• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI KINERJA ALAT PERAJANG SINGKONG TIPE HORIZONTAL TERHADAP TIGA PERLAKUAN POSISI MATA PISAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI KINERJA ALAT PERAJANG SINGKONG TIPE HORIZONTAL TERHADAP TIGA PERLAKUAN POSISI MATA PISAU"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP TIGA PERLAKUAN POSISI MATA PISAU

Oleh

Ignatius Hendra Permana

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

UJI KINERJA ALAT PERAJANG SINGKONG TIPE HORIZONTAL TERHADAP TIGA PERLAKUAN POSISI MATA PISAU

Oleh

IGNATIUS HENDRA PERMANA

Perajang singkong tipe horizontal merupakan alat yang telah diciptakan untuk mempermudah

kerja produsen kripik serta meningkatkan kualitas hasil pengolahannya. Namun alat perajang

tersebut memiliki tingkat kerusakan hasil rajangan mencapai 11,71 %. Untuk itu perlu dilakukan

penelitian lanjut mengenai struktur komponennya, yaitu posisi sudut pemasangan mata pisau

terhadap garis jari-jari piringan guna meningkatkan efek pengirisan. Penelitian ini bertujuan

untuk menguji sudut pemasangan mata pisau pada alat perajang singkong tipe horizontal untuk

mendapatkan hasil terbaik diantara 3 posisi pemasangan mata pisau (45°, 67,5°, 90°) terhadap

jari-jari piringan perajang. Penelitian dilaksanakan pada Februari 2012 sampai Mei 2012 di

Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen serta di Laboratorium Daya, Alat dan Mesin

Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Langkah awal

sebelum pengujian adalah melakukan modifikasi terhadap piringan perajang alat perajang

singkong tipe horizontal. Pengujian alat perajang singkong tipe horizontal dengan penggerak

motor listrik 1 Hp, 1492 rpm serta dilakukan 3 pengujian berat bahan yang dirajang yaitu 3 kg, 5

kg, dan 7 kg untuk setiap posisi sudut mata pisau. Parameter pengujian adalah ketebalan

(3)

kapasitas perajangan 129 kg/jam. Ketebalan irisan untuk semua perlakuan telah memenuhi SNI

yaitu ketebalan maksimal sebesar 1,5 mm dan hasil pengirisan terbaik adalah pada posisi

pemasangan mata pisau 90°.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

DAFTAR ISI

B. Rumusan Permasalahan ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Alat Perajang Singkong Tipe Horizontal... 9

1. Komponen Alat Perajang Singkong Tipe Horizontal ... 10

(9)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 26

B. Alat dan Bahan... 26

C. Metode Penelitian ... 26

1. Pendekatan Desain ... 26

2. Proses Pembuatan Piringan dan Pisau Perajang Singkong ... 33

3. Pengujian ... 33

D. Pengamatan ... 34

1. Ketebalan Hasil Rajangan ... 34

2. Persentase Kerusakan Hasil Rajangan ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komponen-komponen yang Mengalami Perubahan ... 35

1. Besi As atau Poros ... 35

2. Piringan ... 37

3. Mata Pisau ... 39

B. Kriteria Hasil Rajangan ... 43

1. Ketebalan Irisan ... 43

2. Persentase Berat Kerusakan Hasil Rajangan ... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

VI. DAFTAR PUSTAKA……….………... 49

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Singkong (Manihot esculenta Crantz) merupakan makanan pokok ketiga setelah

padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Data BPS tahun 2008 menyatakan

bahwa pada tahun 1995 produksi singkong Indonesia mencapai 15,44 juta ton.

Produksi singkong ini meningkat menjadi 19,98 juta ton pada tahun 2007

(Wikanastri H, 2012). Propinsi Lampung mempunyai potensi yang cukup besar

dalam pengembangan agroindustri, terutama untuk agroindustri dengan orientasi

pasar antar daerah maupun ekspor. Hal ini karena propinsi Lampung memiliki

potensi lahan pertanian yang cukup luas untuk kebutuhan bahan baku

agroindustri, sehingga memungkinkan pengembangan agroindustri dengan skala

usaha yang optimal (Ramadhani, 2006).

Melalui perancangan dan pengembangan produk, diharapkan akan dihasilkan

inovasi produk baru yang mampu memberikan keunggulan tertentu di dalam

mengatasi persaingan dengan produk kompetitor (Nofirza & Syahputra, 2012).

Beberapa produk olahan dari singkong ini antara lain: keripik, kerupuk, dan

kelanting. Salah satu upaya pengolahan lanjut yang sangat diminati oleh

(11)

Tahapan penting dalam proses produksi kripik singkong adalah perajangan

singkong menjadi potongan tipis, sebelum penggorengan (Lutfi, dkk., 2010).

Pembuatan keripik singkong skala industri rumah tangga pada umumnya

dilakukan secara manual (pengirisan menggunakan pisau), sehingga hasilnya

kurang optimal seperti ketebalan yang tidak merata dan kapasitas yang dihasilkan

tidak maksimal. Oleh karena itu, diperlukan alat perajang singkong.

Penjualan alat perajang singkong saat ini telah banyak dengan berbagai jenis dan

modifikasi seperti perajang singkong tipe manual, perajang singkong tipe vertikal

dengan jumlah mata pisau yang berbeda-beda, dan perajang singkong tipe

horizontal. Perajang singkong tipe manual merupakan alat pengiris singkong

dengan penggerak menggunakan tangan yang kemudian ditransfer melalui putaran

engkol. Penggunaan alat ini kurang efektif, karena kapasitas hasil rajangan yang

tidak maksimum, dan tenaga penggeraknya terbatas sesuai kemampuan

operatornya.

Perajang singkong tipe vertikal adalah alat perajang dimana posisi piringan

perajang berputar secara vertikal, sedangkan sistem pengumpannya dilakukan

secara horizontal. Kapasitas alat tergantung dari kecepatan motor listrik yang

digunakan, namun pengumpanannya harus dibantu gaya tekan dari samping.

Alat perajang singkong tipe horizontal yang ada tergolong dalam mesin pengiris,

karena sisi tajam pada mata pisau apabila ditarik garis lurus dengan sumbu

piringan perajang tidak segaris. Rata-rata persentase berat kerusakan pada hasil

rajangan adalah sebesar 11,71 % (Labonardo, 2010). Hasil rajangan tersebut

(12)

3

B. Rumusan Permasalahan

Alat perajang singkong tipe horizontal yang telah ada saat ini dalam

pengoperasiannya memiliki kekurangan pada hasil rajangan, dimana hasil

rajangan mengalami kerusakan hingga sebesar 11,71 %. Upaya mengoptimalkan

hasil rajangan dilakukan dengan memodifikasi sudut pemasangan mata pisau

hingga didapat kualitas hasil rajangan yang terbaik.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menguji sudut pemasangan mata pisau pada alat perajang

singkong tipe horizontal untuk mendapatkan hasil terbaik diantara 3 posisi

pemasangan mata pisau (45°, 67,5°, 90°) terhadap garis jari-jari piringan perajang.

D. Manfaat Penelitian

Adapaun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan

syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan, seperti para

produsen keripik singkong sehingga diharapkan dapat mengoptimalkan

(13)

E. Batasan Masalah

Pengujian yang dilakukan adalah pada variasi sudut mata pisau terhadap garis jari-jari

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Singkong

Singkong merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain singkong,

ubi kayu atau cassava. Klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan

Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji

Sub divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup

Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta

Singkong berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil.

Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India,

Tiongkok. Singkong berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah

pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Varietas-varietas

singkong unggul yang biasa ditanam, antara lain: Valenca, Mangi, Betawi,

Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1,

(15)

Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang membesar, dengan fisik rata-rata

bergaris tengah 2 – 3 cm dan panjang 50 – 80 cm tergantung dari jenis singkong

yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi

singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala

kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam

sianida yang bersifat racun bagi manusia. Bentuk fisik dan warna dari singkong

disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Umbi singkong

Di Indonesia, singkong menjadi bahan pangan pokok setelah beras dan jagung.

Manfaat daun singkong sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi,

atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa

digunakan sebagai pagar kebun atau dilingkungan pedesaan sering digunakan

sebagai kayu bakar untuk memasak. Seiring perkembangan teknologi, singkong

dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan.

(16)

7

Beberapa produk olahan dari singkong ini antara lain: keripik, kerupuk, dan

kelanting. Salah satu produk olahan singkong yang banyak digemari masyarakat

adalah keripik singkong karena proses pembuatannya mudah dan membutuhkan

alat yang sederhana. Hal ini menyebabkan keripik singkong cocok digunakan

sebagai usaha industri skala rumah tangga di pedesaan.

Penanganan singkong setelah panen akan berpengaruh terhadap kualitas singkong

yang dihasilkan. Singkong akan berubah warna menjadi coklat kebiruan bila

tidak segera diolah akibat adanya aktifitas enzim poliphenolase yang terdapat

dalam umbi. Reaksi akan dipercepat bila berkontaminasi dengan gas O2 dan umbi

dalam keadaan terluka akibat pemotongan (Wargiono, 1979).

Proses pengolahan singkong menjadi keripik memang tampak sederhana.

Berturut-turut dimulai dengan mencari singkong yang baik, lalu mengupasnya,

mencuci hingga bersih, dan diiris-iris tipis dengan alat khusus yang disebut peret

atau perajang, lalu digoreng hingga garing (Pascal, 2003). Keripik adalah jenis

makanan yang sudah dikenal masyarakat Indonesia, baik yang bersifat tradisional

maupun yang sudah berskala industri. Keripik disukai karena rasanya enak,

renyah, dan tahan lama, selain itu praktis, mudah dibawa dan disimpan serta dapat

dinikmati kapan saja (Arum, 2012).

B. Rancang Bangun

Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam proses

(17)

diketemukannya kebutuhan manusia akan suatu produk sampai diselesaikannya

gambar dan dokumen.

Rancang bangun berfungsi untuk menciptakan rencana teknis (technical plan) penyelesaian persoalan, meliputi analisis dan sintesis yang bukan sekedar

menghitung dan menggambar, tetapi juga mengusahakan bagaimana

merencanakan produk yang siap dikomersilkan dan bagaimana produk tersebut

dapat bertahan dipasaran.

C. Perajang Singkong

Mesin pengiris (slicer) adalah suatu alat yang dirancang untuk mengiris bahan

baku menjadi bentuk tipis sesuai dengan ukuran yang diinginkan yang biasa

dikenal dengan pengirisan (Widiantara, 2010). Pengirisan singkong pada proses

pembuatan keripik singkong banyak dilakukan oleh masyarakat. Pengirisan

singkong dalam jumlah besar dapat dipercepat dengan bantuan mesin sederhana

perajang singkong.

Dilihat dari posisi piringan perajang, alat-mesin perajang singkong dibedakan

menjadi 2 tipe, yaitu tipe vertikal disajikan pada Gambar 2 dan tipe horizontal

disajikan pada Gambar 3 (Badan Standardisasi Nasional, 2008)

(18)

9

Gambar 3. Perajang singkong tipe horizontal

Perajang singkong merupakan alat-mesin yang dilengkapi dengan pisau pengiris,

lubang pemasukan, dan lubang pengeluaran hasil potongan. Perajang singkong

berfungsi untuk mengiris singkong segar menjadi bentuk irisan dengan ketebalan

tertentu yang digerakkan oleh motor penggerak. Pisau pengiris merupakan bagian

alat-mesin yang berfungsi untuk mengiris singkong kearah potongan melintang

dengan ketebalan tertentu (Badan Standardisasi Nasional, 2008).

Berdasarkan SNI 0838-2008 tentang mesin pengiris singkong, mesin pengiris

singkong diklasifikasikan berdasarkan posisi pemotongan, yaitu tipe horizontal

dan tipe vertikal. Alat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perajang

singkong tipe horizontal.

D. Alat Perajang Singkong Tipe Horizontal

Alat perajang singkong yang akan diuji adalah Alat perajang singkong tipe

horizontal seperti yang terlihat pada Gambar 4. Alat ini memiliki spesifikasi

sebagai berikut :

Nama : Perajang Singkong Tipe Horizontal

(19)

Kapasitas : 129 kg/jam

Penggerak : Motor listrik 1 Hp, 1492 rpm, 1 phase

Tebal irisan : Maksimum 1,5 mm

Jumlah mata pisau : 3 buah

Operator : 1 orang

Gambar 4. Alat perajang singkong tipe horizontal (Labonardo, 2010).

1. Komponen Alat Perajang Singkong Tipe Horizontal

Alat perajang singkong ini terdiri dari beberapa komponen, di antaranya

adalah corong pemasukan, penekan, piringan perajang dan mata pisau,

corong pengeluaran, transmisi serta rangka.

a. Corong Pemasukan

Corong pemasukan ini memiliki 2 bagian (Gambar 5), yaitu lubang

pemasukan dan penutup piringan. Lubang pemasukan terbuat dari pipa

(20)

11

penutup piringan. Fungsinya sebagai lubang pemasukan singkong yang

akan dirajang. Sedangkan penutup piringan terbuat dari fiber glass

transparan setebal 0,5 cm berfungsi untuk menutup piringan perajang

guna pengamanan bagi operator terhadap mata pisau yang berotasi pada

saat proses perajangan. Komponen penutup piringan ini memiliki

dimensi 50 x 27 x 0,5 cm. Corong pemasukan dapat dibongkar pasang

dengan mengaitkan pada rangka menggunakan mur dan baut, bertujuan

agar mata pisau dan piringan perajang dapat dibersihkan (Labonardo,

2010).

Gambar 5. Corong pemasukan (Labonardo, 2010).

b. Penekan

Penekan merupakan tabung kosong terbuat dari besi, berfungsi untuk

mendorong singkong pada saat bahan dimasukkan (Gambar 6). Penekan

memiliki diameter 7 cm dan tinggi 15 cm. Bagian penekan yang dapat

masuk ke dalam corong pemasukan sedalam 10 cm.

Penekan digunakan setiap kali bahan dimasukkan ke dalam corong

pemasukan. Hasil pengujian menunjukan bahwa bagian penekan mampu 50 cm

27 cm

8 cm

(21)

merajang seluruh singkong setiap bahan yang dimasukkan (Labonardo,

2010).

Gambar 6. Penekan (Labonardo, 2010).

c. Piringan Perajang dan Mata Pisau Perajang

Piringan perajang berfungsi sebagai dudukan sekaligus memutar mata

pisau, sedangkan pisau perajang berfungsi untuk mengiris singkong

(Gambar 7). Piringan perajang memiliki diameter 30 cm dengan tebal

1 cm. Sisi piringan perajang tersebut memiliki 3 buah mata pisau dengan

panjang 10 cm, lebar 4 cm, sedangkan mata pisau yang keluar dari

(22)

13

Gambar 7. Dimensi piringan perajang dan mata pisau (Laboardo, 2010).

Gambar 8. Pola mata pisau (Labonardo, 2010). Mata pisau

Mata pisau

(23)

Piringan perajang berputar disebabkan oleh transmisi daya dari motor

listrik yang disalurkan melalui puli dan V-belt dan diteruskan oleh besi poros atau as. Bahan dari piringan adalah besi, sedangkan mata pisau

terbuat dari baja stainless. Besi as menempel secara permanen pada

piringan (Gambar 9).

Gambar 9. Besi As sebelum modifikasi (Labonardo, 2010)

Sisi tajam pada mata pisau apabila ditarik garis lurus dengan poros tidak

sejajar (Gambar 10), hal ini ditujukan agar fungsi dari mata pisau adalah

sebagai pengiris. Jika sisi tajam mata pisau dengan poros sejajar, maka

(24)

15

Gambar 10. Sudut pengirisan alat (Labonardo, 2010).

d. Corong Pengeluaran

Bagian ini berfungsi sebagai penyalur hasil rajangan menuju wadah

penampungan (Gambar 11). Bahan terbuat dari alumunium cor yang

dicetak menjadi lembaran. Dimensi dari corong pengeluaran disajikan

pada Gambar 12. Corong pengeluaran dibuat tertutup, sehingga bahan

tidak langsung terlempar keluar dari corong pengeluaran.

(25)

Gambar 12. Dimensi corong pengeluaran (Labonardo, 2010).

e. Transmisi

Transmisi berfungsi sebagai penggerak atau pemutar piringan perajang

dengan motor listrik sebagai penggerak utamanya, sedangkan penyalur

daya dari motor listrik terdiri dari puli, V-belt dan besi poros (Gambar 13). Motor listrik yang digunakan adalah 1 Hp, 1492 rpm (Gambar 14) dengan

puli motor listrik berdiameter 5,6 cm, puli yang yang digerakkan

berdiameter 28 cm, dan V-belt yang digunakan adalah tipe A-43. Penyaluran tenaga dari motor listrik dihubungkan dengan besi poros

berdiameter 1 inci dan panjang 40 cm. Dimensi sistem transmisi dapat

dilihat pada Gambar 15.

(26)

17

Gambar 14. Motor listrik.

Gambar 15. Dimensi sistem transmisi alat (Labonardo, 2010).

f. Rangka

Rangka ini berfungsi sebagai dudukan seluruh bagian dan komponen alat

perajang singkong tipe horizontal (Gambar 16). Bahan dari rangka yang

digunakan merupakan profil besi siku ukuran 5 x 5 cm dengan panjang

antara lain 45 cm sebanyak 12 buah, dan 70 cm sebanyak 4 buah. Dimensi

(27)

Gambar 16. Rangka alat.

(28)

19

2. Mekanisme Kerja Alat

a. Sistem Pengumpanan

Pengumpanan bahan (singkong) dilakukan secara manual. Singkong

yang telah dikupas, dimasukkan satu-persatu ke dalam corong

pemasukan dan ditekan perlahan-lahan dengan tangan kemudian

dilanjutkan dengan alat penekan jika sudah melewati batas atas corong

pemasukan.

Singkong dengan diameter kurang dari setengah diameter corong

pemasukan akan mengalami perubahan posisi dari tegak menjadi miring.

Hal ini dapat diatasi dengan merapatkan posisi singkong ke dinding

corong pemasukan atau menambahkan jumlah singkong yang

dimasukkan kedalam corong pemasukan.

b.Sistem Pengirisan

Sistem pengirisan pada alat perajang singkong ini mengalami 3 kali

irisan tiap putaran dengan kecepatan linier pengirisan sebesar 5,492 m/s.

Semakin cepat pengirisan maka semakin besar kapasitas perajangan,

namun semakin besar pula persentase kerusakan hasil rajangan.

c. Sistem Pengeluaran Hasil

Singkong yang teriris, keluar melalui corong pengeluaran. Untuk

memanfaatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan putaran piringan

(29)

d.Sistem Transmisi

Alat perajang singkong ini memiliki putaran puli sebesar 298,4 rpm.

Semakin cepat putaran piringan perajang maka semakin besar kapasitas

yang diperoleh, namun jumlah kerusakan hasil irisan akan semakin besar.

Putaran piringan perajang akan semakin cepat jika diameter puli

penggerak (motor listrik) diperbesar atau diameter puli perajang

diperkecil. Nilai-nilai yang menyebabkan kapasitas perajangan

meningkat antara lain: memperkecil diameter piringan perajang atau puli

piringan perajang, semakin banyaknya jumlah mata pisau perajang,

memperbesar puli motor listrik, dan menambah jumlah lubang corong

pemasukan (Labonardo, 2010).

E. Elemen Transmisi Mesin

Elemen dari sistem transmisi terdiri dari sabuk (belt), puli dan poros, yang

berfungsi untuk menghantarkan energi dari mesin ke as. Dimensi yang terpenting

dalam perencanaan sabuk dan puli meliputi: diameter puli, panjang sabuk, dan

karakter-karakter lainnya seperti : rasio kecepatan, kecepatan sudut, besarnya

putaran, sudut kontak, jarak antar sumbu poros (Liembawan, 2007).

1. Motor Listrik

Motor listrik adalah alat yang digunakan untuk mengubah energi listrik

menjadi gerak atau mekanik. Motor yang dipakai dalam pembuatan alat ini

(30)

21

Motor induksi fasa tunggal adalah motor yang dapat menghasilkan suatu

medan magnet apabila dihubungkan dengan sumber tegangan arus bolak-balik

(Zuhal, 1991). Medan magnet ini berasal dari belitan (stator) setelah dialiri

oleh arus bolak-balik, maka akan menggerakkan rotor sehingga menghasilkan

suatu medan putar. Medan putar inilah yang pada dasarnya menjadi prinsip

dari motor induksi. Motor induksi fasa tunggal banyak dipakai untuk

keperluan motor kecil di dalam rumah tangga karena bentuknya yang

sederhana dan harga yang relatif murah, seperti kipas angin, peniup, pompa,

dan mesin pendingin (AC).

2. Sabuk

Sabuk (belt) dipakai untuk memindahkan daya antara 2 buah poros sejajar yang

digerakkan dengan puli. Secara umum, sabuk dapat diklasifikasikan menjadi 3

jenis berdasarkan bentuk penampangnya (Gambar 18), yaitu flat belt, V-belt, dan circular belt. V-belt memiliki ukuran dan konstruksi seperti ditunjukkan pada Gambar 19 dan Gambar 20. V-belt terbuat dari karet dengan inti tenunan

tetoron atau semacamnya dan mempunyai penampang trapesium, V-belt

dibelitkan di sekeliling alur puli yang membentuk huruf V.

Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan

sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga

akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan

transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah, hal ini merupakan

(31)

arah putaran yang sama dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai,

V-belt bekerja lebih halus dan tak bersuara (Sularso, 2004)

Gambar 18. Jenis-jenis penampang sabuk

Gambar 19. Ukuran penampang V-belt

(Sumber: Gates Rubber Company)

Gambar 20. Konstruksi V-belt

3. Puli

(32)

23

(centrifugal force) sehingga mengakibatkan peningkatan kekencangan pada sisi kencang/tight side (T1) dan sisi kendor/slack side (T2) (Sularso, 2000).

4. Poros

Poros adalah salah satu elemen mesin terpenting, dimana penggunaan poros

antara lain adalah untuk meneruskan tenaga, poros penggerak klep (seperti cam shaft), poros penghubung dan sebagainya. Definisi poros adalah sesuai dengan penggunaan dan tujuan penggunaannya (Liembawan, 2007). Di bawah ini

terdapat beberapa definisi dari poros:

Shaft, adalah poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya dari mesin ke mekanisme lainnya.

Axle, adalah poros yang tetap tapi mekanismenya yang berputar pada poros tersebut, juga berfungsi sebagai pendukung.

Spindle, adalah poros yang pendek, terdapat pada mesin perkakas dan sangat aman terhadap momen bending.

Line shaft(disebut juga “power transmission shaft”) adalah suatu poros

yang langsung berhubungan dengan mekanisme yang digerakkan dan

berfungsi memindahkan daya motor penggerak ke mekanisme tersebut.

Flexible shaft, adalah poros yang berfungsi memindahkan daya dari dua mekanisme dimana perputaran poros membentuk sudut dengan poros

(33)

F. Uji Kinerja Mesin

Parameter-parameter yang diperhitungkan dalam pengujian kinerja mesin antara

lain: kapasitas teoritis, kapasitas lapang (pengirisan), efisiensi pengirisan, efisiensi

waktu kerja mesin dan persentase hasil cacat (Diana, 2000). Kapasitas pengirisan

atau disebut juga kapasitas lapang adalah kemampuan mesin menghasilkan irisan

dengan ketebalan tertentu dalam satuan waktu. Sedangkan persentase cacat

adalah penilaian hasil pengamatan yang meliputi ketebalan rata-rata hasil rajangan

keragaman (standar deviasi) ketebalan hasil rajangan dan persentase hasil irisan.

Pengamatan yang dilakukan untuk mendapatkan nilai persentase cacat adalah

dengan mengambil contoh sebanyak 100 irisan hasil rajangan menurut

SNI 01-0428-1989 tentang petunjuk pengambilan contoh padatan. Ukur

ketebalan hasil rajangan singkong tersebut, hasil pengukuran ditabulasikan

(Labonardo, 2010).

Ketebalan rata-rata hasil rajangan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

d = di

100

i=1

/100 (1)

Keterangan : d = ketebalan rata-rata hasil rajangan (mm).

di = ketebalan hasil rajangan pada pengukuran ke-i (mm).

Ambil dan timbang hasil rajangan, kemudian pisahkan rajangan singkong

dengan klasifikasi irisan utuh (> 90% bagian), irisan setengah utuh (90 – 20%

bagian), irisan rusak (kurang dari 20% bagian). Timbang berat rajangan yang

(34)

25

Persentase kerusakan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

%br =wbr

ws

× 100% (2)

Keterangan : %br = persentase rusak (%)

wbr = berat irisan berdasarkan klasifikasi (gr)

(35)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium

Mekanisasi Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas

Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah las listrik, mistar siku, jangka

sorong, gerinda, bor listrik, tanggem, alat tulis, timbangan, dan lain-lain.

Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat perajang

singkong tipe horizontal yang akan dimodifikasi, serta Singkong yang telah

dikupas kulitnya dengan jumlah total untuk seluruh pengujian adalah sebanyak

±45 kg guna dilakukan pengujian.

C. Metode Penelitian

1. Pendekatan Desain

Sebelum alat perajang singkong tipe horizontal ini digunakan akan

(36)

27

perajang singkong tipe horizontal ini. Perubahan yang diterapkan adalah

perubahan pada sudut persimpangan posisi mata pisau terhadap garis lurus

jari-jari piringan perajang.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap untuk

mempermudah dan memperjelas arah penelitian, yaitu tahap perancangan

(desain) alat, pembuatan atau perakitan alat, pengujian hasil rancangan,

pengamatan, dan pengolahan data seperti disajikan pada Gambar 21 dan

Gambar 22.

Gambar 21. Tahapan pelaksanaan penelitian

(37)

Gambar 22. Diagram alir modifikasi alat perajang singkong tipe horizontal

Perancangan dilakukan untuk mendesain awal alat yang akan dibuat dengan

menggunakan program AutoCAD, kemudian dilanjutkan ketahap

pembuatan atau perakitan alat dibengkel khusus pembuatan alsintan.

Setelah alat selesai dibuat, kemudian alat diuji coba dengan

parameter-parameter pengujian yang selanjutnya dibahas dalam subbab pengujian alat.

Sedangkan persiapan bahan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

menyiapkan singkong yang telah dikupas kulitnya seberat ± 3 kg, 5 kg, dan

7 kg. Masing-masing ukuran disiapkan sebanyak 3 kali. Pengamatan dan

(38)

29

a) Kriteria Desain

Alat yang dirancang diharapkan sesuai dengan kriteria sebagai berikut :

- Alat yang dirancang mampu menghasilkan ketebalan hasil irisan yaitu

antara 0,8 – 1,5 mm sesuai dengan SNI 01-4305-1996 tentang Keripik

Singkong.

- Mata pisau yang bergerak pada piringan perajang berotasi secara

horizontal.

- Alat perajang singkong tipe horizontal ini tergolong dalam alat mesin

pengiris dan bahan yang dirajang teriris seluruhnya.

- Hasil rajangan akan tertampung di wadah penampungan.

b) Rancangan Fungsional

- Piringan perajang berfungsi sebagai dudukan mata pisau sekaligus

memutar mata pisau untuk merajang, sedangkan mata pisau perajang

berfungsi untuk mengiris singkong.

- Piringan perajang berputar disebabkan oleh transmisi daya dari motor

listrik yang disalurkan melalui pulley dan v-belt dan diteruskan oleh

besi poros.

- Bahan dari piringan perajang adalah besi cor, sedangkan mata pisau

terbuat dari baja stainless sehingga terbebas dari karat.

- Pemasangan mata pisau dilakukan dengan menggunakan baut. Hal ini

dimaksudkan agar mata pisau dapat dilepas dari piringan ketika sudah

terbilang tumpul (harus diasah).

- Posisi pemasangan mata pisau yang meliputi 45°, 67,5° dan 90° ini

(39)

kerusakan terhadap bahan (singkong). Pembesaran sudut ini

dilakukan berdasarkan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat

pengirisannya maka semakin rendah tingkat kerusakan pada bahan.

Sehingga semakin besar sudut pemasangan mata pisau ini akan

memperbesar tingkat gesekan (pengirisan) pisau terhadap bahan.

c) Rancangan Struktural

Piringan perajang memiliki diameter 30 cm dengan tebal 1 cm. Dimana

sisi piringan perajang tersebut memiliki 3 buah mata pisau dengan lebar

4 cm, dan tebal mata pisau 1 cm, sedangkan mata pisau yang keluar dari

piringan perajang 0,15 cm. Jenis piringan yang akan dibuat adalah

piringan dengan pemasangan posisi mata pisau yang beragam meliputi

45°, 67,5° dan 90° melintang terhadap garis lurus jari-jari piringan

seperti yang terlihat pada Gambar 23, 24, 25.

Persiapan dalam pengujian alat perajang singkong ini dimulai dengan

perakitan komponen-komponen, yaitu :

1) Dengan memasang poros piringan pada kerangka

Pemasangan dilakukan dari arah atas kerangka melalui lubang poros

pada corong pengeluaran dan dilakukan penyetelan posisi poros

terhadap bearing serta pulley.

(40)

31

3) Pemasangan piringan perajang dilakukan dari bagian atas kerangka

tepat pada poros piringan dan dikunci dengan menggunakan baut

setelah putaran piringan menjadi seimbang.

4) Corong pemasukan dan penutup piringan dipasang pada bagian paling

atas dari kerangka mesin.

5) Motor penggerak dipasang pada kerangka bagian bawah tepat

berhadapan dengan pulley.

6) Untuk penggantian jenis piringan dilakukan pembongkaran corong

pemasukan dan penutup piringan, kemudian dapat dilakukan

penggatian piringan.

: Bagiam tajam mata pisau : Jari-jari piringan

Satuan : cm

(41)

: Bagiam tajam mata pisau : Jari-jari piringan

Satuan : cm

Gambar 24. Pemasangan posisi mata pisau pada kemiringan 67,5°

: Bagiam tajam mata pisau : Jari-jari piringan

Satuan : cm

(42)

33

2. Proses Pembuatan Piringan dan Pisau Perajang Singkong

Pembuatan alat perajang singkong ini dimulai dengan pembuatan piringan

yang terbuat dari besi cor yang dibentuk dengan ukuran diameter 30 cm dan

tebal 1 cm. Pada piringan ini dibuat 3 (tiga) tempat dudukan mata pisau dan

dibuat lubang sebagai tempat dudukan terhadap besi as yang disertai lubang

mengelilingi dudukan besi as untuk pemasangan baut. Pembuatan piringan

ini disertai dengan pembuatan besi as atau poros dengan ukuran 1 inch yaitu

ukuran yang sesuai dengan tempat dudukan pada piringan. Selain itu,

dilakukan pula pembuatan mata pisau sebanyak 3 mata pisau untuk setiap

piringan.

Sedangkan perlengkapan alat perajang singkong yang lain meliputi

kerangka, motor penggerak dan system transmisi, corong pemasukan dan

pengeluaran serta penekan bahan menggunakan perlengkapan yang telah

ada sebelumnya. Proses selanjutnya adalah dilakukan perakitan sesuai

dengan rancangan struktural.

3. Pengujian

Pengujian dilakukan dengan 3 perlakuan berat bahan yang dirajang yaitu 3

kg, 5 kg, dan 7 kg untuk 1 (satu) jenis piringan dan mata pisau. Parameter

dari pengujian adalah ketebalan rata-rata dan persentase kerusakan hasil

(43)

D. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan adalah kualitas hasil rajangan yang meliputi

ketebalan rata-rata hasil rajangan dan persentase kerusakan hasil rajangan.

1. Ketebalan Rata-rata hasil Rajangan

Ambil contoh sebanyak 100 irisan hasil rajangan menurut SNI

01-0428-1989 tentang petunjuk pengambilan contoh padatan. Ukur ketebalan hasil

rajangan singkong tersebut, hasil pengukuran ditabulasikan. Ketebalan

rata-rata hasil rajangan dihitung dengan Persamaan 1.

2. Persentase Kerusakan Hasil Rajangan

Ambil dan timbang hasil rajangan, kemudian pisahkan rajangan singkong

yang rusak (kurang dari 20% bagian), timbang berat rajangan yang rusak.

(44)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka didapat kesimpulan antara lain:

1. Telah dihasilkan alat perajang singkong tipe pengiris dengan piringan berputar horizontal

yang dapat menghasilkan kapasitas perajangan hingga 129 kg/jam dengan hasil irisan

memenuhi SNI.

2. Hasil pengujian alat menunjukan bahwa posisi sudut mata pisau secara berturut-turut 45o,

67,5o, 90o diperoleh ketebalan rata-rata 1,085, 1,028, 0,947 serta persentase kerusakan

8,90%, 6,62%, 5,07%, dengan hasil terbaik pada posisi pisau 90o.

B. Saran

Dilakukan pengujian dengan ukuran diameter piringan perajang yang lebih besar sehingga dapat

terlihat secara jela kerja pengirisan mata pisau serta lebih memungkinkan untuk menambahkan

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arum, A.P.Y. 2012. Pengaruh Waktu Dan Suhu Pada Pembuatan Keripik Melon Dengan Vaccum Frying. (Skripsi). Jurusan Teknik Industri

Universitas Diponegoro. Semarang. Hlm 1.

Badan Standardisasi Nasional. 2008. Mesin Pemotong Ubi Kayu. SNI 0838-2008. ICS 65.060.01. Jakarta. Hlm : 1-11.

Badan Standardisasi Nasional. 1996. KeripikSingkong. SNI01-4305-1996. Hlm :1 – 4.

Labonardo, M. 2010. Modifikasi alat perajang singkong Tipe horizontal. (Skripsi). Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Lutfi, M, S. Setiawan dan W. A. Nugroho. 2010. Rancang Bangun Perajang Ubi Kayu Horizontal. Teknik Pertanian Universitas Brawijaya. Jurnal Rekayasa Mesin. 1(2) : 41 - 46

Makhiruddin. 2010. Lampung Produsen Terbesar Ubi Kayu. Lampung. 21 Juni

2010. http:\\www.tribunlampung.co.id\Home\Komoditi\Lampung Produsen

Terbesar Ubi Kayu.

Nofirza dan D. Syahputra. 2012. Perancangan Alat Pemotong Nenas yang Ergonomis untuk Meningkatkan Produktifitas. Jurnal Ilmiah Teknik IndustriUIN Riau.

Vol: 11 (1) – 50 hlm.

Pascal, S. 2003. Pembuatan Kripik Singkong di Lampung, Cermin Retak Dunia Usaha Rakyat. [26 Juni 2003]. 04 November 2009. Harian Kompas. Bandar Lampung.

Prihatman, K. 2000. Ketela Pohon/Singkong (Manihot utilissima Pohl). Teknologi Tepat Guna Budidaya Pertanian. Sistem Informasi Manajemen

Pembangunan di Pedesaan, Proyek PEMD, BAPPENAS. Jakarta. Hlm : 1/14

(46)

50

Sularso dan S. Kiyokatsu. 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradnya Paramita. Jakarta. 352 hlm.

Wargiono, J. 1979. Ubi Kayu dan Cara Bercocok Tanam. Lembaga Pusat Penelitian. Bogor. Buletin Teknik. No.4. 36p.

Widiantara, T. 2010. Efisiensi Pengirisan Bawang Merah Dengan Variasi Sudut Kemiringan Pisau Pada Alat Pengiris Bawang Merah Tipe Pengiris Vertikal. Universitas mulawarman. Jurnal Teknologi Pertanian. 6(2): 60 – 64

(47)
(48)

PERHITUNGAN KETEBALAN RATA-RATA HASIL RAJANGAN

d = di

100

i=1

/100

1. Ketebalan 100 irisan singkong : 45o

Pengujian dengan 3 kg d=95,8/100 = 0,958 mm

Pengujian dengan 5 kg d=98,3/100 = 0,983 mm

Pengujian dengan 7 kg d=98,2/100 = 0,982 mm

2. Ketebalan 100 irisan singkong : 67,5o

Pengujian dengan 3 kg d=94,2/100 = 0, 942 mm

Pengujian dengan 5 kg d=102,7/100 = 0, 102 mm

Pengujian dengan 7 kg d=99,9/100 = 0, 999 mm

3. Ketebalan 100 irisan singkong : 90o

Pengujian dengan 3 kg d=86,1/100 = 0, 861 mm

Pengujian dengan 5 kg d=97,2/100 = 0, 972 mm

(49)
(50)
(51)
(52)

PERHITUNGAN RATA-RATA BERAT KERUSAKAN HASIL RAJANGAN

%br =wbr

ws × 100%

1. Kerusakan Hasil Rajangan Pada Modifikasi Sudut 45° Perlakuan Rusak (kg)

(53)

3 kg 0,160

5 kg 0,273

7 kg 0,310

3 kg : %br =0,160

3 × 100% = 5,33 %

5 kg : %br =0,273

5 × 100% = 5,46 %

7 kg : %br =0,310

7 × 100% = 4,42 %

(54)

PERHITUNGAN PANJANG MATA PISAU YANG MENGIRIS

SINGKONG

(BF) : Panjang mata pisau yang melewati corong pemasukan (mengiris singkong).

(AB) : Jarak terjauh mata pisau terhadap pusat piringan  (14 cm untuk semua sudut pemasangan mata pisau) (AE) : Jarak terdekat mata pisau terhadap pusat piringan

(5 cm untuk semua sudut pemasangan mata pisau)

θ : Sudut pemasangan mata pisau.

(AF) : Jarak terdekat mata pisau yang melewati corong pemasukan

(55)

(BF) = 14 2− 5 sin 67,5 2 − ( 6 2− 5 sin 67,5 2)

(BF) = 196− 21,33 − ( 36− 21,33)

(BF) = 174,67 − ( 14,67)

(BF) = 13,21− 4,82

(BF) = ,�

Sudut 90 O

(BF) = 14 2− 5 sin� 2 − ( 6 2− 5 sin� 2)

(BF) = 14 2− 5 sin 90 2 − ( 6 2− 5 sin 90 2)

(BF) = 196− 25 − ( 36− 25)

(BF) = 171 − ( 11)

(BF) = 13,07− 3,31

Gambar

Gambar  1.  Umbi singkong
Gambar  2.  Perajang singkong tipe vertikal
Gambar 3.  Perajang singkong tipe horizontal
Gambar  4.  Alat perajang singkong tipe horizontal (Labonardo, 2010).
+7

Referensi

Dokumen terkait