• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan ukuran panen ikan lele dumbo Clarias sp. dalam peningkatan penerimaan pembudidaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan ukuran panen ikan lele dumbo Clarias sp. dalam peningkatan penerimaan pembudidaya"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN UKURAN PANEN IKAN LELE DUMBO

Clarias sp

.

DALAM PENINGKATAN PENERIMAAN PEMBUDIDAYA

RIAN PRADIATMA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ABSTRAK

RIAN PRADIATMA. Peranan ukuran panen ikan lele dumbo Clarias sp. dalam peningkatan penerimaan pembudidaya. Dibimbing oleh YANI HADIROSEYANI dan TATAG BUDIARDI.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja produksi dan usaha budidaya intensif ikan lele pada ukuran panen 10, 8, dan 6 ekor/kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas terbaik pada ketiga ukuran panen tersebut yaitu pada pemanenan 10 ekor/kg yang memiliki nilai derajat kelangsungan hidup tertinggi yaitu 77%, laju pertumbuhan harian tertinggi yaitu 4%, dan konversi pakan yang terbaik yaitu 1,07%. Dalam analisis usaha juga diketahui bahwa pada ukuran panen 10 ekor/kg merupakan ukuran panen yang ideal baik secara bioteknis maupun bioekonomi, yang dapat dilihat dari margin keuntungan per tahunnya yaitu Rp 187.061.217, nilai R/C mencapai 1,17 dan waktu pengembalian investasi yang relatif cepat yaitu 0,13 tahun. Dilihat dari segi produktivitas pemanenan dengan ukuran panen 10 ekor/kg lebih produktif dibandingkan dengan pemanenan ukuran panen 8 dan 6 ekor/kg. Dari segi usaha, pemanenan ukuran panen 10 ekor/kg lebih menguntungkan dan lebih efisien dibandingkan dengan pemanenan ukuran panen 8 dan 6 ekor/kg. Keuntungan dalam usaha ikan lele ukuran 10 ekor/kg ini disebabkan harga jual yang paling tinggi dibandingkan dengan ukuran lainnya.

Kata-kata kunci: ikan lele, produktivitas, efisiensi, ukuran panen

ABSTRACT

RIAN PRADIATMA. The role of harvest size of dumbo catfish Clarias sp. on improving the revenue of the fish farmers. Supervised by YANI HADIROSEYANI and TATAG BUDIARDI.

This study aims to analyze production performance in intensive cultivation of catfish with harvest size of 10, 8, and 6 fish/kg. The results showed that the best productivity in the those harvest size was the harvesting size of 10 fish/kg which has a highest survival rate at 77%, the highest daily growth rate was 4%, and the best feed conversion ratio was 1,07%. In the business analysis is also known that the harvest size 10 fish/kg was an ideal harvest size both biotechnic and bioeconomy, which can be seen from the annual profit margin at Rp 187.061.217, the high value of R/C was 1,17 and a return on investment was relatively quickly i.e. 0,13 years. In terms of productivity, harvesting size of 10 fish/kg more higher than harvesting size of 8 and 6 fish/kg. In terms of business, the harvest size of 10 fish/kg more profitable and more efficient than the harvest size of 8 and 6 fish/kg. Higher revenue of size 10 fish/kg was affected by the highest selling price in the market.

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Peranan ukuran panen ikan lele dumbo Clarias sp. dalam peningkatan penerimaan pembudidaya” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

PERANAN UKURAN PANEN IKAN LELE DUMBO

Clarias sp.

DALAM PENINGKATAN PENERIMAAN PEMBUDIDAYA

RIAN PRADIATMA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Peranan ukuran panen ikan lele dumbo Clarias sp. dalam peningkatan penerimaan pembudidaya

Nama : Rian Pradiatma NIM : C14070043

Program Studi : Teknologi dan manajemen perikanan budidaya

Disetujui oleh

Ir Yani Hadiroseyani MM Pembimbing I

Dr Ir Tatag Budiardi MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda MSc Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2011 ini ialah ukuran panen, dengan judul Peranan Ukuran Panen Ikan Lele Dumbo Clarias sp. dalam Peningkatan Penerimaan Pembudidaya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir. Yani Hadiroseyani, M.M. dan Bapak Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si. selaku pembimbing, Bapak Dr. Ir. Sukenda, M.Sc. selaku Ketua Departemen Budidaya Perairan, serta Ibu Dr. Ir. Dinar Tri Soelistyowati, DEA. selaku pembimbing akademik. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya, Dimas Budiman dan Aulia Nugroho sebagai teman perjuangan selama penelitian, Shinta Kusumastuti yang telah memberikan motivasi, kasih sayang dan membantu penulis, Pembaruan Siregar, Fajar Adi Pratama, Hedra Akhrari, Sofi Ana dan Indra yang telah membantu penulis, seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen BDP, teman-teman sistekers, teman-teman di IONA yang telah membantu. Tidak lupa ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bapak Aken, sebagai pemilik CV. Jumbo Bintang Lestari dan Bapak Saad ketua kelompok tani yang telah menyediakan tempat untuk melakukan penelitian, dan seluruh teman-teman BDP 44.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(7)
(8)

DAFTAR PUSTAKA ... 15

LAMPIRAN ... 17

RIWAYAT HIDUP ... 25

DAFTAR

TABEL

1. Nilai kinerja produksi ikan lele dengan ukuran yang berbeda ... 8

2. Rataan hasil panen ikan lele ukuran 10, 8 dan 6 ekor/kg dan penerimaan per tahun ... 11

3. Analisis usaha pada pemeliharaan ikan lele sampai ukuran 10, 8 dan 6 ekor/kg ... 11

DAFTAR GAMBAR

1. Pertumbuhan bobot rata-rata ikan lele dumbo Clarias sp. per ekor tiap minggu ... 9

2. Koefisien keragaman bobot pada pemeliharaan ikan lele dumbo Clarias sp. sampai ukuran panen 10, 8 dan 6 ekor/kg. ... 10

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data survival rate (SR) ikan lele dumbo Clarias sp ... 17

2. Analisis ragam (ANOVA) untuk nilai SR ... 17

3. Jumlah konsumsi pakan (JKP) ikan lele dumbo Clarias sp perlakuan perbedaan ukuran panen ... 17

4. Data laju pertumbuhan harian (LPH) ikan lele dumbo Clarias sp. perlakuan perbedaan ukuran panen ... 18

5. Analisis ragam (ANOVA) untuk nilai LPH ... 19

6. Analisis ragam (ANOVA) untuk jumlah biomassa panen ... 19

7. Analisis ragam (ANOVA) untuk total penerimaan ... 20

8. Analisis ragam (ANOVA) untuk nilai FCR ... 20

9. Data koefisien keragaman bobot ikan lele dumbo Clarias sp. perlakuan perbedaan ukuran panen ... 21

10. Analisis ragam (ANOVA) untuk nilai koefisien keragaman bobot ... 21

11. Biaya Investasi ... 22

12. Biaya tetap perlakuan pemanenan ukuran 10 ekor/kg ... 23

13. Biaya tetap perlakuan pemanenan ukuran 8 ekor/kg ... 23

14. Biaya tetap perlakuan pemanenan ukuran 6 ekor/kg ... 23

15. Biaya variabel perlakuan pemanenan ukuran 10 ekor/kg ... 23

16. Biaya variabel perlakuan pemanenan ukuran 8 ekor/kg ... 24

17. Biaya variabel perlakuan pemanenan ukuran 6 ekor/kg ... 24

(9)
(10)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk, pendapatan dan perubahan pola hidup masyarakat menyebabkan permintaan terhadap ikan konsumsi di dalam maupun luar negeri semakin bertambah. Peningkatan permintaan pasar mendorong para pembudidaya untuk meningkatkan produksi dan keuntungan yang maksimal. Keadaan ini membuat para petani dan pembeli memiliki pilihan penjualan dan pembelian ikan dengan ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Namun, yang dihadapi oleh para pembudidaya ikan yaitu ukuran panen yang tidak linier dengan harga sehingga para pembudidaya harus cermat dalam menentukan ukuran panen untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Peningkatan permintaan ikan lele saat ini tidak lepas dari manajemen teknik budidaya, yaitu dengan cara melakukan pemanenan dengan ukuran panen yang berbeda-beda, bergantung pada kebutuhan konsumen. Perbedaan ukuran panen juga akan menentukan harga pasar ikan lele dan jumlah daging ikan lele yang akan dikonsumsi. Data permintaan ikan lele untuk daerah Jabodetabek mencapai 150 ton ikan lele per harinya (Muhammad, 2010). Seiring keputusan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan menargetkan produksi ikan lele pada 2014 meningkat sebesar 450%, yakni dari 200.000 ton per tahun menjadi 900.000 ton per tahun, maka terbuka peluang peningkatan produksi budidaya ikan lele untuk meningkatkan penerimaan bagi pembudidaya.

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya ikan lele berkembang pesat dikarenakan dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya relatif mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.

(11)

2 ditambah atau dikurangi diperlukan analisis skala ekonomi terhadap kegiatan budidaya tersebut.

Analisis terhadap skala ekonomi perlu dilakukan agar pembudidaya dapat mengevaluasi kinerja usaha budidaya ikan lele secara ekonomi. Dengan demikian, pembudidaya dapat memutuskan apakah faktor produksi dari usaha budidaya yang dijalankannya perlu ditambah atau dikurangi untuk memperoleh keuntungan maksimum. Petani pada umumnya memproduksi ikan lele dengan ukuran panen 10 ekor/kg tetapi di pasar-pasar tertentu juga menyediakan ukuran panen yang beragam. Dengan beragamnya pasar ikan lele yang ada maka dapat memberikan prospek bagi para pembudidaya terhadap peningkatan penerimaan pembudidaya ikan lele.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja produksi ikan lele pada ukuran panen 10, 8, dan 6 ekor/kg pada sistem budidaya intensif, membandingkan ukuran panen ikan lele dari segi produktivitas, serta menghitung analisis usaha dari kegiatan usaha ikan lele pada tiga ukuran panen di Gunung Sindur, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai 6 April sampai 2 Juli 2011. Perlakuan dan pemeliharaan ikan dilaksanakan di CV. Jumbo Bintang Lestari (JBL) Gunung Sindur, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor.

Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan masing-masing perlakuan menggunakan tiga ulangan sesuai dengan Steel dan Torrie (1995), yaitu:

(12)

3 Parameter Uji

Derajat Kelangsungan Hidup (Survival rate, SR)

Derajat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) adalah nilai perbandingan antara jumlah ikan yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah pada awal pemeliharaan. Perhitungan SR menggunakan persamaan yang dinyatakan oleh Goddard (1996) yaitu sebagai berikut:

SR = x 100%

Keterangan :

Nt = jumlah ikan akhir pemeliharaan

No = Jumlah ikan awal pemeliharaan

Jumlah ikan yang hidup dihitung dengan cara mengurangi ikan yang ditebar pada awal penebaran dengan ikan yang mati. Jumlah ikan yang mati dihitung dari ikan yang mati setiap hari dan dijumlahkan selama seminggu. Pada waktu panen, jumlah ikan dihitung satu persatu sebelum ditimbang.

Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian ikan lele dihitung berdasarkan persamaaan Huisman (1989) yaitu sebagai berikut:

LPH = - 1 x 100 % Keterangan :

LPH = Laju pertumbuhan harian (%/hari) Wt = Bobot rata-rata ikan pada hari ke-t (g) Wo = Bobot rata-rata ikan pada hari ke-0 (g) t = Waktu (hari)

Bobot rata-rata ikan ditimbang menggunakan timbangan digital setiap minggu. Ikan diambil sebanyak 30 ekor per kolam secara acak dari bagian yang berbeda-beda di setiap kolam.

Feed Conversion Ratio (FCR)

Menurut Effendy (2004), FCRadalah suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan kultur. Semakin besar nilai FCR, maka semakin semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg ikan daging kultur. FCR dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

(13)

4 Keterangan :

Wo = Biomassa ikan awal (g). Wt = Biomassa ikan akhir (g). Wd = Biomassa ikan yang mati (g). F = Jumlah pakan yang diberikan (g).

Jumlah pakan yang diberikan dihitung dengan cara menimbang sisa pakan per karung (30 kg) yang diberi tiap hari per kolam.

Koefisien Keragaman Bobot

Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan, yang dinyatakan dalam koefisien keragaman. Keragaman nilai ini merupakan persentase dari simpangan baku panjang ikan contoh terhadap nilai tengahnya dengan rumus :

KK = x 100% (Steel dan Torrie,1982) Keterangan:

KK = Koefisien keragaman S = Simpangan baku Y = Rata-rata contoh

Pemeliharaan Ikan

Pemeliharaan ikan yang dilakukan antara perlakuan 1, perlakuan 2, dan perlakuan 3 memiliki kesamaan antara lain yaitu penebaran, sampling, tetapi masa pemeliharaan yang berbeda. Pada perlakuan pemanenan ukuran 10 ekor/kg waktu yang dibutuhkan 6 minggu, pada perlakuan pemanenan 8 ekor/kg waktu yang dibutuhkan adalah 8 minggu, pada perlakuan pemanenan 6 ekor/kg waktu yang dibutuhkan adalah 10 minggu.

Persiapan wadah

(14)

5 tanaman ini berfungsi untuk mengurangi amoniak yang tinggi akibat tidak adanya pergantian air dan mengurangi fluktuasi suhu.

Penebaran

Benih ikan lele yang ditebar berukuran 12-13 cm dengan bobot awal rata-rataikan 14,82 ± 2,19 gram pada tingkat padat penebaran 120 ekor/m3. Benih yang digunakan berasal dari daerah Kampung Lele, Desa Babakan, Kabupaten Bogor. Sebelum benih ditebar ke kolam pemeliharaaan, benih yang baru tiba terlebih dahulu dimasukkan ke dalam kolam sortir selama 1-2 hari. Benih diangkut menggunakan drum plastik dari kolam sortir ke kolam pemeliharaan. Selanjutnya benih ditebar di kolam pemeliharaan. Penebaran benih dilakukan pada pagi hari.

Pemberian pakan

Pemberian pakan diberikan dari awal tebar sampai ikan siap panen ukuran 6-10 ekor/kg. Ukuran pelet yang digunakan yaitu 2 mm. Pelet diberikan sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan sore secara at satiation (sekenyangnya). Kadar protein pada pelet yang digunakan sebesar 32%.

Ikan yang baru masuk ke kolam tidak diberi pakan selama 1-2 hari karena ikan masih stres, ikan dibiarkan memakan pakan alami yang ada di kolam. Setelah itu, ikan dapat diberi pakan yang direndam air selama 15 menit agar ikan mudah mencerna pakan yang diberikan dan dapat terbiasa memakan pakan. Setelah itu, pemberian pakan dapat langsung dilakukan tanpa perendaman air sampai ikan panen. Sehari sebelum panen, ikan tidak diberi pakan untuk mencegah stres saat pengangkutan.

Pencegahan Penyakit

Pemberian obat dan vitamin dilakukan ketika nafsu makan ikan berkurang dan terdapat gejala-gejala terserang penyakit. Pemberian dilakukan dengan cara vitamin dan obat dilarutkan ke dalam air dengan perbandingan 1:1, setiap 1 kg pakan dengan 1 gelas air, kemudian direndam selama beberapa menit setelah itu pakan dapat diberikan ke ikan lele.

Pengambilan Contoh

(15)

6 Panen

Panen yang dilakukan saat bobot rata-rata ikan mencapai ukuran 10 ekor/kg (perlakuan 1), 8 ekor/kg (perlakuan 2), dan 6 ekor/kg (perlakuan 3). Sehari sebelum pemanenan ikan dipuasakan terlebih dahulu agar ikan tidak memuntahkan pakan saat pengangkutan dan mencegah mengurangi kematian. Panen dilakukan pada pagi atau sore hari. Kolam pemeliharaan disurutkan menggunakan pompa selama 2-3 jam dan air bekas pemeliharaan dibuang ke saluran air. Pada saat penyurutan air dilakukan juga pemanenan dengan menggunakan jaring untuk menghemat waktu. Setelah kolam surut, ikan lele akan berkumpul di sudut kolam yang rendah atau di kamalir, pemanenan dapat dilakukan dengan menyerok ikan dan kemudian dimasukkan ke dalam drum plastik yang dibagi 2 untuk kemudian diangkut ke wadah penyortiran. Wadah penyortiran berupa terpal yang pinggirnya dibatasi dengan kayu atau paralon 2 inci. Ikan disortir dan dimasukkan ke kolam penampungan sementara, diserok dan ditimbang bobotnya, kemudian ikan dimasukkan ke dalam drum plastik dan siap untuk ditransportasikan.

Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui pengamatan secara langsung di lapangan dengan metode wawancara dan pengisian kuesioner. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik pembudidaya, teknis produksi, input dan output produksi, penerimaan, biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, dan penyusutan. Data sekunder dalam penelitian ini diperlukan sebagai penunjang data primer yang telah didapatkan. Data sekunder diperoleh melalui informasi dari instansi dan lembaga terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Analisis Usaha

(16)

7 Analisis Pendapatan Usaha

Analisis ini bertujuan untuk menghitung keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan dengan rumus (Lipsey dan Richard 1995):

Keuntungan = Total Penerimaan-Total Biaya

Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

Nilai R/C Ratio digunakan untuk melihat besarnya uang yang akan dihasilkan jika menanamkan modal sebesar Rp 1 (Rahardi et al., 1998). R/C Ratio dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

R/C = Penerimaan total/Biaya total

Payback Periode

Analisis waktu pengembalian modal bertujuan untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk mengembalikan biaya investasi yang telah dikeluarkan dalam suatu usaha (Martin, 1991):

PP = (Total Investasi)/(keuntungan per tahun) x 1 tahun

Break Even Point (BEP)

BEP digunakan untuk mencari kapan waktu untuk mencapai titik impas. BEP terdiri dari BEP harga dan BEP produksi (Martin, 1991), yaitu:

a) BEP penerimaan menunjukkan bahwa produksi dikatakan impas jika memperoleh penerimaan sebesar nominal tertentu, yang dihitung menggunakan rumus:

BEP (Rp) =

b) BEP unit menunjukkan bahwa produksi dikatakan impas jika telah melakukan penjualan sebesar jumlah ikan (kg) tertentu, yang dihitung menggunakan rumus:

BEP (kg) =

Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi (HPP) merupakan nilai atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 1 unit produk (Rahardi et al., 1998), yang dihitung menggunakan rumus:

(17)

8 Analisis Data

Analisis data menggunakan program MS. Excel 2007 dan SPSS 16.0 yang meliputi:

1) Analisis ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95%, digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup (SR), laju pertumbuhan harian (LPH), konversi pakan (FCR). Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan diuji lanjut dengan menggunakan uji Tukey.

2) Analisis deskripsi kuantitatif, digunakan untuk mendiskripsikan efisiensi ekonomi kelayakan media pemeliharaan bagi kehidupan benih ikan lele selama penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pembudidayaan ikan lele dalam sistem intensif dengan perlakuan ukuran panen 10, 8, dan 6 ekor/kg dirinci pada Tabel 1. Dari tabel tersebut diketahui bahwa perlakuan pemanenan ukuran panen 10, 8, dan 6 ekor/kg tidak memberikan pengaruh berbeda nyata (P>0,05) terhadap nilai survival rate (SR) dan koefisien keragaman bobot. Namun perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan harian (LPH) dan Feed Conversion Ratio (FCR).

Tabel 1 Kinerja produksi ikan lele dengan ukuran yang berbeda

Parameter Uji Perlakuan Ukuran Panen

Size 10 Size 8 Size 6

Survival rate (%) 77a ± 2,39 73a ± 3,11 71a ± 4,75

Laju pertumbuhan harian (%) 4,00c ± 0,08 3,38b ± 0,06 3,11a ± 0,07

Jumlah biomassa panen/tahun (kg) 110.060a ± 1.124 108.131a ± 1.703 109.159a ± 6.314

Jumlah konsumsi pakan/tahun (kg) 95.040 110.250 113.960

Feed conversion ratio (FCR) 1,07a ± 0,02 1,22b ± 0,03 1,20ab ± 0,09

Koefisien keragaman bobot (%) 2,98a ± 0,17 2,58a ± 0,80 2,26a ± 0,89

Lama pemeliharaan (minggu) 6 8 10

Jumlah siklus/tahun 6 5 4

(18)

9 Derajat kelangsungan hidup (Survival rate, SR)

Derajat kelangsungan hidup (SR) pada perlakuan pemanenan ukuran panen 10 ekor/kg memiliki SR tertinggi yaitu 77% kemudian pada perlakuan ukuran panen 8 ekor/kg yaitu sebesar 73% dan pada perlakuan dengan pemanenan 6 ekor/kg yaitu sebesar 71%. Nilai tingkat SR perlakuan 1, 2, dan 3 menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh yang berbeda nyata (P>0,05) terhadap derajat kelangsungan hidup.

Laju Pertumbuhan Harian

Laju Pertumbuhan Harian pada perlakuan dengan ukuran panen 10 ekor/kg memiliki nilai LPH tertinggi yaitu 4%, kemudian pada perlakuan dengan ukuran panen 8 ekor/kg yaitu 3,38% dan pada perlakuan pemanenan ukuran panen 6 ekor/kg yaitu 3,11%. Dari hasil analisis ragam diketahui bahwa perlakuan perbedaan ukuran panen 10, 8, dan 6 ekor/kg tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan harian.

Feed Conversion Ratio (FCR)

Feed Conversion Ratio pada perlakuan ukuran panen 10 ekor/kg yaitu 1,07% kemudian pada panen ukuran 8 ekor/kg yaitu 1,22% dan pada ukuran 6 ekor/kg 1,20%. Dari hasil analisis ragam diketahui bahwa perlakuan perbedaan ukuran panen memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap FCR. Setelah dilakukan uji lanjut perlakuan pemanenan ukuran 10 ekor/kg yang terkecil menunjukkan perbedaan nilai FCR terhadap ukuran panen 6 ekor/kg. Namun pada panen ukuran 8 ekor/kg tidak berbeda nyata terhadap ukuran panen 10 dan 6 ekor/kg.

Pertumbuhan bobot ikan lele dari ketiga perlakuan setiap minggunya dapat dilihat pada Gambar 1.

(19)

10 Berdasarkan grafik pertumbuhan bobot dapat dilihat peningkatan biomassa dari minggu ke minggu yang meningkat dari awal penebaran sampai pemanenan ukuran panen 10, 8 dan 6 ekor/kg dan tetap terlihat peningkatan biomassa. Biomassa tertinggi pada perlakuan panen ukuran 6 ekor/kg yaitu pada minggu ke 10, kemudian panen dengan ukuran 8 ekor/kg dan pemanenan 6 ekor/kg.

Koefisien Keragaman Bobot

Nilai koefisien keragaman menunjukkan variasi ukuran pada setiap perlakuan. Nilai yang diperoleh pada ukuran panen 10, 8 dan 6 ekor/kg berturut-turut adalah 2,98 %, 2,58% dan 2,26%. Dari hasil analisis ragam diketahui bahwa perlakuan perbedaan ukuran panen 10, 8, dan 6 ekor/kg tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan harian.

Gambar 2 Koefisien keragaman bobot pada pemeliharaan ikan lele dumbo Clarias sp. sampai ukuran panen 10, 8, dan 6 ekor/kg.

Efisiensi ekonomi

Perhitungan efisiensi ekonomi dilakukan dalam jangka waktu satu tahun. Asumsi biaya yang digunakan untuk perlakuan perbedaan ukuran panen (size) dibedakan berdasarkan kebutuhan biaya tambahan yang dibutuhkan untuk setiap perlakuan (Lampiran 11-17).

Asumsi yang digunakan sebagai berikut:

a. Harga faktor produksi dianggap tetap selama produksi.

b. Pemeliharaan menggunakan kolam tanah dengan ukuran kolam 16 m x 7,5 m x 1,5 m sebanyak 10 unit untuk tiap perlakuan.

c. Persentase penyusutan perlengkapan produksi sesuai Lampiran 8. d. Harga benih ikan lele ukuran 12-13 cm sebesar Rp 300,-

(20)

11 f. Setiap 1 kg ikan dikenakan biaya pemanenan sebesar Rp 150,-

g. Biaya pemakaian listrik batas daya 900 VA dan biaya beban per bulan Rp 18.000,-

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil panen per tahun sebagai berikut (Tabel 2).

Tabel 2 Rataan hasil panen ikan lele ukuran 10, 8 dan 6 ekor/kg dan penerimaan per tahun.

Analisis usaha perlakuan panen ukuran 10, 8, dan 6 ekor/kg dapat terlihat pada (Tabel 3) berikut. Berdasarkan grafik dapat terlihat biaya total terbesar pada ukuran panen 8 ekor/kg yaitu Rp 1.163.560.283, kemudian pada ukuran panen 10 ekor/kg yaitu Rp 1.133.418.783 dan terendah pada ukuran panen 8 ekor/kg yaitu Rp 1.117.485.117. Penerimaan terbesar pada perlakuan ukuran panen 10 ekor/kg yaitu sebesar Rp 1.320.480.000, kemudian pada ukuran panen 8 ekor/kg yaitu Rp 1.243.725.000 dan terendah pada ukuran panen 8 ekor/kg yaitu Rp 1.146.180.000. Keuntungan terbesar yaitu pada perlakuan ukuran panen 10 ekor/kg sebesar Rp 187.061.217, kemudian pada ukuran panen 8 ekor/kg yaitu Rp 80.164.717 dan yang terendah pada ukuran panen Rp 28.694.883.

Tabel 3 Analisis usaha pada pemeliharaan ikan lele sampai ukuran panen 10, 8, dan 6 ekor/kg.

Parameter Perlakuan

Ukuran panen 10 Ukuran panen 8 Ukuran panen 6

Investasi (Rp) Rp 122.972.500 Rp 122.972.500 Rp 122.972.500

Biaya Tetap (Rp) Rp 57.507.783 Rp 57.507.783 Rp 57.507.783

Biaya Variabel (Rp) Rp 1.075.911.000 Rp 1.106.052.500 Rp 1.059.977.333

Total Biaya (Rp) Rp 1.133.418.783 Rp 1.163.560.283 Rp 1.117.485.117

Penerimaan (Rp) Rp 1.320.480.000 Rp 1.243.725.000 Rp 1.146.180.000

(21)

12 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa ketiga perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P>0,05) terhadap derajat kelangsungan hidup. Dalam penelitian ini, secara teknis pada 3 perlakuan tersebut tidak dilakukan pergantian air sehingga dapat mempengaruhi kualitas air terutama dalam jangka waktu yang lebih lama.

Ikan lele mampu tumbuh optimal jika kandungan oksigen terlarut >3 mg/L (Rahman et al, 1992). Menurut Goddard (1996) kelangsungan hidup dapat dipengaruhi faktor eksternal berupa kondisi lingkungan dan ketersediaan pakan. Rendahnya oksigen dapat menyebabkan nafsu makan menurun yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan dan kelangsungan hidup. Salah satu tindakan untuk menciptakan lingkungan yang ideal adalah melakukan pergantian air. Keragaman nilai derajat kelangsungan hidup tersebut juga dapat disebabkan oleh faktor kanibalisme ikan lele tersebut. Meningkatnya kandungan amoniak dalam air dapat menyebabkan ikan cepat mengalami stres dan ikan mudah terkena penyakit dan menyebabkan pertumbuhan terganggu (Boyd, 1982). Sifat kanibalisme ikan lele dapat diantisipasi dengan menciptakan kondisi lingkungan yang ideal. Perlakuan pergantian air dan pemberian pakan dengan cara sekenyang-kenyangnya (at satiation) menyebabkan kondisi lingkungan yang lebih terkontrol sehingga respons ikan terhadap pakan yang diberikan akan semakin baik sehingga kondisi ikan dapat terpantau dalam hal kebutuhan pakan untuk mengurangi kanibalisme.

Laju pertumbuhan harian masing-masing memiliki nilai yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap tiap perlakuan. Laju pertumbuhan harian (LPH) pada perlakuan 1 merupakan yang tertinggi kemudian pada perlakuan 2 dan kemudian perlakuan 3 yaitu secara berturut-turut (4,00±0,08), (3,38±0,06), dan (3,11±0,07). Terjadi penurunan laju pertumbuhan harian pada perlakuan pemanenan ukuran 8 ekor/kg dan 6 ekor/kg. Hal ini disebabkan karena waktu yang diperlukan pada pemeliharaan perlakuan pemanenan ukuran 8 dan 6 ekor/kg yang lebih lama. Hal ini menyebabkan kondisi air yang menurun dan kurang optimal untuk proses pertumbuhan karena air yang digunakan tidak mengalir (stagnan water) sehingga terdapat banyak sisa pakan dan metabolisme serta amonia lainnya yang mengakibatkan kualitas air menurun dan pertumbuhan pada ikan pun terganggu dan menjadi lambat. Hal ini juga didukung oleh Boyd (1982) yang menyatakan bahwa apabila kadar amonia dalam air meningkat, maka ekskresi amonia oleh ikan berkurang dan kadar amonia dalam darah dan jaringan meningkat sehingga dapat menyebabkan kematian pada ikan. Nilai kualitas air berfluktuatif seiring dengan perubahan cuaca di daerah tempat penelitian. Kualitas air dalam suatu wadah budidaya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor kimia, fisika dan biologis (Boyd, 1982).

(22)

13 tersebut baik untuk dikonsumsi oleh ikan dan akan memperkecil pengeluaran keuangan karena pakan yang digunakan akan semakin kecil. FCR untuk ukuran panen 8 ekor/kg yaitu sebesar 1,22, dan ukuran panen 6 ekor/kg yaitu1,20. Perbedaan FCR ini terjadi karena faktor eksternal dan internal ikan, Oksigen secara tidak langsung mempengaruhi besar kecilnya konversi pakan (Huisman, 1976). Hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian pakan adalah frekuensi pemberian pakan dan konversi pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan daging atau berat ikan. Pakan alami ikan lele berupa jasad hewani yaitu crustacea kecil, larva serangga (kutu air, jentik nyamuk), cacing dan molusca. Semua itu menunjukkan bahwa ikan lele bersifat omnivor cenderung karnivor. Faktor lainnya adalah oleh kesalahan manusia (human error) yang dapat menimbulkan pakan yang keluar berlebihan sehingga FCR akan membesar. Faktor yang mempengaruhi hasil panen yaitu mortalitas, dan lama pemeliharaan.

Koefisien keragaman bobot menunjukkan seberapa besar variasi ukuran bobot ikan dalam pemeliharaan. Pada pengamatan ini, perbedaan ukuran panen tidak memberikan pengaruh terhadap koefisien keragaman bobot. Semakin besar nilai koefisien keragaman bobot maka dalam populasi tersebut ukuran antar individu akan semakin beragam. Nilai koefisien keragaman dalam percobaan ini masih di bawah 20%, sehingga masih dapat dianggap seragam. Keragaman ukuran ikan dalam suatu populasi sangat penting, karena apabila terjadi keragaman yang tinggi maka ikan yang berukuran lebih besar akan lebih mudah memperoleh pakan sedangkan ikan yang lebih kecil akan kalah bersaing dalam memperoleh pakan. Sebagai produk, keragaman dapat mempengaruhi harga jual ikan karena ikan yang memiliki ukuran yang seragam harganya akan lebih tinggi daripada ikan yang ukurannya tidak seragam.

Hasil rataan panen per tahun dari penelitian ini yaitu pada perlakuan panen ukuran 10 ekor/kg sebesar 110.040 kg kemudian perlakuan panen 6 ekor/kg sebesar 109.160 kg dan terendah pada ukuran panen 8 ekor/kg yaitu sebanyak 108.150 kg. Hasil panen dipengaruhi oleh ukuran panen ikan, lama pemeliharaan yang meningkatkan bobot pertumbuhan ikan lele dan banyaknya siklus panen yang terjadi dalam setahun. Panen pada ukuran 10 ekor/kg sebanyak 6 kali panen , 8 ekor/kg 5 kali panen dan 10 ekor/kg sebanyak 4 kali panen per tahunnya.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa keuntungan terbesar terdapat pada perlakuan pemanenan dengan ukuran 10 ekor/kg yaitu sebesar Rp 187.061.217 kemudian perlakuan pemanenan dengan ukuran 8 ekor/kg yaitu sebesar Rp 80.164.717 dan ukuran 6 ekor/kg yaitu Rp 28.694.883.

(23)

14 baik dari segi ekonomi. Peningkatan produksi harus mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil yang ekonomis dan produksi yang maksimal tidak selamanya merupakan produksi yang tinggi atau sesuai perhitungan ekonomi (Boyd, 1990).

Nilai BEP (Rp) dan BEP (kg) perlakuan tertinggi yaitu pada perlakuan pemanenan dengan ukuran 6 ekor/kg yang memiliki nilai yaitu secara berturut-turut sebesar Rp 764.643.063 dan 5.477 ekor yang artinya titik impas pada perlakuan panen ukuran 6 ekor/kg dicapai pada saat penerimaan sebesar Rp 764.643.063 dengan produksi ikan sebanyak 5.477 ekor. Kemudian pada pemanenan 8 ekor/kg yang memiliki nilai yaitu secara berturut-turut sebesar Rp 519.521.820 dan 5.001 ekor yang artinya titik impas pada pemanenan ukuran 8 ekor/kg dicapai pada saat penerimaan sebesar Rp 519.521.820 dengan produksi ikan sebanyak 5.001 ekor. Pada perlakuan panen 10 ekor/kg memiliki nilai yaitu secara berturut-turut sebesar Rp 310.496.742 dan 4.793 ekor yang artinya titik impas pada perlakuan panen ukuran 10 ekor/kg dicapai pada saat penerimaan sebesar Rp 310.496.742 dengan produksi ikan sebanyak 4.793 ekor.

Payback periode (PP) adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui lamanya waktu pengembalian modal (Rahardi et al,. 1998). Nilai PP tertinggi terdapat pada perlakuan panen ukuran 6 ekor/kg yaitu senilai 1,07 yang artinya untuk mengembalikan biaya investasi untuk usaha pembesaran ikan lele tersebut dibutuhkan waktu 1,07 tahun. Besar nilai PP pada perlakuan pemanenan dengan ukuran 8 ekor/kg dan 10 ekor/kg yaitu 0,38 tahun dan 0,13 tahun yang artinya untuk mengembalikan biaya investasi untuk usaha pembesaran ikan lele tersebut dibutuhkan waktu 0,38 tahun dan 0,13 tahun.

(24)

15

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa dari perlakuan ukuran panen 10, 8, dan 6 ekor/kg menghasilkan kinerja produksi ikan lele pada sistem budidaya intensif yang terbaik adalah 10 ekor/kg, baik dilihat dari laju pertumbuhan dan konversi pakan maupun dari penerimaan dan analisis usahanya.

Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan untuk memproduksi ikan lele pada ukuran panen 10 ekor/kg.

DAFTAR PUSTAKA

Boyd CE. 1982. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama: Birmingham Publishing Co.

Busacker GP, Adelman IR, Goolish EM.1990. Growth. Di dalam: Schreck CB. Moyle PB. editors. Methods for fish Biology. USA: American Fisheries Society.

Effendy H. 2004. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. New York:

Chapman and Hall.

Huisman EA. 1976. Food Conversion Effeciences at Maintenance and Production Levels for Carp, Cyprinus carpio L. and Rainbow Trout Salmo gairneri R. Aquaculture, 9:259-273.

Lipsey RG. 1995. Pengantar Mikroekonomi Intermediate. Edisi 3. Jakarta: Rajawali Press.

Lovell T.1989. Nutrition and Feeding of Fish. New York: Van Nostrand Reinhold. Martin JD, Petty JW, Keown AJ, Scott DF.1991. Basic Financial Management 5th

edition. New Jersey, USA: Prentice Hall Inc.

Muhammad F. 2010. Kompas.com. Festival Lele. [ 9 April 2011].

(25)

16 Rahman MM, Varga I, Chowdury SN. 1992. Manual of African Magur (Clarias gariepinus) Culture in Bangladesh, FAO Corporate Rerository, Bangladesh : Institutional Stenghthening in The Fisheries Sector.

Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglas. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Steel RGD, Torrie JH. 1981. Prinsip-prinsip dan Prosedur Statistik. Terjemahan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Tokyo, Japan: Dept. of Aquatic Biosciences, Tokyo University of Fisheries.

(26)

17 Lampiran 1 Data survival rate (SR) ikan lele dumbo Clarias sp.

Perlakuan Ulangan Jumlah awal (ekor)

Perlakuan Ulangan Jumlah awal (ekor)

Perlakuan Ulangan Jumlah awal (ekor)

Lampiran 2 Analisis ragam (ANOVA) untuk nilai SR ANOVA

Kesimpulan: Sig.>0,05 berarti perlakuan perbedaan ukuran panen tidak berpengaruh nyata terhadap survival rate (SR).

(27)

18

Lampiran 4 Data laju pertumbuhan harian (LPH) ikan lele dumbo Clarias sp. perlakuan perbedaan ukuran panen.

Perlakuan Ulangan Bobot awal (g)

Perlakuan Ulangan Bobot awal (g)

(28)

19 Lampiran 5 Analisis ragam (ANOVA) untuk nilai LPH

ANOVA

LPH Jumlah

kuadrat db

Kuadrat

tengah F Sig.

Perlakuan 1,239 2 0,620 130,306 0,000

Sisa 0,029 6 0,005

Total 1,268 8

Kesimpulan: Sig.<0,05 berarti perlakuan perbedaan ukuran panen berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan harian (LPH).

LPH

Perlakuan N Kelompok (α= 0,05)

1 2 3

Size 10 3 4,0000

Size 8 3 3,3833

Size 6 3 3,1133

Sig. 1,000 1,000 1,000

Lampiran 6 Analisis ragam (ANOVA) untuk jumlah biomassa panen ANOVA

Biomassa Jumlah

kuadrat db

Kuadrat

tengah F Sig.

Perlakuan 5591512,889 2 2795756,444 0,190 0,831

Sisa 8,806E7 6 1,468E7

Total 9,365E7 8

Kesimpulan: Sig.<0,05 berarti perlakuan perbedaan ukuran panen berpengaruh nyata terhadap jumlah biomassa panen.

Biomassa Perlakuan N

Kelompok (α= 0,05)

1 2

Size 10 3 9,1717E4

Size 8 3 8,6505E4

Size 6 3 1,0916E5

(29)

20 Lampiran 7 Analisis ragam (ANOVA) untuk jumlah penerimaan

ANOVA Penerimaan Jumlah

kuadrat df

Kuadrat

tengah F Sig.

Perlakuan 3,618E16 2 1,809E16 11,385 0,009

Size 9,534E15 6 1,589E15

Total 4,571E16 8

Kesimpulan: Sig.<0,05 berarti perlakuan perbedaan ukuran panen berpengaruh nyata terhadap jumlah penerimaan.

Penerimaan Perlakuan N

Kelompok (α= 0,05)

1 2

Size 10 3 1,1006E9

Size 8 3 9,9481E8

Size 6 3 1,1462E9

Sig. 1,000 0,399

Lampiran 8 Analisis ragam (ANOVA) untuk FCR ANOVA

FCR Jumlah

kuadrat db

Kuadrat

tengah F Sig.

Perlakuan 0,042 2 0,021 6,086 0,036

Size 0,021 6 0,003

Total 0,063 8

Kesimpulan: Sig.<0,05 berarti perlakuan perbedaan ukuran panen berpengaruh nyata terhadap FCR.

FCR Perlakuan N

Kelompok (α= 0,05)

1 2

size 10 3 1,0667

size 8 3 1,2200

size 6 3 1,2033 1,2033

(30)

21 Lampiran 9. Data koefisien keragaman bobot ikan lele dumbo Clarias sp.

perlakuan perbedaan ukuran panen. Perlakuan Ulangan KK (%) Simpangan

baku Ukuran

panen 10

1 2,79

0,17

2 3,10

3 3,05

Rataan 2,98

Perlakuan Ulangan KK (%) Simpangan baku Ukuran

panen 8

1 2,30

0,80

2 1,96

3 3,49

Rataan 2,58

Perlakuan Ulangan KK (%) Simpangan baku Ukuran

panen 6

1 1,97

0,69

2 1,76

3 3,05

Rataan 2,26

Lampiran 10. Analisis ragam (ANOVA) untuk koefisien keragaman ANOVA

KK Jumlah

Kuadrat db

Kuadrat

Tengah F Sig.

Perlakuan 0,780 2 0,390 1,016 0,417

Size 2,304 6 0,384

(31)

22 Lampiran 11. Biaya investasi

(32)

23 Lampiran 12. Biaya tetap perlakuan pemanenan ukuran panen 10 ekor/kg per

tahun

3 Biaya penyusutan 25.076.583

Total 710.260 57.507.783

Lampiran 13. Biaya tetap perlakuan pemanenan ukuran panen 8 ekor/kg per tahun No Uraian Jumlah Satuan

3 Biaya penyusutan 25.076.583

Total 710.260 57.507.783

Lampiran 14. Biaya tetap perlakuan pemanenan ukuran panen 6 ekor/kg per tahun

No Uraian Jumlah Satuan

3 Biaya penyusutan 25.076.583

Total 710.260 57.507.783

Lampiran 15. Biaya variabel perlakuan pemanenan ukuran 10 ekor/kg per tahun.

(33)

24

Lampiran 16. Biaya variabel perlakuan pemanenan ukuran panen 8 ekor/kg per tahun

No Uraian Jumlah Satuan

Harga satuan (Rp)

Jumlah total (Rp) 1 Benih ikan lele ukuran 12-13 cm 230.000 ekor 300 345.000.000

2 Pakan 735 kg 200.000 735.000.000

3 Bahan bakar 5 liter 4.500 337.500

4 Perbaikan pematang 10 kolam 80.000 4.000.000

5 Biaya panen 21.630 kg 150 16.215.000

6 Obat dan vitamin 20 saset 55.000 5.500.000

Total 1.106.052.500

Lampiran 17. Biaya variabel perlakuan pemanenan ukuran 6 ekor/kg per tahun

No Uraian Jumlah Satuan

Harga satuan (Rp)

Jumlah total (Rp) 1 Benih ikan lele ukuran 12-13 cm 230.000 ekor 300 276.000.000

2 Pakan 950 kg 200.000 759.733.333

3 Bahan bakar 5 liter 4.500 270.000

4 Perbaikan pematang 10 Kolam 80.000 3.200.000

5 Biaya panen 27.290 kg 150 16.374.000

6 Obat dan vitamin 20 saset 55.000 4.400.000

Total 1.059.977.333

Lampiran 18. Rataan hasil panen perlakuan pemanenan ukuran 10, 8, 6 ekor/kg per tahun

Ukuran Jumlah (ekor) Bobot (kg) Harga (Rp) Total (Rp)

10 1.056.900 110.040 12.000 1.320.480.000

8 841.950 108.150 11.500 1.243.725.000

6 650.800 109.160 10.500 1.146.180.000

(34)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Rian Pradiatma. Penulis lahir di Pinrang pada tanggal 23 Januari 1990 dari pasangan Bapak Bachtiar Dauda dan Ibu Misrudia Haruna. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dengan kakak yang bernama Prima Yana Bakti dan adik yang bernama Tri Nurul Ilman.

Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis adalah SDN 187 Pinrang dan lulus pada tahun 2001, SMPN 1 Pinrang dan lulus pada tahun 2004, SMAN 1 Pinrang dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada program studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pada masa perkuliahan, penulis melakukan Praktek Lapangan di PT. Semata Singaparna Tasikmalaya pada tahun 2010. Penulis juga merupakan anggota dari UKM Music Agricultural Expresion. Penulis juga aktif dalam himpunan Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa Makassar (IKAMI) sebagai pengurus Divisi Sosial periode 2008/2009.

Dalam tugas akhir, penulis melakukan penelitian dengan judul

“Peranan Ukuran Panen Ikan Lele Dumbo Clarias sp. dalam Peningkatan

Gambar

Tabel 1 Kinerja produksi ikan lele dengan ukuran yang berbeda
Gambar 1 Pertumbuhan bobot rata-rata ikan lele dombo Clarias sp. per ekor tiap
Gambar 2 Koefisien keragaman bobot pada pemeliharaan ikan lele dumbo Clarias
Tabel 3 Analisis usaha pada pemeliharaan ikan lele sampai ukuran panen 10, 8,

Referensi

Dokumen terkait

pemberian kasus pada konstituen, (4) teori batas perpindahan (bounding theory) membahas tentang pembatasan jarak yang dapat dilalui oleh unsur yang mengalami proses perpindahan dari

Agama mempengaruhi dan sistem nilai budaya faktor-faktor ekonomi dan sosial (Suseno 2001: 83). Disamping itu menurut beberapa penelitian, agama dinilai berpengaruh terhadap

Menandatangani Surat Pernyataan Melepaskan Hak Atas Tanah tersebut dan atau surat-surat yang berhubungan dengan maksud dan tujuan Pelepasan Hak atas tanah

Belat laut dalam dioperasikan sebelum pasang purnama yaitu pada waktu 11 hari bulan sampai 13 hari bulan dan dioperasikan pada saat air pasang tinggi dalam

◦ Larutan tanah (sifatnya tersedia untuk diserap oleh akar tanaman) ◦ Bahan organik (mengalami proses perombakan).. ◦ Organisme tanah (komponen

Tujuan penelitian adalah mengindentifikasi persepsi mahasiswa UGM terkait Jogja Renaissance pada branding “Jogja Istimewa” menggunakan konsep Kota Layak Huni, Kota Pintar,

Data yang didapatkan dari hasil penelitian sekitar 52 siswi di SMK PGRI 2 adalah terdapat 1.9% responden yang berpengetahuan baik tentang kanker payudara dan berperilaku

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang retribusi Daerah, maka perlu diatur kembali Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor