• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profesionalisme guru agama dan hubungannya dengan peningkatan mutu pendidikan agama Islam di MIN Pondok Pinang Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profesionalisme guru agama dan hubungannya dengan peningkatan mutu pendidikan agama Islam di MIN Pondok Pinang Jakarta Selatan"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

ISLAM DI MIN PONDOK PINANG JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh: FARIDAH NIM. 206011000040

Di bawah bimbingan:

Drs. H. Masan AF, M.Pd NIP. 195107161981031004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu pendidikan agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Mei 2010

FARIDAH

(3)

Skripsi yang berjudul ”Profesionalisme Guru Agama dan Hubungannya dengan Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di MIN Pondok Pinang Jakarta Selatan”, yang ditulis oleh:

Nama : Faridah

NIM : 206011000040

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut di atas telah selesai masa bimbingan skripsi, dan disetujui untuk mendaftar ujian skripsi.

Jakarta, 20 Mei 2010

Di bawah bimbingan:

Drs. H. Masan AF, M.Pd NIP. 195107161981031004

(4)

Skripsi berjudul: ”Profesionalisme Guru Agama dan Hubungannya dengan Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di MIN Pondok Pinang Jakarta Selatan”, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasyah pada hari ...tanggal ... dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.

Jakarta, ...

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

... ... ... NIP.

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)

... ... ... NIP.

Dosen Penguji I

... ... ... NIP.

Dosen Penguji II

... ... ... NIP.

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 1987031 003

(5)

obyek penelitian karena:

a. Terdapat beberapa guru yang belum melaksanakan tugasnya secara maksimal ketika proses belajar mengajar berlangsung.

b. Kurang efektifnya jam pembelajaran ketika terjadi pergantian guru atau jam pelajaran.

c. Kurangnya sarana prasarana yang mendukung terutama dalam pendidikan agama Islam.

d. Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung masih terdapat guru yang belum mencerminkan sikap profesional.

Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui hubungan profesionalisme guru terhadap peningkatan mutu pendidikan Agama Islam di MIN Pondok Pinang.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik korelasional.

Teknik-teknik pengumpulan data berupa angket, wawancara, dan dokumentasi. Tempat penelitian ini dilaksanakan di MIN Pondok Pinang Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

(6)

Puji dan syukur dengan hati dan pikiran yang tulus dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat nikmat, ma’unah dan hidayah-Nya, skripsi yang berjudul ”Profesionalisme Guru Agama dan Hubungannya dengan Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di MIN Pondok Pinang Jakarta Selatan” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Shalawat dan salam dihaturkan kepada Nabi Agung akhir zaman Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga untuk tegaknya syi’ar Islam, yang pengaruh dan manfaatnya hingga kini masih terasa.

Banyak hikmah yang penulis peroleh selama proses penyusunan skripsi ini. Di samping berkat pertolongan dari Allah SWT, banyak pula yang secara langsung ataupun tidak langsung membantu mempermudah kesulitan-kesulitan yang penulis alami selama proses pembuatannya. Mereka semua telah memberikan semangat dan dukungan yang luar biasa kepada penulis. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kendati tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, namun penulis perlu menghaturkan terima kasih secara khusus kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. H. Masan AF, MA., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan nasehat, perhatian dan waktunya dengan segala profesionalitas dan kesabaran, semoga segala kebaikan dan ketulusan yang Bapak berikan menjadi amal shaleh yang tak akan pernah putus pahalanya.

4. Selurun dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah.

(7)

terima kasih buat segala kasih sayang yang pernah Bapak Berikan, ”semoga Allah memberikan tempat yang baik untuk Bapak”. Ibunda tersayang Hj. Fatmah terima kasih untuk segala pelajaran hidup yang Ibu berikan, ”teruslah menjadi yang terbaik buat kami”.

7. Untuk adikku H. Abdul Aziz, S.S. dan kakakku H. Muhammad Dahlan, SH. dan kakak-kakak ipar, yang telah memberikan semangat terbesar buat penulis. Makasih ya! Dan seluruh keluarga yang sangat penulis sayangi.

8. Kepada suamiku H. Abdul Rasyidin dan anak-anakku tercinta M. Kemal, Lia, Farhan, yang dengan sabar memberikan semangat dan kasih sayang kepada penulis.

9. Kepada kepala sekolah Drs. H. Aminulloh, M.Pd., dan ustadz ustadzah MIN Pondok Pinang yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

Akhirnya walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan sebuah skripsi yang berkualitas, namun kekurangan yang ada pada penulis membuatnya sulit terwujud. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif selalu penulis harapkan dari semua pihak. Semoga Allah selalu membimbing kita untuk menjadi manusia yang lebih baik dan membawa kita ke jalan lurus yang diridhoi-Nya. Amin.

Jakarta, 20 Mei 2010

Penulis,

Faridah

(8)

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL... ii

SURAT PERNYATAAN PENULIS... iii

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

SURAT PENGESAHAN PENGUJI... v

ABSTRAKSI... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Profesionalisme Guru Agama ... 7

1. Pengertian Profesionalisme ... 7

2. Kriteria Guru Profesional... 12

3. Syarat-syarat Guru Profesional ... 14

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Terbentuknya Guru Agama Yang Profesional ... 16

5. Tugas dan Peranan Guru Profesional... 17

B. Sertifikasi Guru ... 24

1. Pengertian Sertifikasi ... 24

2. Perlunya Guru Disertifikasi... 26

3. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi... 27

4. Pelaksanaan Sertifikasi... 27

5. Yang Diujikan dalam Sertifikasi... 28

6. Penyelenggara Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan ... 30

(9)

Pendidikan Agama Islam ... 33

D. Pengaruh Profesionalisme Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di MIN Pondok Pinang Jakarta Selatan ... 34

E. Kerangka Berfikir ... 34

F. Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

B. Metode Penelitian ... 36

C. Populasi dan Sampel ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data... 36

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian... 42

B. Deskripsi Data... 51

C. Pengaruh antara Profesionalisme Guru terhadap Mutu Pendidikan Agama Islam ... 73

D. Interprestasi Data ... 75

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77

B. Saran... 77 DAFTAR PUSTAKA

BIODATA PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

Tabel 1 Kisi-kisi Angket Variabel Profesionalisme Guru Tabel 2 Kisi-kisi Angket Variabel Mutu Pendidikan

Tabel 3 Susunan Personalia Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Pondok Pinang Jakarta

Tabel 4 Daftar Nama Guru dan Karyawan Madrasah Ibtidaiyah Negeri

Pondok Pinang

Tabel 5 Data Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Tahun Pelajaran 2009/2010

Tabel 6 Menguasai Materi Pelajaran dengan Baik

Tabel 7 Mengetahui Kemampuan Siswa dalam Menguasai Pelajaran Tabel 8 Memberikan Dorongan Semangat kepada Siswa

Tabel 9 Menjelaskan Pokok yang Akan Dipelajari pada Awal Pelajaran Dimulai

Tabel 10 Menyimpulkan Pelajaran pada Akhir Pembelajaran Tabel 11 Menanyakan Pelajaran yang Lalu

Tabel 12 Menggunakan Berbagai Macam Metode dalam Mengajar Tabel 13 Menghukum Siswa yang Tidak Melaksanakan Tugas Tabel 14 Memberikan Pertanyaan pada Akhir Pelajaran

Tabel 15 Memberikan Hukuman Kepada Siswa yang Melanggar Peraturan Tabel 16 Memberikan Tugas pada Akhir Pelajaran

Tabel 17 Mengembalikan Tugas yang Telah Dikoreksi

Tabel 18 Memberikan Hukuman kepada Siswa yang Tidak Mengerjakan Tugas Tabel 19 Mengisi Daftar Hadir Sebelum Pelajaran Dimulai

Tabel 20 Menegur Siswa yang Terlambat Masuk Tabel 21 Memberikan Tugas Kelompok

Tabel 22 Memberikan Bimbingan dan Arahan Terhadap Siswa yang Bermasalah dalam Belajar

Tabel 23 Memberi Materi Tambahan dari Buku-buku Lain yang Tidak Ada Dalam Buku Paket

(11)

Tabel 27 Membaca Terlebih Dahulu Pelajaran Sebelum Diajarkan di Kelas Tabel 28 Membaca Kembali Pelajaran yang telah Diajarkan

Tabel 29 Menanyakan Pelajaran yang Dianggap Belum Jelas

Tabel 30 Mengajukan Pertanyaan pada Waktu Belajar Mengajar Apabila Dipersilahkan

Tabel 31 Menyimak Pelajaran dengan Baik

Tabel 32 Berusaha Menyelesaikan Tugas dari Guru

Tabel 33 Belajar Sendiri di Kelas Jika Guru yang Bersangkutan Berhalangan Masuk

Tabel 34 Mencari Bahan Lain Sebagian Materi Pelengkap Tabel 35 Berusaha Untuk Masuk Sekolah Tepat Waktu Tabel 36 Berusaha Membuat Soal Sendiri

Tabel 37 Berusaha Menyelesaikan Tugas-tugas yang Diberikan Guru Tabel 38 Berusaha Lebih Rajin dari Teman

Tabel 39 Mengeluarkan Pendapat Diantara Teman

Tabel 40 Berusaha Mendapatkan Nilai Tertinggi dari Teman Tabel 41 berusaha Belajar dengan Tekun

Tabel 42 Jika Guru Tidak Masuk Siswa Merasa Rugi Tabel 43 Berusaha Belajar dengan Tekun

Tabel 44 Protes Terhadap Guru yang Jarang Masuk Kelas Tabel 45 Berusaha Menjawab Pertanyaan yang Diajukan Guru

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan tuntunan kebutuhan manusia, orang tua dalam situasi tertentu tidak dapat memenuhi semua kebutuhan pendidikan anaknya. Untuk itu, mereka melimpahkan pendidikan anaknya kepada orang lain. Namun limpahan itu tidak sama sekali mengurangi tanggung jawab orang tua. Mereka tetap memegang tanggung jawab pertama dan terakhir dalam pendidikan anak, mempersiapkan agar tetap beriman kepada Allah dan berakhlak mulia, membimbing untuk mencapai kematangan berfikir dan keseimbangan psikis, serta mengarahkannya agar membekali diri mereka dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat.

Orang yang menerima amanat orang tua itu untuk mendidik anaknya disebut guru, yang meliputi guru madrasah atau sekolah, sejak dari taman kanak-kanak sampai sekolah menengah, dosen di Perguruan Tinggi, kyai di pondok pesantren dan sebagainya.

Menurut Zakiyah Daradjat, “guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua”.1

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup

1

Zakiyah Daradjat, et. Al., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. Ke-2, hal. 39

(13)

etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetensi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri:

1. Lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secata utuh selain penguasaaan materi;

2. Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia;

3. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran seauai dengan kebutuhan dan ketersedian sumber daya pendidikan.

Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.

(14)

orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.

Guru Pendidikan Agama Islam merupakan figur atau tokoh utama di sekolah yang diberi tugas dan tanggung jawab serta wewenang secara penuh untuk meningkatkan kualitas peserta didik dalam bidang Pendidikan Agama Islam yang meliputi tujuh unsur pokok yaitu : keimanan, ibadah, akhlak, Al-Qur’an, syari’ah, muamalah dan tarikh, sehingga mereka (peserta didik) meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam dalam kehidupan sehari-sehari, baik sebagai pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Keberhasilan guru Pendidikan Agama Islam menanamkan keimanan dan keyakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta mengambangkan akhlakul karimah kepada para peserta didik melalaui pengolahan dan perkembangan proses belajar mengajar di sekolah, merupakan cermin keberhasilan pendidikan nasional pada umumnya.

Keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sangat ditentukan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah sumber daya manusia, khususnya guru sebagai tenaga pendidik dan para siswa sebagai terdidik. Sebagai guru, ia mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berat, karena selain melaksanakan pendidikan ilmiah, ia juga sebagai pemegang amanah orang tua dan sebagai salah satu pelaksana pendidikan Islam. Oleh karena itu, tugas guru hendaklah merupakan kelanjutan dan sinkron dengan tugas orang tua, yang juga merupakan tugas pendidik Muslim pada umumnya, yaitu memberi pendidikan yang berwawasan manusia seutuhnya. Hal ini sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional.

Pendidikan Nasional bertujuan “untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Ynag Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.2

2

(15)

Dalam tujuan tersebut, jelas bahwa untuk mewujudkan manusia beiman dan bertaqwa itu, seorang guru mempunyai peran yang sangat penting dan menentukan dalam menanamkan keimanan dan ketaqwaan terhadap peserta didik. Oleh karena itu, setiap guru harus dituntut untuk memiliki profesionalisme dalam menjalankan tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai pendidik. Salah satu untuk meningkatkan profesionalismenya, guru hendaknya meningkatkan kualitas pendidikan dan keterampilannya, baik formal maupun nonformal, karena dengan meningkatkan pendidikan dan keterampilannya, sangat menentukan bagi keberhasilan proses pembelajaran.

Dalam hal ini, M. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa “makin tinggi pendidikan guru, makin baik pula mutu pendidikan dan pengajaran yang diterima oleh anak-anak, dan makin tinggi pula derajat masyarakat”.3

Berdasarkan pemikiran dan latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat permasalahan ini menjadi sebuah judul skripsi:

“PROFESIONALISME GURU AGAMA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MIN PONDOK PINANG JAKARTA SELATAN”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi alasan pengangkatan MIN Pondok Pinang sebagai obyek penelitian karena :

a. Terdapat beberapa guru yang belum melaksanakan tugasnya secara maksimal ketika proses belajar mengajar berlangsung.

b. Kurang efektifnya jam pembelajaran ketika terjadi pergantian guru.

c. Kurangnya sarana prasarana yang mendukung terutama dalam pendidikan agama Islam.

d. Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung masih terdapat guru yang belum mencerminkan sikap profesional.

3

(16)

2. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, dibatasi hanya pada masalah profesionalisme guru dan hubungannya dengan mutu pendidikan agama Islam.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis dapat mengemukakan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Apakah profesionalisme guru berhubungan positif dengan peningkatan mutu di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui profesionalisme guru di MIN Pondok Pinang? 2. Untuk mengetahui mutu pendidikan di MIN Pondok Pinang?

3. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme guru terhadap peningkatan mutu pendidikan di MIN Pondok Pinang?

Kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi guru

• Untuk mengetahui sejauhmana kedisiplinan, profesionalisme, komitmen guru terhadap sekolah.

2. Bagi Siswa

• Meningkatkan pengamalan pendidikan agama Islam dalam kehidupan

sehari-hari. 3. Bagi Sekolah

(17)

A. Profesionalisme Guru Agama 1. Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme guru agama berisi penjelasan tentang: pengertian professionalisme, kriteria guru agama yang professional serta faktor pendukung dan penghambat terbentuknya guru agama yang professional.

”Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi profesi adalah suatu pkerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber keahlian yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen).”1

”Pendapat lain mengatakan istilah profesionalisme berasal dari kata profession (Bahasa Inggris) dan profesie (Bahasa Belanda) yang sama-sama mengandung arti pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan khusus. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti ”pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan atau pendidikan tertentu”2

Menurut Volmer dan Mills (1966, Mc Culli (1969), dan Diana W. Kommers, mereka sama-sama mengartikan profesi sebagai spesialisasi dari jabatan intelektual yang diperoleh melalui studi dan training, bertujuan untuk menciptakan keterampilan, pekerjaan yang bernilai tinggi, sehingga pekerjaan dan keterampilan itu diminati, disenangi oleh orang lain, dan dia dapat

1

Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 45.

2

Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (tt, Gitamedia Press, tt), hal. 226.

(18)

melakukan pekerjaan itu dengan mendapat imbalan berupa bayaran, upah dan gaji.3

Definisi lain menurut sosiolog, memiliki konotasi simbolik berisi nilai. ”Profesi” adalah istilah yang merupakan model bagi konsepsi pekerjaan yang diinginkan, dicita-citakan.4 Selanjutnya Jasin Muhammad yang dikutip oleh Yunus Namsa, menjelaskan bahwa profesi adalah ”suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan tekhnik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yang berorientasi pada pelayanan yang ahli”.5

Sedangkan Tilaar mengartikan profesi sebagai, ”pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan dalam suatu hierarki birokrasi yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan tersebut serta pelayanan baku terhadap masyarakat”.6

Menurut Nana Sudjana Profesi menunjukan lapangan yang khusus dan mensyaratkan studi dan penguasaan pengetahuan khusus yang mendalam seperti bidang hukum, militer, keperawatan, kependidikan, dan sebagainya. Pekerjaan yang bersifat profesioanl adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Profesi seseorang yang mendalami hukum adalah ahli hukum seperti jaksa, hakim, dan pengacara. Profesi seseorang yang mendalami keperawatan adalah perawat sementara itu, seseorang yang menggeluti dunia pendidikan (mendidik dan mengajar) adalah guru, dan berbagai profesi lainnya.

Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan)

3

Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), Cet. 1, hal. 3.

4

Ibid., hal. 30

5

Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia, (Jakarta: Pustaka Mapan, 2006), Cet. I, hal. 29.

6

(19)

tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Profesi biasanya berkaitan dengan mata pencaharian seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikian, profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna.

Sementara itu yang dimaksud dengan profesionalisme adalah kondisi arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang. Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dalam bidang pendidikan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan sesorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Denagn kata lain, pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khhusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya.7

Menurut Ahmad Tafsir mengartikan profesionalisme sebagai suatu paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional.8 Dalam hal ini yang dimaksud orang yang profesional adalah orang yang mempunyai profesi.

7

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikullum Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 43-47

8

(20)

Selanjutnya profesionalisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti, ”kualitas, mutu dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi.9 Profesionalisme pada umumnya menunjuk pada bentuk pekerjaan profesional. Seorang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap yang sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang profesional akan terus menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan.10

Menurut Surya, guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga ditunjukan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan pengabdiannya. Guru yang profesional mempunyai tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru memahamidirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memilik kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menujang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.11

Profesi dalam pandangan Islam harus dijalankan dengan sebaik-baiknya mengingat profesi adalah amanat yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya dan harus dilakukan secara benar oleh orang yang ahli agar tidak terjadi kehancuran. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.

9

Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 627.

10

H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, hal. 86.

11

(21)

“Apabila pekerjaan yang diserahkan kepada seseorang bukan profesinya (ahlinya), maka tunggulah suatu kehancuran” (HR. Bukhari)12

Hadis ini menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia sebagai kholifah di muka bumi ini mempunyai tanggung jawab yang besar lepada pemimpinnya, hadis ini juga mengandung makna bahwa keprofesionalan seseorang itu harus berdasarkan pada kebijakan ide-ide pembaharuan yang mampu membawa sasaran mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu segala sesuatu harus dikelola dan dipegang oleh orang yang benar-benar ahlinya agar tidak terjadinya kehancuran. Kemudian yang dimaksud dengan guru adalah seorang pendidik yang memberikan seperangkat ilmu pengetahuan kepada peserta didik di sekolah. Ia adalah orang yang berpengalaman di bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya ia dapat menjadikan peserta didiknya menjadi cerdas.13

Guru yang profesional dapat dilihat dari ilmu, kemampuan teknis, komitmen moral yang tinggi terhadap tugasnya.ilmu pengetahuan dan kaitannya dengan guru yang profesional adalah guru yang memiliki pengetahuan dalam bidang yang diajarkannya, sehingga memungkinkan dia untuk mentransformasikan ilmu kepada peserta didiknya.

Ciri-ciri profesi adalah:

a. Mempunyai komitmen pada pekerjaan.

b. Menguasai secara mendalam pekerjaan tersebut atau ahli. c. Bertanggung jawab dalam pekerjaan.

d. Mampu berpikir sistematis

e. Mahir dalam jabatan yang diembannya.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan guru yang profesional adalah orang yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuannya secara maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih

12

Sahih Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1997), Jilid I, hal, 189.

13

(22)

dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya dalam bidang pendidikan, terdidik dan terlatih di sini bukan hanya memperoleh pendidikan formal, tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau tekhnik dalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai materi pelajaran dan mengetahui berbagai tekhnik evaluasi.

2. Kriteria Guru Profesional

Pekerjaan guru adalah profesi, akan tetapi masih ada sebagian pakar mempertanyakan profesi guru sebagai jargon, sebab pekerjaan guru sering dipandang sebelah mata dan dinina bobokan dengan pangkat pahlawan tanpa tanda jasa, tanpa menghiraukan problem yang dihadapi guru, yaitu peningkatan kualitas, kesejahteraan guru dan diskriminasi status guru.

Untuk mengetahui apakah guru dapat dianggap sebagai suatu profesi atau sekedar jargon, dapat dibuktikan melalui beberapa kriteria pekerjaan yang dapat mencerminkan suatu profesi. Jika guru sudah memenuhi kriteria tersebut maka guru layak dianggap sebagai suatu profesi dan harus diakui kedudukannya serta mendapatkan porsi yang layak dalam masyarakat.

Kemudian Syarifudin Nurdin yang mengutip pendapat T. Raka Joni yang mengemukakan bahwa ada lima kriteria profesi yang lazim diterapkan dalam bidang pendidikan di tanah air. Lima kriteria tersebut adalah:

Pertama, diakui oleh masyarakat dan pemerintah dengan adanya bidang pelayanan tertentu yang hanya dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikategorikan sebagai profesi. Kedua, pemilikan sekumpulan ilmu yang menjadi landasan sejumlah tekhnik serta prosedur kerja. Ketiga, diperlukan persiapan yang matang dan sistematis sebelum melaksanakan pekerjaan profesional. Keempat, adanya mekanisme untuk melakukan penyaringan secara efektif sehingga hanya mereka yang dianggap berkompeten yang dibolehkan bekerja memberikan layanan ahli. Kelima, diperlukan adanya organisasi profesi yang berfungsi untuk melindungi kepentingan anggota serta meyakinkan agar anggotanya melakukan layanan yang terbaik demi kepuasan klien.14

14

(23)

Kemudian Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa ada 10 kriteria bagi suatu profesi untuk dapat disebut sebagai suatu bidang profesi. Kriteria tersebut adalah:

a. Profesi harus memiliki suatu keahlian khusus.

b. Profesi harus diambol sebagai pemenuhan panggilan hidup. c. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal. d. Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri.

e. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan dignostik dan kompetensi aplikatif.

f. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan profesinya.

g. Profesi mempunyai kode etik, yang biasa disebut dengan kode etik profesi. h. Profesi harus mempunyai klien yang jelas.

i. Profesi memerlukan organisasi profesi.

j. Mengenali hubungan profesinya dengan bidang yang lain.15

Menurut Sanusi yang dikutip oleh Namsa, mengemukakan ciri-ciri utama suatu profesi sebagai berikut:

a. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan (crusial)

b. Jabatan yang menentukan keterampilan/keahlian tertentu.

c. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

d. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.16

e. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.

f. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialiasi nilai-nilai profesional itu sendiri.

g. Dalam memberikan layanan pada masyarakat, anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi. h. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement

terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.

i. Jabatan itu mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.17

Dari beberapa kriteria yang telah diungkapkan di atas, terbukti bahwa guru merupakan suatu profesi yang harus diakui keberadaannya dalam

15

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, hal. 108-112.

16

Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia, hal. 31.

17

(24)

masyarakat. Hal ini juga telah dikuatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional.

Dalam hal ini guru juga harus mempunyai kesadaran disiplin yang tinggi. Guru adalah sosok yang menjadi tauladan bagi anak didiknya oleh sebab itulah, disiplin bagi seorang guru merupakan bagian penting dari tugas-tugas kependidikannya. Dalam hal ini, tugas-tugas guru bukan hanya melatih sikap disiplin, tetapi yang terpenting adalah mendisiplinkan diri sendiri sebagai ciri khas figur seorang guru.

3. Syarat-syarat Guru Profesional

Sebenarnya tidak semua orang dapat menjadi guru yang baik. Setiap pekerjaan profesional mempunyai kualifikasi personel yang berbeda dengan pekerjaan profesional lainnya. Kualifikasi ini diwujudkan dalam berbagai bentuk, di antaranya dalam bentuk kompetensi atau kemampuan yang didukung oleh pemilikan pengetahuan, keterampilan, kepribadian dan kesenangan kepada pekerjaannya dalam profesi itu.18

Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional, maka untuk menjadi guru harus memenuhi persyaratan yang berat. Beberapa di antaranya sebagai berikut:19

a. Harus memiliki bakat sebagai guru. b. Harus memiliki keahlian.

c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi. d. Memiliki mental yang sehat.

e. Berbadan sehat.

f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. g. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila.

h. Guru harus seorang warga negara yang baik.

18

Zakiah Daradjat, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. Ke-1, hal. 92.

19

(25)

Menurut Zakiah Daradjat, menjadi guru tidak sembarangan tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan, seperti: 1) Takwa kepada Allah SWT, 2) berilmu, 3) Sehat jasmani, 4) Berkelakuan baik.20

Menurut Gilbert H. Hunt dalam buku Effective Teaching seperti dikutip oleh Dede Rosyada, mengemukakan kriteria guru yang baik di antaranya:21

a. Harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang akan diajarkan pada siswa-siswanya.

b. Memiliki ilmu tentang bagaimana menyampaikan ilmu kepada siswa. c. Mempunyai ilmu untuk membelajarkan siswa-siswanya.

d. Memiliki ilmu bagaimana membuat perencanaan untuk sebuah aktivitas.

Persyaratan-persyaratan lainnya yang tidak kalah penting sebelum menjadi guru profesional antara lain sebagai berikut:22

a. Adanya persiapan mengajar yang baik.

b. Mempraktekkan metodologi mengajar yang disesuaikan dengan materi. c. Menguasai ilmu atau bahan pelajaran dengan baik.

d. Kesediaan mental menghadapi kelas. e. Mencintai profesi.

f. Mempunyai bakat atau pembawaan. g. Rajin, sabar dan tekun.

h. Ikhlas.

i. Berwibawa dan sederhana.

j. Memperlihatkan muka yang cerah.

k. Melaksanakan tugas dengan sepenuh hati.

Berdasarkan syarat-syarat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa jabatan, profesi guru tidaklah ringan dan sembarangan, tetapi untuk menjadi guru atau calon guru harus memenuhi dan memiliki kualifikasi serta persyaratan dan ketentuan yang berlaku bagi guru profesional.

20

Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. Ke-3, hal. 40-42.

21

Rosyada, Paradigma Pendidikan, hal. 9-11.

22

(26)

4. Faktor Pendukung Dan Penghambat Terbentuknya Guru Agama Yang Profesional

a. Faktor pendukung terbentuknya guru agama yang profesional

1) Kesuksesan adalah cita-cita yang panjang dengan titik akhir di Negeri Abadi? Belumlah sukses jika anakmu menyandang gelar atau jabatan yang tertinggi, atau mengumpulkan kekayaan terbanyak

.

Pancangkanlah cita-cita untuk anak-anakmu di Negeri Abadi, ajarkanlah mereka tentang cita-cita ini. Bolehlah mereka memiliki beragam cita-cita dunia, namun janganlah sampai ada yang tak mau punya cita-cita Akhirat.

2) Setelah memancangkan cita-cita untuk anak-anakmu, maka cobalah memulai memahami anak-anakmu

3) Memilih metode pendidikan. Setidaknya, dalam buku dua orang pemikir Islam, yaitu Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) dan Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam), ada lima Metode Pendidikan dalam Islam

,

yaitu:

a) Melalui Keteladanan atau Qudwah, b) Dengan Pembiasaan atau Aadah,

c) Melalui Pemberian Nasehat atau Mau’izhoh,

d) Dengan melaksanakan Mekanisme Kontrol atau Mulahazhoh, e) Merupakan pengaman hasil pendidikan adalah Metode Pendidikan

melalui Sistem sangsi atau Uqubah.

4) Isi Pendidikan itu sendiri. Setidak-tidaknya ada 7 bidang. Ketujuh Bidang Tarbiyah Islamiyah tersebut adalah: (1) Pendidikan Keimanan (2) Pendidikan Akhlaq (3) Pendidikan Fikroh/Pemikiran (4) Pendidikan Fisik (5) Pendidikan Sosial (6) Pendidikan Kejiwaan/ Kepribadian (7) Pendidikan Kejenisan (sexual education). Hendaknya semua kita pelajari dan ajarkan kepada mereka.

(27)

“Selamat aqidahnya, Benar ibadahnya, Kokoh akhlaqnya, Mempunyai kemampuan untuk mempunyai penghasilan, Jernih pemahamannya, Kuat jasmaninya, Dapat melawan hawa nafsunya sendiri, Teratur urusan-urusannya, Dapat menjaga waktu, Berguna bagi orang lain.”

Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah guru sebagai ujung tombak dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dengan demikian, seorang guru harus terampil dan profesional dalam melaksanakan tugasnya

b. Faktor penghambat terbentuknya guru agama yang profesional

Perkembangan yang terjadi di luar sistem pendidikan dan kemajuan yang dicapai masyarakat berdampak pula pada perlunya perbaikan mutu layanan pendidikan secara berkelanjutan. Kedua tuntutan tersebut meminta perhatian para perencana dan pemimpin pendidikan pada semua jenis dan jenjang kelembagaan pendidikan, serta pimpinan struktural instansi penyelenggaranya.

Di lain pihak masih ditemukan kenyataan: (1) Rendahnya tingkat pendidikan penduduk;

(2) Rendahnya tingkat partisipasi pendidikan pendudukan; (3) Tingginya angka putus sekolah dan mengulang tes;

(4) Banyak lulusan sd/mi yang tidak melanjutkan ke SLTP; dan (5) Masih rendahnya tingkat pencapaian pretsasi belajar siswa.

5. Tugas dan Peranan Guru Profesional a. Tugas Guru Profesional

Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Adapun tugas guru itu dapat dikelompokkan kepada tiga jenis antara lain sebagai berikut:

1) Tugas dalam bidang profesi, yang meliputi:

(28)

b) Mengajar, yaitu meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c) Melatih, yaitu mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

2) Tugas dalam bidang kemanusiaan, yakni menjadi orang tua kedua. 3) Tugas dalam bidang kemasyarakatan, yang meliputi:

a) Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga Negara Indonesia yang bermoral Pancasila.

b) Mencerdaskan bangsa Indonesia.

Menurut Zakiah Daradjat, fungsi dan tugas guru itu meliputi: 1) Tugas pengajaran atau sebagai pengajar. 2) Tugas bimbingan dan penyuluhan sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan. 3) Tugas administrasi atau sebagai pemimpin (manajer kelas).23

b. Peranan Guru Profesional

Dalam sebuah sistem pendidikan, guru berperan sebagai agen perubahan utama. Meski demikian, hal itu tidak bisa diartikan guru adalah sebagai subyek sementara murid adalah obyek. Konsep pendidikan modern menempatkan guru dan murid sama-sama sebagai subyek pembelajaran. Bukan hanya guru yang harus aktif di kelas dan membiarkan murid pasif mendengarkan. Saat ini, guru dituntut lebih kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga murid tergugah untuk mengonstruksi pemikirannya.

Sehubungan dengan fungsi sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun dengan staf yang lain.24

23

Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-2, hal. 265.

24

(29)

Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru seperti diuraikan berikut ini.25

1) Korektor

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat.

2) Inspirator

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik.

3) Informator

Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

4) Organisator

Sebagai organisator, guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisien dalam belajar pada diri anak didik.

5) Motivator

Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurut prestasinya di sekolah.

6) Inisiator

Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses

25

(30)

interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan. 7) Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu, menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.

8) Demonstrator

Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik pahami. Apalagi anak didik yang intelegensinya sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha dengan membantunya dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik. Tujuan pengajaran pun tercapai dengan efektif dan efisien. 9) Pengelola kelas

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran.

10)Mediator

(31)

11)Supervisor

Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik.

12)Evaluator

Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluasi yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian anak didik, yakni aspek nilai (value). Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feedback) tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.

Peranan lainnya bagi guru yang sesungguhnya sebagaimana menurut Adams dan Deckey dalam buku Basic Principles of Student Teaching, seperti dikutip oleh Oemar Hamalik dalam buku Proses Belajar Mengajar, mengemukakan peranan guru itu antara lain:26

1) Guru sebagai pengajar (teacher as instruktor) 2) Guru sebagai pembimbing (teacher as consellor) 3) Guru sebagai ilmuan (teacher as scientist) 4) Guru sebagai pribadi (teacher as person)

Berdasarkan dari gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai figure guru professional yang memegang peranan penting dalam dunia pendidikan, guru dituntut untuk mampu melaksanakan berbagai peranan. Peranan-peranan tersebut berguna untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien serta tercapai hasil tujuan yang baik dalam proses belajar mengajar (PBM).

26

(32)

Kompetensi Guru

Dalam UU Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dijelaskan, guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Pasal 1, ayat 1).

Kompetensi adalah merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. dalam UU Nomor 74 tahun 2008, Pasal 3 ada 4 kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yaitu:

1) kompetensi pedagogik 2) kompetensi kepribadian 3) kompetensi sosial, dan 4) kompetensi profesional

1) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:

a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b) Pemahaman terhadap kurikulum atau silabus; c) Perancangan pembelajaran;

d) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; e) Pemanfaatan teknologi pembelajaran;

f) Evaluasi hasil belajar; dan

g) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2) Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:

(33)

b) Berakhlak mulia; c) Arif dan bijaksana; d) Demokratis; e) Mantap; f) Berwibawa; g) Stabil; h) Dewasa; i) Jujur; j) Sportif;

k) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; l) Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan m) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. 3) Kompetensi sosial

Yang dimaksud kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi potensi untuk: a) Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun;

b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;

d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan

e) Menetapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. 4) Kompetensi professional

Yang dimaksud kompetensi professional adalah kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:

(34)

b) Konsep atau metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.27

B. Sertifikasi Guru 1. Pengertian Sertifikasi

Isu yang paling menjadi perhatian di dunia pendidikan setelah pengesahan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Desember 2005 adalah persoalan sertifikasi guru. Hal itu dapat dimaklumi karena selain merupakan fenomena baru, istilah tersebut juga menyangkut nasib dan masa depan guru. Berbagai interpretasi terkait dengan pemahaman sertifikasi guru bermunculan. Ada yang memahami bahwa guru yang sudah mempunyai jenjang S-1 Kependidikan secara otomatis sudah bersertifikasi. Ada juga yang memahami bahwa sertifikasi hanya dapat diperoleh lewat pendidikan khusus yang dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang ditunjuk oleh pemerintah. Bagaikan mengail di air keruh, pemahaman yang bersimpang-siur tersebut dimanfaatkan oleh beberapa lembaga pendidikan dengan cara membuka berbagai program spekulatif yang berlabel “sertifikasi”, mulai dari yang berjangka pendek (satu bulan) sampai dengan berjangka panjang (satu tahun). Tentu saja tawaran itu mendapatkan respons positif bagi guru, terutama guru-guru yang belum memperoleh ijazah S-1 Kependidikan.

Berbagai pemahaman tentang sertifikasi yang tidak utuh, tidak berdasar, dan cenderung menyesatkan tersebut tentu akan lebih membingungkan masyarakat, khususnya guru, apabila tidak segera diluruskan. Bahkan, akan menambah deretan kekecewaan masyarakat apabila ternyata sebagian guru (yang menggebu-gebu ingin memperoleh sertifikat) telah terperangkap dalam program spekulatif berlabel “sertifikasi” yang ternyata hanya “pepesan kosong”. Kini, kesimpangsiuran itu mulai mereda setelah

27

(35)

pada tanggal 4 Mei 2007 terbit Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan dan pada 13 Juli 2007 terbit Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 057/O/2007 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan.

Agar pemahaman tentang sertifikasi lebih jelas dan mantap, berikut ini dikutipkan beberapa pasal yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagai berikut: a. Pasal 1 butir 11: Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik

kepada guru dan dosen.

b. Pasal 8: Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

c. Pasal 11 butir 1: Sertifikat pendidikan sebagaimana dalam Pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

d. Pasal 16: Guru yang memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta dibayar pemerintah.

Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.

Pertanyaan yang segera muncul dari rumusan tersebut adalah apa bukti kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, dan kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sehingga ia (guru) berhak memperoleh sertifikat pendidik?

(36)

b. Kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional dilihat melalui pendidikan profesi dan/atau uji sertifikasi (Lihat Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 10). Pada Undang-Undang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 15 Penjelasan dinyatakan bahwa pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan khusus.

c. Sehat jasmani dan rohani, dibuktikan dengan keterangan dokter. Dengan demikian, dapat dipahami lebih lanjut bahwa:

a. Penguasaan kompetensi dibuktikan dengan bentuk uji kompetensi.

b. Seseorang dapat menempuh sertifikasi jika sudah memenuhi kualifikasi (dengan bukti ijazah), dan sehat (dengan bukti surat dokter).

c. Uji kompetensi sekaligus sebagai bukti kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

d. Jika lulus sertifikasi, yang bersangkutan akan menerima sertifikat pendidik. Itu berarti yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 8.

e. Guru mempunyai sertifikat pendidik dianggap sebagai guru yang professional. Yang bersangkutan mendapatkan tunjangan profesi dari pemerintah sebesar satu kali gaji pokok.

2. Perlunya Guru Disertifikasi

(37)

3. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi

Sertifikasi bagi guru RA/Madrasah bertujuan meningkatkan mutu lulusan dan mutu pendidikan RA/Madrasah pada umumnya, melalui peningkatan kualitas guru.

Manfaat pelaksanaan sertifikasi ini adalah:

a. Meningkatkan kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi pedagogis dan kompetensi sosial guru RA/Madrasah.

b. Meningkatkan profesionalitas, kinerja, dan kesejahteraan guru RA/Madrasah.

4. Pelaksanaan Sertifikasi

Pada dasarnya pelaksanaan sertifikasi bagi Guru RA/Madrasah tahun 2009 mengikuti pedoman pelaksanaan yang diterbitkan oleh (Konsorsium Sertifikasi Guru) Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional tahun 2009. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melakukan adaptasi terhadap pedoman tersebut agar dapat diimplementasikan sesuai dengan karakteristik dan kondisi Guru RA/Madrasah serta struktur organisasi dan kelembagaan Departemen Agama. Penyelenggara sertifikasi bagi guru RA/Madrasah adalah PT/LPTK yang ditunjuk oleh Mendiknas sebagai penyelenggara sertifikasi guru dalam jabatan sesuai Kepmendiknas Nomor 022/P/2000, sama dengan yang menyelenggarakan sertifikasi bagi guru TK/sekolah. PT/LPTK penyelenggara tersebut mempunyai kewenangan penuh dalam penilaian dan penetapan kelulusan peserta sertifikasi. Dengan demikian standar akademik dalam sertifikasi bagi guru RA/Madrasah sama dengan yang berlaku bagi guru TK/sekolah.

(38)

Agama Provinsi dan Pojka SGM pada Kantor Departemen Agama Kabupaten/ Kota sesuai kewenangan dan lingkup tugas masing-masing.

5. Yang Diujikan dalam Sertifikasi

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu, serta memerlukan pendidikan profesi. Untuk meyakinkan bahwa guru sebagai pekerjaan professional maka syarat pokok pekerjaan professional harus dipenuhi. Menurut Sanjaya (2005: 142-143), syarat pokok pekerjaan professional adalah sebagai berikut:

a. Pekerjaan professional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin didapatkan dari lembaga pendidikan yang sesuai sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

b. Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya sehingga antara profesi yang satu dengan yang lainnya dapat dipisahkan secara tegas.

c. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang pendidikan yang dialaminya dan diakui oleh masyarakat sehingga semakin tinggi latar belakang pendidikan akademik sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula tingkat keahliannya, dengan demikian semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang diterimanya. d. Tingkat profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak

terhadap sosial kemasyarakatan sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap efek yang ditimbulkan dari pekerjaan profesinya.

(39)

penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja. Kepmendiknas Nomor 045/U/2002 menyebutkan bahwa kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas yang sesuai dengan pekerjaan tertentu. Jadi, kompetensi guru dapat dipahami sebagai tindakan kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 10 dan Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial. Jadi, keempat jenis kompetensi guru itulah yang diujikan dalam sertifikasi.

Pada sertifikasi guru dalam jabatan, uji kompetensi terhadap kempat kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian portifolio, yaitu penilaian terhadap kumpulan dokumen yang diarahkan pada sepuluh komponen, sebagaimana yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 Pasal 1 Butir 3 di atas.

Dalam Buku I: Panduan Penyusunan Perangkat Portofolio Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2007 yang disusun oleh Tim Sertifikasi Pusat (2007), kesepuluh komponen portofolio dijelaskan sebagai berikut:

Komponen 1: Kualifikasi akademik Komponen 2: Pendidikan dan pelatihan Komponen 3: Pengalaman mengajar

Komponen 4: Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Komponen 5: Penilaian dari atasan dan pengawas

Komponen 6: Prestasi akademik

Komponen 7: Karya pengembangan profesi Komponen 8: Keikutsertakan dalam forum ilmiah

(40)

6. Penyelenggara Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan

Sertifikasi guru dalam jabatan merupakan kegiatan bersama antara Ditjen PMPTK/Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai pengelola guru dan Dirjen Dikti/Perguruan Tinggi sebagai penyelenggara sertifikasi. Sebagai pengelola guru, Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam LPMP (sebagai jajaran Ditjen PMPTK) bertugas menyiapkan guru agar siap mengikuti sertifikasi, termasuk mengatur urutan jika pesertanya melebihi kapasitas yang ditetapkan. Beberapa pertimbangan yang digunakan untuk menyusun urutan daftar calon peserta sertifikasi guru antara lain:

a. prestasi kerja, b. beban mengajar, c. urutan kepangkatan, d. masa kerja,

e. usia, dan

f. kesiapan guru dalam mengikuti uji sertifikasi.

Penyelenggaraan uji sertifikasi dilaksanakan oleh Konsorsium Penyelenggara Sertifikasi yang terdiri dari LPTK, Dirjen Dikti, dan Dirjen PMPTK. Guru peserta sertifikasi yang diusulkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota mengikuti uji kompetensi yang dikemas dalam seperangkat instrument portofolio yang telah dibakukan oleh Tim Sertifikasi Pusat. Hasil uji kompetensi lewat penilaian portifolio inilah yang dipakai sebagai dasar penentuan kelulusan sertifikasi. Bagi mereka yang mencapai skor minimal kelulusan dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat pendidik. Sementara itu, hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi yang belum mencapai skor minimal kelulusan, Rayon LPTK akan merekomendasikan kepada peserta dengan alternative sebagai berikut:

a. Melakukan kegiatan untuk melengkapi kekurangan dokumen portofolio. b. Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (Diklat Profesi Guru

atau DPG) yang diakhiri dengan ujian.

(41)

Pelaksanaan DPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan memperhatikan skor hasil penilaian portofolio dan rambu-rambu yang ditetapkan oleh KSG.

a. Peserta DPG yang lulus ujian akan memperoleh sertifikat pendidik.

b. Peserta yang tidak lulus diberi kesempatan mengikuti ujian ulang sebanyak dua kali, dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya dua minggu. Apabila tidak lulus peserta diserahkan kembali ke dalam pendidikan kabupaten/kota.

Guru yang belum memiliki kualifikasi S-1/D-4 harus memenuhi kualifikasi pendidikan S-1/D-4 terlebih dahulu. Setelah mereka lulus, harus mengikuti seleksi internal yang diselenggarakan oleh Dinas pendidikan Kabupaten/Kota. Bagi kelompok guru yang mismatch, yaitu guru yang mengajar pada mata pelajaran yang berbeda dengan bidang keahliannya, misalnya lulusan S-1 Pendidikan Fisika mengajar Matematika di SMP, yang bersangkutan dapat memilih apakah akan mengikuti sertifikasi sebagai guru Matematika atau guru Fisika. Jika ia memilih sertifikasi sebagai guru Matematika maka uji kompetensinya mengikuti instrument portofolio guru Matematika. Sebaliknya, jika yang bersangkutan memilih sertifikasi sebagai guru Fisika maka uji kompetensinya mengikuti instrument portofolio guru Fisika. Sertifikat profesi guru diberikan setelah lulus uji sertifikasi sesuai dengan pilihan uji sertifikasinya. Ini berarti yang bersangkutan harus mengampu mata pelajaran sesuai dengan sertifikat profesi yang diterimanya.

Pelaksanaan sertifikasi bagi guru dalam jabatan yang berbasis portofolio ini dilaksanakan di LPTK yang telah ditunjuk oleh Pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 057/O/2007 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan.

C. Mutu Pendidikan Agama Islam

(42)

1. Membangun Sistem Sekolah Berbazis Mutu

Untuk membangun sebuah sistem di sekolah yang berbazis mutu diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Sertifikasi guru Al-Qur’an metode Ummi

b. Workshop Management Mutu Sekolah (WMMS) c. School Improvement Program (SIP)

d. Beyond Centre Circle Time (BCCT) e. Membangun Iklim Kerja Sinergis (MIKS)

Profil Madrasah

a. Identitas Madrasah

Madrasah bernama MIN Pondok Pinang terletak di Jalan Pupan No. 3-A Kel. Pondok Pinang, Kec. Kebayoran Lama, Kota Madya Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta, Kode Pos 12310 dengan No. Telepon (021) 7696466.

Kepala madrasahnya bernama Drs. H. Aminulloh, M.Pd., status madrasah yaitu negeri. Standar madrasah dengan tingkat akreditasi A dan type madrasah A. Sekolah memiliki gedung permanen dengan Nomor Statistik Madrasah (NSM) 051327406005, yang berdiri pada tahun 1997 dan mulai beroperasi pada tahun itu juga. Status tanah milik sendiri, dengan luas tanah 1265m2 dan luas bangunan 644 m2.

b. Visi Madrasah

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang memiliki visi yaitu: Unggul, Inovatif, Terampil, dan berwawasan IPTEK berdasarkan IMTAQ. c. Misi Madrasah

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang memiliki misi dari segi akademis dan non akademis, yaitu sebagai berikut:

1) Akademis:

a) Menumbuhkembangkan semangat belajar dan beramal; b) Mengembangkan kreatifitas dalam bidang intra dan ekstra; c) Menumbuhkan life skill dan jiwa enterpreunership;

(43)

e) Menumbuhkembangkan semangat berkreatifitas;

f) Menumbuhkembangkan rasa toleransi dan kepedulian sosial antar sesama;

g) Menjadikan sumber daya insani yang tangguh, mandiri, islami dan qur’ani.

2) Non Akademis:

a) Meningkatkan kegiatan olah raga dan seni;

b) Mengikuti kegiatan atau perlombaan yang berkaitan dengan olahraga dan seni.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Mutu Pendidikan Agama Islam

Untuk meningkatkan kemampuan guru: a. Penguasaan ilmu pengetahuan;

b. Keterampilan dan kreativitas; c. Kemandirian dan kemitraan; d. Motivasi, minat dan etos kerja; e. Belajar terus menerus.

(44)

D. Pengaruh Profesionalisme Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di MIN Pondok Pinang Jakarta Selatan

Penelitian ini diadakan pada setiap MIN Pondok Pinang dengan mengambil responden guru sebanyak 24 orang. Kemudian kepala MIN juga berfungsi sebagai responden. Sehingga tindakan kepemimpinan kepala sekolah, kematangan kerja guru, dan kepuasan kerja guru dilihat dari dua sisi yaitu menurut persepsi guru-guru dan menurut persepsi kepala sekolah. Ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif/survai analisis, data dan informasi dikumpulkan melalui instrumen berbentuk kuestioner.

Alat ukurnya dikembangkan sendiri dengan mengukur kepemimpinan kepala sekolah, kematangan kerja guru, dan kepuasan kerja guru yang telah memenuhi persyaratan validitas dan realibilitas.

Peningkatan kualitas guru PAI dapat ditaksir dengan peningkatan kematangan kerja guru, tetapi tidak dapat ditaksir dengan peningkatan tindakan kepemimpinan kepala sekolah. Tidak terdapat kaitan yang cukup berarti antara tindakan kepemimpinan kepala sekolah dengan kematangan kerja guru, sehingga bila bersama-sama belum dapat memberikan pengaruh nyata terhadap kualitas kerja guru. Tapi bila sendiri-sendiri, kontribusi kematangan kerja yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja guru, analisis ini dilakukan menurut persepsi guru dan menurut persepsi kepala sekolah. Sedangkan tindakan kepemimpinan kepala sekolah tidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja guru.

E. Kerangka Berfikir

Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan, penulis mempunyai anggapan dasar sebagai berikut: “Bahwa semakin profesional guru, maka semakin baik mutu pendidikan agama”.

F. Hipotesis

(45)

yang dijadikan dasar penelitian. Hipotesis akan diterima jika penelitian yang diadakan hasilnya membenarkan kebenarannya dan akan ditolak jika kenyataannya tidak membenarkan pernyataan untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang diteliti.

Hipotesis yang hendak diuji kebenarannya dan digunakan dalam penelitian pengaruh budaya keilmuan orang tua terhadap prestasi belajar anak, yaitu:

Ho : Tidak terdapat hubungan antara profesionalisme guru dengan peningkatan kualitas PAI di MIN Pondok Pinang

(46)

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di MIN Pondok Pinang Kebayoran Jakarta Selatan. Dan waktu yang akan dilaksanakan penelitian sekitar bulan Februari sampai dengan April 2009.

Waktu Kegiatan

Februari - Studi pendahuluan ke MIN Pondok Pinang. - Penyerahan izin penelitian

Maret - Membuat instrumen penelitian

- Melakukan penelitian, menyebarkan angket. April - Pengolahan data

- Menulis laporan penelitian (Skripsi)

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan teknik korelasional.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan dari seluruh sumber data yang akan diteliti. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang ada di MIN Pondok Pinang, yaitu sebanyak 437 siswa. Sedangkan populasi terjangkau, yaitu siswa kelas V sebanyak 65 siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini digunakan teknik-teknik pengumpulan data berupa angket. Selain dari angket, digunakan juga observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai pendukungnya

(47)

1. Angket

Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan angket. Dengan angket ini diharapkan mampu mengungkap data secara objektif, mudah dan praktis, mudah diisi, tidak memerlukan waktu lama dan mudah diolah.

Dengan angket ini, penulis ingin mengungkap data tentang profesionalisme guru agama dan mutu pendidikan Agama Islam di MIN Pondok Pinang. Bentuk angket yang digunakan untuk memperoleh data dari variabel profesionalisme guru dan variabel mutu pendidikan Agama Islam adalah pilihan jawaban dengan 4 pilihan jawaban yaitu: selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.

2. Observasi

Observasi merupakan salah satu pengumpulan data penelitian yang memiliki peranan cukup banyak dalam menemukan masalah-masalah yang ingin diperoleh di lokasi penelitian. Dengan observasi, peneliti dapat melihat fenomena-fenomena yang ada di lokasi penelitian.

Dalam hal ini, Winarno Surakhmad menyatakan: teknik observasi yakni ”pengumpulan data di mana penyelidik menggunakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki, baik pengataman itu dilakukan dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan yang khusus diadakan”.1

Penulis menggunakan teknik observasi untuk mendapatkan data yang diangkat melalui pengamatan langsung, yaitu data tentang kondisi objektif Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta Selatan, baik mengenai luas tanah, bangunan, jumlah guru dan karyawan maupun jumlah siswa.

3. Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik penelitian dengan cara mengadakan tanya jawab secara lisan dan tatap muka antara penelitian (interviwer) dengan yang diteliti (interviewee), yaitu kepala sekolah, guru dan

1

Gambar

Tabel 1  Kisi-kisi Angket
Tabel 2
tabel susunan personalia Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Pondok Pinang
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Menerima bit stream dari lapisan fisik dan mengubahnya menjadi frame untuk diteruskan ke lapisan Jaringan - Bertanggung jawab untuk pengiriman frame yang bebas error

Faktor Gender memiliki pengaruh terhadap gaya hidup seseorang. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan tidak hanya dapat dilihat dari segi penampilan.. saja, melainkan juga dari

Manfaat CD interaktif ini adalah untuk mempermudah anak-anak dalam mempelajari doa-doa Islam, CD interaktif ini menampilkan gambar dan suara sehingga dengan adanya CD interaktif

Dari penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu nilai keterampilan komunikasi interpersonal pada mahasiswa tahun keempat lebih baik daripada tahun

Berdasarkan Hasil Evaluasi Administrasi, Teknis dan Harga pada Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi kegiatan Rehabilitasi Ruang Belajar MTsN Salido Tahun Anggaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang memengaruhi pemakaian alat pelindung diri (APD) pada pekerja bagian peleburan besi baja di PT.. Jenis

Umum yang Belum Memadai Bagi Kebutuhan Penumpang Difabel Dalam Bepergian Pemberian layanan yang kurang baik dari petugas angkutan umum terhadap penumpang difabel

Keseluruhan indikator dituangkan dalam 28 item pertanyaan yang diukur dengan menggunakan lima poin skala likert untuk mengukur tingkat profesionalisme akuntan publik,