• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Leaflet dalam Meningkatkan Pengetahuan Petani tentang Sertifikasi Pertanian Organik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Leaflet dalam Meningkatkan Pengetahuan Petani tentang Sertifikasi Pertanian Organik"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

PUTI BUNGA HADIAN FIRDA

EFEKTIVITAS LEAFLET DALAM MENINGKATKAN

PENGETAHUAN PETANI TENTANG SERTIFIKASI

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SUMBER INFORMASI SERTA

PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Leaflet dalam Meningkatkan Pengetahuan Petani tentang Sertifikasi Pertanian Organik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2013

(4)
(5)

ABSTRAK

PUTI BUNGA HADIAN FIRDA. Efektivitas Leaflet dalam Meningkatkan Pengetahuan Petani tentang Sertifikasi Pertanian Organik. Dibimbing oleh ANNA FATCHIYA.

Leaflet merupakan media cetak yang memiliki peran dalam menyebarkan informasi dan dapat meningkatkan pengetahuan kepada pembacanya. Tujuan penelitian ini adalah melihat sejauh mana efektivitas leaflet tentang sertifikasi pertanian organik dalam meningkatkan pengetahuan petani. Penelitian ini juga mencoba menganalisis hubungan antara desain leaflet dengan pengetahuan akhir responden. Penelitian ini menggunakan model pre-test dan post-test untuk mengukur perubahan pengetahuan petani. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa leaflet yang digunakan efektif untuk meningkatkan pengetahuan petani. Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai yang diperoleh responden setelah membaca leaflet. Desain yang terdapat di dalam leaflet juga dinilai menarik oleh responden, namun desain leaflet tidak memiliki hubungan nyata dengan pengetahuan petani.

Kata kunci: desain, leaflet, pengetahuan, sertifikasi pertanian organik

ABSTRACT

PUTI BUNGA HADIAN FIRDA. Leaflet Effectiveness in Improving Farmers' Knowledge about Organic Farming Certification. Supervised ANNA FATCHIYA.

Leaflet is a printed media that has a role to disseminate information and it can increase reader’s knowledge. The purpose of this study is to see how far the effectiveness of leaflet about the certification of organic agriculture in improving farmers' knowledge. This study also try to analyze the relationship between the design of leaflet with respondent’s final knowledge. This study uses pre-test and post-test model to measure the changes in farmers’ knowledge. The result of this study indicate that the used of leaflet is effective to increase farmers’ knowledge. This is indicated by the increasing respondent’s score after studying the leaflet. Leaflet’s design is also considered interesting by the farmers, but that has no real relation with the farmers’ knowledge.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PUTI BUNGA HADIAN FIRDA

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

EFEKTIVITAS LEAFLET DALAM MENINGKATKAN

PENGETAHUAN PETANI TENTANG SERTIFIKASI

(8)
(9)

Judul Skripsi : Efektivitas Leaflet dalam Meningkatkan Pengetahuan Petani tentang Sertifikasi Pertanian Organik

Nama : Puti Bunga Hadian Firda

NIM : I34090064

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fatchiya, M.Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini berjudul “Efektivitas Leaflet dalam Meningkatkan Pengetahuan Petani Tentang Sertifikasi Pertanian Organik”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Anna Fatchiya, M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan waktu, saran, dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian proposal skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibunda Prayasuri Trina Sakti dan Ayahanda Qodarian Pramukanto, serta adik-adik tersayang Puti Zahra Hadian Raudah dan Muhammad Imam Hadian Firdaus atas doa dan kasih sayang yang selalu dilimpahkan kepada penulis. Kepada sahabat-sahabat penulis yang selalu memberikan dukungan, semangat, tawa dan canda selama perkuliahan, Gressayana, Annisa M. U, Tursina Andita P, Buyung Syahrial, Nurrizka Sari, Firda E, Ayu S, teman-teman asrama Rusunawa lorong 2B, dan teman-teman kelompok KKP 2012. Kepada teman satu bimbingan, Rosita, untuk masukan dan dukungan serta semua teman-teman akselerasi khususnya Via, Selvi, Anggi, Tiara, Agustin yang banyak memberikan masukan kepada penulis. Juga kepada seluruh keluarga besar KPM 46 atas dukungan dan kebersamaan selama ini. Terutama ucapan terima kasih kepada Mas Putro yang banyak memberikan masukan lokasi dan teman-teman yang membantu penulis pada saat proses pengambilan data di lapangan. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga skripsi dapat menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi banyak pihak

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 2 

Tujuan Penelitian 3 

Manfaat Penelitian 3 

TINJAUAN PUSTAKA 5

Pertanian Organik dan Sertifikasi 5 

Leaflet 5

Pengetahuan 8 

Desain Pesan 10

Pengaruh Media Cetak terhadap Peningkatan Pengetahuan 10 

Kerangka Pemikiran 12 

Hipotesis Penelitian 13 

Definisi Operasional 13 

METODE 17 

Pendekatan Penelitian 17 

Lokasi dan Waktu Penelitian 19 

PROFIL DESA CIARUTEUN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG,

KABUPATEN BOGOR 21 

Kondisi Geografis 21

Kondisi Demografis 22

Mata Pencaharian 22

Kondisi Pertanian dan Peternakan 23

Pertanian Organik 24

EFEKTIFITAS LEAFLET SERTIFIKASI PERTANIAN ORGANIK 25 

Pengetahuan Awal Petani 25

Pengetahuan Akhir Petani 29

(14)

Efek Kognitif 35

Leaflet sebagai Media Komunikasi 35

DESAIN LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN

PETANI 37 

Penilaian Petani terhadap Aspek-aspek pada Desain Leaflet 37 Desain Leaflet dan Hubungannya dengan Perubahan Akhir Petani 42

SIMPULAN DAN SARAN 45 

Simpulan 45 

Saran 45 

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 51

(15)

DAFTAR TABEL

1 Luas dan persentase lahan di dua desa menurut penggunaan 21  2 Jumlah dan persentase laki-laki dan perempuan menurut jenis pekerjaan 22  3 Berat dan persentase produksi hasil panen menurut jenis sayuran 23  4 Jumlah dan perkiraan jumlah populasi menurut jenis ternak 23  5 Jumlah dan persentase petani sebelum membaca leaflet menurut nilai 25  6 Jumlah dan persentase jawaban petani sebelum membaca leaflet

menurut pertanyaan 27 

7 Jumlah dan persentase petani setelah membaca leaflet menurut nilai 29  8 Jumlah dan persentase jawaban petani setelah membaca leaflet menurut

pertanyaan 31 

9 Jumlah dan persentase petani sebelum dan setelah membaca leaflet

menurut nilai 33 

10 Jumlah dan persentase jawaban petani sebelum dan setelah membaca

leaflet menurut pertanyaan 34 

11 Jumlah dan persentase desain leaflet menurut kategori skor 37  12 Presentase jawaban petani mengenai warna pada leaflet menurut

pertanyaan 38 

13 Presentase jawaban petani mengenai gambar pada leaflet menurut

pertanyaan 39 

14 Presentase jawaban petani mengenai penggunaan huruf pada leaflet

menurut pertanyaan 40 

15 Presentase jawaban petani mengenai penggunaan bahasa pada leaflet

menurut pertanyaan 41 

16 Presentase jawaban petani mengenai desain leaflet menurut pertanyaan 41  17 Presentase petani berdasarkan hubungan tingkat pengetahuan petani

setelah membaca leaflet dan kategori desain leaflet 42 

DAFTAR GAMBAR

1 Taksonomi tujuan pendidikan dalam kawasan kognitif 9 

2 Model komunikasi Berlo 11 

3 Bagan kerangka pemikiran 12 

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji korelasi Rank Spearman desain leaflet terhadap pengetahuan

akhir 53 

2 Leaflet sertifikasi pertanian organik 54 

3 Peta Desa Ciaruteun Ilir 55 

4 Dokumentasi 56 

5 Riwayat hidup 57 

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris memiliki hubungan yang erat dengan pertanian. Wilayah Indonesia yang luas dan subur serta memiliki potensi kekayaan alam yang besar merupakan sumber keberlangsungan hidup manusia. Pertanian memberikan peran penting dan besar dalam kehidupan manusia terutama sebagai konsumsi kebutuhan dasar utama. Seiring berjalannya waktu, kesadaran masyarakat akan kebutuhan pertanian sebagai kebutuhan primer semakin meningkat. Peningkatan tersebut berbanding lurus dengan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap penyakit yang terjadi akibat penggunaan zat kimia berlebih terutama pada makanan. Produk pertanian organik ini mulai diminati oleh masyarakat sejak kesadaran untuk tidak mengkonsumsi hasil pertanian kimia yang berbahaya bagi kesehatan meningkat1. Hal tersebut memunculkan adanya pertanian organik sebagai alternatif sistem pertanian di Indonesia.

Pertanian organik pada dasarnya merupakan jenis pertanian yang sudah dilakukan sejak dulu, bahkan di awal dikenalnya pertanian oleh masyarakat dimana mereka melakukan perawatan alami dan rendah bahan kimia dalam melakukan pertanian. Kebutuhan manusia yang meningkat menyebabkan munculnya hasil-hasil produksi yang perawatannya dikembangkan menggunakan lebih banyak unsur kimia dan menggunakan teknologi canggih demi tercapainya hasil produksi yang lebih baik dan lebih cepat. Selama beberapa masa masyarakat terperangkap oleh sistem paket pertanian modern tersebut. Menurut Sutanto (2002), paket pertanian modern tersebut berupa penggunaan varietas unggul berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia/sintetis, dan penggunaan mesin-mesin pertanian untuk mengolah tanah dan memanen hasil. Namun, belakangan ini, penggunaan sistem pertanian organik di kalangan masyarakat semakin meningkat. Data yang diperoleh dari Aliansi Organis Indonesia menyebutkan bahwa jumlah area pertanian organik mengalami kenaikan dari tahun 2009 sebesar 10% pada tahun berikutnya. Peningkatan itu tumbuh seiring dengan peningkatan luas lahan organik di seluruh dunia yang mencapai dua juta hektar. Bahkan, pada tahun 2011, seperti yang tercantum pada data IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements), pertanian organik di seluruh dunia mencapai angka tiga juta hektar (Aliansi Organis Indonesia 2011). Seiring dengan meningkatnya jumlah pertanian organik, semakin menjamur pula perdagangan yang mengatasnamakan organik. Untuk menghindari adanya pemalsuan produk yang tidak asli organik, diadakanlah sebuah sertifikasi yang merupakan bentuk legalisasi terhadap hasil pertanian organik dalam menjamin hasil pertaniannya (Indonesia Organic Farming Infection and Certification 2007). Sertifikasi dilakukan untuk memudahkan petani menjual hasil pertanian mereka di pasaran dengan adanya jaminan perlindungan atas praktek pertanian yang ramah lingkungan (PAMOR Indonesia 2010).

Sampai saat ini, masih banyak petani yang melakukan pertanian organik namun belum melakukan sertifikasi terhadap hasil pertanian mereka. Sampai

1

(18)

2

tahun 2011, area pertanian organik yang sudah tersertifikasi berjumlah 90135.3 ha dan yang berada dalam proses sertifikasi adalah 3.8 ha dengan jumlah area pertanian organik yang belum disertifikasi berjumlah 134917.66 ha (Ariesusanty et al. 2012). Hal ini bisa jadi karena kurangnya pengetahuan mereka mengenai program sertifikasi itu sendiri bagi pertanian mereka. Untuk itu, kehadiran media merupakan hal penting dalam menyebarkan pesan informasi, dalam hal ini mengenai sertifikasi pertanian organik, kepada khalayak sasaran yaitu petani atau mereka yang melakukan pertanian organik. Media digunakan oleh komunikator sebagai alat dalam menyebarkan informasi untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

Dua jenis media yang ada, yaitu media elektronik dan media cetak, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan yang dimiliki oleh media cetak yaitu dapat menampilkan gambar secara lebih rinci, lebih mudah disimpan dan didokumentasikan tanpa batasan waktu, lebih efisien dan murah, dan mampu menjangkau khalayak sasaran (Madjadikara 2004). Jenis media cetak yang digunakan oleh komunikator harus diperhitungkan dari segi kelebihan dan keefektifannya untuk disebarkan kepada khalayak luas. Penggunaan media tersebut disesuaikan dengan tujuan yang dikehendaki oleh komunikator kepada khalayak sasaran. Salah satu jenis media cetak yang digunakan dalam menyebarkan informasi sertifikasi hasil pertanian organik adalah leaflet.

Penggunaan media leaflet yang merupakan media cetak diharapkan efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khalayak pembaca. Informasi yang disusun di dalam leaflet tersebut, merupakan hal-hal yang dianggap dapat menarik perhatian dan meningkatkan kesadaran khalayak. Isi pesan dan kelengkapan informasi yang disampaikan merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keefektifan penggunaan leaflet tersebut pada khalayak luas terutama dalam meningkatan pengetahuan. Kedalaman informasi yang tertera di dalam leaflet merupakan suatu point khusus dalam mencapai tujuan penyebaran pesan yang menggunakan media cetak berupa leaflet.

Selain disebarkan melalui media elektronik, informasi mengenai sertifikasi ini sebaiknya juga disebarkan melalui media cetak. Meskipun media elektronik secara teknis mudah diakses oleh siapa saja, namun kelebihan media cetak yang tidak dimiliki media elektronik ini memegang peranan cukup penting dalam penyebaran informasi ini. Terutama untuk khalayak petani yang masih sulit mengakses internet dan media elektronik lainnya. Untuk itu, kehadiran leaflet dalam menyebarkan informasi mengenai sertifikasi pertanian organik pun diharapkan dapat efektif sebagai media komunikasi dalam menyebarkan informasi mengenai sertifikasi pertanian organik.

Perumusan Masalah

(19)

3 maraknya produk yang beredar mengatasnamakan organik, adanya sertifikasi ini dapat membantu petani dalam meraih pasar karena hasil produknya lebih diakui dan dijamin di antara produk pasar lainnya. Hadirnya sertifikasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dengan hasil pertaniannya yang memiliki nilai tambah di pasaran. Penyebaran informasi mengenai sertifikasi ini dilakukan melalui media cetak yaitu leaflet. Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Sejauh mana keefektifan leaflet sertifikasi pertanian organik dalam meningkatkan pengetahuan petani?

2. Sejauh mana hubungan desain leaflet dengan penetahuan petani tentang sertifikasi pertanian organik?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis keefektifan leaflet sertifikasi pertanian organik dalam meningkatkan pengetahuan petani.

2. Menganalisis hubungan desain leaflet dengan penetahuan petani tentang sertifikasi pertanian organik.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Pelaku usaha pertanian organik

Pelaku usaha pertanian organik dapat mengetahui kegunaan sertifikasi pertanian organik dan sejauh mana peranan leaflet dalam meningkatkan pengetahuan petani.

2. Masyarakat umum

Masyarakat umum mengetahui manfaat dari adanya sertifikasi terhadap hasil pertanian organik tersebut.

3. Para peneliti

(20)
(21)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Pertanian Organik dan Sertifikasi

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan (Badan Litbang Pertanian 2002). Produk pertanian dihasilkan dari proses budidaya pertanian dengan menerapkan prinsip-prinsip ekologi yang terbebas dari pemakaian bahan-bahan kimia berbahaya mulai dari pembenihan, penanaman, perawatan, panen dan pasca panen (Peka Indonesia Foundation 2009). Menurut Sutanto (2002), istilah pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Mereka juga berusaha untuk menghasilkan produksi tanaman berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah menggunakan sumber daya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian, dengan demikian pertanian organik merupakan suatu gerakan “kembali ke alam”.

Perkembangan pertanian organik semakin lama semakin cepat. Sutanto (2002) menjelaskan bahwa pertanian organik berkembang secara cepat terutama di negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia Timur (Jepang, Korea, Taiwan). Di Asia, terutama di daratan China, pertanian organik dilaksanakan sebelum pupuk kimia diperkenalkan secara meluas pada tahun 1960. Sistem ini selama berabad-abad mampu mencukupi kebutuhan pangan penduduk terpadat di dunia yang pada saat ini telah melampaui satu milyar.

Sertifikasi adalah pengakuan kemampuan profesional bagi profesi tertentu yang diberikan oleh suatu organisasi profesional terhadap seseorang untuk menunjukkan kompetensi seseorang terhadap seuatu pekerjaan atau tugas spesifik (Andrianti 2010). Menurut BIOcert Indonesia (2007), sertifikasi organik adalah proses untuk mendapatkan pengakuan bahwa proses budidaya pertanian organik atau proses pengolahan produk organik dilakukan berdasarkan standar dan regulasi yang ada. Apabila memenuhi prinsip dan kaidah organik, produsen dan atau pengolah (processor) akan mendapatkan sertifikat organik dan berhak mencantumkan label organik pada produk yang dihasilkan dan pada bahan-bahan publikasinya.

Leaflet

(22)

6

merupakan salah satu strategi untuk mencapai komunikasi yang efektif. Berdasarkan hal tersebut, maka media leaflet dapat dijadikan sebagai media yang menyampaikan informasi yang praktis untuk satu aspek penting, pesan bersifat sederhana, bertujuan propaganda, komunikasi yang persuasif dan bersifat informatif untuk lebih mengefektifkan pesan yang disampaikan lewat media leaflet (Adawiyah 2003).

Leaflet sebagai jenis media komunikasi cetak yang dianggap praktis dalam mempropagandakan suatu pesan informasi, harus memperhatikan banyak hal agar pesan tersebut tersampaikan dengan baik. Effendy (2002) dalam Darmawan (2012) menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. menyusun suatu uraian yang menyeluruh tetapi singkat dan padat;

2. mengatur supaya terbangkitkan perhatian (attention) pada bagian akhir pembukaan;

3. menggunakan bahasa yang lazim dan umum; 4. menyisipkan ilustrasi ataupun anekdot.

Isi pesan yang terdapat di dalam leaflet perlu diperhatikan pengorganisasiannya, sehingga tercapai keefektifan penggunaan media tersebut. Suatu pesan yang berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong (Arsyad 2009).

1. Konsistensi:

a. menggunakan konsistensi format dari halaman ke halaman;

b. mengusahakan konsisten dalam jarak spasi. Jarak antara judul pertama serta garis samping supaya sama, dan antara judul dan teks utama.

2. Format:

a. menggunakan wajah satu kolom untuk jika yang digunakan adalah paragraf panjang dan gunakan wajah dua kolom jika paragraph tulisan pendek-pendek;

b. memisahkan isi yang berbeda dan member label secara visual; c. memisahkan taktik dan startegi pembelajaran yang berbeda dan

memberi label secara visual. 3. Organisasi:

a. mengupayakan untuk selalu menginformasikan pembaca mengenai sejauhmana mereka dalam teks itu;

b. menyusun teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh;

c. dapat menggunakan kotak-kotak untuk memisahkan bagian-bagian dari teks.

4. Daya tarik:

Memperkenalkan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda. Hal ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk membaca terus. 5. Ukuran huruf:

a. memilih ukuran huruf yang sesuai dengan pembaca, pesan, dan lingkungannya;

b. menghindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks karena dapat membuat proses membaca itu sulit.

(23)

7 a. menggunakan spasi kosong lowong tak berisi teks atau gambar

untuk menambah kontras. Ruang kosong tersebut dapat berbentuk: 1. ruangan sekitar judul;

2. batas tepi (marjin);

3. spasi antar kolom; semakin lebar kolom, semakin luas spasi di antaranya;

4. permulaan paragraf diindentasi;

5. penyesuasian spasi antarbaris atau antar paragraf.

b. menyesuaikan spasi antar baris untuk meningkatkan tampilan dan tingkat keterbacaan;

c. menambahkan spasi antarpragraf untuk mengingkatkan tingkat keterbacaan.

Pengorganisasian media cetak untuk menarik perhatian khalayak juga sangat penting. Beberapa cara yang digunakan untuk menarik perhatian pada media berbasis teks ini adalah warna, huruf, dan kotak. Warna digunakan sebagai alat penuntun dan penarik perhatian kepada informasi yang penting. Selanjutnya, huruf yang dicetak tebal atau dicetak miring memberikan penekanan pada kata-kata kunci atau judul. Informasi penting dapat pula diberi tekanan dengan menggunakan kotak (Arsyad 2009).

Pemilihan warna penting untuk diperhatikan dalam membuat suatu media cetak. Menurut P2KP (tanpa tahun), warna merupakan unsur yang cukup penting dalam mendesain suatu cetakan. Komposisi warna yang tepat dan menarik akan mampu menguatkan isi pesan. Pedoman sederhana penggunaan warna untuk media/materi cetakan adalah sebagai berikut:

1. menggunakan desain warna yang sederhana;

2. menghindari penggunaan warna terlalu banyak dalam satu bidang/ruang tampilan;

3. menggunakan warna untuk menarik perhatian, memberi penekanan, menciptakan kontras, menciptakan mood, serta menuntun pandangan; 4. pada latar belakang yang gelap kekuatan kontras secara berurutan

adalah warna-warna putih, kuning, hijau, merah, biru dan ungu;

5. pada latar belakang yang terang kekuatan kontras secara berurutan adalah warna-warna hitam, merah, orange, hijau, biru, ungu dan kuning.

Selain warna, gambar juga merupakan aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu media cetak. Penggunaan gambar juga mampu menarik perhatian khalayak. Gambar atau ilustrasi berfungsi untuk memperjelas sebuah teks atau bahkan memberi sentuhan dekorasi pada lembar-lembar teks. Dengan kata lain, gambar adalah suatu pelengkap teks. Gambar hanyalah wahana untuk mengantarkan pemahaman secara lebih utuh dari sebuah teks (Wiratmo 2009).

(24)

8

menggunakan ilustrasi, tipografi masih dianggap sebagai elemen kunci dalam desain komunikasi visual (Wijanarko 2010).

Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

1. Pendidikan, suatu usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan seseorang di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. 2. Informasi/ media massa, informasi yang diperoleh dari pendidikan formal

maupun non-formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

3. Sosial budaya dan ekonomi, dimana kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

4. Lingkungan, merupakan segala sesuatu yang ada di individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupuan sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman, adalah suatu cara memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

6. Usia, berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

(25)

9 tergolong kepada perilaku kognitif. Suparman (2001) menjelaskan bahwa kawasan kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan berpikir. Kawasan kognitif tujuan pendidikan merupakan Taksonomi Bloom yang dibagi menjadi enam jenjang yang dibentuk seperti pada Gambar 1.

Gambar 1 Taksonomi tujuan pendidikan dalam kawasan kognitif

Jenjang tersebut secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pengetahuan, meliputi perilaku-perilaku (behaviors) yang menekankan pada mengingat (remembering) seperti mengingat ide dan fenomena atau peristiwa.

2. Pemahaman, meliputi perilaku menerjemahkan, menafsirkan, menyimpukan, atau mengekstrapolasi (memperhitungkan) konsep dengan menggunakan kata-kata atau simbol-simbol lainyang dipilihnya sendiri. 3. Penerapan, meliputi penggunaan konsep atau ide, prinsip atau teori, dan

prosedur, atau metode yang telah dipahami mahasiswa ke dalam praktek memecahkan masalah atau melakukan suatu pekerjaan.

4. Analisis, meliputi perilaku menjabarkan atau menguraikan (break down) konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar bagian-bagian tersebut.

5. Sintesis, berkenaan dengan kemampuan menyatukan bagian- bagian secara terintergarsi menjadi suatu bentuk tertentu yang semula belum ada.

6. Evaluasi, berarti memiliki kemampuan dalam membuat penilaian (judgment) tentang nilai (value) untuk maksud tertentu.

(26)

10

Desain Pesan

Menurut Sari (2011), desain merupakan suatu proses pemecahan masalah dengan tujuan untuk mencapai suatu solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Desain pesan adalah perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima, dengan memperhatikan prinsip-prinsip perhatian, persepsi, dan daya tangkap. Desain pesan berkaitan dengan hal-hal mikro, seperti: bahan visual, urutan, dan halam secara terpisah yang bersifat spesifik, baik tentang media maupun tujuan belajarnya. Tujuan setiap desain pesan adalah untuk mengoptimalkan metode pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran dalam hal meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.

Hakekat dari sebuah desain pesan (Teknologi Pendidikan Universitas Surabaya 2011) yaitu proses perencanaan yang sistematis yang dimulai dari menganalisis masalah, mengembangkan prosedur untuk memecahkan masalah dan kemudian menilai hasil yang diperoleh. Untuk itu, diperlukan keterampilan untuk menganalisis faktor-faktor yang relevan dan prinsip-prinsip dan teori ilmu tingkah laku untuk dapat mendesain pesan pembelajaran yang memenuhi kriteria:

1. memenuhi tujuan;

2. sesuai dengan karakteristik siswa;

3. sesuai dengan karakteristik penyampaian; 4. bersifat praktis menurut sumber yang tersedia.

Desain pesan sangat berhubungan dengan pesan itu sendiri. Hubungan yang dimaksud adalah apa yang menjadi tanggung jawab perancang pesan yang berupa lambang atau tanda yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pengetahuan, keterampilan seseorang. Dalam arti demikian, maka perancang pesan akan memegag kontrol sepenuhnya dalam pemilihan, pengolahan, penyusunan, dan pengurutan tanda-tanda, dan simbol-simbol baik kata, tulisan, atau gambar.

Pengaruh Media Cetak Terhadap Peningkatan Pengetahuan

(27)

11

Gambar 2 Model komunikasi Berlo

Ruben (1992) dalam Mugniesyah (2010) menyatakan bahwa komunikasi massa adalah suatu proses komunikasi yang tergolong dimediasi oleh media massa, dimana produk-produk informasi diciptakan dan didistribusikan oleh suatu organisasi komunikasi massa untuk dikonsumsi oleh khalayak. Suatu proses komunikasi yang berlangsung memiliki efek tertentu para komunikan. Efek media massa mampu memberikan jawaban dalam menciptakan perhatian, pengetahuan, sikap dan perubahan perilaku (Wiryanto 2006). Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek konatif merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku (Rakhmat 1985).

(28)
(29)

13 Hipotesis Penelitian

1. Leaflet efektif dalam meningkatkan pengetahuan petani tentang sertfiikasi pertanian organik.

2. Terdapat hubungan nyata yang positif antara desain yang terdapat di dalam leaflet dengan pengetahuan petani tentang sertifikasi pertanian organik.

Definisi Operasional

Leaflet merupakan media yang dirancang efektif untuk menyebarkan informasi. Keefektifan leaflet dilihat dari perubahan pengetahuan petani sebelum dan setelah diberikan leaflet sertifikasi pertanian organik. Leaflet dikatakan efektif bila terjadi peningkatan pengetahuan petani setelah membaca leaflet yang dilihat dari adanya peningkatan nilai pada post-test.

Tingkat pengetahuan merupakan pemahaman responden tentang sertifikasi pertanian organik. Pengetahuan awal merupakan pengetahuan mengenai sertifikasi pertanian organik yang dimiliki responden sebelum diberikan leaflet. Pengetahuan akhir adalah pengetahuan responden tentang sertifikasi pertanian organik setelah diberikan leaflet. Tingkat pengetahuan diukur dari nilai yang diperoleh atas jawaban pertanyaan tentang sertifikasi pertanian organik. Perubahan pengetahuan respponden diukur dari nilai yang diperoleh sebeum dan setelah membaca leaflet.

Pertanyaan yang ditujukan kepada responden untuk mengukur perubahan pengetahuan yang terjadi terdiri dari 19 soal mencakup:

1. Pertanyaan mengenai latar belakang sertifikasi pertanian organik, sebanyak 4 soal.

2. Pertanyaan mengenai definisi dan pengertian sertifikasi pertanian organik, sebanyak 3 soal.

3. Pertanyaan mengenai manfaat/kegunaan dari manfaat mengikuti sertifikasi, sebanyak 4soal.

4. Pertanyaan mengenai mengapa diperlukannya sertifikasi, sebanyak 4 soal. 5. Pertanyaan mengenai siapa saja yang dapat melakukan sertifikasi,

sebanyak 2 soal.

6. Pertanyaan mengenai bagaimana cara pengajuan sertifikasi, sebanyak 2 soal.

Setiap jawaban yang benar akan bernilai satu dan untuk jawaban yang bernilai salah diberikan nilai nol. Hasil dari jumlah pertanyaan yang dijawab benar oleh responden kemudian dimasukkan ke dalam tingkatan sesuai dengan interval yang telah ditentukan. Tingkat pengetahuan ini dibagi ke dalam empat kelas, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Pertanyaan yang diberikan berjumlah 19 buah dengan maksimum nilai yaitu 19 yang berarti responden menjawab seluruh soal dengan benar. Maka, interval bisa diperoleh melalui rumus:

Skor Benar – Skor Salah Interval Kelas =

(30)

14

Interval kelas yang diperoleh dari 19 soal yang ada adalah:

19 – 0

Interval Kelas = = 4.75 ≈ 5 4

Rentang kelas yang diperoleh yaitu sebesar 5, maka diperoleh kategori: A (sangat tinggi) : 14 ≤ x

B (tinggi) : 9 ≤ x < 14 C (sedang) : 4 ≤ x < 9

D (rendah) : x < 4

Leaflet merupakan media komunikasi dari komunikator kepada komunikan untuk menyebarkan informasi yang tercantum di dalamnya. Fungsi ini membuat leaflet harus mampu mempertahankan ketertarikan responden ketika membaca isi pesan yang ada. Hal ini berkaitan dengan pengaruh desain yang terdapat di dalam leaflet. Indikator yang digunakan untuk mengukur pengaruh ketertarikan ini, yaitu:

1. Warna yang digunakan dalam leaflet sesuai dengan tema pertanian. Indikator :

a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2

c. Setuju diberi skor 3

d. Sangat setuju diberi skor 4

2. Warna yang digunakan dalam leaflet menarik untuk dilihat. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1

b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3

d. Sangat setuju diberi skor 4

3. Gambar yang digunakan dalam leaflet sesuai dengan pesan isi leaflet. Indikator:

a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2

c. Setuju diberi skor 3

d. Sangat setuju diberi skor 4

4. Gambar yang di digunakan dalam leaflet menarik. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1

b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3

d. Sangat setuju diberi skor 4

5. Jumlah gambar yang digunakan dalam leaflet sudah cukup banyak Indikator:

a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2

c. Setuju diberi skor 3

d. Sangat setuju diberi skor 4

(31)

15 a. Sangat tidak setuju diberi skor 1

b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3

d. Sangat setuju diberi skor 4

7. Ukuran huruf yang digunakan di dalam leaflet terbaca. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1

b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3

d. Sangat setuju diberi skor 4

8. Warna huruf yang digunakan dalam leaflet membuat tulisan terbaca. Indikator:

a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2

c. Setuju diberi skor 3

d. Sangat setuju diberi skor 4

9. Jenis huruf yang digunakan menarik. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1

b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3

d. Sangat setuju diberi skor 4

10.Jarak antar tulisan yang satu dengan lainnya cukup baik. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1

b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3

d. Sangat setuju diberi skor 4

11.Bahasa yang digunakan dalam leaflet adalah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Indikator:

a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2

c. Setuju diberi skor 3

d. Sangat setuju diberi skor 4

12.Bahasa yang digunakan di dalam leaflet mudah dimengerti. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1

b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3

d. Sangat setuju diberi skor 4

13.Desain leaflet secara keseluruhan menarik. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1

b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3

d. Sangat setuju diberi skor 4

14.Penjelasan di dalam leaflet dapat dipahami. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1

b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3

(32)

16

Variabel ini akan dibagi menjadi tiga kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menentukan kelas tersebut, interval kelas dapat diperoleh melalui rumus:

Interval Kelas = Skor Maksimum – Skor Minimum ∑ kategori

Nilai terendah yang diperoleh responden dari pertanyaan tersebut adalah 35 dan nilai tertinggi adalah 56 sehingga rentang nilai yang diperoleh berdasarkan rumus tersebut yaitu:

Interval Kelas = 56 – 35 = 7 3

Rentang kelas yang diperoleh sebesar 7, maka diperoleh kategori skor: Sangat menarik : 49 ≤ x

(33)

17

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pada pendekatan kuantitatif, data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan kuisioner (Effendi 1989). Penelitian ini menggunakan model pre-test dan post-test untuk melihat perubahan pengetahuan pada responden dan menggunakan media informasi berupa leaflet yang dibuat sendiri oleh peneliti.

Leaflet merupakan jenis media cetak yang dipilih dalam menyebarkan informasi mengenai sertifikasi pertanian organik (Lampiran 1). Desain leaflet dibuat dengan menggunakan Adobe Photoshop CS yang ukurannya disesuaikan dengan format leaflet pada umumnya yaitu 8.5 x 11 inchi. Komposisi warna yang terdapat di dalam leaflet menggunakan warna cerah dengan latar berwarna putih dan dipadukan dengan beberapa jenis warna hijau untuk menarik minat responden agar tidak cepat bosan dalam membaca informasi yang terdapat di dalam leaflet. Ukuran dan jenis huruf yang digunakan pada media tersebut disesuaikan dengan kebutuhan agar isi pesan mudah baca sehingga memberikan pemahaman dan menarik perhatian responden. Warna huruf yang digunakan adalah hitam dengan pertimbangan bahwa warna hitam merupakan warna yang kontras bila dipadukan dengan warna hijau dan putih. Di dalam leaflet juga terdapat gambar-gambar bernuansa pertanian sebagai dekorasi atau penghias di beberapa halaman dengan ukuran yang disesuaikan. Desain tersebut di cetak bolak-balik dengan menggunakan kertas Art Paper, yang merupakan kertas mengkilap dan licin di bagian atasnya.

Pesan yang tertera di dalam leaflet adalah pesan yang menjelaskan mengenai sertifikasi pertanian organik. Peneliti menyusun sendiri materi pesan tersebut. Sumber-sumber materi pesan diperoleh dari AOI (Aliansi Organis Indonesia) yaitu suatu organisasi masyarakat sipil yang bergerak di bidang pertanian organik. Selain itu juga, sumber materi diperoleh dari beberapa website lembaga sertifikasi, badan litbang pertanian dan website lainnya yang berkaitan dengan pertanian organik dan sertifikasi pertanian organik. Isi pesan disusun secara sistematis berisi tentang latar belakang adanya sertifikasi pertanian organik, apa itu sertifikasi pertanian organik, kegunaan dan manfaat mengikuti sertifikasi, mengapa diperlukannya sertifikasi, siapa yang dapat mengikuti sertifikasi, dan bagaimana cara pengajuan sertifikasi terhadap pertanian organik. Bahasa dan kosa kata yang digunakan dalam pesan diatur sesuai dengan sasaran pembaca sehingga penjelasan tentang materi tersebut mudah dipahami oleh responden.

(34)

18

dapat dijadikan sebagai responden. Jumlah populasi ini diperoleh dari hasil bertanya kepada masyarakat siapa saja yang pernah atau sedang melakukan pertanian organik. hal ini dilakukan karena tidak diketahui adanya data pasti mengenai jumlah petani organik.

Responden kemudian dipilih berdasarkan kriteria tertentu yaitu petani yang sudah memiliki pengetahuan dasar mengenai pertanian organik dan sudah atau pernah melakukan pertanian organik namun belum melakukan sertifikasi terhadapnya. Selain itu, responden yang dipilih harus bisa membaca, menulis, dan tidak buta warna untuk dapat membedakan warna yang tertera pada leaflet. Jumlah petani yang kemudian dijadikan responden dalam penelitian ini adalah 30 orang karena 2 orang lainnya tidak memenuhi kriteria yang disebutkan.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui penelitian langsung di lapangan dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner. Data sekunder diperoleh dari studi literatur. Sumber data tersebut berupa profil desa yang diperoleh dari dari kantor desa, buku teks, dan buku-buku penelitian lain yang berhubungan dengan leaflet. Kuisioner dibuat oleh peneliti mengacu pada leaflet yang sudah dibuat sebelumnya. Kuisioner ini terdiri atas 2 bagian yaitu tipe pertama berupa soal dengan tipe benar-salah berjumlah 19 soal. Soal tersebut nantinya akan menghasilkan skor nilai. Skor yang diperoleh responden kemudian akan digunakan untuk membandingkan ada tidaknya perubahaan pengetahuan responden. Kuisioner tipe kedua berupa daftar pernyataan mengenai aspek-aspek yang terdapat di dalam desain leaflet mencakup warna, gambar, huruf, dan bahasa. Daftar pernyataan tersebut digunakan untuk menilai aspek-aspek yang terdapat di dalam desain leaflet.

Terdapat beberapa tahap dalam memperoleh data primer. Tahap pertama pada kegiatan pengumpulan data yaitu melakukan pre-test kepada responden. Responden diberikan kuisioner berupa identitas diri, pertanyaan mengenai sumber pengetahuan pertanian organik yang mereka dapatkan dan sudah berapa lama mereka melakukan pertanian organik. Selanjutnya, responden diminta untuk mengisi pertanyaan mengenai sertifikasi pertanian organik untuk menilai sejauh mana pengetahuan awal yang dimiliki responden mengenai sertifikasi.

Setelah tahap awal dilakukan dan responden telah mengisi kuisioner, responden diberikan leaflet sertifikasi pertanian organik dan diminta untuk mempelajari informasi yang terdapat di dalamnya. Setelah responden mempelajari leaflet tersebut, responden diminta untuk mengisi kuisioner kedua yang berisi soal-soal mengenai sertifikasi pertanian organik. Jenis soal pada kuisioner kedua ini merupakan jenis soal yang sama seperti pada kuisioner pertama. Tahap ini merupakan tahap posttest yang dimaksudkan untuk melihat apakah terjadi perubahan pengetahuan responden mengenai sertifikasi pertanian organik setelah mereka mempelajari leaflet yang diberikan. Responden juga diberikan kuisioner berupa daftar pernyataan untuk menilai aspek-aspek yang terdapat di dalam leaflet sertifikasi pertanian organik pada tahap kedua ini. Penilaian tersebut dilakukan dengan mengisi kolom “sangat setuju”, “setuju”, “tidak setuju”, atau “sangat tidak setuju” pada pernyataan yang dipaparkan.

(35)

19 diperoleh informasi mengenai ada tidaknya perubahan pengetahuan pada responden setelah membaca leaflet. Perubahan pengetahuan dilihat dari perbandingan skor nilai yang diperoleh oleh responden sebelum dan setelah membaca leaflet. Untuk kuisioner penilaian terhadap desain leaflet, jawaban dari setiap nomor yang diperoleh kemudian dikali-kan dengan nilai pada setiap jawaban yang bersangkutan. Untuk jawaban “sangat setuju” akan dikali-kan dengan 4, jawaban “setuju” dikali-kan dengan 3, jawaban “tidak setuju” akan dikali-kan dengan 2, dan jawaban “sangat tidak setuju” dikali-kan dengan 1. Hasil kali tersebut kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh skor keseluruhan yang akan di kategorikan kepada rentang kelas tertentu.

Data yang diperoleh menggunakan kuisioner tersebut dianalisis secara kuantitatif. Seluruh data yang terkumpul kemudian dilakukan pengkodean data. Analisa data ini dimaksudkan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Effendi dan Manning 1989). Data yang terlah terkumpul tersebut kemudian diolah secara statistik deskriptif menggunakan SPSS for Windows versi 18.0 dan Microsoft Excel 2007. Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan suatu data secara visual yang dapat dilakukan dalam bentuk gambar maupun tulisan.

Perubahan antara pengetahuan awal dan pengetahuan akhir dilihat dari ada tidaknya perubahan kategori nilai yang diperoleh responden setelah membaca leaflet. Perubahan skor tersebut diperoleh dari skor sebelum responden diberikan leaflet (pre-test) dan setelah responden diberikan leaflet (post-test). Efektif atau tidaknya media leaflet dilihat dari ada tidaknya peningkatan skor pre-test dan post-test ini. Untuk mengetahui hubungan antara desain leaflet dan pengetahuan responden setelah membaca leaflet digunakan uji statistik Rank Spearman. Data kategori skor nilai pada tipe kuisioner pertama dilihat hubungannya dengan kategori penilain desain leaflet melalui pengujian menggunakan SPSS.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Leaflet yang telah dibuat diberikan kepada kelompok petani organik di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor. Masyarakat di desa tersebut sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani sayur yang hasilnya dijual ke pasar ataupun kepada pelanggan tetap yaitu pengumpul maupun pihak lain. Tanaman sayur yang dikembangkan di daerah tersebut adalah Bayam, Kangkung, Caisim, Kucay, dan Kemangi.

(36)
(37)

21

PROFIL DESA CIARUTEUN ILIR, KECAMATAN

CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

Kondisi Geografis

Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor terletak di sebelah barat Kabupaten Bogor dengan ketinggian tanah ± 460 m di atas permukaan laut dan memiliki curah hujan yang tinggi. Desa ini terdiri dari 4 dusun, 10 Rukun Warga (RW), 35 Rukun Tetangga (RT) dan 3104 rumah tangga. Jarak dari desa ke ibukota kecamatan kurang lebih 6 km. Lama jarak tempuh dari desa ke ibukota kecamatan dengan kendaraan bermotor adalah 30 menit dan dengan berjalan kaki adalah 2 jam. Jarak dari desa ke ibukota kabupaten/kota adalah 25 km dengan lama jarak tempuh mengggunakan kendaraan bermotor sebesar 2 jam dan dengan berjalan kaki adalah 24 jam. Jarak dari desa ke ibu kota provinsi adalah 140 km dengan lama jarak tempuh menggunakan kendaraan bermotor adalah 6 jam dan dengan berjalan kaki adalah 120 jam. Secara administratif, Desa Cairuteun Ilir terletak disebelah utara Desa Cikodom Kecamatan Rupmin, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Desa Leuweungkolot, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijujung, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciampea.

Secara geografis, luas wilayah Desa Ciaruteun Ilir menurut data BPS tahun 2011 kurang lebih seluas 360 ha. Menurut data desa pada tahun 2011, lahan yang digunakan sebagai area persawahan memiliki luas yang lebih besar dibandingkan dengan luas lahan yang digunakan untuk sarana lainnya. Meskipun tidak berbeda jauh, luas area untuk persawahan melebihi luasnya area pemukiman. Luasnya lahan persawahan ini menunjukkan bahwa wilayah desa di kelilingi oleh lahan persawahan yang ditanami berbagai macam tanaman sayuran. Selain itu, luas ini juga memperlihatkan banyaknya penduduk yang melakukan pertanian di desa tersebut. Luas area yang paling sedikit adalah area untuk sarana dan prasarana. Luas wilayah menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Persentase lahan menurut penggunaan

Penggunaan %

Pemukiman dan pekarangan 44.2

Persawahan 46.1 Perkebunan 8.3 Kuburan 0.8 Perkantoran 0.01 Taman 0.00

Prasarana umum lainnya 0.5

(38)

22

Kondisi Demografi

Desa Ciaruteun Ilir dengan kepadatan penduduk sebesar 29 per km ini memiliki jumlah penduduk sebesar 10.259 jiwa. Jumlah laki-laki di desa ini adalah 5.232 jiwa dan perempuan 5.027 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebesar 2.705 KK. Mayoritas masyarakat memiliki tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP), namun ada beberapa orang yang berpendidikan tingkat sarjana. Mereka inilah yang seringkali bertindak sebagai motivator di masyarakat. Jumlah penduduk yang berada pada usia 21-38 tahun menempati urutan terbanyak yaitu sebesar 996 untuk penduduk laki-laki dan 796 untuk penduduk perempuan. Jumlah penduduk terbanyak adalah penduduk yang berada di usia madya yang menunjukkan bahwa terdapat cukup banyak sumber daya manusia di kedua desa yang dapat menghasilkan pendapatan dengan bekerja pada sektor-sektor tertentu.

Mata Pencaharian

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian utama di Desa Ciaruteun Ilir, terlihat dari besarnya luas lahan yang digunakan sebagai persawahan. Mayoritas penduduk di desa ini bermata pencaharian sebagai petani yang terlihat dari besarnya jumlah penduduk baik sebagai petani pemilik lahan maupun sebagai buruh tani. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh tani menempati jumlah yang jauh lebih besar daripada penduduk yang bekerja sebagai petani pemilik lahan. Secara rinci pembagian mata pencaharian pokok di desa Ciaruteun Ilir dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Persentase laki-laki dan perempuan menurut jenis pekerjaan Jenis pekerjaan Laki-laki (%) Perempuan (%)

Petani 29.3 29.0

Buruh tani 68.4 70.0

Pegawai Negeri Sipil 0.2 0.3

Pengrajin industri

Rumah Tangga 0.2 0.0

Pedagang keliling 1.5 0.7

Montir 0.08 0.0

TNI 0.2 0.0

Dukun kampung

terlatih 0.0 0.2

Bidan desa 0.0 0.04

Pembantu rumah

tangga 0.0 1.7

(39)

23 Kondisi Pertanian dan Peternakan

Menurut data BPS pada tahun 2011, luas panen sayur-sayuran yang terbesar di desa Ciaruteun Ilir adalah bayam seluas 7 ha. Kangkung dan Mentimun seluas 3 ha, Buncis dan Kacang Panjang seluas 2 ha, serta Terong seluas 1 ha. Berdasarkan beratnya, tanaman Kangkung memiliki berat yang lebih besar pada saat panen dengan luas panen luas yang paling besar yaitu 6 ha. Produksi hasil panen dari jenis sayur-sayuran tersebut menurut beratnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Berat dan persentase produksi hasil panen menurut jenis sayuran

Jenis Sayuran Persentase (%)

Kacang Panjang 10.5

Terong 8.7

Buncis 10.5

Mentimun 19.1

Kangkung 34.8

Bayam 16.2

Sumber: Petugas Pertanian Kecamatan

Selain bertani, masyarakat desa ini juga berternak dengan jenis populasi berupa sapi, kerbau, ayam kampug, ayam broiler, bebek, kambing, domba, angsa, kelinci, anjing, dan kucing. Ayam kampung merupakan jenis ternak yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat yaitu dengan total jumlah 3.000 ekor. Namun, hewan ternak yang memiliki jumlah paling banyak di desa ini adalah ayam broiler yang jumlahnya mencapai 250 ribu ekor. Hasil ternak tersebut dipasarkan melalui tengkulak/ pengecer, dijual langsung ke pasar hewan setempat dan dijual langsung ke konsumen. Selain itu, terdapat pula populasi sapi yang diternak untuk digemukkan sebelum dijual ke pasaran. Keragaman jumlah populasi jenis ternak dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah dan perkiraan jumlah populasi menurut jenis ternak

Jenis ternak Jumlah pemilik (%) Perkiraan jumlah populasi (%)

Sapi 0.400 0.002

Kerbau 0.900 0.006

Ayam kampung 44.000 1.200

Ayam boriler 0.900 98.200

Bebek 13.100 0.200

Kambing 32.800 0.300

Domba 5.600 0.030

Angsa 0.900 0.008

Kelinci 0.900 0.030

Anjing 0.400 0.002

(40)

24

Pertanian organik

Jumlah petani yang pernah atau sedang melakukan pertanian organik di Desa Ciaruteun Ilir kurang lebih berjumlah 32 orang. jumlah paling banyak berada pada RW 03 dengan ketua RW sekaligus ketua kelompok tani yang tergabung dalam kegiatan pertanian organik di bawah kerja sama IPB dan ICDF (International Cooperation and development Fund). Ketua RW bersama dengan dua orang lainnya aktif tergabung menjadi petani organik di bawah binaan ICDF mulai dari mengambil bibit, menanam dan memasarkan hasil pertanian ke organisasi non pemerintah yang berasal dari Taiwan tersebut. selain itu, ketiga orang ini juga aktif mengikuti rapat-rapat bersama petani organik lainnya yang diadakan oleh ICDF. Ketiga petani organik ini berada pada suatu kelompok tani dengan anggota lainnya yang turut melakukan pertanian organik. Ketiganya merupakan ketua RT di RW 03 dan sangat dikenal masyarakat sebagai petani organik. Anggota kelompok tani memperoleh informasi tentang organik dari ketiga petani tersebut. Mereka membagi informasi yang mereka peroleh mengenai pertanian organik meskipun dengan cara yang tidak formal.

Selain itu, di RW 04 terdapat pula kebun pertanian organik milik sebuah organisasi petani yaitu Serikat Petani Indonesia (SPI). Pemilik kebun ini merupakan ketua kelompok tani dengan anggota kelompok berasal dari Desa Ciaruteun Ilir, sementara ketua kelompok tani tersebut bukan berasal dari desa Ciaruteun Ilir. Ketua kelompok tani di RW ini memiliki hubungan dengan suatu organisasi masyarakat sipil yang bergerak dibidang pertanian organik yaitu Aliansi Organis Indonesia (AOI) dan sudah cukup lama bergabung di SPI. Ketua kelompok tersebut memiliki pengtehauan yang cukup banyak mengenai pertanian organik dan hal-hal yang berkaitan dengan pertanian organik, dan membagikan ionformasi-tersebut kepada anggota-anggota lainnya meskipun tidak secara formal. Informasi tersebut disebarkan melalui obrolan ringan dengan para anggota sehingga baik secara sadar maupun tidak, anggota memperoleh pengetahuan baru mengenai pertanian organik. Kebanyakan petani organik di kedua kelompok tani ini memperoleh pengetahuan dan informasi tentang adanya pertanian organik dari teman-teman di sekitarnya. Mereka ikut serta bertani organik karena adanya ajakan dari lingkungan sekitar, namun ada pula yang memang sudah turun-temurun melakukan pertanian tanpa bahan kimia ini.

(41)

25

EFEKTIVITAS LEAFLET SERTIFIKASI PERTANIAN

ORGANIK

Media cetak berupa leaflet seringkali digunakan sebagai media penyebaran berbagai infromasi. Informasi tersebut bisa berupa promosi produk, tips-tips, opini terhadap suatu hal, penjelasan tentang kegiatan tertentu, dan ilmu pengetahuan. Penggunaan media leaflet diharapkan dapat merubah perilaku awal khalayak yang tidak tahu menjadi tahu, tidak sadar menjadi sadar, tidak mau menjadi mau, tidak suka menjadi suka, dan tidak melakukan menjadi melakukan. Media leaflet bisa dikatakan efektif bila pesan yang tertera di dalamnya dapat merubah khalayak dalam hal-hal tertentu sesuai tujuan dibuatnya media tersebut. Dalam hal ini, efektivitas leaflet dilihat dari perubahan tingkat pengetahuan khalayak tentang settifikasi pertanian organik melalui pre-test dan post-test.

Pengetahuan Awal Petani

Pengetahuan awal petani merupakan pengetahuan mengenai sertifikasi pertanian organik yang dimiliki petani sebelum diberikan leaflet. Pengetahuan awal juga berarti pengetahuan yang murni dimiliki oleh petani yang bisa berasal dari sekolah, teman, keluarga, ataupun penyuluh. Jumlah soal pre-test adalah 19 soal dan diberikan kepada 30 orang petani. Bentuk soal yang diberikan adalah soal benar salah mengenai sertifikasi pertanian organik.

Nilai yang diperoleh oleh petani dibagi menjadi empat kategori yaitu A, B, C, dan D. A adalah untuk nilai sangat tinggi, B untuk nilai tinggi, C untuk nilai sedang dan D untuk nilai rendah. Dari 30 petani, jumlah yang paling tinggi untuk kategori nilai tersebut adalah petani yang memperoleh nilai B. Rata-rata nilai, baik berdasarkan persentase maupun berdasarkan jumlah, juga berada pada kategori nilai B yang merupakan kategori tinggi. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan awal petani mengenai sertifikasi pertanian organik sudah cukup baik karena sudah mencapai kategori tinggi. Nilai yang diterima dari hasil pre-test petani dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah dan persentase petani sebelum membaca leaflet menurut nilai Nilai sebelum membaca leaflet Jumlah(orang) Persentase (%)

A 4 13.3

B 18 60.0

C 8 26.7

D 0 0.0

(42)

26

dengan kategori tinggi yang diperoleh. Terlihat dari jumlah petani yang memiliki nilai di atas rata-rata lebih besar jumlahnya daripada petani yang memiliki nilai di bawah rata-rata.

Nilai tersebut ditunjukkan dengan banyaknya jumlah petani yang menjawab betul dan jumlah petani yang menjawab salah pada tiap soalnya. Hal ini untuk melihat jenis-jenis soal yang sudah diketahui oleh petani sebelumnya dengan pengetahuan awal yang dimiliki oleh mereka. Pada soal ini belum diberikan materi tentang sertifikasi dari leaflet sehingga pengetahuan yang dimiliki murni dari pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Jumlah dan presentase jawaban betul dan salah pada masing-masing soal ditunjukkan oleh Tabel 6.

Soal yang paling banyak dijawab dengan betul oleh petani pada pre-test ini adalah nomor sepuluh. Soal nomor sepuluh menyebutkan bahwa sertifikasi mencerminkan perdagangan yang adil dengan jawaban adalah benar. Perdagangan yang adil merupakan pernyataan yang menguatkan petani tentang adanya sertifikasi sehingga dapat menjawab betul. Soal kedua yang paling banyak memiliki jumlah penjawab betul yang cukup besar adalah soal nomor 1 dan 16. Soal nomor 1 menyebutkan bahwa pertanian organik adalah pertanian yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Kedua puluh enam petani yang menjawab betul pada pertanyaan ini berarti sudah memiliki dasar pengetahuan yang baik mengenai pertanian organik.

Soal nomor 16 berisi tentang pelabelan organik, yang akan tertera pada suatu hasil produk pertanian apabila telah mengikuti sertifikasi, akan membuat pembeli mengetahui bahwa produk tersebut memang organik. Petani yang menjawab betul melihat bahwa adanya pelabelan organik akan membuat pembeli menjadi tahu bahwa hasil produk pertanian yang mereka beli memang produk organik.

Soal yang paling sedikit dijawab betul oleh petani adalah soal nomor 2 dan soal nomor 17. Pada soal nomor 2, terlihat bahwa petani belum memiliki pengetahuan mengenai pelabelan organik yang dalam hal ini berarti sertifikasi organik tersebut. Soal nomor 17 menyatakan bahwa syarat utama untuk bisa mengikuti sertifikasi adalah tanah milik pribadi. Jawaban dari penyataan ini adalah salah karena tidak semua lembaga sertifikasi memiliki syarat utama bahwa pengaju harus memiliki tanah pribadi untuk mengikuti sertifikasi.

(43)

27 Tabel 6 Jumlah dan presentase jawaban petani sebelum membaca leaflet

menurut pertanyaan 1. Pertanian organik adalah pertanian yang

tidak menggunakan bahan-bahan kimia 83.3 16.7

2. Pelabelan organik bisa dibuat sendiri 23.3 76.7

3. Biaya untuk sertifikasi sangat mahal 40.0 60.0

4. Salah satu yang dapat mengikuti

sertifikasi adalah tengkulak/pengumpul. 40.0 60.0

5. Hasil pertanian organik hanya bisa diketahui melalui pengujian di laboratorium

43.3 56.7

6. Manfaat sertifikasi adalah produk yang

disertifikasi lebih didahulukan oleh pasar 73.3 26.7

7. Sertfikasi untuk meyakinkan orang luar bahwa hasil pertanian ini menggunakan cara-cara organik

70.0 30.0

8. Untuk mengikuti sertifikasi petani bisa

datang ke Koperasi Unit Desa setempat 40.0 60.0

9. Untuk mengikuti sertfiikasi petani harus menyiapkan surat persetujuan masyarakat sekitar

46.7 53.3

10. Sertifikasi mencerminkan perdagangan

yang adil 90.0 10.0

11. Tidak hanya tanaman padi yang dapat

disertifikasi 53.3 46.7

12. Sertifikasi merupakan salah satu cara

mengetahui produk itu organik 80.0 20.0

13. Syarat utama sertifikasi adalah punya

surat tanah 36.7 63.3

14. Sertifikasi bisa dikeluarkan jika

menanamnya dengan cara organik 73.3 26.7

15. Produk yang disertifikasi memiliki daya

jual tinggi 73.3 26.7

16. Pembeli akan mengetahui produk tersebut

organik bila ada label organik 83.3 16.7

17. Semua lembaga setifikasi memiliki syarat

yaitu tanah harus milik pribadi 23.3 76.7

18. Ada batas waktu masa sertfikasi 50.0 50.0

19. Petani boleh berganti lembaga sertifikasi 50.0 50.0

Ket: B = jawaban benar, S = jawaban salah

(44)

28

tiga membahas mengenai biaya untuk mengikuti sertifikasi. Kebanyakan petani menyetujui bahwa biaya untuk mengikuti sertifikasi sangat mahal, padahal jumlah nominal dan mahal atau tidaknya biaya untuk mengikuti sertifikasi bergantung pada ketentuan dari lembaga yang bersangkutan. Untuk soal nomor delapan membahas mengenai tempat pengajuan sertfikasi. Soal nomor sembilan membahas mengenai syarat utama yang harus dipenuhi untuk mengikuti sertifikasi. Selisih jumlah petani pada pertanyaan ini tidak berbeda jauh, namun tetap lebih besar petani yang menjawab salah. Soal nomor 13 menyatakan bahwa syarat utama mengikuti sertifikasi adalah harus memiliki surat tanah. Hal ini menunjukkan bahwa petani belum memiliki pengetahuan awal tentang tata cara pengajuan sertifikasi. Selain materi tata cara pengajuan, soal lainnya yang juga memiliki tingkat pemahaman rendah adalah soal yang membahas mengenai pelabelan organik yang dapat dibuat sendiri. Petani yang menjawab betul memiliki jumlah yang jauh berbeda dengan petani yang menjawab salah. Ini menunjukkan bahwa petani lebih banyak yang belum memiliki pengetahuan mengenai dasar sertifikasi yang merupakan pelabelan terhadap produk pertanian organik.

Soal lainnya yang memiliki tingkat pemahaman tinggi adalah soal nomor 7 dan 12. Soal ini berisi tentang kegunaan sertifikasi bagi orang-orang luar terhadap hasil produk pertanian. Dalam hal ini petani sudah memiliki dasar pengetahuan mengenai manfaat menggunakan sertfikasi terhadap orang-orang luar terutama konsumen. Sedangkan petani yang menjawab salah kurang memiliki pengetahuan mengenai sertifikasi sehingga tidak memahami bagaimana kegunaan mengikuti sertifikasi terhadap orang-orang luar terutama konsumen. Soal nomor 12 berisi tentang tujuan sertifikasi yaitu sebagai suatu cara untuk mengetahui suatu hasil produk pertanian yang organik. Petani yang menjawab betul sudah memahami tentang penggunaan sertifikasi dalam menilai hasil produk pertanian.

Tingkat pemahaman tinggi berada pada soal mengenai manfaat sertifikasi yaitu soal nomor 6 dan 15. Soal nomor enam mencoba melihat manfaat sertifikasi yaitu lebih didahulukan oleh pasar. Sedangkan soal nomor 15 menyatakan bahwa manfaat mengikuti sertifikasi adalah produk yang telah disertifikasi memiliki daya jual yang tinggi di pasaran. Jumlah petani yang menjawab betul pada pertanyaan ini lebih besar daripada petani yang menjawab salah. Hal ini menunjukkan bahwa petani sudah memiliki pengetahuan dasar mengenai manfaat diadakannya sertifikasi. Soal nomor sebelas pun memiliki tingkat pemahaman tinggi karena jumlah petani yang mampu menjawab betul pada pertanyaan ini lebih besar. Soal ini membahas mengenai objek tanaman yang dapat disertifikasi yang tidak harus berupa tanaman padi. Pada soal ini terlihat bahwa petani sudah mengetahui bahwa tidak hanya tanaman padi yang dapat disertifikasi.

(45)

29 Total soal yang berjumlah 19 soal, 9 di antaranya memiliki jumlah jawaban betul lebih banyak dari pada jawaban salah, 8 soal lebih banyak yang menjawab salah dan 2 soal lainnya memiliki jumlah jawaban betul dan salah yang sama besar. Soal yang lebih banyak dapat dijawab betul pada pre-test ini adalah soal mengenai dasar pertanian organik, manfaat dan kegunaan sertifikasi, serta jenis tanaman yang bisa disertifikasi.

Pengetahuan Akhir Petani

Pengetahuan akhir yang dimiliki petani adalah pengetahuan petani tentang sertifikasi pertanian organik setelah diberikan leaflet. Pengetahuan ini merupakan penggabungan dari pengetahuan yang dimiliki petani sebelumnya dan pengetahuan yang berasal dari leaflet yang diberikan setelah diberikan pre-test dan telah dipahami oleh petani. Pengetahuan akhir dilihat dari nilai hasil post-test yang diberikan setelah petani mempelajari leaflet mengenai sertifikasi pertanian organik.

Jumlah soal yang lebih banyak dijawab betul pada post-test adalah 12 soal, sedangkan yang lebih banyak dijawab salah adalah 7 soal. Nilai rata-rata petani secara keseluruhan pada pengetahuan akhir ini adalah 11.8. Sedangkan nilai rata-rata petani bila dipersentasekan adalah sebesar 62 persen. Rata-rata-rata nilai tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi atau B. Jumlah petani yang memiliki nilai di atas rata-rata berjumlah 17 orang dari keseluruhan petani yang ada. Petani yang memiliki nilai di atas rata-rata pada post-test lebih banyak bila dibandingkan dengan petani yang memiliki nilai di bawah rata-rata. Nilai yang diperoleh dari hasil post-test tersebut dikategorikan menjadi A, B, C dan D sesuai dengan pembagian pada subbab sebelumnya. Nilai yang diterima dari hasil post-test petani dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah dan persentase petani setelah membaca leaflet menurut nilai Nilai setelah membaca leaflet Jumlah(orang) Persentase (%)

A 10 33.3

B 14 46.7

C 6 20.0

D 0 0.0

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar petani memperoleh nilai B untuk post-test yang dilakukan. Jumlah respoden yang memperoleh kategori nilai B memiliki jumlah yang jauh lebih tinggi daripada kategori nilai lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan akhir petani dapat dinilai sudah cukup baik dengan memperoleh nilai B. Ini karena pengetahuan petani setelah mempelajari leaflet masuk ke dalam kategori tinggi dan petani mampu memahami materi yang terdapat di dalam leaflet dengan baik.

(46)

post-30

test tersebut adalah soal yang sama seperti soal pre-test dengan tipe pernyataan benar atau salah. Jumlah soal pada post-test sama seperti jumlah pada pre-test yaitu berjumlah 19 soal dan diberikan kepada 30 orang petani. Soal ini diisi oleh petani yang telah mempelajari leaflet tentang sertifikasi pertanian organik. Sehingga, pengetahuan yang mereka miliki tidak hanya berasal dari pengetahuan yang mereka dapatkan sebelumnya, tetapi juga dipengaruhi oleh materi yang diberikan di dalam leaflet. Pembagian jumlah petani yang menjawab betul dan salah pada setiap soalnya dimaksudkan untuk melihat jenis-jenis soal yang sudah diketahui oleh petani dengan pengetahuan akhir yang dimiliki oleh mereka. Jumlah dan presentase jawaban betul dan salah pada masing-masing soal posttest ditunjukkan oleh Tabel 8.

Terdapat sedikit perbedaan antara soal-soal pada post-test yang memiliki jawaban betul paling banyak dan paling sedikit bila dibandingkan dengan pre-test. Soal yang memiliki jumlah jawaban betul paling banyak adalah soal nomor 10 yang menyatakan bahwa sertifikasi mencerminkan perdagangan yang adil. Dilihat dari jumlahnya, hampir semua petani dapat menjawab betul pada pernyataan ini. Ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan petani memahami bahwa sertifikasi dapat membentuk suatu pedagangan yang adil. Soal ini juga menunjukkan tingginya tingkat pemahaman petani terhadap materi sertifikasi pertanian organik.

Soal yang memiliki tingkat pemahaman tinggi selanjutnya adalah soal nomor satu yang membahas mengenai dasar pengetahuan pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Besarnya jumlah petani yang menjawab betul ini memperlihatkan bahwa hampir seluruh petani memahami dasar pengetahuan tentang pertanian organik. Sama seperti soal berikutnya yang juga memiliki tingkat pemahaman tinggi bagi petani, jumlah petani penjawab betul paling banyak adalah soal mengenai manfaat sertifikasi dan kegunaan sertifikasi bagi konsumen. Soal nomor 15 berisi tentang manfaat sertifikasi yang menyatakan bahwa produk yang disertifikasi memiliki daya jual tinggi. Petani yang menjawab betul pada pernyataan ini sudah memiliki pengetahuan mengenai manfaat sertifikasi bagi produk hasil pertanian yang didapatkan dari leaflet dan dari pengetahuan sebelumnya. Soal nomor 16 berisi tentang pernyataan bahwa pembeli akan mengetahui produk tersebut organik bila ada label organik. Petani yang mampu menjawab betul sudah memahami bahwa adanya label organik merupakan bukti bahwa produk hasil pertanian tersebut memang diolah berdasarkan prinsip-prinsip organik.

(47)

31 Tabel 8 Jumlah dan presentase jawaban petani setelah membaca leaflet

menurut pertanyaan 1. Pertanian organik adalah pertanian yang

tidak menggunakan bahan-bahan kimia 90.0 10.0 2. Pelabelan organik bisa dibuat sendiri 33.3 66.7

3. Biaya untuk sertifikasi sangat mahal 43.3 56.7 4. Salah satu yang dapat mengikuti sertifikasi

adalah tengkulak/pengumpul. 56.7 43.3

5. Hasil pertanian organik hanya bisa diketahui melalui pengujian di laboratorium

33.3 66.7 6. Manfaat sertifikasi adalah produk yang

disertifikasi lebih didahulukan oleh pasar 63.3 36.7 7. Sertfikasi untuk meyakinkan orang luar

bahwa hasil pertanian ini menggunakan cara-cara oganik

83.3 16.7 8. Untuk mengikuti sertifikasi petani bisa

datang ke Koperasi Unit Desa setempat 33.3 66.7 9. Untuk mengikuti sertfiikasi petani harus

menyiapkan surat persetujuan masyarakat sekitar

40.0 60.0 10. Sertifikasi mencerminkan perdagangan

yang adil 96.7 3.3

11. Tidak hanya tanaman padi yang dapat

disertifikasi 73.3 26.7

12. Sertifikasi merupakan salah satu cara

mengetahui produk itu organik 76.7 23.3

13. Syarat utama sertifikasi adalah punya surat

tanah 40.0 60.0

14. Sertifikasi bisa dikeluarkan jika

menanamnya dengan cara organik 83.3 16.7

15. Produk yang disertifikasi memiliki daya

jual tinggi 83.3 16.7

16. Pembeli akan mengetahui produk tersebut

organik bila ada label organik 90.0 10.0

17 Semua lembaga setifikasi memiliki syarat

yaitu tanah harus milik pribadi 26.7 73.3

18 Ada batas waktu masa sertfikasi 56.7 43.3 19. Petani boleh berganti lembaga sertifikasi 70.0 30.0 Ket: B = jawaban benar, S = jawaban salah

Gambar

Gambar 1.
Tabel 1  Persentase lahan menurut penggunaan
Tabel 2  Persentase laki-laki dan perempuan menurut jenis pekerjaan
Tabel 4  Jumlah dan perkiraan jumlah populasi menurut jenis ternak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berraku, kepad.a Anggota Komisi Yudisial yang menduduki jabatan, diberikan tunjangan jabatan sebagaimana tercantum pada

3 Studi Perencanaan Jaringan Pipa Air Bersih dengan Menggunakan Sistem Zoning pada Daerah Pelayanan Buring Bawah 2 Kota Malang.. Skripsi 2002 T Sipil, FT,

Selanjutnya, para kaum humanistic, mengemukakan sebuah pendapat yang membuat dunia terpana, yaitu perhatiaanya pada pengalaman manusia batin manusia, bergandengan

Salah satu metode yang dapat digunakan adalah regresi data panel, dimana metode tersebut melibatkan data cross section dan time series.Untuk itu, dalam penelitian ini

Kesimpulan yang di peroleh dalam penelitian ini adalah Penerapan Sanksi Pidana terhadap pelaku Tindak pidana Pemalsuan Surat Putusan Nomor 100/Pid.B/2015/PN.MTR adalah

menggambarkan tentang latar tempat di Masjid Pesantren Al Furqan. Saat azan berkumandang, Syamsul keluar dari kamar tempat ia istirahat. Ia ingin merasakan shalat berjamaah. Masjid

Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan

Dosis (takaran) suatu obat ialah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita baik untuk dipakai sebagai obat dalam maupun obat luar.