• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Prototype Konveyor Multi Level Sebagai Alat Pemindahan Barang Berbasis Atmega 8535

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Prototype Konveyor Multi Level Sebagai Alat Pemindahan Barang Berbasis Atmega 8535"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN PROTOTYPE KONVEYOR MULTI LEVEL SEBAGAI ALAT PEMINDAHAN BARANG BERBASIS ATMEGA 8535

SKRIPSI Diajukan Oleh:

NIM : 070821012 RYANDA AULIA RAJADIN

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERANCANGAN PROTOTYPE KONVEYOR MULTI LEVEL SEBAGAI ALAT PEMINDAHAN BARANG BERBASIS ATMEGA 8535

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains

NIM : 070821012 RYANDA AULIA RAJADIN

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PERANCANGAN PROTOTYPE KONVEYOR MULTI LEVEL SEBAGAI ALAT PEMINDAHAN BARANG BERBASIS ATMEGA 8535

Kategori : SKRIPSI

Nama : RYANDA AULIA RAJADIN

NIM : 070821012

Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di, Medan, 15 Juni 2010

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing

Ketua

Dr. Marhaposan Situmorang Drs. Kurnia Brahmana, M.Si

(4)

PERNYATAAN

PERANCANGAN PROTOTYPE KONVEYOR MULTI LEVEL SEBAGAI ALAT PEMINDAHAN BARANG BERBASIS ATMEGA 8535

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 2010

(5)

PENGHARGAAN

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: PERANCANGAN PROTOTYPE KONVEYOR MULTI LEVEL SEBAGAI ALAT PEMINDAHAN BARANG BERBASIS ATMEGA 8535.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana sains dari Program Studi Fisika Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari perhatian, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga dengan keikhlasan dan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Kurnia Brahmana, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia dengan sabar meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang selaku ketua Departemen Fisika FMIPA – USU.

3. Prof. Dr. Eddy Marlianto selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh dosen dan karyawan Departemen Fisika – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – Universitas Sumatera Utara yang juga sangat berperan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. 5. Rekan-rekan mahasiswa Fisika Ekstensi: Rakimen, Andika, Hotmaida, Fitri, Juli, Susi,

(6)

Secara khusus dan tulus dengan penuh rasa cinta penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Ayahanda Ir. M. Roem MSi dan Ibunda Yasniati Lubis yang selama ini tiada henti-hentinya memberikan dukungan semangat, perhatian dan selalu mendoakan penulis dalam menyelesaikan studi di Fisika Ekstensi – Departemen Fisika – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna dalam materi dan penyajiannya. Untuk itu dengan segala kebesran hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak yang dapat menjadi bahan masukan bagi penulis.

Semoga Skripsi ini dapat menjadi suatu masukan dalam perkembangan dunia pendidikan terutama generasi penerus Fisika Instrumentasi USU.

Medan, Juni 2010 Penulis

NIM: 070821012

(7)

ABSTRAK

(8)

ABSTRACT

(9)

DAFTAR ISI

Daftar Gambar ... viii

BAB 1 – PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

1.5. Metode Pengumpulan Data... 3

1.6. Sistematika Penulisan ... 3

BAB 2 – LANDASAN TEORI ... 5

2.1. Mikrokontroler ATMEGA8535 ... 5

2.2. Konfigurasi Pin ATMEGA8535 ... 6

2.3. Arsitektur Mikrokontroler ATMEGA8535 ... 8

2.4. Sistem Minimum ATMEGA8535 ... 10

2.5. Sistem Clock ... 11

2.6. Organisasi Memori AVR ATMEGA8535 ... 12

2.6.1. Memori Data ... 12

2.10.1. Warna Dalam Cahaya ... 16

2.10.2. Warna Dalam Bentuk Gelombang ... 20

2.11. Internal ADC dari ATMEGA8535 ... 24

2.12. Sistem Penggerak Motor ... 24

2.12.1. Motor DC ... 24

2.12.2. Motor Servo ... 30

(10)

BAB 3 – PERANCANGAN ALAT ... 35

3.1. Diagram Block Rangkaian ... 35

3.2. Rangkaian Power Supplay (PSA) ... 36

3.3. Rangkaian Mikrokontroler ATMEGA8535 ... 37

3.4. Rangkaian Jembatan H ... 38

3.5. Rangkaian Sensor LDR ... 40

3.6. Rangkaian Sensor Kedekatan ... 42

3.7. Rangkaian Driver Motor DC ... 44

3.8. Rangkaian Motor Servo ... 47

3.9. Flowchart Sistem ... 48

BAB 4 – PENGUJIAN ALAT... 49

4.1. Pengujian Rangkaian Power Suppaly (PSA) ... 49

4.2. Pengujian Rangkaian Mikrokontroler ATMEGA8535 ... 49

4.3. Pengujian Rangkaian Jembatan H ... 51

4.4. Pengujian Rangkaian Sensor LDR ... 53

4.5. Pengujian Rangkaian Sensor Kedekatan... 54

4.6. Pengujian Motor DC ... 56

4.7. Pengujian Motor Servo ... 57

4.8. Analisa Ketelitian Alat... 58

BAB 5 – KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1. Kesimpulan ... 60

5.2. Saran ... 61

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Deskripsi Pin ATMEGA8535 ... 6

Gambar 2.2. Arsitektur Mikrokontroler ATMEGA8535 ... 8

Gambar 2.3. Sistem Minimum ATMEGA8535 ... 10

Gambar 2.4. Sistem Clock ... 11

Gambar 2.5. Konfigurasi Data AVR ATMEGA8535 ... 12

Gambar 2.6. Memori Program ATMega8535 ... 13

Gambar 2.7. Interrupt Service Routine ... 14

Gambar 2.8. Sensor Cahaya LDR ... 15

Gambar 2.9. Spektrum Cahaya pada Prisma ... 17

Gambar 2.10. Mata Melihat Apel Berwarna Merah ... 17

Gambar 2.11. Diagram Percobaan Maxwell ... 19

Gambar 2.12. Gelombang Frekuensi Warna Cahaya ... 21

Gambar 2.13. Panjang Gelombang ... 21

Gambar 2.14. Spektrum Warna ... 22

Gambar 2.15. Spektrum Gelombang Elektromagnetik ... 23

Gambar 2.16. Konstruksi Dasar Motor DC ... 25

Gambar 2.17. Gaya Medan Magnet ... 25

Gambar 2.18. Ilustrasi Sinyal PWM ... 26

Gambar 2.19. Motor DC ... 27

Gambar 2.20. Loop Kawat dalam Medan Magnet ... 28

Gambar 2.21. Loop Kawat Mendekati Bidang ... 28

Gambar 2.22. Sikat Kontak Lingkaran Kawat yang akan Merotasi ... 29

Gambar 2.23. Hitec HS-322HD Standartd Heavy Duty Servo ... 30

Gambar 2.24. Fase dan Frekuensi yang Benar Mode PWM, Waktu Diagram ... 33

Gambar 2.25. Diagram dari ATMEGA8 ... 34

Gambar 3.1. Diagram Block Perancangan Konveyor Multi Level sebagai Alat Pemindahan Barang Berbasis ATMEGA8535 ... 35

Gambar 3.2. Rangkaian Power Supplay (PSA) ... 36

Gambar 3.3. Sistem minimum ATMega8535 ... 38

Gambar 3.4. Rangkaian Jembatan H ... 39

Gambar 3.5a. Susunan Sensor Warna ... 40

Gambar 3.5b. Rangkaian Pemancar ... 40

Gambar 3.5c. Rangkaian Penerima ... 40

Gambar 3.6. Rangkaian ADC ... 41

Gambar 3.7. Rangkaian Pemancar Infra Merah ... 42

Gambar 3.8. Rangkaian Penerima Sinar Infra Merah ... 43

Gambar 3.9. Rangkaian Driver Motor DC ... 45

Gambar 3.10. Rangkaian Motor Servo ... 47

Gambar 3.11. Flowchart Perancangan Konveyor Multi Level sebagai Alat Pemindahan Barang Berbasis ATMEGA8535 ... 48

(13)

ABSTRAK

(14)

ABSTRACT

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dewasa ini gerakan pengautomatisasi di dunia industri sudah tidak dapat

dielakkan lagi dan merupakan suatu kewajiban untuk meningkatkan efisiensi

produksi. Efisiensi produksi dapat ditingkatkan dengan pengautomatisasi karena

mesin bisa bekerja lebih akurat dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi.

Salah satu sarana industri adalah konveyor. Konveyor digunakan sebagai

alat transportasi barang. Agar mobilitas barang lebih efisien dan efektif, maka

dirancang suatu konveyor otomatis. Disebut konveyor otomatis karena konveyor

tersebut diletakkan sebuah pendeteksi warna (sensor warna). Pendeteksi warna

yang dipasang dapat membedakan suatu objek agar tidak bercampurnya jenis

warna yang berbeda.

Dunia otomatisasi tidak bisa lepas dari dunia komputer. Artinya,

automatisasi dilakukan dengan komputer, baik itu berupa mikroprosesor,

mikrokontroler, maupun PC. Mikrokontroler merupakan pusat kendali untuk

menghitung, mengingat dan mengambil pilihan. Mikrokontroler adalah suatu

terobosan teknologi mikroprosesor dan mikro komputer, hadir memenuhi

kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu

teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang banyak namun hanya

membutuhkan ruang yang kecil serta dapat diproduksi secara massal (dalam

jumlah yang banyak) membuat harganya menjadi lebih murah (dibandingkan

dengan mikroprosesor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir memenuhi

selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat bantu

bahkan mainan yang lebih baik dan canggih.

Mikrokontroler berupa sebuah chip atau IC (Integrated Circuit) yang

(16)

atau ditulis suatu data yang dapat dihapus kemudian diisi kembali dengan data

yang sesuai dengan kebutuhan.

1.2. TUJUAN

Tujuan dalam penulisan skripsi ini yaitu :

1. Memanfaatkan Mikrokontroler ATMEGA8535 sebagai pusat pengolahan data

pada alat konveyor otomatis dengan sensor warna

2. Merancang konveyor otomatis yang menggunakan sensor warna berbasis

ATMEGA8535

3. Merancang alat yang dapat mengelompokkan benda berdasarkan warnanya

dan mudah untuk digunakan

1.3. PERMASALAHAN

Permasalahan dalam skripsi ini yaitu :

1. Pengurangan tenaga kerja manusia pada industri – industri besar untuk

mengurangi biaya produksi industri.

2. Penggunaan waktu dan tenaga yang dapat diatur agar kinerja lebih efisien

sehingga produktivitas dapat ditingkatkan.

3. Penggunaan konveyor multilevel sebagai pengganti konveyor biasa.

1.4. BATASAN MASALAH

Penulis membatasi masalah skripsi dalam beberapa hal :

1. Jenis Mikrokontroler yang digunakan adalah ATMEGA 8535 sebagai pusat

pengolahan data pada alat konveyor otomatis dengan sensor warna

2. Sensor yang digunakan adalah LDR

3. ADC yang digunakan adalah internal ADC dari ATMEGA 8535

4. Motor yang digunakan adalah motor DC jenis brusless motor dc dan motor

(17)

1.5. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk meningkatkan pemahaman tentang penggunaan Mikrokontroler

ATMEGA 8535 sebagai pusat pengolahan data pada alat Konveyor Otomatis

dengan sensor warna

2. Untuk mengetahui prinsip kerja LDR dan ADC internal

3. Meningkatkan pemahaman tentang prinsip kerja motor servo dan motor dc

1.6. METODE PENGUMPULAN DATA

Data yang diperoleh dalam laporan praktek proyek diperoleh melalui beberapa

cara, yaitu :

1. Melakukan studi ke perpustakaan

2. Melakukan searching dan browsing internet

3. Mencari dan mempelajari data sheet dari komponen yang dikeluarkan oleh

pabrik pembuatnya

4. Meminta pengarahan, bimbingan dan penjelasan dari dosen pembimbing

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan Skripsi ini, maka penulis

membuat suatu sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisan tersebut

adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan, batasan masalah,

(18)

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan tentang teori-teori dasar serta pembahasan

komponen-komponen yang digunakan dalam perancangan alat

yang akan dibuat.

BAB III : PERANCANGAN ALAT

Dalam bab ini penulis menyajikan perancangan alat, antara lain

diagram blok dari rangkaian, skematik dari masing-masing

rangkaian, diagram alir dari program yang akan diisikan ke

mikrokontroler.

BAB IV : PENGUJIAN ALAT

Bab ini berisikan tentang pengujian alat, apakah alat telah

berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang dapat diambil penulis

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

Rahasia keberhasilan suatu desain terletak pada keahlian seorang desainer dalam

merancang dan membangun desain tersebut. Dalam hal ini akan dijelaskan desain

hardware dengan menggunakan mikrokontroler AVR (Alf and Vegard's Risc

processor) seri ATMEGA 8535.

2.1. Mikrokontroler ATMEGA 8535

Mikrokontroler adalah suatu keping IC dimana terdapat mikroprosesor dan

memori program (ROM) serta memori serbaguna (RAM), bahkan ada beberapa

jenis mikrokontroler yang memiliki fasilitas ADC, PLL, EEPROM dalam satu

kemasan. Penggunaan mikrokontroler dalam bidang kontrol sangat luas dan

populer.

Ada beberapa perusahaan yang membuat mikrokontroler diantaranya Intel,

Microchip, Winbond, Atmel, Philips, Xemics dan lain – lain. Dari beberapa

perusahaan tersebut, yang paling populer digunakan adalah mikrokontroler buatan

Atmel.

Mikrokontroler AVR memiliki arsitektur RISC (Reduced Instruction Set

Computing) 8 bit, di mana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit dan

sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus clock, berbeda dengan instruksi

MCS 51 yang membutuhkan 12 siklus clock. Kedua jenis mikrokontroler tersebut

memiliki arsitektur yang berbeda. AVR berteknologi RISC sedangkan seri MCS

51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing). Secara umum, AVR

dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx,

keluarga ATMega dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing –

masing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan

instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan hampir sama. Oleh karena itu,

(20)

didapatkan dan lebih murah ATMega8535 juga memiliki fasilitas yang lengkap.

Untuk tipe AVR ada 3 jenis yaitu AT Tiny, AVR klasik, AT Mega. Perbedaannya

hanya pada fasilitas dan I/O yang tersedia serta fasilitas lain seperti

ADC,EEPROM dan lain sebagainya. Salah satu contohnya adalah AT Mega 8535.

Memiliki teknologi RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz membuat

ATMega8535 lebih cepat bila dibandingkan dengan varian MCS 51. Dengan

fasilitas yang lengkap tersebut menjadikan ATMega8535 sebagai mikrokontroler

yang powerfull.

2.2. Konfigurasi Pin AT MEGA 8535

Gambar 2.1. Deskripsi Pin AT Mega 8535

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan secara fungsional konfigurasi pin

ATMega8535 sebagai berikut:

(21)

2. GND merupakan pin ground.

3. Port A (PA0..PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC.

Port A berfungsi sebagai input analog pada A/D Konverter. Port A juga

berfungsi sebagai suatu Port I/O 8-bit dua arah, jika A/DKonverter tidak

digunakan. Pin - pin Port dapat menyediakanresistor internal pull-up (yang

dipilih untuk masing-masing bit). Port A output buffer mempunyai

karakteristik gerakan simetrisdengan keduanya sink tinggi dan kemampuan

sumber. Ketika pin PA0 ke PA7 digunakan sebagai input dan secara eksternal

ditarik rendah, pin – pin akan memungkinkan arus sumber jika resistor

internal pull-up diaktifkan. Pin Port A adalah tri-stated manakala suatu

kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.

4. Port B (PB0..PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu

Timer/Counter,komparator analog,dan SPI.

Port B adalah suatu Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internalpull-up

(yang dipilih untuk beberapa bit). Port B output buffer mempunyai

karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan

sumber. Sebagai input, pin port B yang secara eksternal ditarik rendah akan

arus sumber jika resistor pullup diaktifkan. Pin Port B adalah tri-stated

manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.

5. Port C (PC0..PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu

TWI,komparator analog dan Timer Oscillator.

Port C adalah suatu Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internalpull-up

(yang dipilih untuk beberapa bit). Port C output buffer mempunyai

karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan

sumber. Sebagai input, pin port C yangsecara eksternal ditarik rendah akan

arus sumber jika resistor pullup diaktifkan. Pin Port C adalah tri-stated

manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.

6. Port D (PD0..PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu

komparator analog,interupsi eksternal,dan komunikasi serial.

Port D adalah suatu Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internalpull-up

(yang dipilih untuk beberapa bit). Port D output buffer mempunyai

(22)

sumber. Sebagai input, pin port D yangsecara eksternal ditarik rendah akan

arus sumber jika resistor pullup diaktifkan. Pin Port D adalah tri-stated

manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.

7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler.

8. XTAL1 (Input Oscillator) dan XTAL2 (Output Oscillator) merupakan pin

masukan clock ekstenal.

9. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.

10. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.

2.3. Arsitektur Mikrokontroller AT MEGA 8535

SISTEM MINIMUM AT MEGA 8535

Gambar 2.2. Arsitektur Mikrokontroller ATMEGA 8535

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa ATMega8535 memiliki bagian

sebagai berikut:

1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D.

(23)

3. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan.

4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.

5. Watchdog Timer dengan osilator internal.

6. SRAM sebesar 512 byte.

7. Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Write.

8. Unit interupsi internal dan eksternal.

9. Port antarmuka SPI.

10. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.

11. Antarmuka komparator analog.

12. Port USART untuk komunikasi serial.

Fitur ATMega8535 Kapabilitas detail dari ATMega8535 adalah sebagai

berikut:

1. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 Mhz.

2. Kapabilitas memory flash 8KB,SRAM sebesar 512 byte,dan EEPROM

(Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar 512 byte.

3. ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel.

4. Portal komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps.

(24)

2.4. Sistem Minimum AT MEGA 8535

(25)

Sistem diatas bekerja sebagai berikut:

Kapasitor C1 dan Resistor R1 digunakan untuk sistem Reset, saat pertama

suplay diberikan ke mikrokontroler maka kaki 9 akan berlogika 1, selama 2 siklus

mesin. Setelah itu pin 9 akan berlogika 0 kembali. Proses seperti ini bisa terjadi

berdasarkan proses pengisian dan pengosongan kapasitor.

Kapasitor C2 dan C3, dipasang bersamaan dengan keramik resonator (x-tal) untuk

menghasilkan Clock internal. Nilai dari clok ini tergantung dari keramik resonator

(x-tal) yang diberikan.

2.5. Sistem Clock

Mikrokontroler, mempunyai sistem pewaktuan CPU, 1 siklus clock. Artinya

setiap 1 siklus yang dihasilkan oleh ceramic resonator maka akan menghasilkan

satu siklus mesin. Nilai ini yang akan menjadi acuan waktu operasi CPU. Untuk

mendesain sistem mikrokontroler kita memerlukan sistem clock, sistem ini bisa di

bangun dari clock eksternal maupun clock internal. Untuk clock internal, kita

tinggal memasang komponen seperti di bawah ini:

(26)

2.6. Organisasi Memori AVR ATMega8535

AVR ATMega8535 memiliki ruang pengamatan memori data dan memori

program yang terpisah. Sebagai tambahan, ATmega8535 memiliki fitur suatu

EEPROM Memori untuk penyimpanan data. Semua tiga ruang memori adalah

reguler dan linier.

2.6.1. Memori Data

Memori data terbagi menjadi 3 bagian, yaitu 32 register umum,64 buah register

I/O,dan 512 byte SRAM Internal. Register keperluan umum menempati space data

pada alamat terbawah, yaitu $00 sampai $1F. Sementara itu, register khusus untuk

menangani I/O dan kontrol terhadap mikrokontroler menempati 64 alamat

berikutnya, yaitu mulai dari $20 hingga $5F. Register tersebut merupakan register

yang khusus digunakan untuk mengatur fungsi terhadap berbagai peripheral

mikrokontroler, seperti kontrol register, timer/counter, fungsi – fungsi I/O, dan

sebagainya. Alamat memori berikutnya digunakan untuk SRAM 512 byte, yaitu

pada lokasi $60 sampai dengan $25F. Konfigurasi memori data ditunjukkan pada

(27)

Gambar 2.5. Konfigurasi Data AVR AT Mega 8535

2.6.2. Memori Program

ATmega8535 berisi 8K bytes On-Chip di dalam sistem Memoriflash

Reprogrammable untuk penyimpanan program. Karena semua AVR instruksi

adalah 16 atau 32 bits lebar, Flash adalah berbentuk 4K x16. Untuk keamanan

perangkat lunak, Flash Ruang program memori adalah dibagi menjadi dua bagian,

bagian boot program dan bagian aplikasi program dengan alamat mulai dari $000

sampai $FFF. Flash Memori mempunyai suatu daya tahan sedikitnya

10,000write/erase Cycles. ATmega8535 Program Counter (PC) adalah 12 bit

lebar, alamat ini 4K lokasi program memori.

Gambar 2.6. Memori Program AT Mega 8535

(28)

ATmega8535 mempunyai empat buah port yang bernama PortA, PortB, PortC,

dan PortD. Keempat port tersebut merupakan jalur bi-directional dengan pilihan

internal pull-up. Tiap port mempunyai tiga buah register bit, yaitu DDxn,

PORTxn, dan PINxn. Huruf ‘x’ mewakili nama huruf dari port sedangkan huruf

‘n’ mewakili nomor bit. Bit DDxn terdapat pada I/O address DDRx, bit PORTxn

terdapat pada I/O address PORTx, dan bit PINxn terdapat pada I/O address PINx.

Bit DDxn dalam regiter DDRx (Data Direction Register) menentukan arah pin.

Bila DDxn diset 1 maka Px berfungsi sebagai pin output. Bila DDxn diset 0

makaPx berfungsi sebagai pin input.

2.8. Interupsi

Interupsi adalah suatu kejadian atau peristiwa yang menyebabkan mikrokontroler

berhenti sejenak untuk melayani interupsi tersebut. Cara menggunakan interupsi

adalah, harus mengetahui sumber-sumber interupsi, vektor layanan interupsi dan

yang terpenting rutin layanan interupsi, yaitu subrutin yang akan dikerjakan bila

terjadi interupsi .

Analoginya adalah sebagai berikut, seseorang sedang mengetik laporan,

mendadak telephone berdering dan menginterupsi orang tersebut sehingga

menghentikan pekerjaan mengetik dan mengangkat telephone. Setelah

pembicaraan telephone selesai maka orang tersebut kembali meneruskan

pekerjaannya mengetik. Demikian pula pada sistem mikrokontroler yang sedang

menjalankan programnya, saat terjadi interupsi, program akan berhenti sesaat,

melayani interupsi tersebut dengan menjalankan program yang berada pada

alamat yang ditunjuk oleh vektor dari interupsi yang terjadi hingga selesai dan

kembali meneruskan program yang terhenti oleh interupsi tadi. Seperti yang

(29)

Gambar 2.7. Interrupt Service Routine

Pada AVR terdapat 3 pin interupsi eksternal, yaitu INT0, INT1,dan INT2.

Interupsi eksternal dapat dibangkitkan apabila ada perubahan logika atau logika 0

pada pin interupsi pengaturan kondisi keadaan yang menyebabkan terjadinya

interupsi eksternal diatur oleh register MCUCR ( MCU Control Register).

2.9. Sensor Cahaya

Resistor jenis lainnya adalah Light dependent resistor (LDR). Resistansi LDR

berubah seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya. Dalam

keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10MΩ dan dalam keadaan terang sebesar

1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari bahan semikonduktor seperti kadmium

sulfida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang jatuh menyebabkan lebih

banyak muatan yang dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya resistansi bahan

telah mengalami penurunan.

LDR digunakan untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik.

Saklar cahaya otomatis dan alarm pencuri adalah beberapa contoh alat yang

menggunakan LDR. Akan tetapi karena responsnya terhadap cahaya cukup

lambat, LDR tidak digunakan pada situasi dimana intesitas cahaya berubah secara

drastis.

(30)

Sensor cahaya berfungsi untuk mendeteksi cahaya yang ada di sekitar kita.

Sensor yang terkenal untuk mendeteksi cahaya ialah LDR(Light Dependent

Resistor). Sensor ini akan berubah nilai hambatannya apabila ada perubahan

tingkat kecerahan cahaya.

Prinsip inilah yang akan digunakan untuk mengaktifkan transistor untuk

dapat menggerakkan motor DC (mirip dengan dinamo pada mainan

mobil-mobilan anak-anak). Perubahan nilai hambatan pada LDR tersebut akan

menyebabkan perubahan beda tegangan pada input basis transistor, sehingga akan

mengaktif/nonaktifkan transistor. Penerapan lain dari sensor LDR ini ialah pada

Alarm pencuri.

2.10. Teori Warna

2.10.1. Warna dalam Cahaya

Warna dapat didefenisikan sebagai bagian dari pengamatan indera penglihatan,

atau sebagai sifat cahaya yang dipancarkan. Proses terlihatnya warna adalah

dikarenakan adanya cahaya yang menimpa suatu benda, dan benda tersebut

memantulkan cahaya ke mata (retina) kita hingga terlihatlah warna. Benda

berwarna merah karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan memantulkan

warna merah dan menyerap warna lainnya. Benda berwarna hitam karena sifat

pigmen benda tersebut menyerap semua wana. Sebaliknya suatu benda berwarna

putih karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan semua warna. Teori dan

pengenalan warna telah banyak dipaparkan oleh para ahli, diantaranya sebagai

berikut :

a. Teori Newton (1642-1727)

Pembahasan mengenai keberadaan warna secara ilmiah dimulai dari hasil temuan

Sir Isaac Newton yang dimuat dalam bukunya ”Optics”(1704). Ia mengungkapkan

(31)

setiap benda. Asumsi yang dikemukakan oleh Newton didasarkan pada

penemuannya dalam sebuah eksperimen. Di dalam sebuah ruang gelap, seberkas

cahaya putih matahari diloloskan lewat lubang kecil dan menerpa sebuah prisma.

Ternyata cahaya putih matahari yang bagi kita tidak tampak berwarna, oleh

prisma tersebut dipecahkan menjadi susunan cahaya berwarna yang tampak di

mata sebagai cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu, yang

kemudian dikenal sebagai susunan spektrum dalam cahaya. Jika spektrum cahaya

tersebut dikumpulkan dan diloloskan kembali melalui sebuah prisma, cahaya

tersebut kembali menjadi cahaya putih (seperti cahaya matahari) sesungguhnya

meupakan gabungan cahaya berwarna dalam spektrum.

Gambar 2.9. Spektrum Cahaya pada Prisma

Newton kemudian menyimpulkan bahwa benda-benda sama sekali tidak

berwarna tanpa ada cahaya yang menyentuhnya. Sebuah benda tampak kuning

karena fotoreseptor (penangkapan/penerima cahya) pada mata manusia

menangkap cahaya kuning yang dipantulkan oleh benda tersebut. Sebuah apel

tampak merah bukan karena apel tersebut berwarna merah, tetapi karena apel

tersebuthanya memantulkan cahaya merah dan menyerap warna cahaya lainnya

(32)

Gambar 2.10. Mata Melihat Apel Berwarna Merah

Cahaya yang dipantulkan hanya merah, lainnya diserap. Maka warna yang

tampak pada pengamatan adalah merah. Sebuah benda berwarna putih karena

benda tersebut memantulkan semua cahaya spektrum yang menimpanya dan tidak

satupun diserapnya. Dan sebuah benda tampak hitam jika benda tersebut

menyerap semua unsur warna cahaya dalam spektrum dan tidak satupun

dipantulkan atau benda tersebut berda dalam gelap. Cahaya adalah satu-satunya

sumber warna dan benda-benda yang tampak berwarna semuanya hanyalah

pemantul, penyerap dan penerus warna-warna dalam cahaya.

b. Teori Young (1801) dan Helmholtz (1850)

Thomas Young seorang ilmuan berkebangsaan Inggris adalah orang pertama yang

memberi dukungan yang masuk akal terhadap pernyataan Newton tentang

penglihatan warna. Asumsi Newton tentang penglihatan, cahaya dan keberadaan

warna-warna benda diuji kembali. Young membenarkan beberapa asumsi-asumsi

Newton, tapi Young menolak pernyataan Newton yang menyatakan bahwa mata

memiliki banyak reseptor untuk menerima bermacam warna. Pada tahun 1801

Thomas Young mengemukakan hipotesa bahwa mata manusia hanya memiliki 3

buah reseptor penerima cahaya, yaitu reseptor yang peka terhadap cahaya biru,

merah dan hijau. Seluruh penglihatan warna didasarkan pada ketiga reseptor

tersebut. Tetapi Young hampir tidak melakukan eksperimen apapun untuk

mendukung pernyataannya.

Seorang ahli penglihatan Jerman Hermann Von Helmholtz menghidupkan

(33)

terkenal dengan “Teori Young-Helmholtz” atau “Teori Penglihatan 3 Warna” atau

“Teori 3 Reseptor”. Melalui ketiga reseptor pada retina mata kita dapat melihat

semua warna dan membeda-bedakannya. Jika cahaya menimpa benda, maka

benda tersebut akan memantulkan satu atau lebih cahaya dalam spektrum. Jika

cahaya yang dipantulkan tersebut menimpa mata, maka reseptor-reseptor di retina

akan terangsang salah satunya, dua, atau ketiganya sekaligus, Jika cahaya biru

sampai ke mata, reseptor yang peka birulah yang terangsang, dan warna yang

tampak adalah biru. Jika reseptor hijau yang terangsang , maka warna yang

tampak adalah hijau, dan kalau reseptor merah yang terangsang warna yang

tampak adalah merah.

c. Eksperimen James Clerck Maxwell (1855-1861)

Penemuan Young dan Helmholtz membuktikan bahwa terdapat hubungan antara

warna cahaya yang datang ke mata dengan warna yang diterima di otak. Hal ini

merupakan dukungan awal terhadap asumsi Newton tentanng cahaya dan

warna-warna benda. Asumsi Newton menyatakan bahwa benda yang tampak berwarna-warna

sebenarnya hanyalah penerima, penyerap, dan penerus warna cahaya yang ada

dalam spektrum. James Clerck Maxwell membuat serangkaian percobaan dengan

menggunakan proyektor cahaya dan penapis (filter) berwarna.3 buah proyektor

yang telah diberi penapis (filter) warna yang berbeda disorotkan ke layar putih di

ruang gelap. Penumpukkan dua atau tiga cahaya berwarna ternyata menghasilkan

warna cahaya yang lain (tidak dikenal) dalam pencampuran warna dengan

menggunakan tinta/cat/bahan pewarna. Penumpukan (pencampuran) cahaya hijau

dan cahaya merah, misalnya mennghasilkan warna kuning.

Hasil eksperimen Maxwell menyimpulkan bahwa warna hijau, merah dan

biru merupakan warna-warna primer (utama) dalam pencampuran warna cahaya.

Warna primer adalah warna-warna yang tidak dapat dihasilkan lewat

pencampuran warna apapun. Melalui warna-warna primer cahaya ini (biru, hijau

dan merah) semua warna cahaya dapat dibentuk dan diciptakan. Jika ketiga warna

(34)

eksperimen 3 proyektor yang didemonstrasikan Maxwell, maka ditunjukkan

sebagai berikut:

Gambar 2.11. Diagram Percobaan Maxwell

Eksperimen Maxwell merupakan model atau tiruan yang bagus sekali

untuk memudahkan pemahaman kita tentang bagaimana reseptor mata menangkap

cahaya sehingga menimbulkan penglihatan berwarna di otak.

Pencampuran warna dalam cahaya dan bahan pewarna menunjukkan

gejala yang berbeda. Sekalipun begitu, dengan memperhatikan hasilnya secara

seksama pada percampuran masing-masing warna primer, dapatkah diperkirakan

adanya suatu hubungan yang saling terkait satu sama lain. Warna kuning dalam

cahaya ternyata dapat dihasilkan dengan menambahkan warna cahaya primer

hijau pada cahaya merah. Cara menghasilkan warna cahaya baru dengan

mencampurkan 2 atau lebih warna cahaya disebut “pencampuran warna secara

aditif” (additive=penambahan). Warna-warna utama cahaya (merah, hijau, biru)

selanjutnya kemudian dikenal juga sebagai warna-warna utama aditif (additive

primaries).Pencampuran warna secara aditif hanya dipergunakan dalam

percampuran warna cahaya.

Hasil percampuran warna ini menunjukkan gejala yang berbeda bidang

pencampuran warna seperti pada cat. Dengan pencampuran bahan pewarna (cat) ,

waarna cat merah dapat dihasilkan dengan mencampur cat warna primer magenta

dan cat warna primer yellow. Mencampurkan 2 atau lebih cat berwarna pada

hakekatnya adalah mengurangi intensitas dan jenis warna cahaya yang dapat

terpantul kembali oleh benda /cat tersebut. Pencampuran warna serupa ini dengan

menggunakan pewarna/cat kemudian disebut dengan pencampuran warna secara

(35)

pewarna kemudian lazim disebut dengnan warna-warna utama/primer substraktif

(substractive primaries).

2.10.2. Warna Dalam Bentuk Gelombang

Gelombang pada dasarnya adalah suatu cara perpindahan energi dari satu tempat

ke tempat lainnya. Energi dipindahkan melalui pergerakan lokal yang relatif kecil

pada lingkungan sekitarnya. Energi pada sinar berjalan karena perubahan lokal

yang fluktuatif pada medan listrik dan medan magnet, oleh karena itu disebut

radiasi elektromagnetik.

a. Panjang gelombang, frekuensi, dan kecepatan cahaya

Setiap warna mempunyai panjang gelombang dan frekuensi yang berbeda.

Bentuknya dapat ditunjukkan dalam suatu bentuk gelombang sinusoida. Berikut

gambar gelombang dari berbagai macam frekuensi warna:

Gambar 2.12. Gelombang Frekuensi Warna Cahaya

Jika kita menggambarkan suatu berkas sinar sebagai bentuk gelombang, jarak

antara dua puncak atau jarak antara dua lembah atau dua posisi lain yang identik

dalam gelombang dinamakan panjang gelombang.

(36)

Puncak-puncak gelombang ini bergerak dari kiri ke kanan. Jika dihitung

banyaknya puncak yang lewat tiap detiknya, maka akan didapatkan frekuensi.

Pakar fisika kebangsaan Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang mengemukakan

fenomena ini pertama kali, lalu hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan

hertz (Hz). Frekuensi sebesar 1 Hz menyatakan peristiwa gelombang yang terjadi

satu kali per detik. Sebagai alternatif, dapat diukur waktu antara dua buah

kejadian/ peristiwa (dan menyebutnya sebagai periode), lalu ditentukan frekuensi

(f) sebagai hasil kebalikan dari periode (T), seperti nampak dari rumus dibawah

ini:

T

f = 1...(2.1)

Sinar orange, mempunyai frekuensi sekitar 5 x 1014 Hz (dapat dinyatakan

dengan 5 x 108 MHz-megahertz). Artinya terdapat 5 x 1014 puncak gelombang

yang lewat tiap detiknya. Sinar mempunyai kecepatan tetap pada media apapun.

Sinar selalu melaju pada kecepatan sekitar 3 x 108 meter per detik pada kondisi

hampa, dan dikenal dengan kecepatan cahaya. Terdapat hubungan yang sederhana

antara panjang gelombang dan frekuensi dari suatu warna dengan kecepatan

cahaya:

Hubungan ini artinya jika kita menaikkan frekuensi, maka panjang

gelombang akan berkurang. Sebagai contoh, jika kita mendapatkan mendapatkan

sinar warna merah mempunyai panjang gelombang 650 nm, dan hijau 540 nm,

maka dapat diketahui bahwa warna hijau memiliki frekuensi yang besar daripada

warna merah.

(37)

Warna yang kita lihat diinterpretasikan dalam bentuk spektrum warna atau

spektrum sinar tampak :

Gambar 2.14. Spektrum Warna

Dan warna-warna utama dari spektrum sinar tampak adalah :

Tabel 2.1. Spektrum Warna

Warna Panjang Gelombang (nm)

Ungu 380 – 435

Biru 435 – 500

Sian (biru pucat) 500 – 520

Hijau 520 – 565

Kuning 565 – 590

Orange 590 – 625

Merah 625 – 740

Pada kenyataannya, warna saling bercampur satu sama lain. Spektrum

warna tidak hanya terbatas pada warna-warna yang dapat kita lihat. Sangat

mungkin mendapat panjang gelombang yang lebih pendek dari sinar ungu atau

lebih panjang dari sinar merah. Pada spektrum yang lebih lengkap, akan

ditunjukkan ultra-ungu dan infra-merah, tetapi dapat diperlebar lagi hingga

sinar-X dan gelombang radio, diantara sinar lain. Gambar berikut menunjukkan posisi

(38)

Gambar 2.15. Spektrum Gelombang Elektromagnetik

2.11. Internal ADC dari ATMEGA 8535

ADC (Analog Digital Converter) merupakan sebuah interface yang dapat

merubah tegangan analog menjadi digital. Karena mikrokontroler hanya

memiliki masukan berupa data-data digital, maka agar mikrokontroler dapat

membaca tegangan analog, ADC lah temannya.

ATmega8535 memiliki 8 saluran ADC, maka untuk keperluan konversi

sinyal analog menjadi data digital yang berasal dari sensor cahaya dapat langsung

dilakukan prosesor utama. Beberapa karakteristik ADC internal ATmega8535

adalah :

a. Mudah dalam pengoperasian.

b. Resolusi 10 bit.

c. Memiliki 8 masukan analog.

d. Konversi pada saat CPU sleep.

e. Interrupt waktu konversi selesai.

2.12. Sistem Penggerak Motor

Pemilihan motor untuk pergerakan benda adalah sangat penting dalam

menentukan unjuk kerja sistem dalam melakukan pergerakan. Motor harus

(39)

2.12.1. Motor DC

Motor DC (Direct Current Motor) adalah peralatan elektromekanik dasar yang

berfungsi untuk mengubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanik. Bagian utama

dari motor dc terdiri dari dua bagian yaitu bergerak yang disebut rotor (jangkar),

dan bagian yang diam disebut stator.

Gambar 2.16. Konstruksi Dasar Motor DC

Masing – masing bagian mempunyai lilitan kawat. Pada stator, lilitan

kawat berfungsi sebagai pembangkit medan magnet, sedangkan pada rotor, lilitan

berfungsi sebagai pembangkit gaya gerak listrik. Rotor yang dialiri arus listrik

diletakkan dalam medan magnet tetap. Akibatnya tercipta gaya pada kumparan

baik pada sisi A maupun pada sisi B (dapat diihat pada gambar 2.17). Gaya yang

ditimbulkan tersebut adalah gaya lorentz, yaitu gaya interaksi arus atau muatan

listrik yang bergerak dengan medan magnet homogen yang mempengaruhinya,

yang dinyatakan dalam:

F = B i l sin Ɵ………(2.3)

Sehungga gaya tarik menarik atau tolak menolak yang terjadi antara rotor dengan

(40)

Gambar 2.17. GayaMedan Magnet

Perputaran motor DC secara umum berbanding lurus dengan tegangan yang

diinputkan pada terminalnya. Oleh karena itu untuk mendapatkan putaran rendah

mka terminal diberi tegangan rendah minimal 3 volt dan untuk mendapatkan

putaran tinggi maka terminal input diberi tegangan yang tinggi maksimal 12 volt.

Untuk dapat mengendalikan perputaran motor DC, maka kita harus membuat

tegangan out put yang bervariasi ( dapat diatur mulai dari 0 volt hingga tegangan

maksimum secara linier).

Solusi dari permasalahan diatas adalah PWM. PWM (Pulse Width

Modulation) adalah suatu teknik manipulasi dalam pengendalian motor

mengunakan prinsip cut-off dan saturasi. Dalam satu siklus perioda diatur lebar

pulsa low. Lebar pulsa high pada saat saturasi dan lebar pulsa low pada saat

cut-off. Dengan mengatur lebar pulsa high dan lebar pulsa low dalam satu siklus,

dapat ditentukan siklus kerja atau duty cycle.

………(2.4)

(41)

Gambar 2.18. Ilustrasi Sinyal PWM

Motor akan berputar selama lebar pulsa high, dan tidak akan berputar

selama lebar pulsa low. Pada gambar diketahui duty cycle adalah 75%, artinya

kecepatan motor hanya akan berputar 75% dari kecepatan penuh. Begitu juga

pada gambar duty cycle yang 50% artinya kecepatan motor hanya akan berputar

50% dari kecepatan penuh. Dengan demikian kecepatan motor dapat di control.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa jika dikehendaki kecepatan penuh

maka diberi lebar pulsa high secara konstan. Jika dikehendaki kecepatan

bervariasi maka diberikan pulsa yang lebar high dan lownya bervariasi.

Pembangkitan pulsa PWM diperoleh melalui fasilitas timer yang terdapat pada

mikrokontroler ATMEGA8535 dengan memberikan tundaan pada saat high dan

saat low.

Kecepatan perputaran motor dinyatakan dalam rotation per minute (rpm)

atau dapat diartikan sebagai jumlah putaran dalam satu menitnya. Kecepatan

motor DC berbanding terbalik dengan torsi yang dihasilkannya. Torsi pada motor

DC dapat diartikan dengan perbandingan daya kerja motor DC dengan kecepatan

perputarannya. Sehingga dapat dirumuskan dengan :

……….(2.5)

Dengan P adalah daya kerja motor dalam satuan watt dan adalah kecepatan

perputaran motor dalam satuan rotation per minute (rpm).

Motor DC banyak digunakan di robotik untuk ukuran kecil dan output

energi tinggi. Harganya murah, kecil, dan kuat. Khas motor DC beroperasi

(42)

yang beroperasi pada 6, 12, atau 24 volt. Menjalankan motor DC dengan

kecepatan dari beberapa ribu sampai sepuluh ribu RPM. Tegangan rendah

(misalnya, 12 volt atau kurang) motor DC dapat menarik dari 100 milliamps ke

beberapa ampli, tergantung pada desain. Karakteristik utama DC Motors meliputi:

kecepatan tinggi, torsi rendah, pembalik dan gerak terus menerus.

Gambar 2.19. Motor DC

Jika menempatkan sebuah loop kawat dalam medan magnet yang

kuat dengan cara yang ditunjukkan (Gambar 2.17) , maka loop tersebut akan

mengalami tindakan motor sedemikian rupa sehingga loop kawat akan mencoba

untuk berpaling.

(43)

Efek ini hanya akan terjadi ketika kawat diletakkan berdekatan atau sejalan

dengan magnetik bidang (Gambar 2.18).

Gambar 2.21. Loop Kawat Mendekati Bidang

sisi kanan kontak dan kontak loop asli membuat kontak dengan sisi ruas kiri. Jika

meneliti konsep ini dengan hati-hati dapat dilihat bahwa sementara arus

diterapkan pada sikat kontak lingkaran kawat akan merotasi melalui kontak 180

derajat di mana akan dibuat lagi dan rotor (yang berputar hal) akan terus rotasi.

Gambar 2.22. Sikat Kontak Lingkaran Kawat yang akan Merotasi

Arah rotasi tergantung pada: Polaritas baterai (Power Source).

(44)

dalam yang berputar. Masing-masing ujung kawat diatur untuk menghubungkan

himpunan disebut komutator. Torsi dari motor adalah gaya putar yang dihasilkan

pada poros output. Ketika motor itu mogok menghasilkan jumlah maksimum torsi

yang dapat menghasilkan. Oleh karena rating torsi biasanya diambil ketika motor

telah terhenti dan disebut torsi kios. Kekuatan sebuah motor adalah produk dari

kecepatan dan torsi. Daya output terbesar dibongkar di suatu tempat antara

kecepatan (kecepatan maksimum, tidak ada torsi) dan terhenti (torsi maksimum,

tidak ada kecepatan). Motor yang menarik lebih banyak arus akan memberikan

kekuasaan yang lebih besar. Juga, motor tertentu menarik lebih banyak arus

memberikan lebih banyak output torsi. Praktis motor rotor terdiri dari beberapa set

kawat setiap rangkaian yang terdiri dari sepotong kawat dibungkus mungkin

sekali mengelilingi loop.

2.12.2. Motor Servo

Gambar 2.23

Alasan penggunaan motor ini dikarenakan penggunaan motor servo tidak

memerlukan gearbox serta rangkaian driver, hal ini disebabkan pada motor servo

itu sendiri sudah terdapat gearbox dan driver elektronik sehingga motor servo

dapat langsung dihubungkan dengan mikrokontroler. Selain itu untuk motor

seukurannya motor servo mempunyai daya torsi yang cukup besar. Motor servo

memiliki tiga kabel terhubung untuk power supply dengan besar tegangan

berkisar 5 sampai 7 volt. Kabel ketiga merupakan kabel pengendali yang dapat

langsung dihubungkan ke mikrokontroller. Posisi perputaran motor dapat

(45)

servo untuk mengontrol pergerakan motor digunakan metoda PWM (Pulse Width

Modulation). PWM adalah merupakan suatu metoda untuk mengatur pergerakan

motor dengan cara mengatur prosentase lebar pulsa high terhadap perioda dari

suatu sinyal persegi dalam bentuk tegangan periodik yang diberikan ke motor.

Motor servo akan dapat menerima pulsa setiap 20 ms. Panjang dari pulsa

akan berpengaruh terhadap perputaran dari motor, sebagai contoh jika panjang

pulsa 1,5 ms, akan membuat motor berputar sebanyak 900, jika lebar pulsa lebih

besar dari 1.5 ms, motor akan berputar mendekati 1800 sedangkan jika lebih kecil

dari 1,5 ms motor akan berputar mendekati 00. Motor servo dapat berputar

sebanyak 900 sampai 1800, selain itu ada juga yang dapat berputar 3600.

Mikrokontroler ATmega 8535 diprogram sebagai controlled PWM generator.

Didalam mikrokontroler ATmega 8535 akan dilakukan pemrosesan data yang

diterima dari prosesor menjadi sinyal persegi yang telah termodulasi lebar

pulsanya. PWM_01, PWM_02, PWM_.., dan PWM_12 adalah jalur keluaran

gelombang pulsa, karena arah perputaran motor servo bergantung pada nilai pulsa

yang diberikan hanya bergantung pada dua belas output pin ini.

Karena motor servo sudah mempunyai rangkaian driver maka

mikrokontroler ATmega 8535 dapat langsung memberikan arus output maksimal

ke motor servo sehingga sinyal PWM yang dihasilkan dapat langsung digunakan

untuk mengoperasikan motor agar dapat beroperasi.

2.12.2.1. Menghasilkan sinyal PWM menggunakan Timer di chip ATMega

Ini adalah panduan untuk mengendalikan unhacked servos menggunakan Timer1

pada ATMega8 chip. Penggunaan Timers ATMega128 atau berbeda,

teknik-teknik dan ide-ide dapat dengan mudah diterapkan. Pertama sedikit informasi

mengenai pengendalian servo. Servos memiliki tiga input kabel: Merah = Vcc

(antara 4.8V dan 6V merupakan standar), Black = Ground, White = PWM.

Masukan Servo kontrol dilakukan dengan mengirimkan modulator lebar pulsa

PWM sinyal ke input pin. Servo membandingkan sinyal ke posisi yang

(46)

PWM 50Hz sinyal konstan (a 50 Hz sinyal adalah salah satu yang berulang setiap

20 ms).

1 / 50 Hz = 20 ms

Sinyal akan memberikan servo salah satu yang tinggi (5V) untuk 1-2ms dan

rendah (0V) untuk remainer dari periode 20ms. Durasi sinyal tinggi menentukan

posisi servo upaya untuk mempertahankan. Servo harus terus-menerus menerima

sinyal ini untuk mempertahankan posisinya.

1.0ms = penuh kiri

1.5ms = tengah

2.0ms = penuh kanan

Dengan asumsi menggunakan servo yang memiliki 90 derajat rotasi:

penuh kiri = 0 derajat

tengah = 45 derajat

penuh kanan = 90 derajat

Berbeda servo memiliki rentang yang berbeda putaran penuh sendiri kiri, tengah,

dan hak penuh mungkin sesuai dengan sudut yang berbeda. Mungkin juga

menemukan bahwa dalam rangka untuk mencapai kisaran penuh gerak harus

mengirim servo pulsa tinggi lagi yang 2.0ms atau lebih singkat dari 1.0ms.

Fase dan Frekuensi modus Benar:

Untuk menghasilkan sinyal 50Hz dengan sinyal yang tinggi yang

bervariasi antara 1-2ms, menggunakan Frekuensi Fase dan modus dari Timer pada

ATMega Atmel chip.

Dalam Fase dan Frekuensi modus Benar timer akan dimulai dari nol,

menghitung sampai dengan nilai yang ditetapkan pengguna yang disebut ICRn (n

adalah nomor timer. Dalam contoh ini, akan menggunakan Timer1 dan dengan

demikian ICR1), dan kemudian menghitung kembali ke nol.

Dalam rangka untuk menentukan nilai ICR1, harus mengetahui dua hal:

a. Sistem clock speed

b. Timer clock speed

Menggunakan papan MDMicro Maveric, itu kemungkinan besar akan 16MHz.

(47)

Prescaler diatur oleh CSn2: 0 bit yang berlokasi di TCCRn register (di mana n

adalah nomor timer). Sebagai contoh, kecepatan Timer1 diatur oleh bit CS1 yang

berlokasi di TCCR1B.

Untuk menghitung bagaimana untuk menghasilkan frekuensi yang

dikehendaki, lembar data yang ATMega menyediakan persamaan ini:

Persamaan ini memberitahu jam sistem berhubungan dengan frekuensi (fclk_I /

O), prescaler (N = 1, 8, 64, 256, atau 1024), ICR1 (TOP) dan output PWM

frekuensi (fOCnxPFCPWM). Untuk mendapatkan 50 Hz dengan jam sistem

frekuensi 16 MHz, akan perlu menggunakan TOP berikut (ICR1) nilai untuk

prescalers berikut:

Prescaler N = 1 maka TOP (ICR1) = 160.000

Prescaler N = 8 maka TOP (ICR1) = 20.000

Prescaler N = 64 maka TOP (ICR1) = 2500

Prescaler N = 256 maka TOP (ICR1) = 625

Prescaler N = 1024 maka TOP (ICR1) = 156,25

Catatan: tidak dapat menggunakan prescaler 1 atau 1024 untuk menghasilkan 50

Hz PWM dengan 16 MHz: Prescaler 1 tidak dapat digunakan sejak 160.000

terlalu besar untuk muat di TCR1. TCR1 adalah sebuah 16 bit register dengan

kisaran 0-65.535.

Prescaler 1024 tidak boleh digunakan karena tidak dapat menambahkan

desimal ke ICR1. Untuk prescaler 8 dan mengatur ICR1 sampai 20000 ini akan

memungkinkan untuk mengubah OCR1A antara 1000 dan 2000 untuk

mendapatkan 1-2 ms pulsa tinggi.

Perbedaan antara ICRn dan OCRxn adalah ICRn menciptakan sinyal

(48)

Gambar 2.24. Fase dan Frekuensi yang Benar Mode PWM, Waktu Diagram

Setelah menetapkan ICRn (ICR1 untuk Timer1), dan tidak akan berubah lagi.

Namun akan terus berubah OCRxn (OCR1A untuk Timer1 servo A) untuk

mengontrol posisi servo.

(49)

BAB III

PERANCANGAN ALAT

3.1 Diagram Block Rangkaian

Benda

Konveyor Utama

(50)

Gambar 3.1. Diagram Blok Perancangan Konveyor Multi Level sebagai

Alat Pemindahan Barang Berbasis ATMEGA8535

Berdasarkan gambar diatas, benda dimasukkan ke konveyor utama dibaca oleh

sensor kemudian sensor mengirim data pada mikrokontroler. kemudian benda

bergerak ke konveyor 1, konveyor 2 atau konveyor 3 sesuai data yang dikirim.

Setelah benda masuk ke konveyor 1, konveyor 2 atau konveyor 3 kemudian motor

menggerakkan konveyor menuju tempat barang masing - masing.

3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang

ada. Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12

(51)

Vreg

sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke motor servo.

Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini :

Gambar 3.2. Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan

disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan

diratakan oleh kapasitor 2200 μF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT)

digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan

pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA

dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus

apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan

(LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar.

Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran 2 buah dioda penyearah.

3.3 Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada.

Komponen utama dari rangkaian ini adalah Mikrokontroler ATMega8535. Pada

(52)

sesuai dengan yang dikehendaki. Mikrokontroler ini merupakan suatu keping IC

dimana terdapat mikroprosesor dan memori program (ROM) serta memori

serbaguna (RAM), bahkan ada fasilitas ADC, PLL, EEPROM dalam satu

kemasan.

Penggunaan mikrokontroler dalam bidang kontrol sangat luas dan populer.

Ada beberapa vendor yang membuat mikrokontroler diantaranya Intel, Microchip,

Winbond, Atmel, Philips, Xemics danlain-lain. Dari beberapa vendor tersebut,

yang paling popular digunakan adalah mikrokontroler buatan Atmel. Atmel

adalah mikrokontroler produk Intel yang dilepas ke pasaran untuk pengembangan

lebih lanjut.

ATMega8535 adalah mikrokontroler CMOS 8-bit berbasis AVR dengan

konsumsi daya rendah yang dikembangkan dari arsitektur RISC. Dengan Instruksi

yang dapat dijalankan dalam satu siklus clock, ATMega8535 mempunyai

throughputs sistem 1 MIPS per MHz. ATMega8535 mempunyai 32 register yang

secara langsung terhubung dengan Arithmatic Logic Unit (ALU). Mikrokontroler

ATMega8535 juga dilengkapi dengan port serial, yang memungkinkan bagi kita

mengirimkan data dalam format serial.

Mikrokontroler ATMega8535 mempunyai 40 pin dengan catu daya

tunggal 5 volt. Ke-40 pin dalam keluarga mikrokontroler ATMega8535

(53)

Gambar 3.3. Rangkaian Mikrokontroler ATMega

3.4 Rangkaian Jembatan H

Rangkaian jembatan H ini berfungsi untuk memutar motor servo

searah/berlawanan arah dengan arah jarum jam. Mikrokontroler tidak dapat

langsung mengendalikan putaran dari motor servo, karena itu dibutuhkan driver

sebagai perantara antara mikrokontroler dan motor servo, sehingga perputaran

dari motor servo dapat dikendalikan oleh mikrokontroler. Rangkaian jembatan H

ditunjukkan pada gambar 3.4 berikut ini :

(54)

II IV

Gambar 3.4 Rangkaian jembatan H

Untuk mempermudah penjelasan, maka rangkaian di atas dikelompokkan

menjadi 4 rangkaian. Pada rangkaian di atas, jika salah input rangkaian I yang

dihubungkan ke mikrokontroler diberi logika high dan input pada rangkaian

lainnya diberi logika low, maka kedua transistor tipe NPN C945 pada rangkaian I

akan aktip. Hal ini akan membuat kolektor dari kedua transistor C945 pada

rangkaian I akan mendapat tegangan 0 volt dari ground. Kolektor dari transistor

C945 yang berada di sebelah kiri atas diumpankan ke basis dari transistor tipe

PNP TIP 127 sehingga basis dari transistor TIP 127 mendapatkan tegangan 0 volt

yang menyebabkan transistor ini aktip (transistor tipe PNP akan aktip jika

tegangan pada basis lebih kecil dari 4,34 volt). Aktipnya transistor PNP TIP 127

ini akan mengakibatkan kolektornya terhubung ke emitor sehingga kolektor

mendapatkan tegangan 15 volt dari Vcc.

Kolektor dari transistor TIP 127 dihubungkan ke kumparan, sehingga

kumparan akan mendapatkan tegangan 15 volt. Hal ini akan mengakibatkan

kumparan menimbulkan medan magnet. Medan magnet inilah yang akan menarik

motor untuk mengarah ke arah kumparan yang menimbulkan medan magnet

(55)

Sedangkan rangkaian II, III dan IV karena pada inputnya diberi logika

low, maka kumparannya tidak menimbulkan medan magnet, sehingga motor tidak

tertarik oleh kumparan-kumparan tersebut.

Demikian seterusnya untuk menggerakkan motor agar berputar maka harus

diberikan logika high secara bergantian ke masing input dari

masing-masing rangkaian.

3.5 Rangkaian Sensor LDR

Rangkaian sensor warna ini berfungsi untuk mengetahui warna dari benda yang

berada di atas sensor, Sensor warna ini dirancang dengan menggunakan 3 buah

LED yang terdiri dari 1 LED warna merah, 1 LED warna hijau, dan 1 LED warna

biru. Dimana ketiga LED ini mengelilingi sebuah LDR yang diserikan dengan

sebuah resistor. Rangkaian sensor warna ditunjukkan pada gambar 3.5 berikut

ini:

Gambar 3.5a Gambar 3.5b Gambar 3.5c

Susunan Sensor Warna Rangkaian pemancar Rangkaian Penerima

Rangkaian pemancar pada gambar 3.5b menggunakan 3 buah LED dengan

warna – warna seperti yang telah disebutkan di atas. Ke enam LED ini disusun

sesuai dengan susunan pada gambar 3.5a.

4.7k฀ VCC

5V

LDR

ADC

(56)

Rangkaian penerima terdiri dari sebuah resistor 4K7 dan sebuah LDR

yang disusun secara seri. Keluaran dari rangkaian penerima dihubungkan ke

rangkaian ADC untuk diubah datanya menjadi data biner agar dapat dikenali oleh

mikrokontroler ATMEGA8535. Rangkaian ADC ditunjukkan pada gambar 3.6

berikut ini:

Gambar 3.6. Rangkaian ADC

Input ADC dihubungkan ke sensor warna, sehingga setiap perubahan

tegangan yang dihasilkan oleh sensor warna akan dideteksi oleh ADC.

Agar output yang dihasilkan oleh ADC bagus, maka tegangan refrensi

ADC harus benar-benar stabil, karena perubahan tegangan refrensi pada ADC

akan merubah output ADC tersebut. Oleh sebab itu pada rangkaian ADC di atas

tegangan masukan 12 volt dimasukkan ke dalam IC regulator tegangan 9 volt agar

keluarannya menjadi 9 volt, kemudian keluaran 9 volt ini dimasukkan kedalam

regulator tegangan 5 volt , sehingga keluarannya menjadi 5 volt. Tegangan 5 volt

inilah yang menjadi tegangan refrensi ADC. Dengan demikian walaupun tegangan

masukan turun setengahnya, yaitu dari 12 volt menjadi 6 volt, tegangan refrensi

(57)

Output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga setiap

perubahan output ADC yang disebabkan oleh perubahan inputnya (tegangan

baterai) akan diketahui oleh mikrokontoler.

3.6 Rangkaian Sensor Kedekatan

Sensor ini berfungsi untuk mengetahui ketika ada benda (tangan) yang

mendekat ke alat. Pada alat ini sensor kendekatan yang digunakan adalah sebuah

pemancar infra merah dengan sebuah potodioda dan sebuah rangkaian penerima

sinyal infra merah. Prinsip kerjanya adalah dengan memanfaatkan pantulan dari

sinar infra merah yang dipancarkan oleh LED infra merah. LED infra merah dan

potodioda dipasang sejajar, sehingga dalam keadaan normal, tidak ada benda yang

mendekat, maka sinar infra merah akan terus ke depan (tidak ada yang

dipantulkan). Namun ketika ada benda yang mendekat, kemudian sinar infra

merah mengenai benda tersebut, maka sebagian sinar akan dipantulkan dan

pantulannya akan mengenai potodioda. Potodioda yang terkena pantulan sinar

infra merah akan mengalami perubahan hambatan, sehingga tegangan yang

dihasilkan juga akan berubah. Perubahan tegangan inilah yang kemudian diolah

oleh rangkaian pengolah sinyal agar menjadi sinyal digital, kemudian dikirimkan

ke mikrokontroler. Rangkaian pemancar infra merah tampak seperti gambar di

bawah ini:

Gambar 3.7. Rangkaian Pemancar Infra Merah

Pada rangkaian di atas digunakan sebuah LED infra merah yang diserikan

dengan sebuah resistor 18 ohm. Resistor ini berfungsi untuk membatasi arus yang VCC

5V

(58)

masuk ke LED infra merah agar LED infra merah tidak rusak. Resistor yang

digunakan adalah 18 ohm sehingga arus yang mengalir pada LED infra merah

adalah sebesar:

V = I.R I = V = 5 = 0,277 A atau 277 mA R 18

Dengan besarnya arus yang mengalir ke LED infra merah, maka intensitas

pancaran infra merah akan semakin kuat, yang menyebabkan jarak pancarannya

akan semakin jauh.

Pancaran dari sinar infra merah akan diterima oleh potodioda, kemudian

akan diolah oleh rangkaian penerima agar menghasilkan sinyal tertentu, dimana

jika potodioda menerima pancaran sinar infra merah maka output dari rangkaian

penerima ini akan mengeluarkan logika low (0), namun jika potodioda tidak

menerima pancaran sinar infra merah, maka output dari rangkaian penerima akan

mengeluarkan logika high (1). Rangkaian penerima infra merah seperti gambar di

bawah ini:

Gambar 3.8. Rangkaian Penerima Sinar Infra Merah

Potodioda memiliki hambatan sekitar 15 s/d 20 Mohm jika tidak terkena

(59)

Kohm jika terkena sinar infra merah tergantung dari besarnya intensitas yang

mengenainya. Semakin besar intensitasnya, maka hambatannya semakin kecil.

Pada rangkaian di atas, output dari potodioda diumpankan ke basis dari

transistor tipa NPN C828, ini berarti untuk membuat transistor tersebut aktip

maka tegangan yang keluar dari potodioda harus lebih besar dari 0,7 volt.

Aktipnya transistor C828 akan menyebabkan kolektornya terhubung ke

emitor, sehingga kolektor mandapat tegangan 0 volt dari ground, tegangan ini

diumpankan ke basis dari transistor ke-2 tipe PNP A733, sehingga transistor ini

juga aktip. Seterusnya aktipnya transistor A733 akan menyebabkan kolektornya

terhubung ke emitor, sehingga kolektor mandapat tegangan 5 volt dari Vcc,

tegangan ini diumpankan ke basis dari transistor ke-3 tipe NPN C945, sehingga

transistor ini juga aktip.

Kolektor dari transistor C945 dihubungkan mikrokontroler ATMega8535

sehingga jika transistor ini aktip, maka kolektor akan mendapatkan tegangan 0

volt dari ground. Tegangan 0 volt inilah yang merupakan sinyal low (0) yang

diumpankan ke mikrokontroler ATMega8535, sehingga mikrokontroler dapat

mengetahui bahwa sensor ini mengirimkan sinyal, yang berarti bahwa ada benda

yang berada di dekat sensor sehingga pantulan sinar infra merah mengenai sensor.

Namun ketika tidak ada benda di dekat sensor, maka pantulan sinar infra

merah tidak ada yang mengenai potodioda, sehingga sensor akan mengirimkan

sinyal high ke mikrokontroler.

Transistor ke-4 tipe PNP A733 berfungsi untuk menyalakan LED sebagai

indikator bahwa sensor ini menerima pantulan sinar infra merah dari pemancar.

LED ini akan menyala jika sensor menerima sinar infra merah, dan akan mati jika

sensor tidak menerima sinar infra merah.

3.7. Rangkaian Driver Motor DC

Pada saat sensor membaca sinyal output dari benda/objek berwarna maka

(60)

gunakan pengait yang mengatur saat benda berada tepat didepan sensor. Pengait

tersebut digerakkan dengan menggunakan sebuah motor dc. Motor dc tidak bisa

langsung dikendalikan oleh mikrokontroler. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah

driver yang menghubungkan dengan mikrokontroler. Driver yang digunakan

adalah sebuah rangkaian driver motor dc. Rangkaian driver motor dc, ditunjukkan

pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.9. Rangkain Driver Motor DC

Pada rangkaian diatas, jika p2.2 diset high yang berarti p2.2 mendapat

tegangan 5 volt, maka kedua kapasitor tipe NPN C945 yang disebelah kiri akan

aktif. Hal ini akan membuat kolektor dari kedua transistor C945 itu akan

mendapat tegangan 0 volt dari ground.

Kolektor dari transistor C945 yang berada disebelah kiri atas diumpankan

kebasis dari transistor tipe PNP TIP 127 sehingga basis dari transistor TIP 127

mendapatkan tegangan 0 volt yang menyebabkan transistor ini aktif (transistor

tipe PNP akan aktif jika tegangan pada basis lebih kecil dari 4,34 volt). Aktifnya

transistor PNP TIP 127 ini akan mengakibatkan kolektornya terhubung ke emitor

sehingga kolektor mendapatkan tegangan 12 volt dari Vcc.

Sedangkan kolektor dari transistor C945 yang berada disebelah kiri bawah di

umpankan ke basis dari transistor tipe NPN TIP 122 sehingga basis dari transistor

TIP 122 mendapatkan tengangan 0 volt yang menyebabkan transistor ini tidak

aktif (transistor tipe NPN akan aktif jika tegangan pada basis lebih besar dari 0,7

(61)

ke emitor, sehingga kolektor tidak mendapatkan tegangan 0 volt dari ground.

Karena kolektor TIP 122 dihubungkan dengan kolektor TIP 127 yang

mendapatkan tegangan 5 volt dari Vcc, maka kolektor TIP 122 juga mendapatkan

tegangan yang sama. Hal ini menyebabkan kaki motor sebelah kiri mendapatkan

tegangan 5 volt (polaritas positif).

Agar motor dapat berputar ke satu arah maka kaki sebelah kanan harus

mendapatkan tegangan 0 volt (polaritas negatif). Hal ini diperoleh dengan

memberikan logika low (0) pada P2.3 mikrokontroler ATMega8535.

Pada rangkaian di atas, jika P2.3 diset low yang berarti P2.3 mendapat

tegangan 0 volt, maka kedua transistor jenis NPN C945 yang disebelah kanan

tidak akan aktif. Hal ini membuat kolektor dari kedua transistor C945 akan

mendapat tegangan 5 volt dari Vcc.

Kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kanan akan di

umpankan ke basis dari transistor tipe PNP TIP 127 sehingga basis dari transistor

TIP 127 mendapatkan tegangan 5 volt yang menyebabkan transistor ini tidak

aktif. Karena transistor PNP TIP 127 tidak aktif maka kolektornya tidak

terhubung ke emitor sehingga kolektor tidak mendapatkan tegangan 12 volt dari

Vcc, tetapi mendapatkan teganganyang berasal dari transistor TIP 122 yang

berada di bawahnya.

Sedangkan kolektor dari transistor C945 yan berada disebelah kanan bawah

diumpankan ke basis dari transistor jenis NPN TIP 122 sehingga basis dari

transistor TIP 122 mendapatkan tegangan 5 volt yang menyebabkan transistor ini

aktif. Karena transistor TIP 122 ini menjadi aktif, menyebabkan kolektornya

terhubung ke emitor, sehingga kolektor mendapatkan tegangan 0 volt dari ground.

Karena kolektor TIP 122 yang mendapatkan tegangan 0 volt dari ground

dihubungkan dengan kolektor TIP 127, maka kolektor dari TIP 127 juga

mendapatkan tegangan yang sama. Hal ini akan menyebabkan motor akan

berputar ke satu arah tertentu. Sedangkan untuk memutar motor kearah

sebaliknya, maka logika yang diberikan ke P2.2 adalah low (0) dan logika yang di

(62)

3.8. Rangkaian Motor Servo

Motor servo jika terhubung pada PortC.0 pada rangkaian

mikrokontroler. Motor servo mempunyai tiga masukan yaitu input, Vcc. Ground.

Jika mikrokontroller di berikan logika 1 ( high) pada salah satu inputan motor

servo maka motor servo tidak berkerja sedangkan jika mikrokontroler diberikan

logika 0 (low) maka servo berkerja sesuai fungsi yang dibutuhkan oleh motor

servo seperti yang terlihat pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10. Rangkaian Motor Servo

Paralaks servo standar yang sangat ideal untuk robotika dan gerakan dasar

proyek. Motor Servo ini akan memungkinkan suatu gerakan kisaran 0-180 derajat.

Output Servo Parallax poros gear standar konfigurasi.

Servo motor menggunakan sinyal PWM untuk mengendalikan motor.

Motor servo akan bekerja dengan baik pada 50 Hz dari frekuensi PWM, ini berarti

sinyal PWM memiliki periode 20ms. Sirkuit elektronik di dalam motor servo akan

respons terhadap sinyal PWM width yang 0.7ms untuk 1ms PWM lebar akan

membuat motor servo untuk memutar searah jarum jam (CW), maka untuk 2ms

PWM 1.7ms lebar akan membuat motor servo untuk memutar berlawanan arah

jarum jam ( CCW). Untuk standar PWM servo yang lebar 1.5ms akan memutar

motor servo pusatnya.

Lebar PWM yang tepat tergantung pada jenis motor servo dan Parallax

Servo yang digunakan masing – masing 1ms dan 2ms. Paralaks servo motor yang

Gambar

Gambar 2.2. Arsitektur Mikrokontroller ATMEGA 8535
Gambar 2.3. Sistem Minimum AT Mega 8535
Gambar 2.4. Sistem Clock
gambar di bawah ini.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses pengubahan tegangan input dari sensor menjadi data digital, dilakukan dengan cara yang sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Pada rangkaian,output sensor warna ( LDR

Adapun judul Laporan Akhir ini adalah “ Alat Pemisah Barang (Conveyer) Menggunakan RFID, Sensor Infrared, Sensor LDR, Berbasis Mikrokontroler ATMega 8535 dengan

Hanya dengan memasang sensor suhu tersebut pada ruangan atau benda maka dapat diketahui berapa suhunya secara terus menerus dan data pengukuran dari sensor suhu dapat disimpan

Bagaimana Intensitas cahaya pada ruangan yang dipengaruhi intensitas cahaya dari.. lingkungan akan dikontrol menggunakan sensor cahaya

Jadi sensor PIR tidak akan menghasilkan output apabila sensor ini dihadapkan dengan benda panas yang tidak memiliki panjang gelombang inframerah antar 8 sampai

Pada mikrokontroler ATMega 16 mempunyai fitur berupa internal ADC yang digunakan untuk mengonversi data analog dari masukan sensor berat berupa nilai tegangan

Maka dari itu, dirancang suatu peralatan instrumentasi berupa alat pendeteksi tingkat kekeruhan air pada kamar mandi berbasis mikrokontroler ATMega 8535 dengan menggunakan

Prototype Clinometer Digital dibuat dengan tampilan digital berupa seven segmen, untuk mendeteksi sudut kemiringan digunakan sensor accelometer yang menjadi masukan mikrokontroler