• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA DADA PADA ATLET PUTRA BERPRESTASI KLUB RENANG METAL SC METRO TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA DADA PADA ATLET PUTRA BERPRESTASI KLUB RENANG METAL SC METRO TAHUN 2013"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN

RENANG 50 METER GAYA DADA PADA ATLET PUTRA BERPRESTASI KLUB RENANG METAL SC METRO

TAHUN 2013

Oleh Asa Medyantara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hubungan daya ledak otot tungkai, kekuatan otot tungkai dan panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 orang dengan teknik total sampling atau populasi sampel yaitu seluruh atlet berprestasi klub renang METAL SC Metro tahun 2013.

Metode penelitian ini adalah survey tes. Analisis data digunakan pada penelitian ini adalah analisis Statistik Korelasi Product moment.

Hasil analisis data penelitian diperoleh bahwa 1). Dari perhitungan Daya ledak otot tungkai memiliki hubungan sebesar 0,966 dan kontribusi sebesar 93,32 %. 2). Dari hasil perhitungan Kekuatan otot tungkai memiliki hubungan sebesar 0,923 dan kontribusi sebesar 85,19%. 3). Panjang lengan memiliki hubungan sebesar 0,830 dan kontribusi sebesar 68,89%.

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Penegasan Istilah ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 11

II. LANDASAN TEORI A. Landasan Teori ... 12

1. Olahraga Renang ... 12

2. Prinsip-prinsip Olahraga Renang... 14

3. Renang Gaya Dada... 18

4. Teknik Renang Gaya Dada ... 18

5. Otot Tungkai ... 29

6. Daya Ledak Otot Tungkai ... 37

7. Kekuatan Otot Tungkai ... 38

8. Panjang Tungkai... 39

9. Kerangka Pemikiran ... 40

(6)

ii

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi Penelitian ... 45

B. Sampel Penelitian ... 45

C. Variabel Penelitian ... 46

D. Rancangan Penelitian ... 47

E. Teknik Pengambilan Data ... 47

F. Prosedur Penelitian ... 48

G. Instrumen Penelitan ... 50

1. Tes Daya Ledak Otot Tungkai (Standing Broad Jump) ... 51

2. Tes Kekuatan Otot Tungkai ... 51

3. Tes Panjang Tungkai ... 51

H. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penelitian ... 52

I. Analisis Data... 53

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 57

B. Hasil Penelitian ... 59

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(8)

2

tanggal 21 Maret 1951 dengan nama Persatuan Berenang Seluruh Indonesia (PBSI), kemudian tahun 1959 berubah menjadi Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) (Kasiyo, 1980: 11).

Seiring dengan perkembangan jaman, olahraga renang berkembang berdasarkan tujuannya, yaitu sebagai olahraga prestasi, kesehatan dan rekreasi (Kasiyo, 1980: 11). Untuk mengembangkan prestasi renang maka muncul klub-klub renang, salah satunya adalah klub renang METAL SC Metro yang berdiri sejak tahun 2011.Klub METAL SC adalah singkatan dari METAL adalah METRO AQUATIC LAMPUNG dan SC adalah SWIMMING CLUB Sejak tahun 2011 sampai sekarang klub renang METAL SC Metro telah banyak menghasilkan atlet-atlet berprestasi baik di tingkat regional maupun nasional. Sampai sekarang, jumlah atet yang tergabung di klub renang METAL SC Metro berjumlah 24 atlet di bawah pimpinan Bapak Hilmansyah dan sebagai pelatih kepala adalah Hudji Hanantyo, S.E., M.M. Di klub tersebut para atlet dibina dan dilatih dengan program-program latihan di air dan di darat. Untuk latihan di air dilakukan setiap hari pada waktu sore hari. Pada hari Minggu digunakan para atlet untuk istirahat. Sedangkan latihan fisik di darat dilakukan satu minggu sekali yaitu pada hari Rabu sore. Klub METAL SC Metro biasa melatih atlet-atletnya di kolam renang tejosari Metro.

(9)

Dalam keadaan normal (di darat) tubuh manusia dapat bergerak bebas di bawah pengaruh gravitasi, sedangkan di air kita harus belajar menyesuaikan gerakan dengan air. Hal tersebut menimbulkan gerakan-gerakan yang kelihatan aneh, kemudian tercipta gerakan yang dianggap paling menguntungkan.Gerakan tersebut kemudian menjadi gaya-gaya dalam renang (Roeswan dan Soekarno, 1979: 37). Adapun gaya-gaya pada olahraga renang adalah gaya cral, gaya dada (breast stroke), gaya kupu-kupu (butterfl② stroke), dan gaya punggung (back stroke) (Kasiyo, 1980: 11).

Gaya dada adalah gaya yang pertama-tama dipelajari oleh kebanyakan orang pada waktu mereka mulai belajar berenang. Gaya ini juga yang dahulu digunakan oleh kapten Webb ketika menyeberangi selat dan memang masih digolongkan gaya yang paling efektif untuk jarak jauh (Haller, 1982: 22). Gaya ini sering dikatakan gaya katak, karena gerakan kaki yang menyerupai gerakan kaki katak pada saat berenang (Haller, 1982: 22). Dalam perkembangannya gaya dada telah mengalami banyak perubahan teknik baik gerakan tungkai maupun gerakan lengan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan koordinasi gerakan yang efektif dan pastinya lebih cepat dari yang sebelumnya.

(10)

4

(M. Sajoto, 1995: 8-10). Prestasi olahraga yang optimal dapat dicapai dengan pendekatan latihan fisik, teknik dan mental. Latihan fisik secara teratur, sistematis, terprogram dan berkesinambungan dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dituangkan dalam program latihan, sehingga dapat meningkatkan kualitas ataupun kondisi fisik tertentu. Dengan latihan akan mendukung suatu prestasi yang diinginkan. Prestasi olahraga tidak akan lepas dari kondisi dan kualitas fisiknya, dimana setiap cabang olahraga menuntut kondisi dan kualitas fisik yang berbeda-beda, hal ini sesuai dengan karakteristik olahraganya. Kondisi fisik adalah satu kesatuan komponen fisik yang dimiliki oleh seseorang. Kondisi fisik merupakan prasyarat yang harus dimiliki oleh seorang atlet di dalam meningkatkan dan mengembangkan prestasi olahraga yang optimal, sehingga segenap kondisi fisik harus dikembangkan dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing cabang olahraga (Eri Pratiknyo D, 2000: 1).

(11)

berkaitan dengan hukum Newton 3 yaitu dimana semakin panjang tungkai maka aksi yang diberikan untuk mendorong air ke belakang akan bertambah besar dan reaksi yang diberikan air ke depan juga akan sama besar.

(12)

6

Sedangkan teknik dalam renang gaya dada terdiri dari beberapa unsur teknik gerakan yang mempunyai prinsip yang sama dengan gaya yang lain yaitu posisi tubuh, gerakan lengan, gerakan tungkai, gerakan pengambilan nafas dan gerakan koordinasi. Dari beberapa teknik renang tersebut yang berfungsi sebagai tenaga penggerak adalah gerakan lengan dan gerakan tungkai. Tenaga penggerak inilah yang mengakibatkan perenang dapat melaju ke depan dalam renang gaya dada. Tetapi dari kedua tenaga penggerak tersebut gerakan yang lebih dominan adalah gerakan tungkai. Oleh sebab itu untuk mendukung teknik gerakan tersebut perlu dilatih kemampuan kondisi fisik terutama kekuatan otot tungkai.

(13)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik ingin mengadakan penelitian dengan judul: “ Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai, Kekuatan Otot tungkai dan Panjang Tungkai Terhadap Kecepatan Renang 50 meter Gaya Dada Pada Atlet Putra Berprestasi Klub Renang METAL SC Metro Tahun 2013”.

Berdasarkan uraian diatas bahwa alasan pemilihan judul dalam penelitian ini disimpulkan sebagai berikut:

1. Gaya dada merupakan gaya yang paling kuno dan juga gaya yang paling diminati oleh kebanyakan masyarakat, sehingga kebanyakan masyarakat tahu akan teknik renang gaya dada.

2. Dengan semakin banyaknya klub renang sekarang ini maka timbul berbagai metode latihan, sehingga teknik renang semakin berkembang, maka penulis tertarik untuk mengetahui perkembangan teknik renang pada umumnya dan teknik renang gaya dada pada khususnya.

(14)

8

B. Permasalahan

Masalah yang dihadapi oleh Klub renang METAL SC Metro adalah pelatih dan atlet tidak mengetahui seberapa besar pengaruh kerja otot tungkai apabila dimanfaatkan secara efektif guna menunjang peningkatan prestasi atlet renang gaya dada.

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalahan adalah:

1. Apakah ada hubungan daya ledak otot tungkai terhadap kecepatan 50 meter renang gaya dada pada atlet putra berprestasi klub renang METAL SC Metro tahun 2013?

2. Apakah ada hubungan kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan 50 meter renang gaya dada pada atlet putra berprestasi klub renang METAL SC Metro tahun 2013?

3. Apakah ada hubungan panjang tungkai terhadap kecepatan renang 50 meter gaya dada pada atlet putra berprestasi klub renang METAL SC Metro tahun 2013?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

(15)

2. Hubungan kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan renang 50 meter gaya dada pada atlet putra berprestasi klub renang METAL SC Metro tahun 2013.

3. Hubungan panjang tungkai terhadap kecepatan renang 50 meter gaya dada pada atlet putra berprestasi klub renang METAL SC Metro tahun 2013.

D. Penegasan Istilah

1. Hubungan

Hubungan adalah keadaan berhubungan (Depdikbud, 1989: 313). Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah hubungan antara, kekuatan otot tungkai dan panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter.

2. Tungkai

Tungkai adalah anggota badan bawah yang dibentuk oleh tulang tungkai atas/paha (os.femoris/femur), tulang tungkai bawah yang terdiri dari tulang kering (os.tibia), tulang betis ( os.fibula ), dan tulang kaki ( os.pedis/foot bones) (Ucup Yusup, Yadi Sunaryadi, 1999: 43).

3. Daya Ledak Otot Tungkai

(16)

10

4. Kekuatan Otot Tungkai

Kekuatan (strength) adalah komponen kondisi fisik seseoarang tentang kemampuanya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M. Sajoto, 1995: 8). Jadi kekuatan otot tungkai adalah kemampuan otot-otot tungkai untuk menahan beban sewaktu bekerja.

5. Panjang Tungkai

Panjang tungkai manusia adalah jarak antara tulang tungkai atas/paha (os.femoris/femur) sampai dengan tulang tungkai bawah/kaki (s.pedis/foot bones) (Ucup Yusup, 1999:43).

6. Kecepatan

Kecepatan (speed) adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat- singkatnya (M. Sajoto, 1995:9).

7. Atlet Berprestasi

Atlet berprestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah atlet METAL SC yang pernah bertanding di tingkat nasional.

8. Klub METAL SC

(17)

E. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pelatih klub renang METAL SC Metro tentang hubungan kekuatan otot tungkai dan panjang tungkai terhadap kecepatan renang gaya dada, penulis berharap agar : 1. Dapat memberikan program latihan yang sesuai dan efisien.

2. Dapat memberikan pengetahuan kepada atlet klub renang METAL SC Metro agar dapat meningkatkan kemampuan renang gaya dada.

3. Dapat memberikan wawasan kepada para pembaca pada umumnya ` tentang renang gaya dada.

(18)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Olahraga Renang

Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat diajarkan kepada anak - anak sejak berumur tingkat Taman Kanak-kanak termasuk di dalamnya Play Group sampai dengan tingkat mahasiswa. Ada yang lebih ekstrim lagi, yaitu mulai diajarkan kepada bayi berumur beberapa bulan tetapi banyak pula yang baru belajar renang setalah berumur tua (Kasiyo Dwijowinoto, 1979: 1).

(19)

Renang pada jaman dahulu dilakukan orang untuk menyelamatkan diri misalnya dari ancaman kebakaran hutan, melarikan diri dari kejaran musuh atau menyejukkan badan dari sengatan matahari (Thomas, 2000: 1) . Oleh karena itu dapat dijelaskan bahwa sejak semula selalu ada kedekatan manusia dengan air, misalnya anak-anak selalu ingin bermain dalam genangan air. Renang memberikan kesenangan, relaksasi, tantangan, persaingan, dan kemampuan untuk menyelamatkan diri dalam keadaan darurat di dalam air. (Thomas, 2002: 1). Dalam berlatih renang pada tahap pertama mengikuti hukum-hukum alam pengapungan dan pergerakan tubuh. Renang tidak menentukan suatu pola tangan atau kaki yang harus dilakukan asal dapat mengapung dan bergerak kemana saja.

Pada tahap berikutnya para perenang baru melakukan kombinasi gerakan-gerakan dan mengelompokkan kombinasi- kombinasi tersebut dalam gaya-gaya renang. Tahap selanjutnya kombinasi gerakan disusun secara sistematis dan jadilah gaya renang seperti yang sekarang banyak dilihat.

Dalam arena perlombaan baik tingkat nasional, regional maupun internasional ada empat gaya yang selalu dipertandingkan, gaya-gaya tersebut adalah The Cral Stroke, Gaya Punggung atau The Back Cral Stroke, Gaya Dada The Breast stroke dan Gaya Kupu-kupu atau The

(20)

14

B. Prinsip-prinsip Olahraga Renang

Renang adalah suatu jenis olahraga yang dilakukan di air. Olahraga ini dapat dilakukan mulai dari anak kecil sampai dengan orang tua. Olahraga ini sangat berguna sebagai alat pendidikan, sebagai rekreasi yang sehat, menanamkan keberanian, percaya diri dan sebagai terapi yang kadang-kadang dianjurkan oleh dokter (Soekarno 19984: 1).

Sekarang, cabang olahraga renang digunakan sebagai sarana untuk mengukir prestasi, hal ini dibuktikan dengan banyaknya klub-klub renang di mana-mana, dan banyaknya lomba-lomba renang yang diadakan dari tingkat daerah sampai dengan tingkat internasional. Untuk renang prestasi harus mengetahui prinsip-prinsip renang untuk menunjang prestasi yang diinginkan. Ada beberapa prinsip renang yang harus diketahui oleh para pelatih renang maupun atletnya, yaitu:

1. Prinsip Hambatan dan Dorongan

(21)

Usaha yang bisa dilakukan oleh perenang untuk memperoleh kecepatan renang yang tinggi, adalah membuat letak badan perenang di air supaya streamline dan tidak menimbulkan banyak tahanan, baik depan maupun belakang (Roeswan dan Soekarno, 1979:30). Sedangkan menurut Tri Tunggal, 2004:4 keberhasilan perenang untuk memenangkan suatu perlombaan pada dasarnya berasal dari kemampuan perenang untuk menghasilkan daya dorong sambil mengurangi hambatan. Menambah daya dorong dapat dilakukan dengan meningkatkan tenaga dorong yaitu melakukan kekuatan otot sedangkan untuk mengurangi hambatan dapat dilakukan sesuai bentuk hambatan.

2. Prinsip Hukum Aksi-Reaksi

(22)

16

3. Prinsip Pemindahan Momentum

Prinsip pemindahan momentum sering digunakan dalam renang. Gerakan lengan saat melakukan Start dan gerakan lengan saat pemulihan atau recovery pada gaya bebas, gaya kupu-kupu, dan gaya punggung serta gaya dada merupakan penerapan prinsip pemindahan momentum dalam renang. Pada saat start, momentum yang ditimbulkan oleh lengan selama mengayun dipindahkan ke seluruh tubuh dan membantu perenang meloncat lebih jauh (Soekarno 1985: 10).

4. Prinsip Teori Hukum Kuadrat

(23)

5. Prinsip Daya Apung

Asas Archimides menyatakan bahwa sebuah benda padat yang dimasukkan ke dalam ☎at cair akan diapungkan ke atas oleh gaya yang besarnya sama dengan ☎at cair yang dipindahkan. Jadi, gaya apung seseorang besarnya sama dengan berat air yang dipindahkan oleh badan yang mengapung.

Untuk dapat mengapung orang harus mempertimbangkan dua gaya, gaya ke bawah dari berat badan dan gaya apung ke atas dari air. Jika kedua gaya yang bekerja pada badan resultante nya sama dengan nol, gaya itu dalam keadaan seimbang dan badan dapat mengapung tanpa gerakan.

(24)

18

C. Renang Gaya Dada

Renang gaya dada adalah gaya yang pertama-tama dipelajari oleh kebanyakan orang pada waktu mereka mulai belajar berenang. Gaya dada sering dikatakan juga gaya katak, hal ini disebabkan karena ada kesamaan pada gerakan tungkainya. Gerakan tungkai renang gaya dada adalah membentangkan tungkai kebelakang sama dengan gerakan kaki katak pada saat berenang, yang membedakannya adalah pada kaki katak yang digunakan untuk mendorong air kebelakang hanya menggunakan telapak kaki sedangkan pada renang gaya dada selain telapak kaki juga kaki bagian atas.

D. Teknik Renang Gaya Dada

Teknik gaya dada seperti gaya renang yang lain terdiri dari beberapa gerakan, yaitu: start, posisi badan, gerakan lengan (sapuan luar dan catch, sapuan dalam dan recovery), gerakan tungkai, pengambilan napas, dan koordinasi antara gerakan lengan, gerakan tungkai dan gerakan pengambilan napas.

1. Start Renang Gaya Dada

(25)

Waktu reaksi yang baik ialah salah satu dari kualitas yang merupakan bawaan. Seorang perenang dapat belajar untuk meninggalkan tempat lebih cepat untuk mengambil posisi start yang betul dan melakukan koreksi. Kekuatan ialah kemampuan otot untuk menciptakan tegangan. Sedangkan power yaitu kecepatan dari koreksi otot. Seorang dengan power eksplosif yang baik dan mekanik mekanik yang jelek sering kali dalam start dapat mengalahkan orang dengan kombinasi yang sebaliknya tetapi jangan salah tafsir kalau waktu reaksi dan power yang baik, sudah cukup tanpa mengajar mekanik yang baik. Ia mungkin akan dapat start lebih baik lagi jika mempunyai kualitas yang baik dari ketiganya. Power dapat diperbaiki dalam batas-batas tertentu, dengan latihan beban dan kontraksi-kontraksi isometris.

(26)

20

Gambar 1

Analisis sudut tolakan start atas (Dixon, 1996:73)

2. Posisi Tubuh Renang Gaya Dada.

(27)

Gambar 2

Posisi badan renang gaya dada

3. Gerakan Lengan Renang Gaya Dada

(28)

22

Berikut gambar dari ketiga gerakan lengan tersebut 1-2 gerakan sapuan luar, 2-3 gerakan sapuan dalam dan 3-4 gerakan recovery.

.

Gambar 3 Gerakan lengan gaya dada

(29)

Gambar 4 Sapuan luar

Gerakan lengan sapuan dalam merupakan sapuan yang menghasilkan daya dorong terbesar pada gaya dada. Gerakan ini dimulai ketika tangan mendekati titik terdalam pada gerakan catch. Sapuan tangan harus berubah dari arah luar-bawah ke arah dalam-atas dengan sudut serangan 30°. Kecepatan sapuan dalam harus ditambah menjadi 5-6 m/detik. Sapuan dalam berakhir saat tangan mulai bergerak ke atas-depan untuk gerakan recovery.

(30)
[image:30.595.208.418.87.204.2]

24

Gambar 5 Awal sapuan dalam

4. Gerakan Tungkai Renang Gaya Dada

Ada dua teori mengenai gerakan tungkai gaya dada, yaitu teori wedge action (baji) dan teori whip action (cambuk). Kedua teori ini mengemukakan suatu pendapat yang berbeda, yaitu sumber kekuatan saat melakukan gerakan menendang. Pada teori wedge action sumber kekuatan berasal dari menekan air diantara kedua tungkai pada saat melakukan pelurusan. Sedangkan teori whip action sumber kekuatan diperoleh dari mendesak air ke belakang dengan telapak kaki.

(31)
[image:31.595.193.433.84.286.2]

Gambar 6

Gerakan tungkai gaya dada

Berikut penjelasan teknik gerakan tungkai yang berdasarkan teori whip action. Gerakan tungkai gaya dada dibagi menjadi dua yaitu: tendangan luar dan tendangan dalam.

(32)
[image:32.595.217.409.84.199.2]

26

Gambar 7

Tendangan luar dan awal tendangan dalam

Ketika mendekati pelebaran, kaki mulai menyapu ke arah bawah. Kaki harus dihemapaskan ke luar dan ke bawah hingga air terhempas ke belakang. Perenang harus menekan ke bawah dari pada ke belakang, hal ini akan meningkatkan kekuatan pendorong selama sapuan dalam. Ketika kaki hampir pada pelebaran yang maksimal, secara perlahan berubahan arah dari arah bawah ke arah dalam sehingga kedua kaki menyatu bersama dan serentak. Kaki harus dihempaskan ke arah dalam sekuat mungkin sehingga air menyibak ke belakang dari batas kaki bagian luar kedalam.

5. Gerakan Pengambilan Napas Renang Gaya Dada.

(33)
[image:33.595.214.423.477.750.2]

Gambar 8 Pengambilan nafas

6. Gerakan Koordinasi Renang Gaya Dada.

Gerakan koordinasi adalah perpaduan antara gerakan lengan, gerakan tungkai dan pengambilan napas.

(34)

28

Gambar 9

Gerakan koordinasi renang gaya dada

7. Peraturan- Peraturan Renang Gaya Dada

(35)

dimulai. Bila gerakan lengkap atau tidak lengkap dari lengan atau tungkai dari posisi start harus dianggap sebagai satu gerakan tungkai lengkap. Pada gaya dada, dari saat ketika seorang perenang, setelah start atau membalik, memulai gerakan kedua, sebagian dari kepala harus selalu di atas permukaan air (Soekarno, 1984: 47).

E. Otot Tungkai

Kita dapat bergerak karena adanya otot dan persendian, kekuatan kontraksi tergantung dari otot. Otot merupakan 40-45 % dari berat badan tubuh seseorang., di dalam tubuh kita terdapat 217 pasang otot rangka. Untuk dapat mempelajari fungsi otot dengan jelas maka perlu kita ketahui struktur otot itu sendiri, otot terdiri dari empat macam komponen: 1). jaringan otot yang terdiri dari sel-sel otot, 2). Jaringan ikat, 3). Syaraf dan 4). urat-urat darah (R.Soekarman, 1987: 27 ).

Pada tubuh manusia ada tiga macam otot, yaitu otot polos, otot jantung dan otot lurik. Otot lurik atau otot serat lintang atau otot rangka diliputi kapsul jaringan ikat yang membatasi otot serabut terhadap otot-otot di sekitarnya dan memberi bentuk pada otot tersebut. Lapisan jaringan ikat (terdiri atas serat-serat kolagen) yang membungkus otot, ini disebut fasia otot atau epimisium. Secara makroskopik otot ini terdiri atas berkas-berkas sel otot kecil (fasikulus), tiap-tiap berkas dibungkus lapisan jaringan ikat yang dinamakan perimisium.

(36)

30

yang juga membungkus cabang-cabang saraf dan pembuluh-pembuluh darah sebelum alat-alat ini masuk ke sel otot. Secara mikroskopik tiap-tiap berkas (fasikulus) terdiri atas sejumlah sel otot. Sel otot ini diliputi lapisan tipis jaringan ikat yang disebut endomisium (endo = akhir, misium = otot).

Sebuah sel otot disebut serabut otot atau serat otot yang terdiri atas satu sel. Secara mikroskopik, sebuah sel otot dibentuk oleh beberapa komponen kecil yang disebut miofibril (fibril = serat kecil) dan ini tersusun secara sejajar, sehingga memberi kesan bergaris (lurik). Sebuah miofibril terdiri atas sejumlah miofilamen yang merupakan rantai molekul-molekul protein dan memberi kesan garis-garis atau lurik, sebab ada dua macam tipe miofilamen, yaitu aktin (tipis dan transparan) dan miosin (tebal berupa garis-garis gelap). Otot dalam menjalankan fungsinya dibedakan otot sinergis dan otot antagonis. Otot sinergis adalah otot-otot yang mempunyai kerja yang .sama, umpamanya otot-otot untuk menekuk. Otot antagonis adalah otot-otot yang mempunyai kerja yang berlawanan, sebagai contoh otot untuk meluruskan dan menekuk ( R. Soekarman, 1987 : 27 ).

(37)

(otot merah) dan yang anaerobik dinamakan t✞pe II atau serabut otot cepat (otot putih). Pada otot kaki mempunyai serabut otot lambat yang banyak adalah soleus sedangkan pada lengan adalah trisep (R. Soekarman, 1987 : 29).

Fungsi otot adalah untuk berkontraksi, ada empat macam cara kontraksi otot yaitu : 1). Kontraksi isotonik, dalam kontraksi ini terjadi pemendekan otot, 2). Kontraksi isometrik, tidak kelihatan adanya gerakan dan untuk mempertahankan sikap tubuh, 3). Kontraksi eksentrik, terjadi adanya perpanjangan otot pada waktu kontraksi, dan 4). Kontraksi isokinetik, ketegangan yang timbul pada otot waktu menjadi pendek dengan kecepatan yang sama ( R. Soekarman, 1987: 31 ).

(38)
[image:38.595.118.510.84.215.2]

32

Gambar 10 Struktur otot rangka (Surja Widjaja, 1998:17)

Apabila otot dapat berkontraksi berturut-turut secara maksimum untuk jangka waktu yang lama dikatakan ketahanan ototnya baik. Kadang-kadang ketahanan otot dikatakan sebagai berlawanan dengan kepayahan. Otot-otot yang lekas payah dikatakan mempunyai ketahana otot yang rendah. Kenaikan kekuatan dan kepayahan otot disertai dengan perubahan dari otot akibat dari proses latihan (R. Soekarman. 1987: 32). Kekuatan yang sudah dicapai dapat dipertahankan dengan latihan sekali dalam seminggu dan apabila setahun tidak berlatih, 45 % dari kenaikan kekuatan masih dapat dipertahankan. (R.Soekarman, 1987: 36).

(39)

oleh coxea dengan tulang sacrum, terdapat dua persendian pada gelang panggul yaitu : 1) Sendi usus kelangka, dan 2). Sendi sela kemaluan. Gelang panggul mempunyai hubungan yang kokoh dengan batang badan sesuai dengan faalnya sebagai alat harus menerima berat badan dan meneruskannya pada kedua tungkai. Pengertian Tungkai, menurut Ucup Yusuf dan Yadi Sunaryadi (1999/2000: 43) anggota badan bawah cangkup tungkai dan panggul serta sandi-sandi dan otot-ototnya. Tungkai dibentuk oleh tulang atas atau paha (osfemoris atau femur), sedangkan tungkai bawah terdiri dari tulang karis (astibia) dan betis erta tulang kaki. Sedangkan gelang panggul dibentuk oleh cocea dengan tulang sacrum, terdapat dua persendian pada gelang pinggul yaitu: a). Sendi usus kelangka, dan b). Sendi kela kemaluan. Gelang panggul mempunyai hubungan yang kokoh dengan batang badan sesuai dengan faalnya sebagai alat yang harus menerima berat badan dan meneruskannya pada kedua tungkai. Hanya dalam penelitian ini otot tungkai harus mempunyai kekuatan yang baik agar dapat mempertahankan diri. Tungkai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “kaki” atau seluruh kaki dari pangkal paha ke bawah (Poerwodarminto, 2003: 1226). Kekuatan otot tungkai yang dimaksud disini adalah kemampuan otot untuk menerima beban dalam waktu tertentu dimana kemampuan itu dihasilkan oleh kontraksi otot yang terdapat pada tungkai dan kontraksi ini timbul untuk melakukan gerakan atau tahanan pada saat melakukan cross berdiri.

(40)

34

(41)
[image:41.595.122.505.84.356.2]

Gambar 11 Otot-otot tungkai

Otot tungkai bawah, terdiri dari:

1. Otot tulang kering depan muskulus tibialis anteriror. Fungsinya mengangkat pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokkan kaki. 2. Muskulus ekstensor talangus longus. Fungsinya meluruskan jari telunjuk

ke tengah jari, jari manis dan jari kelingking kaki.

(42)

36

tersebut dipaut oleh ikat melintang dan ikat silang sehingga otot itu bisa membengkokkan kaki ke atas.

4. Urat akiles (tendo achilles). Fungsinya meluruskan kaki di sendi tumit dan membengkokkan tungkai bawah lutut (muskulus popliteus). Terdapat di : a). Berpangkal pada kondilus tulang kering. b). Melintang dan melekat di kondilus lateralis tulang paha. Fungsinya, memutar tibia ke dalam (endorotasi).

5. Otot ketul jari (muskulus fleksor falangus longus). Berpangkal pada tulang kering dan uratnya menuju telapak kaki dan melekat pada ruas jari kaki. Fungsinya, membengkokkan jari dan menggerakkan kaki ke dalam. 6. Otot ketul empu kaki panjang (muskulus falangus longus). Berpangkal

pada betis, uratnya melewati tulang jari dan melekat pada ruas empu jari. Fungsinya, membengkokkan empu kaki.

7. Otot tulang betis belakang (muskulus tibialis posterior). Berpangkal pada selaput antara tulang dan melekat pada pangkal tulang kaki. Fungsinya dapat membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak kaki di sebelah ke dalam.

8. Otot kedang jari bersama. Letaknya di punggung kaki, fungsinya dapat meluruskan jari kaki (muskulus ekstensor falangus 1 - 5). Otot-otot tersebut terdapat di belakang mata kaki luar dipaut oleh ikat silang dan ikat melintang. Fungsinya, dapat mengangkat kaki sebelah luar.

(43)

kaki. Aponeurosis plantaris, tapak kaki yang ditutupi oleh selaput. Fasia plantaris, bagian khusus dari fasia yang terletak di bawah telapak kaki.

F. Daya Ledak Otot Tungkai

(44)

38

Olahraga Nasional Indonesia. 2000 : 18-28). Disamping bentuk-bentuk latihan yang lain, Weight training adalah bentuk latihan yag efektif untuk mengembangkan komponen kondisi fisik daya ledak. Daya ledak otot (muscular po☛er) disebut juga sebagai kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya (M. Sajoto, 1995:8). Jadi daya ledak otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Untuk mengukur daya ledak otot tungkai ada dua macam yaitu vertical jump dan standing broad jump. Pada penelitian ini menggunakan standing broad jump hal ini dikarenakan menyusaikan dengan teknik gerakan start yang arah tolakannya ke depan.

G. Kekuatan Otot Tungkai

(45)

dada. Kekuatan (strenght) disebut jiga sebagai komponen kondisi fisik seseoarang tentang kemampuanya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M. Sajoto, 1995:8). Seperti halnya, kekuatan otot tungkai juga salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan renang gaya dada. Menurut Harsono (1988:177) menyatakan sebenarnya kekuatan, strenght, power dan daya tahan otot atau endurance otot, mempunyai hubungan dengan faktor dominannya, yaitu kekuatan. Kekuatan tetap merupakan dasar atau basis dari daya ledak otot dan daya tahan otot. Jadi kekuatan otot merupakan komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan.

H. Panjang Tungkai

Tungkai sama dengan kaki mulai dari pangkal paha ke bawah sampai pada telapak kaki, merupakan anggota gerak bagian bawah yaitu seluruh kaki ditambah dengan panggul ( Depdikbud, 2001 : 895 ). Cara pengukuran panjang tungkai ada beberapa cara. Yang la☞im dipergunakan adalah selisih antara tinggi orang yang berdiri tegak, berdiri tegak artinya berdiri dengan punggung rata sejajar dengan garis lurus. Pandangan mata kearah depan, garis antara titik lubang telinga dengan sudut mata sejajar dengan telapak kaki yang rata menginjak lantai, dengan posisi orang duduk tegak, tegak dalam pengertian yang sama dengan orang pada waktu berdiri ialah punggung rata membentuk garis lurus. Tetapi bisa juga diukur langsung dari panghkal paha bagian luar sampai telapak kaki.

(46)

40

tungkai atas / paha (os femoris/femur), tulang tungkai bawah yang terdiri dari tulang kering (os tibia) dan tulang betis (os fibula) dan tulang kaki (os pedis/foot bones) (Ucup dan Yadi, 1999:43). Sedangkan panjang tungkai adalah jarak antara tulang pangkal paha dengan tulang bawah kaki pada saat sikap berdiri tegak lurus. Untuk mengukur panjang tungkai menggunakan meteran dengan satuan centimeter.

I. Kerangka Pemikiran

1. Analisis Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai Dengan Kecepatan

Renang 50 Meter Gaya Dada.

(47)

kekuatan saja tetapi juga kecepatan menendang. Kombinasi antara kekuatan dan kecepatan gerakan tersebut dinamakan daya ledak.

Jadi pada renang gaya dada gerakan tendangan tungkai juga membutuhkan daya ledak otot tungkai untuk mendukung teknik gerakan tungkai yang baik sehingga akan menghasilkan daya dorong maju yang lebih cepat.

Salah satu bentuk kondisi fisik yang harus dimiliki oleh seorang atlet renang agar mempunyai tendangan yang menghasilkan daya dorong maju bertambah cepat adalah mempunyai daya ledak otot tungkai yang besar, hal ini dikarenakan teknik yang baik tidak cukup untuk menghasilkan kecepatan renang yang maksimal apabila tidak didukung oleh kondisi fisik yang bagus. Untuk itu daya ledak otot tungkai harus dilatih dengan latihan beban agar lebih menigkat sehingga daya dorong yang diperoleh dari teknik gerakan tungkai yang sudah baik akan bertambah menjadi lebih cepat. Jadi daya ledak otot tungkai berhubungan berbanding lurus dengan kecepatan renang gaya dada, semakin besar daya ledak otot tungkai maka semakin cepat kecepatan renangnya.

J. Analisis Hubungan Kekuatan Otot Tungkai Dengan Kecepatan

Renang 50 Meter Gaya Dada.

(48)

42

sewaktu bekerja. Seperti halnya, kekuatan otot tungkai juga salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan renang gaya dada. Daya ledak otot atau power dan daya tahan otot atau endurance otot mempunyai hubungan dengan faktor dominannya, yaitu kekuatan.

Kekuatan tetap merupakan dasar atau basis dari daya ledak otot dan daya tahan otot. Jadi kekuatan otot merupakan komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keserluruhan.

Kemampuan fisik khususnya kekuatan otot tungkai merupakan sumber daya dorong maju utama, dalam menunjang teknik renang gaya dada terhadap kecepatan renang 50 meter gaya dada. Gerakan menendang pada renang gaya dada membutuhkan kekuatan untuk menghasilkan daya dorong maju. Semakin besar kekuatan yang dihasilkan oleh kekuatan otot tungkai maka semakin cepat daya dorong maju yang dihasilkan sehingga waktu yang ditempuh akan semakin cepat. Jadi hubungan kekuatan otot tungkai dengan kecepatan renang gaya dada berbanding lurus, karenasemakin besar kekuatan yang dihasilkan maka semakin cepat kecepatan renangnya.

K. Analisis Hubungan Panjang Tungkai Dengan Kecepatan Renang 50

Meter Gaya Dada.

(49)

papan tumpu dengan air. Apabila tungkainya panjang maka papan tumpunya akan semakin luas, sehingga gaya yang diberikan oleh air untuk ditekan kebelang menjadi bertabah, dengan kekuatan yang besar secara ototmatis daya dorong kedepanya akan semakin besar.

Hal ini berhubungan dengan hukum Newton 3 yaitu hukum aksi reaksi, bahwa semakin besar perkenaan gaya kesuatu benda maka benda tersebut akan memberikan gaya yang sama besar. Jadi kesimpulanya adalah dengan teknik renang yang sudah baik dan didukung oleh tungkai yang panjang maka akan menambah daya dorong maju yang lebih cepat.

L. Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata hipo (=lemah) dan tesis (pernyataan). Oleh karena itu, hipotesis masih merupakan pernyataan yang lemah, perlu diuji apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak. Secara tersirat hipotesis masih merupakan ramalan. Ketepatan peremalnya tergantung dari ketepatan landasan teori yang digunakan (Gempur Santoso, 2005:18).

(50)

44

bergantung pada hasil-hasil pengumpulan data penelitian. Berdasarkan permasalahan yang ada maka muncul jawaban sementara sebagai berikut: 1. Ada hubungan daya ledak otot tungkai terhadap kecepatan renang 50

meter gaya dada pada atlet putra berprestasi klub renang METAL SC Metro tahun 2013.

2. Ada hubungan kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan renang 50 meter gaya dada pada atlet putra berprestasi klub renang METAL SC Metro tahun 2013.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah populasi bersyarat yaitu atlet putra berprestasi klub renang METAL SC Metro 2013 yang berjumlah 8 atlet. Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Suharsimi, 2002: 108). Sedangkan menurut (Sudjana, 1996: 6) populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung atau mengukur, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

B. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang di selidiki, yang generalisasinya (kesimpulannya) dikenakan terhadap semua individu atau populasi (Suharsimi Arikunto, 2002: 108). Suhrsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian suatu Pendekatan praktek menyatakan bahwa :

(52)

46

di lihat dari waktu, 2) sempit luasnya pengamatan dari setiap subjek karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, 3) besar kecilnya resiko yang di taggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, jika sampelnya besar hasilnya akan lebih baik. Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini ada 8 orang, oleh karena itu, bertolak dari pendapat tersebut maka seluruh populasi dalam penelitian ini diambil sebagai sampel penelitian. Teknik sampling seperti ini adalah teknik total sampling yaitu dari populasi yang ada diambil semua untuk obyek penelitian (Suharsimi, 2002: 112).

C. Variabel Penelitan

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang akan menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2002: 96). Ada dua macam variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yng mempengaruhi variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel bebas. Sedangkan variabel-veriabel yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas atau X terdiri atas 3 variabel ialah a. Daya Ledak Otot Tungkai (X1)

b. Kekuatan Otot Tungkai (X2) c. Panjang Tungkai (X3)

(53)

D. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei tes, yaitu tes dan pengukuran. Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah desain korelasional atau Correlational Design. Adapun desain yang dimaksud adalah sebagai berikut:

E. Teknik Pengambilan Data

(54)

48

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan penelitian

a. Untuk mendapatkan populasi, peneliti mengajukan i✌in penelitian ke pihak klub renang METAL SC Metro. Setelah memperoleh i✌in dari pihak klub renang METAL SC Metro selanjutnya penulis mengurus surat ijin penelitian ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Lampung yang nantinya digunakan sebagai rekomendasi dari pihak fakultas ke pihak klub renang METAL SC Metro.

b. Langkah berikutnya adalah menghubungi pihak klub renang METAL SC Metro mengenai jumlah atlet berprestasi yang ada di klub renang METAL SC Metro. Setelah mendapat daftar nama atlet, peneliti dan pelatih klub renang METAL SC Metro mendiskusikan waktu dan teknik penelitian, yang selanjutnya kesepakatan tersebut dikonfirmasikan ke dosen Pembimbing dan atlet yang akan dijadikan populasi penelitian.

c. Tes dilaksanakan dua kali :

Yang pertama pengambilan data untuk variabel bebas, yaitu pengukuran Daya ledak otot tungkai, kekuatan otot tungkai dan panjang tungkai pada :

Hari/tanggal : Selasa, 30 April 2013

(55)

Yang kedua pengambilan data untuk variabel terikatnya, yaitu tes kecepatan renang 50 meter gaya dada dilaksanakan pada:

Hari tanggal : Kamis, 2 Mei 2013

Waktu : Pukul 16.00 WIB sampai selesai Tempat : Kolam renang Tejo Sari Metro

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Sebelum penelitian dilaksanakan, atlet dikumpulkan lalu dilakukan pendataan ulang, setelah itu melakukan pemanasan.

b. Pada waktu penelitian dilaksanakan peserta tes harus berpakaian olahraga untuk pengukuran daya ledak otot tungkai, kekuatan otot tungkai dan panjang tungkai, serta berpakaian renang untuk tes kecepatan renang 50 meter gaya dada, untuk mempermudahkan pelaksanaan penelitian.

c. Untuk pelaksanaan penelitian menggunakan metode penelitian survei sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan pengukuran yaitu : 1). Pengukuran daya ledak otot tungkai menggunakan lompat tanpa awalan, 2). Kekuatan Otot Tungkai menggunakan Back and Leg Dnamometer, dan 3). Pengukuran panjang tungkai dengan cara

(56)

50

3. Tahap Penyelesaian Penelitian

Setelah data dikumpulkan maka data tersebut dianalisis secara komputerisasi dengan sistem SPSS versi 16.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi 1998: 151). Instrumen penelitian yang diguanakan adalah Standing Broad Jump untuk mengukur daya ledak otot tungkai, Back and Leg Dnamometer untuk mengukur kekuatan otot tungkai, dan meteran

untuk mengukur panjang tungkai. Serta kolam renang jarak 50 meter dan stopatch untuk mengukur kecepatan renang 50 meter gaya dada. Dalam

(57)

1. Tes Daya Ledak Otot Tungkai

Pelaksanaan tes daya ledak otot tungkai adalah sebagai berikut:

Sampel setengah berjongkok, kaki ditempatkan pada balok lompat jauh atau tanda garis, lengan luruskan kebelakang. Meloncat atau menolak kedepan sejauh mungkin disertai dengan ayunan lengan dari kedua tangan. Setelah itu mendarat dengan kedua kaki. Penilaianya adalah jauhnya loncatan atau tolakan ke depan dengan satuan ukuran Cm (Eri Pratiknyo D, 2000: 43).

2. Tes Kekuatan Otot Tungkai

Pelaksanaan tes kekuatan otot tungkai adalah sebagai berikut:Sampel berdiri diatas papan Dnamometer dengan kaki sejajar dan dibuka lebar 6 inchi, genggam untuk memantapkan pegangan. Kepala tegak, punggung lurus dan tangan memegang palang selebar paha setelah diolesi kapur, untuk menyesuaikan pegangan secara tepat hubungkan palang dengan rantai. Sampel membengkokkan lutut dengan sudut antara 115-125 derajat, genggam palang sampai setinggi tulang pinggang. Sampel diminta menarik pegangan lurus ke atas dengan cara meluruskan kaki (tidak dihentakkan), sampai akhir tes dan jarum pada skala tidak bergerak lagi (Eri Pratiknyo D, 2000: 33).

3. Tes Panjang Tungkai

(58)

52

4. Tes Kecepatan Renang Gaya Dada 50 Meter.

Perlaksanaan tes kecepatan renang 50 meter gaya dada adalah sebagai berikut: Sampel berdiri siap di balok start, setelah ada aba-aba “awas”

sampel mengambil posisi start, kemudian setelah ada aba-aba bunyi peluit melakukan start dan berenang sejauh 50 meter dengan kecepatan maksimal. Stopwatch di mulai sejak dibunyikanya peluit dan diakhiri pada saat sampel/perenang finish. Angka yang menunjukan angka pada saat sampel menyentuh finish merupakan besarnya kecepatan yang ditempuh oleh sampel dengan ukuran detik.

H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian

Dalam kegiatan penelitian, terdapat berbagai faktor yang mungkin dapat menghambat pelaksanaan penelitian sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian tersebut. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:

1. Teknik atau cara pengambilan data yang disebabkan oleh tester.

Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti memilih mahasiswa FKIP Unila semester X sebagai tester karena telah mendapatkan mata kuliah Tes dan Pengukuran sehingga menguasai penggunaan alat tes yang digunakan. Selain itu sebelum pelaksanaan tes dan pengukuran yang sesungguhnya, peneliti bersama tester melakukan latihan tes dan pengukuran terlebih dahulu.

(59)

3. Faktor kesungguhan dan kondisi fisik sampel dapat berpengaruh terhadap hasil tes. Untuk mengatasi hal itu, peneliti memberikan motivasi dan arahan mengenai tujuan dan manfaat penelitian.

I. Analisis Data

Bentuk data dalam penelitian ini adalah bentuk angka yaitu data hasil pengukuran daya ledak otot tungkai, kekuatan otot tungkai, panjang tunghkai, dan kecepatan renang 50 meter gaya dada. Sebelum dilakukan penghitungan statistik deskriptif terlebih dahulu dilakukan transformasi data diubah ke data baku atau skor T, atau dilihat berapa skor angkanya baru kemudian dilakukan penghitungan-penghitungan statistik deskriptif dan juga dilakukan teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis Statistik Korelasi Product moment.

1. Korelasi Product Moment

Analisis statistik yang dilakukan oleh penulis menggunakan rumus Korelasi Product moment Riduwan (2005:98) digunakan untuk mengetahui hubungan daya ledak otot tungkai, kekuatan otot tungkai dan panjang tungkai terhadap kecepatan renang 50 meter gaya dada pada atlet putra berprestasi klub renang METAL SC Metro tahun 2013, digunakan penulis dengan menggunakan dua variabel yang akan diuji kebenarannya, yaitu X1 variabel Daya Ledak Otot Tungkai dan variabel X2 Kekuatan Otot

Tungkai, X3 ialah variabel panjang tungkai dan variabel tergantung (Y)

(60)

54

rXY =

å

å

å

å

å

å

å

-⑥ ) ( ✓ ✔ ) ( ✔ ) )( ( ) ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n Keterangan :

rXY = koefisien korelasi antar variabel X dan Y X = skor dari variabel X

Y = skor variabel Y N = jumlah atlet

∑X = Jumlah skor variabel X

∑Y = Jumlah skor variabel Y

∑X2 = Jumlah kuadrat skor variabel X

∑Y2 = Jumlah kuadrat skor variabel Y

Untuk menguji hipotesis antara X1 dengan Y menurut Riduwan (2005:144) digunakan statistik melalui korelasi product moment dengan rumus :

(

) (

)(

)

(

)

{

2

}

{

2

(

)

2

}

1 2 1 1 1 1

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

Y

X

n

r

X Y

å

å

å

å

=

Keterangan :

rX1Y = Koefesien korelasi n = Jumlah sampel X1 = Skor variabel X2 Y = Skor variabel Y

∑X1 = Jumlah skor variabel X2

∑Y = Jumlah skor variabel Y

∑ X12 = Jumlah kuadrat skor variabel X2

(61)

Untuk menguji hipotesis antara X2 dengan Y digunakan statistik melalui korelasi product moment dengan rumus :

(

) (

)(

)

(

)

{

2

}

{

2

(

)

2

}

2 2 2 2 2 2

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

Y

X

n

r

X Y

å

å

å

å

=

Keterangan :

rX2Y = Koefesien korelasi n = Jumlah sampel X2 = Skor variabel X2 Y = Skor variabel Y

∑X2 = Jumlah skor variabel X2

∑Y = Jumlah skor variabel Y

∑ X22 = Jumlah kuadrat skor variabel X2

∑Y2 = Jumlah kuadrat skor variabel Y

Untuk menguji hipotesis antara X2 dengan Y digunakan statistik melalui korelasi product moment dengan rumus :

(

) (

)(

)

(

)

{

2

}

{

2

(

)

2

}

3 2 3 3 3 3

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

Y

X

n

r

X Y

å

å

å

å

=

Keterangan :

rX3Y = Koefesien korelasi n = Jumlah sampel X3 = Skor variabel X3 Y = Skor variabel Y

(62)

56

∑Y = Jumlah skor variabel Y

∑ X32 = Jumlah kuadrat skor variabel X3

∑Y2 = Jumlah kuadrat skor variabel Y

Menurut Riduwan (2005:98), harga r yang diperoleh dari perhitungan hasil tes dikonsultasikan dengan Tabel r product moment. Untuk dapat memberikan interpretasi digunakan pedoman standar interpretasi koefisien korelasi, yaitu kategori koefisien korelasi yang digunakan :

1. Korelasi sangat lemah : 0,00 – 0,199 2. Korelasi lemah : 0,20 – 0,399 3. Korelasi sedang : 0,40 – 0,599 4. Korelasi kuat : 0,60 – 0,799 5. Korelasi sangat kuat : 0,80 – 1,000

2. Koefisian Determinasi

Selanjutnya Riduwan (2005:139) mengemukakan untuk mencari besarnya sumbangan (kontribusi) antara variabel X dan variabel Y maka menggunakan rumus Koefisian Determinansi :

Keterangan: KP = Nilai Koefisien Determinansi r = Koefisien Korelasi

(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan atau korelasi yang signifikan antara daya ledak otot tungkai terhadap kecepatan renang 50 meter gaya dada pada atlet putra berprestasi klub renang METAL SC Metro Tahun 2013.

2. Ada hubungan atau korelasi yang signifikan antara kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan renang 50 meter gaya dada pada atlet putra berprestasi klub renang METAL SC Metro Tahun 2013.

(64)

✼✶

B. Saran

Saran yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Kepada pelatih dan perenang klub renang METAL SC Metro perlu disadari bahwa daya ledak otot tungkai, kekuatan otot tungkai, panjang tungkai, merupakan salah satu faktor penunjang kecepatan renang 50 meter gaya dada, sehingga program latihan renang untuk daya ledak dan kekuatan otot mendapat perhatian tersendiri.

2. Pelatih dan perenang klub renang METAL SC Metro harap menyadari bahwa daya ledak otot tungkai, kekuatan otot tungkai, panjang tungkai merupakan salah satu faktor penunjang kecepatan renang 50 meter gaya dada, oleh karena itu perlu melakukan latihan secara intensif untuk memperkuat otot tungkai.

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta.

Counsilman, James E. 1982. The Science of S✕imming Terjemahan Soekarno. Yogyakarta: Dirjen Pendidikan Tingggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Dixon, Joseph. 1996. S✕imming Coaching. Ramsbury, Melborough: Crowood Press Dwijoyowinoto, Kasiyo. 1980. Renang Perkembangan Pengajaran Teknik dan

Taktik. Semarang: IKIP Semarang.

Dwikusworo, Eri Pratiknyo. 2000. Petunjuk Praktis Tes dan Pengukuran Olahraga. Semarang: FIK Universitas Negeri Semarang.

Hadi, Sutrisno. 1997. Statistik Jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset Yogyakarta. Haller, David. 1982. Belajar Berenang. Bandung: Pionir Jaya.

Lampung, Universitas. 2008. Format Penulisan Kara Ilmiah. Bandar Lampung Universitas Lampung.

M, Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Pri✗e.

Roeswan dan Soekarno. 1979. Renang dan Metodik Untuk SGO. Editor Dong Kamtomo Jakarta: P.T. Karya Unipress.

Santoso, Gempur. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Prestasi Pustaka Phublisher.

Soekarno. 1984. Renang Dasar. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Sudjana. 1996. Metode Stastitik. Bandung: Taristo.

Supranto, J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Erlangga Jakarta.

(66)

Ucup Yusup dan Yadi Sunaryadi. 1999. Kinesiologi. Semarang: Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Gambar

Gambar 1
Gambar 2 Posisi badan renang gaya dada
Gambar 3 Gerakan lengan gaya dada
Gambar 4 Sapuan luar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat adanya keterbatasan data dalam laporan keuangan dan keterbatasan kemampuan penulis, maka dalam penelitian ini hanya fokus pada penilaian tingkat kesehatan bank

menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan Kesehatannnya - Siswa dapat menjelaskan manfaat dari olahraga, rekreasi dan

Melalui perbandingan di antara model tadbir urus syariah bagi sistem perbankan Islam di Malaysia dan Indonesia yang menumpukan kepada kedudukan perundangan dan

Berisikan tentang semua informasi yang dibutuhkan dalam merancang Aplikasi Registrasi Pelayanan Check Up dan Konsultasi Praktek Dokter Bersama Klinik Muara Kasih Dengan

Jika penerimaan pertama dimulai 10 bulang lagi dan tingkat bunga yang relevan J12=12%, hitunglah nilai yang diterima Antan pada saat ini!.

Pendidikan dalam era modern semakin tergantung pada tingkat kualitas, antisipasi dari para guru untuk menggunakan berbagai sumber yang yang tersedia, mengatasi permasalahan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Koran Slank sebagai jurnalisme komunitas berperan dalam memberikan solusi terhadap masalah kebangsaan dan membentuk streotipe

Dan ketentuan - ketentuan menjadi saksi pun telah di atur dalam KUHAP, yaitu seperti dalam Pasal 1 ayat (26) yang menerangkan bahwa saksi adalah orang yang