DAFTAR PUSTAKA
Burhan, Bungin. 2001. Metode Penelitian Sosial, Format-format kuantitatif dan kualitatif.
Jakarta : Airlangga Universitas Pers.
Donnel, Kevin O’. 2009. Postmodernisme. Yogyakarta : PT. Kanisius.
Doyle P Johnson. 1988. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jil 1. Jakarta: Gramedia
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta : Erlangga.
Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta Utara : PT Raja Grafindo
Persada.
Ritzer, George-Douglas J. Goodman,2010 _________Teori Sosiologi Modern Ed.
Keenam. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Rajawali Pers.
Ritzer, Goerge.2010.Teori Sosial Postmodern. Ed.Keenam. Bantul. Kreasi Wacana.
Ritzer, George. 2009. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:
Rajawali Pers.
Santoso, Selamet. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Salim, Agus.2006. Teori dan paradigma penelitian sosial (buku sumber untuk penelitian kualitatif). Yogyakarta: tiara wacana.
Suhardi, Sunarti Sri. 2009. Sosiologi Penyimpangan. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen
pendidikan Graha Multi Grafika
Soekanto, Soerjono.1982. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sumber Skripsi, Online Dan Jurnal Ilmiah:
Arief. 2000. www.narkoba_mania.com, diakses 10 April 2012, pukuk 20.10 Wib
Kompas, 2009. http://www.scribd.com/doc/16176402/, diakses 16 April 2012, Pukul 20.05
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Pendekatan kualitatif
diartikan sebagai pendekatan penelitian yang menghasilkan data, tulisan, dan
tingkah laku yang didapat dan diamati dan juga untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian.
Bogdan mendefinisikan studi kasus adalah sebuah kajian yang rinci atas
suatu latar atau peristiwa tertentu. Jadi penelitian ini mempelajari secara intensif
latar belakang keadaan dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu
kelompok, lembaga atau masyarakat (Idrus, 2009).
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan.
Wilayah ini dijadikan sebagai lokasi penelitian karena di Kota Medan sendiri
hanya wilayah ini yang menjadi tempat berkumpulnya para pemusik jenis aliran
tersebut.
3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis
Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek
penelitian. Salah satu ciri atau karakteristik dari penelitian sosial adalah
yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial yaitu individu, kelompok
dan sosial. Adapun yang menjadi unit analisis dan objek kajian dalam penelitian
ini adalah komunitas pemusik psychedelic
3.3.2 Informan
Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam
penelitian yang merupakan sumber informasi yang aktual dalam menjelaskan
tentang masalah penelitian. Pemilihan informan peneliti menggunakan teknik
purposive Sampling untuk menentukan subjek penelitian. Teknik purposive Sampling digunakan jika dalam pemilihan informan peneliti menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sehingga peneliti menentukan beberapa
kriteria informan (Idrus, 2009). Adapun yang menjadi sumber informasi untuk
memperoleh data dari penelitian ini adalah :
1. Informan Utama
Pada infoman utama ini adalah seluruh anggota dari kelompok pemusik
psychedelic tersebut.
2. Informan Pendungkung
Pada informan pendudukung yang penulis wawancarai dan observasi
adalah para masyarkata yang berada dekat di tempat tinggal anggota dan juga para
teman dari komunitas lain.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Primer
Data primer merupakan data yang peneliti dapat langsung di lapangan.
Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan panca indera sebagai alat untuk melakukan pengamatan. Metode
observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan langsung (Bungin,
2007:115).
2. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara. Dengan demikian, kekhasan
wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari
objek penelitian dan data yang dapat diambil dari sumber lain atau instansi lain
yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian
ini dilakukan dengan studi kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu
pengumpulan data yang berasal dari buku-buku yang sesuai dengan objek kajian
penelitian serta materi-materi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Dalam melaksanakan studi pustaka, peneliti melakukan penelurusan
sumber-sumber tulisan seperti buku, majalah, dokumentasi, jurnal, peraturan-peraturan,
sumber elektronik, sumber online, dan sebagainya. Metode ini peneliti gunakan
untuk memperoleh data mengenai teori-teori dan kajian yang berkaitan dengan
3.5 Interpretasi Data
Bogdan dan Biklen (Moleong, 2006) dikutip dalam skripsi Novi Khairani
tahun 2010 menjelaskan interpretasi data adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain.
Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan,
dikelompokkan ke dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Dalam proses analisis
data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber
antara lain dengan observasi, dan wawancara dan pengamatan tulisan yang dicatat
di lapangan serta dokumen yang telah diperoleh. Setelah data terkumpul,
dilakukan analisa data. Interprestasi data merupakan tahap penyederhanaan data,
setelah data dan informasi yang dibutuhkan telah terkumpul.
Data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini akan diinterprestasikan
berdasarkan dukungan teori dalam kajian pustaka, sampai pada akhirnya sebagai
laporan penelitian serta data tersebut akan diatur, diurutkan, dikelompokkan ke
dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah
BAB IV
TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kota Medan merupakan salah satu kota metropolitan yang berada di
Provinsi Sumatera Utara. Dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah
Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa
sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Kota
Medan sendiri sejak didirikan oleh Guru Patimpus hingga sekarang telah banyak
mengalami perkembangan yang sangat baik dan cepat. Saat ini Kota Medan
dikategorikan sebagai kota yang modern, dikarenakan perkembangan yang luar
biasa dari berbagai bidang diantaranya perekonomian yang terus meningkat
dengan munculnya berbagai kegiatan ekonomi seperti perhotelan, pusat pusat
perbelanjaan wisata dan sebagainya. Dalam hal teknologi juga semakin canggih
dimana para anak muda kota medan sangat kreatif dengan seringnya memodifikasi
alat-alat teknologi dengan kendaraan yang mereka miliki sehingga hasil kreatifitas
mereka juga dapat di perhitungkan ditingkat nasional bahkan internasional.
Kota Medan sendiri terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan, dari
sekian banyak kecamatan yang menjadi pusatnya Kota Medan adalah Kecamatan
Medan Maimun. Hal ini dikarenakan banyak peninggalan sejarah Kota Medan
terdapat disini diantaranya ada Istana Maimun, Perpustakaan daerah, Mesjid Raya
serta banyaknya tempat para anak muda untuk menyalurkan hobinya dari mulai
Kecamatan Medan Maimun yang menjadi central atau pusat dari
kecamatan ini adalah lokasi Mesjid Raya, Istana Maimun dan Perpustakaan
Daerah.
4.1.1 Perkembangan Aliran Musik Psychedelic
Istilah Psychedelic sendiri berarti suatu keadaan kejiwaan dimana orang
mengalami halusinasi dan hilang kesadaran akibat pengaruh dari luar,
semisal obatan.Padaera ’60an, para seniman menggunakan bantuan
obat-obatan agar mencapai keadaan psychedelic, sehingga karya seni yang tercipta
dinamakan Seni Psychedelic. Arti psychedelic secara keseluruhan adalah sebuah
hal/sifat yang berkaitan tentang mewujudkan pola-pikir, menerjemahkan
jiwa.Psychedelic ialah kemampuan kita mem-visualisasi-kan apa yang ada di
pikiran menjadi vision (penglihatan), yang akan terasa sangat nyata (efek
halusinasi). Pengalaman psychedelic sering dibandingkan dengan bentuk
kesadaran seperti trance (keadaan tdk sadar diri), meditasi, yoga, dan bermimpi.
Pada awalnya, psychedelic merupakan sebuah sebutan dari gambaran
ekspresi orang-orang yang berada dibawah pengaruh obat-obatan (drugs).Mereka
menggambarkan ekspresi tersebut menggunakan warna yang terdistorsi dan
bersifat surealis, efek suara dan gema, warna-warna yang cerah dan penuh dengan
spektrum, serta animasi (termasuk gambar kartun) untuk membangkitkan
sekaligus menyampaikan kepada orang-orang yang melihat atau mendengar karya
si artist saat mereka sedang menggunakan obat-obatan. Pemikiran psychedelic
dipengaruhi oleh perubahan persepsi yang sebelumnya tidak pernah secara sadar
dirasakan oleh seseorang (yang biasanya bernuansa rasa gembira karena pikiran
halusinasi, sinestesia, kesadaran terfokus, variasi pola pikir, trance (semacam
kerasukan), keadaan terhipnotis, suasana mistis, dan perubahan pikiran lainnya.
Proses ini membuat seseorang merasakan sebuah perubahan (pemahaman
baru) yang berbeda dari sebelumnya pada keadaan normal, yaitu perubahan pada
jiwanya. Mereka tersugesti dan meyakini sugesti tersebut, mulai dari anggapan
bahwa perubahan itu merupakan wahyu dan pencerahan hingga polaritas antara
kebingungan dan piskosis, khususnya ketika mendefinisikan identitas diri mereka.
Proses ini sifatnya dapat hanya sesaat saja, atau bahkan mengalami pengembangan
kronis (peningkatan kepekaan tidak terkontrol). Pikiran psychedelic dapat
ditimbulkan dari berbagai teknik, seperti meditasi, stimulasi sensorik, dan yang
paling sering dengan menggunakan zat psikedelik.
Penggunaan obat psychedelic tersebar luas di budaya barat modern,
khususnya di Amerika dan di Inggris pada pertengahan tahun 1960. Psychedelia
pertama kali muncul dan berkembang di Inggris pada sekitar tahun 1960-an dari
kultur hippies. Pada masa itu banyak musisi rock dan folk mencoba
bereksperimen dengan menggunakan obat-obatan terlarang untuk mencari
inspirasi dalam kegiatan bermusiknya. Dalam kalangan musisi psychedelia, jenis
narkoba yang paling umum dan populer digunakan adalah narkoba jenis LSD
yang membuat pemakainya mengalami halusinasi-halusinasi. Anggota-angota The
Beatles mulai mencoba menggunakan LSD sebagai bahan eksperimen dalam
musiknya pada sekitar tahun 1965, dan ada beberapa lagunya yang bernuansa
psychedelia, sepertiNorwegian Wood dan Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club
Perkembangan psychedelic di Amerika tidak sepesat perkembangan musik
psychedelia di Inggris, sehingga pengaruh musik psychedelic yang berasal dari
musisi-musisi Amerika banyak yang kurang dikenal. Selain itu, pada
perkembangannya di Amerika, penggunaan obat-obatan terlarang lebih
merupakan bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah Amerika atas
kebijakannya mengikuti perang di Vietnam, yang dilakukan oleh para pemuda
Amerika yang dikenal dengan istilah flower generations. Mungkin salah satu band
yang mengusung musik psychedelic rock yang berasal dari Amerika dan banyak
dikenal serta sukses secara komersial hanyalah The Doors.
Musik psychedelic ini mulai mengalami penurunan pada akhir dekade
60-an, di mana pada tahun 1966 dibuat suatu peraturan di mana penggunaan LSD
adalah ilegal di Amerika maupun Inggris Kasus pembunuhan terhadap Sharon
Tate serta Leno dan Rosemary LaBianca yang dilakukan oleh Charles Manson,
yang disebut-sebut terinspirasi oleh lagu The Beatles seperti Helter
Skelter, dianggap merupakan serangan terhadap kaum anti-hippie. Pada akhir tahun tersebut, di Altamont Free Concert, terjadi penusukan terhadap remaja kulit
hitam Meredith Hunter oleh pihak keamanan Hells Angels.
Penurunan musik psychedelic ini juga diperparah dengan musisi-musisi
yang menjadi leading figures musik ini yang menjadi korban obat-obatan
terlarang. Sebut saja Brian Wilson dari The Beach Boys, Brian Jones dari Rolling
Stones, Peter Green dari Fleetwood Marc, dan Syd Barrett dari Pink Floyd. Pada
tahun 1970-an, penurunan musik psychedelia rock ini berlanjut dengan bubarnya
The Beatles secara tidak resmi, kematian Jimi Hendrix pada bulan September
1970, dan juga Jim Morrison dari The Doors pada bulan Juli 1971 di Paris. Akan
tetapi penurunan aliran musik ini yang terjadi di Eropa dan Amerika pada akhir
tahun 1975, justru mengembangkan alirannya ke daerah lain seeprti Indonesia
pada era tahun 80an hingga saat ini. Di Indonesia sendiri aliran musik ini
berkembang pada grup band yang bergenre rock. Berikut data yang bisa dihimpun
oleh peneliti tentang band-band atau kelompok musik di Indonesia yang
mencampur alirasn Psychedelic dalam bermusiknya.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah kelompok
musik Hello Benji and The Cobra dan para pengikut dari kelompok musik ini, hal
ini karena kelompok musik ini merupakan kelompok musik beraliran Psychedelic
pertama yang ada di Kota Medan dan paling banyak memiliki pengikut.
4.2 Gambaran Umum Kelompok Musik Hello Benji and The Cobra
Hello Benji and the Cobra terbentuk pada awal 2008 sebagai band
projekan yang di mulai oleh Benji (vocal) dan formasi tetap terbentuk akhirnya
setelah perjalanan panjang yang berakhir di tahun 2015. Band yang beranggotakan
Benji (vokal), Arief (guitar), Tama (bass), dan Taufiq (drum) sering sekali disebut
sebagai band beraliran Psychedelic Rock. Hello Benji and the Cobra merupakan
sebuah proyek musik yang dibentuk oleh Benji, ia sebelumnya lebih dikenal
sebagai vokalis It"s Different Class (Jakarta). Selepas kepindahannya kembali ke
kampung halamannya di Medan 2008, ia kemudian membentuk Hello Benji and
the Cobra. Dalam wawancara yang dilakukan peneliti kepada mereka, empat
orang ini menjelaskan bahwa yang ditunjukkan oleh kelompok musik ini adalah
yang memiliki pemikiran dan imajinasi yang berbeda tetapi dengan visi yang
sama untuk menciptakan suguhan musik yang menghipnotis.
Di Medan, Hello Benji and the Cobra juga dikenal sebagai band dengan
aksi panggung yang liar. Pernah dalam sebuah kesempatan, Benji melepas burung
hidup dari dalam pakaiannya. Penampilan mereka yang cenderung tidak biasa
menghasilkan pro dan kontra yang kemudian menghidupkan kancah musik lokal
Medan. Tidak sedikit panggung yang akhirnya membentuk berbagai macam
bentuk emosiyang melahirkanrespon pro dan kontra yang akhirnya menjadi
makanan untuk pengembangan perjalanan band ini, dan di tengah panasnya
skenamusik kota Medan ini akhirnya Hello Benji and the Cobra akhirnya
meluncurkan EP mereka yang pertama bertajuk MITOS.
Album MITOS yang terdiri dari Maya, Terbawa emosi, Lembayung (Yang
Terlupa), dan Layang-layang merupakan sebuah hadiah yang akhirnya mereka
ciptakan untuk sebuah cerita penggambaran alur kisah perjalanan band Hello
Benji and the Cobra. Setiap lagu di EP “MITOS” ini memuat energi yang berbeda,
lagu “Lembayung” membuat kita berhentak dengan tempo yang memacu dan
pukulan drum yang menantang penonton untuk tidak diam. “Terbawa Emosi”
merupakan salah satu lagu Hello Benji and The Cobra yang paling di nanti
penonton untuk meneriakan “emosi!’ secara lantang sehingga keadaan emosi
pendengar semakin memanas. Memasukkan dua lagu selanjutnya dengan judul
“Maya” dan “Layang-Layang” membuat pendengar menjadi lebih teduh dengan
4.3 Profil Informan
1) Nama : Benji
Usia : 28
Pendidikan : S1
Benji merupakan vokalis dari sebuah band yang cukup eksis di kota
Medan yakni Hello Benji and The Cobra dan juga pemilik cafe Teras Benji, Benji
menjadi salah satu informan dalam penelitian ini karena dia merupakan salah satu
anak muda pelopor adanya aliran musik ini berkembang di Kota Medan. Benji
juga yang menjelaskan tentang apa itu aliran Psychedelic. Menurut Benji juga
bahwa dia adalah pengguna narkoba sejak SMA. Alasan dia bisa mengkonsumsi
narkoba adalah karena rasa ingin tahu yang besar, berhubung Benji sebelum di
Medan sempat tinggal di Jakarta, yang memang tingkat keingintahuan remaja di
kota ini sangat besar, Benji juga mengatakan bahwa dengan mengkonsumsinya
kita akan merasa lebih tenang.
Benji juga mengatakan bahwa dengan mengkonsumsi barang tersebut
memang mengalami banyak perubahan pada dirinya, dia merasa lebih percaya diri
kalau bertemu orang lain, fisiknya lebih tahan jika harus ada kerjaan hingga pagi
meskipun dia tidak tidur semalaman. Menurut Benji, dia tidak merasa di rugikan
sama sekali dalam hal ini. Tetapi menurutnya juga hingga saat ini tidak banyak
pihak yang tau jika dia mengkonsumsi barang tersebut.
Hubungan yang terjalin antara Benji dengan teman-teman yang bukan
termasuk orang yang mengkonsumsi barang ini juga sangat baik, hal ini
barang tersebut. Oleh karena itu menurutnya interaksi atau hubungan yang
dijalaninya saaat ini dengan lingkungan sekitar tetap sama bahkan dia bisa di
bilang lebih aktif dengan lingkungan setelah mengkonsumi barang ini.
2) Nama : Arif
Usia : 23
Pendidikan : SMA
Arif adalah saat ini merupakan mahasiswa S1 Ilmu Komputer di USU
stambuk 2011, penulis mengetahui tentang Arif sebagai salah satu pemusik
beraliran Psychedelic dan juga pengguna narkoba adalah hasil dari wawancara
yang dilakukan dengan Benji. Arif merupakan mahasiswa tingkat akhir atau bisa
dikatakan sebagai mahasiswa yang sudah cukup tua tetapi belum juga bisa
menyelesaikan kuliahnya. Menurut fahri dia bisa menggunakan narkoba karena
ajakan temen, dia mengkonsumsi sejak kuliah semester 5.
Menurut Arif dengan mengkonsumsi barang tersebut memang mengalami
banyak perubahan pada dirinya, dia merasa lebih percaya diri kalau bertemu orang
lain, fisiknya lebih tahan jika harus ada kuliah pagi atau kerjaan dadakan
meskipun dia tidak tidur semalaman. Menurut Arif , dia tidak merasa di rugikan
sama sekali dalam hal ini. Dia merasa beban hidupnya seketika terasa lebih ringan
jika mengkonsumsi barang tersebut.
Hubungan yang terjalin antara Arif dan temen-temen kampus, adik junior
bahkan teman sebaya hingga saat ini berjalan dengan baik, banyak orang yang
tidak tahu tentang kondisi arif yang mengkonsumsi barang ini. Bahkan saat ini
mengkonsumsi narkoba. Selagi dia masih bisa menyembunyikannya akan di
sembunyikan.
3) Nama : Tama
Usia : 22
Pendidikan : S1
Tama adalah anggota band Hello Benji dan The Cobra, Tama sebagai
seorang bassis maka dia dalam kelompok musik ini menjadi pemain bass, Tama
menjadi salah satu informan dalam penelitian ini karena dia merupakan salah satu
anggota kelompok musik tersebut, yang merupakan satu kelompok dengan Benji
dan kawan-kawan. Menurut Tama, dia telah mengkonsumsi barang ini sejak kenal
dengan Benji, alasan dia bisa mengkonsumsi narkoba adalah karena terpengaruh
ajakan teman lalu lama-lama menjadi ketagihan hingga sekarang.
Tama mengatakan bahwa dengan mengkonsumsi barang tersebut memang
mengalami banyak perubahan pada dirinya, dia merasa lebih percaya diri kalau
bertemu orang lain, fisiknya lebih tahan jika harus tidak tidur semalaman.
Menurut dia tidak merasa banyak di rugikan jika mengkonsumsi barang haram
ini.karena dia masih tetap bisa beraktifitas dengan baik..
Hubungan yang terjalin antara Tama dengan teman-teman yang bukan
termasuk orang yang mengkonsumsi barang ini juga sangat baik, hal ini
dikarenakan tidak banyak teman yang tau tentang dirinya yang menggunakan
barang tersebut. Oleh karena itu menurutnya interaksi atau hubungan yang
dijalaninya saaat ini dengan lingkungan sekitar tetap sama bahkan dia bisa di
4). Nama : Taufik
Usia : 22
Pendidikan : SMA
Taufik adalah anggota band Hello Benji dan The Cobra, Taufik sebagai
seorang Drummer maka dia dalam kelompok musik ini menjadi pemain drum,
Taufik menjadi salah satu informan dalam penelitian ini karena dia merupakan
salah satu anggota kelompok musik tersebut, yang merupakan satu kelompok
dengan Benji dan kawan-kawan. Menurut Taufik, dia telah mengkonsumsi barang
ini sejak dia belum mengenal benji pada akhir 2014 lalu, alasan dia bisa
mengkonsumsi narkoba adalah karena terpengaruh ajakan teman lalu lama-lama
menjadi ketagihan hingga sekarang.
Taufik mengatakan bahwa dengan mengkonsumsi barang tersebut
memang mengalami banyak perubahan pada dirinya, dia merasa lebih percaya diri
kalau bertemu orang lain, fisiknya lebih tahan jika harus tidak tidur semalaman.
Menurut dia tidak merasa banyak di rugikan jika mengkonsumsi barang haram
ini.karena dia masih tetap bisa beraktifitas dengan baik..
Hubungan yang terjalin antara Taufik dengan teman-teman yang bukan
termasuk orang yang mengkonsumsi barang ini juga sangat baik, hal ini
dikarenakan tidak banyak teman yang tau tentang dirinya yang menggunakan
barang tersebut. Oleh karena itu menurutnya interaksi atau hubungan yang
dijalaninya saaat ini dengan lingkungan sekitar tetap sama bahkan dia bisa di
5). Nama : Lutfi
Usia : 23
Pendidikan : SMA
Lutfi adalah mahasiswa tingkat akhir S1 Teknik Mesin USU stambuk
2012, penulis mengetahui tentang Lutfi dari Arief, Lutfi termasuk anggota yang
sering bergabung dengan Hello Benji and The Cobra tetapi bukan personil tetap.
Karena menurut para informan band ini banyak memiliki pengikut untuk
menikmati lagu-lagunya. Setiap lagu yang diciptakan oleh band ini hanya akan
mampu di mengerti oleh orang-orang yang telah mengkonsumsi nrkoba juga.
Maka Lutfi adalah salah stau informan dalam penelitian ini.
Lutfi mengatakan bahwa dia mengkonsumsi barang ini sudah hampir 3
tahun, sejak kuliah, dengan mengkonsumsi barang tersebut memang mengalami
banyak perubahan pada dirinya, dia merasa lebih percaya diri kalau bertemu orang
lain, fisiknya lebih tahan jika harus ada kuliah pagi meskipun dia tidak tidur
semalaman. Menurutnya, dia tidak merasa di rugikan sama sekali dalam hal ini.
Dia merasa beban hidupnya seketika terasa lebih ringan jika mengkonsumsi
barang tersebut.
Lutfi mengatakan bahwa hubungan yang terjalin antara dia dan kedua
keluarga sangat baik, bahkan keluarga tidak mengetahi tentang dirinya yang
mengkonsumsi narkoba karena menurutnya dia masih tetap bersikap biasa kepada
semua orang. Hubungan dengan teman-teman yang bukan termasuk orang yang
tidak banyak teman yang sering diajaknya berinteraksi, hanya berteman dengan
beberapa orang yang dianggapnya bisa dipercaya.
6). Nama : Restu
Usia : 23
Pendidikan : S1
Restu merupakan alumni S1 Ilmu budaya USU stambuk 2011, Restu
merupakan kawan akrab Lutfi sejak SMA dan kebetulan rumah mereka juga tidak
terlalu berjauhan. Ruth mengatakan bahwa dia tidak sering menggunakan barang
ini, dia hanya menggunakan saat dia merasa penat atau lagi banyak pikiran saja.
Ruth menjelaskan bahwa dia mengkonsumsi barang ini baru 2 tahun ini saja, dan
orang tuanya juga telah mengetahui tentang hal ini, dan menurutnya orang tuanya
bersikap biasa saja terhadap dirinya. Oleh karena itu menurutnya tidak ada hal
yang berbeda dari dirinya setelah mengkonsumsi barang ini, masih sama kayak
seeprti biasa dia sebelum menggunakan. Akan tetapi menurutnya dia sekarang
lebih vokal kalau berbicara didepan orang apalagi jika baru saja mengkonsumsi
barang tersebut, seperti ada keberanian lebih katanya.
Restu juga mengatakan bahwa dia sampai saat ini masih berteman dengan
semua temannya tidak hanya yang mengkonsumsi tetapi yang tidak
mengkonsumsi juga menjadi teman, bahkan menjadi teman akrab. Restu merasa
teman-temannya masih banyak yang tidak tahu kalau dia mengkonsumsi barang
tersebut, sehingga menurutnya masih bisa dia tutupi dengan tetap tampil biasa saja
atau mempengaruhi temannya untuk juga mengkonsumsi barang tersebut, karena
dia tidak ingin mendapat masalah.
7). Nama : Farid
Usia : 22
Pendidikan : S1
Farid adalah mahasiswa jurusan S1 Ilmu Komputer USU stambuk 2011,
dan merupakan kawan akrab dari Arief. Farid menjadi salah satu informan dalam
penelitian ini karena dia merupakan salah satu pemusik pengguna narkoba, yang
merupakan anggota dari kelompok Hello Benji. Menurut Farid, dia telah
mengkonsumsi barang ini sejak masuk kuliah lalu kenal dengan Arif, alasan dia
bisa mengkonsumsi narkoba adalah karena terpengaruh ajakan penasaran terus
diajak teman lalu lama-lama menjadi ketagihan hingga sekarang.
Farid mengatakan bahwa dengan mengkonsumsi barang tersebut memang
mengalami banyak perubahan pada dirinya, dia merasa lebih percaya diri kalau
bertemu orang lain, fisiknya lebih tahan jika harus tidak tidur semalaman.
Menurut dia tidak merasa banyak di rugikan jika mengkonsumsi barang haram
ini.karena dia masih tetap bisa kuliah dengan baik bahkan memperoleh ip yang
lumayan baik bahkan tidak ada matakuliah yang harus mengulang. Hal ini
menurutnya juga karena hingga saat ini tidak banyak pihak yang tau jika dia
mengkonsumsi barang tersebut.
Hubungan yang terjalin antara dia dengan teman-teman yang bukan
termasuk orang yang mengkonsumsi barang ini juga sangat baik, hal ini
barang tersebut. Oleh karena itu menurutnya interaksi atau hubungan yang
dijalaninya saaat ini dengan lingkungan sekitar tetap sama bahkan dia bisa di
bilang lebih aktif dengan lingkungan setelah mengkonsumi barang ini.
8) Nama : Redi
Usia : 22
Pendidikan : SMA
Redi adalah mahasiswa S1 di Dharma Agung, penulis mengetahui tentang
Redi sebagai pengguna narkoba adalah hasil dari wawancara yang dilakukan
dengan Lutfi. Redi merupakan temen nongkrong Lutfi dulu di Teras Benji, dari
situ awal mereka bertemu dan akrab. Menurut Redi dia bisa menggunakan
narkoba karena rasa penasaran dulu waktu jaman SMA, sehingga sekarang sudah
ketagihan apalagi saat udah stres.
Redi mengatakan bahwa dia mengkonsumsi barang ini sudah hampir 4
tahun sejak akhir 2012, dengan mengkonsumsi barang tersebut memang
mengalami banyak perubahan pada dirinya, dia merasa lebih percaya diri kalau
bertemu orang lain, fisiknya lebih tahan jika harus ada kuliah pagi meskipun dia
tidak tidur semalaman. Menurutnya, dia tidak merasa di rugikan sama sekali
dalam hal ini. Dia merasa beban hidupnya seketika terasa lebih ringan jika
mengkonsumsi barang tersebut.
Hubungan yang terjalin dengan teman-teman yang bukan termasuk orang
yang mengkonsumsi barang ini juga banyak dilakukan olehnya, karena bagi Redi
berteman dengan siapa saja bisa saja, akan tetapi dia kurang begitu akrab. Oleh
narkoba agar juga memudahkannya untuk mendapatkan barang jika dia tiba-tiba
membutuhkan.
4.3 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Para Pemusik Mengkonsumsi Narkoba
Banyak hal yang dapat menjadi penyebab penyalahgunaan NAPZA, hal itu
karna hubungan yang saling terkait antara prilaku penyalahgunaan, faktor
lingkungan dan faktor peredaran NAPZA di masyarakat (di dalam Jajuli, 2007).
Faktor-faktor yang dapat memepengaruhi terjadinya penyalahgunaan adalah
NAPZA sebagai berikut :
4.3.1 Lingkungan Sosial 1. Rasa ingin tahu
Pada masa remaja seseorang lazim mempunyai sifat selalu ingin tahu
segala sesuatu dan ingin mencoba sesuatu yang belum atau kurang diketahui
dampak negatifnya. Bentuk rasa ingin tahu dan ingin mencoba itu misalnya
dengan mengenal narkotika, psikotropika maupun minuman keras atau bahan
berbahaya lainnya. Rasa ingin tahu adalah suatu emosi yang berkaitan dengan
perilaku ingin tahu seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Istilah ini juga
dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku itu sendiri disebabkan oleh emosi
rasa ingin tahu. Seperti emosi “Rasa ingin tahu” merupakan dorongan untuk tahu
hal-hal baru. Hal ini terbukti dari hasil wawancara dengan informan yang
Benji 28 tahun,
“banyak kawan kita bang yang menggunakan barang ini awalnya karena ingin coba-coba atau bisa di bilang penasaran lah bg, lalu lama-lama jadi ketagihan. Biasanya kan kami juga para pemakai lama emang sengaja gitu bang menawarkan kemeraka, jadi pasti mereka penasaran kan yaudah kita kasih, nanti kalau udh dia rasa pasti dia mulai cari tahu sendiri itu bg, di tambah hampir rata emang yang bergabung itu sudah memiliki riwayat pernah memakai gtu bang”.
Arif 23 tahun,
“ aku sepakat kali bg, rasa ingin tahu ini paling jadi faktor utama para pemusik menggunakan narkoba bg. Karena pemusik kan harus memiliki rasa imajinasi yang tinggi dan halusinasi yang tinggi pula, sehingga kalau di pancing sedikit aja sudah pasti penasaran dia lalu pasti mencoba lah, kalau udah mencoba sekali pasti ketagihan lah bg.”
Lutfi 23 tahun,
Berdasarkan hasil kutipan wawancara diatas, dapat dianalisa oleh penulis
bahwa benar rasa ingin tahu yang kuat pada diri seseorang akan mempengaruhi
tindakan seseorang. Dalam hal ini para pemusik yang memiliki rasa ingin tahu
yang begitu besar terhadap segala hal, menjadikan para pemusik sangat rentan dan
mudah untuk di pengaruhi dan dikuasai oleh rasa ingin tahu. Oleh karena itu
menurut penulis sangat banyak penulis yang mengkonsumi narkoba karena sudah
seeprti kebutuhan bagi mereka untuk memiliki imajinasi dan halusinasi yang
tinggi pula.
2. Kesempatan Masyarakat dan lingkungan yang memberi kesempatan pemakaian Narkoba
Adanya situasi yang mendorong diri sendiri untuk mengggunakan
narkoba, dorongan dari luar adalah adanya ajakan, rayuan, tekanan dan paksaan
terhadap seseorang untuk memakai narkoba. Kesibukan kedua orang tua maupun
keluarga dengan kegiatannya masing-masing, atau dampak perpecahan rumah
tangga akibat (broken home) serta kurangnya kasih sayang merupakan celah
kesempatan para remaja mencari pelarian dengan cara menyalahgunakan
narkotika, psikotropika maupun minuman keras atau atau obat berbahaya, oleh
karna itu kondisi dalam masyarakat juga memprilaku pengaruhi prilaku remaja.
Hal ini juga di dukung dengan pernyataan dari wawancara langsung dengan para
informan sebagai berikut:
Restu 23 tahun,
apalagi kondisi lingkungan keluarga menjadi paling utama anak-anak muda untuk menggunakan narkoba karena kesempatan itu terbuka lebar, orang tua atau lingkungan tidak lagi mengontrol kegiatan anaknya bg. Jadi secara tidak langsung kesempatan yang luas dari orang tua atau lingkungan menjadi faktor untuk menggunakan narkoba ”
Redi 23 tahun,
“biasanya kesempatan yang peling pengaruh itu kesempatan di lingkungan keluarag bg, kalau keluarga udah gak open pasti kesempatannya lebih besar dan terbuka untuk mengkonsumsi barang tersebut, tapi banyak juga kesempatan di lingkungan teman bermain yang dengan muda memberikan barang jadi dengan adanya barang yang mudah di peroleh pasti juga akan memancing untuk para pemusik untuk mengonsumsinya, coba kalau sulit memperolehnya pasti kecil kemungkinannya.”
Berdasarkan uraian para informan tersebut menjelaskan bahwa kesempatan
yang diberikan masyarakat ataupun keluarga menjadi faktor yang
melatarbelakangi penggunaan narkoba oleh para generasi muda terutama para
anak muda yang hobi bermusik. Kesempatan biasanya datang dari keadaan
keluarga yang tidak harmonis, lingkungan masyarakat yang apatis satu dengan
yang lain atau bisa di ilustrasikan dalam kondisi komplek yang mana antara satu
Kemudahana fasilitas juga termasuk dalam kesempatan yang mendukung.
selain itu ungkapan rasa kasih sayang orangtua terhadap putra-putrinya termasuk
yang di berikan orang tua terhadap anak-ankanya seperti memberikan fasilitas dan
uang yang berlebih bisa jadi pemicu penyalah-gunakan uang saku untuk membeli
rokok untuk memuaskan segala mencoba ingin tahu dirinya. Biasanya para remaja
mengawalinya dengan merasakan merokok dan minuman keras, baru kemudian
mencoba-coba narkotika dan obat terlarang (di dalam Kartono, 1992).
3. Pergaulan dengan teman sebaya
Pergaulan adalah merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu
dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok pergaulan
mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang
individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik
pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu
dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal–hal
yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan
bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari
jati dirinya. Hal ini juga yang menjadi faktor para pemusik mengkonsumsi
narkoba dan obat-obatan. Berikut hasil wawancara dengan mereka:
Farid 22 tahun,
seseorang bisa menggunakan narkoba. Banyak sekali kok temen yang saya temui alasan dia bisa menggunakan ya salah satunya diajak temen karena pergaulan dan sebagainya. Biasanya pergaulan ini sering terjadi sama kami yang anak band, karena tuntutan bermusik dan teman-teman pergaulan mereka mengharuskan mengkonsumsi maka mau tidak mau pasti nyoba lalu ketagihan lah. ”
Tama 22 tahun,
“ namanya juga udah temen bergaulbang, udah pasti sangat mempengaruhi lah. Kita bilang aja lah misal aku ini kan, bergaul sama Benji,Arif dan yang lain, pasti aku lebih banyak sama dia kan, kayak main ke rumahnya lah atau nongrong lah, maka otomatis aku pasti tau apa yang dia konsumsi, dan aku pasti penasaran dan ingin mencoba lah kan, jadi hal-hal begitu yang menjadi awal kenapa bisa kita mengkonsumis narkoba dan obat-obatan itu lah bg. Karena kita melihat kalau kita mengkonsumsi itu juga gak papa kan, jaid kan gak salah di coba bg”.
Berdasarkan penjelasan informan diatas, peneliti meilhat bahwa faktor
temen sebaya atau sepergaulan sangat memberikan pengaruh besar bagi individu.
Hal ini dikarenakan banyak para pemusik yang waktunya lebih banyak bersama
teman-temannya dari pada di rumah bersama keluarganya atau berdiam sendiri.
Pada umumnya jika sudah berkumpul dengan teman yang sebaya dan dekat maka
mereka kan saling penasaran satu dengan yang lain tentang kegiatan temennya
serta apa yang temennya lakukan.
4.Konflik keluarga
Konflik keluarga yang dimaksud adalah Perceraian, dalam sebuah
pernikahan tidak bisa dilepaskan dari pengaruhnya terhadap anak. Banyak faktor
yang terlebih dahulu diperhatikan sebelum menjelaskan tentang dampak
perkembangan anak setelah terjadi suatu perceraian antara ayah dan ibu mereka.
Anak yang sudah menginjak remaja dan mengalami perceraian orang tua lebih
cenderung mengingat konflik dan stress yang mengitari perceraian itu sepuluh
tahun kemudian, pada tahun masa dewasa awal mereka. Mereka juga Nampak
kecewa dengan keadaan mereka yang tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh.
Hal ini juga yang dialami oleh salah satu informan yang berhasil diwawancarai
oleh peneliti:
Redi 23 tahun,
lagi stres atau suntuk bang di tambah lagi aku juga hobi banget kan bermusik jadi aku rasa ya pas aja”.
Taufik 22 tahun,
“ kalau menurut aku bang, konflik keluarga juga menjadi alasan kuat banyak temen-temen yang mengkonsumsi narkoba atau obat-obatan ini lah bg, karena keluarga sudah berantakan jadi merasa bahwa keluarganya sudah tidak peduli alhasil ya mencari sesuatu yang bisa menenangkan pemikiran lah bang. Maka kalau aku bilang jika keluarga udah bermasalah ya pasti kami atau anak muda kayak kita gini pasti cari cara lah bang untuk menghilangkan stres ya salah satunya dengan mengkonsumsi barang ini”.
4.4 Prilaku Kepribadian dan Prilaku Sosial Yang Terjadi Pada Para Pemusik Pengguna Narkoba.
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan
keharusan untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). Sebagai
bukti bahwa manusia dalam memnuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak
dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain.Ada
ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Perilaku itu
ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau rasa
hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif
untuk menanggapi orang lain dengan cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya
dalam melakukan kerja sama, ada orang yang melakukannya dengan tekun, sabar
Sementara di pihak lain, ada orang yang bermalas-malasan, tidak sabaran dan
hanya ingin mencari untung sendiri. Oleh karena itu prilaku sosial yang di
tunjukkan mahasiswa pengguna narkoba di lingkungan usu yang dapat peneliti
uraikan berdasarkan hasil observasi langsung dan wawancara adalah sebagai
berikut :
4.3.2.1 Ramah Pada Orang Tertentu
Berdasarkan observasi dan wawancara langsung, para informan
mengatakan bahwa sehari-hari mereka akan berprilaku yang cenderung
berbeda-beda, mereka bisa sangat tertutup pada kelompok-kelompok tertenru bahkan bisa
sangat ramah jika dengan kelompok tertentu pula, berikut penjelasan mereka:
Benji 28 tahun,
“kalau aku pribadi sih bang bersikap biasa aja sebenarnnya, tapi aku kalau di luar band sekarang ini biasanya hanay bersikap ramah gitu hanya keberapa orang atau kelompok tertentu aja bang, karena aku mikirnya males aja ramah atau akrab sama orang yang tidak memahami kondisi aku, dan cenderung memandang aku dengan pandangan negatif, aku itu kan pasti bisa merasakan lah siapa aja yang cara pandang ke akunya negatif dan mana yang tidak, maka aku ya bakal sangat ramah sama orang-orang tertentu aja bang”
Arif 23 tahun,
aku, tapi kalau kawan-kawan yang udah tau kalau aku pemakai mereka itu menjauh bang, jadi ya aku ngapain kan malah sok akrab sama orang yang jelas-jelas udah menjauh dari aku, makanya aku kalau ramah atau sangat akrab biasa sama orang yang udah tau aku”
Tama 22 tahun,
“ sebenarnya kan bang, kalau aku sih rama sama siapa aja, Cuma yang paling ramah biasnya cuma sama temen satu kelompok aja lah, atau sama anak-anak yang sering ngumpul di Teras Benji bang sama temen satu geng atau kelompok gitu bang. Soalnya males lah mau sok akrab sama anak lain, tau lah bang anak –anak di luar sana ini mah kalau mandang anak-anak kayak aku gini mah jelek aja tau mereka bang, makanya aku pun kalau ngerasa gak nyambung males gitu mau akrab sama orang lain kan udah gak sepemikiran gitu aja aku rasanya. ”
Taufik 22 tahun,
Lutfi 23 tahun,
“menurut aku gini bang, kita itu bisa ramah kepada orang kalau kita nyaman dengan mereka, maka aku itu hanya ramah atau akrab dengan orang yang buat aku nyaman, ditambah pastinya yang memiliki pandangan sama lah kayak aku, kalau gak jelas gak mungkin aku bersikap ramah pada dia atau bersikap akrab sama dia, selain itu juga kan bang bukan kami yang pilih-pilih teman untuk akrab atau ramah, tetapi mereka lah yang memilih-milih untuk tidak berteman akrab dengan kami”.
Berdasarkan kutipan wawancara tersebut dapat peneliti jelaskan bahwa
para pemusik pengguna narkoba memilih berprilaku seperti itu karena mereka
merasa hanya orang-orang tertentu yang siap menerima keadaan mereka. Para
pemusik psychedelic juga tidak pernah memaksakan orang lain untuk mau
berteman dengan mereka atau mau satu pemikiran dengan mereka. Para pemusik
pengguna narkoba juga memahami bahwa jika mereka menggunakan obat-obatan
tersebut pola pikir mereka berbeda dengan teman-temannya. Oleh karena itu
mereka hanya mau bersikap ramah atau akrab kepada beberapa oarng saja yang
mereka anggap bisa menerima mereka dan tidak memandang negatif saja kepada
mereka.
Selama melakukan pengamatan langsung juga peenliti dapat melihat
bagaimana prilaku pemusik pengguna narkoba dengan pemusik yang bukan
pengguna narkoba jelas berbeda, para pemusik yang tidak menggunakan narkoba
hampir semua memandang negatif kepada mereka terutama tentang jenis musk
menggunakan, sehingga sudut pandang dan pola pikir berbeda maka tidak akan
bisa cocok dan nyaman untuk bersikap ramah tamah.
4.3.2.2 Mudah Terpancing Emosi
Berdasarkan observasi dan wawancara langsung, para informan
mengatakan bahwa setelah mereka mengkonsumi obat-obatan ini mereka jadi
memiliki tingkat emosi yang sulit untuk di kontrol dengan baik, dan biasanya
mereka sering gampang terpancing emosi dengan keadaan lingkungan
disekitarnya, baik dirumah, teman bermain maupun lingkungan kampus. Berikut
penjelasan para informan yang berhasil diwawancarai:
Lutfi 23 tahun,
“ setelah mengenal dan menggunakan obat-obatan ini emang berasa lebih sensitif bang kalau aku sih ya, biasanya lebih mudah kali aku tersinggung kalau ada orang yang bahas tentang aku yang bersifat negatif, karena aku ngerasa kok mereka jadi orang sok tau bahas-bahas tentang orang lain, jadi biasanya aku emang suka lebih mudah kepancing emosi gitu, maka juga aku memilih untuk sering berkawan sama yang udah paham lah tentang sifat aku gini, kan gak enak juga kalau kita sering kepancing emosi dikira orang kita terus yang negatif ”
Redi 23 tahun,
emosinya langsung. Jadi ditambah lagi sekarang kurasa emosi aku juga makin nambah aja gitu, apalagi kalau liat temen satu kelompok musik gitu kan di pukul atau berantem sama orang lain jadi bawaannya pengen mukul balik lah bang, soalnya kan bang biasanya kami itu merasa jadi kayak saudara gitu kalau udah deket sering ngumpul dan bahkan makai sama jadi kalau dia lagi susah dan di pukul orang misalnya ya pasti ikut emosi lah”
Restu 23 tahun
“ Kalau aku sangat membenarkan bahwa saat ini aku lebih emosian sih bang, kalau dirumah aja aku lebih suka marah-marah apalgi kalau apa yang aku pengen gak terkabul gitu, atau ada adikku yang ku suruh tapi gak mau, udah pasti emosi ku naik banget tuh bang, mau aja rasanya semua yang ada di deket aku di banting. Cuma kadang aku juga mikir kalau dirumah ada orang tua juga jadi kadang mau juga lah teredam dikit”.
Taufik 22 tahun,
keluar salah, maka kadang aku gak pulang nginep dirumah temen ku aja aku atau di bascam”.
Berdasarkan keterangan mereka, bahwa setelah menggunakan narkoba dan
obat-obatan tersebut emosi mereka jadi semakin naik, ditambah para pemusik
pengguna narkoba mengaku bahwa tidak Cuma emosi yang tinggi, tetapi mereka
juga suka membanting apa yang ada disekitar mereka. Biasanya hal ini dilakukan
mereka kalau berada dirumah, maka mereka sering mencoba tidak berada di dekat
orang-orang yang meremehkan mereka. Hal ini di lakukan agar mereka tidak
terpancing emosi oleh orang yang tidak memahami mereka.
Dalam penjelasan mereka juga dapat disimpulkan bahwa mereka ingin
juga di perhatikan bahkan di pahami kalau mereka membutukan obat-obatan itu
untuk menambah imajinasi dalam bermusik agar keluar ide-ide yang bagus tidak
menganggap sebagai suatu kesalahan yang fatal yang harus di benci oleh banyak
orang bahkan keluarga sendiri ikut menjauhi.
4.3.2.3 Lebih Malas dalam Melakukan Sesuatu
Berdasarkan observasi dan wawancara langsung, para informan
mengatakan bahwa setelah mereka mengkonsumi obat-obatan ini mereka jadi
memiliki tingkat kemalasan yang tinggi, dan biasanya mereka sering malas pada
kegiatan tertentu. Mereka sering malas kalau sudah berkaitan dengan sekolah,
kuliah atau pekerjaan yang lain. Berikut penjelasan para informan yang berhasil
diwawancarai:
“males aja ngelakuin kegiatan yang gak sejalan sama kita bang, biasa sih aku males kalau misalnya ngerjain diluar hal-hal yang berbau musik, aku suka kalau udah bahas manggung, atau ada anak yang mau gabung gitu, terus biasanya aku juga males keluar rumah siang-siang kalau pas libur, biasanya sering keluar kalau malem aja. Pokoknya kalau siang aku ya banyak tidur lah, dulu sih biasa sering keluar siang, Cuma kalau sekarang temen aku banyak yang keluar malem bang, jadi ya lebih enak keluar malem di tambah usaha cafe ku kan juga ramenya malem”
Arif 23 tahun,
“kalau aku males bang ngelakuin banyak kegiatan, maunya sih kayak kerjaan yang fun aja, misal aku kan hoby ngeband ya pengennya ngeband aja gitu, main sama kawan-kawan. Aku paling males sekarang kalau disuruh belajar kuliah pagi gitu, kecuali kalau ujian lah bang. Lebih suka katifitas malem sekarang bang kalau kami. Karena sambil nongrong bisa lama dan biasa pasti kami juga makai”
Tama 22 tahun,
biasanya udh malem mau nongrong kami aku semangat lagi bang. Apalagi kalau udah main musik denger lagu kami “
Lutfi 23 tahun,
“kalau aku bang setelah menggunakan obat-obtan ini malesnya itu dalam hal belajar, kayak gak sampe aja otak ku untuk berpikir. Aku jadi lebih suka musik atau yang sifatnya gak harus berpikir keras gitu.Kalau udah sifatnya belajar berpikir pasti aku udah males lah itu.”
Redi 23 tahun,
“menurut aku gini bang, bukan berarti males itu kami jadi terus gak bisa ngapain-ngapain, aku males untuk beberapa hal aja sih, biasanya aku males kalau kuliah atau belajar formal lah istilahnya, karena malemnya udah begadang sama temen-temen kan, aku maunya itu belajar atau bermain di musik atau game. Kayak aku gabung di kelompok musik ini jadi t sekarang aku udah kayak menemukan dunia ku jadi makin males aku ngurus hal-hal diluar ini bg.”
Berdasarkan penjelasan para informan dapat disimpulkan bahwa setelah
mengenal dan mengkonsumsi narkoba dan obat-obatan tersebut para informan
lebih sering melakukan aktifitas yang tidak membuat mereka stres atau istilahnya
kegiatan yang menyenangkan dan biasanya pada malam hari. Hal ini dikarenakan
mereka merasa tidak sejalan dengan hal-hal demikian dan lebih suka bermusik
Para pemusik pengguna narkoba ini menilai bahwa prilaku males mereka
ini adalah hal yang wajar karena timbul dari rasa yang tidak nyaman atau tidak pas
terhadap kegiatan tersebut. Sehingga menurut mereka wajar kalau mereka
bersikap males pada kegiatan tertentu. Mereka tidak menyadari bahwa rasa males
yang timbul di diri mereka itu karena efek obat-obatan yang mereka konsumsi
yang telah merusak tubuh mereka.
Para pemusik yakin bahwa apa yang mereka pilih sekarang dalam
berprilaku adalah sudah sesuai dengan bakat diri mereka, sehingga hal ini positif
dan telah menemukan dunia mereka sendiri. Bahkan orang tua sudah tidak bisa
melarang apa yang sudah mereka jalani saat ini.
4.4 Tanggapan Mayarakat Terhadap Pemusik Pengguna Narkoba
Pemusik khususnya pemusik yang identik dengan narkoba seperti
Psychedelic yang hadir di tengah masyarakat menimbulkan tanggapan, biasanya
tanggapan akan hadir karena didasari oleh interaksi dengan masyarakat sekitar.
Semua perilaku dari setiap pemusik yang mayoritas pengguna narkoba menjadi
perhatian masyarakat sekitar. Tanggapan diberikan oleh masyarakat berdasarkan
apa yang dilihat dan dinilai oleh masyarakat dalam sehari-hari tidak meresahkan
atau merugikan mereka. Diantaranya sebagai berikut:
Pada saat para pemusik mengadakan ngumpul bareng di bascam atau
dislaah satu rumah anggota aliran musik tersebut yang biasa dilakukan dua kali
dalam seminggu dinilai tidak pernah meresahkan masyarakat sekitar tempat di
mana mereka sering berkumpul. Orang-orang yang ada di sekitar tempat mereka
berkumpul mereka pun pada awalnya merasa heran dengan kehadiran mereka.
umumnya. Tapi mereka tidak berbuat yang aneh-aneh dan setelah orang-orang di
sekitar mengerti dan sering bertanya dengan orang tua mereka, maka mereka
dianggap biasa saja dan lama kelamaan para masyarakat juga tidak ambil open
dengan kegiatan mereka.
Seperti ungkapan Pak Yusuf seorang yang kesehariannya sebagai pedagang
makanan kaki lima disekitaran lokasi biasa mereka ngumpul :
“Disini memang tempat kumpulnya anak-anak musik itu dan juga kadang sama anak-anak yang lain, pokoknya rame kalau udah ngumpul dan biasa dengan gaya yang aneh-aneh sih, setiap malam kamis dan malam minggu itu sering ngumpul sama kelompok yang lain mereka. Awal-awal nya ya terganggu karena suara musiknya aneh gak sama kayak biasanya musik gitu, pas di bilangin untuk tidak keras ya mereka nurut, selebihnya karena juga mereka bukan bagian dari keluarga saya, jadi ya tidak terlalu open lah apa yang dilakukan mereka di rumah itu pas ngumpul. Yang penting tidak berisik lagi dan mengganggu”.
Ungkapan Ibu Dewi:
“Kalau saya ya melihatnya biasa aja, namanya juga menyalurkan
mereka sih biasa aja Cuma kalau udh denger suara musiknya saya stres sendiri”
Kehadiran para pemusik pengguna narkoba telah diketahui oleh beberapa
kalangan masyarakat. Sebagian besar dari masyarakat melihat bahwa hampir
semua anak band identik dengan hal tersebut. Dan masyarakat tidak mau peduli
terlalu jauh dengan tindakan mereka bahkan cenderung apatis karena menganggap
bukan bagian dari keluarganya jadi tidak usah terlalu ikut campur. Dan perlahan
sepertinya masyarakat juga sudah memaklumi bahwa memang bermusik
diperlukan imajinasi yang kuat dan halusinasi yang kuat.
4.5 Bentuk Penerapan Postmodernisme dalam Prilaku Pemusik Pengguna Narkoba
Paradigma kehidupan dalam sebagian masyarakat modern telah beralih
kepada postmodernism. Di zaman modern, semenjak era revolusi industri di Abad
ke-15, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mewujudkan
kehidupan yang mapan dan nyaman dalam banyak segi. Gaya Hidup Post-modern
adalah berkembangnya sifat hedonism, materialisme dan konsumerisme yaitu
sikap selalu mencari kepuasan diri sendiri, menilai segala sesuatu (bahkan orang
lain) dari segi kepemilikan materi, serta kepuasan yang muncul bila sudah
membeli/memiliki barang-barang bahkan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang diperoleh oleh peneliti
selama melakukan penelitian selama dua bulan dengan mengamati secara
partisipatif, peneliti dapat melihat perilaku para pemusik pengguna narkoba ini
sudah tidak hanya sekedar modern tetapi lebih kepada postmodern dengan tidak
yang lainnya. Seperti penggunaan nada musik yang sangat anaeh ditelinga
masyarakat hanya di pahami oleh orang-orang tertentu saja dan juga pemilihan
warna dalam setiap aksi panggung mereka. Akan tetapi para pemusik tidak merasa
bahwa mereka telah salah dalam penggunaan itu. Mereka malah merasa benar
dengan penggunaan itu merupakan ide mereka.
Benji 28 tahun,
“Menurut aku sih bg, gak ada yang salah sama perilaku kami dan kami banyak ngelakuin hal positif kok, kalau masalah kami keluar malam bergaul dengan banyak bahkan anak perempuan juga ikut bersama kami, namanya juga kami satu hobi di dunia musik jadi aku rasa gak ada yang salah. Kalau ikut agama bg emang susah, apa-apa dilarang, berdosa, udah kayak mau meninggal besok kita bg. Kalau aku sih kak ya jalani ajah lah kak aku udh nyaman dengan dunia ku sekarang dan aku merasakan banyak dampak positif kok. Ya kalau soal hedonisme ya aku rasa wajar namanya juga anak muda yang mau menikmati masa muda saling tidak mau terikat dan masih mau semua segala sesuatu dicoba jadi terkesan hedonis”.
Arif 23 tahun,
cenderung rock dan alirannya susah dipahami, tapi kami merasa nyaman dan tidak saling mengganggu. Kalau kami dibilang konsumerisme atau kosumtif aku rasa sih biasa aja, namanya juga hobi dan pengen nunjukin kalau kami juga tau dunia musik sehingga apapun yang berhubungan dengan musik aliran kami pasti akan dibeli meski mahal”.
Dengan penjelasan wawancara para informan di atas, dapat dilihat pola
pikir modern sudah berkembang menjadi pola pikir postmodernisasi, di mana hal
yang menurut banyak orang tidak wajar dan tidak masuk dalam rasio orang
menurut mereka wajar dan biasa. Tidak ada lagi yang menjadi pegangan manusia
yang berperilaku postmodern. Bahkan agama hanya dijadikan status dalam diri
mereka. Orang yang berperilaku postmodern seperti para pemusik ini merasa
bahwa perilaku mereka lah yang paling benar dan mereka merasa nyaman
menjalaninya. Mereka hanya akan peduli dengan kesenangan dirinya saja.
4.6 Bentuk Kontruksi Sosial dalam Penggunaan Narkoba Pada Pemusik Psychedelic
Dalam teori ini istilah konstruksi atas realita sosial mereka
menggambarkan bahwa konstruksi sosial adalah proses sosial melalui tindakan
dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas
atau kenyataan yang dimiliki dan dialaminya. Hal ini lah yang terjadi pada para
pemusik Psychedelic juga bahwa mereka mengalami banyak proses sosial
sehingga bisa seperti saat ini.
Berdasarkan proses sosial yang dialami sangat sama dengan asal usul
positif, dan gagasan tersebut lebih tepat setelah Aristoteles mengenalkan istilah,
informasi, esensi dan sebagainya, dan ia mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk sosial, setiap pernyataan yang harus dibuktikan kebenarannya.
Permasalahan yang diungkap dalam penelitian kali ini nyata terdapat dalam
masyarakat khususnya masyarakat Kota Medan.
Suatu fakta yang benar-benar terjadi dalam masyarakat bahwa pemusik
tidak hanya pemusik yang sering kita dengar saat ini tapi ada sebuag aliran yang
baru. Oleh karena itu, peneliti mencoba melihat dengan menggunakan teori
konstruksi sosial, dalam teori ini Berger menjelaskan bahwa proses kehidupan
manusia terjadi melalui tiga momen simultan, yaitu eksternalisasi, obyektivasi dan
internalisasi. 1. Eksternalisasi
Eksternalisasi adalah suatu keharusan antropologis. Manusia, menurut pengetahuan empiris diri (individu), tidak bisa dibayangkan terpisah dari
pencurahan dirinya terus-menerus ke dalam dunia yang ditempatinya. Manusia
bagaimanapun tidak bisa tinggal diam di dalam dirinya sendiri, dalam suatu
lingkup tertutup, dan kemudian bergerak keluar untuk mengekspresikan diri dalam
dunia sekelilingnya (Berger, 1991).
Setiap orang itu tidak akan tinggal diam dan tetap di dalam dunia atau
lingkungan yang ditempatinya dalam membutuhkan atau memenuhi keinginan
atau sesuatu yang diharapkan. Begitu juga dengan para pemusik Psychedelic ini,
para pemusik yang selama ini selalu berada pada lingkungan yang teratur tidak
memiliki kebabasan dalam menuangkan idenya. Adanya ilmu pengetahuan,
mulai mendapatkan pengaruh atau kontruksi sosial bahwa harus ada hal baru yang
dapat mengekspresikan diri mereka dalam bermusik.
2. Objektivasi
Objektivasi merupakan interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Semua aktivitas manusia
yang terjadi dalam eksternalisasi, menurut Berger dan Luckmann dapat
mengalami proses pembiasaan (habitualisasi) yang kemudian mengalami
pelembagaan (institusionalisasi). Seperti yang terjadi dalam kelompok lain,
pemusik Psychedelic juga memiliki metode atau sistem untuk membawa
anggotanya mengeksplor kemampuan bermusik yang dimiliki dari setiap pribadi
anggotanya. Dalam tahap ini, tentunya melibatkan interaksi sosial yang terjadi
antar anggota dengan pihak lain dan juga dengan masyarakat lainnya.
3. Internalisasi
Internalisasi merupakan proses penyerapan ke dalam kesadaran dunia yang terobjektifasi sedemikian rupa sehingga struktur dunia ini menentukan
struktur subjektif kesadaran itu sendiri. Sejauh internalisasi itu telah terjadi, setiap
pemusik kini memahami berbagai unsur yang terlihat dan terjadi sebagai suatu
fenomena di masyarakat bahwa ada secara nyata pemusik yang menggunakan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dari bab sebelumnya, maka peneliti menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini, para pemusik penggunaan narkoba dan
obat-obatan mempengaruhi perilaku penggunanya, seperti menjadikan mereka sering
malas, mudah emosi dan ramah hanya pada orang-orang tertentu atau bisa
dikatakan tertutup pada orang lain. Tetapi mereka juga menggunakan barang
tersebut dikarenakan beberapa faktor utama yakni konflik keluarga, teman sebaya
dan rasa ingin tahu yang besar serta tuntutan agar memiliki rasa halusinasi yang
tinggi pula.
2. Berdasarkan hasil anilisa yang dilakukan oleh peneliti selama
melakukan penelitian selama dua bulan dengan mengamati secara partisipatif,
peneliti dapat melihat perilaku para pemusik pengguna narkoba ini sudah tidak
hanya sekedar modern tetapi lebih kepada postmodern dengan tidak lagi melihat
kebenaran pada sebuah titik norma baik itu agama maupun norma yang lainnya.
Seperti penggunaan nada musik yang sangat anaeh ditelinga masyarakat hanya di
pahami oleh orang-orang tertentu saja dan juga pemilihan warna dalam setiap aksi
panggung mereka.
Akan tetapi para pemusik tidak merasa bahwa mereka telah salah dalam
penggunaan itu. Mereka malah merasa benar dengan penggunaan itu merupakan
pemusik tidak hanya pemusik yang sering kita dengar saat ini tapi ada sebuag
aliran yang baru.
5.2 Saran
1. Para Pemusik yang lain diharapkan melakukan dan menjadikan
kegiatan-kegiatan yang bersifat positif menjadi tujuan utama dari setiap kagiatan bermusik
agar tercipta sebuah hasil yang lebih bermanfaat bagi orang banyak dan mudah
dipahami oleh masyarakat luas.
2. Masyarakat sekitar dan Pemerintah diharapkan dapat berkontribusi lebih dapat
melibatkan diri dalam mengawai keberadan para pemusik ini khususnya pemusik
psychedelic agar tidak ada pola pikir bahwa anak musik atau anak band tidak baik
dan cenderung dianggap sebagai anak nakal oleh masyarakat sekitar mereka
tinggal. Perhatian masyarakat sangat dibutuhkan sebagai pengawas dan pengontrol
kegiatan bermusik anak-anak muda jaman sekarang agar lebih postif dan tidak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Interaksionisme Simbolik
Teori Interaksionisme Simbolik Untuk mempelajari interaksi sosial
digunakan pendekatan tertentu, yang dikenal dengan nama interaksionist
prespektive. Di antara berbagai pendekatan yang digunakan untuk mempelajari
interaksi sosial, dijumpai pendekatan yang dikenal dengan nama interaksionosme
simbolik (symbolic interactionism). Pendekatan ini bersumber pada pemikiran
George Herbert Mead. Dari kata interaksionisme sudah nampak bahwa sasaran
pendekatan ini ialah interaksi sosial; kata simbolik mengacu pada penggunaan
simbol-simbol dalam interaksi (Douglas (1973), dalam Kamanto Sunarto (2004)).
Teori tersebut juga mengajak kita untuk lebih memperdalam sebuah kajian
mengenai pemaknaan interaksi yang digunakan dalam mayarakat mulitietnik.
Dalam menggunakan pendekatan teori interaksionisme simbolik sudah nampak
jelas bahwa pendekatan ini merupakan suatu teropong ilmiah untuk melihat
sebuah interaksi dalam masyarakat multietnik yang banyak menggunakan
simbol-simbol dalam proses interaksi dalam masyarakat tersebut.
Pokok pikiran interaksionisme simbolik ada tiga; yang pertama ialah
bahwa manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dipunyai
sesuatu baginya. Dengan demikian tindakan seorang penganut agama Hindu di
India terhadap seekor sapi akan berbeda dengan tindakan seorang penganut agama
islam di Pakistan, karena bagi masing-masing orang tersebut sapi tersebut
pemikiran teori interaksionisme simbolik, membuat kita memahami bahwa dalam
sebuah tindakan mempunyai makna yang berbeda dengan orang yang lain yang
juga memaknai sebuah makna dalam tindakan interaksi tersebut.
Interaksionis simbolik telah diperhalus untuk dijadikan salah satu
pendekatan sosiologis oleh Herbert Blumer dan George Herbert Mead, yang
berpandangan bahwa manusia adalah individu yang berpikir, berperasaan,
memberikan pengertian pada setiap keadaan, yang melahirkan reaksi dan
interpretasi kepada setiap rangsangan yang dihadapi. Kejadian tersebut dilakukan
melalui interpretasi simbol-simbol atau komunikasi bermakna yang dilakukan
melalui gerak, bahasa, rasa simpati, empati, dan melahirkan tingkah laku lainnya
yang menunjukan reaksi atau respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang
kepada dirinya.
Pendekatan interaksionisme simbolik merupakan salah suatu pendekatan
yang mengarah kepada interaksi yang menggunakan simbol-simbol dalam
berkomunikasi, baik itu melalui gerak, bahasa dan simpati, sehingga akan muncul
suatu respon terhadap rangsangan yang datang dan membuat manusia melakukan
reaksi atau tindakan terhadap rangsangan tersebut. Dalam pendekatan
interaksionisme simbolik akan lebih diperjelas melalui ulasan-ulasan yang lebih
spesifik mengenai makna simbol yang akan dibahas di bawah ini. Dalam
melakukan suatu interaksi, maka gerak, bahasa, dan rasa simpati sangat
2.2 Perilaku Sosial
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan
keharusan untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). Sebagai
bukti bahwa manusia dalam memnuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak
dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain.Ada
ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya
bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling
mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja
sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup
bermasyarakat.
Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim
(2001), perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang
dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga
identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991 dalam
Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap
keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial
seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara-cara
yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada orang yang
melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan kepentingan
bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada orang yang
bermalas-malasan, tidak sabaran dan hanya ingin mencari untung sendiri.
Sesungguhnya yang menjadi dasar dari uraian di atas adalah bahwa pada
dilahirkan manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memuhi
kebutuhan biologisnya. Pada perkembangan menuju kedewasaan, interaksi social
diantara manusia dapat merealisasikan kehidupannya secara individual. Hal ini
dikarenakan jika tidak ada timbal balik dari interaksi sosial maka manusia tidak
dapat merealisasikan potensi-potensinya sebagai sosok individu yang utuh
sebagai hasil interaksi sosial. Potensi-potensi itu pada awalnya dapat diketahui
dari perilaku kesehariannya. Pada saat bersosialisasi maka yang ditunjukkannya
adalah perilaku sosial.
Pembentukan perilaku sosial seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor
baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Pada aspek eksternal
situasi sosial memegang pernana yang cukup penting. Situasi sosial diartikan
sebagai tiap-tiap situasi di mana terdapat saling hubungan antara manusia yang
satu dengan yang lain (W.A. Gerungan,1978:77). Dengan kata lain setiap situasi
yang menyebabkan terjadinya interaksi social dapatlah dikatakan sebagai situasi
sosial. Contoh situasi sosial misalnya di lingkungan pasar, pada saat rapat, atau
dalam lingkungan pembelajaran pendidikan jasmani.
2.3 Komunitas/Kelompok Sosial
Soekanto mengemukakan “kelompok sosial atau social group merupakan
himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya
hubungan dan timbal balik di antara mereka” (Soekanto, 1975:94). Namun
himpunan manusia dapat dikatakan sebagai kelompok sosial jika di dalamnya
terdapat kesadaran kelompok, hubungan timbal balik antara anggota dan
merupakan kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan
dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok
juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya. Kelompok-kelompok sosial
merupakan himpunan manusia yang saling hidup bersama dan menjalani saling
ketergantungan dengan sadar dan tolong menolong.
Komunitas merupakan sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme
yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.
Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki
maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah
kondisi lain yang serupa. Komunitas itu sendiri adalah suatu wilayah kehidupan
sosial yang ditandai oleh suatu derajat setempat ini adalah lokalitas dan perasaan
semasyarakat (Soekanto 1975:117).
Masyarakat yang memiliki tempat tinggal yang tetap atau permanen,
biasanya memiliki ikatan yang kuat karena faktor demografis tersebut. Namun,
pada perkembangan masyarakat modern saat ini, ikatan karena faktor kesatuan
tempat tinggal dirasakan berkurang sebagai akibat dari perkembangan teknologi,
sarana dan prasarana transportasi atau perhubungan. Namun sebaliknya, hal
tersebut memperluas wilayah pengaruh ikatan masyarakat setempat yang
bersangkutan. Dengan kata lain, masyarakat setempat atau komunitas berfungsi
sebagai ikatan untuk menggarisbawahi hubungan antara hubungan-hubungan
sosial dengan suatu demografis wilayah geografis.
Soekanto dalam (Soekanto 1975:118) menjelaskan bahwa faktor kesatuan
tempat tinggal tidak cukup untuk mengidentifikasi suatu komunitas. Di samping