ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR INTERNAL
YANG MEMPENGARUHI MARGIN PEMBIAYAAN
MURABAHAH
(Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Iin Purwaningsih
NIM : 105081002477
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
KEMET{TERIAN AGAMA
UNTVERSITAS rSLAM NEGERI (UrN)
SYARIF HIDAYATULLAII
JAKARTA
FAKTTLTAS EKONOMI I}AI{ ILMU SOSIAL
Jl, k. H. Juanda No,95, Ciputat 13412 Indonesia
Tdp : {82-21-7493318,7496N6,Far{02-21)74ffi) Website : $ifw.uinikt.*,id email : feis@uinikt.*-id / uidkl@indo.nd'id +:n 4ii::i::.:: .; .ii, i i:' ir;lillli::,t:lt {1'1rt i
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda*tangan
dibawah ini:
Nama Mahasiswa
NIM
Jurusan
. lin Punruaninssih
. 105081842477
'
..Y.g.Lqi*gt:
Dengan ini menyatakan
bahwa Skripsiadalah hasil karya saya sendiriyang merupakan
hasil penelitian,
pengolahan
dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan
replikasi
maupun
saduran
darihasil karya atau hasil penelitian
orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus
melakukan
penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya
dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari
menjadi
tanggung
iawab saya'
LEMBAR PENGESAHAN
KOMPRBHENSIF
Hari ini selasa tanggal t8 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan ujian komprehensif atas nama lin Purwaningsih dengan NIM : 105081002477 dengan judul skripsi "ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI MARGIN PEIV1BIAYAAN MURABAHAH (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbll)". Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka slcipsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (I-IIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Maret 2010
Tim Penguji
Komprehensif
ANALISA FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR INTERNAL
YANG MEMPENGARUHI MARGIN PEMBIAYAAN
MURABAHAH
(Studi Kasus Pada PT. Bank Muarnalat
fndonesia,Tbk.)
Skripsi
Diajukan
Kepada
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat
Untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Iin Punvaninssih
NIM: 105081002477
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
./---\ . / l &
(
I / Yk<-,*\
, f
Prof. Dr. H. Abdul Hamid. MS.
NIP: 196902032001121003
Pembimbing II
JT]RUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
t43t Ht2010 M
i
Daftar Riwayat Hidup
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Iin Purwaningsih
2. Tempat & Tgl. Lahir : Jakarta, 12 Juli 1986
3. Alamat : Jln. Srengseng Sawah Kec. Jagakarsa
Jakarta-Selatan 12640
4. Telepon : (021) 7864041
II.PENDIDIKAN
1. SD : SDN 08 Pagi Srengseng Sawah
2. SMP : SLTPN Keterampilan 276 Jakarta
3. SMA : MAN 13 Jakarta
4. S1 : UIN Syarif Hidayatullah
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Pengurus OSIS MAN 13 Jakarta 2. Pengurus ROHIS MAN 13 Jakarta
3. Pengurus HAPISS (Himpunan Pelajar Islam Srengseng Sawah) 4. Pengurus Karang Taruna Sub Unit RT 009/03
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Tobi’in
2. Tempat & Tgl. Lahir : Tegal, 15 Agustus 1957
3. Alamat : Jln. Srengseng Sawah Kec. Jagakarsa
Jakarta-Selatan 12640
4. Ibu : Wasilah
5. Tempat & Tgl. Lahir : Tegal, 10 April 1963
6. Alamat : Jln. Srengseng Sawah Kec. Jagakarsa
ii
ABSTRACT
Murabahah margin is very importance in syariah bank. Syariah bank growth do not miss from the growth of syariah bank product. In developing product, syariah bank claimed to always to relate Al-Qur`an and Hadist. Murabahah financing is dominant product in syariah bank.
This research aims to analyzing factors that effect determination of murabahah margin. Analysis method is double linear regression model with factors research is the operational cost, Return On Asset (ROA), interest rate Certificate of Bank Indonesia, Base Lending Rate (BLR), and profit target. Obtained that factor of overhead cost, Return On Asset (ROA), interest rate Certificate of Bank Indonesia, Base Lending Rate (BLR) significantly influence to margin murabahah, but the profit target is not influence the margin murabahah.
iii
ABSTRAK
Margin Murabahah sangat penting dalam perbankan syariah. Perkembangan perbankan syariah tidak luput dari perkembangan produk-produk perbankan syariah. Dalam mengembanhkan produknya perbankan syariah dituntut untuk selalu mengacu pada Al-Qur`an dan Hadist. Pembiayaan murabahah merupakan produk pembiayaan dalam perbankan syariah yang paling dominan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan besarnya margin pembiayaan murabahah. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan faktor-faktor yang diteliti adalah biaya operasional, Return On Asset (ROA), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Suku Bunga Pinjaman Bank Konvensional/Base Lending Rate, dan Profit Target. Diperoleh faktor biaya operasional, Return On Asset (ROA), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Suku Bunga Pinjaman Bank Konvensional/Base Lending Rate (BLR) secara signifikan mempengaruhi margin murabahah. Sedangkan profit target tidak berpengaruh signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang menguasai alam semesta dan yang telah begitu banyak memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya. Rangkaian kata syukur tak akan pernah cukup untuk menggambarkan rasa terima kasih penulis kepada Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.)”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai tauladan terbaik, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya, yang telah merubah dari zaman jahiliyah menjadi zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dengan membawa risalah bagi seluruh umat manusia.
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan akibat dari keterbatasan penulis. Dan penulis juga menyadari skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua penulis Mama dan Bapak tercinta yang memiliki peran yang sangat penting dan tak terkira, yang telah memberikan doa tulus ikhlas, motivasi, dan kasih sayang serta dukungan moril dan materil kepada penulis untuk tetap semangat.
2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak
v
5. Bapak Indoyama Nasarudin SE, MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Untuk para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, staff akademik, karyawan dan petugas perpustakaan, terima kasih, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya.
7. Untuk Kakak-kakakku dan adikku yang turut memberikan dukungan dan doa yang begitu tulus kepada penulis, semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan kebahagiaan kepada kalian semua.
8. Untuk “Mas” yang sudah banyak meluangkan waktu untuk ade selama penyelesaian skripsi ini, terimakasih tak hingga atas semuanya yang sudah mas berikan. Semoga kelak ade mampu balas semua pengorbanan mas. Amien..!
9. Untuk semua teman-temanku di kelas Manajemen B 2005 dan Manajemen Perbankan yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu, semoga persahabatan kita semua tetap terjalin sampai kapanpun.
10. Dan untuk semua teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak memberikan peran penting dalam setiap melangkah untuk selalu tetap semangat, semoga kelak ilmu yang kita dapat di kampus ini dapat berguna dan bermanfaat di hari esok. I Luv u All…..
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
pencapaian yang lebih baik.
Jakarta, Mei 2010
vi
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup ... i
Abstract ... ii
Abstrak ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... xi
Daftar Gambar ... xii
Daftar Grafik ... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
Bab I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 12
Bab II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
A. Bank ... 14
1. Pengertian Bank ... 14
2. Pengertian Bank Syariah... 15
vii
1. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil ... 16
2. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli (al-Bai’) ... 17
3. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa ... 17
C. Jual Beli ... 18
1. Macam-Macam Jual Beli ... 18
2. Penyebab Terlarangnya Sebuah Transaksi ... 20
a. Haram Zatnya ... 21
b. Haram Selain Zatnya... 21
c. Tidak Sah/Lengkap Akadnya ... 21
D. Murabahah ... 21
1. Landasan Hukum Murabahah ... 26
a. Al-Qur’an ... 26
b. Al-Hadist ... 26
c. Fatwa Dewan Syariah Nasional ... 28
d. Hukum Positif ... 29
2. Syarat Murabahah ... 30
3. Tujuan Murabahah Kepada Pemesan Pembelian ... 31
4. Beberapa Ketentuan Umum Tentang Murabahah ... 32
5. Manfaat Dan Risiko Murabahah ... 34
viii
E. Penetapan Harga Jual ... 37
F. Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah ... 42
G. Penelitian Terdahulu ... 44
H. Kerangka Pemikiran ... 47
I. Hipotesis ... 49
Bab III METODOLOGI PENELITIAN ... 50
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 50
B. Metode Penentuan Sampel ... 50
C. Metode Pengumpulan Data ... 51
D. Metode Analisis ... 51
1. Uji Asumsi Klasik ... 53
a. Uji Multikolinearitas ... 53
b. Uji Heteroskedastisitas ... 55
c. Uji Autokorelasi ... 56
d. Uji Normalitas ... 56
2. Uji Signifikansi ... 57
a. Uji Adjusted R2 (Koefisien Detrminasi) ... 57
b. Uji Signifikansi F (Uji secara Simultan) ... 58
c. Uji t (Pengujian Secara Parsial) ... 58
ix
Bab IV PEMBAHASAN ... 62
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 62
1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 62
2. Visi dan Misi ... 64
3. Struktur Organisasi ... 64
4. Aktivitas Bank Muamalat Indonesia ... 70
a. Aspek Personalia ... 70
b. Apek Produksi ... 71
B. Hasil dan Pembahasan ... 81
1. Analisis Deskriptif ... 81
a. Variabel Dependen ... 81
b. Variabel Independen ... 84
2. Pengujian Asumsi Klasik ... 86
a. Uji Normalitas ... 86
b. Uji Heteroskadastisitas ... 88
c. Uji Multikolinearitas ... 90
d. Uji Autokorelasi ... 91
3. Uji Signifikansi ... 91
a. Uji Adjusted R 2 (Koefisien Determinasi) ... 91
b. Uji Signifikansi F (Uji Secara Simultan) ... 92
c. Uji Signifikansi t (Pengujian Secara Parsial) ... 93
x
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 104
DAFTAR PUSTAKA ... 105
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Halaman
1.1 Komposisi Pembiayaan yang Diberikan Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah 6
4.1 Analisis Deskriptif Margin Pembiayaan Murabahah 81
4.2 Analisis Deskriptif Variabel Independen 84
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas 90
4.4 Hasil Uji Autokorelasi 91
4.5 Hasil Pengujian Adjusted R2 91
4.6 Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
Secara Simultan 92
4.7 Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
[image:16.612.113.500.139.539.2]xii
[image:17.612.114.504.108.550.2]DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 48
4.1 Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. 65
4.2 Hasil Uji Normalitas Data 87
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik Keterangan Halaman
4.1 Perkembangan Nasabah Bank Muamalat Indonesia, Tbk 77
4.2 Perkembangan Aktiva 79
4.3 Perkembangan Laba 79
4.4 Perkembangan Laba 80
[image:18.612.113.504.130.551.2]xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan Halaman
1 Data Penelitian 115
2 Uji Asumsi Klasik 118
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Bank sebagai salah satu lembaga keuangan telah menempatkan posisi
penting dalam perekonomian saat ini. Dengan demikian, hampir seluruh
aktivitas setiap orang dan segenap lapisan masyarakat dalam kegiatan
perekonomiannya terkait dengan dunia perbankan. Dimana posisi yang
strategis dalam bidang ekonomi itu terutama berakar dari dua peranan
pokoknya, yaitu; sebagai lembaga intermediasi, serta sebagai lembaga
penyelenggara dan penyedia layanan jasa-jasa dibidang keuangan serta lalu
lintas pembayaran maupun pemberian jasa-jasa keuangan lainnya.
Dengan kedua peranan pokok tersebut, kegiatan operasional bank telah
merambah bagian terbesar dari kegiatan perekonomian masyarakat, dalam
kaitannya yang lebih luas, posisi bank sebagai bagian dari sektor industri jasa
keuangan telah pula menduduki posisi dominan. Dan apabila hal ini dikaitkan
dengan sejarah perekonomian kaum muslimin, maka fungsi-fungsi bank
tersebut setidaknya telah dimulai pada saat Rasulullah SAW.
Bagi umat Islam yang aktivitas kehidupannya harus dengan ketentuan
syariah sebagai mana ketentuan Al-Qur`an dan hadits mengenai masalah bunga
yang masih menjadi polemik hingga saat ini, selain itu, dampak lain yang
2
terhadap salah satu pihak dinilai melanggar norma keadilan, dimana risiko
penghimpunan dana sepenuhnya ditanggung oleh bank, sebaliknya risiko kredit
sepenuhnya ditanggung oleh debitur. Dalam jangka panjang sistem perbankan
konvensional juga berpotensi menyebabkan penumpukkan kekayaan sebagian
masyarakat yang memiliki modal yang besar.
Perbankan syariah di Indonesia mulai berkembang pada tahun 1992,
diawalai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI), sebagai pelopor
berdirinya perbankan yang berlandaskan sistem syariah, dan kemudian disusul
oleh Bank Perkreditan Syariah. Landasan hukum yang menjadi titik tolak
perkembangan bank syariah di Indonesia adalah UU No. 7 Tahun 1992, tentang
Bank Indonesia. Dalam UU tersebut prinsip syariah telah dinyatakan, meskipun
masih samar, yang dinyatakan sebagai prinsip bagi hasil. Prinsip perbankan
syariah secara tegas dinyatakan dalam UU No. 10 Tahun 1998, yang kemudian
diperbaharui dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan UU
No. 3 tahun 2004. Undang-Undang ini memberikan arahan bagi bank
konvensional untuk membuka cabang syariah atau mengkonversikan diri
menjadi bank syariah.
Pada sekitar pertengahan tahun 1997, permasalahan inflasi dan krisis
nilai tukar semakin meningkat karena tingkat inflasi sudah mencapai dua digit
yaitu sekitar 11.05 % dan menyebabkan nilai mata uang rupiah merosot tajam.
Krisis yang demikian ini akan menyebabkan beban hutang perusahaan terutama
3
bank menjadi besar karena bank sendiri mengalami kesulitan menyediakan
likuiditas operasional sehari-hari.
Timbulnya krisis yang berkepanjangan ini disebabkan karena kelemahan
institusional, terutama disekitar finansial. Terjadi kehancuran disekitar
perbankan serta tidak efektifnya kebijakan moneter, sangat mempengaruhi
kondisi mikro dan makro ekonomi. Permasalahan ini semakain kompleks
akibat kebijakan yang dilakukan untuk memperbaiki krisis ini.kebijakan yang
dilakukan ternyata didominasi melalui defisit neraca pembayaran, dan
mendorong investasi melalui bantuan asing. Kebijakan-kebijakan tersebut
ternyata dipilih tanpa melihat pangkal permasalahan yang sebenarnya, sehingga
mengakibatkan krisis terjadi lebih dalam lagi dan multidimensi. Semuanya
menunjukkan bahwa asumsi-asumsi dan formulasi-formulasi yang digunakan
dalam sistem ekonomi selama ini adalah salah dan gagal dalam upaya
menciptakan suatu sistem ekonomi yang ideal. Krisis keuangan di Asia dimana
salah satunya adalah tingginya laju suku bunga, telah membuka kelemahan
teori ekonomi konvensional mendominasi segala aktivitas ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat di negara-negara Asia, telah
mendorong para okonom mengkaji kembali terhadap kebijakan pembangunan
yang selama ini diterapkan.
Saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia itulah perbankan syariah
telah mampu membuktikan bahwasannya penerapan sistem bagi hasil mampu
4
Berbeda halnya dengan bank-bank konvensional yang berdasarkan pada sistem
bunga banyak yang mengalami kerugian cukup besar dan terpaksa harus
ditutup karena mengalami ”negative spread”.
Karena hal tersebut diatas, muncul berbagai upaya untuk merumuskan
suatu sistem ekonomi baru yang mampu memecahkan berbagai permasalahan
ekonomi yang ada. Banyak para ekonom yang melirik pada dunia Islam
khususnya sistem ekonomi Islam, yang sebetulnya dalam Islam itu sendiri
bukanlah sesuatu hal yang baru.
Fenomena yang menarik yang terjadi akhir-akhir ini, yaitu semakin
maraknya penerapan sistem syariah, baik itu dilembaga keuangan perbankan,
asuransi, investasi maupun lainnya. Hal ini bisa dilihat dari banyak lahirnya
baru maupun usaha bisnis baru dengan menggunakan prinsip syariah. Banyak
sekali bank konvensional yang membuka kantor cabang syariah, bahkan
menggantikan jenis usahanya dari bank konvensional menjadi syariah. Dunia
akademis juga memberikan respon positif atas perkembangan ekonomi syariah
seperti Universitas Islam Negeri (UIN) Syahid, Universitas indonesia (UI),
Shariah Economics and Banking Institut (SEBI) dll.
Setelah Bank Mandiri, Bukopin, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank
Negara Indonesia 46, bank umum Danamon mulai membuka kantor cabang
syariah. Di tahun yang akan datang diperkirakan jumlah bank syariah serta
Bank Perkreditan Rakyat syariah akan terus bertambah, selain itu, terjadi pula
5
investasi terjadi penambahan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh
perbankan syariah. Bagi bank syariah, hal ini merupakan tantangan, dimana
bank syariah tidak hanya harus memberikan keuntungan materi saja tetapi juga
harus mampu memberikan keuntungan spiritual. Karena bagi seorang investor
muslim, ia menganggap bahwa sistem bunga yang terdapat dalam bank
konvensional merupakan sesuatu yang haram dan harus ditinggalkan sehinggga
menempatkan dana miliknya pada perbankan yang berbasis syariah.
Sebagai bagian dari perbankan nasional, bank syariah yang dalam
perkembangannya telah mengalami kemajuan pesat telah menunjukan
peningkatan kinerja baik dalam aktivitas maupun dalam sisi keuangan.
Keadaan keuangan yang baik dapat dilihat salah satu caranya melalui laporan
keuangan. Dalam laporan keuangan dapat diperoleh informasi melalui
pengolahan selanjutnya tentang posisi keadaan keuangan bank tersebut dan
perubahan aktivitas operasi bank, yang nantinya dapat digunakan oleh pihak
manajemen dalam membuat kebijakan.
Pertumbuhan bank syariah sangat dipengaruhi oleh kemampuan untuk
menghimpun dana masyarakat baik berskala kecil maupun berskala besar dan
menyalurkannya kepada masyarkat yang merupakan deficit unit dalam bentuk
pembiayaan. Bank syariah sebagai lembaga intermediasi dituntut mampu untuk
mengelola dana dari investor maupun dari masyarakat. Untuk itu setiap
keputusan investasi dan pembiayaan membutuhkan keputusan yang simultan
6
Tabel 1. 1
Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Dalam Miliar Rp
Akad 2005 2006 2007 Mar-08 Juni-08 Sep-08 Des-09
Mudharabah 3,124 2,335 4,406 5,200 6,117 6,968 7,411 Musyarakah 1,898 4,062 5,578 5,835 6,518 6,750 6,205 Murabahah 9,487 12,624 16,553 16,977 19,811 22,044 22,486
Salam 0 0 0 0 0 0 0
Istishna 282 337 351 365 367 385 369
Ijarah 316 836 516 464 523 698 765
Qardh 125 250 540 788 765 836 959
Lainnya 0 0 0 0 0 0 0
Total 15,232 20,445 27,944 29,629 34,100 37,681 38,195 Sumber: Statistik Perbankan Syariah BI Thn 2009
Dari data statistik perbankan syariah pada Direktorat Bank Syariah Bank
Indonesia Januari 2009 diatas menunjukkan komposisi pembiayaan dengan
akad murabahah mencapai 22 Miliar dari total pembiayaan yang ada di
perbankan syariah. Sementara pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang
diberikan hanya sekitar 7 Miliar dari total pembiayaan yang ada. Dari fakta ini
dapat dilihat bahwa rata-rata para pengelola perbankan syariah masih sangat
memperhatikan aspek kehati-hatian dalam pembiayaan mudharabah sehingga
hasil yang diperoleh tidak maksimal.
Berdasarkan data statistik perkembangan perbankan syariah, terlihat
bahwa bentuk pembiayaan murabahah memegang peranan penting yang
memberikan porsi terbesar dalam penyaluran dana. Hal ini dapat terjadi karena
7
investasi jangka pendek dan cukup mudah bila dibandingkan dengan sistem
profit and loss sharing (PLS). Kemudian mark up yang ada dalam pembiayaan
murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat memastikan
bahwa bank syariah memperoleh keuntungan (margin) yang sebanding dengan
bank yang berbasis bunga yang menjadi pesaing dari bank-bank syariah.
Secara umum, (Karim, 2007:71) membagi transaksi pemindahan hak
kepemilikan atas suatu harta benda menjadi dua kelompok, yaitu akad tabaru’
(not profit transaction) dan tijarah (for profit transaction). Akad tabarru’
seperti Qardh, wadiah, wakalah, kafalah, rahn, hibah dan wakaf. Akad tijarah
terdiri dari dua basis insentif, yaitu yang bersifat pasti (natural certainty
contract) dan yang besifat tidak pasti (natural uncertainty contract). Transaksi
dengan insentif pasti antara lain adalah murabahah, salam, istishna’, dan ijarah.
Transaksi dengan insentif tidak pasti adalah mudharabah, musyarakah,
muzara’ah, mukhabarah.
Berdasarkan pembagian tersebut yang merupakan transaksi non PLS
yaitu transaksi jual beli al-murabahah, as-salam (bayar dimuka, bayar
kemudian), al-istishna (pesanan yang harus diproduksi, al-ijarah (sewa), dan
transaksi yang berdasarkan fee based incame yaitu jasa wakalah (pelimpahan
wewenang), al-kafalah (jaminan), al-hawalah (tanggungan), ar-rahn (gadai),
dan al-qard (pinjaman). Transaksi yang berbasis bagi hasil (PLS) terdapat
dalam transaksi musyarakah (kerja sama kedua belah pihak yang saling
8
pihak menyediakan dana 100% dan dipihak lain menyediakan keahlian),
al-muzara’ah (kerja sama dibidang pertanian antara pemilik lahan dengan
penggarap, dimana benih ditanggung oleh pemilik lahan), dan al-musaqah
(kerja sama bidang pertanian dimana si penggarap hanya bertanggung jawab
atas penyiraman dan pemeliharaan).
Murabahah adalah akad yang paling banyak dipakai di perbankan
syariah dibandingkan dalam bentuk penyertaan seperti mudharabah dan
musyarakah. Kenyataan tersebut tidak hanya terjadi di perbankan syariah di
Indonesia, tetapi juga terjadi di perbankan syariah di negara-negara lainnya di
seluruh dunia. Jika ditelusuri dari laporan perbankan syariah, hampir 80%
sumber keuntungan pada perbankan syariah berasal dari produk murabahah
dan ba’I bi’tshaman Ajil (BBA) sementara produk yang berbasis sistem bagi
hasil masih sangat rendah; padahal yang mempunyai dampak langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi adalah pembiayaan dalam bentuk mudharabah
dan musyarakah.
Beberapa keunggulan dalam pembiayaan yang berbasis murabahah,
pertama murabahah merupakan suatu investasi jangka pendek dan cukup
memudahkan, bila dibandingkan dengan profit and loss sharing (PLS); kedua,
menjauhkan dari ketidakpastian yang ada pada pembiayaan berbasis profit and
loss sharing. Disamping itu, pembiayaan berbasis murabahah dalam banyak
hal lebih konsisten seperti pada orientasi profesional staf bank, bahasa,
9
banyak persoalan, terutama bila kita melihat aspek hukum yang
ditimbulkannya, karena implementasi pembiayaan murabahah di perbankan
syariah tidak sesederhana yang kita bayangkan. Ada banyak hal yang harus kita
telusuri lebih dalam, terutama mengenai keabsahan dari akad ini.
Dilihat dari peran penting murabahah yang mendominasi pendapatan
bank syariah serta untuk menyelamatkan citra bank syariah maka perlu secara
transparan diketahui dan diteliti lebih lanjut bagaimana mekanisme pembiayaan
murabahah dan bagaimana penetapan margin jual beli yang adil bagi bank dan
nasabah.
PT. Bank Muamalat Indonesia adalah bank pertama di Indonesia yang
sesuai Syariah, didirikan pada tahun 1991. Pendirian Bank Muamalat
diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang kemudian didukung
oleh sekelompok pengusaha dan cedekiawan muslim diantaranya adalah
Karnaen A. Perwataatmadja, M.Dawam Rahardjo, A.M. Saefudin, M. Amien
Aziz, dan lain-lain. Dengan modal awal Rp. 106 miliar, pada tanggal 1 Mei
1992 Bank Mua’malat Indonesia mulai beroperasi. Berdasarkan Laporan
Keuangan Publikasi Bulanan hingga Oktober 2008, total aktiva Bank
Muamalat Indonesia telah mencapai Rp. 12,5 triliun. Total dana pihak ketiga
yang dikelola, seluruhnya disalurkan dalam bentuk pembiayaan dengan jenis
akad profit and loss sharing (PLS) maupun non PLS termasuk yang fee based
10 Berdasarkan uraian diatas maka penulis sangat tertarik untuk melakukan
penelitian dalam hal ini dengan mengangkat tema/judul: “Analisis Faktor
Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan
Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.)”.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
berdasarkan runtun waktu (Time Series) dengan periode penelitian tahun 2000
sampai dengan tahun 2009.
Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat mengetahui faktor
eksternal dan faktor internal yang dapat mempengaruhi margin pembiayaan
murabahah pada PT. Bank Muamalat Indonesia secara lebih terperinci.
B.Perumusan Masalah
Adapun pertanyaan penelitian yang dirumuskan berdasarkan masalah
diatas adalah sebagai berikut:
1. Apakah variabel biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA),
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga
pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank
yang diinginkan (profit target) secara simultan berpengaruh terhadap margin
pembiayaan murabahah ?
2. Apakah variabel biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA),
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga
11 yang diinginkan (profit target) secara parsial berpengaruh terhadap margin
pembiayaan murabahah ?
3. Dari variabel-variabel bebas tersebut, manakah yang memiliki pengaruh
paling dominan terhadap margin pembiayaan murabahah?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.Untuk menganalisis pengaruh biaya operasional (BOP), rasio Return On
Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat
suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), dan tingkat
keuntungan bank yang diinginkan (profit target) secara simultan terhadap
margin pembiayaan murabahah.
2.Untuk menganalisis pengaruh biaya operasional (BOP), rasio Return On
Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat
suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), dan tingkat
keuntungan bank yang diinginkan (profit target) secara parsial simultan
terhadap margin pembiayaan murabahah.
3. Untuk menganalisis variabel bebas biaya operasional (BOP), rasio Return
On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Landing Rate), dan
tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target) yang paling dominan
12 D.Manfaat Penelitiaan
1.Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana pengetahuan dan
pengalaman mengenai perbankan syariah serta sebagai perbandingan antara
konsep-konsep yang telah dipelajari dari perkuliahan dengan prakteknya dan
mencoba untuk menerapkan pada keadaan nyata. Penelitian ini juga
merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1).
2.Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi PT. Bank
Muamalat Indonesia dalam memberikan pembiayaan murabahah kepada
para nasabahnya. Selain itu, kepercayaan nasabah kepada bank syariah
diharapkan dapat meningkat karena rasa keingintahuan nasabah cepat atau
lambat akan dapat memahami mekanisme perbankan syariah dari penelitian
ini serta dapat memberikan informasi yang berguna agar lebih
meningkatkan kinerja bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
memberikan pembiayaan bagi hasil sehingga pembiayaan yang diberikan
dapat disesuaikan dengan karakter sumber dana pihak ketiga. Penelitian ini
dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan pembiayaan
untuk mengurangi Non Performing Financing.
3.Bagi Nasabah
Bagi nasabah penelitian ini dapat memberikan informasi yang
13 yang lebih baik dalam memilih jenis pembiayaan yang dibutuhkan. Nasabah
juga dapat mengetahui perbedaan antara bank syariah dengan bank
konvensional serta dapat membandingkan sistem mana yang mampu
memberikan keamanan dan keuntungan bagi nasabah.
4.Bagi Dunia Akademik
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya
dengan tema yang sama. Bagi pembaca diharapkan dapat mengenal produk
atau jasa Bank Muamalat Indonesia sehingga dapat mensosialisasikannya
14 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Bank
1.Pengertian Bank
Menurut Ahmad Rodoni (2006: 31) banyak definisi mengenai bank,
pada dasarnya semua definisi tersebut tidak berbeda satu sama lain,
perbedaaanya hanya pada tugas atau usaha bank. Bank dapat didefinisikan
sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial
intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada
waktu yang ditentukan.
Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
yang kemudian diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 adalah:
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka tujuan
bank meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
a. Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
15 b.Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2.Pengertian Bank Syariah
Bank syariah menurut Perwataatmadja dan Antonio (1992) adalah bank
yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam
tata cara bermuamalat itu dijauhi praktek-praktek yang dikawatirkan
mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan
investatasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
Menurut Muhammad (2005: 1) bank syariah adalah bank yang beroperasi
dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut
dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang
operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an
dan hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa
lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya berdasarkan syariat Islam.
Menurut Dahlan Siamat (2004: 183) bank syariah adalah bank yang
menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam yaitu
mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadist. Berusaha sesuai dengan prinsip
ketentuan-16 ketentuan syariat Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah
secara Islam antara lain misalnya menjauhi praktek-praktek yang
mengandung unsur-unsur riba dan melakukan kegiatan investasi atas dasar
bagi hasil pembiayaan perdagangan.
B.Jenis-Jenis Pembiayaan Pada Bank Syariah
Menurut Dahlan Siamat (2004: 192) dalam menyalurkan dana kepada
nasabah, secara garis besar terdapat 3(tiga) kelompok pembiayaan pada bank
syariah, yaitu dengan prinsip bagi hasil (syirkah), prinsip jual beli (bai’), dan
sewa beli.
1.Pembiayan Dengan Prinsip Bagi Hasil
a.Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah adalah perjanjain antara penanam dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang telah disepakati sebelumnya.
b.Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah perjanjian diantara pemilik dana/modal
untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu,
dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal berdasarkan
17 2.Pembiayaan Dengan Prinsip Jual-Beli (al-Bai’)
a.Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah adalah perjanjain jual beli antara bank dan
nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh
nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan
sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang
disepakati antara bank syariah dan nasabah.
b.Pembiayaan Salam
Pembiayaan Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara
pemesanan dengan syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu.
c. Pembiayaan Istishna
Pembiayaan Istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan dan penjual.
3.Pembiayaan Dengan Prinsip Sewa
a.Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam
waktu tertentu melalui pembayaran sewa.
b.Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Biltamlik
Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Biltamlik adalah perjanjian sewa
menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan
18 C.Jual Beli
Menurut Zainul Arifin (2001: 20) Pengertian jual-beli meliputi berbagai
akad pertukaran (exchange contract) antara suatu barang dan jasa dalam jumlah
tertentu atas barang dan jasa lainnya. Penyerahan jumlah atau harga barang jasa
tersebut dapat dilakukan dengan segera (cash and carry) ataupun secara
tangguh (deferred). Oleh karenanya, untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
(debt financing) syarat-syarat al ba’I menyangkut berbagai tipe kontrak
jual-beli tangguh (deferred contract of exchange).
1. Macam-macam jual beli
Macam dan jenis jual beli menurut Zainul Arifin (2001: 21) antara lain:
a. Bai’ al mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang.
Uang berperan sebagai alat tukar. Jual beli semacam ini menjiwai semua
produk-produk lembaga keuangan yang didasarkan atas prinsip jual beli.
b. Bai’ al muqayyadah, yaitu jual beli dimana pertukaran terjadi antara
barang dengan barang (barter). Aplikasi jual beli semacam ini dapat
dilakukan sebagai jalan keluar bagi transaksi ekspor yang tidak dapat
menghasilkan valuta asing (devisa). Karena itu dilakukan pertukaran
barang dengan barang yang dinilai dalam valuta asing. Transaksi
semacam ini lazim disebut counter trade.
c. Bai’ al sharf, yaitu jual beli atau pertukaran antara satu mata uang asing
dengan mata uang asing lain, seperti antara rupiah dengan dolar, dolar
19 dapat berupa uang kartal (bank notes) ataupun dalam bentuk uang giral
(telegraphic transfer atau mail transfer).
d. Bai’ al murabahah, adalah akad jual beli barang tertentu. Dalam transaksi
jual beli tersebut penjual menyebutkan dengan jelas barang yang
diperjualbelikan, termasuk harga pembelian dan keuntungan yang
diambil.
e. Bai’ al musawamah, adalah jual beli biasa, dimana penjual tidak
memberitahukan harga pokok dan keuntungan yang didapatnya.
f. Bai’ al muwadha’ah, yaitu jual beli dimana penjul melakukan penjualan
dengan harga yang lebih rendah dari pada harga pasar atau dengan
potongan (discount). Penjualan semacam ini biasanya hanya dilakukan
untuk barang-barang atau aktiva tetap yang nilai bukunya sudah sangat
rendah.
g. Bai’ as salam, adalah akad jual beli dimana pembeli membayar uang
(sebesar harga) atas barang yang telah disebutkan spesifikasinya,
sedangkan barang yang diperjualbelikan itu akan diserahkan kemudian,
yaitu pada tanggal yang disepakati. Bai’ as salam biasanya dilakukan
untuk produk-produk pertanian jangka pendek.
h. Bai’ al istishna’, hampir sama dengan Bai’ as salam, yaitu kotrak jual
beli dimana harga atas barang tersebut dibayar lebih dulu tapi dapat
diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat yang disepakati bersama,
20
Dalam ibadah kaidah hukum yang berlaku adalah bahwa semua hal
dilarang, kecuali ada ketentuannya berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Sedangkan dalam urusan muamalah, semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil
yang melarangnya.
Menurut Karim (2005) ketika suatu transaksi baru muncul dan belum
dikenal sebelumnya dalam hukum Islam, maka transaksi tersebut dianggap
dapat diterima, kecuali terdapat implikasi dari dalil Qur’an dan Hadist yang
melarangnya, baik secara eksplisit maupun implisit. Dengan demikian dalam
bidang muamalah, semua transaksi dibolehkan kecuali yang diharamkan.
Penyebab terlarangnya sebuah transaksi adalah disebabakan faktor-faktor
sebagai berikut: (Karim, 2007: 30).
2.Penyebab terlarangnya sebuah transaksi
a. Haram Zatnya
Transaksi dilarang karena objek (barang dan/atau jasa) yang
ditransaksikan juga dilarang, misalnya minuman keras, daging babi, dan
sebagainya. Jadi transaksi jual beli minuman keras adalah haram,
walaupun akad jual belinya sah. Dengan demikian, bila ada nasabah yang
mengajukan pembiayaan pembelian minuman kesras kepada benk
dengan menggunakan akad murabahah, maka walaupun akadnya tetapi
21 b.Haram Selain Zatnya
c. Tidak Sah/Lengkap Akadnya
Suatu transaksi yang tidak masuk dalam kategori haram li dzatiti
maupun haram li ghairihi, belum tentu serta-merta menjadi halal. Masih
ada kemungkinan transaksi tersebut menjadi haram bila akad atas
transaksi itu tidak sah atau tidak lengkap.
D.Murabahah
Menurut Perwataatmadja dan Antonio (1999: 106) Bai’ al-Murabahah
adalah suatu perjanjian yang disepakati antara bank dan nasabah, dimana bank
menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja
lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah
sebesar harga jual bank (harga beli bank plis margin keuntungan pada saat
jatuh tempo).
Chapra (2000: 65) mengemukakan bahwa murabahah merupakan
transaksi yang sah menurut ketentuan syariat Islam apabila risiko transaksi
tersebut menjadi tanggung jawab pemodal sampai penguasaan atsa barang
(possession) telah dialihkan kepada naabah. Agar transaksi yang demikian sah
secara hukum, bank harus menandatangani 2 (dua) perjanjian yang terpisah.
Perjanjian yang satu dengan pemasok barang dan perjanjian yang lain dengan
nasabah. Adalah tidak sah apabila bank hanya memiliki satu perjanjian saja,
22
harga barang kepada pemasok barang untuk dan atas nama pembeli atau
nasabah. Bila transaksi dilakukan seperti itu, maka transaksi tersebut tidak
berbeda dengan suatu transaksi yang didasarkan atas bunga (yang dilarang
dalam Islam: fatwa MUI No. 1 tahun 2004).
Al-Qur’an tidak pernah secara langsung membicarakan tentang
murabahah, meski di sana ada sejumlah acuan tentang jual beli, laba, rugi dan
perdagangan. Demikian pula tampaknya tidak ada hadist yang memiliki
rujukan langsung kepada murabahah. Para ulama generasi awal, semisal Malik
dan Syafi’I yang secara khusus mengatakan bahwa jual beli murabahah adalah
hlaal, tidak memperkuat pendapat mereka dengan satu hadist pun. Al-Kaff (tt),
seorang kritikus murabahah kontemporer, menyimpulkan bahwa murabahah
adalah “salah satu jenis jual beli yang tidak dikenal pada zaman Nabi atau para
sahabatnya.” Menurutnya para tokoh ulama mulai menyatakan pandapat
mereka tentang murabahah pada seperempat pertama abad kedua Hijriah, atau
bahkan lebih akhir lagi. Mengingat tidak adanya rujukan baik di dalam
Al-Qur’an maupun Hadist sahih yang diterima umum, para pukoha harus
membenarkan murabahah dengan dasar yang lain. Malik membenarkan
keabsahan dengan merujuk kepada praktik penduduk Madinah: Ada
kesepakatan pendapat di sini (Madinah) tentang keabsahan seseorang yang
membelikan pakaian di kota, dan kemudian ia membawanya ke kota lain untuk
menjualnya lagi dengan suatu keuntungan yang disepakati. (Muhammad,
23
Murabahah itu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
laba. (Fatwa No. 04/DSN-MUI/IV/2000).
Transaksi Murabahah ini lazim dilakukan oleh Rasulullah Saw. dan para
sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang
seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakat. Misalnya,
seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan ketentuan
tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal
rupiah tertentu atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya,
misalnya 10% atau 20%.
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena
dalam murabahah ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan
yang ingin diperoleh). (Karim, 2007:113).
Menurut M. Syafi’I Antonio (2001:101) bai’ al-murabahah adalah jual
beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
Dalam bai’ al-murabahah penjual harus memberi tahu harga produk yang ia
beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Misalnya,
pedagang eceran membeli computer dari grosir dengan harga Rp
10.000.000,00, kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar Rp750.000,00
24
umumnya si pedagang eceran tidak akan memesan dari grosir sebelum ada
pesanan dari calon pembeli dan mereka sudah menyepakati tentang lama
pembiayaan, besar keuntungan yang akan diambil pedagang eceran, serta
besarnya angsuran jika memang akan dibayar secara angsuran.
Dalam teknis perbankan, murabahah adalah akad jual beli antara bank
selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah yang memesan untuk
membeli barang. Bank memperoleh keuntungan jual beli yang disepakati
bersama. Rukun dan syarat murabahah sama dengan yang terdapat dalam
Fiqih, sedangkan syarat-syarat lain seperti barang, harga dan pembayaran
adalah sesuai dengan kebijakan bank yang bersangkutan. Harga jual bank
adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan yang disepakati bersama.
Jadi nasabah mengetahui keuntungan yang diambil oleh bank.
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Karakteristiknya adalah penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli
dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Suatu jual
beli dalam Islam sedikitnya harus memenuhi syarat bahwa ada penjual (ba’i),
pembeli (musytari), barang yang diperjualbelikan, harga (saman) dan ijab
qabul atau biasa juga disebut dengan akad jual beli. (Institut Bankir Indonesia,
2001: 66).
Tujuan nasabah melakukan jual beli dengan bank adalah karena suatu
25
langsung dengan supplier. Dengan melakukan transaksi dengan bank (sebagai
lembaga keuangan), maka nasabah dapat melakukan jual beli dengan
pembayaran tangguh atau diangsur. Jika murabahah dilakukan dengan cara
pembayaran angsuran, maka yang timbul dari transaksi ini adalah piutang uang.
Artinya, penjual (ba’i) akan memiliki piutang uang sebesar nilai transaksi atas
pembeli (musytari) punya utang uang sebesar nilai transaksi kepada penjual.
Pada pengertian murabahah diatas disebut adanya “keuntungan yang
disepakati”, karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberitahu si
pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan
yang ditambahkan pada biaya tersebut. Melalui akad murabahah, nasabah
dapat memenuhi kebutuhannya untuk memiliki barang tanpa harus
menyediakan uang tunai terlebih dahulu.
Sebenarnya bank syariah cenderung melakukan akad murabahah karena
bank ingin memproleh pendapatan yang tetap (fixed income) dari tingkat
margin murabahah yang telah ditentukan di depan. Bank syariah sebagai
mudharib dapat memberikan nisbah bagi hasil yang cukup menarik bagi para
deposan atau penabung mudharabah (shahibul mal). Semakain tinggi margin
yang diminta bank kepada nasabah atau pembeli murabahah, berarti semakain
besar pula pendapatan bank syariah yang dapat dibagikan kepada shahibul
malnya. Pada gilirannya sumber dana mudharabah yang dapat dihimpun dapat
26
1. Landasan Hukum Murabahah
Menurut Sri Wahyuni (2008: 17) landasan hukum murabahah adalah
sebagai berikut:
a. Al-Qur’an
1). “Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (QS.
Al-Baqarah: 275).
2). “….dan tidak dosa bagimu mencari karunia (dari hasil perniagaan)
dari Tuhanmu….” (QS. Al-Baqarah: 198).
3). “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka.” (QS. An-Nisaa: 29).
4). “Sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia
bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah, dan apa
yang kamu berikan berupa zat yang kamu maksudkan untuk
memperoleh keridhaan Allah, maka itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Rum: 39).
b. Al-Hadist
1). “Sebaik-baiknya nafkah adalah hasil pekerjaan yang halal.” (HR.
Ahmad).
2). “Pedagang yang jujur dan terpercaya akan bersama para nabi,
27
3). “Nabi bersabda, ada tiga hal mengundang berkah: jual beli tidak
secara tunai, muwaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.”
(HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
4). “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu
adalah sesuatu kedzaliman…” (HR. Abd. Al-Raziq).
5). “Pembeli dan penjual berhak untuk membatalkan perjanjian mereka
selama mereka tidak terpisah. Apabila mereka itu berbicara benar
dan menjalankannya, maka transaksi itu akan diberkahi, tetapi bila
mereka saling menyembunyikan dan berdusta, maka berkah atas
transaksi mereka itu akan pupus.” (HR. Imam Bukhari).
6)“Rafa’ah meriwayatkan, bahwa dia telah keluar bersama Nabi
Muhammad SAW ke mushalla, kemudian beliau menyaksikan ada
orang saling jual beli. Beliau bersabda: “Hai para pedagang”.
Kemudian mereka mengangkat kepala dan pandangan mereka tertuju
kepada beliau, untuk memenuhi panggilannya. Beliau bersabda:
“Bahwa para pedagang nanti akan dibangkitkan pada hari kiamat
sebagai orang yang durjana, kecuali pedagang yang bertaqwa kepada
28
c. Fatwa Dewan Syariah Nasional
Dasar pertimbangan penerapan murabahah dalam perbankan syariah
tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah menyebutkan:
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam.
3) Barang yang membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang disepakati kualifikasinya.
4) Bank membeli barang yang diperlukan oleh nasabah atas nama Bank
sendiri dan pembelian ini harus dan bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual yang senilai harga plus keuntungan. Dalam kaitan
ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada
jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
29
9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang
dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah
barang secara prinsip menjadi milik bank.
Saeed Abdullah (2004: 121) mengemukakan bahwa secara empiris
murabahah memang lebih dibandingkan jenis pembiayaan lain, hal ini
disebabkan antara lain oleh:
1) Murabahah adalah suatu mekanisme pembiayaan investasi jangka
pendek, dan dibandingkan dengan sistem Profit And Loss Sharing
(PLS) cukup memudajkan.
2) Mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa
sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan
yang sebanding dengan keuntungan berbasis bunga yang menjadi
saingan bank-bank Islam.
3) Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pendapatan dari
bisnis-bisnis dengan sistem PLS.
4) Murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk
mencampuri manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si
nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan
antara kreditur dan debitur.
d.Hukum Positif
Salman Alfaridi (2007) dalam penelitiannya yang berjudul
30
menyebutkan bahwa hukum positif dari murabahah adalah sebagai
berikut:
1)Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah
disempurnakan dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan.
2)Peraturan Bank Indonesia No. 5/3/PBI/2003 tentang Fasilitas
Pembiayaan Jangka pendek Bagi Bank Syariah.
3)Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tentang Kualitas Aktiva
Produktif Bagi Bank Syariah.
4)Peraturan Bank Indonesia No. 5/9/PBI/2003 tentang Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah.
5)Peraturan Bank Indonesia No. 5/26/PBI/2003 tentang Laporan
Bulanan Bank Syariah.
6)Surat edaran Bank Indonesia No. 5/26/BPS/2003 tentang Pelaksanaan
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia.
7)Surat edaran Bank Indonesia No. 5/31/DSM/2003 tentang Laporan
Bulanan Umum Syariah
2. Syarat Murabahah
Syarat Bai’ Al-Murabahah adalah sebagai berikut (M. Syafi’I Antonio,
2001:102):
a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
31 c. Kontrak bebas dari riba
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian.
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
Antonio (2001) berpendapat bahwa secara prinsip, jika syarat dalam
(a), (d), (e) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan:
a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya,
b.Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang
yang dijual,
c. Membatalkan kontrak.
Jual beli secara al-murabahah diatas hanya untuk barang atau produk
yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan
berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual, sistem yang
digunakan adalah murabahah kepada pemesan pembelian (murabahah
KPP). Hal ini dinamakan demikian karena si penjual semata-mata
mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang
memesannya.
3. Tujuan Murabahah Kepada Pemesan Pembelian (KPP)
Antonio (2001) dalam bukunya yang berjudul “Bank syariah dari teori
ke praktik” mengemukakan ide tentang jual beli murabahah KPP tampaknya
32
Pertama, mencari pengalaman. Satu pihak yang berkontrak (pemesan
pembelian) meminta pihak lain (pembeli) untuk membeli sebuah aset.
Pemesan berjanji untuk ganti membeli aset tersebut dan memberinya
keuntungan. Pemesan memilih sistem pembelian ini, yang biasanya
dilakukan secara kredit, lebih karena ingin mencari informasi dibanding
alasan kebutuhan yang mendesak terhadap aset tersebut.
Kedua, mencari pembiayaan. Dalam operasi perbankan syariah, motif
pemenuhan pengadaan aset atau modal kerja merupakan alasan utama yang
mendorong datang ke bank. Pada gilirannya, pembiayaan yang diberikan
akan membantu memperlancar arus kas (cash flow) yang bersangkutan. (M.
Syafi’I Antonio, 2001:103)
4. Beberapa Ketentuan Umum Tentang Murabahah
Salman Alfaridi (2007) menyebutkan mengenai ketentuan umum tentang
murabahah adalah sebgai berikut:
a. Jaminan
Pada dasarnya jaminan bukanlah satu rukun atau syarat yang mutlak
dipenuhi dalam bai’ al-murabahah, demikian juga dalam murabahah
KPP. Jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar si pemesan tidak
main-main dengan pesanan. Si pembeli (penyedia pembiayaan/bank) dapat
meminta si pemesan (pemohon/nasabah) suatu jaminan (rahn) untuk
33
dapat menjadi salah satu jaminan yang bias diterima untuk pembayaran
utang.
b.Utang Dalam Murabahah KPP
Secara prinsip, penyelesaian utang si pemesan dalam transaksi
murabahah KPP tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang
dilakukan si pemesan kepada pihak ketiga atas barang pesanan tersebut.
Apakah si pemesan menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan
atau kerugian, ia tetap berkewajiban menyelesaikan utangnya kepada si
pembeli.
Jika pemesan menjual barang tersebut sebelum masa angsurannya
berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
Seandainya penjualan aset tersebut merugi, contohnya jika nasabah
adalah pedagang juga, pemesan juga harus menyelesaikan pinjamannya
sesuai kesepakatan awal. Hal ini karena transaksi penjualan kepada pihak
ketiga yang dilakukan nasabah merupakan akad yang benar-benar
terpisah dari akad murabahah pertama dengan baik.
c. Penundaan Pembayaran oleh Debitur Mampu
Seorang nasabah yang mempunyai kemampuan ekonomis dilarang
menunda penyelesaian utangnya dalam al-murabahah ini. Bila seorang
pemesan menunda penyelesaian utang tersebut, pembeli dapat
34
kembali utang itu dan mengklaim kerugian finansial yang terjadi akibat
penundaan.
d.Bangkrut
Jika pemesan berutang dianggap pailit dan gagal menyelesaikan
utangnya karena bener-benar tidak mampu secara ekonomis dan bukan
karena lalai sedangkan ia mampu, kreditor harus menunda tagihan utang
sampai ia menjadi sanggup kembali.
5. Manfaat dan Risiko Murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi bai’ al-murabahah
memiliki beberapa manfaat, demikian juga risiko yang harus diantisipasi.
Bai’ al-murabhah memberi banyak manfaat kepada bank syariah.
Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli
dari penjualan dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai’
al-murabahah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan
administrasinya di bank syariah.
Diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain
sebagai berikut: (Antonio, 2001: 107)
a. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
b.Fluktuasi harga komparatif . Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar
naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bias
35
c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bias saja ditolak oleh nasabah
karena berbagai sebab. Bias jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga
nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi
dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi
barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah
menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut
akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko
untuk menjualnya kepada pihak lain.
d.Dijual; karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan untung, maka
ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah.
Nasabah bebas melakukan apa pun terhadap aset miliknya tersebut.
Termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default
akan besar.
6.Hal-hal Yang Dilarang Dalam Transaksi Perbankan Syariah Yang
Menggunakan Akad Bai’ Al-Murabahah
Nibrah Hosen (2008) menyebutkan bahwa transaksi bai’
al-murabahah hanya diperbolehkan untuk transaksi jual beli barang atau
komoditi tidak untuk menambahkan modal atau di gunakan untuk modal
kerja. Untuk modal kerja bias menggunakan akad lain seperti mudharabah
(bagi hasil) dan musyarakah (kemitraan, bagi hasil dan bagi rugi), bukan
36
Nasabah menggunakan dana pinjaman dari Bank dengan akad
murabahah untuk digunakan pada keperluannya yang lain, bukan untuk
membeli komoditi dari Bank. Padahal jelas sekali akad bai’ al-murabahah
adalah akad jual beli dimana Bank syariah bertindak sebagai pihak penjual.
Bank menjual komoditi kepada nasabah sebelum bank memiliki
komoditi tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip ekonomi syariah di
mana Bank sebagai pihak penjual harus sudah memiliki barang yang hendak
di jualnya kepada pihak pembeli.
Bank dan nasabah melakukan perjanjian akad murabahah pada saat
nasabah sudah membeli komoditi dari pihak lain. Seharusnya nasabah
membeli komoditi dari Bank pada saat akad berlangsung. Bukannya
membeli barang pada pihak lain dan mendapatkan pinjaman pembayarannya
dari pihak Bank. Dalam hal ini transaksinya sama dengan memberi
pinjaman dengan imbalan bunga (riba) pada Bank konvensional.
Murabahah tidak boleh di roll-over, karena prinsip murabahah adalah
jual beli, bukan pinjaman berbasis bunga.
Nasabah tidak boleh dikenakan sangsi untuk late or default payment,
karena sekali lagi transaksi murabahah adalah prinsip syariah berdasarkan
jual beli, bukan pinjaman dengan bunga. Kalau memang nasabahnya dengan
sengaja memanfaatkan kondisi seperti ini, maka Bank syariah dapat
37
nasabah, dan harus menyalurkan pendapatan dari pembayaran denda
tersebut kepada Badan Zakat.
Pemberlakuan praktek da wa ta’ajjal, atau pemberian diskon pada
nasabah yang rajin membayar cicilannya sebelum jatuh tempo. Sebagian
besar Ulama melarang praktek ini jika diskon tersebut dikaitkan dengan
waktu pembayaran yang dipercepat, dengan alasan ada indikasi riba, dimana
riba terjadi ketika satu pihak di untungkan dan pihak yang lain di rugikan.
Namun, sebagian dari Ulama klasik mengizinkan praktek ini, tetapi
kebanyakan dari para Ulama juga menolak “da wa ta’ajjal” ini di terapkan
termasuk para Ulama-ulama dari pengikut golongan 4 mazhab yaitu: Maliki,
Hanafi, Syafi’I dan Hambali. (Nibrah Hosen, 2008)
E.Penetapan Harga Jual
Menurut Perwataatmadja (2004), praktik dagang Rasulullah ini bisa
diterapkan di bank syariah pada pembiayaan murabahah dengan beberapa
pendekatan. Biaya yang telah dikeluarkan (cost recovery) bisa didekati dengan
membagi proyeksi jumlah biaya operasional bank dengan target volume
pembiayaan murabahah. Margin murabahah dalam konteks ini adalah cost
recovery ditambah dengan keuntungan yang diinginkan bank. Jadi dapat
disimpulkan bahwa harga jual pada skim murabahah merupakan penjumlahan
38
keuntungana yang diinginkan. Sedangkan margin merupakan selisih dari harga
jual dikurangi dengan harga beli.
Rumus:
Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + Cost Recovery + Keuntungan
Cost Recovery = Proyeksi Biaya Operasi / Target Volume Pembiayaan
Murabahah
Margin Murabahah = Cost Recovery + Keuntungan
Sumber: Perwataatmadja (2004)
Rumusan di atas memberikan petunjuk bahwa semakin efisien biaya
operasi bank, akan semakin murah harga jual bank atau semakin tinggi peluang
memperoleh keuntungan. Semakin besar target volume pembiayaan atau
jumlah nasabah pembiayaan, akan semakin murah harga jual bank sehingga
semakin tinggi peluang memperoleh keuntungan. Petunjuk lainnya adalah
bahwa margin yang dihitung dari formula diatas kemudian dibandingkan
(benchmark) dengan bunga pinjaman bank konvensional. Apabila margin
harga jual bank syariah lebih tinggi dari bunga pinjaman bank konvensional
maka dapat dilakukan beberapa kali peninjauan, yaitu: pertama, terhadap
keuntungan, kedua terhadap proyeksi biaya operasi, dan ketiga terhadap target
volume pembiayaan. Dengan kata lain harga jual bank syariah harus selalu
diusahakan bersaing (lebih murah) dari bunga pinjaman bank konvensional.
Semakin murah harga jual yang ditawarkan bank syariah dapat merupakan
39
jual pembiayaan murabahah yang relatif murah, maka akan mendorong sektor
riil untuk lebih berkembang lagi.
Berdasarkan rumusan tersebut, dalam margin bank syariah tidak ada
unsur bagi hasil yang diberikan bank untuk nasabah penabung maupun deposan
yang diperhitungakan. Jadi rumusan diatas semata-mata menggunakan prinsip
dagang Rasulullah SAW. Berbeda dengan tataran praktik kebanyakan
perbanakn syariah yang saat ini dilakukan, dimana menurut Perwataatmadja
(2004), perhitungan margin murabahah misalnya masih mirip dengan
perhitungan