• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA

KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh Annisa Nurlaila

Masalah penelitian ini adalah siswa mengalami kesulitan belajar.

Permasalahannya adalah “apakah kesulitan belajar pada siswa kelas X dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling kelompok?. Tujuan penelitian untuk mengetahui bahwa kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling kelompok.

Metode penelitian adalah metode Quasi Eksperimental Design dengan jenis desain Nonequievalent Control Design. Subjek penelitian sebanyak 18 siswa, 9 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 9 siswa sebagai kelompok kontrol dengan kategori kesulitan belajar tinggi. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan skala kesulitan belajar.

Berdasarkan hasil analisis data dengan uji t pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa t hitung > t tabel ( 8,56> 2,110) maka Ha diterima, artinya kesulitan belajar pada siswa kelas X dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling kelompok. Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah.

Saran yang diajukan peneliti yaitu: (1)Kepada siswa, untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya hendaknya mengikuti kegiatan layanan konseling kelompok yang diselenggarakan oleh guru bimbingan dan konseling .(2). Kepada guru bimbingan dan konseling hendaknya dapat mengoptimalkan kegiatan layanan konseling kelompok supaya masalah kesulitan belajar siswa dapat diatasi.(3) Kepada peneliti lain, hendaknya dapat melakukan penelitian mengenai kesulitan belajar dengan klasifikasi yang berbeda.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kotagajah, Kecamatan Kotagajah,

Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 19 Oktober

1992, sebagai anak kedua dari dua bersaudara,dari

pasangan Alm. Bapak Muhari dan Ibu Nurhayati

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 5 Kotagajah,

diselesaikan tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kotagajah,

diselesaikan tahun 2007, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Kotagajah, diselesaikan tahun 2010.

Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN). Selanjutnya, pada bulan Juli-September 2013 penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Layanan Bimbingan dan

Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMAN 1 Tulang Bawang Udik, Kecamatan

Tulang Bwang Udik, Tulang Bawang Barat, kedua kegiatan tersebut dilaksanakan

(7)

PERSEMBAHAN

Teruntuk Ibuku Nurhayati dan Bapakku Muhari tercinta,

hanya sebuah karya sederhana ini yang bisa kupersembahkan untuk kalian,

semoga karya sederhana ini dapat membuat kalian bangga memiliki putri

bernama Annisa Nurlaila. Dan untuk Mamasku tersayang Syamsul Setiyawan ,

Bapak, Keluarga Besar Ibu dan Bapak, Sahabat-sahabatku. Hanya ucapan

terimakasih yang dapat kuberikan untuk kalian atas dukungan motivasi serta

doa yang telah diberikan sehingga karya ini dapat terselesaikan dengan baik

serta almamaterku.

(8)

PERSEMBAHAN

Teruntuk Ibuku Nurhayati dan Bapakku Muhari tercinta,

hanya sebuah karya sederhana ini yang bisa kupersembahkan untuk kalian,

semoga karya sederhana ini dapat membuat kalian bangga memiliki putri

bernama Annisa Nurlaila. Dan untuk Mamasku tersayang Syamsul Setiyawan ,

Bapak, Keluarga Besar Ibu dan Bapak, Sahabat-sahabatku. Hanya ucapan

terimakasih yang dapat kuberikan untuk kalian atas dukungan motivasi serta

doa yang telah diberikan sehingga karya ini dapat terselesaikan dengan baik

serta almamaterku.

(9)

MOTO

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain

.

(QS. Al Insyirah, Ayat 5-7)

“Dan (

ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat)

kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),

(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ” Upaya

Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Dengan Menggunakan Layanan Konseling

Kelompok Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah

Tahun Pelajaran 2013/2014”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Prigram Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Lampung dan sekaligus pembahas dan penguji pada

penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan, kritikan dan

masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Bapak Drs. Giyono, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah menyediakan

waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis

(11)

5. Ibu Diah Utaminingsih, S.Psi, M.A., Psi. selaku Pembimbing II yang telah

banyak memberikan motivasi, bantuan, bimbingan dan arahan kepada penulis

selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

6. Ibu Ranni Rahmayanthi Z, S.Pd.,M.A. selaku Pembahas yang telah banyak

memberikan motivasi, bantuan, bimbingan dan arahan kepada penulis selama

ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

7. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling FKIP UNILA terima kasih

untuk semua bimbingan dan pelajaran yang begitu berharga yang telah kalian

berikan untukku selama perkuliahan.

8. Ibu,Bapak dan Mamasku yang telah memberikan dukungan dan motivasi

serta menyebutkan namaku dalam setia doa dan sujudnya sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik

9. Bapak Drs. Maskun Yusup, M.Pd selaku Kepala SMA N 1 Kotagajah Terima

kasih atas bantuan dan kesediaannya membantu penulis dalam mengadakan

penelitian.

10. Ibu Titik Ernawati, S.Pd dan Ibu Dra. Endang Setiawati selaku guru

Bimbingan dan Konseling, dewan guru, staff tata usaha serta siswa-siswa

SMA Negeri 1 Kotagajah yang telah membantu selama proses penelitian.

11. Sahabat-sahabatku Metamorfosis Sempurna: Dyah, Nay, Inggar, Elpin,

Anya,Indah terimakasih untuk kebersamaan, kasih sayang serta dukungan

yang telah kita lalui selama ini.

12. Teman-teman baikku Tari,Gigih Linda, Dian, Jelita, Fatwa,Dina, Desfi,

(12)

13. Sahabat-sahabat KKN dan PPL : Fitma Trian Sigit Njep Ani Eli Umami Via

Mb Lia Pariza . Pengalaman yang tidak terlupakan bersama kalian selama 2,5

bulan.

14. Asrama Angansaka: Bang Muda, Opung (Niko), Mb Eka Mb Esti, Mbak

Desi, Kak Puja, Kak Metro, Kak Jati,Mas Dani, Endang, Hesti,Widi, Desna,

Wisnu,Rizal, Dewi terimakasih atas kebersamaan selama ini.

15. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Nita,Noprita, Mamah, Bebi, Uni,

Ika, Aan pur, Gustari, Nces, Wella, Mbak Dita, Bebet, Nailul, Ayu, Mami,

Amel, Mpus, Mbak desi, Emil,Mbak lulu, Natali Galuh, Lusi, Desti, Nanang,

Kak boy, Ivana, Ara, Suspa, Mei, Putri, Wiwit, Rani, Adit, Irsan, terima kasih

telah menjadi teman serta keluarga dalam bimbingan dan konseling 2010

16. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Kotagajah ( Putu, Gede, Galih, Birgita, Iklima,

Melly, Siska, Damar dan Fadil ) yang telah bersedia untuk melakukan

kegiatan konseling kelompok.

17. Almamaterku tercinta.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini

dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, November 2014

Penulis,

(13)

i

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 7

C..Ruang Lingkup Penelitian ... 8

D. Kerangka Pikir ... 8

4. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ... 17

5. Gejala-gejala Kesulitan Belajar ... 19

B. Layanan Konseling Kelompok ... 19

1. Pengertian Layanan Konseling Kelompok ... 19

2. Tujuan Layanan Konseling Kelompok ... 21

3. Komponen dalam Layanan Konseling Kelompok ... 22

4. Asas Dalam Kegiatan Konseling Kelompok ... 27

4. Teknik Dalam Kegiatan Konseling Kelompok ... 27

6 Tahap Penyelenggara Layanan Konseling Kelompok ... 29

7. Evaluasi Kegiatan ... 34

7. Analisis Tindak Lanjut ... 34

(14)

III. METODE PENELITIAN ... 39

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

B. Metode Penelitian ... 39

C. Subjek Penelitian ... 41

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 44

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 46

G. Teknik Analisis Data ... 48

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

B. Gambaran Hasil Pra Konseling Kelompok ... 50

C. Deskripsi Data ... 51

D. Pelaksanaan Kegiatan Konseling Kelompok ... 53

E. Data Skor Subjek Sebelum dan Setelah Konseling Kelompok ... 65

F. Deskripsi Subjek Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 67

G. Perbedaan Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .. 100

H. Analisis Data Hasil Penelitian ... 101

I. Uji Hipotesis ... 102

J. Pembahasan ... 103

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 97

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Kriteria Kesulitan Belajar Siswa ... 52

4.2 Data Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 53

4.4 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 65

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Kriteria Kesulitan Belajar Siswa ... 52

4.2 Data Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 53

4.4 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 65

(17)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Penilaian Para Ahli Terhadap Indikator Dan Deskriptor Dari

Kisi-Kisi Instrument Skala Kesulitan Belajar ... 113

2. Blue Print Skala Kesulitan Belajar ... 116

3. Kisi-Kisi Skala Kesulitan Belajar ... 118

4. Skala Kesulitan Belajar ... 123

5. Laporan Proses dan Hasil Uji Coba Instrumen ... 126

6. Reliabilitas ... 131

7. Nilai Semester Siswa Kelas X ... 135

8. Kategori Kesulitan Belajar Siswa ... 142

9. Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 154

10. KriteriaIQ Siswa ... 155

11. Prosedur Pelaksanaan Konseling Kelompok ... 156

12. Satuan Layanan ... 181

13. Narasi Konseling ... 196

14. Uji Normalitas ... 229

15. Uji -T ... 230

16. Nilai Ulangan Blok Siswa ... 231

17. Tabel Harga Kritis distribusi t ... 234

18. Tabel Harga kritis distribusi t... 235

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 12

2.1 Tahap Pembentukan ... 30

2.2 Tahap Peralihan ... 31

2.3 Tahap Kegiatan ... 32

2.4 Tahap Pengakhiran ... 33

3.1 Nonequivalent control group design ... 40

4.3 Penurunan Kesulitan Belajar Putu Setelah Perlakuan ... 71

4.4 Penurunan Kesulitan Belajar Gede Setelah Perlakuan... 74

4.5 Penurunan Kesulitan Belajar Iklima Setelah Perlakuan... 77

4.6 Penurunan Kesulitan Belajar Siska Setelah Perlakuan ... 80

4.7 Penurunan Kesulitan Belajar Damar Setelah Perlakuan ... 83

4.8 Penurunan Kesulitan Belajar Melly Setelah Perlakuan ... 86

4.9 Penurunan Kesulitan Belajar Fadil Setelah Perlakuan ... 89

4.10 Penurunan Kesulitan Belajar Galih Setelah Perlakuan ... 92

4.11 Penurunan Kesulitan Belajar Birgita Setelah Perlakuan ... 94

4.12 Hasil Kesulitan Belajar Annis ... 95

4.13 Hasil Kesulitan Belajar Dani ... 96

4.14 Hasil Kesulitan Belajar Diamoniq ... 96

4.15 Hasil Kesulitan Belajar Eka ... 97

4.16 Hasil Kesulitan Belajar Hermawan ... 97

4.17 Hasil Kesulitan Belajar Jessi ... 98

4.18 Hasil Kesulitan Belajar Pasha ... 98

4.19 Hasil Kesulitan Belajar Siska ... 99

4.20 Hasil Kesulitan Belajar Vania ... 99

(19)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

1. Latar Belakang

Belajar merupakan permasalahan yang umum dibicarakan setiap orang, terutama

yang terlibat dalam dunia pendidikan. Belajar menekankan pada pembahasan tentang

siswa dan proses yang menyertainya dalam usaha mengadakan perubahan secara

kognitif, afektif, dan psikomotornya.

Menurut Slameto ( 2002 : 2 ), belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut dapat dilihat dari

prestasi belajar yang dicapainya. Jika prestasi belajar siswa tinggi maka proses

pembelajaran dikatakan berhasil. Namun, jika prestasi belajar siswa rendah dan tidak

sesuai dengan kriteria kelulusan yang telah ditentukan maka proses pembelajaran

(20)

2

Dalam kegiatan belajar, hasil yang diperoleh tidak senantiasa berhasil sesuai dengan

yang diharapkan, seringkali ada hal-hal yang mengakibatkan timbulnya kegagalan

atau kesulitan dalam belajar yang dialami oleh siswa sehingga siswa tidak mampu

mendapatkan prestasi yang baik. Dan pada kenyataannya, tidak sedikit siswa yang

mengalami hambatan untuk memperoleh hasil atau nilai yang baik pada pelajaran

tersebut. Hambatan siswa untuk mencapai hasil yang optimal dalam belajar itulah

yang disebut dengan kesulitan belajar.

Penyebab siswa mengalami kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor

intelegensi yang rendah akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor

non-intelegensi. Menurut Hallahan dan Kauffman (1991:127-128) mengemukakan bahwa

tiga faktor penyebab kesulitan belajar yaitu : 1) organis/biologis, 2) genetik . 3)

lingkungan. Sejalan dengan pendapat Cooney, Davis & Henderson (1975)

mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan belajar diantaranya 1) faktor

fisiologis, 2) faktor sosial, 3) faktor kejiwaan. 4) faktor intelektual, 5) faktor

kependidikan. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor

internal ( faktor fisiologis dan faktor psikologis ) dan faktor eksternal ( faktor sosial

dan faktor nonsosial ). Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu akan menjamin

keberhasilan belajar siswa.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMAN 1 Kotagajah, peneliti

akan melakukan penelitian pada kelas X karena terdapat siswa yang mengalami

(21)

3

(1) Banyak siswa yang memperoleh nilai ujian semester rendah, hal ini ditunjukkan

dengan rata-rata nilai yang diperoleh tidak mencapai kriteria yang ditentukan

yaitu 75

(2) Sebagian besar siswa tidak menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru,

hal ini terlihat ketika guru mengoreksi hasil ulangan siswa, jika siswa menguasai

materi yang disampaikan oleh guru maka siswa akan mampu mendapatkan nilai

yang baik.

(3) Siswa mudah putus asa dalam belajar. Hal ini ditunjukkan ketika siswa diberikan

soal latihan dan siswa tersebut tidak bisa mengerjakannya siswa lebih cenderung

tidak mau berusaha untuk bisa mengerjakannya, hal ini ditunjukkan dengan

sikapnya seperti mengobrol, mengganggu teman yang sedang belajar dan

malas-malasan dalam belajar, mudah mengantuk dan kurang konsetrasi dalam belajar.

(4) Siswa lambat dalam mengerjakan tugas. Hal ini ditunjukkan ketika guru

memberikan tugas setelah menjelaskan materi pelajaran , beberapa siswa lambat

dalam mengerjakan dan mengumpulkannya bahkan setelah guru mengoreksi

tugas tersebut terdapat soal yang tidak dikerjakan oleh siswa tersebut.

(5) Sebagian besar siswa banyak yang mengikuti kegiatan remedial. Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang tidak mendapatkan nilai sesuai

dengan kriteria kelulusan minimal yang telah ditentukan sehingga guru harus

memberikan remedial supaya siswa tersebut mampu mencapai nilai dengan

(22)

4

Menurut Kirk dan Gallagher (1989:187) secara garis besar, kesulitan belajar

dibedakan kedalam kategori besar, yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan

perkembangan ( developmental learning disabilities ) mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, serta kesulitan belajar dalam

penyesuaian perilaku sosial. Sedangkan kesulitan belajar akademik ( academic learning disabilities) adalah kesulitan belajar yang mencakup adanya kegagalan pencapaian prestasi akademik sesuai dengan kapasitas yang diharapkan dimana

rendahnya prestasi bukan disebabkan oleh keterbatasan mental, gangguan emosi yang

serius, gangguan sensori, atau keterasingan dari lingkungan. Berdasarkan penelitian

pendahuluan yang telah dilakukan, penelitian ini cenderung meneliti pada kesulitan

belajar akademik pada siswa kelas X karena banyak siswa mendapatkan prestasi

belajar yang rendah, hal ini terlihat pada nilai ujian semester yang diperoleh siswa

yang tidak memenuhi kriteria kelulusan minimal sesuai yang telah ditentukan

sekolah. Apabila kesulitan belajar ini tidak segera diatasi maka dapat mengakibatkan

siswa mendapatkan prestasi belajar yang rendah terus menerus.

Dengan ini perlu penanganan yang ekstra dari guru bidang studi.selain guru bidang

studi, guru pembimbing ( konselor ) memiliki peran besar dalam ikut serta mengatasi

kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam mengatasi kesulitan belajar yang

dialami siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok. Konseling

(23)

5

konseling kelompok adalah untuk membantu memecahkan masalah anggota

kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

Menurut Tohirin (2011:179 ),”layanan konseling kelompok mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi dan pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta

layanan.”

Dari pengertian tersebut maka konseling kelompok tepat digunakan untuk membantu

siswa dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya, kemudian mencari dan

memecahkan bersama-sama sebab-sebab siswa mengalami kesulitan belajar. Dengan

layanan konseling kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok, maka siswa

yang mengalami kesulitan belajar dapat secara mandiri mengetahui penyebab

kesulitan belajar yang dialaminya lalu anggota kelompok secara bersama-sama

menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. Hal ini dimaksudkan agar

kesulitan belajar yang dihadapi dapat diatasi sehingga siswa tersebut mampu

melaksanakan proses belajar secara optimal guna mendapatkan prestasi belajar yang

baik sesuai dengan kriteria kelulusan minimal yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan sebuah penelitian tentang

“Upaya mengatasi kesulitan belajar siswa dengan menggunakan layanan konseling

kelompok pada siswa kelas X SMAN 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran

(24)

6

2. Indentifikasi Masalah

Bedasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

(1) Banyak siswa memperoleh nilai yang rendah dalam ujian semester

(2) Sebagian besar siswa tidak menguasai bahan yang telah disampaikan oleh guru

(3) Siswa mudah putus asa dalam belajar

(4) Ada siswa yang lambat dalam mengerjakan tugas

(5) Beberapa siswa mengikuti kegiatan remedial

3. Pembatasan Masalah

Bedasarkan identifikasi masalah di atas, maka agar dalam penelitian ini tidak terjadi

penyimpangan yang tidak diinginkan penulis membatasi masalah mengenai “Upaya

mengatasi kesulitan belajar siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok

pada siswa kelas X SMAN 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran

2013/2014

4. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah maka masalah

dalam penelitian ini banyak siswa kelas X mengalami kesulitan belajar.

Permasalahannya adalah apakah kesulitan belajar pada siswa kelas X dapat diatasi

(25)

7

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa

kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling

kelompok.

2. Manfaat penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat antara lain :

1. Manfaat secara teoritis

Dari segi teoritis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu

tentang bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya layanan konseling kelompok.

2. Manfaat secara praktis

Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui siswa yang

mengalami kesulitan dalam belajar sehingga dapat membantu guru bidang studi dan

guru pembimbing dalam mengatasi kesulitan belajar siswa yang akhirnya dapat

memberikan hasil yang baik dalam proses belajar dan meningkatkan prestasi belajar

(26)

8

C. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih

jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah:

1. Ruang lingkup ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan konseling.

2. Ruang lingkup objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah mengatasi kesulitan belajar

siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok yang diberikan

konselor sekolah.

3. Ruang lingkup subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah

Lampung Tengah.

4. Ruang lingkup wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Kotagajah

Lampung Tengah.

5. Ruang lingkup waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran

2013/2014.

D.Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah dasar penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta hasil

(27)

9

Kerangka berpikir dapat disajikan dengan bagan yang menunjukkan alur pikiran

peneliti.

Dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah, untuk mendapatkan hasil dan prestasi

yang baik harus dilaksanakan secara sadar, sengaja, bertahap dan berkesinambungan.

Tetapi untuk mendapatkan hal tersebut tidaklah mudah dan terkadang terdapat

hambatan dalam mencapainya karena masih banyak siswa yang belum memiliki

kesadaran dalam mengikuti kegiatan belajar.

Pada kenyataannya setiap siswa memang berbeda saat mengikuti kegiatan belajar.

Ada siswa yang cepat, biasa, bahkan lambat dalam menangkap materi pelajaran.

Hambatan yang ditemukan pada siswa saat mengikuti pelajaran disebut dengan

kesulitan belajar. Masalah kesulitan belajar perlu mendapatkan perhatian dan

penanganan yang khusus dari pendidik terutama guru pembimbing.

Masalah dalam penelitian ini adalah kesulitan belajar akademik siswa, yaitu sebagian

besar siswa memperoleh nilai yang rendah, siswa tidak menguasai bahan yang telah

disampaikan oleh guru, siswa mudah putus asa dalam belajar, siswa lambat dalam

mengerjakan tugas, sebagian besar siswa banyak yang mengikuti kegiatan remedial.

Seharusnya siswa tersebut mampu mendapatkan nilai yang baik karena mereka

memiliki intelegensi normal/rata-rata yang terlihat dari hasil tes intelegensi yang telah

(28)

10

Menurut Irham dan Wiyani ( 2013 : 259 ) keberhasilan atau kegagalan siswa dalam

belajar adalah dilihat dari prestasi belajarnya. Siswa yang berhasil dalam belajar akan

menunjukkan prestasi bagus dalam bentuk penguasaan terhadap bahan dan materi

pelajaran yang telah diberikan oleh guru yang dapat dilihat pada tingginya perolehan

nilai ujian atau hasil evaluasi yang dicapai. Sebaliknya, siswa yang belum berhasil

dan mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran akan ditandai dengan

rendahnya nilai ujian yang diperoleh. Maka dari itu kesulitan belajar yang dialami

siswa harus segera diatasi karena jika kesulitan belajar siswa dibiarkan tanpa diberi

penanganan dari guru bidang studi dan konselor maka dapat menghambat siswa

dalam mencapai prestasi yang baik di sekolahnya, dan tentu saja dapat membuat

siswa tersebut memiliki prestasi yang semakin rendah. Sedangkan menurut Derek

Wood dkk ( Irham dan Wiyani, 2013:257 ) mengungkapkan bahwa kesulitan belajar

siswa akan berdampak pada kehidupan siswa yang bersangkutan. Artinya, kesulitan

belajar yang dialami siswa akan berpengaruh terhadap aktivitas siswa, baik di

sekolah, rutinitas keseharian, kehidupan keluarga, hubungan dengan teman sebaya

bahkan dalam persahabatan dan bermain. Dengan demkian kesulitan belajar akan

menghambat proses belajar siswa yang ada akhirnya akan berdampak pada

aspek-aspek kehidupan yang lain.

Adapun dalam memberikan bantuan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa, peneliti

menggunakan layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok digunakan

untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dikarenakan dalam konseling kelompok

(29)

11

Layanan konseling kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta memperoleh kesempatan untuk membahas dan mengentaskan

permasalahan yang dialami siswa melalui dinamika kelompok.

Sukardi dan Kusumawati (2008:79) menyatakan bahwa “ Konseling kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika yang terjadi didalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan Masalah-masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan ( pribadi, belajar, social, dan karier). Seperti dalam konseling perorangan, setiap angggota kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya. Masalah-masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok, masalah demi masalah satu persatu

tanpa terkecuali sehingga semua masalah terbicarakan.”

Berdasarkan pendapat tersebut maka konseling kelompok tepat digunakan sebagai

salah satu bentuk layanan untuk mengatasi masalah kesulitan belajar siswa karena

permasalahan yang dapat diselesaikan melalui konseling kelompok mencakup

masalah dalam segenap bidang bimbingan ( belajar, pribadi, sosial dan karir ),

sedangkan masalah kesulitan belajar adalah sebuah permasalahan pada bidang

bimbang belajar. Dalam konseling kelompok, adanya dinamika kelompok sangat

membantu anggota dalam meneleaikan masalah kesulitan belajar yang dihadapi.

Menurut Prayitno ( Kurnanto, 2013:123 ) mengemukakan :

“Secara khusus, dinamika kelompok dapat dimanfaatkan unuk pemecahan masalah pribadi para anggota kelompok, yaitu apabila interaksi dalam kelompok itu difokuskan pada pemecahan masalah pribadi yang dimaksdkan. Dalam suasana seperti ini melaalui dinamika kelompok yang berkembang masing-masin anggota kelompok akan menyumbang baik langsung maupun

tidak langsung dalam pemecahan masalah tersebut “.

Berdasarkan pendapat tersebut melalui konseling kelompok yang memanfaatkan

(30)

12

dapat mengetahui penyebab dan dapat menyelesaikan bersama-sama permasalahan

kesulitan belajar . Dengan konseling kelompok maka pemimpin kelompok/konselor

dapat bekerja sama dengan guru bidang studi supaya hasil yang diharapkan dalam

mengatasi kesulitan belajar siswa dapat optimal. Diperkuat dengan tujuan dari

konseling kelompok. Menurut Prayitno (2004:4) tujuan dari konseling kelompok

adalah terkembangnya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap terarah pada tingkah

laku khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi; terpecahnya masalah individu

yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi

individu- individu lain yang menjadi peserta layanan. Maka dari itu, melalui

konseling kelompok diharapkan siswa dapat mengatasi kesulitan belajar yang

dihadapinya dan memecahkan masalah tersebut secara bersama-sama

Berikut ini adalah kerangka pikir dari penelitian ini:

Gambar 1.1 . Kerangka Pikir Penelitian Kesulitan Belajar

Siswa Tinggi

Konseling Kelompok

(31)

13

E. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian seperti terbukti melalui data yang terkumpul ( Arikunto, 2006:71).

Hipotesis yang peneliti ajukan adalah bahwa kesulitan belajar siswa dapat diatasi

dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri

1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan hipotesis penelitian diatas, penulis mengajukan hipotesis statistik

penelitian ini sebagai berikut :

Ha : Kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling

kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun

pelajaran 2013/2014.

Ho : Kesulitan belajar siswa tidak dapat diatasi dengan menggunakan layanan

konseling kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung

(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesulitan Belajar

1. Pengertian Belajar.

Terdapat beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli, diantaranya :

Asri ( Irham & Wiyani, 2013:117) Belajar merupakan suatu proses internal yang

mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi. Selain itu R.S Chauhan ( Prawira 2011:227) mengemukakan bahwa belajar adalah membawa perubahan-perubahan

dalam tingkah laku dari organisme ( learning is a relatively enduring change in behavior which is a function of prior behavior, usually called practice )

Sedangkan menurut Suryabrata (Irham dan Wiyani, 2013:118), definisi belajar selalu

mencakup beberapa point penting sebagai berikut :

a. Proses belajar selalu membawa perubahan perilaku, baik kognitif, afektif,

maupun psikomotorik.

b. Pada dasarnya yang dimaksud perubahan tersebut pokoknya adalah proses

mendapatkan kecakapan atau keterampilan baru.

c. Adanya perubahan tersebut karena dilakukan secara sadar dan penuh usaha.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada

(33)

15

bentuk, seperti perubahan pengetahuan, keterampilan, dan pemahamannya terhadap

sesuatu yang dilakukan secara sadar dan penuh usaha.

2. Definisi Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris learning disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Berikut ini definisi

kesulitan belajar menurut para ahli :

Rumini dkk (Irham dan Wiyani, 2013:254) mengemukakan bahwa kesulitan belajar

merupakan kondisi saat siswa mengalami hambatan-hambatan tertentu untuk

mengikuti proses pembelajaran dan mencapai hasil belajar secara optimal.

Kesulitan belajar adalah hal-hal atau gangguan yang mengakibatkan kegagalan atau

setidaknya menjadi gangguan yang dapat menghambat kemajuan belajar. ( Hamalik,,

1983:112).

Sejalan dengan pendapat diatas menurut Blassic & Jones (Irham & Wiyani

2013:253), kesulitan belajar yang dialami siswa menunjukkan adanya kesenjangan

atau jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang

dicapai oleh siswa pada kenyataannya ( prestasi aktual ).

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan

hambatan yang dialami oleh siswa dalam proses belajar yang menyebabkan siswa

(34)

16

3.Klasifikasi Kesulitan Belajar

Menurut Abdurrahman (2003:11) Secara garis besar kesulitan belajar dapat

diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu :

1. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan ( developmental learning disabilities ) yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa

dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.

2. Kesulitan belajar akademik ( academic learning disabilities ) yaitu kesulitan belajar yang mencakup adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik

yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut

mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, atau matematika.

Kesulitan yang dikaji dalam penelitian ini adalah kesulitan belajar akademik saja

yaitu tentang prestasi atau kemampuan akademik dimana dalam hal ini siswa

memiliki intelegensi tidak dibawah rata-rata namun mendapatkan prestasi belajar

(35)

17

4. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Ahmadi dan Supriyono (Irham & Wiyani, 2013:264-265), menjelaskan faktor-faktor

penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu berikut

ini:

1. Faktor intern ( faktor dari dalam diri manusia itu sendiri ) yang meliputi : a. Faktor fisiologi

Faktor fisiologis yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan belajar pada siswa seperti kondisi siswa yang sedang sakit, kurang sehat, adanya kelemahan atau cacat tubuh dan sebagainya.

b. Faktor psikologi

Faktor psikologi siswa yang dapat menyebabkan kesulitan belajar meliputi tingkat intelegensi pada umumnya rendah, bakat terhadap mata pelajaran rendah, minat belajar yang kurang, motivasi yang rendah, dan kondisi kesehatan mental yang kurang baik.

2. Faktor ekstern ( faktor dari luar manusia ) meliputi : a. Faktor-faktor non-sosial.

Faktor non social yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat berupa peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau bahkan kurang lengkap, kondisi ruang belajar atau gedung yang kurang layak, kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa, waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang disiplin, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor sosial.

Faktor-faktor sosial yang juga dapat menyebabkan munculnya permasalahan pada siswa seperti faktor keluarga, faktor sekolah, teman bermain, dan lingkungan masyarakat yang lebih luas.

Faktor sosial lainnya yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa adalah

faktor guru. Menurut Ahamadi dan Supriyono ( Irham dan Wiyani, 2013:266),

kondisi guru yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa adalah

sebagai berikut:

1). Guru yang kurang mampu dalam menentukan mengampu mata pelajaran dan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan

2). Pola hubungan guru dengan siswa yang kurang baik, seperti suka marah, tidak pernah senyum, sombong, tidak pandai menerangkan, pelit, dsb.

(36)

18

Sejalan dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono ( Irham dan Wiyani, 2013:266) bahwa

“faktor penyebab kesulitan belajar siswa yaitu sikap siswa terhadap belajar, motivasi belajar siswa, konsentrasi belajar siswa, bagaimana siswa mengolah bahan ajar, kemampuan siswa menyimpan perolehan hasil belajar, proses siswa dalam menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan siswa untuk berprestasi dan unjuk kerja, rasa percaya diri, intelegansi dan keberhasilan siswa, kebiasaan belajar siswa, serta cita-cita siswa. Sementara faktor eksternal yang berpengaruh meliputi : 1) guru sebagai Pembina siswa, 2) sarana dan prasarana pembelajaran, 3) kebijakan penilaian, 4) lingkungan social siswa di sekolah, dan 5) kurikulum sekolah. “

Menurut Kirk dan Gallagher ( 1989:197) mengemukakan bahwa terdapat empat

faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar yaitu :

1. Kondisi fisik, yang meliputi gangguan visual, gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan dan orientasi ruang, body image yang rendah, hiperaktif, serta kurang gizi.

2. Lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah yang kurang menguntungkan bagi anak akan menghambat perkembangan sosial, psikologis dan pencapaian prestasi akademis.

3. Faktor motivasi dan afeksi, kedua factor ini dapat dapat memperberat anak yang mengalami kesulitan belajar, anak yang selalu gagal pada satu atau beberapa mata pelajaran cenderung menjadi tidak percaya diri, mengabaikan tugas dan rendah diri. Sikap ini akan mengurangi motivasi belajar dan muncul perasaan-perasaan negative terhadap hal-hal yang berhubungan dengan sekolah. Kegagalan ini dapat membentuk pribadi anak menjadi seorang pelajar yang pasif.

4. Kondisi Psikologis, kondisi psikologis ini meliputi gangguan perhatian, persepsi visual, persepsi pendengaran, persepsi motorik, ketidakmampuan berfikir, dan lambat dalam kemampuan berbahasa.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kesulitan

belajar dibedakan menjadi 2 yaitu internal dan eksternal. Faktor kesulitan belajar

internal disebabkan dari dalam siswa sendiri sedangkan faktor eksternal berasal dari

luar dirinya seperti keluarga, lingkungan masyarakat, teman, dan sekolah. Faktor

tersebut adalah penghambat siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik yang

(37)

19

5. Gejala-gejala Kesulitan Belajar.

Menurut Ahmadi dan Supriyono ( 2013:94), beberapa gejala sebagai pertanda adanya

kesulitan belajar :

1.Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas.

2.Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha keras tetapi nilainya selalu rendah.

3.Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam semua hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.

4.Menunjukkan sikap yang kurang wajar.

5.Anak didik menunjukkan tingkah laku yang berlainan.

Gejala-gejala tersebut harus diketahui oleh guru supaya guru dapat membantu siswa

yang mengalami kesulitan belajar. Dari gejala tersebut maka guru dapat bekerja sama

dengan guru bimbingan konseling untuk mengetahui faktor apa saja yang

menyebabkan siswa mengalami gejala kesulitan belajar.

B. Layanan Konseling Kelompok

1. Pengertian Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok merupakan layanan yang mengikutkan sejumlah

peserta dalam bentuk kelompok, dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan

kelompok. Konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas

masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Masalah

pribadi itu dibahas melalui suasana dinamika kelompok yang intens dan konstruktif,

(38)

20

konseling kelompok dapat diselenggarakan dimana saja, di dalam ruangan ataupun di

luar ruangan, di sekolah atau di luar sekolah, di rumah salah seorang peserta atau di

rumah konselor. Dimanapun layanan konseling kelompok ini dilakukan harus

terjamin bahwa dinamika kelompok dapat berkembang dengan sebaik-baiknya untuk

mencapai tujuan kelompok. Sukardi dan Kusumawati (2008:79) mengatakan bahwa:

“ Konseling kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu. masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan ( yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier). Seperti dalam konseling perorangan, setiap anggota, kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya. Masalah-masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok, masalah demi masalah satu persatu tanpa kecuali sehingga semua masalah terbicarakan.

Sedangkan menurut Harrison (Kurnanto, 2013:7) Konseling kelompok adalah

konseling yang terdiri dari 4-8 konseli yang bertemu dengan 1-2 konselor yang dalam

prosesnya konseling kelompok dapat membicarakan beberapa masalah, seperti

kemampuan dalam membangun hubungan komunikasi, pengembangan harga diri dan

keterampilan-keterampilan dalam mengatasi masalah.

Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Nurihsan ( Kurnanto, 2013:7) yang

mengatakan bahwa konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam

situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada

(39)

21

Berdasarkan pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwa:

Konseling kelompok merupakan suatu usaha pemberian bantuan yang diberikan

kepada sekelompok individu dengan dipimpin oleh konselor sebagai pemimpin

kelompok kepada individu yang membutuhkan agar individu tersebut mampu

mengatasi masalahnya secara mandiri dan mampu menyesuaikan diri terhadap

lingkungan yang ada di sekitarnya dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

2. Tujuan Layanan Konseling Kelompok

Konseling kelompok ditujukan untuk memecahkan masalah klien serta

mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Menurut Prayitno (2004:4) tujuan

layanan konseling kelompok yaitu:

“ Terkembangnya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap terarah pada tingkah laku

khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi; terpecahnya masalah individu yang

bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu-

individu lain yang menjadi peserta layanan”.

Sementara itu menurut Winkel ( Kurnanto 2013:10 ), konseling kelompok dilakukan

dengan beberapa tujuan, yaitu :

1. Masing-masing anggota kelompok memahami dirinya dengan baik dan menemukan dirinya sendiri.

2. Para anggota kelompok mengembangkan kemampuan berkomunikasi satu sama lain sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas pada fase perkembangan mereka.

3. Para anggota kelompok memperoleh kemampuan pengatur dirinya sendiridan mengarahkan hidupnya sendiri.

(40)

22

5. Masing-masing anggota kelompok menetapkan suatu sasaran yang ingin mereka capai, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih konstruktif.

6. Para anggota kelompok lebih berani melangkah naju dan menerima resiko yang wajar dalam bertindak.

7. Para anggota kelompok lebih menyadari dan menghayati makna kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama.

8. Masing-masing anggota kelompok semakin menyadari bahwa hal-hal yang memprihatinkan bagi dirinya sendiri kerap juga menimbulkan rasa prihatin dalam hati orang lain.

9. Para anggota kelompok belajar berkomunikasi dengan anggota yang lain secara terbuka dengan saling menghargai dan menaruh perhatian.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pencapaian tujuan

yang jelas dalam kegiatan layanan konseling kelompok, dimana masalah yang

dialami anggota kelompok dapat diselesaikan secara bersama anggota kelompok

dalam komunikasi secara terbuka dan saling menghargai satu sama lain agar kegiatan

dapat terarah dan dapat dilaksanakan secara optimal.

3. Komponen dalam Layanan Konseling Kelompok

Menurut Prayitno (2004:4-12) Dalam layanan konseling kelompok berperan dua

pihak, yaitu pemimpin kelompok dan peserta atau anggota kelompok.

1.Pemimpin kelompok

Pemimpin kelompok (PK) adalah konselor yang terlatih dan berwenang

menyelenggarakan praktik konseling profesional.

a.Karakteristik Pemimpin Kelompok

Untuk menjalankan tugas dan kewajiban profesionalnya pemimpin kelompok adalah

(41)

23

1) mampu membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi dinamika

kelompok dalam suasana interaksi antara anggota kelompok yang bebas, terbuka

dan demokratik, konstruktif, saling mendukung dan meringankan beban,

menjelaskan, memberikan pencerahan, memberikan rasa nyaman,

menggembirakan, dan membahagiakan; serta mencapai tujuan bersama

kelompok.

2) berwawasan luas dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani,

meningkatkan, memperluas dan mensinergikan konten bahasan yang tumbuh

dalam aktifitas kelompok.

3) memiliki kemampuan hubungan antar-personal yang hangat dan nyaman, sabar

dan memberi kesempatan, demokratik dan tidak antagonistik dalam mengambil

kesimpulan dan keputusan, tanpa memaksakan dalam ketegasan dan kelembutan,

jujur dan tidak berpura-pura, disiplin dan kerja keras.

Keseluruhan karakteristik di atas membentuk Pemimpin Kelompok yang berwibawa

di hadapan dan di tengah-tengah kelompoknya. Kewibawaan ini harus dapat

dirasakan secara langsung oleh para anggota kelompok. Dengan kewibawaan itu

Pemimpin Kelompok, menjadi panutan bertingkah laku dalam kelompok, menjadi

pengembang dan pensinergian konten bahasan, serta berkualitas yang mendorong

pengembangan dan pemecahan masalah yang dialami para peserta kelompok.

b.Peran Pemimpin Kelompok

Dalam mengarahkan suasana kelompok melaui dinamika kelompok, pemimpin

(42)

24

1) pembentukan kelompok dari sekumpulan (calon) peserta (terdiri atas 8-10 orang),

sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok yang mampu secara aktif

mengembangkan dinamika kelompok, yaitu:

a) terjadinya hubungan antara-anggota kelompok, menuju keakraban di antara

mereka

b) tumbuhnya tujuan bersama di antara anggota kelompok, dalam suasana keakraban

c) berkembangnya itikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok

d) terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota kelompok, sehingga mereka

masing-masing mampu berbicara.

e) terbinanya kemandirian kelompok, sehingga kelompok ini berusaha dan mampu

“tampil beda” dari kelompok lain.

2.Anggota Kelompok

Tidak semua kumpulan orang atau individu dapat dijadika anggota konseling

kelompok. Untuk terselenggaranya konseling kelompok seorang konselor perlu

membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok. Besarnya kelompok

(jumlah anggota kelompok), dan homogenitas/heterogenitas anggota kelompok dapat

mempengaruhi kinerja kelompok.

a.Besarnya Kelompok

Kelompok yang terlalu kecil, misalnya 2-3 orang akan mengurangi efektifitas

konseling kelompok. Kedalaman dan variasi pembahasan menjadi terbatas, karena

sumbernya (yaitu para anggota kelompok) memang terbatas. Disamping itu dampak

(43)

25

mengurangi makna keuntungan ekonomis konseling kelompok. Hal ini tidak berarti

bahwa konseling kelompok yang beranggotakan 2-3 orang saja; dapat, tetapi kurang

efektif.

Sebaliknya kelompok yang terlalu besar juga kurang efektif. Karena jumlah peserta

yang terlalu banyak, maka partisipasi aktif individual dalam dinamika kelompok

menjadi kurang intensif; kesempatan berbicara, dan memberikan/menerima

“sentuhan” dalam kelompok kurang, padahal melalui sentuhan-sentuhan dengan

frekuensi tinggi itulah individu memperoleh manfaat langsung dalam layanan

konseling kelompok. Kekurang efektifan kelompok akan mulai terasa jika jumlah

anggota kelompok melebihi 10 orang.

b.Homogenitas/Heterogenitas Kelompok

Perubahan yang intensif dan mendalam memerlukan sumber-sumber yang bervariasi

untuk membahas suatu topic atau memecahkan masalah tertentu. Dalam hal ini

anggota kelompok yang homogen kurang efektif dalam konseling kelompok.

Sebaliknya, anggota kelompok yang heterogen akan menjadi sumber yang lebih kaya

untuk pencapaian tujuan layanan.

Heterogenitas yang dimaksudkan tentu bukan asal beda. Untuk tingkat perkembangan

atau pendidikan, hendaklah jangan dicampur siswa SD dan SLTP atau SLTA dalam

satu kelompok. Demikian juga orang dewasa dengan anak-anak dalam satu

kelompok. Dalam kedua aspek ini diperlukan kondisi yang relative homogeny untuk

(44)

26

Setelah homogenitas relative terpenuhi, maka kondisi heterogen diupayakan,

terutama terkait dengan permasalahan yang hendak dibahas dalam kelompok. Apabila

yang hendak dibahas adalah permasalahan “ tinggal kelas” misalnya, maka peserta

kelompok hendaklah campuran dari mereka yang tinggal kelas dan tidak tinggal

kelas. Dengan kondisi seperti itu, mereka yang tinggal kelas akan mendapat bahasan

dan masukan dari mereka yang tidak tinggal kelas, sedangkan mereka yang tidak

tinggal kelas dapat bersimpati kepada sejawat yang tinggal di satu sisi, dan sisi lain

dapat mengantisipasi serta meneguhkan diri untuk tidak tinggal kelas. Demikian juga

untuk berbagai permasalahan, memerlukan kondisi heterogenitas anggota kelompok

dalam layanan konseling kelompok.

c.Peranan Anggota Kelompok

Peran anggota kelompok (AK) dalam layanan konseling kelompok bersifat dari, oleh, dan untuk para anggota kelompok itu sendiri. Masing-masing anggota kelompok beraktifitas langsung dan mandiri dalam bentuk:

a) Mendengar, memahami, dan merespon dengan tepat dan positif (3-M).

b) Berpikir dan berpendapat

c) Menganalisis, mengkritisi, dan beragumentasi

d) Merasa, berempati dan bersikap

(45)

27

4. Asas Dalam Kegiatan Konseling Kelompok

Menurut Munro, Manthei & Small ( Prayitno, 2004:13 ) mengemukakan bahwa

kerahasiaan, kesukarelaan, dan keputusan diambil oleh klien sendiri merupakan tiga

etika dasar konseling.

1. Kerahasiaan

Segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya boleh diketahui oleh anggota kelompok dan tidak disebarluaskan ke luar kelompok.

2. Kesukarelaan

Kesukarelaan anggota kelompok dimulai sejak awal rencana pembentukan kelompok oleh konselor. Kesukarelaan terus menerus dibina melalui upaya pemimpin kelompok mengembangkan syarat-syarat kelompok yang efektif dan penstrukturan tentang layanan konsling kelompok

3.Asas-asas Lain

Dinamika kelompok dalam layanan konseling kelompok semakin intensif dan efektif apabila semua anggota kelompok secara penuh menerapkan asas kegiatan dn keterbukaan. Mereka secara aktif dan terbuka menampilkan diri tanpa rasa takut, malu ataupun ragu. Asas kekinia memberikan isi actual dalam pembahasan yang dilakukan, anggota kelompok diminta mengemukakan hal-hal yang terjadi dan berlku sekarang ini. Asas kenormatifan dipraktikan berkenaan dengan cara-cara berkomunikasi dan bertatakrama dalam kegiatan kelompok, dan dalam mengemas isi bahasan. Sedangkan asas kehlian diperlihatkan oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan kelompok dalam mengembangkan proses dan isi pembahasan secara keeluruhan.

5.Teknik Dalam Kegiatan Konseling Kelompok

a.Teknik Umum : Pengembangan Dinamika Kelompok

Secara umum, teknik-teknik yang digunakan oleh pemimpin kelompok dalam

melaksanakan konseling kelompok mengacu kepada berkembangnya dinamika

kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok, dalam rangka mencapai

(46)

28

1. Komunikasi multiarah secara efektif dinamis dan terbuka.

2. Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan,

diskusi, analisis, pengembangan argumentasi.

3. Dorongan minimal untuk memantapkan respon dan aktivitas anggota

kelompok.

4. Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk memantapkan analisis,

argumentasi, dan pembahasan.

5. Pelatihan untuk membentuk tingkah laku baru yang dikehendaki.

b. Permainan Kelompok

Dalam melakukan konseling kelompok seringkali dilakukan permainan kelompok,

baik sebagai selingan maupun wahana yang memuat materi pembinaan tertentu.

Permainan kelompok yang efektif bercirikan :

1. Sederhana.

2. Menggembirakan.

3. Menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan.

4. Meningkatkan keakraban.

5. Diikuti oleh semua anggota kelompok.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disipmulkan bahwa dengan adanya teknik dalam

kegiatan layanan konseling kelompok akan membuat dinamika kelompok menjadi

berkembang serta keakraban antar anggota dapat terjalin dengan baik karena dalam

teknik tersebut terdapat sebuah permainan kelompok yang bertujuan untuk

(47)

29

berlangsung maka setiap anggota kelompok dapat mengungkapkan permasalahan

yang dihadapinya tanpa ragu-ragu.

5.Tahap penyelenggara layanan konseling kelompok

Ada empat (4) tahap yang harus dilaksanakan dalam layanan konseling kelompok,

yaitu:

a.Tahap Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan

diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota

saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan, cara, asas-asas da nada

permainan untuk mengakrabkan suasana kelompok dan terdapat harapan-harapan

yang diinginkan untuk dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh

anggota.

b.Tahap Peralihan

Tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya yang

lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok.

c.Tahap Kegiatan

Tahap ini merupakan tahapan “ kegiatan inti “ untuk mengentaskan masalah pribadi

anggota kelompok.

d. Tahap Pengakhiran

Tahapan akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai

(48)

30

Gambar 2.Tahap Pembentukan dalam Layanan Konseling Kelompok

Gambar 2.1 Tahap Pembentukan

Gambar 2.1 Tahap Pembentukan TAHAP I

PEMBENTUKAN

Tema : - Pengenalan diri

- Pelibatan diri

2. Menjelaskan (a) cara-cara, dan (b) asas-asas kegiatan kelompok.

1. Angggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka konseling kelompok.

2. Tumbuhnya suasana kelompok. 3. Tumbuhnya minat anggota mengikuti

kegiatan kelompok.

4. Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima, dan membantu diantara para anggota.

5. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka.

6. Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam kelompok.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK:

1. Menampilkan doa untuk mengawali kegiatan. 2. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka.

3. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati.

(49)

31

Gambar 3. Tahap Peralihan dalam Layanan Konseling Kelompo

Gambar 2.2 . Tahap Peralihan TAHAP II

PERALIHAN

Tema : Pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga

Tujuan:

1. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya.

2. Makin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan.

3. Makin mantapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok.

Kegiatan :

1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya. 2. Menawarkan sambil mengamati

apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga). 3. Membahas suasana yang terjadi. 4. Meningkatkan kemampuan

keikutsertaan anggota.

5. Kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan).

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK:

1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.

2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil

alih kekuasaan atau permasalahan.

3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.

(50)

32

a. Tahap Pengakhiran

Gambar 2.3 . Tahap Kegiatan

Gambar 2.3 . Tahap Kegiatan TAHAP III KEGIATAN

(Dalam Konseling Kelompok) Pembahasan Masalah Klien

Tema : Kegiatan pencapaian tujuan, yaitu pembahasan masalah klien

Tujuan:

1. Setiap anggota kelompok mengemukakan masalah pribadi yang perlu mendapat bantuan kelompok untuk pengentasannya.

2. Kelompok memilih masalah mana yang hendak dibahas dan dientaskan pertama, kedua, ketiga, dst.

3. Klien (anggota kelompok yang masalahnya dibahas) memberikan gambaran yang lebih rinci masalah yang dialaminya.

4. Seluruh anggota kelompok ikut serta membahas masalah klien melalui berbagai cara, seperti bertanya,

menjelaskan, mengkritisi, memberi contoh, mengemukakan pengalaman pribadi, menyarankan. 5. Klien setiap kali diberi kesempatan untuk merespon

apa-apa yang ditampilkan oleh rekan-rekan kelompok. 6. Kegiatan selingan.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK:

1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka. 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara.

(51)

33

Gambar 2.4. Tahap Pengakhiran

Gambar 2.4 . Tahap Pengakhiran

TAHAP IV

PENGAKHIRAN

Tema : Penilaian dan Tindak Lanjut

Tujuan: bahwa kegiatan akan segera diakhiri. 2. Peminpin kelompok dan anggota

mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.

3. Membahas kegiatan lanjutan. 4. Mengemukakan pesan dan harapan.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK:

1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas, dan terbuka.

2. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota. 3. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut.

(52)

34

6. Evaluasi Kegiatan

Penilaian kegiatan konseling kelompok tidak ditujukan pada “hasil belajar” yang

berupa penguasaan pengetahuan ataupun keterampilan yang diperoleh para peserta,

melainkan diorientasikan pada pengembangan pribadi klien dan hal-hal yang

dirasakan oleh mereka berguna.Dalam konseling kelompok, penilaian hasil kegiatan

dapat diarahkan secara khusus kepada peserta yang masalahnya dibahas.Peserta

tersebut diminta mengungkapkan sampai seberapa jauh kegiatan kelompok telah

membantunya memecahkan masalah yang dialaminya.

7. Analisis Tindak Lanjut

Analisis dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta

dan seluk beluk penyelenggara layanan. Dari sini akan dikaji apakah hasil

pembahasan/pemecahan masalah sudah tuntas atau masih ada aspek yang belum

dijangkau dalam pembahasan tersebut. Dalam analisis, konselor sebagai pemimpin

kelompok perlu meninjau kembali secara cermat hal-hal tertentu yang perlu

diperhatikan seperti: penumbuhan dan jalannya dinamika kelompok, peranan dan

aktivitas sebagai peserta, homogenitas/heterogenitas anggota kelompok, kedalaman

dan keluasan pembahasan, kemungkinan keterlaksanaan alternatif pemecahan

masalah yang dimunculkan dalam kelompok, dampak pemakaian teknik tertentu oleh

pemimpin kelompok, dan keyakinan penerapan teknik-teknik baru, masalah waktu,

tempat, dan bahan acuan, perlu narasumber lain dan sebagainya. Dengan demikian,

(53)

35

C. Keterkaitan Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Dengan Menggunakan Layanan Konseling Kelompok

Masalah-masalah yang dapat diselesaikan dalam bimbingan konseling meliputi

empat bidang, yaitu bidang pribadi, sosial, belajar dan karir.Kesulitan belajar

siswa merupakan salah satu masalah yang dialami siswa di bidang belajar. Hal

tersebut sealan dngan pendapat

Sukardi dan Kusumawati (2008:79) yang menyatakan bahwa “ Konseling

kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika yang terjadi didalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan Masalah-masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan ( pribadi, belajar, social, dan karier). Seperti dalam konseling perorangan, setiap angggota kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya. Masalah-masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok, masalah demi masalah satu persatu

tanpa terkecuali sehingga semua masalah terbicarakan.”

Kesulitan belajar pada intinya merupakan sebuah permasalahan yang

menyebabkan seorang siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan

baik seperti siswa lain pada umumnya yang disebabkan faktor-faktor tertentu

sehingga ia terlambat atau bahkan tidak dapat mencapai tujuan belajar dengan

baik sesuai dengan yang diharapkan.

Faktor kesulitan belajar yang dialami siswa disebabkan oleh banyak faktor

seperti faktor-faktor fisiologis, psikologis, sarana dan prasarana dalam belajar

(54)

36

Dalam penelitian ini sasaran yang dituju adalah siswa kelas X SMA Negeri 1

Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014, dimana siswa tersebut

menunjukkan gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan belajar dalam

diri siswa tersebut. Gejala-gejala yang ditunjukkan siswa tersebut antara lain

menunjukkan prestasi belajar rendah, hasil belajar atau prestasi belajar yang

diperoleh tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, siswa lambat dalam

melakukan tugas-tugas belajar, siswa menunjukkan sikap yang tidak atau kurang

wajar selama proses pembelajaran, dan menunjukkan perilaku menyimpang.

Berdasarkan gejala-gejala yang ditunjukkan oleh siswa tersebut maka siswa

tersebut perlu bantuan dari pihak lain terutama guru pembimbing untuk

mengatasi kesulitan belajarnya. Dan dalam membantu permasalahan yang

dialami siswa dapat efektif jika menggunakan layanan konseling kelompok.

Menurut Sukardi (2000:58), “Layanan konseling kelompok yaitu layanan

bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh

kesempatan untuk pembahasan dan penuntasan permasalahan yang dialaminya

melalui dinamika kelompok”.

Keterkaitan antara kesulitan belajar dan konseling kelompok tampak jelas dalam

pelaksanaan konseling kelompok. Dalam pelaksanaan konseling kelompok

terdapat suatu keadaan yang membangun suasana menjadi lebih aktif dan lebih

bersahabat, keadaan itu adalah dinamika kelompok.Dengan adanya dinamika

kelompok itulah siswa mengembangkan diri dan memperoleh banyak

(55)

37

Menurut Prayitno (2004:4) tujuan layanan konseling kelompok yaitu:

“ Terkembangnya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap terarah pada tingkah

laku khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi; terpecahnya masalah

individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah

tersebut bagi individu- individu lain yang menjadi peserta layanan”.

Keuntungan itu diperoleh dengan cara siswa berperan aktif dan terlibat dalam

pemecahan permasalahan yang sedang dibahas dalam kelompok. Keterlibatan itu

dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam memberikan tanggapan, masukan

serta ide-ide mengenai permasalahan yang dibahas.Dengandemikian di dalam

konseling kelompok tercipta pemecahan yang relevan dari pemikiran siswanya

sendiri berdasarkan kumpulan pendapat/ide dari anggota kelompok.

Dipertegas dengan pendapat Nurihsan (Kurnanto 2013:9) mengenai fungsi

layanan konseling kelompok, yaitu :

“Konseling kelompok bersifat pencegahan dan penyembuhan.Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa individu yang dibanyu mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secara wajar di masyarakat. Sedangkan, konseling kelompok bersifat penyembuhan dalam pengertian membantu individu untuk dapat keluar dari persoalam yang dialaminya dengan cara memberikan kesempatan, dorongan juga pengarahan kepada individu untuk mengubah sikap dan perilakunya agar selaras dengan

lingkungannya. “

Melihat fungsi layanan konseling kelompok, dapat diketahui bahwa salah satu

fungsi dari konseling kelompok adalah membantu individu untuk dapat keluar

dari persoalan yang dialaminya sehingga sekiranya konseling kelompok dapat

(56)

38

dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi kesulitan belajar melalui layanan

konseling kelompok merupakan salah satu penanganan masalahbelajar siswa

yang dilakukan dalam suasana kelompok yang merupakan bagian dari bimbingan

(57)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kotagajah yang berlokasi di Jalan SMA

Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah. Waktu penelitian ini adalah pada tahun

pelajaran 2013/2014.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen, yaitu

metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2010).

Sedangkan untuk desain penelitian, peneliti menggunakan Quasi Experimental Designs dengan bentuk desain yang digunakan adalah nonequivalent control group design. Terdapat dua kelompok yang digunakan pada penelitian ini yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perbedaan antara kelompok

eksperimen dan kontrol yaitu jika pada kelompok eksperimen setelah dilakukan

pretest subjek diberikan perlakuan berupa konseling kelompok lalu diberikan

Gambar

Gambar 1.1 . Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 2.Tahap Pembentukan dalam Layanan Konseling Kelompok 3. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan
Gambar 2.2 . Tahap Peralihan
Gambar 2.3 . Tahap Kegiatan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan : Dalam abomasum ini makanan dicerna secara kimiawi oleh enzim-enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan hewan

Pemesanan Barang (Order) Sistem Biaya Prosedur Kebijakan Konsumen (Distributor) Waktu pemesanan terbatas Pemesanan terbatas Prosedur pemesanan yang sulit Pencatatan pesanan

Pengoperasian alat tangkap huhate target utamanya ikan cakalang. Huhate adalah jenis alat tangkap yang terdiri dari joran, tali pancing, dan mata pancing yang tidak

Di dalam praktiknya, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi cara guru melaksanakan pembelajaran terpadu. Hal ini mengakibatkan terdapatnya beraneka macam bentuk

Selanjutnya, Aronoff (1976:40) menjelaskan bahwa kata merupakan bentuk minimal penurunan kata dalam KPK harus memenuhi kriteria (1) dasar pembentukan kata adalah

Dengan demikian maka gerombol optimal algoritma Two Step Cluster (TSC) merupakan solusi terbaik untuk menggerombolkan desa/kelurahan di Provinsi Nusa Tenggara

Hasil analisis deskriptif penelitian menunjukkan bahwa pada saat dilakukan penelitian, rata-rata remaja penerima manfaat di Balai Rehabilitasi Sosial Wira Adhi Karya

Tabel 5 menunjukkan bahwa 62,74% transaksi dilakukan untuk memperjual-belikan saham-saham yang berada pada daftar 50 saham dengan frekuensi jual beli tertinggi, hal ini