HUBUNGAN INTERNASIONAL
dan
1.
Pengertian
Hubungan
Internasional
Secara umum, hubungan internasional adalah kerjasama
antar negara, yaitu unit politik yang didefinisikan secara global
untuk menyelesaikan berbagai masalah. Menurut UU No. 37
Tahun 1999, hubungan internasional adalah kegiatan yang
menyangkut aspek regional dan internasional yang dilakukan
oleh pemerintah di tingkat pusat dan internasional yang
dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, lembaga negara,
badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat, LSM
atau Warga Negara.
Pengertian Hubungan Internasional Menurut Para Ahli
Berikut adalah beberapa pengertian hubungan internasional menurut para ahli:
J.C. Johari: Hubungan internasional merupakan sebuah studi
tentang interaksi yang berlangsung diantara negara-negara berdaulat disamping itu juga studi tentang pelaku-pelaku non negara (non states actors) yang perilakunya memiliki dampak terhadap tugas-tugas negara.
Mohtar Mas’oed: Hubungan internasional adalah hubungan yang
melibatkan bangsa-bangsa yang masing-masing berdaulat sehingga diperlukan mekanisme yang kompleks dan melibatkan
A. Hubungan Internasional
1. Pengertian Hubungan Internasional
Tygve Nathlessen: Hubungan internasional adalah bagian dari
ilmu politik, oleh karena itu komponen hubungan internasional sendiri tak lepas dari politik internasional, organisasi dan administrasi internasional serta hukum internasional.
Warsito Sunaryo:Hubungan internasional merupakan studi
tentang interaksi antara jenis kesatuan-kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan relevan yang mengelilingi interaksi.
Salah satu faktor penyebab terjadinya hubungan internasional
adalah kekayaan alam dan perkembangan industri yang tidak merata. Hal tersebut mendorong kerjasama antar negara dan antar individu yang tunduk pada hukum yang dianut negaranya masing-masing. Hubungan Internasional merupakan hubungan antarnegara atau antar individu dari negara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut baik dalam hubungan politis, budaya, ekonomi ataupun hankam.
Kerjasama ini tidak hanya diperlukan oleh bangsa atau
negara yang berkembang. Akan tetapi, juga negara-negara besar dan maju. Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain dilandasi oleh persamaan derajat dan didasarkan pada kemajuan serta persetujuan dari beberapa atau semua negara.
A. Hubungan Internasional
Di era globalisasi ini, sebagian besar Negara di dunia
mengadakan kerja sama internasional. Kerja sama internasional
ini dapat terwujud melalui perjanjian internasional. Hal ini
dikarenakan perjanjian internasional merupakan sarana dalam
mewujudkan kerja sama internasional.
B. Perjanjian Internasional
Berikut perjanjian internasional menurut beberapa sumber:
Dr. B. Schwar Berger
Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antara subjek-subjek hukum internasional yang menimbulkan kewajiban-kebajiban yang mengikat dalam hukum internasional, dapat berbentuk bilateral ataupun multilateral. Yang dapat mengadakan perjanjian adalah subjek-subjek hukum internasioal seperti Negara, organisasi internasional, tahta suci, palang merah internasional.
Mochtar Kusumaatmadja
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu.
Oppenheim
Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antarnegara yang
B. Perjanjian Internasional
Beor Mauna
Perjanjian internasional adalah semua perjanjian yang di buat antara subjek-subjek aktif hukum internasional dan yang diatur hukum internasional serta berisi ikatan-ikatan yang mempunyai akibat hukum.
Konvensi Wina
Perjanjian internasional adalah suatu perjanjian yang dibuat di antara Negara-negara secara tertulis dan diatur oleh hukum internasional, apakah dirumuskan dalam satu atau lebih instrumen yang berkaitan dan apa saja nama yang dipakai untuk itu.
Menurut UU No. 24 Tahun 2000
Menurut UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, perjanjian internasional adalah setiap perjanjian di bidang hukum publik, diatur oleh hukum internasional dan dibuat oleh pemerintah dengan Negara, organisasi
internasional, atau subjek hukum internasional.
B. Perjanjian Internasional
a. Menurut Mochtar Kusumaatmaja:
i.
Perjanjian internasional yang dibentuk melalui 3 tahap yaitu,
perundingan, penandatanganan, dan pengesahan atau
ratifikasi. Cara ini dipakai apabila materi atau yang
diperjanjikan sangat penting maka perlu persetujuan DPR.
ii.
Perjanjian internasional dibentuk melalui 2 tahap yaitu,
perundingan dan penandatanganan. Cara ini dipakai untuk
perjanjian yang tidak begitu penting, penyelesaian cepat,
dan berjangka waktu singkat.
B. Perjanjian Internasional
b. Menurut Hukum Positif Indonesia, pasal 11 ayat 1 UUD 1945
disebutkan bahwa presiden dengan persetujuan DPR
membuat perjanjian dengan Negara lain. Dalam UU No. 24
tahun 2000 ditegaskan bahwa pembuatan perjanjian
internasional
dilakukan
melalui
tahap:
penjajakan,
perundingan,
perumusan
naskah,
penerimaan
dan
penandatanganan.
B. Perjanjian Internasional
c. Menurut konvensi Wina tahun 1969, tahap-tahap dalam perjanjian internasional adalah sebagai berikut :
i. Perundingan (Negotiation)
merupakan salah satu langkah pertama atau tahap awal dalam melakukan bentuk perjanjian internasional. Perundingan dilakukan oleh pihak-pihak atau negara-negara yang bersangkutan dan biasanya dilakukan beberapa kali. Dalam melaksanakan negosiasi, suatu negara yang dapat diwakili oleh pejabat yang dapat menunjukkan surat kuasa penuh (full powers). Selain mereka, hal ini juga dapat dilakukan oleh kepala negara, kepala pemerintahan, menteri luar negeri atau duta besar. Pembicaraan pada tahap ini menyangkut beberapa masalah, seperti masalah politik, keamanan, pertahanan, penyelesaian pertikaian, ekonomi, dan sosial budaya.
B. Perjanjian Internasional
ii. Penandatanganan (Signature)
Lazimnya tahap ini dilakukan oleh menteri luar negeri (Menlu) atau kepala pemerintahan. Untuk perundingan yang bersifat multilateral, penandatanganan teks perjanjian sudah dianggap sah jika 2/3 suara peserta yang hadir memberikan suara, kecuali jika ditentukan lain. Namun demikian, perjanjian belum dapat diberlakukan oleh masing-masing negaranya.
iii. Pengesahan (Retification).
Suatu negara mengikat diri pada suatu perjanjian dengan syarat apabila telah disahkan oleh badan yang berwenang di negaranya. Penandatanganan atas perjanjian hanya bersifat sementara dan masih harus dikuatkan dengan pengesahan atau penguatan. Ini dinamakan ratifikasi.
B. Perjanjian Internasional
Ratifikasi perjanjian internasional dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Ratifikasi oleh badan eksekutif. Sistem ini biasa dilakukan oleh raja-raja absolut dan pemerintahan otoriter.
b. Ratifikasi oleh badan legislatif. Sistem ini jarang digunakan.
c. Ratifikasi campuran (DPR dan Pemerintah). Sistem ini paling banyak digunakan karena peranan legislatif dan eksekutif sama-sama menentukan dalam proses ratifikasi suatu perjanjian.
B. Perjanjian Internasional
Konvensi Wina (tahun 1969) pasal 24 menyebutkan bahwa mulai
berlakunya sebuah Perjanjian Internasional adalah sebagai berikut:
a. Pada saat sesuai dengan yang ditentukan dalam naskah perjanjian tersebut.
b. Pada saat peserta perjanjian mengikat diri pada perjanjian itu bila dalam naskah tidak disebut saat berlakunya.
Persetujuan untuk mengikat diri tersebut dapat diberikan dengan berbagai cara, tergantung pada persetujuan mereka. Misalnya, dengan penandatanganan, ratifikasi, pernyataan turut serta (accesion), ataupun pernyataan menerima (acceptence) dan dapat juga dengan cara pertukaran naskah yang sudah ditandatangani.
B. Perjanjian Internasional
a.
Perjanjian internasional menurut jumlah pesertanya :
•
Bilateral (diikuti oleh dua Negara, cth perjanjian RI dengan
RCC mengenai Dwikewarganegaraan tahun 1954)
•
Multilateral (diikuti oleh banyak Negara, cth Konvensi
Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang)
b.
Perjanjian internasional menurut objek/isinya:
•
Politis
(pakta
pertahanan,
paktanonagresi,
pakta
perdamaian dsb.)
•
Ekonomi (ekonomi, perdagangan, dan keuangan)
•
Hukum ( kewarganegaraan, ekstradisi, dsb.)
B. Perjanjian Internasional
c. Perjanjian internasional menurut subjek yang mengadakan perjanjian :
• Perjanjian antarnegara
dilakukan oleh banyak negara yang merupaka subjek hukumnya
• Perjanjian antarnegara dengan subjek hukum internasional
seperti perjanjian antara organisasi internasional Tahta Suci dengan organisasi Uni Eropa.
• Perjanjian antarsubjek hukum yang satu dengan subjek hukum internasional lain.
seperti antara suatu organisani internasional dengan organisasi internasional lainnya.
B. Perjanjian Internasional
d. Perjanjian internasional menurut strukturnya dibedakan sebagai berikut.
• Law Making: Mengandung kaidah hukum yang berlaku bagi semua
bangsa di dunia. Contoh Konvensi Hukum Laut tahun 1958
• Treaty Contract: Perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban
hanya bagi Negara yang mengadakan perjanjian saja. Contoh: Indonesia-Malaysia, Indonesia-Cina, dll
e. Perjanjian internasional menurut cara berlakunya:
• Self-Executing (berlaku dengan sendirinya) yaitu perjanjian yang
langsung dapat berlaku setelah diratifikasi oleh Negara peserta.
• Non Self-Executing, jika berlakunya perjanjian tersebut harus
B. Perjanjian Internasional
f.
Perjanjian internasional menurut instrumennya:
•
Perjanjian tertulis: perjanjian yag dituang dalam bentuk
formal secara tertulis, seperti
treaty
.
•
Perjanjian lisan: diekspresikan melalui
instrument-instrument tida tertulis, seperti Perjanjian Internasional
Lisan dengan yang diperjanjikan adalah hal-hal yang
disepakati secara lisan.
B. Perjanjian Internasional
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur
aktivitas entitas berskala internasional. Pada awalnya, Hukum
Internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan
antarnegara namun dalam perkembangan pola hubungan
internasional yang semakin kompleks pengertian ini
kemudian meluas sehingga hukum internasional juga
mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan
pada batas tertentu, perusahaan multinasional dan individu
C. Hukum Internasional
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa, hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara. Hukum
bangsa-bangsa dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan
dan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara
raja-raja zaman dahulu. Hukum antarbangsa atau hukum
antarnegara menunjukkan pada kompleks kaedah dan asas
yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
bangsa-bangsa atau negara.
C. Hukum Internasional
Sebagai bagian dari hubungan internasional, dalam pelaksanaan hokum internasional dikenal beberapa asas atau prinsip hokum antara lain.
i. Asas Teritorial
ii. Asas Kebangsaan
iii. Asas Kepentingan Umum
iv. Pacta Sunt Servanda
v. Equality Right
vi. Reciprositas
vii. Courtesy
C. Hukum Internasional
i. Asas Teritorial
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya, sehingga negara berhak melaksanakan peraturan atau hukum bagi semua orang dan barang di wilayah negara tersebut
ii. Asas Kebangsaan
Asas ini didasarkan kekuasaan negara atas warga negaranya sehingga setiap warga negara dimanapun berada tetap mendapat perlakuan hokum dari negaranya.
iii. Asas Kepentingan Umum
Asas ini didasarkan kewenangan negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam kehidupan masyarakatnya. Dalam hal ini negara dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan
C. Hukum Internasional
iv.
Pacta sunt servanda, adalah setiap perjanjian yang telah
dibuat harus ditaati oleh pihak-pihak yang mengadakan
pejanjian
v.
Egality rights, adalah pihak yang saling mengadakan
hubungan itu berkedaulatan sama.
vi.
Reciprositas, adalah tindakan suatu negara terhadap negara
lain dapat dibahas seimbang,baik tindakan yang bersifat
negatife maupun positif.
vii.
Courtesy, adalah asas saling menghormati dan saling
menjaga kehormatan Negara
viii.
Rebus sig stantibus, adalah asas yang dapat digunakan
C. Hukum Internasional
Berikut beberapa subjek hukum internasional: 1. Negara
Negara merupakan subjek utama dala hukum internasional, yaitu bahwa negara menjadi pelaku penting dalam hubungan
internasional.
2. Organisasi Internasional
Merupakan subjek hukum internasional karena dapat melakukan hubungan dengan organisasi atau negara lain. Organisasi
internasional misalnya organisasi-organisasi antar pemerintah atau IGO (Inter-Governmental Organizations) diantaranya PBB, OPEC, dll. Organisasi non pemerintah atau NGO (Non
C. Hukum Internasional
3. Pihak yang Bersengketa
Pihak yang bersengketa dalam suatu negara disebut sebagai subjek hukum internasional karena dianggap mewakili pihak dalam hubungan internasional. Misalnya adalah gerakan pembebasan seperti PLO.
4. Perusahaan Internasional
Perusahaan yang bersifat transnasional atau multinasional diperhitungkan sebagai aktor hubungan internasional yang cukup strategis karena aset atau kekayaannya yang sangat besar. Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki jaringan usaha di seluruh dunia seperti ini, dapat melakukan hubungan
C. Hukum Internasional
5. TahtaSuci
Pengakuan Tahta Suci di Roma, Italia sebagai subjek hukum internasional karena warisan sejarah. Hal ini disebabkan karena Paus dianggap sebagai kepala negara Vatikan dan kepala Gereja Roma Katolik. Vatikan juga memiliki perwakilan-perwakilan diplomatik di negara lain.
6. Individu
Individu yang dapat menjadi subjek hukum Internasional adalah individu yang bisa mengadakan hubungan dengan suatu negara. Meskipun eksistensi individu sebagai aktor masih belum tegas mewakili misi siapa, namun harus diakui bahwa dalam hubungan
C. Hukum Internasional
Dalam
rangka
membina
hubungan
internasional diperlukan adanya taktik dan
prosedur tertentu agar kepentingan nasional
suatu Negara dapat diperjuangkan dalam
hubungan dengan Negara lain, inilah yang
disebut dengan diplomasi. Sedangkan
diplomasi dalam arti luas, meliputi seluruh
kegiatan politik luar negeri masing-masing
negara. Perwakilan RI di luar negeri
merupakan aparatur negara yang mewakili
kepentingan negara RI di negara penerima.
Perwakilan RI di luar negeri dapat berbentuk
Perwakilan Diplomatik dan Perwakilan
Konsuler. Badan-badan perwakilan pada
umumnya selalu melakukan diplomasi
melalui berbagai perundingan untuk
C. Hukum Internasional
Oleh karena itu seorang Diplomat harus memiliki
kemampuan
berbicara
sehingga.
dapat
mtmpengaruhi orang lain, pengetahuan dan
wawasan
yang
luas.
Menurut
Oppenheim,
perwakilan
diplomatik
memperjuangkan
kepentingan
nasional
pada
tingkat
pusat,
mengutamakan
tugas-tugas
representasi
dan
negosiasi. Jadi perwakilan diplomatik lebih menjurus
ke segi politik.
C. Hukum Internasional
Bagi Indonesia, sesuai dengan Keputusan Presi den Republik
Indonesia Nomor 51 tahun 1976, tugas pokok Perwakilan
Diplomatik adalah:
a.
Mewakili
Negara
Republik
Indonesia
dalam
melaksanakan
hubungan
diplomatik
dengan
negara
penerima atau organisasi internasional.
b. Melindungi kepentigan negara dan warga negara
Republik Indonesia dengan penerima sesuai dengan
kebijaksanaan pemerintahan yang ditetapkan dengan
berdasarkan perundangan - undangan yang berlaku.
C. Hukum Internasional
Fungsi perwakilan diplomatik menurut Konvensi Wina 1961 adalah
mewakili negara pengirim di negara penerima untuk hal-hal berikut:
1) Melindungi segala kepentingan negara pengirim dan warga
negaranya di negara penerima dalam batas-batas yang diizinkan oleh hukum internasional.
2) Mengadakan persetujuan dengan pemerintah negara penerima
3) Memberikan keterangan tentang kondisi dan perkembangan negara
penerima dengan cara yang diizinkan undang-undang dan melaporkan kepada pemerintah negara pengirim.
4) Memelihara hubungan persahabatan antara negara pengirim dan
negara penerima dan mengembangkan hubungan ekonomi, kebudayaah, dan ilmu pengetahuan.
D. Perwakilan Diplomatik & Perwakilan
Konsuler
1) Melaksanakan usaha peningkatan hubungan dengan negara
penerima di bidang perekonotnian, perdagangan, perhubungan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan.
2) Melindungi kepentingan nasional negara dan warga negara
yang berada dalam wilayah kerjanya.
3) Melaksanakan pengamatan, penilaian, dan pelaporan.
4) Menyelenggarakan bimbingan dan pengawasan'terhadap warga
negara di wilayah kerjanya.
5) Menyelenggarakan urusan pengamanan, penerangan, konsuler
protokol dan komunikasi.
6) Melaksanakan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan,
D. Perwakilan Diplomatik & Perwakilan
Konsuler
Perwakilan Diplomatik suatu negara dipimpin oleh seorang
diplomat. Jabatan Kepala Perwakilan Diplomatik yang
tertinggi ialah Duta Besar (Ambassador). Ambassador
mewakili negara dalam mengurusi kepentingan publik yang
disebut dalam kualitas sebagai negara.
Berdasarkan keputusan Konggres di Wina, 1961 disepakati
adanya tiga tingkat Kepala Perwakilan Diplomatik, yaitu:
a. Duta Besar (Ambassador)
b. Duta Berkuasa Penuh (Minister Plenipotentiary)
c. Kuasa Usaha (Charge d'affaires).
D. Perwakilan Diplomatik & Perwakilan
Konsuler
Dalam arti non politis, hubungan RI dengan negara lain diwakili
oleh korps konsuler. Menurut Konvensi Wina tahun 1963, tata
urutan kepangkatan perwakilan konsuler adalah sebagai berikut:
a. Konsul Jenderal, membawahi beberapa konsul yang
ditempatkan di ibu kota negara tempat is bertugas.
b. Konsul dan Wakil Konsul, mengepalai satu kekonsulan yang
kadang-kadang diperbantukan kepada konsul jenderal. Wald' konsul diperbantukan kepada konsul atau konsul jenderal yang kadang diserahi pimpinan kantor konsuler.
c. Agen Konsul, diangkat oleh konsul jenderal dengan tugas untuk
mengurus hal-hal yang bersifat terbatas dan berhubungan dengan
D. Perwakilan Diplomatik & Perwakilan
Konsuler
1) Hak Immunitas
Hak immunitas adalah hak yang menyangkut diri pribadi
seorang diplomat serta gedung perwakilannya. Dengan hak
ini, para diplomat mendapat hak istimewa atas keselamatan
diri pribadi dan harta bendanya. Mereka juga tidak tunduk
kepada yuridiksi di dalam negara tempat mereka bertugas,
baik dalam perkara perdata maupun pidana.
D. Perwakilan Diplomatik & Perwakilan
Konsuler
2. Hak Ekstrateritorial
Hak Ekstrateritorial adalah hak kebebasan diplomat terhadap
daerah perwakilan, termasuk halaman bangunan serta
perlengkapannya
seperti: bendera, lambang negara,
dokumen, dan surat-surat lainnya yang bebas sensor.
D. Perwakilan Diplomatik & Perwakilan
Konsuler
Sumber: