• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MEMAHAMI DASAR-DASAR ELEKTRONIKA PADA SISWA KELAS XI TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK (TITL) SMK NEGERI 1 PAHAE JULU TAHUN AJARAN 2014 / 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MEMAHAMI DASAR-DASAR ELEKTRONIKA PADA SISWA KELAS XI TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK (TITL) SMK NEGERI 1 PAHAE JULU TAHUN AJARAN 2014 / 2015."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MEMAHAMI DASAR-DASAR ELEKTRONIKA PADA SISWA KELAS XI TEKNIK INSTALASI TENAGA

LISTRIK (TITL) SMK NEGERI 1 PAHAE JULU TAHUN AJARAN 2015 / 2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Hikmah Zalilah Manalu NIM 5113131021

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN

(2)
(3)

RIWAYAT HIDUP

Hikmah Zalilah Manalu, lahir di Peanornor, 01 Juli 1993. Ayah bernama

Marhanda Manalu dan Ibu bernama Rusmingan Harianja dan merupakan anak

keempat dari tujuh bersaudara. Pada tahun 2005, penulis lulus dari MIN

Peanornor. Tahun 2005, penulis di terima di MTsN Peanornor dan lulus pada

tahun 2008. Tahun 2008, penulis di terima di SMA N 1 Pahae Julu dan lulus pada

tahun 2011. Tahun 2011, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Teknik

Elektro Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Medan, dan pada tahun 2016,

penulis lulus Strata 1 (S1) dari Program Studi Pendidikan Teknik Elektro Fakultas

(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Hikmah Zalilah Manalu, NIM. 5113131021. (2016) : Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Memahami Dasar-Dasar Elektronika Pada Siswa Kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) Smk Negeri 1 Pahae Julu Tahun Ajaran 2014 / 2015 ,Skripsi, Medan : Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran memahami dasar – dasar elektronika dengan pokok bahasan komponen elektronika pasif melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TITL SMK Negeri 1 Pahae Julu sebanyak 28 orang. Objek dari penelitian ini adalah penerapan model kooperatif tipe Numbered Head Together. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi dan tes. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.

Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal dan penentuan kelompok siswa berdasarkan tingkat kemampuan. Data yang diberikan berupa tes hasil belajar yang berbentuk uraian yang diberikan dua kali pada setiap akhir siklus. Pada penelitian ini penggunaan LKS bertujuan sebagai alat bantu pengajaran untuk memudahkan proses belajar mengajar dalam kelompok-kelompok kooperatif.

Dari analisis data setelah diberikan tindakan I (siklus I) diperoleh 19 dari 28 orang siswa (67,86 %) mencapai ketuntasan belajar dan 9 dari 28 orang siswa (32,14%) belum mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata kelas 71,96. Pada siklus ini ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai.

Dari analisis data setelah diberikan tindakan II (siklus II) diperoleh 24 dari 28 orang siswa (85,71%) mencapai ketuntasan belajar dan 4 dari 28 orang siswa (14,29%) belum mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata kelas 79,46. Pada siklus ini ketuntasan belajar secara klasikal sudah tercapai. Ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I hingga siklus II. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran memahami dasar – dasar elektronika dengan pokok bahasan komponen elektronika pasif di kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK Negeri 1 Pahae Julu. Maka disarankan untuk menerapkan model kooperatif tipe numbered head together sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar memahami dasar – dasar elektronika.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan

hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini

berjudul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Memahami Dasar-Dasar Elektronika Pada Siswa SMK

Negeri 1 Pahae Julu”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Negeri Medan.

Dalam penyelesaian Skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Orang tua Penulis, sosok terhebat dalam hidup penulis Ayahanda M. Manalu

dan Ibunda R. Harianja yang telah memberikan penulis semangat, dukungan

moril, materil dan juga doa dalam menyelesaikan laporan ini.

2. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di rektorat

3. Dra.Hj.Rosneli, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Medan sekaligus dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak

memberikan masukan kepada penulis selama bimbingan.

4. Dr. Sumarno, M. Pd, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Fakultas Teknik

Universitas Negeri Medan.

5. Drs. Baharuddin, S.T, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro

dan sekaligus Dosen Penguji penulis yang telah banyak memberikan masukan

pada penulis.

6. Dr. Salman Bintang, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan sekaligus Dosen Penguji

penulis yang telah banyak memberikan masukan pada penulis.

7. Drs. Wanapri Pangaribuan, M.T.,M.M selaku Dosen Pembimbing Akademik

dan sekaligus dosen penguji penulis yang telah banyak sekali membantu

penulis, memberi arahan dan masukan kepada penulis.

8. Yeremia P Simangunsong, S.Pd sebagai guru mata pelajaran Memahami

(8)

9. Dr. Sukarman Purba ,M.Pd yang telah banyak memberikan masukan dalam

penyelesaian skripsi ini.

10. Dra. Betty Marbun sebagai kepala sekolah SMK N 1 Pahae Julu

11. Saudara sekaligus sahabat hidup penulis, Kakak penulis ( Astuti Khairani

Manalu), dan adik-adik penulis (Choirun Nisa Manalu, Sri Rezky Manalu ,

Rido A. Manalu), yang memberikan penulis dukungan, semangat dan doa

untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Orang – orang terhebat yang dengan sabar membantu penulis dalam

mengerjakan laporan skripsi ini. Sahabat-sahabat terbaikku yang luar biasa

(Sapridahani Harahap, Indah Nurlia, Daniel Sitorus,) yang dengan sabar

mengajari dan membantu penulis. Dan teman-teman penulis yang mendukung

penulis yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.

13. Seluruh mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Elektro UNIMED khususnya

stambuk 2011 yang telah memberikan dorongan dan semangat.

14. Semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat

kesalahan akibat dari keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan

saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Atas perhatiannya penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Abstrak ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 14

C. Pembatasan Masalah ... 14

D. Perumusan Masalah ... 15

E. Tujuan Penelitian ... 15

F. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 17

1. Hasil Belajar ... 17

(10)

3. Belajar ... 19

4. Efektifitas Pembelajaran ... 20

5. Model Pembelajaran ... 23

6. Pembelajaran Kooperatif ... 25

7. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 28

8. Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together ... 31

9. Pembelajaran Numbered Head Together Dalam MDDE ... 33

10.Penelitian Tindakan Kelas ... 35

B. Kerangka Berfikir ... 38

C. Hipotesis Tindakan ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 41

C. Jenis Penelitian ... 42

D. Prosedur Penelitian ... 42

E. Alat Pengumpul Data ... 48

1. Tes... ... 48

2. Observasi ... 49

F. Teknik Analisis Data ... 50

1. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa ... 50

2. Analisis Hasil Observasi ... 53

3. Paparan Data ... 53

(11)

G. Indikator Kefektivan ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Siklus I ... 56

2. Siklus II ... 68

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

C. Kelemahan – kelemahan Peneletian ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

(12)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 30

Tabel 2. Tingkat Penguasaan Siswa 51

Tabel 3 .Tingkat Keberhasilan Proses Pembelajaran 53

Tabel 4. Daftar Nilai Tes Diagnostik 56

Tabel 5. Daftar Nilai Tes Hasil Belajar I 62

Tabel 6. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 65

Tabel 7. Data Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 65

Tabel 8. Daftar Nilai Tes Hasil Belajar II 72

Tabel 9. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar II 74

(13)

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas 43

Gambar 2. Diagram Hasil Observasi Guru 79

Gambar 3. Diagram Hasil Observasi Siswa 79

Gambar 4. Diagram Nilai Rata – rata Tes Hasil Belajar Siswa 80

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus MDDE 89

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 92

Lampiran 3 Kisi – kisi dan Soal Tes Diagnostik 105

Lampiran 4 Lembar Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes Diagnostik 108

Lampiran 5 Kisi – kisi dan Soal Lembar Kerja Siswa (LKS) I 110

Lampiran 6 Kisi – kisi dan Soal Lembar Kerja Siswa (LKS) II 114

Lampiran 7 Kisi – kisi dan Soal Lembar Kerja Siswa (LKS) III 117

Lampiran 8 Kisi – kisi dan Soal Lembar Kerja Siswa (LKS) IV 120

Lampiran 9 Kisi – kisi dan Soal Tes Hasil Belajar I 123

Lampiran 10 Kisi – kisi dan Soal Tes Hasil Belajar II 126

Lampiran 11 Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I & II 128

Lampiran 12 Analisis Nilai Tes Diagnostik 131

Lampiran 13 Analisis Nilai Tes Hasil Belajar I 133

Lampiran 14 Analisis Nilai Tes Hasil Belajar II 135

Lampiran 15 Analisis Hasil Observasi Siswa 137

Lampiran 16 Analisis Hasil Observasi Guru 141

Lampiran 17 Nama – nama Validator 144

Lampiran 18 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I

Lampiran 19 Lembar Observasi Siswa

Lampiran 20 Lembar Observasi Guru

Lampiran 21 Surat Penugasan Dosen Pembimbing

Lampiran 22 Lembar Persetujuan Judul Skripsi

(15)

Lampiran 24 Surat Pernyataan Dari Guru Bidang Studi MDDE

Lampiran 25 Balasan Surat Penelitian

Lampiran 26 Surat Permohonan Uji Instrumen

Lampiran 27 Balasan Surat Uji Instrumen

Lampiran 28 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 29 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 30 Lembar Bimbingan Skripsi

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi siswa agar

memiliki akhlak yang mulia. Sedangkan inti dari pendidikan sendiri adalah belajar

dan pembelajaran. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu

sehingga memiliki ilmu, sikap, dan keterampilan. Dalam melaksanakan belajar,

seorang siswa harus memiliki minat dan kemauan yang tinggi untuk

membangkitkan semangat belajarnya sehingga prestasi yang ia peroleh dapat

dikatakan tinggi. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu interaksi yang terjadi

antara pendidik dengan peserta didik serta sumber belajar pada suatu lingkungan.

Menurut Hermawan (2010 : 11.3) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan

upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui satu atau

lebih strategi, metode, dan pendekatan tertentu ke arah pencapaian tujuan

pembelajaran yang telah direncanakan.

Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa

dalam proses pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai sesuai yang telah

direncanakan. Namun, tujuan pembelajaran tersebut tidak selamanya tercapai

seperti yang diharapkan. Terdapat banyak faktor penyebab tujuan tersebut tidak

tercapai. Salah satu penyebab tujuan itu tidak tercapai adalah kurangnya minat

dan kemauan siswa untuk melaksanakan aktivitas belajar. Minat dan kemauan

tersebut timbul dari dalam diri setiap siswa.

Pembelajaran yang menyenangkan atau tidak membosakan akan mampu

(17)

timbul. Seorang guru harus mampu membangkitkan minat dan kemauan siswa

dalam pelaksanaan pembelajaran agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Salah satu cara adalah guru harus inovatif dan kreatif dalam mengajar. Guru yang

melakukan banyak inovasi dan kreatif dalam mengajar, maka akan

membangkitkan semangat belajar siswa-siswanya. Sebaliknya, guru yang tidak

melakukan inovasi dan tidak kreatif dalam mengajar akan membuat siswa bosan

terhadap materi yang ia ajarkan. Salah satu hal yang dapat membangkitkan minat

dan kemauan tersebut ialah komunikasi yang baik dalam pelaksanaan

pembelajaran. Komunikasi merupakan hal yang sangat vital dalam pendidikan.

Proses pembelajaran yang dilakukan merupakan proses komunikasi penyampaian

pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh

pengirim pesan harus dapat dipahami dan diterima oleh penerima pesan agar

proses belajar mengajar dapat dilakukan secara optimal. Dengan komunikasi yang

efektif, maka transfer ilmu dan nilai bisa berjalan dengan efektif pula. Begitu juga

sebaliknya, jika komunikasi tidak efektif, maka transfer ilmu dan nilai pun tidak

akan optimal. Dampak yang ditimbulkan jika transfer ilmu tidak maksimal, maka

peserta didik akan lambat dalam memahami pelajaran. Komunikasi yang kurang

baik juga akan berdampak pada tujuan pembelajaran yang tidak tercapai dan hasil

yang tidak memuaskan.

Sebuah pepatah mengatakan “I Hear I Forget, I See I Know, I do I

Understand”, yang artinya “saya mendengar saya lupa, saya melihat saya tau,

saya lakukan saya mengerti”. Hal ini menjelaskan bahwa pembelajaran yang

(18)

pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh seorang

ahli De Porter (dalam Hidayatullah, 2011 : 3) mengatakan bahwa manusia dapat

menyerap suatu materi sebanyak 70% dari apa yang ia kerjakan, 50% dari apa

yang ia dengar dan dilihat, 30% dari yang dilihat, 20% dari yang didengar, dan

10% dari yang ia baca.

Tujuan pembelajaran yang diharapakan adalah memperoleh hasil

pembelajaran yang meningkat. Hasil pembelajaran diperoleh melalui proses.

Proses pembelajaran itu sendiri dilakukan melalui pembelajaran secara tatap muka

di dalam kelas divariasikan dengan salah satu atau beberapa model pembelajaran,

strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan atau penggunaan media

pembelajaran. Variasi yang dimaksud adalah memilih dan menerapkan atau

beberapa desain pembelajaran tersebut. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan

dengan eksperimen, sehingga guru akan meningkatkan pembelajarannya dan hasil

belajar siswa meningkat.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pahae Julu , merupakan

lembaga pendidikan yang mengajarkan berbagai bidang ilmu keteknikan. Salah

satunya adalah jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL). Siswa di jurusan

Teknik Instalasi Tenaga Listrik ( TITL ) diharapkan memiliki kemampuan ilmu

secara teori dan keterampilan melalui praktek di bidang Teknik Instalasi Tenaga

Listrik (TITL) . Dari serumpun mata pelajaran yang terdapat pada jurusan Teknik

Instalasi Tenaga Listrik (TITL) adalah mata pelajaran Memahami Dasar – Dasar

Elektronika (MDDE) . Teknik keahlian ini dilatih agar mampu memahami ilmu

(19)

jumlah siswa yang nilainya masih di bawah KKM. Padahal KKM yang ditetapkan

oleh Departemen Pendidikan Nasional untuk mata pelajaran produktif yaitu 75

untuk SMK N 1 Pahae Julu. Berdasarkan wawancara terhadap guru bidang studi

Memahami Dasar – Dasar Elektronika kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik

(TITL) SMK N 1 Pahae Julu dan dokumentasi nilai terakhir pada siswa kelas XI

Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK N 1 Pahae Julu

terdapat sebanyak 34 orang siswa dengan nilai rata-rata 71.3 membuktikan

nilainya masih di bawah KKM, dan untuk meningkatkan nilai siswa yang tidak

lulus biasanya guru bidang study mengadakan ujian ulangan (remedial).

Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru bidang studi MDDE kelas

XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) masih menggunakan model

pembelajaran ekspositori, model pembelajaran ini menekankan kepada proses

penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa

dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy

Killen menyebutkan model ekspositori ini dengan istilah model pembelajaran

langsung (dirrect intruction), karena dalam model ini materi pelajaran

disampaikan langsung oleh guru. Kalau sudah menggunakan model ekspositori ini

, biasanya siswa lebih banyak menunggu penjelasan dari guru. Dalam hal ini

siswa menggunakan waktunya untuk mendengarkan, mencatat , menghafal,

namun sulit untuk mengkaitkatnya dengan kehidupan secara nyata. Kondisi ini

terkadang menjadikan siswa enggan untuk belajar, kemudian merasa bosan dan

(20)

terkadang sebelum proses belajar mengajar belum selesai, siswa mencari-cari

alasan agar bisa keluar dari kelas untuk menghilangkan kejenuhannya.

Untuk menghilangkan kejenuhan siswa, berbagai upaya biasanya

dilakukan guru agar proses pembelajaran dapat terus berjalan dengan aktif dan

lancar, biasanya guru menyempatkan waktunya sejenak untuk bercanda , bersenda

gurau, namun hal demikian itu merupakan pembuangan waktu yang sia-sia.

Kosasi (Etin dan Raharjo, 2008:1) pemilihan model dan metode

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan

kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru.

Jarolemik (Etin dan Raharjo, 2008:1) hal ini didasari oleh asumsi bahwa ketepatan

guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap

keberhasilan dan hasil belajar siswa. Azis (Etin dan Raharjo, 2008:1) karena

model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap

kualitas proses belajar mengajar yang dilakukan. Sehubungan dengan

permasalahan diatas, maka upaya peningkatan hasil belajar pada kompetensi

menguasai dasar-dasar elektronika merupakan suatu kebutuhan yang sangat

mendesak yang harus dilakukan . Salah satu model pembelajaran tersebut adalah

model pembelajaran kooperatif.

Menurut Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, (2010:67) Model Pembelajaran

Kooperatif (Coorperative learning) merupakan model pengajaran dimana siswa

belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu

(21)

mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran

dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur

kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan

belajar dari kelompok tergantung dari kemampuan dan aktifitas anggota

kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.

Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai

suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara semua

dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua

orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan

dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif juga dapat

diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan

diantara sesama anggota kelompok.

Stahl (Etin dan Raharjo, 2008:4) pembelajaran kooperatif lebih dari

sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model

pembelajaran kooperatif harus ada “ struktur dorongan dan tugas yang bersifat

kooperatif” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan

hubungan – hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota

kelompok. Disamping itu, pola hubungan kerja seperti itu memungkinkan

timbulnya presepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk

berhasil berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari

anggota lainnya selama mereka belajar bersama-sama dalam kelompok. Stahl

(22)

bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal

dalam belajar.

Terdapat Beberapa Tipe dari Model Pembelajaran kooperatif ini diantaranya

yaitu:

1. Role Playing

Model pembelajaran ini adalah suatu model penguasaan bahan-bahan

pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan murid.

Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan murid dengan

memerankannya sebagai tokoh hidup atau benada mati.

2. Problem Based Intruction (PBI)

Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan

paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar

dan pemecahan masalah otentik.

3. Mind Mapping (Peta pikiran)

Mind mapping merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu

siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, mengga-

bungkan kerja otak bagian kiri dan kanan.

3. Change of pairs (Tukar pasangan)

Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan

tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan

pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.

(23)

Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk

mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui

bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat

mencari melalui internet.

5. Group to arround (keliling kelompok)

Model pembelajaran kooperatif tipe go around sebenarnya adalah variasi

dari model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi.

6. Snowball Throwing

Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya

melempar. Metode pembelajaran snowball throwing adalah suatu metode

pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili

ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing

siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu

dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari

bola yang diperoleh.

7. Numbered Heads Together

Number Heads Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih

mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan

melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di

depan kelas.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe

(24)

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk

meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen

dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah

bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka

terhadap isi pelajaran tersebut.

8. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Model pembelajaran STAD lebih menekankan kepada pembentukan

kelompok. Kelompok yang dibentuk nantinya akan berdiskusi untuk

menyelesaikan suatu permasalahan. Oleh karena itu model pembelajaran

STAD dapat membuat siswa untuk saling membantu dalam menyelesaikan

suatu permasalahan.

9. Team Game Tournament (TGT)

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu

tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan

aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran

siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan

reinforcement.

10. Jigsaw

Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini

merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam

kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara

heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan

(25)

Diantara model – model pembelajaran kooperatif yang telah dipaparkan di

atas, maka saya memilih model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads

together untuk saya terapkan pada mata pelajaran Memahami Dasar – Dasar

Elektronika kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK N 1 Pahae

Julu. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki beberapa kelebihan,

sebagaimana dijelaskan oleh Hill (dalam Tryana : 2008) bahwa model NHT

memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,

mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar,

mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan

siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri

siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan

keterampilan untuk masa depan.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk

meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen

dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah

bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka

terhadap isi pelajaran tersebut.

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran

kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural : Bertujuan untuk meningkatkan kinerja

(26)

2. Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima

teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan social : Bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi

tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide

atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen

dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :

1. Pembentukan kelompok;

2. Diskusi masalah;

3. Tukar jawaban antar kelompok

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)

menjadi enam langkah sebagai berikut :

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat

Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok

yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap

siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah

(27)

beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan

memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor

berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang

dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,

suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan

kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan

masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau

buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau

masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai

bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir

bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui

jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah

diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik

sampai yang bersifat umum.

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada

siswa di kelas.

(28)

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan

yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Berdasarkan pengertian model pembelajaran kooperatif tipe NHT, langkah

– langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT dan kelebihan model pembelajaran

NHT maka model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini cukup efisien diterapkan

guna memperbaiki hasil belajar siswa.

Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini proses belajar

mengajar akan berlangsung lebih menyenangkan, kompetitif, dan siswa akan jauh

lebih aktif dan bertanggung jawab.

Apabila dalam proses pembelajaran pada kompetensi Memahami

Dasar-Dasar Elektronika dibuat menyenangkan, dimana penggunaan metode

pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan minat serta pemahaman siswa

pada pelajaran menguasai dasar-dasar elektronika , maka siswa akan merasa lebih

senang dan tidak bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Sehingga tidak

ada lagi keluhan tentang kurangnya minat dan rendahnya hasil belajar pada

Kompetensi Memahami Dasar-Dasar Elektronika.

Berdasarkan uraian tersebut , untuk meningkatkan hasil belajar siswa

maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “ Penerapan Model Kooperatif

Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Memahami

(29)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang terdapat di sekolah tersebut maka faktor –

faktor yang diprediksi memiliki hubungan atau dapat mempengaruhi hasil belajar

menguasai dasar-dasar elektronika di identifikasi sebagai berikut :

1. Metode yang digunakan guru belum efektif pada kompetensi menguasai

dasar-dasar elektronika.

2. Rendahnya kemampuan siswa pada hasil belajar menguasai dasar-dasar

elektronika.

3. Peranan guru yang tidak menggunakan variasi model pembelajaran pada

Memahami Dasar-Dasar Elektronika.

4. Media ajar yang digunakan tidak pas pada proses pembelajaran Memahami

Dasar-Dasar Elektronika.

5. Situasi dan lingkungan kelas yang tidak teratur pada proses pembelajaran

Memahami Dasar-Dasar Elektronika.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan dalam identifikasi

masalah, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Memahami Dasar –

Dasar Elektronika dengan materi Mengidentifikasi dan menjelaskan sifat-sifat

(30)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi, dan batasan masalah

yang terdapat di atas, maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI TITL SMK N 1 Pahae Julu setelah

guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads

Together?

2. Apakah penerapaan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads

Together dapat meningkatkan hasil belajar Memahami Dasar – Dasar

Elektronika siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK N 1

Pahae Julu .

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang terdapat di atas, maka tujuan

penelitian ini antara lain :

1.Mengetahui hasil belajar siswa setelah guru menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT.

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar memahami dasar – dasar elektronika

setelah menerapakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads

Together pada siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK N 1

(31)

F. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis untuk menambah pengetahuan penulis mengenai pengaruh

dengan model pembelajaran kooperatif Type Numbered Heads Together

terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada kompetensi Memahami

Dasar-Dasar Elektronika.

2. Secara praktis sebagai bahan masukan bagi guru dan pendidikan dalam

menggunakan model pembelajaran kooperatif Type Numbered Heads

Together sebagai salah satu cara yang efektif dan efisien dalam

meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Pada kompetensi Memahami

Dasar-Dasar Elektronika.

3. Sebagai referensi dan masukan bagi civitas akademis Fakultas Tekhnik

UNIMED dan pihak lain dalam melakukan penelitian lanjutan yang lebih

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab IV dan penemuan selama

pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered

head together, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan

tersebut adalah :

1. Hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe

numbered head together pada materi system persamaan linear dua

variabel di kelas XI TITL SMK N 1 Pahae Julu meningkat. Hal ini dapat

dilihat dari tes hasil belajar siswa yang telah diberikan pada siklus I

mengalami peningkatan pada siklus II. Rata-rata skor tes hasil belajar

siswa dan persentase ketuntasan belajar siswa juga mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I ketuntasan secara

klasikal mengalami peningkatan sebesar 46,43% yaitu pada tes

diagnostik 21,43% menjadi 67,86% dan nilai rata-rata kelas juga

mengalami peningkatan sebesar 15,89 yaitu pada tes diagnostik 56,07

menjadi 71,96 , tetapi belum memenuhi syarat ketuntasan klasikal ≥85%.

Pada siklus II hasil belajar siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari

tingkat ketuntasan secara klasikal mengalami peningkatan sebesar

17,85% yaitu pada siklus I 67,86% menjadi 85,71% pada siklus II dan

(33)

siklus I 71,96 menjadi 79,46 pada siklus II. Dengan demikian hasil

belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered

head together pada materi komponen elektronika pasif siswa kelas XI

TITL SMK N 1 Pahae Julu sudah meningkat, maka penelitian tidak

dilanjutkan ke siklus berikutnya.

2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together dapat

meningkatkan hasil belajar siswa memahami dasar – dasar elektronika

siswa kelas XI TITL SMK N 1 Pahae Julu. Hal ini dapat dilihat dari

ketuntasan belajar yang diperoleh siswa telah mencapai ketuntasan

individual ≥75 dan ketuntasan klasikal ≥85% hal ini terbukti dengan data

berikut ini, pada siklus I ketuntasan secara klasikal mengalami

peningkatan sebesar 46,43% yaitu pada tes diagnostik 21,43% menjadi

67,86% dan nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan sebesar

15,89 yaitu pada tes diagnostik 56,07 menjadi 71,96 , tetapi belum

memenuhi syarat ketuntasan klasikal ≥85%. Pada siklus II hasil belajar

siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tingkat ketuntasan secara

klasikal mengalami peningkatan sebesar 17,85% yaitu pada siklus I

67,86% menjadi 85,71% pada siklus II dan nilai rata-rata kelas juga

mengalami peningkatan sebesar 7,5 yaitu pada siklus I 71,96 menjadi

79,46 pada siklus II. lembar observasi guru dan siswa yang telah

diberikan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dan waktu

pembelajaran saat penelitian berlangsung tidak melebihi waktu

(34)

diterapkan kooperatif numbered head together pada materi komponen

elektronika pasif sudah efektif.

B. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, bahwa saran (rekomendasi) yang diajukan

adalah:

1. Kepada guru bidang studi Memahami Dasar – Dasar Elektronika (MDDE)

SMK N 1 Pahae Julu, dalam mengajarkan materi komponen elektronika

pasif atau topik lain yang sesuai sebaiknya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) sebagai

salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa dan mencapai kriteria

ketuntasan belajar dengan ketuntasan individual ≥75 dan ketuntasan

klasikal ≥ 85%.

2. Kepada siswa, diharapkan untuk mau lebih aktif, serius selama

pembelajaran dan mau mempelajari kembali di rumah materi yang telah

diberikan.

3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan model yang

sama dengan penelitian ini, disarankan untuk mengembangkan penelitian

ini dengan lebih baik dan dapat memodifikasi model ini dengan materi

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi.(2009).Penelitian Tindakan Kelas.Penerbit Bumi Aksara :

Jakarta.

Djamarah.(1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Usaha Nasional :

Surabaya.

Purwanto.(2011). Evaluasi Hasil Belajar.Penerbit Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Sanjaya, W. (2009).Penelitian Tindakan Kelas. Penerbit Kencana : Jakarta

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Penerbit

Rineka Cipta : Jakarta.

Sudjana. Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses BelajarMengajar. Rosda karya :

Bandung.

Sugiono. (2009). Penelitian Pendidikan. Penerbit Pustaka Belajar : Bandung.

Tim Penyusun. (2015).Buku Pedoman Penulisan Skripsi. FT Unimed :Medan

Gambar

Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Ease the restrictions in section 7.6.5.5 on page 26 and section 7.9.2.4.4 on page 35 and Table 11 on page 48 of OGC 09-025r1 (WFS 2.0.0) by permitting a service to encode

Furthermore, it would make it easier on a web server level to rewrite service request URLs in order to use various servers to respond to different services.. Summary

Tujuan dari penelitian ini ialah memperoleh desain konversi barge menjadi self-propelled barge pengangkut ikan hidup yang dapat memenuhi owner requirement sesuai

Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penerapan alat peraga telah meningkatkan hasil belajar matematika materi kubus dan balok pada siswa

The study used purposive random sampling method by taking and observation of mangrove vegetation and density of molluscs and measurement of water quality parameters.. Data

Pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap siswa. Penilaian yang dilakukan disini adalah penilaian aktivitas dan hasil belajar. Untuk aktivitas, penilaian yang

Tidak sedikit ibu rumah tangga bahkan kita sendiri sering kali lupa mematikan kran bak mandi, hal ini mengakibatkan air akan terbuang sia-sia bahkan yang lebih buruk tagihan

Pada penulisan ilmiah ini yang berjudul â Sistem penerimaan calon siswa pada SMUN 4 Depok dengan menggunakan Microsoft Access 2000 â menjelaskan bagaimana bagian pendaftaran