• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 95% Cabe Jawa (Piper reftrofractum Vahl.) terhadap Kadar HDL Tikus Putih (Rattus novergicus) Jantan Galur Sprague Dawley yang Diberi Diet Tinggi Lemak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 95% Cabe Jawa (Piper reftrofractum Vahl.) terhadap Kadar HDL Tikus Putih (Rattus novergicus) Jantan Galur Sprague Dawley yang Diberi Diet Tinggi Lemak"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 95%

CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl.) TERHADAP

KADAR HDL TIKUS PUTIH (Rattus novergicus)

JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIBERI

DIET TINGGI LEMAK

Oleh

AGUSTIA PRATIWI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

The Effect of Ethanol Extract 95% of Long Pepper (Piper reftrofractum Vahl.) on HDL Levels in Male Sprague-Dawley Rats Administrated by High

Fat Diet

By

AGUSTIA PRATIWI

Cardiovascular disease is the major cause of mortality worldwide. Low level of

High Density Lipoprotein (HDL) is the predispotition factor of this diseases. Existing treatments can causes several side effects. The negative impacts can be minimalized by using Piper longum.

The aim of this research is to know the effect of long pepper (piper reftrofractum

vahl.) extract on HDL levels. This is an experimental research with Post Test Only Control Group Design, used 21 male sprague dawley rats and simply randomize into 3 groups. Group A had standard diet in 7 weeks. Group B had high fat diet in 7 weeks. Group C had high fat diet in 4 weeks, then standard diet and ethanol extract 95% of long pepper with the dose 160 mg/kg in 3 weeks. The sample of blood was taken out in the end of 8th week.

The average of HDL levels are A (55,57 ± 2,07), B (22,00 ± 2,30), and C (38,71 ± 4,49). With one way ANOVA and continued with post hoc test, there are significantly difference between groups (p<0,05). So that ethanol extract 95% of long pepper has effect on HDL levels in male sprague dawley rats administrated by high fat diet.

(3)

ABSTRAK

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 95% Cabe Jawa (Piper reftrofractum Vahl.) terhadap Kadar HDL Tikus Putih (Rattus novergicus) Jantan Galur Sprague Dawley

yang Diberi Diet Tinggi Lemak

Oleh

AGUSTIA PRATIWI

Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab kematian nomor satu di dunia. Kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang rendah merupakan faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Upaya pengobatan yang ada saat ini masih banyak menimbulkan efek samping. Dampak negatif dapat diminimalisir dengan obat-obatan alami yaitu ekstrak cabe jawa.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak cabe jawa (Piper reftrofractum Vahl.) terhadap kadar HDL. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Post Test Only With Control Group Design, menggunakan 21 ekor tikus putih galur sprague dawley yang diacak kedalam 3 kelompok. Kelompok A diberikan diet standar dalam 7 minggu. Kelompok B diberikan diet tinggi lemak dalam 7 minggu. Kelompok C diberikan diet tinggi lemak selama 4 minggu dilanjutkan ekstrak etanol 95% cabe jawa dengan dosis 160 mg/kgbb selama 3 minggu. Sampel darah diambil melalui jantung di akhir minggu ke-8. Dari hasil penelitian didapatkan rerata kadar HDL kelompok A (55,57 ± 2,07), kelompok B (22,00 ± 2,30), dan pada kelompok C (38,71 ± 4,49). Dengan menggunakan uji statistik one way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji post hoc didapatkan perbedaaan yang signifikan (p<0,05). Dengan demikian ekstrak etanol 95% cabe jawa berpengaruh terhadap kadar HDL tikus putih jantan galur sprague dawley yang diberi diet tinggi lemak.

(4)
(5)
(6)

i A. High Density Lipoprotein ... 7

1. Pengertian ... 7

2. Struktur dan Fungsi ... 8

3. Metabolisme………...………10

B. Cabe Jawa... 11

1. Daerah Asal dan Penyebaran ... 11

2. Morfologi ... 11

3. Kandungan Kimia ... 14

4. Khasiat dan Kegunaan... 14

C. Peran HDL dalam Dislipidemia ... ...17

(7)

ii

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

C. Populasi dan Sampel ... 24

D. Variabel Penelitian ... 25

E. Definisi Operasional... 26

F. Prosedur Penelitian... 27

G. Alat dan Bahan ... 31

H. Pengumpulan Data ... 32

I. Pengolahan Data... 32

J. Etika Penelitian ... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...35

B. Pembahasan ...39

V. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan...44

B. Saran...45

DAFTAR PUSTAKA ...46

(8)

i DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori ... 5

2. Kerangka Konsep ...6

3. Tanaman Cabe Jawa ... 13

4. Simplisia Kering Cabe Jawa ... 13

5. Alur Penelitian ... 26

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Besar Sampel ... 24

2. Definisi Operasional ... 25

3. Nilai Rerata Pengukuran Kadar HDL ... 36

4. Hasil Uji oneway ANOVA ... 38

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia.

Pada tahun 2008 terjadi 17, 3 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler

dan pada tahun 2030 nanti diperkirakan akan ada 23,3 juta kematian

per-tahunnya akibat penyakit ini (WHO, 2013). Di Indonesia sendiri penyakit ini

merupakan 30% penyebab kematian, yang merupakan proporsi terbanyak dari

penyebab kematian yang ada (NCD profiles, 2011). Dislipidemia berperan

dalam proses aterosklerosis, sehingga orang dengan dislipidemia memiliki

resiko yang lebih tinggi untuk terserang penyakit kardiovaskuler (Tziomalos,

2009).

Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi

lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol Low

Density Lipoprotein (LDL), kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar

High Density Lipoprotein (HDL). Kadar HDL normal dalam darah adalah

(11)

Konsentrasi HDL berhubungan secara terbalik dengan insiden

artherosklerosis koroner. HDL cenderung membawa kolesterol menjauhi arteri dan kembali ke hati, menyingkirkan kolesterol yang berlebihan di plak ateroma dan menghambat perkembangan plak selama proses aterogenesis

(Hafiane, 2013). Selain itu HDL juga memiliki fungsi sebagai antioksidan,

antiinflamasi dan antitrombosis selain perannya dalam transpor lipid dalam

darah. HDL penting untuk memelihara kondisi normal endotel pembuluh

darah, menghambat apoptosis sel, dan berperan dalam perbaikan endotel yang

rusak (Daniil dkk., 2011).

Diet rendah kolesterol, olah raga teratur, pengendalian berat badan serta terapi farmakologik dengan obat hipolipidemia merupakan cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar kolesterol darah yang tinggi.Akan tetapi terapi farmakologik yang tersedia masih menimbulkan banyak efek samping seperti miopati, rash, eksem, dispepsia, nyeri ulu hati, hepatotoksik, dan teratogenik (Suyatna, 2007).

Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) sering dikategorikan sebagai tanaman obat. Cabe jawa merupakan tanaman asli Indonesia dan banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Madura, dan Sulawesi. Ekstrak etanol 95% cabe jawa mengandung piperin, minyak atsiri, piperidin dan turunan lainnya (Moeloek, 2009).

Pemberian 40 mg/kgbb piperin pada tikus jantan Sprague dawley yang diberi

diet tinggi lemak selama 8 minggu, secara signifikan tidak hanya mengurangi

(12)

3

meningkatkan kadar HDL dengan cara menghambat akumulasi lipid dan

lipoprotein dengan cara memodulasi enzim dari metabolisme lipid, seperti

Lecithin-cholesterol acyltransferase (LCAT) dan Lipoprotein lipase (Shah

dkk., 2011). Pada penelitian lain disebutkan bahwa kadar ApoA-I, suatu apoliporotein pembentuk HDL, tikus Wistar jantan yang diberikan ekstrak piperin dan diet tinggi lemak selama 10 minggu lebih tinggi bila dibandingkan dengan tikus Wistar jantan yang hanya diberikan diet tinggi lemak (Vijayakumar, 2006).

Melihat adanya kemampuan antidislipidemia dari senyawa aktif piperin,

maka penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh pemberian

ekstrak etanol 95 % cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) yang memiliki kandungan piperin terhadap kadar HDL pada Rattus novergicus galur

Sprague dawley yang diberi diet tinggi lemak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti yaitu, apakah ekstrak etanol 95% cabe jawa berpengaruh terhadap kadar HDL tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur

(13)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 95% cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) terhadap kadar HDL pada tikus putih (Rattus novergicus) galur Sprague dawley yang diberi diet tinggi lemak.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan hasil yang diperoleh dapat bermanfaat tidak hanya bagi peneliti tetapi juga bagi masyarakat luas. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi institusi:

Untuk menambah kepustakaan khususnya mengenai pengaruh cabe jawa terhadap kadar HDL.

2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi:

Sebagai dasar untuk mengembangkan terapi fitofarmaka antidislipidemi dan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya dan diujikan pada hewan dengan tingkat kehidupan yang lebih tinggi.

3. Bagi pembangunan:

(14)

5

E. Kerangka Pikiran

1. Kerangka Teori

Diet tinggi lemak dapat menyebabkan penurunan Apo A-1. Apo A-1 merupakan pembentuk utama High Density Lipoprotein (HDL) dan

aktivator lechitin cholesterol acyl transferase (LCAT) (Vijayakumar,

2006). Ekstrak cabe jawa memiliki kandungan piperine, piperidin, minyak

atsiri dan beberapa alkaloid lainnya. Piperine terbukti meningkatkan kadar

Apo A-1 plasma sehingga kadar HDL pun turut mengalami peningkatan

(Vijayakumar, 2006). Piperine juga memodulasi enzim LCAT, suatu

enzim yang berperan dalam metabolisme HDL (Shah dkk., 2011).

(15)

2. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka konsep

E. Hipotesis

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. High Density Lipoprotein

1. Pengertian

High Density Lipoprotein (HDL) adalah lipoprotein berdensitas tinggi, terutama mengandung protein. HDL diproduksi di hati dan usus halus. HDL mengambil kolesterol dan fosfolipid yang ada di dalam darah dan menyerahkannya ke lipoprotein lain untuk diangkut kembali atau dikeluarkan dari tubuh (Muray, 2009). Guna menilai tinggi rendahnya HDL, digunakan angka standar dari NCEP ATP III yaitu kadar HDL rendah, < 40 mg/dl dan kadar HDL tinggi, ≥ 60 mg/dl.

(17)

2. Struktur dan Fungsi

HDL adalah partikel lipoprotein yang terkecil, memiliki densitas yang paling tinggi karena lebih banyak mengandung protein dibandingkan kolesterol. Kandungan apolipoprotein terbanyaknya adalah Apo A-I dan Apo A-II. Hati mensintesis lipoprotein sebagai kompleks dari apolipoprotein dan fosfolipid, yang membentuk partikel kolesterol bebas, kompleks ini mampu mengambil kolesterol yang dibawa secara internal dari sel melalui interaksi dengan ATP-binding cassette transporter AI (ABCA1). Suatu enzim plasma yang disebut Lecithin-cholesterol acyltransferase (LCAT) mengkonversi kolesterol bebas menjadi kolesteril ester (bentuk yang lebih hidrofobik dari kolesterol), yang kemudian tersekuestrasi kedalam inti dari partikel lipoprotein, akhirnya menyebabkan HDL yang baru disintesis berbentuk bulat. Partikel HDL bertambah besar karena mereka beredar melalui aliran darah dan memasukkan lebih banyak kolesterol dan molekul fosfolipid dari sel dan lipoprotein lainnya, misalnya dengan interaksi dengan transporter ABCG1 dan Phospholipid Transport Protein (PLTP) (Murray, 2009).

(18)

9

terhadap ester kolesterol HDL. Sebagai hasilnya, VLDL diproses untuk LDL, yang dibuang dari sirkulasi oleh reseptor LDL jalur. Trigliserida tidak stabil dalam HDL, tetapi terdegradasi oleh hepatik lipase sehingga, akhirnya, partikel HDL kecil yang tersisa, yang akan memulai kembali penyerapan kolesterol dari sel. Kolesterol yang ditranspor ke hati akan dieksresikan ke empedu usus baik secara langsung maupun tidak langsung setelah konversi menjadi asam empedu. Pengiriman kolesterol HDL ke adrenal, ovarium, dan testis penting untuk sintesis hormon steroid (Murray, 2009).

(19)

3. Metabolisme

HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang mengandung apoliprotein (apo) A, C, dan E: dan disebut HDL nascent. HDL nascent berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung apoliprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari makrofag. HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat. Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol (kolesterol bebas) dibagian dalam dari makrofag harus dibawa kepermukaan membran sel makrofag oleh suatu transporter yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette transporter-1 atau disingkat ABC-1 (Adam, 2006).

(20)

11

B. Cabe Jawa

1. Daerah Asal dan Penyebaran

Cabe jawa atau lada panjang (Piper retrofractum Vahl.), dikenal juga dengan nama cabe jamu. Nama daerah cabe jawa adalah campliputa (Aceh), lada panjang (Minang), cabe jamu/cabe sula (Jawa Barat), cabe jamo/cabe onggu (Madura), cabe (Jawa Tengah/Jawa Timur/umum) (Balitro, 2004).

Selain di Indonesia jenis tanaman ini dapat tumbuh di kawasan Indochina, Thailand sampai bagian Selatan Asia Tenggara (Balitro, 2004). Awalnya penanaman cabe jawa hanya terkonsentrasi di Jawa, namun saat ini tanaman cabe jawa banyak ditanam di berbagai daerah, diantaranya Jawa, Madura, Lampung, Sulawesi dan Ambon (Rukmana, 2006).

2. Taksonomi dan Morfologi

Kedudukan cabe jawa dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikaikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Monocotyledonae Ordo : Piperales

(21)

Genus : Piper

Spesies : Piper retrofractum Vahl. (Rukmana, 2008).

Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.; long pepper) termasuk famili Piperaceae yang tumbuh merambat seperti lada. Karakteristik morfologi tanaman cabe jawa mirip dengan tanaman lada. Menurut Dirjenbun (2009) tanaman cabe jawa mempunyai dua jenis akar, yaitu akar utama berada di dalam tanah yang berfungsi untuk menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah, dan akar lekat yang berfungsi untuk melekatkan batang sehingga tanaman dapat memanjat.Menurut Balitro (2004) ciri tanaman cabe jawa di antaranya adalah sebagai berikut :

- Buah muda berwarna hijau, setelah cukup tua berwarna kuning gading dan setelah tua berwarna merah.

- Daun berbentuk bundar telur sampai lonjong, dari pangkal daun bentuk jantung membundar dan ujungnya meruncing.

- Mempunyai batang yang memiliki akar panjat pada ruasnya, sehingga tanaman ini dapat melekat erat pada tiang panjat atau batang pohon. Batang ini disebut juga sulur panjat. Tanaman ini juga memiliki sulur cabang buah, yaitu batang tempat keluarnya buah dan sulur cacing, yaitu batang yang keluar dari pangkal batang yang menjalar di permukaan tanah.

(22)

13

Direktorat Budidaya Tanaman Rempah dan Obat (2007) menambahkan ciri-ciri morfologi cabe jawa sebagai berikut:

- Daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, tunggal berseling, pangkal tumpul, ujung meruncing, bertulang menyirip terdiri dari 3–5 pasang, permukaan daun bagian atas licin dan bagian bawah berbintik, daun muda berwarna hijau muda kekuningan dan daun tua berwarna hijau tua mengkilap, lebar daun dapat mencapai 5–10 cm serta panjang 14–19 cm. Panjang tangkai daun antara 1.5–2.5cm. - Bunga majemuk, berkelamin tunggal. Bunga majemuk tersebut

tersusun dalam bentuk bulir. Panjang tangkai bunga tersebut dapat mencapai 0.5–2.0 cm. Benang sari berjumlah 2–3 buah, tangkai sari

(23)

dari batang utama jugadisebut cabang atau sulur buah karena dari sulur ini akan keluar buah.Sulur buah ini tumbuh mendatar dan tidak memiliki akar lekat.

- Tanaman cabe jawa mempunyai dua jenis akar, yaitu: Akar utama, berada di dalam tanah yang berfungsi untuk menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar lekat berada di atas permukaan tanah yang berfungsi untuk melekatkan batang sehingga tanaman dapat memanjat.

Gambar 3. Tanaman cabe jawa (Permadi, 2008)

(24)

15

3. Kandungan Kimia

Alkaloid: piperin, kavisin, piperidin, isobutildeka-trans-2-trans-4 dienamida; saponin, polifenol, minyak atsiri, asam palmitat, asamtetrahidropiperat, 1-undesilenil-3,4-metilendioksibenzena, dan sesamin (BPOM RI, 2009).

4. Khasiat dan Kegunaan

Penggunaan cabe jawa dalam bentuk simplisia termasuk dalam 10 besar bahan baku yang diserap oleh industri obat tradisional, dan menempati peringkat ke-enam, yaitu 9.5% dari total simplisia. Pemakaian simplisia ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata per tahun 20.81% dalam kurun waktu 1985-1990(Januwati et al. 2000). Kebutuhan cabe jawa berdasarkan ragam penggunaan(khasiat obat) adalah 47.73% (Kemala dkk., 2003).

(25)

lain yang dapat melancarkan peredaran darah (Moeloek, 2009). Buah cabe jawa mengandung minyak atsiri, piperina, piperidina, asam palmitat, asamtetrahidropiperat, undecylenyl 3-4 methylenedioxy benzene, N-isobutyl decatrans-2 trans-4 dienamida, sesamin, eikosadienamida, eikosatrienamida, guinensia,oktadekadienamida, protein, karbohidrat, gliserida, tannin, kariofelina. Diduga bahan bioaktif yang berkhasiat afrodisiak di dalam buah cabe jawa adalah piperin, sekurangnya 25% piperin terkandung dalam ekstrak etanol cabe jawa (Usia, 2012).

Syukur dan Hernani (2002) menyatakan bahwa cabe jawa banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan obat tradisional, obat modern, dan campuran minuman. Selain itu, cabe jawa bermanfaat sebagai obat kolera, influenza, lemah syahwat, bronkitis, dan sesak nafas. Selanjutnya cabe jawa berkhasiat sebagai obat masuk angin, gangguan pencernaan,penguat lambung, obat kumur, dan pereda kejang perut. Bagian tanaman yang digunakan dan dimanfaatkan adalah daun dan biji dalam keadaan segar serta seluruh bagian tanaman yang dikeringkan dengan cara diangin-anginkan (Permadi,2008).

(26)

17

terganggu, tidak dapat hamil karena rahim dingin, membersihkan rahim setelah melahirkan, badan terasa lemah, dan stroke. Bagian daun cabe jawa berfungsi untuk mengobati kejang perut dan sakit gigi (Muhlisah, 2007).

C. Peran HDL dalam Dislipidemia

(27)

Fungsi HDL antara lain:

1. Meningkatkan sintesis reseptor LDL

2. Diduga sebagai sumber bahan pembentukan prostasiklin yang bersifat anti trombosis

3. Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL remnant dan kilomikron remnant (Murray, 2009).

Berdasarkan studi epidemiologi, kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang tinggi dapat mencegah perkembangan aterosklerosis. Mekanisme yang tepat tidak pasti, meskipun mungkin itu merupakan konsekuensi dari satu atau lebih dari tindakan HDL yang telah dilaporkan. Penjelasan terbaik yang diketahui mungkin hubungan ini berkaitan dengan kemampuan HDL untuk mengangkut penghabisan kolesterol dari sel-sel di dinding arteri. Namun, HDL memiliki fungsi tambahan, beberapa di antaranya mungkin tidak terkait dengan peran mereka dalam transportasi lipid plasma. Misalnya, mereka mengikat lipopolisakarida, merangsang gerakan sel endotel, menghambat sintesis faktor platelet activating oleh sel endotel, dan melindungi eritrosit terhadap generasi aktivitas prokoagulan. HDL merangsang sintesis prostasiklin oleh sel endotel. Mereka juga mengikat prostasiklin dan sehingga memperpanjang waktu paruhnya. Mereka mengurangi epidermal growth factor yang menginduksi sintesis DNA di otot polos pembuluh darah (Barter, 2004).

(28)

19

juga memiliki efek antioksidan dan antiinflamasi Tingkat dimana salah satu atau semua fungsi-fungsi transportasi nonlipid HDL berkontribusi pada perlindungan terhadap aterosklerosis masih belum pasti, meskipun bukti yang dipelajari bahwa setidaknya beberapa dari mereka mungkin sangat penting (Daniil dkk., 2011).

HDL dilepaskan sebagai partikel miskin kolesterol yang mengandung apolipoprotein A, C, dan E; dan disebut HDL nascent. HDL nascent

berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung apolipoprotein A1 (Anderson, 2013). HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan dalam makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari makrofag, HDL nascent

berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat. Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol bebas di bagian dalam dari makrofag harus dibawa ke permukaan membran makrofag oleh suatu transporter, yaitu

adenosine triphosphate-binding casette transporters-1 (ABC-1) (Adam, 2006).

Kolesterol bebas akan diesterfikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim

lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol yang dibawa oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama ialah ke hati dan ditangkap oleh Scavenger Receptor class B tipe 1

(29)

mendegradasi apolipoprotein HDL. Proses ini dikenal sebagai selective uptake. Jalur kedua adalah kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid dari VLDL dan LDL dengan bantuan cholesterol ester transferprotein (CETP) (Murray, 2009).

Konsentrasi HDL bervariasi secara timbal-balik dengan konsentrasi trigliserid plasma dan secara langsung dengan aktivitas lipoprotein lipase. Hal ini mungkin disebabkan oleh surplus konstituen permukaan, misal fosfolipid dan apo A-I yang dilepaskan selama hidrolisis inti trigliserid kilomikron dan VLDL (Daniel, 2006). Konsentrasi HDL berhubungan secara terbalik dengan insiden aterosklerosis koroner. Keadaan ini terjadi karena konsentrasi HDL mencerminkan efisiensi pembersihan kolesterol dari jaringan (Page, 2010). Berdasarkan hasil penelitian, HDL dapat berperan sebagai antioksidan dan antitrombosis selain perannya dalam transpor lipid dalam darah. HDL juga penting untuk memelihara kondisi normal endotel pembuluh darah, menghambat apoptosis sel, dan berperan dalam perbaikan endotel yang rusak (Barter, 2004).

(30)

21

yang berlebihan di plak ateroma dan menghambat perkembangan plak selama proses aterogenesis (Guyton, 2009).

D. Potensi Cabe Jawa dalam Meningkatkan Kadar HDL

Piperin merupakan salah satu senyawa alkaloid yang dapat dijumpai dalam ekstrak cabe jawa. Dalam Ekstrak etanol 95% cabe jawa terdapat sebanyak 25% piperin. Rumus molekul piperine C17H19NO3 dan memiliki melting point 128oC-132oC. Piperin merupakan trans-trans streoisomer dari 1-piperoylpiperidine. Piperin juga dikenal sebagai (E. E)-1-piperoylpiperidin dan (E,E)-1-[5-(1,3-benzodioxol-5-y1)-1-oxo-2,4-pentdienyl] piperidin (Usia, 2012).

Piperin terbukti meningkatkan kadar HDL plasma pada tikus percobaan. Mekanismenya masih belum jelas, namun hipotesis yang mungkin adalah piperin bekerja sebagai agonis reseptor MC-4. Piperin juga mempengaruhi aktivitas tirogenik yang memodulasi kadar lipoprotein dan resistensi insulin pada tikus yang diberi diet tinggi lemak. Selain itu piperin juga menghambat akumulasi lipid dan lipoprotein secara signifikan dengan memodulasi enzim yang berperan pada metabolisme lipid, seperti

(31)

pembentuk HDL, sehingga kadar Apo A-1 berbanding lurus dengan kadar HDL (Vijayakumar, 2006).

(32)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis sebab akibat dengan melakukan intervensi (Notoatmodjo, 2012). Sedangkan rancangan atau desain penelitiannya menggunakan Post Test Only Control Group Design, dengan rancangan ini memungkinkan peneliti mengukur pengaruh perlakuan (intervensi) pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan kelompok tersebut dengan kelompok kontrol (Notoatmodjo, 2012).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

(33)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague dawley.

2. Sampel Penelitian a. Kriteria Inklusi

1) Sehat, ditandai dengan bergerak aktif. 2) Umur 2-3 bulan

3) Berat 200-300 gram b. Kriteria Eksklusi

1) Tikus mati sebelum penelitian selesai 2) Tikus mengalami diare

c. Besar Sampel

Untuk penelitian kali ini, besar sampel yang digunakan ditentukan menggunakan rumus Federer 1967.

t (n-1) 15

t = jumlah kelompok perlakuan n = jumlah sampel tiap kelompok

Maka besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

3 (n-1) 15

3n – 3 15

(34)

25

Dari hasil perhitungan di atas, dibutuhkan jumlah sampel minimal sebanyak 6 ekor tikus untuk tiap kelompok. Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 7 ekor tikus untuk setiap kelompok, sehingga seluruh jumlah sampel adalah 21 ekor.

Rincian besar sampel yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Besar sampel penelitian

Kelompok Besar Sampel

(Diet tinggi lemak + cabe jawa)

7 ekor

7 ekor

21 ekor

Total Sampel 21 ekor

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas (independent variable) adalah ekstrak etanol 95% cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) yang diberikan kepada tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague dawley.

(35)
(36)

27

F. Prosedur Penelitian

Gambar 4. Alur penelitian

1. Lama Penelitian

(37)

2. Diet Tinggi Lemak

Diet tinggi lemak yang diberikan pada penelitian ini adalah diet kuning telur. Pemberian 10 gram diet kuning telur yang diberikan secara

intermitten kepada tiap tikus terbukti dapat meningkatkan kadar kolesterol total, trigliserida dan kolesterol LDL serta menurunkan kadar kolesterol HDL (Prasetyo, 2002).

3. Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol 96% Cabe Jawa (Piper retrofractum

Vahl.)

Berdasarkan hasil penelitian Shah dkk tahun 2011, dosis piperin yang terbukti meningkatkan kadar HDL adalah 40mg/kgbb, sehingga dosis piperin yang diberikan untuk tikus dengan berat badan 250 g adalah sebanyak 10 mg. Dengan perhitungan sebagai berikut:

Kandungan piperin yang terdapat dalam ekstrak etanol cabe jawa adalah 25% (BPOM, 2012), sehingga ekstrak etanol 95% cabe jawa yang diberikan untuk tikus dengan berat badan 250 g adalah 40 mg dengan perhitungan sebagai berikut:

10 mg = x 25% = 40 mg

(38)

29

4. Prosedur Pembuatan Ekstrak etanol 95% cabe jawa:

Ekstrak dibuat di Bagian Kimia Organik FMIPA Unila. Proses pembuatan ekstrak etanol cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) dalam penelitian ini menggunakan etanol teknis 95% sebagai pelarut. Ekstraksi dimulai dari penimbangan cabe jawa. Selanjutnya seluruh bagian dikeringkan dalam almari pengering, dibuat serbuk dengan menggunakan blender atau mesin penyerbuk. Etanol dengan kadar 95 % ditambahkan untuk melakukan ekstraksi dari serbuk ini selama kurang lebih 2 (dua) jam kemudian dilanjutkan maserasi selama 24 jam. Setelah masuk ke tahap filtrasi, akan diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang didapat akan diteruskan ke tahap evaporasi dengan Rotatory Evaporator pada suhu 50ºC sehingga akhirnya diperoleh ekstrak kering.

5. Pengambilan Sampel Darah Tikus

Pengambilan sampel darah dilakukan pada akhir penelitian. Tikus dikeluarkan dari kandang dan ditempat terpisah dengan tikus lainnya kemudian ditunggu beberapa saat untuk mengurangi penderitaan pada tikus akibat aktivitas antara lain, pemindahan, penanganan, gangguan antar kelompok, dan penghapusan berbagai tanda yang pernah diberikan. Setelah itu, tikus dianestesi dengan Ketamine-xylazine 75-100 mg/kg + 5-10 mg/kg secara IP kemudian tikus di euthanasia berdasarkan

(39)

dasar tengkorak. Dengan tangan lainnya, pada pangkal ekor atau kaki belakang dengan cepat ditarik sehingga menyebabkan pemisahan antara tulang leher dan tengkorak (AVMA, 2013). Setelah tikus dipastikan mati, darah di ambil melalui jantung dengan menggunakan alat suntik sebanyak ±3 cc dan dimasukkan ke dalam tabung vacuum tainer kapasitas 10cc. 6. Cara Pembuatan Serum

Darah yang sudah berhasil didapatkan didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Kemudian dipusingkan selama 10 menit pada kecepatan 3000 rpm. Serum yang terbentuk dipisahkan dari endapan sel-sel darah dengan menggunakan pipet (Bahaudin, 2008).

7. Prosedur Pemeriksaan Kadar HDL

Prinsip penentuan kolesterol HDL didasarkan pada pengendapan kolesterol LDL, VLDL dan kilomikron dengan penambahan

phosphotungstic acid dengan adanya ion magnesium. Setelah disentrifus, konsentrasi kolesterol dalam fraksi HDL yang berada dalam supernatan dapat diukur. Serum sebanyak 500 μl dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse, ditambahkan 1 ml reagen pengendap, kemudian dikocok sampai homogen. Campuran dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar, kemudian disentrifus selama 2 menit dengan kecepatan 12.000 rpm.

Supernatan yang jernih dipisahkan untuk dilakukan penentuan kadar kolesterol dengan metode CHOD-PAP. Supernatan atau standar sebanyak 100 μl selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung, ditambahkan 1 ml

(40)

31

gelombang 500 nm dengan alat spektrofotometer. Sebagai blanko digunakan air suling sebanyak 100 μl yang ditambah 1 ml reagensia.

Konsentrasi kolesterol-HDL dalam supernatan adalah (Duta Medika, 2013) :

A sampel

Kolesterol-HDL (mg/dl) = --- x kons. Standar (mg/dl) A standar

G. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang hewan, tempat pakan hewan, tempat minum hewan, timbangan elektronik AND, sonde lambung, disposable spuit, handschoen, pipet tetes, tabung reaksi, pipet mikro, tik biru (untuk memindahkan reagen) dan kuning (untuk memindahkan serum), sentrifuge tabung, spektrofotometer sumifin 1904-f (semi automatic), teko, gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes, elemeyer, rotary , dan alat tulis.

2. Bahan

a. Hewan coba berupa tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur

Sprague dawley berasal dari IPB Bogor dan memenuhi kriteria inklusi. Mendapat pakan standar dan minum secara ad libitum.

b. Bahan perlakuan berupa :

(41)

2) Ekstrak etanol 95% cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.)

c. Bahan pemeriksaan kadar HDL berupa Reagen untuk pemeriksaan kadar HDL

H. Pengumpulan Data

Data diperoleh dari pemeriksaan kolesterol HDL tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague dawley pada akhir penelitian. Setelah itu data dimasukkan ke dalam tabel.

I. Pengolahan Data

Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan software statistik. Langkah pertama adalah dengan melakukan uji normalitas data yaitu dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk. Bila sebaran data normal maka dilakukan analisis dengan menggunakan one way ANOVA, namun bila sebaran data tidak normal, uji yang diguanakan adalah uji Kruskal-Wallis. Bila pada uji

(42)

33

J. Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, dengan menerapkan prinsip 3R dalam protokol penelitian, yaitu:

1. Replacement, adalah keperluan memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh makhluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan.

2. Reduction, adalah pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer yaitu (n-1) (t-1) ≥ 15, dengan n adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan.

3. Refinement, adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi, dengan prinsip dasar membebaskan hewan coba dalam beberapa kondisi.

a. Bebas dari rasa lapar dan haus, pada penelitian ini hewan coba diberikan pakan standar dan minum secara ad libitum.

(43)

kandang dijaga kebersihannya sehingga, mengurangi stress pada hewan coba.

c. Bebas dari nyeri dan penyakit dengan menjalankan program kesehatan, pencegahan, dan pemantauan, serta pengobatan terhadap hewan percobaan jika diperlukan, pada penelitian hewan coba diberikan perlakuan dengan menggunakan nasogastric tube

dilakukan dengan mengurangi rasa nyeri sesedikit mungkin, dosis perlakuan diberikan berdasarkan pengalaman terdahulu maupun literatur yang telah ada.

Prosedur pengambilan sampel pada akhir penelitian telah dijelaskan dengan mempertimbangkan tindakan manusiawi dan anesthesia serta

(44)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

(45)

Adapun saran untuk pengembangan dan perbaikan penelitian ini yaitu:

1. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan efek samping yang terjadi dengan pemberian ekstrak etanol 95% cabe jawa.

2. Peneliti lain dapat melakukan lebih lanjut menggunakan dosis bertingkat dari ekstrak etanol 95% cabe jawa untuk mengetahui dosis mana yang paling efektif untuk meningkatkan HDL.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, JMF. 2009. Dislipidemia. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi 5. Interna Publishing. Jakarta.

Anantyo, D. 2009. Efek Minyak Atsiri dari Bawang Putih (Allium sativum)

terhadap Persentase Jumlah Neutrofil Tikus Wistar yang Diberi Diet Kuning Telur. (Skripsi). Universitas Diponegoro. Semarang.

Anderson, TJ, Gregoire J, Hegele RA, Couture P, Mancini GBJ, Francis GA,dkk. 2013. Update of the canadian cardiovascular society guidelines for the diagnosis and treatment of dyslipidemia for the prevention of cardiovascular disease in the adult. Canadian Journal of Cardiology. Kanada.

Anwar, TB. 2004. Dislipidemia sebagai faktor resiko penyakit jantung koroner. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Medan.

Bahaudin, A. 2008. Profil lemak darah dan respon fisiologik tikus putih yang diberi pakan gulai daging domba dan tambahan jeroan. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Balitro. 2004. SPO Budidaya cabe jawa, mengkudu, jambu biji dan salam. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Barter PJ, Nicholls S, Rye KA, Anantharamaiah GM, Navab M, Fogelman AM. 2004. Antiinflammatory Properties of HDL. The Heart Research Institute. Sydney. 95(8):764-72

Dahlan, S. 2009. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Salemba Medika. Jakarta.

---. 2009. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Salemba Medika. Jakarta

Daniil G, Alexia AP, Adriaan G, Mohammad MM, Letta A, Jan AK, dkk. 2011. Characterization of antioxidant/anti-inflamatory properties and ApoA-I-containing subpopulations of HDL from family subjects with monogenic low HDL disorders. National Center for Scientific Research Demokritos.

Yunani. 412(13-14):1213-1220

(47)

Federer, WT.1967. Experimental design, theory and application. Oxford and IBH Publ. Co. New Delhi, Ramsey SC, Galeano.

Gandha, N. 2009. Hubungan Perilaku dengan Prevalensi Dislipidemia pada Masyarakat Kota Ternate Tahun 2008. (Skripsi). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Gibney MJ, Wolmarans P. 2008. Pedoman Diet. Buku Gizi Kesehatan Masyarakat. Terjemahan: Andry Hartono. Jakarta: EGC.

Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.

Hafiane A, Genest J. 2013. HDL, atherosclerosis, and emerging therapies. Journal of Cardiovascular. Canada

Himayani, R. 2012. Hubungan Pemberian Ekstrak Cabe Jawa terhadap Jumlah Spermatozoa Mencit Jantan Dewasa. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung. Lampung.

Indrapraja, O. 2009. Efek minyak atsiri bawang putih (Allium sativum) dan cabe jawa ( Piper retrofractum Vahl.) terhadap jumlah eritrosit pada tikus yang diberi diet kuning telur. (Skripsi). Univerita Diponegoro. Semarang. Januwati M, Syai M, Nasir M. 2000. Budidaya tanaman cabe jawa (Piper

retrofractum Vahl.). Direktorat Aneka Tanaman. Jakarta.

Javed I, Zia-Ur R, Muhammad ZK, Faqir M, Bilal A, Zahid I, dkk. 2009. Antihyperlipidemic efficacy of Trachysperum ammi in albino rabbits.

University of veterinary and animal sciences. Pakistan. 78:229-236.

Jellinger PS, Adi EM, Yehuda H, Mark DS. 2013. The AACE Task Force for Management of Dyslipidemia and Prevention of Atherosclerosis.American Association of Clinical Endocrinologists' guidelines for management of dyslipidemia and prevention of atherosclerosis. Amerika.

Kemala S, Sudiarto E, Rini P, Yuhono JT, Yusron M, Mauludi L, dkk. 2003.

Serapan, pasokan dan pemanfaatan tanaman obat di Indonesia. Laporan Teknis Penelitian Tanaman Rempahdan Obat (II): 187-247.

(48)

Lund-Katz, Phillips MC. 2010. High density lipoprotein structure-function and role in reverse cholesterol transport. Children's Hospital of Philadelphia, University of Pennsylvania School of Medicine. Philadelphia. 51:183-227 Maneesai P, Norman S, Krongkarn C. 2012. Piperine is Anti-hyperlipidemic and

Improves Endothelium-Dependent Vasorelaxation in Rats on a High Cholesterol Diet. Journal of Physiological and Biomedical Sciences.

Thailand. 25(1): 27-30

Moeloek N, Silvia WL, Yurnadi, Bambang WV. 2009. Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) sebagai Fitofarmaka Androgenik pada Pria Hipgonad. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Moll, J. 2013. What Causes Low HDL Cholesterol Levels?. Journal of Cardiovascular. Canada.

Mufti M, Iriyanti N. 2008. Sifat Fisikokimiawi Telur, Kandungan Trigliserida Dan Kolesterol Serum Darah Ayam Petelur Yang Mendapat Probiotik Dalam Ransum. Jurnal Unsoed. Purwokerto

Muhlisah, F. 2007. Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Penebar Swadaya. Jakarta. Murray, RK. 2009. Biokimia Klinik Edisi 27th. Jakarta: EGC

Musunuru, K. 2010. Atherogenic Dyslipidemia: Cardiovascular Risk and Dietary Intervention. Cardiovascular Research Center and Center for Human Genetic Research. Boston. 45(10):907-14

Mutiara UG, Sutyarso, Mustofa S. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) dan Zinc (Zn) Terhadap Jumlah Sel Germinal Testis Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus). Medical Journal of Lampung University. Lampung.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan edisi revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Permadi, A. 2008. Membuat kebun tanaman obat. Pustaka Bunda. Jakarta.

Prasetyo A, Udadi S, Ika PM. 2002. Profil Lipid dan Ketebalan Dinding Aorta Abdominalis Tikus Wistar pada Injeksi Inisial Adrenalin Bitatras Intravena dan Diet Kuning Telur Intermitten. (Tesis). Universitas Diponegoro. Semarang.

Rader, DJ. 2006. Molecular regulation of HDL metabolism and function: implications for novel therapies. The Journal of clinical investigation.

(49)

Rukmana, R. 2008. Cabai Jawa, Potensi dan Khasiatnya Bagi Kesehatan.

Penerbit Kanisisus. Yogyakarta

Shah SS, Gaurang BS, Satbeer DS, Priyanshi VG, Kajal C, Khyati AS, dkk. 2011. Effect of Piperine in The Regulation of Obesity-Induced Dyslipidemia in High-Fat Diet Rats. Indian Journal of Pharmacology. India. 43(3): 296– 299.

Suyatna, FD. 2007. Hipolipidemik. Dalam: Ganiswara, G. Sulistia, dkk. 2007.

Farmakologi Dan Terapi Edisi ke-5. Jakarta: Universitas Indonesia. Syukur, AH. 2002. Budidaya tanaman obat komersil. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Tziomalos K, Vasilios G. 2011. Dylipidemia of obesity, metabolic syndrome and type 2 diabetes mellitus: the case for residual risk reduction after statin treatment. InternationalJournal of Cardiology. Kanada. 5: 24-34

Usia, T. 2012. Info POM. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta.

Vijayakumar RS, Namasivayam N. 2006. Lipid-Lowering Efficacy of Piperine from Piper Ningrum L. In High-Fat Diet and Antithyroid Drug-Induced Hypercholesterolemic Rats. Journal of Food Biochemistry. India. 30(4):405–421.

Wahjoedi B, Pudjiastuti, Budi N, Yun A. 2004. Efek androgenik ekstrak etanol cabe jawa pada anak ayam. Jurnal Bahan Alam Indonesia. Jakarta. 3(2): 26-33

WHO. 2013. Programmes and Projects : Cardiovascular diseases. World Health Organization.

---. 2011. NCD Country profiles: Indonesia. World Health Organization. ---. 2008. Traditional Medicine. World Health Organization.

Widiyanti, T. 2003. Cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.) sebagai klon unggulan di pulau madura. Balai Besar Perbenihan Dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya.

(50)

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teori (Vijayakumar, 2006; Shah dkk., 2011)
Gambar 2. Kerangka konsep
Gambar 3. Tanaman cabe jawa (Permadi, 2008)
Tabel 1. Besar sampel penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chayati (2011) bahwa variasi pencampuran ubi jalar kuning pada pembuatan roti manis mempengaruhi tingk at kesukaan serta

Wawasan Kebangsaan merupakan cara pandang suatu bangsa (bangsa Indonesia) dalam rangka mengelola tata kehidupan berbangsa dan bernegara yang berpedoman pada

Simpulan dari penelitian menunjukkan bahwa analisis kualitas hasil praktek kebaya yang dibuat oleh peserta didik program keahlian Tata Busana SMK Negeri 2

Berdasarkan rumusan tersebut, penulis tertarik untuk menjawab pertanyaan di atas dengan melakukan penelitian dengan judul “ Penerimaan Diri Pada Wanita Bekerja

Pelaksanaan kegiatan di Desa Tanjung Sari meliputi: Minggu I melakukan pertemuan dan pendiskripsian program POSDAYA dengan pengurus POSDAYA, perencanaan kegiatan

[r]

Hal ini dapat dilihat dari fenomena yang terjadi pada siswa SMA Negeri 6 Ambon yang dalam proses pembelajaran memiliki peran aktif yang kurang dalam menyimak

Hal ini dapat diartikan, jika terpaan iklan televisi pictorial warning pada rokok meningkat, maka sikap untuk berhenti merokok pada perokok dewasa di Kota.. Yogyakarta