• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKADENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VI A SEMESTER GANJIL SDN I WAY HALIM PERMAI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKADENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VI A SEMESTER GANJIL SDN I WAY HALIM PERMAI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

D E N G A N P E M B E L A J A R A N K O O P E R A T I F T I P E

J I G S A W

PADA SISWA KELAS VI A SEMESTER GANJIL SDN I WAY HALIM PERMAI

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

YULINAR

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi PGSD Strata 1 Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ii

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKADENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW PADA SISWA KELAS VI A SEMESTER GANJIL SDN I WAY

HALIM PERMAI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

OLEH

YULINAR

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa VI A SDN I Way Halim Permai Bandar Lampung. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 17 siswa (47.2%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika siswa kelas VI A SDN Way Halim Permai Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VI A SDN Way Halim Permai Bandar Lampung sebanyak 40 Siswa. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru mengajar. Untuk data hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari, maka digunakan soal pre tes dan post tes (Evaluasi). Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik prosentase dengan membandingkan standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan yaitu > 75.

Dari hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 70% dan pada siklus II 90%. Hasil belajar siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 65 dan pada siklus II meningkat menjadi 82. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I belum tercapai dengan baik yaitu 64% dan pada siklus II sudah tercapai dan meningkat menjadi 81.66%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VI A SDN Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun pelajaran 2013/2014.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pengertian Kooperatif Tipe Jigsaw ... 8

2.1.1 Pengertian Belajar ... 13

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar ... 15

2.1.3 Tipe-tipe Hasil Belajar ... 16

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 19

2.1.5 Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunakan Metode Jigsaw ... 21

2.1.6 Pengertian Matematika... 23

2.1.7 Pengertian Hasil Belajar Matematika... 24

2.2 Penelitian Terdahulu Yang Relevan... 24

2.3 Kerangka Pikir Penelitian ... 26

2.4 Hipotesis ……… 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1 Setting Penelitian …… ……… … 29

3.1.1 Tempat Penelitian... 29

(7)

4.1 Prosedur Penelitian ……… 42

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………... 42

4.1.2 Persiapan Pembelajaran ……… … 42

4.2 Hasil Penelitian ……… 43

4.2.1 Siklus 1 ……… 43

4.3 Refleksi ...………... 50

4.3.1 Rekomendasi Siklus II ………... 51

4.4 Siklus II ……….. .. 52

4.4 Pembahsan ……….. .. 59

4.4.1 Deskripsi Pengelolaan Pembelajaran ………... 59

4.4.2 Deskripsi Hasil Belajar Siswa ……… 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …... ………. 64

5.1 kesimpulan ……… 64

5.2 Saran ………. 65

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak ditetapkanya Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi dan

berikutnya Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Lulusan (SKL), maka di sekolah-sekolah dari jenjang pendidikan dasar

diterapkan kurikulum baru yang dikenal dengan sebutan kurikulum tingkat

satuan pendidikan disingkat KTSP, sebagai penyempurnaan dari Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004. KTSP menghembuskan perubahan

dari model pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered)

menjadi model pembelajaran yang berpusat pada subjek didik (students

Centered), perubahan dari kegiatan mengajar menjadi kegiatan

membelajarkan.

Dibalik perubahan-perubahan besar dan mendasar yang dihembuskan oleh

KTSP, tantangan yang dihadapi oleh guru tidaklah semakin ringan,

melainkan semakin berat. Penerapan standar isi dan standar kompetensi

sebagai acuan dasar dalam menyusun KTSP membawa konsekuensi yang

tidak ringan dalam implementasinya dilapangan. KTSP menuntut adanya

profesionalisme yang tinggi dari guru. Dalam kaitanya dengan konsep

(9)

mendasar dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Faturrohman (2010 : 14)

menyatakan “Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru dan siswa terlibat

dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya, dalam

interaksi itu siswa lebih aktif, bukan guru”. Itu berarti bahwa kegiatan

pembelajaran berpusat pada siswa, dan bukan guru.

Belajar matematika merupakan proses pengembangan logika yang perlu

dikenalkan terhadap calon peserta didik sejak usia dini karena pentingnya

belajar matematika sehingga proses kemampuan berhitung peserta lebih

optimal Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007

Mengenai Standar Proses pendidikan (BSNP, 2007) Matematika tumbuh dan

berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu logika adalah dasar

untuk terbentuknya matematika. Logika adalah masa bayi dari matematika,

sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari logika. Sejalan dengan

berkembangnya matematika, maka banyak para ahli yang mengemukakan

pendapatnya mengenai belajar matematika adalah sangat penting.

Berdasarkan hasil observasi di Kelas VI A SDN 1 Way Halim Permai

Bandar Lampung diperoleh keterangan bahwa aktivitas yang kurang dalam

belajar Matematika, khususnya dalam materi Bangun datar dan Volume

bangun ruang siswa dikelas tersebut masih tergolong rendah dikarenakan

metode pembelajaran yang kurang mengena pada siswa atau kurang sesuai

karena metode belajar yang masih dominan guru yang lebih aktif dalam

memberikan teori belajar. Berikut dapat dilihat nilai raport mata pelajaran

(10)

Tabel : 1.1 Persentase hasil belajar siswa semester genap

Dari table diatas hasil belajar siswa untuk ujian semester ganjil tahun

pelajaran 2013/ 2014 menunjukan bahwa hasil belajar siswa hanya 17 siswa

dari 40 siswa yang mencapai KKM (47,2%). Berarti 23 siswa atau 52,8%

yang belum mencapai KKM dimana KKM yang ditetapkan adalah 60. Hal

ini dikarenakan guru lebih berperan terhadap teori belajar yang diberikan

dari pada siswa yang cenderung pasif dalam melakukan kegiatan belajar

matematika.

Oleh sebab itu, mengembangkan pembelajaran yang tidak hanya membantu

siswa dalam memahami konsep-konsep Matematika tetapi juga mendorong

siswa menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berfikir kritis dan

mengembangkan sikap sosial perlu diterapkan model pembelajaran yang

memungkinkan harapan tersebut dapat terwujud. Salah satu model

pembelajaran yang memungkinkan harapan tersebut dapat terwujud adalah

pembelajaran berdikusi dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran

dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu memahami

(11)

mencapai hasil belajar yang tinggi. Karena belajar dalam kelompok yang

terdiri dari 5-6 siswa membuat antar siswa saling mengandalkan maka untuk

meminimalisirnya guru mengelompokan siswa dalam beberapa kelompok

mengurangi jumlah siswa menjadi 4-5 siswa dalam tiap kelompok, selain itu

setiap siswa dalam tim akan diberikan bagian materi yang berbeda,

kelompok tersebut akan dibagi lagi menjadi kelompok ahli atau yaitu

perwakilan dari masing–masing kelompok yang anggotanya memiliki

kesamaan materi atau sub bab dengan klompok yang lain maka akan

dibentuk kelompok yang baru, bisa disebut juga dengan kelompok ahli. Pada

akhirnya setelah tiap angggota yang tergabung dalam klompok ahli untuk

menyelesaikan materi hasil diskusi maka tiap anggota kembali lagi ke

kelompok awal atau asal untuk mengajar teman satu tim tentang sub bab

yang telah masing- masing anggota kuasai untuk saling bertukar informasi

sehingga tanggung jawab masing- masing siswa lebih besar dan kesempatan

saling mengandalkan dapat dihindari dan menghasilkan kesimpulan atau

dalam menentukan keputusan. Oleh karena itu, pembelajaran yang perlu

diterapkan adalah diskusi dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi diskusi kooperatif dengan cara

memproses informasi dengan mengembangkan cara berfikir dan

berkomunikasi. Dalam pembelajaran ini, guru tidak lagi mendominasi

karena siswa dituntut aktif dengan melakukan kegiatan yaitu berfikir dan

berkerjasama dengan kelompok dan melatih siswa berkomunikasi terutama

(12)

kelas dengan penyampaian kata yang lebih lugas dan aktif, sehingga diskusi

antar siswa maupun diskusi antar siswa dengan guru menjadi efektif.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran berdikusi dengan penerapan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw perlu diterapkan di kelas VI A SDN 1

Way Halim Permai Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 karena

model pembelajaran ini dianggap dapat membuat siswa lebih aktif dalam

pembelajaran matematika khususnya materi bangun datar dan bangun ruang.

Apabila siswa lebih aktif, diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasrkan label permasalahan di atas dapat di identifikasi masalah sebagai

berikut :

1. Aktivitas siswa kurang pada saat pembelajaran.

2. Model yang digunakan belum tepat atau kurang sesuai.

3. Pembelajaran masih cenderung berpusat pada guru

4. Pembelajaran kurang efektif, sebagian siswa cenderung pasif.

5. Belum mencapai KKM dengan kriteria mencapai nilai > 60 hanya

sebanyak 17 siswa dan sisanya 23 orang siswa belum mencapai

KKM.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang identifikasi dan permasalahan diatas, diajukan

rumusan masalah sebagai berikut :

(13)

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika kelas VI A SDN 1

Way Halim Permai Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran

2013/2014?”

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran

Matematika pada kelas VI A SDN 1 Way Halim Permai Bandar

lampung semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Untuk meningkatkan Hasil belajar siswa pada pembelajaran

Matematika pada kelas VI A SDN 1 Way Halim Permai Bandar

lampung semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

1.5 Manfaat dan Kegunaan Hasil Penelitian

1. Manfaat utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI A SDN 1 Way

Halim Permai Bandar lampung khususnya melalui penerapan metode

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

b. Untuk meningkatkan daya serap siswa terhadap mata pelajaran

Matematika.

2. Kegunaan dari penelitian ini adalah :

(14)

a. Dapat meningkatkan prestasi daya serap siswa dalam pelajaran

Matematika.

b. Dapat menumbuhkan semangat dan kecerdasan belajar yang

tinggi dikalangan siswa.

c. Melatih siswa untuk mengeluarkan pendapatnya.

d. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Bagi Guru

Mempermudah dalam penyampaian mata pelajaran kepada siswa,

karena siswa telah aktif ikut dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan informasi dan pemikiran dalam upaya

meningkatkan mutu sekolah

d. Bagi Peneliti

Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan

keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat,

merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kooperatif tipe Jigsaw

Pembelajaran model Kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu

pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan

siswa yang berbeda-beda. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang

paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif

model ini paling baik dikemukakan dan dikembangkan oleh para peneliti

pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan

menyediakan satu bentuk kooperatif. Didalamnya siswa diberi kesempatan

untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk

diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan Alvin Kehl (2004 :

45-46).

Silberman (2001 : 160) “Metode Jigsaw merupakan Metode pembelajaran

dengan sistem kelompok atau bekerja secara bersama-sama sehingga siswa

dapat saling membantu dan bertukar pikiran dalam memecahkan suatu

masalah dan mendiskusikan masalah dengan teman-teman yang lain”

Metode Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang

didalamnya terdapat elemen-elemen, diantaranya saling ketergantungan positif

(16)

yang secara sengaja diajarkan Nurhadi (2004 : 112). Metode Jigsaw

merupakan pembelajaran yang melibatkan semua siswa yang berkerja secara

kelompok dan dalam kelompok tersebut biasanya terdiri dari empat atau lima

orang saling membantu dalam mengidentifikasi masalah.

Kesimpulanya penerapan metode jigsaw terhadap peserta didik dituntut aktif

dan lebih kreatif dalam menemukan ide-ide dalam memecahkan masalah

terhadap individu (pribadi)maupun klompok

Menurut Zaini (2002 : 56-57) “Belajar dengan Metode Jigsaw“ Merupakan

strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat

dibagi menjadi beberapa bagian dan bagian dari Metode tersebut tidak harus

urut, setelah materi dibagi siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok

dan setiap kelompok membahas materi tersebut, setelah selesai setiap

kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan

apa yang mereka pelajari dari kelompoknya”. Dengan Metode Jigsaw ini

siswa biasa saling membantu dalam memecahkan materi yang dibahas.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan

kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang

beranggotakan siswa dengan kemampuan asal dan latar belakang keluarga

yang beragam. Kelompok asal merupakan golongan dari beberapa ahli.

Kelompok ahli yaitu kelompok siswa terdiri dari anggota kelompok asal yang

berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu

dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk

(17)

Pada Metode ini siswa belajar untuk mengeluarkan pendapat ide, siswa akan

bangga terhadap penguasaan topik tertentu dan akan memberikan

presentasinya kepada teman-temannya. Menurut Gardnek (2002 : 32) “

Dalam Metode Jigsaw setiap ahli dalam kelompok itu menjadi juru

(pembicara) dalam sub unit suatu topik setelah siswa memahami bagian

masing-masing “. Setiap juru mengajarkan pula kepada ahli dalam kelompok

yang lain. Soal jawab atau perbincangan yang berlaku selama proses ini

membolehkan juru dan ahli sama-sama memikirkan cara memecahkan

masalah (tugas) yang diberi, ini meningkatkan pemahaman dan ingatan selain

itu memberi peluang kepada pelajar yang kurang cemerlang dan mengajarkan

mereka untuk menjadi juru dan mengajarkan pula pada siswa yang

mempunyai prestasi yang baik yang secara tidak langsung meningkatkan

keyakinan mereka.

Menurut Zaini (2002 : 56-57) langkah-langkah dalam Metode Jigsaw yaitu :

1) Memilih materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian)

2) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah

segmen yang ada jika jumlah siswa adalah 50, sementara jumlah

kelompok yang ada 5, maka masing-masing kelompok terdiri dari 10

orang. Jika ini dianggap terlalu besar dibagi menjadi 2 sehingga setiap

kelompok terdiri dari 5 orang. Setelah proses selesai kemudian

menggabungkan kedua kelompok pecahan tersebut.

3) Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi yang

(18)

4) Setiap kelompok mengirimkan anggotanya kekelompok lain untuk

menyampaikan apa yang mereka pelajari dari kelompoknya.

5) Suasana kelas kembali seperti semula kemudian menanyakan sekiranya

ada persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.

6) Memberikan beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka

terhadap materi.

Adapun ciri-ciri Metode Jigsaw menurut Nur (2001 : 3) diantanya yaitu :

a. Adanya kelompok yang berdiskusi tentang materi pelajaran tertentu.

b. Terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.

c. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

kelompoknya.

d. Para siswa akan diminta menjelaskan materi yang telah dipelajari

kepada temannya.

e. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama

besarnya diantara anggota kelompok.

Didalam Metode Jigsaw ini terdapat kelebihan maupun kelemahan dalam penggunaan Metode pembelajaran ini diantaranya sebagai berikut

Kelebihan Metode Jigsaw :

a. Menurut Nurhadi (2001 : 3) :

1). Meningkatkan kerja sama untuk mempelajari materi yang

ditugaskan.

2). Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

(19)

3). Guru berperan sebagai pendamping, penolong dan

mengarahkan siswa dalam mempelajari materi pada

kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada

rekan-rekannya.

4). Melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan

berpendapat.

5). Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu

yang lebih singkat.

b. Menurut Ibrahim, dkk (2003 : 120-121) :

Bahwa kelebihan dari belajar Jigsaw yaitu dapat

mengembangkan tingkah laku dan hubungan yang lebih baik

antar siswa dan dapat mengembangkan kemampuan akademis

siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam

belajar dari pada Guru.

c. Menurut Ratumanan (2002 : 63) :

Menyatakan bahwa kelebihan Jigsaw bahwa interaksi yang

terjadi dalam belajar Jigsaw dapat memacu terbentuknya ide

baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

1. Kelemahan Metode Jigsaw :

a) Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan

anggotanya lemah semua.

b) Penugasan anggota kelompok untuk menjadi ahli sering tidak

sesuai antara kemampuan dengan kompetensi yang harus

(20)

c) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan

cenderung mengontrol jalannya diskusi.

d) Siswa memilki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan

mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi ketika sebagai

tenaga ahli sehingga dimungkinkan terjadi kesalahan.

e) Awal pengguanaan metode ini biasanya sulit dikendalikan,

biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang.

Gambar 2.1 Bagan Kelompok Asal dan Kelompok Ahli

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran dimana

siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu memahami materi,

menyelsaikan tugas atau kegiatan lain agar semua anggota kelompok

mencapai hasil belajar yang tinggi..

2.1.1 Pengertian Belajar

(21)

maupun non formal. Seseorang yang dikatakan telah belajar sesuatu

kalau terjadi perubahan tentunya, misalnya dari tidak dapat membaca

menjadi dapat membaca, dari tidak dapat menghitung menjadi dapat

menghitung. Namun, dari semua yang bersangkutan berusaha untuk hal

yang di harapkan.

Oleh karena itu,agar kita memperoleh sesuatu pengertian yang jelas

mengenai belajar maka di bawah ini perlu dikutip dari para ahli dalam

memberi pengertian mengenai belajar.”Pengertian belajar menurut teori

konektionisme adalah impuls untuk bertindak (impuls to action) atau

belajar adalah penentuan hubungan antara stimulus dan respon,antar

aksi dan reaksi” Sardiman (2001 : 33).

Sedangkan Fudyartanto (2002 : 151)”Belajar adalah usaha sadar dari

individu untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan

ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas

tingkah lakunya dalam rangka mengembangkan kepribadiannya”.

Usaha yang dilakukan yaitu membaca, latihan soal, mendengarkan dan

sebagainya.

Dalam beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar

pada hakikatnya adalah tindakan “perubahan” yang terjadi dalam diri

seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Dalam belajar yang

terpenting adalah bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus

diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain atau guru hanya

(22)

belajar itu dapat berhasil dengan baik.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar

Setiap orang yang melakukan kegiatan tentu akan memperoleh hasil.

Demikian dengan kegiatan belajar di sekolah, tentu akan memperoleh

hasil yang berupa hasil belajar. Belajar sebagai suatu proses akan

menghasilkan permasalahan yang berupa pengetahuan sikap atau nilai

dan keterampilan. Adanya perubahan itu tampak dalam hasil belajar

yang dihasilkannya. Menurut KBBI hasil adalah sesuatu yang telah

dicapai. Hasil belajar adalah penguasaan, pengetahuan atau

keterampilan yang di kembangkan oleh mata pelajaran lazimnya

ditunjukkan dengan nilai test yang diberikan guru.

Hasil belajar mempunyai beberapa fungsi,menurut Arifin (2000: 84)

fungsi belajar sebagai berikut :

1) Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai

anak didik.

2) Suatu usaha penguasaan hasrat ingin tahu.

3) Bahan informasi dan inovasi pendidikan.

4) Indikator intern dan ekstern dari institusi penelitian

5) Indikator daya serap.

Oleh karna itu, dapat disimpulan bahwa belajar merupakan hal penting

dalam mengembangkan kemampuan diri seseorang untuk bertujuan

(23)

2.1.3 Tipe-Tipe Hasil Belajar

Hasil belajar secara menyeluruh harus mencerminkan tujuan pendidikan.

Benjamin S. Bloom dalam Sudjana (2005 : 49) berpendapat bahwa

“Tujuan pendidikan yang hendak dicapai dapat digolongkan menjadi tiga

bidang atau ranah, yakni Bidang Kognitif, Bidang Efektif dan, bidang

Psikomotor, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Tipe hasil belajar Bidang Kognitif meliputi :

1. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan ( knowledge).

Termasuk dalam pengetahuan hafalan ini adalah pengetahuan

yang sifatnya faktual dan pengetahuan mengenai hal-hal yang

perlu diingat kembali seperti batas peristilahan, pasal, hukum,

bab, ayat, rumus dan lain-lain.

2. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehension) Ada tiga

pemahaman yang berlaku umum yaitu:

a) Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna

yang terkandung didalamnya. Misalnya memahami kalimat

bahasa inggris kedalam bahasa Indonesia, pengertian Bhineka

Tunggal ika dan lain-lain.

b) Pemahaman penafsiran misalnya, memahami grafik,

menghubungkan dua konsep yang berbeda dan lain-lain.

c) Pemahaman ekstrapolasi yakni kesanggupan melihat di bilik

yang tertulis, tersirat, meramalkan sesuatu atau memperluas

(24)

b) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstrakkan suatu

konsep, ide, rumus dan hukum dalam situasi baru, misalnya

memecahkan persoalan dengan rumus tertentu, menerapkan suatu

dalit atau hukum dalam suatu persoalan, jadi dalam aplikasi harus ada

konsep, teori hukum dan rumus.

a) Tipe hasil belajar analisis

Analisis adalah kemampuan untuk mengurangi suatu integritas

(kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian yang lebih

kecil dan mempunyai arti.

b) Tipe hasil belajar sintesis

Sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian

menjadi integritas.

c) Tipe hasil belajar evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang

nilai suatu berdasar pada kemampuan yang dimilikinya dan

kriteria yang dipakainya.

d) Tipe hasil belajar bidang efektif

Bidang efektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa

tingkatan bidang efektif yaitu :

1. Receiving atau Attending adalah semacam kepekaan dalam

menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada

(25)

2. Responding atau jawaban adalah reaksi yang diberikan

seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.

3. Valuing atau penilaian adalah berkenaan dengan nilai dan

kepercayaan terhadap gejala atau stimulasi.

4. Organizing atau organisasi yakni pengembangan nilai

kedalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan

hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, kemantapan dan

prioritas nilai yang telah dimiliki.

5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai adalah keterpaduan

dari sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

e) Tipe hasil belajar Psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk

keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.

Ada enam tingkatan ketrampilan yaitu :

1) gerakan reflek

2) ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar

3) kemampuan berseptual termasuk di dalamnya membedakan

visual membedakan auditif, motorik dan lain-lain.

4) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuasaan,

keharmonisan, ketetapan dan lain-lain.

5) gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana

(26)

6) Kemampuan seperti gerakan ekspresif, interprestasi dan

sebagainya.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Agar belajar dapat berhasil, perlu memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar

individu, sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (2006 : 39) “Hasil

belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama

yakni faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang datang

dari luar diri siswa itu sendiri atau dari faktor lingkungan”.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor dari dalam diri siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa bisa disebut faktor

internal atau endogen. Faktor ini meliputi kondisi individu si

pelajar atau kondisi fisiologis, kondisi panca indera dan kondisi

psikologis. Kondisi fisiologis meliputi keadaan jasmani pada

umumnya, misalnya anak yang badannya segar berbeda dengan

anak yang dalam keadaan lelah, anak yang terpenuhi gizinya

berbeda dengan anak yang kekurangan gizi dan sebagainya.

Kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran jika

hal ini terganggu maka akan berpengaruh terhadap aktivitas

belajarnya. Kondisi psikologis terutama berhubungan dengan

minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif

(27)

Bagi anak yang minatnya besar terhadap suatu pelajaran akan

mencapai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan anak

yang tidak berminat. Anak yang memiliki minat yang tinggi

berarti mempunyai perhatian yang tinggi terhadap bahan yang

dipelajari. Sebaliknya anak yang kurang minatnya akan kurang

pula perhatiannya terhadap bahan pelajaran.

Mengenai kecerdasan telah diteliti oleh para ahli yang

berkesimpulan bahwa kecerdasan atau intelegensi berkolerasi

terhadap hasil belajar seseorang. Dalam proses belajar, fungsi

utama kecerdasan ini adalah pertama mencamkan kemudian

menyimpan lalu memproduksikan kesan (bahan) yang telah

dipelajarinya.

Pemberian pelajaran yang bahannya disesuaikan dengan bakat

anak akan secara mudah diterima oleh anak, sehingga akan

memperoleh prestasi belajar yang baik.

b. Faktor yang datang dari luar diri siswa

Faktor ini disebut juga faktor eksternal atau faktor eksogen.

Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor

lingkungan dan faktor instrument atau alat. Mengenai

faktor-faktor lingkungan telah diakui oleh para ahli pendidikan

mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan

seseorang di dalam mempelajarinya sesuatu. Adapun lingkungan

(28)

lingkungan sosial. Lingkungan alam akan berpengaruh pada fisik

dan psikis individu. Misalnya seseorang yang hidup di daerah

tandus. Lingkungan sosial berupa hubungan antar manusia,

misalnya hubungan dengan orang tua, saudara, kerabat dekat,

kelompok bermain, kelompok belajar dan sebagainya akan

mempengaruhi keberhasilan siswa di dalam belajarnya.

Motivasi dalam belajar penting sekali peranannya, sebab motivasi

atau dorongan dapat menimbulkan saraf seseorang untuk melakukan

kegiatan belajar. Kemampuan kognitif terutama berperan dalam

proses belajar yaitu persepsi ingatan dan berpikir.

2.1.5 Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunakan Metode

Jigsaw

Penerapan Metode Jigsaw di sekolah diharapkan dapat

meningkatkan kerja sama untuk mempelajari materi, rasa tanggung

jawab siswa, melatih siswa untuk lebih aktif di dalam kelas,

pemerataan penguasaan materi, serta mengembangkan tingkah laku

dan hubungan yang lebih baik antar siswa sehingga dapat tercapai

hasil belajar yang lebih baik. Peningkatan hasil belajar siswa salah

satunya dengan memaksimalkan dari suatu pekerjaan atau kecakapan

untuk menambah pengetahuan atau tingkat penguasaan yang dicapai

siswa setelah melalui proses belajar mengajar ekonomi di kelas.

Penggunaan Metode pembelajaran yang tepat akan membantu

(29)

akan merasa jenuh dengan Metode yang diajarkan oleh guru.

Metode Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang

didalamnya terdapat elemen-elemen, diantaranya saling

ketergantungan positif yaitu interaksi tatap muka, akuntabilitas

individual dan keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan

Nurhadi (2004 : 112). Metode Jigsaw merupakan pembelajaran yang

melibatkan semua siswa yang bekerja secara kelompok dan dalam

kelompok tersebut biasanya terdiri dari empat atau lima orang saling

membantu dalam mengidentifikasi masalah.

Menurut Hisyam Zaini (2002 : 56-57) belajar dengan Metode Jigsaw

“Merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang

akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan bagian dari

Metode tersebut tidak harus urut, setelah materi dibagi siswa

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok

membahas materi tersebut, setelah selesai setiap kelompok

mengirimkan anggotanya kekelompok lain untuk menyampaikan apa

yang mereka pelajari dari kelompoknya.

Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa dengan Metode

Jigsaw ini siswa bisa saling membantu dalam memecahkan materi

yang di bahas serta meningkatkan kerjasama antar siswa dalam

(30)

2.1.6 Pengertian Matematika

Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh

karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika.

Logika adalah masa bayi dari matematika, sebaliknya matematika

adalah masa dewasa dari logika. Sejalan dengan berkembangnya

matematika, maka banyak para ahli yang mengemukakan

pendapatnya mengenai matematika.

James dan James (1976 : 42) mengatakan bahwa matematika adalah

ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan

konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah

yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu : aljabar,

analisis dan geometri. Namun pembagian yang jelas amatlah sukar

untuk dibuat, sebab cabang-cabang itu semakin bercampur. Adanya

pendapat yang mengatakan bahwa matematika itu timbul karena

pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan

penalaran yang terbagi menjadi 4 wawasan yang luas yaitu

aritmatika, aljabar, geometris dan analisis.

Dalam hal ini maka pelajaran matematika harus diperkenalkan sejak

dini terhadap anak-anak, karna dasar matematika tersebut merupakan

penguasaan logika sehingga peserta didik untuk memacu ide – ide

dan penalaran berfikir dalam mengasah kemampuan meningkatkan

(31)

2.1.7 Pengertian Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar Matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang

telah mengikuti proses belajar mengajar perhitungan. Hasil pada

dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas,

sedangkan belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan

perubahan pada individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek

pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya.

Adapun Soedijarto Masnaini (2003 : 6) menyatakan bahwa Hasil

belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam

mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan

pendidikan. Hasil belajar dalam kerangka studi ini meliputi kawasan

kognitif, afektif, dan kemampuan/kecepatan belajar seorang pelajar.

Sedangkan Keller (Abdurrahman, 1999:39), mengemukakan hasil

belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, hasil

belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan yang terarah

pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak.

Dalam hasil belajar pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa kita

perlu motivasi lebih karena motivasi belajar berpengaruh positif

terhadap prestasi belajar siswa karna semakin besar keinginan untuk

belajar, maka semakin besar pula prestasi yang diraih.

2.2 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

a) Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para Guru/Peneliti

(32)

siswa seperti penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Suripto

dengan judul“Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Kelas VI SDN Genekan

Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto” hasilnya :

1) Prestasi hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan

danpeningkatan tersebut relevan dengan respon siswa yang positif

terhadappenerapan model pembelajaran koooperatif jigsaw.

2) Aktivitas siswa juga cenderung meningkat dalam pembelajaran ini

terutamapada kegiatan kemahiran menyelesaikan tugas dan soal,

mengemukakanpendapat dalam diskusi dan bekerjasama, sehingga

siswa menjadi aktif dansuasana kelas menjadi lebih efektif dan

menyenangkan.

3) Penggunaan alat bantu belajar kotak mencari KPK sangat efektif

membantukemahiran siswa dalam menentukan KPK, sehingga

mempermudah siswadalam menyelesaikan soal.

b) Pada dasarnya anak belajar melalui benda/objek kongkrit. Untuk

memahami konsep abstrak anak memerlukan benda-benda kongkrit

(riil) sebagai perantara atau visualisasinya. Sesuai dengan hasil

penelitiannya, Piaget Valmband (2008 : 51) mengemukakan bahwa.

Anak-anak yang berada pada tahap operasi konkrit sebaran umur 7-11

tahun, sudah berada di Sekolah Dasar dan pada umumnya anak-anak

pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan

benda-benda konkrit. Konsep abstrak yang baru dipahami siswa itu akan

(33)

perbuatan dan dapat dimengerti siswa bukan hanya melalui

mengingat-ingat fakta.

Pada prakteknya mentransfer pengetahuan, pengalaman dan gagasan

(ide) guru ke peserta didik atau dari peserta didik ke peserta didik yang

lain tidaklah mudah. Kegiatan ini sangat tergantung pada kelancaran

interaksi komunikasi antara guru dengan peserta didiknya,

ketidaklancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang

diberikan guru. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi

penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak

efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan

verbalisme.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka dalam mempelajari suatu

konsep/prinsip-prinsip matematika diperlukan pengalaman melalui

benda-benda nyata (konkrit), yaitu menggunakan alat peraga dalam

pembelajaran matematika untuk menanamkan konsep agar mudah

dimengerti oleh para siswa.

2.3 Kerangka Pikir Penelitian

Menurut Sugiyono (2008 : 47) “Kerangka berfikir merupakan model

konseptual tentang teori yang berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting”.

Metode Jigsaw merupakan suatu bentuk penyajian pelajaran dengan cara

(34)

yang saling membantu memecahkan dan mendiskusikan masalah bersama.

Pembelajaran ini melibatkan seluruh siswa sehingga siswa akan aktif, akrab

dan dapat saling bertukar pikiran sehingga hasil yang dicapai kemungkinan

akan lebih baik.

Dapat mewujudkan arah dari pemecahan dan pengaruh lisan yang di hadapi,

maka terlebih dahulu perlu dikemukakan gambaran yang berupa kerangka

pemikiran yang diuraikan sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka diatas maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah “Apabila dalam pembelajaran matematika penggunaan Metode Jigsaw mampu meningkatkan hasil belajar siswa VI A

Rata-rata kelas 85 Hasil belajar siswa kelas VI A

Rata-rata kelas 55

Penggunaan Metode Jigsaw

Guru belum menggunakan Metode

Jigsaw

Tindakan

(35)

menggunakan kooperatif tipe jigsaw dengan tepat dan benar maka dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika kelas VI A SDN 1

Way Halim Permai Bandar Lampung semester ganjil tahun ajaran

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Way Halim Permai Bandar

Lampung. Penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa

sekolah tersebut memiliki beberapa permasalahan akademik yang

perlu di tingkatkan. Selain itu sekolah tersebut mudah dijangkau oleh

peneliti sehingga efisien waktu dan mudah dalam mendapatkan data.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI A SD Negeri 1 Way

Halim Permai yang berjumlah 40 dengan klasifikasi 27 Siswi Perempuan

dan 13 siswa Laki-laki, sementara Guru kelas VI B SD Negeri 1 Way Halim

Permai sebagai partner kolaborasi sekaligus sebagai triangulasi sumber data.

3.2.1 Metode Penelitian

(37)

(classroom action research) yang dilakukan oleh peneliti secara

langsung. Berdasarkan tujuan penelitian, maka jelas bahwa penelitian

ini tidak menguji hipotesis secara kuantitatif, akan tetapi lebih bersifat

untuk mendiskripsikan data, fakta dan keadaan yang ada. Penelitian

ini menggunakan pola penelitian siklus. Dengan pola penelitian ini

peneliti memiliki kebebasan untuk mengulang kegiatan yang sudah

dilakukan untuk mendapatkan kemantapan atau mengubah hal-hal

yang tidak tepat untuk lebih disesuaikan dengan kenyataan yang ada.

Dalam penelitian ini, tugas peneliti adalah untuk menyusun rencana

kegiatan, melaksanakan tindakan pembelajaran dengan subyek

penelitian dan akhirnya melaporkan hasil penelitian.

3.2.2 Prosedur Penelitian

Menurut Arikunto (2006 : 16-20) model penelitian tindakan kelas

adalah: secara garis besar terdapat empat tahapan yang harus dilalui,

yaitu:

1. Perencanaan (Planing)

Merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk

meningkatkan ktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Pelaksanaan

Pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Pengamatan (Observing)

(38)

berlangsung.

4. Refleksi (Reflection)

Kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh

dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses

belajar selanjutnya Kusumah dan Dwigatama (2009 : 25).

Secara visual prosedur PTK dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Tahap – tahap dalam PTK (Wardhani, 2007:2.4).

Rincian dari tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Perencanaan

Siklus 1

Pengamatan

Perencanaan

Siklus 2

Pengamatan

Seterusnya sesuai dengan alokasi waktu setiap tahap tindakan yang direncanakan

pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi

(39)

Siklus 1

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi kegiatan:

a. Wawancara dengan guru kelas untuk menganalisis materi yang sudah

diajarkan guna penyesuaian penyusunan perangkat pembelajaran.

b. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama

proses pembelajaran di kelas.

c. Menganalisis pokok Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi

Dasar (KD) dan pokok bahasan yang kemudian menjadi beberapa

indicator yang akan diajarkan dengan menggunakan metode inkuiri.

d. Menyiapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang sesuai

dengan materi yang telah ditetapkan.

e. Menyusun soal –soal tes (Pretest dan Postest).

f. Menyiapkan lembar panduan observasi untuk mengamati aktivitas

siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan tindakan disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang

telah disusun. Adapun urutan kegiatan secara garis besar adalah sebagai

berikut:

a. Kegiatan Pendahuluan

1. Guru melaksanakan tes awal (Protest) untuk mengetahui

pengetahuan awal siswa sebelum materi siberikan.

2. Guru memberikan apersepsi tentang materi yang akan diajarkan.

(40)

b. Kegiatan inti

1. Guru menjelaskan materi matematika yaitu “Mengidentifikasi

sifat-sifat bangun datar, dan memancing siswa untuk dapat

bertanya tentang materi yang akan diajarkan”.

2. Guru memberikan soal atau materi dengan sub bab bangun datar

yang berbeda pada tiap siswa dalam kelompok asal.

3. Guru menugasi siswa untuk membentuk kelompok baru atau

kelompok ahli sesuai dengan sub bab bangun datar yang sama

dengan dari masing–masing klompok asal yang lain.

4. Guru membimbing kelompok ahli untuk berdiskusi tentang sub

bab yang mereka kuasai.

5. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan

menanggapi.

6. Setelah berdiskusi, guru memerintahkan siswa dalam kelompok

ahli untuk kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar

informasi

7. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi

8. Siswa mengerjakan Latihan

9. Guru melakukan penilaian selama pembelajaran berlangsung.

c. Tes akhir/penutup

1. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi yang telah

berlangsung.

2. Memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat tingkat

(41)

3. Mengamati (observer)

Mengamati dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan

berlangsung. Proses pengamatan secara intensif dilakukan oleh guru.

Obyek yang diamati meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan

aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Pengamatan dilakukan

berdasarkan lembar observasi, disediakan catatan lapangan untuk

melengkapi data hasil observasi.

4. Merefleksi (reflect)

Merefleksi dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan tindakan dan

hasil pemahaman siswa. Merefleksi adalah menganalisis data-data yang

diperoleh dari tes akhir, observasi, wawancara dan catatan lapangan.

Tahap refleksi meliputi kegiatan memahami, menjelaskan dan

menyimpulkan data sebagai acuan untuk merencanakan perbaikan pada

siklus berikutnya.

Hasil analisis data dikaji untuk mengetahui; apa yang sudah berhasil dari

pembelajaran tindakan? Apa yang belum berhasil dari pembelajaran

tindakan? Mengapa demikian? Bagaimana selanjutnya? Jawaban dari

pertanyaan diatas selanjutnya digunakan untuk menyempurnakan

tindakan pada siklus selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan akhir

penelitian.

Siklus II

Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh semua tim peneliti untuk

(42)

pelaksanaan siklus II. Materi pembelajaran siklus II ini adalah

“Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang”, adapun pelaksanaan pada siklus

II ini meliputi :

1. Tahap Perencanaan

a. Mendata kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran yang

telah dilaksanakan pada siklus I.

b. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II

berdasarkan refleksi dari siklus I.

c. Menganalisis pokok Kompetensi Dasar (KD) dan pokok bahasan

yang kemudian menjadi beberapa indicator yang akan diajarkan

dengan menggunakan metode inkuri.

d. Menyiapkan RPP yang sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

e. Menyusun soal–soal tes (Pretest dan Postest).

f. Menyiapkan lembar panduan observasi untuk mengamati aktivitas

siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Kegiatan Pendahuluan

1. Guru melaksanakan tes awal (Protest) untuk mengetahui

tingkat penguasaan materi yang telah diberikan pada siklus I.

2. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kontekstual.

3. Guru mengulas kembali secara singkat materi pembelajaran

(43)

b. Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan materi matematika yaitu “Mengidentifikasi

sifat-sifat bangun ruang, dan memancing siswa untuk dapat

bertanya tentang materi yang akan diajarkan.

2. Masing-masng siswa bergabung kedalam kelompok yang telah

ditentukan.

3. Guru bersama siswa menentukan rumusan masalah

4. Dengan stimulus dan bimbingan dari guru, masing-masing

siswa mencari informasi dan data-data yang relevan untuk

mencari jawaban sebenarnya.

5. Setelah mendapatkan data-data yang sudah dicari, kemudian

kelompok mendiskusikan dan mengolah hasil penemuan yang

sudah ditemukan

6. Masing-masing kelompok membuat laporan kemudian

mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya.

7. Kelompok yang lain menanggapi dan bertanya tentang hal-hal

yang belum dipahami.

c. Kegiatan Penutup

1. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi yang telah

berlangsung.

2. Menentukan tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi dengan

memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat tingkat

(44)

3. Mengamati (observer)

Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan

tindakan dengan menggunakan lembar panduan observasi yang telah

dibuat. Lembar panduan observasi berisi tentang instrumen-instrumen

yang berkenaan dengan aktivitas dan kinerja guru.

4. Tahap Refleksi

Hasil yang dicapai pada tahap observasi dikumpulkan serta di analisis.

Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan pada

proses pembelajaran setelah diterapkanya pembelajaran melalui

pendekatan kooperatif tipe jigsaw..

3.3 Sumber Data

Lofland dan Lofland (Dalam Moleong, 2002:112) menyatakan bahwa

sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan

selebihnya adalah kata tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam

menentukan sumberdata,peneliti harus benar-benar memperhatikan subyek

dan informan. Subyek adalah sesuatu yang diteliti, sedangkan informan

adalah orang yang memberikan informasi sebanyak-banyaknya tentang

sesuatu yang diteliti.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI A SD Negeri 1 Way

Halim Permai.

(45)

a. Perilaku guru dalam pembelajaran tindakan, yang penilaiannya

dilakukan oleh kolaborator dan siswa.

b. Perilaku siswa dalam pembelajaran tindakan, yang penilaiannya

dilakukan oleh guru dan kolaborator.

c. Situasi kelas saat pembelajaran tindakan, yang penilaiannya dilakukan

oleh guru dan kolaborator.

d. Hasil belajar ekonomi siswa sebagai dampak pembelajaran tindakan

dalam mengerjakan soal-soal tes awal dan tes akhir.

3.4 Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan

pengamatan secara teliti dan sistematis. Observasi dilakukan untuk

mendapatkan gambaran secara langsung tentang kegiatan belajar di

kelas.

b. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk meningkatkan hal-hal

yang tidak dapat atau kurang jelas diamati pada saat pengamatan

berlangsung

c. Tes

Arikunto (2002 : 127) menyatakan tes merupakan “serentetan

(46)

keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki individu atau kelompok”. Metode tes untuk mengumpulkan data

tes hasil belajar ekonomi dengan menggunakan metode Jigsaw.

d. Catatan lapangan

Pencatatan lapangan digunakan untuk melengkapi data-data yang tidak

direkam dalam lembar observasi maupun wawancara, dengan demikian

diharapkan tidak ada data penting yang terlewatkan dalam kegiatan

penelitian.

e. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan Metode untuk memperoleh atau mengetahui

sesuatu berupa buku pribadi, buku latihan dan dokumentasi lainnya yang

berhubungan dengan penelitian. Dokumentasi yang digunakan untuk

memperoleh data sekolah dan identitas siswa antara lain nama siswa dan

nomor induk siswa dengan melihat dokumentasi yang ada di sekolah.

Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah daftar nama

siswa kelas VI A SD Negeri 1 Way Halim Permai Bandar Lampung

Tahun Ajaran 2013/2014.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

(47)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.

Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar,

tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses

pengumpulan data hasil eksperimen.

4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

a.Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran demonstrasi,

untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas

siswa dan guru selama proses pembelajaran.

5. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes

formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan

adalah pilihan ganda (objektif).

3.6 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan

kuantitatif. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data hasil

observasi yang digunakan untuk menjaring aktivitas belajar siswa dan

kinerja guru dalamproses pembelajaran. Sedangkan analisis kuantitatif akan

digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam hubunganya

dengan penguasaan materi pembelajaran.

(48)

Data kualitatif ini, diperoleh dari data nontes yaitu lembar panduan

observasi. Data hasil observasi digunakan untuk mengetahui sejauh

mana aktivitas siswa dan kinerja guru setelah diterapkanya pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual.

2. Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada

siklus I dan siklus II. Data kuantitatif ini didapatkan dengan menhitung

nilai rata-rata kelas dari hasil test yang diberikan kepada siswa dengan

cara:

Σ Xi Rumus : X =

N

Keterangan : X = Rata – rata hitung nilai

N = Banyaknya Siswa

Xi = Nilai Siswa

(Heryanto dkk., 2009:42).

3.7 Indikator Keberhasilan

Indikator pencapaian dalam penelitian kelas ini adalah peningkatan hasil

belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika dengan penerapan

metode jigsaw pada siswa kelas VI A SD NEGERI 1 Way Halim Permai

Tahun Ajaran 2013/2014 diharapkan mengalami peningkatan dan dikatakan

berhasil apabila :

1. KKM Lebih besar dari 75%

2. Dari hasil belajar nilai rata-rata > 75.

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas

VI pelajaran Matematika di Sekolah Dasar Negeri 1 Way Halim Permai

Dapat Disimpulkan Bahwa :

1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran

Matematika, dapat meningkatkan hasil belajar siswa mulai dari siklus I

sampai siklus II. Secara berurutan persentase hasil belajar siswa pada

siklus I sebanyak 28 siswa atau 70% siswa lulus KKM, siklus II

sebanyak 36 orang siswa atau 90% siswa lulus KKM. Selain itu

penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran

Matematika juga dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru, karena dalam proses pembelajaranya guru dituntut

untuk dapat memotivasi siswa agar dapat belajar kelompok secara aktif.

2. Dengan adanya kolaborasi, partisipasi dan refleksi antara guru dan

peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan dan

mengembangkan pengetahuan dan professional guru. Hal ini dapat

(50)

II. Secara berurutan persentase keaktivitas guru pada siklus I 64.14%

dan siklus II 81.66%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat disampaikan

sebagai berikut:

1. Kepada Siswa

Kepada siswa, agar selalu memperdalam materi pembelajaran dengan

pemahaman yang telah dimiliki atau mengaitkan materi pembelajaran

dengan dunia nyata sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

2. Kepada Guru

Karena Model Jigsaw terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa, maka disarankan kepada para guru untuk dapat

menggunakan strategi pembelajaran ini pada materi atau mata pelajaran

yang lain.

3. Kepada Pihak Sekolah

Karena Model Jigsaw terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa, maka disarankan kepada pihak sekolah untuk memotivasi

dan memberikan pelatihan pada para guru sehingga dapat

mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw yang sesuai dengan

materi pada setiap mata pelajaran.

4. Peneliti

(51)

pada materi lain dan pada mata pelajaran yang lain sehingga aktivitas

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian tindakan Kelas, (STAIN Ponorogo Press, 2009), 40 : Ponorogo

Basuki. Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian tindakan Kelas. 2009. Ponorogo : STAIN : Ponorogo Press.

Ghony, Djunaidi. (Penelitian Tindakan Kelas. 2008. UIN-Malang Press) : Malang

Metode Pembelajaran Tipe Jigsaw, www.google.com/Wikipedia

Rusfendi, 2000. Dasar-Dasar Matematika untuk Sekolah dasar, Penerbit Erlangga : Jakarta.

Sanjaya,Wina. Penelitian Tindakan Kelas. 2011. Kencana Predana Media Group. Cet ke-3 : Jakarta

Sulardi., 2006. Pandai berhitung matematika sekolah dasar kelas VI. PT. GLORA AKSARA PRATAMA : Jakarta.

Tangying,AF.MA, 2007. Bagaimana Mengajar Matematika dan masakini, Kalitbang Dikbud :Jakarta.

Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Kencana Predana Media Group, 2011, Cet ke-3), 84-85 : Jakarta

(53)
(54)
(55)
(56)

Nama Sekolah : SDN 1 Way Halim Permai

Materi Pokok Ruang

Lingkup

Luas Bangun Datar

(57)

Mengetahui,

Kepala SDN 1 Way Halim Permai

Dra. Hj. SUSTRIATI ANGGIT ANDAYANI NIP. 1 9 5 6 0 8 2 1 1 9 7 5 7 7 2 0 0 1

Bandar Lampung, 10 Juli 2013

Guru Kelas VI

(58)

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VI / 1 (Ganjil)

Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

Standar Kompetensi : Mengidentifikasi dan Menghitung Luas Bangun Datar Sederhana

Kompetensi

Dasar Materi Pokok

Pengalaman

2. Menghitung luas

keliling bangun

datar sederhana.

3. Menghitung

volume bangun

ruang.

4. menyelsaikan soal

(59)

Mengetahui,

Kepala SDN 1 Way Halim Permai

Dra. SUSTRIATI ANGGITANDAYANI NIP. 1 9 5 6 0 8 2 1 1 9 7 5 7 7 2 0 0 1

dan luas bangun

ruang.

Bandar Lampung, 2013

Guru Kelas VI

(60)

A.

Identitas

Sekolah : SDN I Way halim Permai

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VI / 1(Ganjil)

Pertemuan Ke : 1 (Ganjil)

Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

Standar Kompetensi : 4. Menghitung Luas Bangun Datar Sederhana

Kompetensi Dasar : 4.1 Menghitung Luas Bangun Datar (segi

tiga, segi empat, layang – layang, dll)

Indikator :

5. Mengidentifikasi Bangun datar sederhana.

6. Menghitung luas keliling bangun datar sederhana.

7. Menghitung volume bangun ruang.

8. menyelsaikan soal cerita yang berhubungan dengan keliling

dan luas bangun ruang.

Waktu : 4 x 25 menit (2x Pertemuan)

(61)

2. Menghitung luas keliling bangun datar sederhana.

3. Menghitung volume bangun ruang.

4. Siswa dapat menyelsaikan soal cerita yang berhubungan dengan

keliling dan luas bangun ruang.

Karakter Siswa Yang diharapkan :

Teliti, Tekun, Berani, kerja keras, rasa ingin tau, pantang menyerah.

C. Materi Pembelajaran

Bangun Datar

D. Metode Pembelajaran

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

E. Langkah – Langkah Pembelajaran :

1. Kegiatan Awal

Apresepsi :

Mengisi daftar kelas, berdoa, mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga

2. Kegiatan Inti (65 Menit)

 Eksplorasi

a. Mengingatkan kembali tentang satuan luas Bangun Datar sebagai syarat

utama.

b. Memberikan contoh benda – benda dalam kehidupan sehari – hari yang

bentuknya seperti salah satu bangun datar.

(62)

berbeda Pada tiap siswa dalam kelompok asal.

Perhat ikan gambar di bawah ini!!

Hitungl ah Luas bangun be rikut

S R

5cm

P 10cm Q

Pada jajargenjang terdapat dua pasang sisi yang sama panjang PS=QR

dan PQ=SR.

Keliling jajargenjang PQRS = PQ + QR + RS + SP, karena PQ = RS Dan

QR = SP, Maka rumus keliling jajargenjang dapat ditulis sebagai berikut :

Keliling Jajargenjang PQRS = 2 x (PQ + QR)

Sedangkan Luas Jajargenjang adalah alas x Tinggi

Jadi, keliling jajargenjang pada gambar diatas adalah :

2 x (10cm + 5cm) = 30cm

Dan luasnya adalah 10cm x 5cm = 50cm2

b. Guru menugasi siswa untuk membentuk kelompok baru atau kelompok

ahli sesuai dengan sub bab bangun datar yang sama dengan dari masing –

masing klompok asal yang lain.

c. Guru membimbing kelompok ahli untuk berdiskusi tentang sub bab yang

mereka kuasai.

(63)

f. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi

g. Siswa mengerjakan Latihan

h. Guru melakukan penilaian selama pembelajaran berlangsung.

 Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru :

Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

3. Kegiatan Akhir (5 Menit)

1. Guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran dan merenungkan kembali

(merefleksi) kegiatan yang telah dilakukan.

2. Guru memberikan pekerjaan rumah.

Pertemuan Kedua (2 x 35 menit)

1. Kegiatan Awal

Apresepsi :

Mengisi daftar kelas, berdoa, mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga

2. Kegiatan Inti (65 Menit)

 Eksplorasi

a. Mengingatkan kembali tentang satuan luas Bangun Datar sebagai syarat utama.

b. Memberikan contoh benda – benda dalam kehidupan sehari – hari yang bentuknya

(64)

 Elaborasi

a. Guru Memberikan soal atau Materi dengan sub bab bangun datar yang berbeda

Pada tiap siswa dalam kelompok asal.

Perhatikan soal berikut!!

ABCD adalah jajaran genjang dengan ad= 10 cm, dan BE = 4 cm.

Berapa luas daerah jajargenjang ABCD?

Maka penyelsaianya adalah :

Luas daerah jajargenjang L = a x t

= 10 x 4

= 40 cm3

Jadi, luas jajargenjang adalah 40 cm2

b. Guru menugasi siswa untuk membentuk kelompok baru atau kelompok

ahli sesuai dengan sub bab bangun datar yang sama dengan dari masing – masing

klompok asal yang lain.

c. Guru membimbing kelompok ahli untuk berdiskusi tentang sub bab

yang mereka kuasai.

d. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan menanggapi.

e. Setelah Berdiskusi, guru memerintahkan siswa dalam kelompok ahli untuk

kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi

f. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi

g. Siswa mengerjakan Latihan

(65)

Dalam kegiatan konfirmasi, guru :

Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

3. Kegiatan Akhir (5 Menit)

a. Guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran dan merenungkan kembali

(merefleksi) kegiatan yang telah dilakukan.

b. Guru memberikan pekerjaan rumah.

F. Media Dan sumber Belajar :

1. Media

a. Lembar Kerja Siswa

b. Model Bangun Datar Dari Kertas Karton

2. Sumber

 Terampil Matematika untuk SD Kelas VI, Tri Handoko, Yudhistira, 2006, Jakarta.

 Buku Matematika VI, Jumadi Dan Sutigno, Hal. 59

G. Penilaian

1. Teknik : Tertulis

2. Bentuk Soal : Uraian

3. Soal, Pedoman Jawab dan Penskoran

Bandar Lampung,10 Juli 2013

Guru Mitra Peneliti

(66)

Nama Sekolah : SDN 1 Way Halim Permai

Materi Pokok Ruang

(67)

Mengetahui,

Kepala SDN 1 Way Halim Permai

Dra. Hj. SUSTRIATI ANGGIT ANDAYANI NIP. 1 9 5 6 0 8 2 1 1 9 7 5 7 7 2 0 0 1

Bandar Lampung,10 Juli 2013

Guru Kelas VI

Gambar

Tabel : 1.1  Persentase hasil belajar siswa semester genap
Gambar 2.1  Bagan Kelompok Asal dan Kelompok Ahli
gambar bangun datar disamping ?

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat penggunaan kiambang jenis ducweeds dan azola dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan efisiensi pakan ikan

Salah satu pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas sekolah yang dipandang cukup menarik untuk dikaji adalah pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan

- Tidak boleh terlambat datang lebih dari 30 menit setelah ujian dimulai, atau sudah ada peserta ujian lain yang telah meninggalkan ruangan. - Tidak boleh membawa perangkat

Ketentuan merek sendiri telah diatur dalam Undang-Undang No.15 Tahun 2001 tentang merek, namun aturan-aturan ini dalam kenyataannya masih mempunyai banyak kendala

the column, tray design, vapor and liquid flowrates and physical properties of the fluids. If access is required for maintenance, cleaning or inspection purposes, 0.45 m is a

Formulasi model kebijakan HKm Lampung Barat menunjukkan adanya dukungan yang kuat berupa kerja sama yang harmonis antara pihak Dinas Kehutanan, masyarakat dan pihak ketiga, yang

Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan dari fisioterapi dalam meningkatkan kekuatan otot wajah dan meningkatkan kemampuan fungsional dari otot-otot wajah dalam kasus

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berlaku untuk seluruh lingkungan perusahaan termasuk sub-sub operasional lainnya dan pihak lain yang memiliki ikatan kerja sama