanda RAPD juga digunakan pada penelitian

Sriyadi et al (2001) menyimpulkan bahwa dari 45 tanaman F1 teh, ternyata 40

klon memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan klon PS 1, menggunakan

11 primer, yang salah satunya adalah OPB 1. Penelitian pada bawang merah

menggunakan variasi marka molekular RAPD belum banyak dilakukan, sehingga

dilakukan pada penelitian ini agar dapat dijadikan sebagai landasan dalam

menganalisis kekerabatan antara bawang merah introduksi terhadap lokal. Oleh

sebab itu, penelitian perlu dilakukan untuk menganalisis kekerabatan bawang

merah berdasarkan marka RAPD.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut:

1. Dampak gagal panen terhadap kerugian yang dialami petani.

2. Tidak ada varietas bawang merah yang sesuai (unggul) untuk ditanam di

Sumatera Utara.

3. Tidak adanya informasi genetik yang dapat dijadikan landasan mengenai

hubungan kekerabatan bawang merah dengan lokasi dimana varietas

bawang merah cocok ditanam.

4. Marka yang berhubungan dengan karakter agronomik, tetapi tidak

dipengaruhi lingkungan, seperti marka molekular RAPD.

1.3 Batasan Masalah

Dari permasalahan yang teridentifikasi dalam penelitian ini dibatasi pada

pertumbuhan dan produktivitas tanaman, dengan batasan sebagai berikut:

1. Jenis tanaman yang digunakan adalah tanaman bawang merah (Allium cepa

L. Aggregatum group).

2. Varietas yang diteliti yaitu 7 varietas, yaitu: Samosir, Biru, Tiron, Crok

(16)

4

3. Analisis yang dilakukan menggunakan sampel daun dari masing-masing

varietas.

4. Marka molekular yang digunakan adalah marka RAPD.

5. Analisis kekerabatan bawang merah ini melihat jarak genetik antara varietas

introduksi terhadap varietas samosir.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana variasi marka molekular RAPD, sebagai landasan dalam

menganalisis kekerabatan bawang merah?

2. Bagaimana kekerabatan bawang merah introduksi dan lokal berdasarkan

marka RAPD?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui variasi marka molekular RAPD, sebagai landasan dalam

menganalisis kekerabatan bawang merah.

2. Untuk menganalisa kekerabatan bawang merah introduksi dan lokal

berdasarkan marka RAPD.

1.6 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagi peneliti khususnya, penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh

informasi genetik dan kekerabatan dari bawang merah introduksi dan lokal.

2. Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini memberikan ulasan mengenai

penerapan analisa genetik berdasarkan marka molekular RAPD.

3. Bagi petani, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam

(17)

5

1.7 Definisi Operasional

1. dNTPs merupakan campuran yang terdiri atas dATP (deoksiadenosin

trifosfat), dTTP (deoksitimidin trifosfat), dCTP (deoksisitidin trifosfat) dan

dGTP (deoksiguanosin trifosfat).

2. Enzim Polimerase DNA merupakan katalis untuk reaksi polimerisasi DNA

yang berperan dalam proses ekstensi DNA.

3. GeneQuant merupakan alat yang digunakan untuk menghitung konsentrasi

dan kemurnian DNA maupun RNA dari sampel.

4. Melting temperature merupakan temperatur di mana 50% untai ganda DNA

terpisah (berpengaruh dalam pemilihan suhu anneling proses PCR.

5. Mesin Vortex merupakan alat yang digunakan untuk mencampurkan

suatu bahan yang sudah dihancurkan dengan mortar pestle dengan larutan

buffer, atau hanya untuk mencampurkan beberapa jenis larutan agar

homogen.

6. Mikropipet merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan cairan

dalam jumlah kecil secara akurat.

7. Primer merupakan urutan DNA yang telah diketahui atau urutan protein

yang dituju, berfungsi sebagai pembatas fragmen DNA target yang akan

diamplifikasi dan sekaligus menyediakan gugus hidroksi (-OH) pada ujung

3` yang diperlukan untuk proses ekstensi DNA.

8. Purifikasi DNA merupakan proses pembersihan hasil ekstrak DNA jika

masih mengandung komponen pengotor (RNA, Fenol, dll).

9. Templat DNA merupakan cetakan untuk membentuk molekul DNA baru

yang sama.

10. Sentrifuge merupakan alat yang digunakan untuk sentrifugasi larutan

sehingga dapat dipisahkan antara substansi padatan maupun cairan

supernatan.

11. UV transluminator merupakan alat yang digunakan untuk melihat hasil

elektroforesis pada agarosa.

12. Elektroforesis merupakan proses migrasi molekul bermuatan dalam

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R. W., (1960), Principle of Plant Breeding, Wiley & Sons Inc, New York London-Sydney.

Anggereini, E., (2008), Random Amplified Polymorphyc DNA (RAPD), suatu Metode Analisis DNA dalam Menjelaskan berbagai Fenomena Biologi, Biospecies, 1(2).

Anonim, (2012), Jenis-jenis Varietas Bawang Merah, www.smilecry.com.

Ashari, S., (2006), Hortikultura Aspek Budaya, Universitas Indonesia, Jakarta.

Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, (2015), Produksi Bawang Merah, www.pertanian.go.id/ap_pages/mod/datahorti.

Doyle, J.J. dan J.L. Doyle, (1990), Isolation of plant from tissue, Focus 12: 13-15.

Farid, N., Sugiharto, A.N., Purwito, A., Herison, C., dan Sutjahyo, S.H., (2011), Pendugaan Jarak Genetik Bawang Merah Hasil Persilangan Berdasarkan Agronomik dan Primer Random Amplified Polymorphyc DNA (RAPD), Agronomika, 11 (2): 2.

Gultom, T., Purwantoro, A., Sulistyaningsih, E., dan Nasrullah, (2012), Estimating of RAPD Marker Associated to Color Gene in Zinnia Elegans Jacq, ARPN Journal of Agricultural and Biological Science, 7, (11), 959 – 961.

Handoyo, D. dan Rudiretna, A., (2001), Prinsip Umum dan Pelaksanaan Polymerase Chain Reaction (PCR), Unitas, 9 (1): 18 – 20.

Indhirawati, R., Purwantoro, A., dan Basunanda, P., (2015), Karakterisasi

Morfologi dan Molekuler Jagung Berondong Stroberi dan Kuning (Zea

mays L. Kelompok Everta), Vegetalika, 4(1), 102 – 114.

Jamsari, Nitzt, I., Reamon-Buttner, S.M., Jung, C., (2004), The Use of BAC-Based Large Insert Library for Development of Gender Diagnostic Marker in Asparagus (Asparagus officinalis L.) Theor and Appl, Genetic, 10(8): 1140 – 1146.

(19)

34

Kartikaningrum, S., Hermiati, N., Baihaki, A., Karmana, M.H., dan Mathius, N.T., (2003), Kekerabatan 13 Genotip Anggrek Subtribe Sarchanthinae berdasarkan Karakter Morfologi dan Pola Pita DNA, J. Hort, 13 (1): 7 – 15.

Komar, T.E., (1999), Petunjuk Teknis Analisa DNA dengan Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD), Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hutan, Yogyakarta.

Kuckuck, H., G. Kobabe, dan G. Wenzel, (1991), Fundamentals of Plant Breeding, Springer-verlag, Berlin.

Lefebvre, V., Goffinet, B., Chauvet, J., Caromel, B., Signoret, P., Brand, R., dan palloix, A., (2001), Evaluation of Genetic Distance Between Pepper Inbred Lines for Cultivar Protection Purposes: Comparison of AFLP, RAPD and Phenotypic Data. Theor. Appl. Genet. 102: 741-75.

Mustaqim, (2011), Keragaman dan Segregasi Genetik Populasi M2 Bunga Kertas (Zinnia elegans jacq.) berdasar Penanda RAPD, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Nei, M. dan Li, W., (1979), Mathematical Model for Studying Genetic Variation in Terms of Restriction Endonucleases. Proceeding of National Academic of Science, USA, 76: 5269-5273.

Palupi, E.R., Rosliani, R., dan Hilman, Y., (2015), Peningkatan Produksi dan Mutu Benih Botani Bawang Merah (True Shallot Seed) dengan Introduksi Serangga Penyerbuk (Increasing of True Shallot Seed Production and Quality by Pollinator Introduction), J. Hort. 25(1): 26 – 36.

Parjanto, Moeljopawiro, S, Artama, W.T., dan Purwantoro, A., (2006), Identifikasi Penanda RAPD untuk Penentuan Jenis Kelamin Tanaman Salak (Salacca zalacca GART. VOSS.), Berkala Ilmiah Biologi, 5 (1), 57 – 63.

Pharmawati, M., (2009), Optimalisasi Ekstraksi DNA dan PCR RAPD pada Grevillea spp. (Proteaceae), Jurnal Biologi, 13 (1) : 12 -16.

Poespodarsono, S., (1988), Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman, PAU-IPB, Bogor.

Samadi dan Cahyono, (2005), Bawang Merah Intensifikasi Usaha Tani, Kanisius, Yogyakarta.

(20)

35

Sumarni, N. dan Hidayat, A., (2005), Budidaya bawang merah, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung, ISBN 979-8304-49-7.

Surzycki, S., (2000), Basic Techniques in Molecular Biology, Springer-Verlay,

Berlin Heidelberg, Germany.

Weising, K., Nybom, H., Wolff, K., dan Kahl, G., (2005), DNA Fingerprinting in Plants: Principles, Methods, and Applications, Second Edition, Taylor & Francis Group, Boca Raton.

Wibowo, S. B., (2006), Budidaya Bawang, Penebar Swadaya, Jakarta.

William, J.G.K., Kubelik, A.R., Livak, K.J., Rafalski, J.A., dan Tingey, S.V., (1990), DNA Polymorphism Amplified by arbitrary Primers are useful as genetic marker. Nucleic Acids Research, 18: 6531-6535.

Yulianti, E., (2006), Pengembangan Teknik Isolasi DNA Tumbuhan

menggunakan Detergen Komersial, Seminar Nasional MIPA UNY.

Yuwono, T., (2006), Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Gambar

Gambar 2.1. Bagan Proses Polymerase Chain Reaction
Tabel 3.1. Varietas  Bawang Merah yang Digunakan

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan pelaksanaan Lelang Sederhana Penyedia Pekerjaan Jasa Lainnya untuk pekerjaan Penggandaan dan Pengiriman Naskah Soal & LJK UAMBN Tingat MTs Tahun 2017

[r]

Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Kalimantan Selatan akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

2014 pada Satuan Kerja Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat akan melaksanakan Pelelangan Sederhana (Lelang Ulang) dengan pascakualifikasi secara elektronik untuk

Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Kalimantan Selatan akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

Kepada masyarakat dan Penyedia Barang yang akan mengajukan pengaduan dan sanggahan kami tunggu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah pengumuman ini diterbitkan. Bandung,

DAN PIK R/M TEGAR MODEL pada Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2014 telah mengadakan rapat sehubungan dengan hasil Pembukaan Penawaran, dibuat

paparan sulfur dioksida terhadap nilai kadar Protein C-Reaktif, Volume Ekspirasi. Paru Detik Pertama (VEP 1 ), Kapasitas Vital Paksa (KVP), rasio VEP 1