• Tidak ada hasil yang ditemukan

EPIDEMIOLOGI VIRUS PERNAFASAN PADA PASIEN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA BERBASIS MULTIPLEX NESTED PCRMEI 2010 JUNI 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EPIDEMIOLOGI VIRUS PERNAFASAN PADA PASIEN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA BERBASIS MULTIPLEX NESTED PCRMEI 2010 JUNI 2010"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

EPIDEMIOLOGI VIRUS PERNAFASAN

PADA PASIEN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BERBASIS MULTIPLEX NESTED PCR MEI 2010 - JUNI 2010

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

JIMMY TANAMAS

G0007199

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Epidemiologi Virus Pernafasan Pada Pasien di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta Berbasis Multiplex Nested PCR Mei 2010 – Juni 2010

Jimmy Tanamas, NIM/Semester : G.0007199, Tahun 2010

Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari Kamis, Tanggal 16 Desember 2010

Pembimbing Utama

Nama : Afiono Agung Prasetyo, dr., Ph.D

NIP

: 19770907 200212 1 002

………..

Pembimbing Pendamping

Nama : DR. Eddy Surjanto, dr., SpP(K)

NIP

: 19501104 197511 1 001

………..

Penguji Utama

Nama : Yusup Subagio S, dr., SpP(K)

NIP

: 19570315 198312 1 002

………..

Anggota Penguji

Nama : Made Setiamika, dr., SpTHT-KL(K)

NIP

: 19550727 198312 1 002

………..

Surakarta, ………..

Ketua Tim Skripsi

Dekan FK UNS

(3)

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan peneliti juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 1 Desember 2010

(4)

commit to user

iv

ABSTRAK

Jimmy Tanamas, G0007199, 2010, Epidemiologi Virus Pernafasan pada Pasien di

RSUD Dr. Moewardi Surakarta Berbasis

Multiplex Nested PCR

Mei 2010 – Juni

2010.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data awal

epidemiologi virus pernafasan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Mei

2010 – Juni 2010.

Metode Penelitian: Spesimen pernafasan (usap hidung dan tenggorok) dikumpulkan

dari 32 pasien infeksi saluran pernafasan akut yang mengunjungi bagian Pulmonologi

dan Kedokteran Respirasi RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Mei – Juni

2010. Deteksi molekuler 32 spesimen pernafasan dilakukan dengan menggunakan

multiplex nested PCR

, untuk mendeteksi virus Influenza A, virus Influenza H1, virus

Influenza H3, virus Influenza H5, virus Influenza B,

Human Parainfluenza virus

(HPIV) 1, HPIV 2, HPIV 3, HPIV 4,

Respiratory Syncytial Virus

(RSV) A, RSV B,

Human Rhinovirus

,

Enterovirus

,

Human Coronavirus

(HCoV)-OC43, HCoV-SARS,

HCoV-229E,

Human Metapneumovirus

(HMPV),

Human Bocavirus

dan

Adenovirus

.

Hasil Penelitian: Virus Influenza H3 ditemukan pada 9,37 % (3/32) pasien dan

Human Metapneumo Virus

(HMPV) ditemukan pada 6,25 % (2/32) pasien. Diagnosis

klinis 32 pasien terdiri atas pneumonia 59,4 % (19/32), ILI (

influenza like illness

)

18,8 % (6/32), eksaserbasi asma 9,4 % (3/32), ARI (

acute respiratory infection

) 6,4

% (2/32), bronkiektasis 3 % (1/32) dan bronkopneumonia 3 % (1/32). Tidak

ditemukan adanya ko-infeksi virus pada semua sampel.

Simpulan Penelitian: Virus Influenza H3 dan HMPV terdeteksi pada pasien dengan

infeksi saluran pernafasan akut di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Mei –

Juni 2010.

(5)

commit to user

v

ABSTRACT

Jimmy Tanamas, G0007199, 2010, Epidemiology of Respiratory Viruses at Patient

in Dr. Moewardi General Hospital, Based on Multiplex Nested PCR May 2010 –

June 2010.

Objective: The aim of this study was to obtain the preliminary data of respiratory

viruses epidemiology in May 2010 – June 2010, in Dr. Moewardi general hospital

Surakarta.

Methods: Respiratory specimens (nasal and throat swab) were collected on May –

June 2010, from 32 patients with acute respiratory infection visited the Division of

Pulmology, Dr. Moewardi general hospital Surakarta. Molecular detection from 32

respiratory specimens were carried out by multiplex nested PCR, addressing for

Influenza A virus, Influenza H1 virus, Influenza H3 virus, Influenza H5 virus,

Influenza B virus, Human ParaInfluenza Virus (HPIV) 1, HPIV 2, HPIV 3, HPIV 4,

Respiratory Syncytial Virus (RSV) A, RSV B, Human Rhinovirus, Enterovirus,

Human

Coronavirus

(HCoV)-OC43,

HCoV-SARS,

HCoV-229E,

Human

Metapneumovirus (HMPV), Human Bocavirus and Adenovirus.

Results: Influenza H3 Virus and Human Metapneumo Virus (HMPV) were detected

in 9,37 % (3/32) and 6,25 % (2/32) patients, respectively. Clinical diagnosis from 32

patients, consisted of pneumonia 59.4 % (19/32), ILI (influenza like illness) 18.8 %

(6/32), asthma exacerbation 9.4 % (3/32), ARI (acute respiratory infection) 6.4 %

(2/32), bronchiektasis 3 % (1/32) and bronchopneumonia 3 % (1/32). No virus

co-infection was found from all samples.

Conclusion: Influenza H3 Virus and HMPV were detected in patients with acute

respiratory infection in Dr. Moewardi general hospital Surakarta, in May – June

2010.

(6)

commit to user

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat anugrah Tuhan, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“EPIDEMIOLOGI VIRUS PERNAFASAN PADA PASIEN DI RSUD DR.

MOEWARDI SURAKARTA BERBASIS

MULTIPLEX NESTED PCR

MEI

2010 - JUNI 2010“ ini tepat pada waktunya.

Laporan penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat

sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tulisan ini

tidaklah dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1.

Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2.

Afiono Agung Prasetyo, dr., P.hD., selaku Pembimbing Utama.

3.

DR. Eddy Surjanto, dr., Sp.P(K), selaku Pembimbing Pendamping.

4.

Yusup Subagio S, dr., Sp.P(K), selaku Penguji Utama.

5.

Made Setiamika, dr., Sp.THT(K), selaku Anggota Penguji.

6.

Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi.

7.

Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

8.

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

9.

SMF Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret/RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

10.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Biodiversitas

(PPPBBB) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas

Sebelas Maret (LPPM UNS) Surakarta.

11.

Kedua Orang Tua saya, Bapak Johanes Tanamas dan Ibu Kho Ai Lian, serta

kedua kakak saya, Benny Tanamas, SE. MIB dan Dipl- Ing. Veny Tanamas,

BSc.

12.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah turut

andil dalam penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat

diharapkan penulis. Akhirnya penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 1 Desember 2010

(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA………

vi

DAFTAR ISI……….

vii

DAFTAR TABEL……….

ix

DAFTAR GAMBAR………

x

BAB I PENDAHULUAN……….

1

A.

Latar Belakang……….

1

B.

Tujuan Penelitian……….

2

C.

Manfaat Penelitian………..……….

3

BAB II LANDASAN TEORI………

4

A.

Tinjauan Pustaka………..

4

1.

Virus Influenza..……….

4

2.

RSV (

Respiratory Syncytial Virus

) ………..……….

5

3.

HMPV (

Human Metapneumo Virus

) ………..………..

6

4.

HCoV (

Human Corona Virus

) ………..…………

7

5.

HRV (

Human Rhino Virus

) ……….……….

8

6.

Enterovirus

……….

8

7.

HPIV (

Human Parainfluenza Virus

) ………

9

8.

HBoV (

Human Bocavirus

) …………..……….

10

9.

Adenovirus

……….………

11

(8)

commit to user

viii

BAB III METODE PENELITIAN………

13

A.

Jenis Penelitian ………....…

13

B.

Lokasi Penelitian ……….……

13

C.

Subjek Penelitian ………...

13

D.

Teknik Sampling ……….…....

14

E.

Cara Kerja ………..…...

15

F.

Analisis Data……….

24

BAB IV HASIL PENELITIAN ……… …

25

BAB V PEMBAHASAN ……….. …

29

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ………..

36

A.

Simpulan ………..

36

B.

Saran ………...

36

DAFTAR PUSTAKA

(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

[image:9.595.167.437.243.499.2]

Tabel 1. Gambaran Klinis Pasien Positif Virus Influenza H3 Bulan Mei – Juni 2010

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Persentase Hasil Diagnosis Klinis 32 Pasien Infeksi Saluran Pernafasan

[image:10.595.112.513.240.502.2]

Akut Bulan Mei – Juni 2010

Gambar 2. Hasil Elektroforesis Produk

Multiplex Nested PCR

Gambar 3. Produksi Interferon, Sitokin Proinflamasi,

Kemokin dan Pro-Fibrogenic

Growth Factor

oleh Sel Epitel Pernafasan dan Sel Imun, Ketika Infeksi Virus

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Database infeksi virus pernafasan yang baik sangat diperlukan untuk

pencegahan penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan virus. Sejauh yang

peneliti ketahui, database untuk virus pernafasan di Indonesia masih belum ada.

Keadaan tersebut terjadi karena diagnosis etiologi untuk infeksi saluran pernafasan

yang tidak spesifik sering kali tidak dilakukan, terutama untuk virus pernafasan.

Sepanjang yang peneliti ketahui, penelitian epidemiologi molekuler virus

pernafasan di Indonesia juga masih sangat minim. Hal ini terlihat dari sedikitnya

publikasi yang dapat ditemukan dan diakses. Pada tanggal 5 Desember 2010 di situs

search engine

pubmed (http://ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez), dengan menggunakan

kata kunci “virus respiratory Indonesia”, hanya didapatkan 34 publikasi ilmiah

dengan distribusi 4 publikasi melaporkan data epidemiologi

RSV

(

Respiratory

Sincytial Virus

) (baik secara langsung, maupun tidak langsung) dan 4 publikasi

lainnya melaporkan data epidemiologi virus Influenza. Sedangkan 26 publikasi

ilmiah lainnya bukan atau tidak berhubungan dengan epidemiologi virus pernafasan

di Indonesia. Selain itu, data epidemiologi molekuler beberapa virus pernafasan di

negara tropis belum ada. Untuk menyelesaikan permasalahan di atas, perlu dilakukan

kegiatan penelitian epidemiologi molekuler virus pernafasan di Indonesia sebagai

(12)

Pulmonolgi dan Kedokteran Respirasi FK UNS/RSUD Dr. Moewardi Surakarta

dipilih sebagai awal studi karena kemudahan mendapatkan akses sampel.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan jangka pendek penelitian dengan judul “Epidemiologi Virus

Pernafasan Pada Pasien di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Berbasis

Multiplex Nested

PCR

Mei 2010 – Juni 2010” adalah mendapatkan data awal epidemiologi virus

pernafasan yang beredar di Kota Surakarta, sekaligus mengetahui pola infeksi virus

pernafasan yang terdapat pada pasien yang mendatangi Bagian Pulmonologi dan

Kedokteran Respirasi FK UNS/RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Mei 2010

sampai dengan Juni 2010. Data awal ini sangat bermanfaat bagi para klinisi dan dinas

kesehatan setempat terutama dalam kaitannya dengan program pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular karena virus pernafasan.

Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah mendapatkan database awal

infeksi virus pernafasan di Indonesia yang berasal dari data epidemiologi molekuler

virus pernafasan Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNS/ RSUD Dr.

Moewardi Surakarta Mei 2010 – Juni 2010. Penelitian yang dilakukan merupakan

bagian dari penelitian payung epidemologi molekuler virus pernafasan yang

dilakukan Laboratorium Mikrobiologi FK UNS, Laboratorium Biomedik FK UNS,

SMF (staf medis fungsional) Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNS/RSUD

DR. Moewardi,

Division of Virology Faculty of Medicine Tottori University

,

Japan
(13)

Tottori University, Japan

. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengambil

sebagian waktu penelitian selama bulan Mei 2010 – Juni 2010, dari jangka waktu

penelitian induk, yaitu Maret 2010 – Maret 2011. Berkenaan dengan keterbatasan

waktu yang diberikan untuk melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi, peneliti

hanya melakukan sebagian tahapan penelitian dari penelitian payung, yaitu

pengumpulan spesimen pernafasan, ekstraksi asam nukleat, hingga deteksi virus

pernafasan dengan menggunakan

multiplex nested PCR

saja.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a.

Manfaat secara teoritis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

database awal virus pernafasan di Rumah Sakit Dr. Moewardi, Surakarta.

b. Pembuatan peta dan pola virus pernafasan yang beredar selama bulan Mei

– Juni 2010 di Rumah Sakit Dr. Moewardi, Surakarta.

2. Manfaat Aplikatif

a.

Manfaat aplikatif yang diperoleh setelah didapatkannya data awal

epidemiologi virus pernafasan adalah untuk membantu para klinisi di

RSUD Dr. Moewardi Surakarta, bagian Pulmonologi pada khususnya dan

dinas kesehatan setempat pada umumnya, dalam program pencegahan,

diagnosis, dan terapi infeksi virus pernafasan di Indonesia.

(14)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Virus Influenza

Virus influenza tergolong dalam famili

Orthomyxoviridae

. Virus ini memiliki

envelope

dan merupakan virus RNA dengan orientasi negatif. Protein struktural yang

terdapat pada virus influenza terdiri atas hemaglutinin (HA), neuroaminidase (NA),

protein M1, protein M2, serta

Nuclear Export Protein

(NEP / NS2), sedangkan

protein non-struktural-nya terdiri atas

Ribonucleid Protein Complex

(

RNP Complex

).

Orthomyxoviridae

terdiri atas 5 genus, yaitu virus influenza A, virus influenza B,

virus influenza C

, Thogoto virus

dan

Isavirus

. Berdasarkan atas filogenitasnya, virus

influenza A memiliki variasi HA sebanyak 16 subtipe dan NA sebanyak 9 subtipe.

Virus influenza yang memiliki arti klinis, adalah virus influenza A, B dan C (Wright,

et al

., 2007).

Penyakit infeksi yang menyerang saluran pernafasan bawah sering dikaitkan

dengan infeksi dari virus influenza. Pasien yang diduga terinfeksi virus influenza

akan memiliki gejala dan tanda infeksi pernafasan seperti demam (37,1 ºC – 38,4 ºC),

mialgia, malaise, batuk, sakit kepala, dan rinitis. Infeksi virus Influenza dapat

menyebabkan terjadinya pneumonia viral, pneumonia bakterial, pneumonia viral

bakterial, pneumonia bakterial sekunder, otitis media, serta sepsis (Fiore,

et al

.,

(15)

Penelitian secara serologis mengenai virus influenza di Indonesia sudah

pernah dilakukan, dengan hasil terdeteksinya virus influenza A/H1N1, A/H3N2,

A/H5N1 dan virus influenza B (Agoes,

et al

., 2008 ; Yuwono,

et al

., 2008 ;

Sedyaningsih,

et al

., 2007).

2. RSV (Respiratory Syncytial Virus)

RSV termasuk dalam famili

Paramyxoviridae

. Virus ini merupakan virus

RNA dengan orientasi negatif dan tidak bersegmen. RSV dibagi menjadi 2 sub – grup

(RSV-A dan RSV-B) berdasarkan protein N (

nucleoprotein

)-nya. RSV tersusun atas

protein struktural (G (

glikoprotein

), P (

phosphoprotein

), M2-1 (

matrix

2-1), L (

large

),

F (

fusion

), SH (

small hydrophobic

) dan M (

matrix

)) dan protein non – struktural

(NS1 (

non-structural

1) dan NS2 (

non-structural

2). Meskipun terkenal sebagai salah

satu patogen penting infeksi saluran pernafasan pada anak, RSV dapat menginfeksi

dan menyebabkan penyakit pada semua usia dan dapat menyebabkan penyakit yang

serius terutama pada pasien lanjut usia dan yang mengalami imunosupresi (Collins

and

Crowe, 2007).

Sejauh yang peneliti ketahui, studi epidemiologi RSV di Indonesia sudah

pernah dilakukan di Bandung dan Lombok dengan pasien anak – anak. Infeksi oleh

RSV ditemukan pada kasus ALTRI (

acute lower track respiratory infection

), ALTRI

berat dan juga kasus pneumonia (Omer,

et al

., 2008 ; Robertson,

et al

., 2004 ;

Djelantik,

et al

., 2003). Sedangkan data epidemiologi mengenai infeksi RSV pada

(16)

3. HMPV (Human Metapneumo Virus)

Virus HMPV tergabung dalam famili

Paramyxoviridae

. Virus ini dibagi

menjadi 2 sub – grup, yaitu HMPV-A dan HMPV-B, atas dasar perbedaan protein

N-nya. HMPV memiliki

envelope

dan merupakan virus RNA tanpa segmen dengan

orientasi negatif. Protein struktural pembentuk HMPV serupa dengan protein

struktural pembentuk RSV (protein G, protein P, protein M2-1, protein L, protein F,

protein SH dan protein M), begitu pula dengan protein non – strukturalnya (protein

NS1 dan protein NS2). HMPV pertama kali ditemukan pada tahun 2001. Setelah

penemuannya, HMPV segera dikenal sebagai penyebab infeksi saluran napas

terpenting setelah RSV (Collins

and

Crowe, 2007 ; Fauchier,

et al.,

2005).

Gambaran klinis pasien yang mengalami infeksi HMPV tidak jauh berbeda

dengan pasien yang terinfeksi oleh HRSV. Gambaran klinisnya berupa batuk (90 %),

demam (52 %), ronki (20 %) dan muntah (10 %). Infeksi HMPV sering dikaitkan

dengan kejadian ALTRI, termasuk bronkiolitis (59 %), batuk yang disertai sesak

nafas (18 %), asma eksaserbasi (14 %) dan pneumonia (8 %). Infeksi HMPV sering

disertai oleh ko-infeksi RSV yang dikaitkan dengan ALTRI yang berat. HMPV juga

dapat menginfeksi saluran pernafasan atas dengan gambaran klinis seperti pilek dan

batuk tanpa memberikan gambaran klinis yang lain (Milder

and

Arnold, 2009 ;

Collins

and

Crowe., 2007). Sejauh yang peneliti ketahui, penelitian mengenai

epidemiologi molekuler HMPV di negara tropis, termasuk Indonesia belum pernah

[image:16.595.109.518.251.487.2]
(17)

4. HCoV (Human Corona Virus)

HCoV tergabung dalam famili

Coronaviridae

. Virus ini memiliki genom

RNA untai tunggal berorientasi positif. HCoV memiliki protein struktural yang terdiri

atas fosfoprotein N (

nucleocapsid

), glikoprotein M, protein E (

envelope

), glikoprotein

S (s

pike

) dan glikoprotein HE (

hemagglutinin-esterase

). Secara serologi, HCoV dapat

dibagi menjadi beberapa serogrup, seperti serogrup 1 (misalnya HCoV-229E dan

HCoV-NL63), serogrup 2 (misalnya HCoV-OC43, HCoV-HKU1 dan HCoV-SARS)

dan serogrup 3.

HCoV-229E, HCoV-NL63, HCoV-OC43 dan HCoV-HKU1, diketahui dapat

menyebabkan gangguan saluran pernapasan atas maupun bawah yang berupa

gangguan saluran pernafasan ringan. Gejala yang timbul biasanya mirip dengan

gejala

common cold

yang disebabkan oleh HRV (

Human Rhinovirus

), seperti demam

lebih dari 38 ºC, mialgia, batuk dengan atau sakit kepala. Sebaliknya, infeksi

HCoV-SARS pada manusia sering menyebabkan terjadinya gangguan saluran pernapasan

berat yang tidak jarang membutuhkan perawatan yang intensif. Pasien yang terinfeksi

HCoV-SARS mengalami gejala sistemik seperti mialgia, malaise, demam, batuk

tidak produktif dan dispneu. Komplikasi yang dapat terjadi berupa ARDS (

acute

respiratory distress syndrome

) dan bronkiolitis (Lai,

et al

., 2007 ; Bastien,

et al

.,

2005 ; Knudsen

et al.,

2003 ; Chilvers,

et al.,

2001). Sejauh yang peneliti ketahui,

(18)

5. HRV (Human Rhinovirus)

Rhinovirus tergabung dalam famili

Picornaviridae

. Virus ini termasuk virus

RNA untai tunggal dengan orientasi positif dan tidak dilengkapi dengan

envelope

.

Protein pembungkus virus tersusun atas 4 protein struktural, diantaranya VP1, VP2,

VP3, yang memberikan gambaran morfologi isohedral simetris sedangkan VP4,

terdapat di dalam dari permukaan protein (Turner

and

Couch, 2007).

HRV bereplikasi di nasofaring dan saluran nafas bagian bawah, serta

merupakan penyebab tersering

common cold

. Selain itu, HRV juga ditemukan pada

penderita asma dengan eksaserbasi kronis, ACAS (

Acute Community-Acquired

Sinusitis

), COPD (

Chronic Obstructive Pulmonary Disease

), pneumonia dan

bronkiolitis (Turner

and

Couch, 2007 ; Hayden, 2004 ; Gern, 2002 ; Greenberg,

2002). Data mengenai epidemiologi molekuler mengenai HRV di negara tropis belum

ada.

6. Enterovirus

Enterovirus

tergabung dalam famili

Picornaviridae

.

Enterovirus

memiliki

genom RNA untai tunggal dengan orientasi positif. Struktur

Enterovirus

serupa

dengan virus dari famili

Picornaviridae

yang lainnya. Virus ini sering menginfeksi

saluran pernafasan atas dan dapat pula menimbulkan penyakit seperti

common cold

dan epiglotitis. Gangguan pernafasan yang disebabkan

Enterovirus

biasanya ringan.

(19)

Coxsackievirus

A,

Coxsackievirus

B dan

Echovirus

(Pallansch

and

Roos, 2007).

Infeksi yang disebabkan

Enterovirus

sering dikaitkan dengan konjungtivitis

hemoragik akut (Higgins, 1982).

Coxsackievirus

yang ditemukan di kawasan Asia berupa

Coxsackievirus

A

(A9, A10 dan A16),

Coxsackievirus

B (B1, B2, B3, B4, B5 dan B6).

Coxsackievirus

dapat menimbulkan komplikasi terhadap sistem saraf pusat dan meningitis (Yen,

et

al

., 2009 ; Iwai,

et al

., 2006). Sejauh yang peneliti ketahui, publikasi mengenai

epidemiologi molekuler

Enterovirus

yang menginfeksi saluran pernafasan di negara

tropis belum ada.

7. HPIV (Human Parainfluenza Virus)

HPIV tergabung dalam famili

Paramyxoviridae

. Virus yang ber-

envelope

ini

memiliki genom RNA untai negatif dan tidak bersegmen. HPIV tersusun atas protein

struktural (N, P, L, M, F, HN (

hemagglutinin-neuraminidase

)) dan protein

non-struktural (V, C, C2, Y1, Y2, D, W, I dan

small hydrophobic protein

(SH)). HPIV

terdiri atas 4 serotipe, yaitu HPIV1, HPIV2, HPIV3 dan HPIV4. HPIV1 dan HPIV3

tergabung dalam genus

Respirovirus

, sedangkan HPIV2 dan HPIV4 tergabung dalam

genus

Rubulavirus

. Semua serotipe HPIV dapat menyebabkan infeksi saluran

pernafasan akut pada manusia. Serupa dengan HRSV, HPIV merupakan penyebab

infeksi saluran pernafasan bawah yang penting pada anak – anak dan usia muda.

HPIV1 dan HPIV3 merupakan patogen yang sering ditemukan pada pasien dewasa

(20)

Tanda dan gejala yang tampak pada pasien HPIV berupa rinitis, faringitis,

demam. Selain itu, pasien dengan HPIV dapat mengalami keadaan ARI (

Acute

Respiratory Infection

), otitis media dan konjungtivitis. Ko-infeksi yang mengikuti

infeksi HPIV, berupa RSV, virus influenza A dan Adenovirus. HPIV lebih banyak

dikaitkan dengan infeksi saluran pernafasan atas daripada infeksi saluran pernafasan

bawah seperti pneumonia dan bronkiolitis. Puncak insidensi terjadi pada bulan

September hingga November yang terkait dengan musim hujan (Fe,

et al

., 2008 ;

Karron

and

Collins, 2007). Belum ada laporan mengenai hasil penelitian

epidemiologi molekuler HPIV di Indonesia.

8. HBoV (Human Bocavirus)

HBoV termasuk dalam famili

Parvoviridae

. Virus ini merupakan virus DNA

untai tunggal linear. HBoV memiliki protein struktural (VP1, VP2 dan VP3) dan

protein non-struktural (NS1 dan NS2) (Berns

and

Parrish, 2007).

Infeksi HBoV sering dikaitkan dengan berbagai penyakit, terutama penyakit

saluran pernafasan bawah, diantaranya pneumonia, bronkitis akut, bronkiolitis,

bronkopneumonia dan asma. HBoV juga menginfeksi saluran pernafasan atas yang

bersifat akut, dengan gejala klinis seperti batuk produktif, demam,

wheezing

, pilek,

sianosis, muntah dan diare. Studi epidemiologi HBoV di negara tropis belum pernah

(21)

9. Adenovirus

Adenovirus

termasuk dalam famili

Adenoviridae

. Virus yang tidak

ber-envelope

ini memiliki genom DNA linier untai ganda. Protein struktural penyusun

virus ini adalah protein II (

hexon

), III (

penton base

), IIIa, IV (

fiber

),

terminal

, VI, IX.

Sedangkan protein yang terdapat di dalam inti (

core

) terdiri atas serta protein V, VII,

dan µ (Berk. 2007).

Infeksi

Adenovirus

sering dihubungkan dengan pneumonia, COPD, asma,

kanker paru, PPOK, otitis media dan efusi pleura. Pasien yang datang menunjukan

gejala seperti batuk (100 %), dispneu (87 %), demam (74 %) (Mclaughlin,

et al

.,

2010 ; Hsieh,

et al

., 2008 ; Lierde,

et al

., 2004).

Variasi

Adenovirus

di Asia yang pernah dilaporkan adalah

Adenovirus

1-8,

11, 19, 34, 37 dan 41. (Lee,

et al

., 2010). Sedangkan penelitian

Adenovirus

di negara

(22)

B. Kerangka Pemikiran

Penyakit

Pernafasan

Infeksi

Spesifik

Non - spesifik

Fungi

Virus

Bakteri

Kronis

Akut

- Diagnosis awal

- Umur

- Jenis kelamin

- Pekerjaan

- Ras

- Riwayat penyakit

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan pendekatan

cross-sectional

, yang merupakan bagian dari penelitian payung yang dilakukan oleh

Laboratorium Mikrobiologi FK UNS, Laboratorium Biomedik FK UNS, SMF

Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta

dan

Division of Virology Faculty of Medicine Tottori University, Japan

dan

Division

of Medical Oncology and Molecular Respirology Faculty of Medicine Tottori

University, Japan

, dengan judul “Epidemiologi Molekuler Virus Pernafasan Bagian

Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret RSUD Dr. Moewardi Surakarta Maret 2010 – Maret 2011”.

B. Lokasi Penelitian

Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi RSUD Dr. Moewardi

Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Semua pasien yang mengunjungi Bagian Pulmonologi dan Kedokteran

Respirasi FK UNS/RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Maret 2010 – Maret

(24)

Saluran Pernafasan Akut akan ditawarkan untuk ikut serta dalam kegiatan penelitian

ini. Pasien yang bersedia untuk terlibat dalam kegiatan ini akan diberikan surat

persetujuan menjadi partisipan studi dan

informed consent

untuk semua tindakan

yang akan dilakukan setelah dijelaskan tentang garis besar tujuan dan kegiatan

penelitian ini oleh anggota tim peneliti. Untuk skripsi ini, hanya akan digunakan data

yang diambil bulan Mei – Juni 2010.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

consecutive

sampling

. Pasien yang bersedia menandatangani surat persetujuan menjadi partisipan

dan

informed consent

dianamnesis secara terstruktur oleh dokter spesialis paru.

Setelah dilakukan anamnesis dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik secara lengkap.

Selanjutnya dilakukan pengambilan spesimen klinis usapan hidung dan tenggorok

oleh perawat terlatih menggunakan

polyester-tipped swab

steril yang kemudian

dimasukkan ke dalam

BD Universal Virus Transport

. Setelah itu, sampel dibagi

menjadi beberapa

aliquot

dan disimpan pada suhu -80 ºC.

Selain usapan hidung dan tenggorok, dilakukan pengambilan data atau

spesimen klinis lainnya seperti sputum, darah, foto thorax PA,

Tracheo – Bronchial

aspirate

dan analisa gas darah. Data hasil pemeriksaan yang dilaporkan dalam skripsi

(25)

E. Cara Kerja

1. Isolasi asam nukleat

Isolasi asam nukleat menggunakan kit PureLink™ Viral RNA/DNA

(Invitrogen, Carlsbad, USA), sesuai dengan protokol pada kit tersebut.

2. Multiplex nested PCR

Tahapan siklus

multiplex nested PCR

.

Grup

Tahapan

Suhu

Waktu

Siklus

Grup 1

(putaran pertama dan

kedua)

Pre-heating

94ºC

5 menit

Denaturasi

94 ºC

36 detik

40 siklus

Annealing

64 ºC

36 detik

40 siklus

Elongasi

72 ºC

1 menit

40 siklus

Elongasi

akhir

72 ºC

10 menit

Final hold

4 ºC

20 menit

(26)

Grup 2

(putaran pertama dan

kedua)

Denaturasi

94 ºC

36 detik

40 siklus

Annealing

55 ºC

36 detik

40 siklus

Elongasi

72 ºC

1 menit

40 siklus

Elongasi

akhir

72 ºC

10 menit

Final hold

4 ºC

20 menit

Grup 3

(putaran pertama dan

kedua)

Pre-heating

94ºC

5 menit

Denaturasi

94 ºC

30 detik

35 siklus

Annealing

64 ºC

30 detik

35 siklus

Elongasi

72 ºC

30 detik

35 siklus

(27)

akhir

Final hold

4 ºC

20 menit

Grup 4

(putaran pertama dan

kedua)

Pre-heating

94ºC

5 menit

Denaturasi

94 ºC

36 detik

40 siklus

Annealing

64 ºC

36 detik

40 siklus

Elongasi

72 ºC

1 menit

40 siklus

Elongasi

akhir

72 ºC

10 menit

Final hold

4 ºC

20 menit

Grup 5

(putaran pertama)

Pre-heating

94ºC

5 menit

Denaturasi

94 ºC

40 detik

40 siklus

(28)

Elongasi

72 ºC

1 menit

40 siklus

Elongasi

akhir

72 ºC

10 menit

Final hold

4 ºC

20 menit

Grup 5

(putaran kedua)

Pre-heating

94ºC

5 menit

Denaturasi

94 ºC

40 detik

40 siklus

Annealing

58 ºC

40 detik

40 siklus

Elongasi

72 ºC

1 menit

40 siklus

Elongasi

akhir

72 ºC

10 menit

Final hold

4 ºC

20 menit

(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)

3. Elektroforesis

Produk

multiplex nested PCR

dielektroforesis dengan gel agarose 1,5 %

selama 30 menit, dengan tegangan 100 volt. Bufer yang digunakan dalam reaksi

elektroforesis adalah

tris borate

EDTA (TBE) (Leung,

et al

., 2009).

F. Analisis Data

(35)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Sejak bulan Mei 2010 – Juni 2010, terdapat 32 pasien dengan infeksi saluran

pernafasan akut datang ke Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Terdapat 18 pasien pada bulan Mei 2010 dan 14 pasien pada

bulan Juni 2010. Semua pasien bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Pasien

laki-laki berjumlah 21 (65,6 %) orang dan pasien perempuan berjumlah 11 (34,4 %)

orang. Rentang usia pasien yang ikut serta dalam penelitian ini berkisar dari 17 tahun

– 75 tahun.

Seluruh pasien yang ikut serta dalam penelitian merupakan WNI yang berasal

dari suku Jawa. Diagnosis klinis awal yang didapatkan terdiri atas pneumonia, ILI,

eksaserbasi asma, ARI, bronkiektasis dan bronkopneumonia (Gambar 1). Dalam

perkembangannya, 3 mengalami penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), 3

mengalami eksaserbasi asma, 3 mengalami sepsis, 2 mengalami bronkopneumonia

dan 1 mengalami pneumonia (Lampiran 2). Sedangkan 20 pasien sisanya tidak

[image:35.595.109.514.250.488.2]
(36)

Gambar 1. Persen

Pernafasan Akut Bulan Mei

Pemeriksaan fisik y

laju nafas dan

wheezing

(L

pasien dan 93,8 % (30/32)

sputum hanya dapat dilaku

kokus ditemukan pada 61,

pemeriksaan identifikasi ba

Hasil deteksi molek

5 (15,6%) sampel terdetek

untuk virus pernafasan. Vir

ILI 18,8 % Asma Eksaserbasi 9% ARI 7% Bronkiek 3%

sentase Hasil Diagnosis Klinis 32 Pasien Infe

ei – Juni 2010

yang dilakukan kepada 32 pasien berupa pemeri

Lampiran 2). Leukositosis ditemukan pada 71,8

32) pasien mengalami takipneu. Pemeriksaan b

akukan terhadap 13 pasien. Bakteri gram positi

61,5 % (8/13) pasien. Pada saat laporan skripsi

i bakteriologi sputum belum selesai dilakukan (La

lekuler 32 sampel dengan

multiplex nested PCR

teksi positif dan 27 sampel (84,4 %) menunju

Virus Influenza H3 ditemukan positif pada 9,7

Pneumoni 59,4 % 8,8 % Bronkiektasis 3% Bronko pneumonia 3%

feksi Saluran

eriksaan nadi,

1,8 % (23/32)

bakteriologis

sitif berbentuk

ipsi ini dibuat,

Lampiran 2).

CR

, didapatkan

njukan negatif

9,73 % (3/32)

(37)

sampel dan virus HMPV ditemukan positif pada 6,25 % (2/32) sampel (Gambar 2).

Tidak ditemukan adanya ko-infeksi dari lima sampel positif virus pernafasan tersebut.

Sejauh pengetahuan peneliti, penemuan HMPV dalam penelitian ini merupakan

penemuan pertama kasus HMPV di negara tropis.

Dua pasien positif virus Influenza H3 yang masing-masing memiliki

diagnosis klinis ILI dan ARI, dalam perjalanan penyakitnya, berkembang menjadi

eksaserbasi asma. Kedua pasien tersebut juga mengalami demam lebih dari 37 °C,

disertai

wheezing

dan takipneu (Tabel 1). Satu pasien yang positif terinfeksi hMPV

dengan diagnosis klinis pneumonia, dalam perjalanan penyakitnya, berkembang

menjadi sepsis. Hasil akhir pengobatan pasien tersebut tidak dapat dipantau, karena

[image:37.595.110.511.244.668.2]

pasien memilih pulang paksa (Tabel 2).

(38)
(39)

BAB V

PEMBAHASAN

Gejala dan tanda yang ditunjukan oleh pasien yang terinfeksi virus Influenza

H3 adalah demam lebih dari 37,1 ºC, mialgia, malaise, batuk, sakit kepala, dan rinitis.

Selain itu, infeksi virus Influenza dapat menyebabkan terjadinya pneumonia primer,

pneumonia viral, pneumonia viral bakterial, pneumonia bakterial sekunder, otitis

media, serta sepsis (Agoes,

et al

., 2008 ; Fiore,

et al

., 2008 ; Yuwono,

et al

., 2008 ;

Sedyaningsih,

et al.,

2007). Gejala dan tanda klinis tersebut serupa dengan hasil

pasien yang positif Virus Influenza H3 dari hasil penelitian, seperti demam lebih dari

37 ºC, batuk, malaise, mialgia.

Pasien yang terinfeksi HMPV akan menunjukan gejala dan tanda klinis

berupa batuk, demam, ronki dan muntah. Perkembangan infeksi HMPV dapat

menjadi bronkiolitis, batuk yang disertai sesak nafas, eksaserbasi asma dan

pneumonia. Pasien positif HMPV pada penelitian menunjukan gejala dan tanda klinis

yang serupa, berupa demam dan batuk. HMPV juga dapat menginfeksi saluran

pernafasan atas dengan gambaran klinis seperti pilek dan batuk tanpa memberikan

gambaran klinis yang lain. Infeksi HMPV sering disertai dengan ko-infeksi virus

pernafasan (HRSV, Virus Influenza, HPIV) dan bakteri pernafasan (

Streptococcus

pneumonia

,

Haemophilus influenza

,

Mycoplasma pneumonia

,

Chalmydia pneumonia

)

[image:39.595.109.518.251.488.2]
(40)

Crowe, 2007 ; Lin,

et al.

, 2005). Pada pasien yang positif HMPV, menunjukan gejala

demam dan batuk.

Terdapat dua pasien positif virus Influenza H3 dan dua pasien positif HMPV

menunjukan tanda demam lebih dari 37°C. Interleukin 1 (1), 6, 9, 10,

IL-12,

granulocyte monocyte colony stimulating factor

(GM-CSF),

macrophage-inflammatory protein

-

1α (

MIP-

), MIP-

1β,

tumor necrosis factor-

α

(TNF-

α),

interferon tipe 1 (IFN tipe 1) dan

chemokine c-motif ligand 5

(CCL5) berperan dalam

patogenesis terjadinya demam pada infeksi virus pernafasan (Irena,

et al

. 2009).

Pasien positif virus Influenza H3 yang berusia 68 tahun dengan kode pasien 13 tidak

mengalami demam, berbeda dengan kedua pasien positif virus Influenza H3 yang

berusia 17 dan 65 tahun. Hal ini dimungkinkan karena pada usia lanjut terjadi

penurunan ekspresi

toll like receptor

(TLR), penurunan produksi sitokin

pro-inflamasi, sel dendritik, serta interferon tipe 1, yang berakibat pada penurunan

imunitas tubuh. Interferon tipe 1 yang diproduksi oleh sel

natural killer

(sel NK) dan

sel inang yang terinfeksi oleh virus memiliki peranan penting terhadap proses

terjadinya demam. (Deng, 2004 ; Rhensaw, 2002).

Perkembangan klinis dua orang pasien positif virus Influenza H3 adalah

eksaserbasi asma. Eksaserbasi asma dapat disebabkan oleh virus pernafasan melalui

proses yang berbeda dengan asma karena induksi zat alergen. Proses terjadinya

eksaserbasi asma yang diinduksi alergen merupakan reaksi hipersensitivitas tipe 1.

Respon imun yang terlibat didalamnya berupa peningkatan limfosit T helper – 2

(41)

karena infeksi virus melibatkan proses inflamasi yang ditandai dengan peningkatan

neutrofil dan IL-8 (Papadopoulos,

et al.

, 2007 ; Wark

and

Gibson, 2006).

Virus pernafasan dapat menginfeksi sel – sel epitel yang terdapat pada saluran

nafas bagian atas dan saluran nafas bagian bawah. Sel epitel pernafasan yang

terinfeksi akan mengalami aktivasi molekul adhesi seperti

intercellular adhesion

molecule

-1 (ICAM-1) dan

vascular adhesion molecule

-1 (VCAM-1) yang secara

berturut – turut akan meningkatkan infiltrasi leukosit dan eosinofil (Malmstrom,

et

al

., 2006). Proses infiltrasi leukosit dan eosinofil juga dipengaruhi oleh kerja IL-8,

CCL5 dan GM-CSF, yang dihasilkan oleh glandula submukosa saluran pernafasan

(Furukawa,

et al

., 2004). Glandula submukosa yang terinfeksi juga mengalami

hipertrofi dan metaplasia mukus. Sel epitel pernafasan yang terinfeksi juga

memproduksi

fibroblast growth factor

-2 (FGF-2) dan

vascular endothelial growth

factor

(VEGF) yang berperan melalui peningkatan deposit kolagen dan peningkatan

pertumbuhan sel fibroblas, sehingga dapat mempengaruhi terjadinya

remodeling

dari

saluran pernafasan. Selain itu, infeksi virus pernafasan juga dapat mempengaruhi

kerja sel otot polos saluran pernafasan, melalui peningkatan kemampuan kontraksi sel

otot polos saluran pernafasan dan menurunkan reseptor adrenergik-

β

yang

berpengaruh pada proses relaksasi (Psarras,

et al.

, 2006). Dampak dari infeksi virus

pernafasan pada sel epitel pernafasan adalah kerusakan yang dapat meningkatkan

permeabilitas dan sensitivitas sel saraf sensoris lokal terhadap zat alergen dan iritan.

Sel epitel pernafasan yang mati selanjutnya dapat menutup lumen saluran pernafasan

(42)

Invasi virus pernafasan ke dalam sel epitel pernafasan terjadi karena adanya

interaksi antara ICAM-1 pada sel epitel pernafasan dengan virus pernafasan. Setelah

RNA virus masuk ke dalam sel epitel pernafasan, maka akan terjadi aktivasi

nuclear

factor-kappa beta

(NF-

κβ) yang dapat memproduksi mediator inflamasi seperti IL

-1,

IL-6, IL-8, IL-11, GM-CSF, ICAM-1, VCAM-1, CCL 5, CCL 10, CCL 11, CCL 24,

c-x-c motif chemokine 10

(CXCL 10) (Gambar 3). Selain itu, aktivasi mediator

inflamasi tersebut dapat terjadi karena aktivasi ICAM-1 oleh virus pernafasan

(Emuzyte,

et al

., 2009 ; Papadopoulos,

et al

., 2007 ; Mosser,

et al

., 2005 ; Grissell,

et

al

., 2005). Sel epitel pernafasan yang terinfeksi akan mengalami keterlambatan

aktivasi IFN tipe 1 yang berfungsi untuk menginduksi apoptosis melalui aktivitas

antiviral protein kinase

(PKR) dan gen p53. Sel epitel yang tidak mengalami

apoptosis akan menjadi tempat replikasi virus pernafasan, sehingga jumlah virus

pernafasan semakin banyak yang disertai peningkatan mediator inflamasi. (Chen,

et

al

., 2006 ; Wark

and

Gibson, 2006). Perbedaan respon sel epitel pernafasan terhadap

infeksi virus pernafasan ditemui juga pada pasien dengan riwayat asma. Hal ini

ditandai dengan keterlambatan aktivasi IFN tipe 1. Keadaan tersebut akan berakibat

pada tidak terinduksinya proses apoptosis pada pasien dengan riwayat asma yang

terinfeksi virus pernafasan (Wark

and

Gibson, 2006).

Respon neural juga mempengaruhi terjadinya penyempitan saluran pernafasan

melalui sel otot polos saluran pernafasan dan sekresi mukus. Mekanisme kerja kedua

faktor tersebut dipengaruhi sel saraf melalui neurotransmiter adregenik dan kolinergik

(43)

reseptor tersebut ditemukan pada sel yang terinfeksi virus pernafasan, sehingga

menyebabkan ketidakmampuan inhibisi kerja dari asetilkolin, yang berpengaruh

terhadap terjadinya bronkokonstriksi (Papadopoulos,

et al

., 2007).

Keseluruhan respon, baik respon sel epitel, sistem imun dan neural akan

mengakibatkan hiper-responsif saluran pernafasan. Hal ini ditandai dengan edema

saluran pernafasan, metaplasia sel goblet, perubahan fungsi surfaktan dan komposisi

mukus oleh debris dari sel dan protein plasma, sehingga meningkatkan permeabilitas

endotelial. Selain itu penyempitan saluran nafas dapat disebabkan sel epitel yang

rusak dan atau mati yang menutupi lumen, penurunan kemampuan kerja silia pada

saluran pernafasan, peningkatan respon saraf sensori terhadap zat alergen dan iritan,

penurunan produksi agen bronkodilatator (prostaglandin E

2

,

nitric oxide

,

endopeptidase) dan penurunan metabolisme zat – zat penyebab bronkokonstriksi

(substansi P dan neurokinin A) (Contoli,

et al

., 2006 ; Wark,

et al

., 2005).

Penyempitan saluran nafas yang disertai keadaan hiper-responsif saluran pernafasan

menyebabkan terjadinya eksaserbasi asma pada pasien yang terinfeksi virus

(44)

Gambar 3. Produksi Interferon, Sitokin Proinflamasi,

Kemokin dan Pro-Fibrogenic

Growth Factor

oleh Sel Epitel Pernafasan dan Sel Imun, Ketika Infeksi Virus

Pernafasan.

Keterangan : CCL, kemokin c motif ligan ; CCL5 (

regulated on activation normal

T-cell expressed and secreted)

; CCL11 (eotaxin) ; CCL24 (eotaxin-2) ; CXCL (

CXC

chemokine ligand

) ; CXCL10 (

IFN-c-inducible protein 10

); FGF-2 (

fibroblast growth

factor

-2) ; GMCSF (

granulocyte macrophage-colony stimulating factor

) ; ICAM-1

(

intercellular adhesion molecule

-1) ; IFN (interferon) ; IL (interleukin) ; mDC, (sel

dendritik mieloid) ; NE (

neutrophil elastase

) ; pDC (

plasmasitoid dendritic cell

) ;

TC1, (sel limfosit T sitotoksik 1) ; TH1 (sel limfosit T-helper 1) ; TLR (

toll-like

receptor

) ; TNF-a (

tumour necrosis factor

-a) ; VEGF (

vascular endothelial growth [image:44.595.119.512.144.484.2]
(45)

Infeksi virus pernafasan dapat disertai dengan infeksi bakteri pernafasan yang

dapat menimbulkan keadaan seperti pneumonia viral bakterial, pneumonia bakterial

sekunder, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian pada pasien. Bakteri

pernafasan yang sering menyertai infeksi virus pernafasan adalah

Streptococcus

pneumonia

dan

Haemophilus influenza

(Aebi,

et al

., 2010 ; Irena,

et al

., 2009 ;

Avadhanula,

et al

., 2006). Proses terjadinya infeksi bakteri yang menyertai infeksi

virus pernafasan belum sepenuhnya dimengerti. Namun dari hasil penelitian Peltola,

et al

. menunjukan bahwa virus pernafasan yang memiliki neuroaminidase (NA),

seperti virus Influenza dan HPIV dapat meningkatkan infeksi bakteri melalui reseptor

asam sialik (Avadhanula,

et

al., 2006 ; Peltola,

et al

., 2004). Respon imunitas yang

berlebih pada pasien yang terinfeksi virus pernafasan juga turut serta meningkatkan

kemungkinan terjadinya infeksi bakteri. Akibat dari infeksi virus pernafasan, sistem

imun akan menghasilkan sitokin IL-1, IFN tipe 1, TNF-

α, IL

-6, IL-12. Produksi

sitokin secara berlebih pada inflamasi lokal dapat merusak sel epitel pernafasan,

(46)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1.

Virus pernafasan positif ditemukan pada 5 pasien, yang dikonfirmasi dengan

multiplex nested PCR

, tanpa ko-infeksi virus pernafasan lainnya.

2.

Dari 5 pasien positif virus pernafasan, 3 pasien dinyatakan positif virus

Influenza H3 dengan diagnosis klinis ILI, ARI dan bronkiektasis, sedangkan

2 pasien dinyatakan positif HMPV dengan diagnosis klinis keduanya adalah

pneumonia.

3.

Perkembangan penyakit yang ditemukan berupa eksaserbasi asma pada 2

pasien positif virus Influenza H3 dan sepsis pada 1 pasien positif HMPV.

B. Saran

1.

Perlu diadakan tindakan

surveillance

lebih lanjut untuk melengkapi database

virus pernafasan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, sehingga dapat digunakan

dalam program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular karena virus

pernafasan.

2.

Perlu dilakukan analisis lebih lanjut terhadap keadaan eksaserbasi asma pada

Gambar

Tabel 2. Gambaran Klinis Pasien Positif HMPV Bulan Mei – Juni 2010
Gambar 2. Hasil Elektroforesis Produk Multiplex Nested PCR
Gambaran klinis pasien yang mengalami infeksi HMPV tidak jauh berbeda
Gambar 1 perkembangannya, 3 mengalami penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), 3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil elusi juga menunjukkan bahwa tiga dari empat spot fraksi etil asetat ekstrak bakau tunggal memiliki nilai Rf yang kecil, sehingga dapat pula dikatakan bahwa sebagian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada dan tidaknya alas hak bagi warga masyarakat dalam menggunakan bantaran sungai Bengawan Solo sebagai hunian serta mengetahui

Dari uji daya dukung pondasi, maka akan diketahui penurunan pondasi yang terjadi pada jembatan Sugutamu I, berdasarkan data penurunan tersebut, daya dukung ultimate Q ult

Berikut adalah hasil dari perhitungan uji reliabilitas dengan variabel Y yaitu Minat Masyarakat Kota Tasikmalaya dalam Memanfaatkan Perpustakaan Keliling, peneliti

[r]

Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Kuliah dan Laboratorium 2 Lantai. BAB 4 Perencanaan Tangga 132 BAB

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai cara penentuan harga jual produk Benang di PT.. Desain

This research was conducted to obtain in-depth information about the learning obstacles experienced by students, the results of the analysis of learning obstacles will be