ABSTRAK
UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA
KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh Annisa Nurlaila
Masalah penelitian ini adalah siswa mengalami kesulitan belajar.
Permasalahannya adalah “apakah kesulitan belajar pada siswa kelas X dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling kelompok?. Tujuan penelitian untuk mengetahui bahwa kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling kelompok.
Metode penelitian adalah metode Quasi Eksperimental Design dengan jenis desain Nonequievalent Control Design. Subjek penelitian sebanyak 18 siswa, 9 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 9 siswa sebagai kelompok kontrol dengan kategori kesulitan belajar tinggi. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan skala kesulitan belajar.
Berdasarkan hasil analisis data dengan uji t pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa t hitung > t tabel ( 8,56> 2,110) maka Ha diterima, artinya kesulitan belajar pada siswa kelas X dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling kelompok. Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah.
Saran yang diajukan peneliti yaitu: (1)Kepada siswa, untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya hendaknya mengikuti kegiatan layanan konseling kelompok yang diselenggarakan oleh guru bimbingan dan konseling .(2). Kepada guru bimbingan dan konseling hendaknya dapat mengoptimalkan kegiatan layanan konseling kelompok supaya masalah kesulitan belajar siswa dapat diatasi.(3) Kepada peneliti lain, hendaknya dapat melakukan penelitian mengenai kesulitan belajar dengan klasifikasi yang berbeda.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kotagajah, Kecamatan Kotagajah,
Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 19 Oktober
1992, sebagai anak kedua dari dua bersaudara,dari
pasangan Alm. Bapak Muhari dan Ibu Nurhayati
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 5 Kotagajah,
diselesaikan tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kotagajah,
diselesaikan tahun 2007, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Kotagajah, diselesaikan tahun 2010.
Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN). Selanjutnya, pada bulan Juli-September 2013 penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Layanan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMAN 1 Tulang Bawang Udik, Kecamatan
Tulang Bwang Udik, Tulang Bawang Barat, kedua kegiatan tersebut dilaksanakan
PERSEMBAHAN
Teruntuk Ibuku Nurhayati dan Bapakku Muhari tercinta,
hanya sebuah karya sederhana ini yang bisa kupersembahkan untuk kalian,
semoga karya sederhana ini dapat membuat kalian bangga memiliki putri
bernama Annisa Nurlaila. Dan untuk Mamasku tersayang Syamsul Setiyawan ,
Bapak, Keluarga Besar Ibu dan Bapak, Sahabat-sahabatku. Hanya ucapan
terimakasih yang dapat kuberikan untuk kalian atas dukungan motivasi serta
doa yang telah diberikan sehingga karya ini dapat terselesaikan dengan baik
serta almamaterku.
PERSEMBAHAN
Teruntuk Ibuku Nurhayati dan Bapakku Muhari tercinta,
hanya sebuah karya sederhana ini yang bisa kupersembahkan untuk kalian,
semoga karya sederhana ini dapat membuat kalian bangga memiliki putri
bernama Annisa Nurlaila. Dan untuk Mamasku tersayang Syamsul Setiyawan ,
Bapak, Keluarga Besar Ibu dan Bapak, Sahabat-sahabatku. Hanya ucapan
terimakasih yang dapat kuberikan untuk kalian atas dukungan motivasi serta
doa yang telah diberikan sehingga karya ini dapat terselesaikan dengan baik
serta almamaterku.
MOTO
“
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain
”
.
(QS. Al Insyirah, Ayat 5-7)
“Dan (
ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat)
kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
SANWACANA
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ” Upaya
Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Dengan Menggunakan Layanan Konseling
Kelompok Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah
Tahun Pelajaran 2013/2014”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Prigram Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Lampung dan sekaligus pembahas dan penguji pada
penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan, kritikan dan
masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini;
4. Bapak Drs. Giyono, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah menyediakan
waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis
5. Ibu Diah Utaminingsih, S.Psi, M.A., Psi. selaku Pembimbing II yang telah
banyak memberikan motivasi, bantuan, bimbingan dan arahan kepada penulis
selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;
6. Ibu Ranni Rahmayanthi Z, S.Pd.,M.A. selaku Pembahas yang telah banyak
memberikan motivasi, bantuan, bimbingan dan arahan kepada penulis selama
ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;
7. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling FKIP UNILA terima kasih
untuk semua bimbingan dan pelajaran yang begitu berharga yang telah kalian
berikan untukku selama perkuliahan.
8. Ibu,Bapak dan Mamasku yang telah memberikan dukungan dan motivasi
serta menyebutkan namaku dalam setia doa dan sujudnya sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik
9. Bapak Drs. Maskun Yusup, M.Pd selaku Kepala SMA N 1 Kotagajah Terima
kasih atas bantuan dan kesediaannya membantu penulis dalam mengadakan
penelitian.
10. Ibu Titik Ernawati, S.Pd dan Ibu Dra. Endang Setiawati selaku guru
Bimbingan dan Konseling, dewan guru, staff tata usaha serta siswa-siswa
SMA Negeri 1 Kotagajah yang telah membantu selama proses penelitian.
11. Sahabat-sahabatku Metamorfosis Sempurna: Dyah, Nay, Inggar, Elpin,
Anya,Indah terimakasih untuk kebersamaan, kasih sayang serta dukungan
yang telah kita lalui selama ini.
12. Teman-teman baikku Tari,Gigih Linda, Dian, Jelita, Fatwa,Dina, Desfi,
13. Sahabat-sahabat KKN dan PPL : Fitma Trian Sigit Njep Ani Eli Umami Via
Mb Lia Pariza . Pengalaman yang tidak terlupakan bersama kalian selama 2,5
bulan.
14. Asrama Angansaka: Bang Muda, Opung (Niko), Mb Eka Mb Esti, Mbak
Desi, Kak Puja, Kak Metro, Kak Jati,Mas Dani, Endang, Hesti,Widi, Desna,
Wisnu,Rizal, Dewi terimakasih atas kebersamaan selama ini.
15. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Nita,Noprita, Mamah, Bebi, Uni,
Ika, Aan pur, Gustari, Nces, Wella, Mbak Dita, Bebet, Nailul, Ayu, Mami,
Amel, Mpus, Mbak desi, Emil,Mbak lulu, Natali Galuh, Lusi, Desti, Nanang,
Kak boy, Ivana, Ara, Suspa, Mei, Putri, Wiwit, Rani, Adit, Irsan, terima kasih
telah menjadi teman serta keluarga dalam bimbingan dan konseling 2010
16. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Kotagajah ( Putu, Gede, Galih, Birgita, Iklima,
Melly, Siska, Damar dan Fadil ) yang telah bersedia untuk melakukan
kegiatan konseling kelompok.
17. Almamaterku tercinta.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, November 2014
Penulis,
i
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7
1. Tujuan Penelitian ... 7
2. Manfaat Penelitian ... 7
C..Ruang Lingkup Penelitian ... 8
D. Kerangka Pikir ... 8
4. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ... 17
5. Gejala-gejala Kesulitan Belajar ... 19
B. Layanan Konseling Kelompok ... 19
1. Pengertian Layanan Konseling Kelompok ... 19
2. Tujuan Layanan Konseling Kelompok ... 21
3. Komponen dalam Layanan Konseling Kelompok ... 22
4. Asas Dalam Kegiatan Konseling Kelompok ... 27
4. Teknik Dalam Kegiatan Konseling Kelompok ... 27
6 Tahap Penyelenggara Layanan Konseling Kelompok ... 29
7. Evaluasi Kegiatan ... 34
7. Analisis Tindak Lanjut ... 34
III. METODE PENELITIAN ... 39
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
B. Metode Penelitian ... 39
C. Subjek Penelitian ... 41
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 42
E. Teknik Pengumpulan Data ... 44
F. Uji Persyaratan Instrumen ... 46
G. Teknik Analisis Data ... 48
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Hasil Penelitian ... 50
B. Gambaran Hasil Pra Konseling Kelompok ... 50
C. Deskripsi Data ... 51
D. Pelaksanaan Kegiatan Konseling Kelompok ... 53
E. Data Skor Subjek Sebelum dan Setelah Konseling Kelompok ... 65
F. Deskripsi Subjek Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 67
G. Perbedaan Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .. 100
H. Analisis Data Hasil Penelitian ... 101
I. Uji Hipotesis ... 102
J. Pembahasan ... 103
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 94
A. Kesimpulan ... 97
B. Saran ... 97
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Kriteria Kesulitan Belajar Siswa ... 52
4.2 Data Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 53
4.4 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 65
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Kriteria Kesulitan Belajar Siswa ... 52
4.2 Data Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 53
4.4 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 65
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Penilaian Para Ahli Terhadap Indikator Dan Deskriptor Dari
Kisi-Kisi Instrument Skala Kesulitan Belajar ... 113
2. Blue Print Skala Kesulitan Belajar ... 116
3. Kisi-Kisi Skala Kesulitan Belajar ... 118
4. Skala Kesulitan Belajar ... 123
5. Laporan Proses dan Hasil Uji Coba Instrumen ... 126
6. Reliabilitas ... 131
7. Nilai Semester Siswa Kelas X ... 135
8. Kategori Kesulitan Belajar Siswa ... 142
9. Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 154
10. KriteriaIQ Siswa ... 155
11. Prosedur Pelaksanaan Konseling Kelompok ... 156
12. Satuan Layanan ... 181
13. Narasi Konseling ... 196
14. Uji Normalitas ... 229
15. Uji -T ... 230
16. Nilai Ulangan Blok Siswa ... 231
17. Tabel Harga Kritis distribusi t ... 234
18. Tabel Harga kritis distribusi t... 235
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 12
2.1 Tahap Pembentukan ... 30
2.2 Tahap Peralihan ... 31
2.3 Tahap Kegiatan ... 32
2.4 Tahap Pengakhiran ... 33
3.1 Nonequivalent control group design ... 40
4.3 Penurunan Kesulitan Belajar Putu Setelah Perlakuan ... 71
4.4 Penurunan Kesulitan Belajar Gede Setelah Perlakuan... 74
4.5 Penurunan Kesulitan Belajar Iklima Setelah Perlakuan... 77
4.6 Penurunan Kesulitan Belajar Siska Setelah Perlakuan ... 80
4.7 Penurunan Kesulitan Belajar Damar Setelah Perlakuan ... 83
4.8 Penurunan Kesulitan Belajar Melly Setelah Perlakuan ... 86
4.9 Penurunan Kesulitan Belajar Fadil Setelah Perlakuan ... 89
4.10 Penurunan Kesulitan Belajar Galih Setelah Perlakuan ... 92
4.11 Penurunan Kesulitan Belajar Birgita Setelah Perlakuan ... 94
4.12 Hasil Kesulitan Belajar Annis ... 95
4.13 Hasil Kesulitan Belajar Dani ... 96
4.14 Hasil Kesulitan Belajar Diamoniq ... 96
4.15 Hasil Kesulitan Belajar Eka ... 97
4.16 Hasil Kesulitan Belajar Hermawan ... 97
4.17 Hasil Kesulitan Belajar Jessi ... 98
4.18 Hasil Kesulitan Belajar Pasha ... 98
4.19 Hasil Kesulitan Belajar Siska ... 99
4.20 Hasil Kesulitan Belajar Vania ... 99
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
1. Latar Belakang
Belajar merupakan permasalahan yang umum dibicarakan setiap orang, terutama
yang terlibat dalam dunia pendidikan. Belajar menekankan pada pembahasan tentang
siswa dan proses yang menyertainya dalam usaha mengadakan perubahan secara
kognitif, afektif, dan psikomotornya.
Menurut Slameto ( 2002 : 2 ), belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut dapat dilihat dari
prestasi belajar yang dicapainya. Jika prestasi belajar siswa tinggi maka proses
pembelajaran dikatakan berhasil. Namun, jika prestasi belajar siswa rendah dan tidak
sesuai dengan kriteria kelulusan yang telah ditentukan maka proses pembelajaran
2
Dalam kegiatan belajar, hasil yang diperoleh tidak senantiasa berhasil sesuai dengan
yang diharapkan, seringkali ada hal-hal yang mengakibatkan timbulnya kegagalan
atau kesulitan dalam belajar yang dialami oleh siswa sehingga siswa tidak mampu
mendapatkan prestasi yang baik. Dan pada kenyataannya, tidak sedikit siswa yang
mengalami hambatan untuk memperoleh hasil atau nilai yang baik pada pelajaran
tersebut. Hambatan siswa untuk mencapai hasil yang optimal dalam belajar itulah
yang disebut dengan kesulitan belajar.
Penyebab siswa mengalami kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor
intelegensi yang rendah akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor
non-intelegensi. Menurut Hallahan dan Kauffman (1991:127-128) mengemukakan bahwa
tiga faktor penyebab kesulitan belajar yaitu : 1) organis/biologis, 2) genetik . 3)
lingkungan. Sejalan dengan pendapat Cooney, Davis & Henderson (1975)
mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan belajar diantaranya 1) faktor
fisiologis, 2) faktor sosial, 3) faktor kejiwaan. 4) faktor intelektual, 5) faktor
kependidikan. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor
internal ( faktor fisiologis dan faktor psikologis ) dan faktor eksternal ( faktor sosial
dan faktor nonsosial ). Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu akan menjamin
keberhasilan belajar siswa.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMAN 1 Kotagajah, peneliti
akan melakukan penelitian pada kelas X karena terdapat siswa yang mengalami
3
(1) Banyak siswa yang memperoleh nilai ujian semester rendah, hal ini ditunjukkan
dengan rata-rata nilai yang diperoleh tidak mencapai kriteria yang ditentukan
yaitu 75
(2) Sebagian besar siswa tidak menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru,
hal ini terlihat ketika guru mengoreksi hasil ulangan siswa, jika siswa menguasai
materi yang disampaikan oleh guru maka siswa akan mampu mendapatkan nilai
yang baik.
(3) Siswa mudah putus asa dalam belajar. Hal ini ditunjukkan ketika siswa diberikan
soal latihan dan siswa tersebut tidak bisa mengerjakannya siswa lebih cenderung
tidak mau berusaha untuk bisa mengerjakannya, hal ini ditunjukkan dengan
sikapnya seperti mengobrol, mengganggu teman yang sedang belajar dan
malas-malasan dalam belajar, mudah mengantuk dan kurang konsetrasi dalam belajar.
(4) Siswa lambat dalam mengerjakan tugas. Hal ini ditunjukkan ketika guru
memberikan tugas setelah menjelaskan materi pelajaran , beberapa siswa lambat
dalam mengerjakan dan mengumpulkannya bahkan setelah guru mengoreksi
tugas tersebut terdapat soal yang tidak dikerjakan oleh siswa tersebut.
(5) Sebagian besar siswa banyak yang mengikuti kegiatan remedial. Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang tidak mendapatkan nilai sesuai
dengan kriteria kelulusan minimal yang telah ditentukan sehingga guru harus
memberikan remedial supaya siswa tersebut mampu mencapai nilai dengan
4
Menurut Kirk dan Gallagher (1989:187) secara garis besar, kesulitan belajar
dibedakan kedalam kategori besar, yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan
perkembangan ( developmental learning disabilities ) mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, serta kesulitan belajar dalam
penyesuaian perilaku sosial. Sedangkan kesulitan belajar akademik ( academic learning disabilities) adalah kesulitan belajar yang mencakup adanya kegagalan pencapaian prestasi akademik sesuai dengan kapasitas yang diharapkan dimana
rendahnya prestasi bukan disebabkan oleh keterbatasan mental, gangguan emosi yang
serius, gangguan sensori, atau keterasingan dari lingkungan. Berdasarkan penelitian
pendahuluan yang telah dilakukan, penelitian ini cenderung meneliti pada kesulitan
belajar akademik pada siswa kelas X karena banyak siswa mendapatkan prestasi
belajar yang rendah, hal ini terlihat pada nilai ujian semester yang diperoleh siswa
yang tidak memenuhi kriteria kelulusan minimal sesuai yang telah ditentukan
sekolah. Apabila kesulitan belajar ini tidak segera diatasi maka dapat mengakibatkan
siswa mendapatkan prestasi belajar yang rendah terus menerus.
Dengan ini perlu penanganan yang ekstra dari guru bidang studi.selain guru bidang
studi, guru pembimbing ( konselor ) memiliki peran besar dalam ikut serta mengatasi
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam mengatasi kesulitan belajar yang
dialami siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok. Konseling
5
konseling kelompok adalah untuk membantu memecahkan masalah anggota
kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
Menurut Tohirin (2011:179 ),”layanan konseling kelompok mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan kelompok. Layanan konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi dan pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta
layanan.”
Dari pengertian tersebut maka konseling kelompok tepat digunakan untuk membantu
siswa dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya, kemudian mencari dan
memecahkan bersama-sama sebab-sebab siswa mengalami kesulitan belajar. Dengan
layanan konseling kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok, maka siswa
yang mengalami kesulitan belajar dapat secara mandiri mengetahui penyebab
kesulitan belajar yang dialaminya lalu anggota kelompok secara bersama-sama
menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. Hal ini dimaksudkan agar
kesulitan belajar yang dihadapi dapat diatasi sehingga siswa tersebut mampu
melaksanakan proses belajar secara optimal guna mendapatkan prestasi belajar yang
baik sesuai dengan kriteria kelulusan minimal yang telah ditentukan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan sebuah penelitian tentang
“Upaya mengatasi kesulitan belajar siswa dengan menggunakan layanan konseling
kelompok pada siswa kelas X SMAN 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran
6
2. Indentifikasi Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
(1) Banyak siswa memperoleh nilai yang rendah dalam ujian semester
(2) Sebagian besar siswa tidak menguasai bahan yang telah disampaikan oleh guru
(3) Siswa mudah putus asa dalam belajar
(4) Ada siswa yang lambat dalam mengerjakan tugas
(5) Beberapa siswa mengikuti kegiatan remedial
3. Pembatasan Masalah
Bedasarkan identifikasi masalah di atas, maka agar dalam penelitian ini tidak terjadi
penyimpangan yang tidak diinginkan penulis membatasi masalah mengenai “Upaya
mengatasi kesulitan belajar siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok
pada siswa kelas X SMAN 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran
2013/2014
4. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah maka masalah
dalam penelitian ini banyak siswa kelas X mengalami kesulitan belajar.
Permasalahannya adalah apakah kesulitan belajar pada siswa kelas X dapat diatasi
7
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa
kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling
kelompok.
2. Manfaat penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat antara lain :
1. Manfaat secara teoritis
Dari segi teoritis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu
tentang bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya layanan konseling kelompok.
2. Manfaat secara praktis
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar sehingga dapat membantu guru bidang studi dan
guru pembimbing dalam mengatasi kesulitan belajar siswa yang akhirnya dapat
memberikan hasil yang baik dalam proses belajar dan meningkatkan prestasi belajar
8
C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih
jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah:
1. Ruang lingkup ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan konseling.
2. Ruang lingkup objek
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah mengatasi kesulitan belajar
siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok yang diberikan
konselor sekolah.
3. Ruang lingkup subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah
Lampung Tengah.
4. Ruang lingkup wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Kotagajah
Lampung Tengah.
5. Ruang lingkup waktu
Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran
2013/2014.
D.Kerangka Pikir
Kerangka pikir adalah dasar penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta hasil
9
Kerangka berpikir dapat disajikan dengan bagan yang menunjukkan alur pikiran
peneliti.
Dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah, untuk mendapatkan hasil dan prestasi
yang baik harus dilaksanakan secara sadar, sengaja, bertahap dan berkesinambungan.
Tetapi untuk mendapatkan hal tersebut tidaklah mudah dan terkadang terdapat
hambatan dalam mencapainya karena masih banyak siswa yang belum memiliki
kesadaran dalam mengikuti kegiatan belajar.
Pada kenyataannya setiap siswa memang berbeda saat mengikuti kegiatan belajar.
Ada siswa yang cepat, biasa, bahkan lambat dalam menangkap materi pelajaran.
Hambatan yang ditemukan pada siswa saat mengikuti pelajaran disebut dengan
kesulitan belajar. Masalah kesulitan belajar perlu mendapatkan perhatian dan
penanganan yang khusus dari pendidik terutama guru pembimbing.
Masalah dalam penelitian ini adalah kesulitan belajar akademik siswa, yaitu sebagian
besar siswa memperoleh nilai yang rendah, siswa tidak menguasai bahan yang telah
disampaikan oleh guru, siswa mudah putus asa dalam belajar, siswa lambat dalam
mengerjakan tugas, sebagian besar siswa banyak yang mengikuti kegiatan remedial.
Seharusnya siswa tersebut mampu mendapatkan nilai yang baik karena mereka
memiliki intelegensi normal/rata-rata yang terlihat dari hasil tes intelegensi yang telah
10
Menurut Irham dan Wiyani ( 2013 : 259 ) keberhasilan atau kegagalan siswa dalam
belajar adalah dilihat dari prestasi belajarnya. Siswa yang berhasil dalam belajar akan
menunjukkan prestasi bagus dalam bentuk penguasaan terhadap bahan dan materi
pelajaran yang telah diberikan oleh guru yang dapat dilihat pada tingginya perolehan
nilai ujian atau hasil evaluasi yang dicapai. Sebaliknya, siswa yang belum berhasil
dan mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran akan ditandai dengan
rendahnya nilai ujian yang diperoleh. Maka dari itu kesulitan belajar yang dialami
siswa harus segera diatasi karena jika kesulitan belajar siswa dibiarkan tanpa diberi
penanganan dari guru bidang studi dan konselor maka dapat menghambat siswa
dalam mencapai prestasi yang baik di sekolahnya, dan tentu saja dapat membuat
siswa tersebut memiliki prestasi yang semakin rendah. Sedangkan menurut Derek
Wood dkk ( Irham dan Wiyani, 2013:257 ) mengungkapkan bahwa kesulitan belajar
siswa akan berdampak pada kehidupan siswa yang bersangkutan. Artinya, kesulitan
belajar yang dialami siswa akan berpengaruh terhadap aktivitas siswa, baik di
sekolah, rutinitas keseharian, kehidupan keluarga, hubungan dengan teman sebaya
bahkan dalam persahabatan dan bermain. Dengan demkian kesulitan belajar akan
menghambat proses belajar siswa yang ada akhirnya akan berdampak pada
aspek-aspek kehidupan yang lain.
Adapun dalam memberikan bantuan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa, peneliti
menggunakan layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok digunakan
untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dikarenakan dalam konseling kelompok
11
Layanan konseling kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta memperoleh kesempatan untuk membahas dan mengentaskan
permasalahan yang dialami siswa melalui dinamika kelompok.
Sukardi dan Kusumawati (2008:79) menyatakan bahwa “ Konseling kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika yang terjadi didalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan Masalah-masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan ( pribadi, belajar, social, dan karier). Seperti dalam konseling perorangan, setiap angggota kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya. Masalah-masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok, masalah demi masalah satu persatu
tanpa terkecuali sehingga semua masalah terbicarakan.”
Berdasarkan pendapat tersebut maka konseling kelompok tepat digunakan sebagai
salah satu bentuk layanan untuk mengatasi masalah kesulitan belajar siswa karena
permasalahan yang dapat diselesaikan melalui konseling kelompok mencakup
masalah dalam segenap bidang bimbingan ( belajar, pribadi, sosial dan karir ),
sedangkan masalah kesulitan belajar adalah sebuah permasalahan pada bidang
bimbang belajar. Dalam konseling kelompok, adanya dinamika kelompok sangat
membantu anggota dalam meneleaikan masalah kesulitan belajar yang dihadapi.
Menurut Prayitno ( Kurnanto, 2013:123 ) mengemukakan :
“Secara khusus, dinamika kelompok dapat dimanfaatkan unuk pemecahan masalah pribadi para anggota kelompok, yaitu apabila interaksi dalam kelompok itu difokuskan pada pemecahan masalah pribadi yang dimaksdkan. Dalam suasana seperti ini melaalui dinamika kelompok yang berkembang masing-masin anggota kelompok akan menyumbang baik langsung maupun
tidak langsung dalam pemecahan masalah tersebut “.
Berdasarkan pendapat tersebut melalui konseling kelompok yang memanfaatkan
12
dapat mengetahui penyebab dan dapat menyelesaikan bersama-sama permasalahan
kesulitan belajar . Dengan konseling kelompok maka pemimpin kelompok/konselor
dapat bekerja sama dengan guru bidang studi supaya hasil yang diharapkan dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa dapat optimal. Diperkuat dengan tujuan dari
konseling kelompok. Menurut Prayitno (2004:4) tujuan dari konseling kelompok
adalah terkembangnya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap terarah pada tingkah
laku khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi; terpecahnya masalah individu
yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi
individu- individu lain yang menjadi peserta layanan. Maka dari itu, melalui
konseling kelompok diharapkan siswa dapat mengatasi kesulitan belajar yang
dihadapinya dan memecahkan masalah tersebut secara bersama-sama
Berikut ini adalah kerangka pikir dari penelitian ini:
Gambar 1.1 . Kerangka Pikir Penelitian Kesulitan Belajar
Siswa Tinggi
Konseling Kelompok
13
E. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian seperti terbukti melalui data yang terkumpul ( Arikunto, 2006:71).
Hipotesis yang peneliti ajukan adalah bahwa kesulitan belajar siswa dapat diatasi
dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri
1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2013/2014.
Berdasarkan hipotesis penelitian diatas, penulis mengajukan hipotesis statistik
penelitian ini sebagai berikut :
Ha : Kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan menggunakan layanan konseling
kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun
pelajaran 2013/2014.
Ho : Kesulitan belajar siswa tidak dapat diatasi dengan menggunakan layanan
konseling kelompok pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesulitan Belajar
1. Pengertian Belajar.
Terdapat beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli, diantaranya :
Asri ( Irham & Wiyani, 2013:117) Belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi. Selain itu R.S Chauhan ( Prawira 2011:227) mengemukakan bahwa belajar adalah membawa perubahan-perubahan
dalam tingkah laku dari organisme ( learning is a relatively enduring change in behavior which is a function of prior behavior, usually called practice )
Sedangkan menurut Suryabrata (Irham dan Wiyani, 2013:118), definisi belajar selalu
mencakup beberapa point penting sebagai berikut :
a. Proses belajar selalu membawa perubahan perilaku, baik kognitif, afektif,
maupun psikomotorik.
b. Pada dasarnya yang dimaksud perubahan tersebut pokoknya adalah proses
mendapatkan kecakapan atau keterampilan baru.
c. Adanya perubahan tersebut karena dilakukan secara sadar dan penuh usaha.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan yang terjadi pada
15
bentuk, seperti perubahan pengetahuan, keterampilan, dan pemahamannya terhadap
sesuatu yang dilakukan secara sadar dan penuh usaha.
2. Definisi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris learning disability. Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Berikut ini definisi
kesulitan belajar menurut para ahli :
Rumini dkk (Irham dan Wiyani, 2013:254) mengemukakan bahwa kesulitan belajar
merupakan kondisi saat siswa mengalami hambatan-hambatan tertentu untuk
mengikuti proses pembelajaran dan mencapai hasil belajar secara optimal.
Kesulitan belajar adalah hal-hal atau gangguan yang mengakibatkan kegagalan atau
setidaknya menjadi gangguan yang dapat menghambat kemajuan belajar. ( Hamalik,,
1983:112).
Sejalan dengan pendapat diatas menurut Blassic & Jones (Irham & Wiyani
2013:253), kesulitan belajar yang dialami siswa menunjukkan adanya kesenjangan
atau jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang
dicapai oleh siswa pada kenyataannya ( prestasi aktual ).
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan
hambatan yang dialami oleh siswa dalam proses belajar yang menyebabkan siswa
16
3.Klasifikasi Kesulitan Belajar
Menurut Abdurrahman (2003:11) Secara garis besar kesulitan belajar dapat
diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu :
1. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan ( developmental learning disabilities ) yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa
dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.
2. Kesulitan belajar akademik ( academic learning disabilities ) yaitu kesulitan belajar yang mencakup adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik
yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut
mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, atau matematika.
Kesulitan yang dikaji dalam penelitian ini adalah kesulitan belajar akademik saja
yaitu tentang prestasi atau kemampuan akademik dimana dalam hal ini siswa
memiliki intelegensi tidak dibawah rata-rata namun mendapatkan prestasi belajar
17
4. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Ahmadi dan Supriyono (Irham & Wiyani, 2013:264-265), menjelaskan faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu berikut
ini:
1. Faktor intern ( faktor dari dalam diri manusia itu sendiri ) yang meliputi : a. Faktor fisiologi
Faktor fisiologis yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan belajar pada siswa seperti kondisi siswa yang sedang sakit, kurang sehat, adanya kelemahan atau cacat tubuh dan sebagainya.
b. Faktor psikologi
Faktor psikologi siswa yang dapat menyebabkan kesulitan belajar meliputi tingkat intelegensi pada umumnya rendah, bakat terhadap mata pelajaran rendah, minat belajar yang kurang, motivasi yang rendah, dan kondisi kesehatan mental yang kurang baik.
2. Faktor ekstern ( faktor dari luar manusia ) meliputi : a. Faktor-faktor non-sosial.
Faktor non social yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat berupa peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau bahkan kurang lengkap, kondisi ruang belajar atau gedung yang kurang layak, kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa, waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang disiplin, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor sosial.
Faktor-faktor sosial yang juga dapat menyebabkan munculnya permasalahan pada siswa seperti faktor keluarga, faktor sekolah, teman bermain, dan lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Faktor sosial lainnya yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa adalah
faktor guru. Menurut Ahamadi dan Supriyono ( Irham dan Wiyani, 2013:266),
kondisi guru yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa adalah
sebagai berikut:
1). Guru yang kurang mampu dalam menentukan mengampu mata pelajaran dan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan
2). Pola hubungan guru dengan siswa yang kurang baik, seperti suka marah, tidak pernah senyum, sombong, tidak pandai menerangkan, pelit, dsb.
18
Sejalan dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono ( Irham dan Wiyani, 2013:266) bahwa
“faktor penyebab kesulitan belajar siswa yaitu sikap siswa terhadap belajar, motivasi belajar siswa, konsentrasi belajar siswa, bagaimana siswa mengolah bahan ajar, kemampuan siswa menyimpan perolehan hasil belajar, proses siswa dalam menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan siswa untuk berprestasi dan unjuk kerja, rasa percaya diri, intelegansi dan keberhasilan siswa, kebiasaan belajar siswa, serta cita-cita siswa. Sementara faktor eksternal yang berpengaruh meliputi : 1) guru sebagai Pembina siswa, 2) sarana dan prasarana pembelajaran, 3) kebijakan penilaian, 4) lingkungan social siswa di sekolah, dan 5) kurikulum sekolah. “
Menurut Kirk dan Gallagher ( 1989:197) mengemukakan bahwa terdapat empat
faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar yaitu :
1. Kondisi fisik, yang meliputi gangguan visual, gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan dan orientasi ruang, body image yang rendah, hiperaktif, serta kurang gizi.
2. Lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah yang kurang menguntungkan bagi anak akan menghambat perkembangan sosial, psikologis dan pencapaian prestasi akademis.
3. Faktor motivasi dan afeksi, kedua factor ini dapat dapat memperberat anak yang mengalami kesulitan belajar, anak yang selalu gagal pada satu atau beberapa mata pelajaran cenderung menjadi tidak percaya diri, mengabaikan tugas dan rendah diri. Sikap ini akan mengurangi motivasi belajar dan muncul perasaan-perasaan negative terhadap hal-hal yang berhubungan dengan sekolah. Kegagalan ini dapat membentuk pribadi anak menjadi seorang pelajar yang pasif.
4. Kondisi Psikologis, kondisi psikologis ini meliputi gangguan perhatian, persepsi visual, persepsi pendengaran, persepsi motorik, ketidakmampuan berfikir, dan lambat dalam kemampuan berbahasa.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kesulitan
belajar dibedakan menjadi 2 yaitu internal dan eksternal. Faktor kesulitan belajar
internal disebabkan dari dalam siswa sendiri sedangkan faktor eksternal berasal dari
luar dirinya seperti keluarga, lingkungan masyarakat, teman, dan sekolah. Faktor
tersebut adalah penghambat siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik yang
19
5. Gejala-gejala Kesulitan Belajar.
Menurut Ahmadi dan Supriyono ( 2013:94), beberapa gejala sebagai pertanda adanya
kesulitan belajar :
1.Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas.
2.Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha keras tetapi nilainya selalu rendah.
3.Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam semua hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
4.Menunjukkan sikap yang kurang wajar.
5.Anak didik menunjukkan tingkah laku yang berlainan.
Gejala-gejala tersebut harus diketahui oleh guru supaya guru dapat membantu siswa
yang mengalami kesulitan belajar. Dari gejala tersebut maka guru dapat bekerja sama
dengan guru bimbingan konseling untuk mengetahui faktor apa saja yang
menyebabkan siswa mengalami gejala kesulitan belajar.
B. Layanan Konseling Kelompok
1. Pengertian Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok merupakan layanan yang mengikutkan sejumlah
peserta dalam bentuk kelompok, dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan
kelompok. Konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas
masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Masalah
pribadi itu dibahas melalui suasana dinamika kelompok yang intens dan konstruktif,
20
konseling kelompok dapat diselenggarakan dimana saja, di dalam ruangan ataupun di
luar ruangan, di sekolah atau di luar sekolah, di rumah salah seorang peserta atau di
rumah konselor. Dimanapun layanan konseling kelompok ini dilakukan harus
terjamin bahwa dinamika kelompok dapat berkembang dengan sebaik-baiknya untuk
mencapai tujuan kelompok. Sukardi dan Kusumawati (2008:79) mengatakan bahwa:
“ Konseling kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu. masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan ( yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier). Seperti dalam konseling perorangan, setiap anggota, kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya. Masalah-masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok, masalah demi masalah satu persatu tanpa kecuali sehingga semua masalah terbicarakan.
Sedangkan menurut Harrison (Kurnanto, 2013:7) Konseling kelompok adalah
konseling yang terdiri dari 4-8 konseli yang bertemu dengan 1-2 konselor yang dalam
prosesnya konseling kelompok dapat membicarakan beberapa masalah, seperti
kemampuan dalam membangun hubungan komunikasi, pengembangan harga diri dan
keterampilan-keterampilan dalam mengatasi masalah.
Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Nurihsan ( Kurnanto, 2013:7) yang
mengatakan bahwa konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam
situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada
21
Berdasarkan pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwa:
Konseling kelompok merupakan suatu usaha pemberian bantuan yang diberikan
kepada sekelompok individu dengan dipimpin oleh konselor sebagai pemimpin
kelompok kepada individu yang membutuhkan agar individu tersebut mampu
mengatasi masalahnya secara mandiri dan mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang ada di sekitarnya dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
2. Tujuan Layanan Konseling Kelompok
Konseling kelompok ditujukan untuk memecahkan masalah klien serta
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Menurut Prayitno (2004:4) tujuan
layanan konseling kelompok yaitu:
“ Terkembangnya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap terarah pada tingkah laku
khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi; terpecahnya masalah individu yang
bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu-
individu lain yang menjadi peserta layanan”.
Sementara itu menurut Winkel ( Kurnanto 2013:10 ), konseling kelompok dilakukan
dengan beberapa tujuan, yaitu :
1. Masing-masing anggota kelompok memahami dirinya dengan baik dan menemukan dirinya sendiri.
2. Para anggota kelompok mengembangkan kemampuan berkomunikasi satu sama lain sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas pada fase perkembangan mereka.
3. Para anggota kelompok memperoleh kemampuan pengatur dirinya sendiridan mengarahkan hidupnya sendiri.
22
5. Masing-masing anggota kelompok menetapkan suatu sasaran yang ingin mereka capai, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih konstruktif.
6. Para anggota kelompok lebih berani melangkah naju dan menerima resiko yang wajar dalam bertindak.
7. Para anggota kelompok lebih menyadari dan menghayati makna kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama.
8. Masing-masing anggota kelompok semakin menyadari bahwa hal-hal yang memprihatinkan bagi dirinya sendiri kerap juga menimbulkan rasa prihatin dalam hati orang lain.
9. Para anggota kelompok belajar berkomunikasi dengan anggota yang lain secara terbuka dengan saling menghargai dan menaruh perhatian.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pencapaian tujuan
yang jelas dalam kegiatan layanan konseling kelompok, dimana masalah yang
dialami anggota kelompok dapat diselesaikan secara bersama anggota kelompok
dalam komunikasi secara terbuka dan saling menghargai satu sama lain agar kegiatan
dapat terarah dan dapat dilaksanakan secara optimal.
3. Komponen dalam Layanan Konseling Kelompok
Menurut Prayitno (2004:4-12) Dalam layanan konseling kelompok berperan dua
pihak, yaitu pemimpin kelompok dan peserta atau anggota kelompok.
1.Pemimpin kelompok
Pemimpin kelompok (PK) adalah konselor yang terlatih dan berwenang
menyelenggarakan praktik konseling profesional.
a.Karakteristik Pemimpin Kelompok
Untuk menjalankan tugas dan kewajiban profesionalnya pemimpin kelompok adalah
23
1) mampu membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi dinamika
kelompok dalam suasana interaksi antara anggota kelompok yang bebas, terbuka
dan demokratik, konstruktif, saling mendukung dan meringankan beban,
menjelaskan, memberikan pencerahan, memberikan rasa nyaman,
menggembirakan, dan membahagiakan; serta mencapai tujuan bersama
kelompok.
2) berwawasan luas dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani,
meningkatkan, memperluas dan mensinergikan konten bahasan yang tumbuh
dalam aktifitas kelompok.
3) memiliki kemampuan hubungan antar-personal yang hangat dan nyaman, sabar
dan memberi kesempatan, demokratik dan tidak antagonistik dalam mengambil
kesimpulan dan keputusan, tanpa memaksakan dalam ketegasan dan kelembutan,
jujur dan tidak berpura-pura, disiplin dan kerja keras.
Keseluruhan karakteristik di atas membentuk Pemimpin Kelompok yang berwibawa
di hadapan dan di tengah-tengah kelompoknya. Kewibawaan ini harus dapat
dirasakan secara langsung oleh para anggota kelompok. Dengan kewibawaan itu
Pemimpin Kelompok, menjadi panutan bertingkah laku dalam kelompok, menjadi
pengembang dan pensinergian konten bahasan, serta berkualitas yang mendorong
pengembangan dan pemecahan masalah yang dialami para peserta kelompok.
b.Peran Pemimpin Kelompok
Dalam mengarahkan suasana kelompok melaui dinamika kelompok, pemimpin
24
1) pembentukan kelompok dari sekumpulan (calon) peserta (terdiri atas 8-10 orang),
sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok yang mampu secara aktif
mengembangkan dinamika kelompok, yaitu:
a) terjadinya hubungan antara-anggota kelompok, menuju keakraban di antara
mereka
b) tumbuhnya tujuan bersama di antara anggota kelompok, dalam suasana keakraban
c) berkembangnya itikad dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok
d) terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota kelompok, sehingga mereka
masing-masing mampu berbicara.
e) terbinanya kemandirian kelompok, sehingga kelompok ini berusaha dan mampu
“tampil beda” dari kelompok lain.
2.Anggota Kelompok
Tidak semua kumpulan orang atau individu dapat dijadika anggota konseling
kelompok. Untuk terselenggaranya konseling kelompok seorang konselor perlu
membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok. Besarnya kelompok
(jumlah anggota kelompok), dan homogenitas/heterogenitas anggota kelompok dapat
mempengaruhi kinerja kelompok.
a.Besarnya Kelompok
Kelompok yang terlalu kecil, misalnya 2-3 orang akan mengurangi efektifitas
konseling kelompok. Kedalaman dan variasi pembahasan menjadi terbatas, karena
sumbernya (yaitu para anggota kelompok) memang terbatas. Disamping itu dampak
25
mengurangi makna keuntungan ekonomis konseling kelompok. Hal ini tidak berarti
bahwa konseling kelompok yang beranggotakan 2-3 orang saja; dapat, tetapi kurang
efektif.
Sebaliknya kelompok yang terlalu besar juga kurang efektif. Karena jumlah peserta
yang terlalu banyak, maka partisipasi aktif individual dalam dinamika kelompok
menjadi kurang intensif; kesempatan berbicara, dan memberikan/menerima
“sentuhan” dalam kelompok kurang, padahal melalui sentuhan-sentuhan dengan
frekuensi tinggi itulah individu memperoleh manfaat langsung dalam layanan
konseling kelompok. Kekurang efektifan kelompok akan mulai terasa jika jumlah
anggota kelompok melebihi 10 orang.
b.Homogenitas/Heterogenitas Kelompok
Perubahan yang intensif dan mendalam memerlukan sumber-sumber yang bervariasi
untuk membahas suatu topic atau memecahkan masalah tertentu. Dalam hal ini
anggota kelompok yang homogen kurang efektif dalam konseling kelompok.
Sebaliknya, anggota kelompok yang heterogen akan menjadi sumber yang lebih kaya
untuk pencapaian tujuan layanan.
Heterogenitas yang dimaksudkan tentu bukan asal beda. Untuk tingkat perkembangan
atau pendidikan, hendaklah jangan dicampur siswa SD dan SLTP atau SLTA dalam
satu kelompok. Demikian juga orang dewasa dengan anak-anak dalam satu
kelompok. Dalam kedua aspek ini diperlukan kondisi yang relative homogeny untuk
26
Setelah homogenitas relative terpenuhi, maka kondisi heterogen diupayakan,
terutama terkait dengan permasalahan yang hendak dibahas dalam kelompok. Apabila
yang hendak dibahas adalah permasalahan “ tinggal kelas” misalnya, maka peserta
kelompok hendaklah campuran dari mereka yang tinggal kelas dan tidak tinggal
kelas. Dengan kondisi seperti itu, mereka yang tinggal kelas akan mendapat bahasan
dan masukan dari mereka yang tidak tinggal kelas, sedangkan mereka yang tidak
tinggal kelas dapat bersimpati kepada sejawat yang tinggal di satu sisi, dan sisi lain
dapat mengantisipasi serta meneguhkan diri untuk tidak tinggal kelas. Demikian juga
untuk berbagai permasalahan, memerlukan kondisi heterogenitas anggota kelompok
dalam layanan konseling kelompok.
c.Peranan Anggota Kelompok
Peran anggota kelompok (AK) dalam layanan konseling kelompok bersifat dari, oleh, dan untuk para anggota kelompok itu sendiri. Masing-masing anggota kelompok beraktifitas langsung dan mandiri dalam bentuk:
a) Mendengar, memahami, dan merespon dengan tepat dan positif (3-M).
b) Berpikir dan berpendapat
c) Menganalisis, mengkritisi, dan beragumentasi
d) Merasa, berempati dan bersikap
27
4. Asas Dalam Kegiatan Konseling Kelompok
Menurut Munro, Manthei & Small ( Prayitno, 2004:13 ) mengemukakan bahwa
kerahasiaan, kesukarelaan, dan keputusan diambil oleh klien sendiri merupakan tiga
etika dasar konseling.
1. Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya boleh diketahui oleh anggota kelompok dan tidak disebarluaskan ke luar kelompok.
2. Kesukarelaan
Kesukarelaan anggota kelompok dimulai sejak awal rencana pembentukan kelompok oleh konselor. Kesukarelaan terus menerus dibina melalui upaya pemimpin kelompok mengembangkan syarat-syarat kelompok yang efektif dan penstrukturan tentang layanan konsling kelompok
3.Asas-asas Lain
Dinamika kelompok dalam layanan konseling kelompok semakin intensif dan efektif apabila semua anggota kelompok secara penuh menerapkan asas kegiatan dn keterbukaan. Mereka secara aktif dan terbuka menampilkan diri tanpa rasa takut, malu ataupun ragu. Asas kekinia memberikan isi actual dalam pembahasan yang dilakukan, anggota kelompok diminta mengemukakan hal-hal yang terjadi dan berlku sekarang ini. Asas kenormatifan dipraktikan berkenaan dengan cara-cara berkomunikasi dan bertatakrama dalam kegiatan kelompok, dan dalam mengemas isi bahasan. Sedangkan asas kehlian diperlihatkan oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan kelompok dalam mengembangkan proses dan isi pembahasan secara keeluruhan.
5.Teknik Dalam Kegiatan Konseling Kelompok
a.Teknik Umum : Pengembangan Dinamika Kelompok
Secara umum, teknik-teknik yang digunakan oleh pemimpin kelompok dalam
melaksanakan konseling kelompok mengacu kepada berkembangnya dinamika
kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok, dalam rangka mencapai
28
1. Komunikasi multiarah secara efektif dinamis dan terbuka.
2. Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan,
diskusi, analisis, pengembangan argumentasi.
3. Dorongan minimal untuk memantapkan respon dan aktivitas anggota
kelompok.
4. Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk memantapkan analisis,
argumentasi, dan pembahasan.
5. Pelatihan untuk membentuk tingkah laku baru yang dikehendaki.
b. Permainan Kelompok
Dalam melakukan konseling kelompok seringkali dilakukan permainan kelompok,
baik sebagai selingan maupun wahana yang memuat materi pembinaan tertentu.
Permainan kelompok yang efektif bercirikan :
1. Sederhana.
2. Menggembirakan.
3. Menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan.
4. Meningkatkan keakraban.
5. Diikuti oleh semua anggota kelompok.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disipmulkan bahwa dengan adanya teknik dalam
kegiatan layanan konseling kelompok akan membuat dinamika kelompok menjadi
berkembang serta keakraban antar anggota dapat terjalin dengan baik karena dalam
teknik tersebut terdapat sebuah permainan kelompok yang bertujuan untuk
29
berlangsung maka setiap anggota kelompok dapat mengungkapkan permasalahan
yang dihadapinya tanpa ragu-ragu.
5.Tahap penyelenggara layanan konseling kelompok
Ada empat (4) tahap yang harus dilaksanakan dalam layanan konseling kelompok,
yaitu:
a.Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan
diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota
saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan, cara, asas-asas da nada
permainan untuk mengakrabkan suasana kelompok dan terdapat harapan-harapan
yang diinginkan untuk dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh
anggota.
b.Tahap Peralihan
Tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya yang
lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok.
c.Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan tahapan “ kegiatan inti “ untuk mengentaskan masalah pribadi
anggota kelompok.
d. Tahap Pengakhiran
Tahapan akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai
30
Gambar 2.Tahap Pembentukan dalam Layanan Konseling Kelompok
Gambar 2.1 Tahap Pembentukan
Gambar 2.1 Tahap Pembentukan TAHAP I
PEMBENTUKAN
Tema : - Pengenalan diri
- Pelibatan diri
2. Menjelaskan (a) cara-cara, dan (b) asas-asas kegiatan kelompok.
1. Angggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka konseling kelompok.
2. Tumbuhnya suasana kelompok. 3. Tumbuhnya minat anggota mengikuti
kegiatan kelompok.
4. Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima, dan membantu diantara para anggota.
5. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka.
6. Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam kelompok.
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK:
1. Menampilkan doa untuk mengawali kegiatan. 2. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka.
3. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati.
31
Gambar 3. Tahap Peralihan dalam Layanan Konseling Kelompo
Gambar 2.2 . Tahap Peralihan TAHAP II
PERALIHAN
Tema : Pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga
Tujuan:
1. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya.
2. Makin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan.
3. Makin mantapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok.
Kegiatan :
1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya. 2. Menawarkan sambil mengamati
apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga). 3. Membahas suasana yang terjadi. 4. Meningkatkan kemampuan
keikutsertaan anggota.
5. Kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan).
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK:
1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.
2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil
alih kekuasaan atau permasalahan.
3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.
32
a. Tahap Pengakhiran
Gambar 2.3 . Tahap Kegiatan
Gambar 2.3 . Tahap Kegiatan TAHAP III KEGIATAN
(Dalam Konseling Kelompok) Pembahasan Masalah Klien
Tema : Kegiatan pencapaian tujuan, yaitu pembahasan masalah klien
Tujuan:
1. Setiap anggota kelompok mengemukakan masalah pribadi yang perlu mendapat bantuan kelompok untuk pengentasannya.
2. Kelompok memilih masalah mana yang hendak dibahas dan dientaskan pertama, kedua, ketiga, dst.
3. Klien (anggota kelompok yang masalahnya dibahas) memberikan gambaran yang lebih rinci masalah yang dialaminya.
4. Seluruh anggota kelompok ikut serta membahas masalah klien melalui berbagai cara, seperti bertanya,
menjelaskan, mengkritisi, memberi contoh, mengemukakan pengalaman pribadi, menyarankan. 5. Klien setiap kali diberi kesempatan untuk merespon
apa-apa yang ditampilkan oleh rekan-rekan kelompok. 6. Kegiatan selingan.
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK:
1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka. 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara.
33
Gambar 2.4. Tahap Pengakhiran
Gambar 2.4 . Tahap Pengakhiran
TAHAP IV
PENGAKHIRAN
Tema : Penilaian dan Tindak Lanjut
Tujuan: bahwa kegiatan akan segera diakhiri. 2. Peminpin kelompok dan anggota
mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
3. Membahas kegiatan lanjutan. 4. Mengemukakan pesan dan harapan.
PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK:
1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas, dan terbuka.
2. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota. 3. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut.
34
6. Evaluasi Kegiatan
Penilaian kegiatan konseling kelompok tidak ditujukan pada “hasil belajar” yang
berupa penguasaan pengetahuan ataupun keterampilan yang diperoleh para peserta,
melainkan diorientasikan pada pengembangan pribadi klien dan hal-hal yang
dirasakan oleh mereka berguna.Dalam konseling kelompok, penilaian hasil kegiatan
dapat diarahkan secara khusus kepada peserta yang masalahnya dibahas.Peserta
tersebut diminta mengungkapkan sampai seberapa jauh kegiatan kelompok telah
membantunya memecahkan masalah yang dialaminya.
7. Analisis Tindak Lanjut
Analisis dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta
dan seluk beluk penyelenggara layanan. Dari sini akan dikaji apakah hasil
pembahasan/pemecahan masalah sudah tuntas atau masih ada aspek yang belum
dijangkau dalam pembahasan tersebut. Dalam analisis, konselor sebagai pemimpin
kelompok perlu meninjau kembali secara cermat hal-hal tertentu yang perlu
diperhatikan seperti: penumbuhan dan jalannya dinamika kelompok, peranan dan
aktivitas sebagai peserta, homogenitas/heterogenitas anggota kelompok, kedalaman
dan keluasan pembahasan, kemungkinan keterlaksanaan alternatif pemecahan
masalah yang dimunculkan dalam kelompok, dampak pemakaian teknik tertentu oleh
pemimpin kelompok, dan keyakinan penerapan teknik-teknik baru, masalah waktu,
tempat, dan bahan acuan, perlu narasumber lain dan sebagainya. Dengan demikian,
35
C. Keterkaitan Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Dengan Menggunakan Layanan Konseling Kelompok
Masalah-masalah yang dapat diselesaikan dalam bimbingan konseling meliputi
empat bidang, yaitu bidang pribadi, sosial, belajar dan karir.Kesulitan belajar
siswa merupakan salah satu masalah yang dialami siswa di bidang belajar. Hal
tersebut sealan dngan pendapat
Sukardi dan Kusumawati (2008:79) yang menyatakan bahwa “ Konseling
kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika yang terjadi didalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan Masalah-masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan ( pribadi, belajar, social, dan karier). Seperti dalam konseling perorangan, setiap angggota kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya. Masalah-masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok, masalah demi masalah satu persatu
tanpa terkecuali sehingga semua masalah terbicarakan.”
Kesulitan belajar pada intinya merupakan sebuah permasalahan yang
menyebabkan seorang siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
baik seperti siswa lain pada umumnya yang disebabkan faktor-faktor tertentu
sehingga ia terlambat atau bahkan tidak dapat mencapai tujuan belajar dengan
baik sesuai dengan yang diharapkan.
Faktor kesulitan belajar yang dialami siswa disebabkan oleh banyak faktor
seperti faktor-faktor fisiologis, psikologis, sarana dan prasarana dalam belajar
36
Dalam penelitian ini sasaran yang dituju adalah siswa kelas X SMA Negeri 1
Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014, dimana siswa tersebut
menunjukkan gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan belajar dalam
diri siswa tersebut. Gejala-gejala yang ditunjukkan siswa tersebut antara lain
menunjukkan prestasi belajar rendah, hasil belajar atau prestasi belajar yang
diperoleh tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, siswa lambat dalam
melakukan tugas-tugas belajar, siswa menunjukkan sikap yang tidak atau kurang
wajar selama proses pembelajaran, dan menunjukkan perilaku menyimpang.
Berdasarkan gejala-gejala yang ditunjukkan oleh siswa tersebut maka siswa
tersebut perlu bantuan dari pihak lain terutama guru pembimbing untuk
mengatasi kesulitan belajarnya. Dan dalam membantu permasalahan yang
dialami siswa dapat efektif jika menggunakan layanan konseling kelompok.
Menurut Sukardi (2000:58), “Layanan konseling kelompok yaitu layanan
bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan penuntasan permasalahan yang dialaminya
melalui dinamika kelompok”.
Keterkaitan antara kesulitan belajar dan konseling kelompok tampak jelas dalam
pelaksanaan konseling kelompok. Dalam pelaksanaan konseling kelompok
terdapat suatu keadaan yang membangun suasana menjadi lebih aktif dan lebih
bersahabat, keadaan itu adalah dinamika kelompok.Dengan adanya dinamika
kelompok itulah siswa mengembangkan diri dan memperoleh banyak
37
Menurut Prayitno (2004:4) tujuan layanan konseling kelompok yaitu:
“ Terkembangnya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap terarah pada tingkah
laku khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi; terpecahnya masalah
individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah
tersebut bagi individu- individu lain yang menjadi peserta layanan”.
Keuntungan itu diperoleh dengan cara siswa berperan aktif dan terlibat dalam
pemecahan permasalahan yang sedang dibahas dalam kelompok. Keterlibatan itu
dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam memberikan tanggapan, masukan
serta ide-ide mengenai permasalahan yang dibahas.Dengandemikian di dalam
konseling kelompok tercipta pemecahan yang relevan dari pemikiran siswanya
sendiri berdasarkan kumpulan pendapat/ide dari anggota kelompok.
Dipertegas dengan pendapat Nurihsan (Kurnanto 2013:9) mengenai fungsi
layanan konseling kelompok, yaitu :
“Konseling kelompok bersifat pencegahan dan penyembuhan.Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa individu yang dibanyu mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secara wajar di masyarakat. Sedangkan, konseling kelompok bersifat penyembuhan dalam pengertian membantu individu untuk dapat keluar dari persoalam yang dialaminya dengan cara memberikan kesempatan, dorongan juga pengarahan kepada individu untuk mengubah sikap dan perilakunya agar selaras dengan
lingkungannya. “
Melihat fungsi layanan konseling kelompok, dapat diketahui bahwa salah satu
fungsi dari konseling kelompok adalah membantu individu untuk dapat keluar
dari persoalan yang dialaminya sehingga sekiranya konseling kelompok dapat
38
dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi kesulitan belajar melalui layanan
konseling kelompok merupakan salah satu penanganan masalahbelajar siswa
yang dilakukan dalam suasana kelompok yang merupakan bagian dari bimbingan
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kotagajah yang berlokasi di Jalan SMA
Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah. Waktu penelitian ini adalah pada tahun
pelajaran 2013/2014.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen, yaitu
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2010).
Sedangkan untuk desain penelitian, peneliti menggunakan Quasi Experimental Designs dengan bentuk desain yang digunakan adalah nonequivalent control group design. Terdapat dua kelompok yang digunakan pada penelitian ini yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kontrol yaitu jika pada kelompok eksperimen setelah dilakukan
pretest subjek diberikan perlakuan berupa konseling kelompok lalu diberikan