• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Baitul Mal wattamwil dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir (studi pada BMT al-Fath IKMI Ciputat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Baitul Mal wattamwil dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir (studi pada BMT al-Fath IKMI Ciputat)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PERANANBAITULMAALWATTAMWILDALAMMENGATASI DAMPAKNEGATIFPRAKTEKRENTENIR

(StudiPadaBMTAlFathIKMICiputat)

SKRIPSI

DiajukanKepadaFakultasSyariahdanHukum UntukMemenuhiSalahSatuPersyaratan MemperolehGelarSarjanaEkonomiSyariah(SE.Sy)

Oleh: JajangNurjaman NIM:206046103833

KONSENTRASI

PERBANKAN

SYARIAH

PROGRAM

STUDI

MUAMALAT

FAKULTAS

SYARIAH

DAN

HUKUM

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)

i

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 Desember 2010

(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR









Alhamdulillahirabbil‟aalamin, penulis menyampaikan segala puji dan syukur

kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Penulis menghaturkan shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi dan Rasul kita Muhammad SAW, kepada segenap keluarganya, sahabatnya serta ummatnya sepanjang zaman, yang Insya Allah kita ada didalamnya.

Dengan taufiq dan hidayah Allah SWT. Penulis bersyukur, dengan limpahan kasih sayang-Nya, penulis mampu meyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Baitul Maal Wat Tamwil Dalam Mengatasi Dampak Negatif Praktek Rentenir” studi pada BMT Al Fath IKMI, dapat terselesaikan dengan baik.

Proses perjalanan untuk menyelesaikan skripsi ini tidaklah mudah. Banyak hambatan dan rintangan yang penulis temui dan alami. Berkat ridha-Nya, berkat doa, kesungguhan hati dan kerja keras, akhirnya penulis sampai titik proses akhir penulisan skripsi ini.

(6)

vi

1. Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bpk. Ah. Azharuddin Latif, M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Sekertaris Konsentrasi Perbankan Syariah Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bpk Drs. Burhanuddin Yusuf, MM dan Kamarusdiana, S.Ag,MH selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing penulis dan senantiasa meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan masukan-masukannya, dan mengarahkan sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.

4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah, semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT.

5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, Perputakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tempat penulis memperoleh berbagai informasi dan sumber-sumber referensi sehingga skripsi dapat terselesaikan.

(7)

vii

7. Yang tercinta Ayahanda (Jaya Usman), engkaulah Ayah yang bijaksana, yang dengan ikhlas memotivasi dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi Ananda untuk memilih judul skripsi tentang Baitul Maal Wat Tamwil. Dan yang tercinta Ibunda (Siti Hasanah), yang dengan ikhlas mencurahkan kasih sayang buat Anada, yang tidak henti mendoakan, memberikan motivasi dan spirit buat Ananda, sehingga Ananda menjadi Laki-laki kuat dalam menghadapi cobaan hidup dan menjadi kebanggaan Ayah dan Bunda. Amin. Dan yang tersayang adik-adikku (Evi Sofiani, Irvan Nurhayat, Dini Putria Rahayu). Ambil positifnya dari Kakak, yang pasti kalian harus lebih baik dari Kakak.

8. Buat orang-orang yang telah membantu saya, Micky, Amrul, Jodie, Beni, Jamrudin, Bongas Dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terimakasih banyak atas semuanya, saya takkan bisa tanpa kalian.

9. Buat sahabat-sahabatku angkatan 2006, khususnya PS-B ekstensi yaitu My Best Friend dan seluruh keluarga besar SBC (Syariah Banking Community) yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah menggoreskan banyak kenangan manis, canda dan tawa selama menjalani perkuliahan, semoga tali silaturahmi kita selalu terjalin. Dan buat Semua teman-teman kontrakan, jalan, main futsal, Alumni AIS dan Anak-anak Champoes.

(8)

viii

ucapan terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak, semoga kebaikan dan bantuan kepada penulis menjadi amal ibadah dan mendapat Ridha dari Allah SWT.

Penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam pembuatan skripsi ini. Untuk itu kritik dan saran kiranya dapat lebih memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan khususnya bagi umat manusia, serta bagi Lembaga-Lembaga Ekonomi Syariah di Indonesia. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai aktivitas kita berjuang di jalan-Nya serta menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang bahagia di dunia dan akhirat.

Jakarta, 30 Desember 2010

Penulis

(9)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

LEMBAR PERNYATAAN... iii

LEMBAR PENGESAHAN... vi

KATA PENGANTAR……… v

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 5

D. Riview Studi Terdahulu………... 6

E. Metode Penelitian……….. 7

(10)

x

DAN RENTENIR

A. Baitul Maal wat Tamwil……… 10

B. Rentenir……….. 15

C. Dampak Negatif Praktek Rentenir... 23

D. Badan Hukum………...………. 25

E. Perkembangan BMT Di Indonesia……… 28

BAB III TINJAUAN UMUM BMT AL-FATH IKMI A. Latar Belakang Berdirinya BMT Al-Fath IKMI…………...…. 36

B. Visi, Misi dan Tujuan BMT Al-Fath IKMI………... 38

C. Struktur Organisasi BMT Al-Fath IKMI……… 40

D. Produk-produk BMT Al-Fath IKMI………... 43

BAB IV PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL DALAM MENGATASI DAMPAK NEGATIF PRAKTEK RENTENIR A. Peran BMT Al-Fath IKMI Dalam Mengatasi Dampak Negatif Praktek Rentenir……….. 50

B. Strategi BMT Al-Fath IKMI Dalam Mengatasi Dampak Negatif Praktek Rentenir……...………. 54

(11)

xi

DAFTAR PUSTAKA………. 67

(12)

xii

[image:12.612.114.542.53.455.2]

Nomor Judul Gambar Halaman

(13)

xiii

[image:13.612.111.538.67.583.2]

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Pertumbuhan Mitra BMT Al Fath IKMI Ciputat... 58

Tabel 4.2 Jumlah Pertumbuhan Asset BMT Al Fath IKMI Ciputat... 58

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Peranan BMT Al Fath IKMI Ciputat... 59

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai BMT Al Fath IKMI Ciputat... 60

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Pekerjaan di

BMT Al Fath IKMI Ciputat... 60

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Penghasilan Setelah Mendapatkan Pinjaman di BMT Al Fath IKMI Ciputat... 61

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Pernah meminjam dengan

Rentenir di BMT Al Fath IKMI Ciputat... 61

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Masih Meminjam dengan

(14)

xiv

Nomor Nama Lampiran Halaman

1. Surat Permohonan Pembimbing 69 2. Surat Permohonan Penelitian 70 3. Surat Keterangan Penelitian 71

4. Hasil Wawancara 72

5. Formulir Kuesioner 79

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia diantaranya disebabkan oleh ketidakpastian skala prioritas kebijakan pemerintah dalam mendorong dunia usaha, dimana pemerintah lebih menekankan pada usaha skala besar dari pada skala usaha kecil.1

Dan salah satu lembaga penopang ekonomi yang bergerak pada masyarakat kecil-menengah (grass rool) itu adalah Baitul Maal Wa Tamwil (selanjutnya disingkat BMT) atau padanan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro kecil, dalam upaya mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin.

BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah ditumbuhkan oleh prakarsa dan dengan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat sebagai landasan sistem ekonomi yang salaam/keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian dan kesejahteraan.2

Rentenir dalam prakteknya sebenarnya sangat merugikan peminjamnya karena jasa peminjaman keuntungan rentenir tersebut cukup besar, sehingga bagi

1

Mahendro Nugroho, “Usaha Masyarakat Marjinal Perkotaan : Dampak Bunga Uang dan

alternative pembiayaan Berbasis Islam”, Makalah disampaikan pada seminar nasional : Dampak Bunga Uang terhadap perekonomianIndonesia, Jakarta, 23 April 2002

(16)

para pedagang menggunakan kredi-kredit yang disediakan oleh para rentenir dalam dua cara, tergantung pada jangkauan aktifitas. Hutang piutang uang informal sangat sesuai dengan kebutuhan para pedagang skala besar yang harus membeli barang dalam jangka waktu pendek.

Tetapi apabila pembayar kreditnya tidak sanggup membayar maka jangka waktu pembayaran kreditnya diperpanjang sehingga keuntungan semakin besar dan menambah beban bagi yang meminjamnya, maka dalam hal tersebut dilarang dalam Islam karena berbunga/riba. Maka BMT disini mampu memudahkan masyarakat bawah yang ingin membangun usaha dan menambah modalnya dan supaya terhindar dari praktik negatif rentenir dan lebih utama supaya terhindar dari riba.

Sebenarnya, terjadinya krisis ekonomi tidak terlepas dari praktek-praktek atau aktivitas ekonomi yang dilakukan bertentangan dengan nilai-nilai keislaman seperti tindakan mengkonsumsi riba, monopoli, korupsi, dan tindakan malpraktek lainnya. Disini pentingnya memberikan solusi alternatif sistem yaitu sistem ekonomi Islam yang diturunkan langsung dari langit (sistem ekonomi Ilahiyah) dan sangat berpotensi untuk mengisi kekosongan sistem yang digunakan oleh negeri yang kita cinta ini.3

Kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995 diartikan sebagai kegiatan

3

Aries Mufti, “Peranan MES dalam mengembangkan Lembaga Keuangan Syari’ah di

(17)

yang menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain anggotanya.

Dalam rangka menghimpun dana tersebut Koperasi Simpan Pinjam akan memberikan imbalan yang ditentukan oleh Rapat Anggota. Pemberian imbalan tersebut berupa bagi hasil.

Sistem bagi hasil sudah merupakan tradisi masyarakat Indonesia sehingga kehadiran BMT sesuai kehendak dari budaya mereka. Kegiatan bisnis BMT bertujuan membantu pegusaha kecil bawah dan kecil dengan memberikan pembiayaan yang dipergunakan sebagai modal dalam rangka mengembangkan usahanya. Dengan kegiatan bisnis ini usaha anggota berkembang dan BMT memperoleh pendapat sehingga kegiatan BMT berkesinambungn secara mandiri.

(18)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berbicara mengenai BMT, sangat luas cakupannya karena BMT pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep dalam islam terutama dalam bidang keuangan. Selain bergerak dalam bidang keuangan, BMT juga melakukan kegiatan disektor riil dimana BMT menyalurkan dananya kepada pengusaha kecil bawah dan kecil. Bertitik-tolak dari latar belakang seperti tersebut di atas, kiranya dapat dirumuskan pokok persoalan sebagai berikut :

1. Peran apa sajakah yang dimiliki BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir?

2. Bagaimana strategi yang dijalankan BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir?

3. Bagaimana tingkat keberhasilan BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir?

(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Adapun dari tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peran BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir.

2. Untuk mengetahui strategi BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir.

3. Mengetahui tingkat keberhasilan BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir.

b. Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya :

1. Menambah wawasan keilmuan tentang peran BMT dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir.

2. Mendeskripsikan peran BMT sebagai lembaga keuangan alternatif sesuai syariah yang membantu masyarakat menengah ke bawah dan dapat dimanfaatkan guna meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup ekonomi meraka.

(20)

D. Riview Studi Terdahulu

Penulisan ini dilakukan karena bermotivasi dan terinspirasi setelah penulis melihat dan membaca penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nafisah pada

tahun 2007. “Potensi dan Strategi BMT dalam Pengembangan UKM”, dan

Rosidah pada tahun 2005 “Dengan judul Analisis SWOT BMT dalam

Peningkatan Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus BMT Al Munawarah”).

Selain skripsi ada juga yang membahas tentang strategi BMT yaitu oleh Heri Sudarsono yang berjudul Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, dalam skripsi tersebut penulis menerangkan bahwa semakin berkembangnya masalah ekonomi masyarakat, maka berbagai kendala tidak mungkin dilepaskan dari BMT. Oleh karena itu, perlu peran dan strategi yang jitu guna mempertahankan eksistensi BMT tersebut.4

Dengan adanya penelitian terdahulu, maka penulis penelitian di tempat ini yakni BMT. Kelebihan dalam penelitian ini dari peneliti terdahulu yaitu dimana penulis tidak hanya meneliti strategi BMT saja akan tetapi penulis angkat secara khusus tentang peran yang dimiliki BMT dalam mengatasi dampak negatif rentenir.

4

(21)

E. Metode Penelitian

Untuk mencapai tujuan skripsi ini, maka penulis menggunakan dua jenis penelitian :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian diarahkan untuk memperoleh landasan teori yang akan dipergunakan dalam analisis data. Dengan cara mengadakan studi kepustakaan. Landasan teori ini diperoleh dari literature-literatur, karya-karya ilmiah, Koran, intenet, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan materi pembahasan skripsi ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Melalui dua cara yaitu wawancara dengan narasumber yang kompeten pada bidangnya untuk memberikan keterangan mengenai masalah tersebut dan penyebaran angket kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, pimpinan BMT Al Fath IKMI. Dan objek yang dituju oleh penulis yaitu BMT Al Fath IKMI merupakan salah satu BMT Al Fath IKMI yang telah berhasil menjalankan operasinya dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir.

Teknik Pengumpulan data dilakukan melalui :

(22)

terjadi di lokasi penelitian berkaitan dengan upaya BMT Al Fath IKMI dalam mengatasi dampak negatif praktek rentenir.

2. Wawancara (interview), yaitu dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pihak BMT yang telah dibuat sebelumnya.

3. Studi Dokumentasi, yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan laporan keuangan BMT dan laporan-laporan lain berkait dengan masalah penelitian.

Pengelolaan data dilakukan dengan cara deskripstif analisis yaitu suatu teknik penulisan terdulu merupakan semua data yang diperoleh melalui bahan dokumentasi, wawancara dan bahan pustaka kemudian menganalisanya dengan pedoman pada sumber tertulis.

Dalam hal yang berhubungan dengan teknik penulisan, penulis menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”. Namun dalam penulisan ini ada

pengecualian yaitu kutipan Al-Qur‟an tidak diberikan catatan surat pada bagian akhir kutipan.

F. Sistematika Penulisan

(23)

BAB I PENDAHULUAN

Di dalamnya diuraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BMT DAN RENTENIR

Memuat tentang penjelasan secara singkat mengenai Pengertian Baitul Maal wat Tamwil, Rentenir, Badan Hukum, Perkembangan BMT Di Indonesia.

BAB III TINJAUAN UMUM BMT AL FATH IKMI

Dalam bab ini akan diuraikan tentang : Latar belakang berdirinya BMT Al Fath IKMI, Visi dan Misi dan Tujuan BMT Al Fath IKMI, Struktur Organisasi, serta Produk-Produk BMT Al Fath IKMI.

BAB IV PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL DALAM

MENGATASI DAMPAK NEGATIF PRAKTEK RENTENIR Dalam bab ini akan membahas tentang : Peran BMT Al-Fath IKMI Dalam Mengatasi Dampak Negatif Praktek Rentenir, Strategi BMT Al-Fath IKMI Dalam Mengatasi Dampak Negatif Praktek Rentenir, Tingkat Keberhasilan BMT Al-Fath IKMI Dalam Mengatasi Dampak Negatif Praktek Rentenir.

BAB V PENUTUP

(24)

10

TINJAUAN UMUM BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) DAN RENTENIR

A. Pengertian BMT

Baitul Maal berasal dari bahasa Arab bait yang berarti rumah, dan al-mal yang berarti harta. Jadi secara etimologis (ma‟na lughawi) Baitul Mal berarti

rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta.1 Adapun secara terminologis Baitul mal wattamwil adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.2

BMT (Baitul Maal wat Tamwil) atau padanan kata Balai usaha Mandiri Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang di operasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin.

Kegiatan Baituttamwil adalah mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan ekonominya.

1

Muhammad,lembaga ekonomi syariah,(Graha ilmu,yogyakarta,2007), h.23

2

(25)

Kegiatan Baitul Maal Wattamwil adalah menerima titipan BAZIS dari dana zakat, infaq dan sadaqah dan menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Dari segi kata baitul maal mempunyai arti yang sama, yang artinya rumah harta. Akan tetapi keduanya dibedakan atas dasar operasionalnya. Terutama dari segi sumber dana dan pengguna dana.

Baitul maal sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW. Rasulullah merupakan kepala negara yang pertama kenalkan konsep baru di bidang keuangan negara di abad ke tujuh, semua hasil perhimpunan kekayaan negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan negara. Tempat inilah yang disebut bait al-maal, yang pada masa Rasulullah SAW sumber pemasukan bait al-maal adalah 3:

a. Kharaj, yaitu pajak tanah.

b. Zakat yang dikumpulkan dalam bentuk uang tunai, hasil peternakan dan hasil pertanian.

c. Khums, yaitu pajak proporsional sebesar 20%.

d. Jizyah, yaitu pajak yang dibebankan kepada non orang-orang non-muslim sebagai pengganti layanan sosial ekonomi dan jaminan perlindungan keamanan dari negara islam.

e. Penerimaan lainya separti kaffarah dan harta waris dari orang yang tidak memiliki ahli waris.

3

(26)

Setelah Rasullulah wafat, Abu bakar sebagai penggantinya. Setelah itu dilanjutkan dengan Umar ra. Dalam masa Umar ra yang disebut baitul maal adalah tempat mengumpulkan harta milik semua umat islam, yang memungkinkan dibawa, dipindahkan atau dijaga. Baitul maal sebagai lembaga keuangan yang bertugas untuk menerima, menyimpan dan mendistribusikan uang negara sesuai dengan aturan syariat islam.4

Tujuan umum BMT adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan prinsip syariah. Sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan mengembangkan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat dan daerah kerjanya.

2. Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global. 3. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan anggota. Setelah itu BMT dapat melakukan penggalangan dan mobilisasi atas potensi tersebut sehingga mampu melahirkan nilai tambah kepada anggota dan masyarakat sekitar.

4. Menjadi perantara keuangan antara ahniya sebagai shohibul maal dengan dhu‟afa sebagai mudharib, terutama untuk dana-dan sosial seperti zakat,

infaq, shadaqah, wakaf, hibah dan lain-lain. BMT dalam fungsi ini

4

(27)

bertindak sebagai amil yang bertugas untuk menerima dana zakat, infaq, shadaqah, dan dana sosial lainnya dan untuk selanjutnya akan disalurkan kembali kepada golongan-golongan yang membutuhkannya.

5. Menjadi perantara keuangan, antara pemilik dana, baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan pengguna dana untuk pengembangan usaha produktif.

Peran ini menegaskan arti penting prinsi-prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat, sebagai Lembaga Keuangan Syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan ataupun materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam pengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, BMT diharapakan mampu berperan lebih aktif dalam memperbaiki kondisi ini.

Dengan keadaan tersebut keberadaan BMT setidaknya mempunyai beberapa fungsi5 :

1. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah.

Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting system ekonomi Islami. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang islami,

5 Aries Mufti, “Peranan MES dalam mengembangkan Lembaga Keuangan Syari’ah di

(28)

misalnya supaya ada bukti dalam transaksi, dilarang curang dalam menimbang barang, jujur terhadap konsumen dan sebagainya.

2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil.

BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum.

3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir.

Masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya.

(29)

B. Pengertian Rentenir

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia rentenir adalah orang yang memberikan nafkah dan membungakan uang/tukang riba/pelepas uang/lintah darat.

Rentenir adalah pemberi pinjaman uang (kreditur) dengan bunga sekitar 10-30 persen perbulan dalam kondisi perekonomian normal dengan rata-rata bunga pinjaman bank umum kurang lebih 1-3 persen per bulan. Plafon pinjaman yang diberikan biasanya antara 50.000 sampai dengan 1.000.000 rupiah. Target peminjam (debitur) mereka biasanya orang-orang dengan ekonomi lemah yang tinggal di kota atau di pinggiran kota, seperti buruh kecil, pegawai kecil dan perajin kecil atau dengan istilah lain masyarakat kurang mampu dari segi ekonomi.6

Salah satu sebutan yang diberikan oleh masyarakat terhadap praktek rentenir ini misalnya sebutan terhadap orangnya “inang” begitu juga dengan sistem

rentenir tersebut mereka kenal dengan sistem julo-julo.

Berbicara masalah rentenir di Indonesia, tidak ada data yang pasti sejak kapan lembaga informal ini ada di Indonesia, yang jelas lembaga informal ini tumbuh subur berdampingan dengan lembaga formal.

Di dalam literatur sejarah menjelaskan bahwa maraknya praktek rentenir pada masa penjajahan colonial melalui tangan-tangan pribumi walaupun sebelumnya juga sudah ada pada masa kerajaan pribumi. Paham kapitalisme

6

(30)

merkantilisme ini dibawa oleh pedagang bersenjata rempah-rempah yang akhirnya diorganisasikan dalam bentuk VOC. Melalui VOC ini awalnya system pialang dikenal. Dengan sistem toke/agen. Meraka menggunakan perantara pribumi untuk menyalurkan dana mereka.

Pendiri lembaga-lembaga keuangan Bank pada masa kolonial pun dilakukan sebagai antisipasi bagi praktek rentenir, pengijon atau tengkulak. Dengan dikeluarkanya Pakto no 27 tahun 1988 menandakan bahwa praktek rentenir sudah menjadi masalah bagi pembangunan Indonesia sebelumnya. Sehingga akhirnya pemerintah mengambil kebijakan dengan pendirian BPR di daerah-daerah pedesaan.

Dari pengadopsian sistem-sistem kolonial tersebut perkembangan rentenir, pengijon ada sampai sekarang. Para pemburu rente, rent-seeker, pergi menawarkan jasanya kepada penduduk yang memerlukan uang baik untuk kebutuhan konsumsi maupun produksi. Mereka tidak saja membatasi diri dalam menawarkan pinjaman uang tapi lebih dari itu meraka juga menawarkan barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan pembayaran bisa dicicil.7

Perkembangan rentenir yang menawarkan jasa kredit kepada masyarakat mikro dilakukan dengan mendatangi individu dari rumah ke rumah, tidak hanya dalam bentuk menjajakan jasa kredit uang tetapi juga dengan modus pedagang keliling barang-barang kebutuhan masyarakat dan pembayaran pun boleh dicicil.

7

(31)

Masyarakat setempat mengenal model pinjaman sejenis rentenir sebagai

bank harian‟. Istilah tersebut muncul karena pengelola pinjaman menjalankan

aktivitas „dagang uang‟ setiap hari. Selain itu, ada pula yang mengenalnya sebagai

bank ucek-ucek‟, karena mereka mendatangi pengguna jasanya setiap pagi,

sekitar jam 07.30-09.00.8

Secara awam dapat didefinisikan bahwa rentenir adalah orang yang meminjamkan uang kepada nasabahnya dalam rangka memperoleh profit melalui penarikan bunga.

Satu hal yang perlu diperhitungkan adalah bahwa rentenir adalah agen kapitalis yang seluruh aktifitasnya untuk mencari profit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rentenir memiliki dua wajah, yaitu rentenir sebagai “lintah

darat” di satu sisi karena menarik bunga yang tinggi, tetapi juga sekaligus sebagai

“agen perkembangan” pada sisi yang lain karena menopang dinamika

perdagangan dan mencukupi kelangkaan uang tunai masyarakat.

Jadi rentenir adalah sosok sumber daya yang sangat diperlukan bagi para pedagang untuk mendukung aktivitasnya baik secara langsung atau tidak. Secara langsung kredit dari rentenir itu untuk kegiatan produksi, sedangkan secara tidak langsung kredit itu digunakan untuk konsumsi, baik yang wajar hingga yang konsumtif.9

8

Suwiknyo, Saya Bukan Rentenir ,SpiritualFinancial,www.google.co.id

9

Nugroho, Heru, “Uang Rentenir dan Hutang Piutang di Jawa”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

(32)

Selain itu, masyarakat pun dapat memanfaatkan sumber pinjaman berbentuk barang, dikenal dengan sebutan kreditan barang (mindring). Tata cara peminjaman hampir sama dengan bank harian, pemberi pinjaman barang berkeliling menagih kepada peminjam sekaligus mencari calon peminjam lainnya. Namun ada pula model pembayaran sekaligus, di saat selepas panen (barnen =

bayare wis panen).

Ekonomi Islam memandang bahwa kredit dengan instrumen utamanya adalah bunga jelas haram. Bunga sama dengan riba. Riba dalam bahasa arab berarti ziyadah artinya kelebihan atau tambahan. Pengertian tambahan dalam konteks riba yaitu tambahan uang atas pinjaman, baik tambahan berjumlah sedikit atau banyak. Penghitungan waktu pada riba mengandung tiga unsur :

1. Tambahan atas uang pokok.

2. Tarif tambahan yang sesuai dengan waktu.

3. Pembayaran sejumlah tambahan yang menjadi syarat dalam tawar menawar.

Sementara ulama fiqh mendefinisikan riba sebagai kelebihan harta dalam muamalah tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan oleh syara‟.

(33)

mengandung resiko. Berbeda dengan rentenir yang mengambil tambahan dalam bentuk bunga tanpa adanya penyeimbang yang diterima si peminjam kecuali kesempatan dan faktor waktu berjalan yang berjalan selama proses peminjaman.

Riba sering dikaitkan dengan al-bathil tertulis dalam Al-quran Surat (An-Nisa : 29).

























































































Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh

dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.“(Q.s.

An-Nisa/4: 29)

Tahapan Pelarangan Riba :

1. Tahap Awal : mengambarkan adanya unsur negatif didalamnya.















































































Artinya : "Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang

melipatgandakan (pahalanya).“ (Q.S. Ar Ruum/30: 39).

(34)

















































































































Artinya : “Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami

haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir

di antara mereka itu siksa yang pedih. “ (Q.S. An Nisa/4: 160-161).

3. Tahap Ketiga : dinyatakan secara eksplisit salah satu keharaman bentuknya.

















































Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat-ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu

mendapat keberuntungan." (Q.S. Ali Imran/3: 130)

4. Tahap terakhir : diharamkan secara total dalam bentuk apapun.

(35)



















Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa (dari berbagai jenis) riba jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak

menganiaya dan tidak pula dianiaya." (Al Baqarah/2: 278-279).

Jelaslah tahapan-tahapan tersebut mengharamkan riba secara total. Riba menjadi alat pemerasan antar sesama manusia. Praktek rentenir menyebabkan hancurnya ukhuwah dan memicu perselisihan. Kita lihat pelaku rentenir hanya mengoyang-goyangkan kakinya sambil menikmati bunga yang akan terus mengalir ke dalam sakunya. Gambaran pelaku riba didalam Al-Qur‟an adalah :









































































































































































Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

(36)

mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni

neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah/2: 275)

Kenyataan pelaku riba cendrung memiliki prilaku malas, eksploitatif dan spekulatif. Jadi jelas bahwa praktek rentenir dalam ekonomi Islam adalah praktek yang bertentangan dengan nilai-nilai syara‟. Rentenir adalah pekerjaan yang dikecam karena kemaslahatan umat terganggu dan akan terjadi penipuan dan pertumbuhan ekonomi tidak akan tercapai karena masyarakat tidak bisa keluar dari jerat hutang yang semakin hari semakin besar. Ditambah perekonomian Indonesia semakin memburuk. Ternyata di pasar tradisional-lah dinamika perekonomian bangsa sesungguhnya terlihat nyata.

C. Dampak Negatif Praktek Rentenir

Beberapa alasan masyarakat masih melakukan pinjaman pada rentenir antara lain : Pertama, Prosedur mudah. Kedua, tidak ada persyaratan yang merepotkan.

Ketiga, tanpa agunan atau jaminan dalam bentuk uang atau barang, tidak seperti

halnya pada bank atau koperasi. Keempat, ada kelonggaran-kelonggaran seperti kelonggaran waktu pembayaran. Kelima, sikap rentenir yang ramah. Keenam, jangka waktu pengambilan yang pendek (short term period).10

Maka dijelaskan dampak negatif praktek rentenir pada umumnya adalah sebagai berikut :

a. Dapat mengembangkan riba secara luas.

10

(37)

b. Dapat memperlebar kesenjangan ekonomi (yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin).

c. Ketika seseorang sudah menggantungkan diri pada rentenir maka ini akan sulit lepas dari kredit tersebut, karena apabila 1 kali macet maka ia harus bayar bunga tersebut yang sama.

d. Dapat meresahkan masyarakat karena harus membayar bunga sampai 20% dibandingkan dengan BMT 2-3%.

e. Mekanismenya lebih mudah atau tidak menyulitkan para nasabah peminjamnya.

Pekerjaan rentenir ini dijalankan dengan beberapa medote: ada yang berkedok usaha berbadan usaha berupa Koperasi Simpan-Pinjam dan ada juga yang mengelolanya secara pribadi yang menjadikannya sebagai sumber penghasilan utama atau sebagai usaha sampingan. Rentenir yang berkedok koperasi simpan-pinjam memiliki Surat Izin Usaha yang diterbitkan oleh pemerintah setempat, berpegangan surat izin ini, mereka melakukan praktek pinjam-sita.

Jenis pinjaman yang disajikan bermacam, mulai dari yang tanpa agunan, surat-surat becak, motor, ijazah hingga surat tanah. Lamanya jangka pinjaman bervariasi mulai yang dipungut harian, mingguan hingga bulanan. Tapi bagaimanapun modusnya, seperti apapun dikelola tujuannya satu : menarik “bunga” sebesar-besarnya.

(38)

a. Bersifat eksploitatif karena adanya kehendak mendapatkan keuntungan yang relatif besar dari pemberi kredit.

b. Dalam kurun waktu yang relatif lama kredit ini mengurangi konsumsi dan produksi di masa datang.

c. Kredit informal banyak digunakan untuk keperluan konsumtif sehingga mengurangi kegiatan produktif masyarakat di masa yang akan datang. d. Kenyamanan memiliki barang-barang konsumsi yang relatif jauh

dibawah kemampuan pendapatan menimbulkan beban dan kerugian konsumsi bagi masyarakat di masa akan datang dan menimbulkan tabungan yang dipaksakan.

e. Menghambat proses pemerataan distribusi pendapatan masyarakat.

f. Jangka waktu yang pendek dalam pelunasan hutang menyebabkan kesulitan bagi peminjam kredit sehingga mengakibatkan perubahan pada pendapatan, konsumsi dan sumber-sumber lain yang dibutuhkan.

Adapun alasan peminjaman modal ke rentenir secara mayoritas adalah karena „terpaksa‟ sekalipun mengetahui bahwa bunga yang dikenakan sangat

tinggi. Kegiatan ini berlangsung secara terus-menerus hingga akhirnya menjadi ketergantungan. Meski demikian, kebanyakan penduduk pengguna jasa rentenir.

D. Badan Hukum BMT

(39)

simpan pinjam. Namun mengantisipasi perkembangan ke depan, status hukum menjadi kebutuhan yang mendesak.

Pengguna badan hukum kelompok swadaya masyarakat atau koperasi untuk BMT itu disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga formal yang dijelaskan UU no. 7 tahun 1992 dan UU no. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Menurut undang-undang pihak yang berhimpun dan menyalurkan dana masyarakat adalah bank umum dan BPR, baik dioperasikan dengan cara konvensional maupun prinsip bagi hasil.

Dalam peraturan per undang-undangan di Indonesia, yang memungkinkan penerapan sistem operasi bagi hasil adalah perbankan dan koperasi. Saat ini oleh pembina-pembina BMT yang ada, BMT diarahkan untuk berbadan hukum koperasi mengingat BMT berkembang dari kelompok swadaya masyarakat. Selain itu dengan terbentuk koperasi, BMT berkembang ke berbagai sektor usaha seperti keuangan dan sektor riil.11 Bentuk ini juga diharapkan dapat memenuhi tujuan memberdayakan ekonomi luas, sehingga kepemilikan kolektif BMT sebagaimana konsep koperasi akan lebih mengenai sasaran.

BMT dapat didirikan dan dikembangkan dengan suatu proses legalitas hukum yang bertahap, pertama dapat dimulai sebagai KSM atau LKM dan jika telah mencapai modal dasar yang telah ditentukan barulah segera menyiapkan diri

11

(40)

ke dalam badan hukum koperasi, KSM/LKM dengan mendapat sertifikat dari PINBUK.

Jika mencapai keadaan dimana para anggota dan pengurus telah siap, maka BMT dapat dikembangkan menjadi badan hukum koperasi. BMT yang telah memiliki kekayaan Rp. 75.000.000 atau lebih diminta atau diharuskan untuk mempersiapkan proses administrasi untuk menjadi koperasi yang sehat dan baik dilihat dari segi pengelolaan koperasi. Dianalisa dari ibadah yang harus di pertanggungjawabkan kinerjanya tidak saja pada anggota dan masyarakat, tetapi juga kepada Allah SWT, karena seharusnya BMT berbadan hukum koperasi ini dikelola secara syariah islam yang syarat dengan nilai-nilai etika dan islam.12

Badan hukum BMT yang sesuai dengan kondisi peraturan yang berlaku adalah koperasi syariah, yaitu sebagai salah satu unit usaha yang dikelola koperasi. Secara organisatoris BMT dibawah badan hukum koperasi. Dalam hal ini pengelola BMT bertanggung jawab kepada pengurus koperasi. Sedangkan pengurus koperasi bertanggung jawab kepada rapat anggota tahunan.13

Adapun lebih singkatnya sebagai berikut :

1. BMT dapat didirikan dalam bentuk KSM atau Koperasi :

KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat Surat Keterangan dari PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil)

12

Nuri Fahmi, “Respon Masyarakat Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Terhadap BMT Darunnajah Jakarta”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2005), h.22

13

(41)

2. Koperasi serba usaha atau koperasi syariah 3. Koperasi simpan pinjam syariah (KSP-S)

4. BMT berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta berlandaskan syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah, kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme . Secara Hukum BMT berpayung pada koperasi tetapi sistim operasionalnya tidak jauh berbeda dengan Bnak Syariah sehingga produk-produk yang berkembangdalam BMT seperti apa yang ada di Bank Syariah. Oleh karena bebadan hukum koperasi, maka BMT harus tunduk pada Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Juga dipertegas oleh KEP.MEN Nomor 91 tahun 2004 tentang Koperasi Jasa keuangan syariah.

E. Perkembangan BMT di Indonesia

Bank syariah didirikan pertama kali pada tahun 1991 dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Saat perbankan nasional mengalami krisis cukup parah tahun 1998, sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan dalam produk-produk Bank Muamalat relatif mampu mempertahankan kinerja bank.

(42)

Susila Bhakti (BSB), kemudian Bank Syariah Mandiri (BSM), dan diikuti berdirinya Bank Jabar Syariah. Bank BRI rupanya tidak mau ketinggalan oleh bank BUMN lainya untuk membentuk perbankan syariah. Berdasarkan perizinan dari Bank Indonesia, pada 10 Januari 2003 membentuk perbankan syariah dengan nama Bank Rakyat Indonesia Syariah Bandung (BRI Syariah). Selain sejumlah bank syariah tersebut, lembaga keuangan lainnya yakni BPR Syariah (BPRS) di daerah-daerah ikut berperan dalam menegakan system perekonomian syariah, misalnya BPRS Al-Ikhsan. Satu lagi bank BUMN yang memiliki perbankan syariah adalah Bank BNI. Sesuai dengan UU No. 10 tahun 1998 yang memungkinkan bank-bank umum untuk membuka layanan syariah, bank BNI membuka layanan perbankan yang sesuai prinsip syariah dengan konsep dual

system banking.

(43)

Perkembangan perbankan syariah telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi perekonomian Indonesia. Tapi kenyataannya, tersedianya bank syariah belum memenuhi atau belum dapat menjawab kebutuhan pasar oleh karena itu perlu adanya lembaga keuangan mikro syariah yang memberikan pemijaman dalam lingkup kecil yang salah satunya adalah BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) yang sekarang telah berkembang pesat dilihat dari hasil seminar lembaga keuangan mikro syariah bahwa asset baitul maal wat tamwil (BMT) se Indonesia diperkirakan sekitar Rp. 1,5 triliun. Asset tersebut dikelola sekitar 3.307 unit BMT dengan nilai dan beragam tingkat pertumbuhan.

Meskipun assetnya masih kecil dibandingkan dengan asset bank syariah, BMT sangat berperan dalam meningkatkan kehidupan umat , kata ketua Pusat Inkubasi Bisnis Usaha (PINBUK), M. Amin Aziz. Sebagai perbandingan asset bank syariah mencapai Rp. 18,8 triliun per September 2005, apabila dibanding asset perbankan nasional yang sekitar Rp. 1.100 triliun. Jika sebuah BMT memiliki nasabah sekitar 100 orang, maka total nasabah BMT diseluruh Indonesia sekitar 3 juta orang. Padahal BMT yang memiliki nasabah 100 orang hanyalah BMT dengan asset dibawah Rp. 100 juta. Untuk yang assetnya lebih dari itu, jumlah nasabahnya bisa 2 kali lipat.

(44)

berjumlah 150 dan 300 BMT memiliki asset dibawah Rp. 1 milyar. BMT punya kontribusi besar dalam perekonomian nasional, karena segmen yang dibiayai adalah kelompok mikro dan kecil yang di Indonesia mencakup 98%. Pemerintah dan lembaga internasional mengakui peran lembaga keuangan mikro dalam mengentaskan kemiskinan melalui pencanangan tahun keuangan mikro. Dengan adanya kenaikan BBM per Oktober 2005, penduduk miskin di Indonesia bertambah jadi 25 juta dari 17 juta sebelumnya. Sementara usaha mikro berjumlah 40 juta unit14.

Lembaga keuangan mikro termasuk mikro syariah berperan menjembatani kelompok miskin dan usaha mikro. Mereka kelompok miskin , selama ini tidak terjangkau oleh dana perbankan sekitar Rp. 30 triliun dana yang diserap dari pedesaan, hanya Rp. 15 triliun yang kembali kepada masyarakat. Meski terdepan untuk urusan pengentasan kemiskinan pengembangan BMT mengalami kendala, selain masalah teknis operasional, kualifikasi SDM, masalah paling mendasar adalah status kelembagaan BMT. Walaupun sebagian besar BMT berbadan hukum koperasi, fakta dilapangan menunjukan ada keluhan dari beberapa pihak bahwa BMT tidak melaksanakan secara total peraturan dan perundang-undangan perkoperasian. Dari perkembangan BMT dan permasalahan teknis operasional dan SDM dapat diselesaikan dengan pertukaran pengalaman dengan adanya

14

Iman Hilman, Perbankan Syariah Masa Depan, (Jakarta: Senayan Abadi Publising , 2003),

(45)

sebuah induk koperasi syariah bisa mengembangkan BMT koordinator untuk menata jaringan kerja di daerah.15

Baitul Maal Wattamwil selanjutnya disingkat BMT adalah salah satu lembaga keuangan mikro yang ada di Indonesia selain koperasi dan lembaga keuangan mikro lainnya. Awal mula muunculnya BMT di Indonesia adalah pada bulan Juni 1992 di Jakarta, oleh prakarsa beberapa orang mendirikan lembaga keuangan tanpa bunga dengan nama BMT. Lembaga keuangan non perbankan ini mengenalkan konsep bagi hasil dalam bentuk akad mudharobah dan konsep jual beli yakni murabahah serta akad kerjasama bisnis dengan musyarakah. Oleh karenanya, kedudukan BMT sangat strategis, apalagi pangsa pasar di bidang permodalan usaha masih di dominasi oleh UKM yang jumlahnya jutaan dibandingkan jumlah usaha-usaha besar.

Keberadaan BMT sebagai salah satu lembaga keuangan syariah mengalami dinamika yang bagus seiring dengan dinamika san perkembangan lembaga ekonomi dan keuangan Islam lainnya di tanah air. Munculnya lembaga keuangan mikro seperti BMT merupakan salah satu multiplier efect dari pertumbuhan dan perkembangan lembaga ekonomi dan keuangan bank syariah. Lembaga ekonomi mikro ini lebih dekat dengan kalangan masyarakat bawah.

BMT adalah lembaga keuangan terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan

15

Iman Hilman, Perbankan Syariah Masa Depan, (Jakarta: Senayan Abadi Publising , 2003),

(46)

investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu BMT juga bisa menerima titipan zakat, infaq, shadaqah serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan syariah dan amanahnya.

Berdasarkan pemahaman diatas, maka BMT adalah suatu lembaga yang didalamnya mencakup dua jenis kegiatan sekaligus yaitu, kegiatan menumpulkan zakat, infaq dan shodaqoh serta lainnya yang dibagikan / disalurkan kepada yang berhak dalam rangka mengatasi kemiskinan dan dari kegiatan produktif dalam rangka nilai tambah baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang bersumber daya manusia.

(47)

Dalam operasionalnya BMT memiliki fungsi ganda, fungsi sosial sebagai Bautul Maal (rumah harta) dan fungsi usaha sebagai Baitut Tamwil (rumah pembiayaan). Funsi BMT sebagai Baitul Maal diwujudkan dengan semacam jaminan/proteksi sosial melalui pengelolaan dana baitul maal berupa dana ZIS ataupun berupa insentif sosial, yakni rasa kebersamaan melalui ikatan kelompok simpan pinjam ataupun kelompok yang berorientasi sosial. Proteksi sosial ini menjamin distribusi rasa kesejahteraan dari masyarakat yang tidak punya kepada masyarakat yang punya. Dengan demikian, terjadi komunikasi antara dua kelas yang berbeda yang akan memberikan dampak positif kepada kehidupan sosial ekonomi komunitas masyarakat sekitar.

Sedangkan fungsi sebagai Baitul Tamwil diwujudkan dengan transaksi-transaksi keuangan yang memiliki konsep pinjaman kebijakan (qardhul hasan) yang diambil dari dana ZIS atau dana sosial. Dengan adanya model pinjaman ini, BMT tidak memiliki risiko kerugian dari kredit macet yang mungkin saja terjadi. Dalam konsep baitul tamwil, pembiayaan dilakukan dengan konsep syariah (bagi hasil). Konsep bagi hasil untuk sebagian besar rakyat Indonesia merupakan konsep yang telah sering dipraktikkan dan sudah menjadi bagian dari proses pertukaran aktivitas ekonomi, terutama di pedesaan. Contohnya, bagi hasil antara pemilik sawah dan penggarap sawah.

(48)

dikeluarkan oleh BMT meliputi produk pembiayaan (mudhorobah, musyarakah), jual beli barang (BBA, murabahah, bai assalam), ijarah (leasing, bai takjiri, musyarakah mutanaqisah), serta pembiayaan untuk sosial (qordhul hasan). Produk tabungan meliputi tabungan mudharabah dan ZIS.

Bedasarkan data statistik Indonesia pada tahun 2009 angka kemiskinan di Indonesia mencapai 33,7 juta jiwa, dalam prosentase pertumbuhan ekonomi 4,5%, dan inflasi 9%. Maka dari itu BMT berpeluang sangat besar untuk bisa mengurangi angka kemiskinan di Idonesia. Ini ditunjukkan pada tahun 1995-2005, lebih dari 3.300 BMT telah didirikan dengan total asset lebih dari 1.7 milyarn rupiah, melayani lebih dari 2 juta nasabah kecil, menyediakan 1.5 milyarn kredit usaha kecil, dan menggunakan lebih dari 21,000 pekerja16. Berikut adalah beberapa data perkembangan BMT di Indonesia:

a. BMT Dinar (karang anyar with 31 billion rupiah assets)

b. BMT Ben Taqwa (central of java with 30 billion rupiah assets) c. BMT MMU (pasuruhan east java with 17 billion rupiah assets)

d. BMT Marhamah (wonosobo central of java with 13 billion rupiah assets) e. BMT Tumang (boyolali central of java with 4 billion rupiah assets) f. BMT Baitul Rahman (bontang east borneo with 6 billion assets) g. BMT PSU (malang east java with 5,6 billion assets)17

16

Mujahid Febryan., 2009, Overlapping utilities between globalization and Islamic thought with special references to Economics, International Joint Semianr (IJS), Yogyakarta-Kuala Lumpur.

17

(49)
(50)

36

BAB III

TINJAUAN UMUM BMT AL-FATH IKMI CIPUTAT

A. Latar Belakang Berdirinya BMT Al-Fath IKMI Ciputat

BMT Al Fath IKMI Ciputat, Tangerang Selatan ini didirikan pada tanggal 19 oktober 1996 yang dilandasi oleh keprihatinan kita terhadap masyarakat kita, khususnya buat saudara-saudara kita yang bekerja di usaha mikro yang selama ini masyarakat kurang bisa berkembang untuk mengembangkan usahanya karena tidak adanya lembaga yang mendukung permodalan mereka. Sehingga mereka lebih banyak mengakses dana-dana yang sifatnya pribadi dengan para rentenir yang pada hakikatnya jika berhubungan dengan rentenir itu dia tidak bisa mengembangkan usahanya, malahan bisa usaha mereka menjadi mati/bangkrut.

Melihat kondisi ril masyarakat kita yang dari sisi ekonomi belum dapat hidup secara layak dan mapan, masih sering terjerat rentenir, tidak adanya lembaga yang dapat membantu untuk meningkatkan pendapat mereka, tidak punya posisi tawar dengan pihak lain dan kondisi-kondisi lainnya yang serba tidak menguntungkan bagi masyarakat kecil.

(51)

BMT Al-Fath IKMI merupakan lembaga keuangan mikro syari'ah yang notabenenya adalah lembaga keuangan aset umat dengan prinsip operasionalnya mengacu pada prinsip-prinsip syari'at Islam. BMT Al-Fath IKMI dibentuk dalam upaya memberdayakan umat secara kebersamaan melalui kegiatan simpanan dan pembiayaan serta kegiatan-kegiatan lain yang berdampak pada peningkatan ekonomi anggota dan mitra binaan ke arah yang lebih baik, lebih aman, serta lebih adil.

Sebagai lembaga yang mengemban misi sosial, maka dibentuklah divisi Baitul Maal yang dikelola secara terpisah agar dapat berjalan secara optimal melayani umat, dan sebagai lembaga bisnis maka dibentuklah Baitut Tamwil dengan dikelola oleh tenaga muslim yang profesional dibidang keuangan, Insya Allah akan menampilkan lembaga keuangan syari'at yang sehat, berkualitas, dan memenuhi harapan umat.

(52)

Respon masyarakat mengenai keberadaan BMT Al-Fath IKMI pada tahun 1996 BMT masih kurang disosialisasikan karena BMT lahir sekitar tahun 1994 setelah bank muamalat, dan kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat jadi masyarakat kurang begitu tahu menahu tentang BMT. Dalam kendala tersebut, strategi kita terdiri dari berbagai unsur seperti pegawai, guru, pedagang. Nah dari unsur pedagang inilah mereka mempunyai hubungan dengan teman-teman pedagang diantara pasar ciputat khususnya.

Sehingga ketika kami menawarkan program BMT ini tidak mengalami kesulitan kepada teman-teman pedagang. Nah dari situlah kita terus mengembangkan sosialisasi mereka kepada masyarakat dan dari mitra BMT yang sudah bergabung dengan BMT ikut tertular dari mulut ke mulut sehingga tersebar informasi BMT dan baru pada tahun 2000 keatas sudah mulai cukup bagus.

B. Visi, Misi dan Tujuan BMT Al-Fath IKMI BMT Fath IKMI memiliki visi :

Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu berperan aktif sebagai khalifah Allaah Subhanahu Wa Ta'ala.

Dan adapun BMT Fath IKIMI memiliki misi :

(53)

Fungsi BMT Al Fath IKMI yaitu Menjalin Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam) melalui pemungutan dan penyaluran Zakat, Infaq, dan Shadaqah serta memasyarakatkannya, dan menunjang pemberdayaan ummat melalui program pemberian modal bagi pedagang ekonomi lemah, pemberian bea siswa dan santunan bagi kaum dhu'afaa.

Dan tujuan BMT al Fath IKMI yaitu meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani serta mempunyai posisi tawar (daya saing) anggota dan mitra binaan juga masyarakat pada umumnya melalui kegiatan pendukung lainnya.

Budaya kerja yang selalu dilakukan BMT Al Fath IKMI : a. Kerja ikhlas, Kerja Cerdas dan Kerja Keras.

b. Menjungjung tinggi sifat Amanah, Sidiq, Tabligh dan Fathonah.

c. Selalu berupaya menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan.

(54)

C. Struktur Organisasi BMT Al-Fath IKMI Gambar 3.1

Ket :

Garis Perintah

Garis Pengawasan

MANAGER TAMWIL

RAT

PENGURUS PENGAWAS

KANTOR KAS

KAB.OPERA SIONAL

KABAG MARKETING

PEMBU KUAN

JASA MITRA

ACOUNT OFFICER

TELLER FUNDING

OFFICER

KOLEK TOR

MANAGER MAAL

KEUANGAN

[image:54.612.77.541.52.731.2]
(55)

Dewan Pengurus dan Pengawas yang menjabat untuk periode 2009-2011 adalah sebagai berikut:

Nama : KJKS BMT Al Fath IKMI Jaksel Pendirian : 13 Oktober 1996

Badan Hukum : 650/BH/KWK.10/VI/1998 Akte Perubahan : 518/BH/PAD/Koperasi/2005 NPWP : 02.021.735-2.411.000 SIUP : 1086/10-04/PK/XII/2000 Jumlah Pendiri : 31 Orang 1 Lembaga Dewan Pengawas

Ketua : Drs Mustakim Kurdi Anggota : Faridi Syahdana, SE

Didin Syaepuddin, SE

Dewan Pengurus

Ketua : Drs Budiyono

Bidang pendanaan : H. Husein Bin Ali

Bidang SDM dan Legal : Drs. Prastowo Sidhi, SH, MH Bidang Pembinaan Mitra : H. Abdul Rahim

Bidang Pembiayaan : Opan Sopyan Sauri, S.Ag Sekretaris : H. Z Arifin Listanto

(56)

Pengelola Kantor Pusat

Manager Tamwil : Saimin

Manager Maal : H. Imam Turmudzi Ms Kabag Operasional : H. Djaelani

Account Officer : Robi Sugara Remedial Pembiayaan : Cecep Nurjaya

Dodi Kurniawan

Remedial Pendanaan : Suheri Junianto Parjan

Naufal Safiq Pembukuan : Neneng Syarifah Adm Pembiayaan : Salahudin Arif Head Teller : Harum Sulistio Rini Teller : Nurmilati

Pengelola Kantor Kas

Kepala Kantor Kas : Supriyanto Kabag Operasional : Suryadi

(57)

D. Produk-produk BMT Al-Fath Ikmi

Penghimpunan Dana (Funding)

a) Prinsip Titipan (Wadiah)

1. TAWAKAL (Tabungan Wadiah BMT Al-Fath)

Merupakan simpanan dari mitra yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Tabungan ini menggunakan prinsip wadiah /titipan. Dalam tabungan ini BMT AL FATH tidak wajib memberikan hasil kepada penabung. BMT AL FATH boleh memberikan bonus setiap bulan sesuai dengan kebijakan BMT AL FATH.

b) Prinsip Bagi Hasil

1. TABAH (Tabungan berjangka Al-Fath)

Merupakan tabungan / investasi dengan menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang dikehendaki. Pilihan jangka waktu yang dapat dipilih adalah: 3 Bulan dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT), 6 Bulan dengan Nisbah 30% mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan nisbah 40% (mitra): 60% (BMT).

2. SIDIK (Simpanan Pendidikan)

(58)

Simpanan dengan prinsip mudharabah mutlaqah ini akan mendapat bagi hasil setiap bulan dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

Simpanan merupakan investasi tidak terikat dari mitra/anggota yang penarikannya hanya dapat dilakukan oleh mitra/anggota atau yang diberi kuasa dengan persyaratan tertentu yang telah disepakati.1

Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan

cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.2

3. Simpanan Idul Fitri

Yaitu simpanan yang direncanakan untuk keperluan idul fitri. Penarikan dilakukan satu kali menjelang idul fitri. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

4. Simpanan Qurban

Yaitu simpanan yang diperuntukan untuk keperluan pembelian hewan qurban. Penarikan dilakukan satu kali menjelang ibadah qurban. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

1

BMT Al Fath IKMI, Laporan Tahunan 2009 (Jakarta: BMT Al Fath IKMI, 2010), h.36.

2

(59)

5. Simpanan Nikah

Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan pernikahan. Penarikan dilakukan satu kali, satu bulan menjelang pernikahan. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

6. Simpanan Haji

Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan untuk menunaikan haji. Penarikan dilakukan satu kali. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

Penyaluran Dana (Lending)

a) Pembiayaan Mudharabah

Yaitu akad kerjasama antara BMT selaku pemilik modal (Shahibul Maal) dengan mitra selaku pengelola usaha (mudharib) untuk mengelola usaha yang produktif dan halal. Dan hasil keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak.

b) Pembiayaan Musyarakah

(60)

c) Piutang Murabahah

Yaitu akad jual beli barang antara mitra dengan BMT AL FATH dengan menyatakan harga perolehan/harga beli/ harga pokok ditambah keuntungan/margin yang disepakati kedua belah pihak. BMT membelikan barang-barang yang dibutuhkan mitra atau BMT memberi kuasa kepada mitra untuk membeli barang-barang kebutuhan mitra atas nama BMT. Lalu barang tersebut dijual kepada mitra dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama dan diangsur selama jangka waktu tertentu.

d) Piutang Ijarah

Yaitu akad sewa menyewa barang atau jasa antara BMT AL FATH dan mitra. BMT AL FATH menyewakan jasa atau barang kepada mitra dengan harga sewa yang telah disepakati dan diangsur selama jangka waktu tertentu.

Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat antara bank dengan si penabung. Misalnya dalam hal frekuensi penarikan, apakah 2 kali seminggu atau setiap hari atau mungkin setiap saat. Yang jelas haruslah sesuai dengan perjanjian sebelumnya antara bank dengan nasabah. Kemudian dalam hal sarana atau alat penarikan juga tergantung dengan perjanjian antara keduanya. 3

Adapun mengenai pendidikan, berasal dari kata ”didik” mendapat awalan ”me”, sehingga menjadi ”mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan.

3

(61)

Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 232). Selanjutnya, pengertian ”pendidikan” menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia ia

Gambar

Gambar 3.1     Struktur Organisasi BMT Al-Fath IKMI...............................    40
Tabel 4.1         Jumlah Pertumbuhan Mitra BMT Al Fath IKMI Ciputat.....   58
 Gambar 3.1 RAT
tabel di bawah ini :
+5

Referensi

Dokumen terkait

4.2 Hasil perhitungan kapasitas geser sambungan gigi tunggal dan gigi majemuk berdasarkan perhitungan teoritis

Ana lisis Efek Ekstrak Polifenol Biji Kakao ( Theobroma cacao L ) Terhadap Ukuran Dan Morfologi Streptococcus mutans Menggunakan Scann ing Electron Microscope (SEM) ;

[r]

teknologi yang ada pada robot ini boleh diperkembangkan kepada aplikasi yang lain. Contohnya, robot ini boleh diubahsuai untuk menjadi sebuah robot yang mana

[r]

Robot Rover is capable of single handedly resolving a maze of any predictable given.. size and solve on unknown maze in the shortest

The prototype built incorporates multimedia elements and provide a value-added service to the user based on the characteristic of Decision Support System in which it enable the

Erwin, 2005, Pengaruh Jumlah dan Arah Penulangan Geser pada Perilaku Balok Tinggi Beton Bertulang, Hibah Penelitian Program Hibah Kompetisi A2 Jurusan Teknik Sipil, UMM, DITJEN