• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LINGKUNGAN DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR :Studi Deskriptif Analitis terhadap Pemanfaatan Lingkungan dalam Proses Beiajar Mengajar llmu Pengetahuan Sosia! pada 4 Sekolah Dasar di Kota Madya Banda Aceh.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN LINGKUNGAN DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR :Studi Deskriptif Analitis terhadap Pemanfaatan Lingkungan dalam Proses Beiajar Mengajar llmu Pengetahuan Sosia! pada 4 Sekolah Dasar di Kota Madya Banda Aceh."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LINGKUNGAN

DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

DI SEKOLAH DASAR

(Studi Deskriptif Analitis terhadap Pemanfaatan Lingkungan

dalam Proses Beiajar Mengajar llmu Pengetahuan Sosia!

pada 4 Sekolah Dasar di Kota Madya Banda Aceh)

T E S I S

Diajukan kepada Panita Ujian Tesis

Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung

untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian

Magister Pendidikan dalam bidang

Pengembangan Kurikulum

OLEH:

SAKDIAH IBRAHIM

NIM : 8832072

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Nana^Syaodih Sukmadinata

Pembimbing II

(3)

PEMANFAATAN LINGKUNGAN

DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

DI SEKOLAH DASAR

(Studi Deskriptif Analitis terhadap Pemanfaatan Lingkungan

dalam Proses Beiajar Mengajar llmu Pengetahuan Sosia!

pada 4 Sekolah Dasar di Kota Madya Banda Aceh)

T E S I S

Diajukan kepada Panita Ujian Tesis

Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung

untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian

Magister Pendidikan dalam bidang

Pengembangan Kurikulum

OLEH:

SAKDIAH IBRAHIM

NIM : 8832072

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG

(4)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Nana^Syaodih Sukmadinata

Pembimbing II

(5)

Halaman

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI ix

BAB I PERMASALAHAN ; 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1. 2 Rumusan Masalah 4

1.3 Definisi Operasional 5

1.4 Tujuan Penelitian 7

1.5 Kegunaan Penelitian 8

1.6 Kerangka Tesis 9

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 11

2.1 Penentuan Kasus Penelitian 11

2.2 Waktu Penelitian 12

2.3 Hubungan Penelitian dengan Sumber Data . 13 2.4 Teknik Pengumpulan Data 13

2.5 Instumen Penelitian 15

2 .6 Analisis Data 16

BAB III PEMANFAATAN LINGKUNGAN DALAM PROSES BELAJAR

MENGAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH

DASAR 17

i/3.1 Pengertian llmu Pengetahuan Sosial (IPS) 17 3.2 Lingkungan Sebagai Sumber Beiajar llmu

Pengetahuan Sosial 24

3.3 Proses Belajar-mengajar llmu Pengetahuan

Sosial 30

3.4 Manfaat Lingkungan Dalam Proses

Belajar-mengajar llmu Pengetahuan Sosial 38 ,3.5 Organisasi Kurikulum Bidang Studi llmu

Pengetahuan Sosial 40

(6)

BAB IV

DESKRIPSI PELAKSANAAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

IPS YAANG MEMANFAATKAN LINGKUNGAN

DI SEKOLAH

DASAR

46

4.1 Keadaan Sekolah Dasar tempat Penelitian

.

46

4.2 Pelaksanaan Proses

Belajar-mengajar

IPS

yang Memanfaatkan Lingkungan di Sekolah

Dasar Kelas demi Kelas

51

4.3 Matrik Pemanfaatan Lingkungan

dalam

PBM

IPS di Sekolah Dasar 74

BAB V

INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN

80

5 .1 INTERPRETASI DATA ' 80

5.1.1 Cara Memanfaatkan

lingkungan

dalam

Proses Beiajar mengajar llmu

Pengetahuan Sosial 80

5.1.2 Jenis Lingkungan yang

dimanfaatkan

dalam Proses Belajar-mengajar llmu

Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar 81

5.1.3 Kegiatan

Siswa

dalam

Mengikuti

Proses

Beiajar

mengajar

Yang

Memanfaatkan Lingkungan 82

5.1.4 Peranan Guru dalam Proses

Belajar-mengajar llmu Pengetahuan Sosial

yang memanfaatkan lingkungan 83

5.1.5 Penentuan Keberhasilan PBM IPS yang

Memanfaatkan Lingkungan di Sekolah

Dasar 85

5.1.6 Kesesuaian antara Isi Kegiatan PBM yang Memanfaatkan Lingkungan dengan

GBPP 86

5 .2 PEMBAHASAN 92

5.2.1 Pemanfaatan Lingkungan dalam Proses Belajar-mengajar llmu Pengetahuan

Sosial di Sekolah Dasar 92

5.2.2 Lingkungan yang Dimanfaatkan dalam Proses Beiajar - mengajar llmu

Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar 97

5.2.3 Kegiatan Siswa 98

(7)

5.2.5 Penentuan keberhasilan Proses

Belajar-mengajar 100

5.2.6 Kesesuaian Antara Isi Kegiatan Siswa dalam Mengikuti Proses Belajar-mengajar llmu Pengetahuan Sosial yang memanfaatkan Lingkungan dengan Pokok Bahasan yang terdapat

dalam GBPP 101

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 102

6.1 Kesimpulan 103

• 6.2 Rekomendasi 106

DAFTAR PUSTAKA

110

DAFTAR LAMPIRAN 112

(8)

PERMASALAHAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan yang

ber-tujuan member! bekai kepada siswa untuk hidup

bermasyarakat

dan untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi.

llmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu bidang

studi

yang

disajikan dalam kurikulum sekolah

dasar.

llmu

Pengetahuan Sosial membahas masalah-masalah yang terdapat di

dalam masyarakat termasuk di dalamnya hubungan antara

manu-sia dengan lingkungannya.

Lingkungan

merupakan keadaan yang berada di

sekitar

siswa. Lingkungan ini dapat berupa benda-benda,

tumbuh-tum-buhan,

binatang dan manusia dengan segala kegiatannya.

Ling

kungan

ini dapat digolongkan menjadi lingkungan

fisik

dan

lingkungan sosial budaya.

Proses belajar-mengajar llmu Pengetahuan Sosial meru

pakan

interaksi antara siswa dan guru dalam upaya

mencapai

tujuan

IPS yang ditentukan. Tujuan proses

belajar-mengajar

IPS membekali siswa untuk dapat hidup dan menyesuaikan

diri

(9)

Di

dalam masyarakat terdapat berbagai

masalah

yang

harus dipecahkan.

Pokok masalah ini dapat dipecahkan menjadi

sub masalah sehingga di dalam masyarakat terdapat masalah

yang kornpleks.

Pemecahan masalah yang kornpleks memerlukan pengeta

huan dan keterampilan dari berbagai bidang ilmu secara

ter-padu. Siswa sebagai anggota masyarakat harus diberi bekal

ilmu pengetahuan untuk menghadapi dan memecahkan masalah

yang dihadapi dalam kehidupan di masyarakat. Proses bela

jar-mengajar di sekolah dasar "perlti dimulai dengan

pe-ngenalan, pemahaman sampai dengan keterampilan fungsional

yang ada di sekitar lingkungan murid dan lingkungan di mana

sekolah itu berada." (Lampiran keputusan Mendikbud nomor 0412/U/1987, : 3).

Siswa sekolah dasar dikenalkan kepada masalah yang ada di

masyarakat dan cara pemecahannya agar siswa dapat memahami

masalah yang dihadapi dan dapat memecahkannya. Siswa harus

dibekali keterampilan yang fungsional untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Ilmu Pengeta

huan Sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial diberikan di

sekolah-sekolah termasuk di sekolah dasar "untuk mengembangkan cara

berfikir kritis dan kreatif siswa dalam melihat hubungan

manusia dan lingkungan hidupnya." (Kurikulum SD kelas III,

(10)

sehari-hari. Lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai sumber

atau materi beiajar karena lingkungan sebagai sumber masalah

untuk dipecahkan.

Lingkungan sebagai salah satu sumber beiajar Ilmu

Pengetahuan Sosial dapat dimanfaatkan dengan 2 (dua) cara.

Pertama; membawa siswa masuk ke dalam lingkungan. Hal ini

dilakukan dengan mengadakan karya wisata, pengamatan, kerja

lapangan dan mengadakan wawancara.

Kedua;

membawa lingkungan masuk ke dalam kelas.

Cara

kedua

ini dilakukan dengan membawa aslinya, membawa tiruannya

dan membawa nara sumber masuk ke dalam kelas.

Guru

sebagai pembawa dan pengembang kurikulum

dapat

memilih lingkungan dan menentukan cara-cara yang tepat untuk

memanfaatkannya dalam proses belajar-mengajar yang

dilaksa-nakan.

Gurulah yang membawa kurikulum menjadi kenyataan.

Lingkungan yang terdapat di sekitar siswa tidak

ter

hingga banyaknya.-Guru dituntut untuk memilih jenis ling

kungan yang dapat menunjang'pencapaian tujuan proses

belajar-mengajar IPS yang dilaksanakan,di samping itu dituntut juga

untuk mejiekan hal-ha'l dari lingkungan,

i'tu-y*ng'menghambat---pencapaian tujuan. proses" belajar-mengajar tsb.

Guru dituntut untuk mempersiapkan, membimbing dan

mengarahkan proses belajar-mengajar itu sehingga dapat

(11)

pengelola proses belajar-mengajar harus mempersiapkan dan

merencanakan proses yang akan berlangsung, karena proses

belajar-mengajar itu hanya akan dapat berlangsung dengan

baik apabila

direncanakan dengan cermat.

Penggunaan lingkungan dalam proses belajar-mengajar bidang studi Ilmu Fengetahuan Sosial dapat melalui berbagai

macam dan bentuk kegiatan. Kegiatan ini berlangsung di dalam

kelas dan dapat berlangsung di luar kelas. Kegiatan siswa

ini mempunyai isi tertentu yang harus dikuasai siswa dalam

proses belajar-mengajar.

Guru sebagai pengelola proses belajar-mengajar

berpe-gang kepada garis-garis besar program pengajaran. Dengan

demikian isi dari kegiatan-kegiatan dalam proses

belajar-mengajar IPS diharapkan sesuai dengan pokok bahasan yang terdapat dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP).

Kesesuaian antar isi kegiatan dengan pokok bahasan

yang terdapat dalam GBPP inilah yang ingin diungkap dalam

penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian

adalah

bagaimana

guru memanfaatkan lingkungan

dalam

proses

belajar-mengajar di sekolah dasar.

Pokok permasalahan ini dapat dirinci menjadi beberapa

(12)

di sekitar siswa dalam proses belajar-mengajar Ilmu Pe

ngetahuan Sosial di sekolah dasar.

2. Lingkungan apakah yang dimanfaatkan dalam proses

belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar terse

but?

3. Kegiatan-kegiatan

apakah

yang dilakukan

siswa

sekolah

dasar

itu dalam mengikuti proses

belajar-mengajar

Ilmu

Pengetahuan Sosial yang memanfaatkan lingkungan?

3. Peranan

apa yang dilakukan gumi dalam

mengelola

proses

belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang

memanfaat

kan lingkungan di sekolah dasar tersebut?

5. Pertimbangan apakah yang dipergunakan guru untuk menentu

kan keberhasilan proses belajar-mengajar di sekolah dasar

tersebut?

6. Apakah

isi kegiatan siswa sekolah dasar dalam

mengikuti

proses belajar-mengajar IPS yang memanfaatkan

lingkungan

itu sesuai dengan pokok bahasan yang terdapat dalam

GBPP

IPS yang berlaku?

1.3. Definisi Operasional

Penelitian ini difokuskan kepada pemanfaatan lingkungan

yang

berada di sekitar siswa dalam proses

belajar-mengajar

Ilmu

Pengetahuan

Sosial

di

sekolah

dasar,

untuk

lebih

(13)

1. Pemanfaatkan lingkungan yang dimaksudkan penggunaan ling

kungan untuk keperluan suatu kegiatan tertentu.

Lingkung

an itu digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan

yang

akan dicapai. Berkaitan dengan permasalahan penelitian

ini lingkungan digunakan sebagai alat untuk mencapai

tujuan proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial di

sekolah dasar.

2. Lingkungan yang dimaksudkan adaiah keadaan yang berada di

sekitar siswa yang berada pada radius 1 km. dari pusat

sekolah. Lingkungan ini dapat berupa benda-benda,

tum-buh-tumbuhan, binatang, manusia, dan hasil karya manusia.

Hasil karya manusia ini berupa hubungan antar manusia

sehari-hari, termasuk di dalamnya tempat-tempat hubungan

antar manusia dan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. 3. Proses belajar-mengajar yang dimaksud interaksi antara

guru dengan siswa dalam usaha mencapai tujuan tertentu.

Interaksi ini berlangsung di dalam kelas dan di luar kelas. Interaksi di dalam kelas dapat berupa pemberian

informasi, pemberian tugas dan penyerahan hasil kerja

siswa. Sedang yang berlangsung di luar kelas dapat berupa

pelaksanaan tugas oleh para siswa.

Pelaksanaan tugas ini dapat berupa mengamati, menghitung

menggolongkan, menulis dan melaporkan.

4. Ilmu Pengetahuan Sosial yang dimaksud adaiah mata

(14)

dengan kelas VI.

5. Sekolah dasar yang dimaksudkan adaiah lembaga

pendidikan

formal yang paling bawah tingkatannya.

Sekolah dasar

ini

memiliki 6 kelas dan menyajikan mata pelajaran Ilmu Pe

ngetahuan Sosial mulai

dari kelas III sampai dengan kelas

VI. Waktu beiajar bagi siswa sekolah dasar ini dibagi

menjadi

3 (tiga)

catur wulan yaitu catur wulan I

bulan

Juli - Oktober,

catur wulan II berlangsung bulan November

Februari,

dan catur wulan III berlangsung mulai

bulan

Maret - Juni. Penelitian dilakukan satu catur wulan yaitu

pada catur wulan II.

Dengan

demikian permasalahan penelitian

itu

adaiah

bagaimana pemanfaatan keadaan di sekitar sekolah yakni

pada

radius 1 km oleh guru dalam menyelenggarakan proses bela

jar-mengajar

bidang studi IPS seperti yang tercantum

dalam

GBPP di Sekolah Dasar catur wulan II?

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

deskripsi

tentang

bagaimana guru memanfaatkan lingkungan

di

sekitar

siswa dalam proses belajar-mengajar Ilmti Pengetahuan

Sosial

di Sekolah Dasar, terutama berkenaan dengan:

1. Cara guru memanfaatkan lingkungan yang berada di

sekitar

(15)

Sosial di sekclah dasar.

2. Lingkungan

yang dimanfaatkan dalam proses

belajar-meng

ajar Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar.

3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa sekolah dasar

dalam mengikuti proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan

Sosial yang memanfaatkan lingkungan.

4. Peranan guru dalam mengelola proses belajar-mengajar Ilmu

Pengetahuan Sosial yang memanfaatkan lingkungan di seko

lah dasar.

5. Pertimbangan yang dipergunakan guru untuk menentukan

keberhasilan proses belajar-mengajar yang memanfaatkan

lingkungan di sekolah dasar.

6. Kesesuaian isi kegiatan siswa sekolah dasar dalam meng

ikuti proses belajar-mengajar yang memanfaatkan lingkung

an dengan pokok bahasan yang terdapat dalam GBPP IPS yang

berlaku.

1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan

sebagai bahan masukkan bagi perbaikan dan penyempurnaan

kurikulum di sekolah dasar, terutama bagi yang terkait di

dalamnya.

1. Bagi guru sekolah dasar yang bersangkutan hasil peneliti

(16)

persiapan, melaksanakan dan menentukan keberhasilan pro

ses belajar-mengajar yang dilaksanakan.

2. Bagi Kepala Sekolah Dasar hasil penelitian dapat diper

gunakan sebagai pertimbangan menentukan kebijakan

pe-ngelolaan lembaga itu terutama pada pengelolaan proses

belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Bagi pengembang kurikulum hasil penelitian dapat dipergu

nakan sebagai pertimbangan menentukan sarana dan

prasara-na yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar Ilmu

Pengetahuan Sosial di sekolah dasar.

1.6 Kerangka Tesis

Dalam penyajian tesis ini disusun dari bab I sampai

bab VI.

Bab I berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan

dari penelitian ini.

Bab II membahas tentang metodologi yang berarti

membahas tentang bagaimana penelitian ini dilaksanakan. Di dalam Bab II ini disajikan penentuan kasus penelitian, waktu penelitian, hubungan peneliti dengan sumber data, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian dan analisis data.

Bab III membahas tentang landasan teori. Di sini

disajikan hasil studi kepustakaan tentang pemanfaatan ling

(17)

di sekolah dasar. Secara rinci di dalam bab ini dibahas

tentang pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial, lingkungan seba

gai sumber beiajar ilmu pengetahuan sosial, proses

belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, manfaat lingkungan dalam

proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial dan terakhir

ogranisasi kurikulum bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial.

Bab IV ini membahas tentang deskripsi pelaksanaan proses belajar-mengajar Ilmu. Pengetahuan Sosial di sekolah

dasar yang memanfaatkan lingkungan. E>alam bab ini dipaparkan

hasil pengamatan, hasil wawancara dan hasil studi

dokumenta-si.

Hasil dari ketiga kegiatan itu diolah dan disajikan dalam bentuk paparan pelaksanaan proses belajar-mengajar

Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar dengan memanfaatkan

yang berada di sekitar siswa.

Bab V menyajikan intepretasi dan pembahasan. Dalam

bab ini diuraikan intepretasi dari data yang tertera pada deskripsi. Di samping intepretasi disajikan pembahasan

terhadap data yang diperoleh di lapangan.

Bab VI membahas kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini

menyajikan

kesimpulan yang diperoleh dari

hasil

penelitian

dan rekomendasi dari peneliti berkaitan dengan hasil peneli

(18)
(19)

BAB III

PEMANFAATAN LINGKUNGAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

Sesuai dengan judul tesis, maka Bab III ini berisi

studi literatur tentang pemanfaatan lingkungan dalam proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar

yang mencakup pembahasan tentang: (1) Pengertian Ilmu Pe

ngetahuan Sosial, (2) Lingkungan sebagai sumber beiajar Ilmu

Pengetahuan Sosial, (3) Proses Belajar-mengajar Ilmu Penge

tahuan Sosial, (4) Manfaat lingkungan dalam proses

belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, (5) Organisasi kurikulum

bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial.

3.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Pada kurikulum sekolah dasar tahun 1963 belum muncul istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bidang studi.

Kurikulum sekolah dasar tahun 1968 menyajikan ilmu bumi,

sejarah dan kewargaan negara.

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bidang studi

mulai dikenal pada kurikulum sekolah dasar tahun 1975.

Sejak

dilaksanakannya

kurikulum tahun 1975

di

sekolah-sekolah, telah terjadi penyesuaian-penyesuai-an bidang penggarapan di sekolah-sekolah yang

ber-sangkutan.

mata pelajaran pengetahuan

sosial

telah

(20)

digabungkan ke dalam suatu bidang studi, yang kita kenal sekarang sebagai Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Sosial atau disingkatkan menjadi Bidang Studi IPS. (Nursid Sumaatmadja, 1980: v)

Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai gabungan dari mata pelajaran

pengetahuan sosial yaitu dari Sejarah dan Ilmu Bumi. Organi

sasi kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial bersifat correlated

karena pembahasannya masih kelihatan batas antara mata

pela-jaran pengetahuan sosial yang satu dengan yang Iain meskipun

merupakan eatu bidang studi.

Kurikulum sekolah dasar tahun 1975 disempurnakan

dengan lahirnya kurikulum sekolah dasar tahun 1984. pada

kurikulum tahun 1984 Ilmu Pengetahuan Sosial bersifat

integratif dari mata pelajaran pengetahuan sosial yang ada.

Organisasi Ilmu Pengetahuan Sosial bersifat integrited,

sehingga batas antara mata pelajaran yang satu dengan yang

lain dihilangkan dan disajikan dengan pendekatan yang

integratif pula.

Ilmu Pengetahuan Sosial erat hubungannya dengan ilmu

sosial. Ilmu sosial merupakan ilmu pengetahuan yang membahas hubungan manusia dengan masyarakat dan juga membahas tingkah

laku manusia dalam bermasyarakat. "The social sciences are

the fields of knowledge which deal with mean's social

behavior and his social intitution" (Ralph C. Preston,

1968:4).

Ilmu sosial sebagai bidang ilmu yang membahas tingkah

(21)

hubungannya dengan institusinya. Tingkah laku sosial manusia

ini terdiri berbagai aspek sehingga ilmu sosial terdiri dari berbagai bidang ilmu.

Ilmu Pengetahuan Sosial yang juga sering disebut

studi sosial merupakan bidang kajian yang menelaah gejala

dan masalah-masalah yang dihadapi manusia di dalam

masyarakat. "The social studies program is focused on the

interaction of people with each other and with their human

and natural environment." (mlchaelis, 1975:322)

Dari pengertian ini terlihat bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial membahas hubungan antara manusia dengan

lingkungan-nya. Dalam lingkungan terdapat berbagai masalah. Masalah

yang terdapat di lingkungan siswa terdiri dari sub-sub mas

alah. Sub-sub masalah inilah yang dibahas oleh Ilmu Pengeta

huan Sosial. Penyajian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan So

sial pada kurikulum sekolah dasar dalam upaya turut

mewujud-kan tujuan pendidikan.

Social studies education has as its particular mission the task of helping young people develop competencies that enable them to deal with, and to some extent manage, the physical and social forces of the world in which they live. (John Jarolemik,

1967:3)

Ilmu Pengetahuan Sosial berusaha membantu siswa

meng-hadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan

Sosial bukan hanya bersifat teoritis tetapi lebih menekankan pada hal-hal yang praktis. Ilmu Pengetahuan Sosial

(22)

Dalam membahas memecahkan masalah yang dihadapi manu

sia, maka Ilmu Pengetahuan Sosial memanfaatkan berbagai

bidang ilmu sosial secara bersama dan terpadu.

Menurut Pedoman IPS untuk guru memberikan pengertian

Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai berikut:

Ilmu Pengetahuan Sosial adaiah pelajaran yang merupakan paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial; dapat juga kita katakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang menggunakan bagian-bagian tertentu dari ilmu-ilmu sosial; ilmu pengeta huan mempelajari manusia dengan lingkungan sosial dan

lingkungan fisiknya untuk memahami masalah-masalah sosial. (Depdikbud, 1982:2)

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan bidang dari ilmu sosial

yang digunakan untuk membahas masalah yang dihadapi siswa

dalam kehidupannya. "The social studies are those of

portions of social science that are selected for use in

teaching in elementary and secondary schools." (Ralph C.

Preston, 1968:4) Hal ini sejalan dengan yang diuraikan oleh

William B. Ragan (1966:291) bahwa,

"The term is now generally used to designate

that phase of the curriculum in elementary and high

schools that deals with the relations of human beings

to one another and to their environment".

Dari pendapat ini

lebih jelas bahwa Ilmu Pengetahuan

Sosial

merupakan

bidang ilmu sosial yang dipilih dan diajarkan

di

sekolah dasar dan di sekolah menengah.

Ilmu Sosial yang banyak mewarnai dan sering digunakan

dalam Ilmu Pengetahuan Sosial adaiah geografi, sejarah,

(23)

Pengetahuan

Sosial

diajarkan di sekolah dasar

agar

siswa

menjadi

manusia

dan warga negara yang

baik

seperti

yang

diharapkan oleh dirinya sendiri, orang tua, masyarakat dan

agama. "The ultimate objectives of the social studies

program is the improvement of living". (William B. Ragan,

1966:292). Kehidupan yang baik dan yang diharapkan sudah

dirumuskan dalam bentuk tujuan pendidikan nasional yang

terdapat dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, ber— tujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepri-badian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh,

bertang-gung jawafo, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.

Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, memperte-bal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan so sial. Sejalan dengan itu dikembangkan iklim beiajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri serta sikap dan prilaku yang inovatif dan kreatif. (GEHN, th. 1988:133-134)

Tujuan Pendidikan Nasional secara lebih jelas

dirumuskan dalam Undang-undang Nomor 2 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kese-hatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan." (UU RI Nomor 2 th. 1989 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional : 6)

Dalam usaha mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional

(24)

sasaran yang lebih jelas. Tujuan Pendidikan Nasional dirinci

menjadi tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan

instruksional.

Tujuan institusional sekolah dasar adaiah:

Pertama; mendidik murid agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri dan ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa.

Kedua; memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi murid untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Ketiga; memberikan bekal kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat minat, kemampuan dan lingkungannya" (Kurikulum sekolah dasar, Landasan Program dan Pengembangannya : 3)

Tujuan institusional untuk mewujudkannya dirinci menjadi

tujuan kurikuler. Tujuan yang pencapaiannya dibebankan kepa

da bidang studi. Salah satu bidang studi yang disajikan di

sekolah dasar adaiah Ilmu Pengetahuan Sosial.

Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial mencakup aspek nilai,

aspek pengetahuan dan aspek keterampilan. Rincian lebih

lanjut tentang tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah

dasar dapat dilihat dalam pedoman umum Ilmu Pengetahuan

Sosial, buku untuk guru sekolah dasar (1982:16-18), yaitu:

a. Tujuan di bidang nilai dan sikap

1) mengakui dan menghormati harkat manusia;

2. mengakui dan menerima nilai-nilai yang terkan-dung dalam Pancasila;

3) menerima nilai-nilai dalam agama masing-masing; 4) memupuk sikap toleransi terhadap agama lain; 5) menghormati perbedaan adat-istiadat, kebudayaan

suku bangsa dan bangsa-bangsa lain;

(25)

7) menghormati milik orang lain dan negara;

8) memupuk sikap terbuka bagi perubahan-perubahan di dunia dan nilainya berdasarkan norma-norma yang dimilikinya.

b. Tujuan di bidang pengetahuan dan pengertian ten

tang:

1) sejarah kebudayaan bangsa sendiri dan umat

manusia;

2) lingkungan geografi tempat manusia hidup serta interaksi antara manusia dengan lingkungan fisiknya;

3) cara manusia memerintah negaranya;

4) struktur kebudayaan dan cara hidup manusia di negara sendiri dan negara-negara lain yang dekat maupun jauh;

5) cara manusia membudayakan lingkungannya untuk menjamin hidupnya dan mempertinggi kesejahtera-an bkesejahtera-angskesejahtera-anya;

6) pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap hidup manusia, taraf hidup, rekreasi, kemampuan untuk memproduksi dan men-distribusi barang-barang komunikasi dan trans

port;

7) pengaruh bertambahnya penduduk terhadap ling kungan fisik dan sumber daya alam.

c. Tujuan di bidang keterampilan yakni siswa diharap

kan dapat menguasai:

1) kecakapan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi dari bacaan, ceramah, diskusi, film; 2) keterampilan berfikir, menafsirkan dan menyusun

informasi yang diperolehnya dari berbagai sum ber ;

3) kecakapan untuk meninjau informasi secara

kri-tis serta membedakan fakta dan pendapat;

4) kecakapan untuk mengambil keputusan berdasarkan fakta-fakta dan pemikiran;

[image:25.595.115.501.180.690.2]

5) kecakapan dalam menggunakan metode problem solving (cara untuk menyelesaikan masalah); 6) keterampilan dalam menggunakan alat-alat ilmu

pengetahuan sosial seperti globe, peta, grafik; 7) keterampilan dalam membuat laporan, menggambar

(26)

Dengan demikian Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu

mata pelajaran yang dipilih dari ilmu sosial yang diajarkan di sekolah dalam upaya membekali pengetahuan, keterampilan,

sikap dan nilai-nilai kepada siswa untuk dapat memecahkan

masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Ilmu Pengetahuan

Sosial sebagian dari ilmu sosial.

Tujuan kurikuler diwujudkan dengan merinci tujuan itu

menjadi tujuan instruksional yaitu tujuan yang pencapaiannya

dibebankan pada setiap proses beiajar mengajar.

3.2. Lingkungan Sebagai Sumber Beiajar IPS

Lingkungan merupakan keadaan yang berada di sekitar

siswa baik itu yang berupa keadaan fisik maupun keadaan

sosial yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. "Ling

kungan berupa kondisi-kondisi tertentu yang dikendalikan,

diatur atau dimanupulasi guna menciptakan situasi pengajaran

yang kondusif." (Nana Sudjana, dan Ahmad Rivai, 1989:64)

Lingkungan yang berada di sekitar siswa dapat dipergunakan

sebagai sumber beiajar dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. "Lingkungan merupakan sumber pelajaran yang tak

ternilai harganya." (S. Nasution, 1988:171).

Lingkungan itu harus dipilih dan diatur agar dapat

menunjang

pencapaian

tujuan

pengajaran

secara

efektif.

"Lingkungan yang dapat dimanfaatkan dalam pengajaran terdiri

(27)

(Depdikbud, 1987:24). Lingkungan fisik merupakan keadaan

yang berupa benda-benda yang berada di sekitar siswa.

Lingkungan sosial merupakan hubungan antara manusia

yang mempengaruhi perkembangan siswa. Lingkungan sosial ini

dapat berupa organisasi dan perkumpulan-perkumpulan,

misalnya Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Kelurahan,

Koperasi, PKK dan sebagainya. Sedangkan lingkungan budaya

merupakan hasil kerja manusia yang berada di sekitar siswa

misalnya upacara-upacara keagamaan, candi, musium dan

sebagainya. Menurut S. Nasution (1983:13-14), bahwa:

Lingkungan yang mempengaruhi siswa adaiah ling kungan alamiah dan lingkungan sosial budaya. Ling

kungan sosial budaya mengandung 2 unsur yakni:

(a) unsur sosial yakni interaksi di antara manusia, (b) dan unsur budaya yakni bentuk kelakuan yang sama

yang terdapat di kalangan kelompok manusia.

Lingkungann yang berada di sekitar siswa baik fisik

dan sosial budaya dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan

pengajaran yang telah ditentukan. Guru mengatur lingkungan

yang berada di sekitar siswa agar dapat menunjang pencapaian

tujuan tersebut.

"The quality of the program is determined in the final analysis by the procedures used to make the

social studies functional and meaningful for

children." (William B. Ragan, 1966:300)

Lingkungan yang dimanfaatkan dalam proses belajar-mengajar

Ilmu Pengetahuan Sosial itu harus diatur agar dapat terarah

kepada tujuan yang akan dicapai dan mempunyai makna yang

(28)

siswa.-Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berangkat dari

permasalahan yang timbul di masyarakat. Masalah bersumber dari keadaan yang berada di sekitar siswa. Dengan demikian

lingkungan sebagai sumber problema bagi siswa dan sekaligus

sebagai sumber pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, oleh

karena itu lingkungan sangat bermanfaat dalam pengajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial.

Pemanfaatan lingkungan dalam pengajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

pertama dengan membawa siswa masuk ke masyarakat dan kedua

membawa masyarakat masuk ke dalam kelas. Membawa siswa masuk

ke masyarakat berarti proses belajar-mengajar terjadi di

luar kelas. Dengan membawa siswa masuk ke masyarakat maka

siswa akan mendapatkan pengalaman langsung.

The children learn by doing by coordinating their existing knowledge with the acquisition of new knowledge (and perhaps new skills) in accomplishment their task. (Merritt P.. 1961:146)

Siswa memasuki masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan

keterampilan baru yang tidak terungkap selaina proses

belajar-mengajar di dalam kelas.

Di luar kelas siswa memperoleh hal-hal yang sangat

berguna sehingga beiajar di dalam masyarakat lebih menarik.

"Learning out-of-doors is still learning however more roman

tic it may be than learning 'in doors.'" (Earl S. Johnson,

1956:433). Proses belajar-mengajar di luar kelas dapat

(29)

experience they may come to know, see. and feel their

community as a way of life "aching with vividness'." (Earl

S. Johnson. 1956:433). Siswa dengan melakukan kegiatan di

luar kelas dapat mengetahui, melihat dan merasakan sendiri

problema yang terdapat di dalam masyarakat. Siswa dapat

menerapkan pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk

memecahkan masalah yang dihadapinya. Pemecahan masalah oleh

siswa sendiri akan membuatnya lebih berkesan dan lebih

fungsional.

Siswa akan menemukan sendiri masalah dan

memecahkannya dengan cara sendiri. Hal ini sesuai dengan

yang

dikemukakan

oleh

filsuf

Rousseau

bahwa

"Segala

pengetahuan Emile harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,

dengan alat-alat yang dibuat sendiri, dengan bekerja

sendiri, membentuk sendiri." (S. Nasution, 1986:88). Dengan

beiajar di masyarakat siswa dapat berperan aktif dalam

masyarakat. Membawa siswa masuk ke dalam masyarakat dapat

dilakukan dengan karya wisata, survey, pengabdian pada

masyarakat dan wawancara.

Karya wisata merupakan kegiatan proses

belajar-mengajar dengan membawa siswa ke masyarakat untuk mengadakan

pengamatan langsung kepada keadaan masyarakat tanpa

mengurangi fungsi dari kegiatan rekreasi. Karya wisata ini

sudah ditentukan tujuan yang akan dicapai. Ditentukan

(30)

kegiatan

tersebut.

Dengan kata lain karya

wisata

sebagai

kegiatan

rekreasi

yang

terarah

kepada

tujuan

tertentu.

Dengan

karya

wisata

siswa

akan

memahami

masalah

yang

dihadapi di dalam masyarakat dan dapat berpartisipasi

untuk

memecahkan masalah tersebut.

Survey

yang

dimaksud

adaiah

kegiatan

untuk

mengumpulkan

data

dan

informasi

tentang

masalah-masalah

sosial dan cara pemecahannya.

Kegiatan survey ini

dilakukan

dengan

perencanaan

yang

sistematis

sehingga

diperoleh

informasi yang tepat sesuai apa yang diinginkan. Siswa dapat

menyumbangkan pemikirannya untuk menemukan dan memecahkan

suatu masalah yang dihadapi di masyarakat.

Pengabdian kepada masyarakat maksudnya kegiatan siswa

untuk turut bekerja bersama-sama dengan anggota masyarakat

lainnya memperbaiki salah satu aspek atau beberapa aspek

dari masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Dengan

mengadakan pengabdian masyarakat siswa dapat merasakan

hubungan langsung dengan masyarakat dan mengalami bagaimana

cara dan bagaimana sulitnya memperbaiki aspek-aspek yang

terdapat di masyarakat.

Interview merupakan kegiatan siswa untuk bertanya

atau mengadakan wawancara dengan seorang ahli. Kegiatan

interview ini pertanyaan-pertanyaan yang harus ditanyakan

siswa secara garis besar sudah dipersiapkan oleh guru

(31)

dicapai.

Dengan

kegiatan

interview

siswa

mendapatkan

informasi lansung dari sumbernya yaitu orang yang ahli dalam

bidangnya.

Membawa masyarakat atau lingkungan masuk ke dalam

kelas. Hal ini dilakukan dengan membawa sumber informasi itu

ke hadapan siswa di dalam kelas. Sumber ini dapat berupa

benda-benda, peristiwa dan nara sumber atau seorang ahli.

Nara sumber ini dapat memberikan pengetahuan, keterampilan

dan nilai-nilai yang dimilikinya kepada siswa di depan

kelas. Siswa akan lebih berkesan karena diperoleh informasi

itu langsung dari sumbernya tanpa perantara. Siswa juga

lebih tertarik karena suasana beiajar dapat bervariasi. Nara

sumber yang berupa seorang akhli di bidangnya akan

mengungkap masalah-masalah yang dihadapi dan yang

dialaminya. Siswa akan dapat memperoleh pengetahuan yang

baru dan cara menyampaikan yang baru pula.

Dengan memanfaatkan lingkungan proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial akan bervariasi dan

menarik. Pemerintah Republik Indonesia memberikan kesempatan

kepada sekolah dasar untuk mengembangkan proses belajar-mengajar dengan memanfaatkan lingkungan. Hal ini dapat

dilihat dalam keputusan Menteri Depdikbud RI nomor

0412/U/1987 tentang penerapan muatan lokal dalam Kurikulum

Sekolah Dasar yakni dinyatakan bahwa:

(32)

alam,

lingkungan

sosial,

lingkungan

budaya

dan

kebutuhan

daerah

yang

perlu

dipelajari

murid.

(Depdikbud, 1987:v)

Dan

lebih jelas lagi dalam garis-garis besar program

peng

ajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk sekolah dasar. bahwa

"dimanfaatkan

lingkungan sebagai sumber beiajar".

(Depdik

bud, 1987:72)

3.3. Proses Belajar-Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial

Proses belajar-mengajar merupakan interaksi antara

siswa

dengan

guru dalam usaha

mencapai

tujuan

tertentu.

Beiajar

menunjuk

kepada siswa,

sedang

mengajar

menunjuk

kepada

kegiatan

guru.

Piloses

beiajar

mengajar

merupakan

pertautan dari kegiatan siswa dan guru.

Mengajar atau teaching merupakan kegiatan atau perlakukan profesional yang dilakukan oleh guru.

Beiajar merupakan kegiatan atau upaya yang

dilakukan

oleh

siswa

sebagai

akibat

atau

respon

terhadap

kegiatan

mengajar

yang telah dilakukan

oleh

guru.

Keseluruhan pertautan kegiatan yang memungkinkan

dan

berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar-mengajar disebut pengajaran (instruction). (Nana

Syaodih S., 1988:6)

Guru sangat berperan di dalam membimbing dan mengarahkan

berlangsungnya proses belajar-mengajar. Kegiatan dan keaktifan siswa tergantung kepada persiapan, pengarahan dan

bimbingan yang dilakukan oleh guru. Gurulah yang memegang

kendali dalam proses belajar-mengajar.

Proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial

(33)

masyarakat. Problema atau masalah yang dihadapi masyarakat

dijadikan bahan untuk dibahas dan dipecahkan dalam kegiatan

beiajar mengajar. Siswa dihadapkan langsung dengan

masalah-masalah yang terjadi di masyarakat secara nyata..

Dalam proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial

guru dapat menyajikan dan memberi makna kepada

masalah-masalah yang terdapat di sekitar siswa agar masalah itu

dapat bermakna bagi kehidupan siswa dalam masyarakat. Siswa

dapat menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapinya di

masyarakat. Masalah yang terdapat di masyarakat sangat

kornpleks sehingga memerlukan berbagai bidang ilmu sosial

secara terpadu. pada dasarnya masalah yang terdiri dari

berbagai aspek itu, tiap aspek memerlukan pemecahan sesuai

dengan bidangnya.

Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bukan merupa kan pengajaran pengetahuan sosial yang terlepas-lepas yang satu terisolasi dari yang lainnya. Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan sistem pengajaran atau masalah sosial dari berbagai aspek kehidupan

atau melakukan interrelasi berbagai aspek kehidupan

sosial dalam membahas gejala atau masalah sosial. (Nursid Sumaatmadja, 1984:22)

Pemecahan masalah dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

memerlukan perpaduan dari berbagai ilmu sosial dan juga

memerlukan berbagai metode pengajaran. Metode yang terdap>at

pada pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial antara lain memberi

tahu, berdiskusi, karya wisata, sosiodrama, pemberian tugas,

demonstrasi, eksperimen dan problem solving. Metode ini

(34)

tujuan dan bahan pengajaran tertentu. Dengan demikian tidak ada satu metode yang sesuai dengan semua bahan dan tujuan.

Guru sebagai pelaksana dan pengelola proses

belajar-mengajar yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan

bahan yang disajikannya.

la juga harus bersedia mencoba teknik-teknik yang baru dengan kesadaran bahwa tidak ada satu meto de tertentu yang seuai dengan semua bahan, semua siswa dan semua pengajar. (Depdikbud, 1982:64)

Materi proses beiajar Ilmu Pengetahuan Sosial

merupakan aspek-aspek masalah sosial yang dihadapi siswa.

Dengan demikian penyajiannya disampaikan dengan metode

belajar-mengajar yang bervariasi.

Proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang

memanfaatkan lingkungan dilaksanakan dengan pengajaran unit

karena proses belajar-mengajar ini mempunyai ciri-ciri pengajaran unit yaitu berangkat dari permasalahan yang

dihadapi siswa dan memanfaatkan perpaduan dari berbagai

bidang ilmu.

A unit, or a unit of work, can be defined as a purposeful learning experience focused upon some socially significant understanding which will modify

the behavior or the learner and enable him to adjust

to a life sitution more effectively." (Lavone A.

Hanna, 1955:101)

Unit diartikan sebagai pengalaman beiajar yang memusatkan

perhatian

kepada

keadaan

masyarakat

yang

penting

untuk

diketahui siswa dan dipecahkannya. Lingkungan yang berada di

(35)

menyangkut berbagai mata pelajaran. Menurut S. Nasution

(1988:164) bahwa "faktor yang menyatukan ialah masalah atau

problema yang terkadung dalam pokok yang diselidiki oleh

murid-murid". Pengajaran unit merupakan cara mengajar dengan

berangkat dari keadaan di masyarakat.

Keadaan yang dimaksud adaiah masalah-masalah sosial

yang berada di sekitar siswa dan bermanfaat bagi

kehidupan-nya. Masalah sosial ini dijadikan topik yang dibahas dalam

proses belajar-mengajar. Di sini siswa, guru dan masalah

atau lingkungan berpadu dalam unit dalam usaha mencapai

tujuan pengajaran yang diinginkan.

Unit dalam rangka pengajaran itu, mempunyai arti sebagai satu cara beiajar dan/atau mengajar yang bermaksud mengintegrasikan faktor-faktor pelajaran, bahan pelajaran dan pengajaran serta hal-hal yang ada

di sekitarnya dalam satu situasi tertentu dimana

faktor-faktor itu berkonfrontasi secara wajar dalam kelangsungan proses beiajar itu. (Oemar Hamalik,

1989:20)

Unit sebagai suatu cara mengajar dalam usaha mencapai tujuan

pengajaran yang diinginkan.

Pengajaran unit sebagai metode belajar-mengajar

di sini ialah cara belajar-mengajar dimana siswa dan

guru mengarahkan segala kegiatan pada pemecahan

suatu masalah yang telah dirumuskan lebih dahulu secara bersama-sama. (Marsudi Taredja, 1980:2)

Permasalahan yang ditentukan bersama antara guru dan siswa

ini menjaga agar permasalahan itu dapat dilaksanakan dan

sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa.

Guru harus menjaga agar pelajaran tidak menyim-pang dari pokok masalah. Segala sesuatu yang dilaku

(36)

dengan

pokok tersebut dan merupakan

eumbangan

guna

mencapai tujuan unit itu.

(S. Nasution,

1988:164)

Pokok permasalahan dalam pengajaran unit dipilih oleh

guru

dan

mengingat

minat

para

siswa.

Pada

dasarnya

pengajaran

unit

mengikuti

langkah-langkah

dalam

metode

pemecahan

masalah yaitu menemukan dan

merumuskan

masalah.

menganalisis

masalah,

mengajukan

hipotesis,

mengambil

kesimpulan dan berbuat sesuai dengan hasil tersebut.

Langkah

pengajaran unit menurut John

Dewey

melalui

tahap

persiapan

unit, kegiatan unit dan

mengakhiri

unit.

Menurut

S.

Nasution

(1988:183), pengajaran

unit

dapat

ditempuh

dengan

langkah

memilih

suatu

pokok

masalah,

merencakannya,

mengerjakan unit, mengakhiri

unit,

menilai

unit

dan

menuju

unit

baru.

Langkah-langkah

unit

yang

dikemukakan

oleh

S. Nastuion ini sejalan

dengan

pendapat

William

B.

Ragan

yang dikutip

dalam

pedoman

umum

Ilmu

Pengetahuan

Sosial

untuk

guru

(1982:71)

yaitu

tahap

orientasi,

tahap>

perencanaan,

tahap

kegiatan,

tahap

kulminasi, dan tahap evaluasi.

Dari dua pendapat itu dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah unit adaiah sebagai berikut:

1. Langkah Orientasi.

2. Langkah Perencanaan.

3. Langkah Kegiatan.

4. Langkah Kulminasi.

(37)

6. langkah Menuju Unit yang baru.

Lankah-langkah ini dapat dirinci

lebih Ianjut sehingga dapat

lebih jelas.

Langkah orientasi maksudnya uraian secara garis besar

tentang permasalahan yang dihadapi. Langkah orientasi ini

untuk membantu siswa agar dapat melihat makna dari pengajar

an unit yang akan dilaksanakan bagi diri siswa dan bagi

masyarakat. Di samping itu agar dapat ditemukan

sumber-sum-ber beiajar yang sumber-sum-berada di sekitar sekolah yang dapat diman

faatkan dalam pengajaran tersebut. Tujuan dari orientasi ini

untuk membangkitkan minat siswa untuk memperdulikan perma

salahan yang berada di sekitarnya dan berusaha untuk turut

serta memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian dari

langkah ini akan muncul sub-sub tema yang berkaitan dengan

pokok permasalahan dan cara-cara pemecahannya.

Langkah perencanaan merupakan langkah tindak Ianjut

dari langkah orientasi. Langkah perencanaan ini merupakan langkah untuk mengantar siswa masuk ke dalam langkah

kegiatan yang nyata di dalam masyarakat/lapangan. Pada

langkah perencanan ditentukan pokok masalah yang utama dan

rincian dari pokok masalah itu menjadi sub masalah. Dari sub

masalah itu akan muncul alternatif pemecahannya alternatif pemecahan itu untuk selanjutnya diterjemahkan ke dalam suatu

kegiatan yang nyata. Kegiatan-kegiatan siswa ini dapat

(38)

pokok. Penentuan kelompok ini dapat ditentukan dengan pola

paraiel, pola komplementer dan dengan pola campuran. Pola

paralei merupakan pola menentukan kelompok kerja dengan

tugas yang sama untuk masing-masing kelompok. Pola

komplementer

yaitu

pola menentukan kelompok

kerja

dengan

tugas untuk masing-masing kelompok

berbeda.

Pola

campuran

merupakan pola menentukan kelompok dengan memadukan antara

pola kelompok paraiel dan pola komplementer.

Dalam

langkah

perencaan

ini

pula

sudah

ditentukan

waktu

dan

cara

pelaksanaannya.

Alat-alat untuk pelaksanaan kegiatan

sudah

disediakan oleh guru.

Dengan demikian langkah perencaan

ini

mengantar siswa untuk melaksanakan kegiatan secara nyata

di

lapangan.

Langkah kegiatan merupakan kegiatan nyata dari

siswa

di

lapangan.

Pada

langkah ini

siswa

melakukan

kegiatan

mengamati,

membaca,

mengukur,

menulis,

menggolongkan,

bertanya, berdiskusi dan mengkomunikasikan. Kegiatan ini

dalam upaya mengumpulkan informasi untuk memecahkan

masalah

yang dihadapinya.

Langkah

kulminasi merupakan langkah kelanjutan

dari

langkah

kegiatan.

Langkah

ini

dapat

dilakukan

dengan

berbagai cara sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas.

Kegiatan kulminasi ini merupakan pertanggungjawaban terhadap

tugas

yang

dibebankan.

Laporan ini

dapat

berupa

laporan

(39)

hasil kerja siswa yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Laporan tidak tertulis merupakan hasil kerja siswa yang

dapat berupa benda-benda dan kejadian-kejadian yang

berkaitan dengan tugas yang dilaksanakannya.

Hasil kerja yang berupa kejadi.an dapat dilaporkan

dengan bermain per an atau dengan mendemonstrasikan kejadi.an

itu di depan kelas dan guru. Dalam kegiatan kulminasi ini

akan terlihat hasil kerja siswa sehingga dapat diambil

kesimpulan tentang keberhasilan proses belajar-mengajar yang

dilaksankan dengan unit.

Langkah evaluasi merupakan langkah mengumpulkan

informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari

kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan ini sebagai lanjutan

dari langkah kegiatan siswa. Evaluasi dapat dilaksanakan

dengan tes dan dengan non tes. Tes dengan berbagai bentuk

dan macamnya dipergunakan untuk mengetahui keberhasilan

proses belajar-mengajar pada aspek pengetahuan dan sikap siswa. Alat non tes dapat berguna untuk mengetahui tingkat

keberhasilan aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap

secara lengkap. Hasil pengajaran unit mencakup aspek-aspek

yang ada pada diri siswa yaitu aspek pengetahuan, sikap dan

keterampilan sehingga guru sebagai pengelola pengajaran unit

dituntut untuk dapat menggunaan alat evaluasi tersebut agar

dapat mengetahui tingkat keberhasilan pengajaran unit

(40)

Menuju unit baru yang dimaksudkan adaiah memulai unit

yang

baru

setelah

selesainya

unit

sebelumnya.

Langkah

kegiatan

kulminasi

dan

evaluasi

memungkinkan

timbulnya

problema baru yang dapat dijadikan pokok permasalahan unit

yang baru.

3.4. Manfaat Lingkungan dalam PBM IPS

Di dalam bab terdahulu telah diuraikan bahwa

lingkungan yang dimanfaatkan dalam proses belajar-mengajar

Ilmu Pengetahuan Sosial adaiah lingkungan fisik, sosial dan

budaya. Pengarajan unit sebagai salah satu jenis mengajar

yang berangkat dari pokok permasalahan tertentu. Demikian

pula pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar

membahas masalah yang terdapat di dalam masyarakat.

Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ini pokok permasalahan

disesuaikan dengan pokok bahasan yang terdapat dalam

garis-garis besar program pengajaran (GBPP).

Guru sebagai penterjemah GBPP dan pengelola pengajar

an dituntut untuk menyesuaikan p*okok bahasan yang terdapat dalam GBPP bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial dengan pokok

permasalahan dan dengan sumber beiajar yang terdapat di

sekitarnya atau yang terdapat di lingkungannya.

Pokok permasalahan yang diambil dari pokok bahasan

mengandung beberapa sub masalah yang masing-masing perlu

(41)

dengan

melaksanakan

kegiatan-kegiatan

tertentu.

Kegiatan

siswa ini dapat berupa karya wisata, survey pengabdian

pada

masyarakat,

wawancara dan mengundang nara sumber.

Di

sini

terlihat bahwa

lingkungan

sebagai

tempat

siswa

menemukan masalah untuk dipecahkan

dalam

pengajaran

unit.

Lingkungan

sebagai

sumber

permasalahan

dan

juga

sebagai

sumber

informasi untuk pemecahan masalah

tersebut.

Dengan memanfaatkan lingkungan proses belajar-mengajar dapat

lebih

berkesan

dan lebih bermakna, karena

lingkungan

itu

dihadapi

sehari-hari

oleh

siswa.

Siswa

memperoleh

pengetahuan itu langsung dari sumbernya apabila perlu

dapat

bertanya dan mengalaminya.

Memanfaatkan

lingkungan

berarti

dapat

mengurangi

verbalisme dan membuat pelajaran itu lebih menarik. Anak

dapat

memperoleh

kesempatan ke luar kelas

dan

memperoleh

tempat yang bervariasi.

Proses belajar-mengajar yang memanfaatkan

lingkungan

bagi

lembaga

yang dikunjungi siswa dapat

berguna

sebagai

sarana untuk menjelaskan dan berkomunikasi kepada para siswa

tentang lembaga tersebut. Lingkungan yang berada di sekitar

siswa tidak terhingga banyaknya sehingga harus dipilih

oleh

guru secara cermat. Guru harus dapat memilih pokok masalah dan sumber informasi yang berguna bagi siswa dan juga yang

dapat memenuhi tuntutan pokok bahasan yang terdapat di dalam

(42)

studi yang diajarkan. Sesuai dengan sifat dan ciri dari

proses

belajar-mengajar yang berbentuk unit

maka

kegiatan

pemanfaatan lingkungan dilakukan secara terpadu. Dalam satu

pokok bahasan dapat dimanfaatkan lingkungan fisik,

lingkungan sosial dan budaya secara bersamaan.

3.5. Organisasi Kurikulum Bidang Studi IPS

Kurikulum mempunyai berbagai pengertian. Lahirnya

berbagai pengertian kurikulum disebabkan titik pandangan dan

tekanannya yang berbeda-beda, narnun demikian secara singkat

dapat diambil 2 macam arti kurikulum.

Kurikulum dalam arti sempit sejumlah mata pelajaran

yang harus ditempuh untuk memperoleh ijazah, sedangkan

pengertian secara luas kurikulum adaiah semua usaha sekolah

untuk membantu siswa dalam beiajar baik yang berlangsung di

dale.m ruang kelas. di halaman sekolah dan di masyarakat.

Kurikulum merupakan penerapan dari suatu teori

pendidikan. Teori pendidikan terdiri dari pendidikan klasik.

P r i bad i, interaksiona1 dan tekno1o g i.

Keempat teori pendidikan ini memiliki teori pandangan

tentang anak didik, pendidik, isi dan proses pendidikan yang

berbeda. Keempat teori pendidikan itu memiliki konsep kuri

kulum masing-masing.

(43)

disebut kurikulum rekonstruksional. (nana Svaodih S. 1988 : 86)

Kurikulum subyek akademik bertujuan mewariskan hasil

budaya masa lalu. Budaya masa lalu tersusun dalam bentuk

disiplin ilmu. Disiplin ilmu ini, oleh para pendahulu sudah

disusun

secara

logis

dan sistematis.

para

guru

tinggal

menyajikannya di dalam kelas.

Kurikulm humanis bertujuan mengembangkan pribadi anak

secara utuh. Guru percaya bahwa siswa mempunyai kemampuan

untuk berkembang sendiri, sehingga pendidikan berusaha

menyediakan keadaan yang menunjang kepribadian anak untuk

berkembang dengan wajar.

Sekolah menyediakan kondisi yang permisif dan akrab,

agar siswa mampu mengembangkan kepribadiannya secara utuh.

Kurikulum teknologi bertujuan membentuk prilaku pada diri

siswa dengan mempergunakan alat-alat hasil teknologi. Kuri

kulum teknologi menyediakan tugas-tugas untuk diselesaikan

siswa.

Pengajaran dalam kurikulum ini bersifat individualis-tis dan lebih menekankan efisiensi dan efektifitas program.

Kurikulum rekonstruksi sosial, bertujuan untuk

memecahakan masalah yang dihadapi masyarakat sekitarnya.

Kurikulum ini berangkat dari masalah mendesak yang dihadapi

masyarakat. Masalah ini dipecahkan bersama antara siswa, guru dan masyarakat sebagai tantangan untuk diselesaikan

(44)

Pemecahan masalah itu dipergunakan ilmu yang inter

disipli-n e r .

Ilmu

pengetahuan

sosial menganut

konsep

kurikulum

rekonstruksi

sosial karena IPS berangkat dari masalah

yang

dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dan

pemecahannya

dipergunakan ilmu yang interdisipliner.

Organisasi kurikulum merupakan susunan bahan pelajar

an yang disajikan pada proses belajar-mengajar.

"Organisasi

kurikulum yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan

disampaikan

kepada murid-murid."

(S.

Nasution,

1988:142).

Organisasi

kurikulum ini berperan penting dalam proses

be

lajar-mengajar karena menentukan urutan materi yang

diajar

kan dan cara menyajikannya.

Pada

umumnya

terdapat

3

(tiga)

pendekatan

yang

digunakan dalam mengorganisasi bahan pengajaran.

1. Subject centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajaran.

2. Learner centered design, suatu desain yang

meng-utamakan peranan siswa.

3. Problem centered design, desain kurikulum yang bertolak dari masalah yang dihadapi dalam masya rakat. (Nana Syaodih S., 1988:123)

Pertama, organisasi dengan pendekatan pelajaran. Pendekatan ini bahan pelajaran dalam proses belajar-mengajar

disusun dengan berdasar kepada mata pelajaran. Dalam proses

belajar-mengajar itu siswa diminta mempelajari bahan pela

jaran yang berupa mata pelajaran. Dengan demikian dalam

(45)

pelajaran.

Di antara mata pelajaran itu satu dengan pelajar

an yang lain terdapat batas yang tegas.

Penyajian

bahan pelajaran yang mempergunakan

pende

katan ini terpisah tegas tanpa terdapat hubungan antara mata

pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya. mata

pelajaran

itu

diberikan secara mandiri

tanpa

keterkaitan

dengan yang lain,

penyajian bahan ini berdasar kepada

struk-tur

dari mata pelajaran masing-masing. Struktur mata

pela

jaran

itulah

yang ditekankan oleh para guru

dalam

proses

belajar-mengajar tersebut.

Kedua,

kurikulum disusun berdasar kepada

minat

dan

pokok bahasan yang menarik perhatian siswa. Pokok bahasan

inilah yang membuat proses atau kegiatan siswa itu relevan

dengan tujuan yang ingin dicapai. Minat

siswa ini

dijadikan

pokok

permasalahan

yang dibahas.

"Kegiatan

beiajar

murid

berpusat

kepada

masalah yang tersirat dalam

thema,

topik

bahasan atau yang menjadi pusat minat tersebut." (Darwis A.

Sulaiman, 1987:208). Dari pendapat ini terlihat bahwa terda

pat kompromi antara masalah yang dihadapi siswa dengan pokok

bahasan yang terdapat dalam GBPP.

Pengalaman

beiajar

siswa

dapat

diorganisasikan

berdasar

pada pokok bahasan yang terdapat dalam

GBPP

yang

juga disesuaikan dengan problem yang dihadapi siswa. Dalam

organsasi ini batas antara mata pelajaran yang satu dengan

(46)

selanjutnya dipecahkan dengan berbagai mata pelajaran.

Ketiga,

proses belajar-mengajar yang

berpusat

pada

problema ini yang sesuai disajikan dalam bentuk unit. Unit

berangkat

dari

masalah dan masalah itu

dipecahkan

dengan

berbagai mata pelajaran secara terpadu tanpa memperhatikan

batas-batas dari mata pelajaran tersebut. "Yang penting

bukan hanya bentuk kurikulum ini akan tetapi juga

tujuan-nya." (S. Nasution, 1988:162) Panduan mata pelajaran ini

berfungsi untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Di dalam

organisasi ini lebih mementingkan pencapaian tujuan yang

ingin dicapai dengan jalan memecahkan masalah yang dihadapi

oleh siswa.

Ketiga jenis organisasi itu satu dengan yang lain

saling berkaitan. Kurikulum tidak mengharapkan semua bahan

disajikan dan diorganisasi dengan satu pendekatan saja. Kita

dapat mengorganisasi bahan pelajaran dengan berbagai pende

katan. "Sebaiknya kita masih mengajarkan subject di samping itu memberikan dua atau tiga kali seminggu pelajaran dalam

bentuk unit." (S. Nasution, 1988:1184)

Dari pendapat ini tersirat bahwa dalam mengorganisasi

bahan pengajaran kita dapat mempergunakan lebih dari satu

pendekatan. Bahan pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial selalu

diorganisasi dalam bentuk unit tetapi dapat diorganisasi

dengan pendekatan yang lain. Hal ini berarti pengajaran Ilmu

(47)

mengingat pokok bahasan yang diajarkan. Pengajaran unit

dapat dilaksanakan dalarn waktu-waktu tertentu dengan meng

ingat pokok masalah yang akan dibahas dan disajikan kepada

(48)
(49)

INTEPRETASI DAN PEMBAHASAN

Dalam Bab V diuraikan tentang intepretasi dan

dis-kusi dari data yang diperoleh di lapangan. Uraian tentang

hal ini secara berturut-turut disajikan sesuai dengan per

masalahan penelitian.

5.1 INTEPRETASI DATA

5.1.1

Cara

Memanfaatkan Lingkungan dalam

Proses

Belajar-Mengajar Ilmu Pengetahuan

Sosial

Pemanfaatan lingkungan dalam proses

belajar-mengajar

Ilmu

Pengetahuan Sosial di sekolah dasar

dilakukan

dengan

membawa

siswa keluar kelas dan masuk ke

dalam

masyarakat.

Hal

ini

dapat dilihat dalam

pelaksanaan

proses

belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar itu.

Di

Sekolah

Dasar A kelas III, siswa

diminta

untuk

bertanya

kepada orang tuanya di rumah, kelas IV

berkunjung

ke

SMP

Meraksa

dan

TK Meraksa,

kelas

V

berkunjung

ke

Koperasi

dan kelas VI berkunjug ke Pasar Ulee

Lheu.

Siswa

Sekolah

Dasar

B kelas III berkunjung ke

Kelurahan.

Siswa

Sekolah

Dasar

C kelas IV berkunjung ke

SMPN

2,

ke kursus

bahasa

Inggris

Meridian.

Siswa kelas V

Sekolah

Dasar

D

berkunjung

ke Puskesmas dan kelas VI berkunjung

ke

kantor

Perpajakan.

(50)

5.1.2 Jenis Lingkungan yang Dimanfaatkan dalam Proses

Belajar-Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah

Dasar

Proses beiajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial di

sekolah

dasar memanfaatkan lingkungan fisik dan

lingkungan

sosial budaya. Pemanfaatan lingkungan fisik dapat dilihat

pada pelaksanaan proses beiajar mengajar tersebut.

Sekolah Dasar A kelas IV mengamati alat-alat

permain-an siswa TK Meraksa, kelas V mengamati dan mempraktekkan

membuat kue dodol, kelas VI mengamati dan menggolongkan

buah-buahan dan sayur-sayuran. Sekolah Dasar A kelas III

mengamati dan mempraktekkan pembuatan kue-kue kecil dari

Ibu-ibu PKK.

Lingkungan sosial budaya dapat dilihat pada pelaksa

naan proses beiajar mengajar di Sekolah Dasar A, kelas III

memanfaatkan pekerjaan orang tua, kelas IV lembaga pendidik

an SMP, dan TK, kelas V Koperasi, kelas VI memanfaatkan

pasar, kelas III Sekolah Dasar B memanfaatkan Kelurahan, kelas IV Sekolah Dasar C memanfaatkan lembaga pendidikan

SMP dan Kursus bahasa Inggris Meridian, kelas V Sekolah

Dasar D memanfaatkan Puskesmas dan kelas VI memanfaatkan

(51)

5.1.3 Kegiatan Siswa

Kegiatan

siswa

dalam

mengikuti

proses

belajar-mengajar

Ilmu

Pengetahuan

Sosial

yang

memanfaatkan

lingkungan dapat dilihat mulai dari awal sampai akhir proses

itu

berlangsung.

Kegiatan siswa

pada awal proses

belajar-mengajar,

siswa mendengarkan penjelasan guru

dan

mencatat

hal-hal yang penting. Siswa mendapat penjelasan pula tentang

tugas dan kegiatan yang dilaksankan nanti di lapangan.

Di lapangan siswa mengamati kegiatan membuat kue

dodol, mengamati kegiatan di pasar, mengamati kegiatan

Ibu-ibu PKK yang membuat kue bolu hias, mengamati kegiatan peta

ni udang, mengamati kegiatan di kursus bahasa Inggris

Meri

dian, mengamati kegiatan cara berobat di Puskesmas dan meng

amati kegiatan di kantor Perpajakan.

Siswa

juga

mengadakan wawancara

atau

tanya

jawab

tentang pekerjaan orang tuanya, menanyakan berapa jumlah

guru, berapa besar uang SPP nya, apa saja yang diajarkan di

TK dan di SMP. bertanya tentang tujuan koperasi, cara

pembagian siswa hasil usaha, siswa menanyakan tentang jumlah

penduduk, pekerjaannya kegiatan PKK di kelurahan Jelingke,

siswa bertanya pula tentang jumlah pegawai di Puskesmas,

cara berobat di Puskesmas, siswa bertanya tentang guna

pajak, macam pajak dan tarif pajak.

Di dalam melaksanakan kegiatan itu siswa menghitung

(52)

penghasilan penduduk, menghitung jumlah siswa, guru>baik

di

TK dan di SMP. Siswa menghitung jumlah penduduk, pekerjaan

penduduk berdasar pada data yang terdapat di papan tulis

yang terdapat di kantor kelurahan.

Siswa mengelompokkan atau menggolongkan penghasilan

penduduk yang termasuk tinggi, sedang dan rendah. Siswa

menggolongkan pedagang berdasar pada barang dagangannya, dan

menggolongkan tarif pajak.

Hasil kegiatan pengamatan, tanya jawab, menghitung

dan menggolongkan dibuat suatu laporan baik itu laporan

tertulis maupun laporan tidak tertulis. Laporan ini

selanjutnya dilaporkan kepada kelas dan guru sebagai

pertanggungjawaban atas tugas yag diberikannya.

Uraian di atas menunjukkan bahwa kegiatan siswa dalam

mengikuti proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial

yang memanfaatkan lingkungan adaiah mengamati, wawancara,

menghitung, menggolongkan, membuat laporan dan melaporkan.

5.1.4 Peranan Guru dalam Proses Beiajar—Mengajar

Ilmu Pengetahuan Sosial yang Memanfaatkan Lingkungan

Sekolah Dasar

Peranan guru dalam proses belajar-mengajar Ilmu

Pengetahuan Sosial dapat dilihat dari awal sampai akhir

proses belajar-mengajar tersebut berlangsung. Pada awal

proses beiajar mengajar berlangsung guru menjelaskan topik

(53)

memberikan

penjelasan kepada siswa agar

siswa

mendapatkan

wawasan pengetahuan tentang permasalahan yang akan

dibahas.

Penjelasan

guru untuk mengantarkan siswa kepada

tugas

dan

kegiatan

yang

akan dilaksanakan nanti

di

lapangan.

Pada

langkah

berikutnya

guru menentukan jenis

kegiatan

siswa,

kapan

kegiatan

itu

dilaksanakan,

bagaimana

cara

melaksanakannya

dan alat-alat apa yang

dipergunakan

dalam

kegiatan

tersebut.

Pada

langkah

ini

guru

mempersiapkan

pedoman

pertanyaan untuk wawancara,

lembar

pengamatan

dan

pesiapan lainnya yang diperlukan. Pada waktu siswa melaksa

nakan

kegiatan,

guru mendampingi dan

membimbing

kegiatan

siswa di lapangan.

Pada

akhir

proses

belajar-mengajar

guru

meminta

tanggung

jawab kepada siswa atas tugas

yang

diberikannya.

Pertanggungjawaban ini dapat ditunjukkan dengan

menyerahkan

laporan

itu

kepada

guru dan

memamerkannya

kepada

kelas

dengan

jalan

membawakan hasil kegiatan siswa

tersebut

di

depan kelas dan guru. Guru menerima laporan dan memeriksa

laporan tersebut. Hasil pemeriksaan ini dipergunakan sebagai

acuan untuk menentukan tingkat keberhasilan dari kegiatan

(54)

5.1.5 Penentuan Keberhasilan Proses Beladar-Mengajar

Ilmu Pengetahuan Sosial yang Memanfaatkan Lingkungan

Sekolah Dasar

Penentuan keberhasilan Proses belajar-mengajar Ilmu

Pengetahuan Sosial yang memanfaatkan lingkungan ditentukan

dengan mengamati kegiatan siswa mulai dari awal proses

beiajar sampai akhir dari proses itu.

Pada awal proses beiajar mengajar, keberhasilan dapat

diketahui dengan melihat tanggapan siswa tentang kejelasan

penjelasan guru yaitu dengan bertanya "apakah kalian sudah

jelas tentang hal ini?" Apabila belum jelas coba siapa yang

belum jelas, coba bertanya?"

Guru mengamati kegiatan yang dilakukan siswa di

Gambar

pengetahuan sosial7)keterampilansepertiglobe,peta,grafik; dalam membuatlaporan,menggambar
suatutabel.Tabelkesesuaian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam teori the code of television John Fiske, Level yang ketiga adalah ideologi, pada level ketiga ini mencakup kode-kode representasi dihubungkan dan

Dengan menggunakan metode Six Sigma diharapkan persentase cacat untuk produk ring piston tipe 4JA1 jenis 2 nd ring dapat mengalami penurunan secara terus menerus sehingga

(1) Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II B Angka (6) Peraturan Pemerintah Nomor

Amin Johanda. Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

[r]

3) Sistem bagi hasil yang diterapkan oleh nelayan Pantai Indah Mukomuko terdiri dari 2 bentuk, yaitu bagi hasil 60% nelayan pemilik dan 40% nelayan penggarap (boat

Pada Hari ini Senin tanggal Lima Belas Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Dua Belas, Kami Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Kesehatan Kab.Nunukan sesuai jadwal yang ada pada Sistem

Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2004 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah