• Tidak ada hasil yang ditemukan

:Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Tailing PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor dengan Penambahan Top soil dan Kompos

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan ":Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Tailing PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor dengan Penambahan Top soil dan Kompos"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

UNIT BISNIS PONGKOR DENGAN PENAMBAHAN

TOP SOIL DAN KOMPOS

HAFIZAH BR TARIGAN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Tailing PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor dengan Penambahan

Top soil dan Kompos Dibimbing oleh Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. dan Dr.Ir. Yadi Setiadi, M. Sc.

Tailing merupakan salah satu limbah utama yang dihasilkan pada kegiatan

pertambangan emas. Tailing memiliki beberapa karakter diantaranya, kandungan

bahan organik dan aktivitas mikroorganime yang rendah, rendahnya kandungan

hara esensial dan KTK (kapasitas tukar kation) rendah. Karakteristik tersebut

menimbulkan kendala dalam kegiatan revegetasi, sehingga perlu dilakukan

perbaikan lahan sebelum dilakukan kegiatan revegetasi, salah satunya dengan cara

penambahan tanah pucuk (top soil), dan kompos. Top soil dan kompos

merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman dimana

keduanya mampu memperbaiki kondisi lahan yang marginal serta sebagai sumber

hara dan mikroba untuk kesuburan lahan.

Selain perbaikan lahan, perlu dilakukan juga pemilihan jenis pohon yang

tepat. Jenis pioner mempunyai kemampuan adaptabilitas yang baik, cepat tumbuh,

teknik silvikulturnya diketahui, tersedia bahan tanamannya, bersimbiosis dengan

mikroba dan bersifat katalitik. Salah satu jenis yang potensial adalah jabon

(Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.).

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa respon pertumbuhan semai jabon

pada media Tailing dengan penambahan top soil dan kompos mampu

meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter, dan biomassa akar. Hasil yang

paling baik yaitu penggunaan kompos dengan dosis 20 gram yang dapat

dikombinasikan dengan top soil 250 gram.

(3)

HAFIZAH BR TARIGAN. E44070037. Growth of Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) on PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor’s Tailing with Top Soil and Compost Addition. Supervised by Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. and Dr.Ir. Yadi Setiadi, M. Sc.

Gold tailing has some characteristics such as low of organic material and

microorganism activity, deficient in nutrition and low of CEC (cation exchange

capacity). This constraint to revegetation, therefor soil amandment needed before

revegetation program. Top soil and compost addition, which can improve soil

condition and nutrition, also as microbe source.

It is necessary to select tree species for revegetation post mining activity.

Pioneer species that chosen have to well adaptive, fast growing, known

silviculture techniques, available in plant resource, microbial symbiosis and

catalytic. One of the potential species is jabon (Anthocephalus cadamba Roxb.

Miq.).

The result of this research is growth respon of jabon on tailing with top

soil and compost addition can improve growth of tall, stem diameter and root

biomass. The best dose combination are 20 grams compost combine with 250

grams top soil.

(4)

TOP SOIL DAN KOMPOS.

HAFIZAH BR TARIGAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Tailing PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor dengan Penambahan Top soil dan Kompos” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan pembimbing dan belum

pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebut dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2011

Hafizah Br Tarigan

(6)

cadamba Roxb. Miq.) pada Media Tailing PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor dengan Penambahan Top soil dan Kompos

Nama Mahasiswa : Hafizah Br Tarigan Nomor Induk Mahasiswa : E44070037

Departemen : Silvikultur

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Basuki Wasis, MS Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc NIP. 19651002 199103 1 003 NIP. 19551205 198003 1 004

Mengetahui :

Plh. Ketua Departemen Silvikultur

Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, M.Sc NIP. 19660921 199003 2 001

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur tercurah bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

segala rahmat, hidayah dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Dalam skripsi ini penulis membahas hasil penelitian tentang

“Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Tailing PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor dengan Penambahan Top soildan Kompos”

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluarga, Ayah, Ibu, kakak dan adik-adik tercinta yang selalu mendo’akan, memberi dukungan dan semangat yang tiada henti.

2. Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. dan Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc selaku dosen

pembimbing telah memberikan bimbingan, arahan dan ilmu kepada penulis

3. Arif Setiawan, S. Hut yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada

penulis.

4. PT. Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor yang telah banyak

membantu dan memfasilitasi dalam pengambilan bahan penelitian.

5. Staf dan pegawai laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan, PPSHB

IPB atas fasilitas, bantuan dan arahan hingga terselesaikannya penelitan ini.

6. Teman-teman mahasiswa Silvikultur 44 dan semua pihak yang telah

memberikan bantuan dalam proses penelitian.

7. Keluarga besar Laboratorium Pengaruh Hutan yang telah memberikan fasilitas

dalam proses penelitian ini.

8. Beasiswa BUMN ( PT Angkasa Pura (PERSERO)) yang memberikan bantuan

sehingga penulis lebih focus menyelesaikan pendidikan di IPB.

Terimakasih atas bantuannya kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

Bogor, September 2011

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Berastepu Kabupaten Karo, Sumatera Utara pada

tanggal 3 Desember 1988, sebagai anak ketiga dari enam bersaudara dari

pasangan Betti Tarigan dan Martalena Br Karo.

Penulis memulai pendidikan dasar di SD Negeri 2 Munte tamat pada tahun

2001, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Munte dan tamat pada

tahun 2004, selanjutnya meneruskan pendidikan di SMA Negeri 1 Kabanjahe dan

berhasil tamat pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima di departemen Silvikultur Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi

Mahasiswa IPB (USMI). Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi

kemahasiswaan, yaitu Himpunan Profesi Tree Grower Comunity (TGC) sebagai

Bendahara Divisi Informasi dan Komunikasi (2008-2009). Semasa perkuliahan

penulis juga dipercaya untuk menjadi asistem praktikum pengaruh hutan semester

ganjil tahun ajaran 2010-2011.

Kegiatan praktek yang telah dilakukan oleh penulis dibidang kehutanan

yaitu Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Kamojang dan Sancang

pada tahun 2009, kemudian Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) pada tahun 2010 di

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi, Cianjur, Bandung dan

Taman Nasional Gunung Gede Pangarango (TNGGP). Pada tahun 2011, penulis

melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di PT. INCO Tbk. Sorowako, Sulawesi

Selatan.

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kehutanan, penulis

melakukan penelitian yang berjudul “Respon Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Tailing PT ANTAM Pongkor

(9)

DAFTAR ISI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1. Deskripsi Jabon………. 3

3.3. Pelaksanaan Penelitian ... 6

3.4. Pengamatan dan Pengambilan Data………..……… 7

3.5. Analisis Data... 8

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 10

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Denah Percobaan ……….. 8

Tabel 2. Komposisi perlakuan ……… 9

Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm) ………... 10

Tabel 4. Rata-rata pertumbuhan diameter (mm) ………. 11

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan top soil…….. 12 Gambar 2. Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan kompos…… 13 Gambar 3. Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan top soil dan

kompos………. 13 Gambar 4. Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan top soil…. 14 Gambar 5. Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan kompos…. 15 Gambar 6. Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan top soil

dan kompos……… 15 Gambar 7. Respon biomassa akar terhadap penambahan top soil…………... 16 Gambar 8. Respon biomassa terhadap penambahan kompos………. 17 Gambar 9. Respon biomassa akar terhadap penambahan top soil dan

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor merupakan

perusahaan yang bergerak di bidang penambangan emas, dimana metode

penambangannya adalah deep mining. Dari hasil pengolahan emas dihasilkan

limbah berupa Tailing. Tailing merupakan salah satu limbah utama yang di

hasilkan pada kegiatan pertambangan emas.

Tailing memiliki beberapa karakter diantaranya, kandungan bahan organik

dan aktivitas mikroorganime yang rendah, rendahnya kandungan hara esensial dan

KTK (kapasitas tukar kation). Kendala utama dalam melakukan revegetasi pada

lahan pasca penambangan adalah kondisi lahan yang tidak mendukung (marginal)

bagi pertumbuhan tanaman. Untuk mengatasi kendala tersebut, maka dilakukan

perbaikan lahan pada Tailing yaitu dengan penambahan tanah pucuk (top soil) dan

kompos. Top soil dan kompos memiliki fungsi untuk meningkatkan kandungan

bahan organik, meningkatkan KTK, menambah unsur hara serta meningkatkan

aktivitas mikroorganisme yang berguna. Kebutuhan top soil dan kompos dalam

revegetasi tailing belum diketahui jumlah dan komposisinya, sehingga perlu

dilakukan penelitian tentang penambahan dosis top soil dan kompos yang efektif

digunakan. Selain itu dalam revegetasi perlu dilakukan pemilihan jenis tanaman

yang dapat bertahan hidup pada Tailing. Salah satu jenis yang dipilih adalah jabon

yang merupakan jenis pionir cepat tumbuh (fast growing species).

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang respon

pertumbuhan semai jabon ( A. cadamba Roxb. Miq.) terhadap media Tailing

yang ditambah dengan top soil dan kompos.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui respon jabon terhadap penambahan top soil

2. Mengetahui respon jabon terhadap penambahan kompos

(14)

1.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi sejauh mana dosis

kompos (pupuk organik) dan top soil terhadap respon pertumbuhan semai Jabon

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Jabon

Dalam sistem klasifikasi tumbuhan, tanaman jabon termasuk ke dalam

kingdom plantae, sub kingdom Tracheobionta, Divisi Magnoliophyta, Kelas

Magnoliopsida, Ordo Rubiales, Famili Rubiaceae, Genus Anthocephalus, Spesies

Anthocephalus cadamba Roxb. Miq. (Heyne 1987). Dalam hal tempat tumbuh,

jabon memiliki toleransi yang sangat luas, yaitu pada ketinggian dengan kisaran

0-1.000 m dpl, tetapi ketinggian optimal yang menunjang produktivitasnya adalah

kurang dari 500 m dpl.

Jabon memiliki potensi untuk dijadikan sebagai tanaman revegetasi lahan

pasca tambang. Jabon secara alami dapat menginvasi lahan-lahan bekas tambang

seperti di areal PT Newmont Minahasa Raya, PT Berau Coal, PT Adaro Indonesia

dan PT KPC. Usaha penanaman di lahan bekas tambang telah diuji oleh PT KPC

dan PT Newmont Nusa Tenggara (Mansur, 2010).

2.2. Unsur Hara Tanaman

Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan relatif lebih banyak

oleh tanaman. Sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang relatif

sedikit. Unsur hara makro adalah C, H,O N, P, K, Ca, Mg, dan Fe, sedangkan

unsur hara tersebut merupakan bagian-bagian dari sebuah molekul pada beberapa

unsur penting dan c) kekurangan unsur hara tersebut tidak dapat digantikan oleh

unsur lain.

Menurut Brady (1974) dalam Mulyana (2000), bahwa peranan bahan

(16)

granulasi, memantapkan agregat, memperbaiki struktur tanah, mengurangi

pemadatan, memperbaiki aerasi, meningkatkan kemampuan menahan air, dan

meningkatkan infiltrasi. Pengaruh terhadap sifat kimia tanah adalah sumber unsur

hara, mengikat unsur hara mikro dan kation-kation logam serta meningkatkan

kapasitas tukar kation (KTK). Pengaruh terhadap sifat biologi adalah sebagai

sumber energi bagi aktivitas mikro-organisme dalam tanah.

2.3. Tailing

Tailing adalah bahan padat berbutir halus sisa dari hasil pengolahan

ekstraksi bahan galian yang tidak mengandung mineral bernilai ekonomis

(Permenhut No. P. 04/ Menhut-II/ 2011 tentang pedoman reklamasi hutan).

Berdasarkan hasil analisis, kharakteristik Tailing di Antam Pongkor

memiliki KTK yang rendah (8,9), bahan organik yang rendah (0,32%), dan

mengandung Fe yang tinggi (1.535,4 ppm). Sifat fisik Tailing yang merupakan

masalah bagi pertumbuhan tanaman adalah tekstur, agregasi dan struktur, densitas

dan infiltrasi, kompaksi, daya pegang dan stabilitasnya (Fauziah, 2009).

KTK yang rendah menyebabkan tidak efisiennya pemberian pupuk kimia

dimana pupuk akan mudah tercuci. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan

pemberian kompos dan humic acid. Bahan organik yang rendah dapat

menyebabkan menurunnya kestabilan lahan, unsur hara, KTK, daya ikat air, dan

juga populasi mikroba potensial. Untuk meningkatkan kandungan bahan organik

dapat dilakukan pemberian kompos (Setiadi, 2009).

Menurut USDA ukuran partikel Tailing relatif kecil dan seragam berupa

pasir halus berukuran 0,25-0,10 mm. selain itu, sifat kimia Tailing seperti status

hara yang rendah, kandungan logam berat seperti Cd, Hg, Pb, As yang dapat

menyebabkan kerusakan pada lingkungan (Williamson, 1982).

Berdasarkan hasil penelitian Setyaningsih (2007), pada media Tailing

pongkor, adanya penambahan bio-organik mampu meningkatkan KTK sebesar

600% dan unsur hara seperti C-organik dan N-total masing-masing sebesar 400%

(17)

2.4. Kompos

Kompos merupakan pupuk organik yang diperoleh dari proses

biodegradasi dari bahan organik, seperti daun tanaman, jerami alang-alang,

rerumputan, dedak padi, batang jagung, serta kotoran hewan. Bila bahan organik

tersebut sudah hancur dan lapuk di sebut dengan pupuk organik. Jenis-jenis

bahan ini menjadi lapuk dan busuk bila berada dalam keadaan basah dan

lembab, seperti halnya daun-daun menjadi lapuk bila jatuh ke tanah dan berubah

menjadi bagian tanah (Murbandono 1988).

Kegunaan Kompos dapat memperbaiki struktur tanah dengan

meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan

kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba

tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan

kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara

dari tanah dan menghadapi serangan penyakit.

2.5. Hasil-hasil Penelitian 2.5.1. Kompos dan Tailing

Dari hasil analisis, pemberian pupuk kompos tidak berpengaruh langsung

terhadap pertumbuhan semai Jabon, baik tinggi ataupun diameter, tetapi

pengaruhnya adalah pada perbaikan sifat Tailing (Noviani 2010).

2.5.2. Top soil dan Tailing

Dari hasil analisis, pengaruh kombinasi Tailing dan top soil terhadap

pertumbuhan tinggi lamtoro (Leucaena glauca Benth.) dan saga (Adenanthera microsperma T. & B.) di rumah kaca, diketahui bahwa penambahan top soil tidak

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dibandingkan dengan Tailing

tanpa penambahan top soil (Sembiring 2007).

2.5.3. Jabon dan Tailing

Semai Jabon dapat tumbuh pada media Tailing dengan tingkat

pertumbuhan yang berbeda-beda. Pemberian pupuk NPK dan kompos dapat

mempengaruhi pertumbuhan semai Jabon, baik tinggi maupun diameter pada

(18)

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan pada bulan Januari sampai

dengan April 2011, bertempat di rumah kaca Laboratorium Silvikultur,

Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB.

3.2. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, cangkul,

polybag (20 cm x 20 cm), penyiram embrat (kapasitas 4 liter), sprayer, mistar,

kaliper digital, kamera digital GE C 1033, alat tulis, dan tally sheet.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semai jabon berumur ±

1 bulan (tinggi ± 5 cm), pestisida (Matador), top soil (Kampus IPB Darmaga),

kompos, NPK (15:15:15), dan Tailing dari PT Antam Unit Bisnis Pongkor .

3.3 Pelaksanaan Penelitian 3.3.1 Penyiapan semai

Semai yang digunakan adalah semai Jabon yang berumur ± 1 bulan.

Kriteria semai yang dipilih yaitu semai yang sehat, lurus, dan bebas hama

penyakit.

3.3.2 Penyiapan media

Media yang digunakan adalah campuran antara top soil, kompos dan

Tailing yang komposisinya sesuai dengan perlakuan yang diujicobakan. Media

dibuat dengan cara mengaduk-aduk Tailing dan top soil hingga merata, kemudian

ditambahkan kompos kedalam campuran tersebut dan diaduk kembali. Media

ditempatkan dalam polybag ukuran 20 cm x 20 cm dan dilakukan pemupukan

dasar dengan menggunakan NPK 20 ml tiap polybag (Dosis 5 gram dilarutkan

(19)

3.3.3 Pemindahan semai

Semai Jabon di pindahkan dengan bola akarnya (root ball) ke media yang

telah dipersiapkan. Pemindahan bibit dilakukan pada saat sore hari. Setelah

dipindahkan bibit disiram dengan air.

3.3.4 Pemeliharaan

Seluruh semai Jabon diatur dan ditempatkan di dalam rumah kaca sesuai

dengan tabel 1 selama 3 bulan. Agar media tetap lembab penyiraman semai Jabon

dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari dengan menggunakan alat

penyiram embrat (kapasitas 4 liter). Selain itu juga dilakukan penyemprotan

pestisida Matador (dosis 0,5 ml dalam 1 liter air) sebagai pengendalian apabila

terserang hama.

3.4 Pengamatan dan Pengambilan Data

Parameter yang diukur adalah tinggi semai (cm) dan diameter (mm) semai

serta biomassa akar (gram).

3.4.1 Tinggi semai

Pengukuran tinggi semai Jabon dilakukan setelah penyapihan, selanjutnya

dilakukan tiap dua minggu selama 3 bulan. Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan mistar, mulai dari pangkal batang yang sudah ditandai sebelumnya

(± 1 cm diatas media) hingga titik tumbuh pucuk apikal.

3.4.2 Diameter semai

Pengukuran diameter semai dilakukan dengan menggunakan kaliper,

diukur pada pangkal batang yang telah ditandai sama seperti pada pengukuran

tinggi. Pengukuran diameter semai dilakukan setelah penyapihan, selanjutnya tiap

dua minggu selama 3 bulan.

3.4.3 Biomassa akar

Setelah semai berumur 3 bulan dilakukan pemanenan akar. Akar

kemudian dioven dengan suhu 80 oC. Akar yang telah kering ditimbang beratnya

dengan menggunakan timbangan. Pengeringan dihentikan saat berat kering akar

(20)

Dalam penelitian ini analisis data menggunakan analisis deskriptif, untuk

tabulasi data menggunakan software microsoft excel. Dari data yang diperoleh

akan diuraikan pengaruh perlakuan pada masing-masing parameter.

Adapun layout penempatan semai Jabon dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel1 Denah Percobaan

Kombinasi perlakuan yang diujicobakan adalah :

Faktor P : pupuk kompos

(21)

Adapun komposisi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Komposisi perlakuan

PERLAKUAN TOP SOIL (Gram)

KOMPOS Ulangan 0 250 500 750 1000

T0 T1 T2 T3 T4

0 Gram P0

1 T0P0 1 T1P0 1 T2P0 1 T3P0 1 T4P0 1 2 T0P0 2 T1P0 2 T2P0 2 T3P0 2 T4P0 2 3 T0P0 3 T1P0 3 T2P0 3 T3P0 3 T4P0 3

20 Gram P1

1 T0P1 1 T1P1 1 T2P1 1 T3P1 1 T4P1 1 2 T0P1 2 T1P1 2 T2P1 2 T3P1 2 T4P1 2 3 T0P1 3 T1P1 3 T2P1 3 T3P1 3 T4P1 3

40 Gram P2

1 T0P2 1 T1P2 1 T2P2 1 T3P2 1 T4P2 1 2 T0P2 2 T1P2 2 T2P2 2 T3P2 2 T4P2 2 3 T0P2 3 T1P2 3 T2P2 3 T3P2 3 T4P2 3

60 Gram P3

(22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain pertumbuhan

tinggi, pertumbuhan diameter dan biomassa semai jabon pada media Tailing

dengan pemberian kompos dan top soil. Pengaruh pemberian kompos dan top soil

terhadap paremeter yang diamati dapat diketahui dengan melakukan analisis

rata-rata data, yang disajikan pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5.

4.1.1. Pertumbuhan tinggi

Hasil pengamatan terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi semai jabon

dengan penambahan top soil dan kompos dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)

Perlakuan Top soil

Kompos 0 g 250 g 500 g 750 g 1.000 g

T0 T1 T2 T3 T4

0 g P0 5,6 6,7 4,2 4,5 4,1 20 g P1 7,2 4,4 11,5 11,5 8,5 40 g P2 6,1 7,5 4,5 5,4 8,3 60 g P3 8,6 7,4 7,2 7,4 11,0

Hasil analisis rata-rata data pertumbuhan tinggi semai jabon terhadap

pemberian dosis kompos 0 gram menunjukkan pengaruh pertumbuhan tinggi

sebesar 6,7 cm pada dosis top soil 250 gram. Pemberian dosis kompos 20 gram

menujukkan pengaruh pertumbuhan tinggi sebesar 11,5 cm pada dosis top soil

500 gram dan 750 gram. Pemberian dosis kompos 40 gram menunjukkan

pengaruh pertumbuhan tinggi sebesar 8,3 cm pada dosis top soil 1.000 gram.

Sedangkan pemberian dosis kompos 60 gram memberikan pengaruh pertumbuhan

(23)

4.1.2. Pertumbuhan diameter

Hasil pengamatan terhadap rata-rata pertumbuhan diameter semai jabon

dengan penambahan top soil dan kompos dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Rata-rata pertumbuhan diameter (mm)

Perlakuan Top soil

Hasil analisis rata-rata data pertumbuhan diameter semai jabon terhadap

pemberian dosis kompos 0 gram menunjukkan pengaruh pertumbuhan diameter

sebesar 3,90 mm pada dosis top soil 0 gram. Pemberian dosis kompos 20 gram

menujukkan pengaruh pertumbuhan diameter sebesar 4,39 mm pada dosis top soil

1.000 gram. Pemberian dosis kompos 40 gram menunjukkan pengaruh

pertumbuhan diameter sebesar 3,68 mm pada dosis top soil 250 gram. Sedangkan

pemberian dosis kompos 60 gram memberikan pengaruh pertumbuhan diameter

sebesar 4,08 mm pada top soil 0 gram.

4.1.3. Biomassa akar

Hasil pengamatan terhadap rata-rata biomassa akar semai jabon dengan

penambahan top soil dan kompos dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Rata-rata pertumbuhan Biomassa (gram)

(24)

dosis kompos 0 gram menunjukkan pengaruh biomassa akar sebesar 1,43 gram

pada dosis top soil 750 gram. Pemberian dosis kompos 20 gram menujukkan

pengaruh biomassa akar sebesar 3,05 gram pada dosis top soil 250 gram.

Pemberian dosis kompos 40 gram menunjukkan pengaruh biomassa akar sebesar

1,77 gram pada dosis top soil 1.000 gram. Sedangkan pemberian dosis kompos 60

gram memberikan pengaruh biomassa akar sebesar 2,09 gram pada top soil 250

gram.

4.1. Pembahasan

Dalam penelitian ini parameter yang diamati yaitu pertumbuhan tinggi,

diameter dan biomasssa akar. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh

top soil terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan top soil

Pada Gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata tinggi

semai jabon menujukkan bahwa kecenderungan yang menurun dengan

peningkatan dosis top soil. Penurunan pertumbuhan ini terjadi disaat penambahan

top soil lebih dari 250 gram. Penurunan ini kemungkinan terjadi karena

penambahan top soil sudah optimum pada dosis 250 gram, sehingga penambahan

top soil tidak memberikan peningkatan pertumbuhan tinggi bagi semai jabon.

Untuk pengaruh pemberian kompos terhadap pertumbuhan tinggi semai

jabon dapat dilihat pada Gambar 2.

(25)

Gambar 2 Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan kompos

Pada Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata tinggi

semai jabon menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. peningkatan

dosis kompos diikuti dengan peningkatan pertumbuhan tinggi semai jabon.

Untuk pengaruh kombinasi antara top soil dan kompos terhadap

pertumbuhan tinggi semai jabon dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan top soil dan kompos.

Pada Gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa pengaruh kombinasi antara top

soil dan kompos terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon memiliki

kecenderungan semakin meningkat sejalan dengan semakin besarnya dosis

kombinasi top soil dan kompos diberikan. Namun kombinasi yang paling baik

jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya kombinasi top soil 500 gram dan

kompos 20 gram dan kombinasi top soil 750 gram dan kompos 20 gram.

5.6

(26)

pemberian top soil, kompos dan atau kombinasi top soil dan kompos dapat dilihat

bahwa data pertumbuhan tinggi semai jabon cukup berfluktuatif, hal ini

kemungkinan disebabkan oleh pengaruh dari factor-faktor lain baik eksternal

maupun internal. Faktor eksternal meliputi air dan mineral, cahaya, jarak antar

polybag, volume penyiraman tidak sama dan serangan hama pada semai jabon.

Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi adalah kulitas genetik tanaman

yang berbeda-beda.

Pengaruh pertumbuhan diameter semai jabon terhadap penambahan top

soil dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan top soil

Dari gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata diameter

semai jabon menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun. Peningkatan

dosis top soil diikuti dengan penurunan pertumbuhan diameter semai jabon. Hal

ini kemungkinan terjadi karena respon pemberian top soil tidak terlihat karena

ukuran polybag yang terlalu kecil dan waktu pengamatan yang kurang lama.

Pengaruh pertumbuhan diameter terhadap penambahan kompos dapat

(27)

Gambar 5 Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan kompos.

Pada Gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata diameter

semai jabon menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun sama halnya

pada perlakuan top soil. Penurunan pertumbuhan ini terjadi disaat penambahan

kompos lebih dari 20 gram. Penurunan ini kemungkinan terjadi karena

penambahan kompos sudah optimum pada dosis 20 gram.

Pengaruh pertumbuhan diameter terhadap penambahan kombinasi antara

top soil dan kompos dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan kombinasi antara

top soil dan kompos.

Dari Gambar 6 diatas pertumbuhan diameter terhadap penambahan

kombinasi antara top soil dan kompos menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter

3.90 4.18

(28)

meningkatkan pertumbuhan diameter semai jabon. Pada saat dosis kompos

ditingkatkan menjadi 40 gram, pertumbuhan diameter relatif tidak meningkat

dengan peningkatan dosis top soil. Pada dosis 60 gram kompos, pertumbuhan

diameter semakin menurun dengan peningkatan dosis top soil. Hal ini

kemungkinan karena dosis kompos 20 gram sudah optimum bagi pertumbuhan

diameter.

Pada dosis top soil 250 gram, penambahan dosis kompos mampu

meningkatkan pertumbuhan diameter. Begitu pula pada top soil 500 gram dan 750

gram, penambahan dosis kompos mampu meningkatkan pertumbuhan diameter.

Namun pada dosis top soil 1.000 gram, pertumbuhan diameter menurun dengan

penambahan dosis kompos diatas 20 gram. Hal ini kemungkinan dosis optimum

top soil dan kompos adalah 1.000 gram dan 20 gram.

Peertumbuhan diameter ini berfluktuatif kemungkinan terjadi karena

adanya pencucian pada saat dilakukan penyiraman semai jabon, ukuran polybag

yang terlalu kecil, pengaturan peletakan posisi polybag pada saat penelitian

berlangsung dan waktu pengamatan terlalu singkat. Pemberian jarak antar

polyabag yang sesuai dapat memberi ruang tumbuh yang lebih besar dan

pengambilan cahaya matahari dapat berlangsung secara optimal sehingga

pertambahan diameter dapat terjadi maksimal (Hildalita 2009).

Pengaruh biomassa akar semai jabon terhadap pemberian top soil pada

Gambar 7.

Gambar 7 Respon biomassa akar terhadap penambahan top soil.

(29)

Pada gambar 7 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biomassa akar semai

jabon menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Peningkatan dosis

top soil diikuti dengan peningkatan pertumbuhan biomassa akar semai jabon.

Berdasarkan analisis rata-rata biomassa akar semai jabon yang paling baik yaitu

dengan dosis top soil 750 gram jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Pengaruh biomassa akar terhadap penambahan kompos dapat dilihat pada

Gambar 8.

Gambar 8 Respon biomassa akar terhadap penambahan kompos.

Pada Gambar 8 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biomassa akar semai

jabon menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Peningkatan dosis

kompos diikuti dengan peningkatan biomassa akar semai jabon. Berdasarkan

analisis rata-rata biomassa akar semai jabon yang paling baik yaitu dengan dosis

kompos 20 gram jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Pengaruh biomassa akar terhadap penambahan kombinasi antara top soil

dan kompos dapat dilihat pada Gambar 9.

(30)

dan kompos.

Dari Gambar 9 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biomassa akar semai

jabon berfluktuatif dengan kecenderungan semakin menurun kecuali kombinasi

berbagai dosis top soil dengan kompos 40 gram. Kecenderungan penurunan ini

mungkin karena peningkatan dosis kombinasi top soil dan kompos tidak mampu

meningkatkan perkembangan akar, seperti pada penambahan top soil atau kompos

saja. Salah satu penyebabnya adalah ukuran polybag yang kurang besar sehingga

akar tidak mampu untuk berkembang dengan baik.

Pertumbuhan tanaman adalah proses terjadinya peningkatan jumlah dan

ukuran daun dan batang. Pertumbuhan tanaman tidak hanya terjadi pada bagian

atas (tajuk) tanaman,tetapi juga terjadi pada bagian bawah (akar) tanaman. Akar

menentukan kemampuan tanaman untuk menyerap nutrisi dan air,

pertumbuhannya ditentukan oleh area daun yang aktif melakukan fotosintesis

karena akar bergantung pada penangkapan energy oleh daun. Pada saat suplai

energi terbatas, maka energi yang ada digunakan oleh jaringan tanaman yang

paling dekat dengan lokasi fotosintesis. Oleh karena itu akar menerima energi

hanya pada saat ada kelebihan energi yang diproduksi melalui fotosintesis yang

tidak digunakan untuk pertumbuhan tajuk tanaman (Dewi 2007).

Dalam penelitian ini respon pertumbuhan semai jabon berfluktuatif yang

kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain cahaya yang tidak

3.05

(31)

merata, jarak antar polybag yang tidak sama, adanya serangan nematoda pada

akar, pencampuran media yang tidak merata, volume air yang berbeda pada

penyiraman, serta kualitas genetik semai yang berbeda.

Cahaya yang tidak merata dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman

tidak sama dimana cahaya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi

tanaman.

Pemberian jarak antar polybag yang sesuai dapat memberi ruang tumbuh

yang lebih besar dan pengambilan cahaya matahari dapat berlangsung secara

optimal sehingga pertambahan diameter dapat terjadi maksimal (Hildalita 2009).

Semai jabon mengalami kerusakan karena terserang oleh nematoda, tanda

dari serangan ini adalah terbentuknya gall atau pembengakakan akar. Hal ini

dapat mengurangi fungsi akar dalam menyerap air dan unsur hara. Tubuh

nematoda + 75% mengandung air dan nematoda akan kehilangan air apabila

berada di dalam keadaan yang kering (kurang air), tetapi pada tanah yang

mempunyai kelembaban yang cukup dalam jangka waktu yang relatif lama

nematoda dapat menyesuaikan diri dan tetap dapat hidup (Dropkin 1989).

Dampak serangan dari nematoda terhadap performa tanaman semai jabon

baik dalam tinggi, diameter dan biomassa akar dengan berbagai perlakuan kompos

dan top soil mengakibatkan respon yang berfluktuatif. Dengan adanya serangan

nematoda pada akar, mengakibatkan akar tidak dapat berfungsi maksimal dalam

menyerap hara, sehingga pertumbuhan tanaman tidak meningkat dengan

peningkatan dosis kompos dan top soil yang diberikan.

Pencampuran media yang tidak merata, juga mempengaruhi pertumbuhan

semai jabon yang berfluktuatif. Dimana campuran yang tidak merata yang

kemungkinan menyebabkan top soil tidak berfungsi secara optimal dalam

memperbaiki karaktersitik Tailing.

Volume air yang tidak sama pada saat penyiraman kemungkinan

menyebabkan terjadinya pencucian pada saat volume air terlalu banyak, dan pada

saat volume air terlalu sedikit maka semai jabon akan kekurangan air sehingga

(32)

semai jabon, semai yang memilki kualitas genetik yang baik akan memiliki respon

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Semai jabon dapat tumbuh pada media Tailing dengan tingkat pertumbuhan

yang berbeda-beda.

2. Pemberian top soil dan kompos dapat mempengaruhi pertumbuhan semai

jabon, baik tinggi, diameter dan biomassa akar pada Tailing.

3. Berdasarkan penelitian ini hasil yang paling baik yaitu penggunaan kompos

dosis 20 gram yang dapat dikombinasikan dengan top soil 250 gram.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan pengukuran volume penyiraman setiap polybag pada semai

jabon

2. Perlu dilakukannya pencampuran media dengan baik sebelum dilakukan

penanaman

3. Perlu dilakukan pengaturan jarak antar polybag yang seragam

4. Perlu dilakukan pemilihan lokasi rumah kaca yang baik dari segi cahaya,

(34)

Dewi IR. 2007. Rhizobacteria Pendukung Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian Jatinangor : Universitas Padjadjaran. Hlm 3.

Epstein E. 1972. Nutrition of Plant Principles and Perspection. Willey International Edition. New York.

Fauziah A B. 2009. Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif untuk Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi Semai. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Hakim N. Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SG, Diha MA, Hong GB, Baliley HH. 1986. Diktat Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung. Universitas Lampung.

Handayani M. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos terhadap Pertumbuhan Bibit Salam (Eugenia polyantha. Wight). [skripsi]. Departemen Silvikultur. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.

Hildalita. 2009. Penggunaan Sludge Pabrik Kopi dalam Produksi Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq). [Skripsi]. Departemen Silvikultur. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Mansur I. 2010. Teknik Silvikultur untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Bogor : SEAMEO BIOTROP.

Mansur I, Tuheteru FD. 2010. Kayu Jabon. Jakarta: Penebar Swadaya.

Mulyana D. 2000. Pengaruh pemberian pupuk NPK dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan pohon Damar (Agathis loranthifolia) di tanah hutan Cikabayan. [Skripsi] Fakultas Kehutanan. Bogor: IPB.

Murbandono LHS. 1988. Membuat Kompos. Ed Rev. Jakarta : Penebar Swadaya.

Noviani D. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK dan Kompos terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq) Pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing). [Skripsi]. Departemen Silvikultur. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

(35)

Sembiring S. 2007. Pengaruh Media Tailing terhadap Pertumbuhan Lamtoro

(Leucaena glauca Benth) dan Saga (Adenanthera microsperma T. & B.). Info Hutan. Vol IV No.5 : 419-521.

Setiadi Y, 2009. Reclamation & Forest Land Rehabilitation After Mining and Oil/Gas Operation. Green Earth Trainer. Bogor.

Setyaningsih L. 2007. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Kompos Aktif untuk Meningkatkan Pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach LINN) pada Media Tailing Emas Pongkor. [tesis] Program Pasca Sarjana Insitut Pertanian Bogor.

(36)
(37)

Lampiran 1. Rekapitulasi data pertumbuhan tinggi semai jabon

Tinggi (cm)

Perlakuan Top soil (Gram)

Kompos Ulangan 0 250 500 750 1000 T0 T1 T2 T3 T4

0 Gram P0

1 4.5 5.8 4.5 5.4 2.7 2 6.3 5.1 4.7 4.6 4.0 3 5.9 9.3 3.5 3.5 5.5 Rata-rata 5.6 6.7 4.2 4.5 4.1

20 Gram P1

1 7.6 5.0 14.4 10.8 9.5 2 7.4 3.7 10.2 14.8 11.0 3 6.5 4.4 9.8 8.9 5.1 Rata-rata 7.2 4.4 11.5 11.5 8.5

40 Gram P2

1 4.3 5.6 5.0 7.0 5.7 2 5.3 8.0 4.5 6.1 6.0 3 8.8 9.0 4.0 3.1 13.2 Rata-rata 6.1 7.5 4.5 5.4 8.3

60 Gram P3

(38)

Lampiran 2. Rekapitulasi data pertumbuhan diameter semai jabon

Diameter (mm)

Perlakuan Top soil (Gram)

Kompos Ulangan 0 250 500 750 1000 T0 T1 T2 T3 T4

0 Gram P0

1 4.00 2.78 3.01 3.18 2.29 2 3.38 2.79 3.71 2.36 2.51 3 4.33 2.55 3.25 2.96 2.58 Rata-rata 3.90 2.71 3.32 2.83 2.46

20 Gram P1

1 4.77 3.71 2.87 3.64 4.62 2 3.72 2.39 2.21 3.04 5.99 3 4.06 2.98 3.29 2.41 2.56 Rata-rata 4.18 3.03 2.79 3.03 4.39

40 Gram P2

1 1.48 3.75 3.21 3.51 3.07 2 1.97 3.27 3.52 2.23 4.04 3 2.69 4.02 2.62 3.55 3.77 Rata-rata 2.05 3.68 3.12 3.10 3.63

60 Gram P3

(39)

Lampiran 3. Rekapitulasi data biomassa akar semai jabon

Biomassa akar (gram)

Perlakuan Top soil (Gram)

Kompos Ulangan 0 250 500 750 1000 T0 T1 T2 T3 T4

0 Gram P0

1 1.23 0.94 1.58 1.75 1.39 2 1.47 1.70 1.17 0.94 1.97 3 0.50 0.82 1.13 1.59 0.89 Rata-rata 1.07 1.15 1.29 1.43 1.42

20 Gram P1

1 1.54 2.54 2.52 1.86 1.77 2 1.01 2.40 0.84 1.83 1.35 3 1.74 4.21 2.13 1.34 1.05 Rata-rata 1.43 3.05 1.83 1.68 1.39

40 Gram P2

1 0.27 1.14 1.07 0.98 1.21 2 1.24 1.01 1.40 1.29 2.71 3 2.21 1.38 0.54 1.88 1.39 Rata-rata 1.24 1.18 1.00 1.38 1.77

60 Gram P3

(40)

Lampiran 4. Dokumentasi penelitian

Keterangan : (a) Pencampuran media

(b) Media yang telah siap

(c) Penanaman dengan bola akar

(d) Pemeliharaaan semai jabon

(e) Pertumbuhan semai jabon dengan perlakuan kompos

(f) Pertumbuhan semai jabon dengan perlakuan top soil

(g) Gall karena serangan nematoda

Gambar

Tabel 1. Denah Percobaan ……………………………………………..
Gambar 1. Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan top soil…….. 12
Tabel 2 Komposisi perlakuan
Tabel 4 Rata-rata pertumbuhan diameter (mm)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini berjudul “Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No. 71 Tahun 2010) Pada Pemerintah Kota Pangkalpinang”, dengan menyadari segala

yang digunakan oleh seseorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Berdasarkan gambar di atas, maka dapat peneliti jelaskan

Dari hasil simulasi menggunakan Evolutionary Programming didapatkan hasil penempatan Node B HSDPA dengan nilai fitness sebesar 55329, ini berarti sistem dapat meng-cover 85.66%

Potensi diversifikasi produk rosela herbal sangat beragam, baik pada produk utama ( main-product ) yaitu kelopak buah (kalik) rosela maupun produk samping ( by-product

(4) Media pembelajaran ini lebih bermanfaat dalam memahami konsep fisika listrik dinamis, karena waktu yang diguna- kan dalam proses pem-belajaran lebih

Pada tindakan I siklus I yang telah dilaksanakan dengan menerapkan model CTL , dapat ditemukan hasil: dari 17 kegiatan guru dan siswa yang diamati cenderung

Dalam menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Pusat Rekayasa dan Modeling Otomotif di Kota Malang ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah ikut membantu atas

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis bahasa dan dialek yang digunakan di Kota Cirebon dan memvisualisasikannya dalam bentuk peta serta mengetahui faktor-faktor apa