1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Bakteri Staphylococcus merupakan bakteri kokus gram positif yang ditemukan sebagai flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia, memiliki dinding sel yang tebal sehingga tahan terhadap bahan kimia dan pengaruh suhu, tahan terhadap kondisi kering, panas ( tahan pada suhu 50°C selama 30 menit) dan Natrium Klorida 9% (Jawetz, 2005). Staphylococcus aureus ini patogen utama pada manusia yang dapat menginfeksi setiap jaringan maupun alat tubuh manusia dan dapat menimbulkan gejala yang khas yaitu peradangan, nekrosis dan membentuk abses, infeksinya berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai terjadi piemia yang fatal (Syarurrachman, 2001).
Sumber utama infeksi bakteri ini adalah lesi terbuka dan barang-barang yang terkontaminasi serta saluran napas dan kulit manusia. Bakteri Staphylococcus aureus dapat menyebabkan terjadinya furunkel, karbunkel, osteomyelitis, tonsillitis, bronchitis, pneumonitis, meningitis, ensefalomielitis, sistitis, serta pielitis (Dzen, 2003).
Pengobatan Staphylococcus aureus dapat menggunakan golongan Penisilin, Nafsilin, Sefalosporin, Vankomisin dan Eritromisin. Beberapa galur dari Staphylococcus aureus menghasilkan enzim penisilinase sehingga resisten
2
misalnya Metisilin dan Oksasilin. Meskipun demikian, juga telah dikenal galur Staphylococcus yang resisten terhadap Metisilin yang dikenal dengan Methicilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) (Dzen, dkk 2003). Di Asia prevalensi infeksi MRSA kini mencapai 70%, sementara di Indonesia sendiri pada tahun 2006 prevalensi MRSA mencapai 23,5% (Andra, 2007). Meskipun bakteri Staphylococcus aureus memiliki tingkat kekebalan yang cukup tinggi, namun masih bisa diobati dengan antibiotika seperti Vancomisin yang sejauh ini banyak digunakan untuk mengobati infeksi Staphylococcus aureus yang resisten terhadap Nafsilin (jawetz, 2005). Dimana Nafsilin termasuk antibiotika turunan dari Penisilin, sama seperti Oksasilin, Metisilin. Namun harga obat tersebut relatif mahal dan dapat menimbulkan efek samping seperti reaksi alergi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, masyarakat mulai tertarik untuk memanfaatkan tanaman tradisional sebagai obat, karena harganya lebih murah, mudah didapat, dan lebih aman, salah satunya adalah bungur (Lagerstroemia specios Pers.).
Daun bungur (Lagerstroeia speciosa Pers.) secara empirik dapat digunakan untuk mengobati penyakit bisul dan penyakit oleh karena bakteri lain. Daun bungur diduga mempunyai efek antimikroba karena mengandung senyawa aktif berupa saponin, flavonoid, tanin (Dalimartha, 2000). Pada beberapa literatur juga disebutkan bahwa daun bungur juga mengandung senyawa alkaloid. Senyawa aktif tersebut juga terdapat dalam daun mimba (Azadirachta indica A. Juss), dan penelitian terdahulu membuktikan bahwa daun mimba mempunyai
3
B) yang juga mempunyai senyawa aktif alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (Aulia, 2007).
Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Uji Daya Antimikroba Dekok Daun Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus .
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
Adakah daya antimikroba dekok daun bungur terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ?
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1.3.1 Mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dekok daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
4
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Secara klinis
Penelitian ini diharapkan mampu mendorong perkembangan ilmu-ilmu kedokteran khususnya bidang mikrobiologi serta memberikan informasi ilmiah mengenai kegunaan daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.).
1.4.2 Secara akademik
Digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya
UJI DAYA ANTIMIKROBA DEKOK DAUN BUNGUR
(Lagerstroemia speciosa Pers.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus
TUGAS AKHIR
OLEH
RACHMAT SURYAWAN
06020078
FAKULTAS KEDOKTERAN
ii
KARYA TULIS AKHIR
UJI DAYA ANTIMIKROBA DEKOK DAUN BUNGUR
(Lagerstroemia speciosa Pers.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus
KARYA TULIS AKHIR
Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Kedokteran
Oleh:
RACHMAT SURYAMAN 06020078
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN
iii
LEMBAR PENGESAHAAN KARYA TULIS AKHIR Telah disetujui sebagai hasil penelitian
untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang Tanggal 2 Maret 2011
Pembimbing I
dr. Irma Suswati, M.Kes. Pembimbing II
dr. Fathiyah Safithri, M.Kes.
Mengetahui, Fakultas Kedokteran
Dekan,
iv
LEMBAR PENGUJIAN
Karya Tulis Akhir oleh Rachmat Suryaman ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal : 2 Maret 2011
Tim Penguji
dr. Irma Suswati, M.Kes. , Ketua
dr. Fathiyah Safithri, M.Kes. , Anggota
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’allaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis akhir dengan judul Uji Daya Antimikroba Dekok Daun Bungur (Lagerstroemia speciosa) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.
Dengan terwujudnya karya tulis akhir ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Allah SWT, sebagai dzat yang MAHA segala-galanya
2. Nabi Muhammad SAW, sebagai penerang dan panutan makhluk dibumi ini.
3. dr. Irma Suswati, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang dan dosen pembimbing 1 yang telah memberi bimbingan dengan penuh kesabaran, memberi dorongan motivasi, bantuan dan kesediaan waktunya untuk selalu membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
vi
5. dr. Sri Adila Nurainiwati, SpKK selaku dosen penguji yang telah memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun saat ujian maupun di luar ujian demi kesempurnaan karya tulis akhir ini.
Penulis sadar bahwa karya tulis akhir ini pasti masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan dari karya tulis akhir ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan membalas semua kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca, dan menjadi sumbangan yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamu’allaikum Wr. Wb.
Malang, 2 Maret 2011
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Bapak Safi’in dan ibu Ratiani, yang selalu mengucurkan seluruh doa dan selalu bekerja keras untuk keberhasilan anak-anaknya. Terima kasih atas do’a, kasih sayang, kesabaran, dan dukungannya. Berkat Ridho bapak ibu,
saya bisa melalui semua ini.
2. Kepada kakakku Maman, adikku Ima yang selalu mendukung dan memberi semangat, nasihat, motivasi, dan doa untukku.
3. Staf TU FK UMM (Pak Yono, Bu Rom, Mas Jamil) terima kasih atas bantuannya selama ini pada penulis.
4. Staf Laboratorium Biomedik (Mbak Fat, Mbak Emi, Mbak Dila, Mas Joko, Mas Mifta) terima kasih atas bantuan dan bimbingannya selama ini pada penulis.
5. My best friend “Yogi, Thomi, Guruh, Fendy dan seluruh Team The Pirates” terima kasih atas semangat dan bantuannya.
6. Teman-teman angkatan 2006 dan teman seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, senang bisa jadi bagian dari kalian. Terima kasih atas semangat dan doa kalian semua.
viii ABSTRAK
Rachamat Suryaman, 2011. Uji Daya Antimikroba Dekok Daun Bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (1) Irma Suswati (II) Fathiyah Safitri.
Latar belakang: Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia yang dapat menginfeksi setiap jaringan maupun organ tubuh manusia. Golongan Penisilin, Sefalosporin, Vankomisin dan Eritromisin dapat digunakan sebagai bakterisid untuk Staphylococcus aureus. Namun harga obat tersebut relatif mahal dan dapat menimbulkan efek samping, sehingga masyarakat mulai tertarik untuk memanfaatkan tanaman tradisional sebagai obat karena lebih murah, mudah didapat, dan lebih aman, salah satunya bungur. Bungur diduga mempunyai efek antimikroba karena memiliki senyawa aktif berupa flavonoid, saphonin, tanin, dan senyawa aktif lainnya yang bekerja dengan cara merusak membran sitoplasma. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui Kadar Hambat Minimum dan Kadar Bunuh Minimum dekok daun bungur terhadap pertumbuhan staphylococcus aureus.
Metode Penelitian: true eksperimental post test invitro. Metode yang dipakai adalah dilusi tabung dengan 8 konsentrasi dekok daun Bungur: 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,56%, 0,78%, 0,37% dan 2 kontrol ( kontrol bahan dan kontrol kuman ). Analisis data menggunakan Uji Anova, korelasi, dan regresi.
Hasil Penelitian: Kadar Hambat Minimum tidak dapat ditentukan, karena dekok daun Bungur dalam penelitian ini keruh, sedangkan Kadar Bunuh Minimum didapatkan pada konsentrasi 12,5%. Hasil uji ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antar perlakuan (sig 0,000< p= 0,01, r= -5,107). Semakin tinggi konsentrasi dekok daun Bungur, semakin besar kemampuan menghambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus. Pemberian konsentrasi dekok daun Bungur berpengaruh terhadap penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus per cawan (R2 = 51,1%)
Kesimpulan: Dekok daun Bungur mempunyai efek antimikroba terhadap pertumbuhan staphylococcus aureus.
ix ABSTRACT
Rachmat Suryaman, 2011. Antimicrobial Effect to Steeping Water Bungur Leaves on the Grows of Staphylococcus aureus. Final Assignment, Faculty of Medicine, University of Muhammadiyah Malang. Advisors: (I) Irma Suswati (II) Fathiyah Safitri.
Background: Staphylococcus aureus is the most pathogenic bacteria that can damage any human tissue or organ. The group of Peniciline, Cephalosporine, Vancomicine, and Eritromicine can be used as bacteriside for Staphylococcus aureus. However the price those drugs are expensive and have side effect. So that people interesting to use plants as traditional medicine, because its cheaper, saver, and availabe. Likely bungur. Bungur leaves suspected have antimicrobial effect, because containing active compounds of flavonoid, saponin, and tanin that can damge the cytoplasmic membrane.
Purpose: To find of the Minimmum Inhibitory Concentration and Minimmum bactericidal Concentration of steeping water bungur leaves on the grows of Staphylococcus aureus.
Methods: True experimental post test in vitro. The methode is tube dillution with eight steeping water leaves concentrations: 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,56%, 0,78%, 0,37%, and two controls (material control and microbial control). Data analysis using ANOVA, correlation, and regretion.
Result: Minimmum Inhibitory Concentration can’t determined, because in this research steeping water bungur leaves was turbid, whereas Minimmum Killing Concentration have 12,5%. ANOVA results indicate significant difference between treatments (sig 0,000 < p = 0,01, r = -5,107). The Higher of the steeping water bungur leaves concentration, the greater of ability to inhibit and killing Staphylococcus aureus microbia. Giving steeping water bungur leaves concentration that effect to decrease the number of Staphylococcus aureus petrydisk (R2= 51,1%).
Conclusion: Steeping water bungur leaves have antimicrobial effects against the growing of Staphylococcus aureus.
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
LEMBAR PENGESAHAN. ... iii
LEMBAR PENGUJIAN. ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH. ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR SINGKATAN. ... xiiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Staphylococcus aureus ... 5
2.1.1 Taksonomi ... 5
2.1.2 Morfologi dan Identifikasi ... 5
2.1.3 Organela ... 6
xi
2.1.5 Metabolisme Bakteri... 10
2.1.6 Tes Diagnostik Laboratorium ... 12
2.1.7 Bentuk Klinis Infeksi Staphylococcus aureus ... 12
2.1.8 Pengobatan ... 13
2.2 Zat Antimikroba ... 14
2.2.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kerja Zat Antimikroba ... 15
2.2.2 Mekanisme Kerja Zat Antimikroba Pada Staphylococcus aureus ... 17
2.2.3 Uji Kepekaan Terhadap Antimikroba in vitro ... 18
2.2.3.1 Metode Dilusi Tabung... 18
2.3.3.2 Metode Difusi Cakram ... 19
2.3 Tumbuhan Bungur ... 20
2.3.1 Taksonomi ... 20
2.3.2 Morfologi ... 20
2.3.3 Manfaat ... 21
2.3.4 Kandungan senyawa Kimia Daun Bungur ... 22
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 25
3.1 Kerangka Konsep ... 25
3.2 Hipotesis ... 27
BAB 4 METODE PENELITIAN... 28
4.1 Jenis Penelitian ... 28
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
4.3 Populasi dan Sample ... 28
xii
4.3.2 Sampel ... 28
4.3.2.1 Estimasi Jumlah Pengulangan ... 29
4.4 Jenis Variabel ... 29
4.4.1 Variabel Bebas ... 29
4.4.2 Variabel Tergantung ... 29
4.5 Definisi Operasional ... 29
4.6 Alat dan Bahan ... 31
4.6.1 Alat Yang Digunakan ... 31
4.6.2 Bahan Yang Digunakan ... 32
4.7 Prosedur Kerja ... 32
4.7.1 Sterilisasi Alat... 32
4.7.2 Pembuatan Medium Nutrient Agar Plate ... 32
4.7.3 Pembuatan Medium Nutrient Cair ... 33
4.7.4 Pembuatan Perbenihan Cair Bakteri 106 sel/ml ... 33
4.7.5 Pembuatan Dekok Daun Bungur ... 34
4.7.6 Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus ... 34
4.7.7 Uji Kepekaan Dekok Daun Bungur Terhadap Staphylococcus aureus ... 36
4.8 Skema Prosedur Penelitian ... 39
4.8 Analisis Data ... 40
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 42
xiii 5.2 Efek Dekok Daun Bungur Terhadap
Staphyococcus aureus ... 42
5.2.1 Kadar Hambat Minimal (KHM) ... 42
5.2.2 Kadar Bunuh Minimum (KBM) ... 43
5.2.3 Analisis Data... 44
BAB 6 PEMBAHASAN ... 46
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN... 50
7.1 Kesimpulan ... 50
7.2 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
xiv
DAFTAR SINGKATAN
ANOVA : Analysis of Variance ATP : Adenosin Triphospat BAP : Blood Agar Plate KBM : Kadar Bunuh Minimal KHM : Kadar Hambat Minimal
MRSA : Methicillin Resistance Staphylococcus aureus NAP : Nutrient Agar Plate
PABA : Para Amino Benzoic Acid / Asam Para Amino Benzoat RNA : Ribonucleid Acid
SSS : Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Skor tingkat kekeruhan yang dihasilkan pada Nutrient Broth oleh bakteri Staphylococcus aureus dalam konsentrasi dekok daun bungur ... 38 Tabel 5.2. Rata-rata jumlah koloni Staphylococcus aureus dalam
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii zwageri T et B) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus Secara In Vitro, FKIP Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
Dalimartha, Setiawan, 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jakarta : Trubus Agriwidya
Dzen, SM, 2003, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang
Farida Juliantina R, Dewa Ayu Citra et al, 2008, Manfaat sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Agen Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif Dan Gram Negatif, JKKI
Faris, Acmad, 2005, Pengaruh Dekok Daun Mimba (Azadirachta indica A.juss) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
Gunawan, Didik, Sri Mulyani et al, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakolognosi) jilid1, Penebar Swadaya, Jakarta
Hembing, Wijayakusuma M, 2000, Tanaman Berkhasiat Obat Di Indonesia, Pustaka Kartini, Jakarta
Hendrik S.B, 2005, Antimikroba, diakses 10 November 2010, (http://www.fkg.unair.ac.id/filer/ANTIMIKROBA.pdf)
xviii
Lukito H, 1998, Rancangan Penelitian Suatu Pengantar, FKIP, Malang
Masduki I, 1996, Efek Antibakteri Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu) Terhadap S.aureus dan E.coli, Cermin Dunia Kedokteran
Murray P.R, Baron P.E, Tenover F.C et al 2000. Manual of Clinical Microbiology 7th Edition, American Society for Microbiology, ASM Press, Washington DC
Rubi, 2005, Bungur Gusur Kolesterol, Triglesirida, dan Gula Darah, (Online), Diakses tanggal 4 September 2009,
(http://cybermed.cbn.net.id/detilhit.asp?kategori=natural&newsno=105-60k.
Setiabudy Rianto, Kunardi L, 2005, Antimikroba Lain Dalam Farmokologi Dan Terapi, Jakarta : FK Universitas Indonesia
Sumarsih, Sri, 2003, Mikrobiologi Dasar, diakses 20 Oktober 2010.
(http://Sumarsih07.files.wordpress.com/2007/12/buku-ajar-mikrobiologi.Pdf)
Suparjo, 2008, Saponin dalam Jurnal Fakultas Peternakan Universitas Jambi, diakses 8 September 2010,
(http://jajo66.files.wordpress.com/2008/06/saponin.pdf)
Suparjo, 2008, Saponin Dalam Jurnal Fakultas Peternakan Universitas Jambi, diakses 8 September 2010,
(http://jajo66.files.wordpress.com/2008/06/Saponin.pdf)
Syahrurachman, 2001, Buku Ajar Mikrobiology Kedokteran Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Jakarta
xix