• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Tingkat Pencemaran Tanah Oleh Beberapa Logam Berat Di Desa Tanjung Morawa-B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Tingkat Pencemaran Tanah Oleh Beberapa Logam Berat Di Desa Tanjung Morawa-B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN TANAH OLEH BEBERAPA LOGAM BERAT DI DESA TANJUNG MORAWA-B KECAMATAN

TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh:

YOVITA SIMANGUNSONG 050303026

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN TANAH OLEH BEBERAPA LOGAM BERAT DI DESA TANJUNG MORAWA-B KECAMATAN

TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh:

YOVITA SIMANGUNSONG 050303026/ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Penelitian : Evaluasi Tingkat Pencemaran Tanah Oleh Beberapa Logam Berat Di Desa Tanjung Morawa-B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Nama : Yovita Simangunsong Nim : 050303026 Departemen : Ilmu Tanah

Disetujui oleh:

Komisi Pembimbing

Jamilah, SP, MP Ir. Mukhlis, MSi Ketua Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MS Ketua Departemen Ilmu Tanah

(4)

ABSTRAK

Pencemaran tanah semakin meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi dalam perindustrian yang berada dalam kawasan pemukiman dan pertanian saat ini. Limbah industri yang mengandung logam berat merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran tanah khususnya tanah sawah. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pencemaran tanah oleh beberapa logam berat (Pb, Cd, Cu, dan Zn). Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Metode yang digunakan adalah metode Survey Grid dengan tingkat suvey semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 25 Ha) untuk mengetahui tingkat pencemaran tanah oleh logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn. Dari kegiatan survey ini menghasilkan peta yang mempunyai Skala 1 : 50.000.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar logam berat Pb, Cu dan Zn dalam tanah sawah masih dibawah ambang batas maksimum yang diperbolehkan dalam tanah. Sedangkan kandungan logam berat Cd pada tanah sawah sudah tergolong tinggi. Dalam air irigasi, diperoleh hasil bahwa kandungan logam berat Pb dan Cd yang sudah tergolong sangat tinggi sedangkan logam berat Cu dan Zn tergolong tinggi.

(5)

ABSTRACK

Soil contamination has increased in line with technological advances in industry who are in residential areas and agriculture today. Industrial waste containing heavy metals is one of the causes of pollution of rice land, especially land. Based on this study aims to evaluate the level of soil contamination by several heavy metals (Pb, Cd, Cu, and Zn). The study was conducted in the village of Tanjung Morawa district of Tanjung Morawa B Deli Serdang and Laboratory for Research and Technology Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan. Method used is survey Grid method with semi-detailed level (density of 1 sample each observation 25 ha) to determine levels of soil pollution by heavy metals Pb, Cd, Cu and Zn. This survey of the activities that have produced a map scale 1: 50,000.

Results showed that levels of heavy metals Pb, Cu and Zn in the rice land is still below the threshold of the maximum allowed in the ground. Whereas the content of heavy metals Cd on rice land is considered high. In the water of irrigation, obtain the result that the content of heavy metals Pb and Cd which are classified as very high and the heavy metals Cu and Zn is high.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Yovita Simangunsong, dilahirkan pada tanggal 15 Februari 1986

di Medan, dari bapak F. Simangunsong dan ibu S. Silitonga. Penulis merupakan

putri pertama dari enam bersaudara.

Tahun 1998 penulis lulus dari SMU Swasta ST. Thomas 2, Medan dan

pada tahun 2005 masuk ke Fakultas Pertanian Departemen Ilmu Tanah

Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru. Penulis memilih minat studi Konservasi Tanah dan Air.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Ilmu Tanah, sebagai asisten praktikum tidak tetap di Laboratorium

Agrohidrologi dan Dasar Mineralogi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi ekstrauniversitas

yaitu mengikuti Seminar dan Lokakarya Pengolahan dan Pembentukan Forum

DAS Wampu Sei Ular yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara dan Balai Pengolahan DAS Wampu Sei Ular pada tanggal 30

Oktober 2007, melaksanakan penanaman seribu pohon Pakam di bantaran sungai

Bahorok dan ikut serta dalam kegiatan Safari Penyidikan Tanah di Kabupaten deli

Serdang yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara pada bulan April dan November 2008.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kebun Dusun

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan kasih-Nya sehingga Penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul

“Evaluasi Tingkat Pencemaran Tanah Oleh Beberapa Logam Berat Di Desa

Tanjung Morawa-B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang”.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada yang saya sayangi bapak dan mama yang telah membesarkan,

memelihara dan mendidik penulis selama ini serta buat adik-adikku tercinta yang

selalu setia mendukung dan mendoakan penulis. Penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada Ibu Jamilah, SP, MP dan Bapak Ir. Mukhlis, MSi, selaku

Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan

memberikan banyak masukan berharga kepada penulis mulai dari menetapkan

judul, melakukan penelitia, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai di Departemen Ilmu Tanah serta semua rekan mahasiswa

stambuk 2005 yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terlebih buat sayangku

Reliaman Saragih yang selalu banyak membantu, memberikan nasehat dan

dorongan pada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, April 2009

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Lahan dan Metode Survey Tanah ... 15

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ... 17

Bahan dan Alat ... 17

Metode Penelitian ... 18

Pelaksanaan Penelitian ... 18

Peubah Amatan ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kisaran Logam Berat Sebagai Pencemar Dalam Tanah dan Tanaman. ... 9

2. Kisaran Umum Konsentrasi Logam Berat pada Pupuk, Pupuk Kandang, dan Kompos (mg/kg). ... 10

3. Jenis-Jenis Batuan Induk Pembentuk Tanah yang Mengandung Logam Berat Pb ... 11

4. Konsentrasi Maksimum Unsur Potensial Meracun yang Diperbolehkan di Tanah Pertanian Sesudah Diberi Limbah Cair ... 12

5. Harkat Cu dalam Tanah ... ...13

6. Harkat Zn dalam Tanah ... 14

7. Hasil Pengukuran Logam Berat Pb dalam Tanah ... 20

8. Hasil Pengukuran Logam Berat Pb dalam Air ... 21

9. Hasil Pengukuran Logam Berat Cd dalam Tanah ... 22

10. Hasil Pengukuran Logam Berat Pb dalam Air ... 22

11. Hasil Pengukuran Logam Berat Cu dalam Tanah ... 23

12. Hasil Pengukuran Logam Berat Cu dalam Air ... 24

13. Hasil Pengukuran Logam Berat Zn dalam Tanah ... 25

14. Hasil Pengukuran Logam Berat Zn dalam Air ... 25

15. Hasil Pengukuran pH Tanah ... 26

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Tingkat Pencemaran Pb Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 27 2. Peta Tingkat Pencemaran Cd Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 29 3. Peta Tingkat Pencemaran Cu Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 30 4. Peta Tingkat Pencemaran Zn Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Titik Pengambilan Sampel Tanah dan Air di Desa Tanjung Morawa B Kabupaten Deli Serdang. ... 36 2. Peraturan Pemerintah RI No.20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990

(12)

ABSTRAK

Pencemaran tanah semakin meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi dalam perindustrian yang berada dalam kawasan pemukiman dan pertanian saat ini. Limbah industri yang mengandung logam berat merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran tanah khususnya tanah sawah. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pencemaran tanah oleh beberapa logam berat (Pb, Cd, Cu, dan Zn). Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Metode yang digunakan adalah metode Survey Grid dengan tingkat suvey semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 25 Ha) untuk mengetahui tingkat pencemaran tanah oleh logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn. Dari kegiatan survey ini menghasilkan peta yang mempunyai Skala 1 : 50.000.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar logam berat Pb, Cu dan Zn dalam tanah sawah masih dibawah ambang batas maksimum yang diperbolehkan dalam tanah. Sedangkan kandungan logam berat Cd pada tanah sawah sudah tergolong tinggi. Dalam air irigasi, diperoleh hasil bahwa kandungan logam berat Pb dan Cd yang sudah tergolong sangat tinggi sedangkan logam berat Cu dan Zn tergolong tinggi.

(13)

ABSTRACK

Soil contamination has increased in line with technological advances in industry who are in residential areas and agriculture today. Industrial waste containing heavy metals is one of the causes of pollution of rice land, especially land. Based on this study aims to evaluate the level of soil contamination by several heavy metals (Pb, Cd, Cu, and Zn). The study was conducted in the village of Tanjung Morawa district of Tanjung Morawa B Deli Serdang and Laboratory for Research and Technology Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan. Method used is survey Grid method with semi-detailed level (density of 1 sample each observation 25 ha) to determine levels of soil pollution by heavy metals Pb, Cd, Cu and Zn. This survey of the activities that have produced a map scale 1: 50,000.

Results showed that levels of heavy metals Pb, Cu and Zn in the rice land is still below the threshold of the maximum allowed in the ground. Whereas the content of heavy metals Cd on rice land is considered high. In the water of irrigation, obtain the result that the content of heavy metals Pb and Cd which are classified as very high and the heavy metals Cu and Zn is high.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia

masuk dan merubah lingkungan tanah alami (Veegha, 2008). Darmono (2001)

menyatakan bahwa ada dua sumber utama kontaminasi tanah yaitu kebocoran

bahan kimia organik dan penyimpanan bahan kimia dalam bunker yang disimpan

dalam tanah, dan penampungan limbah industri yang ditampung dalam suatu

kolam besar yang terletak di atas atau di dekat sumber air tanah.

Pencemaran tanah biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau

bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air

permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan

kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat

penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara

tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Ketika suatu zat berbahaya/beracun

telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan

atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian

terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat

berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari

air tanah dan udara di atasnya (Veegha, 2008).

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah),

yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki

(15)

limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi

dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap

lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan

penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh

limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah (Wikipedia, 2009).

Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari:

pabrik, manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah padat

dan cair.

1. Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah hasil buangan

industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses

pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon,

plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.

2. Limbah cair yang adalah hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,

misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia

lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat hasil

dari proses industri pelapisan logam.

(Sadrach, 2008).

Limbah yang telah mencemari lingkungan akan membawa dampak yang

merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian secara

langsung, apabila pecemaran tersebut secara langsung dan cepat dapat dirasakan

akibatnya oleh manusia. Kerugian secara tidak langsung, apabila pencemaran

tersebut mengakibatkan lingkungan menjadi rusak sehingga daya dukung

lingkungan terhadap kelangsungan hidup manusia menjadi menurun. Kondisinya

(16)

menopang kebutuhan manusia, sehingga malapetaka bagi kehidupan manusia

tidak terhindar. Sebagai contoh adalah kesuburan tanah sangat menurun sehingga

mengganggu sektor pertanian yang berakibat menurunnya produksi pangan dan

juga sumber air minum yang sehat sudah sulit didapatkan sehingga masyarakat

kekurangan air untuk kebutuhan hidup sehari-hari (Sunu, 2001).

Pada dasarnaya kontaminasi logam dalam tanah pertanian bergantung

pada: 1). Jumlah logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk. 2). Jumlah

mineral yang ditambahkan pada tanah sebagai pupuk. 3). Jumlah deposit logam

dari atmosfer yang jatuh ke dalam tanah. 4). Jumlah yang terambil pada proses

panen ataupun merembes ke dalam tanah yang lebih dalam (Darmono, 2001).

Logam Berat

Logam berat adalah komponen alamiah lingkungan yang mendapatkan

perhatian berlebih akibat bahaya yang mungkin ditimbulkan. Bagaimanapun

logam berat tersebut berbahaya terutama apabila diserap oleh tanaman, hewan

atau manusia dalam jumlah besar. Namun demikian beberapa logam berat

merupakan unsur esensial bagi tanaman atau hewan (Nugroho, 2001).

Karakteristik daripada logam berat adalah sebagai berikut:

1. memiliki spesifikasi graffiti yang sangat besar.

2. mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-5- serta unsur-unsur lantanida dan

aktinida.

3. mempunyai respon biokimia khas (spesifik) pada organisme hidup.

(17)

Sedangkan menurut Darmono (1995) sifat logam berat sagatlah unik, yaitu

tidak dapat dihancurkan secara alami dan cenderung terakumulasi dalam rantai

makanan melalui proses biomagnifikasi. Pencemaran logam berat ini

menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya:

1. Berhubungan dengan estetika (perubahan bau, warna dan rasa air).

2. Berbahaya bagi kehidupan tanaman dan binatang.

3. Berbahaya bagi kesehatan manusia.

4. Mengakibatkan kerusakan pada ekosistem.

Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme air untuk

pertumbuhan dan perkembangan hidupanya, antara lain dalam pembentukan

haemosianin dalam sistem darah dan enzimatik pada biota.

Sudarmaji, dkk (2008) mengatakan bahwa diantara semua unsur logam

berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya, dibandingkan

dengan logam berat lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd,

Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn.

Kandungan logam dalam tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan

logam pada tanaman yang tumbuh diatasnya, kecuali terjadi interaksi diantara

logam itu sehingga terjadi hambatan penyerapan logam tersebut oleh tanaman.

Akumulasi logam dalam tanaman tidak hanya tergantung pada kandungan logam

dalam tanah, tetapi juga tergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam, pH

tanah, dan spesies tanaman (Darmono 1995).

Pemasok logam berat dalam tanah pertanian antara lain bahan agrokimia

(18)

organik, buangan limbah rumah tangga, industri, dan pertambangan

(Alloway, 1995).

Tabel 1. Kisaran Logam Berat Sebagai Pencemar Dalam Tanah dan Tanaman.

Unsur Kisaran Kadar Logam Berat

Tanah Tanaman

Sumber: Soepardi, 1983 dalam Brachia, 2009.

Limbah yang biasa mengandung logam berat berasal dari pabrik kimia,

listrik dan elektronik, logam dan penyepuhan elektro (electroplating), kulit,

metalurgi dan cat serta bahan pewarna. Limbah padat pemukiman juga

mengandung logam berat (Yong, et al, 1992). Pestisida juga memberikan

masukan logam berat ke dalam tanah. Serapan pestisida oleh tanaman tergantung

pada dosis pemberian pestisida, jenis tanah, dan kemampuan tanaman dalam

menyerap pestisida (Charlena, 2004).

Pemisahan antara unsur yang beracun, yang berdaya guna atau bahkan

yang diperlukan oleh tumbuhan tidak dapat dipilahkan secara jelas. Seperti halnya

logam berat Fe, Cu dan Zn yang merupakan unsur hara mikro yang diperlukan

oleh tumbuhan, namun dalam jumlah banyak akan bersifat racun. Logam Ni dan

Cd juga dalam jumlah sedikit diduga menjalankan peran fisiologi penting dalam

tumbuhan, namun dalam jumlah lebih banyak akan menjadi racun. Peran Pb

(19)

kimiawi utama terhadap lingkungan dan sangat beracun bagi tumbuhan, hewan

dan manusia (Mengel and Kirkby, 1987).

Tabel 2. Kisaran Umum Konsentrasi Logam Berat pada Pupuk, Pupuk Kandang, dan Kompos (mg/kg).

Cd 0,1-170 0,05-8,5 0,1-0,8 0,04-0,1 0,01-100 Co 1-12 5,4-12 0,3-24 0,4-3 -

Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang

terdapat diseluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002% dari jumlah seluruh kerak

bumi. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan

logam berat lainnya yang ada di bumi (Palar, 2008). Selain dalam bentuk logam

murni, timbal dapat ditemukan dalam bentuk senyawa inorganik dan organik.

Semua bentuk Pb tersebut berpengaruh sama terhadap toksisitas pada manusia

(Darmono, 2001).

Soepardi (1983) dalam Charlena (2004) menjelaskan bahwa timbal (Pb)

tidak akan larut ke dalam tanah jika tanah tidak masam. Pengapuran tanah

mengurangi ketersediaan timbal (Pb) dan penyerapan oleh tanaman. Timbal akan

(20)

Tabel 3. Jenis-Jenis Batuan Induk Pembentuk Tanah yang Mengandung

Sudarmaji, dkk (2008) juga mengatakan bahwa secara alami Pb juga

ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001-0,001 µg/m3.

Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung Pb,

penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1-1,0 µg/kg berat

kering. Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS

(golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena merupakan

sumber utama Pb yang berasal dari tambang. Logam berat Pb yang berasal dari

tambang tersebut bercampur dengan Zn (seng) dengan kontribusi 70% kandungan

Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri dari campuran seng dan tembaga.

Kandungan Pb total pada tanah pertanian berkisar antar 2-200 ppm

(Nriagu, 1978). Kadar unsur Pb yang tersedia dalam tanah sangat rendah, tetapi

dibutuhkan tanaman dalam jumlah sangat sedikit. Hasil analisis jaringan tanaman

(rerumputan) pada masaa pertumbuhan aktif menunjukkan bahwa kandungan Pb

berkisar dari 0,3-1,5 mg/kg bahan kering (Alloway, 1995).

Cd (Kadmium).

Logam Cd atau cadmium mempunyai penyebaran yang sangat luas di

(21)

mempunyai sifat fisika dan kimia tersendiri. Logam cadmium ini sangat banyak

digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Penggunaan Cd dan

persenyawaannya ditemukan dalam industri pencelupan, fotografi dan lain-lain

(Palar, 2008).

Unsur Cd tanah terkandung dalam bebatuan beku sebesar 0,1–0,3 ppm,

pada batuan metamorfik sekitar 0,1–1,0 ppm Cd, sedangkan pada bebatuan

sedimen mengandung sekitar 0,3–11 ppm. Pada umumnya kandungan dalam

tanah (tanah berasal dari hasil proses pelapukan dari bebatuan) 1,0 ppm atau lebih

rendah (Alloway, 1995). Sudarmaji, dkk (2008) juga mengatakan bahwa sebagian

besar cadmium dalam tanah berpengaruh pada pH, larutan material organik,

logam yang mengandung oksida, tanah liat dan zat organik maupun anorganik.

Rata-rata kadar cadmium alamiah dikerak bumi sebesar 0,1-0,5 ppm.

Tabel 4. Konsentrasi Maksimum Unsur Potensial Meracun yang Diperbolehkan di Tanah Pertanian Sesudah Diberi Limbah Cair.

Potensial Unsur Meracun

Maksimum konsentrasi yang diperbolehkan unsur meracun (mg/kg tanah kering)

pH 5,0-5,5 pH 5,5-6,0 pH 6,0-7,0 pH >7,0

Seng (Zn) 200 250 300 450 Tembaga (Cu) 80 100 135 200 Cadmium (Cd) 3 - - - Plumbum (Pb) 300 - - - Sumber: MAFF, 1993 dalam Sutanto, 2002.

Unsur Cd memiliki sifat kimia yang hampir sama dengan Zn terutama

dalam proses penyerapan oleh tanaman dan tanah. Namun Cd lebih bersifat racun

yang dapat mengganggu aktivitas enzim. Kadar Cd yang berlebihan dalam

makanan dapat merusak fungsi ginjal sehingga mengganggu metabolisme Ca dan

(22)

Cu (Tembaga).

Unsur tembaga (Cu), seperti juga unsur-unsur mikro lainnya, bersumber

dari hasil pelapukan/pelarutan mineral-mineral yang terkandung dalam bebatuan.

Alloway (1995) mengemukakan bahwa ada 10 jenis bebatuan dan 19 mineral

utama yang mengandung Cu. Kandungan Cu dalam bebatuan berkisar 2–200 ppm

(Adrinao, 1986) dan dalam berbagai mineral berkisar 23–100%. Kebanyakan

Cu-mineral dalam bentuk kristal dan bentuk lainnya lebih mudah larut daripada

Cu-tanah.

Penambahan Cu ke tanah melalui polusi dapat terjadi pada

industri-industri tembaga, pembakaran batubara, pembakaran kayu, minyak bumi, dan

buangan di area pemukiman/perkotaan. Unsur yang dapat terekstrak dapat

mencapai 5–10 kali pada lahan di wilayah pedesaan. Kabel listrik tegangan tinggi

dapat juga mengkontaminasi lahan di bawahnya selebar 20 m (Lahuddin, 2007).

Tabel 5. Harkat Cu dalam Tanah.

Harkat ppm

Sangat Tinggi >200

Tinggi 75-200 Sedang 25-75 Rendah 15-25 Sangat Rendah < 15

Sumber: Rosmarkam dan Yuwono, 2002.

Kelebihan kadar Cu dalam tanah yang melewati ambang batas akan mejadi

pemicu terjadinya keracunan khususnya pada tanaman. Kandungannya di dalam

tanah antara 2 sampai 250 ppm, sedangkan dalam jaringan tanaman yang tumbuh

normal sekitar 5-20 ppm Cu. Kondisi kritis dalam tanah 60-125 ppm, dan dalam

jaringan tanaman 5-60 ppm Cu. Pada kondisi kritis pertumbuhan tanaman mulai

(23)

Zn (Seng).

Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis

mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Seperti unsur mikro lain, Zn

dapat diserap lewat daun. Kadar Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm,

sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang

ada dalam tanah antara lain sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte

(ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan ZnSiO4) (Rioardi, 2009).

Penambahan logam Zn ke tanah melalui polusi umumnya terjadi di

daerahdaerah industri peleburan bahan tambang seng. Penelitian-penelitian

berdasarkan analisis contoh tanah berasal dari daerah industri logam menemukan

kadar Zn sekitar 250–37200 mg/kg (di Inggris), 1665–4245 mg/kg (di Polandia),

400–4245 mg (di Rusia), 1310–1780 mg/kg tanah khususnya pada tanah

tergenang di Jepang sedangkan kandungan total Zn tanah rataan hanya sekitar 50

mg/kg tanah. (Alloway, 1995).

Tabel 6. Harkat Zn dalam Tanah.

Harkat ppm

Sangat Tinggi >550

Tinggi 250-500 Sedang 50-250 Rendah 20-50 Sangat Rendah <20

Sumber: Rosmarkam dan Yuwono, 2002.

Untuk pertumbuhan, tanaman membutuhkan unsur Zn hanya dalam

jumlah sedikit dibandingkan dengan unsur hara makro. Hal ini terlihat dari hasil

analisis Zn pada jaringan tanaman berkisar 21–120 ppm dari bahan kering

(24)

bawah angka 10 ppm disebut kurang (defisien), dan tinggi atau berlebihan bila

kandungan Zn di atas 71 atau 81 ppm (Lindsay, 1972).

Ketersediaan Zn dalam tanah dipengaruhi oleh pH tanah, kadar P dalam

tanah, bahan organik tanah, adanya lempung dan penggenangan. Bila pH tinggi,

maka ketersediaan Zn menurun. Sebaliknya, bila pH tanah rendah Zn tersedia

meningkat. Kekahatan Zn umumnya terjadi pada pH tanah alkalis (pH tinggi).

Pemupukan tanah dapat menyebabkan perubahan pH tanah

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Evaluasi Lahan dan Metode Survey Tanah

Evaluasi Lahan adalah proses pendugaan atau estimasi potensi lahan untuk

berbagai alternatif penggunaan dengan mendasarkan pada pembandingan

persyaratan penggunaan lahan dengan kualitas lahan (Rayes, 2007).

Tujuan dari evaluasi lahan (land evaluation atau land assessment) adalah

menentukan nilai potensi suatu lahan untuk tujuan tertentu. Usaha ini dapat

dikatakan melakukan usaha klasifikasi teknis bagi suatu daerah

(Hardjowigeno, 2003).

Metode survey tanah ada beberapa macam, salah satu diantaranya adalah

metode survey grid. Pada metode survey ini terdapat skema pengambilan contoh

tanah secara sistematik yang dirancang dengan mempertimbangkan kisaran

spasial autokorelasi yang diharapkan. Jarak pengamatan dibuat secara teratur pada

jarak tertentu untuk menghasilkan jalur segi empat (rectangular grid) di seluruh

daeah survey. Pengamatan tanah dilakukan dengan pola teratur (interval titik

(25)

tergantung dari skala peta. Rayes (2007) juga mengatakan bahwa survey sangat

cocok diterapkan pada daerah yang posisi pemetanya sukar ditentukan dengan

pasti. Selain itu survey ini sangat dianjurkan pada survey intensif (detail-sangat

detail) dan penggunaan hasil interpretasi foto udara sangat terbatas (misalnya pada

daerah dengan konfigurasi permukaan kurang beragam/daerah yang relatif datar)

(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah adalah bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup

di muka bumi. Kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia dan

hewan hidup dari tumbuhan dan sebagian besar makanan kita berasal dari

permukaan tanah, walaupun memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di

laut. Sebagaimana pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun merupakan

akibat kegiatan manusia. Pencemaran tanah bisa disebabkan limbah domestik,

limbah industri, dan limbah pertanian

Perkembangan industri akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu menimbulkan masalah

pencemaran lingkungan. Pencemaran selalu memiliki dampak buruk bagi

kelangsungan hidup setiap makhluk hidup di bumi ini. Seperti yang dikatakan

Kurnia dan Sutrisno (2009) bahwa pembangunan kawasan industri di

daerah-daerah pertanian produktif menyebabkan berkurangnya luas lahan, air tanah,

badan air/sungai, dan pencemaran tanah, serta terganggunya kenyamanan dan

kesehatan manusia dan makhluk hidup lain. Ini merupakan masalah awal dari

ekosistem yang rusak akibat dari perkembangan industri. Karena itu penting

sekali untuk mengetahui tingkat pencemaran tanah sehingga tindakan pencegahan

ataupun penanggulangan dapat dilakukan.

Selain itu gangguan keseimbangan ekosistem dapat menyebabkan

menurunnya produktivitas lahan/tanah, dan kualitas hasil/produk pertanian akibat

(27)

mengharuskan dilakukannya pengelolaan lingkungan pertanian yang tepat, terarah

dan akurat. Oleh sebab itu, identifikasi dan karakterisasi sumber penyebab

kerusakan dan pencemaran, serta analisis permasalahan yang terjadi di lapangan

merupakan langkah strategis dalam pengelolaan lingkungan pertanian.

Sisa buangan industri pada dasarnya mengandung logam-logam berat

seperti Hg, Cr, Cd, Pb, Cu dan Zn dan lain-lain. Logam-logam inilah yang

kemudian mencemari tanah dan lingkungan apabila ketersediaannya di dalam

tanah ataupun di lingkungan ini melebihi batas optimal yang diperbolehkan. Hal

ini disebabkan karena logam-logam tersebut dapat menjadi racun bagi tanaman.

Seperti yang dikatakan oleh Suganda, dkk (2002) bahwa tanah yang terkena

limbah zat kimia dalam konsentrasi di atas ambang batas, mungkin tidak sakit

meskipun mengandung unsur/senyawa kimia atau logam berat yang berbahaya.

Namun bila tanah tersebut ditanami, maka tanaman tersebut akan mengakumulasi

unsur/senyawa yang berbahaya, sehingga dapat menimbulkan dampak negatif

bagi kesehatan manusia dan hewan yang mengkonsumsi produk tersebut.

Logam kadmium (Cd) misalnya, merupakan salah satu jenis logam berat

berbahaya karena berisiko tinggi terhadap pembuluh darah dan dapat terakumulasi

pada tubuh khususnya hati dan ginjal (Mursyidin, 2006). Logam timbal (Pb) yang

terserap oleh ibu hamil akan berakibat pada kematian janin dan kelahiran

prematur, berat lahir rendah bahkan keguguran (Arifin, 2008). Sedangkan logam

Cu dan Zn merupakan unsur hara mikro yang esensial dimana dibutuhkan oleh

tanaman dalam jumlah sedikit, jika berlebih pada tumbuhan akan mengakibatkan

keracunan dan ini juga mengakibatkan dampak yang tidak langsung bagi manusia

(28)

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa kelebihan unsur logam berat

dalam tanah sangatlah berbahaya. Dengan demikian perlu dilakukan suatu

tindakan evaluasi lahan yang tercemar guna mengetahui tingkat pencemaran yang

terjadi di suatu kawasan industri.Perlunya mengetahui tingkat pencemaran logam

berat dikawasan industri pada dasarnya dapat mengantisipasi kerugian-kerugian

yang dapat ditimbulkannya kapan saja. Khususnya pada kawasan industri yang

dibangun dekat dengan areal pertanian.

Berdasarkan data Statistik Pekerjaan Umum (2005) menyatakan bahwa

desa Tanjung Morawa B memiliki luas lahan sekitar 620 Ha dimana sekitar 120

Ha merupakan lahan sawah dan 500 Ha lahan bukan sawah (pemukiman dan

industri). Kawasan industri Tanjung Morawa cukup mewakili suatu kawasan yang

memiliki areal pertanian dan pemukiman yang sekaligus dikelilingi oleh

perindustrian. Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan evaluasi lahan

tercemar logam berat di kawasan Tanjung Morawa ini.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tingkat

pencemaran tanah oleh logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn di desa Tanjung

Morawa-B kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai dasar untuk mengetahui tingkat pencemaran tanah di kawasan

(29)

- Sebagai dasar untuk mengetahui kadar logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn

dalam tanah di kawasan industri Tanjung Morawa.

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Departemen

(30)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Morawa-B Kecamatan Tanjung

Morawa Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat 30 mdpl dan

Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan pada bulan April 2009 sampai dengan November 2009.

Bahan dan Alat

Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Peta Topografi

skala 1:50.000, Peta Desa Tanjung Morawa B skala 1:5.000, sampel tanah dan air

untuk dianalisis, plastik tempat sampel tanah, kertas label untuk tanda sampel

tanah dan air, spidol permanen untuk menulis tanda sampel pada label, karet

gelang untuk mengikat sampel tanah yang telah dibungkus plastik, botol plastik

sebagai tempat sampel air dan bahan kimia untuk analisis di laboratorium.

Alat

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah bor tanah untuk

mengambil sampel tanah, dan GPS (Global Possition System) untuk mengetahui

titik koordinat pengambilan sampel tanah serta alat-alat untuk analisis

(31)

Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan adalah metode Survey Grid dengan

tingkat suvey semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 25 Ha) untuk

mengetahui tingkat pencemaran tanah oleh logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn. Dari

kegiatan survey ini menghasilkan peta yang mempunyai Skala 1 : 50.000.

Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan

Tahap persiapan meliputi diskusi dengan dosen pembimbing,

pengumpulan data dalam bentuk deskripsi mengenai daerah penelitian,

pengumpulan tinjauan literatur, pembuatan peta pengambilan sampel tanah

dengan metode grid.

b. Pelaksanaan

 Penentuan lokasi pengambilan contoh tanah.

Dilakukan pemboran (boring) pada daerah yang telah digridkan.

Mencatat titik koordinat boring, longitude, latitude dan ketinggian

tempat dengan menggunakan GPS (Global Position System).

 Pengambilan sampel tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm.

 Pengambilan sampel air di saluran air sekunder.

 Dilakukan analisis sampel tanah dan air di Laboratorium Kimia dan

Kesuburan Tanah, Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan berupa logam berat Pb, Cd, Cu

dan Zn.

(32)

Peubah Amatan

- Pb dengan menggunakan metode ekstraksi HNO3 dan HCl.

- Cd dengan menggunakan metode ekstraksi HNO3 dan HCl.

- Cu dengan menggunakan metode ekstraksi HNO3 dan HCl.

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari analisis tanah dan air yang berupa logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn

serta pH tanah dan air yang dilakukan diperoleh hasil dengan nilai yang

bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran yang terjadi juga

bervariasi. Adapun hasil analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Logam Pb

Hasil analisis tanah pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kadar logam berat

Pb dalam tanah sawah masih dalam batas maksimum. Meskipun demikian perlu

diperhatikan bahwa jika tidak dilakukan pengawasan terhadap sumber pencemar

maka ada kemungkinan kandungan Pb tersebut meningkat dan melewati ambang

batas yang dapat mencemari tanah dan tanaman yang tumbuh diatasnya

khususnya tanaman padi.

Tabel 7. Hasil Pengukuran Logam Berat Pb dalam Tanah.

No Nilai (ppm) Kriteria*

*Sumber: Soepardi (1983) dalam Barchia, 2009.

Pada Tabel 7 berdasarkan Soepardi, 1983 dalam Brachia (2009) yang

menyatakan bahwa kadar maksimum Pb dalam tanah pertanian adalah 2-200 ppm

(34)

maksimum Pb dalam tanah pertanian adalah 300 ppm (Tabel. 4), maka dapat

dilihat bahwa kandungan logam berat Pb tertinggi pada sampel tanah 8 dan 5

dengan nilai sebesar 31,26 ppm dan 30,69 ppm dapat digolongkan dalam kriteria

yang tinggi sedangkan kandungan yang terendah terdapat pada sampel tanah 2

dan 1 dengan nilai sebesar 15,90 ppm dan 16,77 ppm masuk dengan kriteria

rendah.

Dari hasil analisis air irigasi pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa kandungan

logam berat Pb dalam air irigasi sudah melewati ambang batas maksimum yang

diperbolehkan dalam air yang akan digunakan untuk keperluan pertanian dan

termasuk dalam keriteria yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa air yang

digunakan sebagai air irigasi untuk mengairi sawah sudah tidak baik lagi dan ini

sangat berbahaya bagi tanah dan tanaman khususnya tanaman padi karena dapat

segera mencemari tanah sekaligus tanaman padinya.

Tabel 8. Hasil Pengukuran Logam Berat Pb dalam Air.

No Nilai (ppm) *Kriteria

A 3.512 Sangat Tinggi B 3.037 Sangat Tinggi C 2.075 Sangat Tinggi D 3.099 Sangat Tinggi *Sumber: PP. No. 20 Th. 1990.

Pada Tabel 8 juga dapat dilihat bahwa pada sampel air D yang mimiliki

kandungan logam berat Pb tertinggi dengan nilai 3,512 ppm. Namun demikian

semua nilai kandungan logam berat Pb ini termasuk dalam kriteria yang sangat

tinggi menurut PP. No. 20 Th. 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air yaitu

keriteria kualitas air golongan D (Air yang dapat digunakan untuk keperluan

(35)

Logam Cd

Hasil analisis tanah pada Tabel 9 berdasarkan Tabel 4 menunjukkan

bahwa kadar logam berat Cd dalam tanah sawah sudah melewati ambang batas

maksimum. Dengan demikian ada kemungkinan tanaman padi yang tumbuh

diatasnya dapat tercemar oleh logam berat Cd.

Tabel 9. Hasil Pengukuran Logam Berat Cd dalam Tanah.

No Nilai (ppm) Kriteria* *Sumber: MAFF, 1993 dalam Sutanto, (2002).

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa logam berat Cd tertinggi terdapat pada

sampel tanah 7 dengan nilai 28,19 ppm. MAFF, 1993 dalam Sutanto, (2002)

menyatakan bahwa kandungan logam berat Cd yang diperbolehkan dalam tanah

pertanian adalah sebesar 3 ppm (Tabel 4), sedangkan dari hasil analisis tanah

diperoleh hasil kandungan logam berat yang sangat tinggi. Dengan demikian hasil

analisis dapat dikriteriakan dalam kategori yang sangat tinggi.

Tabel 10. Hasil Pengukuran Logam Berat Pb dalam Air.

No Nilai (ppm) Kriteria*

Hasil analisis air irigasi pada Tabel 10 menunjukkan hal yang sama seperti

logam berat Pb, yaitu bahwa kandungan logam berat Cd dalam sampel air irigasi

(36)

1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air yaitu keriteria kualitas air golongan D

(Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian). Hal ini juga yang

merupakan salah satu hal yang menyebabkan kandungan logam berat tanah juga

meningkat selain sumber-sumber pencemar yang lainnya.

Logam Cu

Hasil analisis tanah pada Tabel 11 berdasarkan Rosmarkam dan Yuwono

(2002) menunjukkan bahwa kadar logam berat Cu dalam tanah sawah sangat

bervariasi. Dari yang kriteria sangat rendah hingga kriteria yang tinggi. Dalam hal

ini kandungan logam berat Cu dalam tanah tidak melewati batas maksimum yang

diperbolehkan dalam tanah namun pada sampel tanah 4 memiliki kandungan

logam berat Cu tertinggi dengan nilai sebesar 190,77 ppm dan ini menunjukkan

nilai yang mendekati batas maksimum.

Tabel 11. Hasil Pengukuran Logam Berat Cu dalam Tanah.

No Nilai (ppm) Kriteria* *Sumber: Rosmarkam, 2005.

Dari Tabel 11 juga dapat dilihat bahwa pada sampel tanah 4 hingga 8

memiliki nilai Cu total dengan nilai yang tertinggi. Dalam Rosmarkam dan

Yuwono (2002) dikatakan bahwa harkat Cu dalam tanah adalah 200 ppm, dengan

demikian sampel tanah 4 hingga 8 tergolong dalam kriteria tinggi. Sampel tanah 4

memiliki kandungan yang tertinggi dengan nilai 190,77 ppm. Sedangkan nilai

(37)

Hasil analisis air irigasi pada Tabel 12 menunjukkan bahwa kandungan

logam berat Cu dalam air irigasi sudah melewati batas maksimum yang

diperbolehkan terkandung dalam air yang dapat digunakan untuk pertanian yaitu

kriteria kualitas air golongan D menurut PP. No. 20 Th. 1990 yaitu sekitar 0,2 mg/l.

Hal ini menandakan bahwa air irigasi yang digunakan untuk mengairi sawah

sudah dapat membahayakan bagi tanah dan tanaman karena dapat menjadi sumber

pencemar. Kandungan terendah terdapat pada sampel air irigasi C dengan nilai

sebesar 0.702 ppm. Nilai ini tetap menunjukkan kandungan logam berat Cu dalam

air yang tinggi.

Tabel 12. Hasil Pengukuran Logam Berat Cu dalam Air.

No Nilai (ppm) *Kriteria

A 1.080 Tinggi

B 1.526 Tinggi

C 0.702 Tinggi

D 1.319 Tinggi

*Sumber: PP. No. 20 Th. 1990.

Logam Zn

Hasil analisis tanah pada Tabel 10 berdasarkan Rosmarkam dan Yuwono

(2002) menunjukkan bahwa kadar logam berat Zn masih dibawah ambang batas

maksimum logam berat yang diperbolehkan dalam tanah. Namun demikian pada

sampel tanah 4 terlihat bahwa kandungan logam Zn mencapai 292,43 ppm, nilai

ini menunjukkan nilai yang termasuk dalam kriteria yang tinggi. Oleh karena itu

perlu tindakan pengawasan terhadap sumber pencemar yang ada agar keberadaan

logam berat Zn tidak melewati ambang batas maksimum yang diperbolehkan

dalam tanah.

Dari Tabel 13 menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) yang menyatakan

(38)

dapat dilihat bahwa pada sampel tanah 4 yang menunjukkan kandungan logam

berat Zn tertinggi yaitu 292,43 ppm sudah tergolong dalam kriteria yang tinggi.

Untuk nilai yang terendah dan kriteria rendah terdapat pada sampel tanah 1

dengan nilai 33,63 ppm.

Tabel 13. Hasil Pengukuran Logam Berat Zn dalam Tanah.

No Nilai (ppm) Kriteria* *Sumber: Rosmarkam, 2005.

Hasil analisis pada Tabel 14 menunjukkan bahwa kandungan logam berat

yang tertinggi terdapat pada sampel air irigasi D dan C dengan nilai

masing-masing adalah 2,282 ppm dan 2,126 ppm. Menurut PP. No. 20 Th. 1990 tentang

kriteria kualitas air golongan D untuk penggunaan pertanian bahwa nilai kandungan

logam berat Zn pada air irigasi sampel D dan C sudah melewati ambang batas maksimum

dalam air yaitu sebesar 2 mg/l. Dengan demikian air irigasi tersebut tergolong dalam

kriteria yang tinggi, namun tidak terlalu parah karena kandungannya tidak terlalu jauh

melampaui ambang batas maksimum yang diperbolehkan dalam air untuk penggunaan

pertanian.

Tabel 14. Hasil Pengukuran Logam Berat Zn dalam Air

(39)

Hasil analisis tanah pada Tabel 15. menunjukkan nilai pH tanah yang

masam hingga sangat masam. Sedangkan untuk pH air irigasi pada Tabel 16

menunjukkan nilai pH yang rendah.

Tabel 15. Hasil Pengukuran pH Tanah

Sampel Tanah Nilai pH Kriteria*

1 5.37 Masam *Sumber: Balai Penelitian Tanah (BPT), 2005.

Tabel 16. Hasil Pengukuran pH Air Irigasi

No Nilai pH *Kriteria

Salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan logam berat Pb, Cd, Cu

dan Zn adalah pH tanah. Pada pH rendah ketersediaan logam berat Pb, Cd, Cu dan

Zn meningkat dan sebaliknya pada kondisi pH tinggi maka ketersediaan Pb, Cd,

Cu dan Zn akan menurun.

Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa pH tanah rata-rata rendah. Dari hasil

analisis logam berat jika dikaitkan dengan nilai pH tanah ini maka dapat dilihat

bahwa kadar logam berat meningkat terutama yang paling mengalami

peningkatan adalah unsur Cu dan Zn. Namun selain pH tanah masih banyak lagi

faktor yang mempengaruhi penyerapan logam berat oleh tanaman seperti KTK

dan bahan organik tanah. Kandungan total logam logam berat yang tinggi belum

(40)

logam berat dengan konsentrasi yang tinggi karena bisa saja logam berat tersebut

dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman. Dengan demikian tidak akan

terserap oleh tanaman. Namun demikian dengan kondisi tanah yang

sewaktu-waktu dapat berubah maka kemungkinan tanaman untuk tercemar itu bisa saja.

Pembahasan

Kandungan Pb total tanah sawah yang diperoleh masih dalam batas wajar,

yaitu masih dibawah ambang batas namun dalam kriteria yang tinggi.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Nriagu (1978) bahwa kandungan Pb total pada

tanah pertanian berkisar antar 2-200 ppm. Sedangkan dari hasil analisis tanah

sawah yang dilakukan diperoleh hasil yang masih dibawah batas maksimum.

Dengan demikian tanah belum dikatakan tercemar oleh logam berat Pb.

4 7 7 0 0 0

PETA TINGKAT PENCEMARAN Pb PADA TANAH SAW AH UNIVERSITAS SUMATE RA UTAR A MEDAN

Gambar 1. Peta Tingkat Pencemaran Pb Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

5

6,7 8

3,4

(41)

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa tanah sawah sampel 5 dan 8 yang

mengandung kadar logam berat Pb tinggi. Hal ini disebabkan karena pada sekitar

wilayah sawah sampel tersebut terdapat pabrik yang pembuangan limbahnya ke

sungai irigasi sawah. Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat diperoleh

beberapa pabrik yang ada disekitar wilayah Tanjung Morawa B tersebut yang

membuang limbahnya ke sungai yang digunakan masyarakat untuk mengairi

sawahnya. Hal ini terbukti dari matinya ikan yang dipelihara masyarakat dalam

kolam ikan yang airnya dari sungai irigasi tersebut. Adapun pabrik tersebut adalah

pabrik pengolahan kayu, pabrik mie instan, pabrik sabun mandi dan sabun cuci,

dan juga pabrik kelapa sawit. Sedangkan pada wilayah sampel tanah 8 terdapat

pabrik KIM STAR yang juga pembuangannya mengarah kesungai yang

digunakan untuk mengairi sawah masyarakat.

Selain itu penggunaan pupuk dan pestisida dengan dosis tinggi dan

intensitas yang sering menambah pengaruh keberadaan logam berat pada tanah

sawah tersebut. Penggunaan pupuk dan pestisida pada dasarnya untuk setiap petak

sawah tidaklah sama, karena pemiliknya yang tidak seorang saja.

Pada hasil analisis air irigasi diperoleh hasil dengan kriteria yang berbeda

dengan analisis tanah. Hasil analisis air irigasi menunjukkan kriteria yang sangat

tinggi. Hal ini disebabkan karena dalam air irigasi telah bercampur beberapa

limbah pabrik yang ada disekitar wilayah Tanjung Morawa B ini.

Kandungan logam berat Pb dalam tanah yang lebih sedikit dibandingkan

dengan kandungan logam berat Pb dalam air disebabkan karena logam berat

dalam air sungai tidak langsung diserap oleh tanah seluruhnya, namun hanya

(42)

Kandungan cadmium dalam tanah berdasarkan hasil analisis menunjukkan

angka yang cukup tinggi sebagai pencemar tanah. Sudarmaji, dkk (2008)

mengatakan bahwa kandungan cadmium alamiah dikerak bumi hanya berkisar

0,1-0,5 ppm. Sedangkan untuk tanah pertanian dalam Sutanto (2002) dikatakan

hanya 3 ppm yang dapat dibiarkan dalam tanah dan selebihnya akan bersifat

meracun. Dari hasil analisis Tabel 8 dapat dilihat bahwa kandungan logam berat

Cd sudah jauh melampaui batas maksimum dalam tanah karena itu dapat

digolongkan dalam kriteria yang tinggi.

4 7 7 0 0 0

PETA TINGKAT PENCEMARAN Cd PADA TANAH SAWAH DI DESA TANJUNG MORAWA B

KABUPATEN DELI SERDANG UNIVERSITAS SUMATERA UTAR A MEDAN

Gambar 2. Peta Tingkat Pencemaran Cd Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Pencemaran ini sepenuhnya tidak hanya dari limbah industri, aktifitas

manusia lainnya yang mendukung terjadinya pencemaran tanah adalah

penggunaan pupuk dan pestisida. Untuk meningkatkan hasil pertanian

penggunaan pupuk tidak dapat dihindari. Petani-petani didaerah ini semakin

(43)

meningkatkan hasil produksinya yang maksimal tanpa mempertimbangkan akibat

yang ditimbulkan pada tanaman dan lingkungan sekitarnya. Seperti yang

dikatakan Charlena (2004), apabila pupuk tersebut digunakan secara terus

menerus dengan dosis dan intensitas yang tinggi dapat meningkatkan Pb dan Cd

yang tersedia dalam tanah sehingga meningkatkan serapan Pb dan Cd oleh

tanaman.

Dalam air sungai irigasi yang digunakan masyarakat sebagai air irigasi

untuk sawahnya juga dapat dilihat bahwa kandungan logam berat cadmium

sangatlah tinggi. Untuk hal ini air sungai mengandung logam berat cadmium

dengan konsentrasi yang lebih tinggi sehingga sangat mudah diserap oleh tanah.

4 7 7 0 0 0

PETA TINGKAT PENCEMARAN Cu PADA TANAH SAWAH DI DESA TANJUNG MORAWA B

KABUPATEN DELI SERDANG UNIVERSITAS SUMATERA UTAR A MEDAN

Gambar 3. Peta Tingkat Pencemaran Cu Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Dari hasil analisis tanah diperoleh data yang menunjukkan kandungan

logam berat Cu yang semakin tinggi pada sampel disebelah utara. Pada sampel

tanah 4 terlihat nilai yang tertinggi, ini dikarenakan pada sekitar lahan sawah

4,8

1

(44)

tempat pengambilan sampel tanah tersebut terdapat pabrik-pabrik yang salah

satunya adalah pabrik kayu. Dalam Lahuddin (2007) dikatakan bahwa

penambahan Cu ke tanah melalui polusi dapat terjadi pada industri-industri yang

salah satunya adalah industri pembakaran kayu, selain itu buangan masyarakat

juga ikut menyumbang kandungan logam berat Cu ini.

Alloway (1995) menyatakan bahwa kandungan logam berat Cu dalam

tanah antara 2 sampai 250 ppm. Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa pada

sampel tanah 4 terdapat nilai tertinggi sekitar 190,77 ppm. Ini menunjukkan

bahwa tanah sawah dalam waktu yang dekat ini jika tidak dilakukan tindakan

pengawasan pada masyarakat sekitar desa Tanjung Morawa B maka kandungan

logam berat Zn dapat saja semakin meningkat sehingga dapat mengganggu

pertumbuhan tanaman padi yang tumbuh diatasnya.

Untuk hasil analisis air sungai irigasi diperoleh data logam berat Cu yang

menunjukkan nilai dengan kriteria yang tinggi. Dengan demikian ada

kemungkinan kandungan logam berat dalam tanah dapat meningkat dan menjadi

toksik bagi tanaman akibat kandungan logam berat ini dalam air irigasi yang

sudah tinggi.

Seperti halnya logam berat Pb dan Cd, logam berat Cu dapat terakumulasi

dari pupuk dan pestisida yang digunakan masyarakat untuk peningkatan produsi

tanamannya.

Dari hasil analisis tanah diperoleh data yang menunjukkan bahwa

kandungan logam berat Zn masih dibawah ambang batas logam berat dalam

tanah. Pada sampel tanah 4 terlihat kandungan logam berat Zn tertinggi dengan

(45)

senga (Zn) dalam kerak bumi sekitar 80 ppm, sedangkan dalam tanah berkisar

antara 10-300 ppm. Nilai pada sampel tanah 4 menunjukkan bahwa kadar logam

berat Zn sudah hampir mendekati batas kritis dalam tanah.

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa yang memiliki kandungan logam berat

Zn tinggi hanya pada wilayah tengah yaitu sampel tanah 4. Hal ini kemungkinan

disebabkan pada lokasi ini terdapat pabrik-pabrik khususnya pabrik kayu dan mie

instan, seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa masyarakat mengatakan bahwa

limbah pabrik tersebut di buang ke sungai irigasi yang mengairi sawah mereka.

Selain itu sama halnya dengan logam berat Pb, Cd, dan Cu maka keberadaan

logam berat Zn ini juga dipengaruhi oleh penggunaan pupuk dan pestisida dengan

dosis dan intensitas yang tinggi oleh masyarakat senidiri.

4 7 7 0 0 0 UNIVERSITAS SUMATERA UTAR A MEDAN

Gambar 4. Peta Tingkat Pencemaran Zn Tanah Sawah di Desa Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Hasil analisis air diperoleh data yang memperlihatkan nilai Zn yang

rendah hingga tinggi. Terlihat bahwa kandungan Zn dalam tanah tidak

5-8

4

1

(46)

sepenuhnya berasal dari air irigasi. Sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa

sumber pencemar lain yang mendukung tingkat pencemaran tanah sawah ini

adalah penggunaan pupuk dan juga pestisida oleh masyarakat guna meningkatkan

produksi tanaman padi.

Kandungan logam berat dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor dan

salah satunya adalah pH tanah. Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa pH tanah

rata-rata rendah. Kondisi ini mendukung ketersediaan logam berat dalam tanah, baik

itu logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn. Charlena (2004) mengatakan bahwa saat

kondisi pH tanah dan KTK tanah rendah maka logam berat Pb akan terlepas dari

ikatan tanah dan bergerak bebas ke dalam larutan tanah. Begitu pula dengan

logam berat Cd yang tersedia pada tanah yang masam. Rosmarkam dan Yuwono

(2002) mengatakan bahwa ketersediaan Zn dalam tanah dipengaruhi oleh pH

tanah, dimana bila pH tanah tinggi maka ketersediaan Zn menurun. Begitu

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kandungan logam berat Pb pada tanah sawah rata-rata masih dibawah

ambang batas sedangkan pada air irigasi kandungan logam berat Pb sudah

sangat tinggi.

2. Kandungan logam berat Cd pada tanah sawah sudah tergolong tinggi dan

pada air irigasi sudah tergolong sangat tinggi.

3. Kandungan logam berat Cu pada tanah sawah masih di bawah ambang

batas kritis kecuali pada sampel 4 yang sudah tergolong tinggi, sedangkan

pada air irigasi kandungan logam berat Cu sudah tergolong tinggi.

4. Kandungan logam berat Zn pada tanah sawah masih dibawah ambang

batas, namun kandungan logam berat Zn pada air sudah tergolong tinggi.

Saran

Sebaiknya dalam penelitian ini diakukan analisis terhadap tanaman

sekitarnya agar dapat diketahui kandungan logam berat yang terserap oleh

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Adriano, D. C., G. M. Paulsen, and L. S. Murphy. 1986. Phosphorus-iron and phosphorus-zinc relationship in corn (Zea mays L.) seedlings as affected by mineral nutrition. Agron.

Alloway, B. J., 1995. Heavy Metals in Soils. 2nd Edition. Blackie Academic and Professional-Chapman and Hall. London-Wenheim-New York. Tokyo-Melbourne-Madras.

Arifin., 2008. Potensi Karbon Aktif Sebagai Media Adsorpsi Logam Berat timbal

(Pb) dan Kadmium (Cd). http://Blog pada WordPress.com. [7 April 2009].

Barchia, M. F., 2009. Sumber Polutan dan Logam Berat. http://www. faizbarchia.blogspot.com/.../sumber-polutan-dan-logam-berat.html. [10 Agustus 2009].

Charlena., 2004. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada Sayur-Sayuran. Program Pascasarjana/S3/Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Darmono., 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo, Jakarta.

Kurnia, S dan T. Sutrisno., 2009. Pencemaran Tanah dan Dampaknya. http://www.google-pencemaran-tanah/telusur.com.[14 Maret 2009]

Lahuddin, M., 2007. Aspek Unsur Mikro Dalam Kesuburan Tanah. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Kesuburan Tanah pada Fakultas Pertanian. USU-Press. Medan.

Lindsay, W. L., 1972. Zinc in soils and plant nutition. Ad. in Agron.

Mengel, K. and E. A. Kirkby., 1987. Principle of Plant Nutrition. 4th Edition. International Potash Institude, Bern.

(49)

Mursyidin, Dindin, H., 2006. Menanggulangi Pencemaran Logam Berat. Email : dindinhm@yahoo.co.id. Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia – YCHI. [07 April 2009]

Nriagu, J. O., 1978. The Biochemistry of lead. Elsevier Biomedical Press.

Nugroho, B., 2001. Ekologi Mikroba Pada Tanah Terkontaminasi Logam Berat. Dalam Makalah Falsafah Sains (PPs 702). Program Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor.

Palar, H., 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Cet: 4. Rineka Cipta, Jakarta.

Rayes, M. L., 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Rioardi., 2009. Unsur Hara Dalam Tanah (Makro dan Mikro). http://www.nasih.staff.ugm.ac.id/pnt3404/4%209417.doc.blora.org/foru m/blog.php.[21 April 2009].

Rosmarkam, A dan Yuwono, N. W., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Sadrach, B., 2008. Pencemaran tanah dan dampaknya. http://www.walhijabar. blogspot.com.[18 April 2009].

Statistik Pekerjaan Umum Online., 2005. Tanjung Morawa. Luas Lahan di Desa. http://www.pu.go.id/infofantastik. [27 May 2009].

Sudarmaji , J. Mukono dan Corie I.P., 2008. Limbah Logam Berat B3. Sumber: JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL. 2, NO. 2 , JANUARI 14 2006: 129 -142. http://izul.i8.com/download/LimbahB3.pdf. [21 Februari 2009].

Suganda, H; Diah Setyorini; Harry Kusnadi; Ipin Saripin, dan Undang Kurnia., 2002. Evaluasi Pencemaran Limbah Industri Tekstil Untuk Kelestarian Lahan Sawah. Dalam Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan

Konversi Lahan Pertanian. Penyunting: Undang Kurnia, F. Agus, D. Setyorini, dan A. Setiyanto. Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Sunu, P., 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Penerbit PT Grasindo, Jakarta.

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius, Yogyakarta.

(50)

Wikipedia., 2009. Limbah. http://www.wikimediafoundation.org/">Wikimedia Foundation, Inc</a>.[18 April 2009]

Worosuprojo, S., 2009 . Pengelolan Sumberdaya Lahan. Fakultas Geografi-UGM, Yogyakarta.

(51)

Lampiran

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

A. Daftar Kriteria Kualitas Air Golonagan A (Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu)

No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan

A FISIKA

1 Bau - - Tidak berbau

2 Jumlah zat padat terlarut (TDS) mg/liter 1000

3 Kekeruhan NTU 5

1 Aldrin dan dieldrin mg/liter 0,0007

2 Benzena mg/liter 0,01

3 Benzo (a) Pyrene mg/liter 0,00001

4 Chlordane (total isomer) mg/liter 0,0003

5 Chlordane mg/liter 0,03

6 2,4 D mg/liter 0,10

7 DDT mg/liter 0,03

8 Deterjen mg/liter 0,5

9 1,2 Dichloroethena mg/liter 0,01

(52)

B. Daftar Kriteria Kualitas Air Golongan B (Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum).

No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan

A FISIKA

13 Oksigen terlarut (DO) mg/liter - Air dipermukaan

dianjurkan > 6

2 Chlordane mg/liter 0,003

3 DDT mg/liter 0,042

(53)

C. Daftar Kriteria Kualitas Air Golongan C (Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan).

No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan

A KIMIA

6 Organofosfat dan Karbamat mg/liter 0,1

7 Surfactant mg/liter 0,2

B Radioaktivitas

1 Aktivitas Alfa (Gross Alpha Activity) Bq/liter 0,1

(54)

D. Daftar Kriteria Kualitas Air Golongan D (Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian serta usaha perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air)

No Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan

A FISIKA

1 Suhu 0C Suhu normal Sesuai dengan

kondisi setempat

2 Zat padat terlarut (TDS) mg/liter 2.000 Tergantung jenis

tanaman. Kadar tersebut untuk tanaman yang tidak peka.

3 Daya Hantar Listrik Mmhos/cm 2.250 Tergantung jenis

tanaman. Kadar

13 Sodium Absorption mg/liter 18 Tergantung jenis

tanaman. Kadar

16 Residual Sodium Carbonat (RSC) mg/liter 1,25-2,50 Maksimum 1,25

untuk tanaman peka; Maksimum 2,50 untuk tanam

kurang peka.

B Radioaktivitas

1 Aktivitas Alfa (Gross Alpha

Activity)

Bq/liter 0,1

2 Aktivitas Beta(Gross Beta Activity) Bq/liter 1,0

(55)
(56)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r

(57)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r

(58)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r

(59)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r

(60)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r

Gambar

Tabel 1. Kisaran Logam Berat Sebagai Pencemar Dalam Tanah dan               Tanaman.
Tabel 2. Kisaran Umum Konsentrasi Logam Berat pada Pupuk, Pupuk Kandang, dan Kompos (mg/kg)
Tabel 3. Jenis-Jenis Batuan Induk Pembentuk Tanah yang Mengandung                Logam Berat Pb
Tabel 5. Harkat Cu dalam Tanah. Harkat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari hasil analisis itu dapat disimpulkan bahwa kadar logam berat : Kadmium (Cd), Cuprum (Cu), Chrom (Cr), Ferrum (Fe), Nikel Ni), Zinkum (Zn) belum melampaui nilai ambang

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2004) menerangkan bahwa pemberian bahan organik mampu menurunkan kandungan logam berat Pb dan Cd tersedia dalam tanah

Pemberian biochar dan azolla memberikan pengaruh yang nyata pada penurunan Pb tersedia tanah di lahan sawah tercemar Pb (Lampiran 30) , berdasarkan Tabel 52

Interaksi antara biomassa azolla yang terakumulasi logam berat dan pemberian beberapa konsentrasi Pb tidak berpengaruh nyata pada peningkatan Pb tersedia

Kelompok logam berat yang termasuk bersifat esensial adalah Cr,. Ni, Cu, Zn dan yang bersifat non esensial adalah As, Cd,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan logam berat Pb, Cu, Zn pada daging dan cangkang kerang hijau (P. viridis) berdasarkan ukurannya, mengetahui perbedaan

Kandungan logam berat Pb, Cu dan Zn pada kepah didapat hasil yang berbeda antara daging dan cangkang. Logam Pb tertinggi terdapat dalam cangkang, sedangkan

Data hasil pengukuran menunjukkan bahwa kandungan logam berat Besi pada sampel air tanah dangkal yang telah diuji memiliki nilai yang berada jauh dibawah batas ambang sehingga kualitas