ANALISIS FINANSIAL DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN
DELI SERDANG
(Studi Kasus Program Bantuan Langsung Masyarakat )
TESIS
Oleh :
REFLI SOFYAN SIREGAR
097040003
PROGAM STUDI ILMU PETERNAKAN
PRORAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
DELI SERDANG
(Studi Kasus Program Bantuan Langsung Masyarakat )
TESIS
Oleh :
REFLI SOFYAN SIREGAR
097040003
PROGAM STUDI ILMU PETERNAKAN
PRORAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul
: Analisis Finansial Dan Strategi Pengembangan
Usaha Ternak Sapi Potong Di Kabupaten Deli
Serdang
(Studi Kasus Program Bantuan LangsungMasyarakat)
Nama Mahasiswa : Refli Sofyan Siregar
NIM : 097040003
Progam Studi : Ilmu Peternakan
Menyetujui:
Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
Prof.Dr.Ir.Hasnudi, MS Dr.Nevy Diana Hanafi, SPt.MSi
Ketua Progam Studi Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MP
Tanggal Ujian : 14 Juli 2012 Tanggal Lulus: 14 Juli 2012
Refli Sofyan Siregar, 2012.
Analisis Finansial dan Strategi
Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Kabupaten Deli Serdang (Studi
Kasus Program Bantuan Langsung Masyarakat ) dibawah bimbingan Hasnudi
sebagai ketua komisi pembimbing dan Nevy Diana Hanafi sebagai anggota
komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Finansial usaha kelompok tani
ternak yang telah mendapat bantuan dari pemerintah melalui pola fasilitasi
Bantuan Langsung Masyrakat Program Pengembangan Agribisnis Peternakan
selama 3 tahun serta mencari alternatif strategi untuk pngembangan ternak sapi
potong yang lebih maju. Penelitian ini di laksanakan pada kelompok tani Jaya
Tani di Kecamatan Hamparan Perak, Melati di Kecamatan Sunggal dan
Kebangkitan Bangsa di Kecamatan Tanjung Morawa.
Hasil aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok
tani. Kelompok Tani Melati yang terbaik yaitu usaha pengembangan sapi potong
dengan bantuan ternak awal 62 ekor dengan hasil laba Rp. 437.502.800; Break
even poin produksi 58 ekor ; Break even poin harga Rp. 3.930.239/ ekor; B/C
Rasio 2 dan Return of investmen (ROI) 2,9 %. Dari hasil pengolahan data dapat
disimpulkan bahwa analisis financial program bantuan langsung masyarakat
pada pengembangan usaha ternak sapi potong di Kabupaten Deli Serdang layak
untuk Dikembangkan.
Matriks EFE (
Evaluasi Faktor Eksternal
) menghasilkan total nilai
tertimbang sebesar 3,296 dan matriks IFE (
Evaluasi Faktor Internal
) sebesar
2,766. Berdasarkan informasi ini, posisi kelompok berada pada tahap tumbuh
dan kembangkan sesuai dengan pemetaaan pada matriks IE (
Internal-External
)
Alternatif strategi yang dapat digunakan adalah strategi intensif dan strategi
integratif.
Matriks SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi. Selanjutnya
matriks QSPM menghasilkan urutan prioritas strategi yaitu (1) Perbaikan Mutu
genetik ternak.(2) Meningkatkan sarana dan prasarana (3) Meningkatkan jumlah
populasi ternak sapi untuk meningkatkan penjualan (4) Meningkatkan kemitraan
dan kerja sama yang baik dengan Pemerintah khususnya Dinas Pertanian dan
Pihak Keamanan (5) Persamaan persepsi antara pengurus dan anggota kelompok
(6) Melakukan evaluasi terhadap kinerja kelompok tani saat ini dan mulai
menyusun rencana serta target yang akan dicapai ke depan (7) Membuka Agen
pemasaran pada kelompok tani (8) Menjalin Kerjasama dengan pihak Perguruan
Tinggi, BUMN, Swasta maupun Bapak Angkat
Kata Kunci : Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Ternak Sapi.
ABSTRACT
Refli Sofyan Siregar
, 2012. Financial Analysis and Business
Development Strategies Beef Cattle Deli Serdang regency (Case Study of
Community Direct Assistance Program) Under the guidance of Mr.
Prof. Hasnudi MS as chairman of the committee supervising and Mrs. Dr. Diana
Nevy Hanafi.S.Pt M.Si as a member of the supervising committee.
This study aims to determine the business financial of livestock farmers
who have received help from the government through a pattern of facilitation
Help the community (BLM) Livestock Agribusiness Development Program
(PPAP) for 3 years as well as finding alternative strategies for beef cattle
pngembangan more advanced. The research was performed on Jaya farmers
Farmers in Silver Overlay District, the District Budget and the National
Awakening Sunggal at Tanjung Morawa District.
The results of the financial aspects in this study were divided into three
groups of farmers. Farmers Group Jasmine is the effort to aid the development
of beef cattle 62 head start with the analysis of income Rp. 437 502 800; Break
even point of production 58 head; Break even points for Rp. 3,930,239; B / C
ratio is 2.0 % and the return of the investments (ROI) 2.9 %.
EFE matrix resulted in a total weighted value of 3.296 and 2.766 for IFE
matrix.Based on this information, the position of the group at the stage of
growing and developing in accordance with the matrix pemetaaan
IE. Alternative strategies that can be used is the strategy of intensive and
integrative strategies.
SWOT matrix resulted in eight alternative strategies. Subsequently
generate a sequence of matrix QSPM strategic priorities: (1) Improvement of
genetic quality of livestock. (2) Improving facilities and infrastructure (3)
Increase the number of cattle population to increase sales (4) Increase the
partnership and good cooperation with the government especially the
Department of Agriculture and Security Parties (5) The equation of perception
between management and members of the group (6) To evaluate the
performance of farmers 'groups today and start making plans and targets to be
achieved in the future (7) Open the Agent marketing the farmers' group (8)
Establish Cooperation with the Universities, state, private and Mr Lift
Keywords: Feasibility Analysis and Development Strategy Cattle.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunung Tua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten
Padang Lawas Utara pada tanggal 22 Desember 1970. Penulis adalah anak
pertama dari enam bersaudara dari pasangan Almarhum Ayahanda Juhan
Siregar dan Almarhumah Ibunda Nursehan Br Harahap.
Penulis memulai pendidikan dasar di SD Negeri No. 1 Gunung Tua lulus
pada tahun 1984. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama
di SLTP Negeri 2 Gunung Tua pada tahun 1985 dan lulus pada tahun 1987.
Kemudian pada tahun 1990 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Pertanian Pembangunan (SPP) Swasta Stabat Jurusan Kesehatan Hewan
Kabupaten Langkat . Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai PPL
(Penyuluh Pertanian Lapangan) Honorer yang ditempatkan di Kecamatan Saipar
Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan sampai pada tahun 1993, Setelah
mengundurkan diri sebagai PPL honorer Peternakan , penulis mengikuti seleksi
sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Deli Serdang pada tahun
1993 sampai dengan sekararang. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan
pendidikan sarjana pada Universitas Panca Budi, Fakultas Pertanian Jurusan
Produksi Ternak dan Selesai pada tahun 2001, Pada tahun 2009 penulis
melanjutkan pendidikan Program Pascasarjana (S2) jurusan Ilmu Peternakan,
Universitas Sumatera Utara.
iii
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
judul
analisis kelayakan dan strategi pengembangan usaha ternak sapi potong
di Kabupaten Deli Serdang (studi kasus program bantuan langsung masyarakat).
Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS dan Ibu Dr. Nevy
Diana Hanafi. SPt, MSi. Selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
arahan. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada bapak Prof. Dr. Ir.
Zulfikar Siregar. MP, selaku Ketua Program Magister Ilmu Peternakan, dan
Bapak Prof.Dr.Ir.Darma Bakti. MP, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada juga terima
kasih kepada pihak kelompok Ternak Jaya Tani, Kebangkitan Bangsa dan Melati
yang telah memberikan izin dan tempat penelitian serta Dinas Pertanian
Kabupaten beserta staf, Badan Pusat Statistik beserta dan almarhum ayahanda
Juhan Siregar dan almarhumah Ibunda Nursehan Harahap adalah pasangan
suami istri yang sangat saya sayangi serta selalu diingat sampai akhir hayat serta
Istriku Rosniari Harahap, anakku yang kusayangi dan kucintai Mhd.Rizki
Andika Siregar atas segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan dari tesis ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah turut membantu selesainya penelitian ini.
Medan, Mei 2012
Refli Sofyan Siregar
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
i
ABSTRACT
ii
RIWAYAT HIDUP
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
LAMPIRAN.
... ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
3
Hipotesis Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Ternak Sapi Potong
5
Produktivitas Usaha Ternak Sapi
5
Faktor-Faktor Penentu Usahatani Ternak
7
Program Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)
8
Studi Finansial
9
Aspek-aspek Analisis Finansial ... 9
Analisis Laba Rugi
12
Definisi dan Konsep Manajemen Strategis
15
Proses dan Model Manajemen Strategis... ... 16
Kerangka Metode Penelitian
17
METODE PENELITIAN
21
Lokasi dan Waktu Penelitian
21
Jenis dan Sumber Data
21
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
22
Analisis Non Finansial ...
23
Analisis Finansial ...
24
Asumsi Dasar yang Digunakan ... 26
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong
27
Analisis Tiga Tahap Formulasi Strategi
28
HASIL DAN PEMBAHASAN
35
Karakteristik Wilayah Kabupaten Deli Serdang ...
35
Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Ternak... 40
Pengelolaan Usaha Sapi Potong Program BLM di Kab. Deli Serdang .. 41
Karakteristik Peternak Responden
.
42
Kelembagaan Pendukung Usahatani Ternak... 49
Analisis Aspek Non Finansial
49
Analisis Aspek Finansial
65
Arus Penerimaan (Inflow)...
65
Arus Pengeluaran (Outflow)
68
Hasil Analisis Finansial
71
Formulasi Strategi
73
Tahap Pencocokan
89
Tahap Keputusan... 92
KESIMPULAN DAN SARAN
94
Kesimpulan
94
Saran
95
DAFTAR PUSTAKA
96
LAMPIRAN
99
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1.
Populasi Ternak Sapi Potong di Kabupaten Deli Serdang
6
2.
Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal
29
3.
Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal
29
4.
Matriks External Factor Evaluation (EFE)
31
5.
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
31
6.
Matriks QSPM ...
34
7.
Luas masing-masing kecamatan, jumlah Kelurahan dan Desa
35
8.
Jenis Penggunaan Lahan
36
9.
Rata- rata Kelembaban Udara, Curah/ Hari Hujan, Penyinaran Matahari,
Kecepatan angin dan Penguapan di Kabupaten Deli Serdang Stasiun
Sampali
37
10. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin
38
11. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur
39
12. Sebaran penduduk yang bekerja berdasarkan lapangan usaha
utama ...
40
13 Data Kelompok Tani Penerima Program BLM ……….
41
14 Umur Peternak Sapi Potong Penerima Program BLM Kabupaten
Deli Serdang
43
16 Tingkat Pendidikan Peternak Sapi Potong Penerima Program
BLM Kabupaten Deli Serdang
44
17 Keikutsertaan Petani Dalam Pelatihan
45
18 Pekerjaan Utama Peternak Sapi Potong Penerima Program BLM
Kabupaten Deli Serdang
46
19 Pengalaman beternak Sapi Potong Penerima Program BLM
Menurut Kabupaten Deli Serdang
47
20 Jumlah Tanggungan Keluarga Peternak Sapi Potong Penerima
Program BLM Kabupaten Deli Serdang
48
21 Sistem Pemasaran di Tingkat Kelompok Petani BLM
53
13. Luas Kandang Kelompok penerima Program BLM di Kabupaten Deli
Serdang ...
56
14. Tatalaksana Pemeliharaan dan Bangunan Kandang ...
57
15. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) di Kabupaten Deli
Serdang...
58
16. Jenis dan luas tanaman rumput unggul pada setiap kelompok tani ternak
penerima program BLM Kabupaten Deli Serdang.
59
17. Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Kerja
64
18. Analsis laba rugi, break even poin produksi (BEP Produksi), break even
poin harga (BEP harga), B/C rasio dan Return of investment (ROI)
kelompok ternak.
71
19. Perhitungan Matriks EFE ( Evaluasi Faktor Eksternal )
75
20. Perhitungan Matriks IFE ( Evaluasi Faktor Internal )
82
21. Alternatif Strategi Pengembangan Usaha...
93
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1
Kerangka Pemikiran Operasional ………. 20
2
Diagram Matriks SWOT (Strangths, Weaknesses,Opportunities,
Threats) ... 33
3
Mekanisme Pemasaran Sapi Potong di daerah penelitian ... 52
4.
Matriks IE Kelompok Tani Program BLM PPA ...
89
5.
Matriks SWOT...
91
LAMPIRAN
No
Halaman
1.
Kepemilikan Ternak Anggota Kelompok Ternak Kebangkitan
Bangsa ...
99
2.
Kepemilikan Ternak Anggota Kelompok Ternak Melati... 100
3.
Kepemilkan Ternak Anggota Kelompok Ternak Jaya Tani... 101
4.
Penjualan ternak kelompok ternak Jaya Tani...
102
5
Penjualan Ternak Kelompok Ternak Melati...
103
4
Penjualan Ternak Kelompok Ternak Kebangkitan Bangsa... 105
5
Jumlah Penjualan Ternak Kelompok Kebangkitan Bangsa... 106
6
Jumlah Penjualan Ternak Kelompok Melati... .... 107
7
Penjualan Ternak Kelompok Jaya Tani... 109
8
Angsuran Pembayaran Perguliran Ternak Pada Kelompok tani
Ternak Penerima Program BLM di Kabupaten Deli Serdang... 110
9
Cash flow Kelompok Kebangkitan Bangsa...
113
10
Cash flow Kelompok Jaya Tani... 115
11
Cash flow Kelompok Melati...
117
12
Surat Perjanjian Bantuan Ternak Pemerintah (BLM ) ………
118
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : REFLI SOFYAN SIREGAR
Nim : 097040003
Program Studi : Ilmu Peternakan FP USU
Judul Tesis : ANALISIS FINANSIAL DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN DELI
SERDANG ( Studi Kasus Program Bantuan Langsung
Masyarakat)
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Ilmu Peternakan FP USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan, Mei 2012
Yang membuat Pernyataan
Judul
: Analisis Finansial Dan Strategi Pengembangan
Usaha Ternak Sapi Potong Di Kabupaten Deli
Serdang
(Studi Kasus Program Bantuan LangsungMasyarakat)
Nama Mahasiswa : Refli Sofyan Siregar
NIM : 097040003
Progam Studi : Ilmu Peternakan
Menyetujui:
Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
Prof.Dr.Ir.Hasnudi, MS Dr.Nevy Diana Hanafi, SPt.MSi
Ketua Progam Studi Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MP
Tanggal Ujian : 14 Juli 2012 Tanggal Lulus: 14 Juli 2012
Refli Sofyan Siregar, 2012.
Analisis Finansial dan Strategi
Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Kabupaten Deli Serdang (Studi
Kasus Program Bantuan Langsung Masyarakat ) dibawah bimbingan Hasnudi
sebagai ketua komisi pembimbing dan Nevy Diana Hanafi sebagai anggota
komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Finansial usaha kelompok tani
ternak yang telah mendapat bantuan dari pemerintah melalui pola fasilitasi
Bantuan Langsung Masyrakat Program Pengembangan Agribisnis Peternakan
selama 3 tahun serta mencari alternatif strategi untuk pngembangan ternak sapi
potong yang lebih maju. Penelitian ini di laksanakan pada kelompok tani Jaya
Tani di Kecamatan Hamparan Perak, Melati di Kecamatan Sunggal dan
Kebangkitan Bangsa di Kecamatan Tanjung Morawa.
Hasil aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok
tani. Kelompok Tani Melati yang terbaik yaitu usaha pengembangan sapi potong
dengan bantuan ternak awal 62 ekor dengan hasil laba Rp. 437.502.800; Break
even poin produksi 58 ekor ; Break even poin harga Rp. 3.930.239/ ekor; B/C
Rasio 2 dan Return of investmen (ROI) 2,9 %. Dari hasil pengolahan data dapat
disimpulkan bahwa analisis financial program bantuan langsung masyarakat
pada pengembangan usaha ternak sapi potong di Kabupaten Deli Serdang layak
untuk Dikembangkan.
Matriks EFE (
Evaluasi Faktor Eksternal
) menghasilkan total nilai
tertimbang sebesar 3,296 dan matriks IFE (
Evaluasi Faktor Internal
) sebesar
2,766. Berdasarkan informasi ini, posisi kelompok berada pada tahap tumbuh
dan kembangkan sesuai dengan pemetaaan pada matriks IE (
Internal-External
)
Alternatif strategi yang dapat digunakan adalah strategi intensif dan strategi
integratif.
Matriks SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi. Selanjutnya
matriks QSPM menghasilkan urutan prioritas strategi yaitu (1) Perbaikan Mutu
genetik ternak.(2) Meningkatkan sarana dan prasarana (3) Meningkatkan jumlah
populasi ternak sapi untuk meningkatkan penjualan (4) Meningkatkan kemitraan
dan kerja sama yang baik dengan Pemerintah khususnya Dinas Pertanian dan
Pihak Keamanan (5) Persamaan persepsi antara pengurus dan anggota kelompok
(6) Melakukan evaluasi terhadap kinerja kelompok tani saat ini dan mulai
menyusun rencana serta target yang akan dicapai ke depan (7) Membuka Agen
pemasaran pada kelompok tani (8) Menjalin Kerjasama dengan pihak Perguruan
Tinggi, BUMN, Swasta maupun Bapak Angkat
Kata Kunci : Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Ternak Sapi.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Krisis ekonomi yang terjadi di awal tahun 1997 juga berdampak negatif
terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini
sangat mengganggu stabilitas kehidupan sektor di Indonesia. Peran sektor
pertanian yang merupakan dasar bagi kelangsungan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan diharapkan mampu memberikan pemecahan permasalahan bagi
bangsa Indonesia. Sektor pertanian mempunyai 4 fungsi yang sangat fundamental
bagi pembangunan suatu bangsa yaitu (1) Mencukupi pangan dalam negeri, (2)
Penyediaan lapangan kerja dan usaha, (3) Penyediaan bahan baku untuk industri,
dan (4) penghasil devisa bagi negara ( Husodo
et al
.2009).
Setelah Swasembada beras tercapai pada tahun 2008, tantangan berikutnya
bagi rakyat Indonesia adalah bagaimana agar Indonesia dapat semakin mandiri
dalam memenuhi kebutuhan pangan hewani. Subsektor peternakan akan menjadi
semakin strategis di masa yang akan datang. Jika dilihat lebih dalam,
produk-produk peternakan seperti telur dan daging memiliki kadar protein yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tempe dan tahu. Protein telur sekitar 12,5 % dan
daging ayam mencapai 18,5 %. Sementara itu, protein tempe dan tahu hanya 11 %
dan 7,5%. UNICEF pun mengakui bahwa perbaikan gizi berlandaskan pemenuhan
kebutuhan protein memiliki andil sekitar 50 % dalam pertumbuhan ekonomi
negara-negara Eropa Barat seabad terakhir (Daryanto, 2009).
Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 ( PSDS -2014) merupakan
tekat bersama dan menjadi salah satu program utama dari program utama
Kementerian Pertanian yang terkait dengan upaya mewujudkan ketahanan pangan
hewani asal ternak. Swasembada daging sapi sudah lama didambakan oleh
masyarakat agar ketergantungan terhadap impor baik sapi bakalan maupun daging
semakinmenurun dengan mengembangkan potensi dalam negeri (Ditjen
Salah satu program yang saat ini sedang dilaksanakan pemerintah yakni
Program Pengembangan Agribisnis Peternakan (PPAP) dengan pola fasilitasi
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Lebih dari 90 % ternak sapi di Indonesia
dipelihara oleh peternak tradisional di pedesaan. Kondisi ini cenderung akan terus
berlangsung paling tidak sampai 2 – 3 dekade mendatang. Persoalan utama yang
menghadang pengembangan produktivitas ternak di Indonesia adalah kondisi
sosial ekonomi para peternaknya yang kebanyakan kaum lemah ekonomi dan
rendah pendidikan. keadaan ini sangat berpengaruh terhadap pola pemeliharaan
ternak yang dimilikinya. kebanyakan peternak hanya memberikan hijauan kepada
ternak yang dimilikinya sehingga ternak tersebut tidak dapat mencapai tingkat
produksi sesuai dengan potensi genetiknya. hal ini terjadi karena para peternak
tidak mempunyai cukup dana untuk membeli pakan penguat dalam jumlah cukup
untuk menopang tingkat produksi yang dikehendaki. Selain itu, banyak peternak
yang belum menyadari pentingnya peranan nutrisi makanan dalam produktivitas
ternak (Rianto dan Purbowati, 2009).
Penerapan pola BLM pada dasarnya bertujuan untuk memberdayakan
petani, dengan membuka peluang pada masyarakat dalam kelompok untuk
menentukan sendiri usaha yang akan dilakukan sesuai dengan ketentuannya,
mengambil keputusan sendiri tentang berapa banyak ternak akan dikelola, sistem
budidaya yang akan dilakukan, sistem pengembalian kredit dari anggota kepada
kelompok dan sistem pergulirannya. Secara terus menerus diharapkan pola ini
akan mampu melepas ketergantungan masyarakat kepada pemerintah, dan yang
paling penting dapat membantu masyarakat menentukan kebutuhan dan
kegiatannya secara mandiri dengan pendampingan dari pemerintah (Ditjen
Peternakan, 2002).
Pemberdayaan kelompok peternak melalui pola BLM telah dimulai
semenjak tahun 2000. Khusus untuk sub sektor peternakan, total dana yang telah
disalurkan sebesar Rp 78 M, dan telah mengembangkan 749 kelompok peternak,
baik kelompok peternak sapi potong, sapi perah, kambing/domba, babi, kerbau,
Perumusan Masalah
Beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian utama penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana Finansial dari pengembangan usaha kelompok usaha ternak sapi
potong program Bantuan Langsung Masyarakat ini, apakah sudah sesuai
diusahakan dilihat dari aspek finansial dan non finansial ?
2. Untuk mendapatkan posisi yang lebih berkembang dengan memiliki
keunggulan komparatif dan kompetitif, kelompok tani ternak penerima
program Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) ini harus mengetahui tujuan
yang hendak dicapai, mengetahui
kekuatan
dan
kelemahan
yang dimiliki saat
ini, serta mengetahui
peluang
dan
ancaman
yang datang dari luar sehingga
dapat dirumuskan suatu strategi yang sesuai bagi usaha kelompok tani . Oleh
karena itu, proses perumusan strategi sangat diperlukan kelompok tani untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. sehingga nantinya
didapat suatu strategi pengembangan usaha yang cocok bagi kelompok tani
ternak berdasarkan permasalahan yang dihadapi.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan di atas,
maka penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Menganalisis finansial usaha kelompok tani ternak sapi potong penerima
program BLM dari aspek finansial dan non finansial (aspek pasar, teknis,
manajemen dan social).
2.
Menganalisis faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan internal (kekuatan
dan kelemahan) yang dihadapi usaha kelompok ternak sapi potong penerima
program BLM.
3.
Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha kelompok tani ternak
sapi potong melalui analisis faktor eksternal dan internal.
4.
Menentukan prioritas strategi terbaik dalam pengembangan usaha kelompok
Hipotesis Penelitian
1.
Untuk usaha kelompok ternak sapi potong penerima program Bantuan
Langsung Masyarakat (BLM) layak untuk dikembangkan
2.
Program BLM di Kabupaten Deli Serdang memiliki peluang,kekuatan untuk
pengembangan usaha ternak sapi potong.
Manfaat Penelitian
1.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan yang
bermanfaat bagi usaha kelompok ternak sapi potong penerima program BLM
di Kabupaten Deli Serdang mengenai finansial usaha tersebut demi
keberlangsungan usahanya.
2.
Memberikan informasi tentang pelaksanaan program BLM terhadap usaha
ternak sapi potong di kabupaten Deli Serdang, dan sebagai masukan untuk
pelaksanaan program Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang lebih baik
dimasa datang.
3.
Menjadi rujukan bagi Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam
menentukan kebijakan dalam hal bentuk Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM) di bidang peternakan dimasa yang akan datang
TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Sapi Potong
Sapi potong asli Indonesia adalah sapi potong yang sejak dahulu kala
sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal adalah sapi potong yang asalnya
dari luar Indonesia, tetapi sudah berkembang biak dan dibudidayakan lama sekali
di Indonesia, sehingga telah mempunyai ciri khas tertentu. Sapi Bali (Bos
sondaicus) merupakan sapi potong asli Indonesia, sedangkan yang termasuk sapi
lokal adalah sapi Madura dan Sapi Sumba Ongole (PO). (Hardjosubroto,W.1994).
Di Indonesia terdapat beberapa jenis sapi dari bangsa tropis, beberapa jenis sapi
tropis yang sudah cukup popular dan banyak berkembangbiak di Indonesia adalah
sebagai berikut : (1) Sapi Bali, (2) Sapi Madura, (3) Sapi Ongole, (4) Sapi
American Brahman (Sudarmono dan Sugeng.2008).
Pemeliharaan sapi potong di Indonesia dilakukan secara ekstensif, semi
intensif dan intensif. Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif
hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan
sebaik mungkin sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi
tersebut dilepas dipadang pengembalaan dan digembalakan sepanjang hari
(Rianto dan Purbowati .2009).
Sektor peternakan sejak awal masa pembangunan merupakan salah satu sektor
yang mampu menyerap tenaga kerja cukup besar. Mungkin hal tersebut
disebabkan oleh besarnya penduduk yang tinggal di pedesaan dan berprofesi
sebagai peternak ( Santosa, 1997).
Produktivitas Usaha Ternak Sapi
Kebutuhan akan daging sangat erat kaitannya dengan suplai daging dari
dalam negeri masih belum diimbangi oleh suplai yang memadai. Data Direktorat
Jenderal Peternakan menyebutkan bahwa populasi sapi potong di indonesia pada
tahun 2008 hanya 11,26 juta ekor dengan produksi daging sapi nasional mencapai
249.925 ton. Sementara itu, kebutuhan konsumsi daging nasional diperkirakan
hanya mampu memenuhi 64,9 % dari kebutuhan konsumsi . Artinya, Indonesia
masih kekurangan 135.110 ton (35,1 %) daging sapi (Rianto dan Purbowati .2009)
Tabel 1. Populasi Ternak Sapi Potong di Kabupaten Deli Serdang
Tahun / Ekor
No
Kecamatan
2009
2010
2011
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Gunung Meriah
STM Hulu
Kutalimabru
Sibolangit
Pancur Batu
Namorambe
Biru – biru
STM Hilir
Bangun Purba
Galang
Tanjung Morawa
Patumabak
Deli Tua
Sunggal
Hamparan Perak
Labuhan Deli
Percut Sei Tuan
Batang Kuis
Pantai Labu
Beringin
Lubuk Pakam
Pagar Merbau
-
248
6.877
454
3.019
2.616
295
1.434
3.486
1.609
2.230
617
413
2.443
7.870
683
6.000
2.170
243
716
566
280
2
410
6.901
690
3.234
5.307
264
11.435
3.574
3.134
2.037
649
513
3.196
10.697
818
7.384
1.419
250
1.627
422
1.305
17
326
6.246
664
3.034
5.503
269
8.950
3.968
3.064
2.497
2.145
656
4.341
14.787
946
8.645
1.038
2..582
708
595
1.403
Sumber : Kabupaten Deli Serdang dalam angka 2009, 2010,2011.
Ternak Sapi sebagai dalah satu Sumber makanan berupa daging,
produktivitasnya masih jauh yang diharapkan dari target yang diperlukan oleh
faktor yang menyebabkan produksi daging masih rendah, antara lain sebagai
berikut.
1. Populasi rendah
Rendahnya populasi ternak sapi karena umumnya sebagian besar ternak
sapi yang dipelihara oleh peternak masih dalam skala kecil, dengan lahan dan
modal yang sangat terbatas.
Ternak sapi yang dipelihara ini juga masih merupakan bagian dari seluruh
usaha pertanian dan pendapatan total.Tentu saja usaha berskala kecil ini terdapat
banyak kelemahan, antara lain sebagai produsen perorangan pasti tidak dapat
memamfaatkan sumber daya produktivitas yang tinggi seperti pada sektor usaha
besar dan modern, sebab pada usaha skala usaha kecil ini, baik dalam pengadaan
pakan, bibit, transportasi, maupun pemeliharaan akan menjadi jauh lebih mahal
bila dibanding dengan usaha skala besar.
2. Produksi rendah
Tingkat produksi rendah akibat faktor tujuan pemeliharaan dan
penggunaan bibit belum memadai, serta pakan yang tersedia. Pada umumnya
ternak sapi yang dipelihara terdiri dari beberapa tujuan sehingga produksi ternak
sapi per unit rendah, hal ini menyebabkan banyak ternak sapi yang dipelihara
terus sampai umur tua, kasus ini akan menyebabkan penundaan pemotongan
ternak, terlebih lagi sampai saat ini petani masih menggunakan ternak sapi sebagai
tenaga kerja sehingga tidak dapat dipastikan sampai kapan sapi tidak
dipergunakan untuk tenaga kerja, (Sudarmono dan Sugeng.2008).
Faktor-faktor Penentu Usahatani Ternak
Petani sebagai menejer akan berhadapan dengan berbagai alternatif yang
harus diputuskan mana yang harus dipilih untuk diusahakan. Petani harus
menentukan jenis tanaman atau ternak yang akan diusahakan, menentukan
cara-cara berproduksi, menentukan cara-cara-cara-cara pembelian sarana produksi, menghadapi
tentang biaya, mengusahakan permodalan dan sebagainya. Untuk itu diperlukan
keterampilan, pendidikan, dan pengalaman yang akan berpengaruh dalam proses
Dwiyanto
et al
(1996) menyatakan bahwa sebagai negara tropis di
kawasan khatulistiwa dengan areal yang cukup luas, maka persediaan bahan
pakan ternak sebetulnya bukan merupakan kendala dalam usaha peternakan sapi
potong. Banyak potensi bahan baku pakan lokal yang belum diolah atau
dimanfaatkan secara maksimal antara lain berupa limbah industri perkebunan,
tanaman pangan.
Mubyarto (1994) menyatakan bahwa modal diartikan sebagai barang atau
uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan
barang-barang baru dalam hal ini hasil pertanian. Modal petani yang berupa
barang di luar tanah adalah ternak beserta kandang, cangkul, bajak dan alat-alat
pertanian lain, pupuk, bibit, hasil panen yang belum dijual, tanaman yang masih
disawah dan lain-lain. Modal terbagi atas modal tetap dan modal lancar, modal
tetap adalah jenis-jenis modal yang terdiri dari : lahan, bangunan, alat-alat
pertanian, tanaman dilapangan, ternak kerja dan ternak produksi. Modal lancar
adalah modal yang sewaktu-sewaktu dapat dijadikan uang tunai.
Program Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)
Program Pengembangan Agribisnis (PPA) yang dijabarkan melalui Proyek
PPA merupakan upaya pemberdayaan yang menggunakan pendekatan usaha
kelompok dan dikelola oleh manajemen yang profesional (business oriented).
Kelompok bukan hanya memelihara ternak tetapi lebih kepada mengusahakannya,
dengan melakukan kegiatan usaha ekonomi yang produktif, yang pada akhirnya
diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
peningkatan kesejahteraan
anggota kelompoknya.
Ditjen Peternakan (2001) menyatakan bahwa tujuan dari Program Bantuan
Langsung masyarakat (BLM) yang ingin dicapai adalah :(1) Mendorong
berkembangnya usaha peternakan berwawasan bisnis
,
(2) Menghasilkan produk
peternakan yang berdaya saing
,
(3) Menghasilkan nilai tambah melalui
pengolahan hasil pertanian. (4) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
peternak sekaligus mendorong tumbuhnya ekonomi wilayah pedesaan
.
Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat agribisnis melalui
berupa: perkembangan kelompok dan anggota yang menerima perguliran,
perkembangan jumlah kepemilikan ternak, mengakomodir aspirasi anggota,
kerjasama dengan stakeholder lainnya; (2) aspek usaha berupa: meningkatnya
peran masyarakat disekitar kelompok dalam mengembangkan usaha dan peluang
usaha, meningkatnya kerjasama anggota dalam menanggulangi resiko usaha,
perkembangan dalam permodalan kelompok, meningkatnya kemampuan
kelompok dalam melakukan analisa, perencanaan dan memonitor sendiri kegiatan
yang dilakukan; (3) aspek teknis usaha ; optimasi pemanfaatan sarana produksi,
peningkatan produksi dan produktivitas ternak melalui peningkatan kelahiran dan
berkurangnya resiko kematian (Ditjen Peternakan, 2002).
Studi Finansial
Menurut Soeharto dan Iman (1999), investasi dapat dilakukan oleh swasta
maupun negara dengan motif keuntungan finansial ataupun keuntungan non
finansial. Pihak swasta lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi,
sedangkan pemerintah dan lembaga nonprofit melihat apakah proyek bermanfaat
bagi masyarakat luas yang berupa penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan
sumberdaya yang melimpah, dan penghematan devisa. Semakin luas skala proyek
maka dampak yang dirasakan baik secara ekonomi maupun sosial semakin luas.
Aspek-aspek Analisis Finansial
Aspek-aspek dalam studi finansial adalah bidang kajian dalam studi
finansial tentang keadaan objek tertentu, yang dilihat dari fungsi-fungsi bisnis.
Menurut Subagyo (2007), pembagian dan pengkajian aspek-aspek dalam
studi kelayakan terbagi menjadi dua bagian yaitu aspek primer dan aspek
sekunder. Aspek primer merupakan aspek yang utama dalam penyusunan studi
kelayakan. Aspek primer ini ada dalam semua sektor usaha yang terdiri dari :
aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan
organisasi, aspek hukum, serta aspek ekonomi dan keuangan. Aspek sekunder
adalah aspek pelengkap yang disusun berdasarkan permintaan instansi/lembaga
yang terkait dengan objek studi, yaitu aspek analisis mengenai dampak
Secara umum analisis kelayakan terbagi menjadi aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek finansial.
1) Aspek Pasar
Evaluasi aspek pasar sangat penting dalam pelaksanaan studi kelayakan
proyek. Salah satu syarat agar pemasaran berhasil, proyek yang akan dilaksanakan
harus dapat memasarkan hasil produksinya secara kompetitif dan menguntungkan.
Analisis aspek pasar terdiri dari rencana perasarana output yang dihasilkan oleh
proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan
pelaksanaan proyek (Gittinger, 1986). Kriteria kelayakan pada aspek pasar
dikatakan layak apabila usaha kambing perah memiliki peluang pasar, artinya
potensi permintaan lebih besar dari penawaran.
Keberhasilan dalam menjalankan usaha perlu adanya strategi pemasaran
dan pengkajian aspek pasar dengan cermat. Hal yang dapat dipelajari bentuk pasar
yang dimasuki, komposisi dan perkembangan permintaan dimasa lalu dan
sekarang.
2) Aspek Teknis
Pengkajian aspek teknis dalam studi kelayakan dimaksudkan untuk
memberikan batasan garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan
dengan perwujudan fisik proyek. Aspek teknis memiliki pengaruh besar terhadap
perkiraan biaya dan jadwal kegiatan yang dilakukan nantinya, karena akan
memberikan batasan-batasan lingkup proyek secara kuantitatif (Soeharto dan
Iman, 1999). Indikasi suatu proyek dikatakan layak dalam menjalankan
usahanya dapat dilihat dari adanya perkembangan produksi yang dihasilkan,
lokasi usaha yang strategis, dalam artian mudah dijangkau keberadaannya.
Infrastruktur yang mendukung seperti fasilitas jalan, listrik, transportasi,
pengadaan bahan baku serta sarana produksi mudah diperoleh, dan bentuk layout
usaha tertata secara sistematis guna memudahkan dalam proses produksi.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) aspek teknis merupakan suatu
aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan
operasi setelah proyek selesai dibangun.
Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi
yang digunakan, proses produksi yang dilakukan dan jenis teknologi yang
digunakan.
3) Aspek Manajemen
Analisis ini berkaitan dengan hal-hal yang berkenaan dengan
pertimbangan mengenai sesuai tidaknya proyek dengan pola sosial budaya
masyarakat setempat, susunan organisasi proyek dengan pembentukan tim kerja,
pembagian kerja,pembuatan rencana kerja agar sesuai dengan prosedur organisasi
setempat,kesanggupan atau keahlian staf yang ada untuk mengelola proyek.
Menurut Subagyo (2007) Struktur organisasi manajemen proyek disusun
berdasarkan skala dan kompleksitas proyek. Semakin besar skala proyek, semakin
kompleks struktur yang diterapkan.
4) Aspek Sosial
Analisis sosial berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari
investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial harus
dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek tanggap
(responsive)
terhadap keadaan sosial (Gittinger 1986).
Dampak positif pembangunan proyek pada masyarakat sekitar antara lain
adalah ikut menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan penduduk
sekitar, baik secara langsung maupun tidak langsung, peningkatan fasilitas
infrastruktur umum dan lain sebagainya. Dampak negatif yang ditimbulkan bisa
berupa pencemaran lingkungan karena limbah, hingga faktor keamanan yang
tidak nyaman untuk berinvesatasi.
5) Aspek Finansial
Gittinger (1986) menyatakan bahwa analisa proyek pertanian adalah untuk
membandingkan biaya-biaya dengan manfaatnya dan menentukan proyek-proyek
yang mempunyai keuntungan yang layak. Suatu proyek dapat dilaksanakan atau
tidak, bila hasil yang diperoleh dari proyek dapat dibandingkan dengan sumber
sumber yang diperlukan (biaya). Dana yang diinvestasikan layak atau tidaknnya
akan diukur melalui kriteria investasi
net present value
,
net benefit cost ratio
, dan
Internal Rate of Return.
Menurut Umar (2005), tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu
perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara
pengeluaran dan pendapatan seperti ketersediaan dana, modal, kemampuan
proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan
dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus. Kritertia investasi
yang digunakan yaitu analsis laba rugi, break even point produksi (BEP
Produksi), break even poin harga (BEP harga), B/C rasio dan Return of
investment (ROI).
Analisis Rugi-Laba
Laporan rugi laba adalah laporan yang memuat ikhtisar dari pendapatan
dan biaya-biaya dari suatu kesatuan usaha untuk suatu periode tertentu. Tujuan
dari penyusunan rugi atau laba disini adalah untuk mengukur kemajuan atau
perkembangan perusahaan dalam menjalankan fungsinya (Tunggal, 1997).
Lipsey
et al
. (1995) menyatakan bahwa : keuntungan adalah selisih antara
hasil yang diterima dari penjualan dengan biaya sumber daya yang telah
digunakan untuk memproduksinya, jika biaya lebih besar dari penerimaan maka
keuntungan negatif yang diperoleh dapat dinamakan rugi.
Keuntungan (laba) suatu usaha ditentukan oleh selisih antara total
penerimaan (
total reserve)
dan total pengeluaran
(total cost)
atau secara
matematis dapat dituliskan K = TR-TC (Soekartawi
et al
., 1986).
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan
hasil usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah
pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Laporan
laba-rugi (
balance sheet
) adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan
yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu.
Pada setiap jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun), perusahaan perlu
memperhitungkan hasil usaha perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan
laba-rugi.
Hasil usaha tersebut didapat dengan cara membandingkan penghasilan dan
biaya selama jangka waktu tertentu. Besarnya laba atau rugi akan diketahui dari
Laba atau rugi digunakan untuk menggambarkan kondisi suatu usaha
bisnis dalam periode tertentu, akan menimbulkan laba atau rugikah hasilnya.
(Rahardi
et al
., 1996).
B/C Rasio (
benefit cost ratio)
Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi
suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya
pemasukan dibagi besarnya korbanan, dimana bila :
B/C Ratio > 1 = efisien
B/C Ratio
═ 1 = impas
B/C Ratio < 1 = tidak efisien
Analisis tingkat kelayakan usaha tani atau B/C ratio. Benefit Cost Ratio (B/C
ratio) bisa digunakan dalam analisis kelayakan usaha tani, yaitu perbandingan
antara total pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan.
B/C ratio = Total Pendapatan (Rp.)
Total Biaya Produksi (Rp.) (Cahyono, 2002).
Soekartawi
et al
. (1986) menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan
memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio > 1. Semakin besar nilai B/C Ratio
maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai B/C
Rationya maka semakin tidak efisien usaha tersebut.
Analisis BEP (
break even point)
Analisis titik impas atau pulang modal (BEP) adalah suatu kondisi yang
menggambarkan bahwa hasil usaha tani yang diperoleh sama dengan modal yang
dikeluarkan. Dalam kondisi ini, usaha tani yang dilakukan tidak menghasilkan
keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian.
1. BEP Volume Produksi
BEP Volume Produksi menggambarkan produksi minimal yang harus
dihasilkan, agar usaha tani tidak mengalami kerugian.
BEP = Total Biaya Produksi (Rp.)
2. BEP Harga Produksi
BEP Harga Produksi menggambarkan harga terendah dari produk yang
dihasilkan. Apabila harga ditingkat petani lebih rendah dari pada harga BEP,
maka usaha tani akan mengalami kerugian.
BEP = Total Biaya Produksi (Rp.)
Total Produksi (Kg)
(Cahyono, 2002).
BEP (
break even point
) dimaksudkan untuk mengetahui titik impas (tidak
untung dan juga tidak rugi) dari usaha bisnis yang diusahakan tersebut. Jadi dalam
keadaan tersebut pendapatan yang diperoleh sama dengan modal usaha yang
dikeluarkan (Rahardi
et al.,
1993)
3. ROI (
return on investment
)
ROI (
return on investment
) merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas
jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang
efisiensi manajemen. Ratio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang
dikendalikannya dengan mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya ratio ini
diukur dengan persentase. Ratio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana
perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah)
ratio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya ratio ini digunakan
untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan
(Kasmir dan Jakfar, 2003).
Analisis tingkat efisiensi penggunaan modal ROI (
return on investment
)
dalam analisis usaha untuk mengetahui keuntungan usaha, berkaitan dengan
modal yang telah dikeluarkan. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh
keuntungan yang dicapai dan perputaran modal, yang dapat dihitung dengan
rumus :
ROI = Keuntungan Usaha Tani x 100 %
Modal Usaha
4. Metode Penyusutan
Untuk menghitung pajak penghasilan yang merupakan komponen dalam
laba rugi dan
cash flow
diperlukan perhitungan penyusutan aktiva tetap. Metode
penyusutan yang digunakan adalah metode penyusutan garis lurus. Secara
matematis, rumus penyusutan garis lurus yaitu sebagai berikut (Soeharto dan
Iman, 2001):
Penyusutan = Nilai perolehan - Nilai sisa
Umur Ekonomis
Definisi dan Konsep Manajemen Strategis
Strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan dan
merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh, dan terpadu yang mengaitkan
keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan yang dirancang
untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan strategi yang tepat oleh perusahaan (Jauch dan Glueck 1996).
Kegiatan yang terencana dan menyeluruh ini merupakan kegiatan manajemen
strategis.
Dalam konteks manajemen, istilah strategis menunjukkan bahwa
manajemen strategis memiliki cakupan proses manajemen yang lebih luas hingga
pada tingkat yang lebih tepat dalam penentuan misi dan tujuan organisasi dalam
konteks keberadaannya dalam lingkungan eksternal dan internalnya. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan oleh David (2006) bahwa manajemen strategis adalah ilmu
dan seni untuk merumuskan, mengimplementasikan, danmengevaluasi keputusan
lintas fungsi yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya.
Selain itu, dapat juga dikatakan bahwa manajemen strategis adalah sebuah
proses manajemen atas fungsi keputusan-keputusan pada manajer yang
menghubungkan tiga faktor kunci, yaitu lingkungan tempat perusahaaan
melakukan kegiatan, sumberdaya yang dimiliki yang siap melayani serta harapan
dan tujuan berbagi kelompok penunjang untuk kelangsungan hidupnya.
Berhubungan dengan itu, Kotler (2002) mendefinisikan manajemen strategis
kesesuaian yang layak antara sasaran dan sumberdaya perusahaan dengan peluang
pasar yang selalu berubah.
Manajemen strategi memiliki pengertian yang cukup luas bagi suatu
perusahaan. Manajemen strategi merupakan suatu integrasi antara sistem
administrasi, struktur dan budaya organisasi dengan pengambilan keputusan
strategi dan operasional pada setiap tingkat hierarki dalam perusahaan. Oleh
karena itu, manajemen strategi adalah suatu proses yang berlangsung
terusmenerus dan bertahap yang bertujuan untuk menjaga organisasi secara
keseluruhan dapat sesuai dengan lingkungannya.
Menurut Thompson (1989
),
manajemen strategis memiliki lima langkah
dalam pelaksanaannya, yaitu: (1) Mendefinisikan bisnis dan membangun misi
perusahaan; (2) Menerjemahkan misi perusahaan tersebut dalam tujuan jangka
panjang dan jangka pendek; (3) Menyusun strategi yang sesuai dengan situasi dan
dapat mencapai target pelaksanaan; (4) Mengimplementasikan strategi; dan (5)
Mengevaluasi pelaksanaan, me-
review
kembali situasi, dan memulai perbaikan
yang cocok.
Proses dan Model Manajemen Strategis
Proses manajemen strategis merupakan cara yang dilakukan oleh para
perencana untuk menentukan sasaran dalam membuat kesimpulan strategis.
Proses manajemen strategis dikatakan sebagai proses yang berkelanjutan dan
berulang karena ini tidak akan berhenti selama perusahaan tersebut masih
beroperasi. Ia akan membentuk siklus atau daur hidup yang selalu disesuaikan
dengan perubahan zaman. Proses ini akan terdiri dari beberapa tahapan yang
dimulai dari tahap pertama menuju tahap berikutnya sampai tahap terakhir dan
kemudian akan kembali lagi pada tahap pertama untuk menyusun kembali strategi
selanjutnya yang lebih baik lagi bagi kelompok tani..
Seperti yang dikatakan David (2006) bahwa manajemen strategis terdiri
dari tiga tahapan yaitu tahap formulasi strategi, tahap implementasi strategi, dan
tahap
evaluasi strategi. Model komprehensif manajemen strategis
menggambarkan tahapan proses yang dilakukan dalam pengkajian manajemen
Untuk mengukur keberhasilan suatu program pengembangan usaha
peternakan di pedesaan diperlukan suatu sistem monitoring dan evaluasi secara
berkala terhadap program dan kegiatan yang dilaksanakan, agar dapat diperoleh
masukan mengenai tingkat keberhasilan dan kendala yang ditemui dalam
pelaksanaan. Evaluasi dapat dilakukan dalam tiga tahap ; yaitu evaluasi terhadap
masukan (input evaluation) meliputi aspek teknis, (2) evaluasi terhadap luaran
(output evaluation) meliputi angka kelahiran, angka kematian, dan (3) evaluasi
terhadap dampak program tersebut terhadap petani ternak (Impact evaluation)
termasuk tingkat pendapatan peternak dan lapangan kerja yng diciptakan melalui
program tersebut (Dwiyanto
et al
, 1996).
Kerangka Metode Penelitian
Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, setiap daerah didorong
untuk mampu mengembangkan komoditas unggulan sebagai pemasukan bagi
pendapatan daerah. Salah satu komoditas pada subsektor peternakan yang
memiliki potensi besar untuk dikembangkan pemerintah daerah adalah ternak sapi
potong . Sapi potong merupakan ternak yang menghasilkan daging dan produk
sampingan seperti kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk
organik. Selain itu, usaha ternak sapi potong akan mendukung Pemerintah dalam
rangka Swasembada Daging 2014.
Daging sapi memiliki daya jual yang lebih tinggi dibandingkan harga
daging ternak lainnya menjadikan minat peternak untuk mengembangkan usaha
ternak sapi potong . Adanya peluang bisnis tersebut menyebabkan banyak orang
tertarik berinvestasi langsung pada sub sektor peternakan, khususnya ternak sapi
potong
Ternak sapi potong adalah salah satu usaha kelompok tani ternak yang
mendapat Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari Pemerintah yang berada di
Kabupaten Deli Serdang yang berlokasi di Kecamatan yang terdiri dari lima
kelompok ternak dengan lokasi di kecamatan Tanjung Morawa, Kutalimbaru,
Labuhan Deli, Sunggal dan Pancur Batu.
Bantuan Modal Usaha dari Pemerintah sudah digulirkan kepada
kelompok tani ternak yang mengembangkan usaha ternak sapi potong sampai
dengan tahun 2008 sebanyak 5 kelompok tani ternak. Selama usaha ternaknya
berjalan, kelompok tani ternak telah mengeluarkan biaya investasi yang tidak
sedikit, mengingat setiap usaha yang dilaksanakan memiliki risiko. Oleh karena
itu perlu dilakukan pengkajian kelayakan usaha pada saat merencanakan dan
mengembangkan usaha tersebut. Analisis kelayakan ini dapat dilihat dari aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek social dan aspek financial.
Pelaksanaan Analisis kelayakan yang di lakukan pada kelompok tani
ternak di Kabupaten Deli Serdang yang mendapat Bantuan Modal dari Pemerintah
dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) juga sangat perlu dilakukan
analisis strategi untuk mendapatkan pengembangan usaha yang lebih baik untuk
menghadapi permasalahan yang ada.
Dalam perjalanannya, mulai awal berdiri sampai sekarang kelompok tani
ternak belum mampu berkembang dengan optimal, sehingga perkembangan
usahanya selalu naik-turun. Hal ini karena Kelompok tani ternak selalu
dihadapkan dalam berbagai masalah, baik yang datang dari dalam (internal)
maupun dari luar (eksternal). Permasalahan ini berdampak pada produktivitas dan
besarnya penerimaan kelompok. Akan tetapi disamping permasalahan yang
dihadapi, kelompok tani ternak ini juga memiliki sejumlah keunggulan dan
peluang yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok tani ternak untuk
mengembangkan usahanya Oleh karena itu, untuk dapat menghadapi
permasalahan tersebut, kelompok tani ternak perlu menyusun strategi yang tepat
berdasarkan kekuatan dan peluang serta kelemahan dan ancaman yang dihadapi .
Proses perumusan strategi didasarkan pada peran atau kontribusi
Kelompok tani ternak sebagai peternak sapi potong yang mendapatkan Bantuan
Langsung Masyarakat (BLM) di Kabupaten Deli Serdang yang memiliki potensi
cukup besar sebagai tujuan yang akan dicapai nantinya.
Dilakukan pengidentifikasian untuk mengetahui kondisi kelompok saat
ini. Dari hasil identifikasi akan diketahui bagaimana posisi kelompok saat ini dan
strategi apa saja yang telah dilakukan oleh kelompok dalam menjalankan
usahanya. Informasi ini perlu diketahui dalam penyesuaian strategi yang akan
Tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi permasalahan-permasalahan
yang dihadapi kelompok saat ini dalam pengembangannya. Selanjutnya dilakukan
analisis lingkungan eksternal dan internal yang dimiliki oleh kelompok. Analisis
eksternal (Matriks EFE) mencakup lingkungan umum, yaitu lingkungan politik,
ekonomi, sosial budaya, teknologi, dan lingkungan kelompok. sedangkan analisis
internal (Matriks IFE) mencakup lingkungan manajemen, pemasaran, produksi,
keuangan, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen.
Selanjutnya dengan analisis SWOT akan diperoleh beberapa alternatif
strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha ternak sapi potong
pada kelompok tani ternak. Pada tahap akhir akan diperoleh keputusan alternatif
strategi terbaik yang paling tepat untuk diterapkan dengan menggunakan alat
analisis QSPM (
Quantitative Strategic Planning Matrix
), Hasil analisis ini juga
akan menghasilkan urutan prioritas strategi-strategi pengembangan yang dapat
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Apakah usaha ternak sapi potong layak dijalankan atau tidak
Permasalahan dalam perkembangannya : ●Penguatan modal usaha kelompok ●kelembagaan kelompok
●Sumberdaya yang belum teroptimalkan
Faktor Eksternal
●LingkunganUm um(Politik,ekono mi, sosial budaya, dan teknologi) ● Lingkungan kelompok ternak Faktor Internal ● Lingkunga Internal ●Manajemen ●Pemasaran ●Produksi/Operas i ●Keuangan
Aspek non finansial
●Aspek pasar ●Aspek teknis ●Aspek manajemen ●Aspek sosial
Pengusahaan Ternak Sapi Potong Program BLM pada Kelompok Ternak
Aspek finansial Analisis kreteria ekonomi
●Analisis Rugi Laba ● B/C Ratio (benefit cost
ratio)
● BEP (break even point) harga (Rp).
● BEP (break even point)produksi (ekor).
●ROI (return oninvestment)
●Adanya prospek dan peluang bisnis ternak sapi potong pada kelembagaan kelompok tani ternak. ●Memiliki potensi dan peranan besar dalam pengembangan usaha ternak Sapi Potong di Kabupaten Deli Serdang
Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Program BLM
Matriks IFE
Matriks EFE
Matriks SWOT
QSPM ( Quantitative Strategic Planning Matrix )
• Layak (lanjutkan usaha ) • Tidak layak (sebaiknya
perbesar skala usaha atau di investasikan ke usaha lain)
Prioritas Strategi Terbaik
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama tigaa bulan dari bulan juni sampai agustus
meliputi pengambilan data sampai dengan penulisan laporan. Penelitian
dilakukan di kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan daerah
penelitian dilakukan secara Purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa, di
kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu sentra produksi ternak sapi potong
di Sumatera Utara dan telah melaksanakan program BLM (Bantuan Langsung
Masyarakat) di tiga lokasi yakni Kecamatan Tanjung Morawa, Labuhan Deli,
Sunggal.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan dan
data sekunder
baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
a)
Data Primer
Data primer menyangkut :1. Aspek non finansial (Aspek pasar, Aspek
teknis, Aspek manajemen, Aspek sosial ) 2. Aspek financial, yang diperoleh
secara langsung melalui pengamatan dan wawancara lebih mendalam (
indepth
interview
), Daftar Pertanyaan (Kuisioner) dengan ketua kelompok peternak. serta
Anggota penerima Bantuan Langsung Masyarakat ( BLM) 3.Analisis Swot yang
diperoleh dengan wawancara dan pengisian Kuisioner untuk menguji Analisis
Strategi oleh salah satu Pejabat dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang dan
yang langsung mengetahui/ membimbing peternak penerima program Bantuan
Langsung Masyarakat.
b) Data sekunder
Diperoleh dari catatan-catatan serta dokumentasi dari pihak atau instansi
yang terkait, seperti Departemen Pertanian, Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Sumatera Utara, Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Deli Serdang, dan Perpustakaan. yang dapat dijadikan sebagai
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
aspek-aspek budidaya sapi potong secara umum meliputi analisis aspek pasar,
aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, dan aspek sosial
Kelompok Peternak penerima Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat ( BLM) .
Analisis kuantitatif meliputi analisis kelayakan finansial pengusahaan ternak sapi.
Analisis kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan kriteria-kriteria
investasi yaitu analsis laba rugi, break even poin produksi (BEP Produksi), break
even poin harga (BEP harga), B/C rasio dan Return of investment (ROI)
Dalam pengolahan data untuk Strategi, bobot yang diberikan terhadap kedua
responden berbeda. Analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran
menyeluruh yang mendalam mengenai objek penelitian
Responden pertama yang merupakan pihak internal (Pimpinan Balai
Penyuluh Pertanian) diberi bobot 60 persen dan Pejabat Dinas Pertanian
Kabupaten Deli Serdang dari pihak eksternal bidang Peternakan diberi bobot 40
persen. Dengan pertimbangan bahwa responden pertama lebih mengetahui kondisi
internal kelompok tani ternak daripada responden kedua. Selain itu, responden
kedua tidak mempunyai pengaruh dalam pengambilan kebijakan atau keputusan
dalam Kelompok tani ternak sehingga diberikan bobot yang lebih kecil.
Pemberian bobot ini dilakukan pada tahap penilaian
rating
, bobot, dan
attractiveness score
.
Informasi yang diperoleh pada tahapan ini akan dianalisis menggunakan
Analisis Tiga Tahap Formulasi Strategi, Matriks EFE dan Matrik IFE, Analisis
Analisis Non Finansial
1) Analisis Aspek Pasar
Analisis aspek pasar dapat dilihat dari sisi output yaitu terdapat suatu
permintaan yang efektif akan didapatkan penerimaan yang menguntungkan dari
kegiatan pemasaran. Dari sudut pandangan input yaitu mengkaji pasar input dan
pasar output, harga, bagaimana penawaran baik informasi di masa lalu maupun
dimasa yang akan datang, distribusi atau jalur pemasaran untuk input, proporsi
penjualan untuk pasar yang dituju, persaingan yang dihadapi, perkiraan penjualan,
dan kendala dalam pemasaran produk output.
2) Analisis Aspek Teknis
Aspek teknis dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran
mengenai lokasi budidaya sapi potong, agroklimat, besar skala operasi/luas
produksi, ketersediaan input, fasilitas produksi dan peralatan yang digunakan,
ketepatan penggunaan teknologi, dan perencanaan output serta kendala produksi
yang dapat terjadi, serta proses produksi yang dilakukan.
3) Aspek Menejemen
Aspek ini dapat dilihat berdasarkan sesuai tidaknya usaha dengan pola
sosial budaya masyarakat setempat, spesifikasi keahlian dan tanggung jawab
pihak yang terlibat untuk mengelola usaha. Mengkaji struktur organisasi dalam
kelompok tani ternak, bagaimana bentuk organisasi/ kelembagaan dalam
kelompok dan Proses BLM dari Pemerintah kepada Kelompok tani ternak.
4) Analisis Aspek Sosial
Aspek sosial dapat dilakukan dengan menganalisis perkiraan dampak yang
ditimbulkan terhadap berjalannya usaha terhadap kondisi sosial masyarakat,
lingkungan maupun terhadap manfaat-manfaat kegiatan kelompok secara
menyeluruh. Aspek lingkungan dikaji secara deskriptif untuk mengetahui dampak
yang ditimbulkan oleh kegiatan usaha ternak sapi potong Program Bantuan
Analisis Finansial
1)
Analisis Aspek Finansial
Dalam melakukan analisis finansial diperlukanlah kriteria investasi yang
digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria investasi
yang digunakan yaitu analsis laba rugi, break even poin produksi (BEP Produksi),
break even poin harga (BEP harga), B/C rasio dan Return of investment (ROI).
Analisis kelayakan investasi dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun aliran
tunai diskontokan
(discounted cashflow)
karena adanya pengaruh waktu terhadap
nilai uang atau semua biaya dan manfaat yang akan datang harus diperhitungkan
(Umar,2005).
Total Biaya Produksi
Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan suatu produk, diperoleh dengan cara menghitung :
-
Biaya pembelian bibit
-
Biaya pakan
-
Biaya obat-obatan
-
Biaya sewa kandang
-
Biaya peralatan
-
Biaya tenaga kerja
Total Hasil Produksi
Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh pendapatan dari
penjualan produk yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi diperoleh dengan cara
menghitung :
- Harga jual ternak
- Harga jual kotoran ternak
Analisis Ekonomi (Laba-Rugi)
Analisis ekonomi atau laba-rugi dilakukan untuk mengetahui apakah
usaha tersebut rugi atau menguntungkan dengan cara menghitung selisih antara
B/C Ratio (
benefit cost ratio)
B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total hasil produksi dengan
total biaya produksi, atau dituliskan dengan rumus :
B/C Ratio = Output
Input
Dimana :
Output : Pengeluaran yang diperoleh dari usaha yang diberikan berupa hasil
penjualan
Input : Korbanan yang diberikan berupa biaya-biaya
B/C Ratio > 1 = efisien
B/C Ratio = 1 = impas
B/C Ratio < 1 = tidak efisien
BEP (
break even point)
BEP yaitu kondisi dimana suatu usaha dinyatakan tidak untung dan tidak
rugi dan disebut titik impas. BEP dibagi kedalam 2 bagian, yaitu :
a) BEP Harga Produksi
Diperoleh dengan cara membagikan total biaya produksi dengan bobot
badan setelah pemeliharaan.
BEP = Total Biaya Produksi (Rp.)
Total Produksi (Kg)
b) BEP Volume Produksi
Diperoleh dengan cara membagikan total biaya produksi dengan harga
jual/Kg nya.
BEP = Total Biaya Produksi (Rp.)
Harga di Tingkat Petani (Rp./Kg)
ROI
(return on investment)