• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN SIFAT FISIK MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN RUMPUT LAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN SIFAT FISIK MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN RUMPUT LAUT"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KAJIAN SIFAT FISIK MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN RUMPUT LAUT

Oleh

Aisya Billina

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sifat fisik dari mie basah dengan penambahan rumput laut yang meliputi: kadar air, daya serap, daya

pengembangan, daya putus mie, serta warna. Penelitian ini dilakukan dengan 6 taraf perlakuan yaitu dengan penambahan rumput laut pada tepung terigu 15%, 20%, 25%, 30% dan 35% dengan 3 kali ulangan. Mie basah dibuat sebanyak 6 perlakuan dengan menggunakan 1 kg tepung terigu tiap perlakuan. Hasil penelitian diperoleh mie basah yang dihasilkan memiliki kadar air mie basah berkisar antara 52,10 % sampai 52,85 %, daya pengembangan mie basah berkisar antara 25,71 % sampai 33,06 %, daya serap air mie basah berkisar antara 55,80 % sampai 60,36%, daya putus mie berkisar antara 5 N sampai 5,67 N dan warna mie basah berpengaruh nyata pada setiap perlakuan.

(2)

ABSTRACT

STUDY OF THE PHYSICAL PROPERTIES OF WET NOODLES WITH ADDITION OF SEAWEED

By

Aisya Billina

The objective of this research was to study the physical properties of wet noodles with addition of sea weed such as: water content, water absorption, expand ability, strength of noodles, as well as color. This research was conducted at 6 different compositions as treatment with 3 replications for each treatment. Wet noodles was made as many as 6 treatments using 1kg of flour pertreatment, with100% of of wheat flour (control) and five other treatments is by adding sea weed with a ratio of 15%, 20%, 25%, 30% and 35% by weight of wheat flour. The results show that the wet noodle produced has a moisture content ranging from 35.18% to 35.75% for dry and wet noodle 52.10% to 52.85% for wet noodles cooked, power

development wet noodle sranged between 25.71% up to33.06%, water absorption 60.36% to 55.80%, breaking noodle power ranging from to 5.67 N and wet noodle color significantly in each treatment.

(3)

KAJIAN SIFAT FISIK MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN RUMPUT LAUT

(Skripsi)

Oleh AISYA BILLINA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

KAJIAN SIFAT FISIK MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN RUMPUT LAUT

Oleh AISYA BILLINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Pada

Jurusan Teknik Pertanian

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 5

November 1991, sebagai anak yang pertama pasangan

Bapak Hi. Bilalludin dan Ibu Hj. Arina dari enam

bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di

TK Amarta tani HKTI Bandar Lampung pada tahun

1997, pendidikan dasar di SDN 03 Kampung Baru pada tahun 2003, pendidikan

lanjutan pertama di SLTPN 19 Bandar Lampung tahun 2006, dan pendidikan

menengah atas di SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada tahun 2009. Pada

tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SMPTN. Selama menjadi

mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota organisasi Perhimpunan Mahasiswa

Teknik Pertanian (PERMATEP) Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pada

tahun 2012, penulis melaksanakan Praktik Umum dengan judulSurvey Kualitas

(9)

"Kita melihat kebahagiaan itu seperti pelangi, tidak

pernah berada di atas kepala kita sendiri, tetapi selalu

berada di atas kepala orang lain." (Thomas Hardy)

"Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan

orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka

dengan keberhasilan saat mereka menyerah." (Thomas

Alva Edison)

"Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk

kesakitan, kehilangan dan kekecewaan, tetapi kalau

kita sabar, kita segera akan melihat bentuk aslinya."

(Joseph Addison)

Satu satunya sumber pengetahuan ialah

pengalaman

(Albert Einstein)

"Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik

untuk hari tua." (Aristoteles)

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat)

orang-orang yang beriman diantaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat

(10)

Kupersembahkan karya kecil ini

teruntuk

Ibu dan Bapak terkasih

dan

Adik-adikku tersayang

terimakasih atas kasih sayang,

perhatian dan motivasinya selama ini,

serta

Almamater tercinta

Teknik Pertanian

(11)

SANWACANA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayatnya serta sehat sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “KAJIAN

SIFAT FISIK MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN RUMPUT LAUT

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

bimbingan berbagai pihak, dan segala sesuatu dalam penulisan skripsi ini jauh

dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan dari penulis. Pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Sri Waluyo, S.TP., M.Si., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Utama

dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu serta atas

kesediaannya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Diding Suhandy, S.TP., M.Agr., selaku Dosen Pembimbing Kedua

atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Tamrin, M.S., selaku Dosen Penguji pada ujian skripsi.

(12)

4. Bapak Dr. Ir. Agus Harianto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

6. Keluarga Besar Penulis yang tercinta : Bapak, Mama, adik-adikku : Anita,

Marlina, Yanti, Ahmad dan Azizah dan seluruh keluarga lainnya. Terima

kasih atas bantuan, dukungan, semangat, kasih sayang dan do’a yang tidak

pernah putus untuk penulis.

7. Teman terbaik Faqih Umar Usman yang telah memberikan bantuan,

dukungan, semangat, kasih sayang serta do’a yang tidak pernah putus untuk

penulis.

8. Teman-teman angkatan 2009 : Rofi, Wowon, Mutiara, Yolanda, Asep, Edi,

Komang, Rafiq, Fadil, Dhani, Ikhwan, Jordhy, Ully, Viffit, Diah, Aulia,

Hendri, Tito, Yuni, Arthami, Ika, Mahendra, Shilvia, Ohen, dan Zhelza, yang

selalu menjadi motivasi dan semangat dalam menjalankan kuliah. Terima

kasih atas bantuan dan kebersamaannya.

9. Keluarga Besar Teknik Pertanian, Angkatan 2007, 2008, 2010, dan 2011.

Demikianlah, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Rumput Laut ... 4

B. Jenis-jenis Rumput Laut ... 6

C. Kandungan Nilai Gizi dan Komposisi Rumput Laut... 8

D. Manfaat Rumput Laut... 9

E. Jenis-jenis Mie ... 12

F. Proses Dasar Pembuatan dan Bahan-bahan Mie ... 16

III. METODOLOGI PENELITIAN... 22

A. Tempat dan Waktu... 22

B. Alat dan Bahan ... 22

C. Metode Penelitian ... 22

a. Persiapan Alat dan Bahan ... 22

b. Prosedur Penelitian ... 23

D. Diagram Alir ... 26

E. Pengamatan dan Analisis Data ... 28

(14)

b. Daya Serap Air (DSA) ... 29

c. Daya Pengembangan (DP)... 29

d. Daya Putus Mie... 29

e. Warna ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 32

A. Pengaruh Penambahan Bubur Rumput Laut Terhadap Kadar Air Mie ... 32

B. Daya Serap Air (DSA)... 35

C. Daya Pengembangan (DP)... 37

D. Daya Putus Mie... 39

E. Warna... 43

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(15)

DAFTAR GAMBAR

Teks

Gambar Halaman

1. Rumput Laut ... 5

2. Pembilasan rumput laut dengan jeruk nipis ... 24

3. Adonan yang sudah kalis ... 25

4. Diagram alir pembuatan bubur rumput laut ... 26

5. Diagram alir proses pembuatan mie basah... 27

6. Kadar air mie basah (matang) pada beberapa penambahan rumput laut ... 34

7. Daya serap air mie pada beberapa penambahan rumput laut ... 35

8. Pengukuran diameter mie ... 37

9. Daya pengembangan mie pada beberapa penambahan rumput laut ... 38

10. Proses pengujian kekuatan tarik dengan Sun Rheometer (100) ... 39

11. Daya putus mie pada beberapa penambahan rumput laut ... 40

12. Bubur rumput laut dalam cawan ... 43

13. Mie basah mentah (kiri) dan mie basah matang (kanan) ... 44

14.Nilai RGB warna adonan mie basah pada pengolahan citra digital ... 45

Lampiran 15. Oven listrik (Venticell) ... 51

16. Desikator ... 51

(16)

18. Timbangan digital OHAUS (Adventure cap 2010 g) ... 52

19.Water bath (Tipe Digiterm 200 merek P selecta) dan (b) mie basah yang dimasak dalam water batch ... 52

20. (a) Digital caliper dan (b) Contoh perhitungan diameter mie basah dengan menggunakan digital caliper ... 52

21. (a) Perendaman rumput laut dan (b) Pencucian rumput laut dengan perasan jeruk nipis sesudah perendaman ... 53

22. Penghalusan rumput laut dengan menggunakan blender dan (b) Bubur rumput laut ... 53

23. Penyaringan tepung terigu... 53

24. (a) Pencampuran adonan dan (b) Pengulenan adonan ... 54

25. (a) Pengistirahatan adonan setelah pengulenan dan (b) Pengistirahatan adonan sebelum pemotongan (pencetakan mie) ... 54

26. Alat pencetak mie ... 54

27. (a) Pemotongan adonan dan (b) Penipisan adonan ... 55

28. (a) Pencetakan adonan menjadi untaian mie dan (b) Mie yang dihasilkan ... 55

29. Saringan ... 55

30. (a) rumput laut dan (b) Bubur rumput laut ... 56

31. (a) Mie basah mentah dan (b) Mie basah matang ... 56

32.(a) Mie basah mentah (kering) dan (b) Mie basah matang (kering) ... 56

(17)

DAFTAR TABEL

Teks

Tabel Halaman

1. Standarisasi Mutu Beberapa Jenis Rumput Laut ... 8

2. Hasil Uji Laboratorium Kandungan Nutrisi Rumput Laut (Kering) ... 8

3. Kandungan Nutrisi Rumput Laut tiap 100 gram Porsi Makanan ... 9

5. Kadar Air Rumput Laut Segar dan Bubur Rumput Laut ... 24

6. Komposisi Penggunaan Bahan dalam Pembuatan Adonan Mie ... 33

7. Kadar air mie basah mentah yang dihasilkan ... 34

8. Kadar proksimat tepung terigu segitiga ... 42

9. Kadar Air Mie Basah (mentah) ... 58

10. Kadar air mie basah (matang) ... 58

11. Daya Serap Air (DSA) ... 59

12. Daya Pengembangan Mie ... 59

13. Daya Putus Mie ... 60

14. Nilai RGB Warna Adonan Mie Basah ... 61

15. Analisis sidik ragam terhadap kadar air mie basah mentah ... 62

16. Uji lanjut Duncan terhadap kadar air mie basah mentah ... 62

17. Analisis sidik ragam terhadap kadar air mie basah matang ... 63

(18)

19. Analisis sidik ragam terhadap daya serap air ... 64

20. Uji lanjut Duncan terhadap daya serap air ... 64

21. Analisis sidik ragam terhadap daya pengembangan ... 65

22. Analisis sidik ragam terhadap daya putus mie ... 65

23. Analisis sidik ragam terhadap warna (R) ... 65

24. Uji lanjut Duncan tehadap warna (R)... 66

25. Analisis sidik ragam terhadap warna (G) ... 66

26. Uji lanjut Duncan terhadap nilai warna (G) ... 67

27. Analisis sidik ragam terhadap warna (B) ... 67

(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mie merupakan jenis pangananterpopuler di Asia khususnya Asia Timur dan Asia

Tenggara. Bahan dasar pembuatan mie yaitu dari berbagai macam tepung, seperti

tepung terigu, tepung beras, tepung kanji, dan tepung kacang hijau. Jenis tepung

yang paling banyak digunakan dalam pembuatan mie, khususnya mie instan dan

mie basah ialah tepung terigu. Penggunaan tepung terigu sudah banyak

dikembangkan dan dikonsumsi masyarakat Indonesia, mulai dari masyarakat

golongan ekonomi bawah, menengah dan atas. Mie selain cocok bagi lidah

masyarakat Indonesia dan memiliki nilai gizi yang baik, juga karena penyajiannya

yang praktis. Mie yang biasa terdapat dipasaran adalah dalam bentuk kering dan

basah (Anonima, 2013).

Adapun produk mie beredar di pasaran berdasarkan tahap pengolahan dan kadar

airnya yaitu, mie mentah/segar, mie basah, mie kering, mie goreng dan mie instan.

Mie basah adalah mie mentah yang sebelum dipasarkan mengalami proses

perebusan dalam air mendidih, dengan kadar air sekitar 35 % setelah perebusan

kadar airnya meningkat menjadi 52%. Kadar air yang relatif tinggi mengakibatkan

(20)

2

Mie biasa dibuat dari tepung terigu sebagai bahan bakunya, namun kadar seratnya

kurang. Selama ini tepung terigu masih diimpor. Keadaan ini mengakibatkan

devisa negara tersedot ke luar negeri yang efek jangka panjangnya akan

menyebabkan ketahanan pangan di Indonesia terancam. Oleh karena itu,

pencarian alternatif bahan pangan lain sebagai pelengkap nutrisi yang tidak ada

dalam tepung terigu khususnya mie basah terus dilakukan. Salah satu alternatif

dalam meningkatkan nilai gizi mie adalah dengan menambahkan rumput laut.

Rumput laut atau alga (sea weed) telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat

Indonesia, terutama masyarakat daerah pesisir dan pulau-pulau sejak ratusan

tahun yang lalu. Pemanfaatan rumput laut sebagai bahan pangan sudah

dimanfaatkan namun pemanfaatannya masih terbatas sebagai sayur atau lauk.

Penggunaan rumput laut sebagai bahan dasar ratusan produk pangan baik

produksi skala rumah tangga maupun industri makanan skala besar. Kandungan

gizi rumput laut terdiri dari karbohidrat, protein, sedikit lemak dan abu (yang

merupakan senyawa garam natrium dan kalium). Rumput laut dalam ilmu nutrisi

lebih dikenal memiliki nilai kandungan serat kasar yang penting yang dapat

digunakan sebagai dasar makanan fungsional terapi yang dapat dipergunakan pada

penderita obesitas (Santi, dkk., 2012).

(21)

3

memenuhi asupan serat pangan 30 g/hari.Dianjurkan untuk orang dewasa dapat

mengkonsumsi 48 g mie basah, atau 28 g mie instan atau 27 g mie kering yang

mengandung rumput laut perharinya pada menu makan. Pada anak-anak

dianjurkan mengkonsumsi 32 g mie basah, 19 g mie instan, dan 18 g mie kering

yang mengandung rumput laut perharinya untuk memenuhi kecukupan iodium

pada menu makanannya.

Rumput laut diharapkan dapat mempengaruhi sifat mie serta menambah kadar

serat pada mie basah dan dapat mempengaruhi tekstur pada mie basah yang

berhubungan dengan sifat fisik mie.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik mie basah dengan

penambahan rumput laut yang meliputi kadar air mie, daya serap air, daya

pengembangan, daya putus mie dan warna mie.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk informasi ilmiah yang

bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan teknologi pengolahan pangan,

khususnya mengenai kajian sifat fisik pada mie basah dengan penambahan rumput

(22)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumput Laut

Indonesia merupakan negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam serta

memiliki laut yang luas. Indonesia, kurang lebih dari 70% wilayahnya terdiri dari

laut, yang pantainya memiliki kekayaan akan hasil jenis sumber hayati dan

lingkungan yang potensial. Luas pantainya mencapai kurang lebih 81.000 km.

Perairan di Indonesia sangat luas, lebih luas dibandingkan daratan. Pantainya yang

subur bisa dimanfaatkan dalam sektor kelautan. Salah satu komoditas unggulan

sumberdaya laut ialah rumput laut. Pembudidayaan komoditas rumput laut adalah

yang paling banyak. Rumput laut menduduki posisi pertama dari 10 komoditas

perikanan unggulan budidaya lainnya. Produksi rumput laut mengalami kenaikan

rata-rata 32% per tahun. Pada tahun 2009, produksi rumput laut Indonesia

mencapai 2,5 juta ton dan diproyeksikan mencapai 10 juta ton pada tahun 2014

(Aslan, 2008).

(23)

5

thallusrumput laut bermacam-macam antara lain, bulat seperti tabung, pipih,

gepeng, dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan, 2008).

Gambar 1. Rumput laut

Rumput laut hidup menempel pada karang mati atau cangkang moluska walaupun

rumput laut juga dapat hidup menempel pada pasir atau lumpur. Rumput laut

hidup di laut dan tambak dengan kedalaman yang masih dapat dijangkau cahaya

matahari untuk proses fotosintesisnya. Dalam dunia perdagangan rumput laut atau

sea weedssangat populer. Rumput laut dalam dunia pengetahuan lebih dikenal

dengan sebutanalgae. Rumput laut merupakan suatu komoditi laut yang penting

bagi manusia, walaupun rumput laut tidak dapat dikategorikan kebutuhan utama

bagi manusia, namun manfaatnya cukup baik dalam kehidupan sehari-hari (Tim

Penulis Penebar Swadaya, 1999).

Rumput laut merupakan salah satu komoditas hasil laut yang berpotensi untuk

dikembangkan. Potensi rumput laut cukup besar dan tersebar hampir diseluruh

perairan nusantara. Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis

ganggang merah (Rhodophyceae) karena mengandung agar-agar, karaginan,

(24)

6

fikosianin) yang merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak

karbohidrat. Rumput laut jenis lain ada juga yang dimanfaatkan yaitu jenis

ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak mengandung

pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan

lembaran fotosintesa (filakoid). Ganggang coklat juga mengandung cadangan

makanan berupa laminarin, selulose, dan algin, selain itu ganggang merah dan

coklat banyak mengandung iodium (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1999).

B. Jenis-jenis Rumput Laut

Jenis-jenis rumput laut yag dibudidayakan di Indonesia (Kordi , 2011), yaitu :

Rumput laut atau alga laut yang tergolong dalam divisiThallophyta. Thallophyta

adalah jenis tumbuhan berthalus yang terdiri atas 4 kelas, yaitu alga hijau

(Chlorophyceae),alga cokelat (Phaeophyceae), alga merah (Rhodophyceae), dan

alga hijau biru (Myxophyceae).

a. Alga Merah

Alga merah (Rhodophyceae) atau yang biasa disebut rumput laut merah

merupakan kelas dengan spesies yang bernilai ekonomis dan paling banyak

dimanfaatkan. Tumbuhan jenis ini di dalam dasar laut sebagai fitobentos dengan

menancapkan dirinya pada substrat lumpur, pasir, karang hidup, karang mati,

(25)

7

Jenis rumput laut yang termasuk dalam kelas alga merah sebagai pengahasil

karaginan adalah Kappaphycus dan hypnea, sedangkan yang mengandung

agar-agar (agar-agarofit) adalahGracilariadanGelidium.

b. Alga Hijau

Alga hijau (Chlorophyceae) dapat ditemukan pada kedalaman hingga 10 meter

atau lebih di daerah yang memiliki penyinaran yang cukup. Rumput laut jenis ini

tumbuh melekat pada substrat seperti batu, batu karang mati, cangkang moluska,

dan ada juga yang tumbuh di atas pasir. Di Indonesia rumput laut jenis ini terdapat

sekitar 12 marga. Terdapat sekitar 14 jenis telah dimanfaatkan sebagai bahan

konsumsi dan obat.

c. Alga Cokelat

Pada peraiaran Indonesia terdapat sekitar 8 margakelas alga cokelat atau rumput

laut cokelat (Phaeophyceae). Tumbuhan jenis ini merupakan kelompok alga laut

penghasil algin (alginofit). Jenis rumput laut cokelat yang berasal dari kelas ini

yang terutama sebagai penghasil algin ialah sargassum sp, Cystoseira sp, dan

Turbinaria sp. Alga cokelat merupakan jenis rumput laut yang memiliki ukuran

(26)

8

Tabel 1. Standarisasi Mutu Beberapa Jenis Rumput Laut

Karakteristik Syarat

Euchema Gelidium Gracilari Hypnea Kadar air

maksimal (%) 32 15 25 20

Benda asing

maksimal (%) 5* 5** 5** 5** Bau spesifik spesifik spesifik spesifik

rumput laut rumput laut rumput laut rumput laut Sumber : Sulistijo, 1980 dalam Aslan, 2008

Keterangan : * = benda asing (jenis rumput lain, garam, pasir, karang dan kayu) ** = benda asing (garam, pasir, karang dan kayu)

C. Kandungan Nilai Gizi dan Komposisi Rumput Laut

Rumput laut memiliki nilai nutrisi yang tinggi, yaitu protein, karbohidrat, dan

serat kasar. Zat-zat tersebut sangat baik untuk dikonsumsi manusia karena

berperan penting untuk menjaga dan mengatur metabolisme tubuh.

Tabel 2. Hasil Uji Laboratorium Kandungan Nutrisi Rumput Laut (Kering)

No. Parameter Satuan Hasil Uji

(27)

9

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Rumput Laut tiap 100 gram Porsi Makanan

Kandungan Nutrisi Jumlah

Air 12,9 g

Protein 5,12 g Lemak total 0,03 g Asam lemak jenuh 0,006 g Asam lemak tak jenuh 0,003 g Karaginan 65,67 mg

Vitamin B kompleks 43 mg Vitamin E 0,87 mg Vitamin C 43 mg Vitamin A 82,59 ppm Sumber : Sulistyowaty, 2009

Rumput laut memiliki kandungan mineral esensial seperti besi, iodin,

aluminum, mangan, calsium, nitrogen dapat larut, phosphor, sulfur, chlor.

silicon, rubidium, strontium, barium, titanium, cobalt, boron, copper, kalium, trace

elements, gula dan vitamin A, D, C, D, E, dan K (Sudariastuty, 2011).

D. Manfaat Rumput Laut

Ganggang merah memiliki kandungan agar-agar, karaginan, porpiran maupun

furcelaran. Jenis ganggang cokelat yang berpotensi untuk dimanfaatkan, seperti

SargassumdanTurbinaria.Ganggang cokelat memiliki kandungan pigmen

klorofil a dan c,beta karotin,violasantin, fukosantin,pirenoiddanfilakoid

(28)

10

terdapat selulose dan algin. Ganggang merah dan ganggang cokelat termasuk jenis

bahan makanan sebagai penghasil yodium (Tim Penebar Swadaya, 1999).

Jenis-jenis pemanfaatan dari rumput laut menurut Kordi, (2011) adalah sebagai berikut :

1. Rumput laut sebagai bahan pangan

Rumput laut sebagai bahan pangan biasa dikonsumsi secara langsung seperti

dimasak sebagai sayuran untuk lauk.

2. Rumput laut dalam bidang farmasi

Rumput laut digunakan sebagai obat luar yaitu antiseptik dan pemeliharaan

tubuh. Rumput laut juga dimanfaatkan dalam bidang farmasi sebagai

pembungkus kapsul biotik, vitamin dan lain-lain.

3. Rumput laut dalam kosmetik

Produk kosmetik tidak hanya untuk mempercantik diri namun untuk

kesehatan. Olahan rumput laut dalam pada bidang industri kosmetik

dipergunakan dalam produksi salep, krem, losion, lipstik dan sabun.

4. Rumput laut dalam industri

Dalam industri makanan, olahan rumput laut dipergunakan sebagai bahan

pembuatan roti, sup, eskrim, serbat, keju, puding, selai dan lain-lain.

Penggunaan olahan rumput laut juga dipergunakan dalam industri tekstil,

industri kulit dan sebagainya, seperti pelat film, semir sepatu, kertas, serta

(29)

11

bahan yang berbahaya seperti boraks untuk pengenyal yang sangat berbahaya

untuk kesehatan.

Konsumsi produk-produk olahan dari rumput laut yang sangat populer di

masyarakat umumnya dalam bentuk puding, kue, serta sebagai bahan aditif

makanan. Belakangan ini produk diversifikasi rumput laut sudah mulai dijumpai

dalam jumlah yang terbatas seperti dalam bentuk dodol/manisan, selai, kripik,

kue, minuman, dan teh rumput laut. Saat ini kendala dalam konsumsi rumput

lautterutama dalam bentuk rumput laut segar maupun olahan sederhana seperti

kripik/krupuk dan kue, adalah aroma khas rumput laut yang dianggap

kurangmenarik. Untuk dapat mengatasi kendala ini, beberapa produk yang telah

populer dan disukai masyarakat bisa menjadi alternatif untuk difortifikasi dengan

rumputlaut, seperti mie dan kerupuk.Mengingat sangat pentingnya konsumsi serat

pangan bagi kesehatan, maka diperlukan usaha-usaha dalam mendukung

peningkatan konsumsi maupun produk dari rumput laut tersebut pada masyarakat.

Perlunya peningkatan lokasi dan perbaikan teknik budidaya diperlukan untuk

dapat meningkatkan produksi rumput laut. Dukungan dalam bidang industri

pascapanen berperan penting dalam mendukung penyediaan dan peningkatan

produk rumput laut yang berkualitas dengan harga yang terjangkau.

Pengembangan produk diversifikasi rumput laut turut berperan dalam

menyediakan jenis produk pilihan yang sesuai dengan yang diinginkan konsumen,

(30)

12

E. Jenis-jenis Mie

Mie merupakan produk makanan dengan bahan baku tepung terigu yang sangat

populer di kalangan masyarakat Indonesia. Produk mie umumnya digunakan

sebagai sumber energi karena memiliki karbohidrat yang cukup tinggi (Rustandi,

2011). Berdasarkan segi tahapan penyajian dan kadar airnya, mie dapat dibedakan

menjadi 5 golongan (Koswara, 2009), yaitu :

1. Mie mentah/ mie segar, adalah mie produk langsung dari proses pemotongan

lembaran adonan dengan kadar air 35%.

2. Mie basah, adalah mie mentah yang sebelum di pasarkan mengalami proses

perebusan dalam air mendidih, dengan kadar air sekitar 52%.

3. Mie kering, adalah mie mentah yang langsung dikeringkan, jenis mie ini

memiliki kadar air sekitar 10%.

4. Mie goreng, adalah mie mentah sebelum dipasarkan lebih dahulu digoreng.

5. Mie instan (mie siap hidang), adalah mie mentah, yang telah mengalami

pengukusan dan dikeringkan sehingga menjadi mie instan kering atau

digoreng sehingga menjadi mie instan goreng (instant freid noodles).

Berdasarkan bahan tepung terigu, mie terbagi atas 2 kelompok besar, yaitu mie

basah dan mie kering (Rustandi, 2011) :

(31)

13

mie yang bertujuan untuk menjaga agar mie tidak saling lengket. Jenis mie ini

dapat disimpan selama 5-6 jam dalam suhu kamar, tanpa ditambahkan

bahan-bahan pengawet. Perubahan-bahan warna mie ini menjadi makin gelap setelah disimpan

dalam suhu kamar dalam jangka waktu di atas 6 jam. Perubahan warna seperti ini

merupakan kelemahan dari jenis mie ini.

b. La min

Mie jenis ini lebih dikenal dengan mie tarik. Pembuatan mie ini dilakukan dengan

bahan yang ditarik secara berulang-ulang yang bertujuan untuk menghasilkan mie

yang panjang dan tipis. Mie jenis ini setelah proses pembuatannya harus segera

diolah karena adonan miela minsangat lengket dan memiliki umur simpan yang

singkat. Mie jenis ini hanya bisa ditemui dan dibuat direstoran besar di kota-kota

besar, dikarenakan orang yang membuat mie jenis ini harus ahli di bidangnya dan

membutuhkan proses pembelajaran yang cukup lama.

c. Wonton

Wontonadalah adonan yang sering digunakan dalam pembuatan kulit

pangsit/kulit siomay. Bahan baku dalam pembuatan wonton hampir sama dengan

bahan baku pembuatan mie.

d. Mie kuning/Hokkien noodles

Mie kuning ini pada dasarnya adalah mie segar yang direbus. Kadar air mie jenis

ini 52% sehinnga umur simpan mie jenis ini relatif singkat untuk disimpan dalam

suhu kamar. Di pasaran mie jenis ini lebih dikenal sebagai mie kuning yang biasa

dipergunakan dalam campuran bakso, sebagai mie kocok, mie goreng, mie

(32)

14

2. Mie Kering

a. Mie telur

Mie kering telur merupakan mie segar yang sudah direbus/dikukus terlebih dahulu

yang kemudian dikeringkan dengan proses penjemuran di bawah sinar matahari

atau dioven sehingga kadar airnya menjadi 8%-10%. Kadar air jenis mie kering di

bawah 10% dapat memungkinkan umur simpan mie yang lebih panjang. Proses

pengeringan mie ini dilakukan pada suhu 35-40oC dengan kelembapan 70%-75%

selama ±5 jam.

b. Ramen/Udon

Mie ini berbahan dasar dari tepung gandum yang biasa disajikan dalam bentuk

mie kuah. Bentuk dari jenis mie ini tebal dan besar, mie ini termasuk mie kering

sehingga umur simpannya lebih lama.

c. Mie instan

Mie ini disebut mie instan karena dalam proses pemasakannya sangat singkat,

dengan waktu kurang lebih 4 menit. Mie instan dapat juga diseduh dengan air

panas kemudian siap dihidangkan. Mie instan ini dibuat dari mie mentah yang

kemudian dikukus dan dikringkan dengan cara digoreng. Tahapan proses

penggorengan dilakukan pada suhu 140o-160oC dengan waktu 1-2 menit. Produk

akhir yang dihasilkan memilikikadar minyak 15-20% dan kadar air 2-5%.

(33)

15

e. Cup noodle

Jenis mie ini bisa dimakan dimana saja dan kapan saja. Penyajiannya cukup

dengan menuangkan air panas dan menunggu hingga 3 menit. Proses

pemasakannya hanya cukup diseduh dengan air panas sehingga untaian mie ini

menjadi lebih halus sehingga proses penyajiannya lebih cepat.

f. Mie lidi

Mie lidi merupakan mie segar yang telah dikeringkan sehinga kadar airnya

menjadi 8-10%. Proses pengeringannya biasa dilakukan dengan penjemuran

dibawah sinar matahari atau menggunakan oven. Suhu yang digunakan dalam

proses pengeringan ini adalah 35-40% dengan kelembaban 70-75% selama ±5

jam. Mie jenis ini akan berbentuk seperti lidi atau spageti setelah proses

pembuatannya, yang kemudian dikemas untuk dipasarkan.

g. Pasta

Pasta merupakan makanan olahan yang biasa digunakan pada masakan Italia. Mie

jenis ini terbuat dari campuran adonan tepung semolina yang berbahan dasar

durum wheat, air , telur, dan garam. Di Indonesia, terdapat jenis pasta yang lebih

dikenal seperti spageti, makaroni, danlasagna.

Mie basah tidak tahan simpan (umur simpannya relatif singkat) hanya sekitar 2-3

hari. Pembuatan dan penanganan yang baik, maka pada musim panas atau musim

kering mie basah dapat tahan simpan selama sekitar 36 jam. Pada musim

penghujan mie jenis ini hanya dapat tahan selama kira-kira 2022 jam. Keadaan

tersebut disebabkan karena mikroflora terutama jamur atau kapang pada

umumnya lebih mudah tumbuh pada keadaan lembab dan suhu yang tidak terlalu

(34)

16

sifat kenyal pada mie dan dapat memperpanjang umur mie basah dengan

penanganan yang baik (Koswara, 2009).

Prinsip pembuatan mie basah pada dasarnya sama dengan pembuatan mie pada

umumnya. Di Indonesia dalam skala rumah tangga atau industri-industri kecil mie

basah banyak diproduksi. Jenis mie ini sering kita jumpai di pasar, di tukang

bakso, dan tukang mie ayam. Pabrik-pabrik kecil pada umumnya memproduksi

mie basah dengan jumlah yang cukup banyak dan dengan produksi bervariasi

antara 5001500 kg mie per harinya. Mie basah memiliki umur simpan yang

relatif singkat. Keadaan ini diakibatkan oleh mikroflora terutama jamur atau

kapang pada umumnya lebih mudah tumbuh pada keadaan yang lembab dan suhu

yang tidak terlalu tinggi (Koswara, 2009).

Kemampuan masyarakat Indonesia dalam pengembangan produk mie yang

berbahan dasar tepung terigu dan beras masih terbatas. Faktor keterbatasan

pengetahuan mengenai mie inilah yang merupakan penghambat bagi pelaku

UKM. Keterbatasan tersebut mengakibatkan banyak kendala/masalah yang

muncul antara lain, mie yang tidak kenyal, mie mudah rusak/mie tidak tahan lama,

mie mudah putus dan sebagainya (Rustandi, 2011).

(35)

17

ketersedian bahan yang cukup dan tersimpan baik sebelum proses pembuatan

adonan.

2. Penimbangan bahan

Takaran bahan baku yang digunakan harus terukur dan sesuai dengan

penggunaan. Penimbangan bahan harus memiliki ketelitian dan ketepatan

ukuran, penggunaan alat timbangan disesuaikan dengan bahan yang akan

ditimbang.

3. Pengadukan/Mixing

Proses pengadukan bertujuan sebagai pembentukan gluten dan mendistribusi

bahan-bahan lain agar homogen. Tahap ini bertujuan agar penyerapan air

pada tepung berlangsung secara merata dan menarik serat-serat gluten. Alat

yang digunakan dapat menggunakan mixer atau tangan. Waktu pengadukan

ialah 15-25 menit dengan disesuaikan kemampuan tepung terigunya (jumlah

proteinnya) dan suhu adonan 24-40oC.

4. Pengistirahatan adonan

Waktu pengistirahatan adonan setelah proses pengadukan ialah 5-10 menit

bergantung pada jumlah adonannya. Pengistirahatan adonan yang telah jadi

ditutup dengan plastik. Peletakan di tempat yang bersih dan pada temperatur

yang tidak terlalu panas atau terkena sinar matahari langsung.

5. Pengepresan adonan

Pengepresan adonan dilakukan 5-7 kali agar kualitas mie sama. Pembentukan

lembaran dengan menggunakan rol pengepres yang membentuk serat-serat

gluten yang halus dan ekstensibel. Ukuran rol pengepres minimal 15 cm

(36)

18

tetapi digulung. Suhu adonan mie yang selesai dipres tidak kurang dari 25oC.

Ketebalan akhir mie berkisar 1.2-2 mm.

6. Pengistirahatan lembaran adonan

Setelah selesai dibentuk lembaran, adonan diistirahatkan lagi sebelum

ditipiskan dan dibentuk. Hal ini akan menjadikan mie tidak mudah putus dan

warna mie dapat seragam.

7. Penipisan lembaran adonan sebelum dicetak

Penipisan lembaran adonan akan menghasilkan mie sesuai yang dibutuhkan,

yaitu dengan ketebalan 1-2 mm.

8. Pembentukan potongan mie

Proses ini merupakan proses akhir dalam pembutan mie. Alat yang digunakan

ialah pisau pemotong mie.

Menurut Rustandi (2011), bahan-bahan tambahan yang diperlukan dalam

pembuatan mie memiliki kegunaan seperti, menambah berat mie, menambah

volume, memperbaiki kualitas, warna dan rasa mie. Penambahan bahan lain dalam

pembuatan mie akan dapat meningkatkan kualitas mie. Bahan dasar dalam

pembuatan mie adalah tepung terigu, air, garam dan telur sebagai bahan

peningkat.

1. Tepung terigu

(37)

19

a. Jumlah protein (8%-14%).

Kadar protein dalam tepung terigu yang digunakan sangat menentukan

karakteristik dari produk makanan tersebut. Protein berhubungan erat

dengan gluten. Semakin tinggi kandungan protein dalam tepung terigu

maka semakin tinggi pula gluten yang terdapat pada tepung terigu.

b. Gluten

Gluten merupakan salah satu jenis protein yang terdapat dalam tepung

terigu. Kadar gluten dalam tepung terigu dapat mencapai 80% dari jumlah

protein yang ada pada tepung terigu. Gluten dapat membuat adonan

menjadi kenyal dan dapat mengembang karena dapat mengikat udara.

Jumlah gluten dapat juga dipengaruhi oleh energi pengadukan yang

diberikan pada pembuatan adonan.

c. Kadar abu (Ash content0,6%)

Ash contentadalah kadar abu yang terkandung pada tepung terigu (dedak

yang terdapat pada beras). Kadar abu mengakibatkan warna tepung terigu

kurang bersih. Kadar abu ini sangat mempengaruhi hasil akhir pada

produk makanan. Kadar protein yang tinggi tetapi kadar abunya juga

tinggi akan menyebabkan beberapa hal, salah satunya dapat memutuskan

serat gluten.

d. Kadar air (maksimum 14,5%)

Kadar air ataumoisturemerupakan tingginya kandungan air yang terdapat

pada tepung terigu. Moisture sangat berpengaruh terhadap kualitas

tepung. Jumlahmoistureyang melebihi standar maksimum tepung terigu

(38)

20

e. Water absorption(maksimum 62%)

Water absorptionmerupakan kemampuan tepung terigu menyerap jumlah

air secara maksimal dalam adonan. Semakin tinggi kandungan protein

yang terdapat pada tepung terigu maka daya serap airnya semakin besar.

Semakin rendah kandungan protein pada tepung, semakin rendah pula

daya serap airnya.

f. Stability(3 sampai 5 menit)

Stabilitymerupakan kemampuan tepung terigu dalam menahan stabilitas

adonan agar tetap sempurna meskipun telah melewati waktu kalis

(develop).

g. Developing time(5 sampai 10 menit)

Developing timemerupakan tingkat kecepatan tepung terigu dalam

mencapai kondisi kalis pada saat proses pengulenan adonan mie.

2. Air

Dalam proses pembuatan mie, air berfungsi sebagai media pereaksi antara

gluten dan karbohidrat, pelarut garam, serta dapat membentuk sifat kenyal

gluten. Gluten dan pati akan mengembang dengan terdapatnya air. Makin

banyak air yang diserap, mie menjadi tidak mudah patah. Pemberian jumlah

air yang optimum akan membentuk adonan mie yang baik. Penggunaan air

(39)

21

untuk diproses. Jika penggunaan air lebih dari 38%, adonan mie akan menjadi

lembek dan lengket.

3. Garam dapur (NaCl/Natrium Klorida)

Garam memiliki peranan yang sangat penting dalam pembuatan mie. Garam

dapat memberi rasa pada mie, memperkuat tekstur, meningkatkan fleksibilitas

dan elastisitas mie serta mengikat air. Garam biasa digunakan sebagai bahan

penyedap pada makanan. Garam digunakan untuk memberikan rasa gurih dan

peningkatan gluten. Garam juga sebagai bahan pemadat (pengeras). Adonan

akan menjadi agak basah jika tidak menggunakan garam sebagai

campurannya. Garam juga sebagai penghambat proses pertumbuhan jamur,

lumut, dan bakteri serta membantu konsistensi dalam penanganan adonan.

Jumlah garam yang digunakan dalam proses pembuatan mie adalah 2-4% dari

berat tepung terigu.

4. Telur

Penambahan telur dalam pembuatan mie bertujuan untuk menambah nutrisi,

memberikan kelembapan,dan menghaluskan serta melembutkan tekstur mie.

Penggunaan putih telur dalam adonan mie akan menambah keliatan mie serta

dapat mencegah terjadinya kekeruhan air pada saat proses perebusan.

Penggunaan kuning telur dalam adonan mie adalah sebagai pengemulsi yang

dapat membuat mie mengembang saat proses perebusan. Penambahan kuning

telur juga dapat memberikan keseragaman warna pada mie sehingga kualitas

(40)

22

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014

di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pascapanen, Jurusan Teknik Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalahwater bath(Tipe Digiterm 200

merek P selecta), timbangan analitik OHAUS (Triple beam balance2610 g 5 lb

2oz), timbangan digital OHAUS (Adventurer cap2010 g), Sun Rheometer (100),

stopwatch, oven listrik (Venticell), alat pencetak mie, digital caliper,blender,

gelas ukur, cawan, saringan, dan kertas tisu. Bahan yang digunakan dalam

pengujian adalah rumput laut, tepung terigu, air, telur, garam dapur dan minyak

(41)

23

2. Mempersiapkanblender,cawan, Digital Caliper,stopwatch, gelas ukur,

saringan, dan kertas tisu.

3. Rumput laut yang akan digunakan dicuci dan direndam terlebih dahulu, dengan

waktu perendaman 36 jam. Tujuan perendaman rumput laut ini adalah untuk

mengubah tekstur rumput laut menjadi lebih lunak untuk mempermudah dalam

proses pembuatan bubur rumput laut.

b. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu, proses pembuatan bubur rumput

laut dan proses pembuatan mie basah rumput laut. Variasi perlakuan yang

dicobakan adalah banyaknya jumlah bubur rumput laut (berat basah, b/b) yang

ditambahkan yaitu 0 g (kontrol), 150g, 200g, 250g, 300g, 350g dari berat 1000 g

tepung terigu sebagaimana Tabel 4.

Tabel 1. Variasi tambahan bubur rumput laut pada tepung terigu

Perlakuan Tepung Terigu (g)

Bubur Rumput Laut (g)

Persentase penambahan bubur rumput laut (%)

1 1000 0 0

1. Pembuatan Bubur Rumput Laut

Rumput laut basah yang digunakan diperoleh dari pasar Bambu Kuning Bandar

Lampung. Pada proses pembuatan bubur rumput laut, yang pertama dilakukan

adalah mencuci rumput laut segar hingga bersih. Rumput laut yang telah bersih

(42)

24

bagian rumput laut. Proses perendaman dilakukan selama 36 jam yang bertujuan

mendapatkan tekstur rumput laut yang lebih lunak untuk mempermudah dalam

proses penghalusan. Rumput laut yang sudah direndam kemudian dibilas dengan

air bersih dan air perasan jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis pada rumput

laut.

Gambar 1. Pembilasan rumput laut dengan jeruk nipis

Rumput laut yang sudah dibilas kemudian ditiriskan untuk mengurangi sisa air

pada pembilasan, setelah itu rumput laut dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke

dalamblender.Rumput laut kemudian dihaluskan dengan blender selama 5-6

menit (sambil diaduk) hingga rumput laut menjadi bubur. Bubur rumput laut harus

dipastikan benar-benar halus agar mempermudah saat proses pengulenan dan

membuat adonan menjadi halus. Kadar air rumput laut dan bubur rumput laut

(43)

25

2. Pembuatan Adonan

Proses pembuatan adonan mie dilakukan setelah proses pembuatan bubur rumput

laut dan mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan. Tepung terigu sebelum

digunakan disaring terlebih dahulu untuk menghasilkan tepung yang benar-benar

halus dan untuk menghindari bahan lain seperti krikil kecil yang biasa terdapat

pada tepung. Tepung yang disaring kemudian ditimbang, setelah itu pencampuran

semua bahan yaitu tepung terigu, bubur rumput laut, 1 butir telur ayam (62,5g)

tiap adonan, dan garam dapur. Dari setiap pembuatan adonan penambahan air dan

garam pula akan berbeda-beda, mengikuti jumlah bubur rumput laut yang

ditambahkan pada setiap perlakuan. Jumlah penggunaan air dalam pembuatan

adonan mie yang baik yaitu 28-38% dari berat tepung terigu dan jumlah

pemakaian garam sebanyak 2-4% dari berat tepung (Rustandi, 2011).

Bahan-bahan yang telah dicampur kemudian diaduk dan diuleni sampai kalis.

Pengadukan dan pengulenan adonan bertujuan agar semua bahan dapat menyatu.

Ciri dari sudah kalisnya adonan dapat diketahui dengan adonan yang telah diuleni

tidak akan lengket di tangan dan dengan permukaan adonan tersebut, teksturnya

halus dan padat yang dapat dilihat pada Gambar 3.

(44)

26

Adonan yang sudah kalis kemudian diistirahatkan selama 5-10 menit bertujuan

memberi kesempatan penyebaran air pada adonan dan untuk membentuk gluten

(Rustandi, 2011). Adonan yang telah diistirahatkan kemudian ditipiskan menjadi

lembaran-lembaran adonan dengan alat pencetak mie pada bagian

pengepresan/penipisan. Penipisan adonan dilakukan sebanyak 5 kali. Selama

proses penipisan adonan ditaburi dengan tepung tapioka untuk menjaga agar

adonan yang dicetak menjadi untaian mie tidak saling lengket. Lembaran adonan

yang sudah mengalami penipisan kemudian dipotong dan dicetak menjadi untaian

mie.

D. Diagram Alir

Diagram alir pembuatan bubur rumput laut dituliskan sebagaimana Gambar 4,

sedangkan digram alir pembuatan mie disajikan pada Gambar 5.

Mulai

Tepung terigu

Perendaman selama 36 jam

Rumput laut dicuci dan dipotong kecil-kecil

(45)

27

1 : Tepung terigu 100g 2 : Penambahan rumput

laut 15% (b/b) dari 100g tepung terigu 3 : Penambahan rumput

laut 20% (b/b) dari 100g tepung terigu 4 : Penambahan rumput

laut 25% (b/b) dari 100g tepung terigu 5 : Penambahan rumput

laut 30% (b/b) dari 100g tepung terigu 6 : Penambahan rumput

laut 35% (b/b) dari 100g tepung terigu

Pengulenan adonan sampai kalis

Pembentukan lembaran

Pemotongan dan pencetakan

Mie basah Uji sifat fisik mie : - Kadar air mie - Daya serap air - Daya pengembangan - Daya putus mie - Warna mie Analisis Data

(46)

28

E. Pengamatan dan Analisis Data

Uji Sifat Fisik Mie

Setelah pembuatan mie basah rumput laut dilakukan pengujian sifat fisik pada mie

yang meliputi :

a. Kadar Air Mie

Tujuan dari pengukuran kadar air mie adalah untuk mengetahui jumlah air yang

terkandung pada bahan. Metode yang digunakan ialah gravimetri atau oven.

Prosedur pengukuran kadar air dilakukan dengan metode gravimetri yaitu

menimbang berat sampel sebelum dan sesudah pengovenan. Perhitungan kadar air

mie dilakukan pada mie yang telah dibuat tanpa perebusan dan mieyang

mengalami perebusan yang bertujuan untuk mengetahui kadar air pada mie basah

mentah dan mie basah matang. Untuk menentukannya sampel mie basah mentah

dan matang diambil dan ditimbang, kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu

105°C hingga kering mutlak (selama 24 jam) lalu sampel ditimbang kembali.

Pengukuran kadar air dapat dihitung dengan persamaan berikut :

= 100%... ... ... ... ... (1)

(47)

29

b. Daya Serap Air (DSA)

Pengujian daya serap air dengan cara : mie basah ditimbang terlebih dulu

beratnya, lalu mie yang sudah ditimbang beratnya direbus selama 10 menit dan

ditiriskan kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui beratnya setelah

direbus. Pengujian ini dilakukan pada semua perlakuan. Pengukuran daya serap

air dapat dihitung dengan menggunakanpersamaan berikut :

Daya serap air (%) = ( ) × 100 % (2)

Keterangan :

WA = Berat mie sebelum direbus (g)

WB = Berat mie sesudah direbus (g)

c. Daya Pengembangan (DP)

Pengujian daya pengembangan mie dilakukan dengan mengambil sebanyak 15

gram mie untuk digunakan sebagai sampel pengujian. Sampel diukur diameternya

sebanyak 10 data pada tempat yang berbeda. Sampel kemudian dimasukkan ke

dalam air pada suhu 80oC selama 5 menit kemudian diangkat dan ditiriskan

hingga air rebusan kering. Sampel kemudian diukur lagi diameternya sebanyak 10

data pada tempat yang berbeda. Pengukuran daya pengembangan mie dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

DP =rerata ø mie matang rerata ø mie awal

(48)

30

d. Daya Putus Mie

Pengujian kekenyalan mie dilakukan dengan cara : Mie basah yang sudah direbus

diambil seuntai (misalkan 5 cm). Diameter mie diukur pada tiga tempat yang

berbeda kemudian dirata-ratakan. Sampel mie dipasang pada pemegang sampel

(sampel holder) untuk pengujian kekuatan tariknya atau daya regang putus mie.

Alat yang digunakan pada pengujian ini ialah Rheometer (Sun Rheometer 100)

dan diset pada mode TRAC dengan kecepatan tarik 19.9 mm/s. Hasil pengujian

kekuatan tarik kemudian dicatat. Pengujian ini diulang sebanyak 3 kali (diambil

reratanya) sebagai ulangan untuk semua perlakuan.

e. Warna

Pengamatan warna pada penelitian kali ini ialah dengan pencintraan digital, yaitu

dengan menggunakan Kamera Digital. Pengamatan dilakukan setelah adonan

mengalami penipisan tanpa melalui proses pencetakan mie. Bagian adonan yang

telah ditipiskan kemudian diambil dan direbus selama 10 menit. Pengambilan

warna pada setiap adonan konsentrasi yang berbeda. Bagian adonan yang telah

direbus (matang) dimasukkan dalam kotak pencintraan digital yang kemudian

difoto dengan menggunakan kamera digital. Pengambilan nilai warna tersebut

diambil berdasarkan warna yang telah didapatkan (difoto) yang dimasukkan pada

(49)

31

mendatar dengan jarak 100 pixel. Pengambilan sampel tidak boleh melewati atau

melebihi foto dari adonan yang diambil. Nilai yang sudah ditentukan dimasukkan

pada rumus dan kemudian di run yang kemudian akan menghasilkan nilai RGB

pada setiap adonan mie.

Program untuk mendapatkan nilai RGB pada Matlab adalah sebagai berikut:

clc; clear all; close all; mypic = imread (‘F2.Jpg’) ; [H,W,C] = size (mypic) Figure (1) ;

Imshow (‘F2 . Jpg’) ;

PotongGbr1 = imcrop (mypic, [1100 1300 1300 1300]) ; Figure (2) ;

Imshow (potongGbr1);

Rerata1 = mean (mean (potongGbr1))

PotongGbr2 = imcrop (mypic, [1200 1300 1300 1300]) ; Figure (3) ;

Imshow (potongGbr2);

Rerata1 = mean (mean (potongGbr2))

PotongGbr3 = imcrop (mypic, [1300 1300 1300 1300]) ; Figure (4) ;

Imshow (potongGbr3);

(50)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Berdasarkan hasil sidik ragam pengaruh penambahan bubur rumput laut

terhadap kadar air mie basah (matang), daya serap air mie dan warna mie

berbeda nyata pada setiap perlakuan tetapi terhadap daya pengembangan mie,

nilai daya putus mie tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan.

2. Semakin banyak penambahan rumput laut daya putus mie semakin rendah.

B. Saran

Perlu diadakannya penelitian lanjutan untuk mengetahui karakteristik kimia yang

terdapat pada mie basah dengan penambahan rumput laut, yang bermanfaat

(51)

47

DAFTAR PUSTAKA

Alam, A. A. 2011. Kualitas Karaginan Rumput Laut Jenis Eucheuma spinosum di Perairan Desa Punaga Kabupaten Takalar.Skripsi.Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Anonima. 2013.Mengenal Jenis-jenis Mie. http://wokale.blogspot.com/2013/05/

-mengenal-jenis-jenis-mie.html. Diakses pada tanggal 15 Juni 2014.

Anonimb. 2011.Teknologi Hasil Pangan. http://gunasoraya.blogspot.com/2011/ 01/pembuatan-mie-basah.html. Diakses pada tanggal 11 Februari 2015

Aslan, M.L. 2008.Rumput Laut. Cetakan VII. KANISIUS. Yogyakarta. 97 Hal.

Bogasari. 2013.Segitiga Biru dengan Banyak Kegunaan.http://www.indofood. com:8080/segitiga biru/Default.aspx. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2014.

Dwiyitno. 2011. Rumput Laut Sebagai Serat Pangan Potensial.Squalen. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Vol 6(1) : 19-17

Handayani, T. 2006. Protein Pada Rumput Laut.Oseana.Vol 31(4) : 23-30

Harahap A. N. 2007. Pembuatan Mie Basah dengan Penambahan Wortel (daucus carota L.).Skripsi.Fakultas Pertanian, USU. Medan

Kordi, M. G. H. 2011.Kiat Sukses Budidaya Rumput Laut di laut dan Tambak. ANDI OFFSET. Yogyakarta. 134 Hal.

Koswara, S. 2009.Teknologi Pengolahan Mie. eBookPangan.com. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013.

(52)

48

Merdiyanti, A. 2008.Paket Teknologi Pembuatan Mi Kering dengan

Memanfaatkan Bahan Baku Tepung Jagung.Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Murniyati, Subaryono, dan I. Hermana. 2010. Pengolahan mie yang difortifikasi dengan ikan dan rumput laut sebagai sumber protein, serat kasar, dan iodium.Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Vol. 5(1) : 65-75

Nasution, E. Z. 2005. Pembuatan Mie Kering dari Tepung Terigu dengan Tepung Rumput Laut yang Difortifikasi dengan Kacang Kedelai.Jurnal Sains Kimia.Vol 9(2) : 87-91

Nugrahani, D. M. 2005. Perubahan Karakteristik dan Kualitas Protein Pada Mie Basah Matang yang Mengandung Formaldehid dan Boraks.Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Pahrudin. 2006. Aplikasi Bahan Pengawet Untuk Memperpanjang Umur Simpan Mie Basah Matang. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Rosyidi, D., A. S. Widati., J. Prakoso. 2008. Pengaruh Penggunaan Rumput Laut Terhadap Kualitas Fisik dan Organoleptik Chicken Nuggets.Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak.Vol 3(1) : 43-51

Retnaningsih dan I. Hartayani. 2005. Aplikasi Tepung Iles-iles (Amorphophallus konjac) sebagai Bahan Pengganti Kimia pada Mie Basah: Ditinjau dari Sifat Fisikokimiawi dan Sensoris.Laporan Penelitian. Fakultas

Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.

Rustandi, D. 2011.Powerful UKM: Produksi Mie. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo. 124 Hal.

Santi, R.A., Sunarti T.C.,Santoso D., Triwisari D.A. 2012. Komposisi Kimia dan Profil Polisakarida Rumput Laut Hijau.Jurnal Akuatika. Vol 3(2) : 105-114

(53)

49

Berbeda.Laporan Kegiatan.Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Semarang

Gambar

Gambar 1. Rumput laut
Tabel 1. Standarisasi Mutu Beberapa Jenis Rumput Laut
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Rumput Laut tiap 100 gram Porsi Makanan
Tabel 1. Variasi tambahan bubur rumput laut pada tepung terigu
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian pembuatan kerupuk rumput laut dengan kondisi basah dan kering pada penambahan tepung tapioka analisa kimia terjadi interaksi terhadap kadar air,

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KACANG MERAH PADA PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA Pendahuluan : Pembuatan mie basah dapat dilakukan dengan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, kondisi fisik mie yang paling baik dilihat dari segi warna dan bentuk adalah pada pencampuran 60 g tepung terigu, 20 g tepung rumput laut

Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan pengaruh subsitusi tepung bekatul pada tepung terigu terhadap kualitas mie basah (berdasarkan sifat fisik, kimia,

Rata-rata Skor Rasa Mie Basah akibat Perlakuan Proporsi Tepung Terigu dan Tepung Suweg dengan Konsentrasi Penambahan STPP .... Rata-rata Skor Aroma Mie Basah akibat

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, kondisi fisik mie yang paling baik dilihat dari segi warna dan bentuk adalah pada pencampuran 60 g tepung terigu, 20 g tepung rumput laut

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan kappa karagenan dari rumput laut Eucheuma cottoni terhadap karakteristik mie kering dan mengetahui

Secara fisik mie basah dengan penambahan tepung daun kelor memiliki randemen rata-rata di atas 95 %, Elastisitas lebih rendah dibanding dengan mie basah tanpa