PEMANFAATAN LINGKUNGAN
DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
DI SEKOLAH DASAR
(Studi Deskriptif Analitis terhadap Pemanfaatan Lingkungan
dalam Proses Beiajar Mengajar llmu Pengetahuan Sosia!
pada 4 Sekolah Dasar di Kota Madya Banda Aceh)
T E S I S
Diajukan kepada Panita Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian
Magister Pendidikan dalam bidang
Pengembangan Kurikulum
OLEH:
SAKDIAH IBRAHIM
NIM : 8832072
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Nana^Syaodih Sukmadinata
Pembimbing II
PEMANFAATAN LINGKUNGAN
DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
DI SEKOLAH DASAR
(Studi Deskriptif Analitis terhadap Pemanfaatan Lingkungan
dalam Proses Beiajar Mengajar llmu Pengetahuan Sosia!
pada 4 Sekolah Dasar di Kota Madya Banda Aceh)
T E S I S
Diajukan kepada Panita Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian
Magister Pendidikan dalam bidang
Pengembangan Kurikulum
OLEH:
SAKDIAH IBRAHIM
NIM : 8832072
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Nana^Syaodih Sukmadinata
Pembimbing II
Halaman
KATA PENGANTAR iii
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI ix
BAB I PERMASALAHAN ; 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1. 2 Rumusan Masalah 4
1.3 Definisi Operasional 5
1.4 Tujuan Penelitian 7
1.5 Kegunaan Penelitian 8
1.6 Kerangka Tesis 9
BAB II METODOLOGI PENELITIAN 11
2.1 Penentuan Kasus Penelitian 11
2.2 Waktu Penelitian 12
2.3 Hubungan Penelitian dengan Sumber Data . 13 2.4 Teknik Pengumpulan Data 13
2.5 Instumen Penelitian 15
2 .6 Analisis Data 16
BAB III PEMANFAATAN LINGKUNGAN DALAM PROSES BELAJAR
MENGAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH
DASAR 17
i/3.1 Pengertian llmu Pengetahuan Sosial (IPS) 17 3.2 Lingkungan Sebagai Sumber Beiajar llmu
Pengetahuan Sosial 24
3.3 Proses Belajar-mengajar llmu Pengetahuan
Sosial 30
3.4 Manfaat Lingkungan Dalam Proses
Belajar-mengajar llmu Pengetahuan Sosial 38 ,3.5 Organisasi Kurikulum Bidang Studi llmu
Pengetahuan Sosial 40
BAB IV
DESKRIPSI PELAKSANAAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
IPS YAANG MEMANFAATKAN LINGKUNGAN
DI SEKOLAH
DASAR
46
4.1 Keadaan Sekolah Dasar tempat Penelitian
.
46
4.2 Pelaksanaan Proses
Belajar-mengajar
IPS
yang Memanfaatkan Lingkungan di Sekolah
Dasar Kelas demi Kelas
51
4.3 Matrik Pemanfaatan Lingkungan
dalam
PBM
IPS di Sekolah Dasar 74
BAB V
INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN
80
5 .1 INTERPRETASI DATA ' 80
5.1.1 Cara Memanfaatkan
lingkungan
dalam
Proses Beiajar mengajar llmuPengetahuan Sosial 80
5.1.2 Jenis Lingkungan yang
dimanfaatkan
dalam Proses Belajar-mengajar llmuPengetahuan Sosial di Sekolah Dasar 81
5.1.3 Kegiatan
Siswa
dalam
Mengikuti
Proses
Beiajar
mengajar
Yang
Memanfaatkan Lingkungan 82
5.1.4 Peranan Guru dalam Proses
Belajar-mengajar llmu Pengetahuan Sosial
yang memanfaatkan lingkungan 83
5.1.5 Penentuan Keberhasilan PBM IPS yang
Memanfaatkan Lingkungan di Sekolah
Dasar 85
5.1.6 Kesesuaian antara Isi Kegiatan PBM yang Memanfaatkan Lingkungan dengan
GBPP 86
5 .2 PEMBAHASAN 92
5.2.1 Pemanfaatan Lingkungan dalam Proses Belajar-mengajar llmu Pengetahuan
Sosial di Sekolah Dasar 92
5.2.2 Lingkungan yang Dimanfaatkan dalam Proses Beiajar - mengajar llmu
Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar 97
5.2.3 Kegiatan Siswa 98
5.2.5 Penentuan keberhasilan Proses
Belajar-mengajar 100
5.2.6 Kesesuaian Antara Isi Kegiatan Siswa dalam Mengikuti Proses Belajar-mengajar llmu Pengetahuan Sosial yang memanfaatkan Lingkungan dengan Pokok Bahasan yang terdapat
dalam GBPP 101
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 102
6.1 Kesimpulan 103
• 6.2 Rekomendasi 106
DAFTAR PUSTAKA
110
DAFTAR LAMPIRAN 112
PERMASALAHAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan yang
ber-tujuan member! bekai kepada siswa untuk hidup
bermasyarakat
dan untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
llmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu bidang
studi
yang
disajikan dalam kurikulum sekolah
dasar.
llmu
Pengetahuan Sosial membahas masalah-masalah yang terdapat di
dalam masyarakat termasuk di dalamnya hubungan antara
manu-sia dengan lingkungannya.
Lingkungan
merupakan keadaan yang berada di
sekitar
siswa. Lingkungan ini dapat berupa benda-benda,
tumbuh-tum-buhan,
binatang dan manusia dengan segala kegiatannya.
Ling
kungan
ini dapat digolongkan menjadi lingkungan
fisik
dan
lingkungan sosial budaya.
Proses belajar-mengajar llmu Pengetahuan Sosial meru
pakan
interaksi antara siswa dan guru dalam upaya
mencapai
tujuan
IPS yang ditentukan. Tujuan proses
belajar-mengajar
IPS membekali siswa untuk dapat hidup dan menyesuaikan
diri
Di
dalam masyarakat terdapat berbagai
masalah
yang
harus dipecahkan.
Pokok masalah ini dapat dipecahkan menjadi
sub masalah sehingga di dalam masyarakat terdapat masalah
yang kornpleks.
Pemecahan masalah yang kornpleks memerlukan pengeta
huan dan keterampilan dari berbagai bidang ilmu secara
ter-padu. Siswa sebagai anggota masyarakat harus diberi bekal
ilmu pengetahuan untuk menghadapi dan memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan di masyarakat. Proses bela
jar-mengajar di sekolah dasar "perlti dimulai dengan
pe-ngenalan, pemahaman sampai dengan keterampilan fungsional
yang ada di sekitar lingkungan murid dan lingkungan di mana
sekolah itu berada." (Lampiran keputusan Mendikbud nomor 0412/U/1987, : 3).
Siswa sekolah dasar dikenalkan kepada masalah yang ada di
masyarakat dan cara pemecahannya agar siswa dapat memahami
masalah yang dihadapi dan dapat memecahkannya. Siswa harus
dibekali keterampilan yang fungsional untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Ilmu Pengeta
huan Sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial diberikan di
sekolah-sekolah termasuk di sekolah dasar "untuk mengembangkan cara
berfikir kritis dan kreatif siswa dalam melihat hubungan
manusia dan lingkungan hidupnya." (Kurikulum SD kelas III,
sehari-hari. Lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
atau materi beiajar karena lingkungan sebagai sumber masalah
untuk dipecahkan.
Lingkungan sebagai salah satu sumber beiajar Ilmu
Pengetahuan Sosial dapat dimanfaatkan dengan 2 (dua) cara.
Pertama; membawa siswa masuk ke dalam lingkungan. Hal ini
dilakukan dengan mengadakan karya wisata, pengamatan, kerja
lapangan dan mengadakan wawancara.
Kedua;
membawa lingkungan masuk ke dalam kelas.
Cara
kedua
ini dilakukan dengan membawa aslinya, membawa tiruannya
dan membawa nara sumber masuk ke dalam kelas.
Guru
sebagai pembawa dan pengembang kurikulum
dapat
memilih lingkungan dan menentukan cara-cara yang tepat untuk
memanfaatkannya dalam proses belajar-mengajar yang
dilaksa-nakan.
Gurulah yang membawa kurikulum menjadi kenyataan.
Lingkungan yang terdapat di sekitar siswa tidak
ter
hingga banyaknya.-Guru dituntut untuk memilih jenis ling
kungan yang dapat menunjang'pencapaian tujuan proses
belajar-mengajar IPS yang dilaksanakan,di samping itu dituntut juga
untuk mejiekan hal-ha'l dari lingkungan,
i'tu-y*ng'menghambat---pencapaian tujuan. proses" belajar-mengajar tsb.
Guru dituntut untuk mempersiapkan, membimbing dan
mengarahkan proses belajar-mengajar itu sehingga dapat
pengelola proses belajar-mengajar harus mempersiapkan dan
merencanakan proses yang akan berlangsung, karena proses
belajar-mengajar itu hanya akan dapat berlangsung dengan
baik apabila
direncanakan dengan cermat.
Penggunaan lingkungan dalam proses belajar-mengajar bidang studi Ilmu Fengetahuan Sosial dapat melalui berbagai
macam dan bentuk kegiatan. Kegiatan ini berlangsung di dalam
kelas dan dapat berlangsung di luar kelas. Kegiatan siswa
ini mempunyai isi tertentu yang harus dikuasai siswa dalam
proses belajar-mengajar.
Guru sebagai pengelola proses belajar-mengajar
berpe-gang kepada garis-garis besar program pengajaran. Dengan
demikian isi dari kegiatan-kegiatan dalam proses
belajar-mengajar IPS diharapkan sesuai dengan pokok bahasan yang terdapat dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP).
Kesesuaian antar isi kegiatan dengan pokok bahasan
yang terdapat dalam GBPP inilah yang ingin diungkap dalam
penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian
adalah
bagaimana
guru memanfaatkan lingkungan
dalam
proses
belajar-mengajar di sekolah dasar.
Pokok permasalahan ini dapat dirinci menjadi beberapa
di sekitar siswa dalam proses belajar-mengajar Ilmu Pe
ngetahuan Sosial di sekolah dasar.
2. Lingkungan apakah yang dimanfaatkan dalam proses
belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar terse
but?
3. Kegiatan-kegiatan
apakah
yang dilakukan
siswa
sekolah
dasar
itu dalam mengikuti proses
belajar-mengajar
Ilmu
Pengetahuan Sosial yang memanfaatkan lingkungan?
3. Peranan
apa yang dilakukan gumi dalam
mengelola
proses
belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang
memanfaat
kan lingkungan di sekolah dasar tersebut?
5. Pertimbangan apakah yang dipergunakan guru untuk menentu
kan keberhasilan proses belajar-mengajar di sekolah dasar
tersebut?
6. Apakah
isi kegiatan siswa sekolah dasar dalam
mengikuti
proses belajar-mengajar IPS yang memanfaatkan
lingkungan
itu sesuai dengan pokok bahasan yang terdapat dalam
GBPP
IPS yang berlaku?
1.3. Definisi Operasional
Penelitian ini difokuskan kepada pemanfaatan lingkungan
yang
berada di sekitar siswa dalam proses
belajar-mengajar
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
di
sekolah
dasar,
untuk
lebih
1. Pemanfaatkan lingkungan yang dimaksudkan penggunaan ling
kungan untuk keperluan suatu kegiatan tertentu.
Lingkung
an itu digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan
yang
akan dicapai. Berkaitan dengan permasalahan penelitian
ini lingkungan digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial di
sekolah dasar.
2. Lingkungan yang dimaksudkan adaiah keadaan yang berada di
sekitar siswa yang berada pada radius 1 km. dari pusat
sekolah. Lingkungan ini dapat berupa benda-benda,
tum-buh-tumbuhan, binatang, manusia, dan hasil karya manusia.
Hasil karya manusia ini berupa hubungan antar manusia
sehari-hari, termasuk di dalamnya tempat-tempat hubungan
antar manusia dan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. 3. Proses belajar-mengajar yang dimaksud interaksi antara
guru dengan siswa dalam usaha mencapai tujuan tertentu.
Interaksi ini berlangsung di dalam kelas dan di luar kelas. Interaksi di dalam kelas dapat berupa pemberian
informasi, pemberian tugas dan penyerahan hasil kerja
siswa. Sedang yang berlangsung di luar kelas dapat berupa
pelaksanaan tugas oleh para siswa.
Pelaksanaan tugas ini dapat berupa mengamati, menghitung
menggolongkan, menulis dan melaporkan.
4. Ilmu Pengetahuan Sosial yang dimaksud adaiah mata
dengan kelas VI.
5. Sekolah dasar yang dimaksudkan adaiah lembaga
pendidikan
formal yang paling bawah tingkatannya.
Sekolah dasar
ini
memiliki 6 kelas dan menyajikan mata pelajaran Ilmu Pe
ngetahuan Sosial mulai
dari kelas III sampai dengan kelas
VI. Waktu beiajar bagi siswa sekolah dasar ini dibagi
menjadi
3 (tiga)
catur wulan yaitu catur wulan I
bulan
Juli - Oktober,
catur wulan II berlangsung bulan November
Februari,
dan catur wulan III berlangsung mulai
bulan
Maret - Juni. Penelitian dilakukan satu catur wulan yaitu
pada catur wulan II.
Dengan
demikian permasalahan penelitian
itu
adaiah
bagaimana pemanfaatan keadaan di sekitar sekolah yakni
pada
radius 1 km oleh guru dalam menyelenggarakan proses bela
jar-mengajar
bidang studi IPS seperti yang tercantum
dalam
GBPP di Sekolah Dasar catur wulan II?
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
deskripsi
tentang
bagaimana guru memanfaatkan lingkungan
di
sekitar
siswa dalam proses belajar-mengajar Ilmti Pengetahuan
Sosial
di Sekolah Dasar, terutama berkenaan dengan:
1. Cara guru memanfaatkan lingkungan yang berada di
sekitar
Sosial di sekclah dasar.
2. Lingkungan
yang dimanfaatkan dalam proses
belajar-meng
ajar Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar.
3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa sekolah dasar
dalam mengikuti proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan
Sosial yang memanfaatkan lingkungan.
4. Peranan guru dalam mengelola proses belajar-mengajar Ilmu
Pengetahuan Sosial yang memanfaatkan lingkungan di seko
lah dasar.
5. Pertimbangan yang dipergunakan guru untuk menentukan
keberhasilan proses belajar-mengajar yang memanfaatkan
lingkungan di sekolah dasar.
6. Kesesuaian isi kegiatan siswa sekolah dasar dalam meng
ikuti proses belajar-mengajar yang memanfaatkan lingkung
an dengan pokok bahasan yang terdapat dalam GBPP IPS yang
berlaku.
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan
sebagai bahan masukkan bagi perbaikan dan penyempurnaan
kurikulum di sekolah dasar, terutama bagi yang terkait di
dalamnya.
1. Bagi guru sekolah dasar yang bersangkutan hasil peneliti
persiapan, melaksanakan dan menentukan keberhasilan pro
ses belajar-mengajar yang dilaksanakan.
2. Bagi Kepala Sekolah Dasar hasil penelitian dapat diper
gunakan sebagai pertimbangan menentukan kebijakan
pe-ngelolaan lembaga itu terutama pada pengelolaan proses
belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Bagi pengembang kurikulum hasil penelitian dapat dipergu
nakan sebagai pertimbangan menentukan sarana dan
prasara-na yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar Ilmu
Pengetahuan Sosial di sekolah dasar.
1.6 Kerangka Tesis
Dalam penyajian tesis ini disusun dari bab I sampai
bab VI.
Bab I berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan
dari penelitian ini.
Bab II membahas tentang metodologi yang berarti
membahas tentang bagaimana penelitian ini dilaksanakan. Di dalam Bab II ini disajikan penentuan kasus penelitian, waktu penelitian, hubungan peneliti dengan sumber data, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian dan analisis data.
Bab III membahas tentang landasan teori. Di sini
disajikan hasil studi kepustakaan tentang pemanfaatan ling
di sekolah dasar. Secara rinci di dalam bab ini dibahas
tentang pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial, lingkungan seba
gai sumber beiajar ilmu pengetahuan sosial, proses
belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, manfaat lingkungan dalam
proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial dan terakhir
ogranisasi kurikulum bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial.
Bab IV ini membahas tentang deskripsi pelaksanaan proses belajar-mengajar Ilmu. Pengetahuan Sosial di sekolah
dasar yang memanfaatkan lingkungan. E>alam bab ini dipaparkan
hasil pengamatan, hasil wawancara dan hasil studi
dokumenta-si.
Hasil dari ketiga kegiatan itu diolah dan disajikan dalam bentuk paparan pelaksanaan proses belajar-mengajar
Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar dengan memanfaatkan
yang berada di sekitar siswa.
Bab V menyajikan intepretasi dan pembahasan. Dalam
bab ini diuraikan intepretasi dari data yang tertera pada deskripsi. Di samping intepretasi disajikan pembahasan
terhadap data yang diperoleh di lapangan.
Bab VI membahas kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini
menyajikan
kesimpulan yang diperoleh dari
hasil
penelitian
dan rekomendasi dari peneliti berkaitan dengan hasil peneli
BAB III
PEMANFAATAN LINGKUNGAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR
Sesuai dengan judul tesis, maka Bab III ini berisi
studi literatur tentang pemanfaatan lingkungan dalam proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar
yang mencakup pembahasan tentang: (1) Pengertian Ilmu Pe
ngetahuan Sosial, (2) Lingkungan sebagai sumber beiajar Ilmu
Pengetahuan Sosial, (3) Proses Belajar-mengajar Ilmu Penge
tahuan Sosial, (4) Manfaat lingkungan dalam proses
belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, (5) Organisasi kurikulum
bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial.
3.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Pada kurikulum sekolah dasar tahun 1963 belum muncul istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bidang studi.
Kurikulum sekolah dasar tahun 1968 menyajikan ilmu bumi,
sejarah dan kewargaan negara.
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bidang studi
mulai dikenal pada kurikulum sekolah dasar tahun 1975.
Sejak
dilaksanakannya
kurikulum tahun 1975
di
sekolah-sekolah, telah terjadi penyesuaian-penyesuai-an bidang penggarapan di sekolah-sekolah yangber-sangkutan.
mata pelajaran pengetahuan
sosial
telah
digabungkan ke dalam suatu bidang studi, yang kita kenal sekarang sebagai Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Sosial atau disingkatkan menjadi Bidang Studi IPS. (Nursid Sumaatmadja, 1980: v)
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai gabungan dari mata pelajaran
pengetahuan sosial yaitu dari Sejarah dan Ilmu Bumi. Organi
sasi kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial bersifat correlated
karena pembahasannya masih kelihatan batas antara mata
pela-jaran pengetahuan sosial yang satu dengan yang Iain meskipun
merupakan eatu bidang studi.
Kurikulum sekolah dasar tahun 1975 disempurnakan
dengan lahirnya kurikulum sekolah dasar tahun 1984. pada
kurikulum tahun 1984 Ilmu Pengetahuan Sosial bersifat
integratif dari mata pelajaran pengetahuan sosial yang ada.
Organisasi Ilmu Pengetahuan Sosial bersifat integrited,
sehingga batas antara mata pelajaran yang satu dengan yang
lain dihilangkan dan disajikan dengan pendekatan yang
integratif pula.
Ilmu Pengetahuan Sosial erat hubungannya dengan ilmu
sosial. Ilmu sosial merupakan ilmu pengetahuan yang membahas hubungan manusia dengan masyarakat dan juga membahas tingkah
laku manusia dalam bermasyarakat. "The social sciences are
the fields of knowledge which deal with mean's social
behavior and his social intitution" (Ralph C. Preston,
1968:4).
Ilmu sosial sebagai bidang ilmu yang membahas tingkah
hubungannya dengan institusinya. Tingkah laku sosial manusia
ini terdiri berbagai aspek sehingga ilmu sosial terdiri dari berbagai bidang ilmu.
Ilmu Pengetahuan Sosial yang juga sering disebut
studi sosial merupakan bidang kajian yang menelaah gejala
dan masalah-masalah yang dihadapi manusia di dalam
masyarakat. "The social studies program is focused on the
interaction of people with each other and with their human
and natural environment." (mlchaelis, 1975:322)
Dari pengertian ini terlihat bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial membahas hubungan antara manusia dengan
lingkungan-nya. Dalam lingkungan terdapat berbagai masalah. Masalah
yang terdapat di lingkungan siswa terdiri dari sub-sub mas
alah. Sub-sub masalah inilah yang dibahas oleh Ilmu Pengeta
huan Sosial. Penyajian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan So
sial pada kurikulum sekolah dasar dalam upaya turut
mewujud-kan tujuan pendidikan.
Social studies education has as its particular mission the task of helping young people develop competencies that enable them to deal with, and to some extent manage, the physical and social forces of the world in which they live. (John Jarolemik,
1967:3)
Ilmu Pengetahuan Sosial berusaha membantu siswa
meng-hadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan
Sosial bukan hanya bersifat teoritis tetapi lebih menekankan pada hal-hal yang praktis. Ilmu Pengetahuan Sosial
Dalam membahas memecahkan masalah yang dihadapi manu
sia, maka Ilmu Pengetahuan Sosial memanfaatkan berbagai
bidang ilmu sosial secara bersama dan terpadu.
Menurut Pedoman IPS untuk guru memberikan pengertian
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai berikut:
Ilmu Pengetahuan Sosial adaiah pelajaran yang merupakan paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial; dapat juga kita katakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang menggunakan bagian-bagian tertentu dari ilmu-ilmu sosial; ilmu pengeta huan mempelajari manusia dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisiknya untuk memahami masalah-masalah sosial. (Depdikbud, 1982:2)
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan bidang dari ilmu sosial
yang digunakan untuk membahas masalah yang dihadapi siswa
dalam kehidupannya. "The social studies are those of
portions of social science that are selected for use in
teaching in elementary and secondary schools." (Ralph C.
Preston, 1968:4) Hal ini sejalan dengan yang diuraikan oleh
William B. Ragan (1966:291) bahwa,
"The term is now generally used to designate
that phase of the curriculum in elementary and high
schools that deals with the relations of human beings
to one another and to their environment".
Dari pendapat ini
lebih jelas bahwa Ilmu Pengetahuan
Sosial
merupakan
bidang ilmu sosial yang dipilih dan diajarkan
di
sekolah dasar dan di sekolah menengah.
Ilmu Sosial yang banyak mewarnai dan sering digunakan
dalam Ilmu Pengetahuan Sosial adaiah geografi, sejarah,
Pengetahuan
Sosial
diajarkan di sekolah dasar
agar
siswa
menjadi
manusia
dan warga negara yang
baik
seperti
yang
diharapkan oleh dirinya sendiri, orang tua, masyarakat dan
agama. "The ultimate objectives of the social studies
program is the improvement of living". (William B. Ragan,
1966:292). Kehidupan yang baik dan yang diharapkan sudah
dirumuskan dalam bentuk tujuan pendidikan nasional yang
terdapat dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, ber— tujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepri-badian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh,
bertang-gung jawafo, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, memperte-bal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan so sial. Sejalan dengan itu dikembangkan iklim beiajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri serta sikap dan prilaku yang inovatif dan kreatif. (GEHN, th. 1988:133-134)
Tujuan Pendidikan Nasional secara lebih jelas
dirumuskan dalam Undang-undang Nomor 2 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kese-hatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan." (UU RI Nomor 2 th. 1989 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional : 6)
Dalam usaha mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional
sasaran yang lebih jelas. Tujuan Pendidikan Nasional dirinci
menjadi tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan
instruksional.
Tujuan institusional sekolah dasar adaiah:
Pertama; mendidik murid agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri dan ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa.
Kedua; memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi murid untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
Ketiga; memberikan bekal kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat minat, kemampuan dan lingkungannya" (Kurikulum sekolah dasar, Landasan Program dan Pengembangannya : 3)
Tujuan institusional untuk mewujudkannya dirinci menjadi
tujuan kurikuler. Tujuan yang pencapaiannya dibebankan kepa
da bidang studi. Salah satu bidang studi yang disajikan di
sekolah dasar adaiah Ilmu Pengetahuan Sosial.
Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial mencakup aspek nilai,
aspek pengetahuan dan aspek keterampilan. Rincian lebih
lanjut tentang tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah
dasar dapat dilihat dalam pedoman umum Ilmu Pengetahuan
Sosial, buku untuk guru sekolah dasar (1982:16-18), yaitu:
a. Tujuan di bidang nilai dan sikap
1) mengakui dan menghormati harkat manusia;
2. mengakui dan menerima nilai-nilai yang terkan-dung dalam Pancasila;
3) menerima nilai-nilai dalam agama masing-masing; 4) memupuk sikap toleransi terhadap agama lain; 5) menghormati perbedaan adat-istiadat, kebudayaan
suku bangsa dan bangsa-bangsa lain;
7) menghormati milik orang lain dan negara;
8) memupuk sikap terbuka bagi perubahan-perubahan di dunia dan nilainya berdasarkan norma-norma yang dimilikinya.
b. Tujuan di bidang pengetahuan dan pengertian ten
tang:
1) sejarah kebudayaan bangsa sendiri dan umat
manusia;
2) lingkungan geografi tempat manusia hidup serta interaksi antara manusia dengan lingkungan fisiknya;
3) cara manusia memerintah negaranya;
4) struktur kebudayaan dan cara hidup manusia di negara sendiri dan negara-negara lain yang dekat maupun jauh;
5) cara manusia membudayakan lingkungannya untuk menjamin hidupnya dan mempertinggi kesejahtera-an bkesejahtera-angskesejahtera-anya;
6) pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap hidup manusia, taraf hidup, rekreasi, kemampuan untuk memproduksi dan men-distribusi barang-barang komunikasi dan trans
port;
7) pengaruh bertambahnya penduduk terhadap ling kungan fisik dan sumber daya alam.
c. Tujuan di bidang keterampilan yakni siswa diharap
kan dapat menguasai:
1) kecakapan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi dari bacaan, ceramah, diskusi, film; 2) keterampilan berfikir, menafsirkan dan menyusun
informasi yang diperolehnya dari berbagai sum ber ;
3) kecakapan untuk meninjau informasi secara
kri-tis serta membedakan fakta dan pendapat;
4) kecakapan untuk mengambil keputusan berdasarkan fakta-fakta dan pemikiran;
[image:25.595.115.501.180.690.2]5) kecakapan dalam menggunakan metode problem solving (cara untuk menyelesaikan masalah); 6) keterampilan dalam menggunakan alat-alat ilmu
pengetahuan sosial seperti globe, peta, grafik; 7) keterampilan dalam membuat laporan, menggambar
Dengan demikian Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu
mata pelajaran yang dipilih dari ilmu sosial yang diajarkan di sekolah dalam upaya membekali pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai kepada siswa untuk dapat memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Ilmu Pengetahuan
Sosial sebagian dari ilmu sosial.
Tujuan kurikuler diwujudkan dengan merinci tujuan itu
menjadi tujuan instruksional yaitu tujuan yang pencapaiannya
dibebankan pada setiap proses beiajar mengajar.
3.2. Lingkungan Sebagai Sumber Beiajar IPS
Lingkungan merupakan keadaan yang berada di sekitar
siswa baik itu yang berupa keadaan fisik maupun keadaan
sosial yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. "Ling
kungan berupa kondisi-kondisi tertentu yang dikendalikan,
diatur atau dimanupulasi guna menciptakan situasi pengajaran
yang kondusif." (Nana Sudjana, dan Ahmad Rivai, 1989:64)
Lingkungan yang berada di sekitar siswa dapat dipergunakan
sebagai sumber beiajar dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. "Lingkungan merupakan sumber pelajaran yang tak
ternilai harganya." (S. Nasution, 1988:171).
Lingkungan itu harus dipilih dan diatur agar dapat
menunjang
pencapaian
tujuan
pengajaran
secara
efektif.
"Lingkungan yang dapat dimanfaatkan dalam pengajaran terdiri
(Depdikbud, 1987:24). Lingkungan fisik merupakan keadaan
yang berupa benda-benda yang berada di sekitar siswa.
Lingkungan sosial merupakan hubungan antara manusia
yang mempengaruhi perkembangan siswa. Lingkungan sosial ini
dapat berupa organisasi dan perkumpulan-perkumpulan,
misalnya Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Kelurahan,
Koperasi, PKK dan sebagainya. Sedangkan lingkungan budaya
merupakan hasil kerja manusia yang berada di sekitar siswa
misalnya upacara-upacara keagamaan, candi, musium dan
sebagainya. Menurut S. Nasution (1983:13-14), bahwa:
Lingkungan yang mempengaruhi siswa adaiah ling kungan alamiah dan lingkungan sosial budaya. Ling
kungan sosial budaya mengandung 2 unsur yakni:
(a) unsur sosial yakni interaksi di antara manusia, (b) dan unsur budaya yakni bentuk kelakuan yang sama
yang terdapat di kalangan kelompok manusia.
Lingkungann yang berada di sekitar siswa baik fisik
dan sosial budaya dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan
pengajaran yang telah ditentukan. Guru mengatur lingkungan
yang berada di sekitar siswa agar dapat menunjang pencapaian
tujuan tersebut.
"The quality of the program is determined in the final analysis by the procedures used to make the
social studies functional and meaningful for
children." (William B. Ragan, 1966:300)
Lingkungan yang dimanfaatkan dalam proses belajar-mengajar
Ilmu Pengetahuan Sosial itu harus diatur agar dapat terarah
kepada tujuan yang akan dicapai dan mempunyai makna yang
siswa.-Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berangkat dari
permasalahan yang timbul di masyarakat. Masalah bersumber dari keadaan yang berada di sekitar siswa. Dengan demikian
lingkungan sebagai sumber problema bagi siswa dan sekaligus
sebagai sumber pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, oleh
karena itu lingkungan sangat bermanfaat dalam pengajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial.
Pemanfaatan lingkungan dalam pengajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pertama dengan membawa siswa masuk ke masyarakat dan kedua
membawa masyarakat masuk ke dalam kelas. Membawa siswa masuk
ke masyarakat berarti proses belajar-mengajar terjadi di
luar kelas. Dengan membawa siswa masuk ke masyarakat maka
siswa akan mendapatkan pengalaman langsung.
The children learn by doing by coordinating their existing knowledge with the acquisition of new knowledge (and perhaps new skills) in accomplishment their task. (Merritt P.. 1961:146)
Siswa memasuki masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan
keterampilan baru yang tidak terungkap selaina proses
belajar-mengajar di dalam kelas.
Di luar kelas siswa memperoleh hal-hal yang sangat
berguna sehingga beiajar di dalam masyarakat lebih menarik.
"Learning out-of-doors is still learning however more roman
tic it may be than learning 'in doors.'" (Earl S. Johnson,
1956:433). Proses belajar-mengajar di luar kelas dapat
experience they may come to know, see. and feel their
community as a way of life "aching with vividness'." (Earl
S. Johnson. 1956:433). Siswa dengan melakukan kegiatan di
luar kelas dapat mengetahui, melihat dan merasakan sendiri
problema yang terdapat di dalam masyarakat. Siswa dapat
menerapkan pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Pemecahan masalah oleh
siswa sendiri akan membuatnya lebih berkesan dan lebih
fungsional.
Siswa akan menemukan sendiri masalah dan
memecahkannya dengan cara sendiri. Hal ini sesuai dengan
yang
dikemukakan
oleh
filsuf
Rousseau
bahwa
"Segala
pengetahuan Emile harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,
dengan alat-alat yang dibuat sendiri, dengan bekerja
sendiri, membentuk sendiri." (S. Nasution, 1986:88). Dengan
beiajar di masyarakat siswa dapat berperan aktif dalam
masyarakat. Membawa siswa masuk ke dalam masyarakat dapat
dilakukan dengan karya wisata, survey, pengabdian pada
masyarakat dan wawancara.
Karya wisata merupakan kegiatan proses
belajar-mengajar dengan membawa siswa ke masyarakat untuk mengadakan
pengamatan langsung kepada keadaan masyarakat tanpa
mengurangi fungsi dari kegiatan rekreasi. Karya wisata ini
sudah ditentukan tujuan yang akan dicapai. Ditentukan
kegiatan
tersebut.
Dengan kata lain karya
wisata
sebagai
kegiatan
rekreasi
yang
terarah
kepada
tujuan
tertentu.
Dengan
karya
wisata
siswa
akan
memahami
masalah
yang
dihadapi di dalam masyarakat dan dapat berpartisipasi
untuk
memecahkan masalah tersebut.
Survey
yang
dimaksud
adaiah
kegiatan
untuk
mengumpulkan
data
dan
informasi
tentang
masalah-masalah
sosial dan cara pemecahannya.
Kegiatan survey ini
dilakukan
dengan
perencanaan
yang
sistematis
sehingga
diperoleh
informasi yang tepat sesuai apa yang diinginkan. Siswa dapat
menyumbangkan pemikirannya untuk menemukan dan memecahkan
suatu masalah yang dihadapi di masyarakat.
Pengabdian kepada masyarakat maksudnya kegiatan siswa
untuk turut bekerja bersama-sama dengan anggota masyarakat
lainnya memperbaiki salah satu aspek atau beberapa aspek
dari masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Dengan
mengadakan pengabdian masyarakat siswa dapat merasakan
hubungan langsung dengan masyarakat dan mengalami bagaimana
cara dan bagaimana sulitnya memperbaiki aspek-aspek yang
terdapat di masyarakat.
Interview merupakan kegiatan siswa untuk bertanya
atau mengadakan wawancara dengan seorang ahli. Kegiatan
interview ini pertanyaan-pertanyaan yang harus ditanyakan
siswa secara garis besar sudah dipersiapkan oleh guru
dicapai.
Dengan
kegiatan
interview
siswa
mendapatkan
informasi lansung dari sumbernya yaitu orang yang ahli dalam
bidangnya.
Membawa masyarakat atau lingkungan masuk ke dalam
kelas. Hal ini dilakukan dengan membawa sumber informasi itu
ke hadapan siswa di dalam kelas. Sumber ini dapat berupa
benda-benda, peristiwa dan nara sumber atau seorang ahli.
Nara sumber ini dapat memberikan pengetahuan, keterampilan
dan nilai-nilai yang dimilikinya kepada siswa di depan
kelas. Siswa akan lebih berkesan karena diperoleh informasi
itu langsung dari sumbernya tanpa perantara. Siswa juga
lebih tertarik karena suasana beiajar dapat bervariasi. Nara
sumber yang berupa seorang akhli di bidangnya akan
mengungkap masalah-masalah yang dihadapi dan yang
dialaminya. Siswa akan dapat memperoleh pengetahuan yang
baru dan cara menyampaikan yang baru pula.
Dengan memanfaatkan lingkungan proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial akan bervariasi dan
menarik. Pemerintah Republik Indonesia memberikan kesempatan
kepada sekolah dasar untuk mengembangkan proses belajar-mengajar dengan memanfaatkan lingkungan. Hal ini dapat
dilihat dalam keputusan Menteri Depdikbud RI nomor
0412/U/1987 tentang penerapan muatan lokal dalam Kurikulum
Sekolah Dasar yakni dinyatakan bahwa:
alam,
lingkungan
sosial,
lingkungan
budaya
dan
kebutuhan
daerah
yang
perlu
dipelajari
murid.
(Depdikbud, 1987:v)Dan
lebih jelas lagi dalam garis-garis besar program
peng
ajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk sekolah dasar. bahwa
"dimanfaatkan
lingkungan sebagai sumber beiajar".
(Depdik
bud, 1987:72)
3.3. Proses Belajar-Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Proses belajar-mengajar merupakan interaksi antara
siswa
dengan
guru dalam usaha
mencapai
tujuan
tertentu.
Beiajar
menunjuk
kepada siswa,
sedang
mengajar
menunjuk
kepada
kegiatan
guru.
Piloses
beiajar
mengajar
merupakan
pertautan dari kegiatan siswa dan guru.
Mengajar atau teaching merupakan kegiatan atau perlakukan profesional yang dilakukan oleh guru.
Beiajar merupakan kegiatan atau upaya yang
dilakukan
oleh
siswa
sebagai
akibat
atau
respon
terhadap
kegiatan
mengajar
yang telah dilakukan
oleh
guru.
Keseluruhan pertautan kegiatan yang memungkinkan
dan
berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar-mengajar disebut pengajaran (instruction). (NanaSyaodih S., 1988:6)
Guru sangat berperan di dalam membimbing dan mengarahkan
berlangsungnya proses belajar-mengajar. Kegiatan dan keaktifan siswa tergantung kepada persiapan, pengarahan dan
bimbingan yang dilakukan oleh guru. Gurulah yang memegang
kendali dalam proses belajar-mengajar.
Proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial
masyarakat. Problema atau masalah yang dihadapi masyarakat
dijadikan bahan untuk dibahas dan dipecahkan dalam kegiatan
beiajar mengajar. Siswa dihadapkan langsung dengan
masalah-masalah yang terjadi di masyarakat secara nyata..
Dalam proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial
guru dapat menyajikan dan memberi makna kepada
masalah-masalah yang terdapat di sekitar siswa agar masalah itu
dapat bermakna bagi kehidupan siswa dalam masyarakat. Siswa
dapat menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapinya di
masyarakat. Masalah yang terdapat di masyarakat sangat
kornpleks sehingga memerlukan berbagai bidang ilmu sosial
secara terpadu. pada dasarnya masalah yang terdiri dari
berbagai aspek itu, tiap aspek memerlukan pemecahan sesuai
dengan bidangnya.
Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bukan merupa kan pengajaran pengetahuan sosial yang terlepas-lepas yang satu terisolasi dari yang lainnya. Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan sistem pengajaran atau masalah sosial dari berbagai aspek kehidupan
atau melakukan interrelasi berbagai aspek kehidupan
sosial dalam membahas gejala atau masalah sosial. (Nursid Sumaatmadja, 1984:22)
Pemecahan masalah dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
memerlukan perpaduan dari berbagai ilmu sosial dan juga
memerlukan berbagai metode pengajaran. Metode yang terdap>at
pada pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial antara lain memberi
tahu, berdiskusi, karya wisata, sosiodrama, pemberian tugas,
demonstrasi, eksperimen dan problem solving. Metode ini
tujuan dan bahan pengajaran tertentu. Dengan demikian tidak ada satu metode yang sesuai dengan semua bahan dan tujuan.
Guru sebagai pelaksana dan pengelola proses
belajar-mengajar yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan
bahan yang disajikannya.
la juga harus bersedia mencoba teknik-teknik yang baru dengan kesadaran bahwa tidak ada satu meto de tertentu yang seuai dengan semua bahan, semua siswa dan semua pengajar. (Depdikbud, 1982:64)
Materi proses beiajar Ilmu Pengetahuan Sosial
merupakan aspek-aspek masalah sosial yang dihadapi siswa.
Dengan demikian penyajiannya disampaikan dengan metode
belajar-mengajar yang bervariasi.
Proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang
memanfaatkan lingkungan dilaksanakan dengan pengajaran unit
karena proses belajar-mengajar ini mempunyai ciri-ciri pengajaran unit yaitu berangkat dari permasalahan yang
dihadapi siswa dan memanfaatkan perpaduan dari berbagai
bidang ilmu.
A unit, or a unit of work, can be defined as a purposeful learning experience focused upon some socially significant understanding which will modify
the behavior or the learner and enable him to adjust
to a life sitution more effectively." (Lavone A.
Hanna, 1955:101)
Unit diartikan sebagai pengalaman beiajar yang memusatkan
perhatian
kepada
keadaan
masyarakat
yang
penting
untuk
diketahui siswa dan dipecahkannya. Lingkungan yang berada di
menyangkut berbagai mata pelajaran. Menurut S. Nasution
(1988:164) bahwa "faktor yang menyatukan ialah masalah atau
problema yang terkadung dalam pokok yang diselidiki oleh
murid-murid". Pengajaran unit merupakan cara mengajar dengan
berangkat dari keadaan di masyarakat.
Keadaan yang dimaksud adaiah masalah-masalah sosial
yang berada di sekitar siswa dan bermanfaat bagi
kehidupan-nya. Masalah sosial ini dijadikan topik yang dibahas dalam
proses belajar-mengajar. Di sini siswa, guru dan masalah
atau lingkungan berpadu dalam unit dalam usaha mencapai
tujuan pengajaran yang diinginkan.
Unit dalam rangka pengajaran itu, mempunyai arti sebagai satu cara beiajar dan/atau mengajar yang bermaksud mengintegrasikan faktor-faktor pelajaran, bahan pelajaran dan pengajaran serta hal-hal yang ada
di sekitarnya dalam satu situasi tertentu dimana
faktor-faktor itu berkonfrontasi secara wajar dalam kelangsungan proses beiajar itu. (Oemar Hamalik,
1989:20)
Unit sebagai suatu cara mengajar dalam usaha mencapai tujuan
pengajaran yang diinginkan.
Pengajaran unit sebagai metode belajar-mengajar
di sini ialah cara belajar-mengajar dimana siswa dan
guru mengarahkan segala kegiatan pada pemecahan
suatu masalah yang telah dirumuskan lebih dahulu secara bersama-sama. (Marsudi Taredja, 1980:2)
Permasalahan yang ditentukan bersama antara guru dan siswa
ini menjaga agar permasalahan itu dapat dilaksanakan dan
sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa.
Guru harus menjaga agar pelajaran tidak menyim-pang dari pokok masalah. Segala sesuatu yang dilaku
dengan
pokok tersebut dan merupakan
eumbangan
guna
mencapai tujuan unit itu.
(S. Nasution,
1988:164)
Pokok permasalahan dalam pengajaran unit dipilih oleh
guru
dan
mengingat
minat
para
siswa.
Pada
dasarnya
pengajaran
unit
mengikuti
langkah-langkah
dalam
metode
pemecahan
masalah yaitu menemukan dan
merumuskan
masalah.
menganalisis
masalah,
mengajukan
hipotesis,
mengambil
kesimpulan dan berbuat sesuai dengan hasil tersebut.
Langkah
pengajaran unit menurut John
Dewey
melalui
tahap
persiapan
unit, kegiatan unit dan
mengakhiri
unit.
Menurut
S.
Nasution
(1988:183), pengajaran
unit
dapat
ditempuh
dengan
langkah
memilih
suatu
pokok
masalah,
merencakannya,
mengerjakan unit, mengakhiri
unit,
menilai
unit
dan
menuju
unit
baru.
Langkah-langkah
unit
yang
dikemukakan
oleh
S. Nastuion ini sejalan
dengan
pendapat
William
B.
Ragan
yang dikutip
dalam
pedoman
umum
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
untuk
guru
(1982:71)
yaitu
tahap
orientasi,
tahap>
perencanaan,
tahap
kegiatan,
tahap
kulminasi, dan tahap evaluasi.
Dari dua pendapat itu dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah unit adaiah sebagai berikut:
1. Langkah Orientasi.
2. Langkah Perencanaan.
3. Langkah Kegiatan.
4. Langkah Kulminasi.
6. langkah Menuju Unit yang baru.
Lankah-langkah ini dapat dirinci
lebih Ianjut sehingga dapat
lebih jelas.
Langkah orientasi maksudnya uraian secara garis besar
tentang permasalahan yang dihadapi. Langkah orientasi ini
untuk membantu siswa agar dapat melihat makna dari pengajar
an unit yang akan dilaksanakan bagi diri siswa dan bagi
masyarakat. Di samping itu agar dapat ditemukan
sumber-sum-ber beiajar yang sumber-sum-berada di sekitar sekolah yang dapat diman
faatkan dalam pengajaran tersebut. Tujuan dari orientasi ini
untuk membangkitkan minat siswa untuk memperdulikan perma
salahan yang berada di sekitarnya dan berusaha untuk turut
serta memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian dari
langkah ini akan muncul sub-sub tema yang berkaitan dengan
pokok permasalahan dan cara-cara pemecahannya.
Langkah perencanaan merupakan langkah tindak Ianjut
dari langkah orientasi. Langkah perencanaan ini merupakan langkah untuk mengantar siswa masuk ke dalam langkah
kegiatan yang nyata di dalam masyarakat/lapangan. Pada
langkah perencanan ditentukan pokok masalah yang utama dan
rincian dari pokok masalah itu menjadi sub masalah. Dari sub
masalah itu akan muncul alternatif pemecahannya alternatif pemecahan itu untuk selanjutnya diterjemahkan ke dalam suatu
kegiatan yang nyata. Kegiatan-kegiatan siswa ini dapat
pokok. Penentuan kelompok ini dapat ditentukan dengan pola
paraiel, pola komplementer dan dengan pola campuran. Pola
paralei merupakan pola menentukan kelompok kerja dengan
tugas yang sama untuk masing-masing kelompok. Pola
komplementer
yaitu
pola menentukan kelompok
kerja
dengan
tugas untuk masing-masing kelompok
berbeda.
Pola
campuran
merupakan pola menentukan kelompok dengan memadukan antara
pola kelompok paraiel dan pola komplementer.
Dalam
langkah
perencaan
ini
pula
sudah
ditentukan
waktu
dan
cara
pelaksanaannya.
Alat-alat untuk pelaksanaan kegiatan
sudah
disediakan oleh guru.
Dengan demikian langkah perencaan
ini
mengantar siswa untuk melaksanakan kegiatan secara nyata
di
lapangan.
Langkah kegiatan merupakan kegiatan nyata dari
siswa
di
lapangan.
Pada
langkah ini
siswa
melakukan
kegiatan
mengamati,
membaca,
mengukur,
menulis,
menggolongkan,
bertanya, berdiskusi dan mengkomunikasikan. Kegiatan ini
dalam upaya mengumpulkan informasi untuk memecahkan
masalah
yang dihadapinya.
Langkah
kulminasi merupakan langkah kelanjutan
dari
langkah
kegiatan.
Langkah
ini
dapat
dilakukan
dengan
berbagai cara sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas.
Kegiatan kulminasi ini merupakan pertanggungjawaban terhadap
tugas
yang
dibebankan.
Laporan ini
dapat
berupa
laporan
hasil kerja siswa yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Laporan tidak tertulis merupakan hasil kerja siswa yang
dapat berupa benda-benda dan kejadian-kejadian yang
berkaitan dengan tugas yang dilaksanakannya.
Hasil kerja yang berupa kejadi.an dapat dilaporkan
dengan bermain per an atau dengan mendemonstrasikan kejadi.an
itu di depan kelas dan guru. Dalam kegiatan kulminasi ini
akan terlihat hasil kerja siswa sehingga dapat diambil
kesimpulan tentang keberhasilan proses belajar-mengajar yang
dilaksankan dengan unit.
Langkah evaluasi merupakan langkah mengumpulkan
informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari
kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan ini sebagai lanjutan
dari langkah kegiatan siswa. Evaluasi dapat dilaksanakan
dengan tes dan dengan non tes. Tes dengan berbagai bentuk
dan macamnya dipergunakan untuk mengetahui keberhasilan
proses belajar-mengajar pada aspek pengetahuan dan sikap siswa. Alat non tes dapat berguna untuk mengetahui tingkat
keberhasilan aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap
secara lengkap. Hasil pengajaran unit mencakup aspek-aspek
yang ada pada diri siswa yaitu aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan sehingga guru sebagai pengelola pengajaran unit
dituntut untuk dapat menggunaan alat evaluasi tersebut agar
dapat mengetahui tingkat keberhasilan pengajaran unit
Menuju unit baru yang dimaksudkan adaiah memulai unit
yang
baru
setelah
selesainya
unit
sebelumnya.
Langkah
kegiatan
kulminasi
dan
evaluasi
memungkinkan
timbulnya
problema baru yang dapat dijadikan pokok permasalahan unit
yang baru.
3.4. Manfaat Lingkungan dalam PBM IPS
Di dalam bab terdahulu telah diuraikan bahwa
lingkungan yang dimanfaatkan dalam proses belajar-mengajar
Ilmu Pengetahuan Sosial adaiah lingkungan fisik, sosial dan
budaya. Pengarajan unit sebagai salah satu jenis mengajar
yang berangkat dari pokok permasalahan tertentu. Demikian
pula pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar
membahas masalah yang terdapat di dalam masyarakat.
Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ini pokok permasalahan
disesuaikan dengan pokok bahasan yang terdapat dalam
garis-garis besar program pengajaran (GBPP).
Guru sebagai penterjemah GBPP dan pengelola pengajar
an dituntut untuk menyesuaikan p*okok bahasan yang terdapat dalam GBPP bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial dengan pokok
permasalahan dan dengan sumber beiajar yang terdapat di
sekitarnya atau yang terdapat di lingkungannya.
Pokok permasalahan yang diambil dari pokok bahasan
mengandung beberapa sub masalah yang masing-masing perlu
dengan
melaksanakan
kegiatan-kegiatan
tertentu.
Kegiatan
siswa ini dapat berupa karya wisata, survey pengabdian
pada
masyarakat,
wawancara dan mengundang nara sumber.
Di
sini
terlihat bahwa
lingkungan
sebagai
tempat
siswa
menemukan masalah untuk dipecahkan
dalam
pengajaran
unit.
Lingkungan
sebagai
sumber
permasalahan
dan
juga
sebagai
sumber
informasi untuk pemecahan masalah
tersebut.
Dengan memanfaatkan lingkungan proses belajar-mengajar dapat
lebih
berkesan
dan lebih bermakna, karena
lingkungan
itu
dihadapi
sehari-hari
oleh
siswa.
Siswa
memperoleh
pengetahuan itu langsung dari sumbernya apabila perlu
dapat
bertanya dan mengalaminya.
Memanfaatkan
lingkungan
berarti
dapat
mengurangi
verbalisme dan membuat pelajaran itu lebih menarik. Anak
dapat
memperoleh
kesempatan ke luar kelas
dan
memperoleh
tempat yang bervariasi.
Proses belajar-mengajar yang memanfaatkan
lingkungan
bagi
lembaga
yang dikunjungi siswa dapat
berguna
sebagai
sarana untuk menjelaskan dan berkomunikasi kepada para siswa
tentang lembaga tersebut. Lingkungan yang berada di sekitar
siswa tidak terhingga banyaknya sehingga harus dipilih
oleh
guru secara cermat. Guru harus dapat memilih pokok masalah dan sumber informasi yang berguna bagi siswa dan juga yang
dapat memenuhi tuntutan pokok bahasan yang terdapat di dalam
studi yang diajarkan. Sesuai dengan sifat dan ciri dari
proses
belajar-mengajar yang berbentuk unit
maka
kegiatan
pemanfaatan lingkungan dilakukan secara terpadu. Dalam satu
pokok bahasan dapat dimanfaatkan lingkungan fisik,
lingkungan sosial dan budaya secara bersamaan.
3.5. Organisasi Kurikulum Bidang Studi IPS
Kurikulum mempunyai berbagai pengertian. Lahirnya
berbagai pengertian kurikulum disebabkan titik pandangan dan
tekanannya yang berbeda-beda, narnun demikian secara singkat
dapat diambil 2 macam arti kurikulum.
Kurikulum dalam arti sempit sejumlah mata pelajaran
yang harus ditempuh untuk memperoleh ijazah, sedangkan
pengertian secara luas kurikulum adaiah semua usaha sekolah
untuk membantu siswa dalam beiajar baik yang berlangsung di
dale.m ruang kelas. di halaman sekolah dan di masyarakat.
Kurikulum merupakan penerapan dari suatu teori
pendidikan. Teori pendidikan terdiri dari pendidikan klasik.
P r i bad i, interaksiona1 dan tekno1o g i.
Keempat teori pendidikan ini memiliki teori pandangan
tentang anak didik, pendidik, isi dan proses pendidikan yang
berbeda. Keempat teori pendidikan itu memiliki konsep kuri
kulum masing-masing.
disebut kurikulum rekonstruksional. (nana Svaodih S. 1988 : 86)
Kurikulum subyek akademik bertujuan mewariskan hasil
budaya masa lalu. Budaya masa lalu tersusun dalam bentuk
disiplin ilmu. Disiplin ilmu ini, oleh para pendahulu sudah
disusun
secara
logis
dan sistematis.
para
guru
tinggal
menyajikannya di dalam kelas.
Kurikulm humanis bertujuan mengembangkan pribadi anak
secara utuh. Guru percaya bahwa siswa mempunyai kemampuan
untuk berkembang sendiri, sehingga pendidikan berusaha
menyediakan keadaan yang menunjang kepribadian anak untuk
berkembang dengan wajar.
Sekolah menyediakan kondisi yang permisif dan akrab,
agar siswa mampu mengembangkan kepribadiannya secara utuh.
Kurikulum teknologi bertujuan membentuk prilaku pada diri
siswa dengan mempergunakan alat-alat hasil teknologi. Kuri
kulum teknologi menyediakan tugas-tugas untuk diselesaikan
siswa.
Pengajaran dalam kurikulum ini bersifat individualis-tis dan lebih menekankan efisiensi dan efektifitas program.
Kurikulum rekonstruksi sosial, bertujuan untuk
memecahakan masalah yang dihadapi masyarakat sekitarnya.
Kurikulum ini berangkat dari masalah mendesak yang dihadapi
masyarakat. Masalah ini dipecahkan bersama antara siswa, guru dan masyarakat sebagai tantangan untuk diselesaikan
Pemecahan masalah itu dipergunakan ilmu yang inter
disipli-n e r .
Ilmu
pengetahuan
sosial menganut
konsep
kurikulum
rekonstruksi
sosial karena IPS berangkat dari masalah
yang
dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dan
pemecahannya
dipergunakan ilmu yang interdisipliner.
Organisasi kurikulum merupakan susunan bahan pelajar
an yang disajikan pada proses belajar-mengajar.
"Organisasi
kurikulum yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan
disampaikan
kepada murid-murid."
(S.
Nasution,
1988:142).
Organisasi
kurikulum ini berperan penting dalam proses
be
lajar-mengajar karena menentukan urutan materi yang
diajar
kan dan cara menyajikannya.
Pada
umumnya
terdapat
3
(tiga)
pendekatan
yang
digunakan dalam mengorganisasi bahan pengajaran.
1. Subject centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajaran.
2. Learner centered design, suatu desain yang
meng-utamakan peranan siswa.
3. Problem centered design, desain kurikulum yang bertolak dari masalah yang dihadapi dalam masya rakat. (Nana Syaodih S., 1988:123)
Pertama, organisasi dengan pendekatan pelajaran. Pendekatan ini bahan pelajaran dalam proses belajar-mengajar
disusun dengan berdasar kepada mata pelajaran. Dalam proses
belajar-mengajar itu siswa diminta mempelajari bahan pela
jaran yang berupa mata pelajaran. Dengan demikian dalam
pelajaran.
Di antara mata pelajaran itu satu dengan pelajar
an yang lain terdapat batas yang tegas.
Penyajian
bahan pelajaran yang mempergunakan
pende
katan ini terpisah tegas tanpa terdapat hubungan antara mata
pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya. mata
pelajaran
itu
diberikan secara mandiri
tanpa
keterkaitan
dengan yang lain,
penyajian bahan ini berdasar kepada
struk-tur
dari mata pelajaran masing-masing. Struktur mata
pela
jaran
itulah
yang ditekankan oleh para guru
dalam
proses
belajar-mengajar tersebut.
Kedua,
kurikulum disusun berdasar kepada
minat
dan
pokok bahasan yang menarik perhatian siswa. Pokok bahasan
inilah yang membuat proses atau kegiatan siswa itu relevan
dengan tujuan yang ingin dicapai. Minat
siswa ini
dijadikan
pokok
permasalahan
yang dibahas.
"Kegiatan
beiajar
murid
berpusat
kepada
masalah yang tersirat dalam
thema,
topik
bahasan atau yang menjadi pusat minat tersebut." (Darwis A.
Sulaiman, 1987:208). Dari pendapat ini terlihat bahwa terda
pat kompromi antara masalah yang dihadapi siswa dengan pokok
bahasan yang terdapat dalam GBPP.
Pengalaman
beiajar
siswa
dapat
diorganisasikan
berdasar
pada pokok bahasan yang terdapat dalam
GBPP
yang
juga disesuaikan dengan problem yang dihadapi siswa. Dalam
organsasi ini batas antara mata pelajaran yang satu dengan
selanjutnya dipecahkan dengan berbagai mata pelajaran.
Ketiga,
proses belajar-mengajar yang
berpusat
pada
problema ini yang sesuai disajikan dalam bentuk unit. Unit
berangkat
dari
masalah dan masalah itu
dipecahkan
dengan
berbagai mata pelajaran secara terpadu tanpa memperhatikan
batas-batas dari mata pelajaran tersebut. "Yang penting
bukan hanya bentuk kurikulum ini akan tetapi juga
tujuan-nya." (S. Nasution, 1988:162) Panduan mata pelajaran ini
berfungsi untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Di dalam
organisasi ini lebih mementingkan pencapaian tujuan yang
ingin dicapai dengan jalan memecahkan masalah yang dihadapi
oleh siswa.
Ketiga jenis organisasi itu satu dengan yang lain
saling berkaitan. Kurikulum tidak mengharapkan semua bahan
disajikan dan diorganisasi dengan satu pendekatan saja. Kita
dapat mengorganisasi bahan pelajaran dengan berbagai pende
katan. "Sebaiknya kita masih mengajarkan subject di samping itu memberikan dua atau tiga kali seminggu pelajaran dalam
bentuk unit." (S. Nasution, 1988:1184)
Dari pendapat ini tersirat bahwa dalam mengorganisasi
bahan pengajaran kita dapat mempergunakan lebih dari satu
pendekatan. Bahan pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial selalu
diorganisasi dalam bentuk unit tetapi dapat diorganisasi
dengan pendekatan yang lain. Hal ini berarti pengajaran Ilmu
mengingat pokok bahasan yang diajarkan. Pengajaran unit
dapat dilaksanakan dalarn waktu-waktu tertentu dengan meng
ingat pokok masalah yang akan dibahas dan disajikan kepada
INTEPRETASI DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab V diuraikan tentang intepretasi dan
dis-kusi dari data yang diperoleh di lapangan. Uraian tentang
hal ini secara berturut-turut disajikan sesuai dengan per
masalahan penelitian.
5.1 INTEPRETASI DATA
5.1.1
Cara
Memanfaatkan Lingkungan dalam
Proses
Belajar-Mengajar Ilmu Pengetahuan
Sosial
Pemanfaatan lingkungan dalam proses
belajar-mengajar
Ilmu
Pengetahuan Sosial di sekolah dasar
dilakukan
dengan
membawa
siswa keluar kelas dan masuk ke
dalam
masyarakat.
Hal
ini
dapat dilihat dalam
pelaksanaan
proses
belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar itu.
Di
Sekolah
Dasar A kelas III, siswa
diminta
untuk
bertanya
kepada orang tuanya di rumah, kelas IV
berkunjung
ke
SMP
Meraksa
dan
TK Meraksa,
kelas
V
berkunjung
ke
Koperasi
dan kelas VI berkunjug ke Pasar Ulee
Lheu.
Siswa
Sekolah
Dasar
B kelas III berkunjung ke
Kelurahan.
Siswa
Sekolah
Dasar
C kelas IV berkunjung ke
SMPN
2,
ke kursus
bahasa
Inggris
Meridian.
Siswa kelas V
Sekolah
Dasar
D
berkunjung
ke Puskesmas dan kelas VI berkunjung
ke
kantor
Perpajakan.
5.1.2 Jenis Lingkungan yang Dimanfaatkan dalam Proses
Belajar-Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah
Dasar
Proses beiajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial di
sekolah
dasar memanfaatkan lingkungan fisik dan
lingkungan
sosial budaya. Pemanfaatan lingkungan fisik dapat dilihat
pada pelaksanaan proses beiajar mengajar tersebut.
Sekolah Dasar A kelas IV mengamati alat-alat
permain-an siswa TK Meraksa, kelas V mengamati dan mempraktekkan
membuat kue dodol, kelas VI mengamati dan menggolongkan
buah-buahan dan sayur-sayuran. Sekolah Dasar A kelas III
mengamati dan mempraktekkan pembuatan kue-kue kecil dari
Ibu-ibu PKK.
Lingkungan sosial budaya dapat dilihat pada pelaksa
naan proses beiajar mengajar di Sekolah Dasar A, kelas III
memanfaatkan pekerjaan orang tua, kelas IV lembaga pendidik
an SMP, dan TK, kelas V Koperasi, kelas VI memanfaatkan
pasar, kelas III Sekolah Dasar B memanfaatkan Kelurahan, kelas IV Sekolah Dasar C memanfaatkan lembaga pendidikan
SMP dan Kursus bahasa Inggris Meridian, kelas V Sekolah
Dasar D memanfaatkan Puskesmas dan kelas VI memanfaatkan
5.1.3 Kegiatan Siswa
Kegiatan
siswa
dalam
mengikuti
proses
belajar-mengajar
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
yang
memanfaatkan
lingkungan dapat dilihat mulai dari awal sampai akhir proses
itu
berlangsung.
Kegiatan siswa
pada awal proses
belajar-mengajar,
siswa mendengarkan penjelasan guru
dan
mencatat
hal-hal yang penting. Siswa mendapat penjelasan pula tentang
tugas dan kegiatan yang dilaksankan nanti di lapangan.
Di lapangan siswa mengamati kegiatan membuat kue
dodol, mengamati kegiatan di pasar, mengamati kegiatan
Ibu-ibu PKK yang membuat kue bolu hias, mengamati kegiatan peta
ni udang, mengamati kegiatan di kursus bahasa Inggris
Meri
dian, mengamati kegiatan cara berobat di Puskesmas dan meng
amati kegiatan di kantor Perpajakan.
Siswa
juga
mengadakan wawancara
atau
tanya
jawab
tentang pekerjaan orang tuanya, menanyakan berapa jumlah
guru, berapa besar uang SPP nya, apa saja yang diajarkan di
TK dan di SMP. bertanya tentang tujuan koperasi, cara
pembagian siswa hasil usaha, siswa menanyakan tentang jumlah
penduduk, pekerjaannya kegiatan PKK di kelurahan Jelingke,
siswa bertanya pula tentang jumlah pegawai di Puskesmas,
cara berobat di Puskesmas, siswa bertanya tentang guna
pajak, macam pajak dan tarif pajak.
Di dalam melaksanakan kegiatan itu siswa menghitung
penghasilan penduduk, menghitung jumlah siswa, guru>baik
di
TK dan di SMP. Siswa menghitung jumlah penduduk, pekerjaan
penduduk berdasar pada data yang terdapat di papan tulis
yang terdapat di kantor kelurahan.
Siswa mengelompokkan atau menggolongkan penghasilan
penduduk yang termasuk tinggi, sedang dan rendah. Siswa
menggolongkan pedagang berdasar pada barang dagangannya, dan
menggolongkan tarif pajak.
Hasil kegiatan pengamatan, tanya jawab, menghitung
dan menggolongkan dibuat suatu laporan baik itu laporan
tertulis maupun laporan tidak tertulis. Laporan ini
selanjutnya dilaporkan kepada kelas dan guru sebagai
pertanggungjawaban atas tugas yag diberikannya.
Uraian di atas menunjukkan bahwa kegiatan siswa dalam
mengikuti proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial
yang memanfaatkan lingkungan adaiah mengamati, wawancara,
menghitung, menggolongkan, membuat laporan dan melaporkan.
5.1.4 Peranan Guru dalam Proses Beiajar—Mengajar
Ilmu Pengetahuan Sosial yang Memanfaatkan Lingkungan
Sekolah Dasar
Peranan guru dalam proses belajar-mengajar Ilmu
Pengetahuan Sosial dapat dilihat dari awal sampai akhir
proses belajar-mengajar tersebut berlangsung. Pada awal
proses beiajar mengajar berlangsung guru menjelaskan topik
memberikan
penjelasan kepada siswa agar
siswa
mendapatkan
wawasan pengetahuan tentang permasalahan yang akan
dibahas.
Penjelasan
guru untuk mengantarkan siswa kepada
tugas
dan
kegiatan
yang
akan dilaksanakan nanti
di
lapangan.
Pada
langkah
berikutnya
guru menentukan jenis
kegiatan
siswa,
kapan
kegiatan
itu
dilaksanakan,
bagaimana
cara
melaksanakannya
dan alat-alat apa yang
dipergunakan
dalam
kegiatan
tersebut.
Pada
langkah
ini
guru
mempersiapkan
pedoman
pertanyaan untuk wawancara,
lembar
pengamatan
dan
pesiapan lainnya yang diperlukan. Pada waktu siswa melaksa
nakan
kegiatan,
guru mendampingi dan
membimbing
kegiatan
siswa di lapangan.
Pada
akhir
proses
belajar-mengajar
guru
meminta
tanggung
jawab kepada siswa atas tugas
yang
diberikannya.
Pertanggungjawaban ini dapat ditunjukkan dengan
menyerahkan
laporan
itu
kepada
guru dan
memamerkannya
kepada
kelas
dengan
jalan
membawakan hasil kegiatan siswa
tersebut
di
depan kelas dan guru. Guru menerima laporan dan memeriksa
laporan tersebut. Hasil pemeriksaan ini dipergunakan sebagai
acuan untuk menentukan tingkat keberhasilan dari kegiatan
5.1.5 Penentuan Keberhasilan Proses Beladar-Mengajar
Ilmu Pengetahuan Sosial yang Memanfaatkan Lingkungan
Sekolah Dasar
Penentuan keberhasilan Proses belajar-mengajar Ilmu
Pengetahuan Sosial yang memanfaatkan lingkungan ditentukan
dengan mengamati kegiatan siswa mulai dari awal proses
beiajar sampai akhir dari proses itu.
Pada awal proses beiajar mengajar, keberhasilan dapat
diketahui dengan melihat tanggapan siswa tentang kejelasan
penjelasan guru yaitu dengan bertanya "apakah kalian sudah
jelas tentang hal ini?" Apabila belum jelas coba siapa yang
belum jelas, coba bertanya?"
Guru mengamati kegiatan yang dilakukan siswa di