• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merintis Kampus Hijau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Merintis Kampus Hijau"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Merintis Kampus Hijau Jejen Musfah

Dosen Pascasarjana Manajemen Pendidikan UIN Jakarta

Taman berumput hijau dan pepohonan besar nan rindang adalah dua di antara pembeda kampus di luar negeri dan kampus di Indonesia saat ini. Pada awal berdiri kampus-kampus besar milik pemerintah memiliki taman dan pepohonan besar, tetapi seiring bertambahnya mahasiswa, lahan-lahan hijau sebagai resapan air dan pengindah kampus berubah menjadi bangunan bertingkat, baik untuk perkantoran, ruang pertemuan, maupun untuk ruang kelas. Akibatnya, kampus tidak lagi hijau dan tidak nyaman untuk belajar.

Kampus hijau tidak hanya terkait dengan tersedianya lahan hijau tetapi komitmen kampus dalam mewujudkan lingkungan kampus yang ramah lingkungan melalui beragam program dan budaya yang dijalankan secara konsisten sehingga warga kampus merasa nyaman berada di dalamnya. Faktanya, kampus-kampus kita sepi dari kampanye dan komitmen melahirkan kampus hijau, bahkan menunjukkan kondisi sebaliknya.

Masalah

Pertama, lahan hijau berkurang karena bertambahnya bangunan kampus. Gedung-gedung kampus saat ini pasti ber-AC karena umumnya kampus besar terletak di perkotaan yang cuacanya panas menyengat. AC membuat suasana belajar nyaman tapi dampak penggunaan AC sangat buruk bagi pencemaran udara. Sedangkan jika tidak menggunakan AC, kegiatan belajar-mengajar sangat tidak nyaman. Konsumsi listrik tinggi karena penggunaan AC tersebut, juga lift, lampu, komputer, dan air.

Kedua, penggunaan kertas meningkat tajam karena jumlah mahasiswa banyak. Makalah dan skripsi mahasiswa menghabiskan berim-rim kertas setiap bulan dan tahun. Belum lagi penggunaan kertas di kantor seperti undangan rapat dan berkas-berkas laporan kegiatan untuk bagian keuangan yang sangat tebal. Intinya, sampah kertas dan lainnya dari kampus besar melonjak tinggi yang perlu segera dikurangi seminimal mungkin.

Ketiga, mahasiswa, staf, dan dosen ramai membawa kendaraan pribadi ke kampus, baik roda dua maupun roda empat sedangkan lahan parkir tidak memadai. Banyaknya kendaraan di kampus menimbulkan masalah polusi udara di area kampus dan menganggu kenyamanan. Banyaknya kendaraan itu menunjukkan kemapanan ekonomi dosen, gaya hidup, juga buruknya transfortasi umum di Indonesia.

(2)

Solusi

Berikut beberapa ide mewujudkan kampus hijau. Pertama, mulai membangun gedung di area baru yang tanahnya luas secara bertahap karena lokasi kampus lama sudah tidak kondusif. Setiap bangunan baru tidak lebih dari tiga lantai agar tidak memerlukan lift. Bangunan dirancang agar setiap ruangan mendapat pencahayaan dari sinar matahari sehingga akan meminimalisir penggunaan lampu di pagi, siang, dan sore hari. Kemudian, secara bertahap 20 hingga 30 tahun ke depan pindah ke kampus baru yang lebih kondusif, hijau, luas, dan representatif.

Kedua, menyediakan bis kampus untuk dosen dan staf sehingga bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Sebelum transfortasi umum bagus dan nyaman, warga kampus akan memilih naik motor dan mobil pribadi kecuali pihak kampus menyediakan bis khusus.

Ketiga, membangun asrama mahasiswa, staf, dan dosen juga akan mengurangi kendaraan di kampus. Pembangunannya di area kampus yang bisa dijangkau dengan sepeda atau berjalan kaki. Di samping mengurangi kendaraan pribadi di area kampus, ia juga akan meningkatkan kinerja staf dan dosen. Mahasiswa juga bisa tepat waktu mengikuti perkuliahan.

Keempat, tempat parkir kendaraan di luar kampus sehingga suasana kampus nyaman dan bersih. Warga kampus harus dibiasakan berjalan kaki satu hingga dua kilo. Perlu disiapkan atap penghubung gedung atau kendaraan khusus pengantar antar gedung untuk musim hujan. Kelima, mengurangi penggunaan kertas (paperless) untuk makalah, karya ilmiah, dan administrasi perkantoran dengan memanfaatkan teknologi dan lainnya.

Memulai

Pengembangan universitas adalah cita-cita bersama warga kampus. Setiap kampus penting berkembang dalam banyak hal tetapi lebih penting bagaimana mengelola perkembangan sehingga kampus kita tetap hijau dan nyaman untuk belajar. Pembangunan kampus-kampus di Indonesia sepertinya tidak memerhatikan konsep go green atau pemanasan global.

Kampus hijau bukan saja akan membuat belajar dan pengajaran menjadi nyaman tetapi juga memperlambat pemanasan global. Kampus tidak hanya melaksanakan seminar go green, penghijauan, dan pemanasan global tetapi menerapkannya di lingkungan, melalui program, dan budaya kampus.

Kampus seharusnya menjadi contoh gerakan penghijauan dan melakukan upaya-upaya nyata terwujudnya label kampus hijau. Saatnya pemerintah menjadikan kampus hijau sebagai indikator penilaian akreditasi. Rektor harus dipaksa menata ulang dan merintis desain kampus yang berorientasi pada kampus hijau dan ramah lingkungan.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Hubies et.al (1994) dalam penelitian Hasya (2008) aplikasi program linier dalam optimalisasi formulasi es krim dengan menggunakan minyak kelapa sawit

Terminologi dermatosis lebih tepat dari pada penggunaan kata dermatitis, sebab kelainan kulit akibat kerja tidak selalu berupa suatu peradangan (infeksi),

Berdasarkan hasil rekapitulasi scanning gap maka dapat diketahui bahwa aspek GMP yang tidak tidak dipenuhi perusahaan adalah pengendalian hama, pelatihan karyawan,

Ada beberapa sasaran yang akan dicapai dalam pembentukan hukum ini yaitu : pertama, penyusunan peraturan perundang-undangan tentang zona tambahan penting untuk

Metode harga penjualan kembali (resale price method) atau disingkat metode RPM adalah metode Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan membandingkan harga

Kajian upaya peningkatan daya saing peternakan kambing Saburai skala kecil di Kabupaten Tanggamus diharapkan dapat merumuskan tahapan pengembangan sumberdaya peternak

Setelah tahapan survey berakhir dan diperoleh data dan informasi penunjang terhadap kegiatan cek kesehatan gratis, tahapan selanjut nya yaitu tahapan sosialisasi, tahapan ini

V - 9 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hilir Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan.. daerah dengan metode analisis Net Public Saving