• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Internasional hubungan internasional (1) hubungan internasional (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Internasional hubungan internasional (1) hubungan internasional (1) "

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN INTERNASIONAL

dan

(2)

1.

Pengertian

Hubungan

Internasional

Secara umum, hubungan internasional adalah kerjasama

antar negara, yaitu unit politik yang didefinisikan secara global

untuk menyelesaikan berbagai masalah. Menurut UU No. 37

Tahun 1999, hubungan internasional adalah kegiatan yang

menyangkut aspek regional dan internasional yang dilakukan

oleh pemerintah di tingkat pusat dan internasional yang

dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, lembaga negara,

badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat, LSM

atau Warga Negara.

(3)

Pengertian Hubungan Internasional Menurut Para Ahli

Berikut adalah beberapa pengertian hubungan internasional menurut para ahli:

J.C. Johari: Hubungan internasional merupakan sebuah studi

tentang interaksi yang berlangsung diantara negara-negara berdaulat disamping itu juga studi tentang pelaku-pelaku non negara (non states actors) yang perilakunya memiliki dampak terhadap tugas-tugas negara.

Mohtar Mas’oed: Hubungan internasional adalah hubungan yang

melibatkan bangsa-bangsa yang masing-masing berdaulat sehingga diperlukan mekanisme yang kompleks dan melibatkan

A. Hubungan Internasional

(4)

1. Pengertian Hubungan Internasional

Tygve Nathlessen: Hubungan internasional adalah bagian dari

ilmu politik, oleh karena itu komponen hubungan internasional sendiri tak lepas dari politik internasional, organisasi dan administrasi internasional serta hukum internasional.

Warsito Sunaryo:Hubungan internasional merupakan studi

tentang interaksi antara jenis kesatuan-kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan relevan yang mengelilingi interaksi.

(5)

 Salah satu faktor penyebab terjadinya hubungan internasional

adalah kekayaan alam dan perkembangan industri yang tidak merata. Hal tersebut mendorong kerjasama antar negara dan antar individu yang tunduk pada hukum yang dianut negaranya masing-masing. Hubungan Internasional merupakan hubungan antarnegara atau antar individu dari negara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut baik dalam hubungan politis, budaya, ekonomi ataupun hankam.

        Kerjasama ini tidak hanya diperlukan oleh bangsa atau

negara yang berkembang. Akan tetapi, juga negara-negara besar dan maju. Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain dilandasi oleh persamaan derajat dan didasarkan pada kemajuan serta persetujuan dari beberapa atau semua negara.

A. Hubungan Internasional

(6)

Di era globalisasi ini, sebagian besar Negara di dunia

mengadakan kerja sama internasional. Kerja sama internasional

ini dapat terwujud melalui perjanjian internasional. Hal ini

dikarenakan perjanjian internasional merupakan sarana dalam

mewujudkan kerja sama internasional.

B. Perjanjian Internasional

(7)

Berikut perjanjian internasional menurut beberapa sumber:

Dr. B. Schwar Berger

Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antara subjek-subjek hukum internasional yang menimbulkan kewajiban-kebajiban yang mengikat dalam hukum internasional, dapat berbentuk bilateral ataupun multilateral. Yang dapat mengadakan perjanjian adalah subjek-subjek hukum internasioal seperti Negara, organisasi internasional, tahta suci, palang merah internasional.

Mochtar Kusumaatmadja

Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu.

Oppenheim

Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antarnegara yang

B. Perjanjian Internasional

(8)

Beor Mauna

Perjanjian internasional adalah semua perjanjian yang di buat antara subjek-subjek aktif hukum internasional dan yang diatur hukum internasional serta berisi ikatan-ikatan yang mempunyai akibat hukum.

Konvensi Wina

Perjanjian internasional adalah suatu perjanjian yang dibuat di antara Negara-negara secara tertulis dan diatur oleh hukum internasional, apakah dirumuskan dalam satu atau lebih instrumen yang berkaitan dan apa saja nama yang dipakai untuk itu.

Menurut UU No. 24 Tahun 2000

Menurut UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, perjanjian internasional adalah setiap perjanjian di bidang hukum publik, diatur oleh hukum internasional dan dibuat oleh pemerintah dengan Negara, organisasi

internasional, atau subjek hukum internasional.

B. Perjanjian Internasional

(9)

a. Menurut Mochtar Kusumaatmaja:

i.

Perjanjian internasional yang dibentuk melalui 3 tahap yaitu,

perundingan, penandatanganan, dan pengesahan atau

ratifikasi. Cara ini dipakai apabila materi atau yang

diperjanjikan sangat penting maka perlu persetujuan DPR.

ii.

Perjanjian internasional dibentuk melalui 2 tahap yaitu,

perundingan dan penandatanganan. Cara ini dipakai untuk

perjanjian yang tidak begitu penting, penyelesaian cepat,

dan berjangka waktu singkat.

B. Perjanjian Internasional

(10)

b. Menurut Hukum Positif Indonesia, pasal 11 ayat 1 UUD 1945

disebutkan bahwa presiden dengan persetujuan DPR

membuat perjanjian dengan Negara lain. Dalam UU No. 24

tahun 2000 ditegaskan bahwa pembuatan perjanjian

internasional

dilakukan

melalui

tahap:

penjajakan,

perundingan,

perumusan

naskah,

penerimaan

dan

penandatanganan.

B. Perjanjian Internasional

(11)

c. Menurut konvensi Wina tahun 1969, tahap-tahap dalam perjanjian internasional adalah sebagai berikut :

i. Perundingan (Negotiation)

merupakan salah satu langkah pertama atau tahap awal dalam melakukan bentuk perjanjian internasional. Perundingan dilakukan oleh pihak-pihak atau negara-negara yang bersangkutan dan biasanya dilakukan beberapa kali. Dalam melaksanakan negosiasi, suatu negara yang dapat diwakili oleh pejabat yang dapat  menunjukkan surat kuasa penuh (full powers). Selain mereka, hal ini juga dapat dilakukan oleh kepala negara, kepala pemerintahan, menteri luar negeri atau duta besar. Pembicaraan pada tahap ini menyangkut beberapa masalah, seperti masalah politik, keamanan, pertahanan, penyelesaian pertikaian, ekonomi, dan sosial budaya.

B. Perjanjian Internasional

(12)

ii. Penandatanganan (Signature)

Lazimnya tahap ini dilakukan oleh menteri luar negeri (Menlu) atau kepala pemerintahan. Untuk perundingan yang bersifat multilateral, penandatanganan teks perjanjian sudah dianggap sah jika 2/3 suara peserta yang hadir memberikan suara, kecuali jika ditentukan lain. Namun demikian, perjanjian belum dapat diberlakukan oleh masing-masing negaranya.

iii. Pengesahan (Retification).

Suatu negara mengikat diri pada suatu perjanjian dengan syarat apabila  telah disahkan oleh badan yang berwenang di negaranya. Penandatanganan atas perjanjian hanya bersifat sementara dan masih harus dikuatkan dengan pengesahan atau penguatan. Ini dinamakan ratifikasi.

B. Perjanjian Internasional

(13)

Ratifikasi perjanjian internasional dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Ratifikasi oleh badan eksekutif. Sistem ini biasa dilakukan oleh raja-raja absolut dan pemerintahan otoriter.

b. Ratifikasi oleh badan legislatif. Sistem ini jarang digunakan.

c. Ratifikasi campuran (DPR dan Pemerintah). Sistem ini paling banyak digunakan karena peranan legislatif dan eksekutif sama-sama menentukan dalam proses ratifikasi suatu perjanjian.

B. Perjanjian Internasional

(14)

Konvensi Wina (tahun 1969) pasal 24 menyebutkan bahwa mulai

berlakunya sebuah Perjanjian Internasional adalah sebagai berikut:

a. Pada saat sesuai dengan yang ditentukan dalam naskah perjanjian tersebut.

b. Pada saat peserta perjanjian mengikat diri pada perjanjian itu bila dalam naskah tidak disebut saat berlakunya.

Persetujuan untuk mengikat diri tersebut dapat diberikan dengan berbagai cara, tergantung pada persetujuan mereka. Misalnya, dengan penandatanganan, ratifikasi, pernyataan turut serta (accesion), ataupun pernyataan menerima (acceptence) dan dapat juga dengan cara pertukaran naskah yang sudah ditandatangani.

B. Perjanjian Internasional

(15)

a.

Perjanjian internasional menurut jumlah pesertanya :

Bilateral (diikuti oleh dua Negara, cth perjanjian RI dengan

RCC mengenai Dwikewarganegaraan tahun 1954)

Multilateral (diikuti oleh banyak Negara, cth Konvensi

Jenewa 1949 tentang Perlindungan Korban Perang)

b.

Perjanjian internasional menurut objek/isinya:

Politis

(pakta

pertahanan,

paktanonagresi,

pakta

perdamaian dsb.)

Ekonomi (ekonomi, perdagangan, dan keuangan)

Hukum ( kewarganegaraan, ekstradisi, dsb.)

B. Perjanjian Internasional

(16)

c. Perjanjian internasional menurut subjek yang mengadakan perjanjian :

• Perjanjian antarnegara

dilakukan oleh banyak negara yang merupaka subjek hukumnya

• Perjanjian antarnegara dengan subjek hukum internasional

seperti perjanjian antara organisasi internasional Tahta Suci dengan organisasi Uni Eropa.

• Perjanjian antarsubjek hukum yang satu dengan subjek hukum internasional lain.

seperti antara suatu organisani internasional dengan organisasi internasional lainnya.

B. Perjanjian Internasional

(17)

d. Perjanjian internasional menurut strukturnya dibedakan sebagai berikut.

Law Making: Mengandung kaidah hukum yang berlaku bagi semua

bangsa di dunia. Contoh Konvensi Hukum Laut tahun 1958

Treaty Contract: Perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban

hanya bagi Negara yang mengadakan perjanjian saja. Contoh: Indonesia-Malaysia, Indonesia-Cina, dll

e. Perjanjian internasional menurut cara berlakunya:

Self-Executing (berlaku dengan sendirinya) yaitu perjanjian yang

langsung dapat berlaku setelah diratifikasi oleh Negara peserta.

Non Self-Executing, jika berlakunya perjanjian tersebut harus

B. Perjanjian Internasional

(18)

f.

Perjanjian internasional menurut instrumennya:

Perjanjian tertulis: perjanjian yag dituang dalam bentuk

formal secara tertulis, seperti

treaty

.

Perjanjian lisan: diekspresikan melalui

instrument-instrument tida tertulis, seperti Perjanjian Internasional

Lisan dengan yang diperjanjikan adalah hal-hal yang

disepakati secara lisan.

B. Perjanjian Internasional

(19)

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur

aktivitas entitas berskala internasional. Pada awalnya, Hukum

Internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan

antarnegara namun dalam perkembangan pola hubungan

internasional yang semakin kompleks pengertian ini

kemudian meluas sehingga hukum internasional juga

mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan

pada batas tertentu, perusahaan multinasional dan individu

C. Hukum Internasional

(20)

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa, hukum

antarbangsa atau hukum antarnegara. Hukum

bangsa-bangsa dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan

dan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara

raja-raja zaman dahulu. Hukum antarbangsa atau hukum

antarnegara menunjukkan pada kompleks kaedah dan asas

yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat

bangsa-bangsa atau negara.

C. Hukum Internasional

(21)

Sebagai bagian dari hubungan internasional, dalam pelaksanaan hokum internasional dikenal beberapa asas atau prinsip hokum antara lain.

i. Asas Teritorial

ii. Asas Kebangsaan

iii. Asas Kepentingan Umum

iv. Pacta Sunt Servanda

v. Equality Right

vi. Reciprositas

vii. Courtesy

C. Hukum Internasional

(22)

i. Asas Teritorial

Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya, sehingga negara berhak melaksanakan peraturan atau hukum bagi semua orang dan barang di wilayah negara tersebut

ii. Asas Kebangsaan

Asas ini didasarkan kekuasaan negara atas warga negaranya sehingga setiap warga negara dimanapun berada tetap mendapat perlakuan hokum dari negaranya.

iii. Asas Kepentingan Umum

Asas ini didasarkan kewenangan negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam kehidupan masyarakatnya. Dalam hal ini negara dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan

C. Hukum Internasional

(23)

iv.

Pacta sunt servanda, adalah setiap perjanjian yang telah

dibuat harus ditaati oleh pihak-pihak yang mengadakan

pejanjian

v.

Egality rights, adalah pihak yang saling mengadakan

hubungan itu berkedaulatan sama.

vi.

Reciprositas, adalah tindakan suatu negara terhadap negara

lain dapat dibahas seimbang,baik tindakan yang bersifat

negatife maupun positif.

vii.

Courtesy, adalah asas saling menghormati dan saling

menjaga kehormatan Negara

viii.

Rebus sig stantibus, adalah asas yang dapat digunakan

C. Hukum Internasional

(24)

Berikut beberapa subjek hukum internasional: 1. Negara

Negara merupakan subjek utama dala hukum internasional, yaitu bahwa negara menjadi pelaku penting dalam hubungan

internasional.

2. Organisasi Internasional

Merupakan subjek hukum internasional karena dapat melakukan hubungan dengan organisasi atau negara lain. Organisasi

internasional misalnya organisasi-organisasi antar pemerintah atau IGO (Inter-Governmental Organizations) diantaranya PBB, OPEC, dll. Organisasi non pemerintah atau NGO (Non

C. Hukum Internasional

(25)

3. Pihak yang Bersengketa

Pihak yang bersengketa dalam suatu negara disebut sebagai subjek hukum internasional karena dianggap mewakili pihak dalam hubungan internasional. Misalnya adalah gerakan pembebasan seperti PLO.

4. Perusahaan Internasional

Perusahaan yang bersifat transnasional atau multinasional diperhitungkan sebagai aktor hubungan internasional yang cukup strategis karena aset atau kekayaannya yang sangat besar. Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki jaringan usaha di seluruh dunia seperti ini, dapat melakukan hubungan

C. Hukum Internasional

(26)

5. TahtaSuci

Pengakuan Tahta Suci di Roma, Italia sebagai subjek hukum internasional karena warisan sejarah. Hal ini disebabkan karena Paus dianggap sebagai kepala negara Vatikan dan kepala Gereja Roma Katolik. Vatikan juga memiliki perwakilan-perwakilan diplomatik di negara lain.

6. Individu

Individu yang dapat menjadi subjek hukum Internasional adalah individu yang bisa mengadakan hubungan dengan suatu negara. Meskipun eksistensi individu sebagai aktor masih belum tegas mewakili misi siapa, namun harus diakui bahwa dalam hubungan

C. Hukum Internasional

(27)

Dalam

rangka

membina

hubungan

internasional diperlukan adanya taktik dan

prosedur tertentu agar kepentingan nasional

suatu Negara dapat diperjuangkan dalam

hubungan dengan Negara lain, inilah yang

disebut dengan diplomasi. Sedangkan

diplomasi dalam arti luas, meliputi seluruh

kegiatan politik luar negeri masing-masing

negara. Perwakilan RI di luar negeri

merupakan aparatur negara yang mewakili

kepentingan negara RI di negara penerima.

Perwakilan RI di luar negeri dapat berbentuk

Perwakilan Diplomatik dan Perwakilan

Konsuler. Badan-badan perwakilan pada

umumnya selalu melakukan diplomasi

melalui berbagai perundingan untuk

C. Hukum Internasional

(28)

Oleh karena itu seorang Diplomat harus memiliki

kemampuan

berbicara

sehingga.

dapat

mtmpengaruhi orang lain, pengetahuan dan

wawasan

yang

luas.

Menurut

Oppenheim,

perwakilan

diplomatik

memperjuangkan

kepentingan

nasional

pada

tingkat

pusat,

mengutamakan

tugas-tugas

representasi

dan

negosiasi. Jadi perwakilan diplomatik lebih menjurus

ke segi politik.

C. Hukum Internasional

(29)

Bagi Indonesia, sesuai dengan Keputusan Presi den Republik

Indonesia Nomor 51 tahun 1976, tugas pokok Perwakilan

Diplomatik adalah:

a.    

Mewakili

Negara

Republik

Indonesia

dalam

melaksanakan

hubungan

diplomatik

dengan

negara

penerima atau organisasi internasional.

b.    Melindungi kepentigan negara dan warga negara

Republik Indonesia dengan penerima sesuai dengan

kebijaksanaan pemerintahan yang ditetapkan dengan

berdasarkan perundangan - undangan yang berlaku. 

C. Hukum Internasional

(30)

Fungsi perwakilan diplomatik menurut Konvensi Wina 1961 adalah

mewakili negara pengirim di negara penerima untuk hal-hal berikut:

1) Melindungi segala kepentingan negara pengirim dan warga

negaranya di negara penerima dalam batas-batas yang diizinkan oleh hukum internasional.

2) Mengadakan persetujuan dengan pemerintah negara penerima

3) Memberikan keterangan tentang kondisi dan perkembangan negara

penerima dengan cara yang diizinkan undang-undang dan melaporkan kepada pemerintah negara pengirim.

4) Memelihara hubungan persahabatan antara negara pengirim dan

negara penerima dan mengembangkan hubungan ekonomi, kebudayaah, dan ilmu pengetahuan.

D. Perwakilan Diplomatik & Perwakilan

Konsuler

(31)

1) Melaksanakan usaha peningkatan hubungan dengan negara

penerima di bidang perekonotnian, perdagangan, perhubungan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan.

2) Melindungi kepentingan nasional negara dan warga negara

yang berada dalam wilayah kerjanya.

3) Melaksanakan pengamatan, penilaian, dan pelaporan.

4) Menyelenggarakan bimbingan dan pengawasan'terhadap warga

negara di wilayah kerjanya.

5) Menyelenggarakan urusan pengamanan, penerangan, konsuler

protokol dan komunikasi.

6) Melaksanakan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan,

D. Perwakilan Diplomatik & Perwakilan

Konsuler

(32)

Perwakilan Diplomatik suatu negara dipimpin oleh seorang

diplomat. Jabatan Kepala Perwakilan Diplomatik yang

tertinggi ialah Duta Besar (Ambassador). Ambassador

mewakili negara dalam mengurusi kepentingan publik yang

disebut dalam kualitas sebagai negara.

Berdasarkan keputusan Konggres di Wina, 1961 disepakati

adanya tiga tingkat Kepala Perwakilan Diplomatik, yaitu:

a. Duta Besar (Ambassador)

b. Duta Berkuasa Penuh (Minister Plenipotentiary)

c. Kuasa Usaha (Charge d'affaires).

D. Perwakilan Diplomatik & Perwakilan

Konsuler

(33)

Dalam arti non politis, hubungan RI dengan negara lain diwakili

oleh korps konsuler. Menurut Konvensi Wina tahun 1963, tata

urutan kepangkatan perwakilan konsuler adalah sebagai berikut:

a.      Konsul Jenderal, membawahi beberapa konsul yang

ditempatkan di ibu kota negara tempat is bertugas.

b.    Konsul dan Wakil Konsul, mengepalai satu kekonsulan yang

kadang-kadang diperbantukan kepada konsul jenderal. Wald' konsul diperbantukan kepada konsul atau konsul jenderal yang kadang diserahi pimpinan kantor konsuler.

c.  Agen Konsul, diangkat oleh konsul jenderal dengan tugas untuk

mengurus hal-hal yang bersifat terbatas dan berhubungan dengan

D. Perwakilan Diplomatik & Perwakilan

Konsuler

(34)

1) Hak Immunitas

Hak immunitas adalah hak yang menyangkut diri pribadi

seorang diplomat serta gedung perwakilannya. Dengan hak

ini, para diplomat mendapat hak istimewa atas keselamatan

diri pribadi dan harta bendanya. Mereka juga tidak tunduk

kepada yuridiksi di dalam negara tempat mereka bertugas,

baik dalam perkara perdata maupun pidana.

D. Perwakilan Diplomatik & Perwakilan

Konsuler

(35)

2. Hak Ekstrateritorial

Hak Ekstrateritorial adalah hak kebebasan diplomat terhadap

daerah perwakilan, termasuk halaman bangunan serta

perlengkapannya

seperti: bendera, lambang negara,

dokumen, dan surat-surat lainnya yang bebas sensor.

D. Perwakilan Diplomatik & Perwakilan

Konsuler

(36)

Sumber:

Referensi

Dokumen terkait

10 Refleksi pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa praktikan dan guru pamong atau guru kelas setelah selesai melakukan suatu pembelajaran

individual sampai kepada pembelahan seldan pembentukan organ.Salah satu masalah penting dengan hormon ini adalah, keberadaannya biasanya dalam jumlah yang sangat kecil dan sangat

Hasil penelitian menunjukkan lamanya proses persalinan pada tingkat kecemasan responden yang ringan 2,44 kali lebih banyak di bandingkan responden yang tidak mengalami kecemasan

Sebelum melakukan observasi di sekolah, praktikan telah mengikuti rangkaian kegiatan mulai dari microteaching yang merupakan tahapan awal dalam pelaksanaan PPL

Dan bagi umat Kristen atau Katolik yang tidak dapat menjalankan ibadah Natal karena tempat ibadahnya masih ditutup, Muhammadiyah menawarkan sarana gedung atau

Meskipun upaya mem-branding UMKM di Kecamatan Sumpiuh sudah dilaksanakan dengan seringnya pemberitaan lewat media massa, beroperasinya stasiun radio Komunitas Peduli Sumpiuh

Kesimpulan : Penelitian ini memberikan hasil bahwa ada hubungan antara mekanisme koping dengan kecemasan pada pasien kanker payudara sehingga diharapkan kepada petugas kesehatan