• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pakar Mendiagnosa Hama dan Penyakit Tanaman Karet Menggunakan Metode Dempster Shafer Dan Forward Chaining

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Pakar Mendiagnosa Hama dan Penyakit Tanaman Karet Menggunakan Metode Dempster Shafer Dan Forward Chaining"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

KARET MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER DAN

FORWARD CHAINING

SKRIPSI

DAMORA AZRI MOHARA

131421045

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KARET MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER DAN

FORWARD CHAINING

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Sarjana Ilmu Komputer

DAMORA AZRI MOHARA 131421045

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Sistem Pakar Mendiagnosa Hama Dan Penyakit Tanaman

Karet Menggunakan Metode Dempster Shafer Dan Forward

Chaining

Kategori : SKRIPSI

Nama : DAMORA AZRI MOHARA

NIM : 131421045

Program Studi : EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Agustus 2015

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc Drs. Marihat Situmorang, M.Kom NIP.19740127 200212 2 001 NIP. 19631214 198903 1 001

Diketahui/disetujui oleh

Program Studi Ekstensi S1 Ilmu Komputer

Ketua,

(4)

PERNYATAAN

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KARET MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER DAN

FORWARD CHAINING

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2015

(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillah, Puji dan Syukur yang paling utama Penulis ucapkan Kehadirat Allah

Subhana Wataalaa Sang Pencipta seluruh jagad raya Yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang yang telah melimpahkan nikmat jasmani dan rohani yang diamanahkan

kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini sesuai dengan intruksi dan

peraturan yang berlaku di Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi. Dan tidak

lupa Sholawat beriring salam Penulis hadiahkan kepada ruh junjungan Rasulullah Muhammad Sollallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang diharapkan syafaatnya di hari kelak.

Skripsi ini tidak dapat terselsaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak– pihak lain, maka dari itu Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D, selaku PJ Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan

Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Poltak Sihombing, M.Kom, selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu

Komputer Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Marihat Situmorang, M.Kom, selaku Dosen Pembimbing 1 yang

memberikan bimbingan dan arahan kepada Penulis dalam proses mengerjakan skripsi

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing 2 yang memberikan

bimbingan dan arahan kepada Penulis dalam proses mengerjakan skripsi sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Bapak Prof. Dr. Iryanto, M.Si, selaku Dosen Pembanding 1 yang memberikan

banyak masukan kepada Penulis.

7. Ibu Dian Rachmawati, S.Si, M.Kom, selaku Dosen Pembanding 2 yang memberikan

banyak masukan kepada Penulis.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi

(6)

9. Bapak Ir. Lahmuddin, M.P, selaku dosen di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, yang telah membantu Penulis dalam mengumpulkan data dan informasi.

10. Orang tua Penulis yang selalu Penulis cintai dan hormati, Ayahanda (alm) Ery

Zulkifli Harahap dan Ibunda Nazaria Anni Hasibuan, yang selalu dan tidak

bosan-bosannya mendoakan, menasehati dan membimbing Penulis, serta semua keluarga

Penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya.

11. Saudara Penulis, Azyuma Azra Mohara, Rini Farahdina Harahap, dan Hanif Zehra

Mohara yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada Penulis.

12. Sahabat Penulis yang membantu dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan

skripsi, Riwandy Septiansyah Lubis, Nurdin Siregar, Asri Diansyah Putra, Dwi

Septiana Sari, Rika Rentika, dan Rahmi Utami Siregar.

13. Teman–teman Penulis di Program Studi ekstensi S1 Ilmu Komputer 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya.

Penulis mendoakan semoga saran, kritik, bimbingan dan masukan dari semua

pihak dibalas oleh Allah Subhana Wataalaa dengan balasan yang sebaik–baiknya. Amin.

Medan, Agustus 2015

Penulis,

(7)

ABSTRAK

Salah satu faktor yang membuat produktivitas tanaman karet menjadi rendah adalah adanya serangan hama dan penyakit, serta kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki dalam perawatannya. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu informasi dan pengetahuan secara umum mengenai hama dan penyakit tanaman karet dari pakar di bidang tanaman karet. Keterbatasan pakar juga menjadi kendala dalam menggunakan jasa pakar dibidang tanaman karet. Untuk mengatasi permasalahan keterbatasan pakar, dibutuhkan suatu sistem yang menerapkan salah satu metode yang terdapat dalam bidang ilmu kecerdasan buatan yaitu sistem pakar. Sistem pakar mengadopsi pengetahuan pakar ke dalam komputer sehingga komputer dapat menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar. Untuk itu, dibangun sistem pakar mendiagnosa hama dan penyakit tanaman karet menggunakan metode forward chaining dan dempster shafer. Metode

forward chaining adalah proses perunutan yang dimulai dengan menampilkan kumpulan data atau fakta yang meyakinkan menuju konklusi akhir. Sedangkan dempster shafer adalah salah satu metode untuk mengatasi ketidakpastian pada gejala-gejala maupun pada kaidah, sehingga sistem pakar mampu menghasilkan konklusi dengan derajat kepastian tertentu.

(8)

EXPERT SYSTEM TO DIAGNOSE PESTS AND RUBBER PLANT DISEASES USING DEMPSTER SHAFER AND FORWARD CHAINING METHODS

ABSTRACT

One of factor make rubber plant productivity becomes low is pests and diseases presence, and lack of information and knowledge in maintenance. To overcome these problems, needed information and general knowledge about pests and rubber plant diseases from the rubber plant expert. Limitations of expert is also an obstacle in using rubber plant expert services. To overcome the limitations of expert problem, we need a system that implements one of the methods contained in artificial intelligence is an expert system. Expert system adopts expert knowledge into computer so that computer can solve the problems like an expert. So, built an expert system to diagnose pests and rubber plant diseases using forward chaining and Dempster Shafer methods. Forward chaining method is tracing process that begins by displaying data collection or facts that convincingly towards the final conclusion. While Dempster Shafer is one of the methods to cope uncertainty on the symptoms and the rules, so that expert system is able to produce conclusions by the degree of certainty.

(9)

DAFTAR ISI

1.3 Ruang Lingkup Penelitian 3

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.6 Metodologi Penelitian 4

1.7 Sistematika Penulisan 5

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) 7

2.2 Sistem Pakar 7

2.2.1 Arsitektur Sistem Pakar 8

2.2.2 Keuntungan Pemakaian Sistem Pakar 10

2.2.3 Orang Yang Terlibat Dalam Sistem Pakar 11

2.2.4 Kaidah/Aturan 12

2.2.5 Penalaran 13

2.2.6 Perunutan 13

2.2.6.1Forward Chainig (Runut Maju) 13

2.3 Dempster Shafer 14

2.4 Hama dan Penyakit Tanaman Karet 20

2.5 Penelitian Terdahulu 24

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem 26

3.1.1 Analisis Permasalahan Sistem 26

3.1.2 Analisis Kebutuhan Sistem 28

(10)

3.2.2 Activity Diagram 34

3.2.3 Sequence Diagram 36

3.2.4 Flowchart Sistem Pakar Mendiagnosa Hama dan Penyakit Tanaman Karet 38

3.3 Analisis Proses 39

3.3.1 Analisis Proses Metode Forward Chaining 39

3.3.2 Analisis Proses Metode Dempster Shafer 42

3.4 Perancangan Antarmuka Sistem (Interface) 46

3.4.1 Rancangan Halaman Utama 47

3.4.2 Rancangan Halaman Diagnosa 48

3.4.2.1Rancangan Halaman Pertanyaan 49

3.4.2.2Rancangan Halaman Hasil Diagnosa 50

3.4.3 Rancangan Halaman Login Admin 51

3.4.3.1Rancangan Halaman Utama Admin 53

3.4.3.2Rancangan Pengolahan Data 53

3.4.3.3Rancangan Tambah atau Edit Data 54

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM

4.1 Implementasi Sistem 56

4.1.1 Spesisfikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak 56

4.2 Antarmuka Pengguna (Interface) 57

4.2.1 Halaman Utama 57

4.2.2 Halaman Cara Peggunaan 58

4.2.3 Halaman Diagnosa 58

4.2.4 Halaman Login Admin 60

4.2.5 Halaman Utama Admin 61

4.2.6 Halaman Pengolahan Data 62

4.3 Pengujian 64

4.3.1 Pengujian Sistem Metode Dempster Shafer 65

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 67

5.2 Saran 68

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Aturan Kombinasi Untuk Densitas Baru (m3) 17

Tabel 2.2. Aturan Kombinasi Untuk Densitas Baru (m5) 19

Tabel 2.3. Hama Tanaman Karet 20

Tabel 2.4. Penyakit Pada Akar 21

Tabel 2.5. Penyakit Pada Bidang Sadap 22

Tabel 3.1. Skenario Use Case Input Data Diri 31

Tabel 3.2. Skenario Use Case Menjawab Pertanyaan 32

Tabel 3.3. Skenario Use Case Login 32

Tabel 3.4. Skenario Use Case Pengolahan Data 33

Tabel 3.5. Skenario Use Case Logout 34

Tabel 3.6. Gejala Hama dan Penyakit Tanaman Karet 42

Tabel 3.7. Aturan Kombinasi Untuk Densitas Baru (m3) 45

Tabel 3.8. Aturan Kombinasi Untuk Densitas Baru (m5) 46

Tabel 4.1. Aturan Kombinasi Untuk Densitas Baru (m3) 65

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Arsitektur Sistem Pakar 10

Gambar 3.1 Diagram Ishikawa Untuk Analisis Masalah 27

Gambar 3.2. Use Case Diagram Mendiagnosa Hama dan Penyakit Tanaman Karet 30

Gambar 3.3 Activity Diagram Halaman Diagnosa 35

Gambar 3.4. Activity Diagram Halaman Admin 36

Gambar 3.5. Sequence Diagram Halaman Diagnosa 37

Gambar 3.6. Sequence Diagram Halaman Admin 37

Gambar 3.7. Flowchart Sistem 38

Gambar 3.8. Rancangan Halaman Utama 47

Gambar 3.9. Rancangan Halaman Daftar Diri Pengguna 48

Gambar 3.10. Rancangan Halaman Pertanyaan 49

Gambar 3.11. Rancangan Hasil Diagnosa dan Solusi 50

Gambar 3.12. Rancangan Halaman Login Admin 52

Gambar 3.13. Rancangan Halaman Utama Admin 53

Gambar 3.14. Rancangan Pengolahan Data 54

Gambar 3.15. Rancangan Tambah atau Edit Data 55

Gambar 4.1. Halaman Utama 57

Gambar 4.2. Halaman Cara Penggunaan 58

Gambar 4.3. Form Data Diri Pengguna 59

Gambar 4.4. Halaman Pertanyaan 59

Gambar 4.5. Halaman Hasil Diagnosa 60

Gambar 4.6. Halaman Login Admin 61

Gambar 4.7. Halaman Utama Admin 61

Gambar 4.8 Halaman Pengolahan Data 62

Gambar 4.9. Form Tambah Data Gejala dan Bobot 63

Gambar 4.10. Form Edit Data Gejala dan Bobot 63

Gambar 4.11. Hapus Data Hama dan Penyakit 64

(13)

ABSTRAK

Salah satu faktor yang membuat produktivitas tanaman karet menjadi rendah adalah adanya serangan hama dan penyakit, serta kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki dalam perawatannya. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu informasi dan pengetahuan secara umum mengenai hama dan penyakit tanaman karet dari pakar di bidang tanaman karet. Keterbatasan pakar juga menjadi kendala dalam menggunakan jasa pakar dibidang tanaman karet. Untuk mengatasi permasalahan keterbatasan pakar, dibutuhkan suatu sistem yang menerapkan salah satu metode yang terdapat dalam bidang ilmu kecerdasan buatan yaitu sistem pakar. Sistem pakar mengadopsi pengetahuan pakar ke dalam komputer sehingga komputer dapat menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar. Untuk itu, dibangun sistem pakar mendiagnosa hama dan penyakit tanaman karet menggunakan metode forward chaining dan dempster shafer. Metode

forward chaining adalah proses perunutan yang dimulai dengan menampilkan kumpulan data atau fakta yang meyakinkan menuju konklusi akhir. Sedangkan dempster shafer adalah salah satu metode untuk mengatasi ketidakpastian pada gejala-gejala maupun pada kaidah, sehingga sistem pakar mampu menghasilkan konklusi dengan derajat kepastian tertentu.

(14)

EXPERT SYSTEM TO DIAGNOSE PESTS AND RUBBER PLANT DISEASES USING DEMPSTER SHAFER AND FORWARD CHAINING METHODS

ABSTRACT

One of factor make rubber plant productivity becomes low is pests and diseases presence, and lack of information and knowledge in maintenance. To overcome these problems, needed information and general knowledge about pests and rubber plant diseases from the rubber plant expert. Limitations of expert is also an obstacle in using rubber plant expert services. To overcome the limitations of expert problem, we need a system that implements one of the methods contained in artificial intelligence is an expert system. Expert system adopts expert knowledge into computer so that computer can solve the problems like an expert. So, built an expert system to diagnose pests and rubber plant diseases using forward chaining and Dempster Shafer methods. Forward chaining method is tracing process that begins by displaying data collection or facts that convincingly towards the final conclusion. While Dempster Shafer is one of the methods to cope uncertainty on the symptoms and the rules, so that expert system is able to produce conclusions by the degree of certainty.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks (getah kental

yang membeku ketika terkena udara bebas) beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama

produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau havea brasiliensis.

Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun.

Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15-20

meter. Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM

5 tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis

tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun (Budiman, 2012).

Karet merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran

yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia dan menjadi salah satu dari

beberapa komoditi ekspor unggulan Indonesia dalam menghasilkan devisa Negara di luar

minyak dan gas. Terdapat 3 jenis perkebunan karet yang ada di Indonesia, yaitu

Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta

(PBS). Pada tahun 2012 diperkirakan nilai ekspor komoditi karet mencapi US$ 7,86

miliar dengan volume ekspor sebanyak 2,44 juta ton. Sedangkan pada tahun 2013 nilai

ekspornya sekitar US$ 5,26 miliar dengan volume ekspor sekitar 2 juta ton (Kontan,

(16)

Indonesia merupakan Negara dengan kebun karet terbesar di dunia mengungguli

produsen utama lainnya yaitu Thailand dan Malaysia dengan luas 3,4 juta hektar. Dari

jumlah ini, sebesar 85% atau sekitar 2,84 juta hektar adalah kebun rakyat. Meskipun

demikian, produksi karet Thailand per tahun lebih besar dibandingkan dengan hasil

produksi karet Indonesia. Keadaan ini disebabkan karena rendahnya produktivitas dan

kualitas tanaman karet Indonesia yang tidak dikelola secara profesional, terutama

diperkebunan karet rakyat yang menyumbang 84% dari total produksi karet nasional.

Sisanya (sekitar 16%) merupakan perkebunan karet milik Negara atau perkebunan besar

yang dikelola secara profesional. Salah satu faktor yang membuat produktivitas tanaman

karet menjadi rendah adalah adanya serangan hama dan penyakit. Kemudian kurangnya

informasi dan pengetahuan yang dimiliki dalam perawatan sehari-hari, seperti pemupukan

serta pemberantasan hama dan penyakit yang kurang intensif (Budiman, 2012).

Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu pengenalan dan pengetahuan serta

informasi secara umum dan praktis mengenai hama dan penyakit dari para ahli atau pakar

di bidang tanaman karet, sehingga memudahkan dalam mengidentifikasi dan proses

pengendalian lebih lanjut. Keterbatasan pakar juga menjadi kendala dalam menggunakan

jasa pakar dibidang tanaman karet. Untuk mengatasi permasalahan keterbatasan pakar,

dibutuhkan suatu sistem yang menerapkan salah satu metode yang terdapat dalam bidang

ilmu kecerdasan buatan yaitu sistem pakar.

Sistem pakar mengadopsi pengetahuan pakar ke dalam komputer sehingga

komputer dapat menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar. Dalam

membangun suatu sistem pakar metode inferensi dapat digunakan untuk merunutkan

kumpulan data atau fakta yang meyakinkan menuju konklusi akhir. Dalam penulisan

tugas akhir ini, penulis menggunakan metode Forward Chaining sebagai metode

inferensinya. Dan untuk menghasilkan konklusi dengan derajat kepastian tertentu penulis

menggunakan metode Dempster Shafer. Metode Dempster Shafer adalah salah satu

metode untuk menangani ketidakpastian pada gejala-gejala maupun pada kaidah,

(17)

Harapannya dengan adanya sistem pakar ini dapat membantu pihak-pihak yang

melakukan budidaya tanaman karet dalam mencegah penyebaran hama dan penyakit pada

tanaman karet sedini mungkin serta medapatkan solusi pengendaliannya. Sehingga dapat

meningkatkan kembali produktivitas dan kualitas tanaman karet di Indonesia agar bisa

bersaing dipasar dunia.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana

mendiagnosa hama dan penyakit tanaman karet menggunakan metode Forward Chaining

dan Dempster Shafer serta memberi solusi untuk pengendaliannya.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

1. Jenis hama dan penyakit yang dibahas adalah hama yang umum seperti rayap dan

kutu. Untuk penyakit yang akan di bahas adalah penyakit pada bagian akar dan pada

bidang sadap. Adapun penyakit akar adalah jamur akar putih dan jamur akar merah.

Sedangkan pada bidang sadap adalah penyakit kanker garis, mouldy rot, dan brown

blast.

2. Solusi pengendalian hama dan penyakit akan dilakukan secara mekanis maupun

kimiawi.

3. Sistem pakar ini hanya mendiagnosa gejala fisik yang muncul pada tanaman karet.

4. Sistem pakar ini menggunakan metode Forward Chaining untuk menarik kesimpulan

dari informasi yang diketahui menuju konklusi akhir. Dan menggunakan metode

Dempster Shafer untuk menangani ketidakpastian pada gejala-gejala maupun pada

(18)

5. Sistem yang akan dibangun menggunakan bahasa pemrograman PHP dan MySQL

sebagai Database Management System (DBMS).

6. Informasi untuk menyusun aturan merupakan fakta yang diperoleh dari pakar ( Ir.

Lahmuddin Lubis, MP.)

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membangun sistem pakar mendiagnosa hama dan penyakit

tanaman karet menggunakan metode Forward Chaining dan Dempster Shafer serta

memberi solusi untuk pengendaliaanya.

1.5 Manfaat Penelitian

Diharapakan dengan adanya sistem ini dapat membantu peningkatan produktivitas dan

kualitas tanaman karet serta meminimalkan biaya dalam penyediaan dan menggunakan

jasa pakar.

1.6 Metodologi Penelitian

1. Studi Literatur

Pada tahapan ini dilakukan dengan membaca buku-buku referensi, skripsi, jurnal,

artikel dan sumber lain yang berkaitan dengan penulisan tugas akhir ini, seperti sistem

pakar, metode Forward Chaining dan Dempster Shafer, maupun tanaman karet.

2. Pengumpulan Data

Pada tahapan ini dilakukan penelitian atau wawancara yang bertujuan untuk

memperoleh data yang berhubungan dengan hama dan penyakit tanaman karet, baik

(19)

3. Analisis dan Perancangan Sistem

Pada metode ini dilakukan analisis sesuai dengan kebutuhan seperti cara membangun

sistem pakar dengan metode Forward Chaining dan Dempster Shafer, jenis perangkat

yang digunakan, pembuatan desain interface, target pengguna, dan hasil yang

diinginkan.

4. Implementasi Sistem

Menyusun kode program untuk membangun sistem pakar mendiagnosa hama dan

penyakit tanaman karet menggunakan bahasa pemrograman PHP dan MySQL sebagai

Database Management System (DBMS).

5. Pengujian Sistem

Pada tahap ini dilakukan pengujian sistem apakah sistem sudah berfungsi sesuai

dengan metode dan komponen utama yang ditentukan dalam sistem pakar.

6. Dokumentasi

Tahapan ini berisi laporan dan kesimpulan akhir dari hasil analisis dan pengujian

dalam bentuk penulisan tugas akhir beserta kesimpulannya dan menampilkan data

sebagai bukti dalam bentuk hard copy.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir disajikan dengan sistematika sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, ruang

lingkup penelitin, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB 2 : LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas tentang landasan teori yang berhubungan dengan

(20)

BAB 3 : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini membahas tentang tujuan dari perancangan sistem pakar dalam

mendiagnosa hama dan penyakit tanaman karet serta analisis dan perancangan

sistem dengan metode Forward Chaining dan Dempster Shafer.

BAB 4 : IMPLEMENTASI SISTEM

Pada bab ini membahas tentang implementasi dari aplikasi yang dibangun

secara keseluruhan. Serta melakukan pengujian terhadap aplikasi yang

dibangun untuk mengetahui aplikasi tersebut telah dapat menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi sesuai dengan yang diharapkan.

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini membahas tentang kesimpulan-kesimpulan penulis dari penelitian

(21)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)

Menurut Minsky dalam (Kusrini, 2006) kecerdasan buatan adalah suatu ilmu yang

mempelajari cara membuat komputer melakukan sesuatu seperti yang dilakukan oleh

manusia. Kecerdasan buatan memungkinkan komputer untuk berpikir dengan cara

menyederhanakan program. Dengan cara ini, kecerdasan buatan dapat menirukan proses

belajar manusia sehingga informasi baru dapat diserap dan digunakan sebagai acuan di

masa-masa mendatang.

Kecerdasan atau kepandaian itu didapat berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman, untuk itu agar perangkat lunak yang dikembangkan dapat mempunyai

kecerdasan maka perangkat lunak tersebut harus diberi suatu pengetahuan dan

kemampuan untuk menalar dari pengetahuan yang telah didapat dalam menemukan solusi

atau kesimpulan layaknya seorang pakar dalam bidang tertentu yang bersifat spesifik.

2.2 Sistem Pakar

Sistem pakar dibuat pada wilayah pengetahuan tertentu untuk suatu kepakaran tertentu

yang mendekati kemampuan manusia di salah satu bidang. Sistem pakar mencoba

mencari solusi yang memuaskan sebagaimana yang dilakukan seorang pakar. Selain itu

(22)

Menurut Martin dan Oxman dalam (Kusrini, 2006) sistem pakar adalah sistem

berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam

memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam

bidang tertentu.

Sedangkan menurut Giarratano dan Riley dalam (Hartati dan Iswanti, 2008)

sistem pakar adalah salah satu cabang kecerdasan buatan yang menggunakan

pengetahuan-pengetahuan khusus yang dimiliki oleh seorang ahli untuk menyelesaikan

suatu masalah tertentu.

2.2.1 Arsitektur Sistem Pakar

Menurut Giarratano dan Riley dalam (Hartati dan Iswanti, 2008) menyatakan sistem

pakar sebagai sebuah program yang difungsikan untuk menirukan pakar manusia harus

bisa melakukan hal-hal yang dapat dikerjakan oleh seorang pakar. Untuk membangun

sistem yang seperti itu maka komponen-komponen yang harus dimiliki adalah sebagai

berikut:

1. Antarmuka pengguna (user interface) adalah perangkat lunak yang menyediakan

media komunikasi antara pengguna dengan sistem. Antarmuka menerima informasi

dari pengguna dan mengubahnya ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh sistem.

Selain itu antarmuka menerima informasi dari sistem dan menyajikannya ke dalam

bentuk yang dapat dimengerti oleh pengguna.

2. Basis pengetahuan (knowledge base) merupakan kumpulan pengetahuan bidang

tertentu pada tingkatan pakar dalam format tertentu. Pengetahuan ini diperoleh dari

akumulasi pengetahuan pakar dan sumber-sumber pengetahuan lainnya seperti

buku-buku, majalah, jurnal ilmiah, maupun dokumentasi yang tercetak lainnya.

3. Mekanisme inferensi (inference machine) merupakan perangkat lunak yang

melakukan penalaran dengan menggunakan pengetahuan yang ada untuk

(23)

Dalam komponen ini dilakukan pemodelan proses berpikir manusia. Pada prinsipnya

mesin inferensi inilah yang mencari solusi dari suatu permasalahan.

4. Memori kerja (working memory) merupakan bagian dari sistem pakar yang

menyimpan fakta-fakta yang diperoleh saat dilakukan proses konsultasi. Fakta-fakta

inilah nantinya akan diolah oleh mesin inferensi berdasarkan pengetahuan yang

disimpan dalam basis pengetahuan untuk menentukan suatu keputusan pemecahan

masalah. Konklusinya bisa berupa hasil diagnosa, tindakan, dan akibat.

Sedangkan utuk menjadikan sistem pakar menjadi lebih menyerupai seorang

pakar yang berinteraksi dengan pemakai, maka dilengkapi dengan fasilitas berikut :

1. Fasilitas penjelasan (explanation facility) merupkan proses menentukan keputusan

yang dilakukan oleh mesin inferensi selama sesi konsultasi mencerminkan proses

penalaran seorang pakar. Karena pemakai kadangkala bukanlah ahli dalam bidang

tersebut, maka dibutuhkan fasilitas penjelasan. Fasilitas penjelasan inilah yang dapat

memberikan informasi kepada pemakai mengenai jalannya penalaran sehingga

dihasilkan suatu keputusan. Bentuk penjelasannya dapat berupa keterangan yang

diberikan setelah suatu pertanyaan diajukan, yaitu penjelasan atas pertanyaan

mengapa, atau penjelasan atas pertanyaan bagaimana sistem mencapai konklusi.

2. Fasilitas akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition facility) merupakan perangkat

lunak yang menyediakan fasilitas dialog antara pakar dengan sistem. Fasilitas akuisisi

ini digunakan untuk memasukkan fakta-fakta dan kaidah-kaidah sesuai dengan

perkembangan ilmu. Meliputi proses pengumpulan, pemidahan, dan perubahan dari

kemampuan pemecahan masalah seorang pakar atau sumber pengetahuan

terdokumentasi (buku, dll) ke program komputer, yang bertujuan untuk memperbaiki

(24)

Arsitektur dasar dari sistem pakar dapat dilihat pada Gambar 2.1 :

Gambar 2.1. Arsitektur Sistem Pakar

2.2.2 Keuntungan Pemakaian Sistem Pakar

Adapun keuntungan pemakaian sistem pakar antara lain sebagai berikut (Kusrini, 2006):

1. Membuat seorang yang awam dapat bekerja seperti layaknya seorang pakar.

2. Dapat bekerja dengan informasi yang tidak lengkap atau tidak pasti.

3. Meningkatkan output dan produktivitas. Sistem pakar dapat bekerja lebih cepat dari

manusia. Keuntungan ini berarti mengurangi jumlah pekerja yang dibutuhkan, dan

akhirnya akan mereduksi biaya.

(25)

5. Sistem Pakar meyediakan nasihat yang konsisten dan dapat mengurangi tingkat

kesalahan.

6. Membuat peralatan yang kompleks lebih mudah dioperasikan karena sistem pakar

dapat melatih pekerja yang tidak berpengalaman.

7. Handal (reliability).

8. Sistem pakar tidak dapat lelah atau bosan. Juga konsisten dalam memberi jawaban

dan selalu memberikan perhatian penuh.

9. Memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang kompleks.

2.2.3 Orang Yang Terlibat Dalam Sistem Pakar

Untuk memahami perancangan sistem pakar, perlu dipahami mengenai siapa saja yang

berinteraksi dengan sistem. Mereka adalah (Kusrini, 2006):

1. Pakar (domain expert) adalah seseorang ahli yang dapt menyelesaikan masalah yang

sedang diusahakan untuk dipecahkan oleh sistem.

2. Pembangun pengetahuan (knowledge engineer) adalah seseorang yang

menerjemahkan pengetahuan seorang pakar dalam bentuk deklaratif sehingga dapat

digunakan oleh sistem pakar.

3. Pengguna (user) adalah seseorang yang berkonsultasi dengan sistem untuk

mendapatkan saran yang disediakan oleh pakar.

4. Pembangun sistem (system engineer): seseorang yang membuat antarmuka pengguna,

merancang bentuk basis pengetahuan secara deklaratif dan mengimplementasikan

(26)

Seorang pakar/ahli (human expert) adalah seorang individu yang memiliki

kemampuan pemahaman yang superior atas suatu masalah. Misalnya seorang dokter,

penasihat keuangan, pakar mesin mobil, dll. Seorang pakar memiliki kemampuan:

1. Dapat mengenali (recognizing) dan merumuskan masalah

2. Menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat

3. Menjelaskan solusi

4. Belajar dari pengalaman

5. Restrukturisasi pengetahuan

6. Memahami batas kemampuan

Kepakaran/keahlian merupakan pemahaman yang luas dari tugas atau

pengetahuan spesifik yang diperoleh dari pelatihan, membaca dan pengalaman. Jenis-

jenis pengetahuan yang dimiliki dalam kepakaran :

1. Teori-teori dari permasalahan

2. Aturan dan prosedur yang mengacu pada area permasalahan

3. Aturan (heuristic) yang harus dikerjakan pada situasi yang terjadi

4. Strategi global untuk menyelesikan berbagai jenis masalah

5. Meta knowledge (pengetahuan tentang pengetahuan) dan fakta

2.2.4 Kaidah/Aturan

Cara merepresentasikan pengetahuan berbasis kaidah memanfaatkan apa yang disebut

kaidah, yang tak lain adalah pernyataan IF-THEN diamana bagian THEN akan bernilai

benar jika satu atau lebih sekumpulan fakta atau hubungan antar fakta diketahui benar,

memenuhi bagian IF. Secara umum, dalam bentuk kaidah produksi IF premis THEN

konklusi, maka untuk premis yang lebih dari satu dapat dihubungkan dengan operator and

atau or. Sedangkan bagian konklusi dapat berupa kalimat tunggal, beberapa kalimat yang

(27)

2.2.5 Penalaran

Penalaran adalah proses untuk menghasilkan inferensi dari fakta yang diketahui atau yang

diasumsikan. Inferensi adalah konklusi logis (logical conclusion) atau implikasi

berdasarkan informasi yang tersedia.

2.2.6 Perunutan

Perunutan adalah proses pencocokan fakta, pernyataan atau kondisi berjalan yang

tersimpan pada basis pengetahuan maupun pada memori kerja dengan kondisi yang

dinyatakan pada premis atau bagian kondisi pada kaidah.

2.2.6.1Forward Chaining (Runut Maju)

Runut maju merupakan proses perunutan yang dimulai dengan menampilkan kumpulan

data atau fakta yang meyakinkan menuju konklusi akhir. Runut maju bisa juga disebut

sebagai penalaran forward (forward reasoning) atau pencarian yang dimotori data (data

driven search). Jadi dimulai dari premis-premis atau informasi masukan (if) dahulu

kemudian menuju konklusi atau derived information (then) atau dapat dimodelkan

sebagai berikut:

IF (informasi masukan)

(28)

Informasi masukan dapat berupa data, bukti, temuan, atau pengamatan.

Sedangkan konklusi dapat berupa tujuan, hipotesa, penjelasan, atau diagnosis. Sehingga

jalannya penalaran runut maju dapat dimulai dari data menuju tujuan, dari bukti menuju

hipotesa, dari temuan menuju penjelasan, atau dari pengamatan menuju diagnosa (Hartati

dan Iswanti, 2008). Adapun contoh struktur kaidah dalam Forward Chaining sebagai

berikut :

IF panas badan

AND hidung buntu

AND makan udang

THEN demam

Jadi, dengan metode forward chaining ini dapat diperoleh konklusi dengan

menyusun aturan berdasarkan informasi berupa data atau fakta yang meyakinkan.

Informasi tersebut didapatkan dari jawaban pengguna yang disimpan di memori kerja dan

disesuaikan dengan aturan yang ada pada basis pengetahuan, yang kemudian diolah oleh

mesin inferensi untuk mendapatkan konklusi. Berdasarkan contoh diatas informasinya

adalah panas badan, hidung buntu, dan makan udang. Kemudian diperoleh konklusi

berupa diagnosa demam.

2.3 Dempster Shafer

Dalam menghadapi suatu masalah sering ditemukan jawaban yang tidak memiliki

kepastian penuh. Ketidakpastian ini dapat berupa probabilitas atau kebolehjadian yang

tergantung dari hasil suatu kejadian. Hasil yang tidak pasti disebabkan oleh dua faktor,

yaitu aturan yang tidak pasti dan jawaban pengguna yang tidak pasti atas suatu

pertanyaan yang diajukan oleh sistem. Hal ini dapat dilihat pada sistem diagnosis

penyakit, dimana pakar tidak dapat mendefenisikan hubungan antara gejala dengan

penyebabnya secara pasti, dan pasien tidak dapat merasakan suatu gejala dengan pasti

(29)

Ketidakpastian yang terjadi pada suatu kaidah disebabkan oleh 3 hal yaitu, aturan

tunggal, ketidaksesuaian antar kaidah, dan resolusi konflik. Tiga hal yang mempengaruhi

aturan tunggal adalah: adanya kesalahan, probabilitas, dan kombinasi premis. Kesalahan

disebabkan oleh:

1. Ambiguitas, sesuatu didefenisikan lebih dari satu cara

2. Ketidaklengkapan data/informasi, misalnya data hilang

3. Kesalah informasi, misal: kesalahan manusia dalam membaca data,

meletakkan data, informasi yang tidak benar

4. Kesalahan pengukuran: ketidakpastian dalam melakukan pengukuran data

Probabilitas disebabkan karena ketidakmampuan pakar dalam merumuskan kaidah

secara pasti. Kombinasi premis turut mempengaruhi terjadinya aturan tunggal, yang

dimaksud adalah suatu kaidah yang terdiri dari lebih satu premis dan antar premis

tersebut dihubungkan dengan beberapa operator yang berbeda.

Penanganan ketidakpastian dapat dilibatkan untuk menangani ketidakpastian pada

gejala-gejala maupun pada kaidah, sehingga sistem pakar mampu menghasilkan konklusi

dengan derajat kepastian tertentu. Penambahan ini akan membuat sistem menjadi lebih

sempurna. Ketidakpastian yang merupakan masalah tersendiri dapat diatasi oleh beberapa

metode antara lain adalah dengan metode Dempster Shafer (Hartati dan Iswanti, 2008).

Metode Dempster Shafer pertama kali diperkenalkan oleh Arthur P. Dempster dan

Glenn Shafer, yang melakukan model ketidakpastian dengan range probabilities daripada

sebagai probabilitas tunggal. Kemudian pada tahun 1976 Shafer mempublikasikan teori

Dempster itu pada sebuah buku yang berjudul Mathematical Theory Of Evident.

Dempster Shafer Theory Of Evidence, menunjukkan suatu cara untuk memberikan bobot

kenyakinan sesuai fakta yang dikumpulkan. Pada teori ini dapat membedakan

(30)

Secara umum teori Dempster Shafer ditulis dalam suatu interval: [Belief,

Plausibility]. Belief (Bel) adalah ukuran kekuatan evidence dalam mendukung suatu

himpunan proposisi. Jika bernilai 0 maka mengindikasikan bahwa tidak ada evidence, dan

jika bernilai 1 menunjukkan adanya kepastian.

Plausibility menunjukkan keadaan yang bisa dipercaya. Plausibility (Pl)

dinotasikan sebagai: Pl (s) = 1 – Bel (¬s). Plausibility juga bernilai 0 sampai 1. Jika kita yakin akan ¬s, maka dapat dikatakan bahwa Bel (¬s) = 1, dan Pl (¬s) = 0. Plausability

akan mengurangi tingkat kepercayaan dari evidence (Wahyuni dan Prijodiprojo, 2013).

Dalam teori Dempster Shafer diasumsikan bahwa hipotesa-hipotesa yang

digunakan dikelompokkan ke dalam suatu lingkungan tersendiri yang biasa disebut himpunan semesta pembicaraan dari sekumpulan hipotesa dan diberikan notasi θ. Selain itu dikenal juga probabilitas fungsi densitas (m) yang menunjukkan besarnya kepercayaan

evidence terhadap hipotesa tertentu. Fungsi kombinasi m1 dan m2 sebagai m3 dibentuk

dengan persamaan :

Keterangan:

m1 (X) =ukuran kepercayaan evidence X

m2 (Y) = ukuran kepercayaan evidence Y

m3 (Z) = ukuran kepercayaan evidence Z

∑ ∩ = m X . m Y = merupakan nilai kekuatan dari evidence Z yang diperoleh dari kombinasi nilai keyakinan sekumpulan evidence.

m .m

= hasil irisan m1 dan m2

Y

m .m

=tidak ada hasil irisan (irisan kosong(Ø)). � � = − ∑∑ ∩ = � . �

(31)

Contoh Dempster Shafer (Sumber: Binus University, 2005):

Vany mengalami gejala panas badan, hidung buntu dan makan udang. Dari diagnosa

dokter kemungkinan Vany menderita : Flu, Demam, Bronkitis, Alergi.

Tunjukkan kaitan ukuran kepercayaan dari elemen-elemen yang ada?

Gejala 1: panas badan

Apabila diketahui nilai kepercayaan setelah dilakukan observasi panas sebagai gejala Flu,

Demam dan Bronkitis adalah :

m1{Flu, Demam, Bronkitis} = 0,8

m1{} = 1 – 0,8 = 0,2

Sehari kemudian Vany datang ke dokter lagi dengan gejala hidung buntu.

Gejala 2: hidung buntu

Setelah observasi diketahui bahwa nilai kepercayaan hidung buntu sebagai gejala Alergi,

Flu dan Deman adalah :

m2{Alergi, Flu, Demam} = 0,9

m2{} = 1 – 0,9 = 0,1

Munculnya gejala baru maka harus dihitung densitas baru untuk beberapa

kombinasi (m3). Untuk memudahkan perhitungan maka himpunan-himpunan bagian

dibawa ke bentuk tabel. Tabel dapat dilihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.1. Aturan Kombinasi Untuk Densitas Baru (m3)

Keterangan:

- Kolom pertama berisikan semua himpunan bagian pada gejala pertama (panas)

dengan m1 sebagai fungsi densitas.

(32)

- Baris pertama berisikan semua himpunan bagian pada gejala kedua (hidung buntu)

dengan m2 sebagai fungsi densitas.

- Baris kedua dan ketiga pada kolom kedua merupakan irisan dari kedua himpunan.

Selanjutnya dihitung densitas baru untuk beberapa kombinasi (m3) dengan

persamaan Dempster-Shafer sbb :

m3 {Flu, Demam} = ,

− = 0,72

m3 {Alergi, Flu, Demam} = ,

− = 0,18

m3 {Flu, Demam, Bronkitis} = ,

− = 0,08

m3 {θ} = ,

− = 0,02 Keterangan :

- Terlihat bahwa pada mulanya dengan hanya gejala panas, m{Flu, Demam, Bronkitis} = 0,8. Namun setelah ada gejala baru (hidung buntu), maka nilai m{Flu, Demam,

Bronkitis} = 0,08.

- Demikian pula pada mulanya hanya dengan gejala hidung buntu, m{Alergi, Flu, Demam} = 0,9. Namun setelah ada gejala baru (panas) maka m{Alergi, Flu, Demam}

= 0,18.

-

Dengan adanya 2 gejala tersebut, maka nilai densitas yang paling kuat adalah m{Flu,

Demam} = 0,72

.

Bagaimana jika Vany ke dokter lagi dan ditemukan gejala baru lagi berupa Vany

makan udang.

Gejala 3 : makan udang

Setelah dilakukan observasi, diketahui bahwa udang sebagai gejala Alergi dengan nilai

kepercayaan :

m4{Alergi} = 0,6

(33)

Maka harus dihitung densitas baru untuk setiap himpunan bagian dengan fungsi

densitas m5. Untuk memudahkan dibuat tabel dengan kolom pertama berisi himpunan

bagian-himpunan bagian hasil kombinasi gejala 1 dan gejala 2 dengan fungsi densitas m3.

Sedangkan baris pertama berisi himpunan bagian-himpunan bagian pada gejala 3 dengan

fungsi densitas m4.Sehingga dihasilkan tabel sbb :

Tabel 2.2. Aturan Kombinasi Untuk Densitas Baru (m5)

{Alergi}

Sehingga dapat dihitung densitas baru m5 hasil kombinasi dari gejala lama dengan

gejala baru.

dengan tiga jenis gejala yang dialami oleh Vany, kemungkinan paling kuat Vany terkena

(34)

2.4 Hama dan Penyakit Tanaman Karet

Hama adalah organisme yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman

terganggu bahkan bisa mematikan tanaman. Sedangkan penyakit adalah suatu proses

fisiologi tumbuhan yang abnormal dan merugikan, yang disebabkan oleh faktor primer

(biotik atau abiotik) dan gangguannya bersifat terus menerus serta akibatnya dinyatakan

oleh aktifitas sel/jaringan yang abnormal. Adapun hama dan penyakit tanaman karet dapat

dilihat pada tabel 2.3, tabel 2.4 dan tabel 2.5 berikut (Setiawan dan Andoko, 2008):

Tabel 2.3. Hama Tanaman Karet

No. Hama Keterangan

1. Rayap Rayap yang menjadi hama bagi tanaman karet, terutama spesies Microtermes Inspiratus dan

Captotermes Curvignathus. Rayap-rayap tersebut menggerogoti bibit yang baru saja ditanam di lahan, dari ujung stum sampai perakaran, sehingga menimbulkan kerusakan yang sangat berat.

2. Kutu Kutu tanaman yang menjadi hama bagi tanaman karet adalah Saissetia Nigra, Laccifer Greeni, Laccifer Lacca, Ferrisiana Virgata, dan

Planococcus Citri yang masing-masing memiliki ciri berbeda. Saissetia berbentuk perisai dengan warna cokelat muda sampai kehitaman. Laccifer

(35)

Tabel 2.4. Penyakit Pada Akar

No. Penyakit Pada Akar Keterangan

1. Jamur Akar Putih Disebut dengan penyakit akar putih karena di akar tanaman yang terserang terlihat miselia jamur berbentuk benang berwarna putih yang menempel kuat dan sulit dilepaskan. Akar tanaman yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan berwarna cokelat. Cendawan penyebab penyakit akar putih adalah Rigidoporus Lignosus yang membentuk badan buah seperti topi di akar, pangkal batang, dan tunggul tanaman. Badan buah cendawan ini berwarna jingga kekuningan dengan lubang-lubang kecil di bagian bawah tempat spora. Jika sudah tua, badan buah tersebut akan mengering dan berwarna cokelat.

(36)

Tabel 2.5. Penyakit Pada Bidang Sadap No. Penyakit Pada Bidang

Sadap

Keterangan

1. Kanker Garis Cendawan penyebab penyakit kanker garis sama dengan biang keladi kanker bercak, yakni

(37)

2 Mouldy Rot Penyebab penyakit mouldy rot adalah cendawan

Ceratocystis Jimbriata dengan benang-benang hifa yang membentuk lapisan berwarna kelabu di bagian yang terserang. Spora banyak dihasilkan di bagian tanaman yang sakit dan bisa bertahan lama dalam kondisi kering. Akibat yang ditimbulkan penyakit ini sarat dengan kanker garis, yaitu menimbulkan luka-luka di bidang sadap, sehingga pemulihan kulit menjadi terganggu. Luka-luka tersebut meninggalkan bekas bergelombang di bidang sadap, sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya. Bahkan, dalam beberapa kasus bidang sadap menjadi rusak, sehingga tidak bisa dilakukan penyadapan lagi. Penyakit ini mudah berjangkit pada musim hujan, terutama di daerah-daerah berkelembaban tinggi dan beriklim basah. Penyadapan yang terlalu dekat dengan tanah juga bisa memicu serangan penyakit ini.

3. Brown Blast Penyakit brown blast bukan disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, melainkan karena penyadapan yang terlalu sering, apalagi jika disertai penggunaan bahan perangsang lateks. Penyakit ini juga sering menyerang tanaman yang terlalu subur, berasal dari biji, dan tanaman yang sedang membentuk daun baru. Gejala penyakit ini dapat dilihat dengan tidak mengalirnya lateks dari sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian seluruh alur sadap menjadi kering dan tidak mengeluarkan lateks. Bagian yang kering berubah warna menjadi cokelat karena terbentuk gum

(38)

2.5 Penelitian Terdahulu

Adapun bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian ini, penulis mengambil

beberapa referensi dari penelitian sebelumnya. Beberpa penelitian yang penulis jadikan

bahan referensi untuk melakukan penelitian ini adalah sebegai berikut:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Yanti (2010) dengan menggunakan metode

Forward Chaining untuk diagnosis penyakit utama tanaman kelapa sawit diperoleh

kesimpulan sebagai berikut : Informasi yang didapat dari sistem pakar ini sudah

sesuai dengan tujuan yaitu sistem dapat mendefenisikan penyakit tanaman kelapa

sawit beserta saran pengendaliannya. Sistem pakar yang dibuat sudah mampu

melakukan proses penalaran dengan menggunakan metode Forward Chaining yaitu

proses penalaran dari premis atau data menuju pada konklusi. Dan Pada perancangan

sistem pakar ini proses konsultasi hanya memiliki pilihan jawaban ya dan tidak

(Yanti, 2010).

b. Penelitian yang dilakukan oleh Hasdya Mutia Rambey (2011) dengan menggunakan

metode Forward Chaining untuk menentukan penyakit dan hama pada tanamana

semangka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Telah berhasil dibuat aplikasi sistem

pakar untuk menentukan penyakit dan hama pada tanaman semangka menggunakan

metode Forward Chaining, Sistem pakar untuk penyakit dan hama tanaman

semangka ini telah mampu memberikan informasi kepada user mengenai penyakit dan

hama tanaman semangka berdasarkan pertanyaan yang diberikan, Aplikasi ini dapat

memberikan informasi kepada orang awam mengenai penyakit dan hama tanaman

semangka sehingga dapat diketahui langkah lebih lanjut untuk mengatasinya

(Rambey, 2011).

c. Penelitian yang dilakukan oleh Misbahul Jannah (2011) dengan menggunakan metode

Forward Chaining dan Dempster Shafer untuk mendiagnosa penyakit lambung

diperoleh kesimpulan bahwa perangkat lunak tersebut dapat mendiagnosa penyakit

pada lambung antara lain Gastritis, Dispepsia dan GERD dengan nilai kepercayaan

(39)

d. Penelitian yang dilakukan oleh Elyza Gustri Wahyuni dan Widodo Prijodiprojo

(2013) dengan menggunakan metode Dempster Shafer untuk mendiangnosa tingkat

resiko penyakit Jantung Koroner dengan masukkan berupa gejala serta faktor

resiko yang dimiliki pasien. Dari beberapa kasus yang diuji cobakan diperoleh hasil

diagnosa yang sama antara perhitungan sistem dengan menggunakan teori mesin

inferensi Dempster Shafer dan pengetahuan pakar yaitu Dokter Spesialis Jantung.

Hasil ujicoba 10 kasus yang didapatkan dari Rekam medis RS.PKU Muhammadiyah

Yogyakarta, maka didapatkan persentase sebesar 100% nilai kebenaran dari prediksi

diagnosa yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pakar (Wahyuni dan

(40)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem

Analisis sistem merupakan sebuah teknik pemecahan masalah yang menguraikan sebuah

sistem menjadi bagian-bagian komponen dengan tujuan mempelajari seberapa baik

bagian-bagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk mencapai tujuannya.

Analisis sistem merupakan suatu proses yang harus dilaksanakan untuk menentukan

permasalahan yang harus dihadapi. Tahap ini adalah sangat penting, karena proses

analisis yang kurang akurat akan menyebabkan hasil dari suatu sistem pengembangan

perangkat akan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Jadi untuk itu proses ini harus

benar-benar sesuai dengan penggunaan agar hasil penggunaan perangkat lunak

memuaskan pengguna. Sehingga nantinya dapat membantu didalam proses perancangan

model suatu sistem yang akan di implementasikan.

3.1.1 Analisis Permaslahan Sistem

Analisis permasalahan sistem merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam analisis

sistem. Masalah dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan yang diinginkan untuk

dipecahkan. Masalah ini yang menyebabkan sasaran dari sistem tidak dapat dicapai. Oleh

karena itulah pada tahap analisis sistem, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

(41)

Adapun permasalahan dalam perancangan sistem pakar ini yaitu bagaimana

mendiagnosa hama dan penyakit tanaman karet menggunakan metode Forward Chaining

dan Dempster Shafer. Hal ini sangat bermanfaat bagi pengguna agar dapat mengetahui

jenis hama dan penyakit yang dialami oleh tanaman karet sehingga lebih cepat dalam

pemberian solusi dan pengendaliannya.

Metode analisis yang digunakan dalam menganalisis masalah yang akan dihadapi

untuk membuat aplikasi ini adalah dengan menggunakan metode Fishbone

Diagram/Ishikawa Diagram. Diagram ishikawa digunakan untuk menjelaskan tentang

sebab dan akibat dari masalah yaitu dengan menjelaskan bahwa bagian kepala atau

segiempat yang berada di sebelah kanan merupakan masalah. Sementara pada bagian

tulang merupakan penyebab. Ishikawa diagram dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut :

Gambar 3.1. Diagram Ishikawa Untuk Analisis Masalah

Keterangan gambar 3.1. diagram ishikawa adalah sebagai berikut :

People

1. Dengan adanya sistem yang akan dibangun, penggunadapat mendiagnosa hama dan

(42)

2. Dengan adanya sistem yang akan dibangun diharapkan seorang admin dapat

menambah, mengubah dan menghapus data

Material

1. Sistem yang akan dibangun diharapkan dapat menampilkan hasil diagnosa dan solusi

untuk pengendaliannya.

Method

1. Sistem nantinya akan menggunakan metode forward chaining dan dempster shafer

dalam mendiagnosa hama dan penyakit tanaman karet.

Machine

1. Sistem yang akan dibangun nantinya akan menggunakan bahasa pemrograman PHP

(Hypertext Processor) dan Mysql sebagai Database Management System (DBMS).

3.1.2 Analisis Kebutuhan Sistem

Langkah selanjutnya dari tahap analisis sistem adalah memahami kerja dari sistem yang

ada. Langkah ini dapat dilakukan dengan mempelajari secara terinci bagaimana sistem

yang ada beroperasi. Analisis sistem perlu mempelajari apa dan bagaimana operasi dari

sistem yang ada sebelum mencoba untuk menganalisis permasalahan-permasalahan,

kelemahan-kelemahan dan kebutuhan-kebutuhan pengguna sistem untuk dapat

memberikan solusi pengendalian. Tahap analisis kebutuhan sistem dibagi menjadi dua,

yaitu analisis kebutuhan fungsional sistem dan analisis kebutuhan non-fungsional sistem.

1. Kebutuhan Fungsional Sistem

Kebutuhan fungsional sistem adalah kebutuhan yang berisi proses-proses apa saja

yang nantinya dilakukan oleh sistem. Adapun kebutuhan sistem pakar mendiagnosa

hama dan penyakit tanaman karet antara lain sebagai berikut:

a. Sistem menampilkan informasi mengenai cara penggunaan sistem untuk

mempermudah pengguna dalam menggunakan sistem ini.

b. Dalam mendiagnosa hama dan penyakit tanaman karet, sistem menggunakan

metode Dempster Shafer dalam menghitung derajat kepastian hama dan penyakit

(43)

c. Sistem memberikan hasil diagnosa berupa jenis hama dan penyakit dari tanaman

karet berdasarkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan langsung kepada

pengguna, dimana pertanyaan yang diberikan merupakan gejala-gejala yang

terlihat oleh pengguna dilapangan.

d. Sistem mengolah data pada halaamn admin, baik itu untuk tambah, ubah dan

hapus data.

2. Kebutuhan Non-Fungsional Sistem

Kebutuhan non-fungsional adalah kebutuhan yang menitikberaktkan pada property

perilaku yang dimiliki oleh sistem. Kebutuhan non-fungsional memberikan batasan

suatu sistem dan mendeskripsikan beberapa fitur dalam sistem. Berikut adalah

kebutuhan non-fungsional sistem pakar mendiagnosa hama dan penyakit tanaman

karet, yaitu:

a. Data yang digunakan dalam penghitungan nilai kepastian mendiagnosa hama dan

penyakit tanaman karet didapat dari pakar (Ir. Lahmuddin Lubis, MP.) untuk

menghasilkan informasi yang benar,

b. Sistem yang telah dirancang nantinya masih dapat dikembangkan kembali oleh

pakar untuk menghasilkan informasi yang lebih akurat, dan

c. Sistem yang dibangun mudah dimengerti dan digunakan oleh pengguna (

user-friendly).

3.2 Pemodelan Sistem

Pemodelan sistem adalah proses membangun atau membentuk sebuah model dari suatu

sistem nyata dalam bahasa formal tertentu. Pemodelan sistem dilakukan dengan membuat

use case diagram, activity diagram, sequence diagram dan flowchart sistem yang

(44)

3.2.1 Use Case Diagram

Use case diagram merupakan model diagram yang digunakan untuk menggambarkan

requirement fungsional yang diharapkan dari sebuah sistem. Use case diagram menekankan pada “siapa” melakukan “apa” dalam lingkungan sistem yang akan dibangun. Atau use case diagram merupakan diagram yang menyatakan interaksi antar

sistem dan pengguna.

Use case dari sistem pakar mendiagnosa hama dan penyakit tanaman karet dapat

dilihat pada gambar 3.2 dibawah ini :

(45)

Berikut adalah skenario dari use case pada gambar 3.2 yaitu:

Nama Use Case : Input Data Pengguna

Aktor : Pengguna

Deskripsi : Use case ini berfungsi untuk mendapatkan informasi data diri

pengguna

Pre-condition : Penggunabelum meng-input data diri

Post-condition :Penggunatelah meng-input data diri

Skenario : Skenario use caseinput data diri dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1. Skenario Use CaseInput Data Diri Aksi Aktor Reaksi Sistem Skenario Normal

1. Meng-input data pengguna

2. Menampilkan halaman pertanyaan

Skenario Alternatif

1. Meng-input data pengguna

2. Menampilkan pesan “Field Tidak Boleh Kosong”

Nama Use Case : Menjawab Pertanyaan Sesuai Gejala Tanaman Karet

Aktor :Pengguna

Deskripsi : Use case ini berfungsi untuk mendapatkan jawaban dari pengguna

Pre-condition : Pengguna belum menjawab pertanyaan

Post-condition : Pengguna telah menjawab pertanyaan

Skenario : Skenario use case menjawab pertanyaan dapat dilihat pada tabel

(46)

Tabel 3.2. Skenario Use Case Menjawab Pertanyaan Aksi Aktor Reaksi Sistem

Skenario Normal

1. Menjawab pertanyaan

2. Menampilkan halaman hasil diagnosa dan

solusi, berupa jenis hama atau penyakit yang

dialami tanaman karet disertai dengan derajat

kepastian terhadap hama atau penyakit

tersebut.

Skenario Alternatif

- -

Nama Use Case : Login

Aktor : Admin

Deskripsi : Use case ini berfungsi untuk mengauthentifikasi pengguna ketika

akan masuk kedalam sistem dengan menggunakan username dan

password.Username dan password di hasilkan oleh administator.

Tujuan utama use case ini adalah agar hanya pengguna terdaftar

saja yang dapat memasuki sistem

Pre-condition : Admin belum login kedalam sistem

Post-condition : Admin sudah login kedalam sistem

Skenario : Skenario use caselogin dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini

Tabel 3.3. Skenario Use CaseLogin

Aksi Aktor Reaksi Sistem Skenario Normal

1. Input username & password

2. Memeriksa input

(47)

Skenario Alternatif

1. Input username & password

2. Menampilkan pesan “Username atau

Password salah dan Field Tidak Boleh

Kosong”

Nama Use Case : Pengolahan Data

Aktor : Admin

Deskripsi : Use case ini berfungsi untuk admin dalam memperbaharui basis

pengetahuan atau menambah, menghapus dan mengedit gejala

serta bobot hama dan penyakit tanaman karet

Pre-condition : Admin sudah login kedalam sistem

Post-condition : Admin dapat melihat data hama dan penyakit tanaman karet

Skenario : Skenario use case pengolahan basis data dapat dilihat pada tabel

3.4 di bawah ini

Tabel 3.4. Skenario Use Case Pengolahan Data Aksi Aktor Reaksi Sistem Skenario Normal

1. Memilih menu “Input Data”

2. Menampilkan halaman “Input Data” untuk selanjutnya melakukan pengolahan data

Skenario Alternatif -

Nama Use Case : Logout

Aktor : Admin

Deskripsi : Use case ini berfungsi untuk mengeluarkan admin dari halaman

(48)

Pre-condition : Admin belum logout dari halaman admin

Post-condition : Admin sudah logout dari halaman admin

Skenario : Skenario use caselogout dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini

Tabel 3.5. Skenario Use CaseLogout

Aksi Aktor Reaksi Sistem Skenario Normal

1. Memilih menu “Logout

2. Mengarahkan pengguna keluar dari

halaman admin menuju form login admin

Skenario Alternatif -

3.2.2 Activity Diagram

Activity diagram adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan grafis aliran

bisnis proses atau sistem, langkah-langkah dari use case, atau perilaku objek (melakukan

sesuatu sesuai fungsinya). Activity diagram mendiagnosa hama dan penyakit tanaman

karet dari pengguna dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut :

(49)

Gambar 3.3. Activity Diagram Halaman Diagnosa

Sedangkan activity diagram kelola data (tambah, ubah, atau hapus) pada halaman

(50)

Gambar 3.4. Activity Diagram Halaman Admin

3.2.3 Sequence Diagram

Sequence diagram adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan interaksi

antara aktor dan sistem untuk sebuah use case. Dan membantu mengidentifikasi pesan

tingkat tinggi dari sistem yang masuk dan keluar.

Berikut ini adalah gambar sequence diagram untuk mendiagnosa hama dan

penyakit tanaman karet yang diperlihatkan gambar 3.5 dan sequence diagram halaman

(51)

Gambar 3.5. Sequence Diagram Halaman Diagnosa

(52)

3.2.4 Flowchart Sistem

Flowchart adalah suatu bagan dengan simbol-simbol tertentu yang menggambarkan

urutan proses secara mendetail dan hubungan antara suatu proses dengan proses lainnya

dalam menyelesaikan suatu masalah. Flowchart sistem merupakan bagan yang menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di dalam sistem secara

keseluruhan dan menjelaskan urutan dari prosedur–prosedur yang ada di dalam sistem. Adapun flowchart sistem yang akan dibangun dapat dilihat pada gambar 3.7 berikut :

(53)

Keterangan:

Flowchart akan diawali dengan mulai. Selanjutnya sistem akan menampilkan halaman

utama yang berisi menu pilihan dan ucapan selamat datang kepada pengguna. Pengguna

dapat memilih menu cara penggunaan, dan sistem akan menampilkan halaman cara

penggunaan atau pengguna dapat memilih menu lainnya. Kemudian jika pengguna tidak

memilih menu cara penggunaan, dapat memilih menu diagnosa. Pada halaman diagnosa

ini, pengguna terlebih dahulu harus mengisi data pengguna. Untuk selanjutnya pengguna

akan masuk ke halaman pertanyaan. Pada halaman ini akan ditampilkan pertanyaan

mengenai gejala tanaman karet. Selanjutnya pengguna menjawab pertanyaan yang

diajukan sistem. Jawaban dari pengguna tersebut akan diproses dengan Forward

Chaining dan melakukan proses penghitungan dengan Dempster Shafer. Selanjutnya akan

didapatkan hasil diagnosa dan solusi.

3.3 Analisis Proses

Analisis proses ini dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana proses dari suatu sistem

dalam mencapai tujuannya dengan benar. Dalam mendiagnosa hama dan penyakit

tanaman karet, sistem pakar ini menggunakan metode Forward Chaining dan Dempster

Shafer. Adapun hasil dari analisis proses ini adalah di dapatkannya konklusi berupa hama

dan penyakit tanaman karet disertai dengan derajat kepastian tertentu. Untuk selanjutnya

didapatkan solusi pengendaliannya.

3.3.1 Analisis Proses Metode Forward Chaining

Forward Chaining (runut maju) merupakan proses perunutan yang dimulai dengan

menampilkan kumpulan data atau fakta yang meyakinkan menuju konklusi akhir. Runut

maju bisa juga disebut sebagai penalaran forward (forward reasoning) atau pencarian

(54)

Pada proses ini, pengguna diminta untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan

dengan gejala tanaman karet. Dari jawaban pengguna tersebut akan didapatkan informasi

yang selanjutnya bisa di jadikan acuan untuk menentukan konklusi atau hasil akhir dari

hama dan penyakit yang dialami tanaman karet. Untuk mendiagnosa hama dan penyakit

tanaman karet dapat dimodelkan sebagai berikut:

1. Hama Kutu

IF Berkerumunnya semut dibagian tanaman yang terserang

AND Bagian tanaman yang diserang tampak gerombolan kutu yang berwarna

putih

AND Bagian pucuk batang dan daun muda berwara kuning, mengering, dan mati

THEN Hama Kutu

2. Hama Rayap

IF Adanya alur dari tanah yang menempel dibatang,dahan, atau bagian kayu

lainnya

AND Bagian tanaman yang diserang berlubang-lubang dan keropos pada pangkal

batang

AND Perakaran hancur

THEN Hama Rayap

3. Penyakit Jamur Akar Putih

IF Daun tampak pucat, dan melengkung kebawah

AND Daun gugur dan ujung rantingnya mati

AND Terdapat benang-benang miselium jamur berwarna putih menjalar sepanjang

akar

AND Pembentukan bunga, dan buah yang cepat sebelum waktunya

AND Akar tanaman yang diserang menjadi lunak, membusuk dan berwarna

Kecoklatan

(55)

4. Penyakit Jamur Akar Merah

IF Perubahan warna daun dari hijau menjadi hijau pucat suram, menguning dan

berguguran

AND Terdapat miselium jamur berwarna merah yang dilekati oleh butiran-

butiran tanah

THEN Penyakit Jamur Akar Merah

5. Penyakit Kanker Garis

IF Jika dikerok atau diiris, dekat diatas irisan sadap terlihat garis-garis tegak berwarna

coklat kehitaman

AND Terdapat selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur

sadap

AND Garis-garis tersebut lama kelamaan akan berkembang dan menyatu

membentuk jalur hitam yang terlihat seperti retak-retak membujur pada kulit

pulihan

AND Terdapat gumpalan lateks berwarna coklat yang berbau busuk pada kulit

pulihan

THEN Penyakit Kanker Garis

6. Penyakit Mouldy Rot

IF Terdapat selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap

AND Selaput tersebut akan berkembang membentuk lapisan benang (seperti

beludru) berwarna kelabu sepanjang alur sadap

AND Jika lapisan tersebut dikerok akan terlihat bintik-bintik berwarna coklat atau

hitam pada bagian yang terserang

AND Terjadi pembusukan kulit batang, sehingga bagian yang sakit berwarna

hitam kecoklatan

AND Terjadi pengelupasan kulit batang sehingga bagian kayu terlihat dan

mengering

(56)

7. Penyakit Brown Blast

IF Apabila disadap terkadang lateks tidak keluar, hanya mengeluarkan tetesan-tetesan

lateks seperti air

AND Beberapa minggu kemudian alur sadap mengering dan tidak mengeluarkan

lateks

AND Bagian yang kering berubah warna menjadi coklat karena terbentuk gum

(blendok)

AND Kulit menjadi pecah-pecah dan di batang terjadi pembengkakan atau

tonjolan

THEN Penyakit Brown Blast

3.3.2 Analisis Proses Metode Dempster Shafer

Dalam mendiagnosa hama dan penyakit tanaman karet, penanganan ketidakpastian dapat

dilibatkan untuk menangani ketidakpastian pada gejala-gejala maupun pada kaidah,

sehingga sistem pakar mampu menghasilkan konklusi dengan derajat kepastian tertentu.

Penambahan ini akan membuat sistem menjadi lebih sempurna. Ketidakpastian yang

merupakan masalah tersendiri dapat diatasi dengan metode Dempster Shafer.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis sistem pakar dengan proses metode Dempster

Shaferadalah sebagai berikut :

1. Menentukan gejala dari hama dan penyakit tanaman karet disertai pemberian bobot

yang didapatkan dari pakar (dosen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Bapak Ir. Lahmuddin Lubis, MP.). Tabel dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut :

Tabel 3.6. Gejala Hama dan Penyakit Tanaman Karet Hama Kutu

No. Gejala Bobot

1. Berkerumunnya semut dibagian tanaman yang terserang 0.5

2. Bagian tanaman yang diserang tampak gerombolan kutu yang

berwarna putih

Gambar

Tabel 2.3. Hama Tanaman Karet
Tabel 2.4. Penyakit Pada Akar
Tabel 2.5. Penyakit Pada Bidang Sadap
Gambar 3.1. Diagram Ishikawa Untuk Analisis Masalah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prototype Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Tingkat Resiko Penyakit Jantung Koroner Dengan Menggunakan Metode Dempster-Shafer (Studi Kasus: RS. PKU Muhammadiyah

Pada penelitian ini penulis mencoba mengimplementasikan metode Dempster Shafer untuk mendiagnosis penyakit tanaman jeruk dengan judul “ Implementasi Metode Dempster

Pada penelitian ini dirancang system pakar berbasis android menggunakan metode Dempster Shafer yang dimaksudkan untuk membantu para petani dalam mendiagnosa

Kesimpulan dari sistem pakar diagnosa penyakit tanaman karet yaitu mampu mendiagnosa penyakit tanaman karet dengan gejala –gejala yang ada pada database dan efektif membantu

Dalam tinjauan pustaka yang telah dilakukan dari peneliti sebeulmnya menggunakan berbagai metode untuk sistem pakar diantaranya Dempster-Shafer dengan Forward Chaining

Dengan menggunakan metode Forward Chaining berbasis Android , aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosa hama yang dapat memberikan solusi berdasarkan gejala-gejala

Sistem pakar menggunakan metode Dempster- shafer untuk mendeteksi tingkat resiko penyakit Jantung adalah sistem pakar yang dapat menentukan tingkat resiko penyakit

Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan dalam penelitian ini adalah penulis akan menerapkan metode Forward Chaining pada sistem pakar untuk dapat mendiagnosa hama dan penyakit pada