• Tidak ada hasil yang ditemukan

Minat Dan Motivasi Siswa Memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mendorong Peningkatan Mutu Pendidikan Di Kabupaten Tapanuli Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Minat Dan Motivasi Siswa Memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mendorong Peningkatan Mutu Pendidikan Di Kabupaten Tapanuli Utara"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

MINAT DAN MOTIVASI SISWA

MEMILIH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

MENDORONG PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

TESIS

Oleh

YUDICIUM MARTUA RAJA HUTAGAOL

077003056/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

MINAT DAN MOTIVASI SISWA

MEMILIH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

MENDORONG PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magíster Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Konsentrasi Perencanaan Pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

YUDICIUM MARTUA RAJA HUTAGAOL

077003056/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : MINAT DAN MOTIVASI SISWA MEMILIH

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

MENDORONG

PENINGKATAN

MUTU

PENDIDIKAN

DI

KABUPATEN

TAPANULI UTARA

Nama Mahasiswa : Yudicium Martua Raja Hutagaol

Nomor Pokok : 077003056

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Konsentrasi : Perencanaan Pendidikan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) Ketua

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE.) (Drs. Rujiman, MA.) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza

Anggota : 1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

2. Drs. Rujiman, MA

3. Prof. Dr. Badaruddin

(5)

PERNYATAAN

MINAT DAN MOTIVASI SISWA

MEMILIH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

MENDORONG PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2009

(6)

ABSTRAK

Yudicium Martua Raja Hutagaol. NIM 077003056. “Minat dan Motivasi Siswa Memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mendorong Peningkatan Mutu Pendidikan di Kabupaten Tapanuli Utara”, di bawah bimbingan Prof. Bachtiar

Hassan Miraza (Ketua), Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE (Anggota), Drs. Rujiman, MA (Anggota).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1. Pengaruh minat dan motivasi siswa memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terhadap peningkatan mutu pendidikan SMK di Kabupaten Tapanuli Utara, 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi minat dan motivasi siswa dalam memilih SMK. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Sampel penelitian dilakukan kepada siswa kelas 1 SMK Negeri 1 Siatas Barita dan SMK Negeri 1 Siborongborong, dengan 87 orang responden yang diperoleh secara acak. Jenis dan teknik pengumpulan data menggunakan data primer dengan menggunakan kuesioner dan memakai skala likert dalam setiap pertanyaan dan juga menggunakan data sekunder. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dan untuk teknik analisis data penelitian digunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa: 1. Minat dan motivasi memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap mutu pendidikan. Dengan dipengaruhi oleh minat yang terdapat pada siswa sehingga ia termotivasi untuk belajar agar tercapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mampu untuk memperbaiki mutu pendidikannya. Keberhasilan pendidikan di sekolah haruslah memperhatikan faktor kepala sekolah, guru, kurikulum, sarana dan prasarana sekolah serta siswa, dan 2. Adapun hal-hal yang mempengaruhi variabel minat adalah ketertarikan, jurusan dan fasilitas. Dan yang mempengaruhi pada variabel motivasi adalah penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar dan hasrat, serta pada variabel mutu pendidikan yang mempengaruhi adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kurikulum dan kesiswaan. Dengan demikian diharapkan hal-hal tersebut dapat memberi gambaran kepada sekolah untuk terus berbenah dan mampu memberi kontribusi bagi masyarakat dalam membina serta meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Tapanuli Utara.

(7)

ABSTRACT

Yudicium Martua Raja Hutagaol. NIM 077003056. “Interest and motivation students to choice specialist high school to stimulate to increase the quality of education at North Tapanuli Regency”, guidances bellowed by Prof. Bachtiar Hassan Miraza (Chairman), Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE (Member), Drs. Rujiman, MA (Member).

The purposes of this research are to analysis: 1. the influence of student’s interest and motivation to choice Specialist High School for increase the quality of education of SMKN in North Tapanuli Regency, 2. what the factors are which influence the student’s interest and motivation to choice SMK. The technique which is used to take the sample is simple random sampling technique. The sample of the research doing by student in the 1st class in SMKN 1 Siatas Barita and SMKN 1 Siborong-borong, with 87 respondents which are choice by randomly. The technique of collecting is used the primer and secondary data. The primer data is used questionnaires with likert scale of each question. The method of this research is survey, and the technique of analysis research data is used multiple regression analysis. The results of this research are: 1. the interest and motivation give a positive influence and significant for quality of education. Which influence by interest in student so can make motivation to study for achieve the purpose which are they want to be. Therefore school as an educations centre should be able to repair their quality of the education. The successful of the education at school should notice by the headmaster’s, teachers’, curriculum’s, structure and infrastructure’s of school and the student’s factors, and 2. As for matters that influence the interest variable is interesting, direction, and facility, and which is influence for motivation variable is appreciation in study, activity which is interest in study and desire, and the influence factor for quality of education is humanity, structure and infrastructure, curriculum and the students. So, it can give a description to school to tidy up always and can give a contribution for the people increate and increase the quality of humanity North Tapanuli Regency.

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasihNya penelitian yang berjudul “Minat dan Motivasi Siswa Memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mendorong Peningkatan Mutu Pendidikan di Kabupaten Tapanuli Utara“, dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Atas rampungnya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut memberikan bantuan dan dukungan, baik sewaktu penulis mengikuti proses perkuliahan maupun pada saat melakukan penelitian. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Komisi Pembimbing dalam penulisan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirozujilam, SE, selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penulisan tesis ini. 3. Bapak Drs. Rujiman, MA, selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak

memberi bimbingan serta arahan dalam penulisan tesis ini.

(9)

penguji serta telah memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh civitas akademika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membantu penulis dalam proses administrasi maupun kelancaran kegiatan akademik.

10. Pemerintah Republik Indonesia c.q Menteri Pendidikan Nasional yang telah memberikan dukungan pembiayaan melalui Program Beasiswa Unggulan hingga penyelesaian tesis ini berdasarkan DIPA Sekretariat Jenderal Depdiknas Tahun Anggaran 2007 sampai dengan 2009.

(10)

12. Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Siatas Barita dan SMK Negeri 1 Siborongborong yang telah memberi kesempatan penelitian guna melengkapi data-data yang diperlukan.

13. Kepada kedua orangtua, kakak dan adikku yang telah memberi dukungan dan doa sampai tercapainya semua cita-cita ini.

14. Kepada istriku Lasma dan anakku Shamuel, atas dukungan dan doa yang telah kalian berikan selama masa perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini.

15. Kepada Keluarga Bapauda Kembar, keluarga Bapauda Markus, Iwan, Yuda dan Boston yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

16. Seluruh rekan-rekan seangkatan pada Konsentrasi Perencanaan Pendidikan PWD USU, untuk persahabatan selama perkuliahan dan sampai penyelesaian tesis ini.

Akhirnya penulis mengharap, semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi insan akademisi dan bagi semua pihak yang membacanya dengan harapan dapat memberi koreksi yang membangun apabila terdapat kesalahan.

Medan, Agustus 2009 Penulis,

(11)

RIWAYAT HIDUP

Yudicium Martua Raja Hutagaol lahir pada tanggal 27 Pebruari 1978 di Medan. Anak dari Bpk. Ir. A.M.H. Hutagaol, MM dan Ibu N. br. Manurung dan menikah dengan L. br. Marpaung, SE serta telah dikaruniai satu orang anak bernama Shamuel Bonatua Hutagaol.

Menyelesaikan pendidikan dari SD Santa Maria Katolik Tarutung tahun 1990, SMP Methodist I Medan tahun 1993, SMA Methodist I Medan tahun 1996, dan memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara tahun 2004.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Minat ... 10

2.1.1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Minat ... 12

2.1.2. Pentingnya Minat ... 14

2.2. Motivasi ... 15

2.3. Motivasi Berprestasi... 17

2.4. Motivasi Belajar ... 19

2.4.1. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 20

2.5. Mutu Pendidikan ... 21

2.6. Perencanaan Pendidikan... 26

2.7. Sekolah Menengah Kejuruan ... 28

2.7.1. Proses Perencanaan Pendidikan Kejuruan ... 30

(13)

2.9. Penelitian Sebelumnya ... 35

2.10. Kerangka Berpikir ... 38

2.11. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

3.2. Metode Penelitian ... 39

3.3. Populasi dan Sampel ... 39

3.3.1. Populasi ... 39

3.3.2. Sampel... 40

3.4. Matriks Operasional Variabel ... 42

3.5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.6. Teknik Analisis Data... 44

3.7. Pengujian Instrumen Penelitian... 46

3.7.1. Uji Validitas ... 46

3.7.2. Uji Reliabilitas ... 46

3.8. Definisi Operasional ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 48

4.1.1. Letak Geografis ... 48

4.1.2. Luas Wilayah ... 49

4.1.3. Penduduk... 50

4.2. Gambaran SMK Negeri 1 Siatas Barita ... 51

4.3. Gambaran SMK Negeri 1 Siborongborong ... 51

4.4. Deskriptif Responden ... 52

4.5. Hasil Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 54

4.5.1. Uji Validitas ... 54

4.5.2. Uji Reliabilitas ... 55

4.6. Hal-hal yang Mempengaruhi Minat dan Motivasi Siswa Memilih Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Tapanuli Utara ... 56

4.6.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 56

4.6.1.1. Uji multikolinearitas... 56

4.6.1.2. Uji heteroskedastisitas... 57

4.6.1.3. Uji autokorelasi ... 59

4.6.1.4. Pengujian hipotesis ... 60

4.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pada Tiap Variabel ... 64

4.7.1. Kaitan Penelitian dengan Perencanaan Pendidikan dan Pengembangan Wilayah ... 68

(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 78

5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Saran ... 79

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Jumlah Sekolah SMK Menurut Kecamatan dan Status Sekolah ... 5

3.1. Populasi Penelitian ... 40

3.2. Jumlah Sampel Menurut Sekolah ... 41

3.3. Matriks Operasional Variabel ... 42

4.1. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Menurut Kecamatan ... 49

4.2. Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2007... 50

4.3. Deskripif Siswa SMKN 1 Siatas Barita Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jurusan... 52

4.4. Deskripif Siswa SMKN 1 Siborongborong Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jurusan ... 53

4.5. Deskripif Responden... 53

4.6. Hasil Uji Multikolinieritas ... 57

4.7. Hasil Uji Heteroskedastisitas Lnei2 dengan LnX1 dan LnX2... 58

4.8. Hasil Uji Durbin-Watson ... 59

4.9. Hasil Analisis Regresi Berganda... 60

4.10. Hasil Uji F ... 61

4.11. Hasil Uji t ... 63

(16)

4.13. Matriks Komponen Utama pada Variabel Motivasi ... 66 4.14. Matriks Komponen Utama pada Variabel Mutu Pendidikan... 67 4.15. Lulusan SMK Yang Terdaftar Bekerja di Tapanuli Utara ... 73 4.16. Siswa yang terdaftar yang diterima di Perguruan Tinggi melalui

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Proses Motivasi Dasar ... 17

2.2. Kerangka Berpikir ... 38

4.1. Teori Motivasi Mc. Clelland ... 71

4.2. Proses Pembentukan Motivasi Individu... 72

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas... 85

2. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 87

3. Hasil Uji Multikolinearitas ... 88

4. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 89

5. Hasil Uji Normalitas... 90

6. Kata Pengantar kuesioner... 91

7. Kuesioner Minat Siswa (X1) ... 93

8. Kuesioner Motivasi Siswa (X2)... 94

9. Kuesioner Mutu Pendidikan (Y) ... 95

10. Data Penelitian Minat Siswa (X1) ... 96

11. Data Penelitian Motivasi Siswa (X2) ... 98

12. Data Penelitian Mutu Pendidikan (Y) ... 100

13. Dokumentasi Sarana Prasarana... 102

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003, pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional diharapkan mampu berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Semakin ketatnya persaingan di era global dan tuntutan persaingan di dunia kerja, sangat dibutuhkan sumberdaya manusia (SDM) yang mampu membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Untuk menyiapkan SDM yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja atau dunia usaha/industri, perlu adanya hubungan timbal balik dengan dunia usaha/industri dan lembaga pendidikan baik pendidikan formal, informal maupun yang dikelola oleh industri itu sendiri.

(20)

mengembangkan program dan kurikulum, sedangkan pihak birokrat akan menggunakannya sebagai acuan dalam merumuskan kebijakan dalam pengembangan SDM secara makro (UPPM, 2004).

Kemajuan suatu bangsa di masa yang akan datang sangat tergantung pada mutu pendidikan generasi muda saat ini. Kualitas sumberdaya manusia (SDM) dipandang sebagai salah satu faktor kunci dalam era perdagangan bebas. Penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan sikap mental dan jiwa yang selalu berkarya merupakan faktor kunci dalam perdagangan bebas. Kualitas sumber daya manusia tersebut, salah satunya dapat diperoleh melalui jalur pendidikan.

Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya SDM yang berkualitas. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut adalah pendidikan. Dengan pendidikan maka kualitas manusia diubah ke arah yang lebih baik dan menjadikannya sumberdaya yang berguna bagi dirinya maupun bagi masyarakat. Pendidikan merupakan suatu proses dalam meningkatkan, memperbaiki, mengubah pengetahuan, keterampilan serta perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan pengajaran dan pelatihan. Pendidikan adalah suatu proses yang berkelanjutan, terus-menerus dan berlangsung seumur hidup dalam rangka mewujudkan manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab. Kemajuan suatu bangsa ditandai dan diukur dari kemajuan pendidikannya (Zainuddin, 2008).

(21)

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara dan tujuan pendidikan nasional adalah bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Oleh sebab itu, masyarakat dalam hal ini generasi muda berharap agar pendidikan dapat menjadi modal bagi bekal untuk hidup dan bisa menghadapi tantangan zaman dan di era persaingan yang ketat sekarang ini, banyak orang tua berharap agar anaknya memperoleh prestasi akademik yang tinggi, menguasai ilmu yang menyeluruh (IPTEK) sehingga terjamin sukses dalam kehidupannya.

(22)

Sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja dan mengembangkan diri di kemudian hari. Pendidikan menengah kejuruan adalah lembaga yang mempersiapkan anak didiknya menjadi manusia yang produktif, yang dapat bekerja di bidangnya setelah mendapat pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi.

Pendidikan menengah kejuruan harus dijalankan atas dasar prinsip investasi yaitu mempersiapkan peserta didik sebagai calon tenaga kerja dan mengembangkan eksistensi peserta didik, untuk kepentingan peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara (Djojonegoro, 1999).

Dengan demikian, semakin tinggi kualitas pendidikan dan pelatihan yang diperoleh seseorang, maka akan semakin produktif orang tersebut dan diharapkan dapat meningkatkan daya saing tenaga kerja di pasar kerja lokal dan mampu bersaing di pasar global. Oleh karena itu, pemerintah yaitu melalui Departemen Pendidikan dan Nasional, mempercepat pertumbuhan SMK diiringi dengan upaya mendorong peningkatan program pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terus berubah.

(23)

Tabel 1.1 Jumlah Sekolah SMK Menurut Kecamatan dan Status Sekolah

No Kecamatan Negeri Swasta Jumlah

1 2 3 4 5

1 Parmonangan - 1 1

2 Adiankoting - - -

3 Sipoholon - 2 2

4 Tarutung - 2 2

5 Siatas Barita 3 - 3

6 Pahae Julu 1 - 1

7 Pahae Jae - 2 2

8 Purbatua - - -

9 Simangumban - - -

10 Pangaribuan 1 - 1

11 Garoga - - -

12 Sipahutar - 2 2

13 Siborongborong 1 2 3

14 Pagaran 1 - 1

15 Muara 1 - 1

Total 8 11 19

Sumber: BPS, Tapanuli Utara Dalam Angka 2008

Tabel 1.1 di atas, menunjukkan bahwa keberadaan SMK di Kabupaten Tapanuli telah ada dibeberapa kecamatan baik itu negeri maupun swasta. Pemerintah terus berupaya dalam mengembangkan SMK yang telah ada baik dalam penyediaan sarana dan prasarananya. Pemerintah juga mengajak dan menggandeng para stakeholder untuk bersama-sama dalam membangun dan memajukan pendidikan di Tapanuli Utara.

(24)

memberi manfaat dan dampak bagi daerah dalam mengembangkan potensinya untuk mencapai kemajuan. Keberadaan SMK diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi daerah melalui pemanfaatan potensi baik sumberdaya alam maupun sumber daya lainnya. Pendirian SMK diharapkan berdasarkan kepada potensi wilayah yang ada dengan maksud agar para siswa yang nantinya setelah lulus dapat menerapkan kemampuannya melalui bekerja pada dunia usaha atau dunia industri yang ada ataupun membuka usaha sendiri di daerah tersebut.

Para siswa memilih untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah kejuruan umumnya didasari dari adanya ketertarikan dan didorong oleh kebutuhan dan keinginan untuk memperoleh pendidikan serta keahlian, dengan harapan cepat mendapatkan pekerjaan. Bekerja setelah lulus sekolah merupakan hal yang wajar karena dengan bekerja dapat membantu diri sendiri maupun keluarga. Sebab itu, keberadaan sekolah kejuruan diharapkan mampu mendidik para siswanya dan melahirkan lulusan yang mempunyai SDM yang siap pakai serta mampu menerapkan keahliannya dalam dunia kerja nantinya untuk bersaing dalam menghadapi dunia kerja.

Namun untuk menempuh hal tersebut, maka yang perlu diperhatikan adalah mutu pendidikan dari sekolah kejuruan tersebut yaitu dengan memperhatikan mutu pendidikan mulai dari input pendidikan, proses pendidikan sampai kepada hasil yang telah dicapai oleh sekolah tersebut.

(25)

pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi peserta didik yaitu para siswa yang memilih untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah kejuruan, baik dari segi kualitas kepala sekolah, para guru dan tata usaha sampai kepada penyediaan sarana dan prasarana sekolah. Dalam hal ini penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh minat dan motivasi siswa memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dikaitkan dengan peningkatan mutu pendidikan SMK di Kabupaten Tapanuli Utara. Dalam hal ini, penulis membatasi hanya pada SMK Negeri 1 Siatas Barita dan SMK Negeri 1 Siborongborong sebagai upaya untuk meningkatkan SDM di Tapanuli Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah minat dan motivasi siswa memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berpengaruh positif mendorong peningkatan mutu pendidikan SMK di Kabupaten Tapanuli Utara?

(26)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini ditetapkan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui minat dan motivasi siswa memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berpengaruh positif mendorong peningkatan mutu pendidikan SMK di Kabupaten Tapanuli Utara.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi minat dan motivasi siswa dalam memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

c. Untuk mengetahui kaitan pengembangan wilayah dengan mutu pendidikan.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan, khususnya mengenai minat dan motivasi siswa dalam memilih sekolah.

(27)

1. Sekolah

a. Meningkatkan kemitraan dengan industri dan usaha yang kompeten dalam proses magang dan penempatan lulusan;

b. Meningkatkan fasilitas sekolah untuk mendukung praktek kerja serta pelatihan magang dalam meningkatkan kemampuan siswa. 2. Pemerintah

- Sebagai fasilitator kemitraan antara sekolah dan industri;

- Memfasilitasi guru dalam melakukan pelatihan pada bidang keterampilan produktif.

c. Sebagai referensi dan bahan masukan bagi peneliti yang berminat untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam masalah yang sama di masa mendatang.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minat

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri (Slameto, 2003). Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya (Djaali, 2008). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah dan keinginan (KBBI, 1988).

Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang mendorongnya untuk memperoleh sesuatu atau untuk mencapai suatu tujuan, sehingga minat mengandung unsur keinginan untuk mengetahui dan mempelajari dari sesuatu yang diinginkannya itu sebagai kebutuhannya. Sebab itu, minat merupakan hasil kesesuaian antara kondisi dan situasi dengan kebutuhan yang ia harapkan.

(29)

berminat terhadap sesuatu objek, maka akan dapat kelihatan dari cara seseorang bertindak, memperhatikan dan melakukan kegiatan terhadap objek tersebut.

(30)

2.1.1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Minat

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa memilih SMK, diantaranya:

a. Kemauan

Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seorang manusia sanggup melakukan berbagai tindakan yang perlu untuk mencapai tujuan tertentu. Merupakan hal yang penting karena dengan adanya kemauan merupakan salah satu faktor penggerak seseorang untuk mau melakukan sesuatu seperti dalam hal memilih sekolah.

b. Ketertarikan

Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh minat kepada sesuatu. Pada saat ada ketertarikan timbul dalam diri seseorang maka ada daya juang dalam mencapai atau meraih yang ingin dicapai. Dengan adanya ketertarikan dari siswa untuk sekolah di SMK maka siswa tersebut mempunyai minat untuk masuk SMK.

c. Lingkungan Keluarga

(31)

penting bagi orang tua terhadap perkembangan kedewasaan anak untuk memahami tentang pribadi anak sebagai individu yang tumbuh dan berkembang, melalui perhatian orang tua terhadap masa depan anak, dengan pemberian wawasan terutama tentang pendidikan, sehingga adanya harapan orangtua terhadap anak untuk diarahkan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan sosial yang sedang berlangsung. Orang tua merupakan pendidik pertama dan sebagai tumpuan dalam bimbingan kasih sayang yang utama. Maka orang tualah yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian terhadap seorang anak. Dengan demikian mengingat pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga, maka pengaruh di lingkungan keluarga terhadap anak dapat mempengaruhi apa yang diminati oleh anak.

d. Lingkungan Sekolah

Proses pendidikan terhadap siswa di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Pendidikan di sekolah berperan membantu orang tua di lingkungan keluarga dalam melakukan pembinaan kepada peserta didik yang dibawa dari keluarganya. Jadi pada dasarnya yang berpengaruh terhadap perkembangan siswa yaitu proses pendidikan di sekolah yang digunakan sebagai bekal untuk diterapkan dalam kehidupan di lingkungan masyarakat. Seorang guru dalam proses pendidikan juga dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa dalam menumbuhkan minatnya.

(32)

memangku jabatan dan tanggung jawab pendidikan. Jabatan seorang pendidik adalah suatu tugas yang mulia, karena guru merupakan panutan semua orang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi yang dibutuhkan orang pada dasarnya adalah kearah pengembangan kualitas SDM yang berguna. Oleh karena itu peran seorang guru dalam kehidupan sehari-hari sangat menentukan bagi kelangsungan hidup anak didik (siswa) dalam proses pendidikan.

e. Kondisi Sekolah

Kondisi sekolah juga dapat mempengaruhi minat siswa dalam memilih sekolah. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi besarnya minat yang timbul dari diri seseorang terhadap suatu objek sehingga masing-masing faktor tersebut memiliki peran yang berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing. Ada kalanya salah satu faktor sangat dominan di dalam meningkatkan minat seseorang, sedangkan faktor yang lain tidak terlalu dominan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi masing-masing individu yang tentunya antara individu yang satu dengan yang lain berbeda (Suprapto, 2007).

2.1.2. Pentingnya Minat

(33)

merupakan sumber motivasi yang kuat, ia menjadi faktor pendorong untuk melakukan sesuatu. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (Djaali, 2008). Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang sehingga akan jauh lebih menyenangkan.

Dalam minat terkandung beberapa unsur-unsur sebagai berikut: 1. Adanya sesuatu yang memberi stimulus.

2. Adanya kesediaan jiwa yang menerima stimulus. 3. Berlangsungnya dalam waktu yang cukup lama.

2.2. Motivasi

Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi menurut Greenberg dalam Djaali (2008) adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan. Motivasi merupakan hal yang melatarbelakangi individu berbuat untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari definisi tersebut di atas dapat dilihat bahwa:

(34)

2. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan yang mengarah ke tingkah laku seseorang;

3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan

Pentingnya motivasi adalah karena motivasi yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal (Hasibuan, 2005). Motivasi sangat penting dalam upaya untuk mencapai prestasi di sekolah, dan motivasi yang harus dibangun adalah komponen guru dan siswa. Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu.

[image:34.612.180.476.556.654.2]

Dalam motivasi tercakup konsep-konsep seperti kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan berafiliasi, kebiasaan, dan keingintahuan seseorang terhadap sesuatu. Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Menurut Uno (2008) bahwa proses interaksi ini disebut sebagai produk motivasi dasar, dapat digambarkan dengan model proses seperti berikut:

Gambar 2.1 Proses Motivasi Dasar

Needs, desires, or expectation

behaviour

(35)

Dari gambar 2.1 di atas, bahwa motivasi pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan seperti: 1. keinginan yang hendak dipenuhinya; 2. tingkah laku; 3. tujuan; dan 4. umpan balik. Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pada dasarnya motivasi itu bersumber pada kebutuhan. Oleh karena itu, untuk memahami motivasi perlu untuk memahami berbagai jenis kebutuhan.

2.3. Motivasi Berprestasi

Teori Motivasi Berprestasi Mc. Clelland mengatakan bahwa seseorang mempunyai cadangan energi potensial dan bagaimana energi dilepaskan serta digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi-seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energi akan dimanfaatkan oleh siswa karena didorong oleh: a. kekuatan motif dan kekuatan dasar yang terlibat, b. harapan keberhasilannya, dan c. nilai insentif yang terlekat pada tujuan. Adapun hal-hal yang memotivasi seseorang adalah:

(36)

hanya dengan mencapai prestasi belajar yang baik akan dapat memperoleh hasil yang baik pula.

2. Kebutuhan akan afiliasi (need for Affiliation) menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat belajar seseorang. Oleh karena itu, kebutuhan akan afiliasi ini merangsang gairah belajar siswa karena setiap orang menginginkan seperti: kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dilingkungan ia tinggal dan bekerja (sense of belonging), kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of importance), kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal (sense of achievement), dan kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation). Seseorang karena kebutuhan akan afiliasi akan memotivasi dan mengembangkan dirinya serta memanfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

3. Kebutuhan akan kekuasaan (need for Power). Merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat belajar siswa. Kebutuhan akan kekuasaan akan merangsang dan memotivasi gairah belajar siswa serta mengarahkan semua kemampuannya demi mencapai hasil yang terbaik. Ego siswa ingin lebih baik dari siswa lainnya akan menimbulkan persaingan. Persaingan ditumbuhkan secara sehat oleh guru dalam memotivasi anak didiknya, supaya mereka termotivasi untuk belajar giat (Hasibuan, 2005). Kesimpulan dari teori Mc. Clelland menyatakan bahwa ada tiga tipe dasar kebutuhan motivasi yaitu kebutuhan untuk prestasi (need for Achievement), kebutuhan akan afiliasi (need

(37)

Oleh karena itu, siswa belajar karena memiliki keinginan demi tercapainya cita-citanya melalui pencapaian prestasi terlebih dahulu. Sedangkan motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri seseorang. Siswa agar dapat memenuhi harapan orang tua (Nursisto, 2002). Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa pemberian motivasi tidak dapat dipisahkan dari konsep kebutuhan hidup manusia. Kuat atau lemahnya motivasi tersebut tergantung pada pengalaman yang dimilikinya guna mendapatkan prestasi yang diinginkan.

2.4. Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar merupakan perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan potensial terjadi sebagai hasil dari praktik yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, yaitu berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil serta dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Hakikat motivasi belajar adalah adanya dorongan dari dalam dan luar para siswa yang sedang belajar untuk mengarah pada perubahan tingkah laku. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seorang siswa dalam belajar dapat diklasifikan sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil;

(38)

3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4) Adanya penghargaan dalam belajar;

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif (Uno, 2008).

2.4.1. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Dalam proses belajar sangat diperlukan motivasi karena hasil belajar akan menjadi optimal. Semakin tepat motivasi yang diberikan, maka akan semakin berhasil pula proses pembelajaran tersebut. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensistas usaha belajar bagi para siswa. Dengan demikian, ada tiga fungsi motivasi, yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, dalam hal ini motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan;

b. Menentukan arah perbuatan, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya;

c. Menyeleksi perbuatan, mementukan perbutan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (Sardiman, 2008).

(39)

2.5. Mutu Pendidikan

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan untuk meningkatkan mutu Sekolah Menengah Kejuruan agar mampu menghasilkan tamatan yang siap mendukung pembangunan nasional terutama dalam menyosong era pasar bebas dan mengantisipasi perkembangan IPTEK. Salah satu dasar arah pengembangan sistem pendidikan menengah kejuruan adalah kebijakan link and match yang diterapkan melalui pendidikan sistem ganda. Kebijakan yang merupakan reformasi sistem pendidikan telah mengubah pola pengembangan sekolah dari supply driven menjadi demand driven (Depdikbud, 1997).

Dalam hal membicarakan pendidikan bukanlah hal yang sederhana dan gampang, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Hal ini karena pendidikan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Dengan demikian, pendidikan selalu memerlukan adanya perbaikan dan peningkatan mutu sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat. Realitas menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia relatif rendah yang menyebabkan sulitnya bangsa Indonesia bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses dan output.

(40)

(man) meliputi kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa; uang (money) yaitu biaya atau dana; bahan-bahan (materials) yaitu sarana prasarana; metode-metode (methods) yaitu visi, misi, tujuan dan saran yang ingin dicapai, teknik, dan strategi yang dikembangkan sekolah dalam melaksanakan proses pendidikan; mesin-mesin (machines) yaitu perangkat yang mendukung terjadinya proses pembelajaran seperti teknologi komputer, radio, televisi, mobil, dan lain-lain (Komariah, 2008). Dengan adanya input akan membantu proses dapat berlangsung dengan baik. Semakin tinggi ketersediaan input maka semakin tinggi mutu input tersebut.

Proses pendidikan adalah mekanisme perubahan input pendidikan menjadi output pendidikan. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Proses pendidikan dikatakan bermutu apabila input dikoordinasikan dan dipadukan dengan baik serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan mendorong minat dan motivasi belajar juga mampu memberdayakan peserta didik.

(41)

Untuk mendapatkan tolak ukur mutu dapat dilakukan dengan mengukur berdayanya layanan pendidikan. Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 telah mengatakan bahwa fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis.

Pendidikan yang bermutu pada dasarnya akan menghasilkan sumberdaya manusia yang bermutu pula. Sumberdaya manusia yang bermutu itu dipupuk sesuai dengan perkembangan potensi peserta didik semenjak dari pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi. Mereka yang mendapatkan layanan pendidikan tersebut kemudian menjadi manusia dewasa yang memiliki indikator kualifikasi ahli, terampil, kreatif, inovatif, serta memiliki sikap dan perilaku yang positif. Ada beberapa unsur yang turut menentukan mutu suatu pendidikan. Unsur-unsur tersebut adalah sekolah, masyarakat, dan keterlibatan keluarga. Semua unsur tersebut harus berjalan bersama dan saling mendukung antara unsur yang satu dengan lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan (Sukardjo dan Komarudin, 2009).

(42)

sumber-sumber pendidikan yang memadai dan baik seperti guru professional, fasilitas belajar yang tersedia, pengalaman belajar para siswa (learning experience) yang beragam. Mutu menurut ‘model tujuan’ adalah terpenuhi persyaratan atau spesifikasi (confirmation of specification) berdasarkan norma, standar, dan indikator yang jelas dan dapat diakui. Sebuah sekolah bermutu adalah sekolah yang telah mencapai standar tertentu dengan beberapa indikator, antara lain hasil ujian nasional, jumlah lulusan yang diterima pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (seperti perguruan tinggi), tingkat drop out (putus sekolah) dan jumlah lulusan.

Menurut model proses, mutu dilihat dari proses pendidikan apakah telah berjalan dengan baik di suatu lembaga pendidikan atau sekolah proses yang baik dapat member andil terhadap efektivitas penyelenggaraan seluruh program. Pendidikan bermutu dilihat parameternya, seperti harapan dan kebutuhan konsumen.

Menurut model pembelajaran, mutu adalah perkembangan atau kemajuan yang terus-menerus. Lembaga pendidikan atau sekolah dihadapkan pada lingkungan yang berubah, kemampuan lembaga pendidikan atau sekolah melakukan adaptasi dan perbaikan sesuai dengan dinamika lingkungan merupakan ciri sekolah bermutu (Rahiem, 2009).

(43)

Dengan demikian, perubahan paradigma perlu dilakukan secara bersama-sama sehingga mereka mempunyai langkah dan strategi yang sama yaitu menciptakan mutu di lingkungan kerja pendidikan dan mutu pendidikan.

2.6. Perencanaan Pendidikan

Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan. Perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang terhadap sesuatu hal yang dikerjakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan tidak tertutup kemungkinan terjadi kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan adalah memilih, alat pengalokasian sumber daya, alat mencapai tujuan dan berorientasi masa depan (Tarigan, 2006).

Dengan artian ada empat elemen dasar dalam perencanaan, yaitu perencanaan berarti memilih; perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya; perencanaan merupakan mencapai tujuan; dan perencanaan berorientasi terhadap masa depan. Berdasarkan kepada pengertian di atas bahwa inti dari perencanaan adalah menetapkan tujuan serta merumuskan langkah-langkah yang diambil dalam mencapai tujuan tersebut.

(44)

perkembangan fisik, mental, emosional, moral serta keimaman dan ketaqwaan manusia. Dengan demikian pendidikan menyangkut 3 (tiga) aspek yaitu: adanya proses aktivitas, proses datang dari dua belah pihak dan proses tersebut memiliki intensitas yang sama kuatnya, baik yang datang dari individu (potensi) maupun dari luar individu (lingkungan).

Perencanaan pendidikan menurut Enoch (1992) adalah suatu proses penyusunan alternatif kebijaksanaan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pendidikan nasional dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang sosial ekonomi, sosial budaya dan kebutuhan pembangunan secara menyeluruh. Perencanaan pendidikan pada hakikatnya tidak lain merupakan proses pemilihan yang sistematis, analisis yang rasional mengenai apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa pelaksananya dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan lebih efektif dan efisien sehingga proses pendidikan itu dapat memenuhi tuntutan/kebutuhan masyarakat.

(45)

Menurut Sobri (2009) ada beberapa fungsi perencanaan dalam dunia pendidikan, berikut ini:

1. Perencanaan merupakan titik tolak untuk memulai kegiatan dan akan lebih menjelaskan tujuan yang akan dicapai;

2. Perencanaan memudahkan penyesuaian dengan situasi jika dianggap perlu untuk mengadakan koreksi dan perbaikan, setelah diadakan evaluasi yang teratur;

3. Perencanaan merupakan pegangan dan arah dalam pelaksanaan;

4. Perencanaan mencegah, sedikitnya mengurangi pemborosan, baik berupa pemborosan waktu, tenaga, maupun material;

5. Perencanaan meningkatkan kerjasama dan koordinasi; 6. Perencanaan memungkinkan evaluasi yang teratur; 7. Perencanaan memudahkan pengawasan.

2.7. Sekolah Menengah Kejuruan

(46)

lebih mendalam dan kedalaman tersebut dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia kerja.

Untuk menyiapkan SDM yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja atau dunia usaha dan industri, perlu adanya hubungan timbal balik antara pihak dunia usaha/industri dengan lembaga diklat baik pendidikan formal, informal maupun yang dikelola industri itu sendiri. Dengan demikian pendidikan merupakan komponen penting dan vital terhadap pembangunan terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Sirojuzilam, 2008).

Pendidikan sebagai komponen penting bagi pembangunan dapat dilihat dari SDM yang berkualitas. Pendidikan diperlukan untuk meraih kedudukan dan kinerja optimal pada setiap pekerjaan (Surya, 2007). Oleh karena itu, pendidikan dapat membentuk serta menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu dengan lebih baik, cepat dan tepat. Sebab itu, pendidikan menengah kejuruan sebagai suatu institusi pendidikan telah dirancang untuk mempersiapkan SDM yang siap untuk bekerja serta diharapkan dapat memberi dampak positif bagi kemajuan suatu wilayah.

(47)

sumberdaya yang ada dengan efektif dan efisien. Kebutuhan akan pengetahuan, keterampilan dan teknologi itu hanya bisa didapatkan melalui pendidikan.

Mengacu pada pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional dan penjelasan

pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu. Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan mampu:

1. Bekerja baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja terampil tingkat menengah dalam bidang keahliannya.

2. Memilih karir, berkompetisi, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahliannya.

Oleh karena itu, siswa yang telah memilih untuk sekolah di SMK akan dididik untuk mampu bersaing setelah lulus nantinya dan sekolah SMK juga harus terus memperhatikan dan memperbaiki mutu pendidikannya.

2.7.1. Proses Perencanaan Pendidikan Kejuruan

(48)

kompetitif di semua sektor industri dan sektor jasa dengan mengandalkan kemampuan SDM.

Salah satu wujud dari perencanaan pendidikan dalam hubungannya dengan perencanaan pembangunan adalah merencanakan pendidikan kejuruan yang relevan dengan potensi wilayahnya sehingga individu pelaku pembangunan memiliki daya tanggap dan kepekaan tinggi terhadap setiap fenomena perekonomian yang ada. Konsep pendekatan ketenagakerjaan adalah pendekatan yang mengutamakan keterkaitan lulusan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. Apabila dikaji dari semakin membengkaknya angka pengangguran, maka keperluan untuk mempertemukan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja semakin mendesak. (Setyaningsih, 2008).

Peningkatan peran dan fungsi SMK sebagai Pusat Pendidikan Kejuruan Terpadu (PPKT) pada dasarnya adalah suatu proses pembinaan, pengembangan dan pemberdayaan SMK yang berbasis wilayah dan masyarakat dengan memanfaatkan seluruh peluang dan potensi yang dimiliki (Bukit, 2003). SMK dengan berbagai program keahlian yang dimiliki diharapkan mampu meningkatkan sumber daya manusia.

(49)

kerja/dunia usaha yang ekuivalen dan setara dengan standar relevan yang berlaku secara nasional dan internasional.

Untuk menyiapkan SDM yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja atau dunia usaha dan industri, perlu adanya hubungan timbal balik antara pihak dunia usaha/industri dengan lembaga diklat baik pendidikan formal, informal maupun yang dikelola industri itu sendiri (Djojonegoro, 1999). Salah satu bentuk hubungan timbal balik tersebut adalah pihak dunia usaha/industri harus dapat merumuskan standar kebutuhan kualifikasi SDM yang diinginkan, untuk menjamin kesinambungan usaha atau industri tersebut. Sedangkan pihak lembaga sekolah akan menggunakan standar tersebut sebagai acuan dalam mengembangkan program keahlian dan kurikulum, sedangkan pihak birokrat (pemerintah) akan menggunakannya sebagai acuan dalam perumusan kebijakan dalam pengembangan SDM secara makro.

2.8. Peran Sumberdaya Manusia dalam Pengembangan Wilayah

(50)

Pelaksanaan Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah membawa peluang kepada daerah untuk membangun wilayahnya sendiri-sendiri. Di era otonomi daerah, sistem perencanaan pendidikan kabupaten/kota adalah bagian integral dari sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten/kota, yaitu mendasarkan pada perencanaan partisipatif, dimana perencanaan dibuat dengan memperhatikan dinamika, prakarsa dan kebutuhan masyarakat setempat (Wasitohadi, 2008).

Pengembangan wilayah merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, di samping menunjukkan lebih banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya (Sirojuzilam, 2007).

(51)

terciptanya taraf hidup yang lebih baik, saling harga menghargai sesamanya, serta terhindar dari tindakan-tindakan sewenang-wenang.

Sumberdaya manusia sebagai salah satu pilar yang cukup penting dalam pengembangan wilayah perlu mendapat perhatian karena dengan SDM yang memiliki kemampuan yang cukup akan mampu menggerakkan seluruh sumberdaya wilayah yang ada. Sedangkan sumberdaya alam memiliki keterbatasan dan bahkan dapat habis pada waktunya.

SDM mempunyai peran ganda dalam proses pembangunan yaitu sebagai objek ataupun subjek pembangunan. SDM sebagai objek pembangunan merupakan sasaran pembangunan untuk disejahterahkan dan sebagai subjek pembangunan berperan sebagai pelaku pembangunan. Keberhasilan suatu pengembangan wilayah umumnya dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya manusianya. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas manusia adalah melalui pendidikan.

Peran pendidikan dalam pengembangan wilayah memegang peranan penting yaitu dalam menciptakan SDM yang berkualitas dalam memaksimalkan potensi-potensi yang dimiliki demi kemajuan wilayah tersebut.

2.9. Penelitian Sebelumnya

Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:

(52)
(53)
(54)
(55)

2.10. Kerangka Berpikir

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

2.11. Hipotesis Penelitian

Secara bersama-sama dan secara parsial minat dan motivasi siswa memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berpengaruh positif mendorong peningkatan mutu pendidikan SMK di Kabupaten Tapanuli Utara.

MINAT SISWA MOTIVASI SISWA

MEMILIH SMK

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Sekolah SMK Negeri 1 Siatas Barita dan SMK Negeri 1 Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan April 2009 sampai dengan Juni 2009.

3.2. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang didukung survei.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

(57)
[image:57.612.124.518.146.281.2]

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Jumlah siswa (orang)

No. Sekolah

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. SMK Negeri 1 Siatas Barita 83 265 348

2. SMK Negeri 1 Siborongborong 253 62 315

Jumlah 336 327 663

Sumber: Diknas Tap. Utara 2009

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple

random sampling atau teknik acak karena populasi yang digunakan sebagai sampel

semuanya homogen atau seragam. Apabila semua anggota populasi diberikan kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel penelitian, maka digunakan teknik acak sederhana (simple random).

3.3.2. Sampel

Dalam menentukan besarnya sampel, maka peneliti menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Slovin dalam Umar (2004), menyatakan bahwa untuk menentukan minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran populasi diketahui, dapat digunakan rumus seperti yang disajikan berikut:

n =

N

(58)

dimana:

N = Jumlah seluruh siswa dari kedua sekolah n = Jumlah siswa yang dijadikan sampel e = Tingkat kesalahan yang diperkenankan

Jika (N) sebanyak 663 orang dan (e) sebesar 10%, maka jumlah siswa yang dijadikan sampel adalah:

= 86,8 = 87 orang responden

Dari hasil perhitungan tersebut maka pengambilan sampel minimal yang diperkenankan agar keputusan yang diambil dapat mewakili populasi adalah sebanyak 87 orang responden.

[image:58.612.113.525.257.494.2]

Berdasarkan rumus di atas, maka banyaknya jumlah responden yang dapat dijadikan sampel pada penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel 3.2 di bawah:

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Menurut Sekolah

No. Sekolah Jumlah Siswa Jumlah sampel

1. SMKN 1 Siatas Barita : 348 orang = 348/663 x 87 = 45,66 = 46 org 2. SMKN 1 Siborongborong : 315 orang = 315/663 x 87 = 41,33 = 41 org +

Jumlah 663 orang 87 orang

Sumber: Data hasil olahan 2009

n =

663

(59)

3.4. Matriks Operasional Variabel

[image:59.612.113.530.254.569.2]

Untuk dapat memberikan penjelasan tentang permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini yang berhubungan dengan variabel-variabel yang ada, maka dibuatkan matriks definisi operasional dari masing-masing variabel, sebagai berikut:

Tabel 3.3 Matriks Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Alat ukur

Minat (X1) tindakan siswa dalam memilih sekolah.

- jurusan - ketertarikan - lingkungan - kemauan - fasilitas

Likert

Motivasi (X2)

dorongan yang timbul dari dalam dan luar diri siswa.

- hasrat

- penghargaan dalam belajar - kegiatan yang menarik

dalam belajar

- lingkungan belajar yang kondusif

- harapan

Likert

Mutu Pendidikan (Y)

tingkat tentang penyelenggaraan

pendidikan yang menunjuk pada kriteria normatif

penyelenggaraan

pendidikan baik dari aspek input, proses dan output.

- sumberdaya manusia - sarana dan prasarana - kurikulum

- kesiswaan

Likert

(60)

1. STS = Sangat Tidak Setuju 2. TS = Tidak Setuju

3. R = Ragu-ragu 4. S = Setuju

5. SS = Sangat Setuju

3.5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer, yaitu teknik pengumpulan data langsung ke lapangan dengan menggunakan instrumen (alat). Alat yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner terlebih dahulu disusun dan digandakan sebanyak jumlah responden, kemudian disebarkan kepada responden dengan cara mendatangi langsung.

(61)

3.6. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menjawab permasalahan pertama akan menggunakan analisa kuantitatif dengan metode uji statistik regresi linier berganda yaitu untuk menguji pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu untuk mengetahui apakah variabel minat dan motivasi berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan maka digunakan analisis regresi linier berganda (multiple regression) dengan formulasi sebagai berikut:

Y = b

0

+ b

1

X

1

+ b

2

X

2

+

dimana :

Y = Mutu Pendidikan b0 = Intercept

b1, b2, b3 = Koefisien regresi X1 = Variabel Minat X2 = Variabel Motivasi € = Kesalahan pengganggu

2. Untuk menjawab permasalahan kedua digunakan analisis faktor untuk mengetahui faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi minat dan motivasi siswa dalam memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). 3. Untuk menjawab permasalahan ketiga adalah mendeskripsikan kaitan

(62)

Selanjutnya untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka digunakan statistik uji F. Uji F adalah untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama. Pengaruh pengujian hipotesis untuk uji serempak adalah:

H0: b1=b2=0 (tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara minat dan motivasi siswa terhadap mutu pendidikan)

H1: b1b20 (terdapat pengaruh positif dan signifikan antara minat dan motivasi siswa terhadap mutu pendidikan)

Pembuktian kebenaran hipotesis, mengunakan uji siginifikansi koefisien determinasi uji F (Ftest) untuk mengetahui pengaruh keseluruhan variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kesimpulan diperoleh melalui hasil perhitungan sebagai berikut:

a. Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel bebasnya secara simultan mempengaruhi variabel terikatnya.

b. Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variabel bebasnya secara simultan tidak mempengaruhi variabel terikatnya.

(63)

Kesimpulan diperoleh melalui hasil perhitungan sebagai berikut:

a. thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel bebasnya secara parsial mempengaruhi variabel terikatnya.

b. thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variabel bebasnya secara parsial tidak mempengaruhi variabel terikatnya.

3.7. Pengujian Instrumen Penelitian

3.7.1. Uji Validitas

Uji validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur (Priyatno, 2008). Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti. Dalam menentukan layak atau tidaknya suatu item yang digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkolerasi signifikansi terhadap skor total.

3.7.2. Uji Reliabilitas

(64)

Uji reliabilitas adalah uji untuk mengetahui kelayakan kuesioner sebagai alat pengumpul data dengan menggunakan program SPSS versi 15.

3.8. Definisi Operasional

Defenisi operasional dari variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Minat adalah suatu tindakan siswa dalam memilih sekolah.

b. Motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam dan luar diri siswa. c. Mutu Pendidikan adalah suatu penyelenggaraan pendidikan yang

menunjuk pada kriteria normatif penyelenggaraan pendidikan baik dari masukan, proses dan hasilnya.

(65)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak Geografis

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara terletak di wilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara berada pada ketinggian antara 300-1500 meter di atas permukaan laut. Topografi dan kontur tanah Kabupaten Tapanuli Utara beraneka ragam yaitu yang tergolong datar (3,16 persen), landai (26,86 persen), miring (25,63 persen) dan terjal (44,35 persen). Secara astronomis Kabupaten Tapanuli Utara berada pada posisi 1020’-2041’ Lintang Utara dan 98005’-99016’ Bujur Timur. Sedangkan secara geografis letak Kabupaten Tapanuli Utara diapit atau berbatasan langsung dengan 5 kabupaten yaitu:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Tapanuli Selatan.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Tapanuli Tengah.

(66)

4.1.2. Luas Wilayah

[image:66.612.121.531.323.602.2]

Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 3.800,31 Km2 terdiri dari luas dataran 3.793,71 Km2 dan luas perairan Danau Toba 6,60 Km2. Dari 15 kecamatan yang ada, kecamatan yang paling luas di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Kecamatan Garoga sekitar 567,58 Km2 atau 14,96 persen dari luas Kabupaten, dan kecamatan yang terkecil luasnya yaitu Kecamatan Muara sekitar 79,75 Km2 atau 2,10 persen. Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Menurut Kecamatan

No. Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Rasio Terhadap Total (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Parmonangan Adian Koting Sipoholon Tarutung Siatas Barita Pahae Julu Pahae Jae Purba Tua Simangumban Pangaribuan Garoga Sipahutar Siborongborong Pagaran Muara 257,35 502,90 189,20 107,68 92,92 165,90 203,20 191,80 150,00 459,25 567,58 408,22 279,91 138,05 79,75 6,78 13,26 4,99 2,84 2,45 4,37 5,36 5,06 3,95 12,11 14,96 10,76 7,38 3,64 2,10

Tapanuli Utara 3.793,71 100,00

(67)

4.1.3. Penduduk

[image:67.612.110.532.286.697.2]

Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2007 adalah 264.848 jiwa yang terdiri dari 131.525 jiwa laki-laki dan 133.323 jiwa perempuan, dan rasio jenis penduduk = artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 99 penduduk laki-laki. Dengan demikian, rasio jenis kelamin penduduk di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2007 sebesar 99 ini berarti bahwa jumlah penduduk perempuan di Tapanuli Utara lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki. Sedang tingkat kepadatan penduduk relatif rendah, yaitu 69,81 penduduk per kilometer persegi. Banyaknya rumah tangga tahun 2007 sebesar 57.053dengan rata-rata anggota rumah tangga sebesar 4,64 orang.

Tabel 4.2 Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2007

Penduduk (Jiwa)

No. Kecamatan

Rumah Tangga (KK)

Laki-Laki Perempuan Total

Kepadatan (Jiwa/Km2)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Parmonangan Adian Koting Sipoholon Tarutung Siatas Barita Pahae Julu Pahae Jae Purba Tua Simangumban Pangaribuan Garoga Sipahutar Siborongborong Pagaran Muara 2.707 2.872 4.383 7.861 2.559 2.821 2.404 1.485 1.534 5.342 3.245 4.836 7.987 3.377 2.932 6.283 6.519 10.304 18.580 5.814 5.906 5.051 3.083 3.503 11.973 7.974 11.152 19.758 8.118 6.411 6.231 6.488 10.105 19.824 6.136 6.226 5.493 3.145 3.644 12.119 7.874 10.969 19.428 7.966 6.565 12.514 13.007 20.409 38.404 11.950 12.132 10.544 6.228 7.147 24.092 15.848 22.121 39.186 16.084 12.976 48,63 25,86 107,87 356,65 128,61 73,13 51,89 32,47 47,65 52,46 27,92 54,19 139,99 116,51 162,71 Tapanuli Utara 56.345 130.429 132.213 262.642 69,23

Sumber: BPS, Tapanuli Utara Dalam Angka 2008 penduduk laki-laki

penduduk perempuan x 100

131.525 jiwa

(68)

4.2.Gambaran SMK Negeri 1 Siatas Barita

SMK Negeri 1 Siatas Barita merupakan unit sekolah yang telah berdiri pada tahun 1955 dengan Program Swadaya antara Direktorat Pembinaan SMK dengan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Sekolah ini beralamat di jalan Marhusa Panggabean No. 41, Simorangkir Julu, Kecamatan Siatas Barita, Kabupaten Tapanuli Utara. Sekolah ini telah membuka program keahlian antara lain:

1. Akuntansi (Ak)

2. Adm. Perkantoran (AP) 3. Penjualan (P)

4. Tata Busana (TB)

5. Tehnik Komputer Jaringan (TKJ)

Sekolah ini, pada awalnya memiliki tiga program keahlian. Pada tahun 2005, sekolah ini menambah lagi program keahlian dengan membuka program keahlian Tata Busana dan keahlian Tehnik Jaringan Komputer.

4.3. Gambaran SMK Negeri 1 Siborongborong

(69)

1. Budidaya Tanaman (BT) 2. Teknik Mesin (TM)

3. Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)

4.4. Deskriptif Responden

[image:69.612.111.527.327.502.2]

Deskriptif hasil penelitian mengenai jumlah dan persentase siswa berdasarkan jenis kelamin dan program keahlian pada sekolah SMK Negeri 1 Siatas Barita dan SMK Negeri 1 Siborong-borong dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Deskripif Siswa SMKN 1 Siatas Barita Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jurusan

Sumber: Diolah dari data primer (2009)

Dari tabel 4.3 di atas, jumlah responden dari program keahlian akuntansi (Ak) sebanyak 14 orang, administrasi perkantoran (AP) sebanyak 12 orang, penjualan (P) sebanyak 10 orang, dan responden pada program keahlian tata busana (TB) sebanyak 4 orang (9%) serta Teknik Komputer Jaringan (TKJ) sebanyak 6 orang. Secara keseluruhan responden didominasi perempuan yaitu sebanyak 36 orang (78%) dan selebihnya laki-laki sebanyak 10 orang (22%).

Program Keahlian

No Jenis

Kelamin Ak AP P TB TK

J

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1. Laki-laki 3 1 1 - 5 10 22

2. Perempuan 11 11 9 4 1 36 78

(70)
[image:70.612.110.526.157.236.2]

Tabel 4.4 Deskripif Siswa SMKN 1 Siborongborong

Gambar

Tabel 1.1  Jumlah Sekolah SMK Menurut Kecamatan dan Status Sekolah
Gambar 2.1 Proses Motivasi Dasar
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Menurut Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Uno (2014: 23) “motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada

(d) dan mengarahkan. Motivasi belajar merupakan daya penggerak yang menentukan tingkah laku siswa dan merupakan dorongan untuk meraih hasil balajar yang

Wina Sanjaya (2006:57) mengemukakan, belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Namun demikian kita sulit melihat bagaimana proses terjadinya perubahan tingkah laku dalam

Uno mengatakan bahwa motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha melakukan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik untuk memenuhi kebutuhan

12 Perubahan tingkah laku tersebut merupakan suatu hasil belajar yang dapat diamati dan berlaku dalam waktu yang relatif lama

Jadi berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi “ada hubungan antara minat, motivasi belajar, dan

pengertian belajar dimana belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dalam bentuk peningkatan kualitas dan

Motivasi  dan  belajar  merupakan  dua  hal  yang  saling  mempengaruhi.  Secara  konseptual,  motivasi  berkaitan  erat  dengan  prestasi  atau  perolehan