• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pengontrol Temperatur Motor DC Untuk Mempertahankan Kestabilan Kecepatan Motor Berbasis Mikrokontroler AT89S52

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Pengontrol Temperatur Motor DC Untuk Mempertahankan Kestabilan Kecepatan Motor Berbasis Mikrokontroler AT89S52"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGONTROL TEMPERATUR MOTOR DC UNTUK MEMPERTAHANKAN KESTABILAN KECEPATAN MOTOR BERBASIS

MIKROKONTROLER AT89S52 SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

ABDULLAH

050801022

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul : STUDI PENGONTROL

TEMPERATUR MOTOR DC UNTUK

MEMPERTAHANKAN KESTABILAN

KECEPATAN MOTOR BERBASIS

MIKROKONTROLER AT89S52

Kategori : SKRIPSI

Nama : ABDULLAH

Nomor Induk Mahasiswa : 050801022

Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan,

Diketahui/Disetujui oleh Pembimbing

Departemen Fisika FMIPA USU Ketua

DR. Marhaposan Situmorang DR. Marhaposan Situmorang NIP : 195510301980031003 NIP : 195510301980031003

(3)

PERNYATAAN

STUDI PENGONTROL TEMPERATUR MOTOR DC UNTUK

MEMPERTAHANKAN KESTABILAN KECEPATAN MOTOR BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52

SKRIPSI

Saya mengaku bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya

Medan,

ABDULLAH 050801022

(4)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang maha pemurah dan maha penyayang, dengan limpahan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan.

Ucapan banyak terimakasih saya sampaikan kepada Bpk DR. Marhaposan Situmorang , selaku ketua Departemen Fisika FMIPA USU dan pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberi masukan serta koreksi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih juga saya ajukan kepada Bpk Drs.Takdir Tamba M.Eng,Sc, Bpk Drs. Nasruddin M.Eng.Sc dan Bpk Drs. Bisman P, M.Eng.Sc, selaku dosen pembanding yang banyak memberikan masukan.Ucapan terimakasih juga saya ajukan kepada Bpk Drs.Luhut Sihombing MS selaku dosen wali selama mengikuti perkuliahan dan terimakasih banyak juga kepada Ibu Dra. Yustinon,MS, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara, serta semua dosen dan Staf pada Departemen Fisika FMIPA USU. Teman temanku Gilang, Oki, Masthura dan rekan-rekan fisika semuanya khususnya Stambuk’05 terima kasih atas semangat, bantuan dan motivasinya..

Akhirnya tidak terlupakan dan yang teristimewa kepada Ayahanda Azharruddin, Ibunda Siti Ainun, Kakak-kakak ku Umi dan Erni. Terima kasih atas dukungan, bantuan dan semangat yang kalian berikan kepadaku selama ini. Semoga Allah SWT akan membalasnya.

(5)

ABSTRAK

Telah dirancang sebuah alat pengukuran dan pengontrolan yang mampu mengukur kecepatan putar dan temperatur motor dc serta mengontrol temperatur motor dengan menggunakan dua kipas yang diaktifkan secara otomatis, untuk mempertahankan kestabilan kecepatan putar dari sebuah motor dc. Sensor yang digunakan untuk mendeteksi kecepatan putar dalam penelitian ini adalah sensor Optocoupler dan sensor yang digunakan untuk mengukur dan mengontrol temperatur motor dc adalah sensor LM35. Sementara yang menjadi pusat pengendalian dari seluruh alat ini digunakan mikrokontroler AT89S52, keseluruhan bagian dari alat ini merupakan gabungan dari empat buah blok dasar yaitu sensor Optocoupler, sensor LM 35, ADC dan mikrokontroller. Alat ini juga memiliki ketelitian yang cukup baik dalam hal mengukur dengan kesalahan sebesar 0,498 % (kecepatan putar) dan 0,841 % (temperatur). Adapun kelemahan dari perancangan ini adalah alat ini hanya mampu mengukur kecepatan putar dan temperatur motor dc serta mengontrol temperatur motor dc, suhu yang dapat diukur dari -55 ºC sampai +150 ºC (sesuai jangkauan maksimal sensor suhu LM35).

 

(6)

ABSTRACT

Had designed a control and measuring instrument who can measure rotation speed and temperature from a dc motor and also control temperature from a dc motor with use two fans who actived otomaticly for defend dc motor rotation speed stability. The sensor was used for detecting speed rotation in this research is Optocoupler sensor and the sensor was used for measuring and control dc motor temperatur is LM 35 sensor. And the main of control from all system is microcontroller type AT89S52. All the part from this research instrument are stand of from four basic of block that is Optocoupler sensor, LM35 sensor, ADC, and microcontroller. The instrument also have good carefullness in measuring with 0,498% error (speed rotation) and 0,841%

error (temperature). The weakness of this instrument is instrument just can measure dan control rotation speed and temperature from a dc motor. Temperature who can be measured from -55 ºC to +150 ºC (from max range LM35 temperature sensor).

(7)

DAFTAR ISI

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Motor 5

2.5 ADC (Analog to Digital Converter) 16

(8)

Bab 3 Perancangan Dan Kerja Alat

3.1 Diagram Balok 30

3.1.1 Flowchart 32

3.2 Sensor Optocoupler 33

3.3 Sensor LM 35 35

3.4 Rangkaian ADC 35

3.5 Rangkaian Mikrokontroler AT89S52 37

3.6 Rangkaian Relay 38

3.7 Display LCD Character 2x16 39

3.8 Teknik analisa data 42

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S52 45

4.2 Interfacing LCD 2x16 47

4.3 Pengujian Rangkaian ADC ( Analog to Digital Converter ) 49

4.4 Pengujian Sensor LM 35 52

4.5 Pengujian Rangkaian Relay 55

4.6 Hasil Pengukuran Alat 56

4.6.1 Pengukuran kecepatan putar (rps) 56 4.6.2 Pengukuran temperatur(oC) 59

4.7 Analisa Ketelitian Alat 59

4.8 Hasil Pengontrolan Alat 63

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 69

5.2 Saran 69

Daftar Pustaka 70

Lampiran

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fungsi Khusus Port 3 21

Tabel 3.1 Fungsi Pin LCD Character 2x16 41

Tabel 3.2 Pengamatan Nilai Kecepatan Putar Pada Motor DC 45 Tabel 3.3 Pengamatan Perbandingan Nilai Kecepatan Putar Alat Rancangan 45

Dengan Nilai Kecepatan Putar Menggunakan Multimeter

Tabel 3.4 Pengamatan Perbandingan Nilai Temperatur Yang Terukur Pada Alat 46 Dengan Temperatur Yang Terukur Pada Termometer

Tabel 3.5 Pengamatan Tegangan, Suhu, Kecepatan Putar Serta Keadaan Kipas 46

Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian ADC 54

Tabel 4.2 Data Konversi ke Bilangan Digital dari Output Sensor 56

Tabel 4.3 Pengukuran Kecepatan Putar 61

Tabel 4.4 Pengukuran Temperatur 62

Tabel 4.5 Penyimpangan Dan % Kesalahan Pada Pengukuran Kecepatan Putar 63 Motor DC

Tabel 4.6 Penyimpangan dan % kesalahan pada pengukuran suhu 64

Tabel 4.7 Data Pengontrolan Motor 66

Tabel 4.8 Data Pengontrolan Motor 68

Tabel 4.9 Data Pengontrolan Motor 70

(10)

DAFTAR GAMBAR

(b) Bentuk Fisik Optocoupler

Gambar 2.5 LED Inframerah 10

Gambar 2.6 Fototransistor 11

Gambar 2.7 (a) Bentuk Fisik Sensor LM35 13

(b) Konfigurasi Pin LM35 Dilihat Dari Bagian Bawah (c) Spesifikasi Sensor LM35

Gambar 2.8 Karakteristik Sensor LM35 13

Gambar 2.9 Konfigurasi Pin IC ADC 0804 16

Gambar 2.10 Diagram ADC Secara Umum 17

Gambar 2.11 Blok Diagram Fungsional AT89S52 19

Gambar 2.12 Konfigurasi Pin AT89S52 20

Gambar 2.13 Tampilan M-IDE Studio MCS 51 sebagai 8051 Editor Menulis 26 Program

Gambar 2.14 ISP- Flash Programmer 3.a 27

Gambar 2.15 Diagram blok Tampilan Kristal cair (LCD) 28

Gambar 2.16 Relay 29

Gambar 2.17 Susunan Relay Sederhana 29

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian 31

Gambar 3.2 Rangkaian Penguat Sinyal Optocoupler 35 Gambar 3.3 Penempatan Posisi Optocoupler Pada Piringan 35

Gambar 3.4 Sensor LM35 36

Gambar 3.5 Rangkaian ADC 37

Gambar 3.6 Rangkaian Skematik Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S52 38

Gambar 3.7 Rangkaian Relay Pengendali Kipas 39

Gambar 3.8 LCD Character 2x16 41

Gambar 3.9 Peta memory LCD character 2x16 44

Gambar 4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S52 48 Gambar 4.2 Interfacing LCD 2x16 Dengan Mikrokontroller AT89S52 50

Gambar 4.3 Rangkaian Pengujian ADC 0804 53

Gambar 4.4 Rangkaian Pengujian Sensor 50

Gambar 4.5 Pengukuran Sensor Kecepatan Putar Menggunakan Multimeter 60

(11)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1 Hubungan Data Out ADC Dengan Tegangan Input 54 Grafik 4.2 Hubungan Output LM35 Dengan Temperatur 57 Grafik 4.3 Hubungan Tegangan Dengan Kec.Putar Yang Tedrukur Pada Alat 61

& Kecepatan Putar Yang Terukur Pada Multimeter

Grafik 4.4 Hubungan Antara Waktu Dan Temperatur 66 Grafik 4.5 Hubungan Antara Temperatur Dan Kecepatan Putar Motor dc 67 Grafik 4.6 Hubungan Antara waktu Dan Temperatur Motor 68 Grafik 4.7 Hubungan Antara Temperatur Dan Kecepatan Putar Motor dc 69 Grafik 4.8 Hubungan Antara Waktu Dan Temperatur Motor 71 Grafik 4.9 Hubungan Antara Temperatur Dan Kecepatan Putar Motor dc 71

(12)

ABSTRAK

Telah dirancang sebuah alat pengukuran dan pengontrolan yang mampu mengukur kecepatan putar dan temperatur motor dc serta mengontrol temperatur motor dengan menggunakan dua kipas yang diaktifkan secara otomatis, untuk mempertahankan kestabilan kecepatan putar dari sebuah motor dc. Sensor yang digunakan untuk mendeteksi kecepatan putar dalam penelitian ini adalah sensor Optocoupler dan sensor yang digunakan untuk mengukur dan mengontrol temperatur motor dc adalah sensor LM35. Sementara yang menjadi pusat pengendalian dari seluruh alat ini digunakan mikrokontroler AT89S52, keseluruhan bagian dari alat ini merupakan gabungan dari empat buah blok dasar yaitu sensor Optocoupler, sensor LM 35, ADC dan mikrokontroller. Alat ini juga memiliki ketelitian yang cukup baik dalam hal mengukur dengan kesalahan sebesar 0,498 % (kecepatan putar) dan 0,841 % (temperatur). Adapun kelemahan dari perancangan ini adalah alat ini hanya mampu mengukur kecepatan putar dan temperatur motor dc serta mengontrol temperatur motor dc, suhu yang dapat diukur dari -55 ºC sampai +150 ºC (sesuai jangkauan maksimal sensor suhu LM35).

 

(13)

ABSTRACT

Had designed a control and measuring instrument who can measure rotation speed and temperature from a dc motor and also control temperature from a dc motor with use two fans who actived otomaticly for defend dc motor rotation speed stability. The sensor was used for detecting speed rotation in this research is Optocoupler sensor and the sensor was used for measuring and control dc motor temperatur is LM 35 sensor. And the main of control from all system is microcontroller type AT89S52. All the part from this research instrument are stand of from four basic of block that is Optocoupler sensor, LM35 sensor, ADC, and microcontroller. The instrument also have good carefullness in measuring with 0,498% error (speed rotation) and 0,841%

error (temperature). The weakness of this instrument is instrument just can measure dan control rotation speed and temperature from a dc motor. Temperature who can be measured from -55 ºC to +150 ºC (from max range LM35 temperature sensor).

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad, semenjak

Hans Christian Oersted (1777-1851 orang Denmark) menemukan adanya medan

magnet disekitar arus listrik. Motor merupakan sebuah perangkat elektromagnetis

yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik inilah yang

digunakan misalnya, memutar fan atau blower, menggerakan kompresor, mengangkat

bahan, dan lain-lain. Motor digunakan juga di rumah seperti menggerakkan mixer, bor

listrik, fan angin, bahkan sebagian besar mainan anak-anak pun menggunakan motor.

Di industri motor disebut “kuda kerja” nya industri sebab diperkirakan bahwa motor

menggunakan sekitar 70% beban listrik total di industri, tetapi kebanyakan alat-alat

tersebut tidak dapat bertahan lama, karena sifat dari motor adalah apabila motor

beroperasi secara terus menerus maka temperatur dari motor juga akan terus

meningkat. Apabila motor telah mencapai temperatur yang tinggi dan motor terus

digunakan maka akan membuat kinerja kecepatan motor akan menurun dan tidak

efektif lagi serta dapat menimbulkan kerusakan.

Sudah tentu hal itu akan sangat merugikan manusia apabila alat tersebut rusak

dan membutuhkan biaya yang mahal untuk memperbaikinya atau rusak dan terbuang

sia-sia. Oleh sebab itu diperlukan suatu cara yang dapat mengontrol kecepatan putar

dan temperatur motor dc dengan baik agar motor dapat beroperasi lebih lama dan

dapat bekerja secara efektif serta tanpa harus takut motor tersebut kecepatannya

menurun dan panas atau bekerja pada temperatur yang tinggi

Berdasarkan sifat motor dc ini maka penulis mencoba merancang suatu alat

(15)

dua buah kipas dengan sistem otomatis, sistem ini dimaksudkan untuk mengontrol

suhu motor agar tetap stabil sehingga tidak mengganggu kecepatan putar motor

(kecepatan motor juga stabil). Disaat suhu mulai naik maka kipas akan beropersi

untuk mempertahankan suhu yang diinginkan dan kipas akan berhenti beroperasi

setelah mencapai suhu yang diinginkan.

Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat, karena akhir dari

penelitian ini nantinya akan menghasilkan suatu alat pengukuran dan pengontrolan

motor dc agar penggunaan motor dapat dikontrol dengan baik, beroperasi lebih lama

dan bekerja secara efektif tanpa harus takut terjadinya kerusakan pada motor.

1.2. BATASAN MASALAH

Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini difokuskan pada alat yang mampu mengukur dan mengontrol

kecepatan putar dan temperatur motor dc secara otomatis.

2. Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis AT89S52.

3. Sensor kecepatan putar yang digunakan adalah sensor optocoupler.

4. Sensor suhu yang digunakan sensor LM 35.

5. Motor yang digunakan adalah jenis motor dc 12 volt tanpa beban.

6. Untuk menampilkan kecepatan putar dan temperatur motor dc digunakan LCD

2x16.

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Studi terhadap suatu alat yang dapat mengontrol temperatur motor dc untuk

mempertahankan kestabilan motor dc berbasis mikrokontroler AT89S52.

2. Untuk mengetahui pengaruh temperatur dengan kecepatan putar motor.

3. Untuk mengetahui keefektifan sistem pengontrolan temperatur motor dc untuk

mempertahankan kestabilan kecepatan putar motor.

4. Untuk mengetahui keefektifan sensor LM35 dalam mengukur suhu dan sensor

(16)

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan pemahaman terhadap karakteristik sensor kecepatan putar

Optocoupler dan sensor suhu LM35, ADC dan memperluas aplikasi

mikrokontroler.

2. Sebagai informasi bagaimana dasar membangun sebuah instrumen yang

mampu mengukur dan mengontrol motor dc.

3. Mempermudah dalam hal pengukuran kecepatan putar dan temperatur motor

dc serta pengontrolan temperatur pada motor dc.

1.6. TEMPAT PENELITIAN

LABORATORIUM INSTRUMENTASI DIGITAL FMIPA USU, MEDAN.

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat

sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari alat pengontrol

kecepatan putar dan temperatur motor dc berbasis mikrokontroller AT89S52, maka

penulis menulis laporan ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan, batasan masalah, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk

pembahasan. Teori pendukung itu antara lain tentang motor, motor dc, sensor

optocoupler, sensor LM 35, mikrokontroler AT89S52 (hardware dan software),

ADC 0804, LCD, relay, serta cara kerja dari sensor optocoupler, sensor LM 35,

(17)

BAB III. PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok dari

rangkaian, skematik dan system kerja dari masing-masing rangkaian, bahasa

program yang digunakan, dan program yang akan diisikan ke mikrokontroler

AT89S52.

BAB IV. ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja alat,

penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk mengaktipkan

rangkaian, dan penjelasan mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler

AT89S52.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari

pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah

rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan

perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Motor

Motor merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah energi

listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik inilah yang digunakan untuk berbagai

keperluan, misalnya menggerakkan pompa, menggerakan kompresor, mengangkat

bahan, dan lain-lain. Motor juga banyak digunakan untuk keperluan rumah seperti

menggerakkan mixer, bor listrik, kipas angin angin dan lain-lain. Di industri motor

bahkan disebut “kuda kerja” nya industri sebab diperkirakan bahwa motor-motor

menggunakan sekitar 70% beban listrik total di industri.

2.2 Motor DC

Motor arus searah (motor dc) adalah salah satu jenis motor yang telah ada

selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak

dikenalkan motor induksi yang nama lain dari motor listrik arus bolak balik (ac)

karena motor dc mempunyai keunggulan dalam kemudahan untuk mengatur dan

mengontrol kecepatan dibandingkan motor ac (motor bolak-balik yang bekerja

memerlukan suplay tegangan bolak balik ). Motor dc dapat berfungsi sebagai motor

apabila didalam motor listrik tersebut terjadi proses konversi dari energi listrik

menjadi energi mekanik. Motor dc itu sendiri memerlukan suplai tegangan yang

searah pada kumparan jangkar dan kumparan medan untuk diubah menjadi energi

mekanik. Pada motor dc kumparan medan disebut stator (bagian yang tidak berputar)

(19)

Gambar 2.1 Bagian – bagian Motor dc

Bagian – bagian motor dc secara umum, yaitu :

1. Badan Mesin

Badan mesin ini berfungsi sebagai tempat mengalirnya fluks magnet yang

dihasilkan kutub magnet, sehingga harus terbuat dari bahan ferromagnetik.

Fungsi lainnnya adalah untuk meletakkan alat-alat tertentu dan mengelilingi

bagian-bagian dari mesin, sehingga harus terbuat dari bahan yang benar-benar

kuat, seperti dari besi tuang dan plat campuran baja.

2. Inti kutub magnet dan belitan penguat magnet

Inti kutub magnet dan belitan penguat magnet ini berfungsi untuk

mengalirkan arus listrik agar dapat terjadi proses elektromagnetik. Adapun

aliran fluks magnet dari kutub utara melalui celah udara yang melewati badan

mesin.

3. Sikat-sikat

Sikat-sikat ini berfungsi sebagai jembatan bagi aliran arus jangkar dengan

bebas, dan juga memegang peranan penting untuk terjadinya proses komutasi.

4. Komutator

Komutator ini berfungsi sebagai penyearah mekanik yang akan dipakai

bersama-sama dengan sikat. Sikat-sikat ditempatkan sedemikian rupa sehingga

komutasi terjadi pada saat sisi kumparan berbeda.

5. Jangkar

Jangkar dibuat dari bahan ferromagnetik dengan maksud agar kumparan

jangkar terletak dalam daerah yang induksi magnetiknya besar, agar ggl

(20)

6. Belitan jangkar :

Belitan jangkar merupakan bagian yang terpenting pada mesin arus searah,

berfungsi untuk tempat timbulnya tenaga putar motor.

2.2.1. Jenis – Jenis Motor dc

Secara umum motor dc dibagi atas 2 (dua) macam, yaitu ;

1. Motor DC dengan sikat yang berfungsi sebagai pengubah arus pada

kumparan sedemikian rupa sehingga arah putaran motor akan selalu sama.

2. Motor DC tanpa sikat menggunakan semi konduktor untuk merubah

maupun membalik putarannya untuk menggerakkan motor, tingkat

kebisingan motor jenis ini rendah karena putarannya halus.

Hal-hal dasar yang dapat menurunkan efisiensi kerja motor dc:

1. Kelebihan supplay tegangan kerja dari batas maksimum motor dc

2. Pemanasan terhadap mesin sehingga akan menaikkan temperatur motor

3. Pembebanan diluar maksimum motor

4. Menurunkan efisiensi dari motor itu sendiri, biasanya karena proses

penggulungan ulang motor.

Sifat umum dari motor dc

Apabila motor beroperasi secara terus menerus maka temperatur dari motor

juga akan terus meningkat. Apabila motor telah mencapai temperatur yang tinggi dan

motor terus digunakan maka akan membuat kinerja kecepatan motor akan menurun

dan tidak efektif lagi serta dapat menimbulkan kerusakan.

Ini dapat dilihat pada hubungan resistansi pada kawat kumparan/lilitan motor

dengan temperatur , yaitu :

R = Ro ( 1+ α T )

Dimana :

R = Resistansi konduktor pada temperatur t

Ro = Resistansi konduktor pada suhu referensi

α = koefisien temperatur dari resistansi

(21)

Apabila temperatur kawat lilitan/kumparan pada motor semakin panas maka

akan menaikkan resistansi pada kawat tersebut, yang berarti naiknya resistansi pada

kawat meyebabkan penurunan arus pada motor. Penurunan arus inilah yang akan

menyebabkan adanya daya terdisipasi (energi yang hilang) menjadi panas. Karena

terjadinya kehilangan energi itulah yang menyebabkan pemanasan terhadap motor

sehingga akan menaikkan temperatur motor yang menurunkan efisiensi dari kerja

motor itu sendiri.

Pengaruh panas pada motor dc

Panas yang berlebihan akan menyebabkan penurunan kondisi atau kerusakan

pada motor , sehingga mengurangi umur pakai. Secara umum dikatakan bahwa setiap

penambahan temperatur 10 oC pada motor dengan waktu lama atau terus menerus,

mengakibatkan umur motor berkurang setengahnya.

Contoh:

Sebuah motor jika dioperasikan pada temperatur normal diperkirakan

mencapai umur 20 tahun. Tapi jika motor harus beroperasi 10 oC diatas normal, maka

umurnya menjadi 1/2 X 20 tahun. Jika motor harus beroperasi 40 oC diatas normal,

maka umurnya menjadi 1/16 x 20 tahun. Dari hasil survei, kerusakan pada motor 60 %

dikarenakan overheating.

Motor dc banyak sekali dipakai dalam kehidupan sehari-hari seperti pemutar

kaset, pemutar piringan magnetik di harddisk komputer, kipas pendingin komputer,

dan lain-lain bahkan mainan anak-anak menggunakan motor dc, sedangkan untuk

keperluan-keperluan yang berdaya besar, motor dc masih dipakai misalkan pada

elevator, conveyor yang digunakan dipabrik-pabrik.

2.2.2 Prinsip kerja Motor DC

Daerah kumparan medan yang yang dialiri arus listrik akan menghasilkan

medan magnet yang melingkupi kumparan jangkar dengan arah tertentu. Konversi

dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun sebaliknya berlangsung

melalui medan magnet, dengan demikian medan magnet disini selain berfungsi

sebagai tempat untuk menyimpan energi, sekaligus berfungsi sebagai tempat

berlangsungnya proses perubahan energi dan daerah tersebut dapat dilihat pada

(22)

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Motor dc

Dengan mengacu pada hukum kekekalan energi :

Proses energi listrik = energi mekanik + energi panas + energi didalam medan magnet

Maka dalam medan magnet akan dihasilkan kumparan medan dengan

kerapatan fluks sebesar B dengan arus adalah I serta panjang konduktor sama dengan

L maka diperoleh gaya sebesar F, dengan persamaan sebagai berikut :

F = B I L (2.1)

dengan : F = Gaya magnet pada sebuah arus (Newton)

B = Medan magnet (Tesla)

I = Arus yang mengalir (Ampere)

L = Panjang konduktor (meter)

Arah dari gaya ini ditentukan oleh aturan kaidah tangan kiri, adapun kaidah

tangan kiri tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3 Kaidah Tangan Kiri

Ibu jari sebagai arah gaya ( F ), telunjuk jari sebagai fluks ( B ), dan jari tengah

sebagai arus ( I ). Saat gaya ( F ) tersebut dibandingkan, konduktor akan bergerak

(23)

merupakan reaksi lawan terhadap tegangan sumber. Agar proses perubahan energi

mekanik tersebut dapat berlangsung secara sempurna, maka tegangan sumber harus

lebih besar dari pada tegangan gerak yang disebabkan reaksi lawan. Dengan memberi

arus pada kumparan jangkar yang dilindungi oleh medan maka menimbulkan

perputaran pada motor.

2.3 Sensor Optocoupler

Optocoupler diartikan sebagai Opto (Optic) dan Coupler (Penghubung). Jadi

optocoupler adalah suatu komponen penghubung (coupling) yang bekerja berdasarkan

picu dari cahaya optik. Optocoupler menggabungkan LED IR dan phototransistor

dalam satu kemasan. Pada optocoupler terdiri dari dua bagian, yaitu bagian transmitter

dan receiver. Transmitter biasanya dibangun dari sebuah led infra merah, untuk

memperoleh ketahanan yang lebih baik terhadap cahaya tampak dari pada jika

menggunakan LED biasa. Receiver dibangun dengan dasar komponen

phototransisitor, yang akan menghasilkan bias maju/ON bila mendapat cahaya (infra

merah) dari transmitter dan sebaliknya menghasilkan cutoff/OFF bila tidak mendapat

cahaya (infra merah) dari LED transmitter

(a)       (b) 

(24)

Bagian-bagian optocoupler:

1. Led inframerah yang berfungsi sebagai transmitter

Sinar infra merah termasuk dalam gelombang elektromagnetik yang tidak

tampak oleh mata telanjang. Sinar ini tidak tampak oleh mata karena mempunyai

panjang gelombang berkas cahaya yang terlalu panjang bagi tanggapan mata manusia.

Sifat-sifat cahaya infra merah:

1. tidak tampak manusia

2. tidak dapat menembus materi yang tidak tembus pandang

Led inframerah adalah suatu bahan semikonduktor yang memancarkan cahaya

monokromatik (cahaya yang hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang

gelombang) yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju. Pengembangan led

inframerah dimulai dengan alat inframerah dibuat dengan galliumarsenide. Cahaya

infra merah pada dasarnya adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang

yang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang

radio, dengan kata lain infra merupakan warna dari cahaya tampak dengan gelombang

terpanjang, yaitu sekitar 700 nm sampai 1 mm.

Gambar 2.5 Led Inframerah

Cahaya led inframerah timbul sebagai akibat penggabungan elektron dan hole

pada persambungan antara dua jenis semikonduktor dimana setiap penggabungan

disertai dengan pelepasan energi. Pada penggunaannya led inframerah ini merupakan

komponen elektronika yang memancarkan cahaya infra merah dengan konsumsi daya

sangat kecil. Led inframerah dapat diaktifkan dengan tegangan dc untuk transmisi atau

sensor jarak dekat, dan dengan tegangan ac (30–40 KHz) untuk transmisi atau sensor

(25)

Karakteristik dari LED Infra merah:

1.Dapat dipakai dalam waktu yang sangat lama.

2.Membutuhkan daya yang kecil.

3.Tidak mudah panas.

4.Dapat digunakan dalam jarak yang lebar.

2. Fototransistor yang berfungsi sebagai receiver

Receiver yang digunakan oleh sensor infra merah adalah jenis fototransistor,

yaitu jenis transistor bipolar yang menggunakan kontak (junction) base-collector

untuk menerima atau mendeteksi cahaya dengan gain internal yang dapat

menghasilkan sinyal analog maupun digital. Fototransistor ini akan mengubah energi

cahaya menjadi arus listrik dengan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan

fotodioda ,tetapi dengan waktu respon yang secara umum akan lebih lambat daripada

fotodioda. Hal ini terjadi karena transistor jenis ini mempunyai kaki basis terbuka

untuk menangkap sinar,dan elektron yang ditimbulkan oleh foton cahaya pada

junction ini di-injeksikan di bagian basis dan diperkuat dibagian kolektornya.

Gambar 2.6 Fototransistor

Pada fototransistor, jika kaki basis mendapat sinar maka akan timbul tegangan

pada basisnya dan akan menyebabkan transistor berada pada daerah

jenuhnya(saturasi), akibatnya tegangan pada kaki kolektor akansama dengan ground

(Vout=0 V). Sebaliknya jika kakibasis tidak mendapat sinar, tidak cukup tegangan

untuk membuat transistor jenuh, akibatnya semua arus akan dilewatkan ke keluaran

(26)

Foto transistor memiliki karakteristik :

1.Pendeteksi jarak dekat Infra merah.

2.Dapat dikuatkan sampai 100 sampai 1500.

3.Respon waktu cukup cepat.

4.Dapat digunakan dalam jarak lebar.

5.Dapat dipasangkan dengan (hampir) semua penghasil cahaya atau cahaya yang

dekat dengan inframerah, seperti Led inframerah, Neon, Fluorescent, lampu

bohlam, cahaya laser dan api.

6.Mempunyai karakteristik seperti transistor, kecuali bagian basis digantikan

oleh besar cahaya yang diterima.

Ditinjau dari penggunaannya, Optocoupler dapat digunakan untuk mendeteksi

adanya nya penghalang antara transmitter dan receiver dengan cara bagian tengah

(antara Led Inframerah dan phototransistor) diberi suatu penghalang. Contoh

aplikasinya yaitu Optocoupler dengan piringan berlubang untuk deteksi kecepatan

putar motor, sistem deteksi lubang penanda disket pada disk drive komputer, dan

sistem limit switch pada printer dan lain-lain.

2.3.1 Prinsip kerja Optocoupler

Proses terjadinya pancaran cahaya pada LED infra merah dalam optocoupler

yaitu disaat dioda menghantarkan arus, elektron lepas dari ikatannya karena

memerlukan tenaga dari catu daya listrik. Setelah elektron lepas, banyak elektron yang

bergabung dengan lubang yang ada di sekitarnya (memasuki lubang lain yang

kosong). Pada saat memasuki lubang yang lain, elektron melepaskan tenaga yang akan

diradiasikan dalam bentuk cahaya, sehingga dioda akan menyala atau memancarkan

cahaya pada saat dilewati arus. Cahaya infra merah yang terdapat pada optocoupler

tidak perlu lensa untuk memfokuskan cahaya karena dalam satu kemasan mempunyai

jarak yang dekat dengan penerima cahaya infra merah yaitu fototransistor.

Fototransistor memiliki sambungan kolektor–basis yang besar dengan cahaya infra

merah, karena cahaya ini dapat membangkitkan pasangan lubang elektron. Dengan

diberi prasikap maju, cahaya yang masuk akan menimbulkan arus pada kolektor.

Fototransistor merupakan komponen elektronika yang berfungsi sebagai detektor

(27)

2.4 Sensor LM35

Sensor LM35 merupakan sensor yang digunakan untuk mendeteksi suhu

dengan cara mengubah besaran suhu menjadi besaran elektris dalam bentuk tegangan.

Dikemas dalam bentuk Integrated Circuit (IC) .

(a) (b)

Gambar 2.7 (a). Bentuk Fisik Sensor LM 35

(b). Konfigurasi Pin LM 35 Dilihat Dari Bagian Bawah

Sensor LM35 ini merupakan sensor yang banyak digunakan dalam melakukan

pengukuran dan pengontrolan suhu, dikarenakan sensor LM35 ini memiliki

keakuratan yang tinggi, kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor

suhu yang lain serta memiliki karakteristik sensor yang cukup baik.

Gambar 2.8 Karakteristik Sensor LM 35

Dimana karakteristik dari sensor LM 35 ini, yaitu:

1. Dapat dikalibrasi langsung ke dalam besaran Celcius karena sensor suhu jenis

LM35 ini sudah difungsikan untuk mendeteksi besaran suhu dalam skala

(28)

2. Memiliki sensitivitas suhu dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu

10 mVolt/ºC , sehingga sensor akan melakukan penginderaan pada saat

perubahan suhu setiap suhu 1 ºC akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV.

Karena itu LM35 tidak lagi memerlukan kalibrasi ekternal.

3. Memiliki tingkat kelinieran yang tinggi, yaitu suhu akan naik 1ºC setiap

kenaikan 10 mV dan suhu akan turun setiap pengurangan 10mV.

4. Mudah dalam penempatan, yaitu pada penempatannya LM35 dapat

ditempelkan dengan perekat atau dapat pula ditempatkan pada permukaan

semen akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 ºC karena

terserap pada suhu permukaan tersebut.

5. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low self heating) yaitu kurang dari

0,5ºC,sehingga tingkat kesalahan dalam pembacaan suhu rendah.

6. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC.

7. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt dengan arus rendah yaitu 60 µA.

2.4.1 Prinsip Kerja LM35

LM35 merupakan IC yang digunakan sebagai sensor suhu. IC tersebut

mengubah kondisi suhu lingkungan disekitarnya menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik

keluaran LM35 ini memiliki nilai yang sebanding dengan suhu lingkungan dalam

bentuk derajat celcius (ºC). Kerja dari sensor suhu LM35 ini adalah perubahan nilai

tahanannya akan semakin besar apabila suhu lingkungannya semakin rendah dan nilai

tahanannya akan menjadi kecil apabila suhu lingkungannya semakin tinggi. Maka

adanya perubahan suhu akan menyebabkan nilai tahanan dari LM35 juga akan

berubah. Pada saat LM35 aktif elektron-elektron pada pita valensi akan melakukan

pergerakan dari katoda ke anoda sehingga menimbulkan perbedaan potensial.

Perbedaan potensial inilah yang menjadi tegangan keluaran dari LM35. Dimana nilai

tegangan LM35 akan semakin besar jika nilai suhu besar sebaliknya nilai tegangan

LM35 akan semakin kecil jika nilai suhu yang dibaca kecil. LM35 memiliki tingkat

kelinieran yang tinggi dimana kenaikan 1ºC akan menghasilkan tegangan sebesar

(29)

2.5. ADC (Analog to Digital Converter)

Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang

untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal-sinyal digital. Proses

pengubahan ini dikenal juga dengan nama sistem akusisi data. ADC merupakan

piranti masukan, artinya mikrokontroler mendapatkan data dari ADC. ADC

memerlukan sinyal write dan read. Sinyal write digunakan sebagai perintah bagi ADC

untuk memulai konversi. A/D Converter ini dapat dipasang sebagai pengonversi

tegangan analog dari suatu peralatan sensor ke konfigurasi digital yang akan

diumpankan ke suatu sistem minimum. Terdapat 4 macam ADC yang memenuhi

standar industri, yaitu integrating, tracking, flash/paralel. dan successive

approximation

Menurut cara pengkonversiannya, ADC dapat dikelompokkan dalam beberapa

jenis yaitu:

1. Tipe integrating

Tipe integrating menawarkan resolusi tertinggi dengan biaya terendah. ADC

tipe ini tidak dibutuhkan rangkaian sample hold. Tipe ini memiliki kelemahan

yaitu waktu konversi yang agak lama, biasanya beberapa milidetik.

2. Tipe tracking

Tipe tracking menggunakan prinsip up down counter (pencacah naik dan

pencacah turun). Binary counter (pencacah biner) akan mendapat masukan

clock secara kontinyu dan hitungan kan bertambah atau berkurang tergantung

pada kontrol dari pencacah apakah sedang naik (up counter) atau sedang turun

(down counter). ADC tipe ini tidak menguntungkan jika dipakai pada sistem

yang memerlukan rangkaian sample hold. ADC tipe ini sangat tergantung pada

kecepatan clock pencacah, semakin tinggi nilai clock yang digunakan, maka

proses konversi akan semakin singkat.

3. Tipe flash/ paralel

Tipe ini dapat menunjukkan konversi secara lengkap pada kecepatan 100 MHz

dengan rangkaian kerja sederhana. Sederetan tahanan mengatur masukan

(30)

konverter sebelumnya jadi untuk tegangan masukan Vin denagn full scale

range, komparator dengan bias di bawah Vin akan mempunyai keluaran

rendah. Keluaran komparator ini tidak dalam bentuk biner murni. Suatu

dekoder dibutuhkan untuk membentuk suatu keluaran yang biner. Beberapa

komparator berkecepatan tinggi, dengan waktu tunda (delay) kurang dari 6 ns

banyak digunakan karena itu dihasilkan kecepatan konversi yang sangat tinggi.

Jumlah komparator yang dibutuhkan untuk suatu konversi n bit adalah 2n-1.

4. Tipe successive approximation convertion

Tipe successive approximation convertion merupakan suatu konverter yang

paling sering ditemukan dalam dasar perangkat keras yang menggunakan

ADC. Tipe ini memiliki kecepatan konversi cukup tinggi meskipun dari segi

harga relatif mahal. Prinsip kerja konverter tipe ini adalah menggunakan nilai

digital terhadap nilai tegangan analog yang dikonversikan.

Jenis ADC yang biasa digunakan dalam perancangan adalah jenis successive

approximation convertion (SAR) atau pendekatan bertingkat yang memiliki waktu

konversi jauh lebih singkat . IC ADC 0804 merupakan salah satu dari sekian banyak

pengubah data analog menjadi data digital

Jenis 0804 ini merupakan ADC yang simpel dan mudah digunakan .IC ADC

0804 ini mempunyai 20 pin dengan konfigurasi seperti gambar berikut :

(31)

Pada ADC 0804 ini, terdapat dua jenis prinsip didalam melakukan konversi,

yaitu free running dan mode control. Pada mode free running, ADC akan

mengeluarkan data hasil pembacaan input secara otomatis dan berkelanjutan

(continue). Prinsip yang kedua yaitu mode control, pada mode ini ADC baru akan

memulai konversi setelah diberi instruksi dari mikrokontroler. Instruksi ini dilakukan

dengan memberikan pulsa rendah kepada masukan WR sesaat, kemudian membaca

keluaran data ADC setelah keluaran INTR berlogika rendah. Pada penelitian ini,

prinsip konversi yang digunakan adalah mode control.

Secara umum Rangkaian di dalam IC ADC memiliki 2 bagian utama, yaitu:

1. Bagian Sampling dan Hold, yang berfungsi menangkap atau menahan tagangan

analog input sesaat untuk seterusnya diumpankan ke rangkaian pengonversi.

2. Rangkaian Konversi A/D (plus rangkaian kontrolnya).

Gambar dibawah ini menggambarkan bagaimana aliran sinyal analog diubah ke

sinyal digital.

Gambar 2.10 Diagram ADC Secara Umum

Rangkaian di atas dioperasikan sebagai berikut. Pertama, kontroler, dalam hal

ini mikroprosesor / mikrokontroller menghubungi ADC dengan mengirim sinyal CE. Artinya, ADC diaktifkan. Kemudian SOC (start of conversion) dikirimkan sehingga ADC mulai melakukan sampling sinyal dan diikuti dengan konversi ke digital.

Bila konversi selesai maka ADC akan mengirimkan tanda selesai EOC (end of conversion) yang artinya hasil konversi telah siap dibaca di (PB7-PB0). ). Program

(32)

mikroprosesor harus dimuati dengan suatu program loop tertutup dan menunggu tanda

untuk membaca data dari ADC. Meski tanda ini tidak harus diperhatikan, tetapi

berakibat data yang dipaksa dibaca akan sering invalid karena CPU tidak dapat

membedakan keadaan ambang (ketika ADC tengah melakukan konversi) dengan

keadaan data siap (valid). Agar lebih efektif, fungsi interrupt harus diaktifkan untuk

menghindari terjebaknya CPU dalam loop saat menunggu ADC siap. Dengan

demikian CPU hanya akan membaca data bila mendapatkan interrupt.

Secara singkat, ADC memerlukan bantuan sekuensi kontrol untuk menangkap

dan mengkonversi sinyal. Seberapa lama ADC dapat sukses mengkonversi suatu nilai

sangat tergantung dari kemampuan sampling dan konversi dalam domain waktu.

Makin cepat prosesnya, makin berkualitas pula ADC tersebut. Karena inilah maka

karakteristik ADC yang paling penting adalah waktu konversi (conversion time).

Namun demikian, kemampuan riil ADC dalam kontrol loop tertutup dalam sebuah

sistem lengkap justru sangat dipengaruhi oleh kemampuan kontroler atau prosesor

dalam mengolah data input-output secara cepat, dan bukan hanya karena kualitas

ADC-nya.

2.6 Mikrokontroler

Mikrokontroler adalah single chip yang memiliki kemampuan untuk

diprogram dan dirancang khusus untuk aplikasi kontrol serta dilengkapi dengan ROM,

RAM dan fasilitas I/O pada satu chip. Mikrokontroler merupakan suatu hasil dari

pekembangan teknologi semikonduktor yang menghasilkan suatu chip dengan

kemampuan komputasi yang sangat cepat dengan bentuk yang kecil dan harga yang

murah. Mikrokontroler terus berkembang dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

pasar terhadap alat-alat elektronik dengan perangkat cerdas, cepat sebagai pengontol

dan pemprosesan data.

2.6.1 Mikrokontroler AT89S52

Mikrokontroler AT89S52 adalah salah satu anggota dari keluarga MCS-51 seri

8052 merupakan pengembangan dari seri 8051,dirancang oleh atmel yang paling

(33)

(Programmable and Erasable Read Only Memory), yang memungkinkan memori

program untuk dapat diprogram berkali-berkali (1000 siklus baca/tulis).

Gambar 2.11 Blok Diagram Fungsional AT89S52

Mikrokontroler AT89S52 memiliki spesifikasi sebagai berikut :

1. Read Only Memory (ROM) sejumlah 8 kilobyte

ROM atau Read Only Memory merupakan memori penyimpanan data yang isinya

tidak dapat diubah atau dihapus (hanya dapat dibaca). ROM biasanya diisi dengan

program untuk menjalankan mikrokontrolersetelah power dinyalakan dan berisi

data-data konstanta /kode yang diperlukan oleh program. Kapasitas memori yang

disediakan oleh AT89S52 ini adalah 8 kilobyte

2. Read Only Memory (RAM) sejumlah 256 byte

RAM atau Random Access Memory merupakan memori penyimpanan data yang

isinya dapat diubah atau dihapus .RAM biasanya berisi data-data variabel dan

register. Data yang tersimpan pada RAM bersifat volatile (hilang jika catu daya

(34)

3. Empat buah port I/O, yang masing masing terdiri dari 8 bit

I/O (Input/Output) port merupakan sarana yang dipergunakan oleh mikrokontroler

untuk mengakses peralatan-peralatan lain, berupa pin-pin yang dapat berfungsi

untuk mengeluarkan data-data digital atau berfungsi untuk menginput data .Selain

itu, dapat digunakan sebagai terminal komunikasi paralel, serta komunikasi serial

(pin10 dan 11).

4. Tiga buah 16 bit timer/counter/time/

16 bit (2 byte) timer/counter merupakan salah satu register khusus yang berfungsi

sebagai pencacah/penghitung eksekusi program mikrokontroler.

5. Interface komunikasi serial

Interface komunikasi serial merupakan suatu fungsi port yang terdapat dalam

mikrokontroler dalm melakukan antarmuka (interface) secara serial yaitu pada P3.0

dan P3.1.

6. Memiliki kemampuan Arithmetic and Logic Unit (ALU)

Arithmetic and Logic Unit (ALU) memiliki kemampuan mengerjakan roses-proses

arimatika (penjumlahan,pengurangan,pengalian,pembagian) dan operasi logika

(AND,OR,XOR,NOT) terhadap bilangan bulat 8 atau 16 bit.

Arsitektur hardware mikrokontroler AT89S52 dari perspektif luar atau biasa

disebut pinout digambarkan pada gambar di bawah ini:

(35)

Berikut adalah penjelasan mengenai fungsi dari tiap-tiap pin (kaki) yang ada

pada mikrokontroler AT89S51 :

a. Port 0 (Pin 39 – Pin 32)

Merupakan dual-purpose port (port yang memiliki dua kegunaan). Pada disain

yang minimum (sederhana), port 0 digunakan sebagai port Input/Output (I/O).

Sedangkan pada disain lebih lanjut pada perancangan dengan memori eksternal

digunakan sebagai data dan address (alamat) yang di-multiplex.

b. Port 1 (Pin 1 – Pin 8)

Port 1 berfungsi sebagai I/O biasa, pada kaki ke 6, ke 7 dan ke 8 terdapat Mosi,

Miso dan Sck sebagai masukan dari ISP Programmer yang terhubung ke komputer.

Tanpa adanya port ini maka mikrokontroler tidak dapat diprogram oleh ISP

Programmer.

c. Port 2 (Pin 21 – pin 28)

Merupakan dual-purpose port. Pada disain minimum digunakan sebagai port I/O

(Input/Output). Sedangkan pada disain lebih lanjut digunakan sebagai high byte dari

address (alamat).

d. Port 3 (Pin 10 – pin 17)

Merupakan dual-purpose port. Selain sebagai port I/O (Input/Output), port 3 juga

mempunyai fungsi khusus. Fungsi khusus tersebut diperlihatkan pada tabel 2.1. Port 3

terdapat pada pin 10-17.

Tabel 2.1 Fungsi Khusus Port 3 No. Pin Port Pin Nama Port Fungsi

16 P3.6 WR Memori data eksternal writestrobe 17 P3.7 RD Memori data eksternal readstrobe

e. PSEN (pin 29)

PSEN (Program Store Enable) adalah sinyal kontrol yang mengizinkan untuk mengakses program (code) memori eksternal. Pin ini dihubungkan ke pin OE (Output

(36)

instruksi. PSEN akan selalu bernilai “1” (HIGH) pada pembacaan program memori

internal.

f. ALE (pin 30)

ALE (Address Latch Enable) digunakan untuk men-demultiplex address (alamat) dan data bus. Ketika menggunakan program memori eksternal, port 0 akan

berfungsi sebagai address (alamat) dan data bus. Pada setengah paruh pertama memori

cycle ALE akan bernilai “1” (HIGH) sehingga mengizinkan penulisan address

(alamat) pada register eksternal. Dan pada setengah paruh berikutnya akan bernilai “1”

(HIGH) sehingga port 0 dapat digunakan sebagai data bus.

g. EA (pin 31)

EA (External Access) pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan program yang ada pada memori eksternal setelah

sistem di-reset. Jika kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan program

yang ada pada memori internal.

h. RST (pin 9)

Jika pada pin ini diberi input “1” (HIGH) selama minimal 2 cycle, maka sistem

akan di-reset ( kembali ke awal )

i. On-Chip oscillator

AT89S52 telah memiliki on-chip oscillator yang dapat bekerja jika didrive

menggunakan kristal. Tambahan kapasitor diperlukan untuk menstabilkan sistem.

Nilai kristal yang biasa digunakan pada AT89S52 ini adalah 12 MHz. On-Chip

Oscillator pada AT89S52 terdiri dari XTAL1 (pin 19) input untuk clock internal dan

XTAL2 (pin 18) output dari osilator.

j. Koneksi power

AT89S52 beroperasi pada tegangan 5 volt. Pin Vcc terdapat pada pin 40,

sedangkan pin Gnd (ground) terdapat pada pin 20.

Intruksi-instruksi dalam mikokontroler

Intruksi-instruksi yang dimaksud merupakan seperangkat intruksi yang disusun

menjadi sebuah program untuk memerintahkan microcomputer melakukan suatu

(37)

Instruksi-instruksi yang digunakan dalam memprogram suatu program yang diisikan

pada AT89S52 adalah instruksi bahasa pemograman assembler.

2.6.2 Instruksi Transfer Data

Instruksi transfer data terbagi menjadi dua kelas operasi sebagai berikut :

• Transfer data umum ( General Purpose Transfer ), yaitu : MOV, PUSH dan POP.

• Transfer spesifik akumulator ( Accumulator Specific Transfer ), yaitu : XCH, XCHD, dan MOVC.

Instruksi transfer data adalah intruksi pemindahan /pertukaran data antara

operand sumber dengan operand tujuan. Operand-nya dapat berupa register, memori

atau lokasi suatu memori. Penjelasan instruksi transfer data tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut.

MOV : Transfer data dari Register satu ke Register yang lainnya, antara Register

dengan Memory.

PUSH : Transfer byte atau dari operand sumber ke suatu lokasi dalam stack yang

alamatnya ditunjuk oleh register penunjuk.

POP : Transfer byte atau dari dalam stack ke operand tujuan.

XCH : Pertukaran data antara operand akumulator dengan operand

sumber.

XCHD : Pertukaran nibble orde rendah antara RAM internal ( lokasinya

ditunjukkan oleh R0 dan R1 )

MOVC : Pertukaran data dengan menjumlahkan isi data pointer dengan isi

akumulator

2.6.3 Instruksi Aritmatik

Operasi dasar aritmatik seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian dimiliki oleh AT89S52 dengan mnemonic : INC, ADD, SUBB, DEC,

MUL dan DIV. Penjelasan dari operasi mnemonic tersebut dijelaskan sebagai berikut :

INC : Menambah satu isi sumber operand dan menyimpan hasilnya ke operand

tersebut

ADD : Penjumlahan antara akumulator dengan sumber operand dan hasilnya

(38)

SUBB : Pengurangan akumulator dengan sumber operand, hasilnya disimpan

dalam operand tersebut.

DEC : Mengurangi sumber operand dengan 1. dan hasilnya disimpan pada

operand tersebut.

MUL : Perkalian antara akumulator dengan Register B.

DIV : Pembagian antara akumulator dengan Register B dan hasilnya disimpan

dalam akumulator, sisanya di Register B.

2.6.4. Instruksi Logika

Mikrokontroller AT89S52 dapat melakukan operasi logika bit maupun

operasi logika byte. Operasi logika tersebut dibagi atas dua bagian yaitu :

• Operasi logika operand tunggal, yang terdiri dari CLR, SETB, CPL, RL, dan RR.

• Operasi logika dua operand seperti : ANL, ORL, dan XRL.

Operasi yang dilakukan oleh AT89S52 dengan pembacaan instruksi logika tersebut

dijelaskan dibawah ini :

CLR : Menghapus byte atau bit menjadi nol.

SETB : Membuat bit menjadi satu.

CPL : Mengkomplemenkan akumulator.

RL : Rotasi akumulator 1 bit ke kiri.

RR : Rotasi akumulator 1 bit ke kanan.

ANL : Meng-AND kan data bit secara langsung dengan isi akumulator.

ORL : Meng-OR kan data bit secara langsung dengan isi akumulator.

XRL : Meng_XOR kan data bit secara langsung dengan isi akumulator.

2.6.5 Instruksi Percabangan

Instruksi percabangan terdiri dari (3) tiga kelas operasi yaitu :

• Lompatan tidak bersyarat ( Unconditional Jump ) seperti : SJMP, AJMP, LJMP

• Lompatan bersyarat ( Conditional Jump ) seperti : JB, JNB, JZ, JNZ, JC, JNC, CJNE, dan DJNZ.

(39)

Penjelasan dari instruksi diatas sebagai berikut :

SJMP : Lompatan untuk percabangan dengan jangkauan maksimum 1 byte

AJM : Lompatan untuk percabangan maksimum 2 Kbyte.

LCALL : Pemanggilan subroutine yang mempunyai alamat antara 2 Kbyte – 64

Kbyte.

JB : Percabangan yang akan lompat ke label atau ke alamat yang dituju jika

dalam keadaan bit.

JNB : Percabangan yang akan lompat ke label atau ke alamat yang dituju jika

dalam keadaan tidak bit.

JZ : Percabangan akan dilakukan jika akumulator adalah nol.

JNZ : Percabangan akan dilakukan jika akumulator adalah tidak nol.

JC : Percabangan terjadi jika CF (Carry Flag) diset “1”.

JNC : Percabangan terjadi jika CF (Carry Flag) diset “0”.

CJNE : Operasi perbandingan operand pertama dengan operand kedua,

jika tidak sama akan dilakukan percabangan.

DJNZ : Mengurangi nilai operand sumber dan percabangan akan

dilakukan apabila isi operand tersebut tidak nol.

RET : Kembali ke subroutine.

RETI : Kembali ke program interupsi utama

2.7 Liquid Crystal Display (LCD)

LCD merupakan salah satu komponen yang banyak dipilih untuk

dipergunakan sebagai tampilan karena kemudahannya dalam mengatur tampilan agar

lebih menarik. Salah satu contoh LCD yang banyak digunakan yaitu LCD M1632

(LCD 2x16).

(40)

LCD display module M1632 terdiri dari dua bagian, yang pertama merupakan

panel LCD sebagai media penampil informasi dalam bentuk huruf/ angka dua baris,

masing – masing baris bisa menampung 16 huruf/ angka.

Bagian kedua merupakan sebuah sistem yang dibentuk dengan mikrokontroler

yang ditempel dibalik pada panel LCD, berfungsi mengatur tampilan LCD. Dengan

demikian pemakaian LCD M1632 menjadi sederhana, sistem lainnya cukup

mengirimkan kode – kode ASCII dari informasi yang ditampilkan .

Spesifikasi LCD M1632, yaitu ;

a. Tampilan 16 karakter2 baris.

b. RAM data tampilan dan RAM pembangkit karakter dapat dibaca dari unit

mikroprosesor.

c. Beberapa fungsi perintah antara lain adalah penghapusan tampilan (display

clear), posisi kursor awal (cursor home), tampilan karakter kedip (display

character blink), pengeseran krusor (cursor shift) dan penggeseran tampilan

(display shif).

d. Rangkaian otomatis reset saat daya dinyalakan.

e. Catu daya tunggal +5 volt.

2.8 Relay

Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang digerakkan

oleh arus listrik. Secara prinsip, relai merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada

batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan

tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar

akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali

ke posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka. Relay biasanya digunakan untuk

menggerakkan arus/tegangan yang besar (misalnya peralatan listrik 4 ampere AC 220

V) dengan memakai arus/tegangan yang kecil (misalnya 0.1 ampere 12 Volt DC).

Dalam pemakaiannya biasanya relay yang digerakkan dengan arus DC dilengkapi

dengan sebuah dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang terbalik yaitu

(41)

mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on ke

off agar tidak merusak komponen di sekitarnya

Gambar 2.14 Relay

Penggunaan relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta kekuatan

relay men-switch arus/tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada body relay.

Misalnya relay 12VDC/4 A 220V, artinya tegangan yang diperlukan sebagai

pengontrolnya adalah 12Volt DC dan mampu men-switch arus listrik (maksimal)

sebesar 4 ampere pada tegangan 220 Volt. Sebaiknya relay difungsikan 80% saja dari

kemampuan maksimalnya agar aman, lebih rendah lagi lebih aman. Relay merupakan

komponen yang menggunakan prinsip kerja medan magnet untuk menggerakan saklar.

Saklar ini digerakkan oleh magnet yang dihasilkan oleh kumparan didalam relay yang

dialiri arus listrik. Susunan relay sederhana adalah sebagai berikut.

Gambar 2.15 Susunan Relay Sederhana

Relay adalah suatu komponen elektronika yang akan bekerja bila ada arus

yang melalui kumparannya. Sebuah relay terdiri dari kumparan yang dililitkan pada

inti besi dan kontak-kontak penghubung. Apabila kumparan yang melilit inti besi

dilalui arus listrik maka akan menimbulkan induksi medan magnet, dan induksi ini

akan menarik kontak-kontak penghubung relay.

(42)

1. Kontak NC (Normally Close),

Kontak penghubung dalam kondisi menutup atau terhubung bila relay tidak

mendapat masukan tegangan pada kumparannya. Tetapi bila diberi tegangan

yang mencukupi pada kumparannya maka kontak penghubung menjadi

terbuka (kondisi awal sebelum diaktifkan close).

2. Kontak NO (Normally Open).

Kontak penghubung dalam kondisi terbuka bila relay tidak mendapat

tegangan pada kumparannya. Tetapi bila diberi tegangan yang mencukupi

pada kumparannya maka kontak penghubung menjadi tertutup atau

(43)

BAB III

PERANCANGAN DAN CARA KERJA ALAT

3.1 Diagram blok

Alat pengontrolan temperatur motor dc untuk mempertahankan kestabilan

kecepatan putar motor yang akan dirancang pada penelitian ini, berfungsi untuk

mengukur kecepatan putar dan temperatur motor dc serta mengontrol temperatur

motor agar penggunaan motor dapat dikontrol dengan baik, beroperasi lebih lama dan

bekerja secara efektif serta tanpa harus takut terjadinya kerusakan pada motor karena

motor tersebut beroperasi dengan temperatur yang tinggi.

Berdasarkan cara kerja dan fungsinya alat ini dibagi atas beberapa bagian/

blok. Berikut ini disajikan diagram blok rancangan penelitian dan penjelasan

masing-masing blok.

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian

ntuk dapat mengukur kecepatan motor dc digunakan sensor perpaduan antara

infra m U

erah dan fototransistor yaitu sensor optocoupler. Sensor optocoupler sebagai

(44)

piringan yang digerakkan oleh motor. Output sensor optocoupler dirancang berupa

data digital melalui rangkaian pengkondisi sinyal agar kompatibel dan dapat diproses

lebih lanjut oleh mikrokontroler dan akan ditampilkan pada LCD (baris kedua)

sebagai nilai kecepatan putar motor.

Sensor kecepatan akan memberikan data yang akan dimasukan ke

mikrok

pabila temperatur dari motor meningkat atau berada lebih besar atau sama

dengan

emikian diharapkan alat ini dapat mempermudah kita dalam hal

mengu

ontroler, sensor suhu juga akan memberikan data temperatur motor dc.

Keluaran sensor suhu akan dirangkaikan pada masukan ADC, dalam ADC ini data

dari sensor yang berupa data tegangan analog akan di ubah menjadi data bentuk

digital. Data temperatur dan kecepatan putar yang masuk ke mikrokontroler akan

diolah oleh mikrokontroler dan kemudian data temperatur ditampilkan ke LCD (baris

kedua). Kipas 1 dan kipas 2 bekerja secara otomatis (hidup/mati) oleh mikrokontroler

sesuai dengan pengaturan batas temperatur. Kipas 1 diletakkan pada bagian depan

motor dc dan kipas 2 diletakkan pada bagian kanan motor dc.

A

batas atas (batas atas diset 29 oC) maka kipas 1 dan kipas 2 diaktifkan oleh

mikrokontroler sehingga kedua kipas pendingin beroperasi, apabila temperatur motor

berada pada batas bawah (diset 28 oC) maka kipas 1 diaktifkan dan kipas 2 tidak

diaktifkan sehingga hanya kipas 1 saja yang diaktifkan mikrokontroler, tetapi jika

temperatur motor pada batas bawah tersebut (batas bawah diset 28 oC) dalam waktu

1(satu) menit belum turun menjadi temperatur < 28 oC maka kipas 1 dan kipas 2 akan

aktif agar mempercepat turunnya temperatur motor menjadi < 28 oC serta apabila

temperatur motor berada dibawah batas bawah (< 28 oC) maka kipas 1 dan kipas 2

tidak diaktifkan mikrokontroler sehingga kedua-dua kipas tidak beroperasi. Sehingga

temperatur motor dapat dikontrol dan kecepatan putar motor dapat beroperasi dalam

keadaan stabil .

Dengan d

(45)
(46)

Program diawali dengan start yang artinya program dimulai, kemudian

program melakukan inisialisasi (inisialisasi untuk timer, kipas 1 dan kipas 2 serta

untuk LCD). Program akan mengatur batas temperatur pada motor yaitu temperatur

batas atas dan temperatur batas bawah. Setelah melakukan pengaturan pada

temperatur motor, maka program akan melakukan perhitungan kecepatan putar motor,

kemudian membandingkan apakah sudah 1 detik, jika tidak lanjutkan perhitungan

kecepatan sampai 1 detik (agar kecepatan putar dapat membaca putaran motor per 1

detik (RPS), jika ya baca kecepatan, baca temperatur. Lalu program akan

membandingkan batas temperatur (temperatur batas bawah diatur 28 oC, temperatur

batas atas 29 oC). Apakah temperatur lebih kecil dari batas bawah? Jika ya, kipas 1

dan kipas 2 tidak diaktifkan (kipas1 dan kipas 2 dalam keadaan off), dan langsung

mengupdate display. Jika tidak, program akan membandingkan lagi apakah

temperatur lebih besar atau sama dengan batas atas? Jika ya, kipas 1 dan kipas 2

diaktifkan (kipas1 dan kipas 2 dalam keadaan on), dan langsung mengupdate display.

Jika tidak, program akan mengaktifkan kipas 1 dan tidak mengaktifkan kipas 2 (kipas

1 on dan kipas 2 off), artinya suhu berada tidak lebih besar atau sama dengan batas

atas dan tidak berada dibawah batas bawah, yaitu berada pada batas bawah, lalu

membandingkan apakah keadaan kipas 1 on dan kipas 2 off sudah beroperasi selama

1 menit (waktu untuk peralihan keadaan kipas 1 on dan kipas 2 off menjadi kipas 1

dan kipas 2 on agar mempercepat temperatur turun menjadi < batas bawah) ? Jika ya,

kipas 1 dan kipas 2 akan menjadi aktif dan langsung mengupdate display. Jika tidak

program juga akan langsung mengupdate display (baik display untuk temperatur

maupun display untuk kecepatan putar motor.

3.2 Sensor optocoupler

Sensor yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensor optocoupler. Sensor

optocoupler adalah sensor kecepatan yang dapat mengukur kecepatan putar motor.

Sensor ini merupakan perpaduan led inframerah (transmitter) dan fototransistor

(receiver). Tujuan utama dari digunakan sensor optoupler dan piringan bercelah

(47)

Gambar 3.2 Rangkaian Penguat Sinyal Optocoupler

Saat lubang terlewati sinar dari led inframerah dan diterima fototransistor,

maka fototransistor akan saturasi dan saat sinar led inframerah tidak diterima

fototransistor, maka fototransistor akan cut-off. Susunan rangakaian yang terdiri dari

transistor C945 dan pemicu Schmitt (74LS14) digunakan sebagai pengkondisi sinyal

agar keluaran menjadi sinyal persegi (high/low) yang kompatibel dengan

mikrokontroler.

Dengan dibantu lempeng lingkaran yang diberi celah, sensor kecepatan akan

menghasilkan pulsa high (1) jika terdapat lubang sebaliknya sensor kecepatan akan

menghasilkan pulsa low (0) jika terdapat halangan ditengah-tengah sensor. Posisi

sensor secara mekanis dapat dilihat pada gambar 3.3. Perlu diingat bahwa jumlah

lubang yang dibuat akan mempengaruhi hasil pengukuran. Makin banyak lubang

maka pembacaan akan makin akurat dan jika dikonversi ke RPS akan didapat hasil

yang makin mendekati kondisi aslinya. Rangkaian Sensor Kecepatan berfungsi untuk

endeteksi jumlah putaran per detik. m

(48)

3.3 Sensor LM35

Sensor yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensor LM35. Sensor

LM35 dapat mengukur dan mengontrol suhu yang terdapat disekitarnya. Sensor ini

mempunya 3 pin. Masing masing Pin mempunyai fungsi yaitu:

a. +Vs (4V – 20V)

b. Vout (-55 oC - +150 oC)

c. Gnd

Gambaran umu ikut:

Gambar 3.4 Sensor LM35

ensor LM35 adalah sensor suhu yang cukup presisi. LM35 memiliki tingkat

kelinie

bungkan ke Vcc 5V , dan gnd dihubungkan ke

ground.

3.4 Rangkaian ADC

Rangkaian ADC ini berfungsi untuk merubah data analog yang dihasilkan oleh

sensor suhu LM35 menjadi bilangan digital. Output dari ADC dihubungkan ke

mikrokontroler. Sehingga mikrokontroler dapat mengetahui besar suhu yang

dihasilkan oleh sensor melalui tegangan keluaran yang dihasilkan oleh sensor yang di m sensor efek suhu LM 35 dapat dilihat pada gambar ber

S

ran yang tinggi dimana kenaikan 1ºC akan menghasilkan tegangan sebesar

10mV atau 10 mVolt/ºC. Sehingga VLM35 = Suhu(ºC )* 10 mV. Jika LM35 membaca

suhu 27 ºC maka tegangan keluaran LM35 sebesar 270 mV. dimana nilai tegangan

LM35 akan semakin besar jika nilai suhu besar sebaliknya nilai tegangan LM35 akan

semakin kecil jika nilai suhu yang dibaca kecil. Sehingga jika adanya perubahan suhu

maka nilai tegangan LM35 juga akan mengalami perubahan. Jangkau suhu yang

dapat dibaca LM35 yaitu dari -55 ºC sampai 150 ºC. Pada rangkaian, Vout

(49)

ubah menjadi data digital. Dengan demikian proses pengukuran suhu dapat dilakukan.

keluarannya menjadi 5 volt. Tegangan 5 volt inilah yang menjadi tegangan

refrensi ADC. Dengan demikian walaupun tegangan masukan turun setengahnya,

adi 6 volt, tegangan refrensi ADC tetap 5 volt. Gambar rangkaian ADC ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

LM

3

5

Gambar 3.5 Rangkaian ADC

Input ADC dihubungkan ke sensor suhu LM35, sehingga setiap perubahan

tegangan pada sensor suhu LM35 akan dideteksi oleh ADC. Agar output yang

dihasilkan oleh ADC bagus, maka tegangan refrensi ADC harus benar-benar stabil,

karena perubahan tegangan refrensi pada ADC akan merubah output ADC tersebut.

Oleh sebab itu pada rangkaian ADC di atas tegangan masukan 12 volt dimasukkan

ke dalam IC regulator tegangan 9 volt (7809) agar keluarannya menjadi 9 volt,

kemudian keluaran 9 volt ini dimasukkan kedalam regulator tegangan 5 volt (7805),

sehingga

(50)

3.5 Rangkaian mikrokontroller AT89S52

Rangkaian skematik dan layout PCB sistem minimum mikrokontroler

T89S51 dapat dilihat pada gambar 3.6 di bawah ini: A

Gambar 3.6. Rangkaian Skematik Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S52

Pada rangkaian, Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini

dilakukan karena mikrokontroller AT89S52 tidak menggunakan memori eskternal.

Pin 18 dan 19 dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor 30 pF. XTAL ini akan

mempengaruhi kecepatan mikrokontroller AT89S52 dalam mengeksekusi setiap

perintah dalam program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi

dari rendah ke tinggi akan me-reset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port

0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai

ultipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program

ksternal. Pada Port 0 ini masing masing pin dihubungkan dengan resistor 4k7 ohm.

yan dihubungkan ke port 0 befungsi sebagai pull up (penaik

ikrokontroller dapat mentrigger transistor. Pin 1 sampai

adalah Port 1. Pin 21 sampai 28 adalah Port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah Port 3. m

e

Resistor 4k7 ohm

tegangan) agar output dari m

(51)

Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan ground pada power supplay. Pin 40

krokontroler, Mosi, Miso, Sck,

Reset, Vcc dan Gnd dari kaki mikrokontroler dihubungkan ke RJ45. RJ45 sebagai

konektor yang akan dihubungkan ke ISP Programmer. Dari ISP Programmer inilah

dihubungkan ke komputer melalui port paralel.

Kaki Mosi, Miso, Sck, Reset, Vcc dan Gnd pada mikrokontroler terletak pada

kaki 6, 7, 8, 9, 40 dan 20. Apabila terjadi keterbalikan pemasangan jalur ke ISP

Programmer, maka pemograman mikrokontroler tidak dapat dilakukan karena

mikrokontroler tidak akan bisa merespon.

3.6Rangkaian Relay

Relay berfungsi sebagai saklar elektronik yang dapat menghidupkan atau

mematikan peralatan elektronik (dalam hal ini kipas). Rangkaian relay pengendali

ipas tampak seperti gambar 3.7 berikut :

merupakan sumber tegangan positif dihubungkan dengan + 5 volt dari power supplay.

Untuk men-download file heksadesimal ke mi

k

Kipas 1

+

-4k7 C945

relay NO

NO NC

Gambar 3.7 Rangkaian Relay Pengendali Kipas

Relay merupakan salah satu komponen elektronik yang terdiri dari lempengan

logam sebagai saklar dan kumparan yang berfungsi untuk menghasilkan medan

(52)

Pada rangkaian ini untuk mengaktipkan atau menon-aktipkan relay digunakan

transistor tipe NPN. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatip relay dihubungkan ke

kolektor dari transistor NPN (C945) dan positif relay dihubungkan pada tegangan 12

ai Normali Close sudah mendapatkan

lt. Sementara kaki-kaki relay yang berfungsi sebagai Normali open

asih

idalam rangkaian berfungsi sebagai pull up

ntuk menaikkan tegangan agar inputan mikrokontroler sanggup mengaktifkan relay.

Kumparan pada relay akan menghasilkan tegangan singkat yang besar ketika

relay d

ara terbalik untuk mengantisipasi sentakan

listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak

komponen di sekitarnya, sentakan itu hanya terjadi ketika relay dinonaktipkan, pada

saat ini arus akan terus mengalir melalui kumparan dan arus ini akan dialirkan ke

dioda. Tanpa adanya dioda sentakan listrik itu akan mengalir ke transistor, yang

mengakibatkan kerusakan pada transistor.

3.7 Display LCD Character 2x16

Display LCD 2x16 berfungsi sebagai penampil nilai temperatur motor dc

dengan 16 pin konektor, yang

didifinisikan sebagai berikut:

volt., ini berarti jika transistor dalam keadaan aktip maka kolektor akan terhubung ke

emitor dimana emitor langsung terhubung ke ground yang menyebabkan tegangan di

kolektor menjadi 0 volt, keadaan ini akan mengakibatkan relay aktip. Disaat relay

aktif maka kaki-kaki relay yang berfungsi sebag

tegangan 12 vo

m belum mendapatkan tegangan 12 volt sebelum ada inputan (inputan berupa

logika high atau 5 volt). Sebaliknya jika transistor tidak aktip, maka kolektor tidak

terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor menjadi 12 volt, keadaan ini

menyebabkan relay tidak aktip. Resistor d

u

inon-aktipkan dan ini dapat merusak transistor yang ada pada rangkaian ini.

Untuk mencegah kerusakan pada transistor tersebut sebuah dioda harus dihubungkan

ke relay tersebut. Dioda dihubungkan sec

(baris pertama) dan nilai kecepatan putat motor dc (baris kedua) yang terukur oleh

alat. LCD yang digunakan pada alat ini mempunyai lebar display 2 baris 16 kolom

Gambar

Gambar 2.9 Konfigurasi Pin IC ADC 0804
Gambar 2.12 Konfigurasi Pin AT89S52
Gambar 2.14 Relay
Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode lookup table atau tabel tengok, yaitu membandingkan kecepatan putar motor hasil pengukuran pengendali yang dibuat dengan

Hasil pengujian menunjukkan purwarupa sistem pembatas kecepatan yang dirancang menggunakan sensor kecepatan roda cacah 16 dan 32 pulsa per putaran aman digunakan bagi pengendara

Seiring dengan kemajuan teknologi, permasalahan pada dunia industri tentang ketidakstabilan dari kecepatan motor DC sangatlah kompleks, sehingga ketika motor DC

Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa alat kendali kecepatan motor DC yang dibuat telah dapat mengontrol kecepatan motor DC sesuai dengan yang diinginkan dan

Pada saat rangkaian pengatur kecepatan motor DC diberikan Vcc dan Gnd yang berasal dari catu daya, maka mikrokontroler melakukan inisialisasi pada ADC untuk sensor suhu LM35,

1) Peralatan pengendalian kecepatan motor DC berbasis mikrokontroler arduino dapat bekerja dengan baik untuk mengendalikan kecepatan motor dc dengan perintah suara. 2)

Sistem Kendali Proportional Integral Derivative Kecepatan Motor Brushless DC Dengan Sensor Kecepatan Putar; Sendy Nugrahatama Putra, 091910201035; 2013; 97 halaman; Jurusan

Hasil pengujian menunjukkan purwarupa sistem pembatas kecepatan yang dirancang menggunakan sensor kecepatan roda cacah 16 dan 32 pulsa per putaran aman digunakan bagi pengendara