• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DARI KEBERADAAN G-20 SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL A. ASPEK HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DARI KEBERADAAN G-20 SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL A. ASPEK HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DARI KEBERADAAN G-20 SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL

A. ASPEK HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL 1. Pengertian dan Unsur-Unsur Organisasi Internasional

Organisasi internasional memang merupakan salah satu fenomena baru dalam tata masyarakat internasional.Organisasi internasional baru muncul sekitar abad ke-19, ditandai dengan berdirinya International Telecommunication

Organization (I.T.U) pada tanggal 17 Mei 1865. Selanjutnya diikuti oleh

organisasi internasional dalam bidang lain sampai pada berdirinya Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1918 dan penggantinya Perserikatan Bangsa-Bangsa-Bangsa-Bangsa pada tanggal 24 Oktober 1945, serta disusul oleh organisasi internasional dalam berbagai bidang kehidupan.44

Dalam Hukum Internasional positif, tidak ada satu pasal pun yang memberikan batasan tentang apa yang dimaksud dengan organisasi internasional itu. Namun demikian, para ahli berusaha mengemukakan pendapat mereka mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan organisasi internasional.45

44

I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung: Mandar Maju, 1990), hlm. 68.

45

Hasnil Basri Siregar, Hukum Organisasi Internasional, (Medan: Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, 1994), hlm. 67.

Para sarjana hukum internasional pada umumnya tidak merumuskan definisi organisasi internasional secara langsung, namun cenderung memberikan ilustrasi yang substansinya mengarah pada kriteria-kriteria serta elemen-elemen dasar

(2)

atauminimal yang harus dimiliki oleh suatu entitas yang bernama organisasi internasional.46 Beberapa diantaranya dikemukakan di bawah ini:47

1. Bowett D.W

Bowett dalam bukunya The Law of International48 mengakui tidak ada batasan yang umum tentang pengertian organisasi internasional. Walaupun demikian, ia mencoba memberi batasan dengan menyatakan bahwa:49

“.... and no generally accepted definition of public international union has ever been reached. In general, however, they were permanent associations (i.e. postal or railway administrations), based upon a treaty of a multilateral rather than a bilateral type and with some definite criterion of purpose”.50

“…. dan tidak ada suatu batasan mengenai organisasi publik internasional yang dapat diterima secara umum. Pada umumnya, organisasi ini merupakan organisasi permanen (sebagai contoh, jawatan pos atau administrasi kereta api), yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional yang kebanyakan merupakan perjanjian multilateral daripada perjanjian bilateral yang disertai beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya”.51

Substansi pendapat tersebut bahwa organisasi publik internasional merupakan organisasi permanen berdasarkan suatu perjanjian internasional yang sifatnya multilateral berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu.52

2. Starke

46

Ade Maman Suherman, op.cit., hlm. 45. 47

Hasnil Basri Siregar, loc.cit. 48

Ibid. 49

Ade Maman Suherman, op.cit., hlm. 45. 50

Hasnil Basri Siregar, loc.cit. 51

DW. Bowett, Hukum Organisasi Internasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), hlm. 3. 52

(3)

Dalam bukunya An Introduction to International Law, yang membahas secara terpisah/bab tersendiri “International Institutions”.Ia juga tidak memberikan batasan yang khusus mengenai pengertian organisasi internasional. Ia hanya membandingkan fungsi, hak dan kewajiban serta wewenang berbagai organ lembaga internasional dengan negara modern. Hal demikian diutarakannya dengan mengatakan bahwa:

“In the first place, just as functions of the modern state and the rights, duties

and powers of its instrumentalities are governed by a branch of municipal law called State Constitutional Law, so international institutions are similarly conditioned by a body of rules may will be described as international constitutional law”.

“Pertama-tama, seperti fungsi suatu negara modern dengan hak, kewajiban dan kekuasaan yang dimiliki berbagai alat perlengkapannya, itu semuanya diatur oleh hukum nasional, yang dinamakan Hukum Tata Negara (State

Constitutional Law) sehingga dengan demikian organisasi internasional yang

ada, sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang diatur oleh semacam Hukum Tata Negara”

Dengan demikian maksud Starke itu ialah bahwa lembaga internasional ini mempunyai beberapa persamaan dengan negara modern, meskipun tidak selalu mengikuti garis yang sama dengan konstitusi negara modern.53

3. Sumaryo Suryokusumo

53

(4)

Beliau pun tidak menjabarkan definisi organisasi internasional secara terperinci dalam suatu rangkaian kalimat yang secara limitatif.Beberapa penjelasannya dapat diuraikan berikut ini.54

“Organisasi internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga menyangkut aspek-aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi internasional diperlukan dalam rangka kerjasama, menyesuaikan dan mencari kompromi untuk meningkatkan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama, serta mengurangi pertikaian yang timbul.”55

Sumaryo Suryokusumo mendefinisikan organisasi internasional dari segi tahapan-tahapan dalam rangka pendirian organisasi internasional dengan tujuan untuk mengurangi berbagai sengketa antarnegara anggota dan demi

Untuk menjelaskan gambaran organisasi internasional, beliau mendeskripsikan karakteristik dari sebuah organisasi internasional sebagai berikut.

“Mengenai ciri organisasi internasional yang mencolok ialah merupakan suatu organisasi yang permanen untuk melanjutkan fungsinya yang telah ditetapkan. Organisasi itu mempunyai suatu instrument dasar (constituent

instrument) yang akan memuat prinsip-prinsip dan tujuan, struktur maupun

cara organisasi itu bekerja. Organisasi internasional dibentuk berdasarkan perjanjian.Organisasi itu mengadakan kegiatannya sesuai dengan persetujuan atau rekomendasi serta kerjasama dan bukan semata-mata bahwa kegiatan itu haruslah dipaksakan/dilaksanakan.”

54

Ade Maman Suherman, op.cit., hlm. 48. 55

Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, (Jakarta: UI Press, 1990), hlm. 10.

(5)

kesejahteraan bersama sesuai dengan apa yang dituangkan dalam konstitusi organisasi. Definisi diatas dapat dikatakan mengedepankan

“utility-apprach”.56

4. Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr.

Menurut Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr, dalam bukunya “Organizing For Peace: International Organization In World Affairs” memberikan define secara sederhana mengenai organisasi internasional sebagai:57

“Any cooperative arrangement instituted among states, usually by a basic

agreement, to perform some mutually advantageous functions implemented through periodic meetings and staff activities”.58

(Terjemahan bebas: pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberikan manfaat timbal balik yang dilaksanakan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala).59

5. NA Maryan Green

Na Maryan Green memberikan batasan langsung tentang organisasi internasional dengan menyatakan:

“international organization is an organization established by a treaty to

which three or more States are parties.”

56

Ade Maman Suherman, op.cit., hlm. 48. 57

Ibid, hlm. 49. 58

T. May Rudy, op.cit., hlm. 2. 59

(6)

(Terjemahan bebas: “organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan suatu perjanjian dengan tiga atau lebih negara-negara menjadi peserta”).60

6. Boer Mauna

Boer Mauna dalam bukunya “Hukum Organisasi Internasional” menegaskan bahwa:

“Organisasi internasional adalah suatu perhimpunan negara-negara yang merdeka dan berdaulat yang bertujuan untuk mencapai kepentingan bersama melalui organ-organ dari perhimpunan itu sendiri”.

Pendapat Boer Mauna di atas mencantumkan persyaratan bahwa organisasi internasional harus dibentuk oleh negara-negara yang merdeka dan berdaulat.Apabila melihat pendapat-pendapat sebelumnya, unsur merdeka dan berdaulat tidak menjadi variabel mutlak untuk berdirinya suatu organisasi internasional.61

7. Teuku May Rudy

Dalam hal ini Teuku May Rudy berpendapat, organisasi internasional akan lebih lengkap dan menyeluruh jika didefinisikan sebagai berikut:

“Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan

60

Ibid, hlm. 50. 61

(7)

serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun anatara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda”.62

Istilah organisasi internasional memiliki pengertian ganda yaitu digunakan dalam arti luas maupu n dalam arti sempit.Dalam arti luas organisasi internasional itu mengarah kepada setiap organisasi yang melintasi batas-batas negara (internasional), baik yang bersifat publik dan privat. Sedangkan dalam arti sempit akan mengarah kepada setiap organisasi internasional yang bersifat publik semata-mata.63

Pada ilmu-ilmu sosial, khususnya dalam bidang studi internasional yang dimaksud dengan organisasi internasional itu adalah lazimnya organisasi internasional dalam arti sempit.Yaitu organisasi yang dibentuk atau didirikan oleh pemerintah-pemerintah (Intergovernmental Organization). Sedangkan diluar

Intergovernmental Organization tersebut terdapat beribu-ribu organisasi

internasional yang pembentukannya tidak melalui pemerintah-pemerintah akan tetapi didirikan privat, yang disebut Non-Governmental Organization.64

Organisasi internasional dalam pengertian luas oleh J.G. Starke dan D.W. Bowett disebut Lembaga-Lembaga Internasional (International Institutions).65

G.I. Tunkin menyebut nama lain bagi organisasi internasional dalam arti sempit (IGO) dengan istilah ISO (Interstate Organization) yaitu organisasi antar negara.66

Teuku May Rudy menyatakan unsur-unsur untuk suatu organisasi internasional, yaitu:

62

T. May Rudy, op.cit., hlm. 3. 63

Hasnil Basri Siregar, op.cit., hlm. 1. 64 Ibid. 65 Ibid. 66 Ibid.

(8)

1) kerjasama yang ruang lingkupnya melintasi batas negara; 2) mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama;

3) baik antarpemerintah maupun nonpemerintah,

perlu pula dipenuhi unsur-unsur:

4) struktur organisasi yang jelas dan lengkap; 5) melaksanakan fungsi secara berkesinambungan.67

2. Dasar Hukum Eksistensi Organisasi Internasional

Istilah sumber hukum organisasi internasional telah digunakan dalam empat pengertian:68

Pertama, sebagai kenyataan historis tertentu, kebiasaan yang sudah lama

dilakukan, persetujuan atau perjanjian resmi yang dapat membentuk sumber hukum organisasi internasional. Sebagai contoh dari kenyataan sejarah pembentukan PBB adalah Konferensi Dumbarton Oaks 1944 yang mengususlkan perumusan 50 pasal rancangan Piagam PBB, Konferensi Organisasi Internasional yang berlangsung di San Fransisco tahun 1945 sebagai kelanjutan dalam merampungkan rancangan Piagam dan Konferensi Yalta 1945 yang khususnya mengusulkan adanya badan di dalam PBB yang bertanggungjawab mengenai keamanan nasional para anggota.69

Kedua, instrumen pokok yang dimiliki oleh organisasi internasional dan

memerlukan ratifikasi dari semua anggotanya. Instrumen pokok ini dapat berupa Piagam (PBB, OAS, OAU, dan Organisasi Konferensi Islam), Convenant (Liga Bangsa-Bangsa), Final Act (Konferensi Keamanan dan Kerjasama Eropa atau lazim disebut Helsinki Accords), Pact (Liga Arab, Warsawa), Treaty (NATO,

67

T. May Rudy, op.cit., hlm. 4. 68

Hasnil Basri Siregar, op.cit., hlm. 24. 69

(9)

SEATO), Statute (IAEA, OPEC), Deklarasi (ASEAN), Constitution (UNIDO, ILO, WHO, UNESCO), dan lain-lain.70

Ketiga, ketentuan-ketentuan lainnya mengenai peraturan tata cara

organisasi internasional beserta badan-badan yang berada di bawah naungannya, termasuk cara kerja mekanisme yang ada pada organisasi tersebut. Peraturan-peraturan semacam itu merupakan elaborasi dan pelengkap instrumen pokok yang ada, yang semuanya itu memerlukan persetujuan bersama dari para anggota.71

Keempat, hasil-hasil yang ditetapkan atau diputuskan oleh organisasi

internasional yang wajib atau harus dilaksanakan baik oleh para anggotanya maupun badan-badan yang ada di bawah naungannya.Hasil-hasil itu bisa berbentuk resolusi, keputusan, deklarasi atau rekomendasi.72

Setiap organisasi internasional mempunyai aturan-aturan yang merupakan hukumnya sendiri.Bagaimana suatu organisasi internasional memperlakukan hukumnya tergantung pada organisasi internasional itu sendiri.Dapat dipastikan suatu organisasi internasional mempunyai anggaran dasar sebagai landasan bekerjanya organisasi internasional tersebut.Untuk perkembangan hukum selanjutnya dari organisasi internasional tersebut tergantung pada keputusan yang dibuat alat perlengkapan/organ dari organisasi internasional.Kewenangan dari suatu alat perlengkapan/organ untuk membuat keputusan ditetapkan dalam anggaran dasarnya.73

Perjanjian internasional yang dibuat antara negara-negara untuk membuat suatu organisasi internasional biasanya disebut Anggaran Dasar Organisasi 70 Ibid, hlm. 26-27. 71 Ibid, hlm. 28-29. 72 Ibid, hlm. 30. 73

(10)

Internasional.Anggaran dasar suatu organisasi internasional itu tidak selalu berbentuk suatu dokumen hukum yang tersendiri.Sebagai contoh anggaran dasar ICAO adalah bagian dari Chicago Convention on International Civil

Aviation.Konvenan LBB dan anggaran dasar ILO aslinya adalah bagian dari

perjanjian perdamaian tahun 1919 (peace treaties).74

Anggaran dasar organisasi internasional pada umumnya adalah suatu perjanjian multilateral. Yang membedakan anggaran dasar suatu organisasi internasional dengan perjanjian multilateral pada umumnya menurut Henry G. Schermers adalah: 1) Membentuk suatu badan hukum (creation of a legal person), 2) Pembatasan untuk reservasi (limitation on reservation), 3) Pembaruan secara diam-diam (tacit renewal).75

1) Membentuk Suatu Badan Hukum

Tidak seperti perjanjian internasional pada umumnya, anggaran dasar suatu organisasi internasional tidak hanya mengatur masalah hak dan kewajiban negara pihak, tetapi yang penting anggaran dasar ini membentuk subjek hukum internasional baru.Sebagai subjek hukum internasional, organisasi internasional mempunyai alat perlengkapan/organ sendiri serta mengambil sendiri bagian dalam hubungan internasional.Bahkan organisasi internasional dapat menjadi pihak dalam suatu perjanjian internasional.Tujuan dari anggaran dasar organisasi internasional adalah menentukan struktur dan aturan dari fungsi suatu organisasi internasional.76

2) Pembatasan untuk Reservasi

74 Ibid, hlm. 183-184. 75 Ibid, hlm. 184. 76 Ibid, hlm. 184-185.

(11)

Walaupun pada perjanjian multilateral reservasi adalah hal yang diperbolehkan, tetapi untuk suatu anggaran dasar suatu organisasi internasional reservasi tidak dikehendaki. Hal ini disebabkan karena negara anggota suatu organisasi internasional tidak hanya bekerja sama dengan anggota yang lain untuk berpartisipasi dalam suatu organisasi internasional, tetapi negara anggotanya bersama-sama memutuskan masalah-masalah penting. Oleh karenanya maka negara-negara anggota membutuhkan aturan yang sama yang mengikat mereka untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi. Di samping itu suatu anggaran dasar bila diperlukan untuk disesuaikan dengan kebutuhan organisasi internasional dapat diadakan perubahan.77

3) Pembaruan Secara Diam-Diam

Suatu organisasi internasional harus dapat beradaptasi dengan perubahan yang ada dalam masyarakat.Organisasi internasional mempunyai alat perlengkapan/organ yang diberi wewenang untuk mengadakan perubahan anggaran dasar bila itu diperlukan.Anggaran dasar suatu organisasi internasional biasanya telah menentukan bagaimana suatu anggaran dasar itu diubah.Meskipun tidak ada ketentuan untuk perubahan, konstitusi dapat diubah. Alat perlengkapan/organ dari suatu organisasi internasional dapat mengadakan penafsiran atas ketentuan dalam konstitusi sesuai dengan tujuan oganisasi; bila penafsiran itu tidak ditolak berarti negara anggota menyetujuinya dan penafsiran itu akan mengikat.

Walaupun amandemen telah ditentukan alat perlengkapan utama/organ utama mana dalam organisasi internasional itu yang berhak mengadakan

77

(12)

amandemen, kadang-kadang masih dibutuhkan adanya suatu sidang khusus (special review conference), gunanya adalah mendapatkan suatu pandangan yang komprehensif untuk suatu perubahan.Dibutuhkan ratifikasi dari para anggota untuk amandemen suatu anggaran dasar sebelum amandemen itu berlaku didasarkan pada perlunya ada kesepakatan (concent principle) berbeda dengan prinsip legislatif (legislative principle).78

a. Prinsip Kesepakatan (Concent Principle)

Kebutuhan akan adanya kesepakatan dari para anggota untuk berlakunya suatu amandemen dari suatu anggaran dasar merupakan prinsip yang telah lama dianut oleh masyarakat internasional. Menurut ketentuan Pasal 94(a) Konvensi ICAO maka tahap pertama, amandemen itu harus disetujui dua per tiga suara di Assembly.Tahap kedua, untuk dapat berlaku harus diratifikasi oleh tidak kurang dari dua per tiga anggota Assembly dan hanya in respect of

states yang meratifikasi amandemen tersebut.79

b. Prinsip Legislatif (The Legislative Principles)

Dalam prinsip legislatif ini maka diperlukan suara mayoritas untuk menentukan amandemen yang akan mengikat anggota yang tidak setuju (minoritas). Prinsip ini dianut dalam Pasal 108 Piagam PBB.Menurut Pasal 108 Piagam PBB suatu amandemen disetujui dua per tiga anggota Majelis Umum dan diratifikasi oleh dua per tiga anggota PBB termasuk anggota tetap Dewan Keamanan, amandemen lalu berlaku untuk semua

78

Ibid, hlm. 186-187. 79

(13)

anggota.Amandemen yang telah disetujui oleh dua per tiga anggota dan kalau perlu diratifikasi akan berlaku mengikat semua anggota.80

Selain kedua prinsip di atas ada amandemen yang dibedakan antara amandemen minor dan mayor, minor amandemen perubahannya cukup dengan prinsip legislatif (legislative principle), sedangkan mayor amandemen perubahannya memerlukan kesepakatan (concent principle).Berlakunya suatu amandemen ditentukan oleh anggaran dasar itu sendiri.Biasanya amandemen untuk penambahan suatu alat perlengkapan/organ utama biasanya berlaku efektif sehari setelah amandemen sah.81

Ada kemungkinan suatu anggota menolak untuk amandemen, hal ini bisa terjadi dalam amandemen dengan prinsip kesepakatan atau pada penerapan prinsip legislatif tetapi anggota menolak untuk menerima kehendak mayoritas.Dalam hal ini ada kemungkinan anggota yang menolak dapat mengundurkan diri.82

3. Syarat-Syarat Organisasi Internasional

Suatu prasyarat untuk berdirinya suatu organisasi internasional adalah adanya keinginan untuk bekerja sama yang jelas-jelas kerja sama internasional tersebut akan bermanfaat dalam bidangnya dengan syarat organisasi tidak melanggar kekuasaan dan kedaulatan negara anggota. Menurut Kernes dalam studinya mengenai Central Amerika memaparkan syarat yang harus dipenuhi untuk mendirikan sebuah organisasi supranasional yang dapat dijelaskan sebagai berikut.83

In his study on Central America, he considered why the five Central American republics, which have strived to create a federation for 135 years, have

80 Ibid, hlm. 188-189. 81 Ibid, hlm. 189. 82 Ibid, hlm. 190. 83

(14)

never succeded in uniting. He draws some conclusions which may be valid for all attempts to establish supranational or federal organization.

1. No supranational authority is possible without representative government in the participating states. The electrorate of democratic state will never transfer to an organization partly composed of dictatorships. A dictatorships will not accept direct communication between international organization and its citizens.

2. The state concerned must have a sufficiently developed governmental structure. A supranational organization can not function properly if it is unable to make states.

3. Nationalism should be not be a prominent feature of any of the participant states.

4. The states should have sufficient common interest. This may also include such factors as the size of their respective national debts.84

Menurut Thomas L. Karnes (1961), syarat-syarat mendirikan organisasi internasional antara lain:

1. Harus ada perwakilan resmi pemerintah. Karena negara yang menerapkan sistem pemilihan umum secara demokratis tidak mungkin mentransfer kekuasaannya secara terpisah dari garis diktatorianisme/kepemerintahan. Apalagi tidak banyak pemerintahan yang akan menerima terjadinya komunikasi secara langsung antara organisasi internasional dengan warga negaranya.

2. Konsentrasi negara harus pada upaya mengembangkan struktur pemerintahan. Karena jika tidak maka organisasi supranasional tidak mungkin dapat berfungsi bagi negara.

3. Nasionalisme tidak boleh menjadi ciri utama dari setiap negara partisipan. 4. Negara-negara anggota harus memiliki kepentingan bersama. Hal ini juga

menjadi faktor yang menentukan besarnya respek negara dilihat dari keuntungan yang akan didapatkanya dalam organisasi.85

84

Ibid. 85

Pendirian dan Pembubaran Oraganisasi Internasional, sebagaimana dimuat dalam

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/371/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-18515-7-babvi(-).pdf, diakses pada tanggal 30 Januari 2017.

(15)

Persyaratan pendirian organisasi internasional menurut Konvensi Wina (artikel 2) 1969: “International agreement concluded between states in written

form and governed by international law, whether embodied in a single instrument or in two or more related instruments, and whatever its particular designation.”86

1. Dibuat oleh negara sebagai para pihak (contracting state).

Berdasarkan unsur-unsur di atas, maka persyaratan suatu organisasi internasional dapat diperinci sebagai berikut:

2. Berdasarkan perjanjian tertulis dalam satu, dua, atau lebih instrumen. 3. Untuk tujuan tertentu.

4. Dilengkapi dengan organ.

5. Berdasarkan hukum internasional.87

Schermers berpendapat suatu organisasi internasional harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Dibentuk oleh suatu perjanjian internasional.

2. Memiliki organ yang terpisah dari negara-negara anggotanya. 3. Diatur oleh hukum internasional publik.88

4. Hak dan Kewajiban Organisasi Internasional sebagai Subjek Hukum Internasional

Subjek hukum adalah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum dan pemegang hak dan kewajiban hukum itu memiliki kemampuan untuk mengadakan hubungan-hubungan hukum dengan sesama pemegang hak dan kewajiban

86

Organisasi Internasional sebagai SHI, sebagaimana dimuat dalam

http://learning.borneo.ac.id/pluginfile.php/921/course/overviewfiles/Organisasi%20Internasional% 20sebagai%20SHI.pdf?forcedownload=1, diakses pada tanggal 30 Januari 2017.

87

Ade Maman Suherman, op.cit., hlm. 62. 88

Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan Dan Fungsi Dalam Era

(16)

hukum.Jadi, organisasi internasional merupakan pemegang hak dan kewajiban menurut hukum internasional.89

Kedudukan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional tidak diragukan lagi, walaupun pada mulanya belum ada kepastian tentang hal tersebut.90

Organisasi Internasional diperhitungkan sebagai salah satu subjek dari hukum internasional hanya terjadi baru-baru ini saja.Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, para ahli hukum internasional mengklaim bahwa hanya negara saja yang dapat dibebani hak dan kewajiban di hadapan hukum internasional.91

Dengan diterimanya organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, berarti organisasi internasional itu mempunyai hak dan kewajiban menurut hukum internasional. Hak dan kewajiban tersebut antara lain mempunyai wewenang untuk menuntut di depan pengadilan, sebaliknya juga dapat dituntut, memperoleh dan memiliki benda-benda bergerak, mempunyai kekebalan (immunity) dan hak-hak istimewa (privileges). 92

Setiap subjek hukum internasional memiliki tingkat hak dan kewajiban yang berbeda.Misalnya, negara dan individu, negara merupakan subjek hukum internasional yang utama dan karena itu memiliki hak dan kewajiban penuh di hadapan hukum internasional93

89

Sri Setianingsih Suwardi, op.cit., hlm. 7-8 90

Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Buku I Bagian Umum (Bandung: Binacipta, 1982), hlm. 95.

91

Jan Klabbers, Introduction to Internasional Institutional Law, (Cambridge: Cambridge University Press, 2002), hlm. 42.

92

Sri Setianingsih Suwardi, op.cit., hlm. 8 93

Jan Klabbers, op.cit., hlm. 43.

, sedangkan individu tidak memiliki hak untuk menentukan derajat hak dan kewajiban suatu subjek hukum internasional. Hal ini dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu apakah subjek yang bersangkutan memiliki

(17)

hak untuk membuat perjanjian internasional, apakah subjek yang bersangkutan memiliki hak untuk mengirim dan menerima perwakilan, dan yang terakhir adalah apakah subjek yang bersangkutan memeiliki hak untuk dapat mengajukan dan menerima tuntutan internasional. Apabila salah satu dari indikator ini terpenuhi, maka subjek yang bersangkutan dapat dianggap sebagai subjek hukum internasional.Subjek hukum negara memenuhi ketiga indikator ini, sementara subjek lainnya tidak, atau setidaknya memenuhi tetapi secara terbatas.94

Untuk mengetahui apakah suatu organisasi internasional mempunyai status sebagai subjek hukum internasional, maka harus dilihat dari anggaran dasar organisasi internasional tersebut. Dalam anggaran dasar organisasi internasional tersebut juga diketahui apakah organisasi internasional tersebut mempunyai organ/alat perlengkapan yang mempunyai wewenang menurut hukum internasional, misalnya membuat perjanjian dengan subjek hukum internasional lainnya, atas nama organisasi tersebut.95

McNair dalam bukunya menyatakan bahwa:96

Jadi jelaslah menurut Mc. Nair, organisasi internasional mempunyai wewenang membuat perjanjian internasional.Vienna Convention menyebutkan bahwa

“If fully sovereign states possesses a treaty power when acting alone, it is

not surprising to fine the same power attribute to an internasional organization which they have created from the members of which usually sovereign states.”

94

Ibid, hlm. 44. 95

Sri Setianingsih Suwardi, loc.cit. 96

(18)

kapasitas organisasi internasional untuk membuat perjanjian internasional diatur oleh aturan yang ditentukan oleh organisasi yang bersangkutan.97

Organisasi internasional memiliki kapasitas untuk mengirim dan menerima perwakilan.Hal ini dapat dibuktikan dari praktik-praktik yang ada bahwa terdapat sejumlah organisasi internasional yang memiliki utusan permanen pada organisasi-organisasi internasional.98Organisasi Internasional juga saling menempatkan perwakilannya pada organisasi internasional lainnya, seperti yang telah dikonfirmasi oleh International Court of Justice (ICJ) pada 1988.99

a. Organisasi-organisasi internasional dapat membuat perjanjian-perjanjian internasional dengan negara-negara anggota, negara-negara lain atau organisasi-organisasi internasional lainnya seperti termaktub dalam Pasal 6

Mahkamah Internasional menyatakan personalitas hukum sebuah organisasi internasional berbeda dengan negara-negara yaitu adanya pembatasan prinsip spesialitas.Ini berarti bahwa suatu organisasi internasional hanya dapat melaksanakan kapasitas yuridik yang dimilikinya dalam batas-batas dan untuk tujuan yang telah ditetapkan oleh piagam konstitutif organisasi itu.Yang dimaksud dengan kapasitas di sini ialah kesanggupan untuk melaksanakan sejumlah hak dan kewajiban yang lekat pada kepemilikan personalitas dan yang diatur oleh ketentuan-ketentuan akte konstitutif. Hak dan kewajiban organisasi internasional adalah mencakup beberapa aspek:

97

Pasal 6 Vienna Convention on The Law of Treaties between States and International

Organizations or between International Organizations 1986.

98

Contohnya, pada Desember 1995, terdapat sekitar 125 negara-negara yang menempatkan diplomat-diplomatnya di European Community.Kebanyakan dari negara-negara tersebut menggabungkan perwakilannya pada EC dengan kedutaanya pada Belgia.EC sendiri memiliki perwakilannya yang ditempatkan, misalnya di Jenewa, Tokyo, dan Washington DC.

99

(19)

Konvensi Wina 1986100

b. Organisasi-organisasi internasional pada umumnya mempunyai hak legasi pasif dan hak legasi aktif. Dalam hak legasi pasif, masing-masing organisasi internasional dapat mengadakan hubungan dengan misi-misi tetap negara-negara anggota yang menginginkannya. Misi-misi tetap ini merupakan misi diplomatik yang sesungguhnya dan yang diakreditasikan kepada satu atau beberapa organisasi internasional. Misi-misi tersebut dilengkapi dengan personil diplomatik yang bertugas sebagai penghubung antara pemerintah negara pengirim dan organisasi internasional. Dalam hal hak legasi aktif, organisasi-organisasi internasional itu sendiri yang mempunyai misi diplomatik di negara-negara tertentu atau di organisasi-organisasi internasional lainnya, seperti yang dilakukan PBB dan Uni Eropa;

tentang Hukum Perjanjian antara Negara-Negara dan Organisasi-Organisasi Internasional;

c. Organisasi-organisasi internasional mempunyai hak untuk mengajukan pengaduan internasional atas kerugian yang diderita, terutama dengan cara mengajukan protes, pembentukan angket, perundingan atau penyelesaian melalui arbitrasi atau hukum dalam hal di mana status organ yang dituntut memungkinkannya, dan juga mempunyai personalitas yuridik;

d. Organisasi internasional memiliki otonomi keuangan dan kapasitasnya untuk mempunyai anggaran belanja sendiri. Otonomi ini sekaligus merupakan akibat dan jaminan personalitas internasional dari organisasi yang berbeda dengan personalitas negara-negara anggota.101

100

Pasal 6 Konvensi Wina 1986 yaitu kapasitas suatu organisasi internasional untuk membuat perjanjian-perjanjian internasional diatur oleh ketentuan-ketentuan organisasi itu sendiri.

101

(20)

Hak dan kewajiban organisasi internasional tersebut adalah benar-benar hak dan kewajiban organisasi internasional dan bukan hak dan kewajiban negara-negara yang menjadi anggota organisasi internasional tersebut secara individual.102

B. ASPEK HISTORIS DAN ORGANISASI DARI G-20 1. Latar Belakang Pembentukan G-20

G-20 atau Kelompok 20 ekonomi utama adalah kelompok 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Secara resmi G-20 dinamakan The Group of Twenty (G-20) Finance Ministers and Central

Bank Governors atau Kelompok Duapuluh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank

Sentral. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai forum yang secara sistematis menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang untuk membahas isu-isu penting perekonomian dunia.103Keanggotaan kelompok ini merupakan gabungan dari negara maju (G-7) dan kelompok representatif negara-negara berkembang104 yang pada dasarnya merupakan forum global untuk mendiskusikan isu-isu moneter internasional dengan tujuan yang mengarah pada stabilitas keuangan internasional.

102

Sri Setianingsih Suwardi, op.cit., hlm. 9. 103

Purnama Wulandari, G-20 dan Krisis Finansial Global, Jurnal ISIP, Januari 2010, hlm. 52.

104

Sebagian besar negara anggota G-20 adalah negara-negara dengan Purchasing Power

Parity (PPP) terbesar dengan sedikit modifikasi. Belanda, Polandia, dan Spanyol masuk ke dalam

representasi Uni Eropa, sementara Iran dan Taiwan tidak diikutsertakan. Thailand dari wilayah Asia Tenggara juga tidak diikutsertakan meski memiliki PPP di atas Afrika Selatan. Beberapa pertimbangan seperti signifikansi suatu negara secara sistemis terhadap perekonomian global (systematically important to global economy) dan keefektifan diskusi kelompok kecil G-20 menjadi dasar demografis keanggotaan G-20, lihat G-20 Official Publications, The Group of

Twenty: A History, hlm. 20.

Pertemuan perdana G-20 berlangsung di Berlin, 15-16 Desember 1999 dengan tuan rumah menteri keuangan Jerman dan Kanada. Mereka mengundang

(21)

menteri-menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari beberapa negara yang dipandang sistemik dalam pertemuan bulan Desember 1999 di Berlin. Hadir dalam pertemuan tersebut adalah menteri-menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari negara anggota G-7 (Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jerman, Jepang, Kanada, Perancis), Rusia (yang sudah pula bergabung dalam G-8), Afrika Selatan, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brazil, China, India, Indonesia, Korea Selatan, Meksiko, Turki, dan Uni Eropa. Pertemuan Berlin ini menandai secara resmi lahirnya G-20. Partisipan yang hadir kemudian menjadi anggota forum dialog informal tersebut.105

Latar belakang pembentukan forum ini berawal dari terjadinya Krisis Keuangan 1998 dan pendapat yang muncul pada forum G-7 mengenai kurang efektifnya pertemuan itu bila tidak melibatkan kekuatan-kekuatan ekonomi lain agar keputusan-keputusan yang mereka buat memiliki pengaruh yang lebih besar dan mendengarkan kepentingan-kepentingan yang barangkali tidak tercakup dalam kelompok kecil itu. Kelompok ini menghimpun hampir 90% GNP dunia, 80% total perdagangan dunia dan dua per tiga penduduk dunia.106

Lahinya G-20 dilatarbelakangi oleh konteks globalisasi yang terus menguat. Serangkaian krisis ekonomi yang terjadi pada dekade tahun 1990-an membuktikan bahwa dunia baru membutuhkan pendekatan baru untuk merespon dunia yang semakin kecil. Nilai peso Meksiko jatuh di bulan Desember 1994 menandai krisis finansial di negara ini yang imbasnya dirasakan pada negara-negara di Amerika Selatan, Indonesia, Thailand dan Korea Selatan mengalami

105

Oscar Angga Pradhipta, op.cit,.hlm 2-3. 106

(22)

krisis moneter yang parah pada tahun 1997 dan dampaknya dirasakan di negara-negara kawasan Asia.

Kerentanan finansial juga dirasakan di Rusia pada tahun 1998, di Brazil pada tahun 1998-2002, Turki pada tahun 1999-2002, dan Argentina pada tahun 2000-2001. Berbagai negara seperti China dan India telah merespom krisis dengan berbagai cara; apapun cara yang ditempuh telah beresiko pada meledaknya angka pengangguran dan melemahnya daya beli masyarakat, lebih lanjut ini berdampak sistemik pada transaksi perdagangan dunia.

Krisis finansial yang terjadi pada tahun 1990-an tersebut menjadi perhatian serius menteri-menteri keuangan negara-negara maju dan mengantarkan pada pengakuan bahwa sudah saatnya mereka harus mengajak negara-negara yang perekonomiannya menguat (emerging economies) untuk bergabung dalam diskusi tentang penataan struktuf finansial global. Adalah Paul Martin, Menteri Keuangan Kanada dan Lawrence Summer, Menteri Keuangan Amerika Serikat yang kemudian mengambil inisiatif untuk memulai penyelenggaraan dialog-dialog G22 dan G33, di mana negara-negara dengan perekonomian yang signifikan secara geografis dan ekonomik turut diundang di dalamnya.107

107

Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 4-5.

Paul Martin menulis di Foreign Affairs mengenai pentingnya dan perlunya negara-negara untuk duduk bersama membicarakan dan menilai setiap situasi di negara-negara lain seperti kebijakan dan langkah-langkah apa yang akan mereka lakukan. Untuk itulah sejumlah negara baik Negara maju maupun negara berkembang yang tergabung dalam forum G20 bertindak untuk mengatasi krisis finansial global yang bermula di AS ini.Forum ini diakui sebagai tempat diskusi

(23)

informal, dimana sifatnya sangat terbuka dan konstruktif sehingga mendorong para wakil negara untuk berbicara mengenai topik utama yang menjadi perhatian bersama yang berkaitan dengan stabilitas ekonomi global.108

G-20 dapat didefiniskan sebagai komite baru untuk mengelola isu-isu ekonomi global.Komite yang awalnya beranggotakan menteri-menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari 8 negara G-8

Dialog G-20 yang regular diselenggarakan pada bulan Desember 1999 dan terus dilembagakan setiap tahunnya hingga saat ini. G-20 disebut oleh para perintisnya sebagai terobosan baru “to make a smaller world governable and

fairer” (untuk membuat dunia yang semakin kecil dapat dikelola dan lebih adil.

109

ditambah 10 negara dengan perekonomian yang menguat plus Australia dan Uni Eropa.110

Pertemuan-pertemuan rutin pun digelar sejak pertemuan pertama G-20 di Berlin, Jerman.G-20 fokus pada penanganan krisis ekonomi, kebijakan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi, penguatan sistem finansial di masing-masing negara anggota dan, sebagai respon terhadap serangan teroris 9/11 di

G-20 dipandang sebagai kompromi baru yang lebih baik antara kerjasama-kerjasama multilateral yang ada.Jumlahnya yang lebih besar, sekalipun tidak terlalu besar dibandingkan G-7, memberikan peluang bagi dialog-dialog yang lebih luwes dengan hasil nyata yang lebih cepat, jumlahnya tentu jauh lebih sedikit dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (192 negara) yang terkesan sangat lambat dalam penanganan isu-isu krusial yang dihadapi dunia.Dengan penetapan jumlah yang terbatas, G-20 meyakini kemampuan dan efektivitas untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

108

Purnama Wulandari, loc. cit. 109

G-8 adalah Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Prancis, Rusia 110

(24)

gedung kembar New York, kerjasama dalam pembekuan pendanaan terorisme. Dialog kemudian mengembangkan diskusi pada pentingnya reformasi lembaga-lembaga keuangan Bretton Woods, IMF, dan Bank Dunia. Reformasi ini dilihat sebagai prekondisi penting untuk memperkuat struktur finansial global yang relative kokoh dalam mengantisipasi krisis ekonomi di masa depan.111

111

Ibid.

Krisis ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2007 semakin menempatkan pentingnya G-20. Para pendukung pelembagaan G-20 melihat perlunya peningkatan dialog G-20 dari level kementerian ke level Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Hanya pemimpin politik yang dapat membuat keputusan-keputusan strategis yang sekalipun tidak legally binding (mengikat secara hukum) namun berimplikasi pada pemenuhan komitmen politik yang lebih kuat. Dengan demikian kesepakatan yang dibuat dalam forum intergovernmental di tingkat tertinggi akan membawa penyesuaian-penyesuaian kebijakan di masing-masing negara, termasuk keputusan yang sifatnya teknis. Menjadikan forum G-20 di tingkat pemimpin tertinggi membuat keputusan-keputusan yang dibuat dalam forum tersebut menjadi ‘implementable’ (bersifat dapat diterapkan).

Untuk menghindarkan perdebatan yang sering terjadi di KTT lain, G-20 fokus pada komonalitas di antara anggota-anggotanya.KTT mengadopsi prinsip-prinsip esensial yang tidak hanya membentuk citra dan nilai simbolik, tetapi juga meningkatkan profil G-20 yang penting secara politik.Ini penting untuk membuat G-20 dapat memulai suatu diskusi tentang bagaimana membangun stabilitas dan kapabilitas untuk mengelola krisis ekonomi, isu-isu yang otoritasnya berada di tangan menteri-menteri keuangan dan gubernur bank sentral.

(25)

Selain pertemuan tingkat tinggi, pertemuan pejabat senior, menteri keuangan dan gubernur bank sentral, G-20 juga memiliki organ pertemuan Sherpa. Pertemuan Sherpa diselenggarakan sebelum KTT yang dimaksudkan untuk mensinkronisasikan isu-isu yang secara khusus akan diagendakan dalam KTT. Dengan demikian pertemuan di tingkat leader dapat menjadi lebih efektif karena lebih fokus pada masalah-masalah dan kepentingan komonalitas dengan pendekatan yang telah disepakati bersama di tingkat pejabat senior, kementerian dan pejabat Sherpa;112 daripada membawa perbedaan-perbedaan yang dikhawatirkan justru akan memperpanjang perdebatan di tingkat pimpinan negara.113

2. Tujuan Pembentukan G-20

Dalam era globalisasi sekarang ini kepentingan suatu bangsa tidak bisa dicapai dengan tangan sendiri namun era ini kinerja yang digunakan untuk mencapai suatu kepentingan lebih kepada kerjasama, baik itu bilateral maupun multilateral.Kepentingan ekonomi yang diperjuangkan oleh negara-negara di dunia pun begitu adanya.Koalisi-koalisi sengaja dibentuk sebagai sarana yang bertujuan untuk mempermudah jalannya pencapaian kepentingan masing-masing negara dalam hal ekonomi.

Forum G-20 berdiri pada tahun 1999 pada momentum setelah krisis moneter menimpa negara-negara Asia.Forum ini terbentuk dari keinginan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G-7 yang

112

Sherpa adalah wakil yang ditunjuk oleh Presiden untuk menangani isu-isu non keuangan.Sedangkan isu keuangan dibahas oleh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral.Isu-isu non-keuangan yang dibahas oleh Sherpa antara lain terkait pembangunan, ketenagakerjaan, energi, korupsi, perdagangan dan investasi, kesehatan, perubahan iklim, anti-terorisme, dan pengungsi.

113

(26)

menginginkan forum diskusi yang lebih luas untuk membahas isu moneter internasional.Tujuannya yakni mempromosikan kerjasama global dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan menguntungkan semua pihak.114

Dari sudut pandang negara-negara industri maju, negara-negara berkembang telah menunjukkan bahwa situasi ekonomi dan politik negaranya telah banyak berubah dari waktu ke waktu, dan memunculkan pandangan bahwa negara-negara berkembang merupakan sumber pertumbuhan bagi perekonomian global. Hal ini tidak lepas kaitannya dari pesatnya pertumbuhan perdagangan global yang kemudian mendorong meningkatnya harga komoditi dan bahan baku yang sebagian besar berasal dari negara-negara berkembang dalam jangka waktu yang singkat.115

Fokus utama G-20 bertujuan untuk mencapai konsensus, utamanya dalam lingkupan penguatan pasar finansial.Dengan demikian, G-20 secara aktif mendiskusikan kebijakan fiskal dan moneter.Untuk kebijakan fiskal, isu yang sering didiskusikan adalah mekanisme untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengeluaran negara, desain kerangka fiskal jangka menengah, dan koordinasi untuk pengaturan pengeluaran di berbagai tingkatan berbeda di dalam struktur pemerintahan.116

114

“to broaden the dialogue on key economic and financial policy issues among systemically significant economies and promote co-operation to achieve stable and sustainable world economic growth that benefits all.” lihat G-20 Official Publications, op.cit., hlm. 8.

Sedangkan kebijakan moneter umumnya membahas hubungan antarbank, bentuk penguatan mata uang serta suku bunga.

115

Komunike G-20 dan Proses Penanganan Krisis Finansial Global, sebagaimana dimuat dalam http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/133589-T%2027885-Kerjasama%20G-20-Metodologi.pdf, diakses pada tanggal 1 Februari 2017.

116

“with respect to fiscal policy, the debate focused on ways of finding the “fiscal space” necessary for a country to finance its social and economic objectives. Issues addressed included mechanisms for improving the efficiency and effectiveness of government spending, the design of

(27)

G-20 mengklaim memiliki mandat global dan karenanya G-20 tidak sekedar menjalankan peran sebagai forum biasa. Mandatnya adalah untuk memberi kontribusi bagi penguatan arsitektur keuangan internasional dan memberikan kesempatan bagi dialog tentang kebijakan-kebijakan nasional, kerjasama internasional dan lembaga-lembaga keuangan internasional. Melalui dialog ini G-20 berharap dapat membantu pertumbuhan dan pembangunan di dunia. G-20 bukan hanya memberikan perhatian khusus dalam hal upaya untuk memenuhi harapan setiap anggota forum dan bagaimana dapat memberikan manfaat bagi semua anggota forum.Namun sebagai pemegang mandat global, G-20 juga bertanggungjawab untuk memberikan manfaat bagi negara-negara yang tidak diundang dalam forum tersebut.G-20 merupakan forum yang berambisi untuk dapat mencapai tujuan yang maha besar yang berkeinginan untuk menyelesaikan masalah-masalah global yang dihadapi bangsa-bangsa di dunia dengan cara-cara yang efektif.117

Ratusan komitmen telah dibuat dalam bidang finansial, perbankan dan perdagangan terutama sejak forum ini meningkatkan levelnya pada tingkat pemimpin (Konferensi Tingkat Tinggi/KTT) di tahun 2008.118

medium-term fiscal frameworks, and the coordination of spending across different levels of government.” lihat G-20 Official Publications, op.cit., hlm. 39.

Beberapa contoh komitmen prioritas misalnya adalah kesepakatan untuk memperkuat fleksibilitas nilai tukar (Exchange Rates) dan menahan diri untuk melakukan devaluasi mata uang masing-masing anggota; komitmen negara maju untuk melakukan

117

Evaluasi Akuntabilitas dan Efektivitas G-20, sebagaimana dimuat dalam

http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Evaluasi%20Akuntabilitas%20dan%20Efektivitas% 20G20.pdf, diakses pada tanggal 1 Februari 2017.

118

Lihat deklarasi pemimpin G-20 dari KTT G-20 di Washington (November 2008) hingga KTT G-20 di Los Cabos (Juni 2012): misalnya Washington Summit’s Declaration; Cannes

Summit Final Declaration, Building Our Common Future: Renewed Collective Action for the Benefit of All, Cannes, 4 November 2011; dan G-20 Leader’s Declaration, Los Cabos 18-19 Juni

(28)

konsolidasi fiskal dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang jelas, kredibel dan spesifik; komitmen emerging market economies untuk mengadopsi kebijakan makroekonomik untuk meningkatkan ketahanan perekonomian mereka; komitmen untuk mencabut kebijakan proteksionisme dalam perdagangan termasuk pembatasan ekspor dan kebijakan yang tidak konsisten dengan kesepakatan dalam WTO.119

3. Keanggotaan G-20

Jika dibandingkan dengan institusionalisasi layaknya rezim-rezim internasional lain seperti PBB, forum G-20 tidak memiliki staf dan sekretariat tetap.120 Secara de jure, G-20 bukan sebuah organisasi internasional yang memiliki legitimasi formal dan sistem administrasi yang baku seperti Bank Dunia, IMF, ADB, AfDB atau WTO. G-20 tak lebih dari forum konsultasi atau kongsi informal yang diinisiasi oleh negara-negara industri maju guna menegosiasi berbagai kebijakan ekonomi global.121

Karena G-20 tidak memiliki staf tetap122 maka G-20 dipimpin oleh seorang ketua.Melihat pentingnya posisi ketua, maka pada tahun 2002 dibentuk Troika123

Anggota G-20 yang terdiri dari gabungan negara anggota G-7, negara maju non anggota G-7 (Australia dan Korea Selatan), BRIC (Brazil, Rusia, India, China/RRT) dan negara dengan ekonomi yang potensial seperti Argentina,

untuk memastikan kontinuitas misi yang dibawa oleh G-20.Ini adalah inovasi unik di antara kelompok-kelompok internasional.

119

Lihat Evaluasi Akuntabilitas dan Efektivitas G-20, loc. cit. 120

Lihat Komunike G-20 dan Proses Penanganan Krisis Finansial Global, loc. cit. 121

Sebagaimana dimuat dalam http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t17743.pdf, diakses pada tanggal 1 Februari 2017.

122

Wikipedia, G-20 Ekonomi Utama, loc. cit. 123

Troika adalah terdiri dari ketua sebelum, yang sedang menjabat, dan akan menjabat di G-20. Fungsi lain Troika adalah memastikan ketua yang dan akan terpilih telah siap menjalankan tugasnya.

(29)

Meksiko, Afrika Selatan, Turki, Arab Saudi, dan Indonesia serta Uni Eropa kemudian melakukan pertemuan dengan tujuan mencapai beberapa kebijakan guna mendukung rezim yang sesuai.124

Fitur unik dari G-20 terletak dari penggunaan media internet secara ekstensif.Setiap negara ketua tahun berjalan memiliki situs web-nya masing-masing yang berfungsi efektif pada masa jabatannya itu.Publikasi umum G-20 tersedia bagi khalayak luas di web tersebut. Para anggota G-20 juga memiliki akses tersendiri ke web, dan dapat mengakses makalah-makalah dan materi-materi lainnya yang berkaitan dengan pertemuan internal, serta dapat menyimpan dokumen-dokumennya di web yang sama.125

4. Struktur Kelembagaan dan Pengambilan Keputusan

Dalam banyak aspek, G-20 merupakan model baru dari G-7 di mana dalam kelompok itu tersedia forum informal bagi para anggotanya untuk berdebat. Oleh karena tidak adanya piagam, sistem pemungutan suara, atau keputusan-keputusan yang bersifat mengikat secara hukum, negara-negara G-20 memiliki posisi yang sama dan berinteraksi secara sepadan.126

124

Lihat di

Penekanan forum lebih ditujukan pada mencapai konsensus terkait isu-isu penting, dan semua anggotanya di dorong untuk berdebat secara bebas, ketimbang beretorika berdasarkan teks yang sudah disiapkan sebelumnya.Forum ini tidak memiliki sekretariat dan staf permanen,

http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t17743.pdf, loc. cit. 125

Data yang digunakan mengacu dari publikasi online 20 saat ketua tahun berjalan G-20 adalah Jerman (G-2017), sebagaimana dimuat dalam

https://www.g20.org/Webs/G20/EN/Home/home_node.html, diakses pada tanggal 1 Februari 2017.

126

(30)

sehingga layanan kesekretariatan disediakan oleh negara yang menjabat sebagai ketua tahun berjalan.

Namun forum G-20 memiliki struktur koordinasi khususnya Indonesia seperti yang ada pada gambar berikut ini.127

Struktur Koordinasi G-20 Indonesia. Gambar 1.

128

sumber : Kantor Sherpa G-20 Indonesia

Kursi Ketua G-20 sangat unik karena dirotasi berdasarkan anggota-anggotanya, dan dipegang oleh Troika.Sistem inovatif yang diciptakan pada tahun 2002 ini diharapkan dapat menjamin keberlangsungan kegiatan dan pengelolaan organisasinya.Keunikan Troika menyediakan kesempatan bagi ketua berjalan dan

127

Sherpa G-20 Indonesia, Struktur Koordinasi, sebagaimana dimuat dalam

http://sherpag20indonesia.ekon.go.id/index.php?r=site/content&content=struktur, diakses pada tanggal 1 Februari 2017.

128

Presiden Republik Indonesia merepresentasikan Indonesia pada tingkat KTT G-20.Sementara itu, Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia menjadi wakil Indonesia pada jalur keuangan.Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional, Kemenko Perekonomian, merupakan Sherpa Indonesia pada pertemuan G-20.Pertemuan tingkat Menteri diwakili oleh anggota Kabinet RI yang relevan.Pertemuan Working Groups G-20 diikuti para pejabat Kementerian/Lembaga (K/L) yang terkait.

(31)

ketua tahun berikutnya dalam mempelajari pengalaman ketua tahun lalu ketika menjabat.129

1. Group One : Australia, Kanada, Arab Saudi, Amerika Serikat

Maka dari itu ke 19 negara tersebut (kecuali Uni Eropa) dibagi menjadi 5 kelompok regional, yang kemudian menetukan perputaran kursi kepresidenan G-20 yaitu:

2. Group Two : India, Rusia, Afrika Selatan, Turki 3. Group Three : Argentina, Brazil, Meksiko 4. Group Four : Prancis, Jerman, Italia, Inggris

5. Group Five : China, Indonesia, Jepang, Korea Selatan.130

Setiap kelompok memiliki anggota paling banyak 4 negara. Kursi kepresidenan berputar di antara kelompok regional tersebut, dan satu negara dari kelompok tersebut akan menjadi pemegang kursi kepresidenan pada tahun tertentu. Seperti pada tahun 2010 Korea Selatan dari Kelompok 5 merupakan ketua, kemudian pada tahun 2011 adalah Prancis dari Kelompok 4, pada tahun 2012 adalah Meksiko dari Kelompok 3, pada tahun 2013 adalah Rusia dari Kelompok 2, pada tahun 2014 adalah Australia dari Kelompok 1, tahun 2015 adalah Turki dari Kelompok 2, dan tahun 2016 adalah China dari Kelompok 5.

Mulai 2011, ketika Prancis menjadi ketua dan tuan rumah G-20, KTT hanya akan diselenggarakan sekali dalam setahun.131 Jerman akan menjadi tuan rumah pada tahun 2017.132

1. Tahun 2008 : 14-15 November di Washington D.C (Amerika Serikat). KTT Kepala Pemerintahan G-20:

129

Komunike G-20 dan Proses Penanganan Krisis Finansial Global, loc. cit. 130

G-20 Official Publications, op.cit., hlm. 130. 131

Wikipedia, G-20 Ekonomi Utama, loc. cit. 132

(32)

2. Tahun 2009 : 2 April di London (Inggris);

24-25 September di Pittsburgh (Amerika Serikat). 3. Tahun 2010 : 26-27 Juni di Toronto (Kanada);

11-12 November di Seoul (Korea Selatan). 4. Tahun 2011 : 3-4 November di Cannes (Prancis). 5. Tahun 2012 : 18-19 Juni di Los Cabos (Meksiko). 6. Tahun 2013 : 5-6 September di St. Petersburg (Rusia). 7. Tahun 2014 : 15-16 November di Brisbane (Australia). 8. Tahun 2015 : 15-16 November di Antalya (Turki). 9. Tahun 2016 : 4-5 September di Hangzhou (China). 10. Tahun 2017 : 7-8 Juli di Hamburg (Jerman).133

Proses pencapaian kesepakatan dilakukan melalui konsensus yang dilakukan tiap anggota yang terlibat dalam pertemuan G-20. Konsensus dicapai melalui diskusi dengan berdasarkan posisi dari tiap anggota yang tidak dibedakan.Pencapaian konsensus diawali dengan pemilihan isu yang dianggap sesuai dengan peranan G-20. Isu tersebut kemudian dibahas agar dapat mencapai kesepakatan yang sama, baik dalam bentuk pernyataan maupun bentuk pengaplikasian di tiap negara anggota. Proses pencapaian kesepakatan terkadang bisa memakan waktu yang lama, misalnya pencapaian restrukturisasi sistem kuota di International Monetary Fund (IMF) yang pembahasannya masih berlangsung hingga sekarang.

Di tingkat teknis, G-20 telah membagi isu ke dalam berbagai tingkat pembahasan yang beranggotakan otoritas finansial dan moneter negara anggota

133

(33)

yang melakukan koordinasi intensif selama 7x24 jam. Terkait dengan instrumen krisis, regulasi, dan arsitektur keuangan internasional, G-20 membentuk empat kelompok kerja (working group/WG): (i) Enhancing sound regulation and

transparency, (ii) Promoting integrity in the financial markets, (iii) IMF reform,

dan (iv) Multilateral development banks (MDBs) reform.134

G-20 memiliki dua jenis pertemuan yang dihelat setiap tahun. Pertemuan antar pemimpin tiap negara anggota menjadi puncak pertemuan, sedangkan untuk pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral yang juga melibatkan

Managing Director dari IMF, Presiden dari Bank Dunia, bersama dengan para

ketua dari The International Monetary and Financial Committee (IMFC) dan The

Development Commicommittee, dilakukan beberapa kali sebelum dan sesudah

pertemuan para pemimpin. Tujuannya untuk mulai melakukan negosiasi dini dan membahas masalah teknis untuk mengaplikasikan hasil konsensus.135

Pada tiap pertemuan, jumlah negara/organisasi yang diundang sebagai tamu sangat terbatas begitupun dengan kesempatan untuk memberikan pendapat.Hal ini dilakukan untuk mengefektifkan waktu mencapai konsensus.Namun semenjak pertemuan di Korea Selatan pada tahun 2010, kelompok bisnis juga mulai dilibatkan dalam acara terpisah. Keikutsertaan banyak pihak akan meningkatkan legitimasi yang dimiliki oleh G-20, dengan demikian kebijakan yang dihasilkan akan lebih representatif dan efektif. Hingga saat ini bentuk keputusan yang dihasilkan oleh G-20 dikeluarkan dalam bentuk

Communiqué atau deklarasi.Kelompok ini tidak memiliki jalur untuk

memaksakan implementasi dari perjanjian yang telah disepakati, sebab komitmen

134

Anggito Abimanyu, op.cit., hlm. 211. 135

(34)

bersifat tidak mengikat dan tidak adanya bentuk pemaksaan formal yang dapat dilakukan.Untuk itu, jalan yang sering digunakan adalah melakukan moral

suasion.136

C. ANALISIS G-20 SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL 1. Karakteristik G-20 Sebagai Organisasi Internasional

Secara sederhana karakteristik suatu organisasi internasional, yaitu: 1. Keterlibatan negara dalam suatu pola kerjasama.

2. Adanya pertemuan-pertemuan secara berkala.

3. Adanya staf yang bekerja sebagai “pegawai sipil internasional”. 4. Kerjasama yang ruang-lingkupnya melintasi batas negara. 5. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama.

6. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap.

7. Melaksanakan fungsi secara berkesinambungan.137

A. Leroy Beneet menyatakan organisasi internasional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) A permanent organization to carry on a continuing set of functions. 2) Voluntary membership of eligible parties.

3) Basic instrument stating goals, structure and methods of operation. 4) A broadly representative consultative conference organ.

136

Moral suasion adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan

jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi.Kebijakan ini dikeluarkan oleh Bank Sentral melalui pidato, pengumuman atau edaran yang ditujukan kepada bank-bank umum.Melalui pengumuman tersebut uang yang beredar dapat distabilkan.Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

137

Karakteristik Organisasi Internasional, sebagaimana dimuat dalam

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/51509/3/Chapter%20II.pdf, diakses pada tanggal 1 Februari 2017.

(35)

5) Permanent secretariat to carry on continuous administrative, research and

information functions.138

Terjemahan bebas:

1) Organisasi tetap untuk melaksanakan fungsi yang berkelanjutan. 2) Keanggotaan yang bersifat sukarela dari peserta yang mematuhi syarat. 3) Instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur dan metode operasional. 4) Badan pertemuan perwakilan konsultatif yang luas.

5) Sekertariat tetap untuk melanjutkan fungsi administratif, penelitian dan informasi secara berkelanjutan.139

LL. Leonard memberikan karakteristik yang lebih luas lagi mengenai organisasi internasional, yaitu sebagai berikut:

1) Basic charters or constitutions, usually in the form of multilateral

agreements, specified the obligations of the members states, limited the authority and responsibilities of the organization created the structure and provided for procedures by which the organization would function.

2) Membership was confined to signatory states, which participated through

delegates appointed by their governments.

3) The structure included a policy making organ consisting of representative of

all members governments and meeting at regular intervals of one to five years.

4) Sometimes a second policy-making and executive organ was provide for,

consisting of a limited memberships, having clearly defined authority and meeting more frequently.

5) Voting procedure generally provided one vote for each members requiring

unanimous vote on important decisions.

6) The structure also included a secretariat headed by a secretary general or

director and usually consisting of international civil servant who were employed by the organization to carry on day to day activities.

7) The members were required to make contribution to meet the expanse of the

organization.

Terjemahan bebas:

138

Sumaryo Suryokusumo, op.cit., hlm. 14. 139

(36)

1) Piagam dasar/konstitusi, biasanya dalam bentuk perjanjian multilateral dikhususkan untuk kewajiban-kewajiban negara anggota, batasan kekuasaan dan tanggung jawab organisasi menghasilkan struktur dan menyediakan prosedur untuk organisasi yang akan berfungsi.

2) Keanggotaan diberitahukan kepada negara peserta penandatanganan yang berpartisipasi melalui pertemuan delegasi oleh pemerintah mereka.

3) Strukturnya termasuk badan pembuat kebijakan terdiri atas perwakilan semua anggota pemerintah dan pertemuan dengan jangka tetap dari 1 sampai 5 tahun.

4) Kadang-kadang badan pembuat kebijakan dan badan eksekutif cadangan telah disediakan yang terdiri atas keanggotaan terbatas, mempunyai kekuasaan yang ditegaskan dengan jelas dan pertemuan yang lebih sering.

5) Prosedur pengambilan suara umumnya disediakan satu suara untuk masing-masing anggota, memerlukan pengambilan suara bulat untuk keputusan penting.

6) Strukturnya juga termasuk sekretariat yang dikepalai oleh seorang sekertaris jenderal atau direktur dan biasanya terdiri atas pegawai sipil internasional yang dipekerjakan oleh organisasi untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. 7) Anggota-anggotanya dibutuhkan untuk membuat kontribusi untuk memenuhi

badan-badan dari organisasi tersebut.140

Dari penjelasan para sarjana tersebut tentang karakteristik suatu organisasi internasional di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara de jureG-20 bukanlah suatu organisasi internasional yang memiliki legitimasi formal, melainkan apa

140

(37)

yang dikenal hanya sebagai forum informal karena G-20 tidak memiliki piagam dasar yang biasanya dalam bentuk perjanjian multilateral dikhususkan untuk kewajiban-kewajiban negara anggota, batasan kekuasaan dan tanggung jawab organisasi menghasilkan struktur dan menyediakan prosedur untuk organisasi yang akan berfungsi. Sehingga setiap pengambilan keputusan apabila tidak dilaksanakan oleh negara anggota tidak memiliki dampaklangsung.

G-20 tidak memiliki sistem administratif yang baku dengan sekretariat tetap atau delegasi permanen anggotanya. Inilah sebabnya mengapa kursikepresidenan, yang berputar secara tahunan, memainkan peran yang sangat penting.Semua anggotanya di dorong untuk berdebat secara bebas, ketimbang beretorika berdasarkan teks yang sudah disiapkan sebelumnya.Forum ini tidak memiliki sekretariat dan staf permanen, sehingga layanan kesekretariatan disediakan oleh negara yang menjabat sebagai ketua tahun berjalan.

Sejak berdirinya, G-20 dipandang sebagai bagian dari global governance dalam bidang ekonomi dan keuangan internasional.G-20 merupakan forum kerjasama menteri keuangan dan gubernur bank sentral dan sering dianggap hanya sebagai langkah kecil dalam kontribusi penciptaan tata ekonomi dunia baru dan penanganan masalah-masalah global.Pada saat krisis ekonomi global tahun 2008, kerjasama G-20 ditingkatkan ke level leaders (Kepala Negara/Kepala Pemerintahan).Hal ini membuat keberadaan G-20 menjadi semakin penting dalam tata ekonomi dunia baru.Sehingga G-20 disebut sebagai forum utama kerjasama ekonomi.

(38)

Subjek hukum adalah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum dan pemegang hak dan kewajiban hukum itu memiliki kemampuan untuk mengadakan hubungan-hubungan hukum dengan sesama pemegang hak dan kewajiban huku m.Jadi, organisasi internasional merupakan pemegang hak dan kewajiban menurut hukum internasional.141

1. Dibentuk dengan suatu perjanjian internasional oleh lebih dari dua negara, apa pun namanya dan tunduk pada rezim Hukum Internasional.

Namun tidak semua organisasi internasional memiliki status sebagai subjek Hukum Internasional. Organisasi Internasional yang diakui sebagai subjek Hukum Internasional harus memenuhi karakteristik berikut:

2. Memiliki sekretariat tetap.142

Dapat diambil kesimpulan bahwa G-20 bukanlah suatu organisasi internasional yang diakui menjadi subjek Hukum Internasional.G-20 tidak memiliki hak dan kewajiban dalam organisasi internasional untuk mengeksekusi segala hasil dari pertemuan-pertemuan yang diadakan melalui KTT-KTT.

Dalam syarat pertama itu dapat diketahui apa nama organisasi tersebut, tujuan, fungsi, asas, kewenangan, sistem keanggotaan, sistem pemungutan suara, hak dan kewajiban anggota, juga organ-organ atau struktur organisasinya. Syarat kedua juga sangat penting karena sekretariat tetap merupakan tempat kedudukan organisasi tersebut. Dengan dipenuhinya kedua syarat tersebut akan lebih mudah organisasi itu untuk memperolah international personality. Dengan adanya

international personality yang dimiliki suatu organisasi internasional maka akan

141

Sri Setianingsih Suwardi, op.cit., hlm. 7-8 142

Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 143.

(39)

memiliki kecakapan-kecakapan hukum internasional (international legal

capacity) yang berupa antara lain:

1. Dapat membuat perjanjian internasional dengan sesama organisasi internasional, negara, atau subjek HI lainnya.

2. Dapat memiliki property atas namanya sendiri.

3. Dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum untuk dan atas nama anggota-anggotanya.

4. Dapat menuntut dan dituntut di pengadilan internasional.143

Namun hak dan kewajiban yang diatur dalam hukum internasional ini tidak dapat berlaku dan diterapkan kepada G-20 karena G-20 bukanlah subjek hukum internasional yang memiliki wewenang tersebut.G-20 hanyalah sebuah forum kerjasama internasional yang membahas mengenai ekonomi global.G-20 harus memperkuat legitimasinya agar bisa menjadi subjek hukum internasional.

Seperti yang sudah di bahas dalam sub bab sebelumnya bahwa ada beberapa hak dan kewajiban organisasi internasional dan bukan hak dan kewajiban negara-negara yang menjadi anggota organisasi internasional tersebut secara individual144

143

Ibid, hlm. 144. 144

Sri Setianingsih Suwardi, op.cit., hlm. 9.

maka dalam hal ini G-20 tidaklah memiliki hak dan kewajiban sebagai organisasi internasional karena bukan sebagai subjek hukum internasional.

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia sebagai negara hukum juga memiliki sebuah peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur mengenai Perjanjian Internasional dalam rangka mendukung

Bila perjanjian internasional telah diikuti oleh negara berkembang, namun kebijakan yang diambil bertentangan dengan perjanjian yang telah diikuti maka negara maju tidak

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa perjanjian kredit adalah suatu hubungan hukum berupa perjanjian yang mengatur mengenai hak dan kewajiban

Pada dasarnya, pengunduran diri dari organisasi internasional yang tidak memiliki ketentuan mengenai pengunduran diri tidak diperbolehkan sehingga perlu dicermati mengenai sanksi

Namun, kenyataannya secara menyeluruh bahwa tidak adanya dicantumkan atau tidak secara rinci menjelaskan ketentuan mengenai pengunduran diri dari organisasi internasional dimana

Interpol adalah salah satu organisasi internasional. Kedudukan Interpol sebagai organisasi internasional telah diakui oleh masyarakat internasional. Interpol merupakan

Hak-hak yang dimiliki oleh negara- negara pihak dalam suatu perjanjian internasional juga dapat dimiliki oleh negara ketiga, atau kelompok negara, di mana negara

Indonesia sebagai negara hukum juga memiliki sebuah peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur mengenai Perjanjian Internasional dalam rangka mendukung