UNIT BISNIS PONGKOR DENGAN PENAMBAHAN
TOP SOIL DAN KOMPOS
HAFIZAH BR TARIGAN
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Tailing PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor dengan Penambahan
Top soil dan Kompos Dibimbing oleh Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. dan Dr.Ir. Yadi Setiadi, M. Sc.
Tailing merupakan salah satu limbah utama yang dihasilkan pada kegiatan
pertambangan emas. Tailing memiliki beberapa karakter diantaranya, kandungan
bahan organik dan aktivitas mikroorganime yang rendah, rendahnya kandungan
hara esensial dan KTK (kapasitas tukar kation) rendah. Karakteristik tersebut
menimbulkan kendala dalam kegiatan revegetasi, sehingga perlu dilakukan
perbaikan lahan sebelum dilakukan kegiatan revegetasi, salah satunya dengan cara
penambahan tanah pucuk (top soil), dan kompos. Top soil dan kompos
merupakan media tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman dimana
keduanya mampu memperbaiki kondisi lahan yang marginal serta sebagai sumber
hara dan mikroba untuk kesuburan lahan.
Selain perbaikan lahan, perlu dilakukan juga pemilihan jenis pohon yang
tepat. Jenis pioner mempunyai kemampuan adaptabilitas yang baik, cepat tumbuh,
teknik silvikulturnya diketahui, tersedia bahan tanamannya, bersimbiosis dengan
mikroba dan bersifat katalitik. Salah satu jenis yang potensial adalah jabon
(Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.).
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa respon pertumbuhan semai jabon
pada media Tailing dengan penambahan top soil dan kompos mampu
meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter, dan biomassa akar. Hasil yang
paling baik yaitu penggunaan kompos dengan dosis 20 gram yang dapat
dikombinasikan dengan top soil 250 gram.
HAFIZAH BR TARIGAN. E44070037. Growth of Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) on PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor’s Tailing with Top Soil and Compost Addition. Supervised by Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. and Dr.Ir. Yadi Setiadi, M. Sc.
Gold tailing has some characteristics such as low of organic material and
microorganism activity, deficient in nutrition and low of CEC (cation exchange
capacity). This constraint to revegetation, therefor soil amandment needed before
revegetation program. Top soil and compost addition, which can improve soil
condition and nutrition, also as microbe source.
It is necessary to select tree species for revegetation post mining activity.
Pioneer species that chosen have to well adaptive, fast growing, known
silviculture techniques, available in plant resource, microbial symbiosis and
catalytic. One of the potential species is jabon (Anthocephalus cadamba Roxb.
Miq.).
The result of this research is growth respon of jabon on tailing with top
soil and compost addition can improve growth of tall, stem diameter and root
biomass. The best dose combination are 20 grams compost combine with 250
grams top soil.
TOP SOIL DAN KOMPOS.
HAFIZAH BR TARIGAN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Tailing PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor dengan Penambahan Top soil dan Kompos” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan pembimbing dan belum
pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebut dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2011
Hafizah Br Tarigan
cadamba Roxb. Miq.) pada Media Tailing PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor dengan Penambahan Top soil dan Kompos
Nama Mahasiswa : Hafizah Br Tarigan Nomor Induk Mahasiswa : E44070037
Departemen : Silvikultur
Menyetujui :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Basuki Wasis, MS Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc NIP. 19651002 199103 1 003 NIP. 19551205 198003 1 004
Mengetahui :
Plh. Ketua Departemen Silvikultur
Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, M.Sc NIP. 19660921 199003 2 001
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tercurah bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat, hidayah dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Dalam skripsi ini penulis membahas hasil penelitian tentang
“Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Tailing PT ANTAM Unit Bisnis Pongkor dengan Penambahan Top soildan Kompos”
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga, Ayah, Ibu, kakak dan adik-adik tercinta yang selalu mendo’akan, memberi dukungan dan semangat yang tiada henti.
2. Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. dan Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc selaku dosen
pembimbing telah memberikan bimbingan, arahan dan ilmu kepada penulis
3. Arif Setiawan, S. Hut yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis.
4. PT. Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor yang telah banyak
membantu dan memfasilitasi dalam pengambilan bahan penelitian.
5. Staf dan pegawai laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan, PPSHB
IPB atas fasilitas, bantuan dan arahan hingga terselesaikannya penelitan ini.
6. Teman-teman mahasiswa Silvikultur 44 dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam proses penelitian.
7. Keluarga besar Laboratorium Pengaruh Hutan yang telah memberikan fasilitas
dalam proses penelitian ini.
8. Beasiswa BUMN ( PT Angkasa Pura (PERSERO)) yang memberikan bantuan
sehingga penulis lebih focus menyelesaikan pendidikan di IPB.
Terimakasih atas bantuannya kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Bogor, September 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Berastepu Kabupaten Karo, Sumatera Utara pada
tanggal 3 Desember 1988, sebagai anak ketiga dari enam bersaudara dari
pasangan Betti Tarigan dan Martalena Br Karo.
Penulis memulai pendidikan dasar di SD Negeri 2 Munte tamat pada tahun
2001, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Munte dan tamat pada
tahun 2004, selanjutnya meneruskan pendidikan di SMA Negeri 1 Kabanjahe dan
berhasil tamat pada tahun 2007.
Pada tahun 2007, penulis diterima di departemen Silvikultur Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi
Mahasiswa IPB (USMI). Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi
kemahasiswaan, yaitu Himpunan Profesi Tree Grower Comunity (TGC) sebagai
Bendahara Divisi Informasi dan Komunikasi (2008-2009). Semasa perkuliahan
penulis juga dipercaya untuk menjadi asistem praktikum pengaruh hutan semester
ganjil tahun ajaran 2010-2011.
Kegiatan praktek yang telah dilakukan oleh penulis dibidang kehutanan
yaitu Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Kamojang dan Sancang
pada tahun 2009, kemudian Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) pada tahun 2010 di
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi, Cianjur, Bandung dan
Taman Nasional Gunung Gede Pangarango (TNGGP). Pada tahun 2011, penulis
melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di PT. INCO Tbk. Sorowako, Sulawesi
Selatan.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kehutanan, penulis
melakukan penelitian yang berjudul “Respon Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Tailing PT ANTAM Pongkor
DAFTAR ISI
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 3
2.1. Deskripsi Jabon………. 3
3.3. Pelaksanaan Penelitian ... 6
3.4. Pengamatan dan Pengambilan Data………..……… 7
3.5. Analisis Data... 8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 10
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Denah Percobaan ……….. 8
Tabel 2. Komposisi perlakuan ……… 9
Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm) ………... 10
Tabel 4. Rata-rata pertumbuhan diameter (mm) ………. 11
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan top soil…….. 12 Gambar 2. Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan kompos…… 13 Gambar 3. Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan top soil dan
kompos………. 13 Gambar 4. Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan top soil…. 14 Gambar 5. Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan kompos…. 15 Gambar 6. Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan top soil
dan kompos……… 15 Gambar 7. Respon biomassa akar terhadap penambahan top soil…………... 16 Gambar 8. Respon biomassa terhadap penambahan kompos………. 17 Gambar 9. Respon biomassa akar terhadap penambahan top soil dan
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PT. Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang penambangan emas, dimana metode
penambangannya adalah deep mining. Dari hasil pengolahan emas dihasilkan
limbah berupa Tailing. Tailing merupakan salah satu limbah utama yang di
hasilkan pada kegiatan pertambangan emas.
Tailing memiliki beberapa karakter diantaranya, kandungan bahan organik
dan aktivitas mikroorganime yang rendah, rendahnya kandungan hara esensial dan
KTK (kapasitas tukar kation). Kendala utama dalam melakukan revegetasi pada
lahan pasca penambangan adalah kondisi lahan yang tidak mendukung (marginal)
bagi pertumbuhan tanaman. Untuk mengatasi kendala tersebut, maka dilakukan
perbaikan lahan pada Tailing yaitu dengan penambahan tanah pucuk (top soil) dan
kompos. Top soil dan kompos memiliki fungsi untuk meningkatkan kandungan
bahan organik, meningkatkan KTK, menambah unsur hara serta meningkatkan
aktivitas mikroorganisme yang berguna. Kebutuhan top soil dan kompos dalam
revegetasi tailing belum diketahui jumlah dan komposisinya, sehingga perlu
dilakukan penelitian tentang penambahan dosis top soil dan kompos yang efektif
digunakan. Selain itu dalam revegetasi perlu dilakukan pemilihan jenis tanaman
yang dapat bertahan hidup pada Tailing. Salah satu jenis yang dipilih adalah jabon
yang merupakan jenis pionir cepat tumbuh (fast growing species).
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang respon
pertumbuhan semai jabon ( A. cadamba Roxb. Miq.) terhadap media Tailing
yang ditambah dengan top soil dan kompos.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui respon jabon terhadap penambahan top soil
2. Mengetahui respon jabon terhadap penambahan kompos
1.3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi sejauh mana dosis
kompos (pupuk organik) dan top soil terhadap respon pertumbuhan semai Jabon
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Jabon
Dalam sistem klasifikasi tumbuhan, tanaman jabon termasuk ke dalam
kingdom plantae, sub kingdom Tracheobionta, Divisi Magnoliophyta, Kelas
Magnoliopsida, Ordo Rubiales, Famili Rubiaceae, Genus Anthocephalus, Spesies
Anthocephalus cadamba Roxb. Miq. (Heyne 1987). Dalam hal tempat tumbuh,
jabon memiliki toleransi yang sangat luas, yaitu pada ketinggian dengan kisaran
0-1.000 m dpl, tetapi ketinggian optimal yang menunjang produktivitasnya adalah
kurang dari 500 m dpl.
Jabon memiliki potensi untuk dijadikan sebagai tanaman revegetasi lahan
pasca tambang. Jabon secara alami dapat menginvasi lahan-lahan bekas tambang
seperti di areal PT Newmont Minahasa Raya, PT Berau Coal, PT Adaro Indonesia
dan PT KPC. Usaha penanaman di lahan bekas tambang telah diuji oleh PT KPC
dan PT Newmont Nusa Tenggara (Mansur, 2010).
2.2. Unsur Hara Tanaman
Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan relatif lebih banyak
oleh tanaman. Sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang relatif
sedikit. Unsur hara makro adalah C, H,O N, P, K, Ca, Mg, dan Fe, sedangkan
unsur hara tersebut merupakan bagian-bagian dari sebuah molekul pada beberapa
unsur penting dan c) kekurangan unsur hara tersebut tidak dapat digantikan oleh
unsur lain.
Menurut Brady (1974) dalam Mulyana (2000), bahwa peranan bahan
granulasi, memantapkan agregat, memperbaiki struktur tanah, mengurangi
pemadatan, memperbaiki aerasi, meningkatkan kemampuan menahan air, dan
meningkatkan infiltrasi. Pengaruh terhadap sifat kimia tanah adalah sumber unsur
hara, mengikat unsur hara mikro dan kation-kation logam serta meningkatkan
kapasitas tukar kation (KTK). Pengaruh terhadap sifat biologi adalah sebagai
sumber energi bagi aktivitas mikro-organisme dalam tanah.
2.3. Tailing
Tailing adalah bahan padat berbutir halus sisa dari hasil pengolahan
ekstraksi bahan galian yang tidak mengandung mineral bernilai ekonomis
(Permenhut No. P. 04/ Menhut-II/ 2011 tentang pedoman reklamasi hutan).
Berdasarkan hasil analisis, kharakteristik Tailing di Antam Pongkor
memiliki KTK yang rendah (8,9), bahan organik yang rendah (0,32%), dan
mengandung Fe yang tinggi (1.535,4 ppm). Sifat fisik Tailing yang merupakan
masalah bagi pertumbuhan tanaman adalah tekstur, agregasi dan struktur, densitas
dan infiltrasi, kompaksi, daya pegang dan stabilitasnya (Fauziah, 2009).
KTK yang rendah menyebabkan tidak efisiennya pemberian pupuk kimia
dimana pupuk akan mudah tercuci. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan
pemberian kompos dan humic acid. Bahan organik yang rendah dapat
menyebabkan menurunnya kestabilan lahan, unsur hara, KTK, daya ikat air, dan
juga populasi mikroba potensial. Untuk meningkatkan kandungan bahan organik
dapat dilakukan pemberian kompos (Setiadi, 2009).
Menurut USDA ukuran partikel Tailing relatif kecil dan seragam berupa
pasir halus berukuran 0,25-0,10 mm. selain itu, sifat kimia Tailing seperti status
hara yang rendah, kandungan logam berat seperti Cd, Hg, Pb, As yang dapat
menyebabkan kerusakan pada lingkungan (Williamson, 1982).
Berdasarkan hasil penelitian Setyaningsih (2007), pada media Tailing
pongkor, adanya penambahan bio-organik mampu meningkatkan KTK sebesar
600% dan unsur hara seperti C-organik dan N-total masing-masing sebesar 400%
2.4. Kompos
Kompos merupakan pupuk organik yang diperoleh dari proses
biodegradasi dari bahan organik, seperti daun tanaman, jerami alang-alang,
rerumputan, dedak padi, batang jagung, serta kotoran hewan. Bila bahan organik
tersebut sudah hancur dan lapuk di sebut dengan pupuk organik. Jenis-jenis
bahan ini menjadi lapuk dan busuk bila berada dalam keadaan basah dan
lembab, seperti halnya daun-daun menjadi lapuk bila jatuh ke tanah dan berubah
menjadi bagian tanah (Murbandono 1988).
Kegunaan Kompos dapat memperbaiki struktur tanah dengan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan
kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba
tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan
kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara
dari tanah dan menghadapi serangan penyakit.
2.5. Hasil-hasil Penelitian 2.5.1. Kompos dan Tailing
Dari hasil analisis, pemberian pupuk kompos tidak berpengaruh langsung
terhadap pertumbuhan semai Jabon, baik tinggi ataupun diameter, tetapi
pengaruhnya adalah pada perbaikan sifat Tailing (Noviani 2010).
2.5.2. Top soil dan Tailing
Dari hasil analisis, pengaruh kombinasi Tailing dan top soil terhadap
pertumbuhan tinggi lamtoro (Leucaena glauca Benth.) dan saga (Adenanthera microsperma T. & B.) di rumah kaca, diketahui bahwa penambahan top soil tidak
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dibandingkan dengan Tailing
tanpa penambahan top soil (Sembiring 2007).
2.5.3. Jabon dan Tailing
Semai Jabon dapat tumbuh pada media Tailing dengan tingkat
pertumbuhan yang berbeda-beda. Pemberian pupuk NPK dan kompos dapat
mempengaruhi pertumbuhan semai Jabon, baik tinggi maupun diameter pada
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan pada bulan Januari sampai
dengan April 2011, bertempat di rumah kaca Laboratorium Silvikultur,
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, cangkul,
polybag (20 cm x 20 cm), penyiram embrat (kapasitas 4 liter), sprayer, mistar,
kaliper digital, kamera digital GE C 1033, alat tulis, dan tally sheet.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semai jabon berumur ±
1 bulan (tinggi ± 5 cm), pestisida (Matador), top soil (Kampus IPB Darmaga),
kompos, NPK (15:15:15), dan Tailing dari PT Antam Unit Bisnis Pongkor .
3.3 Pelaksanaan Penelitian 3.3.1 Penyiapan semai
Semai yang digunakan adalah semai Jabon yang berumur ± 1 bulan.
Kriteria semai yang dipilih yaitu semai yang sehat, lurus, dan bebas hama
penyakit.
3.3.2 Penyiapan media
Media yang digunakan adalah campuran antara top soil, kompos dan
Tailing yang komposisinya sesuai dengan perlakuan yang diujicobakan. Media
dibuat dengan cara mengaduk-aduk Tailing dan top soil hingga merata, kemudian
ditambahkan kompos kedalam campuran tersebut dan diaduk kembali. Media
ditempatkan dalam polybag ukuran 20 cm x 20 cm dan dilakukan pemupukan
dasar dengan menggunakan NPK 20 ml tiap polybag (Dosis 5 gram dilarutkan
3.3.3 Pemindahan semai
Semai Jabon di pindahkan dengan bola akarnya (root ball) ke media yang
telah dipersiapkan. Pemindahan bibit dilakukan pada saat sore hari. Setelah
dipindahkan bibit disiram dengan air.
3.3.4 Pemeliharaan
Seluruh semai Jabon diatur dan ditempatkan di dalam rumah kaca sesuai
dengan tabel 1 selama 3 bulan. Agar media tetap lembab penyiraman semai Jabon
dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari dengan menggunakan alat
penyiram embrat (kapasitas 4 liter). Selain itu juga dilakukan penyemprotan
pestisida Matador (dosis 0,5 ml dalam 1 liter air) sebagai pengendalian apabila
terserang hama.
3.4 Pengamatan dan Pengambilan Data
Parameter yang diukur adalah tinggi semai (cm) dan diameter (mm) semai
serta biomassa akar (gram).
3.4.1 Tinggi semai
Pengukuran tinggi semai Jabon dilakukan setelah penyapihan, selanjutnya
dilakukan tiap dua minggu selama 3 bulan. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan mistar, mulai dari pangkal batang yang sudah ditandai sebelumnya
(± 1 cm diatas media) hingga titik tumbuh pucuk apikal.
3.4.2 Diameter semai
Pengukuran diameter semai dilakukan dengan menggunakan kaliper,
diukur pada pangkal batang yang telah ditandai sama seperti pada pengukuran
tinggi. Pengukuran diameter semai dilakukan setelah penyapihan, selanjutnya tiap
dua minggu selama 3 bulan.
3.4.3 Biomassa akar
Setelah semai berumur 3 bulan dilakukan pemanenan akar. Akar
kemudian dioven dengan suhu 80 oC. Akar yang telah kering ditimbang beratnya
dengan menggunakan timbangan. Pengeringan dihentikan saat berat kering akar
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan analisis deskriptif, untuk
tabulasi data menggunakan software microsoft excel. Dari data yang diperoleh
akan diuraikan pengaruh perlakuan pada masing-masing parameter.
Adapun layout penempatan semai Jabon dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel1 Denah Percobaan
Kombinasi perlakuan yang diujicobakan adalah :
Faktor P : pupuk kompos
Adapun komposisi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi perlakuan
PERLAKUAN TOP SOIL (Gram)
KOMPOS Ulangan 0 250 500 750 1000
T0 T1 T2 T3 T4
0 Gram P0
1 T0P0 1 T1P0 1 T2P0 1 T3P0 1 T4P0 1 2 T0P0 2 T1P0 2 T2P0 2 T3P0 2 T4P0 2 3 T0P0 3 T1P0 3 T2P0 3 T3P0 3 T4P0 3
20 Gram P1
1 T0P1 1 T1P1 1 T2P1 1 T3P1 1 T4P1 1 2 T0P1 2 T1P1 2 T2P1 2 T3P1 2 T4P1 2 3 T0P1 3 T1P1 3 T2P1 3 T3P1 3 T4P1 3
40 Gram P2
1 T0P2 1 T1P2 1 T2P2 1 T3P2 1 T4P2 1 2 T0P2 2 T1P2 2 T2P2 2 T3P2 2 T4P2 2 3 T0P2 3 T1P2 3 T2P2 3 T3P2 3 T4P2 3
60 Gram P3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain pertumbuhan
tinggi, pertumbuhan diameter dan biomassa semai jabon pada media Tailing
dengan pemberian kompos dan top soil. Pengaruh pemberian kompos dan top soil
terhadap paremeter yang diamati dapat diketahui dengan melakukan analisis
rata-rata data, yang disajikan pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5.
4.1.1. Pertumbuhan tinggi
Hasil pengamatan terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi semai jabon
dengan penambahan top soil dan kompos dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)
Perlakuan Top soil
Kompos 0 g 250 g 500 g 750 g 1.000 g
T0 T1 T2 T3 T4
0 g P0 5,6 6,7 4,2 4,5 4,1 20 g P1 7,2 4,4 11,5 11,5 8,5 40 g P2 6,1 7,5 4,5 5,4 8,3 60 g P3 8,6 7,4 7,2 7,4 11,0
Hasil analisis rata-rata data pertumbuhan tinggi semai jabon terhadap
pemberian dosis kompos 0 gram menunjukkan pengaruh pertumbuhan tinggi
sebesar 6,7 cm pada dosis top soil 250 gram. Pemberian dosis kompos 20 gram
menujukkan pengaruh pertumbuhan tinggi sebesar 11,5 cm pada dosis top soil
500 gram dan 750 gram. Pemberian dosis kompos 40 gram menunjukkan
pengaruh pertumbuhan tinggi sebesar 8,3 cm pada dosis top soil 1.000 gram.
Sedangkan pemberian dosis kompos 60 gram memberikan pengaruh pertumbuhan
4.1.2. Pertumbuhan diameter
Hasil pengamatan terhadap rata-rata pertumbuhan diameter semai jabon
dengan penambahan top soil dan kompos dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Rata-rata pertumbuhan diameter (mm)
Perlakuan Top soil
Hasil analisis rata-rata data pertumbuhan diameter semai jabon terhadap
pemberian dosis kompos 0 gram menunjukkan pengaruh pertumbuhan diameter
sebesar 3,90 mm pada dosis top soil 0 gram. Pemberian dosis kompos 20 gram
menujukkan pengaruh pertumbuhan diameter sebesar 4,39 mm pada dosis top soil
1.000 gram. Pemberian dosis kompos 40 gram menunjukkan pengaruh
pertumbuhan diameter sebesar 3,68 mm pada dosis top soil 250 gram. Sedangkan
pemberian dosis kompos 60 gram memberikan pengaruh pertumbuhan diameter
sebesar 4,08 mm pada top soil 0 gram.
4.1.3. Biomassa akar
Hasil pengamatan terhadap rata-rata biomassa akar semai jabon dengan
penambahan top soil dan kompos dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Rata-rata pertumbuhan Biomassa (gram)
dosis kompos 0 gram menunjukkan pengaruh biomassa akar sebesar 1,43 gram
pada dosis top soil 750 gram. Pemberian dosis kompos 20 gram menujukkan
pengaruh biomassa akar sebesar 3,05 gram pada dosis top soil 250 gram.
Pemberian dosis kompos 40 gram menunjukkan pengaruh biomassa akar sebesar
1,77 gram pada dosis top soil 1.000 gram. Sedangkan pemberian dosis kompos 60
gram memberikan pengaruh biomassa akar sebesar 2,09 gram pada top soil 250
gram.
4.1. Pembahasan
Dalam penelitian ini parameter yang diamati yaitu pertumbuhan tinggi,
diameter dan biomasssa akar. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh
top soil terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan top soil
Pada Gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata tinggi
semai jabon menujukkan bahwa kecenderungan yang menurun dengan
peningkatan dosis top soil. Penurunan pertumbuhan ini terjadi disaat penambahan
top soil lebih dari 250 gram. Penurunan ini kemungkinan terjadi karena
penambahan top soil sudah optimum pada dosis 250 gram, sehingga penambahan
top soil tidak memberikan peningkatan pertumbuhan tinggi bagi semai jabon.
Untuk pengaruh pemberian kompos terhadap pertumbuhan tinggi semai
jabon dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan kompos
Pada Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata tinggi
semai jabon menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. peningkatan
dosis kompos diikuti dengan peningkatan pertumbuhan tinggi semai jabon.
Untuk pengaruh kombinasi antara top soil dan kompos terhadap
pertumbuhan tinggi semai jabon dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Respon pertumbuhan tinggi terhadap penambahan top soil dan kompos.
Pada Gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa pengaruh kombinasi antara top
soil dan kompos terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon memiliki
kecenderungan semakin meningkat sejalan dengan semakin besarnya dosis
kombinasi top soil dan kompos diberikan. Namun kombinasi yang paling baik
jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya kombinasi top soil 500 gram dan
kompos 20 gram dan kombinasi top soil 750 gram dan kompos 20 gram.
5.6
pemberian top soil, kompos dan atau kombinasi top soil dan kompos dapat dilihat
bahwa data pertumbuhan tinggi semai jabon cukup berfluktuatif, hal ini
kemungkinan disebabkan oleh pengaruh dari factor-faktor lain baik eksternal
maupun internal. Faktor eksternal meliputi air dan mineral, cahaya, jarak antar
polybag, volume penyiraman tidak sama dan serangan hama pada semai jabon.
Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi adalah kulitas genetik tanaman
yang berbeda-beda.
Pengaruh pertumbuhan diameter semai jabon terhadap penambahan top
soil dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan top soil
Dari gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata diameter
semai jabon menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun. Peningkatan
dosis top soil diikuti dengan penurunan pertumbuhan diameter semai jabon. Hal
ini kemungkinan terjadi karena respon pemberian top soil tidak terlihat karena
ukuran polybag yang terlalu kecil dan waktu pengamatan yang kurang lama.
Pengaruh pertumbuhan diameter terhadap penambahan kompos dapat
Gambar 5 Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan kompos.
Pada Gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata diameter
semai jabon menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun sama halnya
pada perlakuan top soil. Penurunan pertumbuhan ini terjadi disaat penambahan
kompos lebih dari 20 gram. Penurunan ini kemungkinan terjadi karena
penambahan kompos sudah optimum pada dosis 20 gram.
Pengaruh pertumbuhan diameter terhadap penambahan kombinasi antara
top soil dan kompos dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Respon pertumbuhan diameter terhadap penambahan kombinasi antara
top soil dan kompos.
Dari Gambar 6 diatas pertumbuhan diameter terhadap penambahan
kombinasi antara top soil dan kompos menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter
3.90 4.18
meningkatkan pertumbuhan diameter semai jabon. Pada saat dosis kompos
ditingkatkan menjadi 40 gram, pertumbuhan diameter relatif tidak meningkat
dengan peningkatan dosis top soil. Pada dosis 60 gram kompos, pertumbuhan
diameter semakin menurun dengan peningkatan dosis top soil. Hal ini
kemungkinan karena dosis kompos 20 gram sudah optimum bagi pertumbuhan
diameter.
Pada dosis top soil 250 gram, penambahan dosis kompos mampu
meningkatkan pertumbuhan diameter. Begitu pula pada top soil 500 gram dan 750
gram, penambahan dosis kompos mampu meningkatkan pertumbuhan diameter.
Namun pada dosis top soil 1.000 gram, pertumbuhan diameter menurun dengan
penambahan dosis kompos diatas 20 gram. Hal ini kemungkinan dosis optimum
top soil dan kompos adalah 1.000 gram dan 20 gram.
Peertumbuhan diameter ini berfluktuatif kemungkinan terjadi karena
adanya pencucian pada saat dilakukan penyiraman semai jabon, ukuran polybag
yang terlalu kecil, pengaturan peletakan posisi polybag pada saat penelitian
berlangsung dan waktu pengamatan terlalu singkat. Pemberian jarak antar
polyabag yang sesuai dapat memberi ruang tumbuh yang lebih besar dan
pengambilan cahaya matahari dapat berlangsung secara optimal sehingga
pertambahan diameter dapat terjadi maksimal (Hildalita 2009).
Pengaruh biomassa akar semai jabon terhadap pemberian top soil pada
Gambar 7.
Gambar 7 Respon biomassa akar terhadap penambahan top soil.
Pada gambar 7 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biomassa akar semai
jabon menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Peningkatan dosis
top soil diikuti dengan peningkatan pertumbuhan biomassa akar semai jabon.
Berdasarkan analisis rata-rata biomassa akar semai jabon yang paling baik yaitu
dengan dosis top soil 750 gram jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pengaruh biomassa akar terhadap penambahan kompos dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 8 Respon biomassa akar terhadap penambahan kompos.
Pada Gambar 8 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biomassa akar semai
jabon menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Peningkatan dosis
kompos diikuti dengan peningkatan biomassa akar semai jabon. Berdasarkan
analisis rata-rata biomassa akar semai jabon yang paling baik yaitu dengan dosis
kompos 20 gram jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pengaruh biomassa akar terhadap penambahan kombinasi antara top soil
dan kompos dapat dilihat pada Gambar 9.
dan kompos.
Dari Gambar 9 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biomassa akar semai
jabon berfluktuatif dengan kecenderungan semakin menurun kecuali kombinasi
berbagai dosis top soil dengan kompos 40 gram. Kecenderungan penurunan ini
mungkin karena peningkatan dosis kombinasi top soil dan kompos tidak mampu
meningkatkan perkembangan akar, seperti pada penambahan top soil atau kompos
saja. Salah satu penyebabnya adalah ukuran polybag yang kurang besar sehingga
akar tidak mampu untuk berkembang dengan baik.
Pertumbuhan tanaman adalah proses terjadinya peningkatan jumlah dan
ukuran daun dan batang. Pertumbuhan tanaman tidak hanya terjadi pada bagian
atas (tajuk) tanaman,tetapi juga terjadi pada bagian bawah (akar) tanaman. Akar
menentukan kemampuan tanaman untuk menyerap nutrisi dan air,
pertumbuhannya ditentukan oleh area daun yang aktif melakukan fotosintesis
karena akar bergantung pada penangkapan energy oleh daun. Pada saat suplai
energi terbatas, maka energi yang ada digunakan oleh jaringan tanaman yang
paling dekat dengan lokasi fotosintesis. Oleh karena itu akar menerima energi
hanya pada saat ada kelebihan energi yang diproduksi melalui fotosintesis yang
tidak digunakan untuk pertumbuhan tajuk tanaman (Dewi 2007).
Dalam penelitian ini respon pertumbuhan semai jabon berfluktuatif yang
kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain cahaya yang tidak
3.05
merata, jarak antar polybag yang tidak sama, adanya serangan nematoda pada
akar, pencampuran media yang tidak merata, volume air yang berbeda pada
penyiraman, serta kualitas genetik semai yang berbeda.
Cahaya yang tidak merata dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman
tidak sama dimana cahaya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman.
Pemberian jarak antar polybag yang sesuai dapat memberi ruang tumbuh
yang lebih besar dan pengambilan cahaya matahari dapat berlangsung secara
optimal sehingga pertambahan diameter dapat terjadi maksimal (Hildalita 2009).
Semai jabon mengalami kerusakan karena terserang oleh nematoda, tanda
dari serangan ini adalah terbentuknya gall atau pembengakakan akar. Hal ini
dapat mengurangi fungsi akar dalam menyerap air dan unsur hara. Tubuh
nematoda + 75% mengandung air dan nematoda akan kehilangan air apabila
berada di dalam keadaan yang kering (kurang air), tetapi pada tanah yang
mempunyai kelembaban yang cukup dalam jangka waktu yang relatif lama
nematoda dapat menyesuaikan diri dan tetap dapat hidup (Dropkin 1989).
Dampak serangan dari nematoda terhadap performa tanaman semai jabon
baik dalam tinggi, diameter dan biomassa akar dengan berbagai perlakuan kompos
dan top soil mengakibatkan respon yang berfluktuatif. Dengan adanya serangan
nematoda pada akar, mengakibatkan akar tidak dapat berfungsi maksimal dalam
menyerap hara, sehingga pertumbuhan tanaman tidak meningkat dengan
peningkatan dosis kompos dan top soil yang diberikan.
Pencampuran media yang tidak merata, juga mempengaruhi pertumbuhan
semai jabon yang berfluktuatif. Dimana campuran yang tidak merata yang
kemungkinan menyebabkan top soil tidak berfungsi secara optimal dalam
memperbaiki karaktersitik Tailing.
Volume air yang tidak sama pada saat penyiraman kemungkinan
menyebabkan terjadinya pencucian pada saat volume air terlalu banyak, dan pada
saat volume air terlalu sedikit maka semai jabon akan kekurangan air sehingga
semai jabon, semai yang memilki kualitas genetik yang baik akan memiliki respon
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Semai jabon dapat tumbuh pada media Tailing dengan tingkat pertumbuhan
yang berbeda-beda.
2. Pemberian top soil dan kompos dapat mempengaruhi pertumbuhan semai
jabon, baik tinggi, diameter dan biomassa akar pada Tailing.
3. Berdasarkan penelitian ini hasil yang paling baik yaitu penggunaan kompos
dosis 20 gram yang dapat dikombinasikan dengan top soil 250 gram.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan pengukuran volume penyiraman setiap polybag pada semai
jabon
2. Perlu dilakukannya pencampuran media dengan baik sebelum dilakukan
penanaman
3. Perlu dilakukan pengaturan jarak antar polybag yang seragam
4. Perlu dilakukan pemilihan lokasi rumah kaca yang baik dari segi cahaya,
Dewi IR. 2007. Rhizobacteria Pendukung Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian Jatinangor : Universitas Padjadjaran. Hlm 3.
Epstein E. 1972. Nutrition of Plant Principles and Perspection. Willey International Edition. New York.
Fauziah A B. 2009. Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif untuk Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi Semai. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Hakim N. Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SG, Diha MA, Hong GB, Baliley HH. 1986. Diktat Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung. Universitas Lampung.
Handayani M. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos terhadap Pertumbuhan Bibit Salam (Eugenia polyantha. Wight). [skripsi]. Departemen Silvikultur. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
Hildalita. 2009. Penggunaan Sludge Pabrik Kopi dalam Produksi Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq). [Skripsi]. Departemen Silvikultur. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Mansur I. 2010. Teknik Silvikultur untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Bogor : SEAMEO BIOTROP.
Mansur I, Tuheteru FD. 2010. Kayu Jabon. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mulyana D. 2000. Pengaruh pemberian pupuk NPK dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan pohon Damar (Agathis loranthifolia) di tanah hutan Cikabayan. [Skripsi] Fakultas Kehutanan. Bogor: IPB.
Murbandono LHS. 1988. Membuat Kompos. Ed Rev. Jakarta : Penebar Swadaya.
Noviani D. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK dan Kompos terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq) Pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing). [Skripsi]. Departemen Silvikultur. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sembiring S. 2007. Pengaruh Media Tailing terhadap Pertumbuhan Lamtoro
(Leucaena glauca Benth) dan Saga (Adenanthera microsperma T. & B.). Info Hutan. Vol IV No.5 : 419-521.
Setiadi Y, 2009. Reclamation & Forest Land Rehabilitation After Mining and Oil/Gas Operation. Green Earth Trainer. Bogor.
Setyaningsih L. 2007. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Kompos Aktif untuk Meningkatkan Pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach LINN) pada Media Tailing Emas Pongkor. [tesis] Program Pasca Sarjana Insitut Pertanian Bogor.
Lampiran 1. Rekapitulasi data pertumbuhan tinggi semai jabon
Tinggi (cm)
Perlakuan Top soil (Gram)
Kompos Ulangan 0 250 500 750 1000 T0 T1 T2 T3 T4
0 Gram P0
1 4.5 5.8 4.5 5.4 2.7 2 6.3 5.1 4.7 4.6 4.0 3 5.9 9.3 3.5 3.5 5.5 Rata-rata 5.6 6.7 4.2 4.5 4.1
20 Gram P1
1 7.6 5.0 14.4 10.8 9.5 2 7.4 3.7 10.2 14.8 11.0 3 6.5 4.4 9.8 8.9 5.1 Rata-rata 7.2 4.4 11.5 11.5 8.5
40 Gram P2
1 4.3 5.6 5.0 7.0 5.7 2 5.3 8.0 4.5 6.1 6.0 3 8.8 9.0 4.0 3.1 13.2 Rata-rata 6.1 7.5 4.5 5.4 8.3
60 Gram P3
Lampiran 2. Rekapitulasi data pertumbuhan diameter semai jabon
Diameter (mm)
Perlakuan Top soil (Gram)
Kompos Ulangan 0 250 500 750 1000 T0 T1 T2 T3 T4
0 Gram P0
1 4.00 2.78 3.01 3.18 2.29 2 3.38 2.79 3.71 2.36 2.51 3 4.33 2.55 3.25 2.96 2.58 Rata-rata 3.90 2.71 3.32 2.83 2.46
20 Gram P1
1 4.77 3.71 2.87 3.64 4.62 2 3.72 2.39 2.21 3.04 5.99 3 4.06 2.98 3.29 2.41 2.56 Rata-rata 4.18 3.03 2.79 3.03 4.39
40 Gram P2
1 1.48 3.75 3.21 3.51 3.07 2 1.97 3.27 3.52 2.23 4.04 3 2.69 4.02 2.62 3.55 3.77 Rata-rata 2.05 3.68 3.12 3.10 3.63
60 Gram P3
Lampiran 3. Rekapitulasi data biomassa akar semai jabon
Biomassa akar (gram)
Perlakuan Top soil (Gram)
Kompos Ulangan 0 250 500 750 1000 T0 T1 T2 T3 T4
0 Gram P0
1 1.23 0.94 1.58 1.75 1.39 2 1.47 1.70 1.17 0.94 1.97 3 0.50 0.82 1.13 1.59 0.89 Rata-rata 1.07 1.15 1.29 1.43 1.42
20 Gram P1
1 1.54 2.54 2.52 1.86 1.77 2 1.01 2.40 0.84 1.83 1.35 3 1.74 4.21 2.13 1.34 1.05 Rata-rata 1.43 3.05 1.83 1.68 1.39
40 Gram P2
1 0.27 1.14 1.07 0.98 1.21 2 1.24 1.01 1.40 1.29 2.71 3 2.21 1.38 0.54 1.88 1.39 Rata-rata 1.24 1.18 1.00 1.38 1.77
60 Gram P3
Lampiran 4. Dokumentasi penelitian
Keterangan : (a) Pencampuran media
(b) Media yang telah siap
(c) Penanaman dengan bola akar
(d) Pemeliharaaan semai jabon
(e) Pertumbuhan semai jabon dengan perlakuan kompos
(f) Pertumbuhan semai jabon dengan perlakuan top soil
(g) Gall karena serangan nematoda