KETANGGUHAN RETAK DINAMIK BAHAN KOMPOSIT GFRP
UNTUK HELMET INDUSTRI DISEBABKAN BEBAN IMPAK
MENGGUNAKAN MSC/NASTRAN FOR WINDOWS
TESIS
Oleh
JUSNITA
037015008/MTM
PROGRAM DOKTOR DAN MAGISTER TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KETANGGUHAN RETAK DINAMIK BAHAN KOMPOSIT GFRP
UNTUK HELMET INDUSTRI DISEBABKAN BEBAN IMPAK
MENGGUNAKAN MSC/NASTRAN FOR WINDOWS
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Mesin
Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
OLEH
JUSNITA
037015008/MTM
PROGRAM DOKTOR DAN MAGISTER TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis
:KETANGGUHAN RETAK DINAMIK BAHAN KOMPOSIT GFRP UNTUK HELMET INDUSTRI DISEBABKAN BEBAN IMPAK MENGGUNAKAN MSC/NASTRAN FOR WINDOWS
Nama Mahasiswa : Jusnita
Nomor Pokok : 037015008
Program Studi : Teknik Mesin
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME) Ketua
(Prof.Dr.Ir. Samsul Rizal, M.Eng) (Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D)
(Anggota) (Anggota)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME) (Prof. Dr. Ir. Armansyah Ginting, M.Eng)
Telah Diuji pada
Tanggal: 28 Nopember 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME
Anggota : 1. Prof.Dr.Ir. Samsul Rizal, M.Eng
2. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D
3. Dr.Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri
ABSTRAK
Penelitian ini menyajikan tentang pengujian yang dilakukan menggunakan pendekatan metode elemen hingga dengan spesimen yang berbentuk pelat komposit
glass fiber reinforced plastic (GFRP) untuk mengetahui nilai ketangguhan retak
dinamik disebabkan beban impak. Program simulasi ini dibuat dengan menggunakan perangkat lunak MSC/NASTRAN for Windows dengan sub program FEMAP pembebanan dinamik. Untuk menyederhanakan pada proses simulasi, spesimen digambarkan setengah geometri karena bentuknya yang simetri, demikian pula dalam membuat mesh diatur dengan memperkecil ukuran mesh (fine mesh) pada daerah sekitar ujung retak. Pada pengujian ini beban impak diperoleh dari tegangan yang masuk ke spesimen dengan terlebih dahulu harus mengetahui diameter input bar dan tebal spesimen. Melalui simulasi ini juga diketahui propagasi tegangan yang terjadi; proses simulasi dimulai dengan mendefinisikan sifat material, membuat geometri dan mesh, menentukan kondisi batas, memberi beban, serta melakukan analisa dinamis dengan type analisis adalah transientdynamic/time dan type output displacement and
stress. Hasil simulasi elemen hingga menunjukkan pola distribusi tegangan pada
seluruh permukaan pelat. Besarnya faktor intensitas tegangan pada daerah retak mendekati hasil atau penelitian secara eksperimen. Harga rata-rata faktor intensitas tegangan yang diperoleh secara simulasi juga mendekati harga faktor intensitas tegangan kritis (ketangguhan retak) dari specimen GFRP yang diakibatkan oleh beban impak.
ABSTRACT
This research is to study computer simulation of glass fiber reinforced plastic (GFRP) plate specimen, by finite element method. Its goal is to know the stress intensity factor and compared them with the critical intensity factor (fracture toughanes/obtained using experimental method. The simulation utilized MSC MSN/NASTRAN for Window software and FEMAP sub program with impact load model. To simplify the simulation process, specimens were drawn in half because of its symmetric. Small meshes are placed closed to the fracture tip. In this research the impact load propagated into the specimen uzed an experimental load model. The simulation was started by defining material characteristics, creating geometric, meshing, the plate defining boundary condition, applying the load. Analyses the stress intensity factor found form simulation is closed to the one obtained by experimental work, transient dynamic/time and the displacement and stress output type. The result of finite element simulation shows the stress distribution on the plate. The average stress intensity factor calculated in this study are in good agreement with the critical stress intensity facture (fracture toughness) obtained using experiments.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan berkat
limpahan rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul:
“ Ketangguhan Retak Dinamik Bahan Komposit GFRP Untuk Helmet industri
Disebabkan Beban Impak Menggunakan MSC/NASTRAN For Windows“.
Penulisan tesis ini terlaksana berkat dorongan dan arahan dari berbagai
pihak, terutama para komisi pembimbing, para pembanding yang melalui seminar
proposal penelitian telah banyak memberi saran dan masukan demi kesempurnaan
penulisan laporan tesis ini.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME, Prof. Dr. Ir. Samsul
Rizal,M.Eng, Prof.Dr. Basuki Wirjosentono, MS,Ph.D selaku komisi pembimbing
dan juga sebagai Ketua dan anggota yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk melaksanakan salah satu penelitiannya serta memberi petunjuk dan arahan
dalam menentukan langkah-langkah pada pelaksanaan penelitian ini.
Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME dan Dr.Ing.Ikhwansyah Isranuri selaku
Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Magister Teknik Mesin SPs-USU
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas serta menyetujui penulisan laporan
tesis ini, agar penulis dapat melaksanakan tesis ini untuk mendapatkan
masukan-masukan demi penyempurnaan dari mulai sistem penulisan dan hal-hal lain yang
Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah
memberi kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan S2, Bapak-bapak
Dosen Penguji dan Pembanding yang telah memberikan tanggapan dan saran
perbaikan, serta rekan-rekan yang telah berpartisipasi sehingga dapat selesai tesis ini.
Suami dan anak-anak tercinta yang telah memberi semangat baik lahir maupun
bahtin dan dengan sabar menunggu perjuangan ini.
Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran
sangat diharapkan untuk perbaikan pada masa-masa mendatang dan semoga tulisan
sederhana ini ada manfaatnya,...Amin.
Medan, Februari 2010
Penulis,
J u s n i t a
RIWAYAT HIDUP
Nama : Jusnita
Tempat/Tgl. Lahir : Pekanbaru, 08 Juni 1972
Pekerjaan : Staf Pengajar Fakultas Teknik Mesin Universitas Muhmmadiyah Riau (UMRI)
Alamat Kantor : Kampus Universitas Muhmmadiyah Riau (UMRI) Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 88 Sukajadi Pekanbaru-Riau
Pendidikan
Sekolah dasar (SD) Negeri No.0.40 di Pekanbaru Tahun 1978 s/d 1984
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Neg. 7 di Sumbar Tahun 1984 s/d 1987
Sekolah Menengah Atas (SMA) Neg. No.2 di Pekanbaru Tahun 1987 s/d 1990
Fakultas Teknik Univ. Islam Riau Tahun 1990 s/d 1996
Riwayat Pekerjaan
PC Epson Batam Center Tahun 1996 s/d 1997
Intruktur Komputer Lembaga PII Koputindo Pekanbaru Tahun 1997 s/d 1999
Intruktur Komputer Lembaga IKPI Pekanbaru Tahun 1999 s/d 2000
Ketua Jurusan Akademi Teknologi Muhammadiyah (ATOM)
Pekanbaru-Riau Tahun 2001 s/d 2003
Pembantu Direktur I Bidang Keuangan ATOM Pekanbaru Tahun 2008 s/d 2010
Pelatihan-Pelatihan
1. Penyusunan Angka Kredit Dosen PTS
2. Pelatihan assesor kompetensi jurusan otomotif Badan Standarisasi Nasional Kerja
Indonesia (BSNI) 20 Nopember s/d 24 Desember 2006 di Pekanbaru
3. Simposium Nasional Hak Kekayaan Intelektural (HKI) Ke III se Indonesia di
Pekanbaru 2006
4. Administrasi Akademik dan Sistem Kredit Semester 1 s/d 4 Februari 2006 di
Kopertis wilayah x Padang
5. Penyusunan Kurikulum 14 s/d 20 Pebruari 2007 di Koperti Wilayah X Padang
6. Penulisan Buku Ajar 5 Juli s/d 31 Juli 2007 di Pekanbaru.
7. Penyusunan Silabus Berbasis Kompetensi Nasional 23 s/d 25 September 2007 di
DAFTAR ISI
2.1. Standarisasi dan Klarifikasi Helemet Industri ... 2.2. Kontruksi Helmet Industri ... 2.2.1. Helmet industri bahan komposit ... 2.3. Material Komposit Polimer ... 2.4. Jenis Bahan Matrik dan Sifat-sifat Mekanik ... 2.5. Klarifikasi Bahan Serat dan Sifat-sifat Mekanik ... 2.6. Mekanisme Retak Komposit ... 2.7. Mekanisme Kegagalan ... 2.8. Ketangguhan Retak (Fracture Toughness) ... 2.9. Teori Propagasi Tegangan ...
2.9.1. Rambatan gelombang tegangan pada batang ... 2.9.2. Impak pada batang ... 2.9.3. Pengukuran kekuatan pelat bahan komposit ...
2.10.Metode Elemen Hingga ... 2.11.Tegangan dan Regangan ...
2.11.1. Tegangan ... 2.11.2. Teori regangan normal maksimum ... 2.11.3. Teori tegangan geser maksimum ... 2.11.4. Teori kegagalan (failure theorities) ... 2.11.5. Teori energi distorsi (VonMisses) ... 2.11.6. Fungsi bentuk (shape fucion) ...
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1. Kemampuan mekanis unsaturated polyester resin ... 11
2.2. Sifat-sifat mekanis serat jenis E-glass ... 12
2.3. Poisson ratio ν untuk sudut α dan θ ... 16
3.1. Sifat mekanis GFRP ... 38
DAFTAR GAMBAR
Helmet Industri ...
Kontruksi Helmet Industri ...
Helmet Industri Bahan Komposit ...
Mikro kerusakan laminasi pada matrik, dan terjadi delaminasi
pada lampisan matrik ...
Bentuk spesimen type SENB ...
7
2.7. Prilaku gelombang longitudinal ... 17
2.8. Susunan batang uji ... 19
2.9. Prilaku batang setelah terjadi impak ... 20
2.10. Prilaku tegangan pada interface input bar dan spesimen ... 23
2.11. Teknik dua gage pada setup uji pelat komposit ... 24
2.12. Model struktur (mesh) pada sebuah pelat ... 26
2.13. Elemen tegangan berdimensi tiga ... 29
2.14. Elemen tegangan (a) elemen tegangan pritical (b) lingkaran Mohr triaksial regangan ... 30 Gambar susunan serat pada pelat GFRP lima lapis ……… 35 37 3.2. Set up alat uji impak ……….. 38
3.3. Susunan batang impak, batang penerus dan pelat komposit ... 39
3.4. Lokasi dari strain gage 3 ... 39
3.6. Model simulasi dengan MSC/NASTRAN ... 41
3.7. Diagram alir simulasi MSC/NASTRAN for Windows ... 42
4.1. Pengaturan mesh pada spesimen ……… 45
4.2. Pemberian beban pada spesimen ... 46
4.3. Pemberian beban dan kondisi batas pada spesimen ... 46
4.4. Grafik fungsi waktu vs tegangan pada lokasi strain gauge ... 47
4.5. Grafik fungsi dinamik... 47
4.6. Distribusi tegangan VonMises ... 50
4.7. Grafik distribusi VonMises... 50
4.8. Distribusi VonMisesarah x ... 51
4.9. Grafik distribusi tegangan arah x ... 51
4.10. Distribusi VonMises arah y ... 52
4.11. Grafik distribusi tegangan arah y ... 52
4.12. Grafik regangan vs stress intensity critical factor ... 55
:
DAFTAR ISTILAH
Simbol Besaran Satuan
K Faktor Intensitas Tegangan MPa m
KI in Faktor Intensitas Tegangan Kritis MPa m
σ Tegangan MPa
σu Tegangan Ultimate MPa
σYs Tegangan Mulur Mpa
σmax Tegangan Maksimum MPa
σ0 Tegangan Nominal MPa
E Modulus Elastis GPa
τ Tegangan Geser MPa
ν Poison ratio - δ Elongation % F Gaya KN
P Beban N
W Lebar spesimen m
t Tebal spesimen m
α Sudut perletakan strain gauge 0
θ Sudut perletakan strain gauge 0
r Jari-jari mm
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Distribusi tegangan ... 58
2 Grafik VonMises ... 64
4 Spesimen uji impak ... 66
3 Setup uji tarik ... 66
ABSTRAK
Penelitian ini menyajikan tentang pengujian yang dilakukan menggunakan pendekatan metode elemen hingga dengan spesimen yang berbentuk pelat komposit
glass fiber reinforced plastic (GFRP) untuk mengetahui nilai ketangguhan retak
dinamik disebabkan beban impak. Program simulasi ini dibuat dengan menggunakan perangkat lunak MSC/NASTRAN for Windows dengan sub program FEMAP pembebanan dinamik. Untuk menyederhanakan pada proses simulasi, spesimen digambarkan setengah geometri karena bentuknya yang simetri, demikian pula dalam membuat mesh diatur dengan memperkecil ukuran mesh (fine mesh) pada daerah sekitar ujung retak. Pada pengujian ini beban impak diperoleh dari tegangan yang masuk ke spesimen dengan terlebih dahulu harus mengetahui diameter input bar dan tebal spesimen. Melalui simulasi ini juga diketahui propagasi tegangan yang terjadi; proses simulasi dimulai dengan mendefinisikan sifat material, membuat geometri dan mesh, menentukan kondisi batas, memberi beban, serta melakukan analisa dinamis dengan type analisis adalah transientdynamic/time dan type output displacement and
stress. Hasil simulasi elemen hingga menunjukkan pola distribusi tegangan pada
seluruh permukaan pelat. Besarnya faktor intensitas tegangan pada daerah retak mendekati hasil atau penelitian secara eksperimen. Harga rata-rata faktor intensitas tegangan yang diperoleh secara simulasi juga mendekati harga faktor intensitas tegangan kritis (ketangguhan retak) dari specimen GFRP yang diakibatkan oleh beban impak.
ABSTRACT
This research is to study computer simulation of glass fiber reinforced plastic (GFRP) plate specimen, by finite element method. Its goal is to know the stress intensity factor and compared them with the critical intensity factor (fracture toughanes/obtained using experimental method. The simulation utilized MSC MSN/NASTRAN for Window software and FEMAP sub program with impact load model. To simplify the simulation process, specimens were drawn in half because of its symmetric. Small meshes are placed closed to the fracture tip. In this research the impact load propagated into the specimen uzed an experimental load model. The simulation was started by defining material characteristics, creating geometric, meshing, the plate defining boundary condition, applying the load. Analyses the stress intensity factor found form simulation is closed to the one obtained by experimental work, transient dynamic/time and the displacement and stress output type. The result of finite element simulation shows the stress distribution on the plate. The average stress intensity factor calculated in this study are in good agreement with the critical stress intensity facture (fracture toughness) obtained using experiments.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan bidang konstruksi dalam dunia industri terhadap kebutuhan
material teknik semakin meningkat dewasa ini. Hal ini terlihat dengan meningkatnya
permintaan terhadap bahan-bahan teknik yang tergolong memiliki kualitas yang lebih
tinggi, misalnya; dalam hal kemampuan (sifat-sifat mekaniknya), harganya lebih
murah dan banyak dijual di pasaran. Dalam pengembangan teknologi dan proses
seperti; bidang konstruksi, produksi atau manufaktur sangat erat hubungannya dengan
sifat-sifat mekanik yang dimiliki oleh suatu material, khususnya dalam bidang teknik
material yang semakin hari semakin sulit dipenuhi oleh bahan-bahan yang ada
selama ini.
Teknologi material di masa depan perlu dikembangkan lagi sesuai dengan
kebutuhan dunia industri saat ini. Para peneliti sebelumnya telah banyak melakukan
penelitian terhadap berbagai jenis material misalnya; aluminium, stainless steel, cast
iron, polimer, dan komposit polimer untuk berbagai kebutuhan. Guna menjawab
tantangan disebabkan dampak dari suatu kemajuan teknologi material yang telah
banyak digunakan sebagai bahan dasar dari berbagai sektor industri, maka penulis
cenderung untuk melakukan penelitian lanjutan yaitu tentang jenis material
komposit polimer yang akan digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan suatu
Kecelakaan kerja sering terjadi di kalangan industri konstruksi dan
manufaktur. Aturan hukum yang mengatur tentang Kesehatan, Keselamatan dan
Kecelakaan Kerja (K3) telah ditetap [1], namun di lapangan masih banyak industri
yang mengabaikan dari ketentuan tersebut. Pada kasus di lapangan sering kali
kecelakaan kerja disebabkan oleh jatuhnya atau terlemparnya benda yang mengenai
bagian kepala pekerja. Untuk mengurangi atau mencegah tingginya angka kecelakaan
kerja di industri konstruksi, para pekerja dilengkapi dengan alat pelindung diri.
Salah satu alat pelindung diri yang digunakan adalah helmet. Tujuan memakai
helmet adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada kepala disebabkan benda
jatuh bebas dikalangan industri konstruksi.
Untuk itu helmet merupakan suatu alat pelindung kepala yang harus
digunakan oleh si pekerja, hal ini menurut ketentuan dan peraturan dari K3 helmet
yang digunakan tentunya juga adalah helmet yang telah lolos uji menggunakan teknik
uji yang standard [2]. Kenyataan di lapangan bahwa, masih banyak helmet yang
digunakan di industri tidaklah memenuhi uji yang standard. Penyelidikan dan
pengujian terhadap kehandalan dan kekuatan helmet telah dilakukan oleh beberapa
peneliti dan balai pengujian yang mengkaji beberapa aspek yang berbeda, Thomson,
R.D [3] melakukan penyelidikan tentang kekuatan dan ketahanan helmet industri
terhadap beban transversal, yang mana penelitian tersebut menghasilkan beban
transversal cenderung lebih mempengaruhi kontur/bentuk helmet industri.
Penelitian helmet industri juga telah dilakukan secara simulasi komputer
perilaku yang terjadi pada helmet disebabkan benda jatuh dari ketinggian 40 meter.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa tulangan sangat mempengaruhi kosentrasi
tegangan. Penyelidikan dan pengujian tentang cedera pada kepala dan otak yang
disebabkan oleh beban impak kecepatan rendah telah dilaporkan oleh para peneliti
pada bidang Biomechanics atau Bioengineering. Sedangkan Yu T., etl [5] melakukan
pengujian terhadap kekuatan dan ketahanan helmet dengan pengimpakan terpusat dan
pengimpakan penetrasi metode drop-weight.
Helmet industri yang terbuat dari bahan polimer Ethylene Propelene
Copolymer (EPM) yang mengalami prilaku mekanik yang berbeda antara
pembebanan impak kecepatan rendah dan impak kecepatan tinggi. Besar kecilnya
beban impak yang diterima helmet tergantung pada tinggi rendahnya suatu benda
yang jatuh. Helmet yang banyak digunakan dikalangan industri Indonesia umumnya
masih belum memenuhi syarat keselamatan kerja, artinya helmet tersebut tidak
menjamin sipemakai akan aman dari benda jatuh bebas dari ketinggian tertentu.
Ditinjau dari segi kekuatannya masih belum mampu atau tahan terhadap
benturan benda keras, sehingga menyebabkan terjadinya cedera kepala [3]. Syam, B
[6] melakukan penelitian tentang ketangguhan retak dinamik dan mekanisme
kerusakan GFRP berhubungan terhadap intensitas tegangan disebabkan beban impak.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ketangguhan retak dinamik untuk bahan
komposit GFRP 12 MPa m, untuk statik 10 MPa m . Selain itu juga tingkat
disebabkan pemakaian helmet yang relatif lama oleh para pekerja. Sehingga perlu
kenyamanan, dalam hal ini tidak terasa panas, tidak berat yang menyebabkan
ketidak betahan si pemakai [7].
Untuk ini maka perlu dilakukan penelitian terhadap material komposit yang
akan digunakan sebagai material helmet. Pengujian yang akan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan metode elemen hingga dengan spesimen yang berbentuk
pelat komposit GFRP untuk mengetahui nilai ketangguhan retak dinamik disebabkan
beban impak.
1.2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi dasar pemikiran di sini adalah penggunaan
jenis material helmet non standard yang dibuat dari bahan polimer seperti; Ethylene
Propelene Copolymer (EPM). Setelah dilakukan pengujian oleh peneliti terdahulu
diketahui material helmet non standard masih belum dapat menjamin kekuatannya
atau tidak mampu menahan beban yang disebabkan benturan benda keras [5]. Dengan
adanya pengembangan dalam bidang produksi untuk meningkatkan kualitas jenis
material helmet yang dibuat dari bahan Ethylene Propelene Copolymer (EPM)
diharapkan mampu menahan benturan benda keras.
Oleh sebab itu dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu;
bagaimana distribusi tegangan yang terjadi disebabkan beban impak menggunakan
simulasi elemen hingga MSC/Nastran for Windows, berapa nilai ketangguhan retak
impak menggunakan simulasi elemen hingga MSC/Nastran for Windows. Atas dasar
permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian dibidang material teknik untuk
pembuatan produk helmet dari jenis material komposit khususnya GFRP. Dari hasil
pengujian ini akan dapat diketahui apakah material GFRP akan memiliki
ketangguhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis material yang terbuat dari
polimer. Pengujian eksperimental ketangguhan retak dinamik terhadap bahan material
komposit GFRP telah dilakukan oleh Syam B, dkk [6].
Dengan menggambil data eksperimental yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya [6] maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
ketangguhan retak dinamik bahan komposit GFRP untuk helmet industri disebabkan
beban impak dengan metode yang digunakan simulasi MSC/Nastran for Windows
dengan pembebanan dinamik dan megklarifikasikan dengan hasil simulasi dengan uji
eksperimental.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Ketangguhan retak komposit GFRP untuk helmet industri disebabkan beban
impak menggunakan MSC/Nastran for Windows.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui distribusi tegangan yang ditimbulkan pada spesimen
disebabkan beban impak dengan menggunakan simulasi elemen hingga
2. Untuk mengetahui inisiasi dan bentuk keretakan material komposit GFRP
dengan simulasi elemen hingga MSC/Nastran for Windows.
3. Untuk mendapatkan nilai factor intensitas tegangan kritis pada
pembebanan dinamis dengan menggunakan simulasi elemen hingga
MSC/Nastran for Windows dan mengklarifikasikan dengan hasil
pengujian eksperimental.
4. Untuk mendapatkan ketangguhan retak (fracture toughness) material
komposit GFRP.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberi informasi pada dunia industri yang memproduksi helmet tentang
ketangguhan retak (Fracture Toughness) material komposit GFRP
menggunakan simulasi elemen hingga MSC/Nastran for Windows.
2. Memberi masukkan kepada Badan Standrisasi Nasional (BSN) untuk
mempertimbangkan beban impak dalam standarisasi nilai ketangguhan
retak.
3. Mengetahui tentang respon dan distribusi tegangan yang terjadi pada
material komposit GFRP disebabkan beban impak menggunakan simulasi
elemen hingga MSC/Nastran for Windows.
4. Memberi masukkan pada institusi untuk pengembangan ilmu pengetahuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Standarisasi dan Klasifikasi Helmet Industri
Hasil pengembangan produk helmet di sektor industri manufaktur, pada
umumnya jenis helmet yang digunakan oleh masyarakat di negara-negara maju telah
mempunyai standard tertentu. Diantara standard-standard helm yang dikenal secara
luas dan banyak telah menjadi referensi antara lain;
1. ANSI Z 89.1-1997 (Amirican National Standard Institute)
2. JIS T 8131 (Japan Industrial Standard)
3. SII (Standard Industri Indonesia), hanya mengeluarkan standard untuk
helmet pengendara sepeda motor.
4. Australia Standard (EN 397. AS/NZS 1801.SS98)
Untuk masing-masing standar memiliki klasifikasi yang berbeda berdasarkan
kegunaan dan material yang digunakan.
2.2. Konstruksi Helmet Industri
Konstruksi helm terdiri atas beberapa bagian. Secara umum bagian-bagian
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.
1
2
4
3 5
Keterangan gambar :
1. Tempurung
2. Jaring peredam benturan
3. Pelindung sinar matahari
4. Tali cincin
5. Tali dagu
Gambar 2.2. Kontruksi helmet industri
1. Tempurung adalah lapisan keras yang berfungsi melindungi kepala terhadap
benturan atau goresan dengan benda keras atau benda tajam. Sifat material yang
keras, homogen, liat, lentur, dan tahan terhadap perubahan cuaca.
2. Jaring, berfungsi untuk mengatur dan mengikatkan helm ke kepala dengan baik.
Jaring ini bersifat kuat dan tidak mulur. Ukuran jaring helm dapat diatur atau
3. Pelindung sinar matahari, berfungsi untuk melindungi mata dari cahaya matahari
yang langsung mengenai mata. Syarat bahannya tidak begitu ketat, tapi yang
penting bisa menahan sinar matahari yang akan masuk kemata. Pelindung ini ada
yang menyatu dengan tempurung helm, dan ada juga yang dipasangkan kemudian
(optional)
4. Peredam benturan (absorber), berfungsi meredam energi benturan, sehingga
energi benturan tidak diteruskan ke kepala. Lapisan ini bersifat lunak dan liat,
tetapi tidak kenyal.
5. Tali cincin, berfungsi untuk mengikat jaring helmet
6. Bantalan kepala, bersifat lunak dan berfungsi untuk memberikan kenyamanan
pada pemakai helm. Bantalan kepala ini bisa juga berbentuk jaringan atau
konstruksi lain yang berhubungan langsung dengan kepala.
7. Tali dagu, yang berfungsi agar jaring pengikat helm dapat terpasang di kepala
dengan baik dan kuat. Perlengkapan ini merupakan aksesori. Terbuat dari plastik
atau bahan-bahan lain yang lembut dan tidak menimbulkan kerusakan kulit. Tali
dagu lebarnya minimum 20 mm dan harus benar-benar berfungsi sebagai pengikat
helm ketika dikenakan di kepala.
2.2.1. Helmet industri bahan komposit
Geometri helmet disesuaikan dengan antropometri kepala manusia, yang
Gambar 2.3. Helmet Industri Bahan Komposit
2.3. Material Komposit Polimer
Material komposit polimer dapat didefinisikan sebagai gabungan dari dua atau
lebih material yang berbeda secara makroskopik dan masing-masingnya mempunyai
sifat-sifat yang diinginkan, tetapi tidak di dapat dari bahan-bahan penyusun (asal) jika
bekerja sendiri-sendiri [8]. Hal ini yang mendorong pengembangan komposit polimer
yang diperkuat serat gelas (GFRP). Serat gelas dan plastik dengan sifat fisis dan
mekanis yang baik dikombinasikan sehingga memberikan sifat meterial yang baru
dengan sifat-sifat unggul material tunggal penyusunnya.
Saat ini FRP banyak digunakan untuk komponen mesin, bangunan dan
kadang-kadang juga digunakan dengan beban dinamis pada berbagai tingkat
tegangan. Ada beberapa keuntungan dari FRPantara lain; a). memiliki sifat mekanis
yang baik, b). ringan dan mudah dibentuk, c). biaya perawatan ringan, d). tidak
dinamik telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Syam, B [10] meneliti
kerusakan mekanik komposit GFRP yang dikenai beban impak.
Syam, B [11] mensimulasi elemen hingga pada pelat yang mengalami beban
impak. Syam, B [12] mengklarifikasi inisiasi retak pelat plaster akibat beban impak
menggunakan MSC/NASTRAN for windows. Shirley Savetlana [13] melakukan
pengujian menggunakan pendekatan terhadap ketangguhan retak dinamik GFRP dari
aspek viscoeelastik dan prilaku kerusakan matrik.
Dari beberapa pendapat para peneliti tersebut di atas tentang ketangguhan
retak (fracture toughness) material komposit polimer, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penyelidikan terhadap material komposit polimer jenis GFRP dengan
membentuk spesimen uji yang menggunakan metode elemen hingga (MEH).
2.4. Jenis Bahan Matrik dan Sifat-sifat Mekanik
Menurut Chawla, [14] kemampuan mekanis dari unsaturated poliester resin
adalah seperti Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kemampuan mekanis unsaturated polyieter resin
Sifat Mekanik Satuan Harga
Density Kg/m3 1120
Tensile strength MPa 55
Elongation % 2
Impact value J 0,5 – 1,0
2.5. Klasifikasi Bahan Serat dan Sifat-sifat Mekanik
Bahan serat yang umum dipakai sebagai penguat pada komposit sangat
bervariasi, dimana penggunaannya tergantung pada jenis operasional dari komposit
tersebut. Sedangkan menurut Warner [15] serat yang umum digunakan antara lain
adalah: a). serat karbon, b). serat kevlar, c). serat E-glass. Untuk pemakaian pada
industri serat E-glass adalah yang paling banyak digunakan, disamping banyak
terdapat di pasaran, juga harganya lebih murah. Menurut Fried [16] sifat mekanik
serat jenis E-glass ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Sifat mekanik serat jenis E-glass
Sifat mekanik Satuan harga
Relative density g/cm3 2,55
Tensile strength Gpa 3,5
Modulus Elastisitas GPa 74
2.6. Mekanisme Retak Komposit
Beberapa tipe keretakan atau patahnya material yaitu; patah, rapuh, patah
ulet, dan patah akibat faktor kelelahan (fatique). Dengan adanya ilmu mekanika
keretakan sehingga dapat dilihat ketangguhan retak bahan, ukuran retak dan
tingkat tegangan saling terkait dalam hal untuk memperkirakan keretakan dari
struktur yang mengalami patah. Komposit polimer merupakan komponen
rekayasa dalam skala makro (engineering macroscale) yang tersusun dari
kombinasi dua atau lebih material yang menghasilkan kemampuan dan sifat-sifat
2.7. Mekanisme Kegagalan
Bahan komposit dinyatakan gagal bila tidak memiliki kemampuan untuk
memenuhi fungsi utama dari perencanaan yang dikehendaki. Masing–masing cara
dapat saja terjadi pada waktu yang berlainan dan juga dapat terjadi secara bersamaan
pada lokasi kegagalan. Pada 2.4 diperlihatkan gambar mikro (micrograph) dari
permukaan interface dari material laminasi yang mengalami kegagalan. Faktor utama
bahan mengalami kegagalan adalah beban maksimum yang bekerja melebihi dari
kekuatan bahan atau tegangan patah bahan.
Gambar 2.4. Mikro kerusakan laminasi pada matrik, dan terjadi delaminasi pada lapisan matriks
Tidak semua bahan mengalami kegagalan dengan cara yang sama juga
ditentukan oleh faktor kekuatan, kemuluran, dan kerapuhan ini merupakan
faktor-faktor yang menerangkan perilaku bahan atau mekanisme gagal suatu bahan.
Penyebab kegagalan adalah keretakan sebagian atau sepenuhnya, pembengkokan,
ukuran yang berubah terhadap waktu, akibat proses pengkaratan, aus atau perubahan
Model-model kegagalan tergantung pada tegangan atau beban yang terjadi,
arah beban, suhu atau temperatur, pengaruh lingkungan atau gabungan dari keadaan
tersebut. Faktor yang mempengaruhi kegagalan sangat tergantung pada sifat dasar
dan keadaan bahan tersebut, jenis pembebanan, besar pembebanan, suhu dan keadaan
lingkungan, pengaruh tumpuan beban, ketidak sempurnaan permukaan atau cacat
bahan dan pemerosesan produk.
2.8. Ketangguhan Retak (Fracture Toughness)
Ketangguhan retak merupakan suatu fenomena untuk mengukur ketahanan
suatu material terhadap perluasan retak [17]. Berbagai organisasi diseluruh dunia
telah mempublikasikan prosedur standard untuk pengukuran ketangguhan ratak,
termasuk Amirican Society for Testing and Material (ASTM), British Standard
Institution (BSI), dan Japan Society of Mechanical Engineers (JSME). Untuk
menentukan harga faktor intensitas tegangan kritis (KI) dapat dilihat pada gambar dua
dimensi dengan retak yang melewati single-ended pada gambar 2.5.
Gambar 2.5. Bentuk spesimen type SENB
Dally dan Sanford [18] membuat sebuah metode untuk mengukur dengan
tepat sebuah faktor intensitas tegangan dari komponen tegangan dalam arah x’ untuk
suatu rangkaian kekuatan yang tidak terbatas, dimana rangkaian pertama adalah
sebuah singularitas 1/√r, yang kedua konstan, yang ketiga √r dan sterusnya.
Y
Jika nilai khusus diambil untuk θ dan α, maka yang kedua dan ketiga hilang
dan rangkaian yang pertama menjadi seperti persamaan berikut ini:
⎥⎦
Intensitas tegangan bisa dihitung dengan tepat dengan persamaan 2.1 dan
tegangan yang diukur εx’x’ pada jarak sedang dari ujung retak. Karena poisson ratio
GFRP adalah 0,33 nilai θ dan α diambil 600 maka persamaan dapat dituli menjadi :
KI = Eε πr
3 8
Dimana :
KI = Faktor intensitas tegangan (MPa m)
E = Modulus Elastisitas (MPa)
ε = Regangan pada posisi strain gauge
R = Jarak ujung retak kepengukuran tegangan (mm)
Pemilihan sudut α dan θ tergantung pada poison rasio seperti yang ditunjukan pada
tabel 2.3.
Tabel 2.3. Poisson ratio ν untuk sudut α dan θ [19]
ν θ α
0,25 73,74 63,43
0,30 65,16 61,29
0,33 60,00 60,00
0,400 50,76 57,69
0,500 38,97 54,74
2.9. Teori Propagasi Tegangan
2.9.1. Rambatan gelombang tegangan pada batang
Untuk memahami teori impak terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang
rambatan gelombang, khususnya rambatan gelombang di dalam medium elastis.
Gelombang tegangan adalah gelombang mekanis, yaitu gelombang yang memerlukan
suatu medium untuk dapat mentransmisikannya [20]. Kecepatan rambat gelombang
Ditinjau dari arah penjalaran, gelombang dibagi atas dua bagian yaitu: 1).
gelombang transversal, dan 2). gelombang longitudinal. Pada penelitian ini hanya
gelombang longitudinal yang akan dibahas lebih lanjut, karena merupakan dasar dari
rambatan gelombang tegangan. Gelombang longitudinal sebagai konsep dasar
pembahasan teori kekuatan tarik impak.
Sebagai pembahasan perilaku gelombang longitudinal pada sebuah batang
logam seperti gambar 2.7.
Gambar 2.7. Perilaku gelombang longitudinal
Error! Bookmark not defined.
Keseimbangan momentum pada Gambar 2.7 adalah sebagai berikut :
ΔmV = F t mV = F0 0 t
(A C t0 1 ρ0) V0 = σ0A t0
σ0=ρ0C V1 0 (2.3)
dimana :
C = Kecepatan gelombang longitudinal merambat pada batang 0
0,
v t
C
1,
V0 = Kecepatan partikel
σ0 = Tegangan pada batang
Modulus Elastisitas pada bahan dapat dinyatakan dengan persamaan :
E = C12 ρ
E
ρ
C1 = (2.4)
Substitusi persamaan (2.3) ke persamaan (2.4) akan diperoleh :
σ0= E0ρ0V (2.5)
Energi yang dipindahkan batang pada waktu t dapat dibedakan menjadi dua bagian
yaitu:
1. Energi regangan yang dipindahkan sebesar :
2
Sehingga energi total yang dipindahkan batang pada waktu t adalah:
1 2
1 2 = 2
0( 1 ) 0 0
A C t ρ V + 2
0( 1 ) 0 0
A C t ρ V
Et = 2 0( 1) 0 0
A C t ρ V (2.8)
Dengan demikian terlihat besarnya energi yang dipindahkan pada batang ditentukan
oleh harga-harga: A, C, t, ρ, dan kecepatan awal batang.
2.9.2. Impak pada batang
Susunan pada batang yang digunakan pada metode pengujian ini diperlihatkan
secara skematis pada Gambar 2.8, yang terdiri dari tiga batang; batang impak
(striker), batang penerus (input bar), dan specimen.
Gambar 2.8. Susunan Batang Uji
Spesimen pelat diletakkan bersentuhan secara bersentuhan secara kolonier
dengan input bar. Sebelum beban impak diberikan, batang impak mempunyai
kecepatan V1 sedangkan input bar dan batang spesimen mempunyai kecepatan yang
sama yaitu: V2 = V3 = 0, seperti yang pada gambar 2.9. Setelah impak, lihat gambar
2.10 (dimana: C01, C02, C03 adalah kecepatan gelombang dalam masing-masing
batang).
Batang Impak Batang Penerus
Spesimen
V1
Gelombang longitudinal tekan akan merambat dari bidang antar muka impak
(impact intirface) batang impak dan batang input bar kedalam masing-masing batang.
Akibatnya bidang antar muka impak dan spesimen pada akhirnya akan mempunyai
kecepatan yang sama sebesar V. Pada bidang antar muka akan terjadi keseimbangan
gaya, atau akan terjadi aksi dan reaksi antar kedua batang, yang dapat dinyatakan
dengan hubungan:
(impact intirface) batang impak dan batang input bar kedalam masing-masing batang.
Akibatnya bidang antar muka impak dan spesimen pada akhirnya akan mempunyai
kecepatan yang sama sebesar V. Pada bidang antar muka akan terjadi keseimbangan
gaya, atau akan terjadi aksi dan reaksi antar kedua batang, yang dapat dinyatakan
dengan hubungan:
σ11A11 = σ2A2 (2.9)
dimana : A1 = Luas penampang batang 1
A2 = Luas penampang batang 2
σ1 = Tegangan pada batang 1
σ2 = Tegangan pada batang 2
Gambar 2.9. Perilaku batang setelah terjadi impak
Dari hubungan impuls momentum diperoleh hubungan σ = E Vρ , dimana:
σ = tegangan impak, ρ= massa jenis bahan, E = modulus young dan V = kecepatan
partikel.
Dengan demikian pada batang impak yang bergerak dengan kecepatan V1
akan timbul tegangan sebesar:
V 2 3
C0,1
V
1
σ σ2 C0,2
σ1 = ρ1E V1( 1−V')
Selanjutnya kita tinjau batang 2, yang bergerak dengan kecepatan V’. melalui
gambar 2.9, dapat ditentukan tegangan pada batang 2, yaitu:
'
Substitusi Persamaan (2.10) ke Persamaan (2.11) akan menghasilkan :
2
sehingga dari persamaan (2.12) dapat ditulis :
σ ρ1 2E2 = ρ ρ1E1. 2E V2 1− ρ1E1σ2
σ ρ1 2E2+ ρ σ1E1 2 = ρ ρ1E1. 2E2V1 (2.13)
Dengan mensubstitusikan persamaan (2.12) ke persamaan (2.13) diperoleh :
1 1 2 2 1
Tegangan impak yang ditransmisikan ke input bar dan batang spesimen
tersebut ditentukan oleh kecepatan batang impak dan sifat-sifat mekanisnya. Bila luas
kedua penampang sama besar, maka;σ σ σ= =1 2. Selanjutnya tinjau rambatan
gelombang tegangan elastis pada input bar dan spesimen seperti pada Gambar 2.10.
Tegangan yang terjadi dari ujung kiri input bar sebesar σ akan ditimbulkan
pada interface input bar dan specimen pada saat = 2 0,2
l C
2
t , dimana: adalah panjang
input bar, dan adalah kecepatan gelombang elastis pada input bar. Dalam hal,
ada tiga bentuk gelombang yang terlibat, yaitu:
2
l
0,2
C
1. Tegangan yang terjadi, σ
2. Tegangan yang ditransmisikan, σT
3. Tegangan yang dibalikkan, σR
Gelombang tegangan tersebut dihubungkan oleh persamaan berikut ini :
A3 ρ3
Gambar 2.10. Perilaku tegangan pada interface input bar dan specimen
Bila α adalah faktor transmisi dan β adalah faktor refleksi, maka di peroleh
hubungan : σT = α.σ (2.18)
σR = β.σ (2.19)
Untuk material yang mempunyai sifat mekanis dan dimensi yang sama, maka
denga mensubstitusikan harga: E2 = E3 ; ρ2=ρ3 ; A2 = A3, dan = kedalam
persamaan (2.21) dan (2.22), diperoleh
2
l l3
T
σ = σ dan σR= 0. Ini berarti besar tegangan
yang ditransmisikan adalah sama dengan tegangan yang masuk, dan tidak ada
tegangan yang direfleksikan.
2.9.3. Pengukuran kekuatan pelat bahan komposit
Pada gambar 2.11. menunjukkan susunan batang impak, batang penerus, dan
batang spesimen (c). Batang-batang tersebut disusun koloneir satu sama lain. Perlu
diketahui berapa besarnya beban impak yang dibangkitkan pada intirface batang
penerus dan spesimen. Dengan cara pengukuran langsung tentu sangat sulit
dilakukan. Pengukuran beban impak, yang dibangkitkan pada lokasi impak,
dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan strain gage yang VT
σT
interface
V ’
V
σ σR
dilengketkan pada dua posisi dibatang penerus (lokasi a dan b). Prinsipnya,
gelombang tegangan yang melalui batang penerus ditangkap oleh strain gage a dan b.
Selanjutnya dengan menggunakan sirkit jembatan Wheatstone (bridge box),
dimana perubahan tahanan gage dirubah menjadi voltage out put, dan signal
conditioning akan menyesuaikan signal dengan kemampuan transient converter
(osiloskop).
Spesimen
Dalam penelitian ini juga akan dikembangkan suatu perhitungan beban impak
dilokasi c (intirface kedua batang yang bertumbukan) menggunakan teori propagasi
tegangan dalam batang satu dimensi. Dan program aplikasi excel digunakan untuk
membaca data yang dikirim transient converter ke PC dan menghitung besarnya
impak di lokasi c. Menurut teori propagasi tegangan, tegangan dilokasi a, b, dan c
dapat dihitung sebagai berikut :
σb( )t =σL( )t +σR( )t (2.20)
σa( )t =σL(t t− +1) σR(t+t1) (2.21)
900
800
Batang Impak Batang Penerus
600
700
a b
L
σ σR
c
1
( ) ( ) ( )
c t L t t R t
σ =σ + +σ −t1 (2.22)
1 1
( ) ( ) ( ) ( )
c t b t t b t t a t
σ =σ + +σ − −σ
maka : (2.23)
dimana :
t = waktu
d = jarak strain gage a dan b atau b dan c
C0 = kecepatan rambat gelombang dalam batang
0
C l
t1 =
Selanjutnya, variasi beban impak dapat dilakukan dengan mengatur jarak
impak (jarak antara ujung batang impak dan batang penerus). Dan beban impak juga
dapat diperbesar atau diperkecil, dengan mengatur tekanan udara didalam tabung
udara (air reservoir).
2.10. Metode Elemen Hingga
Metode Elemen Hingga (MEH) ini merupakan suatu cara pendekatan yang
sangat efektif yang memanfaatkan keunggulan tekologi komputer. Menggunakan
prinsip metode numerik untuk menyelesaikan suatu permasalahan dari suatu sistem
fisik kontinu dan kompleks yang sulit atau tidak dapat diselesaikan secara analitis.
Pada awalnya metode elemen hingga dikembangkan untuk menyelesaikan masalah
struktur, tetapi metode ini juga dapat diaplikasikan secara luas dalam berbagai bidang
ilmu dan rekayasa, seperti dalam masalah perpindahan panas (heat transfer), getaran
(vibration), elektromagnetik, mekanika fluida, dan lain-lain.
Metode elemen hingga yang digunakan pada penelitian ini, yaitu yang
bantuan perangkat lunak MSC/NASTRAN for windows versi 4.5, suatu paket progam
yang dikembangkan di Amerika Serikat oleh National Aeronautics and Space
Administration (NASA). Dalam metode ini, struktur solid dipandang sebagai
rangkaian elemen kecil yang berhubungan pada sejumlah titik pada tiap elemennya.
Rangkaian ini menjadi model struktur yang akan dianalisis dan disebut mesh,
sedangkan titik-titik penghubung dalam elemen tersebut disebut titik nodal atau node.
1
119 120 121 122 123 124
Gambar 2.12. Model struktur (mesh) pada sebuah plat.
Selanjutnya dengan meninjau seluruh elemen didapat sejumah persamaan aljabar
tertentu yang kemudian diselesaikan untuk mendapatkan harga-harga pada titik-titik
nodal tersebut, sehingga diperoleh solusi untuk seluruh bagian struktur yang
dimodelkan.
Untuk menyelesaikan sistem persamaan yang diperoleh, diperlukan
kondisi-kondisi batas. Kondisi batas dalam hal ini umumnya berupa gaya luar yang bekerja,
perpindahan yang diketahui, atau tumpuan. Semua kondisi batas terus dinyatakan
akan diketahui parameternya harus merupakan titik nodal. Jika beban yang bekerja
merupakan beban yang terdistribusi, maka beban tersebut harus diekivalensikan
menjadi gaya-gaya pada titik nodal atau berupa tekanan pada elemen-elemen.
Pendekatan yang digunakan pada metode elemen hingga ini, setidaknya mempunyai
dua sumber kesalahan. Kesalahan pertama ialah adanya perbedaan asumsi yang diambil
dengan kondisi yang sebenarnya, sehingga solusi metoda ini, bukan merupakan solusi eksak.
Besarnya kesalahan ini tergantung pada ukuran elemen yang digunakan dalam pemodelan
struktur. Sebagian besar formulasi elemen hingga akan menghasilkan solusi yang makin
mendekati solusi eksaknya (konvergen), jika ukuran elemen semakin kecil atau jumlah nodal
semakin banyak.
Sedangkan sumber kesalahan yang kedua terletak pada tingkat ketelitian proses
numerik dalam menyelesaikan sistem persamaan aljabar. Ini merupakan fungsi dari
kecermatan komputer, algoritma pemograman, jumlah persamaan, serta elemen yang dipakai
dalam pemodelan. Untuk mengatasi kedua sumber kesalahan diatas, dapat dilakukan dengan
melakukan pemodelan yang lebih baik, misalnya dengan memperbanyak jumlah elemen,
sampai solusi yang diperoleh cukup konvergen. Metode elemen hingga, walaupun
memiliki kelemahan seperti yang disebutkan diatas, namun juga mempunyai banyak
kelebihan dan memberi banyak keuntungan yang sangat berarti. Kelebihan metode ini
antara lain :
1. Dapat menyelesaikan hampir semua permasalahan fisik yang rumit
2. Dapat memberikan distribusi paramaeter yang diinginkan diseluruh bagian
struktur yang dianalaisis.
3. Dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi waktu serta biaya, karena
dapat mengurangi jumlah pengujian yang diperlukan, dan antara desain
dengan analisis dapat dilakukan secara bersamaan.
2.11. Tegangan dan Regangan
2.11.1. Tegangan
Intensitas gaya (gaya persatuan luas) disebut tegangan (stress). Dengan
mengangap bahwa tegangan terdistribusi secara merata pada seluruh bidang batang
penghubung. Gambar 2.13 Menampilkan suatu elemen tegangan berdimensi tiga, atau
tegangan triaksial (triaxial stress); menunjukkan tiga tegangan normal σ x
,
σy danσ z
,
semuanya positif; dan enam tegangan geser τ xy,
τ xz,
τ yx,
τ yz,
τ zx,
τ zy,
jugasemuanya positif.
Elemen tersebut berada dalam kesetimbangan statis, sehingga tegangan
normal yang arahnya keluar, adalah tegangan tarik yang dinyatakan positif. Orientasi
elemen tegangan terjadi dalam ruang dimana semua komponen tegangan geser
berharga nol. Bila elemen mempunyai orientasi khusus seperti ini, maka garis normal
terhadap setiap permukaan merupakan arah utamanya. Tegangan normal yang terjadi
merupakan tegangan utama atau tegangan prinsipal (principal stress) yaitu σ1, σ2,
y
Gambar 2.13. Elemen tegangan berdimensi tiga
Dengan prinsipal kesetimbangan gaya pada masing-masing arah utama, maka
akan didapat persamaan pangkat tiga, yaitu :
σ3-(σx + σy +σz) σ2+(σx σy + σx σz + σy σz - τ 2xy - τ 2yz - τ 2zx ) σ
2
yz - σy 2zx - σz 2xy) = 0
- (σx σy σz + 2τ xyτ yzτ zx - σxτ τ τ
Lingkaran Mohr triaksial terjadi untuk kondisi σ1 > σ2 > σ 3. Berdasarkan teori ini
tegangan geser maksimum adalah, Joseph e. Shigley Larry D. Mitchell, [21]
2
L = Panjang awal sebelum pembebanan.
δ
σ τ
σ2
σ1 σ3
1
σ
2
σ
3
σ
Gambar 2.14. Elemen tegangan (a) elemen tegangan prinsipal (b) lingkaran Morh triaksial regangan
Pertambahan panjang persatuan disebut regangan (ε), ditunjukan oleh
Karena regangan normal (ε) adalah perbandingan antara dua ukuran panjang,
merupakan besaran yang berdimensi (dimenssion less quantity)tidak memilki satuan.
Dalam pembahasan regangan pada sebuah titik, yang penting diperhatikan
adalah pergeseran (displacement) relatif dari titik-titik yang berdekatan.
y y
y
x o
1
x
ε x
y
ε
o
x o
xy
γ
(a) (b) (c)
1
xy dalam bidang xy.
Melihat bahwa bidang xy dapat terjadi bila ketiga komponen regangan seperti
diperlihatkan dalam ketiga bagian Regangan-regangan ini adalah regangan normal ε x
dalam arah x, regangan normal εy dalam arah y dan regangan geser γ xy. Sebuah elemen
bahan yang hanya dikenai regangan-regangan ini dikatakan berada dalam regangan
bidang (plane strain). Dari sini diperoleh bahawa elemen yang mengalami regangan
bidang tidak memiliki regangan normal εz dan regangan geser γ xz dan γ yz
berturut-turut dalam bidang xz dan yz. Jadi, regangan bidang didefinisikan oleh
persyaratan-persyaratan berikut :
ε z = 0 γ xz = 0 γ yz = 0
Regangan-regangan yang sisa (εx, εy, dan γ xy) dapat memiliki harga-harga yang
tidak nol.
2.11.2. Teori regangan normal maksimum
Teori regangan maksimum disebut juga dengan teori Saint Venant
aplikasinya hanya digunakan dalam selang elastis pada tegangan. Teori ini
menyatakan keluluhan akan terjadi ketika regangan terbesar dari tegangan utama
menjadi sama dengan regangan yang berhubungan dengan kekuatan luluh. Jika
diasumsikan kekuatan luluh dalam tarikan dan tekanan adalah sama, maka regangan
pada tegangan dapat disamakan dengan regangan yang berhubungan dengan kekuatan
luluh. Kondisi luluh menjadi.
y 3
2
1−v(σ +σ )=± S
σ
y 1
3
1−v(σ +σ )=± S
y 2
1
1−v(σ +σ )=± S
σ
Jika salah satu dari tiga tegangan-tegangan utama adalah nol dan dua
tegangan yang bekerja adalah σA dan σB maka untuk tegangan beraksial kriteria
luluh dapat dituliskan sebagai berikut.
y 1− v σB = ± S
σ
y 1− v σA = ± S
σ
2.11.3. Teori tegangan geser maksimum
Teori ini mengatakan bahwa kegagalan yang dimulai ketika tegangan geser
maksimum pada setiap elemen menjadi sama dengan tegangan geser dalam uji tarik
spesimen tersebut mulai luluh. Jika ditentukan tegangan-tegangan utama seperti,
3 2 1 σ σ
σ > > maka dari teori tegangan geser maksimum menduga senantiasa
keluluhan akan terjadi pada :
max ½
τ ≥ σy atau σ1 - σ3 ≥ σy
2.11.4. Teori kegagalan (failure theories)
Dalam merencanakan bagian mesin untuk mencegah kegagalan (kerusakan),
perlu diperhatikan bahwa tegangan yang terjadi tidak boleh melebihi dari kekuatan
bahan. Kalau bahan yang dipakai adalah liat, maka yang perlu diperhatikan adalah
2.11.5. Teori energi distorsi (VonMisses)
Dalam teori ini menyatakan bahwa permulaan terjadinya kegagalan
bilamana tegangan Von Mises yang terjadi sama dengan kekuatan.
Tegangan Von Misses dinyatakan dalam persamaan berikut :
(
) (
) (
)
= CEkivalen dengan :
(
) (
) (
)
2Untuk tarikan uniaksial menggunakan C2 1 = Y saat terjadi kegagalan
dan σ2 = σ2 = 0, konstannya adalah 2Y2, untuk tegangan geser murni dengan σ1
= SSy = - σ2 dan σ1 = 0, C = 2 (Ssy)2 , maka kriteria Von Misses dapat ditampilkan
seperti dibawah ini.
(
) (
) (
)
2Dalam bentuk umum kriteria Von Misses dapat dituliskan seperti :
(
x y) (
y z)
(
z x)
6(
xy yz zx)
2Y 6SsyKegagalan untuk kriteria ini menujukan bahwa kriteria tresca dan VonMisses untuk
beberapa nilai Y sehingga catatan perbedaan maksimum dalam (batas Yielding
2.11.6. Fungsi bentuk (shape fucion)
Guna membahas tegangan dan regangan dalam elemen terlebih dahulu harus
ditentukan fungsi dan bentuknya. Pada simulasi terdapat sebuah elemen dan jumlah
node. Perpindahan setiap dalam elamen adalah sebuah fungsi dari lokasinya.
Adapun klasifikasi fungsi bentuk dari elemen adalah tetrahedron dan hexahedron.
1. Fungsi bentuk dari Tetrahedron
Gambar 2.16. Tetrahedon
Keterangan gambar :
a. Linier tetrahedron dengan empat node
b.Strainght line quadratik tetrahedron dengan sepuluh node
c. Quadratik tetrahedron dengan permukaan kurva
Linier tetrahedron disamakan ddengan empat node dalam bentuk tiga dimensi
sehingga terdapat tiga kordinat luasan. Dimana linier tetrahedron menpunyai empat
kordinat volume.
2. Fungsi bentuk dari Hexahedron
Delapan node terdapat bentuk Hexahedron adalah kondisi tiga dimensi yang
sama dengan quadrilateral. Kordinat kecil alamiah dalam tiga dimensi adalah :
1
ξ ξ
ξ = η =ηη1 ξ0 =ξξ1
Fungsi bentuk diatas dapat ditentukan untuk node individual diilustrasikan
sebagai node I = I
Maka : ξ=−1 η=−1 ξ=−1
Gambar 2.17. Hexahedron
a. Linier dengan empat node
b. Strainght line quadratik hexahedron dengan sepuluh node
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
3.1.1. Tempat
Penelitian secara eksperimental berupa pembuatan spesimen, pengujian dan
observasi permukaan retak dilaksanakan di laboratorium Pusat Riset Impak dan
Keretakan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Klarifikasi secara simulasi akan dilaksanakan di IC-STAR USU menggunakan
perangkat lunak MSC/NASTRAN for Windows
3.1.2. Waktu
Simulasi ini dilaksanakan sejak tanggal 15 Januari s/d 16 Juli 2008
3.2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk spesimen uji dari bahan komposit terdiri dari
dua atau lebih bahan campuran seperti :
Material penyusun pelat komposit GFRP adalah:
a. Bahan matriks adalah Unsaturated Polyester Resin
b. Bahan serat serat E-glass sebagai penguat.
Gambar 3.1. Gambar susunan serat pada pelat GFRP lima lapis.
Spesimen dibuat dalam bentuk pelat komposit GFRP diproduksi dengan
metode hand lay-up, yang terdiri dari lima lapisan serat Chopped Strand Mat
(CSM) seperti pada gambar 3.1.
3.3. Prosedur Pelaksaan Penelitian
3.3.1. Penelitian secara simulasi komputer
Simulasi dengan menggunakan komputer dilaksanakan di IC-ATAR USU.
Software yang digunakan adalah MSC/NASTRAN for Windows yang berbasis
Metode Elemen Hingga (MEH). MSC/NASTRAN mampu menyelesaikan
persoalan-persoalan struktur dan material untuk menganalisa tegangan (stress), perpindahan
panas (head transfer) dan (vibration) dengan mengimpor geometri CAD (Computer
Aided Design).
Kajian numerik yang umum digunakan dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan beda hingga dan elemen hingga. Beda hingga (finite difference) dilakukan
dengan mendiskretisasikan persamaan diferensial. Metode ini memiliki kelemahan
utama yaitu syarat-syarat batasnya sangat sulit dipenuhi. Dan kelemahan yang lain
Kajian elemen hingga adalah analisi pendekatan yang berasumsi peralihan
atau asumsi tegangan, berdasarkan kombinasi keduanya pada setiap elemennya.
Simulasi komputer untuk mengklarifikasi perilaku mekanik yang terjadi akibat
pengujian secara experimental.
Gambar 3.2. Geometri spesimen pelat komposit
Meletakan strain gauge dengan cara menarik sumbu x dan y diujung retak
dengan sudut α kemudian diambil jari-jari antara sumbu x dan y, lalu ditarik lagi
sumbu x dan y dengan menentukan sudut cos θ, seperti terlihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.3. Lokasi dari strain gauge 3 (SG3) 100
4
15
19
4
Y θ
r=7
X
α
SG 3
Tabel 3.1. menunjukkn sifat mekanis GFRP yang diperoleh dari ekperimental
peneliti sebelumnya
Tabel 3.1. Sifat mekanis GFRP [6]
Properties Unit Modulus Elastis, E 13,2 Gpa
0,33 Poison ratio, ν
Gambar 3.4. Model simulasi dengan MSC/NASTRAN
3.4. Kerangka Konsep
Prilaku Retak Pengujian simulasi komputer
- Geometri - Distribusi tegangan (σ)
- Waktu (t) - Regangan (ε) - Inisiasi keretakan - Arah penjalaran retak - Ketangguhan retak - Mesh
- Kondisi batas - Beban
- Fungsi waktu
3.5. Variabel yang Diamati
Variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Distribusi tegangan pada permukaan pelat (σ)
2. Waktu terjadinya beban impak (t)
3. Regangan (ε)
4. Faktor intensitas tegangan kritis (KI)
3.6. Pelaksanaan Simulasi Komputer
Pelaksanaan simulasi ini akan mengikuti diagram alir seperti diperlihatkan
pada gambar 3.5. Dari diagram tersebut dapat menjelaskan urut-urutan pelaksanaan
mulai dari persiapan sampai pada analisa hasil dan kesimpulan.
Mulai
Sifat Bahan
Ε,ρ,σ,Co
Pemodelan Pelat
Analisis Nastran
Distribusi Tegangan
Selesai
BAB 4
HASIL DAN DISKUSI
4.1. Pendahuluan
Masalah propagasi tegangan yang timbul akibat impak pada dasarnya
melibatkan waktu sebagai parameter bebas, penentuan harga awal dari variabel
terikat, dan kemudian pemilihan kondisi batas. Persoalan dinamik seperti itu biasanya
dapat menggunakan rumusan persamaan gerak dan dapat dipecahkan secara numerik
dengan beberapa cara, salah satunya dengan metode elemen hingga.
Ketangguhan retak suatu material merupakan salah satu sifat mekanik yang
harus diketahui oleh para perancang konstruksi, untuk mengetahui kekuatan suatu
material dalam menerima beban dari luar. Prilaku mekanik struktur material yang
dikenai pembebanan statik sudah banyak dilakukan dan dilaporkan hasil
penelitiannya.
Namun sifat mekanik yang dihasilkan oleh beban yang berlangsung cepat dan
tiba-tiba (impak), perlakuannya sangat berbeda dan masih dibutuhkan kajian yang
mendalam terhadap penomena ini. Begitu pula prilaku pada material berstruktur liat,
seperti baja, aluminium, dan lain sebagainya maupun untuk material struktur yang
sifatnya rapuh, seperti keramik, beton, beton kenerja tinggi dan lain-lain.
Dalam penelitian ini, ingin diketahui adalah ketangguhan retak dinamik
dilakukan oleh Syam B [6]. Dengan bentuk material uji (spesimen) yang sama ingin
dibuktikan harga ketangguhan retak melalui proses simulasi elemen hingga.
Pada pengujian ini beban impak diperoleh dari tegangan yang masuk ke
spesimen dengan terlebih dahulu harus mengetahui diameter input bar dan tebal
spesimen. Melalui simulasi ini juga akan diketahui propagasi tegangan yang terjadi di
dalam spesimen.
4.2. Simulasi Elemen Hingga dan Intrepretasi Hasil
Proses simulasi dimulai dengan mendefinisikan sifat material, membuat
geometri dan pengaturan mesh, menentukan kondisi batas, memberi beban serta
melakukan analisa dinamis. Intrepretasi hasil dapat diperoleh setelah dilakukan
proses analisa.
4.2.1. Simulasi elemen hingga
Program simulasi ini dibuat dengan menggunakan software MSC/ NASTRAN
for Windows. Hasil yang akan diperoleh dari simulasi tersebut merupakan suatu
informasi untuk melihat dan mengklarifikasikan hasil uji impak. Dan yang perlu
diperlihatkan dari hasil tersebut adalah penomena timbulnya inisiasi keretakan dan
menduga pola retak yang akan terjadi. Distribusi tegangan dan variasi waktu
ditampilkan dalam bentuk kontur dan grafik.
Untuk menyederhanakan pada proses simulasi, spesimen digambarkan
setengah geometri karena bentuknya yang simetri, dalam hal ini memakai elemen
dengan memperkecil ukuran mesh (fine mesh) pada daerah sekitar ujung retak
sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar 4.1. Dari proses diskritisasi pada
spesimen, menghasilkan 335 elemen jenis isopametrik dan 373 node. Gambar 4.2.
menunjukan besarnya beban yang diberikan dapat dihitung berdasarkan tegangan
yang masuk spesimen.
Bentuk dan besar beban impak yang diberikan pada simulasi ini adalah beban
yang didapat dari hasil uji impak. Beban diberikan pada empat node (jarak tiap node
2,5 mm) karena input bar yang digunakan berdiameter 15 mm. Pemberian kondisi
batas (constraint) pada spesimen dilakukan sepanjang garis simetri, yaitu mulai dari
bawah sampai pada batas ujung retak dengan membebaskan arah sumbu X seperti
ditunjukkan pada gambar 4.3.
X Y
Z
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan peneliti terdahulu [6] diperoleh
besarnya tegangan insiden 50 MPa (t = 200 μs), dan dengan mengalikan harga
tegangan tersebut dengan luas penampang yang mengalami pengimpakan diperoleh
besarnya beban impak 1500 N (t = 200 μs).
Gambar 4.2. Pemberian beban pada spesimen
Penempatan lokasi beban impak pada masing-masing node sejarak setengah dari
diameter input bar, dan besar beban pada tiap-tiap node.
156 156
X Y
Z 156 156 156 156 156 156 156
156 156
250.500.500.250.
Dari proses simulasi pada gambar 4.3 dapat dijelaskan bahwa, pada kondisi
batas bagian yang diikat (fixed) adalah bagian 1,5,6 sedangkan arah X atau bagian
2,3,4 dibebaskan (X simetri). Besar beban 1500 N dapat dibagi pada masing-masing
node secara berturutan yaitu (250, 500, 500, 250) N.
-40
Gambar 4.4. Grafik waktu vs tegangan pada lokasi strain gauge 3 [6]
Fungsi dinamik dapat digambarkan melalui grafik fungsi sinus dengan
mengetahui waktu rambat gelombang tegangan pada spesimen dengan membuat
persamaan fungsi sinus pada sudut 1800 yang merupakan garis lurus. Waktu yang
digunakan untuk fungsi grafik t = 200 μs dari hasil pengujian eksperimen [6] dimana
0.
0. 0.0000167 0.0000333 0.00005 0.0000667 0.0000833 0.0001 0.000117 0.000133 0.00015 0.000167 0.000183 0.0002
x = 0, To x = 200 μs seperti gambar 4.5 menunjukkan grafik fungsi dinamik pada
arah X (0 – 200 μs) dan arah Y (0 – 1 – 0).
Analisa beban dinamik dapat dilakukan untuk mengetahui waktu perlangkah
(time per step), yaitu dengan membagi panjang setiap elemen dengan kecepatan
rambat gelombang dalam spesimen. Atau dapat ditulis dengan persamaan;
0
l T
C =
Dimana:
T = Time per step
l = Panjang per elemen
C0 = kecepatan rambat gelombang
Jumlah langkah (number of step) dapat diperoleh dengan membagi panjang
diagonal spesimen dengan panjang per elemen dan dapat ditulis dengan persamaan;
d
l N
l =
Dimana:
N = Number of step
Ld = Panjang diagonal spesimen
l = Panjang per elemen
4.2.2. Intrepretasi hasil
Hasil simulasi yang telah dianalisa dengan type analisis adalah transient
gambar 4.6 pada kontur tegangan utama (VonMises) gaya sebesar 1500 N, tegangan
yang terbesar terjadi didaerah yang kritis yaitu diujung retak (pre crack) yang
berwarna merah ditunjukan dengan tanda panah (gambar 4.6) tegangan utama yang
terjadi sebesar 50 MPa dan terdapat pada elemen 318 (case 27, t = 21,58 μs).
Di daerah ini spesimen mengalami kegagalan, karena tegangan yang terjadi
melebihi dari batas maksimum tegangan yang diizinkan diujung retak (pre crack),
seperti yang diungkapkan oleh Joseph e. Shigley Larry D. Mitchell, tentang teori
kegagalan (Failure Theories). Inisiasi retak diperkirakan terjadi pada daerah yang
mempunyai kosentrasi tengangan yang tinggi yaitu diujung retak. Kemudian
merambat kekiri dan kanan pelat.
Jika tengangan impak yang masuk relatif tinggi dapat terjadi tambahan
retakkan pada pelat komposit GFRP. Jadi keretakan yang ditimbulkan merupakan
suatu penomena yang masih perlu diklarifikasikan lebih lanjut. Penyebab terjadinya
inisiasi keretakan, penjalaran keretakan dan lokasi terjadinya terjadinya inisiasi
keretakan yang dihubungkan dengan bentuk geometri pelat serta bentuk pembebanan.
Keretakan ini terjadi akibat tegangan tarik, karena besarnya tegangan tekan yang
terjadi pada lokasi terjadinya inisiasi keretakan jauh dibawah tegangan tekan material
pelat.
Gambar 4.7. menunjukan grafik tegangan utama vs waktu yang terjadi
diujung retak (pre crack). Pada gambar 4.8 dijelaskan distribusi tegangan normal