UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
D E N G A N P E M B E L A J A R A N K O O P E R A T I F T I P E
J I G S A W
PADA SISWA KELAS VI A SEMESTER GANJIL SDN I WAY HALIM PERMAI
BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
YULINARSkripsi
sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi PGSD Strata 1 Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
ii
UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKADENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW PADA SISWA KELAS VI A SEMESTER GANJIL SDN I WAY
HALIM PERMAI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014
OLEH
YULINAR
Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa VI A SDN I Way Halim Permai Bandar Lampung. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 17 siswa (47.2%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika siswa kelas VI A SDN Way Halim Permai Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VI A SDN Way Halim Permai Bandar Lampung sebanyak 40 Siswa. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru mengajar. Untuk data hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari, maka digunakan soal pre tes dan post tes (Evaluasi). Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik prosentase dengan membandingkan standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan yaitu > 75.
Dari hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 70% dan pada siklus II 90%. Hasil belajar siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 65 dan pada siklus II meningkat menjadi 82. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I belum tercapai dengan baik yaitu 64% dan pada siklus II sudah tercapai dan meningkat menjadi 81.66%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VI A SDN Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun pelajaran 2013/2014.
DAFTAR ISI
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Rumusan Masalah ... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Pengertian Kooperatif Tipe Jigsaw ... 8
2.1.1 Pengertian Belajar ... 13
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar ... 15
2.1.3 Tipe-tipe Hasil Belajar ... 16
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 19
2.1.5 Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunakan Metode Jigsaw ... 21
2.1.6 Pengertian Matematika... 23
2.1.7 Pengertian Hasil Belajar Matematika... 24
2.2 Penelitian Terdahulu Yang Relevan... 24
2.3 Kerangka Pikir Penelitian ... 26
2.4 Hipotesis ……… 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29
3.1 Setting Penelitian …… ……… … 29
3.1.1 Tempat Penelitian... 29
4.1 Prosedur Penelitian ……… 42
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………... 42
4.1.2 Persiapan Pembelajaran ……… … 42
4.2 Hasil Penelitian ……… 43
4.2.1 Siklus 1 ……… 43
4.3 Refleksi ...………... 50
4.3.1 Rekomendasi Siklus II ………... 51
4.4 Siklus II ……….. .. 52
4.4 Pembahsan ……….. .. 59
4.4.1 Deskripsi Pengelolaan Pembelajaran ………... 59
4.4.2 Deskripsi Hasil Belajar Siswa ……… 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …... ………. 64
5.1 kesimpulan ……… 64
5.2 Saran ………. 65
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak ditetapkanya Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi dan
berikutnya Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), maka di sekolah-sekolah dari jenjang pendidikan dasar
diterapkan kurikulum baru yang dikenal dengan sebutan kurikulum tingkat
satuan pendidikan disingkat KTSP, sebagai penyempurnaan dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004. KTSP menghembuskan perubahan
dari model pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered)
menjadi model pembelajaran yang berpusat pada subjek didik (students
Centered), perubahan dari kegiatan mengajar menjadi kegiatan
membelajarkan.
Dibalik perubahan-perubahan besar dan mendasar yang dihembuskan oleh
KTSP, tantangan yang dihadapi oleh guru tidaklah semakin ringan,
melainkan semakin berat. Penerapan standar isi dan standar kompetensi
sebagai acuan dasar dalam menyusun KTSP membawa konsekuensi yang
tidak ringan dalam implementasinya dilapangan. KTSP menuntut adanya
profesionalisme yang tinggi dari guru. Dalam kaitanya dengan konsep
mendasar dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Faturrohman (2010 : 14)
menyatakan “Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru dan siswa terlibat
dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya, dalam
interaksi itu siswa lebih aktif, bukan guru”. Itu berarti bahwa kegiatan
pembelajaran berpusat pada siswa, dan bukan guru.
Belajar matematika merupakan proses pengembangan logika yang perlu
dikenalkan terhadap calon peserta didik sejak usia dini karena pentingnya
belajar matematika sehingga proses kemampuan berhitung peserta lebih
optimal Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007
Mengenai Standar Proses pendidikan (BSNP, 2007) Matematika tumbuh dan
berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu logika adalah dasar
untuk terbentuknya matematika. Logika adalah masa bayi dari matematika,
sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari logika. Sejalan dengan
berkembangnya matematika, maka banyak para ahli yang mengemukakan
pendapatnya mengenai belajar matematika adalah sangat penting.
Berdasarkan hasil observasi di Kelas VI A SDN 1 Way Halim Permai
Bandar Lampung diperoleh keterangan bahwa aktivitas yang kurang dalam
belajar Matematika, khususnya dalam materi Bangun datar dan Volume
bangun ruang siswa dikelas tersebut masih tergolong rendah dikarenakan
metode pembelajaran yang kurang mengena pada siswa atau kurang sesuai
karena metode belajar yang masih dominan guru yang lebih aktif dalam
memberikan teori belajar. Berikut dapat dilihat nilai raport mata pelajaran
Tabel : 1.1 Persentase hasil belajar siswa semester genap
Dari table diatas hasil belajar siswa untuk ujian semester ganjil tahun
pelajaran 2013/ 2014 menunjukan bahwa hasil belajar siswa hanya 17 siswa
dari 40 siswa yang mencapai KKM (47,2%). Berarti 23 siswa atau 52,8%
yang belum mencapai KKM dimana KKM yang ditetapkan adalah 60. Hal
ini dikarenakan guru lebih berperan terhadap teori belajar yang diberikan
dari pada siswa yang cenderung pasif dalam melakukan kegiatan belajar
matematika.
Oleh sebab itu, mengembangkan pembelajaran yang tidak hanya membantu
siswa dalam memahami konsep-konsep Matematika tetapi juga mendorong
siswa menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berfikir kritis dan
mengembangkan sikap sosial perlu diterapkan model pembelajaran yang
memungkinkan harapan tersebut dapat terwujud. Salah satu model
pembelajaran yang memungkinkan harapan tersebut dapat terwujud adalah
pembelajaran berdikusi dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran
dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu memahami
mencapai hasil belajar yang tinggi. Karena belajar dalam kelompok yang
terdiri dari 5-6 siswa membuat antar siswa saling mengandalkan maka untuk
meminimalisirnya guru mengelompokan siswa dalam beberapa kelompok
mengurangi jumlah siswa menjadi 4-5 siswa dalam tiap kelompok, selain itu
setiap siswa dalam tim akan diberikan bagian materi yang berbeda,
kelompok tersebut akan dibagi lagi menjadi kelompok ahli atau yaitu
perwakilan dari masing–masing kelompok yang anggotanya memiliki
kesamaan materi atau sub bab dengan klompok yang lain maka akan
dibentuk kelompok yang baru, bisa disebut juga dengan kelompok ahli. Pada
akhirnya setelah tiap angggota yang tergabung dalam klompok ahli untuk
menyelesaikan materi hasil diskusi maka tiap anggota kembali lagi ke
kelompok awal atau asal untuk mengajar teman satu tim tentang sub bab
yang telah masing- masing anggota kuasai untuk saling bertukar informasi
sehingga tanggung jawab masing- masing siswa lebih besar dan kesempatan
saling mengandalkan dapat dihindari dan menghasilkan kesimpulan atau
dalam menentukan keputusan. Oleh karena itu, pembelajaran yang perlu
diterapkan adalah diskusi dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi diskusi kooperatif dengan cara
memproses informasi dengan mengembangkan cara berfikir dan
berkomunikasi. Dalam pembelajaran ini, guru tidak lagi mendominasi
karena siswa dituntut aktif dengan melakukan kegiatan yaitu berfikir dan
berkerjasama dengan kelompok dan melatih siswa berkomunikasi terutama
kelas dengan penyampaian kata yang lebih lugas dan aktif, sehingga diskusi
antar siswa maupun diskusi antar siswa dengan guru menjadi efektif.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran berdikusi dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw perlu diterapkan di kelas VI A SDN 1
Way Halim Permai Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 karena
model pembelajaran ini dianggap dapat membuat siswa lebih aktif dalam
pembelajaran matematika khususnya materi bangun datar dan bangun ruang.
Apabila siswa lebih aktif, diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasrkan label permasalahan di atas dapat di identifikasi masalah sebagai
berikut :
1. Aktivitas siswa kurang pada saat pembelajaran.
2. Model yang digunakan belum tepat atau kurang sesuai.
3. Pembelajaran masih cenderung berpusat pada guru
4. Pembelajaran kurang efektif, sebagian siswa cenderung pasif.
5. Belum mencapai KKM dengan kriteria mencapai nilai > 60 hanya
sebanyak 17 siswa dan sisanya 23 orang siswa belum mencapai
KKM.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang identifikasi dan permasalahan diatas, diajukan
rumusan masalah sebagai berikut :
Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika kelas VI A SDN 1
Way Halim Permai Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran
2013/2014?”
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran
Matematika pada kelas VI A SDN 1 Way Halim Permai Bandar
lampung semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Untuk meningkatkan Hasil belajar siswa pada pembelajaran
Matematika pada kelas VI A SDN 1 Way Halim Permai Bandar
lampung semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
1.5 Manfaat dan Kegunaan Hasil Penelitian
1. Manfaat utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI A SDN 1 Way
Halim Permai Bandar lampung khususnya melalui penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
b. Untuk meningkatkan daya serap siswa terhadap mata pelajaran
Matematika.
2. Kegunaan dari penelitian ini adalah :
a. Dapat meningkatkan prestasi daya serap siswa dalam pelajaran
Matematika.
b. Dapat menumbuhkan semangat dan kecerdasan belajar yang
tinggi dikalangan siswa.
c. Melatih siswa untuk mengeluarkan pendapatnya.
d. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Bagi Guru
Mempermudah dalam penyampaian mata pelajaran kepada siswa,
karena siswa telah aktif ikut dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan informasi dan pemikiran dalam upaya
meningkatkan mutu sekolah
d. Bagi Peneliti
Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat,
merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kooperatif tipe Jigsaw
Pembelajaran model Kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan
siswa yang berbeda-beda. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang
paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif
model ini paling baik dikemukakan dan dikembangkan oleh para peneliti
pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan
menyediakan satu bentuk kooperatif. Didalamnya siswa diberi kesempatan
untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk
diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan Alvin Kehl (2004 :
45-46).
Silberman (2001 : 160) “Metode Jigsaw merupakan Metode pembelajaran
dengan sistem kelompok atau bekerja secara bersama-sama sehingga siswa
dapat saling membantu dan bertukar pikiran dalam memecahkan suatu
masalah dan mendiskusikan masalah dengan teman-teman yang lain”
Metode Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang
didalamnya terdapat elemen-elemen, diantaranya saling ketergantungan positif
yang secara sengaja diajarkan Nurhadi (2004 : 112). Metode Jigsaw
merupakan pembelajaran yang melibatkan semua siswa yang berkerja secara
kelompok dan dalam kelompok tersebut biasanya terdiri dari empat atau lima
orang saling membantu dalam mengidentifikasi masalah.
Kesimpulanya penerapan metode jigsaw terhadap peserta didik dituntut aktif
dan lebih kreatif dalam menemukan ide-ide dalam memecahkan masalah
terhadap individu (pribadi)maupun klompok
Menurut Zaini (2002 : 56-57) “Belajar dengan Metode Jigsaw“ Merupakan
strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat
dibagi menjadi beberapa bagian dan bagian dari Metode tersebut tidak harus
urut, setelah materi dibagi siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
dan setiap kelompok membahas materi tersebut, setelah selesai setiap
kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan
apa yang mereka pelajari dari kelompoknya”. Dengan Metode Jigsaw ini
siswa biasa saling membantu dalam memecahkan materi yang dibahas.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan asal dan latar belakang keluarga
yang beragam. Kelompok asal merupakan golongan dari beberapa ahli.
Kelompok ahli yaitu kelompok siswa terdiri dari anggota kelompok asal yang
berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu
dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk
Pada Metode ini siswa belajar untuk mengeluarkan pendapat ide, siswa akan
bangga terhadap penguasaan topik tertentu dan akan memberikan
presentasinya kepada teman-temannya. Menurut Gardnek (2002 : 32) “
Dalam Metode Jigsaw setiap ahli dalam kelompok itu menjadi juru
(pembicara) dalam sub unit suatu topik setelah siswa memahami bagian
masing-masing “. Setiap juru mengajarkan pula kepada ahli dalam kelompok
yang lain. Soal jawab atau perbincangan yang berlaku selama proses ini
membolehkan juru dan ahli sama-sama memikirkan cara memecahkan
masalah (tugas) yang diberi, ini meningkatkan pemahaman dan ingatan selain
itu memberi peluang kepada pelajar yang kurang cemerlang dan mengajarkan
mereka untuk menjadi juru dan mengajarkan pula pada siswa yang
mempunyai prestasi yang baik yang secara tidak langsung meningkatkan
keyakinan mereka.
Menurut Zaini (2002 : 56-57) langkah-langkah dalam Metode Jigsaw yaitu :
1) Memilih materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian)
2) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
segmen yang ada jika jumlah siswa adalah 50, sementara jumlah
kelompok yang ada 5, maka masing-masing kelompok terdiri dari 10
orang. Jika ini dianggap terlalu besar dibagi menjadi 2 sehingga setiap
kelompok terdiri dari 5 orang. Setelah proses selesai kemudian
menggabungkan kedua kelompok pecahan tersebut.
3) Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi yang
4) Setiap kelompok mengirimkan anggotanya kekelompok lain untuk
menyampaikan apa yang mereka pelajari dari kelompoknya.
5) Suasana kelas kembali seperti semula kemudian menanyakan sekiranya
ada persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6) Memberikan beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka
terhadap materi.
Adapun ciri-ciri Metode Jigsaw menurut Nur (2001 : 3) diantanya yaitu :
a. Adanya kelompok yang berdiskusi tentang materi pelajaran tertentu.
b. Terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.
c. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam
kelompoknya.
d. Para siswa akan diminta menjelaskan materi yang telah dipelajari
kepada temannya.
e. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama
besarnya diantara anggota kelompok.
Didalam Metode Jigsaw ini terdapat kelebihan maupun kelemahan dalam penggunaan Metode pembelajaran ini diantaranya sebagai berikut
Kelebihan Metode Jigsaw :
a. Menurut Nurhadi (2001 : 3) :
1). Meningkatkan kerja sama untuk mempelajari materi yang
ditugaskan.
2). Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
3). Guru berperan sebagai pendamping, penolong dan
mengarahkan siswa dalam mempelajari materi pada
kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada
rekan-rekannya.
4). Melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
5). Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu
yang lebih singkat.
b. Menurut Ibrahim, dkk (2003 : 120-121) :
Bahwa kelebihan dari belajar Jigsaw yaitu dapat
mengembangkan tingkah laku dan hubungan yang lebih baik
antar siswa dan dapat mengembangkan kemampuan akademis
siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam
belajar dari pada Guru.
c. Menurut Ratumanan (2002 : 63) :
Menyatakan bahwa kelebihan Jigsaw bahwa interaksi yang
terjadi dalam belajar Jigsaw dapat memacu terbentuknya ide
baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
1. Kelemahan Metode Jigsaw :
a) Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan
anggotanya lemah semua.
b) Penugasan anggota kelompok untuk menjadi ahli sering tidak
sesuai antara kemampuan dengan kompetensi yang harus
c) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan
cenderung mengontrol jalannya diskusi.
d) Siswa memilki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi ketika sebagai
tenaga ahli sehingga dimungkinkan terjadi kesalahan.
e) Awal pengguanaan metode ini biasanya sulit dikendalikan,
biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang.
Gambar 2.1 Bagan Kelompok Asal dan Kelompok Ahli
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran dimana
siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu memahami materi,
menyelsaikan tugas atau kegiatan lain agar semua anggota kelompok
mencapai hasil belajar yang tinggi..
2.1.1 Pengertian Belajar
maupun non formal. Seseorang yang dikatakan telah belajar sesuatu
kalau terjadi perubahan tentunya, misalnya dari tidak dapat membaca
menjadi dapat membaca, dari tidak dapat menghitung menjadi dapat
menghitung. Namun, dari semua yang bersangkutan berusaha untuk hal
yang di harapkan.
Oleh karena itu,agar kita memperoleh sesuatu pengertian yang jelas
mengenai belajar maka di bawah ini perlu dikutip dari para ahli dalam
memberi pengertian mengenai belajar.”Pengertian belajar menurut teori
konektionisme adalah impuls untuk bertindak (impuls to action) atau
belajar adalah penentuan hubungan antara stimulus dan respon,antar
aksi dan reaksi” Sardiman (2001 : 33).
Sedangkan Fudyartanto (2002 : 151)”Belajar adalah usaha sadar dari
individu untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan
ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas
tingkah lakunya dalam rangka mengembangkan kepribadiannya”.
Usaha yang dilakukan yaitu membaca, latihan soal, mendengarkan dan
sebagainya.
Dalam beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar
pada hakikatnya adalah tindakan “perubahan” yang terjadi dalam diri
seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Dalam belajar yang
terpenting adalah bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus
diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain atau guru hanya
belajar itu dapat berhasil dengan baik.
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Setiap orang yang melakukan kegiatan tentu akan memperoleh hasil.
Demikian dengan kegiatan belajar di sekolah, tentu akan memperoleh
hasil yang berupa hasil belajar. Belajar sebagai suatu proses akan
menghasilkan permasalahan yang berupa pengetahuan sikap atau nilai
dan keterampilan. Adanya perubahan itu tampak dalam hasil belajar
yang dihasilkannya. Menurut KBBI hasil adalah sesuatu yang telah
dicapai. Hasil belajar adalah penguasaan, pengetahuan atau
keterampilan yang di kembangkan oleh mata pelajaran lazimnya
ditunjukkan dengan nilai test yang diberikan guru.
Hasil belajar mempunyai beberapa fungsi,menurut Arifin (2000: 84)
fungsi belajar sebagai berikut :
1) Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai
anak didik.
2) Suatu usaha penguasaan hasrat ingin tahu.
3) Bahan informasi dan inovasi pendidikan.
4) Indikator intern dan ekstern dari institusi penelitian
5) Indikator daya serap.
Oleh karna itu, dapat disimpulan bahwa belajar merupakan hal penting
dalam mengembangkan kemampuan diri seseorang untuk bertujuan
2.1.3 Tipe-Tipe Hasil Belajar
Hasil belajar secara menyeluruh harus mencerminkan tujuan pendidikan.
Benjamin S. Bloom dalam Sudjana (2005 : 49) berpendapat bahwa
“Tujuan pendidikan yang hendak dicapai dapat digolongkan menjadi tiga
bidang atau ranah, yakni Bidang Kognitif, Bidang Efektif dan, bidang
Psikomotor, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Tipe hasil belajar Bidang Kognitif meliputi :
1. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan ( knowledge).
Termasuk dalam pengetahuan hafalan ini adalah pengetahuan
yang sifatnya faktual dan pengetahuan mengenai hal-hal yang
perlu diingat kembali seperti batas peristilahan, pasal, hukum,
bab, ayat, rumus dan lain-lain.
2. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehension) Ada tiga
pemahaman yang berlaku umum yaitu:
a) Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna
yang terkandung didalamnya. Misalnya memahami kalimat
bahasa inggris kedalam bahasa Indonesia, pengertian Bhineka
Tunggal ika dan lain-lain.
b) Pemahaman penafsiran misalnya, memahami grafik,
menghubungkan dua konsep yang berbeda dan lain-lain.
c) Pemahaman ekstrapolasi yakni kesanggupan melihat di bilik
yang tertulis, tersirat, meramalkan sesuatu atau memperluas
b) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstrakkan suatu
konsep, ide, rumus dan hukum dalam situasi baru, misalnya
memecahkan persoalan dengan rumus tertentu, menerapkan suatu
dalit atau hukum dalam suatu persoalan, jadi dalam aplikasi harus ada
konsep, teori hukum dan rumus.
a) Tipe hasil belajar analisis
Analisis adalah kemampuan untuk mengurangi suatu integritas
(kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian yang lebih
kecil dan mempunyai arti.
b) Tipe hasil belajar sintesis
Sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian
menjadi integritas.
c) Tipe hasil belajar evaluasi
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang
nilai suatu berdasar pada kemampuan yang dimilikinya dan
kriteria yang dipakainya.
d) Tipe hasil belajar bidang efektif
Bidang efektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa
tingkatan bidang efektif yaitu :
1. Receiving atau Attending adalah semacam kepekaan dalam
menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada
2. Responding atau jawaban adalah reaksi yang diberikan
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.
3. Valuing atau penilaian adalah berkenaan dengan nilai dan
kepercayaan terhadap gejala atau stimulasi.
4. Organizing atau organisasi yakni pengembangan nilai
kedalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan
hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, kemantapan dan
prioritas nilai yang telah dimiliki.
5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai adalah keterpaduan
dari sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
e) Tipe hasil belajar Psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
Ada enam tingkatan ketrampilan yaitu :
1) gerakan reflek
2) ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar
3) kemampuan berseptual termasuk di dalamnya membedakan
visual membedakan auditif, motorik dan lain-lain.
4) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuasaan,
keharmonisan, ketetapan dan lain-lain.
5) gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana
6) Kemampuan seperti gerakan ekspresif, interprestasi dan
sebagainya.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Agar belajar dapat berhasil, perlu memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar
individu, sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (2006 : 39) “Hasil
belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama
yakni faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang datang
dari luar diri siswa itu sendiri atau dari faktor lingkungan”.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor dari dalam diri siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa bisa disebut faktor
internal atau endogen. Faktor ini meliputi kondisi individu si
pelajar atau kondisi fisiologis, kondisi panca indera dan kondisi
psikologis. Kondisi fisiologis meliputi keadaan jasmani pada
umumnya, misalnya anak yang badannya segar berbeda dengan
anak yang dalam keadaan lelah, anak yang terpenuhi gizinya
berbeda dengan anak yang kekurangan gizi dan sebagainya.
Kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran jika
hal ini terganggu maka akan berpengaruh terhadap aktivitas
belajarnya. Kondisi psikologis terutama berhubungan dengan
minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif
Bagi anak yang minatnya besar terhadap suatu pelajaran akan
mencapai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan anak
yang tidak berminat. Anak yang memiliki minat yang tinggi
berarti mempunyai perhatian yang tinggi terhadap bahan yang
dipelajari. Sebaliknya anak yang kurang minatnya akan kurang
pula perhatiannya terhadap bahan pelajaran.
Mengenai kecerdasan telah diteliti oleh para ahli yang
berkesimpulan bahwa kecerdasan atau intelegensi berkolerasi
terhadap hasil belajar seseorang. Dalam proses belajar, fungsi
utama kecerdasan ini adalah pertama mencamkan kemudian
menyimpan lalu memproduksikan kesan (bahan) yang telah
dipelajarinya.
Pemberian pelajaran yang bahannya disesuaikan dengan bakat
anak akan secara mudah diterima oleh anak, sehingga akan
memperoleh prestasi belajar yang baik.
b. Faktor yang datang dari luar diri siswa
Faktor ini disebut juga faktor eksternal atau faktor eksogen.
Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor
lingkungan dan faktor instrument atau alat. Mengenai
faktor-faktor lingkungan telah diakui oleh para ahli pendidikan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan
seseorang di dalam mempelajarinya sesuatu. Adapun lingkungan
lingkungan sosial. Lingkungan alam akan berpengaruh pada fisik
dan psikis individu. Misalnya seseorang yang hidup di daerah
tandus. Lingkungan sosial berupa hubungan antar manusia,
misalnya hubungan dengan orang tua, saudara, kerabat dekat,
kelompok bermain, kelompok belajar dan sebagainya akan
mempengaruhi keberhasilan siswa di dalam belajarnya.
Motivasi dalam belajar penting sekali peranannya, sebab motivasi
atau dorongan dapat menimbulkan saraf seseorang untuk melakukan
kegiatan belajar. Kemampuan kognitif terutama berperan dalam
proses belajar yaitu persepsi ingatan dan berpikir.
2.1.5 Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunakan Metode
Jigsaw
Penerapan Metode Jigsaw di sekolah diharapkan dapat
meningkatkan kerja sama untuk mempelajari materi, rasa tanggung
jawab siswa, melatih siswa untuk lebih aktif di dalam kelas,
pemerataan penguasaan materi, serta mengembangkan tingkah laku
dan hubungan yang lebih baik antar siswa sehingga dapat tercapai
hasil belajar yang lebih baik. Peningkatan hasil belajar siswa salah
satunya dengan memaksimalkan dari suatu pekerjaan atau kecakapan
untuk menambah pengetahuan atau tingkat penguasaan yang dicapai
siswa setelah melalui proses belajar mengajar ekonomi di kelas.
Penggunaan Metode pembelajaran yang tepat akan membantu
akan merasa jenuh dengan Metode yang diajarkan oleh guru.
Metode Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang
didalamnya terdapat elemen-elemen, diantaranya saling
ketergantungan positif yaitu interaksi tatap muka, akuntabilitas
individual dan keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan
Nurhadi (2004 : 112). Metode Jigsaw merupakan pembelajaran yang
melibatkan semua siswa yang bekerja secara kelompok dan dalam
kelompok tersebut biasanya terdiri dari empat atau lima orang saling
membantu dalam mengidentifikasi masalah.
Menurut Hisyam Zaini (2002 : 56-57) belajar dengan Metode Jigsaw
“Merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang
akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan bagian dari
Metode tersebut tidak harus urut, setelah materi dibagi siswa
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok
membahas materi tersebut, setelah selesai setiap kelompok
mengirimkan anggotanya kekelompok lain untuk menyampaikan apa
yang mereka pelajari dari kelompoknya.
Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa dengan Metode
Jigsaw ini siswa bisa saling membantu dalam memecahkan materi
yang di bahas serta meningkatkan kerjasama antar siswa dalam
2.1.6 Pengertian Matematika
Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh
karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika.
Logika adalah masa bayi dari matematika, sebaliknya matematika
adalah masa dewasa dari logika. Sejalan dengan berkembangnya
matematika, maka banyak para ahli yang mengemukakan
pendapatnya mengenai matematika.
James dan James (1976 : 42) mengatakan bahwa matematika adalah
ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah
yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu : aljabar,
analisis dan geometri. Namun pembagian yang jelas amatlah sukar
untuk dibuat, sebab cabang-cabang itu semakin bercampur. Adanya
pendapat yang mengatakan bahwa matematika itu timbul karena
pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan
penalaran yang terbagi menjadi 4 wawasan yang luas yaitu
aritmatika, aljabar, geometris dan analisis.
Dalam hal ini maka pelajaran matematika harus diperkenalkan sejak
dini terhadap anak-anak, karna dasar matematika tersebut merupakan
penguasaan logika sehingga peserta didik untuk memacu ide – ide
dan penalaran berfikir dalam mengasah kemampuan meningkatkan
2.1.7 Pengertian Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar Matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang
telah mengikuti proses belajar mengajar perhitungan. Hasil pada
dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas,
sedangkan belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan
perubahan pada individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek
pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya.
Adapun Soedijarto Masnaini (2003 : 6) menyatakan bahwa Hasil
belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam
mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan. Hasil belajar dalam kerangka studi ini meliputi kawasan
kognitif, afektif, dan kemampuan/kecepatan belajar seorang pelajar.
Sedangkan Keller (Abdurrahman, 1999:39), mengemukakan hasil
belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, hasil
belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan yang terarah
pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak.
Dalam hasil belajar pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa kita
perlu motivasi lebih karena motivasi belajar berpengaruh positif
terhadap prestasi belajar siswa karna semakin besar keinginan untuk
belajar, maka semakin besar pula prestasi yang diraih.
2.2 Penelitian Terdahulu Yang Relevan
a) Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para Guru/Peneliti
siswa seperti penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Suripto
dengan judul“Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Kelas VI SDN Genekan
Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto” hasilnya :
1) Prestasi hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan
danpeningkatan tersebut relevan dengan respon siswa yang positif
terhadappenerapan model pembelajaran koooperatif jigsaw.
2) Aktivitas siswa juga cenderung meningkat dalam pembelajaran ini
terutamapada kegiatan kemahiran menyelesaikan tugas dan soal,
mengemukakanpendapat dalam diskusi dan bekerjasama, sehingga
siswa menjadi aktif dansuasana kelas menjadi lebih efektif dan
menyenangkan.
3) Penggunaan alat bantu belajar kotak mencari KPK sangat efektif
membantukemahiran siswa dalam menentukan KPK, sehingga
mempermudah siswadalam menyelesaikan soal.
b) Pada dasarnya anak belajar melalui benda/objek kongkrit. Untuk
memahami konsep abstrak anak memerlukan benda-benda kongkrit
(riil) sebagai perantara atau visualisasinya. Sesuai dengan hasil
penelitiannya, Piaget Valmband (2008 : 51) mengemukakan bahwa.
Anak-anak yang berada pada tahap operasi konkrit sebaran umur 7-11
tahun, sudah berada di Sekolah Dasar dan pada umumnya anak-anak
pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan
benda-benda konkrit. Konsep abstrak yang baru dipahami siswa itu akan
perbuatan dan dapat dimengerti siswa bukan hanya melalui
mengingat-ingat fakta.
Pada prakteknya mentransfer pengetahuan, pengalaman dan gagasan
(ide) guru ke peserta didik atau dari peserta didik ke peserta didik yang
lain tidaklah mudah. Kegiatan ini sangat tergantung pada kelancaran
interaksi komunikasi antara guru dengan peserta didiknya,
ketidaklancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang
diberikan guru. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi
penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak
efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan
verbalisme.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka dalam mempelajari suatu
konsep/prinsip-prinsip matematika diperlukan pengalaman melalui
benda-benda nyata (konkrit), yaitu menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran matematika untuk menanamkan konsep agar mudah
dimengerti oleh para siswa.
2.3 Kerangka Pikir Penelitian
Menurut Sugiyono (2008 : 47) “Kerangka berfikir merupakan model
konseptual tentang teori yang berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting”.
Metode Jigsaw merupakan suatu bentuk penyajian pelajaran dengan cara
yang saling membantu memecahkan dan mendiskusikan masalah bersama.
Pembelajaran ini melibatkan seluruh siswa sehingga siswa akan aktif, akrab
dan dapat saling bertukar pikiran sehingga hasil yang dicapai kemungkinan
akan lebih baik.
Dapat mewujudkan arah dari pemecahan dan pengaruh lisan yang di hadapi,
maka terlebih dahulu perlu dikemukakan gambaran yang berupa kerangka
pemikiran yang diuraikan sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka diatas maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah “Apabila dalam pembelajaran matematika penggunaan Metode Jigsaw mampu meningkatkan hasil belajar siswa VI A
Rata-rata kelas 85 Hasil belajar siswa kelas VI A
Rata-rata kelas 55
Penggunaan Metode Jigsaw
Guru belum menggunakan Metode
Jigsaw
Tindakan
menggunakan kooperatif tipe jigsaw dengan tepat dan benar maka dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika kelas VI A SDN 1
Way Halim Permai Bandar Lampung semester ganjil tahun ajaran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Way Halim Permai Bandar
Lampung. Penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
sekolah tersebut memiliki beberapa permasalahan akademik yang
perlu di tingkatkan. Selain itu sekolah tersebut mudah dijangkau oleh
peneliti sehingga efisien waktu dan mudah dalam mendapatkan data.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI A SD Negeri 1 Way
Halim Permai yang berjumlah 40 dengan klasifikasi 27 Siswi Perempuan
dan 13 siswa Laki-laki, sementara Guru kelas VI B SD Negeri 1 Way Halim
Permai sebagai partner kolaborasi sekaligus sebagai triangulasi sumber data.
3.2.1 Metode Penelitian
(classroom action research) yang dilakukan oleh peneliti secara
langsung. Berdasarkan tujuan penelitian, maka jelas bahwa penelitian
ini tidak menguji hipotesis secara kuantitatif, akan tetapi lebih bersifat
untuk mendiskripsikan data, fakta dan keadaan yang ada. Penelitian
ini menggunakan pola penelitian siklus. Dengan pola penelitian ini
peneliti memiliki kebebasan untuk mengulang kegiatan yang sudah
dilakukan untuk mendapatkan kemantapan atau mengubah hal-hal
yang tidak tepat untuk lebih disesuaikan dengan kenyataan yang ada.
Dalam penelitian ini, tugas peneliti adalah untuk menyusun rencana
kegiatan, melaksanakan tindakan pembelajaran dengan subyek
penelitian dan akhirnya melaporkan hasil penelitian.
3.2.2 Prosedur Penelitian
Menurut Arikunto (2006 : 16-20) model penelitian tindakan kelas
adalah: secara garis besar terdapat empat tahapan yang harus dilalui,
yaitu:
1. Perencanaan (Planing)
Merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan ktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Pelaksanaan
Pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
3. Pengamatan (Observing)
berlangsung.
4. Refleksi (Reflection)
Kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh
dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses
belajar selanjutnya Kusumah dan Dwigatama (2009 : 25).
Secara visual prosedur PTK dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 3.1 Tahap – tahap dalam PTK (Wardhani, 2007:2.4).
Rincian dari tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Perencanaan
Siklus 1
Pengamatan
Perencanaan
Siklus 2
Pengamatan
Seterusnya sesuai dengan alokasi waktu setiap tahap tindakan yang direncanakan
pelaksanaan
Pelaksanaan Refleksi
Refleksi
Siklus 1
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi kegiatan:
a. Wawancara dengan guru kelas untuk menganalisis materi yang sudah
diajarkan guna penyesuaian penyusunan perangkat pembelajaran.
b. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama
proses pembelajaran di kelas.
c. Menganalisis pokok Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi
Dasar (KD) dan pokok bahasan yang kemudian menjadi beberapa
indicator yang akan diajarkan dengan menggunakan metode inkuiri.
d. Menyiapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang sesuai
dengan materi yang telah ditetapkan.
e. Menyusun soal –soal tes (Pretest dan Postest).
f. Menyiapkan lembar panduan observasi untuk mengamati aktivitas
siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan tindakan disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang
telah disusun. Adapun urutan kegiatan secara garis besar adalah sebagai
berikut:
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Guru melaksanakan tes awal (Protest) untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa sebelum materi siberikan.
2. Guru memberikan apersepsi tentang materi yang akan diajarkan.
b. Kegiatan inti
1. Guru menjelaskan materi matematika yaitu “Mengidentifikasi
sifat-sifat bangun datar, dan memancing siswa untuk dapat
bertanya tentang materi yang akan diajarkan”.
2. Guru memberikan soal atau materi dengan sub bab bangun datar
yang berbeda pada tiap siswa dalam kelompok asal.
3. Guru menugasi siswa untuk membentuk kelompok baru atau
kelompok ahli sesuai dengan sub bab bangun datar yang sama
dengan dari masing–masing klompok asal yang lain.
4. Guru membimbing kelompok ahli untuk berdiskusi tentang sub
bab yang mereka kuasai.
5. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan
menanggapi.
6. Setelah berdiskusi, guru memerintahkan siswa dalam kelompok
ahli untuk kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar
informasi
7. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi
8. Siswa mengerjakan Latihan
9. Guru melakukan penilaian selama pembelajaran berlangsung.
c. Tes akhir/penutup
1. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi yang telah
berlangsung.
2. Memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat tingkat
3. Mengamati (observer)
Mengamati dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan
berlangsung. Proses pengamatan secara intensif dilakukan oleh guru.
Obyek yang diamati meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan
aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Pengamatan dilakukan
berdasarkan lembar observasi, disediakan catatan lapangan untuk
melengkapi data hasil observasi.
4. Merefleksi (reflect)
Merefleksi dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan tindakan dan
hasil pemahaman siswa. Merefleksi adalah menganalisis data-data yang
diperoleh dari tes akhir, observasi, wawancara dan catatan lapangan.
Tahap refleksi meliputi kegiatan memahami, menjelaskan dan
menyimpulkan data sebagai acuan untuk merencanakan perbaikan pada
siklus berikutnya.
Hasil analisis data dikaji untuk mengetahui; apa yang sudah berhasil dari
pembelajaran tindakan? Apa yang belum berhasil dari pembelajaran
tindakan? Mengapa demikian? Bagaimana selanjutnya? Jawaban dari
pertanyaan diatas selanjutnya digunakan untuk menyempurnakan
tindakan pada siklus selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan akhir
penelitian.
Siklus II
Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh semua tim peneliti untuk
pelaksanaan siklus II. Materi pembelajaran siklus II ini adalah
“Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang”, adapun pelaksanaan pada siklus
II ini meliputi :
1. Tahap Perencanaan
a. Mendata kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran yang
telah dilaksanakan pada siklus I.
b. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II
berdasarkan refleksi dari siklus I.
c. Menganalisis pokok Kompetensi Dasar (KD) dan pokok bahasan
yang kemudian menjadi beberapa indicator yang akan diajarkan
dengan menggunakan metode inkuri.
d. Menyiapkan RPP yang sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.
e. Menyusun soal–soal tes (Pretest dan Postest).
f. Menyiapkan lembar panduan observasi untuk mengamati aktivitas
siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Guru melaksanakan tes awal (Protest) untuk mengetahui
tingkat penguasaan materi yang telah diberikan pada siklus I.
2. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual.
3. Guru mengulas kembali secara singkat materi pembelajaran
b. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan materi matematika yaitu “Mengidentifikasi
sifat-sifat bangun ruang, dan memancing siswa untuk dapat
bertanya tentang materi yang akan diajarkan.
2. Masing-masng siswa bergabung kedalam kelompok yang telah
ditentukan.
3. Guru bersama siswa menentukan rumusan masalah
4. Dengan stimulus dan bimbingan dari guru, masing-masing
siswa mencari informasi dan data-data yang relevan untuk
mencari jawaban sebenarnya.
5. Setelah mendapatkan data-data yang sudah dicari, kemudian
kelompok mendiskusikan dan mengolah hasil penemuan yang
sudah ditemukan
6. Masing-masing kelompok membuat laporan kemudian
mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya.
7. Kelompok yang lain menanggapi dan bertanya tentang hal-hal
yang belum dipahami.
c. Kegiatan Penutup
1. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi yang telah
berlangsung.
2. Menentukan tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi dengan
memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat tingkat
3. Mengamati (observer)
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar panduan observasi yang telah
dibuat. Lembar panduan observasi berisi tentang instrumen-instrumen
yang berkenaan dengan aktivitas dan kinerja guru.
4. Tahap Refleksi
Hasil yang dicapai pada tahap observasi dikumpulkan serta di analisis.
Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan pada
proses pembelajaran setelah diterapkanya pembelajaran melalui
pendekatan kooperatif tipe jigsaw..
3.3 Sumber Data
Lofland dan Lofland (Dalam Moleong, 2002:112) menyatakan bahwa
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah kata tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam
menentukan sumberdata,peneliti harus benar-benar memperhatikan subyek
dan informan. Subyek adalah sesuatu yang diteliti, sedangkan informan
adalah orang yang memberikan informasi sebanyak-banyaknya tentang
sesuatu yang diteliti.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI A SD Negeri 1 Way
Halim Permai.
a. Perilaku guru dalam pembelajaran tindakan, yang penilaiannya
dilakukan oleh kolaborator dan siswa.
b. Perilaku siswa dalam pembelajaran tindakan, yang penilaiannya
dilakukan oleh guru dan kolaborator.
c. Situasi kelas saat pembelajaran tindakan, yang penilaiannya dilakukan
oleh guru dan kolaborator.
d. Hasil belajar ekonomi siswa sebagai dampak pembelajaran tindakan
dalam mengerjakan soal-soal tes awal dan tes akhir.
3.4 Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti dan sistematis. Observasi dilakukan untuk
mendapatkan gambaran secara langsung tentang kegiatan belajar di
kelas.
b. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk meningkatkan hal-hal
yang tidak dapat atau kurang jelas diamati pada saat pengamatan
berlangsung
c. Tes
Arikunto (2002 : 127) menyatakan tes merupakan “serentetan
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki individu atau kelompok”. Metode tes untuk mengumpulkan data
tes hasil belajar ekonomi dengan menggunakan metode Jigsaw.
d. Catatan lapangan
Pencatatan lapangan digunakan untuk melengkapi data-data yang tidak
direkam dalam lembar observasi maupun wawancara, dengan demikian
diharapkan tidak ada data penting yang terlewatkan dalam kegiatan
penelitian.
e. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan Metode untuk memperoleh atau mengetahui
sesuatu berupa buku pribadi, buku latihan dan dokumentasi lainnya yang
berhubungan dengan penelitian. Dokumentasi yang digunakan untuk
memperoleh data sekolah dan identitas siswa antara lain nama siswa dan
nomor induk siswa dengan melihat dokumentasi yang ada di sekolah.
Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah daftar nama
siswa kelas VI A SD Negeri 1 Way Halim Permai Bandar Lampung
Tahun Ajaran 2013/2014.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.
Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar,
tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses
pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a.Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran demonstrasi,
untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas
siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes
formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan
adalah pilihan ganda (objektif).
3.6 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data hasil
observasi yang digunakan untuk menjaring aktivitas belajar siswa dan
kinerja guru dalamproses pembelajaran. Sedangkan analisis kuantitatif akan
digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam hubunganya
dengan penguasaan materi pembelajaran.
Data kualitatif ini, diperoleh dari data nontes yaitu lembar panduan
observasi. Data hasil observasi digunakan untuk mengetahui sejauh
mana aktivitas siswa dan kinerja guru setelah diterapkanya pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual.
2. Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada
siklus I dan siklus II. Data kuantitatif ini didapatkan dengan menhitung
nilai rata-rata kelas dari hasil test yang diberikan kepada siswa dengan
cara:
Σ Xi Rumus : X =
N
Keterangan : X = Rata – rata hitung nilai
N = Banyaknya Siswa
Xi = Nilai Siswa
(Heryanto dkk., 2009:42).
3.7 Indikator Keberhasilan
Indikator pencapaian dalam penelitian kelas ini adalah peningkatan hasil
belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika dengan penerapan
metode jigsaw pada siswa kelas VI A SD NEGERI 1 Way Halim Permai
Tahun Ajaran 2013/2014 diharapkan mengalami peningkatan dan dikatakan
berhasil apabila :
1. KKM Lebih besar dari 75%
2. Dari hasil belajar nilai rata-rata > 75.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas
VI pelajaran Matematika di Sekolah Dasar Negeri 1 Way Halim Permai
Dapat Disimpulkan Bahwa :
1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran
Matematika, dapat meningkatkan hasil belajar siswa mulai dari siklus I
sampai siklus II. Secara berurutan persentase hasil belajar siswa pada
siklus I sebanyak 28 siswa atau 70% siswa lulus KKM, siklus II
sebanyak 36 orang siswa atau 90% siswa lulus KKM. Selain itu
penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran
Matematika juga dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru, karena dalam proses pembelajaranya guru dituntut
untuk dapat memotivasi siswa agar dapat belajar kelompok secara aktif.
2. Dengan adanya kolaborasi, partisipasi dan refleksi antara guru dan
peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan dan professional guru. Hal ini dapat
II. Secara berurutan persentase keaktivitas guru pada siklus I 64.14%
dan siklus II 81.66%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat disampaikan
sebagai berikut:
1. Kepada Siswa
Kepada siswa, agar selalu memperdalam materi pembelajaran dengan
pemahaman yang telah dimiliki atau mengaitkan materi pembelajaran
dengan dunia nyata sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
2. Kepada Guru
Karena Model Jigsaw terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa, maka disarankan kepada para guru untuk dapat
menggunakan strategi pembelajaran ini pada materi atau mata pelajaran
yang lain.
3. Kepada Pihak Sekolah
Karena Model Jigsaw terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa, maka disarankan kepada pihak sekolah untuk memotivasi
dan memberikan pelatihan pada para guru sehingga dapat
mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw yang sesuai dengan
materi pada setiap mata pelajaran.
4. Peneliti
pada materi lain dan pada mata pelajaran yang lain sehingga aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian tindakan Kelas, (STAIN Ponorogo Press, 2009), 40 : Ponorogo
Basuki. Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian tindakan Kelas. 2009. Ponorogo : STAIN : Ponorogo Press.
Ghony, Djunaidi. (Penelitian Tindakan Kelas. 2008. UIN-Malang Press) : Malang
Metode Pembelajaran Tipe Jigsaw, www.google.com/Wikipedia
Rusfendi, 2000. Dasar-Dasar Matematika untuk Sekolah dasar, Penerbit Erlangga : Jakarta.
Sanjaya,Wina. Penelitian Tindakan Kelas. 2011. Kencana Predana Media Group. Cet ke-3 : Jakarta
Sulardi., 2006. Pandai berhitung matematika sekolah dasar kelas VI. PT. GLORA AKSARA PRATAMA : Jakarta.
Tangying,AF.MA, 2007. Bagaimana Mengajar Matematika dan masakini, Kalitbang Dikbud :Jakarta.
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Kencana Predana Media Group, 2011, Cet ke-3), 84-85 : Jakarta
Nama Sekolah : SDN 1 Way Halim Permai
Materi Pokok Ruang
Lingkup
Luas Bangun Datar
Mengetahui,
Kepala SDN 1 Way Halim Permai
Dra. Hj. SUSTRIATI ANGGIT ANDAYANI NIP. 1 9 5 6 0 8 2 1 1 9 7 5 7 7 2 0 0 1
Bandar Lampung, 10 Juli 2013
Guru Kelas VI
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI / 1 (Ganjil)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Standar Kompetensi : Mengidentifikasi dan Menghitung Luas Bangun Datar Sederhana
Kompetensi
Dasar Materi Pokok
Pengalaman
2. Menghitung luas
keliling bangun
datar sederhana.
3. Menghitung
volume bangun
ruang.
4. menyelsaikan soal
Mengetahui,
Kepala SDN 1 Way Halim Permai
Dra. SUSTRIATI ANGGITANDAYANI NIP. 1 9 5 6 0 8 2 1 1 9 7 5 7 7 2 0 0 1
dan luas bangun
ruang.
Bandar Lampung, 2013
Guru Kelas VI
A.
Identitas
Sekolah : SDN I Way halim Permai
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI / 1(Ganjil)
Pertemuan Ke : 1 (Ganjil)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Standar Kompetensi : 4. Menghitung Luas Bangun Datar Sederhana
Kompetensi Dasar : 4.1 Menghitung Luas Bangun Datar (segi
tiga, segi empat, layang – layang, dll)
Indikator :
5. Mengidentifikasi Bangun datar sederhana.
6. Menghitung luas keliling bangun datar sederhana.
7. Menghitung volume bangun ruang.
8. menyelsaikan soal cerita yang berhubungan dengan keliling
dan luas bangun ruang.
Waktu : 4 x 25 menit (2x Pertemuan)
2. Menghitung luas keliling bangun datar sederhana.
3. Menghitung volume bangun ruang.
4. Siswa dapat menyelsaikan soal cerita yang berhubungan dengan
keliling dan luas bangun ruang.
Karakter Siswa Yang diharapkan :
Teliti, Tekun, Berani, kerja keras, rasa ingin tau, pantang menyerah.
C. Materi Pembelajaran
Bangun Datar
D. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
E. Langkah – Langkah Pembelajaran :
1. Kegiatan Awal
Apresepsi :
Mengisi daftar kelas, berdoa, mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga
2. Kegiatan Inti (65 Menit)
Eksplorasi
a. Mengingatkan kembali tentang satuan luas Bangun Datar sebagai syarat
utama.
b. Memberikan contoh benda – benda dalam kehidupan sehari – hari yang
bentuknya seperti salah satu bangun datar.
berbeda Pada tiap siswa dalam kelompok asal.
Perhat ikan gambar di bawah ini!!
Hitungl ah Luas bangun be rikut
S R
5cm
P 10cm Q
Pada jajargenjang terdapat dua pasang sisi yang sama panjang PS=QR
dan PQ=SR.
Keliling jajargenjang PQRS = PQ + QR + RS + SP, karena PQ = RS Dan
QR = SP, Maka rumus keliling jajargenjang dapat ditulis sebagai berikut :
Keliling Jajargenjang PQRS = 2 x (PQ + QR)
Sedangkan Luas Jajargenjang adalah alas x Tinggi
Jadi, keliling jajargenjang pada gambar diatas adalah :
2 x (10cm + 5cm) = 30cm
Dan luasnya adalah 10cm x 5cm = 50cm2
b. Guru menugasi siswa untuk membentuk kelompok baru atau kelompok
ahli sesuai dengan sub bab bangun datar yang sama dengan dari masing –
masing klompok asal yang lain.
c. Guru membimbing kelompok ahli untuk berdiskusi tentang sub bab yang
mereka kuasai.
f. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi
g. Siswa mengerjakan Latihan
h. Guru melakukan penilaian selama pembelajaran berlangsung.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru :
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
3. Kegiatan Akhir (5 Menit)
1. Guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran dan merenungkan kembali
(merefleksi) kegiatan yang telah dilakukan.
2. Guru memberikan pekerjaan rumah.
Pertemuan Kedua (2 x 35 menit)
1. Kegiatan Awal
Apresepsi :
Mengisi daftar kelas, berdoa, mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga
2. Kegiatan Inti (65 Menit)
Eksplorasi
a. Mengingatkan kembali tentang satuan luas Bangun Datar sebagai syarat utama.
b. Memberikan contoh benda – benda dalam kehidupan sehari – hari yang bentuknya
Elaborasi
a. Guru Memberikan soal atau Materi dengan sub bab bangun datar yang berbeda
Pada tiap siswa dalam kelompok asal.
Perhatikan soal berikut!!
ABCD adalah jajaran genjang dengan ad= 10 cm, dan BE = 4 cm.
Berapa luas daerah jajargenjang ABCD?
Maka penyelsaianya adalah :
Luas daerah jajargenjang L = a x t
= 10 x 4
= 40 cm3
Jadi, luas jajargenjang adalah 40 cm2
b. Guru menugasi siswa untuk membentuk kelompok baru atau kelompok
ahli sesuai dengan sub bab bangun datar yang sama dengan dari masing – masing
klompok asal yang lain.
c. Guru membimbing kelompok ahli untuk berdiskusi tentang sub bab
yang mereka kuasai.
d. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan menanggapi.
e. Setelah Berdiskusi, guru memerintahkan siswa dalam kelompok ahli untuk
kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi
f. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi
g. Siswa mengerjakan Latihan
Dalam kegiatan konfirmasi, guru :
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
3. Kegiatan Akhir (5 Menit)
a. Guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran dan merenungkan kembali
(merefleksi) kegiatan yang telah dilakukan.
b. Guru memberikan pekerjaan rumah.
F. Media Dan sumber Belajar :
1. Media
a. Lembar Kerja Siswa
b. Model Bangun Datar Dari Kertas Karton
2. Sumber
Terampil Matematika untuk SD Kelas VI, Tri Handoko, Yudhistira, 2006, Jakarta.
Buku Matematika VI, Jumadi Dan Sutigno, Hal. 59
G. Penilaian
1. Teknik : Tertulis
2. Bentuk Soal : Uraian
3. Soal, Pedoman Jawab dan Penskoran
Bandar Lampung,10 Juli 2013
Guru Mitra Peneliti
Nama Sekolah : SDN 1 Way Halim Permai
Materi Pokok Ruang
Mengetahui,
Kepala SDN 1 Way Halim Permai
Dra. Hj. SUSTRIATI ANGGIT ANDAYANI NIP. 1 9 5 6 0 8 2 1 1 9 7 5 7 7 2 0 0 1
Bandar Lampung,10 Juli 2013
Guru Kelas VI