• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi - PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 1 KALIBENING MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi - PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 1 KALIBENING MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING - repository perpustakaan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi

Menurut Usman (2006: 28-29) motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

Menurut Sardiman (1996: 73) motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motif juga dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan. Berasal dari kata “motif”, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif. Jadi, motivasi dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang

(2)

perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Dari pengertian motivasi menurut beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan yang mampu menggerakkan tingkah laku seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu.

Ciri-ciri motivasi yang ada pada setiap orang, menurut Sardiman (2010: 83) adalah sebagai berikut:

1. Tekun menghadapi tugas. 2. Ulet menghadapi kesulitan.

3. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah. 4. Lebih senang bekerja mandiri.

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. 6. Dapat mempertahankan pendapatnya. 7. Tidak mudah melepas hal yang diyakini.

8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

B. Belajar

(3)

Menurut Aunurrahman (2009:35) belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.

Menurut Hamzah, (2011:15) belajar adalah pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan), atau melalui suatu penguatan dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.

Winkel (1996:53) belajar merupakan suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas secara keseluruhan yang bersifat konstan sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dari lingkungan.

C. Motivasi Belajar

(4)

pengertian belajar dimana belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas secara keseluruhan yang bersifat konstan sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dari lingkungann, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu proses menggiatkan motif-motif yang mampu menggerakkan seseorang untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas secara keseluruhan yang bersifat konstan.

Berdasarkan ciri-ciri motivasi oleh Sardiman dapat di ambil sebagai indikator pencapaian motivasi belajar yaitu sebagai berikut:

1. Tekun menghadapi tugas

Artinya siswa dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai. Tekun menghadapi tugas ditandai dengan siswa bersemangat dalam mengerjakan tugas, mencari buku penunjang untuk mengerjakan tugas, dan ketika akan menyerahkan jawaban siswa meneliti jawabannya terlebih dahulu.

2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

(5)

3. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah.

Biasanya ditandai dengan siswa menyukai hal-hal baru dan menantang misalnya siswa menyukai pelajaran matematika padahal bagi sebagian orang menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang cukup sulit.

4. Lebih senang bekerja mandiri.

Bekerja mandiri artinya siswa tidak perlu mengandalkan orang lain untuk membantu pekerjaan kita. Biasanya ditunjukan dengan siswa tidak suka menyalin ataupun mencontek pekerjaan teman dan mencoba menyelesaikan soal-soal di buku tanpa menunggu perintah dari guru. 5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.

Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin yaitu cepat bosan dengan tugas-tugas yang bersifat mekanistis dan berulang-ulang sehingga kurang kreatif misalnya siswa bosan dengan kegiatan mencatat secara terus menerus dalam proses pembelajaran.

6. Dapat mempertahankan pendapatnya.

(6)

7. Tidak mudah melepas hal yang diyakini.

Siswa yang tidak mudah melepas hal yang diyakini yaitu tidak mudah berubah pikiran dan teguh dengan hal yang diyakini. Misal, ketika siswa mengerjakan tugas ternyata jawabannya berbeda dengan temannya, maka siswa itu akan memilih jawabannya sendiri karena dia yakin bahwa jawabannya benar.

8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Siswa yang senang mencari masalah biasanya akan mencari soal-soal dari berbagai sumber misal dengan men-download soal-soal dari internet atau sumber-sumber lain untuk kemudian diselesaikan.

D. Pemahaman Konsep

Menurut Purwanto (1999:44) yang dimaksud pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta didik mampu memahami arti atau konsep,situasi, serta yang diketahuinya. Dalam hal ini siswa tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi dapat memahami konsep dari masalah/fakta yang dapat ditanyakan. Sedangkan tujuan pelajaran, hanya masih dalam tingkatan rendah, misal mampu mengubah suatu info ke dalam info lain yang lebih bermakna dan memberikan interpretasi.

(7)

Menurut Winkel (1996:82) konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memilki ciri-ciri yang sama. Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman. Adapun proses dalam belajar konsep yaitu:

1. Belajar konsep konkrit

Dalam belajar konsep konkrit, siswa perlu mengadakan diskriminasi yang cermat untuk dapat menemukan ciri-ciri fisik yang berbeda. Perbedaan dan kesamaan yang diamati harus diolah secara teliti, supaya dapat diadakan pengklasifikasian yang tepat sehingga siswa dapat membentuk konsep yang lebih luas.

2. Belajar konsep yang didefinisikan

Belajar konsep semacam ini berlangsung melalui membaca penjelasan dalam bentuk bahasa tertulis atau mendengarkan penjelasan dalam bentuk bahasa lisan. Konsep yang dipelajari biasanya sudah dituangkan dalam bentuk suatu definisi verbal. Konsep dapat diolah atau dituangkan dalam suatu skema, bagan, diagram, atau gambar.

Menurut Wardhani (2008: 29) indikator pemahaman konsep antara lain sebagai berikut:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep

2. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

3. Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep

(8)

5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep,

6. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu,

7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah. Dari pengertian pemahaman konsep di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan untuk memahami suatu konsep yang ditandai dengan kemampuan untuk dapat menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasi objek, memberi contoh dan bukan contoh, menyajikan dan mengembangkan konsep serta dapat memanfaatkan prosedur operasional dalam memngaplikasikan konsep ke pemecahan.

E. Pemahaman Konsep Matematika

Menurut Suwangsih (2006:3) kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu kata mathematike berhubungan dengan kata lain yang hampir mirip yaitu mathein dan mathnein yang artinya belajar (berpikir). Jika dilihat dari asal katanya matematika dapar diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang didapat melalui berpikir.

(9)

contoh, menyajikan, dan mengembangkan konsep matematika serta dapat memanfaatkan prosedur operasional dalam memngaplikasikan konsep matematika ke pemecahan suatu permaslahan.

Indikator pencapaian pemahaman konsep kaitannya dengan matematika dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep

Menyatakan ulang sebuah konsep yaitu kemampuan yang untuk menjelaskan ulang suatu materi dengan menggunakan bahasa sendiri. Contoh: Jelaskan pengertian kubus!

Jawab: Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam persegi yang kongruen, dimana setiap sisi persegi berimpit dengan tepat satu sisi persegi lain.

2. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai konsepnya

Mengklasifikasi objek menurut sifat merupakan kemampuan untuk mengelompokkan objek sesuai dengan sifat-sifatnya.

Contoh: Perhatikan gambar balok ABCD.EFGH berikut! a. Sebutkan Diagonal bidangnya!

b. Sebutkan Diagonal ruangnya!

Jawab:

(10)

b. Diagonal ruang balok ABCD.EFGH antara lain: AG, CE, HB, dan DF

3. Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep

Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep artinya siswa memahami mana saja yang termasuk dalam konsep dan mana saja yang tidak termasuk dalam konsep melalui adanya contoh.

Contoh: Dari daftar nama benda berikut, manakah yang merupakan kubus? Berikan alasanmu!

- kotak kapur - Mata dadu - buku - Kaleng susu - rubik - Kardus sepatu

Jawab: Dari benda-benda tersebut yang merupakan kubus adalah rubik dan mata dadu. Karena kedua benda tersebut memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh kubus.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis

Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis adalah kemampuan untuk mengubah konsep-konsep atau teori ke dalam bentuk matematis atau dalam bentuk simbol-simbol matematis. Contoh: Gambar jaring-jaring berikut merupakan guntingan dari kubus

(11)

Jawab: jaring-jaring lengkap dengan titik sudutnya adalah sebagai berikut:

5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari konsep

Syarat perlu dari konsep artinya syarat- syarat yang harus ada untuk dapat memenuhi suatu konsep.

Contoh: Sebuah balok memiliki alas persegi. Jika tinggi balok 11 cm dan volume balok 275 cm3 maka tentukan panjang sisi alas balok tersebut!

Jawab: Diketahui t balok = 11 cm, v = 275 cm3 V = La x t

La = L persegi = r x r V = r x r x t

275 = r x r x 11 r2 = 27511= 25 r = √25 = 5

(12)

6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur operasi tertentu Prosedur adalah tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas. Kemampuan memilih prosedur yaitu kemampuan untuk memilih tahap-tahap dalam melakukan suatu kegiatan dengan tepat.

Contoh: Sebuah kubus tanpa tutup memiliki luas alas 25 cm2. Tentukan luas permukaan kubus tersebut!

Jawab: Cara I

Alas kubus adalah persegi, La = r x r = r2 r = √25 = 5 LP kubus tanpa tutup = 5 x r x r

= 6 x 5 x 5 = 125

Jadi luas permukaan kubus tersebut adalah 125 cm2 Cara II

Jadi luas permukaan kubus tersebut adalah 125 cm2 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan

(13)

Contoh: Rina membuat jaring-jaring sebuah kotak berbentuk kubus yang memiliki luas 6 m2. Berapakah panjang rusuk kotak tersebut? Jawab: Ljj kubus = LP kubus

Ljj = 6 m2 LP = 6 x r x r

= 6 r2 6 r2 = 6 r2 = 6

6

r2 = 1 r = √1 = 1

Jadi panjang rusuk kotak tersebut adalah 1 m.

F. Pembelajaran Kooperatif

Slavin (2010:4) pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Apabila diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan.

(14)

kelompok kecil agar siswa dapat bekerjasama dengan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Menurut Suprijono (2009: 48-53) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pebelajaran yang mengajak peserta didik unutk belajar bekerjasama dalam kelompok heterogen di mana dalam kelompok ini ibutuhkan keterlibatan seluruh anggota kelompok dengan tujuan setiap anggota kelompok menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan.

G. Pembelajaran Koperatif tipe Snowball Throwing

Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif. Menurut Widodo (2008) Snowball Throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan bola salju yang berisi pertanyaan kepada sesama teman.

(15)

menghibur, permainan ini juga mewajibkan pesertanya untuk menjawab pertanyaan.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode Snowball Throwing (Suyatno, 2009) adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil ketua dari setiap kelompok untuk diberikan penjelasan tentang materi.

3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4. Kemudian setiap siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilemparkan dari siswa satu ke siswa yang lain selama ± 5 menit.

6. Setelah siswa mendapat satu buah bola /satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

(16)

Berikut ini adalah beberapa keunggulan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing (Widodo:2008):

Keunggulan dari model pembelajaran Snowball Throwing adalah melatih kesiapan siswa dalam membuat dan menjawab pertanyaan yang akan diberikan kepadanya dan akan terjadi pertukaran pengetahuan antar siswa sehingga seluruh siswa akan mendapatkan pengetahuan yang sama.

(17)

H. Materi Matematika

Materi matematika yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah materi bangun ruang sisi datar (kubus dan balok).

Standar Kompetensi :

5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar:

5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya.

5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas

5.3 Menghitung luas permukaan dan volu-me kubus, balok, prisma dan limas Indikator:

 Menyebutkan unsur-unsur balok yaitu rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal.

 Membuat jaring-jaring balok

 Menemukan rumus luas permukaan dan volume balok.  Menghitung luas permukaan dan volume balok.

 Menyebutkan unsur-unsur kubus yaitu rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal.

 Membuat jaring-jaring kubus.

(18)

I. Kerangka Berpikir

Indikator motivasi belajar

1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan 3. Menunjukan minat terhadap

bermacam-macam masalah 4. Lebih senang bekerja mandiri 5. Cepat bosan dengan pada

tugas-tugas rutin

6. Dapat mempertahankan pendapatnya

7. Tidak mudah melepas hal yang diyakini

8. Senang mencari dan memecahkan masalah

Indikator pemahaman konsep: 1. Menyatakan ulang sebuah konsep: 2. Mengklasifikasi objek menurut

sifat-sifat tertentu

3. Memberi contoh dan bukan contoh 4. Menyajikan konsep dalam berbagai

bentuk representasi matematis, 5. Mengembangkan syarat perlu atau

syarat cukup dari suatu konsep, 6. Menggunakan dan memanfaatkan

serta memilih prosedur atau operasi tertentu

7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

Berdasarkan hasill observasi, indikator-indikator di atas diketahui masih rendah

Diberi perlakuan melalui pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil ketua dari setiap kelompok untuk diberikan penjelasan tentang materi.

3. Ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4. Siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu

pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5. Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilemparkan dari siswa satu ke siswa yang lain selama ± 5 menit.

6. Siswa menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7. Guru mengevaluasi kegiatan 8. Penutup

(19)

Kerangka di atas saling menhubungkan indikator motivasi belajar dan pemahaman konsep matematika dengan langkah-langkah pembelajaran koopertif tipe Snowball Throwing. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran ini yaitu:

(20)

materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok, kegiatan ini dapat melatih siswa agar senang bekerja mandiri serta mengajak siswa untuk berkreativitas dengan membuat sebuah soal, sehingga siswa tidak berpaku pada kegiatan-kegiatan rutin seperti mencatat secara terus menerus. Dalam hal ini siswa dapat meningkatkan indikator motivasi yaitu cepat bosan dengan pada tugas-tugas rutin. Dilanjutkan langkah 5: Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilemparkan dari siswa satu ke siswa yang lain selama ± 5 menit. Dan langkah 6: Siswa menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. Langkah ini membawa siswa untuk dapat mengerjakan soal dengan jalan berdiskusi. Hal ini dapat menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu dan mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah. Selain itu kegiatan ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk senang mencari dan memecahkan masalah. Langkah 7: Guru mengevaluasi kegiatan, dalam hal ini guru memberikan komentar sekaligus memberikan penilaian mengenai jenis dan bobot pertanyaan, rumusan kalimat, kemudian memberikan contoh pertanyaan yang benar. Hal ini akan dapat menimbulkan rangsangan kuat guna memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar.

J. Hipotesis Tindakan

(21)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan tahun anggaran 2014, seperti tersebut di bawah ini:. JENIS

This prevalence is derived using as denominator the sum of children aged above the upper limit of the earliest milestone " Sits without support " (9.4 months)and younger

Pada sistem juga diterapkan metode morfologi dan background subtraction sehingga sistem dapat mendeteksi jumlah slot parkir dan ketersediaan tiap slot parkir

Hipotesis pada penelitian ini adalah (1) terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan pada ke-giatan ekstrakulikuler terhadap pres-tasi belajar siswa di SMA Negeri 1

jumlah starter (JS) dan jumlah sumber karbon, gula (C) berdasarkan hasil dari experimental central composite design 47 Gambar 4.5. Surface plot persentase Respon

APLIKASI METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) UNTUK SIMULASI AWAL PEMILIHAN MODEL PEMBELAJARAN YANG SESUAI KURIKULUM 2013 PADA SISWA SMP.. APPLICATTION OF SAW ( SIMPLE