• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Jejaring Sosial Gereja Methodis Indonesia Studi Kasus di GMI Resort Sei Bahar Kabupaten Muaro Jambi, Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Jejaring Sosial Gereja Methodis Indonesia Studi Kasus di GMI Resort Sei Bahar Kabupaten Muaro Jambi, Jambi"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS JEJARING SOSIAL GEREJA METHODIS INDONESIA

( Studi Kasus GMI Distrik I Wilayah II Resort Sei Bahar, Kabupaten Muaro

Jambi, Jambi)

SKRIPSI

(100901015) Rida Helfrida Pasaribu

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Abstrak

Setiap individu merupakan bagian dari jaringan baik dalam tingkat keluarga hingga

negara. Dalam sebuah kelompok masyarakat juga memiliki jaringan yang dapat menjadi

bagian identitas individu ataupun kelompok. Begitu juga dengan jaringan organisasi gereja,

dimana dalam penelitian ini membahas mengenai jaringan Gereja Methodis Indonesia.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis jaringan sosial terhadap

organisasi Gereja Methodis Indonesia yang ada di Distrik I wilayah II resort Sei Bahar,

kabupaten Muaro Jambi, provinsi Jambi. Hasil dari penelitian ini merupakan pemetaan

jaringan sosial GMI Distrik I Wilayah II Resort Sei Bahar, kabupaten Muaro Jambi, provinsi

Jambi. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk melihat atau mengetahui aktor yang memiliki

nilai sentral dengan menggunakan pengukuran degree centrality, closeness centrality, dan

betweenness centrality dalam jaringan.

Kata Kunci : analisis jaringan sosial, Gereja Methodis Indonesia, aktor sentral.

Abstrack

Each individual is a part of network in both the family level to the state. In a community group also has a network that can be individual or group identity. As well asa the network of church organization, which in this study discusses the network of Indonesian Methodist church

This research was conducted with the use Social Network Analysis (SNA) against organization of Indonesian Methodist Church in district I region II resort Sei Bahar, Muaro Jambi, Jambi. The results of this research in the form of mapping social networks of Indonesian Methodist Church in district I region II resort Sei Bahar,Muaro Jambi, Jambi. This research was also intended to see or knows actors who has a central value by measuring degree centrality, closeness centrality, and betweenness centrality in the network.

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa yang memberiakan

nafas kehidupan untuk semua makluk hidup yang ada di Bumi. Penulis bersyukur dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul Analisis Jejaring Sosial Gereja

Methodis Indonesia Studi Kasus di GMI Resort Sei Bahar Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.

Dalam proses penulisan proposal, kemudian dalam penelitian lapangan dan penulisan

hasil skripsi ini penulis banyak sekali mendapat proses pembelajaran. Terlebih ketika

penelitian lapangan peneliti menemukan berbagai macam sifat-sifat manusia dan peneliti

dapat belajar mengenai pendekatan kepada masyarakat, begitu banyak pengalaman yang

memberikan penulis pembelajaran.

Penulis berterimakasih kepada orang-orang yang terlibat didalam penyelesaian skripsi

ini. Terimakasih luar biasa kepada kedua orang tua penulis Bapak penulisSudiman Pasaribu

dan Mamak penulis Dameara Samosir yang telah diciptakan Tuhan menjadi pelindung

dalam setiap hal untuk penulis. Memberi dukungan baik moril dan materil. Bapak dan

Mamak yang selalu ada bahkan membantu penulis ketika dalam proses penelitian lapangan

dan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan Gereja Methodis Indonesia. Juga

kepada saudara- saudara kandung penulis Abang penulis Roberto Padrin Pasaribu dan

Kakak penulisIda Mariyanti Pasaribuyang juga memberi dukungan serta membantu dan

menemani segala kegiatan dalam proses penelitian lapangan.

Terimakasih kepada jemaat GMI Resort Sei Bahar yaitu GMI Palmaru desa Bunut,

(4)

Pardomuan Nauli desa Tanjung Lebar, GMI Imanuel desa Muara Bahar, GMI Agape desa

Unit 1, GMI Efata desa Bungku atas bantuan memberikan informasinya.

Kepada Defi Ayuni yang membantu memberikan saran dalam penulisan rancangan

penelitian (proposal), kepada Lambok Tobing yang membantu mencari referensi-referensi

buku dan membantu mempelajari Social Network Analysisdan Destriana Sembiring serta

Nobinna Ginting yang membantu dalam mencari referensi di perpustakaan.

Kepada Juliah Karoliah yang terlebih dahulu menawarkan dan meminjamkan

referensi buku-bukunya mengenai modal sosial dan Kak Gita Kencana walaupun penulis

belum pernah bertemu namun dengan senang hati meminjamkan buku connecteduntuk

menjadi referensi bacaan penulis memahami jaringan sosial.

Kepada pemilik blog Abdullah M.Jaubah Blog’s dengan alamat jaubah.blogspot.co.id

yang menuliskan diblognya referensi-referensi mengenai Social Network Analisisdan

penggunaan UCINET juga tulisan-tulisannya yang dimuat di Scribd memberikan pelajaran

secara tidak langsung kepada penulis.

Penulis juga menyampaikan rasa ungkapan penghargaan yang tulus dan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Lina Sudarwati, M.Si selaku ketua Departemen Sosiologi dan juga dosen

beberapa mata kuliah yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama

perkuliahan.

3. Dra.Linda Elida,M.Si selaku dosen wali selama penulis menjadi mahasiswi sosiologi

(5)

ilmunya dalam perkuliahan dan memberikan pengalaman-pengalaman masyarakat

dalam kelompok belajar untuk anak-anak di kampung susuk dan juga memberikan

pengalaman hidupnya kepada penulis ketika penulis mewawancarai beliau untuk

profil tabloid Pers Mahasiswa SUARA USU.

4. Drs.Hendry Sitorus,M.Si sebagai pembimbinng skripsi yang memberikan penulis

arahan mengenai Social Network Analiysis, memberikan penulis juga pengalaman

mewawancarai masyarakat Kabupaten Samosir mengenai Pemilukada dimana penulis

mendapatkan berbagai pengalaman selama mengikuti kegiatan beliau.

5. Ibu Dra.Ria Manurung, M.Si yang telah bersedia menjadi dosen penguji skripsi juga

memberikan masukan-masukan terhadap penelitian ini. Terimakasih juga telah

memberikan ilmunya di beberapa matakuliah.

6. Segenap dosen yang telah membagikan ilmunya dan staff serta seluruh pegawai

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang membantu dalam mengurus administrasi.

7. Keluarga besar dari Ayah Saya Keluarga Besar Pasaribu dan Keluarga Besar dari Ibu

saya Keluarga Besar Samosir yang memberikan dukungan, semangat dan doa agar

penulis sebagai anak dan sebagai cucu dapat menjadi manusia yang berguna.

8. Teman-teman Sosiologi stambuk 2010 yang menemani penulis dalam menyelesaikan

perkuliahan dan menjadi teman perjuangan.

9. Saudara-saudara 25. Sofiari Ananda partnerdalam segala hal melalui masa-masa

perkuliahan dan masa-masa sulit menjadi mahasiswa, juga kalian yang selalu

mendukung dan memberikan penulis banyak pelajaran Malinda Sari Sembiring, Icha

Decory, Putri Rizki Ardina, Mengki Haloho, Rizki Sari Lubis dan Rika Mayasari

Harahap.

10.Orang-Orang yang ada di dalam Keluarga Besar Pers Mahasiswa Suara USU yang

(6)

11.GMNI Fisip Usu yang juga menjadi wadah pembelajaran penulis memaknai

perjuangan dan marhaen.

12.Pengurus Ikatan Mahasiswa Sosiologi 2014 juga menjadi wadah pembelajaran

penulis.

13.Teman-teman yang juga memberikan semangat untuk penulis dikala penulis

mengalami jenuh dalam menyelesaikan skripsi Siti Nurhayati, Nopa Sembiring dan

Surya Sitorus yang jauh di Jambi sana dan juga Rini Sinulingga.

14.Terkhusus juga kepada kakak ipar penulis Lidya Afrianti Hutasoit. Terimakasih

memberikan semangat kepada penulis walaupun diakhir-akhir penyelesaian skripsi,

trimaksih juga memberi warna baru di pertengahan tahun ini di keluarga kita.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan

keterbatasan untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya

membangun demi perbaikan. Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat tidak hanya

kepada penulis namun juga memberi manfaat kepada pembaca dan peneliti selanjutnya.

Medan, Oktober 2015

(Penulis)

Rida Helfrida Pasaribu

(7)

DAFTAR ISI

2.2 Modal Sosial Dalam Membangun Jaringan Sosial ...16

2.3 Kelompok Sosial...22

2.3.1 Interaksi Sosial...26

2.4 Social Network Analysis (SNA)...28

2.4.1 Software Social Network Analysis (SNA) ...32

BAB III METODE PENELITIAN...34

3.1 Jenis Penelitian...34

3.2 Lokasi Penelitian...34

3.3 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel...34

(8)

3.3.2 Teknik Penarikan Sampel...36

3.4 Teknik Pengumpulan Data...37

3.4.1 Data Primer...37

3.4.2 Data Sekunder...38

3.5 Instrumen dan Aspek Pengukuran...39

3.5.1 Instrumen...39

3.5.2 Aspek Pengukuran...39

3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data...40

3.6.1 Pengolahan Data...40

3.6.2 Analisis Data...41

3.7.Jadwal Kegiatan...41

3.8 Keterbatasan Penelitian...41

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN ANALISIS DATA PENELITIAN...43

4.1 Deskripsi Wilayah...43

4.2 Sejarah Singkat GMI Resort Sei Bahar...44

4.3 Gambaran Umum Struktur GMI...45

4.3.1 Struktur GMI...49

4.4 Rekrutmen Anggota GMI...51

4.5 Analisis Jejaring Sosial yang Terwujud...54

4.5.1 Analisis Jejaring Sosial GMI Agape Desa Unit 1...54

4.5.2 Analisis Jejaring Sosial GMI Maranatha Desa Unit 6...65

4.5.3 Analisis Jejaring Sosial GMI Palmarum Bunut...74

(9)

4.5.5 Analisis Jejaring Sosial GMI Pardomuan Nauli Desa Tanjung Lebar.91

4.5.6 Analisis Jejaring Sosial GMI Imanuel Desa Muara Bahar...99

4.5.7 Analisis Jejaring Sosial GMI Pos Kebaktian Efrata Desa Bungku...107

4.6 Analisis Jejaring Sosial GMI Se-Resort Sei Bahar, Kabupaten Muaro Jambi,Jambi...114

4.7 Jaringan Terputus Pada GMI Efrata Desa Bungku...132

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...134

5.1 Kesimpulan...134

5.2 Saran...135

(10)

Abstrak

Setiap individu merupakan bagian dari jaringan baik dalam tingkat keluarga hingga

negara. Dalam sebuah kelompok masyarakat juga memiliki jaringan yang dapat menjadi

bagian identitas individu ataupun kelompok. Begitu juga dengan jaringan organisasi gereja,

dimana dalam penelitian ini membahas mengenai jaringan Gereja Methodis Indonesia.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis jaringan sosial terhadap

organisasi Gereja Methodis Indonesia yang ada di Distrik I wilayah II resort Sei Bahar,

kabupaten Muaro Jambi, provinsi Jambi. Hasil dari penelitian ini merupakan pemetaan

jaringan sosial GMI Distrik I Wilayah II Resort Sei Bahar, kabupaten Muaro Jambi, provinsi

Jambi. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk melihat atau mengetahui aktor yang memiliki

nilai sentral dengan menggunakan pengukuran degree centrality, closeness centrality, dan

betweenness centrality dalam jaringan.

Kata Kunci : analisis jaringan sosial, Gereja Methodis Indonesia, aktor sentral.

Abstrack

Each individual is a part of network in both the family level to the state. In a community group also has a network that can be individual or group identity. As well asa the network of church organization, which in this study discusses the network of Indonesian Methodist church

This research was conducted with the use Social Network Analysis (SNA) against organization of Indonesian Methodist Church in district I region II resort Sei Bahar, Muaro Jambi, Jambi. The results of this research in the form of mapping social networks of Indonesian Methodist Church in district I region II resort Sei Bahar,Muaro Jambi, Jambi. This research was also intended to see or knows actors who has a central value by measuring degree centrality, closeness centrality, and betweenness centrality in the network.

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manusia selalu berhubungan dengan manusia lain, dikarenakan manusia selalu

membutuhkan sesamanya. Hal tersebut menjadikan manusia atau individu tidak terlepas dari

suatu kelompok. Semua individu merupakan anggota dari sebuah kelompok, baik itu bagian

dari sebuah organisasi, institusi ataupun sebuah negara.

Individu ataupun sekumpulan individu sebagai anggota dari organisasi secara sadar

maupun tanpa disadari memiliki kemampuan untuk mempengaruhi individu atau sekumpulan

individu lainnya. Seseorang individu dapat mempengaruhi teman yang ada didalam

kelompoknya, kemudian teman tersebut akan mempengaruhi temannya yang lain yang masih

didalam organisasi yang sama atau temannya yang ada di dalam organisasi lain. Tidak hanya

sebatas itu, orang lain yang tidak dikenal seorang individu tersebut juga dapat memberi

pengaruh melalui teman yang ia kenal.

Hal diatas adalah menggambarkan bagaimana setiap individu adalah terlibat didalam

jejaring sosial. Posisi seseorang di dalam jejaring seseorang tidak hanya ditentukan seberapa

banyak ia terhubung, namun juga bagaimana dia menjadi jembatan penghubung bagi

orang-orang lainnya. Memiliki hubungan dengan banyak orang-orang dan memiliki banyak pengikut

adalah satu hal yang penting dalam jejaring sosial.

Manfaat jejaring sosial yaitu menghubungkan dalam menjangkau orang-orang dengan

luas. Jejaring sosial akan membentuk hubungan-hubungan yang panjang, bercabang dan

sangat rumit.

(12)

1. Keterhubungan secara politik, Dimana Barack Obama mendapat dukungan kampanye

dengan bantuan sumbangan $600 juta dolar dari tiga juta orang lebih. Dimana Obama

lebih menghubungkan para pendukung sehingga para pendukung membangun

jaringan sosial baik secara online ataupun secara jaringan antar para pendukung.

(Connected : 2010)

2. Jejaring bisnis Cina, yang dijelaskan oleh Ann Wan Seng (skripsi Rizka Firdahlia,

2009) dijelaskan bahwa bagaimana bisnis orang Cina. Konsep perdagangan bangsa

Cina lebih cenderung mengarah ke prinsip simbolis, yaitu setiap pedagang saling

melengkapi. Misalnya mereka menjual barang-barang yang berbeda diantara

pedagang. Kekuatan bisnis orang Cina terletak pada jaringan dan hubungan yang

tercipta dikalangan pedagang.. Melalui jaringan mereka memastikan persaingan

sesama pedagang adalah adil dan sesuai dengan tatacara perdagangan yang telah

ditentukan. Ikatan yang terjadi diantara pedagan Cina ini membuat mereka solid.

Dari kedua poin diatas jejaring sosial membantu dalam kehidupan masyarakat, namun

juga dapat digunakan terhadap penyebaran hal-hal yang tidak diinginkan atau penyebaran

dalam hal kejahatan didalam masyarakat seperti pada penyebaran Jaringan teroris solo

(Purwawidada : 2014) merupakan suatu himpunan jejearing yang bersifat radikal yang

mengaku dengan alasan membela agama. Didalam penyebaran teroris Solo tersebut dengan

menggunakan jejaring gerakan Darul Islam di Jawa Barat, yang beberapa tokohnya

berinteraksi dengan tokoh di Jawa Tengah. Tahap pembentukan jaringan teroris Solo, dimana

ada beberapa kelompok yang dinyatakan rentetan suatu jaringan teroris solo, diantaranya

kelompok Hambali, kelompok Ali Gufron, kelompok Noordin M Top, kelompok Sigit

Qardhawi, kelompok Farhan, kelompok M Thoriq, kelompok Abu Hanifah, kelompok Abu

(13)

Dampak buruk lainnya yaitu jejaring sosial penyebaran penyakit menular dari satu

individu ke individu lainnya dan menular keluar lingkaran seseorang yang terkena penyakit

menular tersebut dan terhubung ke lainnya.

Begitu jugalah yang terjadi dalam penyebaran agama yang tidak terlepas dari jaringan

sosial. Jaringan sosial yang terbentuk memudahkan dalam penyebaranya.Sebagai sistem nilai

agama memiliki arti khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk

ciri khas. Menurut Mc Guire (dalam Ishomuddin: 2002), diri manusia memiliki bentuk sistem

nilai tertentu. Sistem nilai ini merupakan suatu yang bermakna bagi dirinya. Sistem ini

dibentuk melalui belajar dan proses sosialisasi. Perangkat sistem nilai ini diperluas oleh

keluarga, teman, institusi pendidikan, dan masyarakat luas. Sistem nilai yang berdasarkan

agama dapat memberi individu dan masyarakat perangkat sistem nilai dalam bentuk

keabsahan dan pembenaran dalam mengatur sikap individu dan masyarakat.

Dalam hal ini peneliti akan membahas mengenai jaringan dalam aliran agama Kristen.

Agama Kristen sendiri memiliki banyak aliran seperti, advent, pentakosta dan sebagainya.

Namun dalam penelitian ini, akan membahas mengenai jejaring sosial pada aliran Methodist.

Di Indonesia Methodist sendiri dikenal dengan sebutan Gereja Methodist Indonesia atau

sering disingkat GMI.

Aliran Methodist (Aritonang 2005) lahir dari Inggris sejak abad ke 18, kemudian

menyebar keseluruh dunia. Tokoh utamanya adalah dua bersaudara Wesley yaitu John dan

Charlrs, paling utama dalam penyebarannya adalah John. Aliran ini sekarang melembaga

dalam puluhan organisasi gereja, Yang terbanyak ada di Amerika Serikat yaitu Union

Methodist Church. Methodist mulai masuk ke Indonesia dari Singapura dan Malaya, termasuk jaringan persekolahannya sudah sejak 1870-an. Kemudian sejumlah pemuda

(14)

Methodist di Singapura dan Penang. Pendekatan Methodist di Indonesia sejak 1888 hingga

1900 dimulai dari pendirian sekolah-sekolah berbahasa Tionghoa dan Inggris yang menjadi

daya tarik yang kuat.

Kemerdekaan Indonesia membawa perubahan terhdap Methodist di Indonesia yaitu

gerakan Methodits yang semakin lama berorientasi dengan keadaan lokal hingga tahun 1964

nama terhadap pengikut Methodist yaitu Misi Methodist berubah menjadi Gereja Methodist

Indonesia (GMI) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17090/4/Chapter%201.pdf)

Dijelaskan Ricard Daulay 1996 dalam jurnal yang terdapat di alamat

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17090/4/Chapter%201.pdf), GMI adalah

organisasi gereja yang berdiri sendiri sama seperti organisasi gereja yang lainnya.

Masing-masing organisasi gereja mempunyai corak dan ciri yang berlainan yang berlatar belakang

dari perbedaan misi zending (organiasi penginjilan) dan kondisi lokal seperti misi zending

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), dengan konsep suku Batak Toba, sedangkan

Methodist disebarkan oleh misi zending Amerika Serikat dengan konsep nasional.

Misi GMI di Sumatera Timur dimulai dengan mendirikan kebaktian berbahasa Inggris

dan Sekolah Minggu (Kebaktian untuk kalangan anak-anak) serta kebaktian berbahasa

Tionghoa. Selajutnya jemaat-jemaat GMI berkembang dengan menjangkau berbagai suku

pribumi, terutama suku batak yang merantau ke Sumatera Timur. Namun djelaskan

(Aritonang: 2005) kemudian kebanyakan jemaat batak Methodis tersebut beralih ke HKBP

karena merasa kurang cocok dengan tata ibadah yang ada di Methodist, karena sebelumnya

jemaat batak tersebut memang sudah Kristen dari penginjilan HKBP.

Pekerjaan di Sumatera Selatan (Palembang) dimulai tahun 1908. Medan dan Bogor

yang pertama di jangkau oleh Methodist adalah etnis Tionghoa, terutama lewat sekolah

(15)

warga Methodist yang datang dari Malaya dan Singapura lalu berkembang ke masyarakat

Tionghoa yang ada disana. (Aritonang: 2005)

Sementara masuknya GMI ke wilayah Jambi berasal dari Sumatera Selatan

(Palembang). GMI memulai misinya pada GMI Moria Jambi, kemudian GMI Moria Jambi

memulai pelayanannya ke daerah Sungai Bahar pada tahun 1990.

GMI Distrik I Wilayah 2 adalah merupakan daerah yang tergabung dalam daerah

Palembang dan Jambi. Resort Sei Bahar Jambi adalah daerah GMI yang tergabung dalam tiga

kecamatan yaitu Kecamatan Sungai Bahar, Bahar Utara dan Bahar Selatan. Dimana tiga

kecamatan tersebut awalnya merupakan satu kecamatan, namun seiring bertambahnya

penduduk kemudian pada tahun 2010 daerah tersebut dibagi menjadi tiga kecamatan. Tiga

kecamatan tersebut termasuk dalam kabupaten Muaro Jambi merupakan daerah perkebunan

kelapa sawit. Sudah dimulai sebelum tahun 1990 daerah ini merupkan tujuan program

pemerintah melakukan transmigrasi masyarakat dari daerah pulau Jawa dan daerah sumatera

sendiri dengan tujuan mengadu nasib untuk berkebun ataupun menjadi pekerja diperkebunan

kelapa sawit yang ada.

GMI di resort Sei Bahar dengan memulai ibadah di salah satu desa yaitu unit VI.

Dimulai dari suku batak yang ada di daerah tersebut dengan ibadah dirumah-rumah warga.

Kemudian pada tahun 1993 jemaat memutuskan untuk iuran membeli sebidang tanah dengan

bantuan GMI Moria yang ada di Jambi, Jemaat Sei Bahar tersebut memulai membangun

rumah ibadah. Sebagian besar anggota yaitu merupakan suku batak yang bekerja sebagai

karyawan pabrik kelapa sawit PTP N VI yang ada di desa Bunut. Oleh karena itu

pembangunan rumah ibadah yaitu di desa Bunut dengan nama GMI Palmarum Bunut.

Selanjutnya perjalanan GMI yang ada di desa Bunut ini membuka

(16)

- GMI Maranatha Talang Bukit desa Unit 6

- GMI Bukit Zaitun desa Unit 14 pada tahun 1994

- GMI Pardomuan Nauli tahun 2006

- GMI Imanuel desa Muara Bahar tahun 2010

- GMI Agape desa Unit 1 tahun 2011

- GMI Pos Kebaktian Efata desa Bungku tahun 2012

Walau tidak semua desa terdapat pos pelayanan GMI beberapa jemaat bergabung di

satu titik pos pelayanan. Hal diatas tersebutlah yang melatarbelakangi peneliti untuk meneliti

mengenai Pemanfaatan Jaringan Sosial pada masyarakat jemaat GMI yang ada di daerah

Sungai Bahar, dimana peneliti sendiri mengamati keberadaannya yang cukup berkembang

dibanding gereja yang lain. Pada tahun 2011 GMI Agape yang terletak di desa Unit 1 yang

merupakan GMI terdekat di tempat tinggal peneliti mendirikan pos pelayanan yang awalnya

melaksanakan kebaktian di rumah jemaat dengan berpindah-pindah tiap minggunya,

kemudian menyewa rumah bedeng dan pertengahan tahun 2013 sudah dapat mendirikan

rumah ibadah yang permanen dalam artian berdiri dengan bagunan semen utuh. Hal ini tidak

secepat gereja yang lain yang diamati oleh peneliti salah satunya gereja tempat peneliti

beribadah ketika Sekolah Dasar tahun 2002 yaitu Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat

(GPIB) yang ketika peneliti duduk di bangku SD beribadah di tempat tersebut, jemaat GPIB

sudah dikatakan memenuhi gereja, namun tahun 2010 baru lah mendirikan gereja permanen.

Letak dari GPIB dan GMI Agape adalah masih termasuk ke dalam satu desa yaitu desa Suka

Makmur (Unit 1).

Hal inilah yang kemudian menjadi latar belakang peneliti mengenai bagaimana

jejaring Sosial Gereja Methodis Indonesia Pada distrik I wilayah II resort Sei Bahar

(17)

1.2Rumusan Masalah

Dari rumusan masalah diatas peneliti membuat rumusan masalah guna memfokuskan

penelitian. Adapun yang menjadi Rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemetaan dan analisis jejaringan sosial dalam GMI di kecamatan

Sungai Bahar, Muaro Jambi, Jambi ?

2. Siapa aktor yang memiliki nilai tertinggi dalam sentralitas derajat, sentralitas

kedekatan, dan sentralitas perantara dalam jejaring sosial GMI di kecamatan

Sungai Bahar, kabupaten Muaro Jambi, Jambi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, adapun tujuan yang akan

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pemetaan jejaring sosial dan menganalisis jejaring sosial yang

terdapat pada Gereja Methodist Indonesia di Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten

Muaro Jambi, Jambi.

2. Untuk mengetahui keberadaan aktor yang memiliki nilai sentralitas tetinggi baik

dalam sentralitas derajat, sentralitas kedekatan, dan sentralitas perantara dalam

jejaring sosial GMI Resort Sei Bahar, kabupaten Muaro Jambi, Jambi.

1.4Manfaat Penelitian

(18)

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian nantinya diharapkan dapat menambah wawasan dan sumbangan

ilmu pengetahuan dalam kajian ilmiah khususnya mahasiswa Departemen

Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, serta

memberikan sumbangan pengetahuan terkait dengan analisis jejaring sosial atau

social network analysis. b. Manfaat Praktis

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis sendiri dalam hal meningkatkan

wawasan dan kemampuan akademis dalam mengkaji Jaringan Sosial dalam

Gereja Methodis Indonesia resort Sei Bahar kabupaten Muaro Jambi, Jambi.

1.5Definisi Konsep a. Jaringan Sosial

Jaringan Sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus, dimana ‘ikatan’ yang

menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan sosial.

Berpijak pada jenis ikatan ini, maka secara langsung atau tidak langsung yang

menjadi anggota suatu jaringan sosial adalah manusia (person). Bisa saja, yang

menjadi anggota suatu jaringan sosial itu berupa sekumpulan dari orang yang

mewakili titik-titik, jadi tidak harus satu titik diwakili dengan satu orang, misalnya

organisasi, instansi, pemerintah atau negara (jaringan negara-negara nonblok).

(Agusyanto, 2007 :13)

b. Social Network Analysis (SNA)/ Analisis jaringan sosial

Analisis jaringan sosial adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan atau

(19)

dalam kerangka social network analysis bisa divisualisasikan atau diwakilkan

kedalam bentuk matriks atau grafik (jurnal.mti.cs.ui.ac.id/index.php/jsi/article/)

c. Gereja Methodis Indonesia

Gereja Methodis Indonesia (disingkat GMI) adalah sebuah gereja Protestan di

Indonesia yang beraliran Mehtodis atau Wesleyen. GMI merupakan gereja

beraliran Methodis terbesar di Indonesia.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Methodis_Indonesia diakses pada 21 Juni

2014)

d. Modal Sosial

Menurut Bourdieu (dalam Irwansyah Hasibuan 2004) modal sosial adalah

keseluruhan sumber daya aktual dan potensi sekaligus, terkait dengan hubungan

kelembagaan yang tetap berpangkal pada saling kenal dan saling mengakui.

Anggota kelompok menerima dukungan secara penuh. Tentang besar kecilnya

modal sosial yang dimiliki seseorang dalam komunitas tertentu, memang sangat

tergantung pada berapa besar jaringan hubungan yang dapat diciptakannya, baik

secara kuantitas maupun kualitas.

e. Ucinet

Ucinet adalah sebuah perangkat lunak komputer yang digunakan untuk

menganalisis jaringan sosial yang kemudian divisualisasikan kedalam NetDraw.

f. Aktor

Aktor dalam jejaring sosial adalah suatu titik yang merupakan individu. Dimana

dalam konsep jejaring sosial titik tersebut berhubungan dengan titik lain.

Keterhubungan titik satu ketitik yang lain menjadi satu kesatuan yang disebut

(20)

BAB II

KERANGKA TEORI 2.1 Jaringan dan Jaringan Sosial

Menurut Kashudin jaringan merupakan kumpulan dalam satu hubungan. Kumpulan

yang berisi node dan pemetaan atau deskripsi antara benda atau node dalam sebuah jaringan.

Jaringan sederhana berisikan dua benda (benda 1 dan 2). Sebuah jaringan memberikan

gambaran interaksi antar nodes. Interaksi atau hubungan yang terjadi dapat dikelompokkan

menjadi hubungan yang directional (dua arah) dan hubungan yang non-directional (satu

arah) dan transitive (seimbang). (jurnal

http://fti.uajy.ac.id/sentika/publikasi/makalah/2013/2013_18.pdf).

Menurut Agusyanto (Agusyanto : 2007) komponen-komponen sebuah jaringan adalah

sebagai berikut :

1. Sekumpulan orang, objek, atau kejadian, minimal berjumlah tiga satuan yang

berperan sebagai terminal (pemberhentian). Biasanya direpresentasikan dengan

titik-titik, yang dalam peristilahan jaringan disebut sebagai aktor atau node.

2. Seperangkat ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik-titik lainnya dalam

jaringan.

3. Arus yang dalam diagram digambarkan dengan ‘anak panah’.

Dari komponen diatas Agusyanto merumuskan prinsip-prinsip yang mendasar adalah

sebagai berikut.

1. Ada pola tertentu. Sesuatu yang mengalir dari titik yang satu ke titik-titik lainnya.

2. Rangkaian “ikatan-ikatan” itu menyebabkan sekumpulan titik-titik yang ada bisa

dikategorikan atau digolongkan sebagai “satu kesatuan” yang berbeda dengan “satu

(21)

3. Ikatan-ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik-titik lainnya harus bersifat relatif

permannen (ada unsusr waktu, yaitu masalah “durasi”).

4. Ada “hukum” yang mengatur saling keterhubungan masing-masing titik di dalam

jaringan, ada hak dan kewajiban yang mengatur masing-masing titik (anggota),

hubungan titik yang satu terhadap titik-titik yang lain, hubungan semua titik dengan

titik-titik pusat dan sebagainya.

Menurut Robert M.Z Lawang (Damsar 2011), jaringan merupakan gabungan kata net

dan work, sehingga menjadi network, yang penekanannya terletak pada kerja bukan pada

jaring, dimengerti sebagai kerja (bekerja) dalam hubungan antar simpul-simpul seperti halnya

jaring (net). Maka jaringan menurut Lawang dapat dimengerti sebagai:

1. Ada ikatan antara simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media

(hubungan sosial). Hubungan-hubungan sosial ini diikat dengan kepercayaan.

Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak.

2. Ada kerja antara simpul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan sosial

menjadi satu kerjasama, bukan kerja bersama-sama.

3. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin antara simpul itu

pasti kuat menahan beban bersama, dan malah dapat “menangkap ikan” lebih banyak.

4. Dalam kerja jaringan itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri. Malah

kalau satu simpul putus maka keseluruhan jaring tidak dapat berfungsi lagi, sampai

simpul itu diperbaiki. Semua simpul menjadi satu kesatuan dan ikatan yang kuat.

Dalam hal ini analogi tidak seluruhnya tepat terutama kalau oranng yang membentuk

jaringan itu hanya dua saja.

5. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau antara

(22)

6. Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan menjaga bagaimana

ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.

Dalam Damsar (2011) tingkat jaringan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu :

1. Jaringan Mikro

Dalam hidupnya manusia (individu) selalu ingin melakukan interaksi sosial

dengan individu lainnya. Interaksi antar individu tersebut menjalin suatu

hubungan sosial. Hubungan sosial selalu berjalan terus menerus antar individu

menghasilkan suatau jaringan sosial diantara mereka. Jaringan sosial antar

individu atau antar pribadi dikenal sebagai jaringan (sosial) mikro merupakan

bentuk jaringan yang selalu ditemukan dalam kehidupan kita sehari-hari.

2. Jaringan Meso

Dalam berinteraksi sosial dengan orang lain, pada umumnya, orang melakukan

dalam suatu konteks sosial, biasanya dalam satu kelompok. Hubungan yang

dibangun para aktor dan atau didalam kelompok sehingga terbentuk suatu ikatan

maka dapat disebut sebagai jaringan sosial pada tingkat meso.

3. Jaringan Makro

Jaringan makro merupakan ikatan yang terbentuk karena terjalinnya

simpul-simpul dari beberapa kelompok . Dengan kata lain, jaringan makro terajut dari

ikatan antara dua kelompok atau lebih. Kelompok dalam konteks ini bisa dalam

bentuk organisasi, institusi, bahkan bisa pula negara.

Jaringan sosial (Damsar 2002:157) merupakan hubungan-hubungan yang tercipta

antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan

(23)

bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan

koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal.

Jaringan sosial (Agusyanto, 2007 :13) merupakan suatu jaringan tipe khusus, dimana

‘ikatan’ yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan sosial.

Berpijak pada jenis ikatan ini, maka secara langsung atau tidak langsungyang menjadi

anggota suatu jaringan sosial adalah manusia (person). Mungkin saja, yang menjadi anggota

suatu jaringan sosial itu berupa sekumpulan dari orang yang mewakili titik-titik, jadi tidak

harus satu titik diwakili dengan satu orang, misalnya organisasi, instansi, pemerintah atau

negara (jaringan negara-negara nonblok).

Menurut Wellman ( dalam skripsi Aggrewirawan), teori jaringan sosial terdapat

sekumpulan prinsip-prinsip yang berkaitan logis, yaitu sebagai berikut :

1. Ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun intensitasnya.

Aktor saling memasok dengan sesuatu yang berbeda dan mereka berbuat demikian

dengan intensitas yang semakin besar atau semakin kecil.

2. Ikatan antar individu harus dianalisis dalam konteks struktur jaringan lebih luas.

3. Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan non-acak. Disatu

pihak, jaringan adalah transitif: bila ada ikatan antara A dan B dan C, ada

kemungkinan adanya jaringan yang meliputi A dan C. Akibatnya adalah bahwa lebih

besar kemungkinan adanya jaringan yang meliputi A, B, dan C.

4. Adanya kelompok jaringan yang menyebabkan terciptanya hubungan silang antara

kelompok jaringan maupun antara individu.

5. Ada ikatan asimetris antara unsur-unsur di dalam sebuah sistem jaringan dengan

(24)

6. Dengan adanya distribusi yang timpang dari sumber daya yang terbatas menimbulkan

baik itu kerja sama maupun kompitisi. Beberapa kelompok akan bergabung untuk

mendapatkan sumber daya yang terbatas itu dengan kerja sama, sedangkan kelompok

lain bersaing dan memperebutkannya.

2.2 Modal Sosial Dalam Membangun Jaringan Sosial

Menurut Bourdieu (dalam Irwansyah Hasibuan 2004) modal sosial adalah

keseluruhan sumber daya aktual dan potensi sekaligus, terkait dengan hubungan kelembagaan

yang tetap berpangkal pada saling kenal dan saling mengakui. Anggota kelompok menerima

dukungan secara penuh. Tentang besar kecilnya modal sosial yang dimiliki seseorang dalam

komunitas tertentu, memang sangat tergantung pada berapa besar jaringan hubungan yang

dapat diciptakannya, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Tidak seperti modal fisik, ekonomi dan modal manusia, modal sosial tidak

memberikan hasil seketika dan berjangka pendek. Namun manakalah modal sosial bisa

dirawat dan diakui bersama sebagai salh satu kekuatan penopang dalam mendorong

perubahan dan kemajuan di masyarakat kita, dan memberi manfaat pada tahap selanjutnya.

Modal sosial juga bermanfaat pada seseorang untuk memudahkan dalam melakukan tindakan

dalam situasi tertentu.

Bagi Putnam, (John Field 1996:56) modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial,

jaringan, norma dan kepercayaan yang mendorong partisipasi bertindak bersama secara lebih

(25)

Modal sosial dapat didefinisikan sebagai serangkaian nilai dan norma informal yang

dimilki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan

terjadinya kerjasama diantara mereka (Francis Fukuyama, 2002: xii).

Menurut Hasbullah 2006, unsur-unsur pokok modal sosial adalah :

a. Partisipasi dalam suatu jaringan

Kemampuan orang atau individu atau anggota-anggota komunitas untuk melibatkan

diri dalam suatu jaringan hubungan sosial merupakan salah satu kunci keberhasilan untuk

membangun modal sosial. Manusia mempunyai kebebasan untuk bersikap, berperilaku dan

menentukan dirinya sendiri dengan kekuatan yang dimilikinya. Pada saat seseorang

meleburkan diri dalam jaringan sosial dan menyinergiskan kekuatannya maka secara

langsung maupun tidak, ia telah menambahkan kekuatan ke dalam jaringan tersebut.

Sebaliknya, dengan menjadi bagian aktif dalam suatu jaringan, seseorang akan memperoleh

kekuatan tambahan dari jaringan tersebut.

b. Hubungan Timbal Balik (Reciprocity)

Modal sosial selalu diwarnai oleh kecenderungan saling bertukar kebaikan di antara

individu-individu yang menjadi bagian atau anggota jaringan. Hubungan timbal balik ini juga

dapat diasumsikan sebagai saling melengkapi dan saling mendukung satu sama lain. Modal

sosial tidak hanya didapati pada kelompok-kelompok masyarakat yang sudah maju atau

mapan. Dalam kelompok-kelompok yang menyandang masalah sosial sekalipun, modal

sosial merupakan salah satu modal yang membuat mereka menjadi kuat dan dapat

(26)

c. Rasa Percaya (Trust)

Hasbullah (2006 : 11) mengatakan bahwa “rasa percaya adalah suatu bentuk

keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosial yang didasari perasaan

yakin bahwa orang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan selalu

bertindak dalam suatu pola yang saling mendukung”. Rasa percaya menjadi pilar kekuatan

dalam modal sosial. Seseorang akan mau melakukan apa saja untuk orang lain kalau ia yakin

bahwa orang tersebut akan membawanya ke arah yang lebih baik atau ke arah yang ia

inginkan.

Rasa percaya dapat membuat orang bertindak sebagaimana yang diarahkan oleh orang

lain karena ia meyakini bahwa tindakan yang disarankan orang lain tersebut merupakan salah

satu bentuk pembuktian kepercayaan yang diberikan kepadanya. Rasa percaya tidak muncul

tiba-tiba. Keyakinan pada diri seseorang atau sekelompok orang muncul dari kondisi terus

menerus yang berlangsung secara alamiah ataupun buatan (dikondisikan). Rasa percaya bisa

diwariskan tetapi harus dipelihara dan dikembangkan karena rasa percaya bukan merupakan

suatu hal yang absolut.

d. Norma Sosial

Norma-norma sosial merupakan seperangkat aturan tertulis dan tidak tertulis yang

disepakati oleh anggota-anggota suatu komunitas untuk mengontrol tingkah laku semua

(27)

komunitas bisa saja sama dengan norma sosial di komunitas lain tetapi tidak semua bentuk

perwujudan atau tindakan norma sosial bisa digeneralisir.

Norma sosial mempunyai konsekuensi. Ketidaktaatan terhadap norma atau perilaku

yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku menyebabkan seseorang dikenai sanksi.

Bentuk sanksi terhadap pelanggaran norma dapat berupa tindakan (hukuman) dan bisa berupa

sanksi sosial yang lebih sering ditunjukkan dalam bentuk sikap, seperti penolakan atau tidak

melibatkan seseorang yang melanggar norma, untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan

komunitas.

e. Nilai-nilai

Menurut Hasbullah (2006 : 14), “nilai adalah suatu ide yang dianggap benar dan

penting oleh anggota komunitas dan diwariskan secara turun temurun”. Nilai-nilai tersebut

antara lain mengenai etos kerja (kerja keras), harmoni (keselarasan), kompetisi dan prestasi.

Selain sebagai ide, nilai-nilai juga menjadi motor penggerak bagi anggota-anggota

komunitas. Nilai-nilai kesetiakawanan adalah ide yang menggerakkan anggota komunitas

untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama. Pada banyak komunitas, nilai prestasi

merupakan tenaga pendorong yang menguatkan anggotanya untuk bekerja lebih keras guna

mencapai hasil yang membanggakan.

Menurut Andrain (dalam Setiadi, Kolip 2010:120) nilai-nilai memiliki enam ciri atau

karakteristik, yaitu :

1. Umum dan abstrak, karena nilai-nilai itu berupa patokan umum tentang sesuatu

yang dicita-citakan atau yang dianggap baik. Nilai dapat dikatakan umum sebab

(28)

patut, layak, pantas sekaligus sesuatu yang menjadi larangan atau tabu bagi

kehidupan masing-masing kelompok. Pedoman tersebut dinamakan nilai sosial.

Nilai sosial memiliki sifat abstrak, artinya nilai tidak dapat dilihat sebagai benda

secara fisik yang dapat dilihat dengan mata, diraba, atau difoto. Sebab nilai sosial

adalah pedoman tata kelakuan bersifat pokok yang keberadaannya adalah eksis

dalam keyakinan masyarakat yang hanya dapat dijabarkan dalam bentuk perilaku

umum oleh masyarakat tersebut.

2. Konsepsional, artinya bahwa nilai-nilai itu hanya diketahui dari ucapan-ucapan,

tulisan, dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang lain.

3. Mengandung kualitas moral, karena nilai-nilai selalu berupa petunjuk tentang

sikap dan perilaku yang sebaiknya atau yang seharusnya dilakukan. Artinya moral

manusia didalam kehidupan sangat berkaitan dengan nilai-nilai moralitas yang

belaku didalam kelompok tersebut.

4. Dalam situasi kehidupan masyarakat yang nyata maka nilai itu akan bersifat

campuran. Artinya, tidak ada masyarakat yang hanya menghayati satu nilai saja

secara mutlak. Yang terjadi adalah campuran berbagai nilai dengan kadar dan titik

berat yang berbeda.

5. Tidak selamanya realistik, artinya adalah bahwa nilai itu tidak akan selau dapat

direalisasikan secara penuh didalam realitas sosial. Hal itu disebabkan oleh

kemunafikan manusia, tetapi juga karena nilai-nilai itu merupakan hal yang

abstrak sehingga untuk memahaminya diperlukan tingkat pemikiran dan

penafsiran tertentu. Selain itu, nilai-nilai yang dihayati oleh masyarakat secara

keseluruhan berbeda dengan nilai yang dihayati oleh individu. Atau bisa juga nilai

yang dihayati oleh satu masyarakat dengan masyarakat lain memiliki karakter

(29)

6. Cenderung bersifat stabil, sukar berubah, karena nilai-nilai yang telah dihayati

telah melembaga atau mendarah daging dalam masyarakat. Perubahan akan

terjadi jika struktur sosial berubah atau nilai-nilai baru timbul didalam struktur

masyarakat tersebut.

f. Tindakan yang proaktif

Keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk terlibat dan melakukan tindakan

bagi kelompoknya adalah salah satu unsur yang penting dalam modal sosial. Tindakan yang

proaktif tidak terbatas pada partisipasi dalam artian kehadiran dan menjadi bagian kelompok

tetapi lebih berupa kontribusi nyata dalam berbagai bentuk. Tindakan proaktif dalam konteks

modal sosial dilakukan oleh anggota tidak semata-mata untuk menambah kekayaan secara

materi melainkan untuk memperkaya hubungan kekerabatan, meningkatkan intensitas

kekerabatan serta mewujudkan tujuan dan harapan bersama. Keterikatan yang kuat dan saling

mempengaruhi antar anggota dalam suatu komunitas menjadi penggerak sekaligus memberi

peluang kepada setiap anggota untuk bertindak proaktif. Tindakan proaktif juga dapat

diartikan sebagai upaya saling membagi energi di antara anggota komunitas.

2.3 Kelompok Sosial

Kelompok Sosial menurutMacler dan Charles (Anwar dan Adang : 2013)adalah

(30)

Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat, kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku

para anggotanya. Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan manusia yang saling

hidup bersama dan menjalani saling ketergantungan dengan sadar dan tolong menolong.

Syarat Kelompok menurut Baron dan Byrne (Anwar dan Adang :2013) harus terdiri dari:

a. Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain.

b. Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi perilaku

anggota yang lain.

c. Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu, bulan,

dan tahun).

d. Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota.

e. Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur sehingga

mereka memiliki set peran.

f. Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok.

Kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama.

Hubungan tersebeut antar lain menyangkut kaitan timbal balik yang selalu

pengaruh-mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk tolong menolong. Kelompok-kelompok sosial

juga merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan-kumpulan individu-individu yang

hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensif dan teratur

sehingga daripadanya diharapkan adanya pembagian tugas, struktur, serta norma-norma

tertentu yang berlaku bagi mereka. Soekanto (2009: 101) menjelaskan ada beberapa

persyaratan untuk menjadi suatu kelompok sosial diantaranya:

1. Adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari

kelompok yang bersangkutan.

(31)

3. Adanya satu faktor yang dmiliki bersama sehingga hubungan antar mereka bertambah

erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang

sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain.

4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.

5. Bersistem dan berproses.

Menurut Robert Bierstedt (Kamanto 2004 : 126) menjelaskan tiga kriteria untuk

membedakan jenis kelompok yaitu :

1. Organisasi

2. Hubugang sosial diantara anggota kelompok

3. Kesadaran jenis

Berdasarkan ketiga kriteria tersebut, Bierstedt kemudian membedakan empat jenis

kelompok yaitu :

1. Kelompok statistik (statistical group), yaitu tidak merupakan organisasi, tidak ada

hubungan sosial antara anggota, dan tidak ada kesadaran jenis. Oleh Bierstedt

mengemukakan bahwa kelompok statistik ini hanya ada dalam arti analitis dan

merupakan hasil ciptaan ilmuan sosial.

2. Kelompok kemasyarakatan (societal group), merupakan kelompok yang hanya

memenuhi satu persyaratan, yaitu kesadaran akan persamaan diantara mereka.

Didalam kelompok jenis ini tidak ada kontak dan komunikasi diantara anggota,

dan juga belum ada organisasi.

3. Kelompok sosial (social group), kelompok yang anggotanya mempunyai

kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lain tetapi tidak terikat dalam

(32)

4. Kelompok asosiasi (associational group), merupakan kelompok yang para

anggotanya mempunyai kesadaran jenis, persamaan kepentingan pribadi maupun

kepentingan bersama. Disamping itu, diantara para anggota kelompok asosiasi

dijumpai juga adanya hubungan sosial, adanya kontak dan komunikasi. Selain itu

diantara para anggotanya dijumpai adanya ikatan organisasi formal.

Berdasarkan interaksi sosial (Anwar dan Adang:2013) ada pembagian tugas, struktur

dan norma yang ada, kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa macam, antara lain :

1. Kelompok Primer, merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial

yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan,

sedangkan menurut Goerge Homan, kelompok primer merupakan sejumlah orang

yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi berkomunikasi dengan

yang lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap

muka) tanpa melalui perantara. Misalnya, keluarga, RT, kawan sepermainan,

kelompok agama, dan lain-lain.

2. Kelompok Sekunder, jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan

sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif,

misalnya partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lai. Charles Horton Cooley

mengemukakan tentang kelompok primer (primary group) atau face to face

groupmerupakan kelompok sosial paling sederhana, dimana para anggotanya saling

mengenal, dimana ada kerjasama yang erat. Contohnya keluarga, kelompok bermain

dan lain-lain. Kelompok Sekunder (secondary group) ialah kelompok yang terdiri dari

banyak orang, bersama siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan pengenalan

pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng, contohnya hubungan kontrak jual beli.

3. Kelompok Formal, pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau

(33)

oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki

AD/ART.

4. Kelompok informal, merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi,

dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotaan kelompok biasanya tidak teratur

dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok.

Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya

berdasarkan kekeluargaan dan simpati. Misalnya kelompok arisan dan sebagainya.

2.3.1 Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan bentuk proses sosial karena interaksi sosial merupakan

utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan

sosial yang dinamis menyangkut hubungan individu dengan individu lain, kelompok dengan

kelompok maupun individu dengan kelompok. Interaksi terjadi ketika dua orang bertemu,

interaksi sosial dimulai ketika itu mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara

atau bahkan berkelahi. Walaupun orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara

atau tidak menukar tanda tapi interaksi sosial telah terjadi misalnya ada perasaan, bau

keringan, minyak wangi, suara berjalan, dan sebagainya (Soekanto, 2007.55)

Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial:

A. Interaksi yang bersifat harmonis

1. Kerjasama

Kerjasama adalah suatu usaha bersama antar individu atau kelompok untuk mencapai

tujuan bersama. Kerjasama timbul apabila seorang menyadari memiliki kepentingan dan

(34)

Kerjasama timbul karena orientasi individu terhadap kelompoknya (in group) dan orientasi

indivudu terhadap kelompok lainnya (out group).

2. Akomodasi

Menurut Gillin dan Gillin (Soekanto 1987:63) akomodasi adalah suatu

pengertian yang dipergunakan untuk menggambarkan suatu proses yang sama artinya

dengan pengertian adaptasi yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk

menunjukkan pada suatu proses disekitarnya.

3. Asimilasi

Asimilasi merupakan proses yang lebih berlanjut apabila dibandingkan dengan

proses akomodasi. Pada proses asimilasi terjadi proses peleburan kebudayaan,

sehingga pihak-pihak atau warga-warga dari dua-tiga kelompok yang tengah

berasimilasi akan merasakan adanya kebudayaan tunggal yang dirasakan sebagai

milik bersama. (Narwoko dan Suyanto 2010 :62)

4. Akulturasi

Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia

dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu

kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing lambat

laun dapat diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan

hilangnya kebudayaan itu sendiri.

B. Interaksi yang bersifat konflik

(35)

Persaingan adalah suatu perjuangan dari pihak-pihak untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Suatu ciri dari persaingan adalah perjuangan untuk menyingkirkan

pihak lawan itu dilakukan secara damai atau secara fair play, menjunjung tinggi

batas-batas yang diharuskan.

2. Kontravensi

Kontravensi yaitu usaha untuk merintangi pihak lain mencapai tujuan. Hal ini didasari

oleh rasa tidak senang karena keberhasilan pihak lain dirasakan merugikan pihaknya.

Walaupun demikian tidak terdapat maksud untuk menghancurkan pihak lain.

3. Pertentangan atau Konflik

Konflik adalah suatu proses sosial yang berlangsung dengan melibatkan orang-orang

atau kelompok yang saling menantang dengan ancaman kekerasan. Konflik terjadi

karena adanya perbedaan-perbedaan keinginan. Narwoko dan Suyanto (2010).

2.4 Social Network Analysis (SNA)

Analisis jaringan sosial adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan atau relasi

sosial antar anggota dari sebuah kelompok orang. Pemetaan pengetahuan dalam kerangka

social network analysis bisa divisualisasikan atau diwakilkan kedalam bentuk matriks atau grafik (jurnal.mti.cs.ui.ac.id/index.php/jsi/article/)

Menurut Wellman (Ritzer dan Doughlas 2008) Analisis jaringan memulai dengan

gagasan sederhana namun sangat kuat, bahwa usaha utama sosiolog adalah mempelajari

struktur sosial dan menganalisis pola ikatan yang menghubungkan anggotanya. Pakar analisis

(36)

muncul ke permukaan sebagai sistem sosial yang kompleks. Satu aspek penting analisis

jaringan adalah bahwa analisis ini mengarahkannya untuk mempelajari ikatan dikalangan dan

antar aktor “yang terikat secara kuat da tidak sepenuhnya memenuhi persyaratan kelompok”.

Dalam analisis sebuah jaringan dengan menggunakan metode analisis jaringan sosial.

Ada beberapa ukuran dasar yang menjadi tolak perhitungan untuk mengetahui pola

keterhubungan dalam jejaring tersebut. Ukuran dasar yang digunakan antara lain: besar

jaringan ( network size), derajat ( degree), kepadatan (density), ketergapaian (reachability),

keterhubungan (connectivity), jarak (distance), dan jalur (flow) informasi. Besar jaringan

sangat penting untuk mengetahui lingkup penelitian yang dilakukan.

Menurut Hanneman and Riddle 2005 (jurnal:

http://fti.uajy.ac.id/sentika/publikasi/makalah/2013/2013_18.pdf) analisis jaringan sosial

merupakan teknik untuk mempelajari hubungan atau relasi sosial antar anggota dalam sebuah

kelompok.

Sedangkan pendapat lain yaitu Schelhas and Cerveny 2002 (jurnal

http://fti.uajy.ac.id/sentika/publikasi/makalah/2013/2013_18.pdf) analisis jaringan sosial

adalah suatu proses pembelajaran serta pemahaman mengenai jaringan-jaringan (formal

maupun informal) pada bidang-bidang tertentu.

Dalam social network analysis,ada beberapa ukuran dasar yang menjadi tolak ukur

dasar yang menjadi titik tolak perhitungan matematis untuk mengetahui pola keterhubungan

dalam jejaring. Diantaranya yaitu :

(37)

Tingkatan (Degree) memperlihatkan popularitas aktor dalam jaringan sosial.

Tingkatan (Degree) adalah jumlah link dari dan keaktor. Tingkatan (Degree) aktor tersebut

dapat dilihat 2 macam:

1. InDegree : kemampuan aktor-aktor untuk berhubungan dengan seorang aktor. 2. OutDegree : kemampuan seorang aktor untuk berhubungan dengan aktor-aktor

lain dalam jaringan.

Untuk menghitung tingkatan (Degree) dapat digunakan dengan rumus :

(Eriyanto : 2014)

�� = ∑ �1

� −1

Dimana, �� adalah sentralitas tingkatan (degree centrality), d adalah jumlah link (ties)

dari dan ke aktor, dan N adalah jumlah aktor.

2. Sentralitas Kedekatan (Closeness Centrality)

Sentralitas kedekatan menggambarkan seberapa dekat aktor (node) dengan semua

aktor lainnya dalam jaringan. Kedekatan ini bisa diukur dengan beberapa langkah (jalur/path)

seorang aktor bisa menghubungi atau dihubungi oleh aktor lainnya dalam jaringan. Sama

dengan sentralitas tingkatan, nilai sentralitas kedekatan juga tergantung jumlah populasi.

Populasi yang kecil umumnya ditandai dengan kedekatan anggota, sehingga sentralitas

kedekatan akan kecil. Makin besar populasi maka makin besar juga rata-rata jarak kedekatan

aktor satu sama lainmya. Karena itu, nilai sentralitas kedekatan (closeness centrality) juga

bisa ditampilkan dalam bentuk normal, tanpa memperhitungkan populasi. Rumus menghitung

sentralitas kedekatan sebagai berikut : (Eriyanto :2014)

�� = �−1

(38)

Dimana ��adalah sentralitas kedekatan (closeness centrality), d adalah jalur (path)

terpendek ke aktor lain, dan N adalah jumlah anggota. Angka sentralitas kedekatan ialah 0

hingga 1, dimana makin besar makin baik. Nilai tinggi memperlihatkan dekatnya jarak

rata-rata aktor dengan seluruh aktor lainnya dalam jaringan.

Kedekatan (closeness) dapat dibagi menjadi 2 bagian. Pertama, kedekatan keluar

(outcloseness) yaitu kedekatan yang dihitung dari aktor yang menghubungi aktor lain. Kedua,

kedekatan kedalam (incloseness) yang dihitung dari aktor-aktor yang dihubungi oleh aktor

lain (Eriyanto:2014). Sementara itu yang terpenting adalah nilai incloseness dimana nilai

incloseness adalah nilai kedekatan yang menunjukkan penyebaran informasi dalam jaringan. Nilai incloseness tertinggi, menunjukkan aktor tersebut mudah dalam menyebarkan informasi

(jurnal : http://fti.uajy.ac.id/sentika/publikasi/makalah/2013/2013_18.pdf).

3. Sentralitas Keperantaraan (Betweenness Centrality)

Sentralitas keperantaraan memperlihatkan posisi seorang aktor sebagai perantara

(betweenness) dari hubungan aktor satu dengan aktor lain dalam jaringan. Hal ini juga bahwa

sentralitas keantaaraan juga dapat dikatakan fasilitator interaksi aktor satu dengan aktor lain

dalam jaringan. Rumus sentralitas keperantaraan normal sebagai berikut : (Eriyanto : 2014)

�� =

����� ���

�23+2

Dimana � adalah keperantaraan (betweenness centrality), �� adalah jumlah tahap

(path) terpendek dari aktor, dan ��� adalah jumlah jalur (path) dalam jaringan. Sementara

�2

−3�+ 2 adalah nilai maksimum. Nilai sentralitas keperantaraan (normal) adalah 0-1,

(39)

2.4.1Software Social Network Analysis (SNA)

UCINET merupakan perangkat lunak untuk melakukan analisis jaringan sosial. Teori

dan analisis jaringan sosial telah dikembangkan terutama oleh para pakar sosiologi,

perkembangan ini telah melanda ilmu-ilmu sosial dan perilaku lainnya. Berbagai program

analisis jaringan sosial telah dikembangkan antara lain adalah Ucinet, Pajek dan

Actor-Process-Event Scheme.

UCINET adalah salah satu program pengolahan data jaringan sosial. Program ini

dibuat oleh Analytic Techonologies, perusahaan software yang berpusat di Lexington,

Amerika serikat. Program ini pertama kali diperkenalkan oleh Lin Freeman, Martin Everett,

dan Steve Borgatti. Versi awal program ini dibuat oleh Freeman dibuat pada tahun 1980

dengan format bahasa pemrograman BASIC. Borgatti mengembangkan program ini lewat

bahasa pemrograman Turbo Pascal (Versi 4.0) yang dirilis pada tahun 1992. Hingga 1990-an

program ini masih dipakai kalangan terbatas hingga dirilisnya UCINET versi 5.0 pada tahun

2002. Pada versi ini, UCINET dipakai pada perangkat Windows. UCINET versi ini lebih

mudah dipakai dan bisa diintegrasikan kedalam office Windows, seperti Microsoft Exel.

Popularitas dan penggunaan UCINET makin banyak mengingat basis pengguna Windows

yang besar didunia ( Eriyanto :2014).

Dalam penelitian mengenai Analisis Jejaring Sosial GMI Resort Sei Bahar, analisis

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif-kuantitatif menggunakan Analisis Jaringan Sosial/Social Network Analysis (SNA). Dimana

tujuan menggunakan SNA untuk menganalisis hubungan antar pribadi (interpersonal) dalam

satu organisasi atau komunitas.

(41)

Lokasi penelitian dilakukan di Gereja Methodist Indonesia di Distrik I wilayah II

Resort Sei Bahar kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Dimana Resort Sei Bahar meliputi tiga

kecamatan yaitu : Kecamatan Sungai Bahar, Bahar Utara dan Bahar Selatan Kabupaten

Muaro Jambi, Jambi. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah terdapat kemajuan

kuantitas dalam perkembangan GMI dari tahun ketahun di Resort Sei Bahar namun belum

tentu didampingin dengan jaringan sosial yang tinggi antar anggotanya.

3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan ditetapkan kesimpulannya (Azwar 2004 :91). Populasi penelitian adalah anggota GMI

Resort Sei Bahar, Muaro Jambi, Jambi.

Data statistik keanggotaan keseluruhan GMI Se-Resort Sei Bahar, Muaro Jambi

adalah sebagai berikut :

No Statistik Keanggotaan GMI Parmarum desa Bunut Jumlah

1 Jumlah Kepala Keluarga 129 KK

2 Angota Penuh 332 Jiwa

3 Anggota Persiapan 250 Jiwa

Jumlah 582 Jiwa

No Statistik Keanggotaan GMI Bukit Zaitun desa Unit 14 Jumlah

1 Jumlah Kepala Keluarga 10 KK

2 Angota Penuh 26 Jiwa

3 Anggota Persiapan 25 Jiwa

Jumlah 51 Jiwa

No Statistik Keanggotaan GMI Agape desa Unit 1 Jumlah

(42)

2 Angota Penuh 116 Jiwa

3 Anggota Persiapan 64 Jiwa

Jumlah 180 Jiwa

No Statistik Keanggotaan GMI Talang Bukit desa Unit 6 Jumlah

1 Jumlah Kepala Keluarga 17 KK

2 Angota Penuh 44 Jiwa

3 Anggota Persiapan 29 Jiwa

Jumlah 73 Jiwa

No Statistik Keanggotaan GMI Pardomuan Nauli Jumlah

1 Jumlah Kepala Keluarga 29 KK

2 Angota Penuh 65 Jiwa

3 Anggota Persiapan 86 Jiwa

Jumlah 151 Jiwa

No Statistik Keanggotaan GMI Imanuel desa Muara Bahar Jumlah

1 Jumlah Kepala Keluarga 12 KK

2 Angota Penuh 35 Jiwa

3 Anggota Persiapan 20 Jiwa

Jumlah 55 Jiwa

No Statistik Keanggotaan GMI Pos Kebaktian Efrata desa Bungku Jumlah

1 Jumlah Kepala Keluarga 13 KK

2 Angota Penuh 38 Jiwa

3 Anggota Persiapan 20 Jiwa

Jumlah 58 Jiwa

Sumber : Data Laporan Program Pelayanan Resort Sei Bahar-Jambi Mei 2015

Dari data diatas diperoleh bahwa yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

anggota yang sudah disahkan menjadi anggota GMI yaitu anggota penuh. Maka keseluruhan

anggota penuh adalah sebanyak 656 jiwa. Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah 656 jiwa.

3.3.2 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik

(43)

terpilih pertama disuruh memilih sampel berikutnya, yang akhirnya jumlah sampel akan

bertambah banyak seperti bola salju yang bergelinding makin lama makin besar

(https://elqorni.wordpress.com/2012/10/03/teknik-pengambilan-sampel/).

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan sistem jaringan

responden. Mulai dari mewawancarai satu responden kemudian, responden tersebut akan

menunjukkan responden lain dan responden lain tersebut akan menunjukkan responden

berikutnya.

Dalam penelitian ini yang menjadi pengambilan sampel dimaksudkan sebagai

representase dari seluruh populasi, maka sampel dalam penelitian ini adalah mengunakan

rumus slovin (Prasetyo dan Jannah: 2011) yaitu :

n = �

1 +��2

Dimana n adalah besaran sampel, N adalah besaran populasi dan e adalah nilai kritis

(batas ketelitian) yaitu sebesar 10%. Maka yang menjadi sampel adalah sebesar 86,77

dibulatkan menjadi 87. Namun berhubung ini adalah penelitian jejaring sosial maka besaran

sampel diatas tidak menutup kemungkinan untuk bertambah, besaran sampel slovin dijadikan

batas minimum sampel yang diteliti. Dikarenakan juga teknik penarikan sampel adalah

snowball maka menurut Knoke dan Kuklinski (dalam Eriyanto : 2014) peneliti bisa menentukan sampel terakhir apabila terjadi informasi yang berulang dan mencapai titik

jenuh.

(44)

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan

teknik-teknik sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan

mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung dari subjek penelitian

sebagai sumber informasi yang dicari. (Azwar 2004 :91)

Adapun pengumpulan data primer dalam penelitian ini dengan cara:

- Observasi

Observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap objek yang

diobservasi, dalam arti bahwa pengamatan tidak menggunakan

“media-media transparan”. Hal ini dimaksud bahwa penelitian secara langsung

melihat atau mengamati apa yang terjadi pada objek penelitian.

Tujuan utama observasi adalah untuk mengamati tingkah laku manusia

sebagai peristiwa aktual, yang memungkinkan kita memandang tingkah

laku sebagai proses. Tujuan pokok kedua adalah untuk menyajikan

kembali gambaran-gambaran kehidupan sosial. (James A Black dan Dean

J Champion. 2001:287).

- Wawancara dengan pedoman

Wawancara secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dan informan.

- Dokumentasi

Yaitu dlakukan dengan menggunakan kamera foto untuk mengabadikan

(45)

ketika berada dilikungan tersebut sebagai penegas data yang diperoleh

dilapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitian atau sumber data lain. Data sekunder dalam penelitian ini adalah melalui dokumen

atau informasi dari internet, buku-buku referensi, jurnal, majalah yang dianggap relefan dan

berhubungan dengan permasalahan penelitian.

Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,

tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitinya. Data sekunder biasanya

berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. (Azwar 2004 :91)

3.5 Instrumen dan Aspek Pengukuran

3.5.1 Instrumen

Istrumen adalah alat yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah berupa

wawancara dengan pedoman. Wawancara dengan pedoman merupakan pengumpulan data

dengan teknik bertanya yang bebas, tetapi berdasarkan atas suatu pedoman (sesuai dengan

ruang lingkup penelitian) guna mendapatkan informasi khusus, bukan respons.

3.5.2 Aspek Pengukuran

Dalam penelitain jaringan sosial yang menjadi aspek pengukuran digunakan dalam

empat skala yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio.

Dalam penelitian ini yang menjadi aspek pengukuran adalah dengan skala nominal,

(46)

Nilai atau angka semata hanya pembeda antara satu kategori dan kategori lainnya. Pada skala

nominal, keeratan atau kekuatan hubungan tidak diperhitungkan. Ukuran ini hanya

menghitung apakah seorang aktor mempunyai relasi atau tidak dengan aktor lainnya. Angka

yang dipakai untuk memperlihatkan relasi diberikan simbol “1”, sementara jika tidak

mempunyai relasi diberikan simbol “0” (Eriyanto :2014)

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Pengolahan

Prosespengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut :

1. Pengeditan Data (Editing)

Proses ini adalah dimana meneliti setiap daftar pertanyaan yang telah diisi,

berkaitan dengan kelengkapan pengisisan, kejelasan, dan koreksi terhadap

kesalahan pengisisan.

2. Pengkodean Data (Coding)

Pemberian kode pada setiap narasumber menjadi aktor dengan id nomor,

dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga

mempercepat pada saat pemasukan data kedalam perangkat lunak

komputer untuk diolah.

3. Pemasukan Data (Input)

Tahapan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data, pemberian kode

pada tabel matriks keterhubungan, penggambaran secara sosiogram dan

analisis data secara statistik untuk diolah dan dianalisis menggunakan

UCINET.

(47)

Proses ini merupakan pengecekan data yang sudah dimasukkan, apakah

ada kesalahan atau tidak.

3.6.2 Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih muda

dibaca dan dipresentasikan. Untuk menganalisis data pada penelitian ini menggunakan

analisisis Deskriptif dengan cara menyusun data, mengelompokkannya dan

menginterpresentasikannya, sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai

Analisis Jejaring Sosial GMI Resort Sei Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi).

3.7 Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Proposal √

2 ACC Judul √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √ 4 Seminar Proposal Penelitian √

5 Revisi Proposal Penelitian √

6 Penelitian Kelapangan √ √ √

7 Pengumpulan Data dan Analisis Data √ √

8 Bimbingan Skripsi √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √ √

10 Sidang Meja Hijau √

(48)

Dalam Penelitian ini peneliti menyadari masih banyak keterbatasan penelitian baik

karena faktor internal dan eksternal. Dimana untuk faktor internal adalah peneliti memiliki

keterbatasan ilmu dan materi sedangkan faktor eksternal adalah responden yang sulit ditemui

secara langsung untuk mendapatkan informasi dikarenakan alasan sibuk dengan alasan

pekerjaan. Peneliti juga menyadari terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang dimiliki

oleh peneliti untuk melakukan kegiatan ilmiah, serta masih baru mengenal perangkat

software dari analisis jaringan sosial yaitu UCINET sehingga butuh waktu untuk mendalaminya meskipun begitu peneliti juga berusaha untuk mengatasi kendala-kendala

tersebut melalui bimbingan skripsi hingga mencari informasi dari berbagai sumber yang

Gambar

Gambar 1. Sociogram Jejaring Sosial GMI Desa Unit 1.
Tabel 2. Degree centrality dan perhitungan descriptive statistics dalam jaringan GMI Agape Desa Unit 1
Tabel 3. Closeness centrality dan perhitungan statistics dalam jaringan GMI Agape Desa Unit 1
Gambar 3. Sociogram Closeness Jejaring GMI Agape Desa Unit 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari Gambar diatas dapat dilihat ruas jalan yang menjadi lokasi penelitian terdapat pada ruas jalan yang diberi warna merah (ruas simpang gamping). Untuk lebih