BAB II
ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DARI KEBERADAAN ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL
A. Latar Belakang Pembentukan ASEAN
Negara-negara di Asia Tenggara mengenal organisasi regional pada terbentuknya SEATO (Southeast Asia Treaty Organization). Organisasi ini sebenarnya merupakan upaya Amerika untuk membendung pengaruh komunis di kawasan Asia sehingga lebih merupakan prakarsa dari luar kawasan Asia Tenggara. Sedangkan organisasi yang dibentuk sepenuhnya oleh negara-negara Asia Tenggara untuk pertama kalinya adalah The Association of Southeast Asia (ASA) pada 1961 yang beranggotakan Malaysia, Philipina dan Thailand. Tujuan ASA adalah memajukan pertumbuhan ekonomi dan budaya melalui saling kerja sama dan bantu membantu di antara negara-negara anggotanya.24 Namun organisasi ini tidak bertahan lama karena pecahnya konflik antara Philipina dan Malaysia atas status daerah sabah yang diklaim sebagai bagian dari Philipina.25 Selain itu dikarenakan tidak cukup banyaknya negara yang tergabung dan terwakili dalam organisasi regional tersebut.26
Kawasan Asia Tenggara yang saling berdekatan hingga menjadi jalur lalu lintas internasional, membuat kawasan ini menjadi strategis. Demi terjaganya
24 ASA tidak berkembang karena masih adanya pertikaian internal pada sesama
negara-negara Asia Tenggara, terutama mengenai status Sabah, dan tidak masuknya Indonesia pada organisasi ini. (Huala Adolf, op.cit. hal 125)
25 Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara : Teropong Terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan, 2007, Pustaka Belajar, Yogyakarta, hal. 12
stabilitas pada masing-masing negara di kawasan ini maka dianggap perlu untuk mengadakan jalinan kerja sama yang baik dan terus-menerus.
Terdapat kekhawatiran negara-negara di Asia Tenggara terhadap ancaman eksternal dan internal di kawasan ini pada tahun 1960-an.27
Selain itu juga persamaan kedudukan di dalam keanggotaan merupakan salah satu prinsip dalam kerja sama ini, tanpa mengurangi kedaulatan masing-masing anggota. Hal ini dikarenakan, mulai abad ke-16 bangsa-bangsa barat mulai berdatangan dan berebut pengaruh dikawasan ini, satu demi satu negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara menjadi daerah jajahan mereka, kecuali Muangthai (sekarang disebut Thailand).
Ancaman internal tersebut diantaranya ialah menyebarnya paham komunis di Asia dan konflik yang terjadi antar sesama negara Asia Tenggara. Segi eksternal, dikarenakan kawasan yang strategis, Asia Tenggara rawan menjadi ajang persaingan kepentingan-kepentingan yang datang dari luar.
28
Deklarasi Bangkok merupakan instrumen terpenting bagi ASEAN, karena dalam Preamble Deklarasi menegaskan keinginan negara-negara anggota untuk mendirikan suatu federasi yang kokoh untuk tindakan bersama guna memajukan Melalui Deklarasi Bangkok 1967 yang ditandatangani pada tanggal 8 Agustus 1967, ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) didirikan oleh lima negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia (Adam Malik), Malaysia (Tun Abdul Razak), Thailand (Thanat Khoman), Filipina (Narsisco Ramos), dan Singapura (Rajaratman).
27 Bambang Cipto, op.cit, hal. 123
28
kerja sama regional, memperkuat stabilitas ekonomi dan sosial dan untuk memelihara keamanan dari campur tangan pihak luar.29
Tahun-tahun pertama ASEAN didirikan belum ada suatu kegiatan aktif yang dilakukan, namun hal itu sebenarnya merupakan suatu periode pemantapan saling pengertian dan menghilangkan saling curiga antar anggotanya guna memantapkan kerja sama yang sedang ditumbuhkan.30 Pada tahap-tahap permulaan itu, ASEAN berhasil menjadikan dirinya sebagai suatu forum tempat negara anggota dapat belajar memahami satu sama lain, berbicara bersama-sama dan menentukan masalah bersama secara sendiri-sendiri dan secara berkelompok.31
Hingga pada Februari 1976 diadakan pertemuan tingkat tinggi para penguasa ASEAN yang berlangsung di Bali yang menghasilkan 3 (tiga) kesepakatan penting, yakni32
1. The Treaty of Amity and Cooperation in South-East Asia
:
The Treaty Of Amity and Cooperation in South-East Asia (TAC)
(perjanjian persahabatan dan kerjasama) ditandatangani di Bali pada 24 Februari 1976. Perjanjian ini menegaskan kembali aspirasi dan tujuan pendirian ASEAN, yakni perdamaian, persahabatan dan kerjasama. Ketentuan penting yang dihasilkan dalam TAC adalah kesepakatan dari
the high contracting parties (negara-negara anggota ASEAN) mengenai
29 Huala Adolf, op.cit, hal. 124
30 Sekretariat Nasional ASEAN, ASEAN Selayang Pandang, Departemen Luar Negeri RI,
1991, Jakarta, hal. 2
31 M. Sabir, ASEAN: Harapan dan Kenyataan, 1992, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal.
59
pengakuan terhadap prinsip fundamental kerjasama antar negara anggota ASEAN. Prinsip fundamental tersebut adalah:
a. Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, prinsip persamaan, integritas wilayah dan identitas nasional semua negara (anggota ASEAN);
b. Hak setiap negara untuk mengurus bangsanya tanpa campur tangan, subversi atau tekanan;
c. Prinsip non-interfensi di dalam urusan dalam negeri negara anggota lain;
d. Penolakan atas setiap penggunaan atau ancaman kekerasan; e. Prinsip kerja sama efektif di antara negara anggota;
f. Penyelesaian sengketa secara damai.
2. Declaration of ASEAN Concord
The Declaration of ASEAN Concord (Deklarasi Kesepakatan
ASEAN) yang ditandatangani di Bali pada tanggal 24 Februari 1976 (Deklarasi 1976) memuat ketentuan yang lebih detil mengenai tujuan-tujuan dalam Deklarasi ASEAN 1967. Deklarasi 1976 ini juga mengesahkan suatu program aksi sebagai kerangka kerjasama ASEAN. Perkembangan terakhir, Declaration of ASEAN Concord kembali dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu ASEAN Concord atau Bali Concord
II33 pada 7 Oktober 2003 dan ASEAN Concord atau Bali Concord III34
Contoh hasil kerja sama di bidang politik dan keamanan yang sudah terjadi di Asia Tenggara antara lain, penyelenggaraan kerja sama untuk menjaga stabilitas keamanan kawasan wilayah Asia Tenggara, pelepasan tuntutan kepemilikan atas wilayah Sabah oleh Filipina kepada Malaysia, dan penandatanganan kesepakatan tentang Asia Tenggara sebagai kawasan bebas nuklir.
pada KTT ASEAN ke-19 di Bali, 17 November 2011.
Tujuan yang hendak dicapai antara lain mengharmonisasikan pandangan para negara anggota. Apabila memungkinkan, Deklarasi juga mengupayakan suatu tindakan aksi bersama dalam menghadapi masalah-masalah di bidang politik.
35
Dalam kerja sama ekonomi, Deklarasi membuka kemungkinan kerja sama di bidang komoditi, khususnya di bidang makanan dan energi serta kerja sama di bidang proyek-proyek industri ASEAN, dan
Deklarasi mensyaratkan dilakukannya suatu kajian guna membuka kemungkinan kerja sama di bidang hukum, termasuk kemungkinan ditandatanganinya kerja sama ekstradisi ASEAN.
33 Bali Concord II mengacu pada penerapan kesempatan dalam bidang membangun dan
mengembangkan integrasi regional yang saling menguntungkan satu sama lain (antar negara anggota) dan bertekad untuk menjamin terciptanya stabilitas dan keamanan Asia Tenggara itu sendiri dari segala macam pengaruh dan campur tangan asing. (Lebih lanjut dapat dilihat di http://www.seniberpikir.com/asean-perbedaan-bali-concord-ii-dan-iii/, diakses pada tanggal 23 Februari 2014)
34 Bali Concord III lebih mempertegas dan memperluas bagaimana ASEAN yang
merupakan salah satu organisasi internasional yang sukses menerapkan partisipasi dan kontribusi yang dimiliki terhadap dunia global. (Ibid)
35
menekankan pentingnya upaya bersama guna mencapai pengaturan preferensi perdagangan dan upaya untuk meningkatkan akses ke pasar di luar ASEAN. Deklarasi juga menegaskan perlunya suatu pendekatan bersama untuk menghadapi masalah komoditi internasional dan masalah ekonomi dunia lainnya.
Mengenai proyek industri bersama, telah dilaksanakan beberapa proyek, antara lain pendirian pabrik pupuk urea di Indonesia (Provinsi NAD) dan di Malaysia, pendirian pabrik tembaga di Filipina, proyek abu soda di Thailand dan proyek vaksin di Singapura.36
Kerja sama ASEAN di bidang sosial juga diiringi dengan perkembangan kebudayaan. Committee On Social Development (COSD) adalah badan yang menaungi kerja sama ASEAN di bidang sosial dan budaya. Beberapa programnya, antara lain program peningkatan kesehatan, pertukaran budaya dan seni termasuk festival film ASEAN, penandatanganan kesepakatan bersama di bidang pariwisata ASEAN
Bidang sosial, Deklarasi mengharapkan suatu tindakan bersama untuk mengakselerasi pembangunan kelompok-kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah dan penduduk kurang maju. Bidang sosial ini juga mensyaratkan kerja sama lebih intensif dalam menangani masalah penyalahgunaan narkotika dan lalu lintas di bidang obat-obatan terlarang.
36 Ibid
Tourism Agreement (ATA) dan penyelenggaraan pesta olahraga SEA-Games.37
3. Agreement of Establishment of the Permanent Secretariat
Bidang keamanan regional, Deklarasi menyetujui kelanjutan kerjasama bukan atas dasar kerja sama ASEAN antara negara anggota ASEAN sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bersama. Deklarasi tidak dengan tegas menyatakan digunakannya ketentuan “kerja sama bukan atas dasar kerja sama ASEAN (cooperation on a non-ASEAN
basis). Alasan yang dapat diterima adalah karena memang sejak awal
ASEAN bukan organisasi regional yang bergerak di bidang kerja sama keamanan atau militer.
The Agreement of Establishment of The Permanent Secretariat
(Perjanjian Pembentukan Sekretariat Tetap ASEAN) ditandatangani pada tanggal 24 Februari 1976 di Bali. Perjanjian ini mendirikan suatu Sekretaris Jenderal (Secretary General) ASEAN yang tugasnya mengkoordinasikan fungsi-fungsi sekretaris-jenderal nasional ASEAN (yang didirikan oleh Deklarasi ASEAN 1967).
Perjanjian ini juga menetapkan tiga biro di bawah sekretariat tetap, yakni di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sosial dan budaya. Menindaklanjuti perjanjian ini, seseorang Secretary General
37 Ibid
ditunjuk pada bulan Juni 1976 dan Sekretariat ASEAN didirikan oleh perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 Desember 1969.
Suatu dana untuk ASEAN ditetapkan oleh suatu perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 Desember 1969. Dana ini terdiri dari satu jumlah yang disepakati oleh setiap negara anggota. Dana ini digunakan untuk membiayai, antara lain, proyek-proyek ASEAN yang disetujui.
B. Tujuan Pembentukan ASEAN
Deklarasi Bangkok, 8 Agustus 1967 menyatakan bahwa38
1. To accelerate the economic growth, social progress and cultural development in the region through joint endeavours in the spirit of equality and partnership in order to strengthen the foundation for a prosperous and peaceful community of South-East Asian Nations;
:
...the aims and purpose of the Association shall be:
2. To promote regional peace and stability through abiding respect of the region and adherence to the principle of the United Nations Charter; 3. To promote active collaboration and mutual assistance on matters of
common interest in the economic, social, cultural, technical, scientific and administrative fields;
4. To provide assistance to each other in the form of training and research facilities in the educational, professional, technical and administrative spheres;
38http://www.asean.org/news/item/the-asean-declaration-bangkok-declaration diakses
5. To collaborate more effectively for the greater utilization of their agriculture and industries, the expension of their trade, including the study of the problems of international and communications facilities and the rising of the living standards of their peoples;
6. To promote South-East Asian studies;
7. To maintain close and beneficial cooperation with existing international and regional organizations with similiar aims and purpose, and explore all avenues for even closer cooperation among themselves.
Maksud dan tujuan pembentukan ASEAN sesuai yang dicantumkan dalam Deklarasi Bangkok, adalah39
1. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;
:
2. Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan tertib hukum di dalam hubungan antara negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB);
3. Untuk meningkatkan kerja sama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi;
4. Untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik, dan administrasi;
5. Untuk bekerja sama dengan lebih efektif guna peningkatan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, perluasan perdagangan dan pengkajian masalah-masalah komoditi internasional, perbaikan sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat-rakyat mereka;
6. Untuk memajukan pengakajian mengenai Asia Tenggara;
7. Untuk memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan organisasi-organisasi internasional dan regional dengan tujuan serupa yang ada dan untuk menjajaki segala kemungkinan untuk saling bekerja sama secara erat di antara mereka sendiri.
Piagam ASEAN (ASEAN Charter) yang terbentuk pada tahun 2007 kembali merumuskan tujuan ASEAN secara detil yang sejalan dengan konsep tujuan masyarakat ekonomi ASEAN, yaitu: (i) menciptakan ASEAN sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, dan (ii)mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pembangunan di antara negara anggota melalui bantuan dan kerja sama yang saling menguntungkan.40
40 ASEAN Charter: Chapter 1, Article 1 – to create a single market and production base which is stable, prosperous, highly competitive and economically integrated with effective facilitation for trade and investment in which there is free flow of goods, services, and investment; facilitated movement of bussiness persons, professionals, talents and labor, and free of capital, and to alleviate poverty and narrow the development gap whitin ASEAN through mutual assistance and cooperation. (paragraf 5 dan 6)
C. Struktur Kelembagaan ASEAN
ASEAN adalah suatu organisasi regional yang khas. Instrumen hukum yang mendasari berdirinya ASEAN yakni Deklarasi Bangkok tidak memuat struktur organisasi ASEAN secara seksama.41 Karena itu, bentuk organisasi ASEAN akan terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan perkembangan dunia. Otoritas/kekuasaan tertinggi di dalam ASEAN adalah pertemuan Kepala Pemerintahan, yang bersidang bilamana diperlukan untuk memberikan pengarahan pada ASEAN.42
1. Summit Meeting, badan pembuat keputusan tertinggi adalah Pertemuan Para Kepala Negara dan Pemerintahan negara anggota ASEAN (The
Meeting of the ASEAN Heads of State and Government atau biasa disebut
ASEAN SUMMITS).
Berdasarkan perkembangannya, struktur kelembagaan ASEAN terdiri dari:
43
Summit Meeting atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bali pada tahun 1976 merupakan titik puncak sejarah ASEAN, karena untuk pertama kalinya para kepala negara ASEAN bersedia ikut hadir dalam konferensi ASEAN, sedang sebelumnya KTT paling tinggi hanya dihadiri oleh para Menteri Luar Negeri, selain itu dalam KTT Bali diambil keputusan-keputusan pokok yang berjangkauan jauh yang tidak hanya membawa perubahan mendasar dalam kelembagaan ASEAN, tetapi juga memberi arah yang lebih terpadu dalam operasinya44
41
Huala Adolf, op.cit, hal. 131
42 Sekretariat Nasional ASEAN, op.cit, hal.3 43 Huala Adolf, loc.cit
44 M. Sabir, op.cit, hal. 65
2. Ministeral Meeting, sidang para Menteri Luar Negeri sebagai badan utama pengambil keputusan yang bersidang sekali setahun dan bergiliran antar anggota, diadakan atas permintaan salah satu anggota. Pertemuan ini terdiri dari 3 macam, yaitu45
a) Pertama, the Annual Ministerial Meetings (AMM). Pertemuan ini adalah tempat para menteri luar negeri mengkoordinasikan berbagai kebijakan unit-unit kerja ASEAN. AMM bertugas memformulasikan kebijakan meninjau semua keputusan dan menyetujui kebijakan dan rencana program berbagai committees atau badan-badan ASEAN;
;
b) Kedua, the ASEAN Economic Ministers (AEM), yakni suatu badan kelengkapan kerja sama ekonomi. Badan ini dibentuk pada tahun 1976. Badan ini biasanya bersidang setiap 6 bulan atau setiap saat yang dipandang perlu. Badan yang kemudian menangani semua aspek kerja sama ASEAN adalah the Senior Economic Officials
Meeting (SEOM);
c) Ketiga, the ASEAN Ministerial Meetings lainnya. Badan ini bertugas membuat rencana kerja sama di bidang para menteri yang bersangkutan. Berbagai committees dibentuk untuk membantu di dalam persiapan, memberikan fasilitas untuk berbagai pertemuan dan melaksanakan kebijakannya.
3. ASEAN Standing Committee (ASC), yaitu Panitia Tetap yang bertugas mengadakan koordinasi dan meninjau kegiatan-kegiatan ASEAN. Badan ini berkedudukan secara bergiliran, dengan dibantu oleh para duta besar ASEAN yang ditunjuk untuk negeri itu;
4. The Scretary General ASEAN, yang ditunjuk berdasarkan keahliannya. Sekjen ASEAN bertugas selama 5 tahun, ia bertugas melaksanakan, menasehati, mengkoordinasikan, dan melaksanakan inisiatif ASEAN. Para anggota staf Sekretariat ASEAN ditunjuk berdasarkan prinsip rekruitmen terbuka dan atas dasar persaingan di wilayah (region) ASEAN46
5. The ASEAN Secretariat (Sekretariat ASEAN). Badan ini dibentuk pada waktu pertemuan tinggi tingkat Bali berlangsung pada tahun 1976. Badan ini bertindak sebagai organ administratif pusat ASEAN, dan mengkoordinasikan organ-organ ASEAN guna lebih mengefektifkan pelaksanaan proyek-proyek ASEAN
;
47
6. The ASEAN National Secretariats (sekretariat nasional ASEAN). Badan ini terdapat di setiap negara anggota ASEAN. Badan-badan ini bertugas mengkoordinasikan berbagai hal di negara masing-masing. Ia juga bertugas menegosiasikan dan mempersiapkan agenda untuk Standing
Committee dan the Ministerial Meeting. Badan ini terdapat di dalam
Kementerian Luar Negeri masing-masing negara anggota ;
48
7. Berbagai ASEAN Committees di berbagai negara ketiga yang terdiri dari para kepala pimpinan missi diplomatik di berbagai ibukota negara.
;
46 Huala Adolf, loc.cit 47 Huala Adof, loc.cit
Committees dibentuk guna memfasilitasi hubungan lebih erat dan
meningkatkan dialog dengan negara tuan rumah. Tugas ini sebenarnya untuk meningkatkan hubungan eksternal ASEAN dengan negara ketiga. Committees seperti ini dibentuk misalnya di Brussels (the
ASEAN-Brussels Committee), Jenewa (khusus untuk menangani perundingan tarif
dan perdagangan, yakni the ASEAN-Geneva Committee), London (the
ASEAN-London Committee), Paris, Washington DC, Tokyo, Canberra,
Ottawa, Wellington, Seoul, New Delhi, New York, Beijing dan Islamabad.49
Setelah terbentuknya Piagam ASEAN, maka susunan struktur kelembagaan ASEAN menjadi50
1. Badan pengambilan keputusan tertinggi di ASEAN adalah ASEAN
Summit Meeting (Konferensi Tingkat Tinggi/KTT), yakni forum yang
terdiri dari Kepala Negara/Pemerintahan negara anggota. KTT ASEAN diselenggarakan satu tahun sekali di negara yang menjadi Ketua ASEAN. Masa jabatan Ketua ASEAN berlaku satu tahun dan dirotasi berdasarkan urutan alfabet
:
2. KTT ASEAN dibantu oleh ASEAN Coordinating Council yang terdiri dari Menteri Luar Negeri ASEAN, yang melakukan pertemuan paling sedikit 2 tahun sekali. Badan ini akan mengkoordinasikan kebijakan, efisiensi, dan kerja sama dalam mencapai Masyarakat ASEAN
49 Huala Adolf, loc.cit
50 Bank Indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Memperkuat Strategi ASEAN di Tengah Kompetisi Global, 2008, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta
3. Dewan Komunitas ASEAN (ASEAN Community Councils) yang terdiri dari tiga pilar komunitas ASEAN, yaitu (i) Dewan Komunitas Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN Political-Security Community Council), (ii) Dewan Komunitas Ekonomi (ASEAN Economic Community Council), (iii) Dewan Komunitas Sosial-Budaya (ASEAN Socio-Cultural
Community Council)
4. ASEAN Sectoral Ministerial Bodies merupakan badan di bawah koordinasi ASEAN Community Councils sesesuai dengan masing-masing pilar dalam Masyarakat ASEAN. Badan ini akan melakukan kerja sama di masing-masing sektor dan mengimplementasikan keputusan-keputusan KTT ASEAN
5. Committee of Permanent Representatives to ASEAN, merupakan komite wakil tetap ASEAN yang terdiri dari wakil tetap negara ASEAN pada tingkat duta besar dan berkedudukan di Jakarta
6. Sekretariat Jenderal ASEAN yang dibantu oleh 4 (empat) orang wakil Sekretaris Jenderal dan Sekretariat ASEAN
7. ASEAN National Secretariats, yang dipimpin oleh pejabat senior untuk melakukan koordinasi internal di masing-masing negara ASEAN
D. Kedudukan ASEAN Sebagai Organisasi Internasional Menurut Hukum Internasional Yang Berlaku
Suatu organisasi internasional yang telah mampu menunjukkan kemandiriannya, berarti organisasi tersebut telah memiliki kepribadian hukum
internasional (internasional legal personality).51 Seorang sarjana hukum internasional, Ian Brownlie, mengemukakan pandangannya tentang kualifikasi dari suatu organisasi internasional yang sudah memiliki international legal
personality, yaitu52
a) A permanent association of states, with lawful objects, equipped with
organs; organisasi internasional itu merupakan suatu persekutuan antara
negara-negara yang bersifat permanen dengan tujuan yang sesuai atau tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, serta dilengkapi dengan organ-organnya;
:
b) A distinction, in terms of legal powers and purposes, between the
organisation and its member states; adanya suatu pemisahan atau
pembedaan dalam kewenangan hukum maupun maksud dan tujuan dari organisasi internasional itu sendiri pada satu pihak dengan negara-negara anggotanya;
c) The existance of legal power exercisable on the international plane and
not solely within the system of one or more states; adanya suatu kekuasaan
hukum yang dapat dilaksanakan oleh organisasi internasional itu sendiri, tidak saja dalam hubungannya dengan sistem hukum nasional dari satu atau lebih negara-negara, tetapi juga pada tingkat internasional.
Berdasarkan kualifikasi di atas, ASEAN sebagai suatu organisasi internasional sudah dapat dikategorikan memiliki kepribadian/kedudukan hukum. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
51 I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, 2003, Mandar Maju, Bandung,
hal. 105
Pertama, Jika dilihat dari kualifikasi organisasi internasional adalah kumpulan dari negara-negara permanen yang sesuai dengan hukum internasional yang berlaku dan memiliki organ, maka ASEAN merupakan organisasi internasional antar-negara atau antar-pemerintah (inter-governmental
organisation/IGO) yang didirikan oleh para anggotanya, yang terdiri dari 5 negara
yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. ASEAN juga memiliki anggota yang tetap, keanggotaan ASEAN terbuka bagi negara-negara Asia Tenggara lainnya dengan syarat bahwa negara calon anggota dapat menyetujui dasar-dasar dan tujuan organisasi ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi ASEAN.53
ASEAN didirikan untuk mencapai tujuan yang dapat dibenarkan berdasarkan hukum yang berlaku, baik hukum internasional maupun hukum nasional negara-negara anggotanya.
Sesuai dengan ketentuan tersebut, maka keanggotaan ASEAN yang semula hanya terdiri dari lima negara yang merupakan negara pendiri mengalami penambahan, pada tahun 1987 Brunei Darussalam meresmikan dirinya sebagai negara keenam anggota ASEAN setelah kemerdekaan negara tersebut, negara anggota ketujuh ditempati oleh Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995. Laos dan Myanmar menjadi negara anggota ASEAN kedepalan dan kesembilan pada tanggal 23 Juli 1997, diikuti oleh Kamboja pada 16 Desember 1998.
54
53 Sekretariat Nasional ASEAN, op.cit, hal. 7 54 I Wayan Parthiana, op.cit, hal. 107
Untuk mencapai tujuannya, ASEAN telah merumuskan hal-hal sebagai pedoman pelaksanaannya pada Deklarasi Bangkok dan Piagam ASEAN. Selain itu, ASEAN juga telah dilengkapi dengan
organ-organ (struktur kelembagaan) yang menjalankan mekanisme organ-organisasi demi tercapainya tujuan tersebut.
Kedua, berkaitan dengan kualifikasi yang memerlukan adanya pemisahan atau pembedaan kewenangan hukum, demi menghindari adanya tumpang tindih dalam pelaksanaannya serta demi membedakan dan memisahkan hak dan kewajiban maupun tanggung jawab dalam hubungannya dengan pihak ketiga, maka perlu adanya pemisahan atau pembedaan antara kekuasaan atau kewenangan hukum (legal power atau legal authority).
Ketiga, sejalan dengan kulifikasi yang kedua maka organisasi dapat berjalan secara mandiri melakukan hubungannya dengan organisasi lain hingga skala internasional, maka adanya struktur kelembagaan ASEAN serta dasar pelaksanaan organisasi tersendiri yang tercantuk dalam perjanjian-perjanjian atau deklarasi-deklarasi antar negara ASEAN, membuktikan bahwa ASEAN mampu memisahkan seluruh kepentingan organisasi dengan kepentingan negara secara pribadi. Hal tersebut membuat ASEAN dapat bertindak secara mandiri dalam hubungan-hubungan internasional tanpa intervensi negara-negara anggotanya.
Kepribadian hukum internasional dari suatu organisasi internasional tidak begitu mudah untuk diukur berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Ian Brownlie di atas, hal ini dikarenakan tingkat integrasi antara negara-negara anggotanya sendiri yang berbeda-beda dalam setiap organisasi internasional, terutama organisasi regional.55
Kenyataannya, ASEAN merupakan organisasi yang tampak masih longgar atau kurang solid. Namun, setelah 40 tahun berdirinya ASEAN, bentuk kerja sama regional semakin diperkuat dan bertransformasi dengan ditandatanganinya Piagam ASEAN oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-13, 20 November 2007. Transformasi mendasar yang dilakukan oleh Piagam ASEAN adalah memberikan legal personality kepada ASEAN. Adanya identitas tersendiri bagi ASEAN yang terpisah dari status negara anggotanya membuat ASEAN beraktivitas dan membuat perjanjian atas namanya dan dapat pula menuntut dan dituntut secara hukum.56
Piagam ASEAN merupakan konstitusional yang memuat tentang norma-norma, penegasan tentang kedaulatan, hak-hak dan kewajiban-kewajiban dan sejumlah kekuasaan-kekuasaan dalam proses legislatif, eksekutif dan yudisial. Piagam ASEAN menegaskan bahwa negara-negara anggota mampu mengadopsi nilai-nilai demokrasi dan penghormatan akan HAM termasuk hak-hak sipil dan politik. Piagam ASEAN mempunyai standar yang cukup ideal untuk perlindungan HAM berdasarkan perjanjian internasional. Piagam ASEAN sebagai dokumen konstitusional memuat beberapa elemen yang sangat penting antara lain57
1. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN adalah organisasi internasional yang memiliki kepribadian hukum internasional, dengan demikian ASEAN mampu melaksanakan hak dan kewajiban di tingkat internasional;
:
56
Bank Indonesia, op.cit, hal. 14
57http://www.academia.edu/5141396/EFEKTIVITAS_PIAGAM_ASEAN_ASEAN_CH
ARTER_BAGI_ASEAN_SEBAGAI_ORGANISASI_INTERNASIONAL, diakses pada tanggal 23 Februari 2014
2. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN memiliki tujuan-tujuan, fungsi-fungsi dan kewenangan-kewenangan seperti organisasi internasional lainnya. Dengan kata lain, Piagam ini akan mengubah ASEAN menjadi
into a rulesbased organization;
3. Pembentukan mekanisme legislatif, the rule-making mechanism/organs
and procedures di dalam ASEAN;
4. Pembentukan sebuah mekanisme eksekutif atau organ yang bertugas untuk melaksanakan serta memonitoring pelaksanaan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan organisasi;
5. Pembentukan mekanisme judicial dan quasi judicial yang berfungsi untuk menginterpretasikan dan melaksanakan setiap peraturan dan keputusan yang dikeluarkan oleh ASEAN;
6. Secara langsung Piagam ASEAN akan membantu untuk mendorong dan memperkuat penataan terhadap perjanjian-perjanjian ASEAN oleh negara anggotanya dan secara tidak langsung dapat meningkatkan sense
of region di antara pemerintah ASEAN.
Suatu organisasi internasional yang dibentuk melalui suatu perjanjian dengan bentuk “instrumen pokok” apapun akan memiliki suatu personalitas hukum di dalam hukum internasional.58
58
Pembentukan ASEAN sebagai organisasi internasional telah dilakukan di bawah hukum internasional. Bangkok Declaration 1967, Kuala Lumpur Declaration 1971, Declaration of the ASEAN Secretariat 1976, dan Treaty of Amity and Cooperation (TAC) 1976, semuanya adalah
http://rephoyt.blogspot,com/2011/09.organisasi-internasional-sebagai-subjek_06.html?m=1, diakses pada tanggal 23 Februari 2014
persetujuan-persetujuan internasional antara kelima negara anggotanya yang mengikat secara hukum internasional.59
Sebagai sebuah keputusan atau resolusi atau deklarasi, maka ia mengikat terhadap negara-negara anggotanya. Pada ASEAN, sepanjang menyangkut keputusan dari organisasi internasional regional yang tingkat integrasi dan kerja sama antara negara-negara anggotanya dalam kerangka organisasi internasional tersebut, tampak cukup baik dan intensif, maka dapat dikatakan keputusan-keputusannya itu mengikat sebagai hukum bagi para anggotanya. Apabila para anggotanya ada yang bersengketa mengenai suatu masalah yang sudah diatur di dalam keputusan organisasi internasional itu, penyelesaian sengketa tersebut baik oleh suatu badan peradilan ataupun di kalangan intern atau di dalam organisasi internasional itu sendiri, badan peradilan ataupun para pihak dapat mencari dan menerapkan norma hukum yang terkandung di dalam keputusan organisasi internasional tersebut.60
Treaty of Amity and Cooperation (TAC) yang ditandatangani di Bali pada
KTT pertama ASEAN tahun 1976 sering disebut sebagai wujud dari nilai-nilai global yang mendasari pembentukan organisasi regional.61
59
Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, 1997, Alumni, Bandung, hal. 85
60 I Wayan Parthiana, ibid, hal. 296 61 Bambang Cipto, op.cit. hal 23
Hal ini sejalan dengan pendapat Acharya, ada beberapa norma dasar yang tumbuh dalam proes evolusi ASEAN selaku organisasi regional. Terdapat paling tidak empat norma dan
prinsip yang melandasi kehidupan ASEAN, yang dapat diuraikan sebagai berikut62
1. Menentang Penggunaan Kekerasan dan Mengutamakan Solusi Damai :
Berakhirnya konfrontasi dan keikutsertaan Indonesia dalam pembentukan ASEAN merupakan blessing in disguise bagi pembentukan norma hubungan antarnegara yang menentang penggunaan kekerasan
(no-use of force). Walaupun konfrontasi menciptakan ketegangan luar biasa,
keputusan Soeharto untuk menghentikan konfrontasi tersebut melegakan negara-negara tetangga dan memuluskan jalan menuju pembentukan organisasi regional yang menentang prinsip penggunaan kekerasan dalam membangun hubungan sesama anggota. Di samping itu, pembentukan ASEAN pada hakikatnya membuka jalan bagi Indonesia untuk mendapatkan pengaruh tanpa harus menggunakan kekerasan
2. Otonomi Regional
Prinsip otonomi regional lahir karena adanya akesepakatan antar negara anggota ASEAN bahwa sebagai organisasi internasional yang masih muda, ASEAN tidak mungkin menolak sepenuhnya pengaruh negara-negara besar di kawasan Asia Tenggara sebagaimana yang dikatakan Lee Kuan Yew, negara-negara ASEAN paling tidak dapat meminta negara-negara besar untuk memperhatikan kepentingan mereka bukan sebagai negara tetapi sebagai organisasi regional. Dengan demikian,
62 Bambang Cipto, loc.cit
ASEAN dapat lebih leluasa menumbuhkan dan mengembangkan harapan mereka selaku organisasi otonom.
Selain itu, prinsip otonomi regional juga dipengaruhi oleh perubahan-perubahan global yang mengarah pada kebutuhan masing-masing negara di kawasan Asia Tenggara untuk mengembangkan politik luar negeri mandiri dan tidak tergantung sepenuhnya pada dukungan negara-negara besar.
3. Tidak Mencampuri Urusan Internal Negara Anggota Lain
Prinsip tidak mencampuri urusan negara lain atau doctrine of non-
interference merupakan salah satu pondasi paling kuat menopang
kelangsungan regionalisme ASEAN. Berlandaskan pada doktrin ini, ASEAN dapat memelihara hubungan internal sehingga menutup pintu bagi konflik militer antar negara ASEAN.
Sudut pandang negara anggota ASEAN, doktrin ini muncul sebagai bentuk kesadaran masing-masing negara anggota yang pada tingkat domestik masih rentan terhadap ancaman internal berupa kerusuhan hingga kudeta. Ancaman komunis di sebagian besar negara anggota merupakan alasan dasar mengapa negara-negara ASEAN menganggap ancaman domestik lebih berat dibandingkan ancaman luar.
Selanjutnya, Doctrine of Non Interference ini menjadi alasan bagi negara anggota ASEAN untuk : (a) Berusaha agar tidak melakukan penelitian kritis terhadap kebijakan pemerintah negara anggota terhadap rakyatnya masing-masing agar tidak menjadi penghalang bagi
kelangsungan organisasional ASEAN, (b) Mengingatkan negara anggota lain yang melanggar prinsip tersebut, (c) Menentang pemberian perlindungan bagi kelompok oposisi negara anggota lain, (d) Mendukung dan membantu negara anggota lain yang sedang menghadapi gerakan anti- kemapanan.
4. Menentang Pakta Militer, Mendukung Kerja Sama Pertahanan Bilateral Sejak awal pembentukannya para negara anggota ASEAN cenderung menolak kerja sama militer dalam kerangka ASEAN. Perhatian awal ASEAN adalah pada isu-isu ekonomi dan kebudayaan walaupun isu keamanan sudah pasti mempengaruhi pembentukan ASEAN, sedangkan dalam isu-isu keamanan ASEAN cenderung mendukung bilateralisme. Berlakunya Piagam ASEAN maka ASEAN mengalami evolusi dari suatu asosiasi longgar menjadi rule-based organization dan mempunyai legal
personality. Seluruh isi Piagam ASEAN masih merupakan gambaran dan
penjelasan yang bersifat umum, dengan berbagai kata kunci yang komprehensif sifatnya. Piagam ASEAN memang tidak otomatis akan mengubah banyak hal di ASEAN karena Piagam ASEAN makin mengekalkan kebiasaan lama, misalnya pengambilan keputusan di ASEAN tetap dengan cara konsensus dan KTT ASEAN menjadi tempat tertinggi pengambilan keputusan jika konsensus tidak tercapai atau jika sengketa di antara negara anggotanya terjadi. Apabila terjadi sengketa wajib diselesaikan secara damai sesuai dengan Piagam ASEAN dan TAC. Dengan demikian efektivitas Piagam ASEAN dapat dilihat dari kepatuhan
dan kesediaan negara-negara anggota ASEAN untuk menerapkan Piagam ASEAN dan hal-hal yang diatur dalam TAC.63
63 loc.cit