• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sistem Pengembangan Karir, Konflik Peran Ganda, dan Kompensasi Terhadap Intention To Leave Karyawan Wanita Pada PT Garuda Indonesia, Tbk Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Sistem Pengembangan Karir, Konflik Peran Ganda, dan Kompensasi Terhadap Intention To Leave Karyawan Wanita Pada PT Garuda Indonesia, Tbk Medan"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

KUESIONER

PENGARUH SISTEM PENGEMBANGAN KARIR, KONFLIK PERAN GANDA, DAN KOMPENSASI TERHADAP INTENTION TO LEAVE KARYAWAN WANITA PADA PT GARUDA INDONESIA,TBK MEDAN

PETUNJUK :

1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Saudari untuk menjawab seluruh pertanyaan yang disediakan tanpa tekanan.

2. Identitas dan isi jawaban yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya 3. Berilah tanda cheklis (√) pada kotak jawaban yang tersedia dan pilih salah

satu jawaban. Pilihan jawaban yang tersedia yaitu :

a. Sangat Setuju : Jika anda merasa sangat sering dan sangat setuju dengan pernyataan tersebut.

b. Setuju : Jika anda merasa setuju dengan pernyataan tersebut.

c. Kurang Setuju : Jika anda merasa kurang setuju dengan pernyataan tersebut

d. Tidak Setuju : Jika anda merasa tidak setuju dengan pernyataan tersebut

e. Sangat Tidak Setuju : Jika anda merasa sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Bagian I : Identitas Responden

Nama :

Usia Responden : Pendidikan Terakhir :

Jumlah Anak :

Usia Anak Terkecil :

(2)

Bagian II : Pernyataan Kuesioner

Beri tanda checklis (√) pada setiap jawaban pernyataan yang anda pilih

No Pernyataan Variabel : Sistem

Pengembangan Karir SS S KS TS STS

1

Perusahaan merencanakan jumlah karyawan yang akan dipromosikan setiap tahun

2

Saya merasa mutasi kerja yang saya peroleh dapat dijadikan sebagai batu loncatan untuk mendapatkan

promosi di waktu yang akan datang

3

Perusahaan merencanakan mutasi yang teratur kepada karyawan untuk menghilangkan rasa jenuh dalam bekerja

4

Saya merasakan kesempatan

pelatihan yang diberikan perusahaan mampu mengembangkan karir saya

5

Saya merasa pelatihan yang saya peroleh memampukan saya melakukan pekerjaan pada jenjang karir yang lebih tinggi

6

Saya berusaha untuk selalu meningkatkan prestasi kerja saya agar saya mendapatkan kesempatan untuk promosi

7

(3)

8

Pengalaman kerja yang saya tekuni selama ini mamberikan arti penting bagi saya untuk jenjang karir

9

Karir saya bisa meningkat apabila saya rajin meningkatkan

pengetahuan saya

10

Pengetahuan yang luas untuk jenjang karir yang lebih baik

No Pernyataan Variabel : Konflik

Peran Ganda

SS S KS TS STS

1 Saya lebih banyak menghabiskan waktu dikantor daripada dirumah 2 Saya tidak dapat berkonsentrasi

mengurusi keluarga karena tanggung jawab saya dipekerjaan

3 Saat saya berada dirumah, tanggung jawab pekerjaan tetap membebani saya

4 Saya memiliki peran yang sangat penting di kantor sehingga saya sering melewatakan kepentingan keluarga

5 Saya lebih banyak menghabiskan waktu didalam mengurus urusan keluarga sedangkan pekerjaan kantor sangat banyak

(4)

7 Tuntutan keluarga yang banyak membuat saya tidak dapat fokus dalam pekerjaan

8 Saya tidak dapat menjalankan peran saya dengan baik sebagai seorang ibu

9 Keluarga saya tidak mendukung pekerjaan saya

10 Suami saya sering marah ketika saya memiliki jam lembur

No Pernyataan Variabel : Kompensasi SS S KS TS STS

1

Gaji yang saya terima sesuai dengan beban pekerjaan saya

2

Gaji yang saya terima mampu memenuhi kebutuhan hidup saya

3

Insentif yang saya terima mampu meningkatkan semangat saya dalam bekerja

4 Insentif yang diberikan sesuai dengan kinerja saya

5

Jaminan asuransi yang diberikan perusahaan mampu memberikan rasa nyaman kepada saya saat bekerja

6

Jaminan asuransi yang perusahaan berikan mampu menutupi kebutuhan kesehatan saya

7

(5)

8

Saya merasa bangga dengan lingkungan kerja yang bersih yang disediakan oleh perusahaan

9

Perusahaan selalu memberikan penghargaan bagi karyawan yang berprestasi

10 PT Garuda Indonesia, Tbk memiliki citra yang baik bagi masyarakat

11

Menjadi bagian dari PT Garuda Indonesia, tbk merupakan kebanggan bagi saya

12

Rekan kerja saya selalu membantu saya ketika saya mengalami kesulitan dalam bekerja

13 Saya selalu dimotivasi oleh rekan kerja saya

No Pernyataan Variabel : Intention to

Leave SS S KS TS STS

1 Saya memiliki pemikiran untuk keluar dari perusahaan

2 Saya sedang mencari pekerjaan lain yang lebih baik

3 Saya merasa tidak nyaman dengan kebijakan perusahaan saat ini

4 Saya merasa tidak nyaman dengan lingkungan pekerjaan saya sekarang

5 Saya memilki rencana untuk mencari pekerjaan lain

6

(6)

7

Saya memperoleh informasi mengenai pekerjaan diperusahaan lain

8

Peluang saya untuk diterima diperusahaan lain sangat besar

9

Saya berniat untuk pindah ke perusahaan yang menawarkan gaji lebih tinggi

10

Saya mempertimbangkan untuk menerima tawaran pekerjaan dari perusahaan lain

11

Saya akan menerima pekerjaan diperusahaan lain apabila perusahaan tersebut meminang saya

Lampiran 2

Uji Validitas dan Reliabilitas

Case Processing Summary

(7)
(8)

VAR00036 173.2667 221.582 .512 .959

VAR00037 173.2667 222.961 .735 .958

VAR00038 173.2333 222.668 .696 .958

VAR00039 173.3333 222.920 .739 .958

VAR00040 173.3000 222.976 .821 .958

VAR00041 173.2667 222.754 .752 .958

VAR00042 173.3000 222.700 .686 .958

VAR00043 173.2667 221.582 .512 .959

VAR00044 173.2000 222.028 .494 .959

VAR00045 173.3000 218.286 .655 .958

VAR00047 173.2000 220.028 .656 .958

VAR00048 173.1333 217.016 .775 .957

VAR00049 173.2000 218.097 .766 .957

VAR00050 173.3000 222.976 .821 .958

Lampiran 3

Hasil Analisis Linear Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 81.229 23.354 3.478 .002

(9)

Lampiran 4

Grafik Histogram Uji Normalitas

(10)

Lampiran 6

Uji Normalitas

Lampiran 7

Scatterplot Heterokedastisitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 6.27934855

Most Extreme Differences Absolute .131

Positive .131

Negative -.112

Kolmogorov-Smirnov Z .719

Asymp. Sig. (2-tailed) .679

(11)

Lampiran 8

Uji Glesjer Heterokedastisitas

Lampiran 9

Uji Nilai Tolerance dan VIF

Coefficientsa

a. Dependent Variable: absud

(12)

Lampiran 10

Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Lampiran 11

Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Lampiran 12

a. Predictors: (Constant), Kompensasi, Konflik Peran Ganda, Pengembangan karir b. Dependent Variable: Intention to leave

Coefficientsa

a. Dependent Variable: Intention to leave

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .565a .319 .240 2.85238

(13)

Lampiran 13

(14)

Lampiran 14

(15)

Lampiran 15

(16)

Lampiran 16

(17)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Sutrisno, Edi 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Jakarta : Prenada Media Group.

Hasibuan, P.S. Malayu. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit : PT. Bumi Aksara, Jakarta

Kuncoro, Mudrajad 2013. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi Edisi Keempat, Jakarta : Erlangga

Mondy, Wayne R. 2008. SDM Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kesepuluh Penerbit : Erlangga, Jakarta

Rivai, Veithzal. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik. Cetakan Pertama. Jakarta : Murai Kencana

Noe, Raymond A. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Mencapai Keunggulan Bersaing Penerbit : Salemba Empat, Jakarta

SKRIPSI

Rinaldi, Adji. 2015. “Pengaruh Sistem Pengembangan Karir, Kompetensi dan Kompensasi Terhadap Intention to Leave”. Skripsi Program Sarjana USU

Pohan, Vivi Romanda Bulan. 2015. “Pengaruh Stress Kerja, Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi Terhadap Intention to Leave”. Skripsi Program Sarjana USU

Peterson, Zara. 2009. “Job Stress, Job Satisfaction and Intention to Leave Among New Nurse”. University of Toronto

Sari, Dita Fitrisia. 2015. “Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stress Kerja Pada Karyawan Wanita di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara”. Skripsi Program Sarjana USU

Pardomuan, Robby. 2015. “Pengaruh Penilaian Kinerja, Kompensasi, dan Jenjang Karir Terhadap Intention to Leave”. Skripsi Program Sarjana USU

(18)

TESIS

Muliana, Siti. 2013. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keinginan Pindah Kerja Perawat Rumah Sakit Atma Jaya. Tesis Program S2 Universitas Esa Unggul

JURNAL

Mxenge, S.V, 2014. “Job Engagment and Employees’ Intention to Quit Among Administrative Personnel At The University Of Fort Hare In South Africa”, International Journal of Research In Social Science, Volume 4 Nomor 5 hal 129-144

Noor, Moh Khairunneezam, 2011. “Work-Life Balance and Intention to Leave among Academics in Malaysian Public Higher Education

Institution”, International Journal of Research In Social Science, Volume 2 Nomor 11 hal 240-248

Wahyuni, Ana Sri, 2014. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Turnover Intention Karyawan Pada Perusahaan Jasa Konstruksi”, Jurnal Rekayasa Sipil, Volume 8 Nomor 2 hal 89-95

Omar, Safiah, 2013. “Career Adaptability and Intention to Leave among ICT Professionals”, The Turkish Online Journal of Educational Technology, Volume 12 hal 11-18

Agheim, Najaf et al, 2012. “Relationship Between Organizational Justice and Intention to Leave in Employees of Sport and Youth Head Office of Tehran”, European Journal of Experimental Biology, Volume 2 Nomor 5 hal 1564-1570

KAYMAZ, Kurtulus et al, 2014. “Effect of Loneliness at Work on The Employees’ Intention to Leave”, Industrial Relations and Human Resource Journal, Volume 16 Nomor 1 Hal 42-53

SITUS ONLINE

Dwi, Riris. 2009. Pengaruh Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karir Terhadap Prestasi Kerja

Karyaw

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada skripsi ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian

yang menjelaskan hubungan antar variabel dengan menganalisis data numerik

(angka) menggunakan metode statistik melalui pengujian hipotesis (Notoadmojo,

2005). Hubungan variabel yang akan dijelaskan dan dianalisis dengan metode

statistik adalah sistem pengembangan karir (X1), konflik peran ganda (X2), dan

kompensasi (X3) terhadap tingkat intention to leave (Y)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT Garuda Indonesia, Tbk Cabang Medan dengan

alamat di Jl Mongonsidi no 34-A Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan Januari 2016

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam

membahas dan menganalisis permasalahan selama penelitian ini dilakukan. Maka

batasan operasional penelitian ini dibatasi pada :

a. Variabel Dependen yaitu Intention to Leave (Y)

b. Variabel Independen yaitu Sistem Pengembangan Karir (X1), Konflik Peran

(20)

3.4 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel bertujuan untuk menilai sejauh mana

variabel-variabel suatu faktor berkaitan dengan faktor lainnya. Definisi variabel-variabel

memberikan dan menuntun arah peneliti bagaimana cara mengukur suatu variabel.

Adapun operasionalisasi variabel dari masing-masing variabel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Variabel Dimensi Indikator Skala

(21)

Intention to

4. Rekan kerja yang menyenangkan

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan skala likert sebagai alat ukur dari masing-masing

variabel. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert,

maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Indikator

(22)

variabel tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item

instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable

(positif) atau unfavorable (negatif). Skala likert yang digunakan didalam

penelitian ini adalah bersifat favorable dimana :

Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert

No Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa

orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya

sebagai objek penelitian (Kuncoro, 2013 : 118).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wanita yang bekerja dan telah

berumah tangga di PT Garuda Indonesia, Tbk Medan yang berjumlah 30 orang.

3.6.2 Sampel Penelitian

Menurut Kuncoro (2013 : 118) sampel adalah suatu himpunan bagian

(subset) dari unit populasi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang

merupakan karyawan wanita yang bekerja dan telah berumah tangga di PT Garuda

(23)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah boring sampling

(sampel jenuh) dimana seluruh populasi dijadikan sampel didalam penelitian ini.

3.7 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

Menurut Kuncoro (2013 : 145) data kuantitatif adalah data yang diukur dalam

suatu skala numerik (angka). Sumber data menurut cara memperolehnya

merupakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dengan survey

lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data orisinal.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah :

a. Pembagian angket (kuesioner), yaitu dengan cara memberikan daftar

pertanyaan secara tertulis kepada responden mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Wawancara, yaitu dengan cara melakukan komunikasi dengan pihak-pihak

yang terkait sesuai dengan topik yang diteliti.

c. Studi dokumentasi, yaitu dengan cara membaca buku-buku, penelitian

(24)

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah prosedur untuk memastikan apakah kuesioner yang akan

dipakai untuk mengukur variabel penelitian valid atau tidak. Bila skala

pengukuran tidak valid maka tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak

mengukur apa yang seharusnya dilakukan. Uji validitas dilakukan dengan

membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Pernyataan dikatakan valid

apabila nilai r tabel dengan menggunakan level signifikan 5%. Uji Validitas

dilakukan terhadap 30 orang diluar sample.

(25)

Sumber : Hasil Pengelolahan SPSS (2016)

Pada Tabel 3.4 diatas terlihat seluruh pernyataan valid, karena seluruh

nilai Corrected Item-Total Correclation pada tiap pernyataaan memiliki nilai

diatas 0,361 sehingga dapat dinyatakan 44 (Empat Puluh Empat) butir pernyataan

pada kuesioner dalam penelitian ini valid.

(26)

3.9.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala

pengukuran). Reliabilitas berbeda dengan validitas karena yang pertama

memusatkan perhatian pada masalah konsistensi, sedang yang kedua lebih

memperhatikan masalah ketepatan. Dengan demikian, reliabilitas mencakup dua

hal utama, yaitu : stabilitas ukuran dan konsistensi internal ukuran (Kuncoro,

2013 : 175).

Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,8 maka reliabilitas sangat baik

0,7 < Cronbach’s Alpha < 0,8 maka reliabilitas baik

Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,7 maka tidak tidak reliable

Tabel 3.4 Reliabillity Statistic Reliability Statistics

Cronbach' s Alpha

N of Items

.959 44

Tabel 3.5 menjelaskan bahwa semua butir pernyataan instrument kuesioner

memiliki reliable sangat baik karena nilai Cronbach’s Alpha 0,959 lebih besar

dari 0,70.

3.10 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam

(27)

3.10.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi masing-masing

variabel yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan

minimum (Ghozali, 2013 : 19)

3.10.2 Analisis Inferensial

Analisis inferensial adalah teknik analisis data yang digunakan untuk

menentukan sejauh mana kesamaan antara hasil yang diperoleh dari suatu sampel

dengan hasil yang akan didapat pada populasi secara keseluruhan. Analisis

inferensial membantu peneliti untuk mencari tahu apakah hasil yang diperoleh

dari suatu sampel dapat digeneralisasi pada populasi.

3.10.2.1 Analisis Linear Berganda

Analisis linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh beberapa

variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama. Dalam hubungan

dengan penelitian ini, variabel bebas adalah sistem pengembangan karir (X1),

konflik peran ganda (X2), dan kompensasi (X3), sedangkan variabel terikat adalah

intention to leave (Y). Berikut ini adalah persamaan regresi yang digunakan :

Dimana :

Y = Intention to Leave

α = Konstanta

b1 = koefisien regresi variabel X1

(28)

b2 = koefisien regresi variabel X2

b3 = koefisien regresi variabel X3

X1 = sistem pengembangan karir

X2 = konflik peran ganda

X3 = kompensasi

ε = term of error

3.11 Uji Asumsi Klasik

Sebelum model regresi digunakan untuk menguji hipotesis, ternyata model

tersebut harus bebas dari gejala asumsi klasik karena model yang baik harus

memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Adapun uji asumsi

klasik yang digunakan adalah sebagai berikut :

3.11.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel penganggu atau nilai residual memiliki distribusi normal agar uji statistik

untuk jumlah sampel kecil hasilnya tetap valid (Ghozali, 2013 : 160). Dalam

mendeteksi apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji

statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dapat dilakukan

dengan membuat hipotesis sebagai berikut :

H0 : Data residual berdistribusi normal

(29)

3.11.2 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas, yaitu keadaan ketika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas (Ghozali, 2013 :

139).

Uji heterokedastisitas yang akan dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan grafik scatterplot yaitu dengan cara melihat Grafik Plot antara nilai

prediksi variabel terikat (dependen) yaitu SRESID dengan residualnya ZPRED.

Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada

tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana

sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah

di-studentized. Dasar analisisnya adalah jika ada pola tertentu (membentuk pola

tertentu yang teratur) maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.

Tetapi jika tidak ada pola yang jelas, titik-titik menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2013).

3.11.3 Uji Multikoliniearitas

Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2013

(30)

regresi dalam penelitian ini dengan (1) nilai tolerance, dan (2) variance inflation

factor (VIF). Indikator untuk menunjukkan adanya multikoliniearitas adalah jika

besaran korelasi matrik antara variabel independen >0,90, nilai tolerance ≤ 0,10

atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.

3.12 Uji Hipotesis

3.12.1 Uji Signifikasi Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas seperti

sistem pengembangan karir, konflik peran ganda, dan kompensasi secara parsial

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu intention to

leave. Penelitian ini dilakukan dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,5.

Dengan bentuk pengujian sebagai berikut:

a. H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya variabel bebas tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat.

b. H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya variabel bebas berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat.

Untuk menguji hipotesis ini dilakukan dengan cara membandingkan thitung

dengan ttabel dengan ketentuan sebagai berikut :

Jika thitung < ttabel maka H0 diterima atau H1 ditolak

(31)

3.1.2.2 Uji Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian F statistik merupakan pengujian regresi secara keseluruhan yang

menunjukkan apakah variabel bebas secara keseluruhan mempunyai pengaruh

terhadap variabel terikat.

Hipotesis :

a. H0 : b1 = b2 = b3 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari

variabel-variabel independen secara simultan terhadap variabel

dependennya.

b. H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, terdapat pengaruh signifikan dari variabel

-variabel independen secara simultan terhadap -variabel dependennya.

Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan sebesar 5%

untuk mendapatkan nilai Ftabel, sedangkan untuk menarik kesimpulan dari

persamaan yang didapat digunakan pedoman sebagai berikut :

Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima atau H1 ditolak.

Jika Fhitung < Ftabel maka H0 ditolak atau H1 ditolak.

3.12.3 Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh

antar variabel yang diteliti, maka dihitung koefisien determinasi (Kd) dengan

(32)

Nilai variabel bebas ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (r2).

Semakin besar nilai koefisien determinasi, maka menunjukkan bahwa persamaan

(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT Garuda Indonesia, Tbk adalah perusahaan BUMN yang bergerak dijasa

penerbangan di Indonesia yang didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 (sebagai

KLM Interinsulair Bedrijif) dan pertama kali beroperasi pada tanggal 28

Desember 1949 dengan tujuan dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput

Presiden Soekarno. Nama “Garuda” diberikan oleh Presiden Soekarno dimana

nama tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada

masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat

hoog bovine uw einladen", yang artinya, “Saya Garuda, burung Vishnu yang

melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda”.

Sepanjang tahun 1980-an, Garuda Indonesia melakukan revitalisasi dan

restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan armadanya. Hal ini mendorong

perusahaan untuk mengembangkan program pelatihan yang komprehensif untuk

awak kabin dan awak darat Garuda Indonesia dan mendirikan fasilitas pelatihan

khusus di Jakarta Barat dengan nama Garuda Indonesia Training Center.

Seiring dengan upaya pengembangan usaha, di awal tahun 2005, Garuda

Indonesia memiliki tim manajemen baru, yang kemudian membuat perencanaan

baru bagi masa depan Perusahaan. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan

(34)

meningkatkan efisiensi kegiatan operasional, membangun kembali kekuatan

keuangan yang mencakup keberhasilan Perusahaan dalam menyelesaikan

restrukturisasi utang, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam

memahami pelanggan, dan yang terpenting memperbarui dan membangkitkan

semangat karyawan Garuda Indonesia.

Penyelesaian seluruh restrukturisasi utang Perusahaan mengantarkan

Garuda Indonesia siap untuk mencatatkan sahamnya ke publik pada 11 Februari

2011. Perusahaan resmi menjadi perusahaan publik setelah penawaran umum

perdana atas 6.335.738.000 saham Perusahaan kepada masyarakat. Saham

tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 11 Februari

2011 dengan kode GIAA. Salah satu tonggak sejarah penting ini dilakukan setelah

Perusahaan menyelesaikan transformasi bisnisnya melalu kerja keras serta

dedikasi berbagai pihak. Per 31 Desember 2013, struktur kepemilikan saham

Garuda Indonesia sebagai emiten dan Perusahaan publik adalah Negara Republik

Indonesia (69,14%), karyawan (0,4%), investor domestik (24,34%), dan investor

internasional (6,12%). Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, Garuda

Indonesia memiliki 5 (lima) Entitas Anak yang fokus pada produk/jasa pendukung

bisnis Perusahaan induk, yaitu PT Abacus Distribution Systems Indonesia, PT

Aero Wisata, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia, PT Aero Systems

Indonesia, dan PT Citilink Indonesia. Dalam menjalani kegiatan operasionalnya,

Perusahaan didukung oleh 7.861 orang karyawan, termasuk 2.010 orang siswa

(35)

Garuda Indonesia, pada Januari 2015, mengoperasikan 134 pesawat yang

terdiri dari 2 pesawat Boeing 747-400, 11 pesawat Airbus A330-300, 11 pesawat

Airbus A330-200, 5 pesawat Boeing 737 Classic (seri 300/500), 76 pesawat

Boeing 737-800NG, 15 pesawat CRJ1000 NextGen, 8 pesawat ATR72-600, 6

pesawat Boeing 777-300ER, dan 30 pesawat Citilink yang terdiri dari 24 pesawat

Airbus A320-200, 5 pesawat Boeing 737-300 serta 1 pesawat Boeing 737-400.

Menghadirkan standar baru kualitas layanan dalam industri air travel, Garuda

Indonesia saat ini melayani penerbangan ke 64 destinasi pilihan yang terdiri dari

44 kota di area domestik dan 20 kota di area internasional. Selain melayani

penerbangan di rute-rute tujuan yang dioperasikan, saat ini Garuda Indonesia juga

melaksanakan perjanjian “code share” dengan 14 maskapai internasional.

Selain itu, pada tanggal 5 Maret 2014, Garuda Indonesia secara resmi

bergabung dengan aliansi global, SkyTeam, sebagai bagian dari program

perluasan jaringan internasionalnya. Dengan bergabung bersama SkyTeam,

penumpang Garuda Indonesia kini dapat terbang ke 1.064 tujuan di 178 negara

yang dilayani oleh semua maskapai anggota SkyTeam dengan lebih dari 15.700

penerbangan per hari dan akses ke 564 lounge di seluruh dunia. Sebagai bagian

dari upaya Perusahaan untuk terus meningkatkan layanan kepada pengguna jasa,

Garuda Indonesia memperkenalkan layanan khas “Garuda Indonesia Experience”,

yang menghadirkan kerahmahtamahan, budaya, dan segala hal terbaik dari

Indonesia melalui kelima panca indera, yaitu sight, sound, taste, scent, dan touch,

untuk diimplementasikan dalam layanan pre-journey, pre-flight, in-flight,

(36)

Garuda Indonesia juga merupakan salah satu maskapai yang terdaftar

sebagai IATA Operational Safety Audit (IOSA) Operator dan menerapkan standar

kemanan dan keselamatan yang setara dengan maskapai internasional besar

anggota IATA lainnya. Garuda Indonesia menerima sertifikat IOSA pada tahun

2008 lalu.

4.1.2 Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan

Visi PT Garuda Indonesia, Tbk : Menjadi perusahaan penerbangan yang andal

dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia

menggunakan keramahan Indonesia.

Misi PT Garuda Indonesia, Tbk : Sebagai perusahaan penerbangan pembawa

bendera bangsa (Flag Carrier) Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada

dunia guna menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan memberikan

pelayanan yang professional.

PT Garuda Indonesia, Tbk telah merumuskan tata nilai yang disebut sebagai

FLY-HI sejak 30 Oktober 2007, yang akronimnya merupakan nilai-nilai eFficient &

Effective; Loyalty; customer centricitY; Honesty & Openness dan Integrity.

1. Efficient & Effective

Makna Effective & Efficient adalah bekerja dengan akurat, hemat, dan tepat

waktu untuk memberikan hasil yang berkualitas. Perilaku utama dalam Effective

dan Efficient adalah Cepat, Tepat, dan Akurat dan Hemat.

(37)

Makna Loyalty adalah menjalankan tugas dengan penuh dedikasi dan tanggung

jawab. Perilaku utama dalam Loyalty adalah Disiplin dan Bekerja Keras, Cerdas

dan Tuntas.

3. Customer Centricity

Makna Customer Centricity adalah melayani dengan tulus dan mengutamakan

kepuasan pelanggan. Perilaku utama dalam Customer Centricity adalah Ramah,

Hangat, dan Bersahabat, Tanggap dan Proaktif, Kreatif dan Inovatif.

4. Honesty dan Openness

Makna Honesty dan Openness adalah menjunjung tinggi kejujuran, ketulusan,

keterbukaan dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian. Perilaku

utama dalam Honesty dan Openess adalah Jujur, Tulus, dan Terbuka, dan

Menjaga Kerahasiaan Perusahaan.

5. Integrity

Makna Integrity adalah menjaga harkat dan martabat serta menhindarkan diri dari

perbuatan tercela yang dapat merusak citra profesi dan perusahaan. Perilaku

utama dalam Integrity adalah Konsisten dan Patuh Pada Peraturan Perusahaan.

4.1.3 Unit Bisnis Strategi

Unit Bisnis Strategis atau Strategic Business Unit (SBU) adalah unit bisnis

independen di bawah perusahaan yang bertujuan untuk mengoptimalisasi sumber

daya dan memaksimalkan nilai perusahaan. SBU menyediakan produk dan

pelayanan kepada pelanggan internal maupun pihak ketiga. SBU yang berada di

(38)

(GSM) dan Unit Bisnis Garuda Cargo. Kedua unit bisnis ini bertanggung jawab

pada Dewan Direksi.

1. Garuda Sentra Medika Business Unit (SBU GSM)

SBU GSM memiliki fungsi utama untuk memastikan setiap Cockpit Crew dan

Cabin Crew (Air Crew) yang bertugas, berada dalam kondisi sehat sehingga

keselamatan dalam penerbangan lebih terjamin. Dengan melaksanakan fungsi ini,

diharapkan penumpang merasa aman untuk terbang bersama Garuda Indonesia.

Untuk mencapai tujuan ini, GSM melaksanakan program-program pemeliharaan

kesehatan bagi Air Crew sesuai ketentuan yang mengacu pada ketentuan ICAO

Annex 9, Civil Aviation Safety Regulations (CASR) Part 67 dan part 183 tentang

pemeliharaan kesehatan oleh operator penerbangan.

2. Garuda Cargo Business Unit (SBU Cargo)

SBU Cargo melayani jasa transportasi udara, dengan menggunakan

pesawat-pesawat yang dimiliki oleh Garuda Indonesia. Bersama dengan mitra-mitra yakni

para Agen dan GSSA, SBU Cargo mengirimkan barang untuk wilayah domestik

dan internasional. Selain itu SBU Cargo juga memberikan pelayanan kepada

pengirim baik perusahaan maupun individual melalui agen, GSSA atau penjualan

langsung.

Untuk memperluas cakupan pelayanan, SBU Cargo menjalin kerja sama dengan

maskapai lain seperti Korean Airlines, Malaysian Airlines, China Airlines dan

Turkish Airlines. Kota tujuan yang dilayani bersama dengan maskapai-maskapai

(39)

4.1.4 Anak Perusahaan

Anak perusahaan adalah satu kesatuan legal independen, yang dibangun oleh

perusahaan untuk mendukung seluruh kegiatannya. Manajemen anak perusahaan

diatur secara independen namun tetap di bawah pengawasan induk perusahaan.

Anak perusahaan Garuda Indonesia adalah PT Aerowisata, PT Abacus DSI, PT

Garuda Maintenance Facility Aero Asia dan PT Aero System Indonesia.

1. PT Aero Wisata

PT Aerowisata didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juni 1973 dengan misi

mengembangkan usaha jasa yang berkaitan dengan industri pariwisata. Untuk

mendukung misi ini, Aerowisata juga memiliki sejumlah anak perusahaan yang

bergerak di bidang perhotelan, jasa boga, transportasi darat dan agen perjalanan.

Aerowisata memiliki lebih dari 50% saham kepemilikan dari anak perusahaannya,

yaitu PT Bina Inti Dinamika, PT Mirtasari Hotel Development, PT Senggigi

Pratama International, PT Aerofood Indonesia, PT Aerotrans Services Indonesia,

PT Aero Globe Indonesia, Garuda Orient Holidays Pty. Ltd., Garuda Orient

Holidays Korea Co. Ltd., PT Aerojasa Perkasa, Garuda Orient Holidays Japan Co.

Ltd., PT Aero Hotel Management dan PT Belitung Inti Permai.

2. PT Abacus Distribution System Indonesia

PT Abacus DSI memiliki kantor pusat di Jl. Mampang Prapatan Raya no. 93,

Jakarta, dengan kantor cabang di Surabaya dan Medan. Visi perusahaan ini adalah

menjadi penyedia layanan sistem pemesanan tiket (Global Distribution

Systems/GDS) terdepan serta penyedia layanan komunikasi dan teknologi

(40)

reservasi yang terkomputerisasi, penyewaan peralatan komputer yang digunakan

oleh agen perjalanan, menyediakan fasilitas pelatihan pegawai untuk

agen-agen perjalanan serta menyediakan bantuan teknis dalam system pemesanan tiket

terkomputerisasi (computerized reservation systems/CRS) untuk agen-agen

perjalanan.

3. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMFAA)

Perusahaan ini didirikan untuk melaksanakan dan mendukung kebijakan ekonomi

pemerintah Indonesia, khususnya dalam bidang pemeliharaan dan perbaikan

pesawat terbang, juga layanan perbaikan mesin dan komponen-komponennya.

Pada tahun 2003, perusahaan menerbitkan saham perdana yang terdiri dari

665.699 lembar saham, dengan total harga Rp. 166.4 Milyar. Sebanyak 99%

saham dimiliki oleh PT Garuda Indonesia (Persero) dan 1% dimiliki oleh PT

Aerowisata.

PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia berdiri berdasarkan Akta Notaris

No.93 tertanggal 26 April 2002 oleh Arry Supratno, S.H., Notaris Umum di

Jakarta, disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam Surat

Keputusan No.C-11688.H.T.01.01. tertanggal 25 Juni 2002 dan dicatat dalam

Pelengkap Berita Negara RI No. 78 pada tanggal 27 September 2002.

4. PT Aero System Indonesia (ASYST)

PT Aero Systems Indonesia sebelumnya dikenal dengan nama PT Lufthansa

Systems Indonesia, didirikan pada tahun 2005. Awalnya PT Garuda Indonesia

(41)

dimiliki oleh Lufthansa Systems AG (LSY). Pada tanggal 29 Januari 2009, terjadi

perpindahan kepemilikan saham dari LSY ke PT Aerowisata.

Kegiatan ASYST meliputi layanan konsultasi dan sistem teknik teknologi

informasi serta layanan pemeliharaan penerbangan dan industri lainnya.

Bisnis utama ASYST adalah sebagai penyedia hosting untuk tiga layanan utama,

yaitu: Software as a Services atau SaaS (layanan perangkat lunak) seperti

Passenger Service System atau PSS (system layanan penumpang) dan Enterprise

Resource Planning (ERP) business model. Layanan kedua adalah Platform as a

Service atau PaaS (layanan platform), yang terdiri dari sistem operasional,

Reverse Proxy, Web Server, Application Server, and Database. Dan layanan

ketiga adalah Infrastructure as a Service atau IaaS (layanan prasarana) seperti

Server (komputasi), penyimpanan, perangkat jaringan, Pusat Data and Disaster

Recovery Center (Pusat Pemulihan Bencana) untuk mendukung dan

mengoptimalisasikan jaringan bisnis. Seluruh layanan disimpan dalam pusat data

dengan standar internasional Tier III ketersediaan 99.8%. Selain itu, untuk

memberikan dukungan yang berkelanjutan bagi klien, ASYST menyediakan

layanan Data Recovery Center atau DRC (Pusat Pemulihan Data).

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan dengan cara

merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran

(42)

dapat diketahui gambaran umum perusahaan yang diteliti. Analisis deskriptif

memberikan gambaran atau deskripsi masing-masing variabel yang dilihat dari

nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum (Ghozali, 2013 :

19)

4.2.2 Analisis Deskriptif Responden

Responden dalam penelitian ini adalah karyawan wanita yang telah

berumah tangga dan bekerja di PT Garuda Indonesia, Tbk Medan yang berjumlah

30 orang. Karakteristik-karakteristik responden antara lain meliputi pendidikan

terakhir, jumlah anak, usia anak terkecil dan lama bekerja.

4.2.2.1 Analisis Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tingkat pendidikan Jumlah responden Persentase %

Diploma III (D3) 9 30 %

Sarjana (S1) 21 70 %

JUMLAH 30 100 %

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan

pendidikan terakhir adalah 9 orang responden (30%) berpendidikan Diploma III

(D3), dan 21 orang responden (70%) berpendidikan Sarjana (S1). Dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa karyawan wanita PT Garuda Indonesia, Tbk

Medan lebih banyak berpendidikan Sarjana (S1) dengan presentase sebesar 70%.

PT Garuda Indonesia, Tbk Medan lebih banyak merekrut karyawan dari Sarjana

(S1). Hal tersebut disebabkan karena dengan tingkat pendidikan karyawan yang

(43)

lebih tinggi maka kualitas pekerjaan yang dihasilkan oleh karyawan akan jauh

lebih baik. Selain itu, pendidikan sarjana (s1) akan lebih mempermudah karyawan

untuk mencapai jenjang karir yang lebih tinggi. Oleh karena itu, PT Garuda

Indonesia, Tbk sebagai perusahaan penerbangan yang terbaik di Indonesia

merekrut karyawan-karyawan yang berkualitas agar mampu bersaingan dengan

perusahaan penerbangan lain dengan standar kualitas yang tinggi.

4.2.2.2 Analisis Responden Berdasarkan Jumlah Anak Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak

Jumlah Anak (Orang) Jumlah responden Persentase %

≤ 2 28 93,3 %

3-5 2 6,7 %

JUMLAH 30 100 %

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan

jumlah anak adalah 28 orang responden (93,3%) memiliki jumlah anak 0-2 orang,

dan 2 orang responden (6,7%) memiliki jumlah anak 3-5 orang. Dari data tersebut

dapat disimpulkan bahwa 28 orang karyawan wanita PT Garuda Indonesia, Tbk

Medan hampir seluruhnya memiliki jumlah anak kurang dari 2 orang (93.3%). Hal

ini dikarenakan karyawan wanita hampir rata-rata baru saja menikah dan masih

fokus dengan pekerjaan sehingga banyak dari mereka yang menunda untuk

memiliki banyak anak.

(44)

4.2.2.3 Analisis Responden Berdasarkan Usia Anak Terkecil Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Anak Terkecil Usia Anak Terkecil

(Tahun) Jumlah responden Persentase %

≤ 3 25 83,3 %

4-6 3 10 %

≥ 7 2 6,7 %

JUMLAH 30 100 %

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa karakeristik responden berdasarkan

usia anak terkecil adalah 25 orang (83,3%) responden memiliki anak dengan usia

terkecil 0-3 tahun, 3 orang responden (10%) memiliki anak dengan usia terkecil

4-6 tahun, dan 2 orang responden (4-6,7%) memiliki anak dengan usia terkecil lebih

dari 7 tahun. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa karyawan wanita PT

Garuda Indonesia, Tbk memiliki anak dengan usia terkecil kurang dari 3 tahun

(83,3%). Hal ini disebabkan karena karyawan wanita PT Garuda Indonesia hampir

rata-rata baru saja menikah dan baru saja memiliki anak dan hampir seluruhnya

merupakan anak pertama. Tentunya hal ini sangat sedikit sulit bagi mereka untuk

menyesuaikan dengan kepentingan pekerjaan. Disatu sisi mereka harus pergi

bekerja dan disisi lain anak dengan usia < 3 tahun dapat dikategorikan balita

sangat membutuhkan perhatian dari orangtua. Oleh karena itu sebagian mereka

banyak yang menitipkan anaknya ke orang tua masing-masing karyawan sehingga

anak mereka tetap terjaga.

(45)

4.2.2.4 Analisis Responden Berdasarkan Lama Bekerja Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja Lama bekerja (Tahun) Jumlah Responden Persentase (%)

≤ 3 14 46,7 %

4-6 3 10 %

7-9 9 30 %

≥ 10 4 13,3 %

Jumlah 30 100%

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa karakteristik responden

berdasarkan lama bekerja adalah 14 orang responden (46,7%) telah bekerja

selama 1-3 tahun, 3 orang responden (10%) telah bekerja selama 4-6 tahun, 9

orang responden (30%) telah bekerja selama 7-9 tahun, dan 4 orang responden

(13,3%) telah bekerja lebih dari 10 tahun. Dari data tersebut dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar karyawan wanita PT Garuda Indonesia, Tbk Medan telah

bekerja selama 1-3 tahun. Karyawan wanita yang bekerja 1-3 tahun merupakan

karyawan yang baru saja direkrut oleh PT Garuda Indonesia, Tbk. Berdasarkan

kebijakan perusahaan, karyawan yang telah bekerja selama minimal 3 tahun

dengan kinerja yang baik, maka karyawan tersebut mendapat kesempatan untuk

dipromosikan. Begitu juga dengan karyawan wanita yang lain telah bekerja lebih

dari 3 tahun.

(46)

4.2.2.5 Analisis Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia (Tahun) Jumlah Responden Presentase (%)

25 9 30%

26-30 14 47%

≥ 31 7 23%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa karakteristik responden

berdasarkan usia responden adalah 9 orang responden (30%) berusia dibawah 25

tahun, 14 responden (47%) berusia 26-30 tahun, dan 7 responden (23%) berusia

lebih dari 31 tahun. Dari data tersebut dapat disimpulkan usia responden dengan

presentase paling besar adalah responden yang berusia 26-30 tahun. Pada

umumnya usia 26-30 tahun merupakan usia yang terkategori usia produktif untuk

bekerja. Selain usia produktif untuk bekerja, bagi wanita usia 26-30 tahun juga

merupakan usia produktif untuk memiliki keturunan. Oleh karena itu selain

bekerja, mereka juga harus mengurus anak yang menjadi tuntuan mereka sebagai

seorang ibu.

4.2.3 Analisis Deskriptif Variabel

Berdasarkan analisis deskriptif variabel dapat diketahui rata-rata jawaban

responden terhadap variabel sistem pengembangan karir, konflik peran ganda, dan

kompensasi dan intention to leave. Agar lebih mempermudah penilaian dari

rata-rata tersebut, maka perlu dibuat interval. Dalam penelitian ini banyak kelas

(47)

interval sebesar 5 (lima). Rumus yang digunakan menurut Sudjono (2000 : 47)

adalah sebagai berikut :

Panjang Kelas Interval = �������

������ ����� ��������

Berdasarkan rumus tersebut, maka panjang kelas interval adalah :

Panjang kelas interval =

5−1

5

=

0,8

Maka kriteria penilaian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6

Interpretasi Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Terhadap Variabel

Nilai Keterangan

1,00-1,79 Sangat Tidak Setuju

1,80-2,59 Tidak Setuju

2,60-3,39 Netral

3,40-4,19 Setuju

4,20-5,00 Sangat Setuju

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui interpretasi nilai rata-rata jawaban

responden dari masing-masing variabel.

4.2.3.1 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Sistem Pengembangan Karir

Distribusi jawaban responden terhadap 10 butir pernyataan mengenai

(48)

Tabel 4.7

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Sistem Pengembangan Karir (X1)

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa rata-rata jawaban responden

mengenai sistem pengembangan karir sebesar 4,08 yang artinya bahwa sebagian

besar responden setuju dengan pernyataan sistem pengembangan karir dimana

(49)

interpretasi rata-rata terbesar yang terkategori Sangat Setuju yaitu 4,30 terdapat

pernyataan 10 (Pengetahuan yang saya miliki harus selalu saya tingkatkan agar

mampu meningkatkan karir saya). Hal ini menunjukkan bahwa karyawan sangat

perlu untuk selalu meningkatkan pengetahuan yang mereka miliki agar mereka

mampu menjajaki jenjang karir yang lebih tinggi didalam perusahaan. Karyawan

tidak mampu mengembangkan karir mereka apabila mereka tidak memiliki

pengetahuan yang luas tentang pekerjaan mereka yang pada akhirnya mereka

tidak akan mendapatkan promosi jabatan. Untuk itu karyawan senantiasa dituntut

untuk selalu meningkatkan pengetahuan mereka untuk pengembangan karir yang

lebih baik. Selain itu interpretasi nilai rata-rata terendah yang terkategori Baik

yaitu 3,60 terdapat pada pernyataan 3 (Perusahaan merencanakan mutasi yang

teratur kepada karyawan untuk menghilangkan rasa jenuh karyawan dalam

bekerja). Ini menunjukkan karyawan kurang setuju bahwa perusahaan

merencanakan mutasi yang teratur untuk menghilangkan rasa jenuh karyawan.

Karyawan menginginkan kebijakan perusahaan yang lain untuk menghilangkan

rasa jenuh. Mereka merasa bahwa mutasi ke daerah lain dapat mengubah suasana

kerja yang berbeda sehingga mereka akan merasa lebih cepat jenuh. Berdasarkan

Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa :

1. Pada pernyataan pertama (Perusahaan merencanakan jumlah karyawan yang

akan dipromosikan setiap tahun) sebanyak 7 responden (23,3%) menyatakan

sangat setuju, 18 responden (60%) menyatakan setuju, 3 responden (10%)

menyatakan kurang setuju, 2 responden (6,7%) menyatakan tidak setuju, dan 0

(50)

sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa perusahaan merencanakan

jumlah karyawan yang akan dipromosikan setiap tahun. Dengan merencanakan

jumlah karyawan yang akan dipromosikan, maka karyawan akan terus

meningkatkan kinerja mereka agar dapat dipromosikan setiap tahun. Promosi

yang dilakukan perusahaan setiap tahunnya akan sangat berpengaruh terhadap

pengembangan karir karyawan karena dengan adanya promosi maka karyawan

akan terus naik ke level jabatan yang lebih tinggi.

2. Pada pernyataan kedua (Saya merasa mutasi kerja yang saya peroleh dapat

dijadikan sebagai batu loncatan untuk mendapatkan promosi diwaktu yang akan

datang) sebanyak 6 responden (20%) menyatakan sangat setuju, 20 responden

(66,7%) menyatakan setuju, 4 responden (13,3%) menyatakan kurang setuju, 0

responden (0%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan

sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden

menyatakan setuju. Perusahaan harus merancang sistem mutasi yang adil terhadap

karyawan sehingga dapat dijadikan batu loncatan untuk mendapatkan promosi di

masa yang akan datang agar karir mereka terus dapat meningkat.

3. Pada pernyataan ketiga (Perusahaan merencanakan mutasi yang teratur kepada

karyawan untuk menghilangkan rasa jenuh dalam bekerja) sebanyak 2 orang

responden (6,7%) menyatakan sangat setuju, 16 responden (53,3%) menyatakan

setuju, 10 responden (33,3%) menyatakan kurang setuju, 2 orang responden

(6,7%), dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden menyatakan bahwa

(51)

jenuh dalam bekerja. Kejenuhan dalam bekerja mampu memicu karyawan untuk

meninggalkan perusahaan karena karyawan cenderung melakukan pekerjaan yang

itu-itu saja. Oleh karena itu perusahaan harus merancang sistem mutasi yang

teratur agar karyawan tidak merasakan kejenuhan.

4. Pada pernyataan keempat (saya merasa kesempatan pelatihan yang diberikan

perusahaan mampu mengembangkan karir saya) sebanyak 7 responden (23,3%)

menyatakan sangat setuju, 18 responden (60%) menyatakan setuju, 5 responden

(16,7%) menyatakan kurang setuju, 0 responden (0%) menyatakan tidak setuju,

dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan

bahwa karyawan merasa setuju dengan program pelatihan yang diberikan

perusahaan sehingga mereka mampu meningkatkan karir mereka. Karyawan

merasa puas dengan pusat pelatihan karyawan yang disediakan oleh PT Garuda

Indonesia, Tbk karena pelatihan yang mereka peroleh sangat bermanfaat dalam

menjalankan pekerjaan mereka sehingga mempermudah karyawan untuk

meningkatkan karirnya menjadi lebih baik.

5. Pada pernyataan kelima (Saya merasa pelatihan yang saya peroleh

memampukan saya melakukan pekerjaan pada jenjang karir yang lebih tinggi)

sebanyak 4 responden (13,3%) menyatakan sangat setuju, 22 responden (73,3%)

menyatakan setuju, 4 responden (13,3%) menyatakan kurang setuju, 0 responden

(0%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

responden setuju dengan pernyataan tersebut. Karyawan merasa pelatihan

(52)

pengetahuan dalam bekerja sehingga mereka mampu melakukan

pekerjaan-pekerjaan pada jenjang karir yang lebih tinggi.

6. Pada pernyataan keenam (Saya berusaha untuk selalu meningkatkan prestasi

kerja saya agar saya mendapatkan kesempatan untuk promosi) sebanyak 12

responden (40%) menyatakan sangat setuju, 16 responden (53,3%) menyatakan

setuju, 2 responden (6,7%) menyatakan kurang setuju, 0 responden (0%)

menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju

terhadap pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan setuju bahwa

peningkatan prestasi kerja mereka akan berpengaruh pada kesempatan untuk

promosi. Prestasi kerja dapat dicapai karyawan dengan cara mampu bekerja

melampaui target, mampu bekerja secara efektif dan efisien, dan lain sebagainya

yang dapat dimanfaatkan karyawan untuk mendapatkan kesempatan promosi.

7. Pada pernyataan ketujuh (Prestasi kerja adalah salah satu syarat utama dalam

pengembangan karir karyawan) sebanyak 9 responden (30%) menyatakan sangat

setuju, 19 responden (63,3%) menyatakan setuju, 2 responden (6,7%) menyatakan

kurang setuju, 0 responden (0%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%)

menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa karyawan setuju prestasi kerja dijadikan sebagai syarat utama dalam

pengembangan karir sehingga mereka terus termotivasi untuk meningkatkan

prestasi kerja mereka didalam perusahaan. Karyawan yang tidak berprestasi tidak

akan mengalami pengembangan karir. Untuk itu perusahaan menjadikan prestasi

(53)

8. Pada pernyataan kedelapan (Pengalaman kerja yang saya tekuni selama ini

memberikan arti penting bagi saya untuk jenjang karir) sebanyak 4 responden

(13,3%) menyatakan sangat setuju, 25 responden (83,3%) menyatakan setuju, 1

responden (3,3%) menyatakan kurang setuju, 0 responden (0%) menyatakan tidak

setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan setuju pengalaman dalam bekerja

sangat berarti untuk peningkatan karir karena mereka telah dibekali ilmu melalui

pengalaman kerja yang mereka miliki. Karyawan yang berpengalaman akan lebih

mudah untuk mengembangkan karir karena mereka akan lebih mudah untuk

melakukan suatu pekerjaan diperusahaan tersebut.

9. Pada pernyataan kesembilan (Karir saya bisa meningkat apabila saya rajin

meningkatkan pengetahuan saya) sebanyak 9 responden (30%) menyatakan sangat

setuju, 18 responden (60%) menyatakan setuju, 3 responden (10%) menyatakan

kurang setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju ataupun

sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar karyawan menganggap bahwa peningkatan pengetahuan sangat

penting untuk peningkatan karir mereka didalam perusahaan. Peningkatan

pengetahuan dapat dilakukan karyawan dengan cara rajin melakukan eksplorasi

terhadap pekerjaan, banyak mempelajari hal-hal baru dengan pekerjaan tersebut,

dan lain sebagainya dimana karyawan yang memiliki pengetahuan yang luas

terhadap pekerjaannya akan memudahkan karyawan untuk mengalami

(54)

10. Pada pernyataan kesepuluh (Pengetahuan yang saya miliki harus selalu saya

tingkatkan agar mampu meningkatkan karir saya) sebanyak 9 responden (30%)

menyatakan sangat setuju, 21 responden (70%) menyatakan setuju, 0 responden

(0%) menyatakan kurang setuju, 0 responden (0%) menyatakan tidak setuju, dan 0

responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal

ini menunjukkan bahwa hampir seluruh karyawan menganggap bahwa

pengetahuan harus selalu ditingkatkan untuk jenjang karir yang lebih baik. Tanpa

adanya pengetahuan maka karyawan akan sulit memahami pekerjaanya sehingga

pengembangan karir karyawan menjadi terhambat.

4.2.3.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Konflik Peran Ganda (X2)

Distribusi jawaban responden terhadap 10 butir pernyataan mengenai variabel

Konflik Peran Ganda (X2) dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8

(55)

yang sangat

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa rata-rata jawaban responden

mengenai konflik peran ganda sebesar 2,64 yang artinya bahwa sebagian

responden merasa kurang setuju dengan pernyataan konflik peran ganda dimana

interpertasi rata-rata terendah yang terkategori Tidak Baik yaitu 2,10 terdapat

pada pernyataan 9 (Keluarga saya tidak mendukung pekerjaan saya). Hal ini

menunjukkan bahwa karyawan tidak setuju dengan pernyataan tersebut

dikarenakan keluarga mereka sangat mendukung pekerjaan mereka saat ini. Ini

berarti tidak ada pekerjaan yang mengganggu aktivitas rumah tangga karyawan

sehingga keluarga sangat mendukung pekerjaan mereka. Selain itu interpretasi

nilai rata-rata tertinggi yang terkategori Baik yaitu 3,56 terdapat pada pernyataan

1 (Saya lebih banyak menghabiskan waktu dikantor daripada dirumah). Hal ini

(56)

menunjukkan sebagian besar karyawan setuju bahwa mereka lebih banyak

menghabiskan waktu dikantor daripada dirumah. Ini merupakan salah satu hal

yang mampu memicu terjadinya konflik peran dimana mereka memiliki waktu

yang sempit untuk mengurusi urusan rumah tangga karena mereka lebih banyak

menghabiskan waktu dikantor. Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa :

1. Pada pernyataan pertama (Saya lebih banyak menghabiskan waktu dikantor

daripada dirumah) sebanyak 4 responden (13.3%) menyatakan sangat setuju, 10

responden (33,3%) menyatakan setuju, 15 responden (50%) menyatakan kurang

setuju, 1 responden (3,3%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%)

menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar karyawan merasa tidak setuju dikarenakan mereka tidak

lebih banyak menghabiskan waktu dikantor melainkan mereka cenderung lebih

banyak menghabiskan waktu dirumah dengan keluarga.

2. Pada pernyataan kedua (Saya tidak dapat berkonsentrasi mengurusi urusan

keluarga karena tanggung jawab pekerjaan tetap membebani keluarga) sebanyak 4

responden (13,3%) menyatakan sangat setuju, 16 responden (53,3%) menyatakan

setuju, 7 responden (23,3%) menyatakan kurang setuju, 3 responden (10%)

menyatakan tidak setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak

setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian karyawan menganggap mereka tidak

dapat berkonsentrasi mengurusi keluarga karena besarnya tanggungjawab mereka

dipekerjaan. Dalam hal ini karyawan agak sedikit sulit untuk menyeimbangkan

tanggungjawab pekerjaan dengan tanggungjawab keluarga yang menyebabkan

(57)

keluarga sementara urusan keluarga juga merupakan hal yang penting didalam

hidup karyawan. Untuk itu banyak karyawan yang memilih untuk meninggalkan

perusahaan.

3. Pada pernyataan ketiga (Saat berada dirumah, tanggung jawab pekerjaan tetap

membebani saya) sebanyak 3 responden (10%) menyatakan sangat setuju, 3

responden (10%) menyatakan setuju, 16 responden (23,3%) menyatakan kurang

setuju, 4 responden (13,3%) menyatakan tidak setuju, dan 4 responden (13,3%)

menyatakan sangata tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa walaupun karyawan sedang berada dirumah tidak ada

tanggungjawab pekerjaan yang membebani kehidupan rumah tangga mereka.

4. Pada pernyataan keempat (Saya memiliki peran yang sangat penting dikantor

sehingga saya sering melewatkan kepentingan keluarga) sebanyak 0 responden

(0%) menyatakan sangat setuju, 3 responden (10%) menyatakan setuju, 14

responden (46,7%) menyatakan kurang setuju, 8 responden (26,7%) menyatakan

tidak setuju, dan 5 responden (16,7%) menyatakan bahwa sangat tidak setuju

dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa seberapa pentingnya

peran karyawan diperusahaan, mereka berusaha untuk tidak melewatkan acara

keluarga.

5. Pada pernyataan kelima (Saya lebih banyak menghabiskan waktu didalam

mengurus urusan keluarga sedangkan pekerjaan kantor sangat banyak) sebanyak 0

responden (0%) menyatakan sangat setuju, 3 responden (10%) menyatakan setuju,

16 responden (53,3%) menyatakan kurang setuju, 8 responden (26,7) menyatakan

(58)

setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun

pekerjaan kantor yang sangat banyak, maka mereka bersikap sebagai seorang

karyawan yang professional yang mampu membagi waktu dengan baik antara

keluarga dan pekerjaan.

6. Pada Pernyataan keenam (Pikiran saya hanya tersita dalam menyelesaikan

urusan keluarga) sebanyak 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju, 1

responden (3,3%) menyatakan setuju, 22 responden (73,3) menyatakan kurang

setuju, 4 responden (13,3%) menyatakan tidak setuju, dan 3 responden (10%)

menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar karyawan mengaggap pikiran mereka tidak hanya tersita

untuk keluarga karena mereka juga memiliki beban pekerjaan dikantor.

7. Pada pernyataan ketujuh (Tuntutan keluarga yang banyak membuat saya tidak

dapat fokus dalam pekerjaan) sebanyak 0 responden (0%) menyatakan sangat

tidak setuju, 1 responden (3,3%) menyatakan setuju, 17 responden (56,7)

menyatakan kurang setuju, 6 responden (20%) menyatakan tidak setuju, dan 6

responden (20%) menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa tuntutan keluarga bukan merupakan penghambat bagi

karyawan untuk fokus pada pekerjaan.

8. Pada pernyataan kedelapan (Saya tidak dapat menjalankan peran saya dengan

baik sebagai seorang ibu) sebanyak 0 responden (0%) menyatakan sangat setuju

sekali, 1 responden (3,3%) menyatakan setuju, 18 responden (60%) menyatakan

kurang setuju, 3 responden (10%) menyatakan tidak setuju, dan 8 orang responden

(59)

menunjukkan bahwa karyawan wanita dapat menjalankan peran mereka dengan

baik sebagai seorang ibu walaupun mereka juga bekerja.

9. Pada pernyataan kesembilan (Keluarga saya tidak mendukung pekerjaan saya)

sebanyak 0 responden (0%) menyatakan sangat setuju sekali, 1 responden (3,3%)

menyatakan setuju, 12 orang responden (40%) menyatakan kurang setuju, 6 orang

responden (20%) menyatakan tidak setuju, dan 11 responden (36,7%) menyatakan

sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh karyawan wanita

mendapat dukungan keluarga didalam pekerjaan mereka.

10. Pada pernyataan kesepuluh (Suami saya sering marah ketika saya memiliki

jam lembur) sebanyak 1 responden (3,3%) menyatakan sangat setuju sekali, 2

responden (6,7%) menyatakan setuju, 13 responden (43,3%) menyatakan kurang

setuju, 11 responden (36,7%) menyatakan tidak setuju, dan 3 responden (10%)

menyatakan sangat tidak setuju. Hal itu menunjukkan bahwa suami mendukung

jam kerja karyawan wanita sehinnga tidak terjadi konflik untuk keluarga

karyawan wanita.

4.2.3.3 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Nilai Variabel Kompensasi (X3)

Distribusi jawaban terhadap 13 butir pernyataan mengenai variabel

kompensasi (X3) dapat dilihat pada tabel 4.9 :

Tabel 4.9

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kompensasi (X3)

(60)

Gaji

Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden mengenai

kompensasi sebesar 3,80 yang berarti bahwa sebagian besar karyawan setuju

dengan pernyataan mengenai kompensasi dimana interpretasi rata-rata tertinggi

yang terkategori Sangat Baik yaitu 4,33 terdapat pada pernyataan 10 (PT Garuda

Indonesia, Tbk memiliki citra yang baik bagi masyarakat). Hal ini menunjukkan

(61)

karyawan setuju bahwa PT Garuda Indonesia, Tbk memiliki citra yang baik bagi

masyarakat. Kebanggaan menjadi bagian PT Garuda Indonesia, Tbk merupakan

salah satu kompensasi non finansial bagi karyawan. Mereka memiliki rasa bangga

dan nyaman saat berada di PT Garuda Indonesia, Tbk Medan. Berdasarkan Tabel

4.9 dapat diketahui bahwa :

1. Pada pernyataan pertama (Gaji yang saya terima sesuai dengan beban pekerjaan

saya) sebanyak 1 responden (3,3%) menyatakan sangat setuju, 13 responden

(43,3%) menyatakan setuju, 11 responden (36,7%) menyatakan kurang setuju, 3

responden (10%) menyatakan tidak setuju, dan 2 responden (6,7%) menyatakan

sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian karyawan menyatakan tidak setuju karena mereka menganggap bahwa

kompensasi yang mereka terima tidak terlalu sesuai dengan beban pekerjaan

mereka. Oleh karena itu perusahaan harus merancang sistem kompensasi yang

adil dan transparan.

2. Pada pernyataan kedua (Gaji yang saya terima mampu memenuhi kebutuhan

hidup saya) sebanyak 1 responden (3,3%) menyatakan sangat setuju, 14

responden (46,7%) menyatakan setuju, 11 responden (36,7%) menyatakan kurang

setuju, 2 responden (6,7%) menyatakan kurang setuju, dan 2 responden (6,7%)

menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian karyawan menganggap bahwa gaji yang mereka terima belum

sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.

3. Pada pernyataan ketiga (Insentif yang saya terima mampu meningkatkan

(62)

sangat setuju, 12 responden (40%) menyatakan setuju, 4 responden (13,3%)

menyatakan bahwa kurang setuju, 2 responden (6,7%) menyatakan tidak setuju,

dan 4 responden (13,3%) menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa insentif yang diperoleh karyawan mampu

meningkatkan semengat mereka dalam bekerja.

4. Pada pernyataan keempat (Insentif yang diberikan sesuai dengan kinerja saya)

sebanyak 3 responden (10%) menyatakan sangat setuju, 16 responden (53,3%)

menyatakan setuju. 6 responden (20%) menyatakan kurang setuju, 2 responden

(6,7%) menyatakan bahwa tidak setuju, dan 3 responden (10%) menyatakan

sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian karyawan kurang setuju

dikarenakan pemberian insentif tidak hanya diukur melalui kinerja karyawan.

5. Pada pernyataan kelima (Jaminan asuransi yang diberikan perusahaan mampu

memberikan rasa nyaman kepada saya saat bekerja) sebanyak 4 responden

(13,3%) menyatakan sangat setuju, 19 responden (63,3%) menyatakan setuju, 4

responden (13,3%) menyatakan kurang setuju, 3 responden (10%) menyatakan

tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju terhadap

pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan

menganggap jaminan asuransi yang ditawarkan perusahaan memberikan rasa

nyaman bagi mereka dalam menjalankan pekerjaan.

6. Pada pernyataan keenam (Jaminan asuransi yang perusahaan berikan mampu

menutupi kebutuhan kesehatan saya) sebanyak 5 responden (16,7%) menyatakan

sangat setuju, 18 responden (60%) menyatakan setuju, 4 responden (13,3%)

(63)

responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan merasa puas dengan asuransi

yang ditawarkan perusahaan dalam bidang kesehatan sehingga mereka merasa

nyaman dan tentram selama bekerja.

7. Pada pernyataan ketujuh (Ruangan kerja saya yang nyaman membuat saya

konsentrasi dalam bekerja) sebanyak 7 responden (23,3%) menyatakan sangat

setuju, 22 responden (73,3%) menyatakan setuju, 1 responden (3,3%) menyatakan

kurang setuju, 0 responden (0%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%)

menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa hampir seluruh karyawan merasakan ruangan kerja yang

nyaman sehingga mereka dapat berkonsentrasi dalam bekerja. Kenyamanan

ruangan kerja secara tidak langsung mempengaruhi lingkungan kerja karyawan.

Oleh karena itu perusahaan harus selalu memperhatikan lingkungan kerja

karyawannya.

8. Pada pernyataan kedelapan (Saya merasa bangga dengan lingkungan kerja yang

bersih yang disediakan oleh perusahaan) sebanyak 4 responden (13,3%)

menyatakan sangat setuju, 20 responden (66,7%) menyatakan setuju, 6 responden

(20%) menyatakan kurang setuju, 0 responden (0%) menyatakan tidak setuju, dan

0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal

ini menunjukkan bahwa rata-rata karyawan merasa bangga dengan lingkungan

kerja yang bersih yang disediakan oleh perusahaan.

9. Pada pernyataan kesembilan (Perusahaan selalu memberikan penghargaan bagi

Gambar

Grafik Histogram Uji Normalitas
Tabel 3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert
Tabel 3.3 Validasi Tiap Pernyataan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Aplikasi multimedia ini didukung oleh gambar-gambar yang menarik, suara-suara yang mendukung penjelasan materi, serta text yang akan memberikan penjelasan dari bagian-bagian

Faktor determinan gejala angina pektoris pada populasi 18 tahun ke atas yang belum pernah didiagnosis menderita penyakit jantung adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

nilai-nilai positif dari berilmu, kerja keras, kreatif dan produktif dalam fenomena kehidupan Nilai-nilai positif dari berilmu, kerja keras, kreatif dan produktif

Language Training Center sebagai instansi yang melayani serta mendukung proses belajar dan mengajar dalam bahasa asing dan budaya. Sebagai salah satu bentuknya LTC

merupakan menu yang memanfaatkan teknologi Augmented Reality berfungsi untuk menampilkan objek tiga dimensi bangun ruang yang sudah terdaftar dalam sistem, dengan cara

[r]

kesempurnaan, dengan kata lain pengembangan manusia yang.. Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang 113 menyembahdan bertaqwa kepada Allah sebagaimana