• Tidak ada hasil yang ditemukan

Organisasi dan administrasi internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Organisasi dan administrasi internasional"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENGERTIAN DAN PENGGOLONGAN

ORGANISASI INTERNASIONAL

1

A. Pendahuluan

Organisasi Internasional adalah kolektivitas dari entitas-entitas yang independen, kerjasama yang terorganisasi (organized cooperation) dalam bentuk yang lebih konkret. Organisasi internasional merupakan produk dari perjanjian-perjanjian multilateral.

Secara sederhana adapula yang mendefinisikan organisasi internasional sebagai sebuah struktur formal dan berkesinambungan yang dibentuk oleh kesepakatan

diantara anggotanya (keanggotaan negara dan non negara), dari paling tidak dua negara merdeka atau lebih, yang memiliki tujuan untuk mengejar kepentingan bersama anggota.

Dalam mempelajari organisasi internasional akan diawali dengan beberapa pertanyaan: 1. WHY ? Mengapa organisasi internasional dibutuhkan?

2. What ? Achievment apa yang ingin diwujudkan?

3. HOW? Bagaimana sasaran organisasi tersebut bias dicapai?

Itulah mengapa organisasi internasional mencakup: 1. Mekanisme/aturan main

2. kerjasama

3. Struktur organisasi

1 Sumber Bacaan:

1. Ade maman Suherman, SH, M.Sc, “Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional dalam

Perspektif Hukum dan Globalisasi”, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2003.

2. Werner J. Feld, Robert S. Jordan, dan Leon Hurwitz, “International Organizations: A Comparative

Approach”, New York: Preager publisher, 1983.

3. Drs. Teuku May Rudi, SH., MA., MIR., “Administrasi dan OrganisasiInternasional”, Bandung: PT. Refika Aditama, 1998.

(2)

Tipe dari keanggotaan organisasi internasional : 1. terdiri dari wakil pemerintah

2. terdiri dari anggota non pemerintah

Perdebatan mengenai : Apakah organisasi antar pemerintah (intergovernmental) sama dengan organisasi antar Negara (interstate) ? ada beberapa pandangan

mengenai hal ini:

Ada beberapa organisasi yang memperbolehkan keanggotaan dari Negara yang belum merdeka (not sovereign), tetapi memiliki pemerintahan. Contoh: ITU (International Telecomunication Union), UPU (the Universal Postal UNIon).

Perbedaan fundamental organisiasi adalah berdasarkan perjanjian. 1. Treaty between states,

Didalamnya meliputi institusi pemerintah, administratif, eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

2. Treaty between government

Murni berdasarkan kepada kepala administratif pemerintahan (lawyer Jenks, 1945a: 18-20).

B. Pengertian Organisasi Internasional

Para sarjana hukum internasional pada umumnya mendefinisikan organisasi internasional dengan memberikan kriteria-kriteria, serta elemen-elemen dasar atau syarat minimal yang harus dimiliki oleh suatu entitas yang bernama organisasi internasional. Hal inilah yang menyulitkan untuk didapatkannya suatu definisi yang umum. Beberapa definisi yang diutarakan antara lain:

Bowett D.W.

(3)

organisasi ini merupakan organisasi permanen yang didirikan berdasarkanperjanjian internasional yang kebanyakan merupakan perjanjian multilateral daripada perjanjian bilateral yang disertai beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya”.

Starke

Dalam bukunya ”An introduction to international law”, starke membandingkan fungsi, hak, dan kewajiban serta wewenang berbagai organ lembaga internasional dengan negara yang modern. Starke menegaskan ”pada awalnya seperti fungsi suatu negara modern mempunyai hak, kewajiban, dan kekuasaan yang dimiliki beserta alat perlengkapannya, semua itu diatur oleh hukum nasional yang dinamakan Hukum Tata Negara sehingga dengan demikian organisasi internasional sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang diatur oleh hukum konstitusi internasional”.

Sumaryo Suryokusumo

”Organisai internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga menyangkut aspek-aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi internasional juga diperlukan dalam rangka kerjasama menyesuaikan dan mencari kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama serta mengurangi pertikaian yang timbul”.

Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr.

“Organisasi internasional adalah pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara Negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberikan manfaat timbale balik yang dilaksanakan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala”.

(4)

Green memberikan batasan langsung tentang organisasi internasional dengan mengatakan: “organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan suatu perjanjian dengan tiga atau lebih Negara-negara menjadi peserta”.

Dr. Boer Mauna

“Organisasi internasional adalah suatu perhimpunan Negara-negara yang merdeka dan berdaulat yang bertujuan untuk mencapai kepentingan bersama melalui organ-organ dari perhimpunan itu sendiri”.

Teuku May Rudy

“Organisasi internasional didefinisikan sebagai pola kerjasama yang melintasi batas-batas Negara dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan/diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara

berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesame kelompok non pemerintah pada dasar Negara yang berbeda”.

C. Karakteristik Organisasi Internasional

Secara sederhana pengertian organisasi internasional mencakup unsur-unsur sebagai berikut, yaitu:

1. Keterlibatan negara dalam suatu pola kerjasama 2. Adanya pertemuan-pertemuan secara berkala

3. Adanya staf yang bekerja sebagai ”pegawai sipil internasional” 4. Kerjasama yang ruang-lingkupnya melintasi batas negara 5. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama

6. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap

7. Melaksanakan fungsi secara berkesinambungan.

(5)

1. Organisasi yang tetap untuk melaksanakan fungsi yang berkelanjutan 2. keanggotaan yang bersifat sukarela dari peserta yang memenuhi syarat

3. Instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur dan metode operasional

4. badan pertemuan perwakilan konsultatif yang luas

5. sekretariat tetap untuk melanjutkan fungsi administrasi, penelitian dan informasi secara berkelanjutan.

LL. Leonard memberikan karakteristik yang lebih luas lagi, yaitu sebagai berikut: 1. piagam dasar/konstitusi biasanya dalam bentuk perjanjian multilateral

dikhususkan untuk kewajiban-kewajiban negara anggota, batasan kekuasaan dan tanggung jawab organisasi menghasilkan struktur dan menyediakan prosedur untuk organisasi yang akan berfungsi.

2. keanggotaan diberitahukan kepada negara peserta penandatanganan yang berpartisipasi melalui pertemuan delegasi oleh pemerintah mereka. 3. strukturnya termasuk badan pembuat kebijakan terdiri atas perwakilan

semua anggota pemerintah dan pertemuan dengan jangka tetap dari 1 sampai 5 tahun.

4. kadang-kadang badan pembuat kebijakan dan badan eksekutif cadangan telah disediakan yang terdiri atas keanggotaan terbatas, mempunyai

kekuasaan yang ditegaskan dengan jelas dan pertemuan yang lebih sering.

5. prosedur pengambilan suara umumnya disediakan satu suara untuk masing-masing anggota, memerlukan pengambilan suara bulat untuk keputusan penting.

6. strukturnya juga termasuk sekretariat yang dikepalai oleh seorang sekretarus jendral atau direktur dan biasanya terdiri atas pegawai sipil organisasi internasional yang dipekerjakan oleh organisasi untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.

(6)

D. Klasifikasi Organisasi Internasional

Persoalan klasifikasi organsiasi internasional adalah upaya untuk melihat apa

yang seharusnya dilakukan , klasifikasi organisasi internasional berdasarkan pada tujuan dan aktivitasnya, dapat kita lihat dalam beberapa hubungan sebagai berikut:

1. organisiasi yang bertujuan mendorong hubungan co-operative diantara anggotanya yang tidak sedang dalam konflik negara.

2. Organisasi yang bertujuan untuk menurunkan tingkat conflict diantara negara anggota dengan jalan management konflik atau prevention conflict.

3. Organisasi dengan tujuan menciptakan/memproduksi confrontation diantara anggota yang berbeda pendapat.

Teuku May Rudy, mengemukakan dari segi ruang lingkupnnya, fungsinya, kewenanangan dan sebagainya ada beberapa macam penggolongan organisasi internasional. Suatu organisasi internasional dapat sekaligus menyandang lebih dari satu macam penggolongan, begantung kepada segi yang ditinjau dalam menggolongkannya. Secara terperinci penggolongan organisasi internasional ada bermacam-macam menurut segi tinjauan berdasarkan 8 hal, yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan administrasi: organisasi internasional antarpemerintah (IGO/International Governmental Organization) dan organisasi internasional nonpemerintah (INGO/International nongovernmental Organization)

2. Ruang lingkup (wilayah) kegiatan dan keanggotaan: Organisasi internasional global dan organisasi internasional regional.

3. Bidang kegiatan (operasional) organisasi, seperti ekonomi, lingkungan hidup, pertambangan, perdagangan internasional, dst.

(7)

5. Ruang lingkup (wilayah) dan bidang kegiatan: umum, global-khusus, regional-umum, regional-khusus.

6. Menurut taraf kewenangan (kekuasaan): organisasi supranasional (supranational organization) dan organisasi kerjasama (co-operative organization)

7. Bentuk dan pola kerjasama : kerjasama pertahanan –keamanan (Collective security) yang biasanya disebut ”institutionalized alliance” dan kerjasama fungsional (fuctional organization)

8. Fungsi organisasi:

- organisasi politik: yaitu organisasi yang didalam kegiatannya menyangkut masalah-masalah politik dalam hubungan internasional.

- Organisasi administratif: yaitu organisasi yang sepenuhnya hanya melaksanakan kegiatan teknis secara administratif.

- Organisasi peradilan (judicial organization): yaitu organisasi yang menyangkut penyelesaian sengketa pada berbagai bidang atau aspek (politik, ekonomi, sosial, dan budaya) menurut prosedur hukum dan melalui proses peradilan (sesuai dengan ketentuan internasional dan perjanjian internasional).

Sementara T. Sugeng Istanto mengklasifikasikan organisasi internasional antara pertama, organisasi internasional privat: organisasi dari badan bukan pemerintah atau orang-perorangan yang melakukan kerjasama untuk kepentingan internasional yang diselenggarakan badan-badan sejenis negara, dan kedua, organisasi internasional publik: yaitu organisasi dari pemerintah negara yang melakukan kerjasama untuk kepentingan internasional yang dibagi dua wilayah yaitu global dan regional.

Pengklasifikasian juga dilakukan oleh I Wayan Parthiana dengan meninjau meninjau dari berbagai segi, yaitu sebagai berikut:

(8)

Organisasi internasional global/umum

Organisasi internasional khusus 2. Ditinjau dari tujuannya:

Organisasi internasional dengan tujuan umum

Organisasi internasional dnegan tujuan khusus/terbatas 3. Ditinjau dari sudut keanggotaannya:

Intergovernmental organization

Non governmental organization

E. Bentuk dan Pola Kerjasama

1. Kerjasama Pertahanan-keamanan (Collective security) yang disebut juga institutionalized alliance.

Misalnya: NATO, SEATO, Paktawarsawa.

2. Kerjasama fungsional (fuctional cooperation) yaitu sesuai dengan funsional

(9)

BAB II

PENDEKATAN- PENDEKATAN DALAM MEMPELAJARI

ORGANISASI INTERNASIONAL

1

Dalam mempelajari organisasi internasional secara umum, ada beberapa pendekatan yang biasa dipergunakan, antara lain:

1. Historical Approach ( Pendekatan Historis)

Pendekatan ini melihat organisasi internasional melalui sejarah perkembangan-perkembangan yang membentuk dan mempengaruhi proses terbentuknya

organisasi internasional. Kelebihan dari pendekatan ini adalah keterkaitannya antara past (masa lalu), present (saat ini), dan future (masa yang akan datang).

Misalnya, pendekatan ini dapat secara komprehensif menganalisis mengenai LBB (Liga Bangsa-bangsa). Mulai dari sejarah terbentuknya dengan tujuan untuj menciptakan perdamaian dunia, lalu sampai pada masa LBB dihadapkan dengan persistensi-persistensi kepentingan masing-masing anggotanya dan akhirnya bubar. Maka lahirlah PBB, dan seterusnya pendekatan ini dapat membuat prediksi masa depan dari PBB.

2. Legal Norm ( Landasan Hukum)

Pendekatan ini melihat organisasi internasional dari perspektif landasan hukum yang menjadi dasar pembentukannya, apakah organisasi dibentuk berdasarkan:

1 Saran Bacaan:

1. Werner J. Feld, Robert S. Jordan, dan Leon Hurwitz, “International Organizations: A Comparative

Approach”, New York: Preager publisher, 1983.

2. Drs. Teuku May Rudi, SH., MA., MIR., “Administrasi dan Organisasi Internasional”, Bandung: PT. Refika Aditama, 1998.

3. Ade maman Suherman, SH, M.Sc, “Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional

(10)

Treaty (perjanjian), Agreement (kesepakatan), Pact (pakta), Declaration (deklarasi) dan lain sebagainya. Dari sini kemudian kita bisa menganalisis

sistematika operasional organisasi dan hak serta kewajiban yang diatur bagi para anggota organisasi. Misalnya ASEAN (Association of South East Asian Nation)

lahir dari sebuah declaration.

3. Structural-fuctional Approach (Pendekatan fungsional - struktural)

Pendekatan ini mengartikan fungsional = “what must be done” (apa yang harus dilakukan organisasi) sehingga fokusnya pada hal-hal formal (yaitu aspek hukum organisasi) dan hal-hal informal (cara-cara politis). Sedangkan struktural diartikan = “pattern to process” (pola atau cara yang akan digunakan untuk memproses hal-hal yang menjadi tujuan organisasi).

4. Decision-Making Analysis (Analisis Pembuatan Keputusan)

Pendekatan ini menganalisis organisasi internasional dengan melihat proses pengambilan keputusan dengan kata lain menganalisis birokrasi institusinya. Keunikan dari pendekatan ini adalah pada komplesitas anggota organisasi yang memiliki berbagai organ politik sendiri namum harus melakukan penyesuaian

dengan statuta atau piagam organisasi.

5. Comparative Approach (Pendekatan Komparasi)

(11)

BAB III

SIFAT DAN TUJUAN DARI ORGANISASI INTERNASIONAL

Pada dasarnya, IGOs dibentuk oleh dua atau tiga lebih negara untuk memenuhi kepentingan dan mencapai tujuan-tujuan bersama. Sebagian besar organisasi internasional menciptakan kerangka kerja aliansi dalam bidang politik dan militer serta kerjasama ekonomi. Meskipun demikian, IGOs memiliki kesamaan karakter atau sifat-sifat umum yang sama, yaitu:

1. Convergence of national interest

Adanya penggabungan dari berbagai ragam kepentingan nasional dari negara-negara anggota oleh karena itu biasanya sifat perjanjian adalah untuk jangka panjang.

2. Equal Perceptions

Secara teoritis, pencapaian tujuan organisasi (proses pengambilan keputusan) dilakukan atau partisipasi yang sederajat (seimbang) oleh seluruh anggota. Partisipasi yang seimbang ini diilustrasikan layaknya sebuah perundingan dalam meja bundar, dimana setiap orang memiliki kesempatan yang sama. Hal ini tentu saja sangat kontras jika dibandingkan diplomasi one-to-one dalam sebuah perjanjian bilateral yang meskipun sama-sama mengejar kepentingan bersama tetapi tetap berdasarkan pertimbangan atau tawar-menawar untung dan rugi.

3. Institutional Framework

(12)

4. International Multilateral Treaty

Biasanya dibentuk perjanjian yang sifatnya multilateral. Perjanjian ini sering disebut Convention (konvensi), Charter (piagam), atau Constitution (konstitusi). Perjanjian tersebut menentukan kompetensi dari masing-masing organ birokasi

organisasi, interalasi diantara para anggota,dan menyusun aturan-aturan dasar dan prinsip-prinsip operasional.

5. International Legal Personality

(13)

BAB IV

PERBEDAAN FUNDAMENTAL KEKUATAN INSTERSTATE ORGANIZATION DAN INTERGOVERNMENTAL ORGANIZATIONS

Dari berbagai jenis dan karakter dari organisasi internasional ada dua jenis organisasi internasional yang paling menarik untuk dianalis lebih mendalam yaitu interstate organizations (organisasi antarnegara) dan intergovernmental

organizations (organisasi antarpemerintah).

Ahli hukum internasional mengatakan ada perbedaan yang fundamental antara organisasi yang berdasarkan perjanjian antarnegara dengan perjanjian antarpemerintah.

INTERSTATE

ORGANIZATIONS

INTERGOVERNMENTAL

ORGANIZATIONS

Dilihat dari perwakilan anggota : diwakilkan oleh kepala-kepala negara

(head of state)

diwakilkan oleh wakil-wakil pemerintahnya (departemen atau lembaga tertentu).

Dilihat dari Treaty (perjanjian) : Yang termasuk dalam perjanjian

antarnegara yang dibentuk berdasarkan interstate treaty adalah “seluruh institusi dari negara: administratif, eksekutif dan yudikatif.

(14)

HIRARKI DERAJAT KEKUATAN HUKUM PEMBENTUKAN SUATU ORGANISASI INTERNASIONAL

1. TREATY

CHARTER

2. AGREEMENT

3. DECLARATION

(15)

BAB IX

POWER POLITICS DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL

 Apakah Organisasi internasional yang dibentuk oleh para pembentuknya

akan selalu melakukan apa yang diinginkan oleh para pembentuknya?

 Sering terjadi kontradiksi (pertentangan) antara apa yang diinginkan oleh

anggotanya dengan apa yang dilakukan oleh organisasi internasional tersebut.

Contoh:

PBB  Sering menyelesaikan persoalan konflik dengan cara membentuk pasukan Peace Keeping Operations (PKO), namun pada operasionalnya PKO sering tidak berfungsi apa-apa karena keputusan akhir ada ditangan negara anggota yang memiliki power.

 Maka munculah persoalan power-politics dari organisasi internasional.

Hal-hal yang berkaitan dalam aktivitas Organisasi Internasional:

1. Rules (peraturan)

Organisasi internasional memiliki peraturan-peraturan yang mengelola

aktivitas para anggotanya dan hubungan dengan organisasi yang lain. 2. Objectives (tujuan)

Prilaku negara dalam organisasi internasional tidak bisa dipisahkan dari tujuan yang ingin dicapainya dan hal itu tercermin pada organisasi dimana negara tersebut menjadi anggotanya.

3. Structures (struktur)

(16)

 Mengapa Organisasi Internasional sering menjalankan perilaku yang

bertolak belakang dengan keinginan anggotanya?

Ada 2 (dua) konsep penting dalam melihat ini (baca: Organisasi

Internsional) :

1. OTORITAS (sama dengan POWER)

Adalah sesuatu yang lahir karena kesediaan negara-negara anggotanya untuk meligitimasi power yang dimiliki oleh organisasi  melakukan apa yang perlu dilakukan. Pada posisi ini kemudian kedaulatan negara sering diabaikan.

2. OTONOMI (sama dengan AUTHORITY)

organisasi internasional memiliki otonomi kerana adanya legalitas yg diberikan oleh anggotanya, sehingga bisa bertindak secara independen.

STABILITAS organisasi internasional sangat bergantung pada 4 (empat) faktor : 1. Kohesivitas dari organisasi internasional

2. Solideritas dari organisasi tersebut

3. Punya ”posisi” yang sama tentang persoalan-persoalan yang dihadapi. (Common sense dan konsensus)

4. Adanya ”Weakness/kelemahan” yg dimiliki oleh anggotanya,

(17)

BAB V

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP AKTIVITAS ORGANISASI

INTERNASIONAL

Untuk mengetahui tujuan dan kegiatan/aktivitas dari organisasi internasional biasanya dapat dilihat dari dasar pembentukannya. Kemudian organisasi juga

dipisah-pisahkan berdasarkan tujuan dan aktivitasnya tersebut:

1. Cooperation

Organisasi kelompok ini bertujuan dan beraktivitas seputar menciptakan dan meningkatkan lingkungan yang kooporatif.

2. Conflict

Kelompok ini beraktivitas seputar permasalahan konflik, terutama menjaga agar kerjasama tidak menjadi konflik.

3. Confrontation

Kelompok organisasi dengan aktivitas seputar upaya pencegahan konfrontasi.

Bidang aktivitas/kegiatan (operasional) organisasi

Untuk ini, pembagiannya sangat luas dan beragam, mencakup berbagai bidang atau aspek dalam kehidupan umat manusia, misalnya:

- Bidang Ekonomi

Contoh: KADIN Internasional (International Chamber of Commerce)

- Bidang Lingkungan Hidup

(18)

- Bidang Kesehatan

Contoh: WHO (World Health Organization) IDF (International Dental Federation) - Bidang Pertambangan

Contoh: ITO (International Timber Organization)

- Bidang Komoditi (Pertanian dan Industri)

Contoh: IWTO (International Wool Textile Organization) ICO (International Coffee Organization)

(19)

BAB VI

PENDIRIAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL

I. PENDIRIAN

Prasyarat berdirinya organisasi internasional adalah adanya keinginan yang sama yang jelas-jelas menguntungkan dan tidak melanggar kekuasaan dan kedaulatan negara anggota.

Menurut Thomas L.Karnes (1961), syarat-syarat mendirikan organisasi internasional antara lain:

1. Harus ada perwakilan resmi pemerintah. Karena negara yang menerapkan sistem pemilihan umum secara demokratis tidak mungkin mentransfer kekuasaannya secara terpisah dari garis diktatorianisme/kepemerintahan. Apalagi tidak banyak pemerintahan yang akan menerima terjadinya komunikasi secara langsung antara organisasi internasional dengan warga negaranya.

2. Konsentrasi negara harus pada upaya mengembangkan struktur pemerintahan. Karena jika tidak maka organisasi supranasional tidakmungkin dapat berfungsi bagi negara.

3. Nasionalisme tidak boleh menjadi ciri utama dari setiap negara partisipan.

(20)

Persyaratan pendirian organisasi internasional menurut KONVENSI WINA (atikel 2) 1969:

“an international agreement concluded between states in written form and governed by international law, whether embodied in a single instrument or in two or more related instruments, and whatever its particular designation”

Berdasarkan hal diatas, maka unsur-unsur pendirian organisasi internasional antara lain:

1. Dibuat oleh negara sebagai para pihak (contracting state)

2. Berdasarkan perjanjian tertulis dalam satu,dua atau lebih instrumen 3. Untuk tujuan tertentu

4. Dilengkapi dengan organ

5. Berdasarkan hukum internasional.

II. KEANGGOTAAN

Untuk mengetahui status partisipan (participants) suatu negara dalam organisasi internasional, H.G. Schermers (1974) terlebih dahulu mengupas tiga hal pokok sebagai berikut:

1. Subjek Keanggotaan

Posisi peserta atau subjek keanggotaan dalam organisasi internasional: 1) Negara;

2) Bagian dari negara (bagian wilayah atau bagian/perwakilan administratif pemerintah);

3) Kelompok negara;

(21)

Dilihat dari hak-hak yang diperoleh peserta, maka status anggota dapat dibedakan menjadi:

1) Full members (anggota penuh);

Berpartisipasi penuh dalam setiap kegiatan organisasi dan benyak

memiliki hak penuh.

2) Associate/affiliate members (anggota affiliasi);

berpartisipasi dalam kegiatan organisasi tetapi tidak memiliki hak memilih.

3) Partial members;

berpartisipasi hanya dalam kegiatan tertentu saja.

2. Mulai efektif menjadi anggota

Mengapa suatu negara menjadi anggota suatu organisasi ? 1) Berpartispasi dalam pembentukannya

2) Mendaftarkan diri sebagai anggota

3. Berakhirnya keanggotaan

Pengakhiran keanggotaan suatu organisasi internasional yaitu sebagai berikut:

1) Penarikan oleh anggota dapat berupa ketentuan konstitusi, atau tanpa ketentuan konstitusi.

2) Pengeluaran dengan paksa (expulsion from the organization); yang

dapat diartikan pembekuan atau penundaan, hal ini juga kaitannya erat dengan pengenaan saksiserta ketentuan defensif organisasi dari anggota yang tidak tunduk atau membahayakan organisasi.

(22)

Organisasi internasional membubaekan diri karena dua hal yaitu penutupan dan penggantian. Dengan kata lain, berakhirnya suatu organisasi internasional dapat

terjadi karena dua hal, yaitu:

Karena tugasnya sudah selesai atau terpenuhi

Karena organisasi lain telah mengambil alih fungsi

a. Metode Pembubaran

Pembubaran sebuah organisasi internasional dapat dirumuskan dalam ketentuan atau anggaran dasar pendiriannya. Pada umumnya dapat dilihat dari kondisi berikut ini:

1) Ketentuan konstitusi

2) Ketentuan dalam traktat lain

3) Ketentuan rapat atau kongres umum (Act of General Congress)

4) Perjanjian dengan organisasi internasional lainnya 5) Ketidakaktifan (Disuse)

6) Amandemen konstitusi

7) Perubahan Keadaan (Changed Circumstances) 8) Conclusion

b. Konsekuensi Pembubaran

Sebagai entitas yang memiliki personalitas internasional, permasalahan yang timbul dari pembubaran suatu organisasi internasional adalah menyangkut konsekuensi terhadap fungsi dan peraturan yang dibuat oleh organisasi internasional.

Fungsi Organisasi

(23)

pengambilalihan, fungsi organisasi sudah berkurang dan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Peraturan Organisasi

Peraturan organisasi internasional tertentu dinyatakan tidak berlaku apabila organisasi yang bersangkutan bubar. Hal-hal lainya masih dimungkinkan diambil alih oleh organisasi pengganti. Biasanya norma yang telah dikeluarkan oleh organisasi yang telah bubar tidak mengikat anggota yang baru sepanjang anggota negara tersebut tidak terlibat atau berpartisipasi dalam organisasi yang telah dibubarkan. Bentuk-bentuk norma hukum yang dihasilkan, yaitu sebagai berikut:

1) Rekomendasi dan deklarasi 2) Konvensi

3) Peraturan internal

4) Regulasi yang bersifat umum 5) Keputusan yang mengikat

(24)

BAB VII

KEPRIBADIAN HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL (International Personality of International Organization)

Suatu organisasi internasional yang dibentuk melalui suatu perjanjian dengan bentuk-bentuk instrumen pokok apapun namanya akan mempunyai suatu kepribadian hukum di dalam hukum internasional. Kepribadian hukum ini mutlak penting guna memungkinkan organisasi internasional itu dapat berfungsi dalam hubungan internasional.

Kepribadian hukum ini menjadi signifikan bagi organisasi internasional dalam hal:

Memungkinkan organisasi internasional tersebut menjalankan fungsi hukumnya, seperti membuat kontrak, membuat perjanjian, mengajukan tuntutan hukum, memiliki imunitas, dan hak-hak tertentu.

Organisasi Internasional membutuhkan kepribadian hukum ketika menjalin hubungan eksternal baik dengan negara anggota, negara tuan rumah, negara nonanggota, maupun dengan organisasi internasional lainnya.

PENDAPAT PARA PAKAR

1. Maryan Green

“Penganugerahan terhadap sebuah organisasi internasional dengan kepribadian hukum dalam bentuk hukum internasional publik tidak lain adalah mutlak demi tercapainya pokok dari tujuan organisasi tersebut dibentuk”.

2. Henry G. Schemers

(25)

internasional itu sendiri, kompeten untuk menyelenggarakan keputusan-keputusan yang menurut hukum internasional tradisional hanya bisa diselenggarakan oleh negara”.

“Penerimaan organisasi internasional sebagai pribadi internasional adalah penting terutamuntuk tujuan doktrinal. Doktrin tersebut menegaskan bahwa organisasi dan negara termasuk dalamkategori yang sama dari pribadi hukum yang bertindak di bawah hukum internasional. Doktrin juga menegaskan kapasitas dari organisasi internasional untuk melakukan tindakan-tindakan administrasi dalam urusan internasional”.

3. Ian Brownlie

Kriteria mengenai kepribadian internasional dalam organisasi internasional dapat dirumuskan sebagai berikut:

Merupakan suatu kumpulan negara yang bersifat tetap dengan tujuan yang sesuai atau tidak bertentangan dengan hukum, dilengkapi dengan

badan-badan.

Adanya perbedaan dalam kekuasaan hukum dan maksud serta tujuan dari organisasi internasional itu pada satu pihak dengan negara-negara anggotanya pada pihak lain.

Adanya suatu kekuasaan hukum yang dapat dilaksanakan organisasi internasional itu tidak saja dalam hubungannya dengan sistem hukum nasional dari satu atau lebih negara, tetapijuga dalam tingkat internasional.

4. Rama-Montaldo

“Organisasi internasional menikmati kepribadian internasional sebagai aknya, sebagai konsekuensi dasar dari pembentukannya menurut hukum internasional. Kepribadian yudisial organisasi internasional tersebut memungkinkan mereka

(26)

5. Sumaryo Suryokusumo

“walaupun kepribadian hukum suatu organisasi internasional dicantumkan dalam instrumen pokoknya sebagai subjek hukum internasional, organisasi tersebut tidak perlu akan kehilangan kepribadian hukum karena organisasi internasional

itu akan mempunyai kapasitas untuk melaksanakan prestasi hukum sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip hukum internasional”.

KETENTUAN KONVENSI INTERNASIONAL

Piagam PBB pasal 104 :

“The Organization shall enjoy in the territory of each members such legal capacity as may be necessary for the exercise of it’s fuction and the

fulfillment of its purposes”.

Berdasarkan pernyataan diatas terlihat jelas bahwa pasal tersebut tidak dengan tegas mengatur ketentuan tentang kepribadian hukum internasional dari PBB. Namun, kepribadian hukum PBB dipertegas dalam Juridical personality pada General Convention On The Privileges and the Immunities of The UN’s, Pasal 1 ayat (1), yaitu:

PBB memiliki kepribadian hukum, oleh karenanya PBB memiliki kapasitas:

1. mengadakan kontrak

2. memperoleh dan menghapuskan harta bergerak dan tidak bergerak

3. mengajukan perkara/berperkara di depan pengadilan

PEMBENTUKAN HUKUM OLEH ORGANISASI INTERNASIONAL

(27)

1. Sponsorship of treaty making (dukungan pembuatan traktat) 2. Forums for state practice (Forum untuk praktek negara):

Prescriptive resolutions

Channel for expert opinion

Decesion of organs with judicial fuctions

The practice of political organs

Power of legislation delegated to organizations

External practice of organization

Internal law making

METODE KONTROL ATAS PERATURAN ORGANISASI INTERNASIONAL

Dengan luas serta dominannya peran maupun pengaruh dari aturan-aturan yang dihasilkan oleh organisasi internasional, maka sudah barang tentu diperlukan kontrol atau pengawasan yang memadai sehingga tidak terjadi overlaping satu

sama lain. Pengawasan tersebut dapat berupa:

1. Tanggung jawab menurut hukum internasional 2. Kontrol politik secara internal

3. Kontrol politik secara eksternal 4. Kontrol judisial langsung

5. Hak untuk banding secara eksternal 6. Penafsiran menurut pendapat advisory 7. Peradilan administratif

HUBUNGAN EKSTERNAL ORGANISASI INTERNASIONAL

1. Hubungan dengan negara

hubungan dengan negara bukan anggota

hubungan dengan negara anggota

(28)

2. Hubungan dengan organisasi internasional lainnya

Inter governmental organization

Non governmental organization

3. Hubungan dengan individu

Alur Hubungan Eksternal Organisasi Internasional

ORGANISASI INTERNASIONAL

NEGARA

ORGANISASI INTERNASIONAL

LAINNYA

NEGARA TUAN RUMAH NEGARA ANGGOTA

NEGARA NON ANGGOTA

INTER GOVERNMENTAL

ORGANIZATION

NON GOVERNMENTAL

ORGANIZATION

(29)
(30)

BAB VIII

SANCTION (SANKSI) DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL

 SACTION dalam hubungan internasional terdapat di dua wilayah :

1. Multilateral 2. Unilateral

 SACTION bisa terjadi pada:

Developed state to the developing state (Multilateral & Unilateral)

Developed state to the developed state (Unilateral)

SACTION Vs COOPERATION

Sanksi tidak bisa lepas atau dipisahkan dari Kerjasama

Sanksi biasanya terjadi ketika kerjasama dan kesepakatan tidak berjalan dengan baik

Aktor-aktor yang terlibat dalam

pemberian Sanksi:

1. Primary Sender & Secondary Sender

2. Coalition of senders

3. International Organization

4.Target Countries

Dimana Peran

Organisasi

(31)

 DISPUTE SANCTION (sengketa Sanksi) :

Terjadi ketika penjatuhan Sanksi tidak dapat dilakukan.

 Konsep dalam Sengketa Sanksi:

1. Bargaining 2. Enforcement

Tawar menawar antara Primary Sender dan Target Countries; biasanya menghasilkan sampai dimana sanksi tersebut akan berhasil

Tawar menawar antara International Organization dengan Coalition of Sender; biasanya dalam rangka mengefektifkan sanksi yang dirasakan tidak efektif.

 Dengan demikian Bargaining kadang-kadang hasilnya tidak menguntungkan

sehingga kesepakatan yang ada tidak berjalan.

SANKSI juga dirasakan lebih efektif pada tingkat multilateral, karena ada kerjasama

(32)

ADAKAH KORELASI ANTARA KERJASAMA DENGAN KEBERHASILAN SANKSI?

Multilateral

Cooperation

SACTION

Korelasi antara kerjasama

dengan keberhasilan sanksi?

Cooperation

Bargaining

Enforcement

Phase

Sabotage by two (2) factors

3 Typology of

Explanation

Why does the extent of Multilateral Saction support have no appreciable effect on the outcome ?

SANCTIONS DISPUTE

Enforcement of Multilateral Cooperation

(33)

Primary &

Secondary Sender

Coalition of

Senders

Role of Int’l

Organization

TARGET

COUNTRIES

Multilateral

Cooperation

Kapan Kerjasama dianggap Kontra Produktif ?

1. Kerjasama gagal karena ada hubungannya dengan strategi tawar menawar yang ketat diantara negara yang menjatuhkan sanksi dengan dengan negara target sanksi.

2. Kerjasama gagal karena tawar menawar yang berhasil antara Primary sender dan Secondary sender yang tidak memungkinkan adanya kompromi dengan

negara target.

Antar Sender berhasil, tetapi ketika dijalankan pada Target Countries justru tidak tercapai kesepakatan antara Koalisi sender dengan Target Countries.

Berhubungan dengan kepentingan ekonomi,politik, dst.

(34)

Kapan dan Dimana Peran untuk Organisasi Internasional?

 PS to CS: Jika CS tidak merubah kebijakannya (ex: Hormati HAM) maka PS

akan menjatuhkan sanksi.

 CS: Silahkan jatuhkan sanksi.

 PS: Jika Unilateral ternyata tidak efektif, maka mulai mencari koalisi

(secondary sender).

 IO: Melakukan monitor sejak awal, pada saat koalisi gagal, maka OI

akan mulai bertindak.

Barometernya:

1. ada ketegangan/friksi anggota-angota koalisi 2. TC tidak mau bekerjasama dengan negara sender

3. OI bertanggung jawab terhadap masalah pelanggaran HAM (nilai-nilai universalitas).

3 CARA BAGI ORGANISASI INTERNASIONAL AGAR BERHASIL MENERAPKAN SANKSI :

1. OI bisa salurkan side payment kepada negara-negara yang mau agar kerjasama dapat terus dilakukan

2. OI melalui interaksi yang berulang dan rutin memberikan informasi kepada anggota koalisi dan situasi terakhir dari TC

(35)

BAB X

INTERNATIONAL REGIMES (REZIM INTERNASIONAL)

Pengertian dan Ruang Lingkup

STEPHEN KRASNER

Rezim internasional didefinisikan sebagai seperangkat norma-norma, peraturan-peraturan dan prosedur pembuatan keputusan baik yang eksplisit maupun Imlplisit dimana semua harapan para aktor berkumpul dalam hubungan internasional (1981).

 Definisi tersebut dipertegas dalam pertemuan internasional di Los Angeles,

pada oktober 1980.

 Rezim internasional dianggap memiliki kemampuan mengkoordinasikan prilaku negara .

 Rezim harus dipahami sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar ”perjanjian sementara” (temporary agreement) yang mengalami perubahan setiapkali terjadi perpindahan atau pergeseran dalam ”power” atau ”interest

4 (empat) hal yang mutlak ada dalam Rezim Internasional sekaligus menjadi cirinya:

1. PRINCIPLES

Yaitu kepercayaan atas Fact, Causation, dan rectitude. 2. NORMS

Adalah standar perilaku yang dituangkan dalam hak dan kewajiban 3. RULES

Adalah bentuk ketentuan dan larangan yang spesifik berkenaan dengan perilaku tadi.

(36)

Adalah praktek umum untuk membuat dan mengimplementasikan keputusan bersama (Collective Choices).

NORMA DALAM REZIM INTERNASIONAL

 Berdasarkan perilaku dalalm membuat prosedur pengambilan keputusan dan

perilu dalam merumuskan serta mengimplementasikan peraturan, ada dua bentuk norma:

1. Substantive Norms

Menyediakan standarisasi yang spesifik mengenai aturan prilaku 2. Procedural Norms

Memberikan panduan bagaimana negara harus merancang dan mempergunakan mekanisme pembuatan keputusan.

 Norma berdasarkan kekuatannya atau kelebihannya: negara selalu memilih

untuk mengikuti norma sesuai dengan kepentingan.

 Norma berdasarkan asal-usulnya dibagi berdasarkan:

1. Sovereignity Norms

Norma-norma yang lahir atau dibentuk oleh struktur dasar politik

internasional

2. Interdependence Norms

Norma yang muncul dari interdependensi negara dalam isu-isu tertentu yang meningkatkan kebutuhan negara berkolabolari dalam mengejar kesejahteraan.

REGIMES AGREEMENT

Agreement merupakan kesepakatan-kesepakatan adhoc , sebaliknya

(37)

SIFAT DAN JENIS REZIM INTERNASIONAL

Dilihat dari resiko/uncertainty dalam Rezim, maka ada beberapa tipe Rezim

internasional:

1. Control-oriented Regimes

Hampir seluruh rezim internasional memiliki sifat control-oriented

Masing-masing anggota mempertahankan tingkat pengawasan perilaku masing-masing untuk mengurangi ketidakpastian dan kecurangan dalam aktivitas yang tidak terkondisikan.

Tipe rezim ini memiliki dua bentuk regulasi: 1. Internal Regulation

Diperuntukan pada pengaturan pola dan prilku diantara anggota rezim

2. Environmental Regulation

Diperuntukan sebgai aturan bagi nggota berprilu diluar lingkungan rezim.

2. Mutual-Oriented Regimes

(38)

PEMBENTUKAN REZIM INTERNASIONAL

Basic causal

variables REGIMES

Related behavior &

Outcomes A (direct)

B

(indirect) B

Basic Causal Variabels:

 Basic Forces : - Egoistic self-interest

- Political power - norms & principles

 Supplementay: - Habit & Customs

(39)

BAB XI

ORGANISASI INTERNASIONAL DAN PENGARUHNYA DALAM POLITIK LUAR NEGERI

James N. Rosenau, membagi 2 (dua) variabel sumber-sumber Politik Luar Negeri:

1. Sumber-sumber internal a. Individual

b. Role

c. Gevernmental d. Societal

2. Sumber-sumber eksternal a. International system b. International Regimes

 Organisasi internasional tidak dapat dipisahkan dari sistem internasional, hal

ini dibuktikan oleh beberapa asumsi, antara lain:

o Sistem internasional sebaiknya berkarakter sebagai kompleks

interdependen (keohane & Nye: 1977) dan Organisasi adalah

bagian yang terintegral dalam sebuah sistem internasional yang berkarakteristik kompleks interdependence tersebut.

o Organisasi merupakan komponen dari rezim internasional

 Organisasi internasional adalah aktor internasional selain negara

 Ada hubungan saling ketergantungan antara organisasi dengan negara

ORGANISASI INTERNASIONAL DAN NEGARA

 Jika network dari interdependen semakin ketat, maka pengaruh OI pada

(40)

 Eksistensi dan Output Organisasi Internasional dapat membuat perubahan

dalam perilaku negara, tetapi pengaruh yang ditimbulkn beragam

berdasarkan dimensi yang berbeda.

 Organisasi dapat menjadi variabel pada sistem interdependen yang

kompleks, yang menimpa pemerintahan nasional (domestik) dalam kondisi:

o OI sebagai komponen dari rezim

o OI sebagai forum untuk interaksi antara negara-negara anggotanya o OI sebagai aktor internasional

ORGANISASI INTERNASIONAL DAN POLITIK LUAR NEGERI

Konkritisasi hubungan antara International Organization dan Foreign Policy :  Organisasi internasional merupakan salah satu instrumen politik luar negeri  Adanya influence yang timbal antara organisasi internasional dan politik luar

negeri. Hubungan saling mempengaruhi ini bergantung pada 7 Variabel: 1. Atribut-atribut nasional sebuah negara (misal: ukuran negara (size) dalam

geostrategi, ekonomi dsb.

2. Sifat-sifat politik dalam negeri sebuah negara, yaitu apakah cenderung terbuka atau tertutup.

3. Karakteristik dalam organisasi tertentu

4. Kegunaan Organisasi internasional sebagai sebuah instrumen bagi implementasi kebijakan domestik.

5. Perbedaan-perbedaan substantif diantara isu-isu wilayah

6. Kemampuan diplomasi, personaliti, dan kemampuan individual (wakil dari negara) untuk melayani sebagai wakil dalam organisasi internasional, anggota dari sekretariat organisasi internasional dan sebagai pembuat keputusan nasional.

(41)

Organisasi internasional dapat mempengaruhi foreign policy negara dalam aspek-aspek:

1. Agenda setting

2. foreign policy decesion making process 3. out put

4. behaviour

(42)

BAB XII

ORGANISASI NON PEMERINTAH (ORNOP) / NON GOVERNMENT ORGANIZATION (NGO)

Organisasi non-pemerintah dapat bersifat bersifat organisasi internasional yang disebut INGO (international non governmental organization) dan dapat juga hanya bersifat intra-nasional yang disebut NGO (non governmental organization). Perbedaannya hanya pada keanggotaan organisasi, mitra kerjasama serta ruang lingkup kegiatan organisasinya.

NGO dapat juga bersifat internasional (INGO) dengan ruang lingkup terbatas secara regional saja. Bentuk-bentuk organisasi internasional berdasarkan cakupannya secara internasional: Hanya, pada umumnya INGO bergerak di bidang-bidang khusus saja.

Kriteria persyaratan bagi organisasi internasional non-pemerintah (INGO), menurut “The Union of International Associtions”, adalah:

1. Tujuan organisasi harus sepenuhnya bersifat/berciri internasional, dengan menegaskan keterlibatan organisasi lebih daripada sekedar hubungan bilateral (antara dua negara), atau sekurang-kurangnya mencakup kegiatan organisasi pada 3 (tiga) negara.

(43)

3. Anggaran dasar organisasi harus mengandung ketentuan mengenai pemilihan/pergantian pimpinan dan pengurus secara berkala/periodik, dengan

tata cara pemilihan yang disusun sedemikian rupa menghindari pengisian jabatan-jabatan dan pengendalian organisasi hanya orang-orang dari satu

negara saja.

4. Pendanaan/pembiayaan pokok (substansial) bagi kegiatan organisasi harus berasal, atau mencakup sumbangan dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) negara.

Sejarah Perkembangan INGO

Bentuk INGO mulai dikenal pada tahun 1846. Yang tercatat sebagai INGO pertama, dalam berbagai literatur, adalah World’s Evangelical Alliance (Perhimpungan Penginjil Sedunia).

Kemudian menyusul terbentuknya beberapa INGO lainnya, sejak pertengahan abad ke XIX (sekitar tahun 1860). Berjalan seiring dengan berkembanganya kerjasama internasional dalam bentuk organisasi-organisasi internasional antarpemerintah (IGO).

Setelah PD I dan PD II maka banyak INGO terbentuk, seperti juga halnya IGO yang makin digandrungi pada masa itu. Untuk bentuk kerjasama IGO, perkembangan pesat terjadi antara tahun 1921 sampai tahun 1930, dan antara tahun 1941 sampai 1960.

Pertikaian antarnegara dan juga perdebatan ideologi dan kepentingan, ternyata cukup berperan dalam menghambat keberhasilan yang ingin dicapai melalui

INGO-INGO. Dan tidak dapat dipungkiri sepenuhnya bahwa INGO memang telah berusaha berbuat banyak dan cukup bermanfaat dalam menanggulangi berbagai masalah umat manusia serta lingkungan hidup. Namun, perkembangan serta usaha INGO itu bergerak lamban dan kurang terarah.

Beberapa assesment mengenai NGO

 NGO sering dianggap sebagai tantangan bagi statehood (kedaulatan negara), hal ini

(44)

o NGO sering sekali berseberangan/menentang dengan policy yang

dikeluarkan pemerintah.

o NGO dapat menjadi ”Shaping Factor (Faktor penentu/pembentuk) dan

sekaligus dapat menjadi ”shaping actor” (aktor penentu) dari proses atau pembuatan pengambilan public policy.

o Meskipun dalam banyak kebijakan pemerintah selalu berseberangan

namun dalam banyak hal lain, kehadiran NGO sangat menguntungkan.

 Meskipun NGO dapat menyentuh wilayah transnasional social movement,

namun NGO diasumsikan tidak dapat menghentikan proses globalisasi, akan tetapi paling tidak NGO mampu merubah perdebatan mengenai globalisasi itu sendriri.

 NGO berdasarkan sifatnya dapat diklasifikasikan:

o NGO RADICAL

Biasanya memposisikan dirinya sebagai kritikus pemerintah dan lebih sulit diajak kerjasama.

o NGO MODERAT

(45)

BAB XIV

DOKTRIN KEDAULATAN NEGARA DALAM PELAKSANAAN KERJASAMA INTERNASIONAL

Adanya perubahan doktrin kedaulatan dari asas ketertiban dalam negeri seperti dianut oleh Jean Bodin dan para pengikutnya, menjadi suatu asas dalam sistem hukum internasional. Kedaulatan yang menurut Jean Bodin di pandang sebagai suatu pengertian yuridis formal telah mengakibatkan dipandangnya kedaulatan itu sebagai kekuasaan mutlak dan berada diatas hukum.

Doktrin kedaulatan dari Jean Bodin itu bukan saja mengandung suatu sangkalan terhadap kemungkinan negara-negara tunduk dan taat terhadap suatu macam hukum, akan tetapi juga telah menimbulkan suatu persoalan yang sulit dalam hukum internasional. Ahli hukum internasional telah mencoba menghindari kesulitan ini dengan cara memberikan perbatasan-perbatasan tertentu terhadap arti, fungsi dan hakikat kedaulatan dalam hubungan antarnegara.

Pengertian dan Batasan Kedaulatan negara

1. Kedaulatan dalam arti Ilmu Kenegaraan

Kata kedaulatan adalah terjemahan dari kata ”sovereignty” (bahasa Inggris) atau ”Souverinete” (bahasa Perancis) atau ”Sovranus” (bahasa Italia). Jean Bodin menganggap kedaulatan sebagai atribut negara, sebagai ciri khusus dari negara. Bagi Bodin kedaulatan adalah merupakan hal yang pokok dari setiap kesatuan politik yang disebut negara. Bodin mengatakan bahwa istilah kedaulatan itu mengandung satu-satunya kekuasaan sebagai:

Asli, artinya tidak diturunkan dari suatu kekuasaan lain.

Tertinggi, tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi yang dapat membatasi kekuasaannya.

Bersifat abadi atau kekal.

(46)

Tidak dapat dipindahkan atau diserahkan kepada badan lain.

Hukum internasional ditempatkan sebagai segolongan dengan the law of honour atau hanya sebagai rules of positive morality. Isi pengertian kedaulatan mengalami perubahan-perubahan dan kini pengertian kedaulatan sering diperdebatkan

Isi pengertian kedaulatan di dalam perkembangannya telah mengalami perubahan-perubahan dan kini pengertian kedaulatan sering diperdebatkan orang. Dalam kepustakaan hukum internasional bahwa disebut negara yang berdaulat adalah negara yang mampu dan berhak mengurus kepentingan-kepentingan dalam negeri maupun luar engeri dengan tidak tergantung dari suatu negara lain.

Jean Bodin menyelidiki kedaulatan ini dari aspek internnya, yaitu kedaulatan sebagai kekuasaan negara dalam batas-batas lingkungan wilayahnya. Internal sovereignty ini adalah kekuasaan tertinggi dari negara eksternnya yaitu kedaulatan dalam hubungannya dengan negara-negara lain.

Kedaulatan ekstern ini lebih umum dikenal dengan kemerdekaan atau persamaan derajat.

2. Hakikat dan Fungsi Kedaulatan dalam Hukum Internasional

(47)

Dari sudut praktik, maka perbedaan kedaulatan negara terletak pada derajatnya yang berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya.

Kewajiban-kewajiban yang dapat mengikat negara yang bebas dan berdaulat misalnya:

Kewajiban untuk tidak menjalankan kedaulatannya pada teritorial negara lain.

Kewajiban untuk tidak memperkenankan warga negaranya melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar kebebasan atau supremasi wilayah negara lain.

Kewajiban untuk tidak ikut campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain.

Perkembangan Arti Kedaulatan Negara dalam Praktik Internasional

1. Pengertian Sovereign Immunity

Pada permulaan perkembangan adanya suatu imunitas negara telah diterima, bahwa suatu negara secara mutlak tidak dapat digugat di hadapan forum hakim negara lain. Praktik demikian didasarkan atas suatu teori absolute immunity (Imunitas yang mutlak). Perkembangan praktik negara-negara (yurisprudensi pengadilan) membuktikan bahwa teori imunitas absolut ini sudah tidak dipertahankan lagi secara ketat.

Perlindungan suatu negara dalam bentuk imunitas kedaulatannya hanya diberikan apabila negara bersangkutan telah bertindak dalam kualitasnya sebagai negara (sebagai suatu kesatuan politis).

(48)

2. Act of State Doctrine sebagai Secondary Immunity

Dalam Act os state doctrine ini dikemukakan persoalan mengenai apakah tindakan atau perbuatan dari suatu negara yang berdaulatan dapat diuji oleh hakim negara lain. Dengan lain perkataan apakah hakim yang mengadili suatu perkara dapat menguji keabsahan daripada perbuatan yang didasarkan atas suatu peraturan hukum nasional negara yang diadili.

Menurut doktrin klasik dari act of state ini maka tindakan suatu pemerintah yang sah, tidak dapat diuji oleh hakim tersebut. Satu negara yang berkedaulatan harus menghormati kemerdekaan negara yang berdaulat lainnya. Pengadilan-pengadilan suatu negara tidak dapat menjadi hakim untuk mengadili perbuatan pemerintah lain yang telah dilakukan didalam wilayah negaranya sendiri. Cara untuk memperoleh perbaikan atas perbuatan-perbuatan bersangkutan harus disalurkan melalui kekuasaan negara itu sendiri.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

1. Drs. Teuku May Rudi, SH., MA., MIR., “Administrasi dan Organisasi Internasional”, Bandung: PT. Refika Aditama, 1998.

2. Ade maman Suherman, SH, M.Sc, “Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi”, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2003.

3. Werner J. Feld, Robert S. Jordan, dan Leon Hurwitz, “International Organizations: A Comparative Approach”, New York: Preager publisher, 1983.

4. Robert O. Keohane, “International Institutions and State Power: Essays in International Relations Theory”, Colorado: Westview Press, 1989. 5. Dr. Moer Bauna, “Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi

dalam Era Dinamika Global”, Bandung: Penerbit Alumni, 2001

6. Stephen D. Krasner,“International regimes”, London: Cornell University Press, 1993.

7. Gibson, Ivancevich dan Donelly, “Organisasi: Prilaku, struktur dan

Referensi

Dokumen terkait

Hukum Perdata Internasional, adalah hukum internasional yang mengatur hubungan hukum antara warga negara di suatu negara dengan warga negara dari negara lain (hukum

Dengan demikian, walaupun personalitas hukum bagi sesuatu organisasi internasional itu tidak dicantumkan dalam instrumen pokoknya, sebagai subjek hukum internasional,

Perjanjian Internasional adalah sebuah perjanjian yang dibuat di bawah hukum internasional oleh beberapa pihak yang berupa Negara atau organisasi

Pengertian organisasi internasional yang lain adalah suatu pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari pada struktur organisasi

Pembuatan dan pengesahan perjanjian internasional antara Indonesia dan negara-negara lain, organisasi internasional, dan subjek hukum internasional lain adalah suatu

“Bagaimana kedudukan negara dalam keanggotaan suatu Organisasi Internasional ?” “Bagaimana pengaturan mengenai pengunduran diri negara anggota dari Organisasi Internasional ?”

Kepentingan nasional apabila dirugikan oleh adanya suatu perjanjian internasional, memberikan hak bagi negara untuk melakukan upaya-upaya yang diperbolehkan dalam hukum

Tidak seperti perjanjian internasional pada umumnya, anggaran dasar suatu organisasi internasional tidak hanya mengatur masalah hak dan kewajiban negara pihak, tetapi yang