PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MEMAHAMI DASAR-DASAR ELEKTRONIKA PADA SISWA KELAS XI TEKNIK INSTALASI TENAGA
LISTRIK (TITL) SMK NEGERI 1 PAHAE JULU TAHUN AJARAN 2015 / 2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Hikmah Zalilah Manalu NIM 5113131021
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN
RIWAYAT HIDUP
Hikmah Zalilah Manalu, lahir di Peanornor, 01 Juli 1993. Ayah bernama
Marhanda Manalu dan Ibu bernama Rusmingan Harianja dan merupakan anak
keempat dari tujuh bersaudara. Pada tahun 2005, penulis lulus dari MIN
Peanornor. Tahun 2005, penulis di terima di MTsN Peanornor dan lulus pada
tahun 2008. Tahun 2008, penulis di terima di SMA N 1 Pahae Julu dan lulus pada
tahun 2011. Tahun 2011, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Teknik
Elektro Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Medan, dan pada tahun 2016,
penulis lulus Strata 1 (S1) dari Program Studi Pendidikan Teknik Elektro Fakultas
ABSTRAK
Hikmah Zalilah Manalu, NIM. 5113131021. (2016) : Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Memahami Dasar-Dasar Elektronika Pada Siswa Kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) Smk Negeri 1 Pahae Julu Tahun Ajaran 2014 / 2015 ,Skripsi, Medan : Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran memahami dasar – dasar elektronika dengan pokok bahasan komponen elektronika pasif melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TITL SMK Negeri 1 Pahae Julu sebanyak 28 orang. Objek dari penelitian ini adalah penerapan model kooperatif tipe Numbered Head Together. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi dan tes. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal dan penentuan kelompok siswa berdasarkan tingkat kemampuan. Data yang diberikan berupa tes hasil belajar yang berbentuk uraian yang diberikan dua kali pada setiap akhir siklus. Pada penelitian ini penggunaan LKS bertujuan sebagai alat bantu pengajaran untuk memudahkan proses belajar mengajar dalam kelompok-kelompok kooperatif.
Dari analisis data setelah diberikan tindakan I (siklus I) diperoleh 19 dari 28 orang siswa (67,86 %) mencapai ketuntasan belajar dan 9 dari 28 orang siswa (32,14%) belum mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata kelas 71,96. Pada siklus ini ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai.
Dari analisis data setelah diberikan tindakan II (siklus II) diperoleh 24 dari 28 orang siswa (85,71%) mencapai ketuntasan belajar dan 4 dari 28 orang siswa (14,29%) belum mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata kelas 79,46. Pada siklus ini ketuntasan belajar secara klasikal sudah tercapai. Ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I hingga siklus II. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran memahami dasar – dasar elektronika dengan pokok bahasan komponen elektronika pasif di kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK Negeri 1 Pahae Julu. Maka disarankan untuk menerapkan model kooperatif tipe numbered head together sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar memahami dasar – dasar elektronika.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan
hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini
berjudul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Memahami Dasar-Dasar Elektronika Pada Siswa SMK
Negeri 1 Pahae Julu”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Negeri Medan.
Dalam penyelesaian Skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Orang tua Penulis, sosok terhebat dalam hidup penulis Ayahanda M. Manalu
dan Ibunda R. Harianja yang telah memberikan penulis semangat, dukungan
moril, materil dan juga doa dalam menyelesaikan laporan ini.
2. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di rektorat
3. Dra.Hj.Rosneli, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Medan sekaligus dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis selama bimbingan.
4. Dr. Sumarno, M. Pd, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Fakultas Teknik
Universitas Negeri Medan.
5. Drs. Baharuddin, S.T, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
dan sekaligus Dosen Penguji penulis yang telah banyak memberikan masukan
pada penulis.
6. Dr. Salman Bintang, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan sekaligus Dosen Penguji
penulis yang telah banyak memberikan masukan pada penulis.
7. Drs. Wanapri Pangaribuan, M.T.,M.M selaku Dosen Pembimbing Akademik
dan sekaligus dosen penguji penulis yang telah banyak sekali membantu
penulis, memberi arahan dan masukan kepada penulis.
8. Yeremia P Simangunsong, S.Pd sebagai guru mata pelajaran Memahami
9. Dr. Sukarman Purba ,M.Pd yang telah banyak memberikan masukan dalam
penyelesaian skripsi ini.
10. Dra. Betty Marbun sebagai kepala sekolah SMK N 1 Pahae Julu
11. Saudara sekaligus sahabat hidup penulis, Kakak penulis ( Astuti Khairani
Manalu), dan adik-adik penulis (Choirun Nisa Manalu, Sri Rezky Manalu ,
Rido A. Manalu), yang memberikan penulis dukungan, semangat dan doa
untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Orang – orang terhebat yang dengan sabar membantu penulis dalam
mengerjakan laporan skripsi ini. Sahabat-sahabat terbaikku yang luar biasa
(Sapridahani Harahap, Indah Nurlia, Daniel Sitorus,) yang dengan sabar
mengajari dan membantu penulis. Dan teman-teman penulis yang mendukung
penulis yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.
13. Seluruh mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Elektro UNIMED khususnya
stambuk 2011 yang telah memberikan dorongan dan semangat.
14. Semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat
kesalahan akibat dari keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Atas perhatiannya penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan ... i
Kata Pengantar ... ii
Abstrak ... iii
Daftar Isi ... iv
Daftar Tabel ... vii
Daftar Gambar ... viii
Daftar Lampiran ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 14
C. Pembatasan Masalah ... 14
D. Perumusan Masalah ... 15
E. Tujuan Penelitian ... 15
F. Manfaat Penelitian ... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 17
1. Hasil Belajar ... 17
3. Belajar ... 19
4. Efektifitas Pembelajaran ... 20
5. Model Pembelajaran ... 23
6. Pembelajaran Kooperatif ... 25
7. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 28
8. Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together ... 31
9. Pembelajaran Numbered Head Together Dalam MDDE ... 33
10.Penelitian Tindakan Kelas ... 35
B. Kerangka Berfikir ... 38
C. Hipotesis Tindakan ... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 41
C. Jenis Penelitian ... 42
D. Prosedur Penelitian ... 42
E. Alat Pengumpul Data ... 48
1. Tes... ... 48
2. Observasi ... 49
F. Teknik Analisis Data ... 50
1. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa ... 50
2. Analisis Hasil Observasi ... 53
3. Paparan Data ... 53
G. Indikator Kefektivan ... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Siklus I ... 56
2. Siklus II ... 68
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78
C. Kelemahan – kelemahan Peneletian ... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 86
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 30
Tabel 2. Tingkat Penguasaan Siswa 51
Tabel 3 .Tingkat Keberhasilan Proses Pembelajaran 53
Tabel 4. Daftar Nilai Tes Diagnostik 56
Tabel 5. Daftar Nilai Tes Hasil Belajar I 62
Tabel 6. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 65
Tabel 7. Data Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 65
Tabel 8. Daftar Nilai Tes Hasil Belajar II 72
Tabel 9. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar II 74
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas 43
Gambar 2. Diagram Hasil Observasi Guru 79
Gambar 3. Diagram Hasil Observasi Siswa 79
Gambar 4. Diagram Nilai Rata – rata Tes Hasil Belajar Siswa 80
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus MDDE 89
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 92
Lampiran 3 Kisi – kisi dan Soal Tes Diagnostik 105
Lampiran 4 Lembar Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes Diagnostik 108
Lampiran 5 Kisi – kisi dan Soal Lembar Kerja Siswa (LKS) I 110
Lampiran 6 Kisi – kisi dan Soal Lembar Kerja Siswa (LKS) II 114
Lampiran 7 Kisi – kisi dan Soal Lembar Kerja Siswa (LKS) III 117
Lampiran 8 Kisi – kisi dan Soal Lembar Kerja Siswa (LKS) IV 120
Lampiran 9 Kisi – kisi dan Soal Tes Hasil Belajar I 123
Lampiran 10 Kisi – kisi dan Soal Tes Hasil Belajar II 126
Lampiran 11 Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I & II 128
Lampiran 12 Analisis Nilai Tes Diagnostik 131
Lampiran 13 Analisis Nilai Tes Hasil Belajar I 133
Lampiran 14 Analisis Nilai Tes Hasil Belajar II 135
Lampiran 15 Analisis Hasil Observasi Siswa 137
Lampiran 16 Analisis Hasil Observasi Guru 141
Lampiran 17 Nama – nama Validator 144
Lampiran 18 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I
Lampiran 19 Lembar Observasi Siswa
Lampiran 20 Lembar Observasi Guru
Lampiran 21 Surat Penugasan Dosen Pembimbing
Lampiran 22 Lembar Persetujuan Judul Skripsi
Lampiran 24 Surat Pernyataan Dari Guru Bidang Studi MDDE
Lampiran 25 Balasan Surat Penelitian
Lampiran 26 Surat Permohonan Uji Instrumen
Lampiran 27 Balasan Surat Uji Instrumen
Lampiran 28 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 29 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 30 Lembar Bimbingan Skripsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi siswa agar
memiliki akhlak yang mulia. Sedangkan inti dari pendidikan sendiri adalah belajar
dan pembelajaran. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu
sehingga memiliki ilmu, sikap, dan keterampilan. Dalam melaksanakan belajar,
seorang siswa harus memiliki minat dan kemauan yang tinggi untuk
membangkitkan semangat belajarnya sehingga prestasi yang ia peroleh dapat
dikatakan tinggi. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu interaksi yang terjadi
antara pendidik dengan peserta didik serta sumber belajar pada suatu lingkungan.
Menurut Hermawan (2010 : 11.3) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan
upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui satu atau
lebih strategi, metode, dan pendekatan tertentu ke arah pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan.
Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa
dalam proses pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai sesuai yang telah
direncanakan. Namun, tujuan pembelajaran tersebut tidak selamanya tercapai
seperti yang diharapkan. Terdapat banyak faktor penyebab tujuan tersebut tidak
tercapai. Salah satu penyebab tujuan itu tidak tercapai adalah kurangnya minat
dan kemauan siswa untuk melaksanakan aktivitas belajar. Minat dan kemauan
tersebut timbul dari dalam diri setiap siswa.
Pembelajaran yang menyenangkan atau tidak membosakan akan mampu
timbul. Seorang guru harus mampu membangkitkan minat dan kemauan siswa
dalam pelaksanaan pembelajaran agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Salah satu cara adalah guru harus inovatif dan kreatif dalam mengajar. Guru yang
melakukan banyak inovasi dan kreatif dalam mengajar, maka akan
membangkitkan semangat belajar siswa-siswanya. Sebaliknya, guru yang tidak
melakukan inovasi dan tidak kreatif dalam mengajar akan membuat siswa bosan
terhadap materi yang ia ajarkan. Salah satu hal yang dapat membangkitkan minat
dan kemauan tersebut ialah komunikasi yang baik dalam pelaksanaan
pembelajaran. Komunikasi merupakan hal yang sangat vital dalam pendidikan.
Proses pembelajaran yang dilakukan merupakan proses komunikasi penyampaian
pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh
pengirim pesan harus dapat dipahami dan diterima oleh penerima pesan agar
proses belajar mengajar dapat dilakukan secara optimal. Dengan komunikasi yang
efektif, maka transfer ilmu dan nilai bisa berjalan dengan efektif pula. Begitu juga
sebaliknya, jika komunikasi tidak efektif, maka transfer ilmu dan nilai pun tidak
akan optimal. Dampak yang ditimbulkan jika transfer ilmu tidak maksimal, maka
peserta didik akan lambat dalam memahami pelajaran. Komunikasi yang kurang
baik juga akan berdampak pada tujuan pembelajaran yang tidak tercapai dan hasil
yang tidak memuaskan.
Sebuah pepatah mengatakan “I Hear I Forget, I See I Know, I do I
Understand”, yang artinya “saya mendengar saya lupa, saya melihat saya tau,
saya lakukan saya mengerti”. Hal ini menjelaskan bahwa pembelajaran yang
pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh seorang
ahli De Porter (dalam Hidayatullah, 2011 : 3) mengatakan bahwa manusia dapat
menyerap suatu materi sebanyak 70% dari apa yang ia kerjakan, 50% dari apa
yang ia dengar dan dilihat, 30% dari yang dilihat, 20% dari yang didengar, dan
10% dari yang ia baca.
Tujuan pembelajaran yang diharapakan adalah memperoleh hasil
pembelajaran yang meningkat. Hasil pembelajaran diperoleh melalui proses.
Proses pembelajaran itu sendiri dilakukan melalui pembelajaran secara tatap muka
di dalam kelas divariasikan dengan salah satu atau beberapa model pembelajaran,
strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan atau penggunaan media
pembelajaran. Variasi yang dimaksud adalah memilih dan menerapkan atau
beberapa desain pembelajaran tersebut. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan
dengan eksperimen, sehingga guru akan meningkatkan pembelajarannya dan hasil
belajar siswa meningkat.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pahae Julu , merupakan
lembaga pendidikan yang mengajarkan berbagai bidang ilmu keteknikan. Salah
satunya adalah jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL). Siswa di jurusan
Teknik Instalasi Tenaga Listrik ( TITL ) diharapkan memiliki kemampuan ilmu
secara teori dan keterampilan melalui praktek di bidang Teknik Instalasi Tenaga
Listrik (TITL) . Dari serumpun mata pelajaran yang terdapat pada jurusan Teknik
Instalasi Tenaga Listrik (TITL) adalah mata pelajaran Memahami Dasar – Dasar
Elektronika (MDDE) . Teknik keahlian ini dilatih agar mampu memahami ilmu
jumlah siswa yang nilainya masih di bawah KKM. Padahal KKM yang ditetapkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional untuk mata pelajaran produktif yaitu 75
untuk SMK N 1 Pahae Julu. Berdasarkan wawancara terhadap guru bidang studi
Memahami Dasar – Dasar Elektronika kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik
(TITL) SMK N 1 Pahae Julu dan dokumentasi nilai terakhir pada siswa kelas XI
Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK N 1 Pahae Julu
terdapat sebanyak 34 orang siswa dengan nilai rata-rata 71.3 membuktikan
nilainya masih di bawah KKM, dan untuk meningkatkan nilai siswa yang tidak
lulus biasanya guru bidang study mengadakan ujian ulangan (remedial).
Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru bidang studi MDDE kelas
XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) masih menggunakan model
pembelajaran ekspositori, model pembelajaran ini menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa
dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy
Killen menyebutkan model ekspositori ini dengan istilah model pembelajaran
langsung (dirrect intruction), karena dalam model ini materi pelajaran
disampaikan langsung oleh guru. Kalau sudah menggunakan model ekspositori ini
, biasanya siswa lebih banyak menunggu penjelasan dari guru. Dalam hal ini
siswa menggunakan waktunya untuk mendengarkan, mencatat , menghafal,
namun sulit untuk mengkaitkatnya dengan kehidupan secara nyata. Kondisi ini
terkadang menjadikan siswa enggan untuk belajar, kemudian merasa bosan dan
terkadang sebelum proses belajar mengajar belum selesai, siswa mencari-cari
alasan agar bisa keluar dari kelas untuk menghilangkan kejenuhannya.
Untuk menghilangkan kejenuhan siswa, berbagai upaya biasanya
dilakukan guru agar proses pembelajaran dapat terus berjalan dengan aktif dan
lancar, biasanya guru menyempatkan waktunya sejenak untuk bercanda , bersenda
gurau, namun hal demikian itu merupakan pembuangan waktu yang sia-sia.
Kosasi (Etin dan Raharjo, 2008:1) pemilihan model dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan
kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru.
Jarolemik (Etin dan Raharjo, 2008:1) hal ini didasari oleh asumsi bahwa ketepatan
guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap
keberhasilan dan hasil belajar siswa. Azis (Etin dan Raharjo, 2008:1) karena
model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap
kualitas proses belajar mengajar yang dilakukan. Sehubungan dengan
permasalahan diatas, maka upaya peningkatan hasil belajar pada kompetensi
menguasai dasar-dasar elektronika merupakan suatu kebutuhan yang sangat
mendesak yang harus dilakukan . Salah satu model pembelajaran tersebut adalah
model pembelajaran kooperatif.
Menurut Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, (2010:67) Model Pembelajaran
Kooperatif (Coorperative learning) merupakan model pengajaran dimana siswa
belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu
mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur
kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan
belajar dari kelompok tergantung dari kemampuan dan aktifitas anggota
kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara semua
dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif juga dapat
diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan
diantara sesama anggota kelompok.
Stahl (Etin dan Raharjo, 2008:4) pembelajaran kooperatif lebih dari
sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model
pembelajaran kooperatif harus ada “ struktur dorongan dan tugas yang bersifat
kooperatif” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan
hubungan – hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota
kelompok. Disamping itu, pola hubungan kerja seperti itu memungkinkan
timbulnya presepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk
berhasil berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari
anggota lainnya selama mereka belajar bersama-sama dalam kelompok. Stahl
bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal
dalam belajar.
Terdapat Beberapa Tipe dari Model Pembelajaran kooperatif ini diantaranya
yaitu:
1. Role Playing
Model pembelajaran ini adalah suatu model penguasaan bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan murid.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan murid dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benada mati.
2. Problem Based Intruction (PBI)
Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan
paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar
dan pemecahan masalah otentik.
3. Mind Mapping (Peta pikiran)
Mind mapping merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu
siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, mengga-
bungkan kerja otak bagian kiri dan kanan.
3. Change of pairs (Tukar pasangan)
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan
tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan
pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk
mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui
bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat
mencari melalui internet.
5. Group to arround (keliling kelompok)
Model pembelajaran kooperatif tipe go around sebenarnya adalah variasi
dari model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi.
6. Snowball Throwing
Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya
melempar. Metode pembelajaran snowball throwing adalah suatu metode
pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili
ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing
siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu
dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari
bola yang diperoleh.
7. Numbered Heads Together
Number Heads Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih
mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di
depan kelas.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen
dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah
bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.
8. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Model pembelajaran STAD lebih menekankan kepada pembentukan
kelompok. Kelompok yang dibentuk nantinya akan berdiskusi untuk
menyelesaikan suatu permasalahan. Oleh karena itu model pembelajaran
STAD dapat membuat siswa untuk saling membantu dalam menyelesaikan
suatu permasalahan.
9. Team Game Tournament (TGT)
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu
tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran
siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement.
10. Jigsaw
Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini
merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara
heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan
Diantara model – model pembelajaran kooperatif yang telah dipaparkan di
atas, maka saya memilih model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads
together untuk saya terapkan pada mata pelajaran Memahami Dasar – Dasar
Elektronika kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK N 1 Pahae
Julu. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki beberapa kelebihan,
sebagaimana dijelaskan oleh Hill (dalam Tryana : 2008) bahwa model NHT
memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar,
mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan
siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri
siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan
keterampilan untuk masa depan.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen
dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah
bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural : Bertujuan untuk meningkatkan kinerja
2. Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social : Bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide
atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen
dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
1. Pembentukan kelompok;
2. Diskusi masalah;
3. Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)
menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap
siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah
beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan
memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor
berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,
suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan
masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah
diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik
sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada
siswa di kelas.
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan
yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Berdasarkan pengertian model pembelajaran kooperatif tipe NHT, langkah
– langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT dan kelebihan model pembelajaran
NHT maka model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini cukup efisien diterapkan
guna memperbaiki hasil belajar siswa.
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini proses belajar
mengajar akan berlangsung lebih menyenangkan, kompetitif, dan siswa akan jauh
lebih aktif dan bertanggung jawab.
Apabila dalam proses pembelajaran pada kompetensi Memahami
Dasar-Dasar Elektronika dibuat menyenangkan, dimana penggunaan metode
pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan minat serta pemahaman siswa
pada pelajaran menguasai dasar-dasar elektronika , maka siswa akan merasa lebih
senang dan tidak bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Sehingga tidak
ada lagi keluhan tentang kurangnya minat dan rendahnya hasil belajar pada
Kompetensi Memahami Dasar-Dasar Elektronika.
Berdasarkan uraian tersebut , untuk meningkatkan hasil belajar siswa
maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “ Penerapan Model Kooperatif
Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Memahami
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terdapat di sekolah tersebut maka faktor –
faktor yang diprediksi memiliki hubungan atau dapat mempengaruhi hasil belajar
menguasai dasar-dasar elektronika di identifikasi sebagai berikut :
1. Metode yang digunakan guru belum efektif pada kompetensi menguasai
dasar-dasar elektronika.
2. Rendahnya kemampuan siswa pada hasil belajar menguasai dasar-dasar
elektronika.
3. Peranan guru yang tidak menggunakan variasi model pembelajaran pada
Memahami Dasar-Dasar Elektronika.
4. Media ajar yang digunakan tidak pas pada proses pembelajaran Memahami
Dasar-Dasar Elektronika.
5. Situasi dan lingkungan kelas yang tidak teratur pada proses pembelajaran
Memahami Dasar-Dasar Elektronika.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan dalam identifikasi
masalah, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Memahami Dasar –
Dasar Elektronika dengan materi Mengidentifikasi dan menjelaskan sifat-sifat
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi, dan batasan masalah
yang terdapat di atas, maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI TITL SMK N 1 Pahae Julu setelah
guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads
Together?
2. Apakah penerapaan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads
Together dapat meningkatkan hasil belajar Memahami Dasar – Dasar
Elektronika siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK N 1
Pahae Julu .
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang terdapat di atas, maka tujuan
penelitian ini antara lain :
1.Mengetahui hasil belajar siswa setelah guru menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar memahami dasar – dasar elektronika
setelah menerapakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads
Together pada siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK N 1
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis untuk menambah pengetahuan penulis mengenai pengaruh
dengan model pembelajaran kooperatif Type Numbered Heads Together
terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada kompetensi Memahami
Dasar-Dasar Elektronika.
2. Secara praktis sebagai bahan masukan bagi guru dan pendidikan dalam
menggunakan model pembelajaran kooperatif Type Numbered Heads
Together sebagai salah satu cara yang efektif dan efisien dalam
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Pada kompetensi Memahami
Dasar-Dasar Elektronika.
3. Sebagai referensi dan masukan bagi civitas akademis Fakultas Tekhnik
UNIMED dan pihak lain dalam melakukan penelitian lanjutan yang lebih
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab IV dan penemuan selama
pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan
tersebut adalah :
1. Hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe
numbered head together pada materi system persamaan linear dua
variabel di kelas XI TITL SMK N 1 Pahae Julu meningkat. Hal ini dapat
dilihat dari tes hasil belajar siswa yang telah diberikan pada siklus I
mengalami peningkatan pada siklus II. Rata-rata skor tes hasil belajar
siswa dan persentase ketuntasan belajar siswa juga mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I ketuntasan secara
klasikal mengalami peningkatan sebesar 46,43% yaitu pada tes
diagnostik 21,43% menjadi 67,86% dan nilai rata-rata kelas juga
mengalami peningkatan sebesar 15,89 yaitu pada tes diagnostik 56,07
menjadi 71,96 , tetapi belum memenuhi syarat ketuntasan klasikal ≥85%.
Pada siklus II hasil belajar siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
tingkat ketuntasan secara klasikal mengalami peningkatan sebesar
17,85% yaitu pada siklus I 67,86% menjadi 85,71% pada siklus II dan
siklus I 71,96 menjadi 79,46 pada siklus II. Dengan demikian hasil
belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered
head together pada materi komponen elektronika pasif siswa kelas XI
TITL SMK N 1 Pahae Julu sudah meningkat, maka penelitian tidak
dilanjutkan ke siklus berikutnya.
2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together dapat
meningkatkan hasil belajar siswa memahami dasar – dasar elektronika
siswa kelas XI TITL SMK N 1 Pahae Julu. Hal ini dapat dilihat dari
ketuntasan belajar yang diperoleh siswa telah mencapai ketuntasan
individual ≥75 dan ketuntasan klasikal ≥85% hal ini terbukti dengan data
berikut ini, pada siklus I ketuntasan secara klasikal mengalami
peningkatan sebesar 46,43% yaitu pada tes diagnostik 21,43% menjadi
67,86% dan nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan sebesar
15,89 yaitu pada tes diagnostik 56,07 menjadi 71,96 , tetapi belum
memenuhi syarat ketuntasan klasikal ≥85%. Pada siklus II hasil belajar
siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tingkat ketuntasan secara
klasikal mengalami peningkatan sebesar 17,85% yaitu pada siklus I
67,86% menjadi 85,71% pada siklus II dan nilai rata-rata kelas juga
mengalami peningkatan sebesar 7,5 yaitu pada siklus I 71,96 menjadi
79,46 pada siklus II. lembar observasi guru dan siswa yang telah
diberikan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dan waktu
pembelajaran saat penelitian berlangsung tidak melebihi waktu
diterapkan kooperatif numbered head together pada materi komponen
elektronika pasif sudah efektif.
B. Saran
Berdasarkan simpulan penelitian, bahwa saran (rekomendasi) yang diajukan
adalah:
1. Kepada guru bidang studi Memahami Dasar – Dasar Elektronika (MDDE)
SMK N 1 Pahae Julu, dalam mengajarkan materi komponen elektronika
pasif atau topik lain yang sesuai sebaiknya menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) sebagai
salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa dan mencapai kriteria
ketuntasan belajar dengan ketuntasan individual ≥75 dan ketuntasan
klasikal ≥ 85%.
2. Kepada siswa, diharapkan untuk mau lebih aktif, serius selama
pembelajaran dan mau mempelajari kembali di rumah materi yang telah
diberikan.
3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan model yang
sama dengan penelitian ini, disarankan untuk mengembangkan penelitian
ini dengan lebih baik dan dapat memodifikasi model ini dengan materi
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi.(2009).Penelitian Tindakan Kelas.Penerbit Bumi Aksara :
Jakarta.
Djamarah.(1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Usaha Nasional :
Surabaya.
Purwanto.(2011). Evaluasi Hasil Belajar.Penerbit Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Sanjaya, W. (2009).Penelitian Tindakan Kelas. Penerbit Kencana : Jakarta
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Penerbit
Rineka Cipta : Jakarta.
Sudjana. Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses BelajarMengajar. Rosda karya :
Bandung.
Sugiono. (2009). Penelitian Pendidikan. Penerbit Pustaka Belajar : Bandung.
Tim Penyusun. (2015).Buku Pedoman Penulisan Skripsi. FT Unimed :Medan