• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA HUKUM PEMILIK BENDA SITAAN ATAS KERUSAKAN AKIBAT KESALAHAN PENGELOLAAN BENDA SITAAN PADA RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA (RUPBASAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA HUKUM PEMILIK BENDA SITAAN ATAS KERUSAKAN AKIBAT KESALAHAN PENGELOLAAN BENDA SITAAN PADA RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA (RUPBASAN)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyitaan merupakan salah satu upaya paksa dalam proses peradilan pidana yang dilakukan oleh penyidik untuk mengambil atau merampas suatu barang tertentu dari seorang tersangka, pemegang, atau penyimpan dan disimpan dibawah kekuasaannya. Pengertian penyitaan dirumuskan pada pasal 1 butir 16 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang berbunyi “Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan”.

Adapun benda-benda yang dapat dikenakan penyitaan berdasarkan pasal 39 KUHAP antara lain:

Ayat (1) a. benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;

b. benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya; c. benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi

penyidikan tindak pidana;

d. benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;

e. benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan .

(2)

2 Tujuan dari dilakukannya penyitaan adalah untuk kepentingan pembuktian, terutama ditujukan sebagai barang bukti dimuka sidang pengadilan. Didalam proses penanganan dan penyelesaian perkara pidana, upaya pembuktian merupakan upaya yang paling esensial dalam proses pembuktian didepan persidangan majelis hakim yang mengadili terdakwa, karena didalam persidangan tersebut Jaksa Penuntut Umum (JPU) berupaya mengajukan berbagai macam alat bukti yang sah disertai barang bukti guna membuktikan dan meyakinkan hakim atas kesalahan terdakwa melakukan tindak pidana sebagaimana diuraikan dalam surat dakwaan JPU1.

Benda-benda yang diperoleh melalui tindakan penyitaan disebut sebagai benda sitaan negara (berdasarkan pasal 1 butir 4 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana selanjutnya disebut benda sitaan).

Untuk menjamin keamanan mutu dan jumlah (kualitas dan kuantitas) dari sebuah benda sitaan, maka diperlukan suatu tempat sebagai tempat penyimpanan segala macam benda sitaan, serta perlu dikelola dengan baik. Ketentuan mengenai tempat penyimpanan benda sitaan diatur pada pasal 44 KUHAP, yang berbunyi:

Ayat (1) Benda sitaan disimpan dalam rumah penyimpanan benda sitaan negara.

Ayat (2) Penyimpanan benda sitaan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun juga.

1

(3)

3 Ketentuan Pasal 44 ayat (2) KUHAP perihal tanggung jawab atas benda sitaan dijabarkan lebih lanjut oleh Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP (PP No.27/1983). Dalam Pasal 30 peraturan pemerintah tersebut diatur mengenai pemisahan tanggung jawab antara “tanggung jawab secara yuridis” dan “tanggung jawab secara fisik” atas benda sitaan.

Tanggung jawab secara yuridis atas benda sitaan diatur pada pasal 30 ayat (2) PP No.27/1983 yang berbunyi “Tanggung jawab secara yuridis atas benda sitaan tersebut, ada pada pejabat sesuai dengan tingkat pemeriksaan”.

Tanggung jawab secara yuridis atas benda sitaan adalah tanggung jawab atas segala hal yang berkaitan dengan status yuridis benda sitaan tersebut. Dengan demikian, pejabat yang bertanggung jawab secara yuridis atas benda sitaan, berhak dan berkewajiban menentukan sesuatu yang berlaku pada benda sitaan, sesuai dengan ketentuan undang-undang. Tanggung jawab yuridis atas benda sitaan menjadi kewenangan bagi setiap aparat penegak hukum sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan pidana. Jika proses pemeriksaan berada di penyidikan, maka tanggung jawab yuridis atas benda sitaan berada pada instansi penyidik, begitupun selanjutnya di penuntut umum maupun di pengadilan.

Tanggung jawab secara fisik atas benda sitaan diatur pada pasal 30 ayat (3) PP No.27/1983 yang berbunyi “Tanggung jawab secara fisik atas benda sitaan tersebut ada pada Kepala RUPBASAN”.

(4)

4 berkenaan dengan kondisi fisik dari benda sitaan. Maka, melaksanakan atau memenuhi tanggung jawab secara fisik atas benda sitaan berarti melaksanakan kegiatan pengelolaan benda sitaan dengan sebaik-baiknya yang ditujukan untuk memfasilitasi kepentingan publik lewat pembuktian dalam proses peradilan pidana, selain itu pengelolaan benda sitaan juga dimaksudkan sebagai bentuk perlindungan atas harta kekayaan milik seseorang yang disita tersebut.

Namun pada kenyataannya masih banyak benda sitaan yang tidak dikelola dengan baik, sehingga menyebabkan kerusakan atau berkurang secara kualitas maupun kuantitasnya. Salah satunya dapat dilihat dari berita yang penulis temukan tentang benda sitaan yang rusak akibat kurang baiknya perawatan benda sitaan:

“Sebanyak 22 unit mobil Pemadam Kebakaran (Damkar) hasil sitaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus tindak pidana korupsi pengadaan Damkar yang melibatkan mantan kepala daerah dan mantan menteri dalam negeri, saat ini mangkrak di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) Jakarta Pusat. Mobil-mobil Damkar yang disita dalam kondisi baru dan berfungsi dengan baik, saat ini dalam kondisi rusak dan memprihatinkan. Tidak hanya mobil Damkar, tapi masih banyak benda-benda barang sitaan lain yang menumpuk di Rupbasan dalam kondisi rusak. Hal ini disebabkan karena proses peradilan yang relatif lama, dan eksekusi terhadap benda sitaan tidak langsung dilakukan. Rupbasan belum memiliki sarana gedung yang memadai untuk menyimpan benda-benda besar baik bentuk, jenis, dan jumlah. Selain itu, minimnya biaya perawatan juga menjadi persoalan serius di Rupbasan. Penyebab benda sitaan dan barang rampasan negara menjadi menumpuk, mangkrak, dan rusak di Rupbasan, adalah benda sitaan yang tidak diketahui pemiliknya, karena tersangka melarikan diri atau meninggal dunia. Selain itu, ada juga benda sitaan yang tidak diambil oleh pihak keluarga, tetapi juga tidak ada penyelesaian dari pihak yang menahan. Kemudian, tidak adanya batas waktu penitipan benda sitaan di Rupbasan juga merupakan salah satu penyebab mangkraknya benda-benda sitaan. Kondisi kerusakan pada benda sitaan pastinya akan berdampak pada turunnya nilai ekonomis barang.”2

2

22 Mobil Damkar Sitaan KPK Mangkrak.

(5)

5 Dari pemberitaan diatas dapat diketahui bahwasannya beberapa penyebab benda sitaan menjadi rusak adalah kurang memadainya sarana yang dimiliki oleh Rupbasan serta minimnya biaya perawatan benda sitaan dan barang rampasan negara. Rupbasan dikelola oleh Departemen Kehakiman (sekarang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia). Tanggung jawab secara yuridis atas benda sitaan ada pada pejabat (penegak hukum) sesuai dengan tingkat pemeriksaannya (penyidikan, penuntutan, pengadilan), sedangkan tanggung jawab secara fisik atas benda sitaan ada pada Kepala Rupbasan.

Hanya saja sangat disayangkan bahwa didalam KUHAP maupun dalam PP dan Peraturan Menteri tidak terdapat ketentuan yang mengatur tentang siapa pejabat yang harus bertanggungjawab apabila terjadi benda sitaan/barang bukti tersebut mengalami kerusakan/hilang/musnah disebabkan karena terbakar atau dicuri orang. Padahal didalam sebagian putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap benda sitaan itu dikembalikan kepada orang yang paling berhak atau kepada orang dari siapa benda itu disita.3

Berdasarkan uraian singkat diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai

“UPAYA HUKUM PEMILIK BENDA SITAAN ATAS KERUSAKAN

AKIBAT KESALAHAN PENGELOLAAN BENDA SITAAN PADA

RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA (RUPBASAN)”.

3

(6)

6 B. Rumusan Masalah

Adapun berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggung jawab hukum Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) atas kerusakan benda sitaan?

2. Bagaimana upaya hukum pemilik benda sitaan atas kerusakan akibat kesalahan pengelolaan benda sitaan pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan)?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejauh mana tanggung jawab hukum Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) atas kerusakan benda sitaan.

2. Untuk mengetahui upaya hukum pemilik benda sitaan atas kerusakan akibat kesalahan pengelolaan benda sitaan pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan).

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

(7)

7 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan menjadi pengetahuan baru guna menambah wawasan terhadap permasalahan yang diangkat yaitu bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pemilik benda sitaan atas kerugian akibat kesalahan pengelolaan benda sitaan pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan), dan juga sebagai prasyarat akademis untuk mendapatkan gelar kesarjanaan bidang ilmu hukum.

b. Bagi masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat secara umum dapat memahami permasalahan yang terjadi dalam proses peradilan pidana dan secara khusus bagi pemilik benda sitaan agar mengetahui bagaimana tanggung jawab Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara atas kerusakan benda sitaan akibat kesalahan pengelolaan benda sitaan, dan upaya hukum apa yang dapat ditempuh oleh pemilik benda sitaan atas kerugian akibat kesalahan pengelolaan benda sitaan pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN).

c. Bagi penegak hukum

(8)

8 serta tertib dan bertanggung jawab dalam pelaksanaannya sehingga dapat meminimalisir kerusakan penyebab kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan benda sitaan.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.

E.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif mengenai upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pemilik benda sitaan atas kerusakan akibat kesalahan pengelolaan benda sitaan pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN).

E.2. Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif,4 yaitu dengan menganalisa kasus dan penyelesaiannya dengan prosedur undang-undang, dan melihat hukum sebagai norma dalam masyarakat.5 Dalam penelitian ini, penulis mengkaji mengenai penggunaan ketentuan yang ada di dalam peraturan perundang – undangan. Khususnya yang digunakan untuk melakukan upaya hukum oleh pemilik benda sitaan atas kerusakan akibat kesalahan pengelolaan benda sitaan pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN).

4

_______. Pedoman Penulisan Hukum. 2012, Fakultas Hukum UMM. Hal 23.

(9)

9 E.3. Sumber Bahan hukum

Dalam penelitian hukum ini, penulis mengumpulkan berbagai macam bahan hukum yang kemudian dapat digolongkan menjadi 2 (dua) sumber bahan hukum yaitu:

1. Bahan Hukum Primer

Yaitu bahan hukum utama yang dijadikan acuan atau sumber kajian dari penulisan. Bahan hukum primer ini meliputi:

a. Pasal 44 ayat (1) KUHAP yang mengatur mengenai tempat penyimpanan benda sitaan.

b. Pasal 44 ayat (2) KUHAP yang mengatur mengenai tanggung jawab atas benda sitaan.

c. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). 2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan yang mendukung serta melengkapi bahan primer diatas. Bahan pendukung tersebut melalui studi kepustakaan yaitu dengan menggunakan peraturan perundang-undangan dan/atau sumber bacaan lain yang terkait dengan pokok permasalahan. Bahan hukum sekunder ini diantaranya:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP.

(10)

10 E.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan kepustakaan dari berbagai sumber pustaka yang dilakukan di perpustakaan melalui kajian literatur untuk melihat data-data dan dokumen serta situs inernet dan media cetak yang berkaitan dengan masalah yang diangkat yaitu mengenai upaya hukum pemilik benda sitaan atas kerugian yang diakibatkan dari pengelolaan benda sitaan di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN).

E.5. Analisa Bahan Hukum

Teknik analisa bahan hukum adalah tahap yang penting dalam menentukan suatu penelitian. Analisa bahan hukum dalam suatu pengkajian adalah menguraikan atau memecahkan masalah yang diangkat dalam penelitian ini berdasarkan bahan yang diperoleh kemudian diolah kedalam pokok permasalahan yang diajukan terhadap penelitian yang bersifat preskriptif.

(11)

11 F. Sistematika Penulisan

Penulisan hukum ini ini akan dibagi dalam 4 (empat) bab, yang mana akan dibagi menjadi sub bab didalam bab tersebut. Adapun sistematika penulisan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis berusaha memberikan gambaran awal mengenai penelitian yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, dan sistematika penulisan hukum untuk dapat lebih memberikan pemahaman terhadap isi penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi tentang kerangka teori yang melandasi penelitian serta mendukung dalam memecahkan masalah yang diangkat dalam penulisan hukum ini, yaitu: tinjauan tentang penyitaan, tinjauan tentang Benda Sitaan Negara, tinjauan tentang Tanggung Jawab Atas Benda Sitaan Negara, tinjauan tentang Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan), tinjauan tentang Tata Cara Pengelolaan Benda Sitaan Negara (Basan) Pada Rupbasan, serta Faktor Penyebab Kerusakan Benda Sitaan Negara BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(12)

12 apabila terjadi kerusakan, dan upaya hukum yang dapat ditempuh oleh pemilik benda sitaan atas kerusakan yang diakibatkan dari pengelolaan benda sitaan di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN).

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian ini yang berisi simpulan-simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran sebagai tindak lanjut dari simpulan tersebut.

(13)

UPAYA HUKUM PEMILIK BENDA SITAAN ATAS KERUSAKAN AKIBAT KESALAHAN PENGELOLAAN BENDA SITAAN PADA RUMAH

PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA (RUPBASAN)

PENULISAN HUKUM

Oleh:

AL AKIF CANDRA KELANA PELU 08400154

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

(14)

PENULISAN HUKUM

UPAYA HUKUM PEMILIK BENDA SITAAN ATAS KERUSAKAN AKIBAT KESALAHAN PENGELOLAAN BENDA SITAAN PADA RUMAH

PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA (RUPBASAN)

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Bidang Ilmu Hukum

Oleh:

AL AKIF CANDRA KELANA PELU 08400154

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

(15)
(16)
(17)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur alhamdulilahi robbil al-amien penulis hanturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan yang tidak ada henti-hentinya dari zaman ke zaman. Tidak lain ini semua berkat hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Upaya hukum pemilik Benda Sitaan atas kerusakan akibat kesalahan pengelolaan Benda Sitaan di Rumah

Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan)”. Dengan ini penulis menyadari bahwa karena Dia-lah semua ini dapat terlaksana dengan sempurna.

Taklupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabiullah Muhammad SAW, beserta keluarga, yang senantiasa memberikan perjuangan untuk menegakkan Islam dimuka bumi ini.

Dengan selesainya penulisan Tugas Akhir ini, perkenankanlah penulis menyampaikan rangkaian terimakasih yang sedalam-dalamnya dan dengan ketulusan hati kepada orang-orang yang telah berjasa dan senatiasa memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang, diantaranya yakni:

(18)

2. Dr. Muhadjir Effendy., M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang berserta jajaran Pembantu Rektor untuk segala bimbingan, nasehat serta pesan-pesan positif agar penulis dapat menjadi lebih baik selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

3. Bapak Dr.Sulardi, SH., M.Si selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang beserta jajaran Pembantu Dekan atas segala pengabdiannya selama penulis menjadi mahasiswa.

4. Kepada Bapak Bayu Dwiwiddy Jatmiko, SH., M.Hum selaku Dosen Wali yang tanpa mengenal lelah memberikan pengawalan dan nasehat kepada penulis mulai dari awal perkuliahan sehingga penulis dapat mengakhiri perkuliahan di Fakultas Hukum.

5. Kepada yang terhormat, Ibu Cekli Setya Pratiwi, SH., LL.M dan Bapak Sidik Sunaryo, SH., M.Si., M.Hum selaku pembimbing I dan II, yang penuh kesabaran memberikan waktu dan tenaga dalam membimbing penulis, hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini. Semoga Allah dapat memberikan balasan yang setimpal kepada beliau. Amin.

6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, jasa dan pengabdian beliau-beliau, tidak terlupakan dibenak penulis sampai dengan akhir hayat penulis.

7. Semua teman-teman Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dimana mereka telah banyak memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

(19)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap bahwa skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya, dan rekan-rekan di fakultas hukum khusunya.

Billahittaufiq wal Hidayah,

Wassalamu’allaikum Wr.Wb

Malang, 2 September 2015 Penulis

(20)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

ABSTRAKSI... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

BAB I ... 1

PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 8

E.1. Jenis Penelitian ... 8

E.2. Pendekatan ... 8

E.3. Sumber Bahan hukum ... 9

E.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 10

E.5. Analisa Bahan Hukum ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Tinjauan Umum tentang Penyitaan ... 13

A.1. Pengertian Penyitaan ... 13

A.2. Pejabat yang Berwenang Melakukan Penyitaan ... 14

B. Tinjauan Tentang Benda Sitaan Negara ... 20

C. Tinjauan Tentang Tanggung jawab Atas Benda Sitaan Negara ... 22

(21)

C.2. Tanggung Jawab Secara Fisik ... 23

D. Tinjauan Tentang Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) 32 E. Tinjauan tentang Tata Cara Pengelolaan Benda Sitaan Negara (Basan) Pada Rupbasan ... 37

E.1. Penerimaan, Registrasi, Pengklasifikasian, dan Penempatan Basan .... 38

E.2. Pengelolaan Basan ... 42

E.3. Jangka Waktu Pengelolaan ... 45

E.4. Penggunaan Basan ... 47

E.5. Pemutasian ... 48

E.6. Penghapusan ... 49

E.7. Pengeluaran ... 50

E.8. Pelaporan ... 51

F. Faktor Penyebab Kerusakan Benda Sitaan Negara ... 52

G. Tinjauan tentang Tanggung Jawab Hukum ... 57

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN... 68

A. Tanggung Jawab Hukum Rupbasan atas Kerusakan Benda Sitaan Akibat Kesalahan Pengelolaan Benda Sitaan Negara ... 68

B. Upaya Hukum yang Dapat Ditempuh Pemilik Benda Sitaan Atas Kerusakan Akibat Kesalahan Pengelolaan Benda Sitaan Pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN) ... 72

B.1. Permohonan Ganti Rugi ... 74

B.2. Gugatan Ganti Rugi ... 76

BAB IV PENUTUP ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

INDEX ... 92

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Darwan Prinst. 2002. Strategi Menyusun dan Menangani Gugatan Perdata. Bandung. Citra Aditya Bakti.

H.M.A Kuffal. 2013. Barang Bukti Bukan Alat Bukti yang Sah. Malang. UMM Press.

H.M.N. Purwosutjipto. 2004. Pengertian dan Pokok-pokok Hukum Dagang Indonesia. Jakarta. Djambatan.

Jimly Assidiqie dan M.Ali Syafaat. Teori Hans Kelsen tentang Hukum. Sekjen & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Jakarta. 2006.

Komariah. 2013. Edisi Revisi: Hukum Perdata. Malang. UMM Press.

Lilik Mulyadi. 2012. Hukum Acara Pidana; Normatif, Teoritis, Praktik dan

Permasalahannya. Bandung. P.T.Alumni.

Loebby Loqman. 2002. Hak Asasi Manusia dalam Hukum Acara Pidana. Jakarta. Datacom.

Munir Fuady. 2002. Hukum Pailit. Bandung. Citra Aditya. M.Yahya Harahap. 2008. Hukum Acara Perdata. Sinar Grafika.

M.Yahya Harahap. 2012. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP. Jakarta. Sinar Grafika.

Nikolas Simanjuntak. 2009. Acara Pidana Indonesia Dalam Sirkus Hukum. Bogor. Ghalia Indonesia.

Tim Pengkajian Hukum yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor PHN-21.LT.02.01 Tahun 2011 tentang Pembentukan Tim Pengkajian Hukum Perlindungan Hukum Bagi Upaya Menjamin Kerukunan Umat Beragama. 2011. Pengkajian Hukum tentang Perlindungan Hukum Bagi Upaya Menjamin Kerukunan Umat Beragama. Jakarta.

(23)

Internet:

22 Mobil Damkar Sitaan KPK Mangkrak.

http://nasional.sindonews.com/read/2012/08/12/13/665232/22-mobil-damkar-sitaan-kpk-mangkrak. Diakses tanggal 1 mei 2014.

A.Aziz Maulana. “Materi Kuliah Sistem Peradilan Pidana”. http://stih-malang.blogspot.com, Diakses tanggal 10 Agustus 2015.

Arisaputra. 2014. Teori Pertanggungjawaban dan Bentuk-bentuk

Pertanggungjawaban Hukum.http://www.ilhamarisputra.com/. Diakses

tanggal 10 Agustus 2015.

Damang. 2011, Teori Pengawasan. http://www.negarahukum.com/. Diakses tanggal 10 Agustus 2015.

Frans Hendra Winrata. Dalam Trijata Ayu Pramesti. 2013. Litigasi dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan.

http://www.hukumonline.com/. Diakses tanggal 9 Agustus 2015.

Kamus Hukum Lengkap. http://www.pn-lamongan.go.id/publikasi/kamus-hukum.html. Diakses 8 Agustus 2015.

KBBI Daring http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php. Diakses tanggal 12 Agustus 2015

Tips Hukum. Force Majeure dari Kaca Mata Hukum. http://www.gresnews.com/berita/tips/61245-tips-hukum-force-majeure-dari-kacamata-hukum/. Diakses 8 Agustus 2015

Perundang-undangan:

Herzien inlandsch reglement (HIR) atau Reglemen indonesia yang diperbaharui (RIB.)

(24)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.04-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesisa Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara.

Reglement tot regeling van het rechtswezen in de gewesten buiten java en madura (RBg).

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Undang-undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

Referensi

Dokumen terkait

Isi pesan yang disampaikan PT Djarum me- lalui kegiatan KLM adalah ajakan kepada masyarakat untuk bersama-sama terlibat aktif dalam melakukan konservasi lereng Gunung

Survei akan dilakukan untuk mendapatkan data primer dan data sekunder yang dibutuhkan dalam analisa kinerja ruas jalan seperti data lalu lintas, data geometric jalan, hambatan

Generasi kedua memperkenalkan Batch Processing Syste m, yaitu Job yang dikerjakan dalam satu rangkaian, lalu dieksekusi secara berurutan.Pada generasi ini sistem

di sekolah merupakan hal yang wajar karena masih anak-anak. Kakak subyek juga berpendapat perlakuan yang dialami subyek tidakT. perlu campur tangan guru atau pihak

(controllability) DM pada suatu outcome oleh penilai kinerja akan mengurangi

Toko Elektronik Wahyu Berbasis Web yang meliputi pengertian sistem,. pengertian sistem informasi, pengembangan sistem

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengembangkan sebuah pendekatan baru yang dapat mendeteksi serangan DDoS secara efisien, berdasarkan pada karakteristik

Masalah ini akan lebih menantang untuk dikaji manakala tidak hanya kenyataan bahwa di wilayah Polsek Metro Pamulang tersebut peran FKPM tidak berjalan, tapi justru ada satu