PENGARUH PROGRAM RADIO DAN MINAT DENGAR
(Studi Korelasional Pengaruh Acara O Tano Batak di RadioTeladan FM terhadap Minat Dengar Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sei Sikambing DKota Medan)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu
Komunikasi
DISUSUN OLEH: RIO PARDAMEAN
070904108
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Rio Pardamean
NIM : 070904108 Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : PENGARUH PROGRAM ACARA RADIO DAN
MINAT DENGAR
(Studi Korelasional Pengaruh Acara O Tano Batak di Radio Teladan FM Terhadap Minat Dengar Ibu-Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sei Sikambing D Medan)
Medan, Desember 2011
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D Dra. Fatma Wardy Lubis, MA NIP: 196704051990032002 NIP: 196208281987012001
Dekan
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Pengaruh Program Acara Radio dan Minat Dengar (Studi Korelasional Pengaruh Acara O Tano Batak di Radio Teladan Fm Terhadap Minat Dengar di Kalangan Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sei Sikambing D Kota Medan yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh program O Tano Batak di radio Teladan FM terhadap minat dengar ibu rumah tangga di Kelurahan Sei Sikambing D Kecamatan Medan Petisah.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response), dimana Stimulusnya adalah program acara O Tano Batak di Radio Teladan FM Medan, Organismnya adalah Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sei Sikambing D Kecamatan Medan Petisah, dan Responsenya adalah minat dengar Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sei Sikambing D Kecamata Medan Petisah.
Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis table tunggal dan uji hipotesis dengan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling, yaitu memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, dan berkat semangat dan bimbingan dari Tuhan Yesus
yang telah membuat saya dapat menjadi mahasiswa yang lebih baik lagi dalam
iman dan pendidikan saya.
Penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Program Acara Radio dan
Minat Dengar Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sei Sikambing D Kecamatan
Medan Petisah” ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang
harus dilengkapi dalam memperoleh gelas sarjana sosial pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan
skripsi ini, penulis tidak mengerjakannya dengan begitu saja, melainkan
merupakan hasil pelajaran yang penulis terima selama mengikuti perkuliahan di
Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di
Universitas Sumatera Utara.
Terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
penulis sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi ini. Secara khusus,
terimakasih kepada kedua orangtua dan keluarga penulis, Ayahanda Hotmada
Purba, Ibunda Esther C. Siambaton serta abang Ryanaldi Purba dan kakak
Kartarina Purba yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis, baik
moril maupun materil yang tak terhingga nilainya, sehingga penulis dapat
menjalani dan menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri dengan hasil
Dengan segala kerendahan hati, tidak lupa pula penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Badaruddin, M.Siselaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dra. Fatmawardi Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi serta Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen
pada periode 2011-2016, atas segala bantuan yang berguna dan bermanfaat
bagi penulis.
3. Ibu Dra. Lusiana Andriani Lubis, M.A., Ph.D selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak memberikan masukan, arahan, dan bimbingan dalam
pengerjaan skripsi ini dan sekaligus selaku Dosen Wali selama mengikuti
perkuliahan dari awal hingga akhir perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Buat staf laboratorium dan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU,
Kak Hanim, Kak Puan, Kak Maya, Kak Icut, dan Kak Ros yang telah
membantu segala sesuatu yang berkaitan dengan jalannya pendidikan
penulis.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi pada
khususnya dan FISIP USU pada umumnya, yang telah mendidik,
membimbing, dan membantu penulis selama masa perkuliahan.
6. Bapak Bachtiar selaku Sekertaris Kelurahan Sei Sikambing D yang
meluangkan waktu untuk membantu memberikan data-data yang
dibutuhkan oleh peneliti sebagai bentuk kerjasama dan dukungan kepada
7. Kepada semua sahabat-sahabat penulis, Bertha Meka (yang selalu
memberi perhatian dan dukungan), Harold dan Grace (yang selalu
mendukung dan mengerti), Ema, Nenes, Voni, Venta, Rocky, Romi,
Fazario dan segenap mahasiswa Komunikasi Stambuk 2007.
8. Sahabat penulis yang jauh, Illah, Rudi, Sendy, Toni, Hendra yang selalu
memberi semangat dalam menempuh pendidikan kepada penulis.
9. Dan kepada semuanya yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian
pendidikan dan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan disini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai titik
kesempurnaannya karena adanya kekurangan atau apapun. Penulis
mengaharapkan kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritikan dan saran
yang dapat mendukung kesempurnaan skripsi ini sehingga penulis dan para
pembaca dapat menjadikan skripsi ini sebuah pengetahuan yang dapat dipahami
oleh banyak pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI... i
KATA PENGANTAR……… ii
DAFTAR ISI……….. v
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... xii
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah... 1
I.2. Perumusan Masalah... 4
I.3. Pembatasan Masalah... 5
I.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 5
I.5. Kerangka Teori... 6
I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa... 7
I.5.2. Komunikasi Antar Budaya... 8
I.5.3. Radio... 9
I.5.4. Efek Komunikasi Massa... 16
1.5.5. Minat... 17
I.5.6. Teori S-O-R... 17
I.6. Kerangka Konsep... 20
I.7. Model Teoritis... 21
I.8. Operasional Variabel... 21
I.9. Defenisi Operasional... 22
I.10. Hipotesis... 25
BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi dan Komunikas Massa... 26
II.1.1. Komunikasi... 26
II.1.1.1. Proses Komunikasi... 27
II.2.3. Fungsi Komunikasi Massa... 35
II.3. Komunikasi Antar Budaya... 36
II.3.1. Dimensi-dimensi Komunikasi Antar Budaya... 37
II.3.2. Budaya Batak... 39
II.3.3. Nilai Budaya Batak... 40
II.4. Radio... 41
II.4.1. Radio Siaran di Indonesia... 43
II.4.2. Radio Sebagai Media Massa... 44
II.4.3. Acara Siaran Radio... 47
II.5. Efek Komunikasi Massa... 49
II.6. Minat... 50
II.7. Teori S-O-R... 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metode Penelitian... 56
III.2. Deskripsi Lokasi Penelitian... 56
III.3. Populasi dan Sampel... 58
III.3.1. Populasi... 58
III.3.2. Sampel... 59
III.4. Tekhnik Penarikan Sampel... 60
III.5. Tekhnik Pengumpulan Data... 61
III.6. Tekhnik Analisis Data... 61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Proses Pengumpulan Data... 65
IV.2. Proses Pengolahan Data... 66
IV.3. Analisa Deskriptif... 66
IV.3.1. Karateristik Responden... 67
IV.3.2. Radio... 70
IV.3.3. Minat... 80
IV.3.4. Budaya Batak... 87
IV.6. Uji Hipotesis... 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan... 99
V.2. Saran... 99
DAFTAR PUSTAKA... 101
LAMPIRAN... 103 1. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi
DAFTAR TABEL
Tabel I.1. Operasional Variabel Penelitian... 22
Tabel III.1. Populasi berdasarkan Pekerjaan... 57
Tabel III.2. Populasi Ibu Rumah Tangga... 59
Tabel 4.1. Usia... 67
Tabel 4.2. Suku Bangsa... 68
Tabel 4.3. Pendidikan... 69
Tabel 4.4. Intensitas Mendengar Radio... 70
Tabel 4.5. Daya Tarik Radio... 71
Tabel 4.6. Kualitas Radio... 71
Tabel 4.7. Interaksi Radio kepada Masyarakat... 72
Tabel 4.8. Penggunaan Media lain selain Radio... 73
Tabel 4.9. Pesan yang disampaikan oleh Radio... 74
Tabel 4.10. Kefaktualan Pesan Radio... 75
Tabel 4.11. Kebutuhan Informasi dari Radio... 76
Tabel 4.12. Pernahnya Responden Mendengar Radio ... 77
Tabel 4.13. Pernahnya Responden Mendengar acara O Tano Batak... 78
Tabel 4.14. Partisipasi Responden ... 79
Tabel 4.15. Informasi Radio yang Menghibur... 80
Tabel 4.16. Ketertarikan Mendengar Radio... 80
Tabel 4.17. Ketertarikan Mencari Informasi dari Radio... 81
Tabel 4.18. Ketertarikan Mendengar Radio Teladan FM... 82
Tabel 4.21. Ketertarikan Mendengar acara O Tano Batak... 84
Tabel 4.22. Bentuk Informasi di Acara O Tano Batak... 85
Tabel 4.23. Ketertarikan Responden Mendengar acara lain... 86
Tabel 4.24. Mendengar Radio Batak dari Radio... 87
Tabel 4.25. Informasi Budaya Batak dari acara O Tano Batak... 88
Tabel 4.26. Belajar Budaya Batak... 89
Tabel 4.27. Tabel Silang 1... 90
Tabel 4.28. Korelasi 1... 91
Tabel 4.29. Tabel Silang 2... 93
Tabel 4.30. Korelasi 2... 95
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1. Model S-O-R Penelitian... 18
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Pengaruh Program Acara Radio dan Minat Dengar (Studi Korelasional Pengaruh Acara O Tano Batak di Radio Teladan Fm Terhadap Minat Dengar di Kalangan Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sei Sikambing D Kota Medan yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh program O Tano Batak di radio Teladan FM terhadap minat dengar ibu rumah tangga di Kelurahan Sei Sikambing D Kecamatan Medan Petisah.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response), dimana Stimulusnya adalah program acara O Tano Batak di Radio Teladan FM Medan, Organismnya adalah Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sei Sikambing D Kecamatan Medan Petisah, dan Responsenya adalah minat dengar Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sei Sikambing D Kecamata Medan Petisah.
Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis table tunggal dan uji hipotesis dengan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling, yaitu memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang
Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah memungkinkan
orang di seluruh dunia untuk saling berkomunikasi. Hal ini dimungkinkan karena
adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan sebagai sarana
penyampaian pesan. Media penyiaran, yaitu radio merupakan salah satu bentuk
media massa yang efisien dalam mencapai audiensinya dalam jumlah yang sangat
banyak. Karenanya media penyiaran memegang peranan yang sangat penting
dalam ilmu komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa.
Radio merupakan media elektronik tertua dan sangat luwes. Peran media massa
semakin besar dan mulai menunjukkan kekuatannya dalam mempengaruhi
masyarakat.
Sebagai salah satu media elektronik, radio mempunyai sifat-sifat khas
yang dapat dijadikan sebagai kekuatan yang dimilikinya dalam menyampaikan
pesan atau informasi kepada masyaraka. Salah satu sifat khas radio yaitu bersifat
langsung, dimana pendengar dapat mendengarkan informasi secara langsung pada
saat peristiwa terjadi. Banyaknya pesawat radio yang berukuran kecil dengan
kemampuan daya tangkap yang tinggi, serta harganya yang relatif murah, orang
dengan mudah dapat membawanya kemana, dimana dan kapan saja.
Radio sebagai media massa terus mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Sejak dari zaman Belanda, zaman Jepang, zaman Kemerdekaan dan zaman
orde baru. Radio memiliki daya tarik yang kuat. Daya tarik ini ialah disebabkan
memberikan hiburan, penerangan dan pendidikan. Tulang punggung radio siaran
adalah musik. Orang mendengarkan radio terutama untuk mendengarkan musik,
karena musik merupakan hiburan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 32 tahun 2002 tentang
penyiaran, (Pasal 1) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penyiaran radio
adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi
dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan
berkesinambungan. Lembaga penyiaran adalah penyelanggara penyiaran, baik
lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran
komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan
tugas, fungsi dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Lembaga penyiaran dalam melaksanakan fungsi
penyiaran diatur oleh Undang-Undang No 32 tahun 2002 bahwa lembaga
penyiaran merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting
dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan
tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial (Sembiring, 2008:5).
Dalam pasal 5, Undang-Undang No 32 tahun 2002, disebutkan bahwa
penyiaran diarahkan untuk : (a) menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, (b) menjaga dan
meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa, (c)
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (d) menjaga dan mempereat
persatuan dan kesatuan bangsa, (e) meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan
lingkungan hidup, (g) mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung
persaingan yang sehat di bidang penyiaran, (h) mendorong peningkatan
kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataab, memperkuat daya
saing bangsa dalm era globalisasi, (i) memberikan informasi yang benar,
seimbang dan bertanggung jawab, (j) memajukan kebudayaan nasional
(Sembiring, 2008:5).
Dengan adanya Undang-Undang No 32 tahun 2002 tersebut berdampak
terhadap tumbuh suburnya radio penyiaran di Indonesia, khususnya di Kota
Medan. Di Medan terdapat beberapa stasiun radio dengan berbagai macam
program acara, baik itu program musik, lagu-lagu yang sedang hits, berita lokal
maupun mancanegara dan life style. Salah satu radio di kota Medan yang memiliki
program acara yang cukup bervariasi adalah Teladan FM yang mengkhususkan
program siaran radio bagi yang suka terhadap lagu-lagu daerah yaitu lagu batak.
Radio Teladan adalah suatu radio yang sudah cukup lama eksis di Kota
Medan. Radio ini menawarkan banyak jenis acara sehingga acara yang
ditampilkan tidak terkesan monoton. Khalayak dari radio ini rata-rata adalah
orang-orang tua. Hal ini disebabkan karena radio ini banyak menampilkan
acara-acara seperti penayangan lagu nostalgia, lagu rohani, lagu batak. Dam di sini saya
ingin meneliti tentang acara yang ditampilkan di radio Teladan yaitu acara O Tano
Batak. Acara ini khusus menampilkan lagu-lagu batak lama dan baru sehingga
para pendengar dimanjakan dengan adanya lagu-lagu yang bisa mengingatkan
mereka tentang kampung halamanya di tanah batak. Acara ini tayang setiap hari
dan tayang dua kali sehari yaitu pada jam 11 siang sampai jam 2 siang kemudian
request lagu dan telepon para fans sehingga acara terkesan lebih hidup. Disamping
itu juga para pembawa juga menguasai tentang budaya dan lagu-lagu batak,
pembawa acara acara O Tano Batak yaitu Robert Sitompul dan juga Rudolf
Tobing.
Acara O Tano Batak ini dapat didengar oleh semua orang dari segala suku.
Acara O Tano Batak ini dapat memperkaya informasi budaya Batak bagi suku
batak umumnya, dan untuk semua suku khususnya. Dalam penelitian yang
menjadi objek penelitian saya adalah kalangan ibu rumah tangga di perumahan
Kelurahan Sei Sikambing D Kecamatan Medan Petisah karena di kelurahan Sei
Sikambing D terdapat berbagai macam suku. Hal ini memudahkan peneliti untuk
mendapat sampel dari berbagai suku untuk meneliti acara O Tano Batak ini.
Karena uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Bagaimana
pengaruh acara O Tano Batak di Radio Teladan FM terhadap minat mendengar
ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Sei Sikambing D Kecamatan Medan Petisah.”
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti
“Bagaimanakah Pengaruh Acara O Tano Batak di Radio Teladan FM Terhadap
Minat Mendengar di Kalangan Ibu-ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sei
Sikambing D Kecamatan Medan Petisah?”
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat
mengaburkan peneltian maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti.
a. Penelitian ini terbatas pada program O Tano Batak di Radio Teladan
FM.
b. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh program O Tano
Batak terhadap Minat Mendengar di kalangan Ibu-ibu rumah tangga di
Kelurahan Sei Sikambing D Kecamatan Medan Petisah.
c. Objek penelitian adalah Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sei
Sikambing D Kecamatan Medan Petisah
d. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2011
1.4. Tujuan dan manfaat penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk menganalisis pengaruh program O Tano Batak di radio Teladan
FM terhadap minat dengar ibu rumah tangga di Kelurahan Sei
Sikambing D Kecamatan Medan Petisah
1.4.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU,
khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya
khasanah penelitian dan sumber bacaan khususnya dalam bidang
broadcating yang dapat menambah pemahaman mengenai saluran
media massa, khususnya radio..
b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
1.5. Kerangka Teori
Fungsi teori dalam riset adalah membantu periset menerangkan fenomena
sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori ini adalah
himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan
pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel
untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
Dalam penelitian ilmiah, teori berperan sebagai landasan berpikir untuk
mendukung pemecahan permasalahan dengan jelas dan sistematis. Hal ini sesuai
dengan pengertian teori itu sendiri, yaitu serangakaian asumsi, konsep, konstruk,
definisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan hubungan antara konsep (Singarimbun, 2006:37).
Dalam peneltian ini, teori-teori yang dianggap relevan diantaranya adalah :
Komunikasi dan Komunikasi Massa, Komunikasi Antar Budaya, Radio, Teori
S-O-R, Efek Komunikasi Massa, Minat,)
I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa
Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message),
orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator),
sedangkan orang yang menerima pernyataan disebut komunikan (communicate).
Oleh karena itu komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek,
pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol).
Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa
Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap
komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media), dan penerima
informasi (audience). Sumber informasi adalah seseorang atau institusi yang
memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk disebarkan kepada masyarakat
luas. Saluran adalah media yang digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh
sumber berita, berupa media interpersonal yang digunakan secara tatap muka
maupun media massa yang digunakan untuk khalayak umum. Sedangkan
audience adalah per orang atau kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran
informasi atau yang menerima informasi (Bungin, 2006:57-58).
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang
menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik
(radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan
yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat,
anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara tepat,
serentak dan selintas khususnya media elektronik (Mulyana, 2000:75).
Komunikasi massa memiliki ciri yaitu melibatkan banyak komunikator,
berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya
jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan,
pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera (Mulyana,
2000:71).
I.5.2. Komunikasi Antar Budaya
E.B Taylor, Bapak Antropologi budaya, mendefinisikan budaya sebagai
“keseluruhan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa budaya merupakan kepercayaan, nilai,
sikap, dan hal-hal lain yang tumbuh dari generasi ke generasi.
Kategori Budaya
Kita dapat menggolongkan budaya kedalam dua kategori, yaitu :
1. Budaya Konteks Tinggi
Negara dengan budaya konteks tinggi lebih cenderung memiliki tingkat
basa- basi yang tinggi. Mereka tidak menyukai berbicara secara langsung dan
lebih cenderung menyukai komunikasi nonverbal daripada komunikasi verbal.
Negara dengan budaya konteks tinggi juga tidak memiliki pemisahan antara
urusan pribadi dan pekerjaan. Contoh negara dengan budaya konteks tinggi adalah
Jepang, Arab, Amerika Latin , dan Indonesia.
2. Budaya Konteks Rendah
Negara dengan budaya konteks rendah lebih menyukai pembicaraan secara
langsung pada pokok pembicaraan dan tidak suka basa-basi. Contoh negara
dengan budaya konteks rendah adalah Jerman, Kanada, dan USA.
Dari segi waktu, budaya dapat di golongkan menjadi dua kategori, yaitu :
1. Budaya Monokronik
Budaya monokronik menekankan waktu sebagai sumber daya. Bagi negara
dengan budaya monokronik, waktu tidak mungkin dapat diraih kembali sehingga
mereka sangat menghargai waktu. Contoh negara dengan budaya monokronik
2. Budaya Polikronik
Budaya polikronik menekankan kepada hubungan kekerabatan dan tidak
terlalu menekankan kepada waktu. Contoh negara dengan budaya polikronik
adalah Indonesia.
I.5.3. Radio
Radio adalah media elektronik yang bersifat khas sebagai media audio
(Riswandi, 2009:2). Radio siaran adalah suatu media massa yang menyampaikan
pesan dalam bentuk modulasi berupa tanda-tanda (morse), suara (voice), kalimat
(talk), bunyi-bunyian (sounds), dan sebagainya, yang dipancarkan melalui
gelombang elektromagnetik dengan frekwensi tinggi ke udara melalui antena,
yang kemudian disebut dengan pemancar (transmiter). Sinyal-sinyal modulasi
tersebut kemudian diterima oleh suatu alat penerima yang disebut radio penerima
(receive). (Djuroto, 2007 : 3).
Radio siaran mendapat julukan “kekuasaan ke lima” atau “the fifth estate”
setelah pers dianggap sebagai kekuasaan ke empat. Radio dijuluki sebagai
kekuasaan ke lima karena tiga faktor yang mendukung. (Ardianto, 2004:119)
1. Radio Siaran Bersifat Langsung.
Sifat langsung radio siaran adalah bahwa suatu pesan yang akan disiarkan dapat
dilakukan tanpa melalui proses yang rumit.
2. Radio Siaran Tidak Mengenal Jarak Dan Rintangan.
Bagi radio tidak ada jarak waktu, begitu suatu pesan diucapkan oleh
penyiar pada saat itu juga dapat diterima oleh khalayak. Bagi radio tidak ada pula
3. Radio Siaran Memiliki Daya Tarik
Radio memiliki daya tarik disebabkan oleh tiga unsur yang melekat padanya,
yakni:
a. Kata-kata lisan (Spoken Words)
b. Musik (music)
c. Efek suara (Sound Effect)
Sejarah ditemukannya radio dimulai di Inggris dan Amerika Serikat.
Donald Mc. Nicol dalam bukunya Radio’s Conquest of Space menyatakan bahwa
terkalahkannya ruang angkasa oleh radio dimulai tahun 1802 oleh Dane, yaitu
dengan ditemukannya suatu pesan dalam jarak pendek dengan menggunakan alat
sederhana berupa kawat beraliran listrik.
Penemuan berikutnya adalah oleh tiga orang cendikiawan muda,
diantaranya adalah James Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun 1865. ia
dijuluki scientific father of wireless, karena berhasil menemukan rumus-rumus
yang diduga mewujudkan gelombang elegtromagnetik, yakni gelombang yang
digunakan radio dan televisi.
Radio yang digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa
mula-mula diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. kemudian Le De Forrest
melalui eksperimen siaran radionya telah menyiarkan kampanye pemilihan
presiden Amerika Serikat tahun 1916, sehingga Ia dikenal sebagai pelopor radio
siaran.
I.5.3.1 Keunggulan dan Kelemahan Radio
Radio memiliki keunggulan sebagai media penyiaran. Adapun
1.Langsung
Radio adalah satu-satunya media yang memiliki kemampuan untuk
menyampaikan isi/kandungan programnya secara langsung ke hadapan
pendengar. Begitu suara dipancarkan, telinga pendengar langsung menangkap dan
mencernanya.
2. Cepat
Radio juga memiliki kecepatan yang sulit ditandingi oleh media jenis lain.
Suatu peristiwa yang terjadi di sebuah tempat, bisa dengan cepat disiarkan oleh
sebuah stasiun radio.
3. Menciptakan gambar dalam ruang imajinasi pendengar
Radio makes pictures. Radio menciptakan gambar. Inilah salah satu
ungkapan paling terkenal mengenai radio. Tidak salah memang untuk mengatakan
bahwa hanya radiolah satu-satunya media komunikasi modern yang memiliki
kemampuan istimewa dalam menciptakan “gambar” atau rekaan di ruang
imajinasi pendengarnya. Memang, radio memiliki kekuranglengkapannya
dibandingkan televisi, yaitu dari aspek visualnya.
4. Tanpa Batas
Radio praktis tidak memiliki batas, baik batas geografis maupun
batas-batas usia, ras, tingkat ekonomi-sosial-pendidikan (ingat, orang buta huruf pun
bisa menikmati radio. Hanya orang tuna rungu yang tidak bisa menikmati radio.
5. Tak banyak pernik
Radio adalah media yang tak memerlukan banyak pernik, paling tidak jika
dibandingkan dengan televisi. Untuk meliput sebuah peristiwa, televisi
6. Murah
Radio jelaslah media yang relatif murah, dibandingkan dengan televisi dan
bahkan media cetak. Murah dari segi investasi awal (hanya butuh peralatan audio,
transmitter atau pemancar, menara dan antene), maupun dari segi biaya produksi.
7. Bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain
Radio bisa dinikmati sambil sang pendengar melakukan aktivitas lain,
entah itu membaca, menyetrika, memasak, menyusui anak, menyetir mobil, dan
berbagai kegiatan lainnya. Keistimewaan ini tidak dimiliki media cetak dan
televisi.
8. Hangat dan dekat
Sampai saat ini, rasanya tidak ada media selain radio yang memiliki
kemampuan untuk selalu hangat dan dekat dengan penikmatnya. Suratkabar jelas
tidak bisa berakrab-akrab dengan pembaca, karena yang hadir di hadapan
pembaca adalah benda mati, berupa tumpukan kertas dan deretan huruf.
9. Mendidik
Radio sangat efektif untuk dipakai sebagai media pendidikan. Apalagi jika
diingat jangkauan pendengarnya yang luas dan sebagian besar pendengar radio di
Indonesia bermukim di wilayah-wilayah pinggiran yang mungkin belum memiliki
sarana pendidikan formal yang memadai.
5. Tempat mendengar musik
Radio adalah media yang paling andal untuk menikmati musik. Hampir
tidak ada radio di dunia ini yang tidak menyiarkan musik sama sekali dalam
programya. Radio merupakan salah satu media yang memegang peran terpenting
10. Memberi kejutan
Radio mampu menyuguhkan kejutan-kejutan lewat program-programnya.
Program musik, misalnya, bisa membawa kejutan-kejutan ini, karena perndengar
tidak tahu sebelumya musik apa yang disuguhkan oleh penyiar yang sedang
bertugas di studio pada saat itu.
11. Memberi manfaat bagi individu
Karena karakternya yang intim dan hangat, radio memiliki kemampuan
untuk lekas diakrabi oleh pribadi-pribadi atau individu pendengarnya. Radio pun
kemudian menjadi tumpuan bagi pribadi-pribadi pendengarnya untuk mencari
berbagai informasi yang dapat berharga bagi mereka.
12. Memberi manfaat bagi masyarakat
Selain berfungsi sebagai media pribadi yang hangat dan intim, radio
tetaplah media yang menjangkau massa. Dengan demikian, radio juga memiliki
potensi untuk menyumbang manfaat bagi masyarakat.
Selain memiliki keunggulan, radio sebagai media penyiaran juga memiliki
kelemahan, yaitu: (Brandt, 2001:13-16)
1.Cepat hilang
Radio adalah media yang sifatnya “selintas”. Apa yang disiarkan menit ini,
akan gampang dilupakan orang pada menit berkutnya. Penyebabnya jelas.
Pertama, sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, pendengar radio biasanya
mendengarkan radio sambil mengerjakan kegiatan lain, sehingga konsentrasinya
tidak penuh. Dan kedua, siaran yang sudah berlalu, tak bisa dirujuk kembali.
Karakter radio yang serba selintas ini sering diibaratkan sebagai “tulisan di atas
2. Ruang yang relatif terbatas
Radio adalah medium dengan ruangan yang relatif terbatas. Sebuah stasiun
radio swasta rata-rata mengudara selama 18 jam setiap hari. Jumlah jam siaran
maksimal tentu saja hanya 24 jam, sebuah pembatas alamiah yang tak mungkin
lagi diakali oleh pengelola radio.
3. Beralur Liner
Kelemahan lainnya yang melekat pada karakter radio adalah sifatnya yang
liner. Maksudnya adalah: program yang disiarkan oleh radio mengikuti perjalanan
waktu, di mana program B yang disiarkan pukul 10.00 WIB misalnya, muncul
setelah program A yang disiarkan antara pukul 09.00-10.00 WIB. Ibarat urutan
abjad, pendengar radio hanya bisa mendengarkan program-program yang
disuguhkan dengan mengikuti program urutan A sampai Z.
Lembaga penyiaran radio di Indonesia sesuai Undang-undang No. 32
tahun 2002 tentang penyiaran, terdiri atas lembaga penyiaran publik, lembaga
penyiaran komersial, lembaga penyiaran komunitas, dan lembaga penyiaran
berlangganan.
a. Lembaga penyiaran Publik
Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh
negara, bersifat independent, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan
pelayanan untuk kepentingan masyarakat.
b. Lembaga Penyiaran Komersial
Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang
c. Lembaga Penyiaran Komunitas
Lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan
oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya
pencar rendah, luas wilayah jangkauan terbatas, serta untuk melayani kepentingan
komunitasnya.
d. Lembaga Penyiaran Berlangganan
Merupakan lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia,yang
bidang usahanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan melalui satelit,
melalui kabel dan melalui terrestrial (Djuroto, 2007: 64-66).
I.5.4. Efek Komunikasi Massa
Efek komunikasi massa ini pada dasarnya memberikan penjelasan dimana
terdapat efek tertentu akibat dari pesan yang disampaikan oleh media kepada
komunikannya
Setiap aktivitas komunikasi akan menimbulkan pengaruh atau efek baik
terhadap individu maupun masyarakat, dan bertalian dengan pengetahuan, sikap
dan perilaku. Bukan saja pada seseorang, melainkan juga pada orang banyak atau
masyarakat. Efek suatu komunikasi massa adalah berupa realitas kemasyarakatan
yang pada dasarnya dimulai dari individu-individu yang jumlahnya tak terbatas.
Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul
pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada
khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Efek dapat diklasifikasikan
1. Efek kognitif yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga
khalayak yang semula tidak tahu yang tadinya tidak mengerti yang tadinya
bingung menjadi merasa jelas.
2. Efek afektif yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat
kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film
bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak.
3. Efek konatif yaitu berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang
cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak
langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului
oleh efek kognitif dan afektif. Dengan kata lain timbulnya efek konatif
setelah muncul efek kognitif dan afektif.
I.5.5. Minat
Mark (1976:69) berpendapat bahwa minat merupakan perubahan sikap
yang dapat membuat seseorang merasa senang terhadap objek, situasi ataupun
ide-ide tertentu yang bisa diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk
mencari objek yang disenangi tersebut. Menurut A.W. Wijaya (1993:45) secara
teori minat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
• Objek minat itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
• Minat tidak dibawa sejak lahir.
I.5.6. Teori S-O-R
Dari uraian diatas maka teori yang mendekati permasalahan peneltian
adalah Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response). Teori ini mengemukakan
bahwa tingkah laku sosial dapat dimengerti mengenai suatu analisis dari stimulus
yang diberikan dan dapat mempengaruhi reaksi yang spesifik dan didukung oleh
hukuman maupun penghargaan sesuai dengan reaksi yang terjadi. Dengan kata
lain, menurut Effendy efek yang ditimbulkan sesuai dengan teori S-O-R yang
merupakan reaksi yang bersifat khsusus terhadap stimulus khusus, sehingga
seorang dapat mengharapkan dan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan
(Effendy, 2007:254).
Prinsip teori ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang
sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Dengan
demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu ikatan yang
erat antar pesan-pesan media dan reaksi audiens.
Berdasarkan uraian diatas, maka proses komunikasi dalam teori S-O-R ini
digambarkan sebagai berikut.
Stimulus
Response
(Minat Dengar)
Organism
• Perhatian
• Pengertian
Gambar I.1 : Teori S-O-R
Bagan tersebut menunjukkan bahwa minat dengar bergantung pada proses
yang terjadi pada individu. Stimulus ataupun pesan yang disampaikan kepada
komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan terus berlangsung
jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya adalah pengertian.
Kemampuan komunikasi inilah yang melanjutkan ke proses berikutnya. Setelah
komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk
mengubah sikap.
Dikaitkan dengan program O Tano Batak di Radio Teladan FM terhadap
minat dengar, gambar diatas menunjukkan bahwa:
a. Pesan (Stimulus), stimulus atau pesan yang dimaksud disini adalah
program acara O Tano Batak di Radio Batak FM
b. Komunikan (Organism), yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah
Ibu-ibu di Kelurahan Sei Sikambing D Kecamatan Medan Petisah.
c. Efek (Response). Timbulnya Minat Dengar yang melalui tahap-tahap:
- Minat dengar Ibu-ibu di Kelurahan Sei Sikambing D Kecamatan
Medan Petisah terpenuhi setelah mendengarkan program acara O Tano
Batak di Radio Teladan FM.
- Timbulnya perasaan suka ataupun minat yang mendorong komunikan
untuk mendengarkan program acara O Tano Batak di Radio Teladan
FM.
- Tindakan komunikan yang diwujudkan dengan mendengarkan
I.6. Kerangka Konsep
Konsep yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak: kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006:33). Jadi kerangka konsep adalah
landasan berfikir yang menjelaskan makna dan maksud teori yang dipakai atau
menjelaskan kata-kata yang mungkin masih abstrak pengertiannya di dalam teori
tersebut. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus
dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas (X)
Adalah sejuumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau
mempengaruhi munculnya gejala, faktor atau unsur yang lain (Nawawi,
2001:56). Dalam penelitian ini yang ditetapkan menjadi variabel bebas
yaitu program acara O Tano Batak di Radio Teladan FM.
2. Variabel terikat (Y)
Sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi
atau ditentukan adanya variabel bebas (Nawawi, 2001:57). Dalam
penelitian ini yang ditetapkan menjadi variabel terikat yaitu Minat Dengar
Ibu-ibu di Kelurahan Sei Sikambing D Kecamatan Medan Petisah..
3. Variabel antara (Z)
Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol akan tetapi dapat
diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 2001:58).
penelitian ini yang ditetapkan menjadi variabel antara yaitu Karakteristik
Responden. Karakteristik Responden di sini adalah usia, pendidikan, suku.
1.7. Model Teoritis
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan
dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:
Gambar I.2 : Model Teoritis
I.8. Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat
dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam
penelitian, yakni sebagai berikut.
Variabel Bebas (X) Program Acara
O Tano Batak
Variabel Terikat (Y) Minat Dengar
Tabel I.1
Operasional Variabel
No Variabel Teoritis Variabel Operasional 1 Variabel Bebas (X)
Program Acara O Tano Batak di
Radio Teladan FM (90,4 MHz)
• Attractiveness (Daya Tarik) 2. Pesan yang disampaikan
• Faktor Isi 3 Karakteristik Responden • Usia
• Pendidikan
• Suku
I.9. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana cara untuk mengukur variabel. Dengan kata lain definisi operasional
adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara untuk mengukur variabel.
Dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan
bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah suatu
informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan
variabel yang sama (Singarimbun. 2006:46).
1. Variabel Bebas (Pengaruh Program Acara O Tano Batak di Radio Teladan
FM)
Penyiar, yaitu seseorang yang membawakan suatu program acara, dimana
si pembawa acara tersebut mempunyai ciri khas, nilai jual, dan interest.
Berupa:
a. Credibility (Kredibilitas), yaitu kemampuan yang dimiliki oleh
pembawa acara.
• Pembicaraan, yaitu gaya berbicara dari penyiar radio
• Keahlian, yaitu keahlian yang dimiliki oleh penyiar dalam
membawakan acara O Tano Batak di Radio Teladan FM
b. Attractiveness (Daya Tarik), yaitu daya tarik yang dimiliki oleh
penyiar radio Teladan FM.
Pesan yang disampaikan berupa:
a. Faktor isi, yaitu:
• Lagu Batak, yaitu pesaan yang disampaikan menggunakan
bahasa batak.
Waktu penyiaran, yaitu waktu program acara O Tano Batak disiarkan di
Radio Teladan FM setiap hari jam 11:00 – 14:00 WIB berlanjut lagi jam
17:00 – 21:00 WIB..
Lagu daerah yang dibawakan yaitu adalah lagu Batak yang diciptakan oleh
artis atau band-band yang berkecimpung di dunia musik daerah yaitu
musik batak yang akan disiarkan di program acara O Tano Batak di Radio
2. Variabel Terikat (Minat Mendengar Ibu-ibu Rumah Tangga di Kelurahan
Sei Sikambing D Kecamatan Medan Petisah)
a. Komponen kognitif, yaitu komponen yang berhubungan dengan apa
yang diketahui oleh manusia dan berhubungan dengan kepercayaan,
pengetahuan dan pemahaman.
• Pengetahuan, yaitu komunikan mengetahui lagu-lagu ciptaan
artis atau band-band Batak.
b. Komponen afektif, yaitu komponen pembentukan dan perubahan sikap
pada khalayak setelah mengenal aspek kognitif dan komponen ini
menyangkut kehidupan emosional seseorang yang dapat diamati
langsung.
• Perhatian, yaitu menaruh perhatian terhadap program acara O
Tano Batak dengan mendengarkannya.
• Senang, yaitu perasaan gembira setelah mendengarkan program
acara O Tano Batak di Radio Teladan FM karena dengan
mendengar acara ini para komunikan jadi merasa berada di
kampung halaman sendiri.
• Puas, yaitu kepuasan yang diterima ibu-ibu setelah
mendengarkan program acara O Tano Batak di Radio Teladan
FM.
3. Karakteristik Responden
a. Usia adalah tingkat umur responden pada saat mengisi kuesioner
b. Pendidikan adalah pendidikan terakhir responden saat mengisi
c. Suku adalah suku dari responden pada saat mengisi kuesioner karena
saya juga tidak menutup kemungkinan bahwa ada di luar suku Batak
yang suka terhadap acara O Tano Batak.
I.10. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang tengah
diteliti (Suyanto dan Sutinah, 2005:43).
Berdasarkan masalah yang telah penulis kemukakan sebelumnya, maka
hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat hubungan antara Pengaruh Program Acara O Tano Batak di
Radio Teladan FM terhadap Minat Dengar Ibu-ibu Rumah Tangga di Kelurahan
Sei Sikambing D Kecamatan Medan Petisah.
Ha: Terdapat hubungan antara Pengaruh Program Acara O Tano Batak di Radio
Teladan FM terhadap Minat Dengar Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sei
Sikambing D Kecamatan Medan Petisah.
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa II.1.1. Komunikasi
c. Suku adalah suku dari responden pada saat mengisi kuesioner karena
saya juga tidak menutup kemungkinan bahwa ada di luar suku Batak
yang suka terhadap acara O Tano Batak.
I.10. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang tengah
diteliti (Suyanto dan Sutinah, 2005:43).
Berdasarkan masalah yang telah penulis kemukakan sebelumnya, maka
hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat hubungan antara Pengaruh Program Acara O Tano Batak di
Radio Teladan FM terhadap Minat Dengar Ibu-ibu Rumah Tangga di Kelurahan
Sei Sikambing D Kecamatan Medan Petisah.
Ha: Terdapat hubungan antara Pengaruh Program Acara O Tano Batak di Radio
Teladan FM terhadap Minat Dengar Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sei
Sikambing D Kecamatan Medan Petisah.
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa II.1.1. Komunikasi
Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Pentingnya komunikasi bagi
kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan politik sudah disadari oleh para
cendekiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun yang sebelum Masehi.
Akan tetapi, studi Aristoteles hanya berkisar pada retorika dalam lingkup kecil.
Pada pertengahan abad ke-20 ketika dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi
industri dan revolusi teknologi elektronik, setelah ditemukan kapal api, pesawat
terbang, listrik, telepon, surat kabar, film, radio, televisi, dan sebagainya maka
para cendekiawan pada abad sekarang menyadari pentingnya komunikasi
ditingkatkan dari pengetahuan (knowledge) menjadi ilmu (science).
Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap
komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media), dan penerima
informasi (audience). Sumber informasi adalah seseorang atau institusi yang
memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk disebarkan kepada masyarakat
luas. Saluran adalah media yang digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh
sumber berita, berupa media interpersonal yang digunakan secara tatap muka
maupun media massa yang digunakan untuk khlayak umum. Sedangkan audience
adalah per orang atau kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran informasi
atau yang meneriam informasi (Bungin, 2006:57-58).
Menurut Carl I. Hovland, ilmu konunikasi adalah proses yang
memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya
lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate)
(Mulyana,2005:62). Sedangkan menurut Harold Lasswell dalam karyanya, The
Structure and Fuction of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa
Paradigma Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur yaitu: - Komunikator (communicator, source, sender)
- Pesan (Message)
- Media (Channel, media)
- Komunikan (Communicant, communicate, receiver, recipient) - Efek (Effect, impact, influence)
(Effendy,2004:10)
Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan
antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada
orang lain dengan menggunakana bahasa sebagai alat penyalurnya.
Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message),
orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator),
sedangkan orang yang menerima pernyataan disebut komunikan (communicate).
Oleh karena itu komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek,
pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol). Isi pesan
itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa (Effendy, 2006:28). Yang
tepenting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang
disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada
komunikan. (Effendy, 2002:6). Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan
menurut kadarnya, yakni:
- Dampak kognitif, dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia
menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya.
- Dampak afektif, disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya
- Dampak behavioral, dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau kegiatan.
II.1.1.1. Proses Komunikasi
1. Proses Komunikasi secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi
adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna yang secara langsung
mampu“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada
komunikan. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam
komunikasi adalah bahas, karena bahasalah yang mampu “menerjemahkan”
pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk ide, informasi atau
opini. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang
diterima oleh komunikan.
Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi, dalam karyanya
“Communication Research in the United States”, menyatakan bahwa komunikasi
akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan
kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian
(collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan.
Menurut Schramm, bidang pengalaman (field of experience) merupakan
faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator
sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung
2. Proses Komunikasi secara Sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama(Effendy,2003:38).
Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang
relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah,
radio, televisi, film dan sebagainya adalah media kedua yang sering digunakan
dalam komunikasi.
Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses
komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat
kabar, radio, atau televisi merupakan media yang efisien dalam mencapai
komunikan dalam jumlah yang amat banyak.
Umpan balik dalam komunikasi bermedia, terutama media massa, biasanya
dinamakan umpan balik tertunda (delayed feedback), karena sampainya tanggapan
atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu.
Bagaimana pun dalam proses komunikasi bermedia, misalnya dengan surat,
poster, spanduk, radio, televisi, atau film, umpan balik akan terjadi. Dengan kata
lain, komunikator mengetahui tanggapan komunikan jika komunikasinya sendiri
selesai secara tuntas (Effendy, 2006:11).
II.2. Komunikasi Massa
(radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan
yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat,
anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaian secara cepat,
serentak dan selintas (khusunya media elektronik) (Mulyana, 2000:75).
II.2.1. Pengertian Komunikasi Massa
Karakteristik terpenting komunikasi massa adalah sifatnya yang satu arah,
dan kedua, ada proses seleksi. Misalnya setiap media memilih khalayaknya,
misalnya koran New Yorker untuk kalangan menengah ke atas saja. Ketiga, karena
media mampu meninjau khalayak luas, jumlah media yang diperlukan sebenarnya
tidak terlalu banyak, sehingga kompetisinya berlangsung ketat. Keempat, untuk
meraih khalayak sebanyak mungkin harus berusaha membidik sasaran khalayak
tertentu. Misalnya televisimerancang programnya untuk memikat segmen
khalayak yang akan menyebarluaskannya, contohnya opera sabun untuk ibu–ibu
rumah tangga. Kelima komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka
terhadap kondisi lingkungannya. Media tidak hanya mempengaruhi khalayak yang
mengkonsumsinya, tetapi juga dipengaruhi olehnya (Rivers, 2003: 19-20).
Michael W. Gamble dan Tery K. Gamble (1986) akan semakin
memperjelas apa itu komunikasi massa dengan mendefinisikan komunikasi massa
jika mencakup:
1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk
menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak luas dan
terbesar.
2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan–pesannya
3. Pesan adalah publik, artinya pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak
orang, karena itu dijadikan milik publik.
4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti
jaringan, ikatan dan perkumpulan.
5. Komunikasi massa dikontrol oleh gate keeper artinya pesan–pesan yang
disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga
tersebut sebelum disiarkan lewat media massa.
6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Dalam komunikasi
massa, komunikasi yang dilakukan lewat media massa umpan balik dari
komunikasi tidak bisa langsung dilakukan (Nurudin, 2004: 6).
Sedangkan Jay Black dan Frederick C. Whitney menyebutkan bahwa
komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi
secara massal disebarkan kepada massa penerima yang luas, anonim dan
heterogen (Nurudin, 2004: 11).
Dari definisi-definisi di atas komunikasi massa dapat didefinisikan dalam tiga ciri:
1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan
anonim.
2. Pesan–pesan yang disebarkan secara umum, dijadwalkan bisa mencapai
sebanyak mungkin audiens secara serempak dan sifatnya sementara.
3. Komunikator cenderung berada dalam sebuah organisasi yang kompleks yang
membutuhkan biaya yang besar.
II.2.2. Ciri-ciri Komunikasi Massa
Pengantar Ilmu Komunikasi Massa (2007, 19-32), ciri-ciri dari komunikasi massa
adalah :
1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan
orang.artinya, kumpulan antarberbagai macam unsur dan kerja sama satu sama
lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah
sistem. Sistem itu adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan
suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan simbol, lambang
menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan
saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber
informasi. Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidaknya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) kumpulan individu, (2) dalam
berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam
media massa, (3) pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan
bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat, (4) apa yang dikemukakan
komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara
ekonomis.
2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen
Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/ beragam.
Artinya, komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status
sosial ekonomi, jabatan yang beragan, dan memiliki agama atau kepercayaan yang
berbeda pula. Herbert Blumer pernah memberikan ciri-ciri tentang karakteristik
a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai
heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal
dari berbagai kelompok dalam masyarakat.
b. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Di
samping itu, antarindividu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.
c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.
3. Pesannya Bersifat Umum
Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang
atau kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan
kepada khalayak plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakan pun
tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan memang tidak disengaja
untuk golongan tertentu. Ketika melihat televisi misalnya, karena televisi
ditujukan untuk dinikmati oleh orang banyak, pesannya harus bersifat umum.
Misalnya dalam pemilihan kata-katanya, sebisa mungkin menggunakan kata
populer bukan kata-kata ilmiah. Sebab, kata ilmiah merupakan monopoli
kelompok tertentu.
4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah
Pada media massa, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa
langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang
bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda.
5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan
Salah satu ciri komunikasi massa selanjutnya adalah adanya keserempakan
dalam proses penyebaran pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada
khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang
dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik).
Radio disebut media massa yang kita bayangkan saat ini tidak terlepas dari
pemancar. Apalagi dewasa ini telah terjadi revolusi komunikasi massa dengan
perantara satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran pesan yang
dilakukan media elektronik seperti radio.
7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper
Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang
pintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran
informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut
menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi
yang disebarkan lebih mudah dipahami.
Gatekeeper juga berfungsi untuk menginterprestasikan pesan,
menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan-pesannya. Intinya,
gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebauh pesan
dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang dimiliki, semakin
banyak pula (pemalang pintu atau penapis informasi) yang dilakukan. Bahkan,
bisa dikatakan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas atau tidaknya informasi
yang akan disebarkan. Baik buruknya dampak pesan yang disebarkan pun
tergantung pada fungsi penapisan informasi atau pemalang pintu.
II.2.3. Fungsi Komunikasi Massa
b) To Educate (mendidik)
c) To Persude (mempersuasi)
d) To Entertaint (menyenangkan, memuaskan kebutuhan komunikasi)
II.3. Komunikasi Antar Budaya
Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta buddayah yang merupakan
bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti budi atau akal. Kebudayaan itu
sendiri diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan budi dan akal. Istilah culture
berasal dari kata colere yang artinya mengolah atau mengerjakan, yang
dimkasudkan kepada keahlian mengolah dan megerjakan tanah atau bertani. Kata
colere kemudian berubah menjadi culture, diartikan sebagai segala daya dan
kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. (Soekamto, 1996:88)
E.B. Taylor, seorang antropolog memberikan definisi mengenai kebudayaan sebagai sesuatu yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, istiadat, kemampuan-kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Semantara itu, komunikasi dalam pengertian umum dapat dibagi dari dua
sisi, yaitu secara etimologis dan terminologis. Secara etimologis berasal dari
bahasa latin communis yang berarti sama makna. Secara terminologis, komunikasi
berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seorang kepada orang lain.
Dengan demikian, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat
dan perilaku, baik lisan maupun tidak langsung melalui media (Onong, 2000:5).
Dengan pemahaman yang sama, menurut Charley H Dood, komunikasi
antar budaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang
(Liliweri, 2003:11). Sehingga disini terlihat bahwa muncul penekanan pada
perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya
proses komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya mengakui dan
mengurusi permasalahan mengenai perbedaan maupun persamaan-persamaan
diantara peserta komunikasi dengan karakteristik yang dibawanya.
Komunikasi dan kebudayaan mempunyai hubungan timbal balik seperti
dua sisi mata uang. Kebudayaan menjadi bagian perilaku komunikasi dan pada
gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan,
mewariskan budaya. Pada satu sisi , komunikasi merupakan suatu mekanisme
untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal
(dari satu masyarakat kepada masyarakat lainnya), ataupun secara vertikal (dari
satu generasi ke generasi berikutnya). Pada sisi lain budaya menetapkan
norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu.
II.3.1. Dimensi-dimensi Komunikasi Antar Budaya
Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi
tentang komunikasi antar budaya, ada 3 dimensi (Young Yun Kin, 1984:17-20)
yang perlu kita perhatikan yaitu:
1. Tingkat keorganisasian kelompok budaya
Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjukkan pada
macam-macam tingkat lingkungan dan kompleksitas dari
organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakupi :
- Kawasan-kawasan di dunia, seperti budaya Timur-Barat
- Kelompok-kelompok etnis/ras, seperti budaya orang
Melayu, Batak, Cina.
- Macam-macam sub kelompok sosiologis berdasarkan jenis
kelamin, kelas sosial, seperti budaya orang dipenjara,
budaya waria, budaya orang gelandangan, budaya di
pesantren.
2. Konteks Sosial
Macam KAB dapat diklasifikasikan berdasarkan konteks sosial
dari terjadinya. Yang biasanya termasuk dalam studi KAB :
- Business
- Organizational
- Pendidikan
- Alkulturasi imigran
- Politik
- Penyesuaian pelancong/pendatang sementara
- Perkembangan alih tekhnologi/pembangunan/difusi
inovasi
- Konsultasi terapis
3. Saluran Komunikasi
Dimensi lain membedakan KAB ialah saluran melalui mana KAB
terjadi. Secara garis besar, saluran dapat dibagi atas :
- Antarpribadi
Suku Batak adalah salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini
merupakan sebuah terma kolektif unt
bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli, Sumatera Utara. Suku bangsa
yang dikategorikan sebagai
•
•
•
•
•
•
Sebagian besar orang Batak menganut
beragam
disebut denga
Pelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah
semakin berkurang.
Yang diamksud dengan kebudayaan Batak yaitu seluruh nilai-nilai
kehidupan suku bangsa Batak diwaktu-waktu mendatang merupakan penerusan
dari nilai kehidupan lampau dan menjadi faktor penentu sebagai identitasnya.
Refleksi dari nilai-nilai kehidupan tersebut menjadi suatu cirri yang khas bagi
suku bangsa Batak yakni : Keyakinan dan kepercayaan bahwa ada Maha Pencipta
sebagai Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta segala sesuatu isinya,
Untuk mewujudkan keseimbangan dalam menjalankan nilai-nilai
kehidupan sebagai mahluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang
lainnya, Tuhan Maha Pencipta sebagai titik orientasi sipritualnya, alam
lingkungan sebagai objek integritasnya suku bangsa Batak telah dinaungi Patik.
Patik berfungsi sebagai batasan tatanan kehidupan untuk mencapai nilai-nilai
kebenaran. Patik ditandai dengan kata Unang, Tongka, Sotung, Dang Jadi.
Sebagai akibat dari penyimpangan tatanan kehidupan yang dimaksud
dibuatlah Uhum atau Hukum. Uhum/Hukum ditandai oleh kata; Aut, Duru, Sala,
Baliksa, Hinorhon, Laos, Dando, Tolon, Bura dsb. Didalam menjalankan
kehidupan suku bangsa Batak terutama interaksi antara sesama manusia dibuatlah
nilai-nilai antara sesama, etika maupun estetika yang dinamai Adat. Suku bangsa
Batak mempunyai system kekerabatan yang dikenal dan hidup hingga kini yakni
Partuturon. Peringatan untuk tidak melanggar Patik itu ditegaskan dengan kata
Sotung. Dan mengharamkan segala aturan untuk dilanggar dikatakan dengan kata
Subang.
II.3.3. Nilai Budaya Batak
1. Kekerabatan
Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam
pelaksanaan adat Dalian Na Tolu, dimana seseorang harus mencari jodoh
diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut
Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk
diperistri disebut Hula-hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut
2. Hagabeon
Nilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu
banyak, dan yang baik-baik.
3. Hamoraan
Nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek
spiritual dan meterial.
4. Uhum dan ugari
Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam menegakkan
keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji.
5. Pengayoman
Pengayoman wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas
tersebut di emban oleh tiga unsur Dalihan Na Tolu.
II.4. Radio
Radio adalah keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari
sebuah stasiun dan kemudian diterima oleh berbagai pesawat penerima (Sunarjo,
1995:277). Dengan demikian yang dimaksud dengan istilah radio bukan hanya
bentuk fisiknya saja, tetapi antara bentuk fisik dengan kegiatan radio adalah saling
berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu apabila
pengertian radio tersebut dipisahkan satu persatu ataupun diperinci secara fisik,
maka yang dimaksud dengan radio adalah keseluruhan daripada pemancar, studio,
minim, umpamanya tanda pada saat akan memulai acara warta berita dalam
bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu alat musik. Keuntungan radio siaran
bagi komunikan ialah sifatnya yang santai dan flexibel. Orang bisa menikmati
acara siaran radio dengan sambil tidur-tiduran, sambil bekerja, bahkan sambil
mengemudikan mobil (Djuarsa,1993:18)
Dengan demikian karena sifatnya yang auditif ini mendorong masyarakat
lebih menyukainya sebagai salah satu media massa yang cepat digemari dengan
kemudahan penerimaan tanpa memerlukan keahlian khusus.
Radio sebagai salah satu penyebar informasi merupakan industri yang selalu
berkembang, yang mampu menciptakan lapangan serta kesempatan kerja lain,
serta menghidupkan industri lain yang terkait. Radio juga merupakan industri
tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan
institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya.
Dilain pihak, institusi media dikelola masyarakat, radio akhirnya terlihat
sebagai sarana industri dan berkembang luas menjadi suatu Perseroan Terbatas
(PT) dalam fase akhir. Upaya memanajemen radio yang berorientasi pada
pemberdayaan masyarakat menjadi manusia unggul menjadi pertimbangan akan
peningkatan kualitas radio di mata masyarakat. Dalam melihat permintaan pasar
tersebut radio akan mementingkan keberadaan dirinya di antara media radio
lainnya, disamping media cetak dan televisi. Dengan kebutuhan operasional yang
meningkat dan untuk terus dapat menghidupinya, radio sebagai media industri
yang akan mengandalkan iklan dari produsen yang menjadi partner kerja (profit