PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS DAN ARANG KAYU TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI JABON (
Anthocephalus cadamba
Roxb. Miq.)
PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR
DWI ATRI INDRIANA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Kompos dan Arang Kayu terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Bekas Tambang Pasir adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
DWI ATRI INDRIANA. Pengaruh Pemberian Kompos dan Arang Kayu terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq) pada Media Bekas Tambang Pasir. Dibimbing oleh BASUKI WASIS
Penambangan pasir dapat menyebabkan jumlah pasir berkurang, polusi udara, rusaknya jalan, dan penurunan kualitas air. Penambangan pasir akan menghasilkan limbah berupa bekas tambang pasir. Pasir memiliki karakteristik rendah unsur hara, kurang menahan air, dan porous. Hal ini merupakan kendala untuk melakukan revegetasi di lahan penambangan yaitu kondisi lahan yang tidak sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Kegiatan revegetasi dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman pada media bekas tambang pasir. Pemilihan jenis pohon sangat penting dalam keberhasilan revegetasi pada media bekas tambang pasir. Jabon (A. cadamba) merupakan jenis cepat tumbuh pada waktu muda dan dapat tumbuh di segala macam tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktorial yaitu faktor pertama adalah kompos dan faktor kedua adalah arang kayu. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinggi, diameter, dan berat kering total. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian kompos memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon pada selang kepercayaan 95%. Interaksi antara kompos dan arang kayu memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon pada selang kepercayaan 95%. Pemberian arang kayu tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi, diameter, maupun berat kering total.
ABSTRACT
DWI ATRI INDRIANA. The Effect of Compost and Wood Charcoal toward Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq) Seedling Growth in Ex Sand Mine Media. Supervised by BASUKI WASIS
The sands mining can cause decreasing of sand number, make air pollution, damage the roads, and water quality degradation. The sands mining will produce waste in the form of ex sand mine. The characteristic of sands are low nutrients, less on water retention, and porous. This is an obstacle for revegetation in mining land that not suitable for plant growth. Revegetation activities conducted to know the plant growth in ex sand mine media. The selection of tree species is important to the success of revegetation in ex sand mine media. Jabon (A. cadamba) is fast growing species at a young age and grow in various soil. The method in this research is completely randomized design with two factorial. The first factor is compost and the second factor is wood charcoal. The parameters are height, diameter, and total dry weight. Statistical test showed that compost gave significant effect on jabon seedling height growth at 95% confidence interval. Interaction between compost and wood charcoal gave significant effect on jabon seedling height growth at the 95% confidence interval. Charcoal didn’t give significant effect on height, diameter, and total dry weight.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS DAN ARANG KAYU TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI JABON (
Anthocephalus cadamba
Roxb. Miq.)
PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR
DWI ATRI INDRIANA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Kompos dan Arang Kayu terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Bekas Tambang Pasir
Nama : Dwi Atri Indriana NIM : E44090042
Disetujui oleh
Dr Ir Basuki Wasis, MS Pembimbing I
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala ridho dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan judul “Pengaruh Pemberian Kompos dan Arang Kayu terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Bekas Tambang Pasir”. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui informasi mengenai pertumbuhan semai jabon pada media bekas tambang pasir dengan penambahan kompos dan arang kayu.
Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr Ir Basuki Wasis, MS selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan dukungan dan bimbingannya dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Kedua orang tua penulis (Muhammad Idris dan Yulis Herwina) dan kakak (Muhammad Fauzi Kadarisman) yang telah memberikan dukungan moril, materil, dan doa serta kasih sayangnya kepada penulis.
3. Seluruh Staf dan Dosen Pengajar Departemen Silvikultur atas segala bimbingannya.
4. Keluarga besar Laboratorium Pengaruh Hutan (Ibu Atikah, Yoyo, Ka Ardi) dan rekan satu bimbingan (Desi Ratnasari dan Nuri Jelma Megawati) atas semangat dan dukungannya.
5. Rekan-rekan Silvikultur 46 atas kebersamaan serta dukungan semangat selama menjalani kuliah (Dina, Rai, Fida, Eneng).
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga amal ibadahnya diberikan pahala oleh Allah SWT.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Lokasi 2
Alat dan Bahan 2
Prosedur Penelitian 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Pertumbuhan Tinggi 5
Pertumbuhan Diameter 9
Berat Kering Total 9
Analisis Sifat Kimia Tanah 10
SIMPULAN DAN SARAN 13
Simpulan 13
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 15
DAFTAR TABEL
1 Rancangan pengamatan 4
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan terhadap parameter pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba) 5 3 Hasil uji Duncan pengaruh pemberian kompos terhadap pertumbuhan
tinggi semai jabon (Anthocephalus cadamba) 6
4 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi pemberian kompos dan arang kayu
terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon 6
5 Hasil analisis sifat kimia tanah 10
DAFTAR GAMBAR
1 Pertumbuhan semai jabon dengan berbagai perlakuan kompos pada akhir pengamatan (a) dan Pertumbuhan semai jabon dengan berbagai perlakuan arang kayu pada akhir pengamatan (b) 12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil sidik ragam pengaruh pemberian kompos dan arang kayu terhadap pertumbuhan tinggi semai Anthocephalus cadamba 15 2 Hasil sidik ragam pengaruh pemberian kompos dan arang kayu
terhadap diameter semai Anthocephalus cadamba 15 3 Hasil sidik ragam pengaruh pemberian kompos dan arang kayu
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penambangan pasir yang dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan jumlah pasir di dasar sungai menjadi menurun. Apabila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan kerusakan pada sungai tersebut karena dasar sungai yang terus menerus mengalami penggalian sehingga terdapat lubang-lubang di beberapa titik sungai bekas galian. Selain itu penambangan pasir menyebabkan rusaknya jalan, polusi udara, dan penurunan kualitas air. Bekas tambang pasir merupakan limbah utama dari kegiatan penambangan pasir. Pasir memiliki beberapa karakter yaitu kurang sekali menahan air, porous, dan kandungan unsur hara rendah (AAK 1973).
Kegiatan revegetasi dilakukan pada lahan penambangan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman pada media bekas tambang pasir. Terdapat kendala untuk melakukan revegetasi yaitu kondisi lahan yang tidak sesuai bagi pertumbuhan tanaman, yaitu adanya bekas tambang pasir. Hal tersebut diatasi dengan cara dilakukannya perbaikan pada bekas tambang pasir berupa penambahan kompos dan arang kayu. Kompos tidak hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjadi perekat pada butir-butir tanah sehingga tanah mempunyai aliran udara dan air yang masuk dengan baik, serta mampu mengikat dan menahan ketersediaan air di dalam tanah (Yuwono 2007). Arang kayu mempunyai karakteristik mampu menyimpan dan menyerap air lebih baik dibandingkan dengan jenis arang lainnya (Soemeinaboedhy dan Tejowulan 2007).
Pemilihan jenis pohon sangat penting dalam keberhasilan revegetasi pada lahan penambangan pasir. Jenis yang dipilih yaitu jenis cepat tumbuh (fast growing species) dan dapat tumbuh di segala macam tanah seperti jabon. Setiap jabon yang ditanam dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki sistem pengairan, dan memperbaiki iklim mikro (Mulyana et al. 2010).
Penambahan kompos dan arang kayu untuk perbaikan bekas penambangan pasir belum banyak dilakukan. Diharapkan penambahan kompos dan arang dapat meningkatkan pertumbuhan jabon, khususnya pada bekas tambang pasir.
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai teknik budidaya jabon (Anthocephalus cadamba) sehingga dapat digunakan dalam kegiatan revegetasi pada lahan sekitar penambangan pasir.
METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca bagian Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2012. Analisis unsur hara dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, timbangan, alat penyiram, mistar, caliper, alat tulis, alat hitung, kamera, label, polybag (ukuran 20 cm x 20 cm), tallysheet, software Ms. Word, Ms. Excel, dan SAS versi 9 portable. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sosis jabon (Anthocephalus cadamba) berumur 3 bulan dengan rata-rata tinggi sebesar 3 cm, media bekas tambang pasir, kompos, dan arang kayu.
Prosedur Penelitian
Pelaksanan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan media tanam, pemilihan semai sosis jabon, penyapihan, pemeliharaan, pengamatan dan pengambilan data, rancangan percobaan, dan analisis data.
Persiapan media tanam
3
Pemilihan semai sosis jabon
Semai yang dipilih adalah semai sosis jabon yang telah berumur 3 bulan dengan rata-rata tinggi 3 cm. Semai sosis dipilih dengan kriteria sehat, memiliki batang lurus, dan daun tidak keriting.
Penyapihan
Penyapihan adalah proses pemindahan semai jabon ke dalam polybag. Penyapihan dilakukan pada waktu sore hari untuk mengurangi terjadinya penguapan pada semai. Kegiatan ini dilakukan satu minggu setelah media tanam diinkubasi. Semai sosis jabon disapih ke dalam 48 polybag yang telah diisi media tanam berupa pasir bekas tambang pasir yang dicampur dengan kompos dan arang kayu. Penyapihan dilakukan dengan cara memasukan semai sosis jabon ke dalam lubang tanam tanpa membuang media dan plastik pelindung media dari semai sosis jabon.
Pemeliharaan
Pemeliharaan terhadap semai sosis jabon yang telah disapih adalah penyiraman yang dilakukan 2 kali sehari, yaitu setiap pagi dan sore dengan mempertimbangkan kondisi media tanam di dalam polybag, jika terasa masih basah maka penyiraman tidak dilakukan.
Pengamatan dan Pengambilan Data
Parameter yang diukur adalah tinggi, diameter, dan berat kering total. Pengamatan terhadap diameter dan tinggi selama 3 bulan, pengukuran dilakukan 1 minggu sekali. Diameter semai diukur dengan menggunakan caliper pada ketinggian 1 cm di atas pangkal batang, sedangkan tinggi semai diukur dengan menggunakan penggaris pada ketinggian 1 cm di atas pangkal batang hingga titik tumbuh pucuk semai. Data yang didapatkan langsung di rekapitulasi di dalam tally sheet. Pada akhir penelitian, dilakukan pengukuran berat kering akar dan pucuk setelah dilakukan pemanenan. Setelah dilakukan panen, bagian akar dan pucuk dipisah kemudian dikeringkan dan dioven dengan suhu 70˚C selama 24 jam. Setelah dioven, berat kering akar dan pucuk ditimbang dan dinyatakan dalam satuan gram. Analisis unsur hara dilakukan pada akhir penelitian dengan total sample sebanyak 2 yaitu kontrol dan perlakuan kompos dosis 60 gr dan arang kayu dosis 3%.
Rancangan Percobaan
Data yang diperoleh disusun dan diolah dalam bentuk tabulasi. Analisa data yang dilakukan secara deskriptif berdasarkan tabulasi serta pengujian dengan menggunakan rancangan percobaan, yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama, yaitu kompos yang terdiri dari 4 taraf dan faktor kedua, yaitu arang kayu yang terdiri dari 4 taraf. Masing-masing taraf perlakuan terdiri dari 3 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari satu tanaman sehingga dalam percobaan dibutuhkan 48 semai sosis jabon. Untuk masing-masing faktor dirinci sebagai berikut :
4
Bagan pengamatan dibuat untuk memudahkan dalam analisis data seperti berikut:
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran dapat digambarkan dalam model linear:
Yijk = µ + αi+ βj + (αβ)ij+ εijk
Dimana :
Yijk = nilai / respon dari pengamatan pada faktor kompos taraf ke-i, faktor
arang kayu taraf ke-j dan ulangan ke-k µ = nilai rataan umum
αi = pengaruh perlakuan ke-i βj = pengaruh perlakuan ke-j
(αβ)ij = pengaruh interaksi faktor A pada taraf ke-i dengan faktor B pada taraf
ke-j
εijk = pengaruh acak
Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, dilakukan sidik ragam dengan uji F. Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistika SAS versi 9 portable, jika:
5 b. F hitung > F Tabel, maka perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap parameter yang diuji. Apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjut Duncan`s Multiple Range Test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi, diameter, dan berat kering total (BKT) dari semai jabon pada media bekas tambang pasir dengan penambahan kompos dan arang kayu. Respon pengaruh pemberian kompos dan arang kayu terhadap parameter yang diamati dapat diketahui dengan melakukan analisis ragam. Hasil rekapitulasi analisis ragam dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan terhadap parameter pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba)
Perlakuan Parameter
Tinggi Diameter Berat Kering Total (BKT)
Kompos 0.0080 * 0.4163 tn 0.0747 tn
Arang kayu 0.2822 tn 0.2651 tn 0.1526 tn Kompos x arang kayu 0.0399 * 0.2370 tn 0.1554 tn
Keterangan: Angka-angka dalam tabel adalah nilai signifikan; * = perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr>F) 0.05 (α); tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr>F) 0.05 (α).
Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian kompos berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi jabon tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter jabon maupun berat kering total. Interaksi antara kompos dan arang kayu berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon tetapi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter jabon maupun berat kering total. Pertumbuhan Tinggi
Pengaruh pemberian kompos berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pemberian kompos dosis 40 gr dan 60 gr memberikan hasil berbeda nyata dibandingkan pemberian dosis kompos lainnya, karena dosis 40 gr dan dosis 60 gr memiliki huruf a pada nilai rata-rata tinggi setelah uji Duncan. Perlakuan yang memberikan huruf a memberikan hasil yang beda nyata dari perlakuan lainnya. Dapat dilihat pemberian kompos dengan dosis 40 gr peningkatan pertumbuhan tinggi semai jabon sebesar 73.27%, sedangkan pemberian kompos dengan dosis 60 gr peningkatan pertumbuhan semai jabon sebesar 95.50%. Pemberian kompos dengan dosis 20 gr tidak memberikan hasil berbeda nyata. Pemberian dosis 20 gram hanya memberikan peningkatan sebesar 20.42%. Pemberian dosis terbaik kompos yaitu pada dosis 60 gr. Pertumbuhan tinggi semai jabon meningkat saat dosis kompos meningkat pula, terlihat dari persen peningkatan pertumbuhan tinggi semai jabon.
6
Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh pemberian kompos terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon (Anthocephalus cadamba)
Faktor Rata-rata Tinggi (cm) Peningkatan (%) Pemberian pupuk kompos
K0 (dosis 0 gr) 2.78c -
K1 (dosis 20 gr) 3.34bc 20.42 K2 (dosis 40 gr) 4.81ab 73.27 K3 (dosis 60 gr) 5.43a 95.50
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.
Interaksi antara pupuk kompos dan arang kayu terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon dilakukan uji Duncan untuk melihat pengaruh pemberian pupuk kompos dan arang kayu dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi pemberian kompos dan arang kayu terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon
Perlakuan Rata-rata Tinggi (cm) Peningkatan (%)
K0A0 2.87bcd -
Keterangan: K0A0 = pemberian kompos 0 gr dan arang 0%, K0A1 = pemberian kompos 0 gr dan arang 1%, K0A2 = pemberian kompos 0 gr dan arang 2%, K0A3 = pemberian kompos 0 gr dan arang 3%, K1A0 = pemberian kompos 20 gr dan arang 0%, K1A1 = pemberian kompos 20 gr dan arang 1%, K1A2 = pemberian kompos 20 gr dan arang 2%, K1A3 = pemberian kompos 20 gr dan arang 3%, K2A0 = pemberian kompos 40 gr dan arang 0%, K2A1 = pemberian kompos 40 gr dan arang 1%, K2A2 = pemberian kompos 40 gr dan arang 2%, K2A3 = pemberian kompos 40 gr dan arang 3%, K3A0 = pemberian kompos 60 gr dan arang 0%, K3A1 = pemberian kompos 60 gr dan arang 1%, K3A2 = pemberian kompos 60 gr dan arang 2%, K3A3 = pemberian kompos 60 gr dan arang 3%
7 tersebut memberikan huruf a pada nilai rata-rata tinggi setelah uji Duncan. Pemberian kompos dosis 60 gr dan arang kayu dosis 3% terhadap terhadap kontrol memberikan persentase peningkatan pertumbuhan tertinggi sebesar 167.42%. Pemberian kompos dosis 20 gr dan arang kayu dosis 3% memberikan penurunan untuk pertumbuhan tinggi semai jabon terhadap kontrol yaitu persentase pertumbuhan sebesar -33.73%. Nilai persentase pertumbuhan tinggi didapatkan dengan cara membandingkan suatu perlakuan terhadap kontrol. Nilai minus menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi suatu perlakuan lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi perlakuan kontrol.
Salah satu parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinggi. Parameter tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Sitompul dan Guritno 1995).
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor antara lain sinar matahari, suhu, udara, air, dan unsur-unsur hara dalam tanah (N,P,K dan lain-lain). Tanah merupakan perantara penyediaan faktor-faktor tersebut kecuali sinar matahari. Pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara dalam tanah, tetapi juga faktor-faktor lain seperti sinar matahari, suhu, udara, air, dan sebagainya (Hardjowigeno 2003).
Manfaat utama dari energi matahari yang bisa sampai ke permukaan bumi adalah untuk kepentingan tumbuhan hijau yang dalam proses kehidupan tanaman disebut dengan fotosintesis dan respirasi (Indriyanto 2008). Hasil dari fotosintesis berupa karbohidrat yang berfungsi meningkatkan raga ketika tanaman tumbuh dan berkembang (Munawar 2011).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon pada selang kepercayaan 95%. Menurut Yuwono (2007), kompos sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Kompos tidak hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Beberapa manfaat kompos bagi tanaman, yaitu kompos memberikan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki strukur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation, menambah kemampuan tanah untuk menahan air, meningkatkan aktivitas biologi tanah, mampu meningkatkan pH pada tanah asam, dan meningkatkan ketersediaan unsur mikro. Ketersediaan bahan organik tanah penting dalam mendukung pertumbuhan jabon. Dengan pupuk organik, kandungan unsur hara dalam tanah yang ditanami jabon menjadi lebih baik bagi tanaman. Selain itu, penambahan pupuk organik juga dapat menjadikan akar tanaman jabon bekerja lebih sempurna dalam penyerapan unsur hara tanaman, sehingga hal ini akan mempercepat tumbuhnya tanaman. Selain itu tanaman jabon membutuhkan tanah dengan porositas dan aerasi yang baik. Porositas baik artinya tanah harus dapat menahan dan melepas air secukupnya. Aerasi yang baik artinya terdapat rongga udara dalam tanah serta sirkulasi udara tanah dan udara atmosfer. Tanah yang memiliki porositas dan aerasi yang baik dapat dilihat dari tanah cepat kering dan membentuk remah-remah (Warisno dan Dahana 2011).
8
Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah media bekas tambang pasir. Tanah pasir kurang sekali menahan air dan bersifat longgar. Udara mudah masuk ke celah-celah butir pasir dengan kata lain tata udara baik. Udara mudah masuk maka tanah pasir cepat mengering. Selain itu, tanah pasir itu kurus karena kurang menahan zat-zat makanan. Disimpulkan bahwa tanah pasir termasuk tanah ringan sehingga mudah dikerjakan, air dan udara mudah masuk ke dalamnya, cepat mengering, dan kandungan zat makanan sangat sedikit. Tanah pasir agar dapat ditanami dengan baik, harus dipupuk dengan pupuk organis, seperti pupuk kandang, kompos, pupuk hijau dan sebagainya. Adanya pupuk organis, tanah yang tadinya ringan dapat menjadi agak berat (AAK 1973).
Media bekas tambang pasir diperbaiki agar dapat menjadi media tanam yang baik yaitu dengan menambahkan pupuk kompos dan arang kayu. Manfaat yang diberikan kompos untuk tanah dan tanaman yaitu kompos dapat memperkaya mikroba tanah sehingga pemberian kompos dapat menambah mikroba ke dalam tanah. Kompos juga dapat menyehatkan tanah dan tanaman dimana tanaman yang memperoleh unsur hara akan tumbuh baik dan sehat (Djaja 2008). Selain faktor genetis, pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan seperti media tumbuh dan ketersediaan unsur hara. Unsur hara sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman (Supriyanto dan Fiona 2010). Menurut Dwijdoseputro (1984), suatu tanaman akan tumbuh subur apabila segala unsur yang dibutuhkannya tersedia dan terdapat dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanaman.
Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan adalah dengan pemberian arang (charcoal). Arang merupakan jenis-jenis bahan organik yang berasal dari berbagai sumber. Sumber dan komposisi bahan yang berbeda akan menyebabkan kemampuan mempengaruhi penyediaan fosfor dan kalium pada tanah berbeda pula (Nurhayati et al. 1986 dalam Soemeinaboedhy dan Tejowulan 2007). Arang dapat digunakan untuk menyerap racun yang membahayakan tanaman dan akan memberikan hara kepada tanaman apabila tanaman kekurangan hara, pada tanah yang kritis atau miskin hara (Istantini 2012).
Soemeinaboedhy dan Tejowulan (2007) mengungkapkan bahwa arang kayu memiliki kadar lengas paling tinggi dibandingkan dengan ketiga jenis arang tempurung kelapa, sekam padi, dan serbuk gergaji. Hal ini disebabkan arang kayu mempunyai karakteristik mampu menyimpan dan menyerap air lebih baik dibandingkan dengan jenis arang lainnya. Selain itu disebabkan sebelum pembakaran arang kayu tidak mengalami penjemuran seperti jenis arang lainnya. Pemberian pupuk kompos dan arang kayu menunjukkan adanya pertumbuhan tinggi semai jabon yang berarti pada media bekas tambang pasir.
9 jumlah yang kecil yakni kurang dari 0.025%. Unsur N, P, dan K sering disebut hara primer karena merupakan unsur yang paling sering menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman. Unsur S, Ca, dan Mg disebut sebagai hara sekunder yang jumlahnya di dalam tanah pada umumnya dapat mencukupi kebutuhan tanaman (Munawar 2011).
Pertumbuhan Diameter
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos atau arang kayu tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter semai jabon. Menurut Campbell et al. (2008), ketika pertumbuhan primer menambahkan daun dan memperpanjang batang serta akar di daerah-daerah tumbuhan yang lebih muda, pertumbuhan sekunder mempertebal batang dan akar di daerah-daerah tempat pertumbuhan primer telah berhenti. Selain itu pada usia muda, tanaman cenderung menunjukkan pertumbuhan yang cepat ke atas (vertikal), pertumbuhan diameter akan terpenuhi apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, pergantian daun, pergantian akar, dan tinggi telah terpenuhi (Lewenusa 2009). Berat Kering Total (BKT)
Pemberian pupuk kompos dan arang kayu tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering total. Berat kering total (BKT) diperoleh dari penambahan berat kering akar dan berat kering pucuk. Berat kering tanaman merupakan salah satu indikasi untuk mengetahui respon tanaman dalam memanfaatkan unsur hara yang tersedia dalam suatu media tumbuh pada kondisi tertentu (Gusmailina dan Pari 2002).
Biomassa tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman karena biomassa (berat) tanaman relatif mudah diukur dan merupakan integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya. Tanaman selama masa hidupnya membentuk biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Biomassa tanaman meliputi semua bahan tanaman yang secara kasar berasal dari hasil fotosintesis, serapan unsur hara dan air. Produksi biomassa mengakibatkan pertambahan berat dapat diikuti dengan pertambahan ukuran lain yang dapat dinyatakan secara kuantitatif. Tidak semua bagian tanaman mengalami pertambahan berat atau ukuran lain yang sama pada waktu yang sama. Pengukuran biomassa total tanaman merupakan parameter yang paling baik digunakan sebagai indikator pertumbuhan tanaman karena bahan kering tanaman dipandang sebagai menifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman (Sitompul dan Guritno 1995).
10
menifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman.
Analisis Sifat Kimia Tanah
Analisis sifat kimia tanah yang dilakukan pada akhir penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos dan arang kayu meningkatkan ketersediaan unsur hara pada media bekas tambang pasir. Hasil analisis menunjukkan nilai pH, C-organik, N-total, P-tersedia, Ca, Mg, K, dan KTK pada saat diberikan kompos dan arang kayu mengalami peningkatan terhadap kontrol. Hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil analisis sifat kimia tanah
No Perlakuan Kontrol (K0A0) Kompos 60 gram + Arang Kayu
Keterangan: Analisis sifat kimia tanah dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
11 reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Kenaikan pH cenderung menambah ketersediaan fosfor dan nitrogen yang lebih mudah tercuci. Kenaikan pH pula dapat menambah perkembangan mikroba tanah dan populasi bertambah dengan cepat ke tingkat sebelumnya (Daniel et al. 1987). Media bekas tambang pasir dengan perlakuan kompos dosis 60 gram dan dosis arang kayu 3% memiliki pH sebesar 6.5. Menurut Sarief (1985), pada reaksi tanah yang netral, yaitu pH 6.5 – 7.5 unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup banyak (optimal).
C-organik menunjukkan kandungan bahan organik yang ada di dalam tanah. Bahan organik ini memiliki peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah (Isminanda 2012). Kesuburan tanah adalah status suatu tanah yang menunjukkan kapasitas untuk memasok unsur-unsur esensial dalam jumlah yang mencukupi untuk pertumbuhan tanaman tanpa adanya konsentrasi meracun dari unsur manapun (Foth dan Ellis 1997 dalam Munawar 2011). Penambahan bahan organik sangat banyak memperbaiki kualitas tanah. Bahan organik mempunyai nilai tertentu yaitu pembentukan agregat dari partikel-partikel tanah. Pengaruh terhadap sifat kimia tanah adalah bahwa bahan organik mengandung unsur nitrogen, fosfat, dan kalium, serta unsur-unsur mikro akan menambah kelarutan fosfat. Selain itu bahan organik berupa penyangga kation, jadi dapat mempertahankan unsur-unsur hara sebagai bahan makanan untuk tanaman (Sarief 1985). Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa C-organik meningkat saat diberikan kompos dan arang kayu. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan bahan organik pada media bekas tambang pasir meningkat 0.11% dari perlakuan kontrol sebesar 2.49% menjadi 2.6% saat ditambahkan kompos dan arang kayu.
Pemberian kompos dan arang kayu dapat meningkatkan unsur hara seperti N, P, K, Ca, dan Mg. Menurut Siregar (2004), penambahan arang mampu meningkatkan ketersediaan N, P, K, Ca, dan Mg. Kompos tidak hanya menyediakan unsur makro saja tetapi juga unsur mikro (Yuwono 2007). Menurut Sarief (1985), nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman sebab merupakan penyusun dari semua protein, apabila unsur nitrogen tersedia lebih banyak daripada unsur lainnya, dapat dihasilkan protein lebih banyak dan daun dapat tumbuh lebih lebar sebagai akibatnya maka fotosintesis lebih banyak. Fosfor memegang peranan yang penting dalam kebanyakan reaksi enzim. Oleh karena itu fosfor merupakan bagian dari inti sel, sangat penting dalam pembelahan sel, dan juga untuk perkembangan jaringan meristem. Dengan demikian fosfor dapat merangsang pertumbuhan akar dan tanaman muda, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah serta sebagai penyusun lemak dan protein. Kalsium (Ca) merupakan unsur esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan meristem dan menjamin pertumbuhan dan berfungsinya ujung-ujung akar (Sarief 1985).
12
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa Ca, Mg, K, Na dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi bila didominasi oleh kation asam, Al, H dapat mengurangi kesuburan tanah (Hardjowigeno 2003). Pemberian kompos dan arang kayu dapat meningkatkan KTK tanah yaitu 10.35 me/100g menjadi 12.34 me/100g. Akan tetapi nilai ini termasuk rendah (<16) yang merupakan salah satu kendala revegetasi pada lahan pasca tambang (Setiadi 2012).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (<2mm). Perbandingan berdasarkan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur (Hardjowigeno 2003). Makin halus tekstur tanah makin tinggi KTK. Pasir dan lempung berpasir sedikit mengandung liat dan juga mungkin miskin akan bahan organik atau humus. Sebaliknya, tanah bertekstur halus mengandung lebih banyak liat dan juga lebih banyak humus sehingga memiliki KTK lebih tinggi (Supardi 1983). Kenaikan KTK pada media bekas tambang pasir yang ditambahkan kompos dan arang kayu juga meningkatkan tekstur liat, sedangkan tekstur pasir dan debu menjadi menurun. Menurut Hardjowigeno (2003), tanah-tanah bertekstur liat karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi.
(a) (b)
Gambar 1 Pertumbuhan semai jabon dengan berbagai perlakuan kompos pada akhir pengamatan (a) dan pertumbuhan semai jabon dengan berbagai perlakuan arang kayu pada akhir pengamatan (b)
13
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos dan interaksi kompos dan arang kayu berpengaruh nyata terhadap tinggi semai jabon. Pemberian kompos dengan dosis 60 gr memberikan beda nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon. Perlakuan interaksi kompos dosis 60 gr dan arang kayu dosis 3% memberikan beda nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon.
Saran
Penggunaan kompos dosis 60 gr dan interaksi kompos 60 gr dan arang kayu 3% disarankan pada lahan sekitar penambangan pasir dalam melakukan kegiatan revegetasi dengan jenis jabon (Anthocephalus cadamba).
DAFTAR PUSTAKA
[AAK] Aksi Agraris Kanisius (ID). 1973. Tanah dan Pertanian. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.
Campbell NA, Reece JB. 2008. Biologi. Wulandari DT, penerjemah; Hardani W, Adhika P, editor. Jakarta: Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Biology. Ed ke-8.
Daniel TW, Helms JA, Baker FS. 1987. Prinsip-prinsip Silvikultur. Marsono D, penerjemah; Soeseno OH, editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Principles of Silviculture. Ed ke-2.
Djaja W. 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak & Sampah. Jakarta (ID): PT AgroMedia Pustaka
Dwijdoseputro. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT Gramedia Gusmailina, Pari G. 2002. Pengaruh pemberian arang terhadap pertumbuhan
tanaman cabai merah. Buletin Penelitian Hasil Hutan 23:217-229 Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Isminanda A. 2012. Respon pertumbuhan bibit sengon buto pada media tailing PT. Antam Pongkor dengan penambahan arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Istantini A. 2012. Aplikasi arang tempurung kelapa dan kotoran sapi (bokashi) terhadap pertumbuhan semai jabon pada media tanam tailing tambang emas [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
14
Mulyana D, Asmarahman C, Fahmi I. 2010. Bertanam Jabon. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Kampus IPB Taman Kencana Bogor (ID): IPB Press
Sarief ES. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung (ID): Pustaka Buana.
Setiadi Y. 2012. Pembenah lahan pasca tambang. Tidak dipublikasikan
Siregar CA. 2004. Pemanfaatan arang untuk memperbaiki kesuburan tanah dan pertumbuhan A. mangium. Prosiding Ekspose Penerapan Hasil Litbang Hutan dan Konservasi Alam; Palembang, 15 Desember 2004. Palembang: Kelompok Peneliti Konservasi Tanah dan Air. hlm 15-23.
Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Soemeinaboedhy IN, Tejowulan RS. 2007. Pemanfaatan berbagai macam arang sebagai sumber unsur hara P dan K serta sebagai pembenah tanah. Agroteksos 17:114-122.
Supardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Supriyanto, Fiona K. 2010. Pemanfaatan arang sekam untuk memperbaiki semai A.cadamba Miq. pada media subsoil. Jurnal Silvikultur Tropika 1(1):24-28 Warisno, Dahana K. 2011. Peluang Investasi: Jabon Tanaman Kayu Masa
Depan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
15 Lampiran 1 Hasil sidik ragam pengaruh pemberian kompos dan arang kayu
terhadap pertumbuhan tinggi semai Anthocephalus cadamba
Sumber keragaman Db JK KT F hitung F Tabel P <
Value
Kompos 3 55.04916667 18.3497222 4.51* 2.83274714 0.008
Arang 3 16.05083333 5.35027778 1.32 2.83274714 0.2822
Kompos x Arang 9 117.5125 7.8341667 2.91* 2.11779688 0.0399
Galat 41 166.6725 4.0651829
Total 47 237.7725
Keterangan: * = Perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%
Lampiran 2 Hasil sidik ragam pengaruh pemberian kompos dan arang kayu terhadap diameter semai Anthocephalus cadamba
Sumber keragaman Db JK KT F hitung F Tabel P <
Value
Kompos 3 0.00962292 0.00320764 0.97 2.83274714 0.4163
Arang 3 0.01360625 0.00453542 1.37 2.83274714 0.2651
Kompos x Arang 9 0.06124792 0.00408319 1.34 2.11779688 0.237
Galat 41 0.13561875 0.00330777
Total 47 0.15884792
Lampiran 3 Hasil sidik ragam pengaruh pemberian kompos dan arang kayu terhadap berat kering total semai Anthocephalus cadamba
Sumber keragaman Db JK KT F hitung F Tabel P <
Value
Kompos 3 6.46828958 2.15609653 2.48 2.83274714 0.0747
Arang 3 4.83790625 1.61263542 1.85 2.83274714 0.1526
Kompos x Arang 9 19.56401458 1.30426764 1.52 2.11779688 0.1554
Galat 41 86.724 0.87009639
16